• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembuatan Dan Karakterisasi Kertas Dari Serat Batang Kecombrang ( Nicolaia Speciosa)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pembuatan Dan Karakterisasi Kertas Dari Serat Batang Kecombrang ( Nicolaia Speciosa)"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

DESMAR SIBURIAN

100801069

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

DESMAR SIBURIAN

100801069

DEPARTEMEN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PERSEJETUJUAN

Judul : PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS DARI SERAT BATANG KECOMBRANG ( Nicolaia speciosa) Kategori : SKRIPSI

Nama : DESMAR SIBURIAN Nomor Induk Mahasiswa : 100801069

Program Study : SARJANA (S1) FISIKA Departemen : FISIKA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, April 2015

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Perdinan Sinuhaji, MS Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc NIP: 195903101987031002 NIP.196506171993031009

Diketahui

Departemen Fisika FMIPA USU Ketua,

(4)

PERNYATAAN

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS DARI SERAT BATANG

KECOMBRANG (Nicolaia speciosa)

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya

Medan, April 2015

(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Pengasih

lagi Penyayang atas rahmat, kekuatan dan kemurahan-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul “PEMBUATAN DAN

KARAKTERISASI KERTAS DARI SERAT BATANG KECOMBRANG

(Nicolia speciosa)”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak

membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Bapak Dr. Perdinan Sinuhaji, M.s selaku dosen pembimbing satu yang

telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing

penulis.

2. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc, selaku dosen pembimbing dua yang

telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing

penulis.

3. Bapak Zainal Abidin selaku pembimbing lapangan yang telah bersedia

membantu pembimbing penulis

4. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang dan bapak Drs. Syahrul Humaidi,

M.Sc, selaku ketua dan sekretaris Departemen Fisika Fakultas Matematika

dan Ilmu Pengetahuan AlamUniversitas Sumatra utara.

5. Seluruh staf dosen Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Sumatra Utara.

6. Ayahanda T. Siburian dan ibunda R. Bakara yang selalu mendukung

penulis baik doa, semangat maupun material.

7. Saudara kandungku, Henry Siburian, Jupri Siburian, Fitri Siburian, Ida

Siburian,dan Adil Siburian. Terimaksih atas doa dan semangat yang telah

diberikan.

8. Kak Yuspa, Kak Tini, dan Bang jo yang selalu mempermudah segala

urusan di departemen Fisika.

9. Sahabat-sahabat satu Angkatan “PHYSIC INSIDE 2010 ( Ronald, Edy,

Juan, Lamhot,Sahat, Tambi, Jantiber, Faisal, Baik, Jekson, Rumianto,

(6)

Juli, Sarah, dkk) dan IMF USU”, dan adik-adik junior 2011 ( Hendra

damos, dkk), 2012, 2013, 2014 yang selalu memberikan semangat kepada

saya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

skripsi ini. oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca dibutuhkan

terutama yang bersifat membangun. Akhir kata penulis berharap semoga

(7)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS DARI SERAT BATANG

KECOMBRANG (Nicolaia speciosa)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi kertas serat

batang kecombrang. Karakterisasi terhadap kertas yang dibuat dari batang

kecombrang ini yakni: Gramatur rata-rata 76,2 gr/m2 sesuai dengan SNI ISO 536 :

2010, tebal kertas rata-rata 0,4418 mm sesuai dengan SNI ISO 534 : 2011, kuat

tarik rata-rata 0,46 x 103 N/m2 sesuai dengan SNI 1924.2 : 2010, dan kuat sobek

rata-rata 233,2 x 10-3 N sesuai dengan SNI 0436 : 2009, kuat retak 24,6 kPa sesuai

dengan SNI 14-0493-1998. Dalam parameter tersebut maka kertas yang diperoleh

dapat dikatagorikan ke kertas tissue menurut SNI 14-0103-1998.

(8)

MANUFACTURE AND CHARACTERIZATION OF PAPER FROM

FIBER RODS KECOMBRANG (Nicolaia speciosa)

ABSTRACT

Experiment about manufacture and characterization of paper made of fiber rods

kecombrang has been done. Characterization of paper covered: average grammage

was 76,2 gr/m2 with SNI ISO 536 : 2010, average paper thickness was 0,4418 mm

with SNI ISO 534 : 2011, average tensile strength was 0,46 x 103 N/m2 with SNI

1924.2 : 2010, average tearing strength was 233,2 x 10-3 N with SNI 0436 : 2009,

average bursting strength was 24 ,6 kPa with SNI 14-0493-1998. According to

SNI 14-0103-1998, this paper can be categorized into tissue paper.

Kata kunci : fiber rods kecombrang, Pulp, paper, Physical and Mechanical

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi vii

Daftar Table x

Daftar Gambar xi

Daftar Lampiran Bab 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Perumusan Masalah 2 1.3 Batasan masalah 2 1.4 Tujuan penelitian 2 1.5 Manfaat Peneitian 2 1.6 Sistematika penulisan 3 Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Kertas 4

2.1.1 Jenis Kertas 5

2.1.2 Proses Pembuatan Kertas 9

2.1.3 Sifat-Sifat Kertas 12

2.1.3.1 Sifat Fisis Kertas 12

2.1.3.2 Sifat Mekanik Kertas 13

2.2 Sumber Bahan Baku Kertas 15

(10)

2.3

2.2.2

Serat

Potensi dan Pemamfaatan Serat Alam 22

2.3.1 Dimensi Serat 23

2.3.2 Panjang Serat 24

2.3.3 Kekasaran Serat (Diameter Serat) 24

2.4 Kecombrang 25

2.4.1 Tanaman Kecombrang 25

2.4.2 Klasifikasi Kecombrang 26

2.4.3 Ciri-Ciri Batang, Daun, dan bunga Kecombrang 26

2.4.4 Mamfaat Kecombrang 27

2.4.5 Nilai Nutrisi Kecombrang 28

Metode Penelitian

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 31

3.2 Bahan dan Peralatan 31

3.2.1 Bahan 31

3.2.2 Peralatan 31

3.3 Diagram Alir

3.3.1 Diagram Alir Proses Pemasakan I pulp batang

kecombrang 33

3.3.2 Diagram Alir Proses Pemasakan II pulp batang

kecombrang 34

3.3.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Kertas

kecombrang 35

3.4 Prosedur Penelitian 36

(11)

4.1.1 Gramatur 40

4.1.2 Hasil Perhitungan Gramatur Kertas 41

4.1.3 Ketebalan Kertas 41

4.1.4 Hasil Pengukuran Tebal Kertas 43

4.1.5 Ketahanan Tarik 43

4.1.6 Kekuatan Tarik 45

4.1.7 Ketahanan Sobek 45

4.1.8 Kekuatan Sobek 46

4.1.9 Ketahanan Retak 47

4.1.10 Kekuatan Retak 48

Bab 5 Kesimpulan dan Saran 50

5.1 Kesimpulan 50

5.2 Saran 50

Daftar Pustaka

Lampiran A1

Lampiran A2

(12)

DAFTAR TABEL

Table 2.1 Sifat Fisika Serat Alam

halaman

22

Table 2.2 Komposisi Kimia Kecombrang 28

Table 3.1 Rancangan Gramatur 35

Table 4.1 Hasil Perhitungan Gramatur Kertas Batang Kecombrang 40

Table 4.2

Table 4.3

Hasil Pengukuran Tebal Kertas Batang Kecombrang

Hasil Pengukuran Ketahanan Tarik Kertas Batang

42

Table 4.4

Kecombrang

Hasil Pengukuran Ketahanan Sobek Kertas Batang

44

Table 4.5

Kecombrang

Hasil Pengukuran Ketahanan Retak Kertas Batang

46

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tanaman kecombrang

Halaman

27

Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pemasakan I Pulp Kecombrang 33

Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pemasakan II Pulp Kecombrang 34

Gambar 3.3 Diagram Alir Proses Pembuatan Kertas 35

Gambar 3.4 Ukuran Sampel 39

Gambar 4.1 Gramatur Kertas -vs- Massa 41

Gambar 4.2 Tebal Kertas -vs- Massa 43

Gambar 4.3 Kekuatan Tarik Kertas -vs- Massa 45

Gambar 4.4 Kekuatan Sobek Kertas -vs- Massa 47

(14)

PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI KERTAS DARI SERAT BATANG

KECOMBRANG (Nicolaia speciosa)

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi kertas serat

batang kecombrang. Karakterisasi terhadap kertas yang dibuat dari batang

kecombrang ini yakni: Gramatur rata-rata 76,2 gr/m2 sesuai dengan SNI ISO 536 :

2010, tebal kertas rata-rata 0,4418 mm sesuai dengan SNI ISO 534 : 2011, kuat

tarik rata-rata 0,46 x 103 N/m2 sesuai dengan SNI 1924.2 : 2010, dan kuat sobek

rata-rata 233,2 x 10-3 N sesuai dengan SNI 0436 : 2009, kuat retak 24,6 kPa sesuai

dengan SNI 14-0493-1998. Dalam parameter tersebut maka kertas yang diperoleh

dapat dikatagorikan ke kertas tissue menurut SNI 14-0103-1998.

