• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh (Study Kasus Pada Peran Teungku Dayah Sekitar Kemukiman Krueng Pasee Kec. Samudera Kab. Aceh Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh (Study Kasus Pada Peran Teungku Dayah Sekitar Kemukiman Krueng Pasee Kec. Samudera Kab. Aceh Utara)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

PERAN ULAMA DALAM IMPLEMENTASI SYARI’AT

ISLAM DI ACEH

(study kasus pada peran Teungku Dayah sekitar kemukiman krueng pasee Kec. Samudera Kab. Aceh Utara)

Di tujukan Sebagai persyaratan Tugas ujian akhir dalam

memperoleh sarjana sosial

Oleh: HARDIANSYAH Nim:040901039

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAR SUMATERA UTARA

(2)

ABSTRAKSI

Hardiansyah/ 04901039 Peran ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh Ulama merupakan tokoh sentral dalam struktur sosial masyarakat serambi mekah yang mampu membawa perubahan sosial yang berarti. Sebagai tokoh intelektual dalam tataran traditional maupun keagamaan, ulama senantiasa menjadi sorotan penting bagi kesinambungan masyarakat Aceh. Syari’at Islam yang kini berlaku di Provinsi Aceh juga tidak terlepas dari peran ulama sebagai orang yang berilmu dalam berpengamalan. Peran tersebut dapat terealisasi dalam bentuk mengayom, menuntun, membina, mendidik, dalam beragama dan bermasyarakat. Disamping itu ulama Aceh juga tokoh yang disegani, kharismatik, pemimpin serta membantu masyarakat dalam ketidak berdayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran ulama pada masyarakat Aceh menjadi penting sehingga menarik untuk dikaji secara empiris dan ilmiah khsusnya dengan menggunakan pendekatan konsep- konsep sosiologi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas sejauh mana peran Ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh. Sehingga nanti peneliti dapat memahami secara menyeluruh terkait peran ulama Aceh secara umum dan sejak dimulainya pemberlakuan syari’at Islam hingga sekarang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metodelogi studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan ini diambil untuk menjelaskan permasalahan penelitian secara intensif, mendalam, mendetail dan konfrehensif. Data yang diperoleh berupa data primer dan skunder. Adapun teknik pengumpulan data primer diambil dengan cara Observasi, Wawancara, serta data sekunder berupa study pustaka. Metode analisa data digunakan dengan cara analisis deskriptif yaitu data diperoleh di kumpulkan kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk deskripsi sehingga dapat dibaca dan memberi keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih sayang, karunia, dan hidayahnya yang telah menyertai, membimbing dan memberikan kemampuan dalam berpikir bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERAN ULAMA DALAM IMPLEMENTASI SYARI’AT ISLAM DI ACEH” dengan sebaik- baiknya. Kemudian selawat beriring salam kepada junjungan besar Nabi Besar Muhammad SAW.

(4)

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.si serta Ibu Dra. Rosmiany, M.si selaku ketua dan sekretaris Departement Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si selaku Dosen wali dan pembimbing yang telah susah payah memberikan bimbingan, arahan dan waktu kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Departement Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan perbekalan kepada penulis selama proses belajar mengajar di kampus.

5. Keluarga tercinta Minek, bang Zulfan , bang Fauzan, Agusdiansyah, Maulian Masdar.

6. Kepada Teungku- teungku kemukiman krueng pasee Tgk. Teungku Zakaria, Tgk Hassballah, Tgk Jufriansyah, Tgk Abdurrahman, Tgk Mizwar, Teungku Ibrahim. 7. Teman- teman IPTR bang Yudi, kak Eva, Jal Iraq, Ajir, Reja, Rahmi Freddy,

Hamdani, Reja, Kiki cowok semoga semuanya sukses selalu.

8. Teman- teman Asrama Mahasiswa Aceh Fakhruddin, Wani, Usop, Joel hery, akob, Budi El serdang, bang Pian, Mahlil bek bre keu bandum syedara.

(5)

10.Teman seperjuangan bang Kas, Fauji peci, Mansur Tpi

11.Dan rekan- rekan lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini secara langsung maupun tidak. Mudah- mudahan semua dalam lindungan Allah S.W.T dan membalas semua kebaikan kalian. Seperti kata pepatah “Menyo ka pakat lampoh jrat ta peugala”. Akhir kalam, dengan ridha Allah semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua Amiin

Medan, Maret 2010 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah...1

1.2. Peran ulama Aceh masa lalu...2

1.3.Peran ulama Aceh masa kini...4

1.4.Perumusan masalah...8

1.5.Tujuan penelitian...8

1.6.Manfaat penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur dan norma masyarakat Aceh...10

2.2. Peran sosial kepemimpinan informal...l3 2.3. Otoritas traditional dan kharismatik...15

(7)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian...22

3.2. Lokasi penelitian...22

3.3. Unit analisis informan...23

3.4. Teknik pengumpulan data...24

3.5. Interpretasi data...26

3.6. Jadwal kegiatan...27

3.7. Keterbatasan penelitian...28

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Profil wilayah...29

4.2. Demografi kemukiman...31

4.3. Komposisi penduduk menurut jenjang pendidikan umum...33

4.4. Komposisi jumlah lembaga pendidikan agama krueng pasee...34

4.5. Profil informan...35

4.5.1. Teungku Zakaria (Pimpinan dayah Budi Muzein)...36

4.5.2. Teungku Hassballah (Pimpinan dayah Fathul Barry)...37

4.5.3. Teungku Jufriansyah (Pimpinan dayah Remaja Pasee)...38

4.5.4. Tengku Abdurrahman (Pimpinan dayah Nurul Islam)...39

4.5.5. Teungku Mizwar (Pimpinan dayah Miftahul Al- Azizah)...40

(8)

4.5.7. Bapak Iskandar Gade, SE (Camat Syamtalira aron)...41

4.5.8. Muhammad Saleh, AR (Mukim kemukiman krueng pasee)...41

4.5.9. Bapak Nadir ( Tokoh masyarakat dan Guru)...42

4.6. Suhami (Tokoh pemuda)...43

4.6.1. Ibu Suryani (Tokoh wanita)...43

4.6.2. Abdul Gafar (Tokoh pemuda)...44

4.6.3. Fauzi (tokoh pemuda gampong mesjid)...44

4.6.4. Mansur ( Tokoh Pemuda)...44

4.6.5. Muhammad Syukur Zainal (Santri)...45

4.6.6. Bapak Anwar ( Geuchik Matang meunje)...45

4.6.6. Tgk. Zarkasyi...46

4.7. Interpretasi data...46

4.7.1. Peran ulama dalam sosialisasi syari’at Islam...47

4.7.2. Peran ulama dalam proses menjembatani perancangan hingga pelaksanaan qanun...50

4.7.3. Peran ulama dayah sebagai tokoh agama...53

4.7.4. Peran ulama sebagai tokoh kharismatik...54

4.7.5. Peran ulama dalam kontrol sosial sebagai tindakan penyadaran...56

4.7.6. Peran ulama sebagai pengayom dan panutan masyarakat...57

4.7.7. Peran Ulama dalam penyelesaian sengketa...59

(9)

4.7.9. Peran ulama dalam pelaksanaan syari’at Islam...65

4.8. Harapan masyarakat terhadap ulama agar syari’at Islam berjalan sebagai

mestinya...70

4.8.1. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah agar implementasi syari’at Islam berjalan sebagai mestinya...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...73

5.2. Saran...77

DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penyelesaian Tugas Akhir...

Tabel 2 Komposisi Penduduk Kemukiman Krueng Pase menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin...

Tabel 3 Komposisi Tingkat Pendidikan Kemukiman Krueng Pase...

Tabel 4 Komposisi Jumlah Dayah Kemukiman Krueng Pase...

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Absensi Peserta seminar Proposal Penelitian...

Lampiran 2 Lembar Absensi Bimbingan Proposal Penelitian Skripsi...

Lampiran 3 Lembaran Panduan Wawancara...

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Kepada Mukim Kemukiman Krueng Pase...

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Kepada Pimpinan Dayah Mudi Muzein...

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian Dari Kemukiman Krueng Pase...

Lampiran 7 Surat Izin penelitian Kepada Pimpinan Dayah Fathul Barry...

(12)

ABSTRAKSI

Hardiansyah/ 04901039 Peran ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh Ulama merupakan tokoh sentral dalam struktur sosial masyarakat serambi mekah yang mampu membawa perubahan sosial yang berarti. Sebagai tokoh intelektual dalam tataran traditional maupun keagamaan, ulama senantiasa menjadi sorotan penting bagi kesinambungan masyarakat Aceh. Syari’at Islam yang kini berlaku di Provinsi Aceh juga tidak terlepas dari peran ulama sebagai orang yang berilmu dalam berpengamalan. Peran tersebut dapat terealisasi dalam bentuk mengayom, menuntun, membina, mendidik, dalam beragama dan bermasyarakat. Disamping itu ulama Aceh juga tokoh yang disegani, kharismatik, pemimpin serta membantu masyarakat dalam ketidak berdayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran ulama pada masyarakat Aceh menjadi penting sehingga menarik untuk dikaji secara empiris dan ilmiah khsusnya dengan menggunakan pendekatan konsep- konsep sosiologi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas sejauh mana peran Ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh. Sehingga nanti peneliti dapat memahami secara menyeluruh terkait peran ulama Aceh secara umum dan sejak dimulainya pemberlakuan syari’at Islam hingga sekarang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metodelogi studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan ini diambil untuk menjelaskan permasalahan penelitian secara intensif, mendalam, mendetail dan konfrehensif. Data yang diperoleh berupa data primer dan skunder. Adapun teknik pengumpulan data primer diambil dengan cara Observasi, Wawancara, serta data sekunder berupa study pustaka. Metode analisa data digunakan dengan cara analisis deskriptif yaitu data diperoleh di kumpulkan kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk deskripsi sehingga dapat dibaca dan memberi keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

(13)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat, kasih sayang, karunia, dan hidayahnya yang telah menyertai, membimbing dan memberikan kemampuan dalam berpikir bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PERAN ULAMA DALAM IMPLEMENTASI SYARI’AT ISLAM DI ACEH” dengan sebaik- baiknya. Kemudian selawat beriring salam kepada junjungan besar Nabi Besar Muhammad SAW.

