• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Air Pada Produk Sprite Secara Gravimetri Dengan Variasi Brix di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penentuan Kadar Air Pada Produk Sprite Secara Gravimetri Dengan Variasi Brix di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE

SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI

BRIX DI PT. COCA-COLA BOTTLING

INDONESIA UNIT MEDAN

KARYA ILMIAH

YUSDIAH SARI

072401035

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE

SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI

BRIX DI PT. COCA-COLA BOTTLING

INDONESIA UNIT MEDAN

KARYA ILMIAH

Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Kimia Analis

YUSDIAH SARI

072401035

PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK

SPRITE SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI BRIX DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : YUSDIAH SARI

Nomor Induk Mahasiswa : 072401035

Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMA ANALIS

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di Medan, Juli 2010

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, M.S Dr. Thamrin, M.Sc

(4)

PERNYATAAN

PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE SECARA

GRAVIMETRI DENGAN VARIASI BRIX DI PT. COCA-COLA

BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2010

(5)

PENGHARGAAN

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul karya Ilmiah ini adalah PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI BRIX. Dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil. Kepada Ayahanda Santoso, Ibunda Riani beserta Abang dan Kakak Dian Suroto, Sri Tusmini, Hadi Sutrisno dan Sulisdi Handoyo, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Berkat dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini, penulis mampu menyelesaikan pendidikan di Program Studi D3 Kimia Analis ini.

Selain keluarga, penulis juga banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Thamrin, M.Sc selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya penyusunan karya ilmiah ini.

2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS.,selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Kholili selaku Manager dari Quality Assurance di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.

4. Kak Sukma Trimurti A, selaku Pembimbing lapangan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sekaigus pembimbing dalam melakukan analisa untuk karya ilmiah di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit medan.

5. Bang Berton, Imran Sofyan, Kusmuliadi Jaya, Fatwa, Nasriel, Syahwin, M.Arif, Marwan, Alfit, M.Amin, Khairul, Luhut, Hendrik, Royan, serta seluruh staff dan karyawan di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

6. Rekan satu partner penulis selama PKL, Cynthia Kumala Dewi, Susan Natalia, Maulida Ulfatmi, dan Martina Khairani.

7. Sahabat seperjuangan di UKMI Al-Falak FMIPA USU.

8. Ibu Ana beserta keluarga yang selalu memberikan semangat kepada penuis ketika PKL.

9. Kepada teman kost saya Tiommanisyah, Sri Taurina dan Meri Analis yang selalu memberikan bantuannya saat penulis menemukan kesulitan.

10. Seluruh teman mahasiswa/I Kimia Analis angkatan tahun 2007 yang banyak memberikan bantuan kepada penulis.

(6)

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang kita lakukan.

Medan, Mei 2010

(7)

ABSTRAK

(8)

DETERMINATION OF WATER CONTENT IN THE PRODUCT SPRITE GRAVIMETRICALLY WITH VARIATIONS BRIX IN PT. COCA COLA

BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

ABSTRACT

(9)

DAFTAR ISI

2.5.1.Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen 11

2.5.2.Golongan Air 11

2.5.3.Sumber Air Bersih dan Aman 12

2.5.4.Beberapa Sifat Air yang Penting 12

2.5.5.Karakteristik Air 14

2.5.6.Karakteristik Badan Air 15

2.5.7.Kualitas Air 17

2.5.8.Penentuan Kadar Air 19

2.6. Gravimetri 21

(10)

3.1. Metodologi 23

3.1.1. Alat 23

3.1.2. Bahan 23

3.2. Prosedur Kerja 24

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25

4.1. Hasil 25

4.2. Pembahasan 25

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 29

5.1. Kesimpulan 29

5.2. Saran 29

(11)

ABSTRAK

(12)

