• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pemasaran Kelapa (Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram,Kabupaten Batubara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sistem Pemasaran Kelapa (Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram,Kabupaten Batubara)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PEMASARAN KELAPA

(Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram,

Kabupaten Batubara)

MARIA NANDA SINAGA

050304004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

SISTEM PEMASARAN KELAPA

(Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram,

Kabupaten Batubara)

SKRIPSI

Oleh :

MARIA NANDA SINAGA

050304004

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

SISTEM PEMASARAN KELAPA

(Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram,

Kabupaten Batubara)

SKRIPSI

Oleh :

MARIA NANDA SINAGA 050304004/AGRIBISNIS

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(4)

Judul Skripsi : Sistem Pemasaran Kelapa

(Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara)

Nama : Maria Nanda Sinaga NIM : 050304004

Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing

H.M. Mozart B. Darus, M.Sc Rulianda P. Wibowo, SP, M.Ec Ketua Anggota

Mengetahui,

Ir. Luhut Sihombing, MP

Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

(5)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK...ii

RIWAYAT HIDUP...iii

KATA PENGANTAR………...…iv Tinjauan Pustaka...8

Landasan Teori...11

Penelitian Terdahulu ...17

Kerangka Pemikiran...19

Hipotesis Penelitian...22

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah ...23

Metode Penentuan Sampel...23

Sampel petani...23

Sampel pedagang...23

Metode Pengumpulan Data...24

Metode Analisis Data...24

Defenisi dan Batasan Operasional...26

Defenisi...26

Batasan Operasional...28

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL Deskripsi Daerah Penelitian...29

Letak dan geografis...29

Pola penggunaan lahan...29

Keadaan penduduk...30

Sarana dan prasarana...34

Karkteristik Sampel...35

(6)

Karakteristik pedagang perantara...36

HASIL DAN PEMBAHASAN Saluran Pemasaran Kelapa...39

Fungsi-Fungsi Pemasaran ...44

Biaya Pemasaran, Profit Margin, Price Spread dan Share Margin yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran...45

Saluran pemasaran I...46

Saluran pemasaran II...48

Saluran pemasaran III...50

Efisiensi Pemasaran...51

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan...54

Saran...55

DAFTAR PUSTAKA...57

(7)

ABSTRAK

MARIA NANDA SINAGA: Sistem Pemasaran Kelapa di Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara. Dibimbing oleh H.M. Mozart B. Darus, M.Sc dan P.Wibowo, SP, M.Ec.

Kualitas produk kelapa akan meningkatkan pendapatan petani dengan semakin efisiennya saluran pemasaran. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui saluran pemasaran, fungsi pemasaran yang dilakukan, biaya dan marjin pemasaran, price spread serta share margin tiap saluran dan efisiensinya. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sesuai data yang ada melalui teknik simple random sampling sebanyak 30 petani dan teknik pengambilan sampel dengan snowball sampling. Data dianalisis secara deskriptif tabulasi.

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 30 November 1986 dari ayah Pardamean Sinaga dan ibu Horas Elyana Pardede. Penulis merupakan putri kedua dari tiga bersaudara.

Tahun 2005 penulis lulus dari SMU Santo Thomas I, Medan dan pada tahun yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur ujian tertulis reguler mandiri. Penulis memilih program studi Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian dan bergabung dalam tim Basket fakultas Pertanian. Selain itu penulis aktif dalam organisasi ekstrauniversitas serperti organisasi muda-mudi gereja dan Toyota Kijang Club Indonesia (TKCI).

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karuniaNYa sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Sistem Pemasaran Kelapa di Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara.”

Pada kesempatan ini penulis menghanturkan pernyataan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis yang telah membesarkan, memelihara dan mendidik penulis selama ini. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc dan Bapak Rulianda P.Wibowo, SP, M.Ec selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing dan memberikan berbagai masukan berharga kepada penulis dari mulai menetapkan judul, melakukan penelitian, sampai pada ujian akhir. Khusus untuk Bapak Drs.Eli Saut Sianturi dan kepada Neiny Safrina, Syamsul Richard, Dedi Sembiring, M.Fitra Nasution, M.Irhash, Teguh Primadi serta Eko Prakarsa, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas bantuannya selama penulis mengumpulkan data.

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Luas tanaman dan produksi kelapa tanaman perkebunan rakyat menurut

kecamatan tahun 2008 ...5

2. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan kelapa rakyat menurut desa/kelurahan tahun 2008...5

3. Kegunaan dari bagian-bagian kelapa...9

4. Distribusi penggunaan lahan...30

5. Jumlah penduduk...31

6. Distribusi penduduk menurut kelompok umur...31

7. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan...32

8. Distribusi penduduk menurut agama...33

9. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian...33

10. Fasilitas sarana dan prasarana...34

11. Krakteristik petani sampel... 35

12. Krakteristik pedagang sampel...37

13. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran...44

14. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran I...46

15. Price spread dan share margin saluran I...47

16. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran II. ...48

17. Price spread dan share margin saluran II...49

18. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran III... 50

19. Price spread dan share margin saluran III...51

20. Rekapitulasi share margin masing-masing saluran pemasaran...51

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Skema kerangka pemikiran...22

2. Skema saluran pemasaran kelapa...40

3. Skema pemasaran saluran I...40

4. Proses pengumpulan yang dilakukan agen...41

5. Proses penyimpanan di gudang pedagang pengumpul desa...42

6. Pengangkutan kelapa ke pedagang pengumpul kota...42

7. Skema pemasaran saluran II...43

8. Pemarutan kelapa oleh pedagang pengecer...43

9. Skema pemasaran saluran III...44

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Karakteristik petani sampel ...58

2. Karakteristik sampel agen kelapa butir per hari...59

3. Biaya pemasaran pada saluran pemasaran I...59

4. Karakteristik sampel pedagang pengecer kelapa butir per hari... 59

5. Karakteristik sampel pedagang pengumpul kota kelapa butir per hari...60

6. Karakteristik sampel pedagang pengumpul desa kelapa butir per hari...60

7. Biaya pemasaran pada saluran pemasaran II...61

8. Biaya pemasaran pada saluran pemasaran III...61

(13)

ABSTRAK

MARIA NANDA SINAGA: Sistem Pemasaran Kelapa di Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara. Dibimbing oleh H.M. Mozart B. Darus, M.Sc dan P.Wibowo, SP, M.Ec.

Kualitas produk kelapa akan meningkatkan pendapatan petani dengan semakin efisiennya saluran pemasaran. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui saluran pemasaran, fungsi pemasaran yang dilakukan, biaya dan marjin pemasaran, price spread serta share margin tiap saluran dan efisiensinya. Penentuan lokasi penelitian ditentukan secara purposive sesuai data yang ada melalui teknik simple random sampling sebanyak 30 petani dan teknik pengambilan sampel dengan snowball sampling. Data dianalisis secara deskriptif tabulasi.

(14)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sebagai produsen terbesar di dunia, kelapa Indonesia menjadi ajang bisnis raksasa mulai dari pengadaan sarana produksi (bibit, pupuk, pestisida) proses produksi, pengolahan produk kelapa (turunan dari daging, tempurung, sabut, kayu, lidi, dan nira), dan aktivitas penunjangnya (keuangan, irigasi, transportasi, perdagangan, dll). Daya saing produk kelapa pada saat ini terletak pada industri hilirnya, tidak lagi pada produk primer, di mana nilai tambah dalam negeri yang dapat tercipta pada produk hilir dapat berlipat ganda daripada produk primernya. Usaha produk hilir saat ini terus berkembang dan memiliki kelayakan yang tinggi baik untuk usaha kecil, menengah maupun besar. Pada gilirannya industri hilir menjadi lokomotif industri hulu (BPPP, 2009).

(15)

Pada tahun 2006 produksi kelapa dunia diperkirakan turun 5,83% dibandingkan tahun 2005, sebagai dampak musim kemarau berkepanjangan terjadi di Indonesia. Kopra yang merupakan hasil olahan kelapa dalam tahun 2006 diperkirakan hanya berkisar 11,04 juta ton, lebih rendah dibandingkan produksi 2005 yang mencapai 11,72 juta ton. Musim kering yang telah berlangsung sekitar tujuh bulan di Indonesia menyebabkan produksi nasional turun menjadi 4,85 juta ton dari sebelumnya tahun 2005 tercatat 5,15 juta ton ekuvailen kopra. Musim kemarau terus berlangsung hingga akhir tahun 2006, sehingga mengakibatkan pada tahun 2007 produksi kelapa nasional mengalami penurunan mencapai 14.06% (BPPP, 2009).