(14)

1. Bapak Prof. DR. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

12.Bapak Prof. DR. Badaruddin Rangkuti, M.si serta Ibu Dra. Rosmiany, M.si selaku ketua dan sekretaris Departement Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

13.Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.si selaku Dosen wali dan pembimbing yang telah susah payah memberikan bimbingan, arahan dan waktu kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

14.Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Departement Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan perbekalan kepada penulis selama proses belajar mengajar di kampus.

15.Keluarga tercinta Minek, bang Zulfan , bang Fauzan, Agusdiansyah, Maulian Masdar.

16.Kepada Teungku- teungku kemukiman krueng pasee Tgk. Teungku Zakaria, Tgk Hassballah, Tgk Jufriansyah, Tgk Abdurrahman, Tgk Mizwar, Teungku Ibrahim. 17.Teman- teman IPTR bang Yudi, kak Eva, Jal Iraq, Ajir, Reja, Rahmi Freddy,

Hamdani, Reja, Kiki cowok semoga semuanya sukses selalu.

18.Teman- teman Asrama Mahasiswa Aceh Fakhruddin, Wani, Usop, Joel hery, akob, Budi El serdang, bang Pian, Mahlil bek bre keu bandum syedara.

(15)

20.Teman seperjuangan bang Kas, Fauji peci, Mansur Tpi

21.Dan rekan- rekan lainnya yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini secara langsung maupun tidak. Mudah- mudahan semua dalam lindungan Allah S.W.T dan membalas semua kebaikan kalian. Seperti kata pepatah “Menyo ka pakat lampoh jrat ta peugala”. Akhir kalam, dengan ridha Allah semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua Amiin

Medan, Maret 2010 Penulis

(16)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI...i

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB I PENDAHULUAN 1.7. Latar belakang masalah...1

1.8. Peran ulama Aceh masa lalu...2

1.9.Peran ulama Aceh masa kini...4

1.10. Perumusan masalah...8

1.11. Tujuan penelitian...8

1.12. Manfaat penelitian...8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur dan norma masyarakat Aceh...10

2.2. Peran sosial kepemimpinan informal...l3 2.3. Otoritas traditional dan kharismatik...15

(17)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis penelitian...22

3.2. Lokasi penelitian...22

3.3. Unit analisis informan...23

3.4. Teknik pengumpulan data...24

3.5. Interpretasi data...26

3.6. Jadwal kegiatan...27

3.7. Keterbatasan penelitian...28

BAB IV DESKRIPSI HASIL DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Profil wilayah...29

4.2. Demografi kemukiman...31

4.3. Komposisi penduduk menurut jenjang pendidikan umum...33

4.4. Komposisi jumlah lembaga pendidikan agama krueng pasee...34

4.5. Profil informan...35

4.5.1. Teungku Zakaria (Pimpinan dayah Budi Muzein)...36

4.5.2. Teungku Hassballah (Pimpinan dayah Fathul Barry)...37

4.5.3. Teungku Jufriansyah (Pimpinan dayah Remaja Pasee)...38

4.5.4. Tengku Abdurrahman (Pimpinan dayah Nurul Islam)...39

4.5.5. Teungku Mizwar (Pimpinan dayah Miftahul Al- Azizah)...40

(18)

4.5.7. Bapak Iskandar Gade, SE (Camat Syamtalira aron)...41

4.5.8. Muhammad Saleh, AR (Mukim kemukiman krueng pasee)...41

4.5.9. Bapak Nadir ( Tokoh masyarakat dan Guru)...42

4.6. Suhami (Tokoh pemuda)...43

4.6.1. Ibu Suryani (Tokoh wanita)...43

4.6.2. Abdul Gafar (Tokoh pemuda)...44

4.6.3. Fauzi (tokoh pemuda gampong mesjid)...44

4.6.4. Mansur ( Tokoh Pemuda)...44

4.6.5. Muhammad Syukur Zainal (Santri)...45

4.6.6. Bapak Anwar ( Geuchik Matang meunje)...45

4.6.6. Tgk. Zarkasyi...46

4.7. Interpretasi data...46

4.7.1. Peran ulama dalam sosialisasi syari’at Islam...47

4.7.2. Peran ulama dalam proses menjembatani perancangan hingga pelaksanaan qanun...50

4.7.3. Peran ulama dayah sebagai tokoh agama...53

4.7.4. Peran ulama sebagai tokoh kharismatik...54

4.7.5. Peran ulama dalam kontrol sosial sebagai tindakan penyadaran...56

4.7.6. Peran ulama sebagai pengayom dan panutan masyarakat...57

4.7.7. Peran Ulama dalam penyelesaian sengketa...59

(19)

4.7.9. Peran ulama dalam pelaksanaan syari’at Islam...65

4.8. Harapan masyarakat terhadap ulama agar syari’at Islam berjalan sebagai

mestinya...70

4.8.1. Hal yang harus dilakukan oleh pemerintah agar implementasi syari’at Islam berjalan sebagai mestinya...71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan...73

5.2. Saran...77

DAFTAR PUSTAKA

(20)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jadwal Penyelesaian Tugas Akhir...

Tabel 2 Komposisi Penduduk Kemukiman Krueng Pase menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin...

Tabel 3 Komposisi Tingkat Pendidikan Kemukiman Krueng Pase...

Tabel 4 Komposisi Jumlah Dayah Kemukiman Krueng Pase...

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Absensi Peserta seminar Proposal Penelitian...

Lampiran 2 Lembar Absensi Bimbingan Proposal Penelitian Skripsi...

Lampiran 3 Lembaran Panduan Wawancara...

Lampiran 4 Surat Izin Penelitian Kepada Mukim Kemukiman Krueng Pase...

Lampiran 5 Surat Izin Penelitian Kepada Pimpinan Dayah Mudi Muzein...

Lampiran 6 Surat Keterangan Penelitian Dari Kemukiman Krueng Pase...

Lampiran 7 Surat Izin penelitian Kepada Pimpinan Dayah Fathul Barry...

(22)

ABSTRAKSI

Hardiansyah/ 04901039 Peran ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh Ulama merupakan tokoh sentral dalam struktur sosial masyarakat serambi mekah yang mampu membawa perubahan sosial yang berarti. Sebagai tokoh intelektual dalam tataran traditional maupun keagamaan, ulama senantiasa menjadi sorotan penting bagi kesinambungan masyarakat Aceh. Syari’at Islam yang kini berlaku di Provinsi Aceh juga tidak terlepas dari peran ulama sebagai orang yang berilmu dalam berpengamalan. Peran tersebut dapat terealisasi dalam bentuk mengayom, menuntun, membina, mendidik, dalam beragama dan bermasyarakat. Disamping itu ulama Aceh juga tokoh yang disegani, kharismatik, pemimpin serta membantu masyarakat dalam ketidak berdayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa peran ulama pada masyarakat Aceh menjadi penting sehingga menarik untuk dikaji secara empiris dan ilmiah khsusnya dengan menggunakan pendekatan konsep- konsep sosiologi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui secara jelas sejauh mana peran Ulama dalam implementasi syari’at Islam di Aceh. Sehingga nanti peneliti dapat memahami secara menyeluruh terkait peran ulama Aceh secara umum dan sejak dimulainya pemberlakuan syari’at Islam hingga sekarang.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metodelogi studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan ini diambil untuk menjelaskan permasalahan penelitian secara intensif, mendalam, mendetail dan konfrehensif. Data yang diperoleh berupa data primer dan skunder. Adapun teknik pengumpulan data primer diambil dengan cara Observasi, Wawancara, serta data sekunder berupa study pustaka. Metode analisa data digunakan dengan cara analisis deskriptif yaitu data diperoleh di kumpulkan kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk deskripsi sehingga dapat dibaca dan memberi keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi.

(23)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Berbicara masalah Ulama juga berbicara masalah personal, ”Ulama” dari segi Bahasa merupakan orang yang memiliki Ilmu (Ilmu Agama). Secara Panggilan dan tingkatan pengakuan terhadap Ulama di Aceh adalah ”Teungku”. Panggilan Teungku diberikan untuk orang-orang yang memiliki pengatahuan Agama, Berakhlak mulia dan pada waktu tertentu pergi ”Meudagang” (menuntut Ilmu) disalah satu Dayah (lembaga pendidikan Islam tradisional) yang biasanya jauh dari kampung halaman. Namun yang paling penting adalah adanya pengakuan dari masyarakat. Ulama Dayah identik dengan pemimpin Pesantren/ Dayah, bedanya adalah ”Ulama” adalah mereka yang lulusan Dayah yang kemudian bekerja di sektor non- pesantren. Dan ”Ulama dayah” merupakan mereka yang lulusan Dayah kemudian menjadi Ulama muda yang mendirikan Dayah/ pesantren dilingkungan asalnya. Predikat status ulama akan meningkat apabila Dayah yang dibangunnya terus berkembang dan memiliki santri/ didikan yang terus bertambah. Dayah disini dikategorikan sebagai pesantren yang diklaim sebagai lembaga pendidikan traditional. Nilai keagamaan seperti Ukhwah (persaudaraan), Ta’awun (tolong menolong), Ittihat (persatuan), Thalabul Ilmi (menuntut ilmu), Ikhlas, Jihad (berjuang),

(24)

menurun bahkan memperlihatkan gejala naik yang ditandai oleh timbulnya pesantren/ Dayah-dayah baru disekitarnya.