(15)

MANUFACTURE AND CHARACTERIZATION OF PAPER FROM

FIBER RODS KECOMBRANG (Nicolaia speciosa)

ABSTRACT

Experiment about manufacture and characterization of paper made of fiber rods

kecombrang has been done. Characterization of paper covered: average grammage

was 76,2 gr/m2 with SNI ISO 536 : 2010, average paper thickness was 0,4418 mm

with SNI ISO 534 : 2011, average tensile strength was 0,46 x 103 N/m2 with SNI

1924.2 : 2010, average tearing strength was 233,2 x 10-3 N with SNI 0436 : 2009,

average bursting strength was 24 ,6 kPa with SNI 14-0493-1998. According to

SNI 14-0103-1998, this paper can be categorized into tissue paper.

Kata kunci : fiber rods kecombrang, Pulp, paper, Physical and Mechanical

(16)

BAB I

Daluang. Kertas ini terbuat dari kulit batang pohon Saeh (Broussonetia papyfera)

dengan proses yang cukup rumit. Namun akhir-akhir ini justru sangat

mengkawatirkan karena penebangan kayu yang tidak terkendali yang berakibat

fatal dengan terjadinya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang tidak

teratur sehingga merugikan kehidupan manusia itu sendiri (www.wikipedia.org).

Sebagai bahan utama dalam pembuatan pulp kertas adalah selulosa dalam

bentuk serat, sedangkan serat selulosa dapat diperoleh dari berbagai jenis

tumbuhan kayu (wood) atau tumbuhan non kayu (non wood) yang semuanya

dapat dipergunakan untuk pembuatan pulp kertas. Serat ini berasal dari bagian

tumbuh- tumbuhan seperti batang, tangkai buah, kulit dan bulu biji. Serat sebagai

bahan baku penting untuk pembuatan kertas, kertas salah satu kebutuhan pokok

sebagai alat tulis, dan keperluan rumah tangga (Syamsu, 2012). Perlu dicari bahan

alternatif lain yang seratnya dapat diolah menjadi kertas yang salah satunya adalah

bahan non wood yaitu Kecombrang. Perkembangbiakan tanaman kecombrang

sangat cepat dan Kecombrang masih digolongkan sebagai tanaman liar. Memang

kecombrang dapat tumbuh di sembarang tempat terutama di daerah pegunungan.

Sumatera utara merupakan salah satu daerah yang sangat banyak di tumbuhi oleh

Kecombrang. Peneliti ingin memanfaatkan tanaman Kecombrang sebagai bahan

baku kertas karena mengandung serat/selulosa. Kecombrang diolah menjadi pulp

dengan menggunakan proses soda dan dihaluskan dengan menggunakan blender.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kekuatan dari sifat mekanis serat antara

lain: jenis serat, bentuk serat, dan perlakuan terhadap serat. Pelakuan terhadap

sserat Kecombrang dilakukan pemasakan dengan proses soda dengan waktu

(17)

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah serat batang kecombrang dapat dijadikan bahan baku kertas yang

lebih baik dari pada bahan baku kayu?

2. Bagaimana sifat fisik dan mekanik dalam pembuatan kertas ini dengan

menggunakan serat batang kecombrang?

1.3 Batasan Masalah

1. Proses pembuatan pulp dilakukan dengan metode kimia, dilaksanakan

dalam suasana alkali (basa) dengan 5% NaOH sebagai bahan kimia

pemasak. Pemasakan dengan 5% NaOH akan melarutkan ligninnya,

2. Bahan baku yang digunakan adalah serat batang kecombrang.

3. Sampel Batang kecombrang dipilih yang paling tua dan dipotong dengan

panjang 30-50 cm yang diambil dari Siborongborong Tapanuli Utara.

4. Melakukan pengujian sifat fisik dan mekanik dalam kertas dengan variasi

massa 0,4580 gr, 0,5422 gr, 0,5422 gr, 0,5967 gr, 0,6140gr, 0,6339 gr,

0,6365 gr, 0,6527 gr, 0,6542 gr, 0,6568 gr, 0,6952 gr,dan 0,6955 gr.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk memahami teknologi pembuatan pulp dan kertas.

2. Untuk mengetahui sifat fisik, dan mekanik kertas kecombrang.

3. Untuk mengetahui aplikasi dari kertas kecombrang.

1.5 Manfaat

1. Pemamfaatan batang kecombrang yang selama ini belum terjangkau

menjadi bahan baku kertas.

2. Dengan adanya penelitian ini diharapkan kecombrang dapat dijadikan

bahan alternatif pembuatan kertas pengganti kayu sehingga dapat

(18)

1.6 Sitematika Penulisan

Sistematika penulisan pada masing masing bab adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang penelitian,tujuan

penelitian,batasan masalah,manfaat penelitian,dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian menjadi

acuan untuk pengambilan data, analisa data serta pembahasan.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metode penelitian prosedur penelitian

dan menjelaskan pengujian sifat fisik dan mekanik kertas

kecombrang.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang data penelitian yang diperoleh

dan menerangkan pengolahan data.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran dalam penyusunan tugas

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kertas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kertas merupakan barang

lembaran dibuat dari bubur rumput, jerami, kayu, dan sebagainya yang biasa

ditulisi atau untuk kertas pembungkus, dan sebagainya. Kertas adalah kemasan

yang pertama ditemukan sebelum plastik dan logam. Saat ini kemasan kertas

masih banyak digunakan dan mampu bersaing dengan kemasan lain seperti plastik

dan logam karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaannya

yang luas. Selain sebagai kemasan, kertas juga berfungsi sebagai media

komunikator dan media cetak. Kelemahan kemasan kertas untuk mengemas bahan

pangan adalah sifatnya yang sensitif terhadap air dan mudah dipengaruhi oleh

kelembaman udara lingkungan. Sifat-sifat kemasan kertas sangat tergantung pada

proses pembuatan dan perlakuan tambahan pada proses pembuatannya. Kemasan

kertas dapat berupa kemasan fleksibel atau kemasan kaku. Jenis kemasan ketas

yang dapat digunakan sebagai kemasan fleksibel adalah kertas kraft dan kertas

tahan lemak (grease proof). Glassin dan kertas lilin (waxed paper) atau kertas

yang dibuat dari modifikasi kemasan kertas fleklsibel. Kemasan kertas yang kaku

terdapat dalam bentuk karton, kotak, drum, cawan - cawan yang tahan air, yang

dapat dibuat dari paper board, kertas laminasi, corrugated board dan berbagai

jenis board dari kertas khusus. Wadah kertas biasanya dibungkus lagi dengan

bahan - bahan kemasan lain seperti plastik dan foil logam yang lebih bersifat

protektif. Karakteristik kertas didasarkan pada berat atau ketebalannya.

Berdasarkan berat kertas dapat dinyatakan dalam berat (lb)/3000 ft² atau disebut

(20)

2.1.1 Jenis Kertas

a. Uncoated groundwood.

Kertas yang tidak mempunyai lapisan “coating” pigmen dan diproduksi

menggunakan pulp mekanis (mechanical pulps), bubur kertas yang diproduksi

tanpa proses kimiawi. Kurang lebih 80% kertas jenis ini adalah kertas Koran

(newsprint). Gramatur: 24-75gsm, kertas koran dari 38-52gsm. Disamping itu,

jenis kertas lainnya adalah kertas untuk direktori (seperti yellow page), computer

paper, catalog, dan “advertising supplements” (brosur sisipan yang umumnya

dicetak dengan sistim rotogravure). (Suskiyatno, 2011)

b. Coated groundwood.

Kertas jenis ini paling tidak mempunyai 10% pulp mekanis (umumnya 50-

55% groundwood) dengan sisanya menggunakan pulp kimia. Kategori kertas ini

di USA masuk dalan kertas No. 5 “enamel paper” (kertas coated dengan

brightness – tingkat kecerahan paling rendah, sekitar 80%) dan kertas No. 4

(brightnes sekitar 85%), keduanya mempunyai lapisan “coating” pigmen dikedua

sisi. Umumnya kertas ini berwarna kekuningan karena banyak pulp mekanis dan

mempunyai gramatur dari 45-130gsm. Kertas ini umumnya ditemukan pada

kegunaan kertas dengan mesin cetak letterpress dan offset, seperti LWC (light

weight coated – kertas yang mempunyai lapisan coating rendah sekitar 7-10gsm)

dan kertas coated untuk majalah. (Suskiyatno, 2011)

c. Uncoated Woodfree.

Kertas jenis ini mempunyai kandungan pulp mekanis lebih rendah dari 10%

umumnya bisa 0% dan tidak mempunyai lapisan coating pigmen sama sekali.