Di Indonesia tanaman kelapa diusahakan dalam tiga bentuk pengusahaan yaitu perkebunan rakyat (PR), perkebunan besar negara (PBN), dan perkebunan besar swasta (PBS). Tanaman kelapa merupakan tanaman tradisional yang diusahakan petani hampir di seluruh wilayah Indonesia baik di pekarangan maupun di kebun (Amang, 1996).

Tanaman kelapa bagi Indonesia merupakan tanaman yang sangat penting, karena tanaman ini sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, menjadi salah satu komoditi usahatani rakyat, dan merupakan komoditi ekspor. Kelapa adalah tanaman serbaguna yang dimana seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi kehidupan manusia. Itulah sebabnya tanaman ini telah ratusan tahun dikenal di seluruh kepulauan nusantara (Setyamidjaja, 1985).

(16)

tanaman lain serta kelapa dapat juga tumbuh di sungai dan lain-lain. Tetapi bagi perkebunan atau perusahaan yang akan mendirikan perkebunan kelapa, memerlukan pertimbangan dan syarat tanah tertentu agar pertumbuhan tanaman cukup baik dan menguntungkan (Suhardiman, 1999).

Dengan produksi buah kelapa rata-rata 15,5 milyar butir per tahun, total bahan ikutan yang dapat diperoleh 3,75 juta ton air, 0,75 juta ton arang tempurung, 1,8 juta ton serat sabut, dan 3,3 juta ton debu sabut. Industri pengolahan komponen buah kelapa tersebut umumnya hanya berupa industri tradisional dengan kapasitas industri yang masih sangat kecil dibandingkan potensi yang tersedia. Daerah sentra produksi kelapa di Indonesia adalah Propinsi Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah. Perkiraan investasi secara keseluruhan untuk mengembangkan infrastruktur, usahatani, dan industri pengolahan kelapa adalah 1,786 trilyun, yang terbagi atas 221 milyar oleh masyarakat terutama petani, 917 milyar oleh kalangan swasta, dan 648 milyar oleh pemerintah pusat dan daerah (BPPP, 2009).

Pengembangan tanaman kelapa dengan skala besar masih memungkinkan di kabupaten Nias Provinsi Sumatera Utara yang merupakan salah satu penghasil utama komoditas kelapa dengan areal perkebunan di Sumatera Utara seluas ± 142.601 ha. Produksi kelapa di Sumatera Utara adalah 137.190 ton, dengan produksi terbesar dari kabupaten Nias 50.268 ton, Asahan 31.007 ton dan Deli Serdang 19.159 ton (Azmil, 2006).

(17)

Perkembangan tanaman kelapa akan makin pesat dengan bertambahnya penduduk baik di Indonesia sendiri ataupun di dunia. Apalagi kegunaannya selain untuk minyak, dapat dipergunakan sebagai bahan pembuat sabun, lilin ataupun untuk bahan ramuan obat-obatan (Suhardiman, 1999).

Salah satu daerah yang merupakan salah satu sentra produksi tanaman kelapa di Sumatera Utara adalah Kabupaten Batubara yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang baru terbentuk pada tahun 2007, yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Asahan. Batubara berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang berbatasan dengan Selat Malaka.

Kabupaten Batubara menempati area seluas 90.496 ha yang terdiri dari 7 Kecamatan dan 100 desa/kelurahan definitif. Wilayah Kabupaten Batubara di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai, di sebelah selatan dengan Kabupaten Asahan, di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka.

(18)

Tabel 1. Luas tanaman dan produksi kelapa tanaman perkebunan rakyat menurut kecamatan tahun 2008

Kecamatan Luas Tanaman (Ha) Produksi

(Ton)

Sumber : Dinas kehutanan dan perkebunan Kabupaten Batubara

Tabel 2. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan kelapa rakyat menurut desa/kelurahan tahun 2008

Desa/Kelurahan TBM (Ha) TM Ha) Produksi Ton)

Tanjung Mulia 10 214 11,03

Sumber : BPS Kotamadya Medan

Dari tabel 1 dan tabel 2 dilihat bahwa Kecamatan Tanjung Tiram, tepatnya di Desa Bagan Baru adalah sentra produksi untuk komoditi kelapa di Kabupaten Batubara pada tahun 2008 dengan jumlah produksi di Kecamatan Tanjung Tiram sebesar 150.475 ton atau 68,39% dari total produksi kelapa di Kabupaten Batubara dan di Desa Bagan Baru produksi sebesar 109,28 ton atau 54,43% dari total produksi kelapa di Kecamatan Tanjung Tiram.

(19)

langsung terhadap pihak-pihak yang terkait si dalam pemasaran kelapa. Selain itu keberadaan lokasi perkebunan kelapa rakyat yang mengarah pada terbentuknya rantai pemasaran yang panjang karena adanya peran dari pedagang perantara yang cenderung menambah kompleksitas upaya perbaikan dari mutu kelapa.

Pada sisi sistem pemasaran kelapa, pendapatan petani akan meningkat dengan semakin efisiennya saluran pemasaran kelapa. Persoalan kelancaran pemasaran sangat tergantung pada kualitas produk yang dihasilkan oleh petani produsen dan juga upaya penyempurnaan kinerja lembaga-lembaga pemasaran dan sistem pemasaran itu sendiri sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan serta kualitas tingkat kesejahteraan petani kelapa yang memadai.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti, antara lain :

1. Bagaimana saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian.

2. Fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh setiap saluran pemasaran di daerah penelitian

3. Berapa besar biaya pemasaran, marjin pemasaran, price spread, dan share margin pada masing-masing saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian.

4. Bagaimana tingkat efisiensi pemasaran kelapa di daerah penelitian.

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasakan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian ini diarahkan untuk mencapai tujuan :

(20)

2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi pemasaran apa saja yang dilakukan oleh setiap saluran pemasaran di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui besar biaya pemasaran, marjin pemasaran, price spread, dan share margin pada masing-masing saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian.

4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi pemasaran kelapa di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :

a. Sebagai bahan informasi bagi petani dalam memasarkan dan mengembangkan usaha taninya.

b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam mengambil kebijakan usahatani kelapa.

(21)

8

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Pustaka

Kelapa atau juga dikenali sebagai nyiur dapat memiliki umur melebihi 25 tahun. Pohon kelapa bisa mencapai ketinggian 6 hingga kepada varietasnya. Kelapa didapati di semua (Cocos nucifera L.) adalah ahli keluarga

merupakanCocos dan merupakan

dan pelepah yang sudah tua akan jatuh dengan sendirinya meninggalkan batang pohon yang licin (Anonimus, 2009).

Tanaman kelapa disebut juga pohon kehidupan, karena dari setiap bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Buah kelapa dapat diambil air, daging buah, tempurung dan sabutnya. Salah satu produk yang dihasilkan dari air kelapa adalah sari kelapa. Turunan dari daging kelapa adalah daging kelapa parut, kulit ari daging kelapa dan kopra. Kelapa parut kering adalah suatu produk awet kelapa yang merupakan bahan dasar pembuatan santan dan untuk campuran pembuatan roti, kue-kue, dan makanan lain. Daging kelapa coconut cream, santan, kelapa parutan kering, coconut skim milk, sampai kosmetik sebagai turunan terakhir. Kopra merupakan bahan industri minyak kelapa dan bungkal kopra (Azmil, 2006).

(22)

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Kelas : Monocotyledoneae Ordo : Palmales

Famili : Palmae Genus : Cocos

Species : Cocos nucifera

Penggolongan varitas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat khusus lainnya (Suhardiman, 1999).

Kegunaan berbagai bagian kelapa ditunjukan dalam tabel berikut : Tabel 3. Kegunaan dari bagian-bagian kelapa

No Bagian Kegunaan

1 Daging buah Bahan baku untuk menghasilkan kopra, minyak kelapa, coconut cream, santan dan kelapa parut kering

2 Air Untuk pembuatan cuka, nata de coco

3 Batang Untuk bahan-bahan bangunan baik untuk kerangka bangunan maupun untuk dinding serta atap

4 Tempurung Untuk membuat carbon aktif,obat nyamuk dan kerajinan tangan

5 Daun Dapat diambil lidinya yang dapat dipakai sebagai sapu, pembalut makanan serta barang-barang anyaman

6 Sabut Untuk pembuatan tali, sapu, keset, sikat pembersih, media penanaman anggrek, saringan, dan lainnya

Beberapa faktor yang mengakibatkan tingkat produksi kelapa rendah, di antaranya :

1. Sebagian tanaman telah tua / rusak sehingga tidak lagi produtif,

2. Varietas / jenis kelapa yang ditanam sebagian besar hanya memiliki kemampuan produksi yang rendah,

3. Perlakuan budidaya sangat minim,

(23)

5. Masih belum terperbaikinya sistem pengolahan dan tata niaga hasil.

Dalam jenis (species) kelapa (Cocos nucifera L) dikenal ada dua varietas utama yaitu varietas dalam dan varietas genjah. Pada akhir-akhir ini berkembangnya pemuliaan tanaman dikenal varietas ketiga yaitu hibrida yang merupakan perkawinan silang antara dua tanaman kelapa yang berbeda sifatnya (dalam dan genjah) (Setyamidjaja, 1985).