Dayah yang berkembang pada masyarakat aceh secara total memperlihatkan dirinya sebuah parameter yang mewarnai kehidupan kelompok masyarakat luas. Dayah merupakan lembaga keagamaan yang mengajarkan, mengembangkan dan menyebarkan Ilmu agama Islam. Struktur pendidikan dayah juga menunjukkan strata tertentu dimana kurikulum sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh Teugku chik (pimpinan dayah). Pendidikan dasar dayah dimulai dengan materi kitab arab mulayu yang dikenal dengan

meunasah. Kemudian yang kedua memahami kitab arab gundul dikenal dengan kelas

Rangkang. Dan yang terakhir adalah kelas kitab-kitab nahwu, sharaf atau dikenal dengan dengan kitab kuning. Bagi santri yang belajar kitab tersebut di Bale, harus mempunyai kemampuan yang tinggi karena semua ilmu yang diajarkan di Bale memiliki sifat saling berkesinambungan. Kriteria santri tidak hanya dilihat dayah, kedewasaan ilmu, namun juga kemampuan. Jadi tidak heran dalam kelas terakhir ini para santri dengan umur beraneka ragam serta kelas inilah yang langsung dibimbing oleh teungku Chik. Sehingga merekalah yang bakal jadi Teungku- teungku/ guru bantu. (Taufik 1996 hal 160)

1.2. Peran Ulama Aceh Pada Masa lalu

(25)

oleh para ulama, rakyat rela mengorbankan segala yang dimilikinya, baik harta, benda maupun jiwanya. Sampai akhirnya Istana raja jatuh ketangan Belanda dimana rakyat mundur. Langkah berikutnya yang diambil untuk menghadapi Belanda dengan cara mengadakan musyawarah yang dihadiri sekitar 500 orang dari bergai unsur baik kerajaan, ulama, maupun rakyat. Musyawarah tersebut dipimpin oleh Imum lueng bata dan Teugku lamnga yang merupakan tokoh ulama setempat. Setelah para ulama memberi pendapat dan penjelasan yang ditinjau dari hukum Islam sehingga rapat memutuskan wajib melakukan perang sabil untuk mengusir kafir belanda.( Said, 1961 hal 437).

Dalam sejarah Kerajaan Aceh Darussalam, ulama telah diberikan kekuatan politik dan kedudukan, sehingga mereka dapat mengambil kebijakan terhadap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Sebutlah seperti yang termaktub dalam “Qanun Meukuta Alam” pasal 23: "Bagi warga kampung di wilayah Aceh yang berani menerima orang asing non-muslim bermalam di rumahnya, jika ketahuan maka pihak tersebut akan didenda kifarat oleh ulama dengan diwajibkannya memberi makan sidang jum'at atau mengadakan kenduri bagi orang miskin.

Selain dari pada membina lembaga- lembaga pendidikan sejak zaman kesultanan para ulama aceh juga bergerak dalam usaha-usaha pembangunan, terutama di bidang sosial, pertanian dan tingkah laku. Sebagai contoh dalam bidang pertanian adalah

(26)

cukup. Sehingga ketahanan ulama dalam masyarakat karena kualitas moral dan keilmuannya menjadikan ulama sebagai figur yang dihormati oleh masyarakat Aceh

(Rizki Ridyasmara,2006).

Setelah Belanda berhasil menduduk i wilayah Aceh (1905-1942) disini muncul organisasi Persatuan Ulama Seluruh Aceh (PUSA) pada 5 Mai 1939. Dimana banyak terobosan yang dilakukan salah satunya adalah dengan mereformasi pendidikan. Metode ini dipelopori oleh Teungku Saman Siron yaitu dengan cara mengajar pengetahuan agama dari cara duduk berakhlak dibale menjadi duduk di bangku memakai papan tulis di depan dan ini terbukti lebih efektif. Di samping itu juga adanya penambahan materi pendidikan dari pendidikan agama bertambah dengan pengetahuan umum walau masih menggunakan bahasa arab. Dengan demikian Ulama pada masa lalu juga berperan sebagai agen perubahan/ tokoh pembaharu. (Taufik, 1996: 63).

1.3. Peran Ulama Aceh masa kini

(27)

Salah satu produk kebijakan dalam kerangka otonomi khusus Aceh adalah formalisasi SI (Syari’at Islam) . Secara sederhana Syari’at Islam atau SI dalam pengertian etimologi adalah jalan ketempat mata air, atau tempat yang dilalui oleh air sungai, sedangkan secara terminologi adalah seperangkat norma Ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan sesamanya dalam kehidupan sosial, hubungan manusia dengan makhluk lain dialam lingkungan hidupnya. Undang-undang yang memuat 24 bab ini mengakui berdirinya pemerintahan otonom dalam bentuk Nanggroe Aceh Darussalam atau Negeri Islam Aceh Darussalam yang sejahtera. Isi Undang-undang tersebut mengacu pada tiga hal, yakni ijma’ tentang adat, ijma’ tentang pelaksanaan syariat Islam, dan ijma’ tentang pendidikan. Undang-Undang itu kemudian dijabarkan lagi oleh DPRD dalam bentuk peraturan daerah (Perda). Formalisasi SI adalah proses integrasi beberapa ajaran yang terkandung dalam fiqih Islam ke dalam bentuk kebijakan- kebijakan pemerintah daerah. Tujuan utamanya adalah :

1. Mengatur kehidupan warga provinsi NAD agar sesuai dengan kaidah-kaidah atau ajaran Islam.

2. Membentuk masyarakat Islami dimanifestasikan dalam bentuk upaya memberlakukan kontrol atas tertib sosial dengan mengacu pada hukum-hukum Islam (syari’at).

(28)

orang, hidup dalam masyarakat yang berbudaya, bagaimana setiap orang harus menahan diri, tidak berbuat semaunya, sehingga masyarakat tetap aman dan tenteram. Dalam bagian ini termasuk aturan tentang pemerintahan, mengenai pemilihan kepala pemerintahan, pembagian kekuasaan (kewenangan) dan pendelegasiannya. Begitu juga bagaimana memperlakukan dan memanfaatkan alam sehingga bermanfaat untuk manusia dan tidak mendatangkan mudarat atau bencana, dan seterusnya. Aspek ajaran ini dikembangkan para ulama menjadi sebuah disiplin yang sistematis yang diberi nama fiqih

atau ilmu fiqih (buku yang menjelaskan hukum-hukum dalam kedudukan seseorang sebagai diri pribadi). Dengan kata lain, fiqih adalah aturan dan tuntunan mengenai prilaku lahir seseorang, baik dalam kedudukan sebagai pribadi, sebagai anggota masyarakat atau dalam kedudukan sebagai pejabat atau petugas negara.(Al Yasa' Abubakar, 2005 hal 14)

Secara legal pelaksanaan syari’at Islam di Aceh dilaksanakan oleh lembaga yang independen yaitu lembaga Syaria’at Islam. Lembaga syari’at Islam beranggotakan para Ulama yang memahami akan Hukum Islam. Tugas pertama lembaga Syaria’at Islam mensosialisasikan, selanjutnya membantu pemerintah daerah dalam membuat qanun (Perda) yang menyangkut dengan syari’at, memberikan bimbingan dan pembinaan kepada masyarakat. Selain itu juga terdapat WH (Wilayatul Hisbah ) atau juga sering disebut sebagai polisi syaria’at yang berperan sebagai penindak pelaku kejahatan Syaria’at sampai akhirnya dilimpahkan kepada Mahkamah Syari’at. (Tabloid Modus Aceh, edisi Mai 2008)

(29)
(30)

1.2. Perumusan masalah

Dalam penulisan suatu karya Ilmiah selazimnya di perlukan pembatasan masalah untuk mengkonkritkan masalah penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah berikut uraian-uraian yang telah di kemukakan di atas maka, penulis mencoba untuk mengambil permasalahan yaitu

1. Bagaimana posisi dan peran Ulama Dayah dalam Impementasi Syari’at Islam di Aceh.

2. Apakah selama pelaksanaan syariat Islam peran ulama dayah semakin penting atau terpinggirkan.

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana posisi dan peran ulama dalam pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh. Sebagai tujuan penelitian peneliti mencoba untuk mencari menemukan solusi agar pelaksanaan Syari’at Islam diAceh berjalan sebagaimana yang diharapkan.

1.4 Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1.4.1. Manfaat teoritis

(31)

Penelitian ini dapat menjadi kontribusi bagi pembaca dalam pengembangan bidang kajian Sosiologi (Sosiologi Agama dan Hukum) khususnya serta fakultas ilmu sosial dan ilmu politik secara umum yang berintegritas intelektual muda.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat penelitian ini diharapkan bisa menjadi kontribusi bagi pemerintah dan instansi terkait terhadap pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh. Terutama agar pelaksanaan pembangunan jangka panjang atau jangkan pendek yang dapat melibatkan Ulama secara total dan menyeluruh agar lebih cepat terealisasi ditengah masyarakat. Sehingga tepat sasaran sesuai dengan keinginan masyarakat yaitu mencakup:

1. Bagi ulama dayah Aceh mampu mengaplikasikan Ilmu dan prilaku yang dimilikinya dalam membimbing dan membina masyarakat sesuai masyarakat Islami tanah serambi mekah yang menuju kepada kemaslahatan umat.

