• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

(PNPM) MANDIRI PERDESAAN

(Studi Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

SKRIPSI DIAJUKAN OLEH

LEO M PURBA 070901002

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Meperoleh Gelar Sarjana

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk di pertahankan oleh: Nama : Leo M. Purba

Nim : 070901002 Departemen : Sosiologi

Judul : Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

DTO DTO

(Drs. Junjungan Simanjuntak, M.Si) (Dra. Lina Sudarwati, M.Si) NIP.196006141986011002 NIP. 196603181989032001

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik DTO

(4)

ABSTRAK

Program penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa dapat diselesaikan akar permasalahannya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas yang utama, khususnya terhadap masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan diperdesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui berbagai pendirian fasilitas pembangunan di perdesaan. Dengan adanya pendirian berbagai macam fasilitas PNPM-Mandiri Perdesaan perlu dibarengi dengan yang namanya sosialisasi, sehingga nantinya pemanfaatan dari pada fasilitas tersebut benar-benar berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan selama ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaaan di Desa Purbadolok serta kekurangan-kekurangan apa saja yang timbul didalam pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Kepala Desa sebagai sumber informan kunci dan masyarakat biasa sebagai sumber informan biasa dalam meperoleh data-data, dan informasi yang didapat dilapangan yang pada akhirnya di analisis sehingga mendapatkan kesimpulan.

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur yang teramat dalam Penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus sang Juruselamat yang selalu memberikan Pertolongan dan Kasih Karunia serta Kekuatan yang tidak terhitung kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: “SOSIALISASI PEMANFAATAN FASILITAS PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERDESAAN (Studi Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak keterbatasan, dalam penyelesaian skripsi ini, penulis sangat mengucapkan terima kasih banyak terhadap segala pihak yang telah membantu dan selalu memberikan dukungan sampai akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Junjungan Simanjuntak S.B.P, selaku dosen pembimbing yang selalu menyediakan waktu dan memberikan bimbingan, saran serta sumbangan pemikiran dan ide-ide dalam penulisan skripsi ini.

(6)

5. Seluruh staf pengajar Departemen Sosiologi, Pak Junjungan, Pak Henry, Buk Lina, Buk Ria, Pak Sismudjito, Pak Rizabuana, Pak Muba, Buk Marhaeni, Buk Rosmiani, Bang Bisruhanafi, Pak Syahrul Humaidi (statistika), Kak Feny dan Kak Betti terimakasih penulis ucapkan atas segalanya.

6. Seluruh staf pengajar FISIP USU terimakasih buat semuanya.

7. Kepada seluruh keluarga penulis yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu terimakasih atas segala doa dan motivasinya.

8. Kepada seluruh staf birokrasi Kecamatan Doloksanggul dan Desa Purbadolok, yang memberikan izin bagi penulis dalam melakukan penelitian.

9. Kepada seluruh informan yang telah memberikan waktu dan dengan baik menerima penulis dalam meneliti di Desa Purbadolok.

10.Kepada abang dan kakak senior stambuk 06 (Debora,eka, fadly), 05,04, Bang Ilham 03, terimakasih atas motivasinya. Dan seluruh abang dan kakak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu terimakasih atas semuanya.

(7)

semuanya teman-teman seperjuangan yang sudah selalu memberikan semangat buat penulis thanks yah maaf tidak semua disebutin.

12.Kepada teman-teman satu kostan Wawan, B. Haggai, Bram, Silvi, Eli, Roma, K. lisha, Ruth, Wahman, sudung, Halim, Agus, Nur, Sangal, Dicky, Fadly, Rajes, Alez, Edy, Jacky, teman diluar sana (Johanes, Rio, Tety, Elsi, Loly, Lamhot, Ronald, Joshua) B. Jhan, B. Hanca teman-teman anak IMHU dan yang lainnya thanks yah.

Medan, Juli 2011 Penulis ( LEO M. PURBA)

(8)

DAFTAR ISI

Halaman Lembar Persetujuan

Lembar Pengesahan

ABSTRAK………...………...i

KATA PENGANTAR………...………ii

DAFTAR ISI………..………..iii

DAFTAR TABEL……….………..iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah………...……….1

1.2. Perumusan Masalah………...………...9

1.3. Tujuan Penelitian………...………...9

1.4. Manfaat Penelitian………..…………10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka………...………...…11

2.1.1. Sosialisasi………..……...….11

2.1.2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder………....……..11

2.1.3. Agen Sosialisasi…………...………..12

2.1.4. Tipe Sosialisasi………...………....…...12

2.1.5. Pola Sosialisasi………...………...…13

2.1.6. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan...14

(9)

2.1.8. Teori Fungsional………...………..17

2.1.9. Prinsip-prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan……...……...17

2.2. Defenisi Konsep………...….…19

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian………...……...20

3.2. Lokasi Penelitian………...………...21

3.3. Unit Analisis dan Informan………...……...21

3.4. Teknik Pengumpulan Data………...…………22

3.5. Interpretasi Data………...……....………24

3.6. Jadwal Penelitian………...…………...26

3.7. Keterbatasan Penelitian………...….26

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian………...………...29

4.1.1. Sejarah Desa Purbadolok………...…...29

4.1.2. Keadaan Geografis………...………....31

4.1.3. Pembagian Dusun Desa Purbadolok…………...………….…32

4.1.4. Keadaan Penduduk………...……...34

4.1.5. Sarana atau Fasilitas Umum………...……….36

4.1.6. Bidang Pemerintahan………...………....…41

4.1.7. Profil Informan………...…………...42

4.2. Interpretasi Data………...……….54

(10)

4.2.2. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM -MP di Desa

Purbadolok...60 4.2.3. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder Pemanfaatan Fasilitas

PNPM mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok………..61 4.2.4. Agen Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan

di Desa Purbadolok………....………...………...62 4.2.5. Pola Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok………...………...64 4.3. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok…...67 4.4. Pendanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok………....….71 4.5. Ketentuan Dasar PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok…...75 4.5.1. Swadaya Masyarakat di Desa Purbadolok…...………...77 4.5.2. Keberpihakan Kepada Perempuan di Desa Purbadolok……...…78 4.5.3. Sanksi pelanggaran kesepakatan yang dibuat dalam PNPM

Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok….………..79 4.5.4. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa Purbadolok……...…...80 4.5.5. Pendampingan Masyarakat dan Pemerintah Lokal

di Desa Purbadolok...81 4.6. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok…..……..82 BAB V PENUTUP

(11)
(12)

ABSTRAK

Program penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Isu-isu kemiskinan pun senantiasa dapat diselesaikan akar permasalahannya melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, PNPM Mandiri Perdesaan hadir untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri sebagai prioritas yang utama, khususnya terhadap masyarakat perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan diperdesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui berbagai pendirian fasilitas pembangunan di perdesaan. Dengan adanya pendirian berbagai macam fasilitas PNPM-Mandiri Perdesaan perlu dibarengi dengan yang namanya sosialisasi, sehingga nantinya pemanfaatan dari pada fasilitas tersebut benar-benar berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat dan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah terhadap masyarakat perdesaan selama ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaaan di Desa Purbadolok serta kekurangan-kekurangan apa saja yang timbul didalam pemanfaatannya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Dalam hal ini penulis memilih Fasilitator Kecamatan, Tim Pengelola Kegiatan (TPK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD), dan Kepala Desa sebagai sumber informan kunci dan masyarakat biasa sebagai sumber informan biasa dalam meperoleh data-data, dan informasi yang didapat dilapangan yang pada akhirnya di analisis sehingga mendapatkan kesimpulan.