Pada penelitian ini, jenis kelapa yang diteliti dikhususkan kepada kelapa tua varietas dalam. Pemanenan kelapa dalam umumnya bervariasi antara 6-8 tahun. Sedangkan kelapa genjah dan kelapa hibrida, pemetikan hasilnya dimulai umur 3-4 tahun. Masa puncak produksi kelapa juga berbeda-beda. Untuk kelapa dalam masa puncak produksinya pada umur antara 15-20 tahun. Setelah berumur 20 tahun produksi berangsur turun dan setelah umur 40 tahun produksi merosot. Sedang kelapa genjah/hibrida, masa produksi puncak antara umur 10-18 tahun. Setelah berumur 18 tahun mulai berangsur turun dan merosot setelah umur 30 tahun. Waktu yang diperlukan untuk pembentukan buah kelapa yaitu sejak bunga jantan mekar sampai buah masak dan dipungut hasilnya, berkisar 15-16 bulan (Suhardiman, 1999).

(24)

hasil kopra sebanyak 1,5 ton. Oleh karena itu, kelapa mempunyai nilai ekonomi yang tinggi (Suhardiman, 1999).

Dalam banyak kenyataan, kelemahan dalam sistem pertanian di negara berkembang, termasuk Indonesia, adalah kurangnya perhatian dalam bidang pemasaran. Fungsi-fungsi pemasaran, seperti pembelian, sorting, penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan sering tidak berjalan seperti yang diharapkan, sehingga efsiensi pemasaran menjadi lemah. Dalam banyak kenyataan hal ini juga disebabkan karena tingginya biaya pemasaran (Soekartawi, 2002).

2.2. Landasan Teori

Kotler (1993) pemasaran adalah suatu proses sosial dengan individu dan kelompok dengan kebutuhan dan keinginan dalam menciptakan, penawaran, dan perubahan nilai barang dan jasa secara bebas dengan lainnya. Di dalam sistem pemasaran terdapat komponen – komponen yang saling mempengaruhi satu sama lain. Di dalam sistem pemasaran perlu diperhatian beberapa komponen penting yang mempengaruhi pemasaran, antara lain adalah :

1. Organisasi pemasaran

2. Produk, jasa yang dipasarkan 3. Pasar

4. Saluran distribusi (Channel Distribution)

5. Lingkungan, yang terdiri dari : faktor sosial budaya, penduduk, teknologi, keadaan perekonomian (Koeswara, 1995).

(25)

untuk menutup biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi pemasaran diperlukan volume perdagangan yang cukup besar. Pemasaran komoditi pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang pengumpul kota serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan barang dari pedagang ke agen, pengecer dan konsemen (Sudiyono, 2004).

Rangkaian proses penyaluran produk dari produsen hingga sampai ke tangan konsumen akhir disebut saluran pemasaran. Saluran pemasaran menurut bentuknya dibagi dua, yaitu :

a. Saluran distribusi langsung (direct channel of distribution) yaitu penyaluran barang-barang atau jasa-jasa dari produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara, seperti penjulan di tempat prduksi, penjualan di toko/gerai produsen, penjualan dari pintu ke pintu, penjualan melalui surat.

b. Saluran distribusi tak langsung (indirect channel of distribution) yaitu bentuk saluran distribusi yang menggunakan jasa perantara dan agen untuk menyalurkan barang atau jasa kepada konsumen.

Panjang pendeknya saluran pemasaran yang dilalui oleh suatu hasil komoditas pertanian tergantung pada beberapa faktor, yaitu :

1. Jarak antara produsen dan konsumen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, semakin panjang saluran yang ditempuh produk.

2. Cepat tidaknya produk rusak

(26)

3. Skala produksi

Bila produsi berlangsung dengan ukuran-ukuran kecil, maka jumlah yag dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak akan menguntungkan bila produse langsung menjual ke pasar.

4. Posisi keuangan pengusaha

Produsen yang mempunyai modal yang banyak cenderung untuk memperpendek saluran pemasaran (Rahim , 2007).

Konsep pemasaran adalah kepuasan keinginan konsumen adalah dasar kebenaran sosial dan ekonomi kehidupan sebuah perusahaan. Ada tiga ketetapan pokok yang medasari konsep pemasaran yaitu :

1. Semua operasi dan perencanaan perusahaan harus berorientasi kepada konsumen

2. Sasaran perusahaan harus volume penjualan yang menghasilkan laba

3. Semua kegiatan pemasaran di sebuah perusahaan harus dikordinir secara terorganisir (Stanton dan Lamarto, 1989).

Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Sudiyono, 2004).

(27)

1. Fungsi pertukaran (exchange function) seperti penjualan dan pembelian. 2. Fungsi fisik (pysycal function) seperti pengangkutan dan penyimpanan

3. Fungsi penyediaan fasilitas (facilitating function) seperti standarisasi, penggunaan resiko, informasi harga dan penyediaan dana (Sudiyono, 2004).

Biaya pemasaran adalah biaya yang terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman (perantara) dan lembaga-lembaga pemasaran yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh middleman / lembaga tataniaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganya dan menjalankan aktifitas pemasaran tersebut. Biaya pemasaran terjadi sebagai konsekuensi logis dari fungsi-fungsi pemasaran. Biaya pemasaran ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Oleh sebab itu biaya pemasaran yang tinggi akan membawa efek kepada harga beli konsumen. Disamping itu, biaya tataniaga yang tinggi juga akan membuat sistem pemasaran kurang/tidak efisien (Gultom, 1996).

Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata niaga dan semakin besar biaya pemasaran komoditi tersebut. Secara teknis dapat dikatakan bahwa semakin pendek rantai tata niaga suatu barang hasil pertanian, maka:

a. biaya tata niaga semakin rendah, b. margin tata niaga juga semakin rendah,

(28)

Di sepanjang perjalanan barang dari sektor produsen ke konsumen terbentuk lembaga-lembaga tataniaga yang terdiri dari pedagang, pengangkutan, agen dan lain-lain. Lembaga pemasaran ádalah badan usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Pedagang/agen dikenal sebagai middleman (perantara) dan jalan yang ditempuh barang-barang dari produsen hingga sampai ke konsumen dikenal sebagai channel of marketing atau mata rantai saluran tataniaga. Pengertian jarak dalam perjalanan barang itu dinyatakan dengan banyaknya middleman yang terdapat di sepanjang mata rantai saluran tataniaga. Semakin panjang rantai saluran pemasaran maka semakin besar biaya pemasaran sehingga marjin pemasaran pun semakin tinggi yang mengakibatkan harga yang diterima petani (farmer’s share) semakin kecil. Terdapat beberapa perantara dalam pemasaran yaitu :

1. Pedagang pengumpul kota (merchant wholesalers) atau grosir memberi merek pada barang yang mereka jual dan terutama menjualnya ke penjual lain (pengecer), pelanggan industri, dan pelanggan omesial lain, daripada ke konsumen individu.

(29)

3. Pengecer (retailers) menjual barang dan jasa secara langsung e konsumen akir untu penggunaan kegiatan nonbisnis mereka.

4. Agen pendukung (facilitating agencies), seperti biro iklan, perusahaan riset pemasaran, agen pengumpul, berspesialisasi pada satu atau lebih fungsi pemasaran atas dasar bayar per layanan untk membantu klien melakukan fungsi-fungsi itu dengan lebih efektif dan efisien (Boyd dkk., 2000).

Marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Perhitungan marjin pemasaran digunakan untuk melihat setiap saluran pemasaran aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh lembaga pemasaran dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran yang mengakibatkan adanya perbedaan harga ditingkat produsen dan di tingkat konsumen. Komponen marjin pemasaran terdiri dari biaya-biaya yang diperlukan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang disebut dengan biaya pemasaran atau biaya fungsional dan keuntungan lembaga pemasaran (Sudiyono, 2004).

Tujuan analisis marjin pemasaran untuk melihat efisiensi pemasaran yang diindikasikan oleh besarnya keuntungan yang diterima oleh masing-masing pelaku pemasaran. Semakin tinggi harga yang diterima produsen, semakin efisien sistem pemasaran tersebut. Besarnya keuntungan yang diterima oleh masing-masing pelaku pemasaran relatif terhadap harga yang dibayar konsumen dan atau relatif terhadap biaya pemasaran terkait dengan peran yang dilakukan oleh masing-masing pelaku.