Kegunaan kertas ini termasuk “office papers” (formulir, kertas fotokopi, kertas

buku tulis, dan kertas amplop), kertas carbonless (NCR), dan kertas cetak atau

anda biasa sebut HVS. Bila anda sering bergelut dengan pasar ekspor, jenis kertas

ini sering juga disebut “printing, writing, and book papers” (kertas cetak, tulis dan

(21)

d. Coated Woodfree.

Jenis kertas ini juga mengandung kurang 10% pulp mekanis, tetapi

mempunyai lapisan coating pigmen baik dua sisi atau satu sisi. Di USA kertas ini

disebut No. 1-3 enamel (dimana kertas coated dengan brightness atau tingkat

kecerahan berkisar dari 88% sampai dengan 96%). Di pasar lokal anda sering

mendengar Art Paper dan Art Board yang mempunyai lapisan coating dua sisi

yang bisa berkisar antara 20-35gsm. Kertas C1S Label masuk dalam kategori ini

dimana hanya mempunyai lapisan coating disatu sisi. Gramatur kertas berkisar

antara 70-300gsm. Art Paper umumnya mulai dari 70-150gsm, sementara Art

Board mulai dari 170-300gsm. Kegunaan paling umum adalah untuk majalah,

buku, cetak commercial dengan mutu yang tinggi dan mahal karena brightness

yang relatif tinggi dibanding kertas uncoated groundwood. (Suskiyatno, 2011)

e. Kraft Paper.

3. Karung (shipping sack) – seperti karung atau kantong semen, dan

4. Berbagai fungsi “converting”. Gramatur berkisar antara 50-134gsm. Pulp

kertas yang dipakai bisa melalui proses pemutihan atau “bleaching” atau

tidak. Bila tidak diputihkan maka berwarna coklat. (Suskiyatno, 2011)

f. Bleached Paperboard.

Pulp kertas yang dipakai adalah “beached sulfate” dan kegunaan utama

adalah “folding carton” – untuk membuat box, dan kertas karton susu atau juice.

Karena “bleach” maka warna kertas karon ini putih dan sekitar setengah jumlah

produksi adalah coated. Biasanya di pasar USA, kertas ini dipanggil dengan nama

SBS atau “solid bleached board”. Gramatur bervariasi mulai dari 200-500gsm.

Golongan jenis kertas ini termasuk untuk membuat gelas kertas, piring kertas,

(22)

“file folders” (map folio), dan kartu index (kartu index nama). Dipasar lokal sering kita temukan sebagai C2S Board atau C1S Board tergantung jumlah sisi

yang mempunyai lapisan coating pigmen. Dipasar lokal, sering anda temui Ivory

Board yang bisa dikategorikan dalam jenis kertas ini. Namun sebetulnya sedikit

berbeda karena dicampur dengan pulp mekanis, jadi warna agak sedikit

kekuningan bila dibanding SBS. Ivory juga terdiri dari beberapa lapisan kertas

yang digabung jadi satu, sementara SBS hanya satu lapisan yang tebal saja. Tidak

jarang anda mungkin mendengar SBB atau “solid bleached board” yang bubur

kertasnya adalah pulp kimia seperti SBS tetapi mempunyai sususunan lapisan

yang berlapis layaknya ivory. (Suskiyatno, 2011)

g. Unbleached Paperboard.

Kertas karton ini tidak diputihkan dengan bleaching dan diproduksi dari

“virgin kraft” (pulp kimia dengan serat non-recycle) atau “neutral

sulfitesemichemical pulp” (bubur kertas dengan proses semi-kimia sulfite yang

netral). Produk utama adalah linerboard, jenis kertas yang digunakan untuk

membuat “corrugated containers” (corrugated box yang biasanya berwarna

coklat). Gramatur umumnya 130-450gsm. “Corrugating medium” atau kertas

medium juga masuk dalam kategori ini yang dibuat dengan sebagian campuran

kertas recycle. (Suskiyatno, 2011)

h. Recycled Paperboard.

Pulp yang digunakan terdiri atas kertas recycle atau daur ulang. Jenis kertas

ini meliputi rentang variasi kertas yang luas mulai dari kertas medium untuk

“corrugated box”, folding boxboard atau clay coated news back – anda sering

mendengar sebagai Duplex dan Triplex, setup boxboard – layaknya duplex tetapi

uncoated, and berbagai jenis kertas dan kertas karton. Juga gypsum liner – kertas

yang digunakan sebagai pelapis luar gypsum board, kertas untuk “core tube” dan

(23)

i. MG Kraft Specialties.

Kertas jenis ini mempunyai permukaan dengan penampakan yang licin dan

seperti kaca (glaze) dimana kertas tersebut diproduksi diatas mesin yang

mempunyai silinder pengering/ pemanas yang diametrnya sangat besar. Dipasar

lokal anda sering mendengar kertas Litho, Doorslag. Jenis kertas lainnya seperti

kertas dasar (base paper) untuk “wax paper”, kertas bungkus, “carbonizing”, dan

kraft specialties. (Suskiyatno, 2011)

j. Tissue.

Bubur kertas yang dipakai untuk tisu adalah pulp kimia yang dibleach

dengan tambahan bisa S0 atau lebih pulp mekanis. Mayoritas kertas tisu

digunakan untuk produk sanitari seperti tisu gulung, “towel”, “bathroom”,

“napkins” dll. Gramatur mempunyai rentang dari 13-75gsm. Jenis kertas ini

diproduksi dengan sistim “through air dried” (TAD) or mesin kertas Yankee

(silinder pemanas yang diameternya sangat besar) yang mempunyai “wet atau dry

crepe operation”. (Suskiyatno, 2011)

k. Market Pulp.

Pulp atau bubur kertas juga dikategorikan sebagai kertas yang dibagi

jenisnya berdasarkan jenis kayu, proses pembuatan pulp, dan proses pemutihan

atau “bleaching”. Bubur kertas dijual dalam bentuk lembaran, bal, dan gulungan.

(Suskiyatno, 2011)

l. Others.

Kategori lain-lain digunakan untuk jenis kertas yang tidak masuk dalam ke

11 golongan kertas diatas. Kurang dari 5% jumlah kertas dunia masuk dalam

kategori ini, jadi sebetulnya relatif kecil. Contohnya seperti kertas “hardboard”,

“asbestos board”, kertas cigarette, “condenser”, kertas bible), glassine, kertas tahan minyak, kertas release untuk sticker, dan kertas tersusun dari serat

tetumbuhan bukan pohon (seperti kertas serat pisang abaca dan lain-lain.).

(24)

2.1.2 Proses Pembuatan Kertas

Bahan baku pembuatan kertas adalah selulosa yang diberi perlakuan

kimia, dibilas,diuraikan, dipucatkan, dibentuk menjadi lembaran setelah pressing

dan dikeringkan.Kayu terdiri dari 50% selulosa, 30% lignin dan bahan bersifat

adhesif di lamelatengah, 20% karbohidrat berupa xylan, resin dan tanin. Jenis

kayu dan lembaranakhir kertas yang di inginkan sangat menentukan cara

pembuatan kertas. Padapembuatan kertas dengan bahan baku berupa kayu terlebih

dahulu dibuat menjadi pulp (Kasdim, 2008)

a. Proses Pembuatan Pulp

Pembuatan kertas dari bahan baku dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses pembuburan (pulping), yaitu suatu cara untuk memisahkan serat-

serat kayu satu dari yang lainnya, sehingga kayu berubah menjadi pulp.

Pulp kemudian mengalami pengolahan lebih lanjut sampai tingkat tertentu.

2. Proses pembuatan kertas dari pulp, yaitu suatu proses yang mengatur

kembali serat-serat pulp itu menjadi suatu anyaman yang tak teratur yang

disebut lembaran kertas.

Pulp merupakan hasil pemisahan serat dari kayu atau tanaman berserat

lainnya melalui bermacam-macam proses pembuatannya. Pulp tersebut

selanjutnya digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan berbagai jenis kertas.

(Yudi, 1998) Bahan baku yang digunakan untuk membuat kertas ialah bahan-

bahan yang mengandung banyak selulosa, seperti bambu, kayu, jerami, merang,

eceng gondok dan lain-lain. Proses pembuatan pulp secara komersial dapat

diklasifikasikan dalam proses mekanis, semikimia (kombinasi kimia dan mekanis)

dan kimia. Produk yang dihasilkan mempunyai karakteristik serat yang berbeda.

Pemilihan jenis proses pembuatan pulp tergantung kepada spesies kayu yang

tersedia dan penggunaan akhir dari pulp yang diproduksi.

Dalam beberapa operasi pembuatan kertas, kombinasi pulp yang

dihasilkan dari proses kimia dan mekanis digunakan agar mendapatkan

karakteristik kertas yang diinginkan dengan harga yang layak. Proses kimia

mendominasi hampir di seluruh dunia, karena dari pulp ini dapat dibuat berbagai

jenis kertas budaya yang sangat diperlukan oleh semua manusia. Sembilan puluh

(25)

pembuatan pulp kimia adalah melarutkan lignin yang mengikat serat selulosa satu

sama lain dan untuk menghilangkan zat lain yang tidak perlu dari serat-serat

selulosa. Dengan proses ini, dapat diperoleh selulosa yang murni dan tidak rusak.