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan desa memegang peranan yang penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan pada hakikatnya bersinergi terhadap pembangunan daerah dan nasional. Hal tersebut terlihat melalui banyaknya program pembangunan yang dirancang pemerintah untuk pembangunan desa. Hampir seluruh instansi, terutama pemerintah daerah mengakomodir pembangunan desa dalam program kerjanya. Tentunya berlandaskan pemahaman bahwa desa sebagai kesatuan geografis terdepan yang merupakan tempat sebagian besar penduduk bermukim. Dalam struktur pemerintahan, desa menempati posisi terbawah, akan tetapi justru terdepan dan langsung berada di tengah masyarakat. Karenanya dapat dipastikan apapun bentuk setiap program pembangunan dari pemerintah akan selalu bermuara kedesa.

(14)

pendidikan yang relatif masih rendah. Semuanya itu pada akhirnya berkontribusi pada kemiskinan penduduk.

Fakta tersebut menyebabkan pemerintah semakin intensif menggulirkan program dan proyek pembangunan dalam pelaksanaan pembangunan desa. Namun demikian program atau proyek yang diarahkan dalam pembangunan desa justru tidak dapat berjalan optimal, karena kebanyakan direncanakan jauh dari desa (Korten, 1988:247). Masyarakat masih dianggap sebagai objek/sasaran yang akan dibangun. Hubungan yang terbangun adalah pemerintah sebagai subjek/pelaku pembangunan dan masyarakat desa sebagi objek/sasaran pembangunan (Kartasasmita, 1996:144). Tingkat partisipasi dalam pembangunan masih terbatas, misalnya masih sebatas peran serta secara fisik tanpa berperan secara luas sejak dari perencanaan sampai evaluasi.

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan adalah program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan serta mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan khususnya di perdesaan.

(15)

perdesaan merupakan kelanjutan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Diantara keberhasilan Program Pengembangan Kecamatan (PPK) adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektifitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat (PTO PNPM mandiri, 2007).

Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 2 tahun 1957, ditingkat pusat, penyelenggaraan pembangunan masyarakat desa dilakukan sebuah badan, dengan sebutan Dewan Koordinasi Pembangunan Masyarakat Desa (DK-PMD). Adapun tugas DK-PMD, yaitu: (a) menentukan politik kebijaksanaan umum tentang urusan pembangunan masyarakat desa dan menentukan prinsip-prinsip pembangunan masyarakat desa; (b) mengadakan koordinasi usaha-usaha pembangunan masyarakat desa antar kementrian dan jawaban yang bersangkutan; dan (c) mengatur bahan materi dari badan-badan pemerintah sehingga merupakan kebulatan bantuan dan bermanfaat untuk ekonomi dan masyarakat desa pada khususnya (Pedoman Umum Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2008:21).

(16)

dikehendaki oleh masyarakat (Conyers, 1991:154-155). Ada kesiapan masyarakat untuk menghadapi dan menerima perubahan itu. Untuk itu keterlibatannya harus diperluas sejak perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, hingga pemanfaatannya, sehingga proses pembangunan yang dijalankan dapat memberdayakan masyarakat, bukan memperdayakan.

Dengan adanya peraturan pemerintah ditingkat pusat yang menyelenggarakan pembangunan masyarakat desa Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan sebagai program penanggulangan kemiskinan di pedesaan lebih mengutamakan pada peningkatan harkat dan martabat manusia seutuhnya dengan mendudukkan masyarakat sebagai pelaku utamanya melalui pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam desa tersebut, salah satunya adalah Desa Purbadolok.

(17)

irigasi persawahan yang tidak lancar, banyaknya jebol aliran sungai sehingga menimbulkan lahan petani yang lainnya tidak kebagian air dalam mengairi perladangan mereka dan hal ini mengakibatkan hasil pertanian menjadi semakin menurun yang terkadang hanya sebatas cukup untuk makanan sehari-hari, dan juga kondisi penghubung desa yang satu dengan yang lainnya tidak berjalan dengan lancar, hal ini disebabkan karena terputusnya jembatan atau banyaknya jembatan yang mengalami kerusakan, hal ini sangat jelas mendukung untuk dirikannya berbagai macam fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut.

Pembangunan desa secara konseptual mengandung makna proses dimana usaha-usaha dari masyarakat desa terpadu dengan usaha-usaha dari pemerintah. Tujuannya untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat. Sehingga dalam konteks pembangunan desa, paling tidak terdapat dua stakeholder yang berperan utama dan sejajar (equal) yaitu pemerintah dan masyarakat (Korten,1988:378).

Berlatar belakang pokok pikiran tersebut, penelitian ini bermaksud mengambil satu dimensi yang lebih khusus yaitu membahas tentang sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan.

(18)

Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan yang menerima dari hasil program tersebut. Yaitu didirikannya berbagai macam fasilitas dari PNPM tersebut yaitu: Mandi Cuci Kakus (MCK), pembuatan jalan dari rabat beton, membangun jembatan, irigasi persawahan, dam pengendali yang bertujuan mencegah erosi dan yang lainnya. Dimana tujuan dari didirikannya fasilitas tersebut tidak lain adalah untuk mensejahterakan masyarakat Purbadolok dan juga disisi lain adalah untuk menenggulangi kemiskinan. Misalnya seperti pendirian Mandi Cuci Kakus (MCK) dimana hampir disetiap desa pendirian Mandi Cuci Kakus (MCK) tersebut benar-benar dilakukan oleh Tim Pengelola Kegiatan (TPK). Selain itu juga pembangunan dari tali air persawahan juga telah benar-benar terealisasi kepada tiap-tiap petani yang memiliki lahan persawahan, jembatan yang dibangun juga sudah merupakan salah satu sarana dalam mempercepat interaksi warga masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, apalagi pada akhir-akhir ini masyarakat Desa Purbadolok sudah banyak yang mengalami kemajuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya (Sumber: Kantor Kepala Desa Purbadolok).

(19)

benar-benar efektif dipergunakan oleh masyarakat. Selain itu juga proses sosialisasi sangat penting dilakukan kepada masyarakat apalagi masyarakat yang tergolong masih rendah pengetahuannya terhadap hal yang baru seperti masyarakat desa Purbadolok yang lebih mementingkan memilih untuk bekerja keladang dan kesawah.

Sosialisasi dan penyebaran informasi dalam PNPM Mandiri Perdesaan merupakan upaya untuk memperkenalkan dan meyebarluaskan informasi mengenai program dan pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat. Upaya ini juga diharapkan menjadi media pembelajaran mengenai konsep, prinsip, prosedur, kebijakan, tahapan pelaksanaan dan hasil pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan kepada masyarakat luas.

Masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat penerima manfaat langsung kegiatan, yakni rumah tangga miskin, para pelaku program, instansi atau lembaga pendukung pelaksanaan pnpm mandiri perdesaan lainnya, baik dari kalangan pemerintah dan swasta, serta kelompok masyarakat umum lainnya.

(20)

program dalam masyarakat dan system pemerintahan regular, dapat berjalan optimal.

Guna mencapai pemahaman yang utuh tentang PNPM Mandiri Perdesaan di lokasi program, serta dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat luas terhadap keberadaan program, maka dalam pelaksanaannya, proses sosialisasi dan penyebaran informasi ini harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan oleh berbagai pihak. Baik dalam berbagai kesempatan dan kegiatan yang khusus dibuat oleh program maupun kesempatan dan kegiatan lain terdapat disetiap lokasi program (PTO PNPM Mandiri Perdesaan, 2008).

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok?

2. Siapa saja yang melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok?

1.3. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan terhadap suatu masalah tentu mempunyai tujuan tertentu. Tujuan penelitian adalah jawaban atas pertanyaan apa yang akan dicapai dalam penelitian itu menurut misi ilmiah (Sudarwan Danim, 2002:91). Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok.

(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya, serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu sosiologi.

2. Manfaat Praktis

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu. Dalam hal ini dengan adanya sosialisasi, masyarakat ditanamkan yang namanya nilai dan norma serta diajarkan peran-peran bagaimana dalam pemanfaatkan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan. Berdasarkan jenisnya, sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan sosialisasi sekunder (dalam masyarakat). (Kamanto Sunarto, 1993:23).

