Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
ANALISA TORSI PADA BALOK
DENGAN LUBANG PADA BADANNYA
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Melengkapi tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh
Ujian Sidang Sarjana Teknik Sipil
Disusun oleh
HIMSAR M GULTOM
03 0404 036
SUB JURUSAN STRUKTUR
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayat-Nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan judul
“ANALISA TORSI PADA BALOK DENGAN LUBANG PERSEGI EMPAT
PADA BADANNYA”
Tugas akhir ini disusun untuk diajukan sebagai syarat dalam ujian sarjana
teknik sipil bidang studi struktur pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara
Medan. Penulis menyadari bahwa isi dari tugas akhir ini masih banyak
kekurangannya dan jauh dari kata sempurna. Hal ini penulis akui karena keterbatasan
pengetahuan dan kurangnya pemahaman penulis. Untuk penyempurnaannya, saran
dan kritik dari bapak dan ibu dosen serta rekan mahasiswa sangatlah penulis
harapkan.
Penulis juga menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak, tugas akhir ini tidak mungkin dapat diselesaikan dengan baik. Oleh
karena iu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang senantiasa penulis muliakan yang dalam
keadaan sulit telah mau memperjuangkan hingga penulis dapat menyelesaikan
perkuliahan dan sampai saat ini.
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak DR. Ing. Johannes Tarigan, IPU selaku ketua jurusan departemen teknik
sipil Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ir. Teruna Jaya MSc. selaku wakil ketua jurusan departemen teknik sipil
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
3. Bapak DR. Ing. Johannes Tarigan, IPU dan Bapak Ir. Mawardi S. selaku dosen
pembimbing dan co-pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
4. Bapak Ir. Nurjulisman, selaku dosen wali sekaligus dosen pengajar selama
menempuh studi.
5. Bapak/ Ibu dosen pengajar departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara.
6. Seluruh pegawai administrasi yang telah memberikan bantuan dalam kemudahan
penyelesaian administrasi.
7. Rekan-rekan mahasiswa departemen teknik sipil Universitas Sumatera Utara
khususnya buat Dapot, Ronald, Tony, Masana, Ganda, Marshal dan lain lain yang
telah membantu penulis didalam mencari bahan untuk menyelesaikan tugas akhir
ini.
Sekali lagi penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat
kesalahan penulisan dan penyusunan tugas akhir ini. Akhir kata penulis berharap
tugas akhir ini berguna bagi semua pihak yang memerlukan.
Medan, Janiari 2009
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Tugas akhir ini aku persembahkan kepada
Ayah dan Ibu
Sebagai tanda hormat dan terima kasih
Atas segala kasih sayang dan doa
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Pada bangunan bertingkat banyak dijumpai instalasi untuk pemasangan pipa dan service ducting yang dibutuhkan untuk supply air, pembuangan air kotor, instalasi AC sentral, listrik, telepon jaringan komputer, instalasi pipa dan ducting mechanical atau electrical, peralatan-peralatan untuk instalasi tersebut biasanya ditempatkan di bawah balok sehingga dapat mengurangi tinggi efektif ruangan. Menambah ketinggian akan mengurangi jumlah tingkat dari bangunan dimana ketinggian bangunan harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh peraturan, karena itu maka untuk instalasinya dapat dibuat pada badan beton bertulang, untuk itu maka akan dibuat lubang pada badannya sehingga pengurangan ketinggian ruangan dapat dihindari.
Akan tetapi masalah yang timbul akibat adanya lubang pada beton bertulang tersebut adalah bagaimana distribusi tegangan dan deformasi pada balok berlubang akan berpengaruh terhadap kekuatannya, dimana pada badan yang berlubang tersebut dapat memikul torsi di samping gaya lentur dan geser yang dapat mengakibatkan retak oleh gaya torsinya, dalam pembahasan di sini digunakan bentuk lubang persegi pada tengah bentang. Untuk mencapai nilai keamanan dan kekuatan tersebut, maka balok beton bertulang pada bangunan tersebut didimensi sedemikian rupa hingga memiliki kekuatan melebihi beban yang akan dipikulnya. Semakin besar dimensi suatu balok pada bangunan, maka keamanan dan kekuatan juga semakin besar, akan tetapi semakin tinggi balok maka akan semakin tidak ekonomis dan efisien dalam pengerjaannya, karena itu tinggi balok dan besarnya lubang juga mempengaruhi terhadap kekuatan balok pada bangunan tersebut
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
ABSTRAK ...iv
DAFTAR ISI...v
DAFTAR NOTASI ...ix
BAB I. PENDAHULUAN ...1
I.1. Latar belakang ...1
I.2. Permasalahan ...4
I.3. Tujuan Penelitian ...5
I.4. Pembatasan Masalah ...5
I.5. Metodologi... ...6
BAB II. TEORI DASAR ...7
II.1 Umum ...7
II.2. Bahan Penyusun Beton ...8
II.2.1 Semen ...9
II.2.1.1 Umum ...9
II.2.1.2 Semen Portland... 9
II.2.1.3 Jenis Semen Portland... 9
II.2.1.5 Sifat- sifat Semen Portland...11
II.2.2 Agregat ...13
II.2.2.1 Umum...13
II.2.2.2 Jenis Agregat ...14
II.2.2.2.1 Agregat Halus ... 14
II.2.2.2.2 Agregat Kasar... 15
II.2.3 Air...15
II.3 Sifat Beton... 17
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
II.3.2 Bahan Baja Tulangan... 20
II.4. Penampang Beton Bertulang dalam beban Torsi... 21
II.5. Tegangan Elastis Tidak Retak... 22
II.6. Tegangan Pada Pembebanan Ultimit... 24
II.7. Geser dan Tarik Diagonal Balok... 27
II.8. Prilaku Balok Tanpa Penulangan Geser... . 28
II.9. Penampang Balok Bertulangan Seimbang Kurang, atau Lebih... 29
II.9.1 Penampang Balok Bertulangan Seimbang... 29
II.9.2 Penampang Balok Bertulangan Lebih... 30
II.9.3 Penampang Balok Bertulangan Kurang... 31
II.10 Retakan Beton (Crack)... 32
II.11 Bidang Torsi ... 33
II.11.1 Perletakan Torsi ... 33
II.11.2 Penggambaran Bidang Torsi ...34
II.12 Torsi Pada Penampang Bulat ... .35
II.13 Tampang Persegi ... 36
II.14 Tegangan Torsi ... 37
II.14.1 Tegangan Torsi Pada Tampang Bulat ... 37
II.14.2 Tegangan Torsi Pada Tampang Persegi ... 38
II.14.3 Tegangan Torsi Pada Tampang I... 40
II.15 Torsi Murni... 41
II.16 Torsi Terpilin (Warping Torsion)... 42
II.17 Sudut Puntir ... 48
II.18 Torsi Pada Beton ... 49
II.19 Kekuatan Torsi Balok Dengan Penulangan Pada Badan ... 50
II.20 Kombinasi Geser , Momen dan Torsi ... 51
II.21 Luas Tulangan Sengkang ... 51
II.22 Luas Tulangan longitudinal ... 52
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
II.24 Geser, Momen dan Torsi ... 54
II.25 Penempatan tulangan ... 54
BAB III. METODE ANALISA ... 55
III.1 Pemodelan Beton Berlubang... 55
III.2 Merencanakan Dimensi Balok Beton Berlubang... 56
III.2.1. Dasar Penentuan Letak Lubang Pada Balok Berlubang...56
III.2.2. Pemodelan Balok Berlubang...57
III.3 Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang di Badan ...58
III.3.1 Kondisi leleh...60
III.3.2 Aturan aliran Plastis...,,,,,,,,,...62
III.4 Analisa untuk torsi ultimit...,,,,,,,,,...62
III.4.1 Balok dengan batang yang sama ...65
III.4.2 Penyelesaian batas bawah ...66
III.4.3 Balok dengan batang balok sama ...68
III.5 Metode perencanaan yang disederhanakan ...71
III.5.1 Latar Belakang ...71
III.5.2 Metode perencanaan ...72
III.6 Kombinasi torsi dengan lentur ...74
BAB IV. APLIKASI...76
IV.1 Data balok dan penampang...76
IV.2 Pendimensian Profil ...77
IV.3 Perhitungan ...78
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ...…84
V.1. Kesimpulan... ...…84
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR NOTASI
E = Modulus elastis bahan (Modulus Young)
G = Modulus geser bahan
V = Poisson ratio
x,y,z = Koordinat kartesian
f’c = Mutu Beton
fy = Mutu Baja tulangan
[ε] = Matriks regangan
[σ] = Matriks tegangan
l0 = Panjang efektif lubang
σ = Tegangan
τ = Tegangan geser
Mu = Momen lentur
T = Torsi
d = Tinggi efektif
d0 = Tinggi efektif lubang
Mn = Momen nominal (batas)
ÿ = Jarak dari muka tekan penampang ke sumbu netral
P = Beban terpusat
L = Panjang bentang
fyt = Kekuatan leleh dari tulangan longitudinal
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
T_Seng = Gaya torsi
d_v = diameter Sengkang pada lobang
s_seng = jarak sengkang
At_min = Diameter minimum
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
BAB I
I.1. Latar belakang
Dalam konstruksi bangunan sekarang ini beton bertulang merupakan
salah satu bahan pembentuk struktur bangunan yang banyak digunakan karena beton
terdiri dari material yang umumnya mudah diperoleh dan mudah diolah sesuai bentuk
yang diinginkan.
