PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE
SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI
BRIX DI PT. COCA-COLA BOTTLING
INDONESIA UNIT MEDAN
KARYA ILMIAH
YUSDIAH SARI
072401035
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE
SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI
BRIX DI PT. COCA-COLA BOTTLING
INDONESIA UNIT MEDAN
KARYA ILMIAH
Diajukan Untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Kimia Analis
YUSDIAH SARI
072401035
PROGRAM DIPLOMA III KIMIA ANALIS
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK
SPRITE SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI BRIX DI PT. COCA COLA BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
Kategori : KARYA ILMIAH
Nama : YUSDIAH SARI
Nomor Induk Mahasiswa : 072401035
Program Studi : DIPLOMA (D3) KIMA ANALIS
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Juli 2010
Diketahui
Departemen Kimia FMIPA USU Pembimbing, Ketua,
Dr. Rumondang Bulan, M.S Dr. Thamrin, M.Sc
PERNYATAAN
PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE SECARA
GRAVIMETRI DENGAN VARIASI BRIX DI PT. COCA-COLA
BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
KARYA ILMIAH
Saya mengakui bahwa Karya Ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Juli 2010
PENGHARGAAN
Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang mana atas rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program Studi Kimia Analis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul karya Ilmiah ini adalah PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE SECARA GRAVIMETRI DENGAN VARIASI BRIX. Dalam penulisan Karya Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil. Kepada Ayahanda Santoso, Ibunda Riani beserta Abang dan Kakak Dian Suroto, Sri Tusmini, Hadi Sutrisno dan Sulisdi Handoyo, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Berkat dukungan dan motivasi yang diberikan selama ini, penulis mampu menyelesaikan pendidikan di Program Studi D3 Kimia Analis ini.
Selain keluarga, penulis juga banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Thamrin, M.Sc selaku dosen pembimbing yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis hingga selesainya penyusunan karya ilmiah ini.
2. Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS.,selaku Ketua Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Kholili selaku Manager dari Quality Assurance di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.
4. Kak Sukma Trimurti A, selaku Pembimbing lapangan dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan sekaigus pembimbing dalam melakukan analisa untuk karya ilmiah di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit medan.
5. Bang Berton, Imran Sofyan, Kusmuliadi Jaya, Fatwa, Nasriel, Syahwin, M.Arif, Marwan, Alfit, M.Amin, Khairul, Luhut, Hendrik, Royan, serta seluruh staff dan karyawan di PT.Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
6. Rekan satu partner penulis selama PKL, Cynthia Kumala Dewi, Susan Natalia, Maulida Ulfatmi, dan Martina Khairani.
7. Sahabat seperjuangan di UKMI Al-Falak FMIPA USU.
8. Ibu Ana beserta keluarga yang selalu memberikan semangat kepada penuis ketika PKL.
9. Kepada teman kost saya Tiommanisyah, Sri Taurina dan Meri Analis yang selalu memberikan bantuannya saat penulis menemukan kesulitan.
10. Seluruh teman mahasiswa/I Kimia Analis angkatan tahun 2007 yang banyak memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah memberikan kritik dan saran demi penyempurnaan karya ilmiah ini. Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang kita lakukan.
Medan, Mei 2010
ABSTRAK
DETERMINATION OF WATER CONTENT IN THE PRODUCT SPRITE GRAVIMETRICALLY WITH VARIATIONS BRIX IN PT. COCA COLA
BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
ABSTRACT
DAFTAR ISI
2.5.1.Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen 11
2.5.2.Golongan Air 11
2.5.3.Sumber Air Bersih dan Aman 12
2.5.4.Beberapa Sifat Air yang Penting 12
2.5.5.Karakteristik Air 14
2.5.6.Karakteristik Badan Air 15
2.5.7.Kualitas Air 17
2.5.8.Penentuan Kadar Air 19
2.6. Gravimetri 21
3.1. Metodologi 23
3.1.1. Alat 23
3.1.2. Bahan 23
3.2. Prosedur Kerja 24
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 25
4.1. Hasil 25
4.2. Pembahasan 25
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 29
5.1. Kesimpulan 29
5.2. Saran 29
ABSTRAK
DETERMINATION OF WATER CONTENT IN THE PRODUCT SPRITE GRAVIMETRICALLY WITH VARIATIONS BRIX IN PT. COCA COLA
BOTTLING INDONESIA UNIT MEDAN
ABSTRACT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tanggal 8 Mei 1886, seorang ahli farmasi Dr. Jhon Styth Pemberton menemukan ramuan khusus berupa bahan baku dasar di kota Atlanta, Georgia Amerika Serikat. Ramuan ini setelah dicampur dengan gula murni dan air bersih steril diberi nama Coca Cola. Nama ini pertama kali diciptakan oleh Frank M. Robinson seorang rekan kerja Dr. Jhon. Setahun kemudian melalui kantor rekannya dr. Joseph Jacob’s Pharmacy, Coca Cola dijual untuk pertama kalinya. Kemudian perdagangan meluas hingga ke seluruh dunia. Pada tahun 1932 Coca Cola mulai diperdagangkan di Indonesia oleh Nederlands Indische Mineral Water Fabriek Jakarta di bawah manejemen Barnie Vonings dari Belanda. Di Indonesia sampai saat ini terdapat 11 pabrik pembotolan Coca Cola. Salah satu cabang dari perusahaan ini terletak di Medan, Sumatera Utara yaitu PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.
PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan yang bergerak dalam bidang industri minuman berkarbonasi atau minuman ringan ini, kini telah memproduksi beberapa minuman berkarbonasi salah satunya sprite.
Hasil dari proses ini dinamakan simple syrup. Proses selanjutnya disebut proses procoating dimana simple syrup ini akan dicampur dengan arang aktif untuk menghilangkan warna dan bau. Setelah itu disaring melalui Filter Press. Dalam proses penyaringan ini digunakan alat Filter Aid. Untuk menghilangkan bakteri, simple syrup dialirkan melewati sinar Ultra Violet. Hasil inilah yang disebut Finish simple Syrup yang kemudian di simpan dalam Finish Syrup Tank. Di dalam Finish Syrup Tank inilah concentrate ditambahkan.
Selama proses produksi, sprite yang dihasilkan diukur nilai Brixnya. Brix merupakan jumlah zat terlarut di dalam 100 ml larutan. Dimana nilai Brix standart adalah 12,50 ± 0,15. Namun dalam setiap produksi, produk yang dihasilkan memiliki brix yang berbeda-beda. Apabila Brix tidak sesuai standart maka dapat dilakukan setting syrup. Apabila jumlah air yang digunakan berlebih atau kurang, otomatis brix juga akan berubah.
Di sinilah penulis tertarik untuk membahas bagaimana perubahan tersebut, dan hasil pembahasan tersebut dituangkan ke dalam karya ilmiah yang diberi judul :
“PENENTUAN KADAR AIR PADA PRODUK SPRITE SECARA GRAVIMETRI
DENGAN VARIASI BRIX”.
1.2. Permasalahan
1.3. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana cara penentuan kadar air pada produk sprite dengan variasi brix di PT Coca Cola Bottling Indonesia.
2. Mengetahui produk sprite yang layak diproduksi untuk dipasarkan.
1.4. Manfaat
1. Dapat mengetahui nilai brix yang sesuai pada produk sprite hingga produk dapat dipasarkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sprite
Sprite adalah minuman berkarbonasi yang diproduksi oleh Coca Cola Company. Pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1961 dan sejak ini transparan minuman lemon-limau telah menarik imajinasi publik Amerika.
Sprite pada awalnya diperkenalkan sebagai sebuah alternatif untuk 7-Up, yang dihasilkan oleh pesaing. Namun, dengan cerdik pemasaran dan produksi kecerdikan, sprite mendahului 7-Up sebagai pemimpin dalam minuman rasa lemon pada akhir 1970-an.
Bahan soda sprite sangat mirip dengan minuman berkarbonasi lainnya. Mengandung air yang berkarbonasi, asam posfat, kalium sitrat, kalium benzoate, asam sitrat, rasa alami, aspartam, dan acesulfeme kalium. Juga mengandung fructose corn syrup dan warna karamel.
Seperti semua soda, sprite juga merupakan kalori tinggi, kandungan gula dan natrium. Namun, diyakini bahwa konten natrium lebih rendah daripada minuman berkarbonasi lainnya. Sprite mengandung 11 kalori, 3,2 gram krbohidrat, 3,2 gram gula hingga 5,8 miligram natrium.
kali. Selain itu ada resiko kesehatan lainnya seperti kerusakan gigi, melemahnya tulang, kerusakan hati dan ginjal, dehidrasi, diabetes dan tekanan darah tinggi.