2. Menjadi bahan data bagi kajian study untuk yang akan datang tentang peran ulama pada masyarakat aceh.

(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Struktur dan Norma Masyarakat Aceh

Dalam kehidupan sehari-hari manusia dihadapkan kepada perbedaan baik secara alami maupun konstruksi sosial. Sehingga diikuti dengan perbedaan status dan peran sesuai dengan kapasitas masing-masing, maka hal demikian disebut dengan Struktur sosial. Seperti yang dikatakan oleh Soejono Soekanto struktur sosial sebagai sebuah hubungan timbal balik antara posisi- posisi sosial dan antara peranan sosial. Maka masyarakat sebagai makhluk sosial juga tidak terlepas dari struktur sosial.

Struktur masyarakat teridentifikasi dengan stratifikasi sosial yang menentukan perbedaan kelas dalam masyrakat yang bersifat ekonomi. Seperti yang dikatakan oleh Horton dan Hunt bahwa terbentuknya Stratifikasi dan kelas-kelas sosial didalamnya sesungguhnya tidak hanya berkaitan dengan uang. Stratifikasi sosial suatu strata atau pelapisan orang-orang yang berkedudukan sama dalam kontinum atau rangkaian kesatuan status sosial. Sementara Ralf Linton dalam pembahasan struktur sosial memperkenalkan dua konsep penting yaitu status dan peran (role). Status diartikan sebagai “a collection of right and duties” kumpulan hak dan kewajiban, sedangkan peran adalah ”dynamic aspek of status”. Menurut Linton seseorang yang menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan statusnya. (Sunarto, 2000 hal 55).

Masyarakat sebagai suatu komunitas yang tidak terlepas dari komponen struktur sosial memiliki stratifikasi atau penggolongan masyarakat. Sehingga dengan status yang diemban juga berhubungan dengan peran. Adapun struktur masyarakat Aceh dalam

(33)

1. Golongan Umara/ Pemimpin yaitu golongan sebagai pemimpin rakyat karena kekayaan, wibawa, kecakapan baik dalam memimpin. Pimpinan yang dimaksudkan baik tingkat gampong maupun daerah.

2. Golongan Ulama merupakan mereka yang ahli dalam Ilmu agama serta diakui oleh masyarakat yang disertai dengan prilaku kerohaniannya.

3. Golongan saudagar, ini adalah golongan orang kaya yang bekerja sebagai pedagang. Dengan harta yang dimiliki dan senantiasa bersedakah/ infaq sehingga mereka lebih dihargai dalam masyarakat.

4. Golongan terpelajar yaitu mereka yang telah menamatkan pendidikan yang notabennya kedaerah perkotaan.

5. Golongan tani merupakan para petani yang memiliki lahan sendiri atau peninggalan orang tuanya dan secara kuantitas mereka memiliki jumlah yang sangat besar serta status asli, artinya kelompok lain pada awalnya juga berasal dari petani. Tak jarang dari golongan diatas memiliki peran ganda sebagai petani.

6. Golongan rakyat jelata yang merupakan buruh dan golongan ini tidak bergitu besar.

(34)

Imuem (Ulama) yang senantiasa mengusuri memberi keputusan penasehat Hukum dan melaksanakan acara keagamaan.( Taufik 1996 hal 157)

Status Ulama merupakan status yang diraih dengan usaha belajar Ilmu agama

(Achieved status), sehingga perannya dapat berupa kecakapan dalam mengkaji Agama baik dalam Pesantren yang di didiknya maupun masyarakat luas disebut sebagai ”warasatul anbiya” (penerus para nabi) perannya yang bersifat Kultural mencakup Syari’at dan aqidah. Disamping kewibawaan dan ketauladanan yang menjadi parameter keberhasilannya dalam menuntun umatnya kearah kemuliaan agama.

(35)

Masyarakat aceh yang fanatik akan mengikuti perkataaan ulama, karena ulama merupakan tempat bertanya masalah yang menyangkut kehidupan, terutama menyangkut norma baru yang dikaitkan dengan norma agama memerlukan penafsiran. Oleh karenanya apabila ulama mengatakan sesuatu masalah itu dapat dilaksanakan maka masyarakat akan melaksanakannya dengan tulus dan ikhlas.

Stratifikasi sosial yang diberikan masyarakat kepada ulama ini bersandarkan pada konsep- konsep agama islam baik melalui kitab suci maupun hadits yang disampaikan Nabi antara lain ”sesungguhnya yang takut kepada Tuhan dari hamba-hambanya adalah ulama”. ( TM. Ashashadiqi 1971: 700)

2.2 Peran Sosial Kepemimpinan Informal

Defenisi kepemimpinan secara luas meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan suatu komunitas, memotivasi prilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Selain itu juga mempengaruhi interpretasi mengenai peristiwa- peristiwa para pengikutnya. Kepemimpinan juga dipahami sebagai kekuatan untuk menggerakkan dan mempengaruhi orang. Kepemimpinan sebagai sebuah alat, sarana atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara suka rela/ suka cita. Ada beberapa faktor yang menggerakkan orang lain yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas, dan bujukan.

(36)

dipimpin dari bukan dengan jalan menyuruh atau mondorong dari belakang. Pimpinan informal merupakan orang yang tidak mendapatkan pengakuan formal sebagai pemimpin namun karena memiliki kualitas unggul, ia mampu mencapai kedudukan yang mampu mempengaruhi kondisi psikis dan perilaku kelompok atau masyarakat.( Kartini Sartono 1982 hal 6). Masalah yang selalu terdapat dalam membahas fungsi kepemimpinan adalah hubungan yang melembaga Dalam setiap organisasi selalu terdapat hubungan formal dan hubungan informal. Efektivitas kepemimpinan informal terlihat pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan seseorang. Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada beberapa kriteria diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Kemampuan "memikat" hati orang lain.

2. Kemampuan dalam membina hubungan yang serasi dengan orang lain. 3. Penguasaan atas makna tujuan organisasi yang hendak dicapai.

4.Penguasaan tentang implikasi-implikasi pencapaian dalam kegiatan-kegiatan operasional.

5. Pemilihan atas keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.

(37)

Kepemimpinan yang dimiliki ulama atau Teungku dayah dapat dikatakan sebagai bentuk pendelegasian dari yang maha kuasa (Allah). Karena bagi masyarakat Aceh jabatan yang dimiliki oleh ulama tidak datang dari aparatur pemerintah, namun jauh dari pada itu kepemimpinan tersebut datangnya langsung dari sang khalik. Khaligatul filardhi

merupakan konsep yang dipegang teguh sebagai pemimpin dimuka bumi. Bentuk dari pendelegasian tersebut antara lain perintah datangnya dari Allah kemudian melalulai para rasul, seterusnya melalui para ulama karena pada hakikatnya “ulama warasatul anbiya”

(ulama pewaris para nabi). Barang siapa yang melanggar aturan ulama maka ia juga melanggar aturan nabi dan seterusnya melanggar aturan Allah berupa murtad. Dan apabila hal itu terjadi maka telah sia- sialah ia menjadi muslim yang sejati.

2.3 Otoritas Kharismatik

(38)

Otoritas ini didasarkan pada mutu luar biasa yang dimiliki oleh pemimpin sebagai seorang pribadi. Istilah kharisma ditujukan kepada mereka yang dalam pengertian luas untuk menunjukkan daya tarik pribadi yang ada seseorang sebagai pemimpin. Weber

mengatakan dalam hal ini meliputi karakteristik-karakteristik pribadi yang memberikan inspirasi kepada mereka yang bakal jadi pengikut. Istilah yang digunakan oleh Weber

dalam menggambarkan para pemimpin-pemimpin agama yang berkarismatik dimana dasar pemikiran mereka adalah bahwa mereka memiliki suatu hubungan khusus dengan Ilahi.

Istilah kharisma akan diterapkan pada suatu mutu yang terdapat pada seseorang, yang kiranya ia terpisah dari orang biasa dan diperlakukan sebagai orang yang dianugerahi dengan kekuasaan atau mutu yang bersifat adduniawi, luar biasa atau sekurangnya kekacauan dalam bidang tertentu, mutu seperti ini menarik para pengikut yang setia kepada pemimpin kharismatik tersebut secara pribadi dan memiliki komitmen terhadap keteraturan normatif atau moral yang digambarkan. Menurut hal ini kepatuhan yang dimiliki para pengikut tergantung baik pada identifikasi emosional dengan pemimpin sebagai seorang pribadi maupun komitmen terhadap nilai-nilai absolut yang diajarkannya. (Douley 1994 hal 230). Dalam gaya kepemimpinan kharismatik para pengikut membuat atribusi (penghubungan) dari kemampuan kepemimpinan yang heroik atau luar biasa bila mereka mengamati prilaku- prilaku tertentu.

(39)

1. Kemampuan untuk memimpin kearah tercapainya situasi yang dicitakan komunitasnya.

2. Kemampuan fungsinya dalam mempertahankan komunitas.

Namun demikian mungkin yang paling mempegaruhi kepemimpinan yang berlandaskan nilai keagamaan yang berhubungan dengan pertangung jawaban transendental, diharapkan Tidak hanya dalam hal bersifat keakhiratkan namun ulama senantiasa berperan sebagai tokoh. Hal ini karena harapan akan kesejahtraan rohani masyarakat yang apabila nasihat- nasihat ulama diemban dan dilaksanakan maka kebahagian hidup di dunia dan di akhirat akan tercapai. Apabila dalam suatu kampung tidak adanya ulama yang senantiasa memberi petuah maka kampung tersebut akan jauh dari keselamatan yang hakiki (Rahmatan lilalami) disini ulama diharapkan dapat mempertahankan komunitas Pedesaan. keterluluhan pribadi kedalam keharusan moral agama. (Taufik, 199 hal 64).