Pada bangunan bertingkat, banyak dijumpai pipa dan service duct dibutuhkan seperti : supply air, pembuangan air kotor, instalasi AC sentral, listrik, telepon dan jaringan komputer.Instalasi pipa dan ducting mechanical dan electrical tersebut tidak jarang ditempatkan di bawah balok sehingga akan mengurangi tinggi effektif ruangan suatu bangunan.Menambah ketinggian ruangan akan mengurangi jumlah tingkat dari bangunan dimana ketinggian bangunan tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
Untuk bangunan tidak bertingkat, penambahan ketinggian bangunan guna instalasi pipa dan ducting ini tidak cukup berarti terhadap penambahan biaya secara keseluruhan, akan tetapi untuk bangunan tingkat banyak (multistory building) sangat berarti terhadap penambahan biaya apabila dikalikan dengan jumlah tingkat.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka dibuat suatu alternative lain yang dapat digunakan untuk memperkecil biaya dan penambahan ketinggian bangunan. Salah satu alternatif yang dapat digunakan adalah dengan membuat lubang pada balok seperti pada gambar dibawah ini :
h Servis Duct
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Lobang pada pemasangan pipa-pipa yang berukuran kecil yang diperhitungkan
tidak mengurangi kekuatan struktur balok beton bertulang maka pipa-pipa tersebut
dapat diizinkan tertanam pada balok. Tetapi apabila lubang tersebut berukuran besar
akan dapat mengurangi kekuatan struktur balok atau terjadi perlemahan pada balok,
maka perlu dilakukan peninjauan design terhadap struktur balok beton tersebut.
Suatu struktur harus aman terhadap keruntuhan sehingga tidak menimbulkan
bahaya dan kerugian pada pemakaiannya. Dikatakan aman apabila struktur tersebut
mampu menahan beban yang mungkin lebih besar dari beban rencana dengan tidak
mengesampingkan keekonomisan dari struktur tersebut. Agar stabilitasnya terjamin,
balok sebagai bagian dari system yang menahan lentur,geser dan torsi, harus kuat
untuk menahan tegangan lentur, geser dan torsi yang terjadi.
Dalam tugas akhir ini yang dibahas adalah pengaruh torsi pada balok yang
berlobang pada badanya, dimana bentuk lobang berbentuk segiempat yang terletak
pada tengah bentang. Kegagalan dari sebuah balok yang berlobang pada tengah
bentang berbentuk segiempat adalah didominasi oleh momen torsi.
Bentuk dan letak lubang pada balok dapat dilihat pada gambar dibwah ini.
L/2
L
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Letak lubang pada struktur sehingga timbul torsi dapat dilihat seperti yang
digambarkan pada gambar dibawah ini.
Gambar I.3 Torsi pada balok dengan lubang persegi empat
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Dalam permasalahan torsi pada balok beton dengan lubang persegi empat
pada badanya dapat diselesaikan dengan persamaan – persamaan torsi pada balok
berlobang yang terdapat pada buku “Concrete Beams With Openings:Analysis And
Design”. Salah satu rumus yang digunakan dalam penyelesaian torsi pada balok
dengan lubang persegi empat yang berada ditengah bentang adalah sebagai berikut :
Rumus mencari besar tulangan di sudut lobang akibat momen torsi
Dimana :
d_v = diameter tulangan pada sudut lobang
T = momen torsi
fvy = tegangan luluh untuk tulangan geser
X1,Y1 = jarak sengkang
I.2. Permasalahan
Yang merupakan permasalahan pada penulisan tugas akhir ini adalah
bagaimana distribusi tegangan dan deformasi pada balok berlobang pada badannya
yang memikul torsi, dan retak yang diakibatkan oleh torsi. Adapun bentuk lobang
yang dibahas adalah berbentuk persegi empat yang berada di tengah bentang.
d_v 4
π
T_seng fyv x1⋅( +y1)
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
I.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Menganalisis secara teoritis balok menerus beton bertulang yang
berlubang akibat torsi
b. Mendesign balok beton berlubang terhadap akibat torsi.
I.4. Pembatasan Masalah
Mengingat banyaknya permasalahan dalam pemeriksaan balok beton
bertulang, maka pada penelitian ini diberikan pembatasan masalah sebagai berikut :
- analisis dan design balok hanya terhadap torsi saja
- balok ditumpu dengan dua perletakan sendi-rol
- penampang balok beton yaitu balok persegi
- penempatan lubang hanya satu yakni di tengah bentang saja
I.5. Metodologi
Metode yang digunakan dalam kajian ini adalah secara analitis dengan
menyelesaikan persamaan-persamaan dan didasarkan pada beberapa literatur yang
berhubungan dengan penulisan kajian ini.
Maka keberhasilan tulisan ini sangat tergantung pada kelengkapan dari
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
BAB II
TEORI DASAR
II.1. Umum
Beton merupakan bahan utama dalam setiap pembangunan gedung. Beton
merupakan hasil dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan agregat kasar yaitu
pasir, air batu kerikil dengan menambahkan secukupnya bahan perekat yaitu semen
dan air sebagai bahan pembantu agar terjadinya reaksi kimia selama proses
pengerasan dan perawatan beton. Beton bertulang adalah beton yang terdiri dari beton
dan baja tulangan.
Agregat halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran,
merupakan komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton
merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah nilai banding campuran dan
mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing,
temperatur, dan kondisi perawatan pengerasannya
Beton mempunyai perbandingan terbalik antara kuat tekan dan kuat
tariknya. Beton mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi tetapi sangat lemah dalam
kuat tariknya. Nilai kuat tariknya hanya berkisar antara 9%-15% saja dari kuat
tekannya. Sedangkan baja mempunyai kuat tarik yang sangat tinggi. Maka hal ini
dikombinasikan antara beton yang mempunyai kuat tekan tinggi dan baja yang
mempunyai kuat tarik yang tinggi untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang
komposit.
Dengan sendirinya untuk mengatur kerjasama antara dua macam bahan yang
berbeda sifat dan perilakunya dalam rangka membentuk satu kesatuan perilaku
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
digunakan satu macam bahan saja seperti halnya pada struktur baja, kayu, aluminium,
dan sebagainya.
Agar kerjasama antara bahan beton dan baja tulangan dapat berkerja dengan
baik maka diperlukan syarat-syarat keadaan sebagai berikut : (1) lekatan sempurna
antara batang tulangan baja dengan beton keras yang membungkusnya sehingga tidak
terjadi penggelinciran diantara keduanya; (2) beton yang mengelilingi batang tulangan
baja bersifat kedap sehingga mampu melindungi dan mencegah terjadinya karat baja;
(3) angka muai kedua bahan hampir sama, di mana untuk setiap kenaikan suhu satu
derajat Celcius angka muai beton 0,000010 sampai 0,000013 sedangkan baja
0,000012, sehingga tegangan yang timbul karena perbedaan nilai dapat diabaikan.