2.2. Softdrink
Di Amerika Serikat istilah softdrink digunakan untuk membedaka minuman dari liquor (minuman beralkohol), sehingga minuman yang tidak beralkohol disebut softdrink. Di Australia yang disebut dengan softdrink adalah minuman yang tidak beralkohol baik yang ditambah CO2 (berkarbonasi) maupun yang tidak. Jadi minuman kemasan lain yang siap diminum seperti teh, jus buah, bahkan air kemasan termasuk softdrink. Sedangkan di Indonesia istilah softdrink lebih popular untuk minuman berkarbonasi. Minuman yang tidak berkarbonasi tidak termasuk softdrink, seperti teh botol, jus buah dan sebagainya. Kini telah banyak varian produk baru dari softdrink, namun pada umumnya minuman ringan itu kita bagi menjadi minuman ringan “jernih” (clear softdrink) yakni yang tidak berwarna semisal Sprite, 7-Up dan sejenisnya. Ada pula yang ditambah dengan zat pewarna seperti Fanta, Mirinda dan sejenisnya. Ada yang tergolong jenis Cola, serta ada pula berbentuk “minuman ringan diet” seperti Diet Coke, Pepsi Diet yang diperuntukkan bagi mereka yang sedang berdiet atau mengurangi kalori dalam makanannya.
kadar gula darah yang pada gilirannya akan merangsang pengeluaran hormon insulin. Hormon insulin berfungsi memasukkan gula ke dalam jaringan serta mengubah gula menjadi glikogen, trigliserida (cadangan lemak), dan akhirnya juga akan membentuk kolesterol.
2.2.1. Komposisi Softdrink
Adapun komposisi softdrink itu adalah : 1. Air : komponen utama softdrink
2. CO2 : Berguna untuk memperbaiki flavor minuman. Menghasilkan rasa masam yang enak dan rasa “krenyes-krenyes” dan “menggelitik” di kerongkongan.
3. Gula atau pemanis :
- Softdrink regular : sukrosa (gula tebu), sirup fruktosa atau HFCS (High Fructose Corn Syrup).
- Softdrink diet : pemanis sintetis aspartam, sakarin atau siklamat.
4. Kafein (terutama pada jenis cola dan coffe cream) : kadarnya cukup tinggi, membantu seseorang tetap terjaga / tidak mengantuk, jantung dapat berdegub kencang sehingga tidak direkomendasikan bagi mereka yang hipertensi, berpotensi serangan jantung koroner atau stroke.
tetapi yang banyak digunakan adalah zat pewarna sintetis seperti karmoisin dan tartrazin.
7. Flavor buatan : seperti rasa jeruk, rasa strawberry, rasa nanas dan sebagainya merupakan flavor sintetik, bukan hasil ekstraksi buah-buahan. Jadi jangan harapkan mengandung vitamin dan mineral seperti yang ada pada buah-buahan
2.3. Gula
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling bayak diperdagangkan dalam bentuk kristal sukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis pada makanan dan minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel.
Gula sebagai sukrosa diperoleh dari nira tebu, bit gula atau aren. Meskipun demikian terdapat sumber-sumber gula minor lainnya, seperti kelapa. Sumber-sumber pemanis lain, seperti umbi dahlia, jagung, juga menghasilkan semacam gula / pemanis namun bukan tersususn dari sukrosa. Proses untuk menghasilkan gula mencakup tahap ekstraksi (pemerasan) diikuti dengan pemurnian melalui distilasi (penyulingan)
Gula atau sukrosa secara kimia termasuk dalam golongan karbohidrat (disakarida), dengan rumus umum C12H22O11. Rumus bangun dari sukrosa terdiri atas satu molekul glukosa (C6H12O6) yang berikatan dengan molekul fruktosa (C6H12O6). Kedua jenis gula sederhana (monosakarida) ini juga terdapat dalam bentuk molekul bebas di dalam batang tanaman tebu, tetapi tidak di dalam umbi bit gula.