2.1.2. Sosialisasi Primer dan Sosialisasi Sekunder

(24)

didirikan. Oleh karena itu dengan adanya sosialisasi primer masyarakat mengetahui dengan sendirinya bagaimana pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.

Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam hal ini masyarakat diperkenalkan dengan sesuatu hal yang baru yang selama ini mungkin tidak akan pernah dirasakan oleh masyarakat perdesaan dalam meningkatkan pembangunan serta kesejahteraan masyarakat baik dari segi pembangunan infrastruktur, ekonomi dan yang lainnya. (Kamanto Sunarto, 1993:31).

2.1.3. Agen sosialisasi

Fuuler dan Jacobs dalam (Kamanto Sunarto 1993;30-35) mengidentifikasikan lima agen sosialisasi utama yaitu keluarga, kelompok bermain, media massa, dan system pendidikan. Dalam hal ini agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Namun dalam permasalahan ini pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat mandiri perdesaan adalah Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Badan Pengawas Desa (BPD), Kepala Desa (Kades)

2.1.4. Tipe Sosialisasi

(25)

dibentuk oleh pemerintah dan masyarakat yang memiliki tugas khusus dalam mensosialisasikan nilai, norma dan peranan-peranan yang harus dipelajari oleh masyarakat. Artinya adalah dalam menjalankan sebuah pembangunan perlu ada yang namanya lembaga yang memiliki aktor sebagai pensosialisasi terhadap masyarakat, dan aktor tersebut berfungsi untuk mengajarkan kepada masyarakat bagaimana dalam menjalankan nilai dan norma dalam pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, dan memberitahu kapada masyarakat seperti apa peranan dari pada pembangunan program tersebut. Sosialisasi informal adalah sosialisasi yang terdapat dalam pergaulan sehari-hari yang bersifat kekeluargaan. Artinya adalah bahwasanya sosialisasi informal ini bisa terjalin dalam sesama masyarakat, yang melakukan diskusi tentang bagaimana pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut.

2.1.5. Pola Sosialisasi

(26)

pemerintah. Sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila masyarakat yang menerima program PNPM mandiri tersebut berhasil dalam memanfaatkan fasilitas program tersebut secara otomatis akan mendapat yang namanya pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development) dari pemerintah.

2.1.6. Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan

(27)

Pensosialisasian cara-cara tersebut sangat perlu di berikan kepada masyarakat perdesaan, karena tanpa adanya sosialisasi yang diberikan, secara otomatis program yang didirikan tidak akan benar-benar efektif penggunaannya di dalam masyarakat. Dan pastinya akan banyak mengalami kekurangan-kekurangan yang dapat merugikan masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat perdesaan tersebut akan tetap mengalami stagnan yang begitu susah untuk dirubah.

Pada dasarnya masyarakat yang baru-baru mengenal yang namanya konsep pembangunan demi untuk mensejahterakan kehidupannya dengan cara memberikan bantuan dalam bentuk pendirian berbagai macam pembangunan seharusnya perlu diberikan sosialisasi yang baik serta mematangkan pola pemikiran masyarakat bagaimana caranya dalam menggunakan fasilitas yang diberikan pemerintah kepada masyarakat tersebut. Karena dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar yang diberikan kepada masyarakat tentunya akan mendapatkan imbalan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pemerintah selama ini.

(28)

pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut, sehingga pada akhirnya kegunaan dari pada fasilitas tersebut benar-benar efektif di dalam masyarakat perdesaan.

2.1.7. Teori Peran (Role Theory)

Sesuai dengan lanjutan teori sosialisasi, teori peran sangat berkaitan erat dengan yang namanya sosialisasi. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Walau Park menjelaskan dampak masyarakat atas perilaku kita dalam hubungannnya dengan peran, namun jauh sebelumnya Robert Linton (1936), seorang antropolog, telah mengembangkan teori peran. Teori peran menggambarkan interaksi social dalam terminology aktor-aktor yang bermain sesuai dengan apa yang di tetapkan oleh budaya. Sesuai dengan teori ini harapan-harapan peran merupakan pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku dalam kehidupan sehari-hari.

(29)

2.1.8. Teori Fungsional

Dengan adanya pemahaman tentang peranan dalam sebuah pembangunan akan saling melengkapai apabila dengan adanya konsep AGIL Suatu fungsi (function) adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan system (Rocher, 1975:40). Dengan menggunakan defenisi ini, Parson yakin bahwa ada empat fungsi penting diperlukan semua system Adaptation (Penyesuaian) A, Goal attainment (pencapaian tujuan) G, Integration (penyatuan) I, dan Latensi L atau pemeliharaan pola. Dengan adanya pola diatas dapat disimpulkan bahwa teori peran dalam konsep AGIL mendukung kajian tulisan peneliti melalui subbab sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.

2.1.9. Prinsip-prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan

Dalam pelaksanaannya, PNPM mandiri perdesaan menekankan prinsip-prinsip pokok, yang terdiri dari:

1. Transparansi dan Akuntabilitas. Masyarakat harus memiliki akses yang memadai terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan, sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dipertanggung-gugatkan, baik secara moral, teknis, legal maupun administratif.

(30)

3. Keberpihakan pada orang/ masyarakat miskin. Semua kegiatan yang dilaksanakan mengutamakan kepentingan dan kebutuhan masyarakat miskin dan kelompok masyarakat yang kurang beruntung.

4. Otonomi. Masyarakat diberi kewenangan secara mandiri untuk berpartisipasi dalam menentukan dan mengelola kegiatan pembangunan secara swakelola. 5. Partisipasi/ pelibatan masyarakat. Masyarakat terlibat secara aktif dalam

setiap proses pengambilan keputusan pembangunan dan secara gotong-royong menjalankan pembangunan.

6. Prioritas usulan. Pemerintah dan masyarakat harus memprioritaskan pemenuhan kebutuhan untuk pengentasan kemiskinan, kegiatan mendesak dan bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya masyarakat, dengan mendayagunakan secara optimal berbagai sumberdaya yang terbatas.

7. Kesetaraan dan keadilan gender. Laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahap pembangunan dan dalam menikmati secara adil manfaat kegiatan pembangunan tersebut.

8. Kolaborasi. Semua pihak yang berkepentingan dalam penanggulangan kemiskinan didorong untuk mewujudkan kerjasama dan sinergi antar-pemangku kepentingan dalam penanggulangan kemiskinan.

9. Keberlanjutan. Setiap pengambilan keputusan harus mempertimbangkan kepentingan peningkatan kesejahteraan masyarakat, tidak hanya untuk saat ini tetapi juga di masa depan, dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. (Petunjuk Teknis Operasional Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(31)

2.2. Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah atau defenisi yang dipergunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:37). Agar memperoleh pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi konsep sebagai beriku:

1. Sosialisasi adalah proses yang di transferkan atau di berikan oleh sebuah lembaga secara struktural kepada individu atau masyarakat yang bertujuan untuk menjalankan fungsi demi mencapai tujuan tertentu.

2. PNPM mandiri perdesaan adalah kebijakan atau program yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan yang dikhususkan kepada masyarakat perdesaan dengan berbasis memberdayakan masyarakat dan pembangunan partisipatif dengan tujuan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.

3. Masyarakat adalah sekumpulan individu atau kelompok yang mendiami sebuah permukiman dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berladang, bersawah dan yang lainnya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. 4. Pemanfaatan fasilitas adalah sarana dan prasarana yang dapat digunakan

(berdaya guna) untuk menunjang kegiatan masyarakat.

(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitan ini adalah penelitian studi deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Taylor dan Bogman (1984) dalam Bagong Suyanto dan Sutinah (2005 : 116) bahwa penelitan kualitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat diamati dari orang-orang yang diteliti. Penelitian kualitatif juga dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, tulisan, dan tingkah laku yang didapat dari apa yang diamati (Nawawi, 1994:203). Metode penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai sesuatu masalah (Danandjaja, 2005:30).