DETERMINATION OF WATER CONTENT IN THE PRODUCT SPRITE GRAVIMETRICALLY WITH VARIATIONS BRIX IN PT. COCA COLA

BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN

ABSTRACT

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tanggal 8 Mei 1886, seorang ahli farmasi Dr. Jhon Styth Pemberton menemukan ramuan khusus berupa bahan baku dasar di kota Atlanta, Georgia Amerika Serikat. Ramuan ini setelah dicampur dengan gula murni dan air bersih steril diberi nama Coca Cola. Nama ini pertama kali diciptakan oleh Frank M. Robinson seorang rekan kerja Dr. Jhon. Setahun kemudian melalui kantor rekannya dr. Joseph Jacob’s Pharmacy, Coca Cola dijual untuk pertama kalinya. Kemudian perdagangan meluas hingga ke seluruh dunia. Pada tahun 1932 Coca Cola mulai diperdagangkan di Indonesia oleh Nederlands Indische Mineral Water Fabriek Jakarta di bawah manejemen Barnie Vonings dari Belanda. Di Indonesia sampai saat ini terdapat 11 pabrik pembotolan Coca Cola. Salah satu cabang dari perusahaan ini terletak di Medan, Sumatera Utara yaitu PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.

PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang bergerak dalam bidang industri minuman berkarbonasi atau minuman ringan ini, kini telah memproduksi beberapa minuman berkarbonasi salah satunya sprite.

(14)

Hasil dari proses ini dinamakan simple syrup. Proses selanjutnya disebut proses procoating dimana simple syrup ini akan dicampur dengan arang aktif untuk menghilangkan warna dan bau. Setelah itu disaring melalui Filter Press. Dalam proses penyaringan ini digunakan alat Filter Aid. Untuk menghilangkan bakteri, simple syrup dialirkan melewati sinar Ultra Violet. Hasil inilah yang disebut Finish simple Syrup yang kemudian di simpan dalam Finish Syrup Tank. Di dalam Finish Syrup Tank inilah concentrate ditambahkan.

Selama proses produksi, sprite yang dihasilkan diukur nilai Brixnya. Brix merupakan jumlah zat terlarut di dalam 100 ml larutan. Dimana nilai Brix standart adalah 12,50 ± 0,15. Namun dalam setiap produksi, produk yang dihasilkan memiliki brix yang berbeda-beda. Apabila Brix tidak sesuai standart maka dapat dilakukan setting syrup. Apabila jumlah air yang digunakan berlebih atau kurang, otomatis brix juga akan berubah.

Di sinilah penulis tertarik untuk membahas bagaimana perubahan tersebut, dan hasil pembahasan tersebut dituangkan ke dalam karya ilmiah yang diberi judul :

“PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE SECARA GRAVIMETRI

DENGAN VARIASI BRIX”.

1.2. Permasalahan

(15)

1.3. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana cara penentuan kadar air pada produk sprite dengan variasi brix di PT Coca Cola Bottling Indonesia.

2. Mengetahui produk sprite yang layak diproduksi untuk dipasarkan.

1.4. Manfaat

1. Dapat mengetahui nilai brix yang sesuai pada produk sprite hingga produk dapat dipasarkan.

(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sprite

Sprite adalah minuman berkarbonasi yang diproduksi oleh Coca Cola Company. Pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1961 dan sejak ini transparan minuman lemon-limau telah menarik imajinasi publik Amerika.

Sprite pada awalnya diperkenalkan sebagai sebuah alternatif untuk 7-Up, yang dihasilkan oleh pesaing. Namun, dengan cerdik pemasaran dan produksi kecerdikan, sprite mendahului 7-Up sebagai pemimpin dalam minuman rasa lemon pada akhir 1970-an.

Bahan soda sprite sangat mirip dengan minuman berkarbonasi lainnya. Mengandung air yang berkarbonasi, asam posfat, kalium sitrat, kalium benzoate, asam sitrat, rasa alami, aspartam, dan acesulfeme kalium. Juga mengandung fructose corn syrup dan warna karamel.

Seperti semua soda, sprite juga merupakan kalori tinggi, kandungan gula dan natrium. Namun, diyakini bahwa konten natrium lebih rendah daripada minuman berkarbonasi lainnya. Sprite mengandung 11 kalori, 3,2 gram krbohidrat, 3,2 gram gula hingga 5,8 miligram natrium.