Di dalam proses asimilasi atau fotosintesa, air dan karbondioksida disintesa menjadi glukosa di dalam bagian-bagian tanaman yang mengandung hijau daun (khlorofil). Secara sederhana reaksi tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
CO2 + 6 H2O > C6H12O6 + O2
(P.S.T. Adikoesoemo dan A.S. Baktir, 1984)
2.4. Brix
Dalam industri gula dikenal istilah-istilah pol, brix, dan HK (hasil bagi kemurnian). Istilah-istilah ini muncul dalam analisa gula, baik dari nira sampai menjadi gula kristal. Nira tebu pada dasarnya terdiri dari dua zat yaitu zat padat terlarut dan air. Zat padat yang terlarut ini terdiri dari dua zat lagi yaitu gula dan bukan gula. Baik buruknya kualitas nira tergantung dari banyaknya jumlah gula yang terdapat dalam nira.
kecil, dilengkapi dengan tutup dengan lubang kapiler. Alat ini mempunyai volume tertentu dan dibuat sedemikian sehingga pada t0 yang sama selau terukur volume yang sama. Dengan menggunakan piknometer yang berisi air kemudian setelah itu piknometer diisi larutan gula, dan setelah dikoreksi dengan temperatur maka dapat dihitung berat jenis larutan tersebut.
b. Penentuan Brix dengan Hydrometer (Timbangan Brix). Alat ini paling umum pemakaiannya di pabrik, karena pemakaiannya mudah dan cepat. Terbuat dari bahan gelas, berbentuk silindris yang bagian bawahnya berbentuk bola. Pada bagian atas meruncing dan pada bagian ini terdapat skala yang menunjukkan derajat brix. Prinsip kerjanya adalah bahwa gaya ke atas yang diambil dari suatu benda yang dicelupkan dalam cairan tergantung dari berat jenis cairan. Jadi semakin kecil berat jenis maka hydrometer semakin tenggelam. Kemudian Brix akan ditunjukkan pada skala yang persis berada di permukaan cairan tersebut. c. Pengukuran Brix dengan Indeks Bias. Indeks bias suatu larutan gula atau nira
mempunyai hubungan yang erat dengan brix. Artinya bahwa jika indeks bias nira bisa diukur, maka brix nira dapat dihitung berdasarkan indeks bias tersebut. Alat untuk mengukur briks dengan indeks bias dinamakan Refraktometer. Dengan menggunakan alat ini contoh nira yang digunakan sedikit dan alatnya tidak mudah rusak
2.5. Air
Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan
komponen penting dalam bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan,
tekstur, serta cita rasa makanan. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun,
seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu
bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan
dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan
biopolymer dan sebagainya.
Bahan pangan kita baik yang berupa buah, sayuran, daging, maupun susu, telah
banyak berjasa dalam memenuhi kebutuhan air manusia. Buah mentah yang menjadi
matang selalu bertambah kandungan airnya, misalnya calon buah apel yang hanya
mengandung 10% air akan dapat menghasilkan buah apel yang kadar airnya 80%.
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan
bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci
yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam
pengolahannya. Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam
media air yang ditambahkan atau yang berasal dari bahan itu sendiri (F. G. Winarno,
1997).
2.5.1. Perubahan pH atau Konsentrasi Ion Hidrogen
Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar
normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan dari kegiatan industri yang
dibuang ke sungai akan mengubah pH air yang pada akhirnya dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air (W. A. Wardana, 2001).
2.5.2. Golongan Air
Air secara bakteriologis dapat dibagi menjadi beberapa golongan berdasarkan
jumlah bakteri koliform yang terkandung dalam 100 cc sampel air/MPN.
Golongan-golongan air tersebut antara lain:
1. Air tanpa pengotoran; mata air (artesis) bebas dari kontaminasi bakteri koliform
dan patogen atau zat kimia beracun
2. Air yang sudah mengalami proses desinfeksi; MPN ∠50/100 cc
3. Air dengan penjernihan lengkap; MPN ∠5000/100 cc
4. Air dengan penjernihan tidak lengkap; MPN >5000/100 cc
5. Air dengan penjernihan khusus (water purification); MPN >250.000/100 cc
MPN di sini mewakili most probable number (jumlah terkaan terdekat dari bakteri
koliform dalam 100 cc air).
2.5.3. Sumber Air Bersih dan Aman
Air yang diperuntukkan bagi konsumsi manusia harus berasal dari sumber yang
bersih dan aman. Batasan-batasan sumber air yang bersih dan aman tersebut antara lain:
a. Bebas dari kontaminasi kuman atau bibit penyakit.
b. Bebas dari substansi kimia yang berbahaya dan beracun.
d. Dapat dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan domestik dan rumah tangga.
e. Memenuhi standar minimal yang ditentukan oleh WHO atau Departemen
Kesehatan RI.