(30)

dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin (Gultom, 1996).

Menurut Downey dan Steven (1992) efisiensi pemasaran merupakan tolak ukur atas produktivitas proses pemasaran dengan membandingkan sumberdaya yang digunakan terhadap keluaran yang dihasilkan selama berlangsungnya proses pemasaran. Menurut Mubyarto (1986) efisiensi pemasaran untuk komodias pertanian dalam suatu sistem pemasaran dianggap efisien apabila :

a. mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya yang semurah-murahnya

b. mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan pemasaran.

Suatu perubahan yang dapat memperkecil biaya pemasaran tanpa mengurangi kepuasan konsumen, menunjukan adanya perbaikan dalam efisiensi pemasaran. Semakin tinggi marjin pemasaran suatu komoditi semakin rendah tingkat efisiensi sistem pemasaran. Pada umumnya suatu sistem pemasaran untuk sebagian produk hasil pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila share margin petani berada di atas 50 % (Gultom, 1996).

2.3. Penelitian Terdahulu

(31)

kecamatan Pantai Labu dan kecamtan Sei Kepayang dapat diambil kesimpulan bentuk kelapa yang dipasarkan oleh petani di kecamatan Sei Kepayang adalah kelapa cungkil dan di kecamatan Pantai Labu adalah kelapa cungkil dan kelapa butir. Petani di kedua kecamatan di daerah penelitian hanya dapat sebagai penerima harga dan bukan sebagai pembuat harga. Di kedua daerah penelitian subsistem penunjang hanya terdapat di kecamatan Pantai Labu yaitu Koperasi Unit Desa, penyuluhan pertanian kelompok tani. Petani di kecamatan Sei Kepayang dan kecamtan Pantai Labu kurang memperhatikan pemeliharaan dari usahatani kelapa mereka.

Hambatan yang dihadapi kelompok tani terhadap kegiatan agribisnis kelapa adalah banyak diantara para petani yang diberikan penyuluhan hanya mendengar saja tanpa pernah melakukan apa yang telah dianjurkan oleh penyuluh pertanian. Sedangkan hambatan yang dihadapi Koperasi Unit Desa terhadap kegiatan agribisnis kelapa adalah di kecamatan Pantai Labu ini Koperasi Unit Desa hanya mampu menampung hasil pertanian tanaman pangan seperti padi, jagung, kedelai, dan lain-lain tetapi belum mampu untuk menampung hasil perkebunan kelapa dari para petani kelapa. Hal ini diakibatkan oleh Koperasi Unit Desa tersebut belum mempunyai modal yang memadai sementara untuk dapat menampung hasil perkebuna kelapa diperlukan modal yang cukup besar.

(32)

Sedangkan pada penelitian yang dilakukan di Desa Lubuk Palas Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan pada tahun 2004 oleh Winda Widyastuti mengenai studi kelayakan usahatani kelapa di Kabupaten Asahan dapat diketahui uasahatani yang dilakukan petani kelapa di daerah penelitian layak untuk dikembangkan secara ekonomi. Ketersediaan faktor produksi cukup mendukung upaya pengembangan uasahatani kelapa. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan usahatani kelapa adalah ketersediaan bibit unggul, serangan hama penyakit, modal terbatas dan lemabaga terkait kurang berperan. Upaya yang dilakukan dalam pengembangan usahatani kelapa anatralain mengadakan penyuluhan, melakukan pengendalian hama penyakit sedini mungkin dan menjalin kemitraan dengan lembaga-lembaga terkait.

2.4. Kerangka Pemikiran

Kelapa merupakan salah satu usaha perkebunan yang memiliki prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan karena selain semua bagian dari tanaman kelapa dapat diolah juga dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

(33)

Petani ada juga yang menjual langsung kelapa ke pedagang pengumpul di desa kemudian pedagang pengumpul menjual ke pedagang pengumpul kota. Pedagang pengumpul kota menjual ke pedagang pengecer kelapa butir kemudian menjual ke konsumen akhir. Selama proses itu, masing-masing lembaga melakukan fungsi-fungsi pemasaran, misalnya pembelian, penjualan, sortasi, transportasi, penyimpanan dan lain-lain. Pedagang pengumpul mempunyai posisi yang kuat dalam pemasaran kelapa. Mereka memiliki modal yang besar dan mampu menentukan harga pembelian dan harga penjualan dalam batas-batas tertentu sehingga menghasilkan sejumlah keuntungan yang diinginkan.

Bila pedagang perantara dalam rantai pemasaran kelapa yang dilalui banyak, maka dikatakan bahwa saluran pemasaran dari kelapa tersebut panjang. Saluran pemasaran yang panjang akan memperbesar biaya pemasaran dan marjin pemasaran dan ini di bebankan kepada konsumen. Semakin dekat jarak lembaga tpemasaran yang digunakan produsen sampai ke tangan konsumen akhir, maka semakin tinggi keuntungan yang diperoleh dan sebaliknya semakin jauh lembaga pemasaran yang dilalui dari produsen sampai ke konsumen maka semakin rendah keuntungan yang diperoleh produsen.

Dalam memasarkan hasil produksi kelapa sampai kepada konsumen akhir, seringkali produk yang dipasarkan telah melalui beberapa lembaga pemasaran yang ada. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan produsen dalam menjalankan fungsi pemasaran. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa produsen memasarkan kelapa langsung kepada konsumen akhir.

(34)

dengan share margin dan price spread. Biaya pemasaran ini diperlukan oleh lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran mulai dari produsen hingga ke konsumen akhir.

Dalam arti sempit biaya pemasaran seringkali dibatasi artinya sebagai baiaya penjualan yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjual barang ke pasar. Baiaya pemasaran yang tinggi dapat membuat sistem pemasaran kurang efisien. Dalam arti luas biaya pemasaran tidak hanya meliputi biaya penjualan saja, tetapi didalamnya biaya penyimpanan, pengepakan, transportasi, pengolahan dan biaya promosi.

(35)

Gambar 1. Skema kerangka pemikiran

Keterangan:

PPD = Pedagang Pengumpul Desa

PPK = Pedagang Pengumpul Kota

PP = Pedagang Pengecer

= Pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran = Saluran pemasaran

2.5. Hipotesis Penelitian

(36)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive dengan pertimbangan subyektif berdasarkan data yang ada, yaitu di Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara dengan alasan daerah ini merupakan salah satu sentra produksi tanaman kelapa butir yang cukup potesial di Sumatera Utara.

3.2 Metode Penentuan Sampel

3.2.1 Petani Sampel

Populasi petani kelapa dalam penelitian ini diambil berdasarkan jumlah petani yang mengusahakan kelapa tua varietas dalam di daerah penelitian sebanyak 434 kk. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling. dimana sampel secara acak sederhana sebanyak 30 kk di Desa Bagan Baru. Teknik ini digunakan karena petani-petani kelapa di daerah penelitian dalam pola budidaya, umur tanaman, luas lahan cenderung homogen. (Singarimbun dan Effendi, 1989).

3.2.2 Pedagang Sampel

(37)

Dalam hal ini peneliti hanya mengungkapkan kriteria sebagai persyaratan untuk dapat dijadikan sampel (Subagyo, 1997).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Adapun data yang dikumpulkan pada penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden di daerah peneitian dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari lembaga atau instansi serta dinas yang terkait dengan peelitian ini serta literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini (Subagyo, 1997).

3.4 Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah (1) diuji dengan menggunakan metode analisis deskriptif berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan di daerah penelitian.

Identifikasi masalah (2), (3), dan (4) dihitung dengan menggunakan analisis tabulasi sederhana yaitu menghitung besar volume penjualan, biaya pemasaran, marjin pemasaran, price spread, dan share margin untuk setiap saluran pemasaran. Dari hasil tersebut dapat diketahui besar margin keuntungan yang diterima masing-masing lembaga pemasaran.

Untuk menghitung marjin pemasaran digunakan rumus: Mji = Cij + πi ...(1)

(38)

Maka akan diperoleh marjin pemasaran total adalah : Mj = Σ Mji ...(3)

Dimana :

Mj = Marjin pemasaran total

Mji = Margin pada lembaga pemasaran ke i

Psi = Harga penjualan pada lembaga pemasaran ke i Pbi = Harga pembelian pada lembaga pemasaran ke i

Cij = Biaya pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran ke-i oleh lembaga pemasaran ke-j

πi = Keuntungan lembaga pemasaran ke i

i = 1,2,3,...,n

Marjin pemasaran ini terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Marjin pemasaran yang tinggi tidak selalu mengindikasikan keuntungan yang tinggi, tergantung berapa besar biaya-biaya yang harus dikeluarkan lembaga-lembaga pemasaran untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran (Sudiyono, 2004).