(33)

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbang Hasundutan Propinsi Sumatera Utara.

a. Lokasi ini dipilih karena merupakan salah satu daerah sasaran Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan.

b.Lokasi ini merupakan asal daerah peniliti sehingga memudahkan sipeneliti untuk mendapatkan data-data yang akan diperoleh secara benar dan akurat.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2002 : 121). Salah satu ciri atau karakteristik dari penelitian sosial (social scientific research) adalah menggunakan apa yang disebut dengan “unit of analysis”. Ada sejumlah unit analisis yang lazim digunakan pada kebanyakan

penelitian sosial, yaitu individu, kelompok dan sosial (Danandjaja, 2005 : 31).

Adapun yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah masyarakat yang terlibat dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.

3.3.2. Informan

(34)

(dua) jenis informan kunci dan informan biasa yang dapat mendukung penelitian. Maka dalam penelitian ini informan terbagi 2 (dua), yaitu:

1. Informan Kunci

Dalam penelitian ini yang menjadi informan kunci (key informan) adalah Fasilitator Kecamatan (F-Kec), Kepala Desa (Kades), Tim Pelaksana Kegiatan (TPK), Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Alasannya adalah didirikannya suatu program disebuah desa adalah karena persetujuan dari kepala desa, dan kepala desa adalah sebagai pokok utama dalam permasalahan ini.

2. Informan Biasa

Informan biasa adalah orang-orang yang dapat dijadikan sebagai pelengkap dari sumber informasi yang akan dicari. Yang menjadi informan biasa dalam penelitian ini adalah masyarakat biasa yang menggunakan fasilitas PNPM mandiri perdesaan tersebut. Alasannya adalah karena masyarakat biasalah yang menggunakan dari fasilitas program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok tersebut.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: A. Data Primer

(35)

1. Metode Wawancara

Teknik wawancara merupakan salah satu elemen penting dalam proses penelitian. Wawancara (interview) dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi atau data dari responden dengan cara bertanya langsung secara bertatap muka atau face to face. Namun, teknik wawancara dapt juga dilakukan dengan memanfaatkan sarana komunikasi lain, misalnya telepon dan internet ( Bagong Suyanto dan Sutinah, 2005 : 69). Wawancara merupakan sebuah percakapan antara 2 (dua) orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab (Sudarwan Danim, 2002 :130). Salah satu bentuk wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan wawancara tentang sosialisai pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.

2. Metode Observasi

(36)

atau fenomena pada situasi yang tamapak bahkan harus melakukan perenungan dan refleksi atas kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik penampakan itu. Observasi merupakan pengamatan langsung terhadap berbagai gejala yang tampak pada penelitian seperti masyarakat dan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. Hal ini ditujukan utuk mendapatkan data yang mendukung hasil penelitian tentang sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul.

B. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi dokumen majalah, jurnal, internet, laporan penelitian, artikel, dokumentasi, seta sumber-sumber lain yang dianggap relevan dan berkaitan dengan sosialisasi pemanfaatan fasilitas PNPM mandiri perdesaan.

3.5. Interpretasi Data

(37)

Interpretasi mempunyai dua aspek, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk menegakkan keseimbangan suatu penelitian, dalam pengertian menghubungkan hasil suatu penelitian dengan penemuan-penemuan lainnya. 2. Untuk membuat atau menghasilkan suatu konsep yang bersifat menerangkan

atau menjelaskan.

(38)

3.6. Jadwal penelitian

No Jenis Kegiatan

Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Pra observasi √

2 ACC judul √

3 Penyusunan proposal penelitian √ √

4 Seminar penelitian √

5 Revisi proposal penelitian √

6 PenyerahanHasil seminar proposal √

7 Operasional Penelitian √

8 Bimbingan √ √ √

9 Penulisan Laporan Akhir √ √

10 Sidang Meja Hijau √

3.7. Keterbatasan Penelitian

(39)

a. Faktor internal

Faktor internal adalah factor-faktor yang muncul dari dalam, yaitu factor-faktor dari penulis itu sendiri. Kendala-kendala tersebut meliputi keterbatasan waktu dan dan juga jarak lokasi penelitian yang sangat jauh sehingga memerlukan waktu yang lama dalam pengambilan data. Kendala lain adalah keterbatasan biaya dalam penulis dalam mengumpulkan data dilapangan.

b. Faktor eksternal

(40)

sebenarnya yang menjadi tujuan dari pertanyaan. Kendala lain yaitu ada sebagian dari informan yang takut untuk diwawancarai sehingga penulis harus mampu untuk meyakkinkan mereka.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Wilayah Penelitian 4.1.1.Sejarah Desa Purbadolok

(42)

persawahan penduduk, dan sebahagian terdapat lahan kosong yang sama sekali belum pernah dijamah oleh masyarakat Desa Purbadolok, kondisi tanah datar dan bergelombang sebahagian besar Warga Desa Purbadolok memiliki mata pencaharian bertani dengan komoditas pertanian padi, kopi, sayur-mayur dan sebahagian kecil masyarakat sebagai pedagang / wiraswasta.

Pada tahun 2010 di Desa Purbadolok telah didirikan berbagai macam perkantoran yaitu: Kantor Kebersihan, Kantor Departemen Agama (Depag), Kantor Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD), Kantor Pekerjaan Umum (PU), Kantor Badan Pusat Statistika (BPS), dan Kantor Samsat yang pada saat ini telah beroperasi aktif dan sudah dinikmati oleh masyarakat pada umumnya. Dan para pekerja yang ditempatkan di kantor tersebut sebagian berasal dari luar Kabupaten Humbanghasundutan.

(43)

4.1.2. Keadaan Geografis

Desa Purbadolok beriklim dingin, dengan curah hujan 1.819 mm, dengan ketinggian 1.000 – 1.500 m diatas permukaan laut. Letak Astronomis: Lintang Utara = 2° 09' - 2° 25' dan Bujur Timur = 98° 35' - 98° 49' dengan luas wilayah 1000 Ha. Dengan perincian dan jenis penggunaan tanah sebagai berikut: tanah sawah (88 Ha), tanah kering (503 Ha), bangunan pekarangan (70 Ha), lainnya (339 Ha), dan dengan jumlah (1000 Ha). (Sumber Kantor Camat Doloksanggul, 2009)

Adapun yang menjadi batas-batas Desa Purbadolok adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Lumbantobing

Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Lumbanluhut Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Sihite

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Purbamanalu

Pekarangan penduduk umumnya dimanfaatkan dengan tanaman muda seperti sayur-mayur, dan lebih banyak lahan di manfaatkan dengan tanaman tua seperti kopi bisa dikatakan disekeliling permukiman penduduk dan hal inilah yang menyebabkan komoditas utama hasil pertanian dari Desa Purbadolok adalah salah satunya kopi. Dan sebahagian lagi lahan digunakan sebagai pekarangan untuk peternakan, dimana masyarakat Desa Purbadolok masing-masing memiliki hewan peliharaan meskipun dengan jumlah yang tidak begitu banyak seperti, kerbau, ayam, bebek, babi, dan yang lainnya.

(44)

hasil peternakan tersebut dapat juga menambah pendapatan rumah tangga yaitu dengan menjual telur dari ayam maupun telur bebek tersebut.

4.1.3. Pembagian Dusun Desa Purbadolok

Desa Purbadolok di bagi menjadi 3 (tiga) dusun, yang awalnya adalah merupakan permukiman penduduk yang didirikan diatas lahan pribadi dan kemudian menjadi satu dusun, yaitu sebagai berikut:

1. Dusun I : Tarajuang

Dusun ini terletak disepanjang jalan utama sebelah timur menuju Desa Purbadolok yang bersebelahan dengan Desa Purbamanalu dengan posisi permukiman penduduk yang berhadap-hadapan dan dibatasi oleh pasar hitam. Salah satu SD (Sekolah Dasar) terdapat ditempat ini sehingga dipagi hari sampai siang dusun ini bisa dikatakan ramai dan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Kegiatan penduduk di dusun ini adalah sebagai petani dan wiraswasta, dan didusun ini masih banyak terdapat lahan kosong yang belum sama sekali dijamah oleh penduduk Dusun Tarajuang, sebahagian lagi arealnya adalah lahan tanaman kopi dan sayur-mayur yang secara langsung untuk dikonsumsi oleh penduduk sehari-hari mengingat pekan hanya buka satu kali dalam seminggu. Penduduk dusun ini mayoritas beragama Kristen protestan, hanya sebahagian kecil yang beragama muslim.