Air dikatakan tercemar bila mengandung bibit penyakit, parasit, bahan-bahan
kimia yang berbahaya, dan sampah atau limbah industri (Budiman Chandra, 2007).
2.5.4. Beberapa Sifat Air Yang Penting
Sifat air yang penting dapat digolongkan ke dalam sifat fisis, kimiawi, dan
biologis.
a. Sifat Fisis
Air di dunia ini didapatkan dalam ketiga wujudnya, yakni, bentuk padat sebagai
es, bentuk cair sebagai air, dan bentuk gas sebagai uap air. Bentuk mana yang akan
didapatkan, tergantung keadaan cuaca yang ada setempat.
Kepadatan (densiti) air, seperti halnya wujud, juga tergantung dari temperatur, dan
tekanan barometris (P). Pada umumnya, densitas meningkat dengan menurunnya
temperatur, sampai tercapai maksimum pada 40 Celcius. Apabila temperatur turun lagi,
maka densitas akan turun pula.
Sekalipun demikian, temperatur air tidak pernah berubah. Hal ini tampak pada
specific heat air, yakni angka yang menunjukkan jumlah kalori yang diperlukan untuk
menaikkan suhu satu gram air satu derajat Celcius. Specific heat bagi air adalah
a. Sifat Kimiawi
Air yang bersih mempunyai pH = 7, dan oksigen terlarut (=DO) jenuh pada 9
mg/l. Air merupakan pelarut yang universal, hampir semua jenis zat dapat larut di dalam
air. Air juga merupakan cairan biologis, yakni didapat di dalam tubuh semua organisme.
Dengan demikian, spesies kimiawi yang ada di dalam air berjumlah sangat besar.
b. Sifat Biologis
Kehidupan itu dikatakan berasal dari air (laut). Di dalam perairan selalu didapat
kehidupan, fauna dan flora. Benda hidup ini berpengaruh timbal balik terhadap kualitas
air. Di dalam suatu lingkungan air, terdapat berbagai benda hidup yang khas bagi
lingkungan tersebut. Benda hidup di perairan karenanya dibagi ke dalam organisme yang
native dan yang tidak native bagi lingkungan tersebut. Organisme native dalam badan air
biasanya merupakan organisme yang tidak patogen terhadap manusia. Organisme yang
tidak native dapat berasalkan air limbah, air hujan, debu, dan lain-lain pengotoran.
Organisme ini dapat hidup di perairan yang mengandung zat hara/makanan baginya.
Sebagaimana halnya semua organisme, setiap jenis organisme di dalam perairan
mempunyai fungsi yang sangat khusus dalam lingkungan tersebut dan membentuk
ekosistem aquatik yang khas pula ( J. S Slamet, 1994).
2.5.5. Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 00C-1000C, air berwujud
cair. Suhu 00C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 1000C merupakan
titik didih (boiling point).
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi
panas ataupun dingin dalam seketika.
3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proes penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan
energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air
menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar.
4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa
kimia. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrien) terlarut diangkut ke seluruh
jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan-bahan toksik yang
masuk ke dalam jaringan tubuh makhluk hidup untuk dikeluarkan kembali.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki
tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar-molekul cairan tersebut tinggi.
Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi
suatu bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada
saat membeku, air merenggang sehingga es memiiki nilai densitas yang lebih
2.5.6. Karakteristik Badan Air
Badan air dicirikan oleh tiga komponen utama, yaitu komponen hidrologi,
komponen fisika-kimia, dan komponen biologi. Penilaian kualitas suatu badan air harus
mencakup ketiga komponen tersebut.
a. Air Permukaan (surface water)
Air tawar berasal dari dua sumber, yaitu air permukaan (surface water) dan air
tanah (ground water). Air permukaan adalah air yang berada di sungai, waduk, danau,
rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah
yang mengalirkan air ke suatu badan air disebut watersheds atau drainage basins.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama, yaitu badan air
tergenang (standing waters atau lentik) dan badan air mengalir (flowing waters atau
lotik).
b. Air Tanah (Groundwater)
Air tanah merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah
ditemukan pada akifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara
10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan
pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dari
air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residens time)
yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan
yang sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit untuk pulih
kembali jika megalami pencemaran.