Serat yang dihasilkan lebih utuh dan panjang, lebih fleksibel dan lebih kuat dari

pada pulp mekanis. Formasi lembaran pulp kimia lebih baik, lebih teratur, lebih

rata dan lebih kompak dengan opositas yang lebih rendah dari pada lembaran pulp

mekanis. Di samping itu pada derajat putih yang sama (bleached brightness) pulp

kimia lebih stabil. Pulp kimia dapat digunakan sebagai bahan baku kertas dengan

tingkat (grade) tidak putih seperti kertas kantong (bag paper), kertas karton linier

(linierboard) dan kertas bungkus (wrapper). Untuk jenis pulp kimia dengan grade

yang lebih tinggi dan diputihkan dapat dibuat kertas bermutu tinggi seperti kertas

budaya (tulis,cetak, fotocopy).

Pulp mekanis mempunyai sifat-sifat yang berlainan dengan pulp kimia.

Sifat-sifat pulp mekanis pada umumnya merupakan sifat-sifat asli yang diperoleh

dari bahan bakunya. Pada pembuatan pulp makanis lignin tidak dihilangkan atau

sebagian saja dihilangkan sehingga mempunyai kandungan serat utuh yang lebih

sedikit, bersifat kaku dan lebih pendek. Serat-serat pulp mekanis terdiri dari

bundelan-bundelan serat dan fragmen-fragmen serat dari beberapa serat individu.

Jika dibuat kertas akan menghasilkan lembaran yang bersifat bulki dan

mempunyai opositas yang baik. Sifat bulki dapat memberikan efek bantalan dalam

lembaran sehingga mempunyai sifat mudah menyerap tinta dan sifat cetak yang

baik. Harga pulp mekanis umumnya rendah, selain karena sifat-sifatnya yang

rendah dan rendemennya tinggi (90% - 95%), juga karena proses pembuatannya

sederhana. Oleh karena itu pulp mekanis hanya dapat digunakan untuk kertas-

kertas tertentu seperti kertas industri atau kertas koran. Proses semikimia

merupakan kombinasi dari proses mekanis kimia. Serpih kayu atau tanaman

berserat lainnya terlebih dahulu dilunakkan sebagian (digesting) dengan bahan

kimia kemudian diikuti dengan aksi mekanis yang biasanya dengan refiner.

Rendemen dan sifat-sifat pulp semikimia merupakan intermediate pulp kimia dan

mekanis. (Perdinan, 2011)

Proses pembuatan kertas yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah

(26)

(NaOH). Proses soda termasuk proses pembuatan pulp secara alkali dengan NaOH

sebagai bahan kimia pemasak. Proses ini lebih tua dari proses kraf, pulp kayu

yang dihasilkan dari proses soda kurang baik dibanding pulp proses kraf akan

tetapi proses soda sangat cocok digunakan untuk memproses bahan baku non

wood (Sucipto, 2009).

b. Pembuatan Bubur Kertas

Pembuatan bubur kertas yaitu; pulp direndam dalam air, dihaluskan hingga

menjadi bubur. Dalam tangki pencampur, pulp dicampur dengan air menjadi

slurry. Slurry kemudian dibersihkan lebih lanjut dan dikirimkan ke mesin kertas.

Bubur kertas sambil diaduk ditambahkan bahan penolong yaitu kanji, rosin dan

aluminium sulfat. (Kasdim, 2008)

c. Pembentukan lembaran

Bubur kertas hasil pencampuran dibuat lembaran menggunakan cetakan

dari kasa 200 mesh dengan ukuran panjang dan lebar sesuai dengan ukuran yang

diinginkan. Tiriskan bubur kertas di atas kasa menggunakan bahan penyerap.

Apabila akan diterakan motif/corak tertentu pada permukaan lembaran, lakukan

penirisan sebagian air kira-kira 1 cm di atas kasa, kemudian atur motif sesuai

keinginan, dan tiriskan air yang tersisa. (Kasdim, 2008)

d. Pengepresan

Lembar kertas yang diangkat dari kasa masih banyak mengandung air dan

harus dikeluarkan. Untuk mengurangi kandungan air tersebut dilakukan

pengepresan dengan alat pres manual sampai air tidak menetes lagi dari lembaran,

kira-kira sampai kadar air 40%.(Kasdim, 2008)

e. Pengeringan

Untuk mendapatkan kertas yang kering, tahap terakhir dilakukan

(27)

2.1.3 Sifat-Sifat Kertas

Pengetahuan terhadap sifat-sifat kertas adalah sangat penting bagi

pabrikasi kertas karena produk akhir yang berlainan memerlukan sifat-sifat kertas

yang berbeda. Namun secara umum, kebanyakan sifat-sifat kertas adalah

bergantung kepada bahan bakunya yaitu serat selulosa, dimana sifat-sifat serat

selulosa ini diketahui sebagai sifat fungsi (Casey, 1981). Selulosa menyerap air

maka kertas juga menyerap air kecuali perlakuan khusus diberikan untuk

meminimalkan daya serapnya. Selulosa berwana putih maka kertas juga bewarna

putih, kecuali kertas tersebut mengandung lignin atau diberi warna. Selulosa

adalah higroskopik ; sehingga kertas juga higroskopik dengan kadar airnya akan

berubah menurut kelembaban relatif sekitar. Serat selulosa mengembang atau

menyusut dengan perubahan kadar air yang dikandungnya karena itu karton juga

mengembang dan menyusut dengan perubahan lembaban relatif. Serat selulosa

berupaya untuk membentuk ikatan-H; kertas pula akan terbentuk dengan adanya

ikatan-H antara serat tanpa penambahan aditif. Serat selulosa mempunyai

kekuatan yang tinggi sehingga kertas yang dihasilkan juga kuat. Serat selulosa

adalah fleksibel maka kertas juga adalah fleksibel. Selulosa dapat dibakar maka

kertas juga dapat dibakar (Cassey, 1981). Proses pabrikasi kertas dapat di

modifikasi untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan untuk menghasilkan

berbagai jenis kertas berkualitas.

2.1.3.1 Sifat Fisik Kertas

Umumnya sifat fisik dan mekanik kertas adalah lebih penting dibanding

dengan sifat kimianya. Sifat fisik dan mekanik kertas antara lain: gramatur, berat,

ketebalan, densitas, kadar air, daya serap air, indeks tarik, indeks koyak, indeks

retak (Cassey, 1981).

a. Gramatur Kertas

Gramatur dikenal juga sebagai berat kertas karena berat lembaran kertas

dan luas kertas lebih penting dibanding dengan volumenya. Gramatur karton

didefenisikan sebagai ukuran berat lembaran kertas yang luasnya satu meter

(28)

berdasarkan berat. Semakin ringan berat kertas sejenis, semakin murah pula

harganya per unit. Berat kertas mempengaruhi sifat fisik kertas, sifat mekanik

kertas, sifat kimia kertas dan optik kertas. Gramatur = berat kertas (gr) / luas

permukaan kertas (m²).

b. Ketebalan Kertas

Ketebalan kertas di defenisikan sebagai jarak antara dua permukaan yang

sejajar yang tegak lurus setelah dilakukan penekanan. Ketebalan lembaran kertas

di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya jenis serat, adanya bahan lain

selain serat, gramatur, tingkat penekanan dan calendring. Ketebalan sangat

penting untuk kertas dan karton terutama bagi kertas atau karton yang di gunakan

untuk tujuan mekanik. (Cassey, 1981).

c. Densitas Kertas

Densitas kertas ditentukan berdasarkan nilai tebal yang dibagi dengan

gramatur. Densitas lembaran kertas dapat dipengaruhi oleh jumlah ikatan antara

serat, kekasaran dan kelenturan serat serta perlakuan penghalusan stok. Selain itu

penambahan bahan-bahan pengisi di dalam kertas juga mempengaruhi densitas

kertas dimana densitas akan bertambah dengan penambahan komposisi pengisi

didalam kertas. Densitas kertas akan mempengaruhi sifat fisik, mekanik dan optic

lembaran kertas.

2.1.3.2 Sifat Mekanik Kertas

Sifat mekanik lembaran kertas terdiri dari ketahanan tarik, ketahanan

retak, ketahanan koyak dan ketahanan tekan lingkar yang dijelaskan seperti

berikut ini.

a. Ketahanan Tarik (Tensile Strength )

Ketahanan tarik kertas dapat di defenisikan sebagai kemampuan kertas

untuk mempertahankan keadaanya agar tidak putus bila dikenakan regangan.

Ketahanan tarik penting dalam menentukan kemampuan kertas agar dapat

(29)

kertas cetak tergantung pada ketahanan kertas terhadap pemutusan jaringan serat

sewaktu proses pencetakan.