2. Dusun II : Sosortapian

(45)

lahan perladangan dan persawahan yang hampir setiap penduduk memiliki berbagai macam tanaman pribadi. Dusun ini tepat berada di pertengahan Desa Purbadolok yang memiliki jalan lintas menuju dusun I dan dusun III. Penduduk dusun II jauh lebih banyak dari pada penduduk dusun I dan dusun III karena selain memiliki jalan lintas juga sebagai pusat Desa Purbadolok, dan dusun ini juga didiami oleh kepala desa (Kades) dan juga sebahagian kecil didiami oleh pedagang / wiraswasta. Didusun ini sudah ada yang namanya terdapat sarana umum yaitu balai desa dan juga berbagai perkantoran yang secara umumnya digunakan oleh masyarakat Desa Purbadolok bahkan sampai kepada masyarakat kecamatan doloksanggul. Didusun ini juga sudah beragam jenis bangunan yang kita temukan seperti bangunan rumah yang pada dulunya hanya terdapat dari non permanen dan permanen bahkan sampai pada rumah yang terbuat dari papan, namun pada saat sekarang ini sudah banyak terdapat rumah yang memiliki model baru. Dan aktivitas masyarakat di dusun ini sudah bervariasi mulai dari berdagang, wiraswasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan petani. Hal tersebutlah yang membuat penduduk dusun ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan dusun satu dan dusun tiga. Dusun II ini mayoritas beragama Kristen protestan dengan bersukukan Batak Toba.

3. Dusun III : Lumbangorat

(46)

petani, dan jenis pertaniannya adalah padi, sayur-mayur, cabai, dan meskipun komoditas utamanya tetap dari hasil pertanian kopi serta yang lainnya. Hasil pertanian tersebut akan dijual ke pasar doloksanggul setiap hari jumatnya dan sebahagian hasil penjualannya akan sekaligus dibelanjakan untuk kebutuhan keluarga dalam seminggu. Permukiman penduduk didusun ini sangat berbeda dengan dusun satu dan dusun dua, karena faktor kerataan tanah yang tidak sama dan masih banyak terdapat permukiman yang berbukit-bukit. Jarak dari dusun dua kedusun ini bisa ditempuh sekitar 20 menit. Kondisi masyarakat di dusun ini sangat lengakap dengan ketersediaan air dalam mendukung aktivitas pertanian sehingga masyarakat tidak kesusahan dalam mengairi perladangan mereka masing-masing. Hasil pertanian juga jauh lebih baik dari pada hasil pertanian di dusun satu maupun dusun dua selain tanahnya yang subur juga dilengakapi dengan pupuk kompos yang terdapat dari hewan peliharaan masyarakat di dusun tiga. Dusun III ini sama halnya dengan dusun II mayoritas beragama Kristen protestan dan sebahagian kecil beragama Islam serta bersukukan batak batak toba.

4.1.4. Keadaan Penduduk

(47)

dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Untuk lebih jelas, komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada table berikut ini:

Table 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Nama dusun Laki-laki Perempuan Jumlah/KK 1.

(48)

4.1.5. Sarana atau Fasilitas Umum

Sarana atau fasilitas umum di Desa Purbadolok belum dapat dikatakan lengkap bahkan bisa dikatakan masih sangat kurang. Kondisi ini disebabkan karena perkembangan desa sendiri belum berkembang dengan pesat dan baik. Dengan harus menempuh jarak 2 km dari Desa Purbadolok ke Ibukota Kecamatan Doloksanggul, mengingat transportasi masih sangat sulit sehingga jarak tersebut terasa sangat jauh. Hal inilah yang membuat susahnya masyarakat dalam memperoleh sesuatu seperti dalam mendapatkan berbagai macam bantuan dari pemerintah setempat, dan harus memperoleh bantuan tersebut dengan menempuh jarak yang jauh kekota Kecamatan Doloksanggul. Meskipun dengan keadaan fasilitas yang masih terbilang kurang lengkap akan tetapi masyarakat Desa Purbadolok masih mampu dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari dan tidak harus serba berketergantungan dengan fasilitas yang ingin dibutuhkan akan tetapi masih mampu mempergunakan dengan apa yang ada di tengah-tengah alamnya sendiri, hingga pada saat ini masyarakat Desa Purbadolok masih banyak terdapat yang menggunakan alat-alat tradisional dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

4.1.5.1. Fasilitas Pendidikan

(49)

pendidikan cenderung akan menambah tingkat kemiskinan. Oleh sebab itu, pendidikan adalah salah satu metode yang sangat penting dalam menjalankan sosialisasi pemanfaatan fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) mandiri perdesaan di Desa Purbadolok. Adapun sarana-sarana pendidikan yang ada di Desa Purbadolok adalah sebagai berikut :

Table 2. Fasilitas Pendidikan di Desa Purbadolok

No Keterangan Jumlah/unit Jumlah murid

1 2 3

TK SD SLTA

1 2 2

50 orang 300 orang 1.800 orang

Jumlah 5 unit 2.150 orang

Sumber: Data diolah penulis, 2011

(50)

4.1.5.2. Fasilitas Kesehatan

Fasilitas kesehatan di desa purbadolok masih sangat minim atau bisa dikatakan tidak sesuai dengan jumlah penduduk baik dari segi peralatan medis, maupun tenaga kesehatannya. Seperti yang kita lihat dilapangan jumlah ibu-ibu yang sedang hamil masih sangat besar, sementara hal tersebut sangat membutuhkan yang namanya pemeriksaan yang rutin ke bidang yang bersangkutan. Selain itu juga dokter spesialis juga tidak ada didapat di Desa Purbadolok, sehingga sebagian masyarakat masih melakukan pengobatan alternative yaitu memilih orang pintar atau dengan sebutan lain yaitu dukun untuk melakukan penyembuhan terhadap penyakit yang dialami oleh masyarakat Desa Purbadolok. Hal inilah yang mengakibatkan bahwasanya yang namanya tenaga kesehatan tersebut sangat perlu ditambah di setiap desa-desa yang lainnya. Adapun sarana atau fasilitas kesehatan yang terdapat di Desa Purbadolok adalah sebagai berikut:

Table 3. Sarana atau Fasilitas Kesehatan di Desa Purbadolok

No keterangan Jumlah/unit

1 2

Bidan desa Toko obat

3 1

(51)

4.1.5.3. Fasilitas Keagamaan di Desa Purbadolok

Fasilitas atau sarana keagamaan di Desa Purbadolok juga tidak lengkap. Hal ini dapat penulis paparkan bahwasanya masyarakat Desa Purbadolok yang mayoritas beragama Kristen Protestan harus melakukan peribadatan kegereja yang berada di Ibukota Kecamatan Doloksanggul dengan menempuh jarak ± 2 km. Disana dapat kita melihat bahwasanya masyarakat yang ingin melakukan ibadah harus dengan menggunakan jalan kaki dan sebahagian warga Desa Purbadolok ada juga yang menggunakan kendaraan pribadi seperti: sepeda motor, mobil, dan angkutan lainnya. Seperti halnya di perdesaan masyarakat Desa Purbadolok tidak begitu sering dalam melakukan ibadah, bahkan sebahagian masyarakat ada yang lebih memilih untuk tinggal di warung dan melakukan aktivitas yang lainnya. Dan yang penulis temukan adalah anak-anak atau remajalah dan sebahagian orang dewasa sajalah yang sering melakukan ibadah kegereja, hal ini mungkin disebabkan karena faktor jarak tempuh yang cukup jauh dari rumah menuju tempat peribadatan.