Pada dasarnya, air tanah dapat berasal dari air hujan (presipitasi), baik melalui
dan genangan air lainnya. Air yang terdapat di rawa-rawa sering sekali dikategorikan
sebagai peralihan antara air permukaan dan air tanah. Dinamika pergerakan air tanah pada
hakikatnya terdiri atas pergerakan horizontal air tanah; infiltrasi air hujan, sungai, danau,
dan rawa ke lapisan akifer; dan menghilangnya atau keluarnya air tanah melalui spring
(sumur), pancaran air tanah, serta aliran air tanah memasuki sungai dan tempat-tempat
lain yang merupakan tempat keluarnya air tanah.
2.5.7. Kualitas Air
Penggolongan air menurut peruntukannya adalah sebagai berikut:
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung,
tanpa pengolahan terlebih dahulu.
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan.
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian, usaha di
perkotaan, undustri, dan pembangkit listrik tenaga air.
Pada hakekatnya, pemantauan kualitas air pada perairan umum memiliki tujuan
sebagai berikut:
1. Mengetahui nilai kualitas air dalam bentuk parameter fisika, kimia, dan biologi.
2. Membandingkan nilai kualitas air tersebut dengan baku mutu sesuai
Kualitas air ditentukan berdasarkan atas maksud dan tujuan pemanfaatannya,
misalnya:
a. Air steril (bebas kuman)
Berasal dari penyulingan, dimanfaatkan dalam pengobatan.
b. Air minum
- Harus netral dengan kemasaman pH 7
- Tidak mengandung zat-zat organik
- Tidak mengandung zat-zat mineral yang membahayakan manusia
- Tidak mengandung kuman-kuman penyakit, dan sebagainya.
c. Air untuk ketel uap
Sebagai sarana pembuatan uap, kadar zat kapur dan besi dalam air harus sangat
rendah, untuk menghindarkan terbentuknya “batu ketel” pada bagian dalam ketel.
d. Air irigasi
Industri-industri dan perkantoran bertingkat banyak memerlukan air. Untuk
memenuhi kebutuhan airnya sering mengadakan pengeboran sumur artetis yang dalamnya
lebih dari 75 meter. Penyebaran sumur artetis harus memenuhi peraturan dan harus seizin
mengakibatkan pengeringan sumur-sumur rakyat dalam musim kemarau (Rismunandar,
1993).
Kualitas air pada dasarnya dapat dilakukan pengujian untuk membuktikan apakah
air layak untuk dikonsumsi. Penetapan standar sebagai batas mutu minimal yang harus
dipenuhi telah ditentukan oleh standar baik standar internasional, standar nasional,
maupun standar perusahaan.
Perusahaan yang memproduksi air minum seharusnya menggunakan standar
perusahaan, karena berdasarkan gambar hierarki standar, standar perusahaan lebih ketat
bila dibandingkan dengan standar nasional maupun internasional. Untuk itu maka, setiap
perusahaan seharusnya menetapkan standar perusahaan sebagai pedoman untuk
menentukan kualitas produknya. Apabila penetapan standar perusahaan sesuai dengan
hierarki standar, maka kesesuaian terhadap persyaratan standar baik nasional maupun
internasioanal dipastikan dapat dipenuhi.
Pengujian air minum pada dasarnya terdiri dari 3 (tiga) hal yaitu pengujian fisik,
kimia dan mikrobiologi. Pengujian fisika, untuk mengetahui rasa dan bau dari air yang
diuji. Pengujian kimia, untuk mengetahui komposisi kimia yang terkandung dalam air.
Sedangkan pengujian mikrobiologi, untuk mengetahui kandungan mikroorganisme
lainnya yang terdapat dalam air. Air yang mengandung bakeri dan mikroorganisme tidak
dapat langsung diminum, akan tetap harus direbus terlebih dahulu (Pramudya Sunu,
2.5.8. Penentuan Kadar Air
Penentuan kadar air dapat dilakukan dengan cara, tergantung kepada sifat
bahannya. Pada umumnya penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dalam oven pada suhu 105-1100C selama 3 jam atau didapat berat yang konstan. Selisih
berat tersebut dan sesudah pengurangan adalah banyaknya air diuapkan kadang-kadang
pengurangan dilakukan tanpa pemanasan, bahan dimasukkan dalam eksilator dengan
H-2SO4 pekat sebagai pengering, sehingga mencapai berat konstan.