[Dipohusodo, 1999].
Namun dari lekatan yang sempurna antara kedua bahan tersebut di daerah
tarik suatu komponen struktur akan sering terjadi retak-retak halus pada beton di
dekat baja tulangan. Pada umumnya penyebab utama dari pada timbulnya retakan ini
adalah penguapan yang sangat cepat dari permukaan beton. Ketika kecepatan dari
penguapan melampuai kecepatan merembesnya air, yang pada umunya keatas
permukaan beton, maka terjadilah retakan halus seperti yang dimaksud di atas. Retak
halus ini dapat kita abaikan sejauh tidak mempengaruhi penampilan struktural
komponen yang bersangkutan.
II.2. Bahan penyusun Beton
II.2.1. Semen
II.2.1.1. Umum
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
pasta semen. Jika ditambah agregat halus, pasta semen akan menjadi mortar,
sedangkan jika digabungkan dengan agregat kasar akan menjadi campuran beton
segar yang setelah mengeras akan menjadi beton keras (hardened concrete).
Fungsi semen ialah untuk mengikat butir-butir agregat hingga membentuk
suatu massa padat dan mengisi rongga-rongga udara di antara butiran agregat.
Semen merupakan hasil industri yang sangat kompleks, dengan campuran
serta susunan yang berbeda-beda. Semen dapat dibedakan menjadi dua kelompok,
yaitu : 1). Semen non-hidrolik dan 2). Semen hidrolik.
Semen non-hidrolik tidak dapat mengikat dan mengeras di dalam air, akan
tetapi dapat mengeras di udara. Contoh utama dari semen non-hidrolik adalah kapur.
Semen hidrolik mempunyai kemampuan untuk mengikat dan mengeras di dalam air.
Contoh semen hidrolik antara lain : kapur hidrolik, semen pozollan, semen terak,
semen alam, semen portland, semen portland pozolland dan semen alumina.
II.2.1.2. Semen Portland
Semen Portland adalah suatu bahan pengikat hidrolis (hydraulic binder) yang
dihasilkan dengan menggiling klinker yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang
umumnya mengandung satu atau lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan
yang digiling bersama-sama dengan bahan utamanya.
II.2.1.3. Jenis Semen Portland
Peraturan Beton 1989 (SKBI.4.53.1989) membagi semen portland menjadi 5
jenis (SK.SNI T-15-1990-03:2) yaitu :
♦ Tipe I, semen portland yang dalam penggunaannya tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti jenis-jenis lainnya. Digunakan untuk
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
♦ Tipe II, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan
terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. Digunakan untuk konstruksi bangunan
dan beton yang terus-menerus berhubungan dengan air kotor atau air tanah atau
untuk pondasi yang tertahan di dalam tanah yang mengandung air agresif
(garam-garam sulfat) dan saluran air buangan atau bangunan yang berhubungan langsung
dengan rawa.
♦ Tipe III, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekeuatan awal
yang tinggi dalam fase permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen jenis ini
digunakan pada daerah yang bertemperatur rendah, terutama pada daerah yang
mempunyai musim dingin (winter season).
♦ Tipe IV, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi
yang rendah. Digunakan untuk pekerjaan-pekarjaan yang besar dan masif,
umpamanya untuk pekerjaan bendung, pondasi berukuran besar atau pekerjaan
besar lainnya.
♦ Tipe V, semen portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan yang
tinggi terhadap sulfat. Digunakan untuk bangunan yang berhubungan dengan air
laut, air buangan industri, bangunan yang terkena pengaruh gas atau uap kimia
yang agresif serta untuk bangunan yang berhubungan dengan air tanah yang
mengandung sulfat dalam persentase yang tinggi.
Ada 4 unsur paling penting yang menyusun semen portland, yaitu :
a. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C3S.
b. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) yang disingkat menjadi C2S.
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
d. Tetrakalsium Aluminoferrit (4CaO.Al2O3.Fe2O3) yang disingkat menjadi C4AF.
Senyawa tersebut menjadi kristal-kristal yang paling mengikat/mengunci
ketika menjadi klinker. Komposisi C3S dan C2S adalah 70% - 80% dari berat semen
dan merupakan bagian yang paling dominan memberikan sifat semen
(Cokrodimuldjo, 1992). Semen dan air saling bereaksi, persenyawaan ini dinamakan
proses hidrasi, dan hasilnya dinamakan hidrasi semen.
II.2.1.4.Sifat-Sifat Semen Portland
Sifat-sifat semen portland yang penting antara lain :
1. Kehalusan butiran (fineness)
Kehalusan butir semen mempengaruhi proses hidrasi. Waktu pengikatan
(setting time) menjadi semakin lama jika butir semen lebih kasar. Semakin
halus butiran semen, proses hidrasinya semakin cepat, sehingga kekuatan awal
tinggi dan kekuatan akhir akan berkurang. Kehalusan butiran semen yang
tinggi dapat mengurangi terjadinya bleeding atau naiknya air kepermukaan,
tetapi menambah kecendrungan beton untuk menyusut lebih banyak dan
mempermudah terjadinya retak susut. Menurut ASTM, butiran
semen yang lewat ayakan no.200 harus lebih dari 78%.
2. Waktu pengikatan
Waktu ikat adalah waktu yang diperlukan semen untuk mengeras, terhitung
mulai dari bereaksi dengan air dan menjadi pasta semen hingga pasta semen
cukup kaku untuk menerima tekanan. Waktu ikat semen dibedakan menjadi
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
a. Waktu ikat awal (initial setting time), yaitu waktu dari pencampuran
semen dengan air menjadi pasta semen hingga hilangnya sifat
keplastisan.
b. Waktu ikat akhir (final setting time), yaitu waktu antara terbentuknya
pasta semen hingga beton mengeras.
Pada semen portland initial setting time berkisar 1.0-2.0 jam, tetapi tidak boleh
kurang dari 1.0 jam, sedangkan final setting time tidak boleh lebih dari 8.0
jam. Untuk kasus-kasus tertentu, diperlukan initial setting time lebih dari 2.0
jam agar waktu terjadinya ikata awal lebih panjang. Waktu yang panjang ini
diperlukan untuk transportasi (hauling), penuangan (dumping/pouring),
pemadatan (vibrating), dan perataan permukaan.
3. Panas hidrasi
Panas hidrasi adalah panas yang terjadi pada saat semen bereaksi dengan air,
dinyatakan dalam kalori/gram. Jumlah panas yang dibentuk antara lain
bergantung pada jenis semen yang dipakai dan kehalusan butiran semen.
Dalam pelaksanaan, perkembangan panas ini dapat mengakibatkan masalah
yakni timbulnya retakan pada saat pendinginan. Pada beberapa struktur beton,
terutama pada struktur beton mutu tinggi, retakan ini tidak diinginkan. Oleh
karena itu, perlu dilakukan pendinginan melalui perawatan (curing) pada saat
pelaksanaan.
4. Perubahan volume (kekalan)
Kekalan pasta semen yang telah mengeras merupakan suatu ukuran yang
menyatakan kemampuan pengembangan bahan-bahan campurannya dan
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Pengembangan volume dapat menyebabkan kerusakan dari suatu beton,
karena itu pengembangan beton dibatasi 0.8%. Pengembangan semen ini
disebabkan karena adanya CaO bebas, yang tidak sempat bereaksi
denganoksida-oksida lain. Selanjutnya CaO ini akan bereaksi dengan air
membentuk Ca(OH)2 dan pada saat kristalisasi volumenya akan membesar.
Akibat pembesaran volume tersebut, ruang antar partikel terdesak dan akan
timbul retak-retak.