(17)

kali. Selain itu ada resiko kesehatan lainnya seperti kerusakan gigi, melemahnya tulang, kerusakan hati dan ginjal, dehidrasi, diabetes dan tekanan darah tinggi.

2.2. Softdrink

Di Amerika Serikat istilah softdrink digunakan untuk membedaka minuman dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut softdrink. Di Australia yang disebut dengan softdrink adalah minuman yang tidak beralkohol baik yang ditambah CO2 (berkarbonasi) maupun yang tidak. Jadi minuman kemasan lain yang siap diminum seperti teh, jus buah, bahkan air kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di Indonesia istilah softdrink lebih popular untuk minuman berkarbonasi. Minuman yang tidak berkarbonasi tidak termasuk softdrink, seperti teh botol, jus buah dan sebagainya. Kini telah banyak varian produk baru dari softdrink, namun pada umumnya minuman ringan itu kita bagi menjadi minuman ringan “jernih” (clear softdrink) yakni yang tidak berwarna semisal Sprite, 7-Up dan sejenisnya. Ada pula yang ditambah dengan zat pewarna seperti Fanta, Mirinda dan sejenisnya. Ada yang tergolong jenis Cola, serta ada pula berbentuk “minuman ringan diet” seperti Diet Coke, Pepsi Diet yang diperuntukkan bagi mereka yang sedang berdiet atau mengurangi kalori dalam makanannya.

(18)

kadar gula darah yang pada gilirannya akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Hormon insulin berfungsi memasukkan gula ke dalam jaringan serta mengubah gula menjadi glikogen, trigliserida (cadangan lemak), dan akhirnya juga akan membentuk kolesterol.

2.2.1. Komposisi Softdrink

Adapun komposisi softdrink itu adalah : 1. Air : komponen utama softdrink

2. CO2 : Berguna untuk memperbaiki flavor minuman. Menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa “krenyes-krenyes” dan “menggelitik” di kerongkongan.

3. Gula atau pemanis :

- Softdrink regular : sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa atau HFCS (High Fructose Corn Syrup).

- Softdrink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat.

4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffe cream) : kadarnya cukup tinggi, membantu seseorang tetap terjaga / tidak mengantuk, jantung dapat berdegub kencang sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi, berpotensi serangan jantung koroner atau stroke.

(19)

tetapi yang banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti karmoisin dan tartrazin.

7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan. Jadi jangan harapkan mengandung vitamin dan mineral seperti yang ada pada buah-buahan

2.3. Gula

Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling bayak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan dan minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.

Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula atau aren. Meskipun demikian terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, jagung, juga menghasilkan semacam gula / pemanis namun bukan tersususn dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan)

(20)

Gula atau sukrosa secara kimia termasuk dalam golongan karbohidrat (disakarida), dengan rumus umum C12H22O11. Rumus bangun dari sukrosa terdiri atas satu molekul glukosa (C6H12O6) yang berikatan dengan molekul fruktosa (C6H12O6). Kedua jenis gula sederhana (monosakarida) ini juga terdapat dalam bentuk molekul bebas di dalam batang tanaman tebu, tetapi tidak di dalam umbi bit gula.

Di dalam proses asimilasi atau fotosintesa, air dan karbondioksida disintesa menjadi glukosa di dalam bagian-bagian tanaman yang mengandung hijau daun (khlorofil). Secara sederhana reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:

CO2 + 6 H2O > C6H12O6 + O2

(P.S.T. Adikoesoemo dan A.S. Baktir, 1984)

2.4. Brix

Dalam industri gula dikenal istilah-istilah pol, brix, dan HK (hasil bagi kemurnian). Istilah-istilah ini muncul dalam analisa gula, baik dari nira sampai menjadi gula kristal. Nira tebu pada dasarnya terdiri dari dua zat yaitu zat padat terlarut dan air. Zat padat yang terlarut ini terdiri dari dua zat lagi yaitu gula dan bukan gula. Baik buruknya kualitas nira tergantung dari banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam nira.