Untuk menghitung besarnya bagian yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran atau share margin digunakan rumus :

%

Pp = Harga yang diterima petani dan pedagang Pk = Harga yang diterima konsumen akhir

Price spread diperoleh dengan mengelompokkan biaya-biaya tata niaga

(39)

dihasilkan oleh masing-masing saluran pemasaran dapat dihitung dengan menggunakn rumus :

Biaya Pemasaran

Nilai Produk Yang Dipasarkan

Maka pemasaran yang tidak efisien akan terjadi jika : 1. Biaya pemasaran makin besar

2. Nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar

Umumnya kriteria yang dipergunakan dalam sistem pemasaran yang dianggap efisien apabila :

1. Biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi.

2. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3. Tersedianya fasilitas fisik pemasaran 4. Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi,2002).

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk memperjelas dan menghindari kesalah pahaman mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam usulan penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operational sebagai berikut.

3.5.1 Definisi

1. Jenis kelapa yang diteliti adalah kelapa tua varietas dalam.

(40)

2. Produsen adalah petani sampel yang mengusahakan lahan dengan komoditi kelapa butir di daerah penelitian baik sebagai pemilik maupun penyewa. 3. Konsumen adalah pembeli kelapa butir yang merupakan konsumen akhir

yang langsung membeli kelapa dari produsen kelapa ataupun dari pedagang perantara.

4. Pemasaran adalah proses aliran barang dari produsen hingga ke konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan.

5. Saluran pemasaran adalah seluruh chanel atau bagian dari pemasaran yang terdiri dari lembaga pemasaran yang berperan dalam penyampaian barang atau jasa dari produsen sampai ke konsumen akhir.

6. Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang menyalurkan atau menjual kelapa dari prdusen sampai kepada konsumen akhir.

7. Fungsi Pemasaran adalah aktivitas, usaha atau jasa-jasa yang dilaksanakan dalam proses penyebaran barang-barang atau jasa-jasa.

8. Biaya Pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran dalam penyampaian barang dari produsen sampai kepada konsumen akhir. 9. Marjin pemasaran adalah selisih antara harga yang dibayarkan konsumen

akhir dengan harga yang diterima oleh produsen.

10. Price spread adalah pengelompokan biaya-biaya pemasaran berdasarkan jenis biaya yang sama.

(41)

12. Efisiensi Pemasaran adalah nisbah antara biaya yang dikeluarkan untuk memasarkan tiap unit produk dibagi dengan nilai produk yang dipasarkan, dinyatakan dalam persen (%).

13. Pedagang pengumpul desa adalah pedagang yang membeli dan mengumpulkan hasil dari petani dalam bentuk kelapa butir untuk kemudian menjualnya kepada pedagang perantara berikutnya.

14. Pedagang pengumpul kota adalah pedagang yang membeli kelapa dalam jumlah besar baik dari agen ataupun pedagang pengumpul.

15. Pedagang pengecer adalah pedagang yang membeli kelapa butir dari pedagang pengumpul kota dan kemudian menjualnya kembali di pasar.

16. Kelapa adalah produk pertanian dan termasuk tanaman perkebunan yang diusahakan oleh petani dimana diperlukan saluran pemasaran untuk menyampaikan produk tersebut ke konsumen.

3.5.2 Batasan operasional

1. Sampel adalah petani kelapa tua, dan pedagang yang berperan menyampaikan hasil produksi kepada konsumen akhir.

2. Waktu penelitian adalah tahun 2009.

(42)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN

KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak dan geografis

Penelitian dilakukan di Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu sentra produksi tanaman kelapa di Sumatera Utara. Desa Bagan Baru memiliki sebelas dusun. Secara umum penelitian ini dilakukan pada kesebelas dusun tersebut karena petani kelapa tersebar secara menyeluruh. Secara administratif Desa Bagan Baru memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Selat Sumatera - Sebelah Selatan : Pematang Rambe - Sebelah Barat : Ujung Kubu - Sebelah Timur : Silau Bonto

Desa Bagan Baru topografinya bawah pantai terletak dengan ketinggian 3 meter dia atas permukaan laut dengan luas wilayah 4454 ha dan curah hujan rata-rata 2600 mm/thn. Jarak Desa Bgan Baru ke kantor kecamatan Tanjung Tiram sekitar ±12 Km. Jarak Desa Bagan Baru Ke ibukota Kabupaten Lima Puluh ±38 Km dan jarak Desa Bagan Baru ke Ibu Kota Propinsi Medan sekitar ±174 Km.

4.1.2 Pola penggunaan lahan

(43)

perkebunan rakyat khususnya kelapa varietas dalam. Lahan di Desa Bagan Baru menurut fungsinya dibagi menjadi areal pemukiman, perkuburan, sekolah, masjid, jalan, perkebunan rakyat, pasar desa, irigasi tadah hujan dan lain-lain. Untuk mengetahui penggunaan lahan Desa Bagan Baru dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4. Distribusi penggunaan lahan

No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman Umum 35 0,79

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

Berdasarkan Tabel 4 diketahui penggunaan lahan di Desa Bagan Baru paling luas digunakan untuk perkebunan rakyat seluas 3119 Ha atau 70,02% dari luas keseluruhan areal desa. Bagian terkecil lahan digunakan untuk pasar desa yaitu sekitar 1 Ha (0,02%). Penggunaan lahan terbesar di Desa Bagan Baru dimanfaatkan untuk areal perkebunan rakyat disebabkan topografi desa yang dekat dengan laut dimana tanaman perkebunan yang dominan ditanam adalah tanaman kelapa yg cocok di daerah pantai.

4.1.3 Keadaan penduduk

(44)

Tabel 5. Jumlah penduduk

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Laki-laki 2595 51,28

Perempuan 2465 48,72

Jumlah 5060 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

Berdasarkan tabel 5 diketahui bahwa di Desa agan Baru jumlah penduduk terbesar adalah laki-laki sebanyak 2595 jiwa (51,28%) dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 2465 jiwa (48,72%).

Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di Desa Bagan Baru cukup besar. Hal ni dapat dilihat ada tabel 6 distribusi penduduk pada tahun 2009 nmenurut kelompok umur di Desa Bagan Baru.

Tabel 6. Distribusi penduduk menurut kelompok umur

No Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

Berdasarkan tabel 6 kelompok umur yang menempati jumlah terbesar pada kelompok umur 6-16 tahun sebanyak 1350 jiwa (26,68%), dan jumlah terkecil pada kelompok umur diatas 57 atau keompok usia tidak produktif sebanyak 254 jiwa atau (5,02%).

(45)

minimnya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun. Berikut distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Bagan Baru.

Tabel 7. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Lulusan Pendidikan Formal

- SD 1242 47,11

- SLTP / Mts 668 25,34

- SLTA 472 17,91

- Akademi/ D1-D3 12 0,46

- Sarjana (S1-S2) 4 0,15

2 Lulusan Pendidikan Non Formal

- Pondok Pesantren 25 0,95

- Madrasah 134 5,08

- Pendidikan Keagamaan 58 2,20

- Kursus / Keterampilan 21 0,80

Jumlah 2636 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

Berdasarkan tabel 7 diatas menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk lulusan pendidikan formal paling banyak tamatan Sekolah Dasar sebesar 1242 jiwa (47,11%) dan tingkat pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah Sarjana sebesar 4 jiwa (0,15%). Pada lulusan pendidikan non paling banyak tamatan pendidikan madrasah sebesar 134 jiwa (5,08%) dan tingkat pendidikan paling sedikit pada tamatan pendidikan non formal adalah kursus dan keterampilan sebesar 21 jiwa (0,80%).

(46)

Tabel 8. Distribusi penduduk menurut agama

No Agama Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Islam 5053 99,86

2 Kristen 7 0,14

Jumlah 5060 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

Dari tabel 8 penduduk yang menganut agama islam menempati jumlah terbesar sebesar 5053 jiwa (99,86%) dari jumlah keseluruhan penduduk sedangkan penduduk yang menganut agama kristen paling sedikit jumlahnya sebesar 7 jiwa (0,14%).

Penduduk Desa Bagan Baru memiliki anekaragam mata pencaharian. Mata pencaharian penduduk Desa Bagan Baru dominan dengan bertani. Hal ini disebabkan faktor lahan perkebunan rakyat yang luas yang mendorong penduduk untuk mengolah lahan yang ada. Berikut distribusi penduduk menurut pekerjaan di Desa Bagan Baru.