II.2.2.Agregat
II.2.2.1. Umum
Agregat ialah butiran mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton. Kandungan agregat dalam campuran beton biasanya sangat
tinggi, yaitu berkisar 60%-70% dari volume beton. Walaupun fungsinya hanya
sebagai pengisi, tetapi karena komposisinya yang cukup besar sehingga karakteristik
dan sifat agregat memiliki pengaruh langsung terhadap sifat-sifat beton.
Agregat yang digunakan dalam campuran beton dapat berupa agregat alam
atau agregat buatan (artificial aggregates). Secara umum agregat dapat dibedakan
berdasarkan ukurannya, yaitu agregat kasar dan agregat halus. Ukuran antara agregat
halus dengan agregat kasar yaitu 4.80 mm (British Standard) atau 4.75 mm (Standar
ASTM). Agregat kasar adalah batuan yang ukuran butirnya lebih besar dari 4.80 mm
(4.75 mm) dan agregat halus adalah batuan yang lebih kecil dari 4.80 mm (4.75 mm).
Agregat dengan ukuran lebih besar dari 4.80 mm dibagi lagi menjadi dua : yang
berdiameter antara 4.80-40 mm disebut kerikil beton dan
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Agregat yang digunakan dalam campuran beton biasanya berukuran lebih
kecil dari 40 mm. Agregat yang ukurannya lebih besar dari 40 mm digunakan untuk
pekerjaan sipil lainnya, misalnya untuk pekerjaan jalan, tanggul-tanggul penahan
tanah, bronjong atau bendungan dan lainnya. Agregat halus biasanya dinamakan pasir
dan agregat kasar dinamakan kerikil, kricak, batu pecah atau split.
II.2.2.2.Jenis Agregat
Agregat dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu agregat alam dan agregat
buatan (pecahan). Agregat alam dan pecahan inipun dapat dibedakan berdasarkan
beratnya, asalnya, diameter butirnya (gradasi), dan tekstur permukaannya.
Dari ukurannya, agregat dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu agregat
kasar dan agregat halus.
II.2.2.2.1. Agregat Halus
Agregat halus (pasir) adalah mineral alami yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran beton yang memiliki ukuran butiran kurang dari 5 mm atau lolos
saringan no.4 dan tertahan pada saringan no.200. Agregat halus (pasir) berasal
dari hasil disintegrasi alami dari batuan alam atau pasir buatan yang dihasilkan
dari alat pemecah batu (stone crusher).
a. Pasir Galian
Pasir golongan ini diperoleh langsung dari permukaan tanah atau dengan cara
menggali terlebih dahulu. Pasir ini biasanya tajam, bersudut, berpori dan bebas
dari kandungan garam. Pada kasus tertentu, agregat yang terletak pada lapisan
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
b. Pasir Sungai
Pasir ini diperoeh langsung dari dalam sungai, yang pada umumnya berbutir
halus, bulat-bulat akibat proses gesekan. Daya lekat antar butir-butirnya agak
kurang karena butir yang bulat. Karena ukuran butirannya kecil, maka baik
dipakai untuk memplester tembok juga untuk keperluan yang lain.
c. Pasir Laut
Pasir laut ialah pasir yang di ambil dari pantai. Butirannya halus dan bulat
karena gesekan. Pasir ini merupakan pasir yang paling jelek karena banyak
mengandung garam-garaman. Garam-garaman ini menyerap kandungan air
dari udara dan ini mengakibatkan pasir selalu agak basah dan juga
menyebabkan pengembangan bila sudah menjadi bangunan. Karena itu,
sebaiknya pasir pantai (laut) tidak dipakai dalam campuran beton.
Agregat halus yang digunakan pada penelitian ini merupakan pasir sungai
yang berasal dari Sungai Wampu.
II.2.2.2.2. Agregat Kasar
Agregat kasar (kerikil/batu pecah) berasal dari disintegrasi alami dari batuan alam
atau berupa batu pecah yang dihasilkan oleh alat pemecah batu (stone crusher),
dengan ukuran butiran lebih dari 5 mm atau tertahan pada saringan no.4.
Agregat kasar yang digunakan pada penelitian ini adalah agregat alami yang
berasal dari Sungai Wampu dengan ukuran maksimum 40 mm.
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Air merupakan bahan dasar pembuat beton yang penting. Air diperlukan untuk
bereaksi dengan semen, serta sebagai bahan pelumas antar butir-butir agregat agar
mudah dikerjakan dan dipadatkan. Kandungan air yang rendah menyebabkan beton
sulit dikerjakan (tidak mudah mengalir), dan kandungan air yang tinggi menyebabkan
kekuatan beton akan rendah serta betonnya porous. Selain itu kelebihan air akan
bersama-sama dengan semen bergerak kepermukaan adukan beton segar yang baru
dituang (bleeding), kemudian menjadi buih dan membentuk lapisan tipis yang dikenal
dengan laitance (selaput tipis). Selaput tipis ini akan mengurangi daya lekat antara
lapisan beton dan merupakan bidang sambung yang lemah. Apabila ada kebocoran
cetakan, air bersama-sama semen juga dapat keluar, sehingga terjadilah sarang-sarang
kerikil.
Selain dari jumlah air, kualitas air juga harus dipertahankan. Karena kotoran
yang ada di dalamnya dapat menyebabkan kekuatan beton dan daya tahannya
berkurang. Pengaruh pada beton diantaranya pada lamanya waktu ikatan awal adukan
beton serta kekuatan betonnya setelah mengeras.
Air yang digunakan sebagai campuran harus bersih, tidak boleh mengandung
minyak, asam, alkali, zat organis atau bahan lainnya yang dapat merusak beton. Air
yang memenuhi persyaratan sebagai air minum memenuhi syarat pula untuk bahan
campuran beton, tetapi tidak berarti air pencampur beton harus memenuhi standar
persyaratan air minum.
Dalam pemakaian air untuk beton sebaiknya air memenuhi syarat sebagai
berikut :
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
b. Tidak mengandung garam-garamm yang dapat merusak beton (asam, zat organik,
dan sebagainya) lebih dari 15 gram/liter.
c. Tidak mengandungf klorida (Cl) lebih dari 0,5 gram/liter.
d. Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gram/liter.
Untuk air perawatan, dapat dipakai juga air yang dipakai untuk pengadukan,
tetapi harus yang tidak menimbulkan noda atau endapan yang merusak warna
permukaan beton. Besi dan zat organis dalam air umumnya sebagai penyebab utama
pengotoran atau perubahan warna, terutama jika perawatan cukup lama.
II.3 Sifat Bahan
II.3.1 Bahan Beton
Karena beton mempunyai sifat yang kuat terhadap tekan dan mempunyai
sifat yang relatif rendah terhadap tarik maka pada umumnya beton hanya
diperhitungkan mempunyai kerja yang baik di daerah tekan pada penampangnya dan
hubungan regangan-regangan yang timbul karena pengaruh pengaruh gaya tekan
tersebut digunakan sebagai dasar pertimbangan.
Nilai dari kuat tekan beton diwakili oleh tegangan tekan maksimum fc’
dengan satuan N/mm2 atau MPa (Mega Pascal). Kuat tekan beton umur 28 hari
berkisar antara nilai ± 10 – 65 MPa. Untuk struktur beton bertulang pada umumnya
menggunakan beton dengan kuat tekan berkisar 17 – 30 MPa [Dipohusodo, 1999].
Nilai dari kuat tekan beton ditentukan dari tegangan tekan tertinggi (fc’) yang
dicapai benda uji umur 28 hari akibat beban tekan selama percobaan. Dengan
demikian, seperti tampak pada gambar, harap dicatat bahwa tegangan fc’ bukanlah
tegangan yang timbul pada saat benda uji hancur melainkan tegangan maksimum
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
II.3.1. memperlihatkan hasil percobaan kuat tekan benda uji beton berumur 28 hari
untuk berbagai macam adukan rencana.
Secara umum kemiringan kurva regangan-regangan pada tahap awal
menggambarkan nilai modulus elastis suatu bahan. Dengan mengamati bermacam
kurva tegangan-regangan kuat beton berbeda, tampak bahwa umumnya kuat tekan
maksimum tercapai pada saat nilai satuan regangan tekan ε’ mencapai ± 0,002.