(52)

terjaga. Hal ini dapat kita lihat pada saat penulis melakukan wawancara dengan informan yang keduanya adalah berbeda agama.

Meskipun sarana dan prasarana keagamaan yang begitu kurang lengkap di Desa Purbadolok akan tetapi masyarakatnya masih memiliki yang namanya kelompok yang dinamakan kumpulan doa antara sesama marga yaitu ada kumpulan doa keluarga besar purba, dan kumpulan doa marga-marga yang lainnya. Di Desa Purbadolok masih sering kita temukan yang namanya kebaktian dari gereja atau lebih akrab disebutkan dalam bahasa batak toba yaitu (partamiangan lingkungan) yang masing-masing lingkungan dipimpin oleh penatua dari gereja yang berasal dari lingkungannya sendiri. Dan hal ini juga dilakukan bukan hanya merupakan dari satu gereja saja melainkan tiap-tiap gereja yang dikunjungi oleh masyarakat Desa Purbadolok. Selain itu juga masyarakat Desa Purbadolok sebagian warganya merupakan anggota dari kelompok ina par hari kamis di dalam gereja yang mereka jadikan sebagai tempat peribadatan. Begitu juga halnya dengan masyarakat Desa Purbadolok yang menganut agama islam, dimana masyarakatnya juga memiliki yang namanya perkumpulan perwiritan dan kelompok doa mengaji dan kedua perbedaan keyakinan tersebut saling menjaga yang namanya rasa saling menghormati.

(53)

jumlah pengunjung sekitar 520 jiwa, GBI (Gereja Bethel Indonesia) dengan jumlah pengunjung sekitar 156 jiwa. Sama halnya dengan penduduk masyarakat Desa Purbadolok yang beragama islam, dimana mereka melakukan peribadatan di masjid yang mana jumlah dari masjid yang penulis temukan dilapangan adalah satu unit dengan jumlah pengunjung sekitar 443 jiwa.

4.1.6. Bidang Pemerintahan

(54)

peraturan yang ada yaitu sekali dalam lima tahun, selanjutnya adalah Bapak Tohap Purba, Lordminto Simatupang, dan hingga pada saat ini yang dipimpin oleh Bapak Rimson Eledon Purba. Dalam melaksanakan roda pemerintahan desa, kepala desa tetap menjalin kerjasama yang baik antar unsur pemerintahan kepala desa dengan masyarakat desa yaitu seperti antara sekretaris desa, tim desa, dan kelompok yang ada di desa tersebut. Selain itu juga kepala desa sangat menjaga yang namanya hubungan atau kerja sama yang baik antara lembaga desa seperti Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), Perangkat Desa, Program Pengembangan Desa (PPD), dan tokoh masyarakat desa setempat maupun tokoh antar dusun. Karena dengan adanya roda pemerintahan yang visi dan misinya menjalin hubungan yang baik, maka segala sesuatunya kegiatan di dalam desa tersebut akan dapat diselesaikan dengan baik dan penuh dengan manfaat bagi masyarakat desa. Terlebih-lebih dalam menyelesaikan kegiatan yang berhubungan dengan pembangunan serta peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan salah satunya adalaha program PNPM-MP, dimana pola hubungan yang erat antar masyaraka sangat dibutuhkan demi menunjang tercapainya fungsi yang tampak bermanfaat bagi masyarakat Desa Purbadolok.

4.1.7. Profil Informan

4.1.7.1. Profil Informan Kunci

4.1.7.1.1.Fasilitator Kecamatan (F-Kec) : Sahata Purba S.H

(55)

lokal dalam mengelola pembangunan secara mandiri diwilayahnya. Salah satu dari pendampingan dari fasilitator tersebut adalah Fasilitator Kecamatan (F-Kec). Fasilitator Kecamatan (F-Kec) yang bertugas dalam pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok bernama Sahata Purba S.H Bertugas sejak tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun 2010 yang dulunya menjabat sebagai PjOK (Pejabat Operasional Kabupaten). Beliau pada awalnya merupakan Pejabat Operasional Kabupaten (PjOK) yang bertugas di tingkat kabupaten yang menangani program PNPM-MP di tingkat kabupaten dan pada akhirnya diangkat sebagai fasilitator kecamatan (F-Kec) yang menangani program PNPM-MP di tingkat kecamatan dan desa.

(56)

lembaga pendidikan formal. Alasan beliau mengatakan perlunya ada sosialisasi yang baik dan benar terhadap masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas PNPM-MP adalah untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dalam memanfaatkan fasilitas program PNPM-MP nantinya. Dan beliau juga mengatakan dengan adanya sosialisasi yang baik dan benar besar kemungkinan fasilitas program akan bermanfaat bagi masyarakat Desa Purbadolok.

4.1.7.1.2 Tim Pengelola Kegiatan : M. Purba

Tim pengelola kegiatan (TPK) terdiri dari anggota masyarakat yang dipilih melalui musyawarah desa secara jujur dan adil, sosialisasi yang mempunyai fungsi dan peran untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan di desa dan mengelola administrasi, serta keuangan PNPM Mandiri Perdesaan. TPK sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Dalam hal ini di Desa Purbadolok, yang terpilih menjadi ketua TPK adalah Bapak M. Purba, beliau sangat mempunyai yang namanya peran yang sangat penting dalam program tersebut, beliau bertugas dan berperan untuk mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan. Bapak M. Purba berumur 63 tahun dan sudah berumah tangga, memiliki 6 (enam) orang anak. Lima orang diantaranya sudah menikah dan berumahtangga sedangkan anak terahir masih kuliah di salah satu Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Medan. Dan istri beliau bekerja sebagai petani dan ibu rumah tangga.

(57)

Batak Toba dan Beragama Kristen protestan. Di Desa Purbadolok beliau cukup dikenal dengan sosok yang ramah dan pandai bergaul, oleh karena itu masyarakat sangat mengenal dekat dengan karakter beliau. Selain itu juga beliau selalu mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak-anaknya dan juga kepada pemuda-pemudi di Desa Purbadolok dan selalu menanamkan kepada anak-anaknya dan pemuda-pemudi setempat apa itu yang disebut dengan pantun yang berisikan hal ajakan “ Pantun Hangoluan Tois Hamatean” yang artinya jika seseorang itu baik pasti akan mendapat kemudahan dalam segala hal dan sebaliknya.

Sesuai dengan apa yang dikatakan oleh bapak ini adalah program PNPM Mandiri Perdesaan sangat bermanfaat besar terhadap masyarakat tertinggal atau masyarakat perdesaan karena disisi lain program ini memiliki potensi besar bagi masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sendiri. Dan oleh sebab itu perlu didukung oleh sosialisasi terhadap masyarakat bagaimana dalam memanfaatkan fasilitas itu nantinya. Sehingga kedatangan dari pada program tersebut tidak sia-sia terhadap masyarakat.

4.1.7.1.3. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) : AH. Purba

(58)

pembentukan badan kerja sama antar desa. Di Desa Purbadolok yang terpilih menjadi BPD nya adalah Bapak AH. Purba. Beliau berumur 50 tahun dan sudah berumah tangga, bapak ini merupakan penduduk asli di Desa Purbadolok yaitu tepatnya di dusun tiga. Pekerjaan bapak ini sehari-hari merupakan wiraswasta, dengan pendidikan terakhirnya adalah tamatan Diploma Tiga (D-3) sementara istri beliau merupakan seorang petani.