Tabel 9. Distribusi penduduk menurut mata pencaharian

No Uraian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

(47)

4.1.4 Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan khususnya mempercepat laju perekonomian dari masyarakat setempat. Keadaan sarana dan prasarana di Desa Bagan Baru dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Fasilitas sarana dan prasarana

No Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah (Unit)

1

Transportasi - Jalan Dusun

- Jalan Desa

Sumber : Kantor Kepala Desa Bagan Baru

(48)

4.2 Karakteristik Sampel

4.2.1 Karakteristik petani kelapa

Petani kelapa adalah petani yang memiliki mata pencaharian berkebun kelapa varietas dalam dan pada umumnya berkebun kelapa adalah mata pencaharian utama para petani walaupun ada mengganggapnya sebagai sampingan karena memiliki pekerjaan lain seperti pedagang dan pegawai. Namun pendapatan yang diperoleh dari usaha sampingan ini bisa lebih besar dari mata pencahrian utamanya. Hal ini dapat dilihat pada masa panen, dimana per tiap dua bulan petani kelapa memanen kelapanya. Sehingga dalam setahun petani dapat memanen kebunnya enam sampai tujuh kali panen. Petani kelapa di Desa Bagan Baru rata-rata berpola tanam tumpang sari. Di samping berkebun kelapa petani juga menanam kelapa sawit. Menurut data yang diperoleh di lapangan populasi petani kelapa di Desa Bagan Baru sebesar 434 kk. Karakteristik dari petani kelapa dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Krakteristik petani sampel

No Karakteristik Petani Petani

Rataan Range

Sumber : Data primer diolah, Lampiran 1

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa :

(49)

2. Segi pengalaman bertani dapat dilihat bahwa rata-rata pengalaman bertani petani kelapa adalah 24.27 tahun, ini merupakan pengalaman yang cukup lama jika dilihat dari dimulainya penanaman kelapa varietas dalam di Desa Bagan Baru yang dimulai pada tahun 70an.

3. Rata-rata luas lahan petani kelapa di Desa Bagan Baru sebesar 1.67 ha. Hal ini berpengaruh pada jumlah produksi kelapa yang dihasilkan per hektar kelapa.

4. Jumlah pohon kelapa yang ditanam di Desa Bagan Baru rata-rata 170.76 batang pohon dengan rentang sebesar 80 sampai 600 batang pohon.

5. Tanaman kelapa di Desa Bagan Baru rata-rata berumur 25.61 tahun. Itu berarti tanaman kelapa sudah tua dan mulai merosot produksinya karena kelapa varitas dalam mengalami puncak produksinya pada umur antara 15-20 tahun. Setelah berumur 15-20 tahun produksi berangsur turun dan setelah umur 40 tahun produksi merosot.

6. Produksi kelapa rata-rata 848.48 gandeng di Desa Bagan Baru dengan rentang produksi 400 samapi 2500 gandeng kelapa.

4.2.2 Pedagang perantara

(50)

pedagang pengecer. Karakteristik pedagang sampel dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 12. Krakteristik pedagang sampel

No Karakteristik Pedagang

Agen P.Pengumpul Desa P.Pengumpul

Kota P.Pengecer

Sumber : Data primer diolah, Lampiran 2,3,4 dan 5

Dari tabel di atas datap dilihat bahwa :

1. Rata-rata umur pedagang untuk kategori sampel agen yaitu 38.75 tahun, pedagang pengumpul desa 44.5 tahun, pedagang pengumpul kota 34 tahun dan pedagang pengecer 39 tahun. Semuanya masih merupakan kelompok umur produktif.

2. Rata-rata pengalaman usaha untuk masing-masing pedagang sampel 19.25 tahun untuk agen, 11 tahun untuk pedagang pengumpul desa, 8 tahun untuk pedagng pengumpul kota dan 15 tahun untuk pedagang pengecer. 3. Rata-rata volume penjualan dari tiap pedagang selama per harinya

sebanyak 90 gandeng kelapa untuk agen, 1100 gandeng kelapa per hari yang bisa dijual pedagang pengumpul desa, 1200 gandeng kelapa butir per hari untuk pedagang pengumpul kota dan 87.5 gandeng kelapa butir yang dapat dijual pedagang eceran tiap harinya.

(51)
(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Saluran Pemasaran Kelapa

Saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian melibatkan beberapa lembaga pemasaran. Penelusuran yang dilakukan mulai dari petani produsen dan menemukan beberapa lembaga pemasaran seperti agen, pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kota dan pedagang pengecer. Tetapi lembaga pemasaran ini tidak selamanya ada di setiap saluran pemasaran kelapa, terkadang juga hanya terdapat satu atau dua lembaga pemasaran. Petani yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah petani yang menjual kelapa butir varietas dalam.

Ada dua kriteria dalam transaksi jual beli kelapa yaitu kriteria besar, dan kecil. Dimana satu gandeng untuk kelapa kriteria besar dua biji segandeng, kriteri kecil tiga biji segandeng dengan harga sama per gandengnya. Terdapat tiga jenis saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian. Agen mengumpulkan kelpa dari para petani lalu kemudian menjual ke pedagang pengumpul desa yang mendatangi desa untuk membeli kelapa dari para agen yang merupakan langganan tetap.

(53)

360 Gandeng / Hari

1200 Gandeng / Hari (54,55%)

1000 Gandeng / Hari (45,54%)

Saluran III Saluran II

Saluran I

1200 Gandeng / Hari (100%)

Gambar 2. Skema saluran pemasaran kelapa

Dari skema di atas diketahui bahwa terdapat tiga saluran pemasaran kelapa di Desa Bagan Baru. Untuk lebih rinci, saluran pemasaran dapat dilihat pada bahasan berikut.

1. Saluran Pemasaran Pertama (I) :

360 gdg/Hr 240 gdg/Hr 1200 gdg/Hr 1200 gdg/Hr 100% 66,7% 54,55% 100%

Gambar 3. Skema pemasaran saluran I

Saluran pemasaran pertama berawal dari agen membeli kelapa dari petani dengan volume penjualan 360 gandeng/hari (100%) dengan harga Rp 3000/gandeng. Selanjutnya volume penjualan yang disalurkan kepada pedagang

Petani Kelapa

Konsumen Konsumen Konsumen

(54)

pengumpul desa sebanyak 240 gandeng/hari (66,7%) dan kemudian akan dijual ke pedagang pengumpul kota di Medan dengan volume penjualan sebesar 1200 gandeng/hari (54,55%) kemudian diteruskan ke pedagang pengecer dengan volume penjualan 1200 gandeng/hari (100%), setelah itu pengecer menjual ke konsumen akhir baik dalm bentuk kelapa butir, parut maupun peras untuk dijadikan santan dengan biaya parut Rp 500 / Biji dan peras Rp 500 / Biji.

(55)

Gambar 5. Pengangkutan kelapa ke pedagang pengumpul kota

2. Saluran Pemasaran Kedua (II) :

360 gdg/Hr 240 gdg/Hr 1000 gdg/Hr 100% 66,7% 45,54%

Gambar 6. Skema pemasaran saluran II

Saluran pemasaran kedua, yang membedakannya dengan saluran pertama dimana pedagang pengumpul desa langsung menjual kelapa butir ke pedagang pengecer di Medan dengan volume penjualan 1000 gandeng/hari (45,54%) tanpa melalui pedagang pengumpul kota. Pedagang pengumpul desa langsung mendatangi pedagang pengecer di pasar petisah yang sudah menjadi langganan sebelumnya dengan harga penjualan yang lebih tinggi Rp 4500/gandeng dibandingkan bila dijual ke pedagang pengumpul kota hanya Rp 4000/gandeng.

Konsumen PP

PPD Agen

(56)

Gambar 7. Proses penyimpanan di gudang pedagang pengumpul desa

(57)

3 Saluran Pemasaran Ketiga (III) :

360 gdg/Hr 120 gdg/Hr 100% 33,3%

Gambar 9. Skema pemasaran saluran III

Saluran pemasaran ketiga, agen langsung menjual kelapa butir ke

pedagang pengecer di pasar kecamatan Tanjung Tiram dengan harga Rp 3500/gandeng dengan volume penjualan 120 gandeng/hari (33,3%). Dari

keterangan tersebut diketahui bahwa terdapat tiga jenis saluran pemasaran kelapa.

5.2 Fungsi-Fungsi Pemasaran

Fungsi pemasaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses pemasaran kelapa. Perlakuan fungsi inilah yang menimbulkan biaya dalam pemasaran. Setiap lembaga pemasaran melakukan fungsi pemasaran sesuai dengan kebutuhan lembaga pemasaran itu.