(40)

Kepemimpinan ulama dayah yang informal kharismatik dapat dilihat Pada saat konflik GAM- TNI keterlibatan penyelesaian yang melibatkan juga ulama, karena secara lebih rasional ulama adalah sosok yang masih dipercaya oleh pihak pihak yang bertikai. Selain itu, keterlibatan mereka adalah untuk memberikan nuansa moral dan kultur ke-Acehan Pada waktu UU Otsus 18/2001 dan CoHA, peran ulama dayah yang dimotori oleh RTA dan HUDA justru tidak terlalu menonjol Keduanya juga terlibat aktif dalam proses memberikan masukan. Ulama HUDA misalkan membuat forum di Lhokseumawe yang juga dihadiri oleh MPU Ada kalanya mereka melakukan mediasi informal dan ada kalanya mereka juga harus tampil didepan secara formal. Ada kalanya juga mereka tampil atas nama pribadi untuk menghindari efek yang lebih buruk bagi organisasi yang dipimpinnya, tapi juga sering kita lihat mereka tampil atas nama lembaga. Akan tetapi intinya mereka sangatlah berperan dalam proses rekonsiliasi konflik di Aceh. Peran mereka bisa memberikan pendekatan kultural dan moral ke-Acehan dalam nuansa berbeda. Peran mereka yang semacam ini terkadang tidak langsung terasa dalam waktu dekat, tapi sangat dirasakan efektifitasnya.(Aceh institude 14-05-2008)

Tipe otoritas ini didasarkan kepada suatu kepercayaan yang mapan terhadap kekuasaan tradisi-tradisi zaman dahulu serta legitimasi status mereka yang menggunakan otoritas yang dimiliki. Jadi alasan penting orang taat kepada struktur otoritas ini adalah kepercayaan mereka bahwa hal ini selalu ada. Mereka menggunakan otoritas tersebut pada satu kelompok status yang traditional menggunakan otoritas atau mereka dipilih sesuai peraturan yang dihormati sepanjang tahun.

(41)

otoritas traditional adalah dengan melihat sebagai perpanjangan dari hubungan keluarga. Mereka yang patut memiliki rasa setia pribadi kepada pemimpinnya yang sebaliknya memiliki kewajiban tertentu untuk memperhatikan mereka kepada pemimipinnya yang sebaliknya memiliki kewajiban tertentu untuk memperhatikan mereka. Walaupun pemimpin dan bawahannya terikat kepada peraraturan traditional, namun masih ada keleluasaan bagi atasannya secara pribadi dalam menggunakan otoritasnya dan dalam keadaan seperti itu bawahan terpaksa taat.

2.4 Defenisi Konsep

2.4.1. Ulama : berasal dari kata ’alim yang berarti orang yang mengetahui atau orang yang berilmu, khususnya Ilmu Agama Islam serta bersikap mulia sesuai dengan karakteristik keilmuannya.

2.4.2. Teungku : panggilan terhadap Ulama Aceh khususnya yang telah memiliki pengetahuan tentang Agama serta mendapat pengakuan dari masyarakat.

2.4.3. Teungku Chik: Guru Besar / Syaikh (orang yang paling di tuakan dalam struktur dayah di Aceh) dan biasanya bersifat Keuramat (Memiliki Ilmu supra natural yang di berikan oleh ALLAH)

2.4.4. Peran (role): menjalankan dan kewajiban berdasarkan statusnya, atau hal yang berkenaan dengan perilaku karena status yang di sandang oleh seseorang.

2.4.5. Dayah: kesatuan kompleks yang didalamnya tergabung rangkang (rumah panggung) tempat belajar Ilmu agama yang masih menggunakan kurikulum Klasik serta dipimpin oleh seorang ulama Teungku (ulama).

(42)

manusia dengan makhluk lainnya dialam lingkungan hidupnya atau Hukum yang berlaku bagi seluruh penganutnya dalam Islam yang merupakan Wahyu dari Ilahi sebagai tercantum dalam Al-Quar’an dan Hadits.

2.4.7. Qanun: peraturan pemerintah daerah Nanggroe Aceh Darussalam sebagai daerah syaria’at Islam yang diberlakukan kembali setelah beberapa Tahum lamanya (ketika kesultanan Aceh Darussalam).

2.4.8. Serambi Mekah: sebutan bagi provinsi paling barat sumatera yang sekarang disebut Nangro Aceh darusalam yang merupakam Pintu masuk Negeri Mekah ke Nusantara yang sebagai pusat peradaban Islam Dunia.

2.4.9. Kemukiman adalah gabungan dari beberapa Gampong (desa) yang mempunyai batas wilayah tertentu dan kekayaan sendiri dalam kedudukan di bawah kecamatan serta dipimpin oleh seorang Imeum Mukim yang mempunyai mengatur kewenangan dalam mengatur kebijakan antar gampong (desa).

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Keinginan peneliti untuk mengetahui Implementasi Syari’at Islam terkait peran Ulama Dayah, sudah selayaknya disertai perangkat metodelogi atau prosedur yang memadai. Berkaitan dengan itu, peneliti telah menggunakan metode penelitian yang diperkirakan akan dapat membantu mewujudkan maksud penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian studi kasus yaitu suatu metode dalam meneliti secara intensif, mendalam, mendetail, serta konfrehensif. Penelitian studi kasus ini merupakan penelitian untuk menggambarkan hubungan antar pribadi, kelompok, sub kebudayaan dan fenomena kunci ( Robert K. Yin 1996). Namun konsep kejadian atau peristiwa ini tidaklah diartikan segai peristiwa atau kejadian biasa yang menurut konsep bahasa inggris disebut event. Suatu kejadian atau peristiwa disebut perkara sehingga harus di telaah atau dicarikan cara penanggulangannya antara lain dengan cara studi kasus. Dengan demikian nantinya dari penelitian ini dapat dicari benang merah mengenai bagaimana peran ulama dayah dalam menegakkan syariat islam dan kemungkinan- kemungkinan hambatan sehingga nantinya akan dicari solusi dengan cara metode kasus.

3.2 Lokasi Penelitian

(44)

beberapa 4 mukim. Alasan peneliti memilih lokasi mukim Krueng Pasee karena di mukim tersebut merupakan pemukiman yang banyak terdapat dayah beserta ulama di kecamatan Syamtalira Aron. Disamping itu juga secara Historis di Krueng Pasee merupakan (sebutan aliran sungai ) yang terletak sekitar kerajaan pusat peradaban Islam Nusantara yaitu kerajaan Samudera Pasai. Dayah sekitar mukim memiliki tipe yang dapat di katakan cukup besar karena terdiri dari 4 Balee (tingkat pendidikan agama sederajat sekolah dasar dan menengah) seta terdiri dari 2 Rangkang (setingkat dengan pendidikan agama tingkat atas). Disini nantinya peneliti hanya memilih objek penelitian hanya empat dayah yaitu:

1. Dayah Budi Muzein Pimpinan Teungku Zakaria. 2. Dayah pimpinan Teungku Jufriansyah.

3. Dayah pimpinan Teungku Hasballah. 4. Dayah pimpinan Teungku Abdurrahman.

Adapun alasan mengapa peneliti memilih dayah atau pimpinan dayah tersebut yang akan di jadikan informan karena:

a. Dayah tersebut sudah lama berdiri

b. Santri yang belajar agama pada dayah tersebut jumlahnya relatif besar c. Dikenal baik oleh masyarakat sekitar

d. Pengikutnya dari masayarakat tradisional

3.3 Unit Analisis Informan

(45)

3.3.1. Informan kunci yaitu

Pimpinan dayah Krueng Pasee antara lain :

3.3.1.1. Pimpinan dayah Budi Muzein (Teungku Zakaria) 3.3.1.2. Pimpinan dayah Fathul Barry (Teungku Haballah)

3.3.1.3. Pimpinan dayah Remaja Pasee Darul mubtadi (Teungku Jufrisyah) 3.3.1.4. Pimpinan dayah Nurul Islam (Teungku Abdurrahman)

3.3.2. Informan biasa

Masyarakat atau para tokoh yang memahami yang mengetahui tentang peran ulama telah dewasa atau memiliki umur 23-60 tahun atau orang yang memahami masalah syari’at serta Hukum Islam.

3.3.2.1. Camat Kecamatan Syamtalira Aron 3.3.2.2. Imuem Mukim Krueng Pasee

3.3.2.3. Geuchik/ Kepala Desa masing-masing dayah 3.3.2.4. Tokoh masyarakat

3.3.2.5. Tokoh Pemuda. 3.3.2.6. Tokoh wanita

3.4Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulam data biasanya diperoleh melalui data primer dan data sekunder.

3.4.1 Data primer

(46)

observsi sangat diperlukan dalam sebuah penelitian guna mengumpulkan data dari lapangan baik bersifat verbal maupun nonverbal, sehingga dapat diketahui keabsahan atau kebenaran data yang diperoleh melalui proses wawancara lapangan (Moelong, 1993: 125). Dalam penelitian tersebut peneliti mengamati aktivitas teungku dayah terutama menyangkut pelaksanaan syaria’at Islam. Observasi yang dilakukan mencoba mengidentifikasi kegiatan Teungku dayah dari pagi hingga menjelang malam khususnya mengamati peran ulama dalam penerapan syari’at Islam.

(47)

Peneliti juga mencoba mencari arah peran ulama, dengan cara menanyakan kegiatan keseharian Ulama dayah, kegiatan yang berhubungan langsung dengan masyarakat dampak serta tujuan yang hendak dicapai seperti mengayom dan mengarahkan masyarakat pada unsur-unsur agama serta tugas pembuatan qanun.