Selanjutnya nilai tegangan fc’ akan turun dengan bertambahnya nilai regangan sampai
benda uji hancur pada nilai ε’ mencapai 0,003 – 0,005. Beton kuat tinggi lebih getas
dan akan hancur pada nilai regangan maksimum yang lebih rendah dibandingkan
dengan beton kuat rendah. Pada SK SNI 15-1991-03 pasal 12.2.3 menetapkan bahwa
regangan kerja maksimum yang diperhitungkan di serat tepi beton tekan terluar
adalah 0,003-0,0035 sebagai batas hancur. Regangan maksimum tersebut boleh
jadi tidak konservatif untuk beton mutu tinggi dengan nilai fc’ antara 55-80 Mpa.
Gambar II.3.1. Diagram Tegangan-Regangan Batang Tulangan Baja Terhadap Kuat Tekan Beton
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Tidak seperti pada kurva tegangan-regangan baja, kemiringan awal kurva
pada beton sangat beragam dan umumnya sedikit agak melengkung. Kemiringan awal
yang beragam tersebut tergantung pada nilai kuat betonnya, dengan demikian nilai
modulus elastisitas beton pun akan beragam pula. Sesuai dengan teori elastisitas,
secara umum kemiringan kurva pada tahap awal menggambarkan nilai modulus
elastisitas suatu bahan. Karena kurva pada beton berbentuk lengkung maka nilai
regangan tidak berbanding lurus dengan nilai tegangannya berarti bahan beton tidak
sepenuhnya bersifat elastis, sedangkan modulus elastisitas berubah-ubah sesuai
dengan kekuatannya dan tidak dapat ditentukan melalui kemiringan kurva. Bahan
beton bersifat elasto plastis dimana akibat dari beban tetap yang sangat kecil
sekalipun, di samping memperlihatkan kemampuan elastis bahan beton juga
menunjukkan deformasi permanen.
Sesuai dengan SK SNI T-03-xxxx-2002 pasal 10.5.1 digunakan rumus
modulus elastisitas beton sebagai berikut :
Ec = 0,043 wc1,50√fc’ ……… (II.1)
di mana, Ec = modulus elastisitas beton tekan (MPa)
wc = berat isi beton (kg/m3)
fc’ = kuat tekan beton (MPa)
Rumus empiris tersebut hanya berlaku untuk beton dengan berat isi berkisar antara
1500 dan 2500 kgf/m3. Untuk beton kepadatan normal dengan berat isi ± 23 kN/m3
dapat digunakan nilai :
Ec = 4.700 √fc’ ………...(II.2)
Tabel II.3.1. Nilai modulus elastisitas beton (Ec) berbagai mutu beton.
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
17 19.500
20 21.000
25 23.500
30 25.700
35 27.800
40 29.700
Pada umumnya nilai kuat maksimum untuk mutu beton tertentu akan
berkurang pada tingkat pembebanan yang lebih lamban atau slower rates of strain.
Nilai kuat beton beragam sesuai dengan umurnya dan biasanya nilai kuat beton
ditentukan pada waktu beton mencapai umur 28 hari setelah pengecoran. Umumnya
pada umur 7 hari kuat beton mencapai 70 % dan pada umur 14 hari mencapai 85 % -
90 % dari kuat beton umur 28 hari. Pada kondisi pembebanan tekan tertentu beton
menunjukkan suatu fenomena yang disebut rangkak (creep).
II.3.2 Bahan Baja Tulangan
Beton tidak dapat menahan gaya tarik melebihi nilai tertentu tanpa
mengalami retak-retak. Maka resultan tegangan tarik dialihakan kepada tulangan
tarik. Sifat fisik batang tulangan baja yang paling penting untuk digunakan dalam
perhitungan perencanaan beton bertulang tegangan leleh (fy) dan modulus elastis
(Es). Untuk itu, agar beton dapat bekerja dengan baik dalam suatu sistem struktur,
perlu dibantu dengan memberinya perkuatan penulangan yang terutama akan
mengemban tugas menahan gaya tarik yang bakal timbul dalam sistem.
Agar dapat berlangsung lekatan erat antara baja tulangan dengan beton, selain
batang polos berpenampang bulat (BJTP) juga digunakan batang deformasian (BJTD)
yaitu batang tulangan baja yang permukaannya dikasarkan secara khusus, diberi sirip
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
produksinya. Baja tulangan polos (BJTP) hanya digunakan untuk tulangan pengikat
sengkang atau spiral, umumnya diberi kait pada ujungnya. Suatu diagram hubungan
regangan-tegangan tipikal untuk batang tulangan baja dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut :
ε
Gambar II.3.2. Diagram Idealisasi Nilai Tegangan-Regangan Tulangan Baja
Keterangan : pada bagian awal diagram regangan dan tegangan modulus
elastis baja Es konstan. Posisi a-b adalah batas leleh, dimana
regangan bertambah dan tegangan konstan disebut tegangan
leleh. Posisi c adalah saat baja mencapai tegangan ultimate.
Posisi d adalah pada saat baja akan putus.
Modulus elastisitas baja tulangan ditentukan berdasarkan kemiringan awal
kurva tegangan-regangan di daerah elastik di mana antara mutu baja yang satu dengan
lainnya tidak banyak bervariasi. Ketentuan SK SNI 03-xxxx-2002 menetapkan bahwa
nilai modulus elastisitas baja adalah 200.000 MPa.
II.4. Penampang Beton Bertulang dalam beban Torsi
a b
c
d
A
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
II.4. Gambar bidang torsi
Jika kita tinjau dari penampang sebuah balok bertulang bertumpu bebas
dengan dua beban torsi di tengah bentang dimana berat sendiri balok diabaikan
Dalam penggambaran bidang torsi dapat dilakukan seperti penggambaran gaya
lintang dengan tanda bidang momen torsi sama seperti menutup dan membuka skrup.
Kalau arah Momen Torsi kearah menutup maka digambarkan negatif dan kalau
kearah membuka maka digambar positif.
II.5. Tegangan Elastis Tidak Retak
Selama tegangan tarik pada penampang tidak melebihi kuat tarik beton σc
penampang tersebut dianggap belum retak, dimana kuat tarik beton sekitar 0,5 – 0,6
√f’c. Keadaan ini disajikan Gambar untuk penampang beton yang diberi beban momen
lentur dengan lebar b dan tinggi efektif d. Tinggi daerah tekan adalah c, sedangkan a.
MT MT
b.
L
MT MTA
MTB (-)
(+)
a b
MTA = MT . b L
QA = MT QB = MT
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
regangan tekan dan regangan tarik (dalam beton dan baja) berbanding lurus dengan
jarak terhadap garis netral (Gambar II.5).
Gambar II.5. Distribusi tegangan-regangan penampang beton bertulang yang tidak retak
[Gideon, 1995]
Tegangan tarik maksimum beton σc terdapat pada serat terbawah dan lebih
kecil dari f’c. Selama tegangan tekan f’c masih kecil, diagram distribusi tegangan
masih linear. Regangan tekan beton dan regangan tarik baja berbanding lurus dengan
jarak terhadap garis netral.
Pada gambar II.5 terlihat distribusi tegangan untuk penampang balok yang
belum retak ( c<fc). Pada daerah tarik jumlah tulangan tertentu. Selama daerah tarik
ini tidak retak, besar regangan baja tulangan sama dengan regangan beton
disekitarnya.
C
d h
b
c 'c
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Karena hubungan antara dan , baik untuk baja maupu beton masih linier
maka berlaku :
c
s dan c
Es Ec
σ σ
ε = ε =
; kemudian
s c maka cEs Ec
σ σ
ε ε= =
dengan demikian tegangan baja adalah
. Es
s c
Ec
σ = σ
Perbandingan Es
Ec dikenal sebagai besaran n atau disebut angka ekivalensi, sehingga
untuk tegangan baja yang terjadi berlaku rumus berikut :
.
s n c
σ = σ
untuk modulus runtuh beton tarik fr ditentukan sebagai berikut :
fr=0.7 f c' (sesuai dengan SKSNI T15-1991-03 pasal 3.3.2-5)
Untuk modulus elastis beton Ec ditentukan menjadi
Ec=4700 f c' , sedangkan modulus elastis baja beton menjadi Es ditentukan
Es=200000 Mpa ( 6 2
2.10 kg cm ). /
Pada saat retak awal berlaku rumus Mr = fr.Wt retak. dengan
Mr = momen retak pada saat diperkirakan akan terjadi retak awal
fr = Modulus runtuh beton tarik
.
t retak
W = 1 2
6bh , momen lawan (tahanan) dari penampang yang retak.