Beliau sebelum menetap di Desa Purbadolok pada awalnya berada di Jakarta membuka usaha kecil-kecilan, namun pada akhirnya memilih untuk kembali kekampung halaman dan menetap di dusun tiga yaitu Lumbangorat. Bapak ini memiliki 2 (dua) orang anak diantaranya satu orang perempuan dan satu orang laki-laki dan anak perempuan bapak ini sudah menikah dan memiliki satu orang anak, sementara anak terakhir beliau masih duduk dibangku Sekolah Dasar (SD). Selain memiliki lahan perladangan, beliau juga memiliki hewan ternak diantaranya seperti ayam, babi, dan bebek. Hal ini beliau lakukan adalah untuk keinginan semata dengan memanfaatkan kondisi lingkungan tempat tinggal yang merupakan pemukiman pertanian. Selain itu juga beliau terkenal sebagai orang yang ramah terhadap masyarakat lainnya dan selalu penuh dengan sifat kerendahan hati yang membuat masyarakat setempat merasa senang melakukan pembicaraan dengan beliau.

4.1.7.1.4. Kepala Desa (Kades) : Rimson Eledon Purba

(59)

pelembagaan prinsip dan prosedur PNPM Mandiri Perdesaan sebagai pola pengembangan partisipatif, serta pengembangan dan pelestarian aset PNPM Mandiri Perdesaan yang telah ada di desa. Kepala desa juga berperan mewakili desanya dalam pembentukan forum musyawarah atau badan kerja sama antar desa. Kepala Desa (Kades) di Desa Purbadolok ini adalah Bapak Rimson Eledon Purba dan Beliau merupakan penduduk asli Desa Purbadolok. Bapak ini berumur 46 tahun dan sudah berumah tangga serta memiliki 3 (tiga) orang anak. Bapak ini bersukukan Batak Toba dan menganut agama Kristen Protestan. Pendidikan terakhir beliau adalah Strata-1 (S1), tamatan dari salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Surabaya dan istrinya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Pekerjaan sehari-hari adalah sebagai Kepala Desa di Desa Purbadolok.

(60)

supaya kiranya nanti berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah pada saat ini.

4.1.7.2. Profil Informan Biasa 4.1.7.2.1. A. Situmorang

Masyarakat biasa pada umumnya tidak semuanya mengetahui dalam pelaksanaan tahapan program PNPM Mandiri Perdesaan bahkan sampai pada penggunaan fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok, karena masyarakat mungkin bisa jadi disibukkan oleh pekerjaan mereka sebagai petani dan lebih memilih atau mengutamakan pertanian mereka dari pada rasa keingin tahuan mereka terhadap adanya berbagai macam program yang ingin di dirikan di setiap dusun di Desa Purbadolok. Salah satunya adalah Bapak A. Situmorang. Bapak ini berumur 50 tahun, sudah berumah tangga dan memiliki 6 (enam) orang anak tiga diantaranya sudah tamat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) dan sudah merantau ke Kota Medan dan Jakarta sementara anak keempat, kelima, dan keenam masih duduk di bangku sekolah lanjutan tingkat atas dan lanjutan tingkat pertama. Beliau merupakan penduduk asli di Desa Purbadolok dengan pekerjaan sehari-harinya adalah sebagai petani beserta istrinya. Agama yang dianut bapak ini adalah Agama Kristen protestan dengan bersukukan Batak Toba.

(61)

dengan bapak ini sangat begitu mudah tidak ada tempat yang lain selain dari pada rumah dan ladangnya. Pendidikan terakhir beliau adalah tamatan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Selain dari pada bertani beliau juga memiliki hewan ternak diantaranya adalah kerbau,babi, dan ayam. Selain memiliki hawan ternak beliau juga memiliki kebun kopi yang cukup luas dan bisa dikatakan setengah pendapatan rumah tangga merupakan dari hasil penjualan kopi.

4.1.7.2.2. M. Purba

(62)

4.1.7.2.3. B. Purba

(63)

4.1.7.2.4. T. Purba

T. Purba merupakan penduduk asli Desa Purbadolok. Beliau berumur 42 tahun, pekerjaan beliau sehari harinya adalah petani. Beliau sudah berumah tangga dan memiliki 3 (tiga) orang anak ketiga anaknya tersebut adalah laki-laki, dan paling besar masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) kelas V (lima). Beliau bersukukan Batak Toba serta beragama Kristen protestan. Selain bertani beliau memiliki usaha kecil yaitu denganmembuka warung kecil yang menjual jajanan anak-anak serta alat mainan anak-anak pada umumnya, dan hal tersebutlah merupakan pekerjaan siistri selain mengurus rumah tangga. Kondisi bapak ini bisa membuka warung kecil di depan rumah adalah karena bertepatan berhadapan dengan jalan yang terbuat dari rabat beton serta dilewati anak-anak jikalau hendak bepergian kesekolah. Pendidikan terakhir beliau adalah tamatan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), Sebelum memilih untuk tinggal di desa beliau sempat tinggal dijakarta karena keadaan tidak memungkinkan beliau pulang kekampung dan memilih untuk menikah serta menetap tinggal di desanya sendiri.

(64)

berteman selain itu juga beliau cukup aktif dalam berbagai kelompok masyarakat serta menghadiri berbagai macam rapat di desa.

4.1.7.2.5. S. Sihite.

(65)

4.1.7.2.6. J. Purba

Bapak J. Purba merupakan seorang petani padi, kopi, sayur-mayur, dan jenis palawija lainnya. Beliau merupakan penduduk asli Desa Purbadolok dan beliau berumur 42 tahun. Beliau sudah berumah tangga dan beristrikan ibu boru butar-butar memiliki 2 orang anak yang keduanya adalah sama-sama duduk dibangku SD. Pendidikan terakhir beliau adalah tamatan dari Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Selain dari bertani beliau hanya memiliki satu jenis ternak yaitu ayam. Aktivitas beliau sehari-harinya adalah dihabiskan dengan bekerja di perladangan yaitu dengan memulai pekerjaan keladang dilakukan dari pagi sampai sorenya dengan membawa bekal makan siang ke pematang sawahnya. Beliau termasuk petani yang cukup beruntung dalam pertanian karena hasil dari pertanian seperti sayur-mayur, dan kopinya bisa dikatakan cukup baik, dan setiap hari pekan beliau selalu mendapatkan hasil penjualan dari hasil pertaniannya dan pendapatan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya. Karena dengan kondisi rumah yang lumayan jauh dari jalan besar serta jalanan yang masih banyak terdapat mengalami kerusakan sehingga membuat bapak ini merasa kewalahan dalam mengangkut hasil pertanian untuk dipasarkan dan hanya mengandalkan sorong atau beko roda satu untuk dijadikan sebagai alat angkut ke pekan. Meskipun demikian dari hasil pertanian tersebut Beliau sudah memiliki rumah sendiri meskipun masih hanya terbuat dari kayu.

(66)

4.2. Interpretasi Data

4.2.1. Latar Belakang PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok

Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM Mandiri Perdesaan). PNPM Mandiri Perdesaan adalah program untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan. PNPM mandiri perdesaan merupakan kelanjutan Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil. Diantara keberhasilan PPK adalah penyediaan lapangan kerja dan pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, dan keberhasilannya menumbuhkan kolektivitas dan partisipasi masyarakat (PTO PNPM mandiri, 2007).

Kemiskinan yang dialami oleh masyarakat Indonesia secara umum dan masyarakat Desa Purbadolok secara khusus selama ini merupakan permasalahan yang sangat kompleks. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tidak bisa dilakukan oleh sepihak saja melainkan harus dengan adanya berbagai macam bentuk bantuan yang berasal dari pemerintah dan pihak yang peduli dengan masyarakat perdesaan, salah satunya adalah program PNPM Mandiri Perdesaan. Menurut Bapak AH. Purba (50 thn) selaku Badan Pengawas Desa (BPD), mengatakan bahwasanya PNPM Mandiri Perdesaan itu adalah sebagai berikut:

“……….menurut saya PNPM Mandiri Perdesaan itu adalah suatu program yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemiskinan, meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melakukan pembangunan fasilitas di desa, dan membuat masyarakat desa menjadi lebih berpotensi misalnya di desa ini adalah daerah pertanian oleh karena itu masyarakat harus bisa lebih meningkatkan produktivitas hasil pertanian mereka disebabkan karena sudah adanya program dari pemerintah………”

(67)

Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannnya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan. Sedangkan misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah peningkatan kapasitas masyarakat dan kelembagaannya, pelembagaan system pembangunan partisipatif, pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat, pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.