Tabel 13. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh produsen dan lembaga pemasaran

No Fungsi Pemasaran Produsen Agen

Pedagang

Sumber : Data primer diolah

Ket : Y : Melakukan fungsi pemasaran

T : Tidak melakukan fungsi pemasaran

Berdasarkan tabel diketahui bahwa produsen melakukan fungsi pemasaran sebanyak empat jenis yaitu pembelian, penjualan, pengumpulan dan permodalan.

Konsumen PP Kec

(58)

Fungsi penangulangan resiko dan penyimpanan tidak dilakukan petani karena setelah kelapa dikumpulkan agen datang langsung mengambil, sehingga kelapa tidak sempat bermalam. Fungsi sortasi tidak dilakukan oleh petani karena agen yang menentukan besar kecilnya kelapa. Fungsi pengangkutan tidak dilakukan petani karena agen langsng datang ke tempat untuk mengambil kelapa. Fungsi informas pasar tidak dilakukan petani. Harga pasaran kelapa diketahui petani hanya dari agen tanpa mengetahui harga pasar yag berlaku.

Agen melakukan semua fungsi pemasaran, yaitu pembelian, penjualan, penangulangan resiko, pengumpulan, sortasi, penyimpanan, pengangkutan, permodalan, dan informasi pasar. Agen mengumpulkan kelapa dari beberapa petani kemudian menjual ke pedagang pengumpul yang desa.

Pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kota dan pedagang pengecer melakukan semua fungsi pemasaran kecuali fungsi pengumpulan. Pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kota dan pedagang pengecer langsung memindah tangankan produk kelapa yang dibelinya dari tingkat pedagang sebelumnya tanpa melakukan pengumpulan dari pihak pedagang yang lain. Pedagang pengumpul desa menjual kelapa kepada pedagang pengumpul kota yang ada di Kota Medan maupun pengecer di pasar kecamatan. Pedagang pengumpul kota menjual kelapa ke pedagang pengecer di Medan. Pedagang pengecer menjual langsung kelapa bulat ke konsumen.

5.3 Biaya Pemasaran, Profit Margin, Price Spread dan Share Margin yang Dikeluarkan oleh Setiap Lembaga Pemasaran

(59)

pemasaran. Dalam proses pemasaran kelapa, petani tidak menangung biaya pemasaran, karena pada umumnya para pedagang yaitu agen langsung mendatangi petani untuk membeli langsung kelapa dan menangung semua biaya seperti pengangkutan, timbangan dan marketing lost.

a. Saluran pemasaran I

Tabel 14. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran I

No Uraian Rp/Gandeng

3 Harga Beli Pedagang Pengumpul Desa 3,250

Transportasi 182

4 Harga Beli Pedagang Pengumpul Kota 4,000

Marketing Lost (3%) 120

Total Biaya Pemasaran 120

Profit Margin 380

Marjin pemasaran 500

5 Harga Beli Pedagang Pengecer 4,500

Transportasi 100

Sumber: Data primer diolah, Lampiran 6

(60)

menjual kelapa ke Medan dimana biaya pemasaran terbesar di biaya transportasi. Biaya pemasaran di tingkat agen terendah karena agen di desa hanya mengumpulkan kelapa dari petani-petani di desa yang hanya di kenakan biaya transportasi saja.

Profit margin tertinngi terdapat di tingkat pengecer sebesar Rp 1215/gandeng dan profit margin terendah di tingkat agen sebesar Rp 200/gandeng. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pengecer sebesar Rp 1500/gandeng dan marjin pemasaran terendah pada tingkat agen sebesar Rp 250/gandeng. Marketing lost yang merupakan penurunan nilai kuantitatif atau nilai kualitatif barang dalam perhitungan biaya pemasaran kelapa ini diambil marketing lost sebesar tiga persen yang diperoleh dengan perkalian harga beli beli per gandeng kelapa .

Tabel 15. Price spread dan share margin saluran I

Sumber: Data primer diolah, 2009

(61)

tersebut seakan-akan penerimaan petani cukup besar padahal petani harus mengeluarkan biaya produksi dan biaya pengolahan pasca panen.

b. Saluran pemasaran II

Tabel 16. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran II

No Uraian Rp/Gandeng

3 Harga Beli Pedagang Pengumpul Desa 3,250

Transportasi 200

4 Harga Beli Pedagang Pengecer 4,500

Transportasi 133

Sumber: Data primer diolah, Lampiran 7

(62)

yang man lebih akan menambah biaya pemasaran terutama di transportasi dan retribusi. Biaya pemasaran di tingkat agen terendah karena agen di desa hanya mengumpulkan kelapa dari petani-petani di desa yang hanya di kenakan biaya transportasi saja setelah terkumpul para pedagang pengumpul desa yang akan mendatangi agen untuk membeli kelapa.

Profit margin tertinggi terdapat di tingkat pedagang pengecer sebesar

Rp 1182/gandeng dan profit margin terendah di tingkat agen sebesar Rp 200/gandeng. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pengecer

sebesar Rp 1500/gandeng dan marjin pemasaran terendah pada tingkat agen sebesar Rp 250/gandeng yang mana tidak terlalu jauh berbeda dengan saluran pemasaran pertama. Semakin tinggi biaya pemasaran semakin tinggi marjin pemasaran atau selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga jual petani semakin tinggi juga.

Tabel 17. Price spread dan share margin saluran II

2 Biaya Pemasaran

Transportasi 383 6.38

Sumber: Data primer diolah, 2009

(63)

tingkat agen. Share margin tertinggi dan terendah di saluran pertama dan kedua sama disebabkan harga jual petani dan harga beli konsumen yang sama.

c. Saluran pemasaran III

Pada saluran pemasaran ketiga ini agen langsung menjual ke pedagang pengecer di Pasar Kecamatan Tanjung Tiram.

Tabel 18. Biaya pemasaran dan profit margin pemasaran saluran III

No Uraian Rp/Gandeng

1 Harga Jual Petani 3,000

2 Biaya Beli Agen 3,000

Transportasi 167

Merketing Lost (3%) 90

Total Biaya Pemasaran Agen 257

Profit Margin 243

Marjin pemasaran 500

3 Harga Beli Pedagang Pengecer Kecamatan 3,500

Retribusi 100

Merketing Lost (3%) 105

Total Biaya Pemasaran Pedagang Pengecer 205

Profit Margin 295

Marjin pemasaran 500

4 Harga Beli Konsumen 4,000

Sumber: Data primer diolah, Lampiran 8

Biaya pemasaran tertinggi terdapat pada tingkat agen sebesar Rp 257/gandeng dan biaya pemasaran terendah terdapat pada tingkat pedagang

pengecer kecamatan sebesar Rp 205/gandeng. Biaya pemasaran agen lebih besar daripada pedagang pengecer kecamatan disebabkan agen yang langsung mengantar ke tempat pedagang pengecer di pasar kecamatan.

Profit margin tertinggi terdapat di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp 1182/gandeng dan profit margin terendah di tingkat agen sebesar Rp 200/gandeng. Marjin pemasaran yang tinggi terdapat pada tingkat pengecer

(64)

kecamatan tidak jauh berbeda disebabkan karena sedikitnya volume penjualan oleh pedagang pengecer di pasar kecamtan dikarenakan permintaan kelapa sedikit di daerah sentra produksi kelapa itu sendiri.

Tabel 19. Price spread dan share margin saluran III

No Komponen Biaya Price spread

( Rp/Gandeng) Share Margin (%)

1 Harga Jual Petani 3,000 75.00

2 Biaya Pemasaran

Transportasi 167 4.18

Sumber: Data primer diolah, 2009

Dari tabel dapat dilihat bahwa share margin tertinggi terdapat pada harga jual petani sebesar 75% dan share margin terendah sebesar 6,08% terdapat pada tingkat agen. Pada saluran pemasaran ketiga ini share margin harga jual petani lebih besar dari share margin harga jual petani pada saluran satu dan dua. Hal ini dikarenakan pendeknya saluran pemasaran.

Tabel 20. Rekapitulasi share margin masing-masing saluran pemasaran

No Uraian Saluran Pemasaran

I II III

Sumber: Data primer diolah, 2009

5.4 Efisiensi Pemasaran

(65)

atas, sistem pemasaran kelapa di daerah penelitian sudah efisien, hal ini dapt dilihat pada pada price spread dan share margin masing-masing saluran.

Namun demikian, kriteria tersebut belum dapat digunakan secara mutlak untuk menentukan tingkat efisiensi pemasaran. Ada beberapa kriteria tambahan yang harus digunakan untuk menetukan tingkat efisiensi pemasaran, salah satunya dengan Ep. Pada tabel berikut ini dapat dilihat tingkat efisiensi setiap saluran pemasaran kelapa di daerah penelitian.