Ketahanan tarik sangat diperlukan untuk kertas cetakan dimana gaya tarik

tinggi dapat ditahan oleh kertas tersebut. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

ketahanan tarik:

1. Kekuatan serat individu lemah maka kekuatan tarik juga terpengaruh.

2. Panjang serat rata-rata terlalu panjang maka akan menghasilkan

pembentukan kertas yang tidak baik yang dapat menurunkan kekuatan

tarik.

3. Kemampuan pengikatan permukaan serat bergantung kepada proses

penekanan. Serat yang tidak dipress akan menghasilkan pengikatan yang

lemah.

4. Struktur permukaan kertas; kekuatan tarik akan terpengaruh apabila

struktur pembentukan kertas tidak baik.

b. Ketahanan Retak (Bursting strength)

Ketahanan retak didefenisikan sebagai tindakan elektrostatik dalam kPa

yang akan meretakkan kertas apabila tekanan ditambah secara konstan di berikan

ke diafrakma. Pengujian ketahanan retak dilakukan untuk menentukan rintangan

kertas. Uji retak dilakukan dengan meletakkan sampel diantara clamp annular

dimana tekanan dinaikkan bertahap terhadap diafragma oleh tekanan hidrolik pada

keadaan tetap sehingga sampel retak. Faktor-faktor yang mempengaruhi

ketahanan retak: panjang serat, dimana semakin pendek serat maka semakin

menurun kekuatan retak dan ikatan antara serat, dimana proses penghalusan akan

meningkatkan ikatan antara serat tetapi jika penghalusan terlalu lama maka akan

menghasilkan serat-serat yang lebih pendek akan mempengaruhi kekuatan retak.

Selain itu, ketahanan retak juga dipengaruhi oleh proses pembentukan kertas,

gramatur serta kelembaban.

c. Ketahanan Koyak (Tearing Resistant)

Ketahanan koyak kertas adalah rintangan suatu kertas yang mengalami

(30)

yang diperlukan untuk mengoyakkan sehelai kertas. Ketahanan koyak kertas

sangat penting karena dapat untuk melancarkan kertas di atas mesin-mesin

pencetak agar lembaran kertas tidak mudah koyak. Ketahanan koyak kertas juga

sangat penting dalam penggunaan kertas sebagai pembungkus yang mana

lembaran kertas mesti kuat untuk menyerap hentakan atau daya luar dan

memerlukan rintangan koyak yang tinggi. Faktor yang mempengaruhi ketahanan

koyak adalah jumlah serat yang mengalami rupture kertas, panjang serat dan

banyaknya ikatan antara serat. Jumlah serat juga akan mempengauhi densitas,

gramatur dan kelenturan kertas. Kertas yang kaku akan memberikan tekanan ke

atas serat pada daerah/tempat yang kecil.

2.2 Sumber Bahan Baku kertas

2.2.1 Tanaman Serat Alam

Serat buah, batang, dan daun merupakan komoditas serat alam yang sangat

prospektif di masa mendatang karena komoditas tersebut memiliki keunggulan

untuk bahan baku berbagai industri, dan kontribusinya dalam penyelamatan

lingkungan. Tanaman yang menghasilkan serat buah adalah kapas, kapuk, dan

kelapa. Tanaman serat batang antara lain : kenaf, rosela, yute, rami, urena, linum,

hemp, dan okra; sedangkan tanaman penghasil serat daun antara lain : abaka,

agave (sisal), nenas, sansivera, dan lain lain. Serat buah, batang, dan daun

merupakan komoditas serat alam yang sebelumnya kurang memperoleh

perhatian, baik oleh pemerintah, petani, maupun pengusaha. Namun pada saat ini

dan di masa yang akan datang, komoditas serat alam merupakan komoditas yang

memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai bahan baku berbagai industri.

Sebagai informasi kegunaanmasing-masing komoditas adalah sebagaiberikut:

1. Komoditas serat buah: kapas untuk tekstil dan pulp, kapuk untuk tekstil,

kasur, jok mobil dan lain-lain., sabut kelapa untuk industri karpet, keset,

campuran untuk industri karet;

2. Komoditas serat batang: kenaf, rosela, yute, rami, linum, urena untuk

bahan baku pulp dan kertas, fibreboard, tekstil, karpet, kerajinan, dan

(31)

3. Komoditas serat daun: abaka, agave (sisal), nanas, dan lain-lain untuk

tekstil, pulp dan kertas, geotekstil, karpet, dan lain-lain. (Sudjindro,

2009)

Serat alam merupakan bahan baku yang ramah lingkungan, karena mudah

terdegradasi dan tanaman serat alam memiliki kemampuan menyerap CO2 cukup

besar terutama pada tanaman kenaf. Saat ini serat alam banyak digunakan sebagai

bahan baku untuk produk komposit seperti fiberboard untuk interior mobil, dan

setiap serat alam memiliki ciri dan kegunaan yang spesifik, misalnya serat abaka,

rami, dan kenaf dapat digunakan untuk kertas mata uang. Pada akhir-akhir ini

komoditas serat alam banyak mendapat perhatian dari beberapa kalangan industri,

terutama dari industri otomotif, elektronik, pulp, dan kertas.

a. Kapas (G. hirsutum)

Kapas sudah lama dibudidayakan di Indonesia oleh perusahaan swasta dan

BUMN. Perkembangan tanaman kapas di Indonesia selalu mengalami pasang

surut. Luas areal tahun 1978/79 sampai dengan 1997/98, berkisar antara 17.119–

38.125 ha, dan mencapai puncaknya pada tahun 1985/1986 dengan luas areal

hampir 50.000 ha. Namun sejak itu arealnya berangsur-angsur menyusut, dan saat

ini berkisar antara 7.000 – 10.000 ha. Areal pengembangan kapas terbesar di

Sulawesi Selatan, Jawa Timur, Jawa Tengah, NTB, dan NTT Selain untuk bahan

baku tekstil, serat kapas juga untuk bahan pulp dan kertas (Sudjindro, 2011).

Tanaman kapas menghendaki daerah yang terbuka, artinya tidak boleh

ternaungi,menghendaki curah hujan antara 500–1500 mm/th, dengan batas yang

tegas antara musim kemarau dan musim hujan. Umur tanaman kapas berkisar

antara 120–220 hari tergantung varietasnya. Tipe tanah yang sangat sesuai adalah

tanah lempung berpasir, dengan ketinggian antara 10–500 m dml. (Sudjindro,

2011).Tanaman kapas secara teknis dapat dikembangkan di Kawasan Indonesia

Timur yang beriklim kering, tetapi harus didukung dengan fasilitas pengairan.

Penggunaan varietas unggul seperti Kanesia 8, Kanesia 10, Kanesia 14, dan

Kanesia 15 akan menghasilkan 1–2,5 ton kapas berbiji per ha. Petani akan

memperoleh keuntungan bila dapat menghasilkan minimal 1,0 ton kapas

(32)

bahan baku kertas uang. Uang kertas di Korea Selatan dibuat dari 100 % serat

kapas, sedangkan mata uang Filipina menggunakan campuran kapas dan serat

abaka (Sudjindro, 2011)

b. Abaka (Musa textilis)

Abaka (Musa textilis) sebenarnya mudah dibudidayakan terutama pada

lahan yang memiliki ketinggian di atas 600 m dml, dengan kelembapan udara

rata-rata di atas 76 % dan tidak panas serta curah hujan lebih dari 2.500 mm/th.

Varietas yang sangat terkenal sejak zaman penjajahan sampai sekarang adalah

Tangongon, Bangulanon, dan Maguindanao. Tanaman abaka banyak ditemukan

secara luas di kepulauan Sangihe dan Talaud yang memiliki potensi genetik dan

hasil serat tinggi, akan tetapi belum ada yang mengelola dan belum ada pasar,

sehingga terkesan menjadi tanaman liar. Pada umumnya varietas Tangongon yang

ada di daerah tersebut memiliki pertumbuhan baik (Sudjindro et al., 2009). Saat

ini pertanaman abaka di Indonesia ada di kebun PT. Bayulor (Banyuwangi),

Mamuju (Sulawesi Barat), Sangihe dan Talaud (Sulawesi Utara), Cikalong (Jawa

Barat), Malingping (Banten), dan Bulungan (Kalimantan Timur). Serat abaka (M.

textilis) selain untuk tekstil sesuai dengan namanya, juga dapat digunakan untuk

berbagai bahan baku industri antara lain: pulp dan kertas, komposit (fiberboard),

karpet, tali kapal, dll. Hasil penelitian Haroen menunjukkan bahwa serat abaka

grade S2 (warna putih bersih, benang seratnya sangat baik dan halus), dan Y2

(warna serat kusam sampai agak kotor, benang seratnya pendek dan tidak teratur)

dapat dibuat pulp untuk kertas dengan kualitas di atas mutu pulp abaka komersial.