(21)

kecil, dilengkapi dengan tutup dengan lubang kapiler. Alat ini mempunyai volume tertentu dan dibuat sedemikian sehingga pada t0 yang sama selau terukur volume yang sama. Dengan menggunakan piknometer yang berisi air kemudian setelah itu piknometer diisi larutan gula, dan setelah dikoreksi dengan temperatur maka dapat dihitung berat jenis larutan tersebut.

b. Penentuan Brix dengan Hydrometer (Timbangan Brix). Alat ini paling umum pemakaiannya di pabrik, karena pemakaiannya mudah dan cepat. Terbuat dari bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian bawahnya berbentuk bola. Pada bagian atas meruncing dan pada bagian ini terdapat skala yang menunjukkan derajat brix. Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya ke atas yang diambil dari suatu benda yang dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat jenis cairan. Jadi semakin kecil berat jenis maka hydrometer semakin tenggelam. Kemudian Brix akan ditunjukkan pada skala yang persis berada di permukaan cairan tersebut. c. Pengukuran Brix dengan Indeks Bias. Indeks bias suatu larutan gula atau nira

mempunyai hubungan yang erat dengan brix. Artinya bahwa jika indeks bias nira bisa diukur, maka brix nira dapat dihitung berdasarkan indeks bias tersebut. Alat untuk mengukur briks dengan indeks bias dinamakan Refraktometer. Dengan menggunakan alat ini contoh nira yang digunakan sedikit dan alatnya tidak mudah rusak

2.5. Air

Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan

(22)

komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan,

tekstur, serta cita rasa makanan. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun,

seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu.

Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu

bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan

dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan

biopolymer dan sebagainya.

Bahan pangan kita baik yang berupa buah, sayuran, daging, maupun susu, telah

banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi

matang selalu bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel yang hanya

mengandung 10% air akan dapat menghasilkan buah apel yang kadar airnya 80%.

Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan

bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci

yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam

pengolahannya. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam

media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri (F. G. Winarno,

1997).

2.5.1. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen

Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar

(23)

normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang

dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu

kehidupan organisme di dalam air (W. A. Wardana, 2001).

2.5.2. Golongan Air

Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan

jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN.

Golongan-golongan air tersebut antara lain:

1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform

dan patogen atau zat kimia beracun

2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN ∠50/100 cc

3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN ∠5000/100 cc

4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc

5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100 cc

MPN di sini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri

koliform dalam 100 cc air).

2.5.3. Sumber Air Bersih dan Aman

Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang

bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain:

a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.

b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.

(24)

d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.

e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen

Kesehatan RI.

Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan

kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Budiman Chandra, 2007).

2.5.4. Beberapa Sifat Air Yang Penting

Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan

biologis.

a. Sifat Fisis

Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai

es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan

didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat.

Kepadatan (densiti) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur, dan

tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya

temperatur, sampai tercapai maksimum pada 40 Celcius. Apabila temperatur turun lagi,

maka densitas akan turun pula.

Sekalipun demikian, temperatur air tidak pernah berubah. Hal ini tampak pada

specific heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang diperlukan untuk

menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Specific heat bagi air adalah

(25)

a. Sifat Kimiawi

Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (=DO) jenuh pada 9

mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam

air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh semua organisme.

Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah sangat besar.

b. Sifat Biologis

Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan selalu didapat

kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas

air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi

lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam organisme yang

native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air

biasanya merupakan organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang

tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu, dan lain-lain pengotoran.

Organisme ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya.

Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan

mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk

ekosistem aquatik yang khas pula ( J. S Slamet, 1994).

2.5.5. Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang

(26)

1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00C-1000C, air berwujud

cair. Suhu 00C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 1000C merupakan

titik didih (boiling point).

2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai

penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi

panas ataupun dingin dalam seketika.

3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proes penguapan. Penguapan

(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan

energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air

menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar.

4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa

kimia. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh

jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang

masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup untuk dikeluarkan kembali.

5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki

tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.

Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi

suatu bahan secara baik.

6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada

saat membeku, air merenggang sehingga es memiiki nilai densitas yang lebih

(27)

2.5.6. Karakteristik Badan Air

Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,

komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus

mencakup ketiga komponen tersebut.

a. Air Permukaan (surface water)

Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air

tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, waduk, danau,

rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah

yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins.

Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air

tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau

lotik).

b. Air Tanah (Groundwater)

Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah

ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara

10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan

pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari

air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residens time)

yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan

yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih

kembali jika megalami pencemaran.

Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui

(28)

dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa sering sekali dikategorikan

sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika pergerakan air tanah pada

hakikatnya terdiri atas pergerakan horizontal air tanah; infiltrasi air hujan, sungai, danau,

dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui spring

(sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan tempat-tempat

lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.

2.5.7. Kualitas Air

Penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:

1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,

tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di

perkotaan, undustri, dan pembangkit listrik tenaga air.

Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan

sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi.

2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai

(29)

Kualitas air ditentukan berdasarkan atas maksud dan tujuan pemanfaatannya,

misalnya:

a. Air steril (bebas kuman)

Berasal dari penyulingan, dimanfaatkan dalam pengobatan.

b. Air minum

- Harus netral dengan kemasaman pH 7

- Tidak mengandung zat-zat organik

- Tidak mengandung zat-zat mineral yang membahayakan manusia

- Tidak mengandung kuman-kuman penyakit, dan sebagainya.

c. Air untuk ketel uap

Sebagai sarana pembuatan uap, kadar zat kapur dan besi dalam air harus sangat

rendah, untuk menghindarkan terbentuknya “batu ketel” pada bagian dalam ketel.

d. Air irigasi

Industri-industri dan perkantoran bertingkat banyak memerlukan air. Untuk

memenuhi kebutuhan airnya sering mengadakan pengeboran sumur artetis yang dalamnya

lebih dari 75 meter. Penyebaran sumur artetis harus memenuhi peraturan dan harus seizin

(30)

mengakibatkan pengeringan sumur-sumur rakyat dalam musim kemarau (Rismunandar,

1993).

Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah

air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus

dipenuhi telah ditentukan oleh standar baik standar internasional, standar nasional,

maupun standar perusahaan.

Perusahaan yang memproduksi air minum seharusnya menggunakan standar

perusahaan, karena berdasarkan gambar hierarki standar, standar perusahaan lebih ketat

bila dibandingkan dengan standar nasional maupun internasional. Untuk itu maka, setiap

perusahaan seharusnya menetapkan standar perusahaan sebagai pedoman untuk

menentukan kualitas produknya. Apabila penetapan standar perusahaan sesuai dengan

hierarki standar, maka kesesuaian terhadap persyaratan standar baik nasional maupun

internasioanal dipastikan dapat dipenuhi.

Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu pengujian fisik,

kimia dan mikrobiologi. Pengujian fisika, untuk mengetahui rasa dan bau dari air yang

diuji. Pengujian kimia, untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam air.

Sedangkan pengujian mikrobiologi, untuk mengetahui kandungan mikroorganisme

lainnya yang terdapat dalam air. Air yang mengandung bakeri dan mikroorganisme tidak

dapat langsung diminum, akan tetap harus direbus terlebih dahulu (Pramudya Sunu,

(31)

2.5.8. Penentuan Kadar Air

Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan cara, tergantung kepada sifat

bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan

dalam oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih

berat tersebut dan sesudah pengurangan adalah banyaknya air diuapkan kadang-kadang

pengurangan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksilator dengan

H-2SO4 pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat konstan.

Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung

senyawa-senyawa yang mudah menguap seperti sayuran dan susu, menggunakan cara

distilasi dengan pelarut tersebut. Misalnya : talil, xilol, neptana yang berat jenisnya lebih

rendah daripada air. Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur

dengan menggunakan refaktometer di samping menentukan putaran terlarutnya gula. Dari

hasil ini, air dari gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks

retriksi.

Secara lebih khusus analisis kadar air dapat dilakukan melalui beberapa cara

sebagai berikut :

a. Cara destilasi dengan pelarut tertentu. Misalnya : sayuran destilasi dengan pelarut

toluene, xilol dan heptana.

b. Menggunakan refaktometer, biasanya digunakan untuk bahan yang kadar gulanya

berlebihan.

c. Dengan cara kimia yaitu mengukur berdasarkan volume gas asetilen yang

dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan diperiksa.