II.6. Tegangan pada Pembebanan Ultimit
Pada beban yang lebih besar lagi, hingga mendekati pembebanan ultimit
nilai regangan serta tegangan akan meningkat dan cenderung tidak sebanding lagi
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Distribusi tegangan pada kondisi ultimit yang berupa kurva parabola dapat diidealisasi
menjadi bentuk tegangan segi empat ekivalen sebagaimana diusulkan Whitney (lihat
Gambar II.6.).
σ σ
σ σ
β
Gambar II.6. Distribusi Tegangan-Regangan Penampang Beton Bertulang Pada Beban Batas
[Gideon, 1995]
Pendekatan dan pengembangan metode perencanaan kekuatan didasarkan
atas anggapan-anggapan sebagai berikut :
1. Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan
dan tetap berkedudukan tegak lurus pada sumbu bujur balok (prinsip Bernoulli).
Oleh karena itu, nilai regangan dalam penampang komponen struktur terdistribusi
linear atau sebanding lurus terhadap jarak ke garis netral (prinsip Navier).
2. Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada kira-kira beban sedang,
di mana tegangan beton tekan tidak melampaui ± 1/2 fc’. Apabila beban meningkat
sampai beban ultimit, tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan
regangannya berarti distribusi tegangan tekan tidak lagi linear. Bentuk blok
tegangan beton tekan pada penampangnya berupa garis lengkung dimulai dari
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
sebagai kuat tekan lentur beton pada umumnya tidak terjadi pada serat tepi tekan
terluar, tetapi agak masuk ke dalam.
3. Dalam memperhitungkan kapasitas momen ultimit komponen struktur, kuat tarik
beton diabaikan (tidak diperhitungkan) dan seluruh gaya tarik dilimpahkan kepada
tulangan baja tarik.
Berdasarkan pada anggapan-anggapan seperti yang telah dikemukakan di
atas, dapat dilakukan pengujian regangan, tegangan, dan gaya-gaya yang timbul pada
penampang balok yang bekerja menahan momen batas, yaitu momen akibat beban
luar yang timbul tepat pada saat terjadi hancur. Momen ini mencerminkan kekuatan
dan di masa lalu disebut sebagai kuat lentur ultimit balok. Kuat lentur suatu balok
beton tersedia karena berlangsungnya mekanisme tegangan-tegangan dalam yang
timbul di dalam balok yang pada keadaan tertentu dapat diwakili oleh gaya-gaya
dalam. ND adalah resultante gaya tekan dalam, merupakan resultante seluruh gaya
tekan pada daerah di atas garis netral. Sedangkan NT adalah resultante gaya tarik
dalam, merupakan jumlah seluruh gaya tarik yang diperhitungkan untuk daerah di
bawah garis netral. Kedua gaya ini, arah garis kerjanya sejajar, sama besar, tetapi
berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen
tahanan dalam di mana nilai maksimumnya disebut sebagai kuat lentur atau momen
tahanan penampang komponen struktur terlentur.
Berdasarkan bentuk empat persegi panjang, seperti tampak pada gambar,
intensitas tegangan beton tekan rata-rata ditentukan sebesar 0,85 fc’ dan dianggap
bekerja pada daerah tekan dari penampang balok selebar b dan sedalam a, yang mana
besarnya ditentukan dengan rumus :
a = β1 c ………...… (II.3)
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
β1 = konstanta yang merupakan fungsi dari kelas kuat beton.
Standar SK SNI 03-xxxx-2002 menetapkan nilai β1 diambil 0,85 untuk fc’ ≤
30 MPa, berkurang 0,05 untuk setiap kenaikan 7 MPa kuat beton, dan nilai tersebut
tidak boleh kurang dari 0,65.
II.7. Geser dan Tarik Diagonal Balok
Prilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena gaya geser sangat
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Balok tersebut langsung hancur tanpa
adanya peringatan terlebih dahulu. Juga retak diagonalnya jauh lebih lebar
dibandingkan dengan retak lentur. Geser merupakan parameter yang sangat berarti
pada prilaku balok tinggi.
Pada balok dengan perletakan sederhana semakin dekat dengan perletakan
maka momen lentur akan berkurang dengan disertai bertambahnya tegangan geser.
Pada gambar 2.6 tegangan utama ft(maks) tarik bekerja pada bidang yang lebih dari
45˚ terhadap normal penampang didekat perletakan.
Gambar.2.7. Trajektori tegangan utama pada balok homogen isotrofis
Karena kacilnya kekuatan tarik beton. Maka timbul retak digonal sepanjang
bidang yang tegak lurus terhadap bidang tegangan tarik utama, dengan demikian
disebut ratak tarik diagonal. Untuk mencegah retak ini diperlukan suatu penulangan
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
daerah yang gesernya besar, akibat tarik diagonal dapat terjadi retak miring sebagai
kelanjutan dari retak lentur dan ini disebut retak geser lentur.
II.8 Prilaku Balok Tanpa Penulangan Geser
Tegangan tarik dengan variasi besar dan kemiringan, baik akibat tegangan
geser saja atau gabungan dengan lentur, akan timbul disetiap tempat disepanjang
balok yang harus diperhitungkan pada analisis dan perencanaan. Kejadian tulangan
tanpa tulangan geser umumnya kerusakan akan terjadi pada daerah sepanjang kurang
lebih tiga kali tinggi efektif balok, dan dinamakan bentang geser. Tampak bahwa
retak akibat tarik diagonal merupakan salah satu cara terjadinya kerusakan geser
seperti gambar II.8 di bawah ini :
Gambar II.8. Kerusakan Tipikal Akibat Diagonal
Untuk bentang geser yang lebih pendek, kerusakan akan timbul sebagai
kombinasi dari pergeseran, remuk dan belah. Retak miring akibat geser di badan
balok beton bertulangan dapat terjadi tanpa disertai retak akibat lentur disekitarnya
atau dapat juga sebagai kelanjutan proses retak lentur yang telah mendahuluinya.
Mekanisme perlawanan geser di dalam komponen struktur beton bertulang
tidak lepas dari pengaruh serta tersusun sebagai kombinasi beberapa kejadian atau
mekanismenya sebagai berikut :
Bentang geser
(bagian bentang dimana geser tinggi P
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
1. Adanya perlawanan geser beton sebelum retak.
2. Adanya gaya ikatan antar agregat (pelimpahan geser antar permukaan butir) ke
arah tangensial disepanjang retakan, yang serupa dengan gaya gesek akibat saling
ikat antar agregat yang tidak teratur di sepanjang permukaan beton kasar.
3. Timbulnya aksi pasak tulangan memanjang sebagai perlawanan terhadap gaya
transversal yang harus ditahan.
4. Terjadinya prilaku pelengkung pada balok relatif tinggi dimana setelah terjadi
retak miring, beban dipikul oleh susunan reaksi gaya tekan yang membentuk
busur melengkung dengan pengikatnya (tali busur) adalah gaya tarik di sepanjang
tulangan memanjang yang ternyata memberikan cadangan kapasitasnya yang
cukup tinggi.
5. Adanya perlawanan penulangan geser yang berupa sengkang vertikal ataupun
miring (untuk balok bertulang geser).