Tabel 21. Nilai Ep pada setiap saluran pemasaran

Jenis Saluran Pemasaran Ep (%)

I 50

II 50

III 25

Sumber: Data primer diolah, Lampiran 9

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa angka efisiensi pemasaran tertinggi terdapat pada saluran I dan II sebesar 50%, sedangkan terendah pada saluran III sebesar 25%. Menurut Soekartawi, bahwa saluran pemasaran yang memiliki angka efisiensi pemasaran semakin kecil maka semakin efisien pemasaran tersebut. Dari saluran pemasaran kelapa yang terdapat di Desa Bagan Baru dapat diketahui bahwa saluran pemasaran yang efisien adalah saluran pemasaran III sebesar 25%. Dilihat secara umum saluran pemasaran I dan II tidak efisien karena nilai efisiensi pemasaran untuk saluran I dan II sama dengan 50% dan juga besarnya biaya pemasaran pada salauran tersebut yang dipengaruhi panjangnya saluran pemasaran yang harus dilalui dari petani hingga ke tangan konsumen, karena fungsi pemasaran yang dilakukan juga akan bertambah.

(66)

jalan, sangat menghambat kelancaran pemasaran kelapa di daerah penelitian yang membuat bertambahnya marketing lost produk karena buruknya prasarana jalan aspal di daerah penelitian.

Efisiensi pemasaran dapat ditingkatkan dengan cara memperkecil biaya pemasaran dan hal ini akan terjadi bila para pelaku pasar dapat mengorganisir biaya pemasaran dengan baik. Jika biaya pemasaran dapat ditekantentunya profit yang di dapat juga semakin besar sehingga tingkat efisiensi pemasaran akan bertambah dan keuntungan juga dapat terbagi merata antar pelaku pasar.

Channel of marketing yang harus dilalui saluran pertama dan kedua lebih

(67)

54

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan di Desa Bagan Baru, Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat tiga tipe saluran pemasran kelpa butir di Desa Bagan Baru yaitu : a. Petani Agen Pedagang Pengumpul Desa Pedagang

Pengumpul Kota Pedagang Pengecer Konsumen

b. Petani Agen Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Pengecer Konsumen

c. Petani Agen Pedagang Pengecer Kecamatan Konsumen 2. Fungsi pemasaran yang dilakukan lembaga pemasaran kelapa meliputi fungsi

pembelian, fungsi penjualan, fungsi transportasi, fungsi penyimpanan, fungsi sortasi dan fungsi penangulangan resiko, dimana setiap lembaga pemasaran yang melakukan fungsi tersebut mengeluarkan biaya pemasaran. Dan terdapat perbedaan price spread dan share margin pada setiap masing-masing saluran 3. Besarnya biaya pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran I sebesar

Rp 779/gandeng sedangkan biaya pemasaran terendah terdapat pada saluran pemasaran III sebesar Rp 462/gandeng. Marjin pemasaran tertinggi terdapat pada saluran pemasaran I dan II sebesar Rp 3000/gandeng sedangkan marjin pemasaran terendah terdapat pada saluran pemasaran III sebesar Rp 1000/gandeng.

(68)

merupakan saluran terpendek diantara ketiga saluran pemasaran yang ada. Hal ini dikarenakan agen langsung menjual kelapa ke pedagang pengecer diluar pasar kecamatan.

6.2 Saran

a. Petani

Perlu mengolah bentuk kelapa butir ke bentuk olahan VCO seperti yang sedang diupayakan oleh beberapa petani di desa tersebut guna meningkatkan harga jual kelapa di pasar.

b. Pemerintah

Kepada pemerintah daerah setempat diharapkan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang lebih baik seperti prasarana jalan di daerah penelitian yang masih tanah gambut yang sangat memperlambat proses penyaluran kelapa ke luar desa.

(69)

c. Pedagang

(70)

DAFTAR PUSTAKA

Amang, B., dkk.,1996. Ekonomi Minyak Goreng di Indonesia. IPB Press, Bogor. Anonimus., 2009. Kelapa

Azmil., 2006. Peluang Investasi Tanaman Kelapa di Provinsi Sumatera Utara.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian., 2009. Proyek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. [7 Februari 2009]

Boyd, H., dkk., 2000. Manajemen Pemasaran. Erlangga, Jakarta. Daniel, M., 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta. Gultom, H.L.T.,1996. Tata Niaga Pertanian. USU Press, Medaan. Koeswara, S.,1995. Pemasaran Industri. Djambatan, Jakarta. Kotler. P., 1993. Manajemen Pemasaran Jilid I. Erlangga, Jakarta. Mubyarto., 1997. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta. Rahim, A., 2007. Ekonomika Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta. Setyamidjaja, D.,1985. Bertanam Kelapa Hibrida. Kanisius, Yogyakarta.

Soekartawi., 2002. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran Hasil-hasil Pertanian. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Singarimbun, M dan Sofiah Effendi., 1989. Metode Penelitian Survai. Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial, Jakarta. Stanton, W., dan Y. Lamarto., 1989. Prinsip Pemasaran Jilid 1. Erlangga, Jakarta. Subagyo, P.J., 1997. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek. Rineka Cipta,

Jakarta.

Sudiyono, A., 2004. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah, Malang. Suhardiman, P., 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya, Bogor.

(71)
(72)

Lampiran 2. Karakteristik sampel agen kelapa per hari

Lampiran 3. Karakteristik sampel pedagang pengumpul desa kelapa per hari

No

Lampiran 4. Karakteristik sampel pedagang pengumpul kota kelapa butir per hari

(73)

Lampiran 5. Karakteristik sampel pedagang pengecer kelapa per hari

Lampiran 6. Biaya pemasaran pada saluran pemasaran I

Lembaga Harga Beli Transportasi Timbangan Marketing Lost

(74)

Lampiran 7. Biaya pemasaran pada saluran pemasaran II

Total (Rp/gdg) Harga Jual (Rp) Harga Beli Transportasi Timbangan Marketing Lost (3%) Retribusi

Agen 120 3,000 50 - - 50 3,200 3,150 150

Lampiran 8. Biaya pemasaran pada saluran pemasaran III

Lembaga

Total (Rp/gdg) Harga Jual (Rp) Harga Beli Transportasi Timbangan Marketing Lost

(75)

Ep = x 100%

x 100% Ep=

x 100% Ep =

Lampiran 9. Perhitungan nilai efisiensi untuk masing-masing saluran Saluran pemasaran I dan II

Deketahui : Total Biaya Pemasaran = Rp 3000 Nilai yang Dipasarkan = Rp 6000 Biaya Pemasaran

Nilai yang Dipasarkan 3.000

6000 Ep = 50 %

Saluran pemasaran III

Deketahui : Total Biaya Pemasaran = Rp 1000 Nilai yang Dipasarkan = Rp 4000 1000

4000 Ep = 25 %

Gambar

Tabel 2. Luas areal dan produksi tanaman perkebunan kelapa rakyat menurut desa/kelurahan tahun 2008
Tabel 3. Kegunaan dari bagian-bagian kelapa
Gambar 1. Skema kerangka pemikiran
Tabel 4. Distribusi  penggunaan lahan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pedagang perantara luar kota adalah pedagang yang membeli wortel dari pedagang pengumpul desa atau dari pedagang pengumpul kabupaten lalu membawanya ke pusat pasar kota yang ada

Pedagang besar adalah pedagang yang membeli gula kelapa dari pedagang pengumpul dan atau dari produsen, serta menjual kembali kepada pengecer dan pedagang lain atau kepada

Pedagang pengumpul kecamatan menjual benih ikan lele yang dibeli dari pedagang pengumpul desa dan pembudidaya (produsen) kepada konsumen sesuai permintaan umumnya 100% tanpa

Margin ini diperoleh dari rata-rata harga jual petani yaitu dari harga beli pedagang pengumpul dengan harga Rp 5.500,00/kg, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada

Fungsi pertukaran yang dilakukan oleh agen kecil adalah pembelian kelapa sawit berupa tandan buah segar (TBS) dari petani kemudian dijual ke agen besar dan menjual

Pada saluran pemasaran I, pedagang pengumpul menjual berasnya ke pedagang pengepul besar (gudang) di Desa Pegayut. Selanjutnya pedagang pengepul besar menjual beras sebagian

Pada saluran pemasaran ini terdapat pedagang perantara yaitu pedagang pengumpul, dengan cara pedagang pengumpul mendatangi langsung rumah petani kemudian menjualnya

Petani di Kecamatan Kubu cenderung menjual hasil panennya langsung setelah panen dalam bentuk Gabah Kering basah (GKB) kepada pedagang pengumpul yang menjual