(32)

d. Cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan

basah dengan iodin, sulfur, dioksida, dan piridina dalam methanol.

e. Cara titrasi yang menunjukkan perubahan warna pada titik terakhir titrasi

( M. A. K. Budianto, 2009).

2.6. Gravimetri

Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling

sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaaan itu jelas

kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung

massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan

dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang

sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,

dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang

ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase

bobot zat dalam cuplikan semula.

Meskipun gravimetri merupakan cara pemeriksaan kimia terhitung yang paling tua

dan paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya terbatas karena pengerjaannnya

memakan waktu lama. Selain itu berbagai persyaratan harus dipenuhi agar penentuan

terhitung dapat dilakukan dengan memuaskan. Persyaratan itu antara lain:

1. Zat yang akan ditentukan harus dapat diendapkan secara terhitung (sekurangnya

(33)

kehilangan yang disebabkan oleh kelarutannya dapat diabaikan. Selain itu zat

pengendap yang berlebihan harus ditambahkan pada proses pengendapan karena

jumlah zat pengendap yang dibutuhkan untuk pengendapan tidak diketahui

dengan pasti. Penambahan zat pengendap yang berlebihan ini juga akan

mengurangi kehilangan endapan.

2. Endapan yan terbentuk harus cukup murni dan dapat diperoleh dalam bentuk yang

cocok untuk pengolahan selanjutnya. Endapan yang berbentuk hablur kasar lebih

cocok untuk pengolahan selanjutnya dalam gravimetri daripada endapan yang

berbentuk hablur halus atau endapan yang tak terbentuk. Sedangkan pengolahan

selanjutnya itu akan menghasilkan senyawa yang akan ditimbang yang

(34)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Metodologi

Metodologi yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan cara mengukur

brix sprite dengan alat density meter kemudian kadar air diukur dengan metode

gravimetri.

3.1.1. Alat

- Density meter DMA 4500 M - Pompa Vakum

- Cawan - Oven - Pipet tetes - Neraca Analitik - Desikator

- Erlenmeyer 500 ml

3.1.2. Bahan

(35)

3.2. Prosedur Kerja

- Diambil sampel, kemudian dihilangkan kadar CO2 dengan menggunakan pompa vakum.

- Diukur nilai brix menggunakan Density meter DMA 4500 M - Ditimbang cawan kosong

- Ditambahkan 1 ml sampel ke dalam cawan - Ditimbang kembali cawan yang berisi sampel

- Dikeringkan dalam oven selama 12 jam pada suhu 1050C - Didinginkan ke dalam desikator

- Ditimbang kembali cawan berisi sampel yang telah kering - Dihitung kadar airnya.

Kadar air dapat diukur dengan rumus:

M = Kadar air

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Adapun data yang diperoleh dari hasil pengamatan di laboratorium sebagai berikut:

No Brix

Berat mula-mula (g)

Berat yang berkurang (g)

1 12,43 37,0189 36,0706

2 12,53 29,6954 28,7688

3 12,31 29,9211 28,9683

4 12,59 36,6039 35,6873

5 12,52 36,6248 35,6968

6 12,49 29,9204 28,9778

7 12,42 29,7160 28,7640

8 12,70 36,9891 36,0884

(37)

a. Brix = 12,43

= 97,43%

b. Brix = 12,53

= 96,87%

c. Brix = 12,31

= 96,81%

d. Brix = 12,59

(38)

e. Brix = 12,52

= 0,9746 g x 100%

= 97,46%

f. Brix = 12,49

= 96,84%

g. Brix = 12,42

= 96,79%

h. Brix = 12,70

(39)

Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa pada masing-masing produk sprite dengan variasi brix memiliki kadar air yang berbeda-beda. Dengan brix yang tinggi maka kadar air akan lebih rendah, begitu pula sebaliknya.