3.4.2 Data sekunder

Adaupun pelengkap data merupakan data-data yang digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan seperti buku-buku, jurnal, majalah, surat kabar, internet, dan lain-lain.

3.5 Interpretasi Data

Analisis data yang dikerjakan sejak peneliti mengumpulkan data yang dilakukan secara intensif. Setelah pengumpulan data selesai (J. Moleong 2002 ; 1990), pengelohan data ini dimulai dengan menela’ah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam catatan lapangan, dokumen resmi, buku literatur dan sebagainya.

Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditela’ah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman atau konklusi dimana inti, proses , dan pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada dalam fokus penelitian.

3. 6. Jadwal Kegiatan

(48)

Tabel 1

Tabel Jadwal Penyelesaina Tugas Akhir (Skripsi)

Kegiatan Bulan I Bulan II Bulan III Bulan IV

Pra kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Catatan: jadwal penelitian ini dapat berubah kapan saja sesuai kondisi lapangan

3.7. Keterbatasan Penelitian

(49)

mendapatkan kesulitan dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Disamping itu juga dalam hal interpretasi data pun penulis juga merasa agak kesulitan dalam mengolah data baku menjadi data yang dapat disajikan secara ilmiah.

(50)

BAB IV

DESKRIPSI HASIL DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Profil Wilayah

Kemukiman Krueng Pasee merupakan salah satu kemukiman bagian dari teritorial kecamatan Syamtalira Aron. Asal kata Krueng Pasee sendiri bermakna ”Krueng” yang artinya sungai dan ”Pasee” artinya Pasai atau kerajaan samudera Pasai. Dilihat secara historis konon menurut pengakuan warga setempat Krueng Pasee sendiri digunakan sebagai jalur perairan yang menghubungkan selat Malaka dengan daerah sekitar pedalaman kerajaan samudera Pasai pada masa kerajaan. Namun sekarang sungai tersebut sudah dangkal dan hanya digunakan warga untuk kebutuhan sehari- hari baik untuk mandi maupun mencuci keperluan rumah tangga.

(51)

Lokasi kemukiman krueng pasee tidak jauh dari Kuta Krueng yang merupakan titik konsentrasi kerajaan samudera pasai pada masa dahulu. Berdasarkan observasi, penulis melihat jumlah lembaga pengajian Islam justru lebih besar di Pemukiman Krueng pasee sendiri dari pada Mukim Kuta Krueng.

Secara Geografis letak wilayah Krueng pasee sebagai berikut

• Utara : Berbatasan dengan Mukim Syamtalira’il • Selatan : Gampong Cibrek Baroh

• Barat : Gampong Meurandeh Kec. Samudera • Timur : Simpang Dama Kec. Tanah Pasir

Sedangkan letak orbitrasi, waktu tempuh dan letak kemukiman terhadap akses luar adalah sebagai berikut:

• Jarak Ibukota Kecamatan : 5km • Jarak Ibukota Kabupaten/ Kotamadya : 19Km • Jarak Ibu Kota Propins : 315 Km • Jarak dari jalan Negara : 2 km • Waktu tempuh Ibu kota Kecamatan : 15 Menit • Waktu tempuh Ibu kota Kabupaten : 30 menit

(52)

4. 2. Demografi Kemukiman

Dari segi kependudukan kemukiman Krueng Pasee jumlah penduduk tidak sebanding dengan luas wilayah, sehingga dikategorikan sangat minim jika dibandingkan dengan luas wilayah sekitar 437 Ha dan jika dibagikan secara merata dengan 1.114 kepala keluarga maka hanya 0,3 Ha lahan per kepala keluarga yang dimiliki oleh penduduk. Dengan jumlah penduduk yang relatif kecil di ikuti dengan penduduk yang dibawah umur hanya sekitar 30% menunjukkan rendahnya angka pertumbuhan penduduk dan rata-rata setiap keluarga hanya 3,7 atau hampir 4 orang/ kepala keluarga. Hal ini sedikit unik dimana biasanya didaerah Pedesaan seperti Kemukiman Krueng Pasee justru pertumbuhan penduduk cukup tinggi. Penduduk kemukiman tersebut juga bersifat homogen dimana cenderung tidak ada masyarakat pendatang terutama dari luar etnis Aceh.

Perlu diketahui bahwasanya hampir diberbagai wilayah Pedesaan di Aceh penduduk pendatang biasanya kaum lelaki tinggal pada suatu tempat tertentu karena meminang atau menikah dengan penduduk atau wanita setempat. Masyarakat Aceh yang taat pada adat istiadat pada dasarnya menganut sistem Matrilokal akan kewajiban untuk tinggal di rumah Istri pada beberapa waktu sampai adik perempuan istri yang berikutnya menikah. Dan juga sebaliknya para pemuda yang kawin ke luar wilayah maka akan harus menetap tempat sang istri, sehingga penduduk Aceh pada umumnya dan Kemukiman Krueng Pasee pada khususnya tidak mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.

(53)

Komposisi Penduduk Kemukiman Krueng Pasee Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

No Nama

Gampong

Penduduk di

bawah umur Penduduk dewasa Jmh

Total

4. 3. Komposisi Penduduk Menurut Pendidikan Umum

Seperti masyarakat desa pada umumnya penduduk kemukiman Krueng Pasee pada dasarnya sangat kecil akan minat untuk bersekolah, berikut komposisi tingkat pendidikan penduduk Kemukiman Krueng Pasee:

Tabel 3

Komposisi tingkat Pendidikan Penduduk Kemukiman Krueng Pasee

No Tingkat Pendidikan Jumlah

Sumber: Tingkat Pendidikan Kec. Syamtalira Aron 2008

(54)

tingkat pendidikan masyarakat desa pada umumnya. Disamping sarana lembaga pendidikan yang cukup minim juga sedikitnya hanya terdapat 4 unit sekolah SD/MI, 2 unit sekolah SLTP/MtS dan dipemukiman tersebut tidak memiliki sarana sekolah SMU sama sekali namun penduduk yang melanjutkan sekolah tingkat SMU di Kemukiman Ceubrek Tunong atau U’Blang Asan yang masih dalam kecamatan Syamtalira Aron.

Namun demikian masyarakat Kemukiman tersebut tidak bisa dikatakan awam dengan dunia Ilmu pengetahuan terutama ilmu agama. Masyarakat Krueng pasee dapat dikatakan masih kurang berminat untuk bersekolah umum yang lebih tinggi. Para orang tua cenderung menyekolahkan anak-anaknya terutama setingkat atau lulusan SMA kedayah-dayah yang terdapat diseantero Provinsi Aceh. Karena menurut mereka dengan menitipkan anaknya sampai pada pendidikan agama, besar harapan kelak akan menjadi Teungku yang dapat mengayomi masyarakat serta menjadikan ibadah setelah hidup di Dunia.

4.4. KomposisiJumlah Lembaga Pendidikan Agama Krueng Pasee

(55)

Tabel 4

Komposisi Jumlah Pendidikan Agama Krueng Pasee

No Nama Dayah Pimpinan Gampong Jml santri Total Tipe

LK PR

1

Darul

Muta'alimin Tgk. Juharen Tengoh 27 28 55 B

2 Nurul Huda Tgk. Abdi Daud Blang 37 22 59 B

3 Darul Muttaqin Tgk. M. Amin Blang 12 38 50 C

4 Babussa'dah Tgk. M. Ali Nago Blang 11 23 34 C

5 Remaja Pasee Tgk. Jufrisyah, SE Keutapang 40 70 110 A

6 Miftahul Huda Tgk. Tarmizi B Keutapang 45 40 85 B

7 Darul Mubtadi Tgk. Ibrahim Tj. Kr.Pasee 53 56 109 A

8 Fathul Barri Tgk. Hasballah Pante 61 41 102 A

9 Nurul Islam Tgk.Abdurrahman Pante 75 89 164 A

10 AL- Mahfuza Tgk. Mukhlis Pante 64 27 91 B

11 Miftahul Kiram Tgk. Syarbaini Pante 15 15 30 C

12 Pase AL- Azzizah Tgk. Muhibuddin Matang Munye 16 11 27 C

13 Al- Mukmin Tgk. Razali T Matang Munye 18 16 34 C

14 Mift AL-Azzizah Tgk. Miswar, R Matang Munye 49 58 107 A

15 Nurul huda Tgk. Ahmad Matang Munye 20 15 35 C

16 Nurul Ikhlas Tgk. M. Yunus Matang Munye 9 19 28 C

17 Babul Khairat Tgk. A. Rahman Kumbang 32 45 77 B

18 Babussalam tgk. Hj. Salmiah Kumbang 13 9 22 C

19 Budi Muzein Tgk. Zakaria Mesjid 125 110 235 A

20 Miftahussalam Tgk. Abd. Halim Mesjid 35 41 76 B

Sumber: Balai Pengajian Kec. Syamtalira Aron 2008

(56)

` Dalam penelitian ini penulis membuat kriteria informan menjadi dua jenis yaitu informan kunci dan informan biasa atau informan tambahan. Informan kunci disini terdiri dari para Teungku yang memimpin dayah baik dayah yang didirikan dihalaman rumah atau dayah yang didirikan oleh masyarakat gampong sehingga meminta seorang Teungku untuk mengasuh dayah. Adapun para pimpinan dayah tersebut yang pertama Pimpinan dayah Budi Muzein yaitu Tgk. Zakaria, Pimpinan dayah Fathul Barry Tgk. Hasballah, Pimpinan dayah Remaja Tgk. Jufrisyah, SE dan Pimpinan dayah Nurul Islam Tgk. Abdurrahman, Tgk. Miswar Pimpinan dayah Miftahtul AL-Azzizah dan Tgk. Ibrahim Pimpinan dayah Darul Mubtadi.