Penentuan kadar air dari bahan-bahan yang kadar airnya tinggi dan mengandung
senyawa-senyawa yang mudah menguap seperti sayuran dan susu, menggunakan cara
distilasi dengan pelarut tersebut. Misalnya : talil, xilol, neptana yang berat jenisnya lebih
rendah daripada air. Untuk bahan dengan kadar gula tinggi, kadar airnya dapat diukur
dengan menggunakan refaktometer di samping menentukan putaran terlarutnya gula. Dari
hasil ini, air dari gula dianggap sebagai komponen-komponen yang mempengaruhi indeks
retriksi.
Secara lebih khusus analisis kadar air dapat dilakukan melalui beberapa cara
sebagai berikut :
a. Cara destilasi dengan pelarut tertentu. Misalnya : sayuran destilasi dengan pelarut
toluene, xilol dan heptana.
b. Menggunakan refaktometer, biasanya digunakan untuk bahan yang kadar gulanya
berlebihan.
c. Dengan cara kimia yaitu mengukur berdasarkan volume gas asetilen yang
dihasilkan dari reaksi kalsium karbida dengan bahan yang akan diperiksa.
d. Cara pengeringan berdasarkan reaksi kimia air dengan titrasi langsung dari bahan
basah dengan iodin, sulfur, dioksida, dan piridina dalam methanol.
e. Cara titrasi yang menunjukkan perubahan warna pada titik terakhir titrasi
( M. A. K. Budianto, 2009).
2.6. Gravimetri
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan paling
sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Kesederhaaan itu jelas
kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan dengan menimbang langsung
massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain. Pada dasarnya pemisahan zat dilakukan
dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan zat dilarutkan dalam pelarut yang
sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci,
dikeringkan atau dipijarkan dan setelah dingin ditimbang. Kemudian jumlah zat yang
ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase
bobot zat dalam cuplikan semula.
Meskipun gravimetri merupakan cara pemeriksaan kimia terhitung yang paling tua
dan paling jelas urutan kerjanya, namun pemakaiannya terbatas karena pengerjaannnya
memakan waktu lama. Selain itu berbagai persyaratan harus dipenuhi agar penentuan
terhitung dapat dilakukan dengan memuaskan. Persyaratan itu antara lain:
1. Zat yang akan ditentukan harus dapat diendapkan secara terhitung (sekurangnya
kehilangan yang disebabkan oleh kelarutannya dapat diabaikan. Selain itu zat
pengendap yang berlebihan harus ditambahkan pada proses pengendapan karena
jumlah zat pengendap yang dibutuhkan untuk pengendapan tidak diketahui
dengan pasti. Penambahan zat pengendap yang berlebihan ini juga akan
mengurangi kehilangan endapan.
2. Endapan yan terbentuk harus cukup murni dan dapat diperoleh dalam bentuk yang
cocok untuk pengolahan selanjutnya. Endapan yang berbentuk hablur kasar lebih
cocok untuk pengolahan selanjutnya dalam gravimetri daripada endapan yang
berbentuk hablur halus atau endapan yang tak terbentuk. Sedangkan pengolahan
selanjutnya itu akan menghasilkan senyawa yang akan ditimbang yang
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam percobaan ini adalah dengan cara mengukur
brix sprite dengan alat density meter kemudian kadar air diukur dengan metode
gravimetri.
3.1.1. Alat
- Density meter DMA 4500 M - Pompa Vakum
- Cawan - Oven - Pipet tetes - Neraca Analitik - Desikator
- Erlenmeyer 500 ml
3.1.2. Bahan
3.2. Prosedur Kerja
- Diambil sampel, kemudian dihilangkan kadar CO2 dengan menggunakan pompa vakum.
- Diukur nilai brix menggunakan Density meter DMA 4500 M - Ditimbang cawan kosong
- Ditambahkan 1 ml sampel ke dalam cawan - Ditimbang kembali cawan yang berisi sampel
- Dikeringkan dalam oven selama 12 jam pada suhu 1050C - Didinginkan ke dalam desikator
- Ditimbang kembali cawan berisi sampel yang telah kering - Dihitung kadar airnya.