(Sudjindro, 2011)

c. Tanaman rami (Boehmeria nivea)

Tanaman rami (Boehmeria nivea) sudah lama dikembangkan di Indonesia

namun hasilnya belum menggembirakan. Sejak tahun limapuluhan, pemerintah

pernah berusaha mengembangkan tanaman rami di Jawa Barat dan Sumatera

Utara, namun kurang berhasil. Pada tahun 2004 pemerintah kembali

mengembangkan rami di beberapa daerah antara lain Jawa Tengah, Jawa Barat,

(33)

perkembangan rami di beberapa daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung,

Bengkulu, Jambi, dan Toba Samosir menunjukkan bahwa perkembangan rami

yang dibiayai pemerintah melalui Departemen Koperasi Usaha Kecil dan

Menengah pada tahun 2004-2005 tidak berhasil. Perbandingan serpih dengan

larutan adalah 1: 4 pada suhu 160oC selama 3, 5 jam dengan alkali aktif dan antrakinon masingmasing 12 dan 0,1 % memberikan hasil yang optimal.

Rendemen pulp rami yang dihasilkan sebesar 69,76 dengan bilangan kappa 12,43.

d. Agave (Agave sisalana)

Agave (Agave sisalana) berasal dari daerah Mexico dan sekarang banyak

berkembang di Brazilia dan Tanzania. Produsen serat sisal terbesar di dunia

adalah Brazil, China, Kenya, dan Tanzania. Sisal adalah tanaman tropis yang

hidupnya sangat menghendaki sinar matahari penuh dan kelembapan relatif

sedang. Curah hujan yang dikehendaki sekitar 1000-1800 mm/th, dengan suhu

minimum 16 oC dan maksimum antara 27–32 oC. Sisal dapat tumbuh baik pada berbagai tingkat kesuburan tanah, akan tetapi yang paling baik adalah pada tanah

lempung berpasir dengan kisaran pH 5,5–7,5, dan sangat cocok bila tanahnya

memiliki kandungan unsur Calsium (Ca) tinggi. Sisal dapat ditanam pada kisaran

kesuburan tanah yang bervariasi. Sisal dapat tumbuh baik pada ketinggian sampai

dengan 600 m dml. Sisal mulai dapat dipanen pada umur sekitar 2 (dua) tahun

setelah tanam dan panjang daun yang dapat dipanen minimal 60 cm. Umur

produktif sisal dapat mencapai 5–12 tahun tergantung pada kondisi lingkungan

tumbuhnya. Sisal tidak tahan terhadap genangan air. Di Jawa pada zaman

penjajahan sisal berkembang di daerah Madura, Kediri, Jember, dan Blitar.

Produktivitas serat dapat mencapai 2,0–2,8 t/ha. Serat sisal mengandung 54-66%

α-selulose, 12-17% hemiselulose, 7–14% lignin, 1% pectin dan 1–7% abu. Serat sisal dapat dibuat pulp dengan mutu tinggi karena memiliki kekuatan tarik,

porositas, bulk, daya serap, dan daya lipat yang tinggi, sehingga sangat baik

digunakan untuk pembuatan kertas spesial (specialty papers), dan juga untuk

meningkatkan mutu pulp lainnya. Penggunaan soda dingin dalam pembuatan pulp

(34)

e. Komoditas linum atau flax (Linum usitatissimum L)

Komoditas linum atau flax (Linum usitatissimum L.) dan okra

(Abelmoschus esculentus L.) belum dibudidayakan oleh petani maupun

pengusaha. Untuk pertumbuhan, tanaman linum memerlukan ketinggian tempat di

atas 800 m dml., karena berasal dari daerah dingin. Linum merupakan tanaman

semusim berumur 90-120 hari dan dikembangkan dengan menggunakan benih.

Serat linum lebih dikenal sebagai bahan baku kain linen dan juga dapat digunakan

sebagai bahan baku pulp dan kertas sekuritas. Setiap bendel serat linum terdiri

atas 10-40 sel-sel serat. Tiap sel serat mempunyai panjang berkisar antara 10–40

mm dengan diameter antara 10–30 μm. Susunan kimiawi serat linum terdiri atas

64,1% selulose, 16,6% hemiselulose, 2% lignin, dan 1,8% pektin. Serat linum

memiliki daya serap air lebih tinggi dari serat kapas, rayon, dan wool, tetapi lebih

rendah dari serat rami (Sudjindro, 2011).

f. Urena (U. lobata)

Urena (U. lobata) berasal dari daerah tropis yang dapat ditanam sampai

dengan ketinggian 500 m dml. Kandungan serat urena sekitar 5,0–5,5% dari

batang basah. Serat urena termasuk halus, fleksibel, dan lurus dengan warna putih

krem atau kuning pucat. Sel serat urena memiliki panjang antara 1,4–1,8 mm dan

diameter antara 12–19 μm. Komposisi kimiawinya terdiri atas 63- 87% selulose

dan 7–12% lignin. Serat urena dapat dibuat pulp kraft dan menghasilkan pulp

dengan rendemen antara 43-47%. (Sudjindro, 2011)

g. Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L)

Tanaman kenaf (Hibiscus cannabinus L.), rosela (Hibiscus sabdariffa L.),

dan yute (Corchorus capsularis L.) di Indonesia sudah dikembangkan sejak tahun

1979/1980 yang terkenal dengan program ISKARA (Intensifikasi Serat Karung

Rakyat). Pada waktu itu serat kenaf, rosela, dan yute hanya digunakan untuk

bahan baku industri karung goni. Arah pengembangan kenaf selanjutnya adalah

pada lahan marjinal dimana tidak akan menggeser keberadaan tanaman pangan

(35)

marjinal dan meningkatkan pendapat petani di daerah marjinal (Sudjindro, 2008).

Saat ini tinggal kenaf yang berkembang di Indonesia dan pemanfaatannya untuk

bahan baku industri (fibreboard untuk interior mobil).

Tanaman kenaf memiliki daya adaptasi luassehingga dapat dikembangkan

pada berbagai lahan/tanah seperti lahan banjir (Sudjindro 2008), lahan gambut,

lahan tadah hujan/lahan kering, dan tanah podsolik merah kuning Umur tanaman

kenaf berkisar 70–150 hari tergantung macam varietas dan kondisi lingkungan

tumbuhnya. Produktivitas kenaf dapat mencapai 2,0–4,0 ton serat kering/ha

tergantung varietas dan lingkungan tumbuhnya. Balai Penelitian Tanaman

Tembakau dan Serat (Balittas) di Malang telah memiliki beberapa varietas unggul

yang kurang terpengaruh oleh fotoperiodisitas, seperti KR 9, KR 11, KR 12, KR

14, dan KR 15 (Sudjindro dan Marjani, 2009). Sel serat kenaf memiliki panjang

dari rosella lebih sedikit dari penelitian pulp dari kenaf (Sudjindro, 2011)

i. Tanaman Yute

Serat yute mengandung 45–64% α-selulose, 12-26% hemiselulose, 11-

26% lignin, 0,2% pektin, dan 1–8% abu. Individu sel serat memiliki panjang

(36)

mulai dari pucuk sampai pangkal batang, sebaliknya diameter akan bertambah.

Biomass yute dapat diproses menjadi pulp untuk industri kertas (Sudjindro, 2011)

Secara teknis semua komoditas serat alam yang diuraikan di atas dapat

dibudidayakan di Indonesia, bahkan beberapa komoditas telah berkembang lama

di bumi Indonesia dan sudah dimanfaatkan untuk bahan baku berbagai industri.

Ada beberapa kelebihan atau keunggulan tanaman serat alam dalam hal potensi

untuk pemanfaatan atau pemberdayaan lahanlahan suboptimal (marjinal).

Tanaman agave (sisal) adalah tanaman yang memiliki ketahanan terhadap

cekaman kekurangan air, sehingga sesuai untuk dikembangkan pada lahan kering.

Tanaman kenaf dan yute merupakan tanaman yang mampu beradaptasi pada lahan

banjir. Bahkan tanaman kenaf mampu hidup dan berproduksi pada lahan masam

seperti podsolik merah kuning dan gambut. Secara ekonomis komoditas serat

alam mudah dibudidayakan dan tidak terlalu mahal biaya produksinya. Tanaman

abaka dan rami merupakan tanaman tahunan yang hanya memerlukan modal pada

awal pertanaman untuk pembelian bibit dan persiapan lahan. Umur abaka dan

rami dapat mencapai puluhan tahun tergantung kondisi lahan dan

pemeliharaannya. Tanaman kenaf, rosella, yute, urena, dan linum merupakan

tanaman semusim yang berumur antara 3–5 bulan tergantung varietasnya.

Tanaman agave (sisal) jugamerupakan tanaman tahunan dan mampu berproduksi

selama 5–10 tahun. Secara umum rata-rata hasil serat tanaman abaka, rami, kenaf,

rosella, yute, urena, kapas, dan sisal berkisar 1,5 – 3,0 ton per hektar.

Produktivitas serat masingmasing komoditas bervariasi tergantung macam

varietas, kesesuaian lahan, kondisi lingkungan, dan pemeliharaannya. Biaya

produksi per hektar berkisar antara Rp 3–10 juta/ha tergantung komoditasnya.