II.9 Penampang Balok Bertulangan Seimbang, Kurang, atau Lebih
II.9.1 Penampang Balok Bertulangan Seimbang
Penampang balok bertulangan seimbang (Balanced), pada tulangan tarik
mulai leleh pada saat beton mencapai regangan batasnya dan akan hancur karena
tekan. Pada awal terjadinya keruntuhan, tegangan tekan yang diizinkan pada serat tepi
yang tertekan adalah 0,003 in./in. Sedangkan regangan baja sama dengan regangan
lelehnya, yaitu
c y
y E
f
=
∈ . [Edward G. Nawi, 1998]
Seperti yang telah dikemukakan di atas, meskipun rumus lenturan tidak
berlaku lagi dalam metoda perencanaan kekuatan akan tetapi prinsip-prinsip dasar
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
tertentu, perbandingan antara regangan baja dengan regangan beton maksimum dapat
ditetapkan berdasarkan distribusi regangan linear. Sedangkan letak garis netral
tergantung pada jumlah tulangan baja tarik yang dipasang dalam suatu penampang
sedemikian sehingga blok tegangan tekan beton mempunyai kedalaman cukup agar
dapat tercapai keseimbangan gaya-gaya, di mana resultante tegangan tekan seimbang
dengan resultante tegangan tarik (∑ H = 0). Apabila pada penampang tersebut luas
tulangan baja tariknya ditambah, kedalaman blok tegangan beton tekan akan
bertambah pula, dan oleh karenanya letak garis netral akan bergeser ke bawah lagi.
Apabila jumlah tulangan baja tarik sedemikian sehingga letak garis netral pada posisi
di mana akan terjadi secara bersamaan regangan luluh pada baja tarik dan regangan
beton tekan maksimum 0,003, maka penampang disebut bertulangan seimbang.
Kondisi keseimbangan regangan menempati posisi penting karena merupakan
pembatas antara dua keadaan penampang beton bertulang yang berbeda cara
hancurnya.
II.9.2 Penampang Balok Bertulangan Lebih
Apabila penampang beton bertulang mengandung jumlah tulangan baja tarik
lebih banyak dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan regangan,
penampang balok demikian disebut bertulangan lebih (over-reinforced). Berlebihnya
tulangan baja tarik mengakibatkan garis netral bergeser ke bawah. Hal yang demikian
pada gilirannya akan berakibat beton mendahului mencapai regangan maksimum
0,003 sebelum tulangan baja tariknya luluh. Apabila penampang balok tersebut
dibebani momen lebih besar lagi, yang berarti regangannya semakin besar sehingga
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
beton hancur secara mendadak tanpa diawali dengan gejala-gejala peringatan terlebih
dahulu.
Pada penampang over-reinfoced, keruntuhan ditandai dengan hancurnya beton
yang tertekan. Pada saat awal keruntuhan, regangan baja ∈S yang terjadi masih lebih
kecil dari pada regangan lelehnya, ∈Y. Dengan demikian tegangan baja f juga lebih S
kecil dari pada tegangan lelehnya, f . Kondisi ini terjadi apabila tulangan yang Y
digunakan lebih banyak dari pada yang diperlukan dalam keadaan balanced. [Edward
G. Nawi, 1998].
II.9.3 Penampang Balok Bertulangan Kurang
Sedangkan apabila suatu penampang beton bertulang mengandung jumlah
tulangan baja tarik kurang dari yang diperlukan untuk mencapai keseimbangan
regangan, penampang demikian disebut bertulangan kurang (underreinforced). Letak
garis netral akan lebih naik sedikit dari pada keadaan seimbang, dan tulangan baja
tarik akan mendahului mencapai regangan luluhnya (tegangan luluhnya) sebelum
beton mencapai regangan maksimum 0,003.
Keruntuhan ditandai dengan terjadinya leleh pada tulangan baja. Tulangan
baja ini akan terus bertambah panjang dengan bertambahnya regangan, ∈Y. [Edward
G. Nawi, 1998].
ε ε ε
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Gambar II.9.3 Variasi Letak Garis Netral dengan Perbedaan Jenis Penulangan
[Dipohusodo, 1999] II.10 Retakan Beton (Crack)
Pembebanan yang berangsur-angsur akan mengakibatkan retak pada beton
dimulai dengan retakan mikro yaitu retak yang terjadi pada ikatan antara agregat
dengan mortar yang berkembang dan menjalar seiring dengan bertambahnya
tegangan. Retak mikro ini merupakan retakan awal sebelum terbentuknya retak
rambut yang dapat dilihat oleh mata. Keretakan ini tetap bertahan sampai pada 30
persen atau lebih dari pembebanan akhir kemudian meningkat dalam panjang, lebar
dan jumlahnya.
Beton bertulang bila diberi beban yang bertambah besar sehingga retakan
yang timbul pada balok beton melampaui kekuatan tarik beton, maka akan timbul
retak-retak di lapisan yang tertarik, di mana retakan ini mengakibatkan perubahan
momen inersia penampang beton. Momen inersia ini tergantung pada jumlah tulangan
yang ada, di mana nilainya lebih kecil dari momen inersia penampang yang tidak
retak.
Tekanan dimana retak terbentuk sangat bergantung pada sifat dari agregat
kasar. Kerikil mulus mengakibatkan retak pada saat tekanan lebih rendah
dibandingkan dengan batu pecah yang kasar, hal ini disebabkan karena ikatan
C1 Cu
CL
Sumbu netral
Jarak retak, ac
1 2
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
mekanis dipengaruhi oleh sifat permukaan dan tingkatan, oleh permukaan agregat
kasar.
II.11 Bidang Torsi II.11.1 Perletakan Torsi
Pada jenis perletakan tanpa torsi dikenal dengan sendi, jepit dan rol
(lihat gambar II.11.1). Khusus pada torsi maka diadakan simbol perletakan seperti
pada gambar II.11.1. d.
Y
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
II.11.2 Penggambaran bidang Torsi
Momen torsi dapat dibuat dengan simbol seperti pada gambar II.2. (a), tetapi
dapat juga dibuat analog dengan gambar II.b (seperti gaya terpusat atau beban terbagi
rata).
Dalam penggambaran bidang torsi dapat dilakukan seperti penggambaran
gaya lintang seperti pada gambar II.11.2
Gambar II.11.2 Torsi terpusat dan torsi terbagi rata
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Gambar II.11.2. Gambar bidang Torsi
Penggambaran tanda bidang momen sama seperti menutup dan membuka
skrup. Kalau arah Momen Torsi kearah menutup maka digambarkan negatif dan kalau
kearah membuka maka digambar positif.
II.12. Torsi Pada Penampang Bulat
Inertia Polar
Pada tampang bulat Inertia Torsi (J) dapat dihitung dengan rumus : MT
A B
c.
L
(-)
(+) MTA
MTB
MTA = ½. MT.L MTB = ½. MT.L
r
MT
Y J = ∫p2 . dA
= ½ . r4
dimana :
2
= x2 + y2
∫ 2
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Dalam beberapa literatur disebutkan juga Ip = Ix + Iy, tapi ini berlaku hanya
untuk tampang bulat. Sedangkan pada tampang persegi ataupun penampang I, U, L
tidak berlaku.
II.13 Torsi Pada Tampang Persegi
Dengan bantuan teori soap film analogi maka Inergia polar tampang
sembarang dapat diturunkan dari rumus :
……….. .………...…... (II.4)
dengan bantuan penyelesaian memakai teori Prantd’l maka :
……….………... (II.5)
Khusus untuk tampang persegi maka Inersia polar :
J = . a . b3... (II.6)
dimana dapat dilihat pada tabel II.13 Dan a : adalah sisi terpanjang
sedangkan b=adalah sisi yang terpendek. 2
x2 +
2
y2
= - 2G ’
J =
4 ∫∫ . dx . dy
2
x2 + 2
y2
a
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
a / b
1 0.141
1.5 0.196
2 0.229
2.5 0.249
3 0.263
4 0.281
5 0.291
6 0.299
8 0.307
10 0.312
~ 0.333
Tabel II.13. Koefisien torsi pada tampang persegi.