Kadar air dapat diukur dengan rumus:
M = Kadar air
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Adapun data yang diperoleh dari hasil pengamatan di laboratorium sebagai berikut:
No Brix
Berat mula-mula (g)
Berat yang berkurang (g)
1 12,43 37,0189 36,0706
2 12,53 29,6954 28,7688
3 12,31 29,9211 28,9683
4 12,59 36,6039 35,6873
5 12,52 36,6248 35,6968
6 12,49 29,9204 28,9778
7 12,42 29,7160 28,7640
8 12,70 36,9891 36,0884
a. Brix = 12,43
= 97,43%
b. Brix = 12,53
= 96,87%
c. Brix = 12,31
= 96,81%
d. Brix = 12,59
e. Brix = 12,52
= 0,9746 g x 100%
= 97,46%
f. Brix = 12,49
= 96,84%
g. Brix = 12,42
= 96,79%
h. Brix = 12,70
Dari hasil perhitungan di atas, diperoleh bahwa pada masing-masing produk sprite dengan variasi brix memiliki kadar air yang berbeda-beda. Dengan brix yang tinggi maka kadar air akan lebih rendah, begitu pula sebaliknya.
Pada setiap produk sprite, brix standart adalah 12,50 0,15 dengan rentang toleransi yaitu 12,35 ; 12,40; 12,45; 12,50; 12,55; 12,60; dan 12,65. Brix adalah jumlah zat semu yang larut (dalam gram) setiap 100 gram larutan. Di dalam sprite, zat padat terlarut terdiri dari gula dan bukan gula. Zat padat terlarut bukan gula contohnya karbondioksida. Jadi komponen dalam brix itu lebih dominan kepada zat gulanya. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah, apabila brix tinggi maka kandungan gula lebih banyak. Otomatis rasa akan lebih manis. Rasa manis yang lebih tinggi ini telah melebihi standart yang telah ditetapkan. Jika hal ini terjadi maka dapat menyebabkan pertambahan biaya produksi, seperti lebih banyak bahan-bahan yang dipergunakan dalam satu proses produksi dan produk yang dihasilkan juga kurang baik. Sebaliknya apabila brix rendah berarti kadar air lebih tinggi. Hal ini juga dapat menyebabkan produk kurang baik dan tidak dapat memenuhi kriteria produk yang layak untuk dipasarkan. Kedua hal ini harus dihindari agar tetap dapat memproduksi produk yang layak dengan kualitas yang lebih baik. Untuk mengetahui hubungan antara kadar air dengan brix yang diperoleh ini, dapat dilihat pada lampiran grafik 1.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Untuk mengukur kadar air pada produk sprite dapat dilakukan melalui metode gravimetri. Dimana dalam proses ini dilakukan pemanasan sampel dalam oven pada suhu 1050C. Cara ini merupakan cara yang paling sederhana dalam penentuan kadar air. Mula-mula sampel ditimbang bersama dengan cawan. Setelah pemanasan, kehilangan berat ini yang kemudian dihitung sebagai jumlah kandungan air yang terdapat dalam produk sprite melalui rumus yang telah ditetapkan.
2. Produk sprite yang dapat dipasarkan yaitu yang memiliki brix 12,50 ± 0,15 dengan toleransi brix yaitu 12,35; 12,40; 12,45; 12,55; 12,60; dan 12,65.
5.2 Saran
1. Sebaiknya digunakan metode lain yang sesuai dengan produk yang dianalisa sebagai pembanding dari metode gravimetri.
DAFTAR PUSTAKA
Adikoesoemo, P. S. T dan A. S. Baktir. 1984. Teknologi Dan Peralatan Industri Gula (1) Ekstraksi Nira Tebu. Surabaya : Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri.
Budianto, M. A. K. 2009. Dasar-Dasar Ilmu Gizi. Cetakan Keempat. Malang : UMM Press.
Chandra, B. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Surabaya : Kanisius. Http: // id. Wikipedia. Org/ Wiki/ Gula. Diakses 20 April, 2010. Http: // www. Untag – sby. ac. id. Diakses bulan Juni, 2008. Http: // www. risvank. com. Diakses 18 Juni, 2008.
Rismunandar. 1993. Air Fungsi dan Kegunaannya Bagi Pertanian. Cetakan Kelima. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Rivai, H. 1994. Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI - Press.
Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Sunu, P. 2001. Melindungi Lingkungan Dengan Menerapkan ISO 14001. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Wardhana, W. A. 2001. Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi Yogyakarta.