Bila produktivitas dapat mencapai 1,5–3,0 t serat/ha maka usaha tani serat alam

sudah menguntungkan.

Berdasarkan sifat fisika dan kimia serat alam terutama kapas, rami, abaka,

dan kenaf semuanya memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai kertas uang

(37)

Table: 2.1 Sifat Fisika Serat Alam

Jenis serat Panjang serat(mm) Diameter serat(mm)

Kapas 20 – 30 0,014 - 0,020

2.2.2 Potensi dan Pemamfaatan Serat Alam

Pada dekade terakhir, industri pulp dan kertas di Indonesia mengalami

kemajuan yang sangat pesat. Indonesia merupakan produsen pulp peringkat ke-9,

sedangkan sebagai produsen kertas Indonesia berada pada peringkat ke-13 di

antara 30 negara penghasil pulp dan kertas terbesar . Pada umumnya industry

kertas di Indonesia menggunakan bahan baku pulp produksi dalam negeri, selain

itu juga menggunakan bahan baku pulp impor terutama untuk produksi kertas

khusus (specialty paper). Salah satu penggunaan kertas khusus adalah sebagai

kertas uang atau kertas sekuritas. Kertas sekuritas merupakan jenis kertas yang

memiliki sifat-sifat yang sangat khusus, terutama kekuatan tarik, kekuatan lipat,

sifat cetak dan lain-lain serta tidak mudah dipalsukan. Menurut Smook kertas

sekuritas adalah kertas yang di dalamnya terdapat ciri-ciri pengaman (security

features) untuk menghalangi pemalsuan (to detercounterfeiting), watermark

berbagai bentuk, serat-serat yang bisa terpendar (fluorescent fibers), noda yang

reaktif terhadap warna (color reactive stain), dan ciri-ciri yang bisa dideteksi

dengan sinar ungu ultra (uv) atau dengan air. Sedangkan Zawawi et al. (2004),

mengatakan bahwa kertas sekuritas dan kertas uang harus sangat sulit dipalsu,

(38)

Bahan baku kertas yang selama ini digunakan untuk kertas sekuritas

adalah serat yang berasal dari serat kapas dengan campuran serat linen atau serat

lain yang dapat meningkatkan mutu kertas. Kertas uang yang berkualitas

sebenarnya bahan baku utamanya adalah kapas, namun bukan serat panjangnya,

akan tetapi serat pendek yang menempel pada biji yang disebut linters. Biasanya

bahan baku pembuatan pulp dan kertasuang adalah linters+serat abaka, atau

linters+serat rami, atau linters+ serat kenaf. Berdasarkan hasil beberapa penelitian

menunjukkan bahwa serat. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa serat

alam yang ada di negeri kita memiliki peluang untuk dijadikan bahan baku untuk

pembuatan pulp dan kertas uang. Beberapa tanaman serat alam sebagian besar

sudah dibudidayakan di Indonesia seperti kapas, kenaf, rami, dan abaka. Empat

jenis tanaman tersebut sudah digunakan di beberapa negara sebagai bahan baku

pembuatan kertas uang, misalnya dollar USA (linters + abaka, linters + rami,

linters + kenaf), peso Filipina (linters + abaka).

2.3 Serat

2.3.1 Dimensi Serat

Hampir semua tanaman berserat dapat dibuat pulp, hanya ekonomis

tidaknya tergantung kepada komponen kimia yang terkandung dan sifat fisik serat

bahan bakunya. Kertas terdiri dari serat selulosa yang berasal dari tumbuh-

tumbuhan. Serat mempunyai panjang, lebar dan dinding yang bervariasi,

tergantung pada jenis dan posisinya dalam suatu pohon serta lokasi tumbuhnya.

Selama proses pembuatan kertas, air dikeluarkan dari jaringan serat sehingga

terjadi ikatan antar serat yang semakin rapat dan disertai perubahan bentuk serat

menjadi pipih Kekuatan kertas terpenting yang menentukan kualitas kertas

berhubung dengan penggunaannya adalah: kekuatan sobek kertas (tearing

strength), kekuatan tarik kertas (tensile strength), kekuatan jebol kertas (bursting

strength), kekuatan lipat kertas (folding strength). Bergantung pada tujuan

penggunaannya, maka dapat dipilih kekuatan-kekuatan mana yang dipentingkan.

Misalnya untuk kertas bungkus, yang dipentingkan adalah kekuatan sobeknya,

untuk kertas cetak adalah kekuatan tarik (dan kehalusannya), untuk peta-peta

(39)

Kekuatan ikatan serat merupakan fungsi dari luas dan intensitas ikatannya.

Luas ikatan dipengaruhi oleh morfologi, sedangkan intensitas oleh susunan

molekul selulosa. Kertas tipis, kekuatanny lebih banyak berhubungan dengan

ketegaran serat, sedangkan kertas tebal ikatan serat merupakan faktor utama.

Ketahan retak sangat dipengaruhi daya ikat serat dan panjang serat. Daya ikat

serat dalam suatu lembaran kertas ditentukan oleh besarnya ikatan dan banyaknya

fibrilasi.

Peranan dimensi serat sebagai bahan baku kertas mempunyai hubungan

satu sama lain yang kompleks dan mempunyai pengaruh yang mendasar terhadap

sifat fisik pulp kertas seperti density, kekuatan, fleksibilitas, kelicinan, porositas.

(Perdinan, 2010)

2.3.2 Panjang Serat

Menurut penelitian-penelitian yang telah dilakukan, bahwa panjang serat

merupakan sifat yang sangat menetukan kekuatan kertas dan sangat

mempengaruhi kekuatan sobek serta pembentukan formasi. Serat yang panjang

memberi kekuatan kertas lebih baik dari serat pendek, tetapi serat pendek

memberi formasi yang lebih baik dari serat panjang. Serat yang terdapat dalam

satu jenis kayu panjangnya bervariasi, maka distribusi frekuensi panjang serat

turut berperan juga dalam menentukan kekuatan kertas. Jumlah persentase serat

yang tingi akan menurunkan kekuatan serat.

Klasifikasi panjang serat menurut Klemn, adalah sebagai berikut :

a. Serat panjang : 2,0 - 3,0 mm

b. Serat sedang : 1,0 - 2,0 mm

c. Serat pendek : 0,1 - 1,0 mm.

2.3.3 Kekasaran Serat (Diameter Serat)

Sifat kekasaran serat pada bahan baku maupun pulpnya banyak

dipengaruhi oleh faktor dimensi penampang melintang serat (diameter dan

dinding serat). Bentuk penampang melintang serat berupa elips dan tidak

beraturan. Untuk mendekati diameter serat yang sebenarnya diadakan koreksi dan

(40)

Klasifikasi diameter/ perimeter serat, menurut Klemn adalah sebagai berikut:

itu, bunganya pun enak disayur, lagipula berkasiat sebagai penghilang bau badan.

Kecombrang masih digolongkan tanaman liar. Memang kecombrang dapat

tumbuh di sembarang tempat terutama di daerah pegunungan. Di daerah dataran

rendah pun kecombrang juga sering ditemui. Kecombrang memiliki nama

ilmiah Nicolaia speciosa Horan, disebut juga Phaemoeria speciosa atau

pula Elletaria speciosa.

Tanaman famili jahe ini berupa herba setinggi 2-5 meter. Batang semunya

tegak, hanya bergaris tengah 2-3 cm sehingga tampak kurus. Berpelepah dan

membentuk rimpang hijau Daunnya tunggal, berbentuk lanset yang memanjang

seperti pita sekitar 40-50 cm, selebar 8-10 cm. ujung dan pangkal daun runcing,

dan hijau. Yang menarik adalah bunganya yang majemuk berbentuk bonggol

muncul dari batang yang berada dalam tanah. Mahkota bunga bertajuk. Warna

bunganya yang merah jambu cukup indah bila dimanfaatkan sebagai bunga

potong. Ini pula yang jadi penarik orang untuk memanfaatkannya sebagai tanaman

penghias taman (www.wikipedia.org).

Buah kecombrang berbentuk panjang dan menggerombol. Dalam buahnya

yang bewarna merah kecoklatan ini banyak sekali bijinya. Pembudidayaannya

lebih mudah dilakukan dengan stek atau tunas akar tinggalnya (anakan yang

keluar dari akar tinggalnya). Tanaman ini adalah tanaman asli Indonesia yang

dibuktikan dengan suatu studi etnobotani di pulau Kalimantan, dimana 70% dari

spesies yang ada mempunyai nama lokal lainnya di pulau tersebut dan lebih dari

60% spesies yang ada mempunyai paling tidak satu manfaat yang digunakan oleh

(41)

2.4.2 Klasifikasi Kecombrang

Tanaman kecombrang atau dikenal juga sebagai puwar kinjung termasuk

familia zingiberaceae (jahe-jahean). Di Sumatera kecombrang dikenal sebagai

kola, tere, acemsitu, cekala, dan puwar kinjung. Masyarakat di Jawa

menyebutnya honje, rombeka, combrang, kecombrang, kecumbrang, dan

cumbrang. Sementara itu di Sulawesi disebut atimengo, bubogu, dan katimbang.