Sedangkan informan biasa sebagai pendukung bahan penelitian adalah Camat kecamatan Syamtalira Aron yaitu Bpk. Iskandar Gade, SE, Imuem Mukim Krueng Pasee yaitu Bpk. Muhammad Saleh, AR, Geuchik gampong Blang Bpk. Anwar, disini juga ada satu orang santri senior yang cukup berpengaruh dalam masyarakat yaitu Tgk. Zarkasyi disamping juga ada tokoh pemuda yaitu Mansur, Fauzi dan Abdul Ghafar serta satu orang tokoh masyarakat yang juga sebagai Guru SD yaitu Bpk Drs. Nadir , tokoh wanita yaitu Ibu Suryani dan yang terakhir adalah Mahasiswa Al- Muslim Muhammad Syukur yang mana semuanya tersebut telah diwawancarai. Berikut dibawah ini profil dari Mereka masing- masing yang diawali dengan informan kunci.

4.5.1 Teungku Zakaria (Pimpinan dayah Budi Muzein)

(57)

menurut ajaran Islam memelihara janggut merupakan suatu ibadah sunat. Dari gaya bicara Tgk. Zakaria memiliki jiwa humor yang tinggi namun beliau juga sangat tegas dalam melihat atau membicarakan mengenai syari’at Islam. Dayah yang dipimpin oleh beliau termasuk dayah yang terbesar di Kemukiman krueng pasee dimana sedikitnya terdapat 235 santriwan/ santriwati yang belajar Ilmu agama baik pada waktu siang maupun malam. Didayah tersebut juga banyak terdapat santri senior yang sedang “meudagang’ yaitu dengan memperdalam ilmu agama di hari-hari tertentu pada Abu dan kebanyakan waktu mereka dihabiskan untuk mengabdi kepada dayah dengan cara mengajar santri junior (setingkat SD/SMP) disamping pada siang harinya mereka bekerja pada koperasi dayah seperti kerajinan peci dan menjual kelontong.

(58)

bercocok tanam berupa sayur-sayuran dengan kata lain beliau dapat dikategorikan masyarakat yang sedernahana. Selain bertani dan memimpin dayah kesibukan Tgk. Karya adalah dengan cara bersyia’ar Islam layaknya para kiayi pada umumnya yaitu dengan cara mengisi pengajian di Meunasah, Mesjid, Khotbah Jum’at dan juga pada majelis-majelis ta’lim sesuai dengan jadwal rutin ataupun apabila ada undangan dari Gampong ke Gampong. Biasanya waktu beliau pada siang hari senantiasa ke “Glee” dan ketika malam tiba melakukan pengajian dan mengurus dayah.

4.5.2. Teungku Haballah (Pimpinan dayah Fathul Barry)

Teungku Haballah yang sering disapa dengan nama Tgk. Raja merupakan pimpinan dayah Fathulbarry yang berlokasi digampong pante. Menurut informasi Nama Tgk. Raja dinobatkan oleh masyarakat dan santri karena beliau sangat kagum dengan para Sultan/ Raja- raja khalifah Islam pada masa setelah Rasullah wafat. Sehingga pada setiap kali berceramah beliau sangat sering menceritakan kehebatan raja- raja tersebut kepada majelis. Sosok Tgk. Raja cukup pendiam dan berbicara seadanya. Dalam berbicara intonasi suaranya sangat cepat sehingga audiens yang belum mengenal beliau sangat sulid mencerna perkataan atau makna yang disampaikan.

(59)

anak-anak santri sendiri. Pekerjaan sehari-hari Tgk. Raja adalah bertani atau bersawah. Selain memimpin dayah Tgk. Raja juga dipercayai sebagai Imuem (Imam) mesjid Al- Ikhlas yang terletak di keude tepin punti serta termasuk kedalam anggota MPU kecamatan Syamtalira Bayu. Sebagai Teungku dayah beliau termasuk memiliki karir yang cukup gemilang.

4.5.3 Tgk. Jufriansyah, SE (Pimpinan dayah Remaja Pasee)

Dayah remaja pasee merupakan dayah yang masih relative baru berdiri yaitu sejak tahun 2002 namun hingga kini telah memiliki santriwan/ santriwati sebesar 110 orang. Nama remaja pasee diberikan untuk menimbulkan nuanasa santai terutama bagi kalangan muda. Selama ini nama- nama dayah diadobsi dari bahasa arab sehingga bagi orang-orang yang tidak mendalami bahasa arab maka akan sulid menafsirkan. Pimpinannya sendiri merupakan seorang sanjana namun sebelumnya beliau juga telah mengenyam pendidikan agama selama 6 tahun disamalanga dan S1 ekonomi diselesai di Universitas Jabal Ghafut selama 4 tahun.

(60)

4.5. 4 Tgk. Abdurrahman (Pimpinan dayah Nurul Islam)

Ada dua lembaga pengajian selevel dayahdigampong keutapang disamping dayah Fathul Barry adalah dayah nurul Islam. Nurul Islam juga dapat dikategorikan dayah baru dan dipimpin oleh Tgk. Abdurrahman. Dimana sebelumnya Beliau hanya sebagai Ulama biasa yang tidak mengajar didayah. Sejak akhir tahun 2003 Tgk. Raman yang akrab disapa oleh masyarakat dan santri, berinisiatif untuk mengemban ilmunya serta untuk menampung minat para orang tua untuk mengasuh anaknya di Dayah. Sekilas kami melihat Tgk. Raman yang berperawakan gemuk dan tinggi sangat santun dan juga tegas. Beliau merupakan alumni lulusan dayah panton labu pimpinan Abu Ibrahim yaitu ketua HUDA (Himpunan Ulama Dayah Aceh) Kab. Aceh Utara.

Hingga saat ini Tgk. Raman telah memiliki sejumlah 164 santri yang belajar berbagai kitab baik kitab Arab jawo (sebutan kitab berbahasa melayu) maupun kitabKuning (kitab bahasa Arab). Tgk. Raman termasuk memiliki jam terbang yang tinggi dalam mengisi pengajian di majelis Ta’lim hal ini terbukti dengan sulidnya untuk menjumpai beliau baik dirumah ataupun didayah.

(61)

merupakan amanah dari para Gurunya, sebagai sarana Ibadah kepada ALLAH serta adanya permintaan dari masyarakat.

4.5.5. Tgk. Miswar (Pimpunan dayah Miftahtul AL-Azzizah)

Dayah Miftahul Al- Azzizah merupakan dayah yang terletak di sebelah selatan dari kemukiman ktueng pasee. dayah tersebut didirikan oleh Teugku Miswar atau sering disebut dengan nama Abi War. kesibukan sehari- hari Abi War selain mengurus dayah juga aktif diberbagai organisasi pengajian yang berada di sekitar Kecamatan Syamtalira Aron. Dan yang paling menyibukkan beliau saat ini adalah segai ketua panitia pembangunan mesjid Al- Ihklas jungka gajah.

Sosok dari Abi War yang berperawakan kurus cukup humoris dan masih berjiwa muda. Beliau merupakan alumni dari pada Dayah Mudi Mesra di Samalanga Aceh utara. pada saat kami temui di mesjid Al- Ikhlas yang kebetulan pada hari tersebut beliau bertindak sebagai khatib shalat Jum'at.

4.5.6. Tgk. Ibrahim (Pimpinan dayah Darul Mubtadi)

Teugku Ibrahim sering juga disapa dengan nama Teugku Him Tanjong merupakan pimpinan dayah Darul Mubtadi. disamping memimpin pengajian beliau juga sebagai Teugku Imum di gampong setempat. teugku Him yang sudah berumur sekitar 67 tahun sangat tegas dalam menindak pelanggaran yang terjadi terkait syariat Islam. hal tersebut terbukti dari seringnya ditemukan kasus pelanggaran.

Tgk Him merupakan teugku tamatan dayah Tgk Chik Pante kulu yang cukup terkenal di Aceh. selama masa pendidikan di dayah beliau telah menghabiskan waktu paling tidak 20 tahun untuk mengenyam pendidikan agama.

(62)

Saat ditemui Pak Iskandar baru saja memimpin rapat koordinasi tentang penyuluhan sosialisasi syaria’at Islam. Beliau merupakan camat syamtalira aron yang telah memimpin Kecamtan syamtalira sejak dua tahun terakhir. Pendidikan terakhir beliau diselesaikan pada tahun 2000 dari fakultas ekonomi Unsyiah dimana sebelumnya beliau lulusan D3. Dilihat dari pendidikan Sedikit berbeda jabatan yang disandang dimana camat- camat yang tersebar diseluruh Indonesia saat ini sebagian besar berasal dari lulusan IPDN (Institusi Pemerintahan Dalam Negeri). Beliau cukup optimis dengan pelaksaan syari’at Islam akan berjalan sebagaimana mestinya.

4.5.8. Muhammad Saleh, AR (Mukim KemukimanKrueng Pasee)

Informan tersebut merupakan mukim (sebutan untuk pimpinan kemukiman) telah menjabat sebagai mukim krueng pasee sejak 2007 hingga sekarang. Sebelum menjadi Mukim Tgk. Saleh menjabat sebagai Geuchik Gampong kumbang untuk dua Periode. Maka karir beliau dalam memimpin masyarakat cukup baik.

(63)

penerapan daerah operasi militer. Masih menurut pendapat beliau salah sedikit saja dalam membuat kebijakan maka nyawalah yang menjadi taruhan.