Pada setiap produk sprite, brix standart adalah 12,50 0,15 dengan rentang toleransi yaitu 12,35 ; 12,40; 12,45; 12,50; 12,55; 12,60; dan 12,65. Brix adalah jumlah zat semu yang larut (dalam gram) setiap 100 gram larutan. Di dalam sprite, zat padat terlarut terdiri dari gula dan bukan gula. Zat padat terlarut bukan gula contohnya karbondioksida. Jadi komponen dalam brix itu lebih dominan kepada zat gulanya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah, apabila brix tinggi maka kandungan gula lebih banyak. Otomatis rasa akan lebih manis. Rasa manis yang lebih tinggi ini telah melebihi standart yang telah ditetapkan. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan pertambahan biaya produksi, seperti lebih banyak bahan-bahan yang dipergunakan dalam satu proses produksi dan produk yang dihasilkan juga kurang baik. Sebaliknya apabila brix rendah berarti kadar air lebih tinggi. Hal ini juga dapat menyebabkan produk kurang baik dan tidak dapat memenuhi kriteria produk yang layak untuk dipasarkan. Kedua hal ini harus dihindari agar tetap dapat memproduksi produk yang layak dengan kualitas yang lebih baik. Untuk mengetahui hubungan antara kadar air dengan brix yang diperoleh ini, dapat dilihat pada lampiran grafik 1.

(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Untuk mengukur kadar air pada produk sprite dapat dilakukan melalui metode gravimetri. Dimana dalam proses ini dilakukan pemanasan sampel dalam oven pada suhu 1050C. Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dalam penentuan kadar air. Mula-mula sampel ditimbang bersama dengan cawan. Setelah pemanasan, kehilangan berat ini yang kemudian dihitung sebagai jumlah kandungan air yang terdapat dalam produk sprite melalui rumus yang telah ditetapkan.

2. Produk sprite yang dapat dipasarkan yaitu yang memiliki brix 12,50 ± 0,15 dengan toleransi brix yaitu 12,35; 12,40; 12,45; 12,55; 12,60; dan 12,65.

5.2 Saran

1. Sebaiknya digunakan metode lain yang sesuai dengan produk yang dianalisa sebagai pembanding dari metode gravimetri.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adikoesoemo, P. S. T dan A. S. Baktir. 1984. Teknologi Dan Peralatan Industri Gula (1) Ekstraksi Nira Tebu. Surabaya : Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri.

Budianto, M. A. K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Malang : UMM Press.

Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Surabaya : Kanisius. Http: // id. Wikipedia. Org/ Wiki/ Gula. Diakses 20 April, 2010. Http: // www. Untag – sby. ac. id. Diakses bulan Juni, 2008. Http: // www. risvank. com. Diakses 18 Juni, 2008.

Rismunandar. 1993. Air Fungsi dan Kegunaannya Bagi Pertanian. Cetakan Kelima. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI - Press.

Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wardhana, W. A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.

(42)
(43)

Referensi

Dokumen terkait

Animals exposed to MnS04 3 mg Mn/m3 had lower lung and higher olfactory bulb and striatal manganese concentrations when compared with levels achieved following similar Mn304

Unified Modeling Language (UML) merupakan bahasa pemodelan dimana unsur-unsur atau aturan-aturan yang dimilikinya berfokus pada presentasi konseptual dan fisikal

Struktur kalimat imperatif lirik lagu Ebiet G Ade tahun 1980-an, selain terdapat konstruksi berupa frase, juga terdapat konstruksi kalimat berupa klausa. Konstruksi kalimat

Ekspor dan pengeluaran Pemerintah mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, sedangkan inflasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap

Mellisa Sari O.H: Pengakuan dan pengukuran pendapatan, 2003 USU e-Repository © 2008... Mellisa Sari O.H: Pengakuan dan pengukuran pendapatan, 2003 USU e-Repository

Jasmani Ginting : Pengaruh pemberian nitrogen dan konsentrasi sitokinin terhadap produksi dan kualitas umbi ..., 2003 USU e-Repository © 2008... Jasmani Ginting : Pengaruh

Three experiments with 12 animals each, were conducted to measure the effect of selective consumption on intake of organic matter (IOM), crude protein (CP) content and digestibility

The losses of water by evapotranspiration and evaporation from soil were investigated during two seasons from wheat and lupin crops sown at two times. Evapotranspiration was

Eksplorasi ruang..