Orang Maluku mengenalnya sebagai salahawa dan petikala (www.wikipedia.org).

Kecombrang (Etlingera elatior) merupakan salah satu keluarga

Zingiberacea yang asli Indonesia. Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama

antara lain ”kencong” ”kecombrang” di Jawa, ”honje” di Sunda, ”bongkot” di

Bali, ”sambuang” di Sumatra Barat dan ”bunga kantan” di Malaysia. Orang barat

menyebut tanaman ini torch ginger atau torch lily karena bentuk bunganya yang

mirip obor serta warnanya yang merah memukau (Gambar 1). Beberapa orang

juga menyebutnya dengan nama Philippine waxflower atau porcelein rose

mengacu pada keindahan bunganya.( Dede Sukandar, et.al 2010)

Klasifikasi ilmiah kecombrang

2.4.3 Ciri-ciri Batang, Daun, dan Bunga Kecombrang

Jika batangnya sudah tua, bentuk tanamannya mirip jahe atau lengkuas,

dengan tinggi mencapai 5 meter. Batang-batang semu bulat gilig, membesar di

pangkalnya; tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk rumpun

jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah tanah. Rimpangnya tebal,

berwarna krem, kemerah-jambuan ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun

dalam dua baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong, 20-90

(42)

Gambar 2.1. Tanaman Kecombrang

2.4.4 Manfaat Kecombrang

Kecombrang dijadikan bahan campuran atau bumbu penyedap berbagai

macam masakan di Nusantara. Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau

direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat. Kecombrang yang dikukus

juga kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah Banyumas. Masakan Batak

populer, arsik ikan mas, juga menggunakan asam cekala ini. Tumbuhan ini juga

dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan dengan kulit,

termasuk campak. Tumbuhan ini mengandung bahan antioksidan yang amat baik

untuk kesehatan (www.wikipedia.org)

Dewasa ini telah banyak dikembangkan produk pangan yang memadukan

antara fungsi nutrisi dan kesehatan, yang sering disebut pangan fungsional.

Pangan fungsional merupakan produk pangan yang memberikan keuntungan

terhadap kesehatan. Pangan fungsional dapat mencegah atau mengobati penyakit.

Tanaman rempah dan obat mempunyai potensi besar sebagai sumber makanan

dan minuman fungsional seiring dengan makintingginya kesadaran masyarakat

akan pentingnya menjaga kesehatan. Bagi konsumen, pangan fungsional

bermanfaat untuk mencegah penyakit, meningkatkan Senyawa Aktif Antibakteri

Ekstrak Air Bunga Kecombrang (Sukandar, et.al, 2010)

Bagi industri pangan, pangan fungsional akan memberikan kesempatan

(43)

mempunyai nilai tambah bagimasyarakat. Selanjutnya bagi pemerintah, adanya

pangan fungsional akan menurunkan biaya untuk pemeliharaan kesehatan

masyarakat Salah satu tanaman rempah dan obat yang memiliki potensi sebagai

pangan fungsional yang berfungsi sebagai antibakteri adalah kecombrang

(Etlingera elatior). Kecombrang merupakan salah satu jenis tanaman rempah-

rempah yang sejak lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia sebagai obat-

obatan. Tanaman kecombrang dapat dipakai untuk mengobati penyakit-penyakit

yang tergolong berat yaitu kanker dan tumor. Bunga dari tanaman ini bisa

digunakan sebagai bahan kosmetik alami dimana bunganya dipakai untuk

campuran cairan pencuci rambut dan daun serta rimpangnya dipakai untuk bahan

campuran bedak oleh penduduk lokal (Sukandar, et.al, 2010)

2.4.5 Nilai Nutrisi Kecombrang

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Kecombrang

Kecombrang

Nilai nurtrisi per 100 g (3.5 oz)

Energi 0 kJ (0 kcal)

Persentase merujuk kepada rekomendasi Amerika Serikat untuk

dewasa.

(44)

Komponen bioaktif pada ekstrak kecombrang berbeda-beda sesuai dengan

polaritasnya. Komponen fitokimia ekstrak heksana terdiri dari steroid,

triterpenoid,alkaloid, dan glukosida. Komponen fitokimia ekstrak etil asetat

adalah steroid, terpenoid, alkaloid, flavonoid, dan glikosida. Sedangkan ekstrak

etanol menghasilkan komponen fenolik, terpenoid, alkaloid, saponin, dan

glikosida. Rendemen ekstrak yang diperoleh sangat rendah yaitu 2,9% untuk

ekstrak etanol, 2,4% untuk ekstrak etil asetat, dan 9,1% untuk ekstrak heksana.

Rendemen ekstrak dihitung sebagai % (v/b) pada setiap ml ekstrak/100 gram

bubuk kecombrang (www.wikipedia.org)

Bunga kecombrang memiliki beberapa keunggulan antara lain sebagai

edible flower dan memiliki altivitas antibakteri perusak pangan. Pengembangan

produk makanan berbasis kecombrang akan dapat memberikan gambaran pada

masyarakat tentang aplikasi bunga kecombrang sebagai bahan pangan fungsional

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang aktivitas antibakteri dari

ekstrak air bunga kecombrang. (Sukandar, et.al, 2010)

Beberapa penelitian tentang senyawa antimikroba pada tanaman telah

dilakukan, seperti tanaman Zingiberaceae. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui penyebab penyakit jamur putih pada buah salak dan mengetahui

pengaruh ekstrak bunga kecombrang untuk mengendalikan penyakit tersebut.

Pengujian ekstrak bunga kecombrang dilakukan secara in vitro dan in planta

Patogen teridentifikasi adalah Chalaropsis sp. sebagai penyebab penyakit jamur

putih buah salak, Pada pengujian in vitro, ekstrak bunga kecombrang pada

konsentrasi 48-50 % dapat menghambat pertumbuhan Chalaropsis sp. Hingga 90

% (LC90) pada medium PDA. Pengujian in planta menunjukkan, buah salak yang

lepas tandan terlihat lebih rentan terhadap infeksi Chalaropsis sp. Daripada yang

menempel tandan. Aplikasi ekstrak bunga kecombrang mampu menghambat

pertumbuhan Chalaropsis sp. pada buah salak lepas tandan atau menempel

tandan, dan ekstrak murni bunga kecombrang dapat melindungi buah salak hingga

100 % dari infeksi Chalaropsis sp.( Pratomo, 2005)

Bubuk Kecombrang (Nicolaia speciosa) juga dapat Sebagai Pengawet

Alami pada Bakso Ikan Tengiri Menyadari ketahanan umur simpan bakso ikan

(45)

umur simpan bakso ikan tenggiri. Salah satunya yaitu menggunakan bahan nabati

yang memiliki efek antimikroba. Batang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan)

merupakan salah satu bagian tanaman kecombrang yang memiliki efek

antimikroba. Kandungan senyawa aktif dari batang kecombrang yaitu alkaloid,

saponin, fenolik, flavonoid, triterpenoid, steroid, glikosida efektivitas antimikroba

bagian-bagian tanaman kecombrang menunjukkan bahwa ekstrak dalam air dari

bubuk batang kecombrang dengan konsentrasi 6% memiliki aktivitas anti kapang

Gambar

Table: 2.1 Sifat Fisika Serat Alam
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Kecombrang
Gambar 3.1 Diagram Alir Proses Pemasakan I Pulp Kecombrang
Gambar 3.2 Diagram Alir Proses Pemasakan II Pulp Kecombrang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu, perlu dilakukan penelitian karakterisasi pembuatan papan lembaran sebagai panel dinding dari susunan dan variasi persentase berat serbuk silikon oksida (SiO 2 )

Penelitian tentang pembuatan dan karakterisasi kertas yang dibuat dari campuran pulp jerami dan pulp kantong semen bekas telah dilakukan.. Penelitian yang dilaksanakan dengan

Kemudian ucapan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara sehingga kami dapat melaksanakan Program Magister Sains pada Program Studi Magister Ilmu

Harbrian V, 2007 Pengaruh Ketebalan Inti (core) terhadap kekuatan bending komposit Sandwich Serat E9 Glass Chopped Strand Mat9 Unsaturated Polyester Resin dengan Inti (core)

Serat Batang Kecombrang Gbr... Gambar Alat

Yield kertas dari koran bekas lebih besar dikarenakan koran bekas merupakan sumber serat sekunder yang mengandung sekitar 80-85% pulp mekanis dan 15-20% pulp kimia (Paraskevas

Yield kertas dari koran bekas lebih besar dikarenakan koran bekas merupakan sumber serat sekunder yang mengandung sekitar 80-85% pulp mekanis dan 15-20% pulp kimia (Paraskevas

Berdasar nilai kandungan kimia menunjukkan bahwa serat alang-alang memungkinkan untuk digunakan sebagai bahan baku pulp dan kertas dilihat dari kandungan selulosanya