Jika a/b ≥ 2, maka J dapat pula dihitung dengan rumus :
...…... (II.7)
II.14 Tegangan Torsi
II.14.1 Tegangan Torsi pada tampang bulat
Dalam mencari tegangan torsi pada tampang bulat dapat dihitung dengan :
MT = ∫ . dA
...…... (II.8)
Dengan menghubungkan ke Hukum Hooke = G . maka akan didapat J = a . b
3
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
...…... (II.9)
Diagram tegangan dapat dilihat pada gambar II.14
Gambar II.14.1. Tegangan torsi tampang bulat
II.14.2 Tegangan torsi pada tampang persegi
Jika pada tampang bulat tegangan torsi linier maka pada tampang persegi
tegangan torsi berbentuk parabola.
Tegangan torsi :
... (II.10)
Dengan methode soap film analogi maka zy dan zx dapat dihitung dari
persamaan :
max. = MT. Ip
.
rY
X max.
max.
zx = G . ’
x
(
- y )zy = G . ’
x
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
dimana :
…... . (II.11)
Secara umum max = . MT, yang mana = / (ab2), sedangkan b = . max.
dimana b adalah tegangan pada sisi terpendek seperti pada gambar II.14.2.
Gambar II.14.2 Tegangan torsi pada tampang persegi dimana dan dapat
dilihat pada tabel II.14.2
a / b
1 4.81 1.000
1.5 4.33 0.853
2 4.06 0.796
2.5 3.88 0.768
3 3.74 0.753
4 3.55 0.745
5 3.43 0.744
2
x2 +
2
y2
= - 2 G ’
x = zy dan y = zx
max.
a
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
6 3.35 0.743
8 3.26 0.743
10 3.20 0.743
~ 3.00 0.743
Tabel II.14.2 Koefisien untuk mencari max, b pada tampang persegi
...…... (II.12)
II.14.3 Tegangan Torsi pada tampang I
Jika suatu konstruksi dengan profil dibebani dengan MT seperti pada gambar IT =
n
i = . an . b3n
A B C
a. GIT
2 MT
(-)
(+)
b. MT
MT
L/2 L/2
Gambar II.14.3 Bidang torsi
MT Pf
t1 t
b
h
=
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Pda konstruksi diatas, diperhatikan batang AB, yang mana batang tersebut
mengalami momen torsi MT. dimana profil adalah I maka perhatikan gambar II.14.3
Gaya torsi pada penampang I pada balok bersilang
Gaya torsi pada penampang I terdiri dari dua jenis :
Gambar 2.3 Struktur yang mengalami torsi
II.15 Torsi Murni
Terjadi jika penampang melintang yang rata tetap menjadi rata setelah torsi bekerja
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Gambar II.15 Penampang yang mengalami torsi murni
Misalkan pada balok memikul torsi murni sebesar Ms maka besarnya torsi tersebut
adalah
dz d GJ
Ms= φ ...(II.13)
dimana Ms = momen torsi murni
G= modulus geser =
) 1 (
2 +µ
E
dimana J= konstanta torsi
II.16 Torsi terpilin (Warping Torsion)
Keadaanya sama dengan balok yang mengalami lentur ke luar bidang gambar akibat
beban lateral . Jadi torsi terpilin ini flens balok berpindah secara lateral selama
terpuntir
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Jika balok memikul torsi terpilin, maka flens tekan balok akan melengkung ke
salah satu arah lateral dan flens tariknya akan melengkung ke arah lateral lainnya
Penampang balok menjadi tidak rata lagi, flens akan melendut sebesar uf , lendutan
ini menimbulkan tegangan lentur dan geser pada flens tersebut.
Torsi terpilin/warping terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Torsi murni (Pure Torsion), menyebabkan rotasi elemen (=φ).
2. Translasi yang menyebabkan balok melentur secara lateral (akibat warping).
Penurunan persamaan diferensial untuk torsi penampang I
Vf = gaya geser yang bekerja pada flens akibat balok melendut secara lateral, pada
saat balok melendut lateral badan balok tetap datar.
untuk φ sangat kecil maka tanφ ≈φ
Dari mekanika teknik diketahui
f
I = Inersia flens terhadap sumbu Y penampang
f
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Gaya lintang f f f EIf
Kita mengetahui bahwa komponen momen torsi M yang menimbulkan lenturan w
pada flens = Vf.h
Momen torsi total = momen torsi akibat rotasi (MS)+ momen toris akibat lentur
lateral (MW)
Persamaan diferensial dari akan dicari penyelesaiannya, ruas kiri dan kanan dibagi
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
sehingga
Persamaan diferensial tersebut adalah homogen maka ada 2 jawaban yaitu jawaban
umum PD homogen dan jawaban khusus PD non homogen
Jawaban PD homogen 3 2 0
Dalam fungsi hiperbolikus dapat ditulis :
C
Jawaban khusus dari
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
)
Sekarang kita tinjau balok 2 perletakan dengan profil I dimana ujung-ujung berupa
sendi. Momen torsi bekerja di tengah bentang, maka akan ditentukan persamaan
untuk sudut torsi φ dan besar tegangan geser akibat torsi murni dan warping serta
tegangan normal yang terjadi akibat lendutan arah lateral, di sini langkah –langkahnya
adalah sebagai berikut : Distribusi momen torsi total MZ =MS +MWyang
menyebabkan geser pada flens. Distribusi momen torsi M akibat torsi murni Z
dz d GJ
MS = φ.
Distribusi momen torsi 3
3
A adalah jawaban umum persamaan diferensial homogen sedangkan B jawaban
khusus persamaan diferensial homogen
Kembali ke persamaan diferensialnya
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Maka
Jadi jawaban umum PD homogen adalah
z
Harga 2.29 disubstitusikan ke 2.28 diperoleh C= 0
0
=
dz dφ
pada z =L/2 ...(II.42)
Kemiringan flens di tengah bentang = 0
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Dari harga A, B dan C diperoleh persamaan untuk jawaban total
z
II.17 Sudut puntir
Dalam menghitung sudut puntir dapat dijabarkan dari Hukum Hooke dan
tegangan torsi.
Sudut puntir akibat torsi adalah :
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
T
uII.18 Torsi pada beton
Torsi pada beton digolongkan dalam 2 type :
1. Torsi Statis Tertentu disebut Torsi Equilibrium
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
Gambar II.16 Struktur yang mengalami gaya torsi
II.19 Kekuatan Torsi Balok Dengan Penulangan Pada Badan
Untuk torsi dengan penulangan pada badan maka berlaku hubungan sebagai berikut
Th = nh (At fs) y1 ………... (II.47)
dimana
nh = jumlah sengkang horizontal yang memotong satu bidang muka (xi cot θ1 / s )
At = luas dari satu kaki dari sengkang
fs = tegangan di dalam sengkang
y1 = jarak vertikal sengkang sisi atas dan bawah
dapat ditulis kembali dalam bentuk
Th = k1 At fy.(x1/s).y1 ………...…... (II.48)
dimana k1 = cot θ1 fs/ fy
Dengan cara yang sama diperoleh
Tv = nv At fs k2 x1 ………...…... (II.49)
dimana
nv = jumlah sengkang vertikal yang memotong satu bidang muka (yi cot θ2 / s )
k2x1 = jarak antara sengkang dan gaaya tekan Pc
persamaan ini dapat ditulis kembali sebagai :
Himsar M Gultom : Analisa Torsi Pada Balok Dengan Lubang Pada Badannya, 2009. USU Repository © 2009
dengan k3 = k2 cot θ2 fs / fy
Dengan menjumlahkan Th dan Tv dan mengantikan k1+k3 dengan αt, maka Gaya
Torsi yang dipikul oleh sengkang sebesar
Ts = αt.x1y1/s.At fy ………...…... (II.51)
Berdasarkan penelitian diperoleh
Tco = 0.8 √f’c Σ x2y ………...…...(II.52)
dengan αt = 0.66 + 0.33.y1/x1 ≤ 1.50 dan Al = 2 At
maka Ts = Tcr – Tco ...………...…... (II.53)
dimana
Al = tulangan longitudinal
Ts = gaya torsi yang dipikul oleh sengkang
Tcr = gaya torsi pada saat terjadi retak
Tco = gaya torsi yang dipikul oleh beton
II.20 Kombinasi Geser , Momen dan Torsi
Pada kombinasi geser, momen dan torsi diperoleh