Perawakan yang cukup bersahaja tersebut walau hanya berpendidikan hanya sampai tamat SMU namun pengetahuanya dalam hal pemerintahan serta kebijakan publik cukup baik. Hingga saat ini umur beliau telah memasuki 51 tahun.

4.5.9. Bapak Nadir (Tokoh Masyarakat/ Guru)

Bapak Nadir merupakan penududuk kemukiman krueng pasee yang dapat digolongkan sebagai tokoh masyarakat dimana dapat mewakili jawaban dari informan. Sebagai seorang guru dan kepala sekolah Pak Nadir memilki akses yang luas bagi masyarakat. Saat ini beliau menjabat sebagai kepala sekolah SD negeri 1 kumbang dimana sebelumnya beliau pernah menjadi guru SD Inpres teupin punti selama hampir dua puluh tahun hingga menjadi kepala sekolah.

Saat dijumpai kondisi beliau dalam keadaan kurang sehat namun demikian masih mampu berpikir jernih sehingga penulis menemukan jawaban sesuai kebutuhan data. Hingga saat ini beliau telah berumur 50 tahun dan telah mengabdi kepada Negara selama 25 tahun.

4.6. Suhaimi (tokoh pemuda)

(64)

karena hanya sebatas beribadah di jalan Allah swt dan juga untuk mengasah Ilmunya agar tidak lupa.

4.6.1.Ibu Suyani (tokoh wanita gampong Kumbang)

Informan wanita ini melihat Penerapan Syari’at Islam dari sudut pandang wanita (gender) sesuai dengan karakternya. Ibu dengan 4 orang anak ini cukup optimis dengan penerapan syari’at Islam selain masih banyak hal-hal yang harus dibenahi. Profesi beliau adalah seorang PNS yang bekerja dikantor camat syamtalira Aron.

Ibu suryani yang memiliki pengetahuan dalam hal hukum sehingga sangat mudah diajak berbicara dalam hal syari’at dan aspek social. Dalam hal beliau cukup sering turun kedesa-desa disekitar kecamatan symtalira aron sehingga beliau sangat memahami akan kondisi masyarakat serta harapan-harapan kearah perbaikan.

4.6.2. Abdul Ghafar (Tokoh pemuda Gampong Teungoh)

Abdul ghafar merupakan seorang tokoh pemuda gampong Teugoh yang kesehariannya bekerja sebagai mocok-mocok (tidak kerja tetap). Dilihat dari tingkat pendidikan hanya diselesaikan sampai SD. Namun demikian digampong teugoh beliau berprofesi sebagai sekretaris pemuda. Dalam hal penyusunan program kerja pemuda diberbagai gampong diaceh juga tidak terlepas dari adanya syariat Islam yang ada didalamnya.

(65)

warung-warung kopi di perkampungan yang membuatnya wajib mengikuti perkembangan dunia.

4.6. 3. Fauzi (Tokoh pemuda Gampong Mesjid)

Fauzi adalah pemuda yang ulet dan pekerja keras yang memiliki wawasan yang luas. Hingga saat ini umur fauzi adalah 25 tahun dan berprofesi sebagai mahasiswa departemen Administrasi Negara Universitas Malik Al- Saleh (Unima) Lhokseumawe. Selain itu juga sebagai Interpreneur (wiraswasta) muda yang sukses didaerah perkempungan seperti gampong mesjid.

4.6.4. Mansur (tokoh pemuda gampong Keutapang)

Tidak jauh berbeda dengan fauzi Mansur juga perawakan muda dan enerjik selain bekerja sebagai pedagang juga saat ini masih kuliah pada sebuah Iniversitas terkemukan di Kota Lhokseumawe. Satu hal yang tertarik pada sosok Mansur terkait Informan adalah beliau seorang jama’ah mesjid Al- jami’ tepin punti dan juga beberapa tahun pernah mengenyam pendidikan didayah.

4.6.5. M. Syukur Zainal

Syukur adalah sosok pemuda yang ulet dan pintar merupakan warga gampong Mesjid. Profesi yang sandang cukup komplet walau saat ini umurnya hanya masih 24 tahun dan masih lajang. Pekerjaannya adalah selain seorang mahasiswa dan Guru honorer pada satu sekolah Tsanawiyah juga pada malam hari mengajar didayah Tgk. Karya pimpinan dayah Budi Muzein gampong Mesjid.

(66)

yang harus berperan aktif dalam proses tersebut dan Insya Allah beliau sangat mendambakan agar syari’at terealisasi secara kaffah dan konsekuen agar mengembalikan masa kejayaan Aceh dimana masa yang erat kaitannya dengan nilai-nilai keislaman dan syari’at.

4.6.6. Bapak Anwar Geuchik gampong Matang Meunje

Bapak anwar atau akrab kami panggil dengan sebutan teungku anwar adalah seorang Geuchik gampong Blang. Beliau berasal kami temui saat dilaksanakan rapat koordinasi dikantor balai desa Kecamatan. Tidak banyak dapat disampaikan oleh Geuchik tersebut saat diwawancarai karena memang waktunya sangat sempit. Guechik yang masih perawakan paruh baya tersebut sangat kritis dalam melihat implementasi syari’at Islam dan beliau juga memberi masukan yang cukup bermanfaat bagi pada saat rapat terutama kepada ketua penyuluhan syari’at. Dari hasil masukan-masukan yang diberikan oleh teungku anwar yang kami catat sebagai bahan temuan lapangan.

4.6.7. Teungku Zarkasyi

(67)

Tidak dapat dipungkiri bahwa formalisasi SI telah mendorong proses recentering

peran, posisi dan status kelompok ulama dalam masyarakat Aceh. Jika selama masa Orde Baru kelompok ulama mengalami peminggiran oleh proses birokratisasi dan modernisasi (terutama dalam bidang pendidikan). Pemberian status otonomi khusus Aceh memungkinkan kedudukan ulama dikembalikan ke tempat semula, yakni di pusat relasi antara rakyat dan Negara. Sebagian besar Ulama Dayah masa kini nasibnya terabaikan khususnya dalam berperan disektor birokrasi pemerintah atau pendidikan. Seharusnya ada lembaga-lembaga tertentu yang dapat menampung ulama dayah dalam proses partisipasi pembangunan sehingga diyakini para santri dapat dengan konsisten belajar didayah karena mengharapkan masa depan yang cerah.

(68)

ulama dalam implementasi syariat Islam di Aceh Sebagai bahan pertimbangan berikut akan ditampilkan deskripsi dan hasil wawancara langsung dengan beberapa informan. 4.7.1. Peran Ulama dalam sosialisasi syaria'at Islam

Penanaman nilai- nilai syari'at Islam sebagaimana tercantum dalam Al-Qur'an dan Hadits sudah menjadi kelaziman di berikan oleh para alim ulama dan cerdik pandai kepada masyarakat umum. Demikian juga di Aceh persoalan tersebut sudah sejak zaman dahulu hingga sekarang masih berlaku. Terkait implementasi syari'at Islam di Aceh penanaman nilai dan sosialisasi tersebut semakain di intensifkan tanpa adanya instruksi dari manapun. karena bagi orang yang beriman memberi Ilmu kepada orang lain sudah menjadi suatu Ibadah khususnya sadakah jariyah yang tak pernah habisnya menjadi tuntunan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai mana yang dikatakan oleh Saudara Mansur sebagai berikut:

“Pengetahuan akan syari’at Islam secara menyeluruh mulai dari yang mendasar hingga yang rumit saya dapatkan dari teugku dimana saya mengaji ketika saya masih anak- anak. Dulu waktu saya mengaji didayah kami senantiasa masuk sore hari sampai keesokan harinya. Selama masa pengajian tersebut kami selalu dibimbing dalam hal syari’at serta pelatihan secara kecil- kecilan, misalnya ganjaran bagi yang melanggar aturan atau tidak shalat maka akan di kenakan cambuk oleh teungku menggunakan rotan. Karena dalam islam sejak usia 7 tahun harus diingatkan dan dipaksa agar anak dapat melakukan shalat dan jika lebih dari 10 tahun maka wajib di pukuli. Disamping itu juga teungku bilang masih untung kita hidup di Aceh coba saja jika di Arab maka bagi yang tidak taat aturan maka akan dicambuk menggunakan cambuk asli, bagi yang mencuri akan dipotong tangan”. (Wawancara 28 Juli 2009)

Gambar

Tabel Jadwal Penyelesaina Tugas Akhir (Skripsi)
Tabel 4

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini menggunakan metode SAW karena dalam metode ini dapat menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan proses perangkingan yang

[r]

Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Anggraeni pada tahun 2015 dengan judul penelitian faktor yang mempengaruhi perilaku pencegahan HIV/AIDS pada

Telah dilaporkan satu kasus pasien seorang wanita berusia 14 tahun dengan diagnosis benda asing (kepala jarum pentul) di telinga kanan dan trauma iatrogenik

Diharapkan dengan dijalankannya cara green di setiap proses konstruksi khususnya di proyek Kedutaan Austria dapat mempengaruhi perusahaan lain untuk dapat menjalankan program

Pemisahan fisik dalam stadia hidup ikan (life-history stages) merupakan suatu strategi dimana ikan melakukan migrasi pemijahan yang kemudian melepaskan telur dan larva pada habitat

Peran pemda dalam penataan aspek sarana dan prasarana usaha PKL kuliner, antara lain; menyediakan lahan sebagai lokasi usaha yang dapat digunakan oleh PKL kuliner

Apabila dalam skema handover user dari eNB cell sumber yang congested ke eNB cell tetangga yang tidak congested ditambahkan syarat bahwa RSRP user dari eNB