(68)

“……… sosialisasi pertama dilakukan waktu Musyawarah Antar Desa (MAD) setelah menerima kesepakatan, baru di hari kedua kita melakukan sosialisasi di setiap desa, dan sosialisasi hari kedua tersebut yang berada di desa kita sekalian mengajarkan atau memberitahu bagaimana dan seperti apa kegunaan dan manfaat dari pada fasilitas tersebut serta bagiaman caranya dalam memanfaatkan fasilitas PNPM Mandiri Perdesaan tersebut apabila sudah benar-benar didirikan nantinya. Dalam musyawarah yang terjadi di desa, masyarakat desa memilih siapa yang pantas diangkat sebagai TPK, BPD, TPU dan tim pengawas fasilitas (pemeliharaan) setiap bulannya dan yang lainnya. Dalam sosialisasi tersebut materi yang di berikan adalah tentang perencanaan, pemeliharaan, sampai kepada pelaksanaan kegiatan……….”

(Sumber: Hasil Wawancara, April 2011)

Adapun hal-hal yang dilakukan oleh fasilitator kecamatan dalam mensosialisasikan program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok yang sekaligus masyarakat desa dipercayakan dalam memilih siapa yang pantas diangkat sebagai TPK, BPD, TPU, dan kelompok lainnya adalah karena kondisi masyarakat yang berada pada posisi kemiskinan dan jauh dari tingkat kesejahteraan, dan juga Fasilitator Kecamatan beranggapan bahwasanya dengan mereka memilih siapa yang pantas diangkat sebagai pengurus dalam program PNPM Mandiri Perdesaan nantinya mungkin lebih memacu semangat masyarakat dalam menghadiri berbagai rapat atau musyawarah, menjaga fasilitas yang telah didirikan nantinya serta mempermudah masyarakatnya dalam mengangkut hasil pertanian mereka untuk dipasarkan.

(69)

Namun pada kenyataannya seperti apa yang penulis temukan dilapangan baik dengan melakukan wawancara, ketika dilakukan sosialisasi masyarakat masih banyak untuk memilih pergi ke ladang masing-masing dan memiliki pendapat hanya orang yang memiliki kepentingan tersendirilah yang mengikuti musyawarah tersebut selain itu juga masyarakat Desa Purbadolok masih banyak yang memiliki jiwa yang tidak mau tahu akan hal-hal baru yang ingin didirikan di desanya sendiri dan juga masih terdapat masyarakatnya yang berjiwa keras artinya adalah ketika dilakukan musyawarah masyarakat masih memilih untuk nongkrong di kedai dari pada ikut serta dalam musyawarah tersebut.

Sesuai dengan konsep pembangunan fasilitas program PNPM Mandiri Perdesaan di Desa Purbadolok yaitu Tapature Ma Hutatta yang mengarah pada Local Economic Development (Pembangunan Economic Local), yang mana artinya adalah mari kita sama-sama membangun desa kita sendiri dengan memanfaatkan sumber daya alam yang kita miliki demi untuk menuju desa yang mandiri dan sejahtera.

(70)

“………keberadaan MCK ini sebenarnya tidak begitu bermanfaat bagi kami karena didusun kami ini sudah rata-rata punya kamar mandi lengkap dengan PAM nya. Itu didirikan lebih banyak dimanfaatkan oleh masyarakat desa lain yang kebetulan berdekatan dengan lokasi pendirian fasilitas. Sementara kalau masyarakat kami sendiri sebagai dusun III palingan memanfaatkannya pada saat bekerja disawah kebetulan lokasinya berdekatan dengan sawah milik masyarakat dusun III, dan itu pun dimanfaatkan hanya dengan mencuci kaki dan basahan dari bekas lumpur sawah, selainnya tidak ada. Dan yang paling penting sebenarnya bagi kami adalah irigasi pertanian dan seandainya daerah aliran sungai baik hasil produksi pertanian kami pasti lebih baik, dohot denggan……….”

(Sumber: Hasil Wawancara, April 2011)

Sedangkan dalam fasilitas MCK yang terletak di dusun II, meskipun berdekatan dengan rumah penduduk, masih tetap mengalami yang namanya kurang efektifitas dalam memanfaatkannya. Seperti yang penulis temukan dilapangan keadaan MCK tersebut sangat memprihatinkan dimana kran dari PAM nya mengalami kerusakan, dinding dari bangunan ditumbuhi jamur, kotoran manusia berserakan dan bau yang tak sedap. Sementara bangunan dari pada MCK tersebut masih bagus dan utuh serta dilengkapi dengan atap yang terbuat dari seng dan memiliki teras tersendiri. Seperti yang dituturkan oleh Bapak M. Purba (32 thn) mengatakan:

“………..sebenarnya dengan didirikannya MCK tersebut, kebutuhan masyarakat sangat tertolong, apalagi fasilitas tersebut didirikan berdekatan dengan pasar hitam, namun karena tidak adanya pemeliharaan dan pengawasan yang ketat fasilitas tersebut menjadi buta dimasyarakat seperti kran air diobok-obok, pintu dibanting, gabe sodiatturehon akka jolmai be………”

(Sumber: Hasil Wawancara, April 2011)

(71)

bahwasanya irigasi tersebut sangatlah di butuhkan oleh masyarakat Desa Purbadolok, mengingat lahan pertanian masyarakat yang sebahagian besar merupakan lahan kering yang mengharapkan adanya air adalah karena turunnya air hujan selain itu masyarakat sangat sulit dalam mengolah pertanian pada saat musim kering. Namun pada kenyataannya berbeda dengan apa yang penulis temukan dilapangan yang tidak sepantasnya dilakukan oleh masyarakat terhadap fasilitas tersebut mengingat bahwasanya fasilitas itu sangat begitu berguna untuk masyarakat justru menjadi sebaliknya. Seperti apa yang dituturkan oleh Bapak A. Situmorang (50 thn) mengatakan:

“…………itu didirikan berbarengan dengan masyarakat lagi musim-musimnya bekerja disawah, dan pada saat itu masyarakat tidak mau tahu hal dan seperti apa yang mau didirikan, dan saya sendiri juga tidak mengetahui apa dari kegunaan dari pada fasilitas tersebut, dan hal itu juga terbukti dari apa yang kita lihat dilapangan. Banyak teman-teman yang lainnya bagaimana mendapatkan air lebih cepat dengan melakukan cara yang tidak sepantasnya seperti melobangi drainase air, membuat pipa tersendiri untuk mendapatkan air kesawahnya, mengorek dinding drainase dengan tujuan menghilangkan rerumputan yang tumbuh disekitar sawah pada hal perbuatan ini sangat mempermudah terjadinya kerusakan pada aliran drainase, massam-massam ma di bahen akka jolmai boha asa hatop dapot aek…………”

(Sumber: Hasil Wawancara, April 2011)

Gambar

Table 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Table 2. Fasilitas Pendidikan di Desa Purbadolok
Table 3. Sarana atau Fasilitas Kesehatan di Desa Purbadolok

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, bahasa dan media adalah asumsi dari teori interaksionisme yang bisa dikonfirmasi sebagai proses komunikasi dalam mengintegrasi masyarakat yang

keterprediksian laba, faktor resiko sistematis (Beta), struktur modal, serta ukuran perusahaan. Untuk membuktikan sesuatu yang baru dalam upaya meningkatkan kerelevenan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di SMAS Taman Mulia Sungai Raya, penggunaan metode mengajar guru pada mata pelajaran sosiologi masih

Tujuan penulisan laporan akhir ini adalah membuat sistem informasi e-learning pada SMA Negeri 4 Palembang yang meliputi proses pengolahan data kelas, data mata pelajaran,

Koefisien regresi variabel iklim komunikasi (β3= 0,390) memberikan makna bahwa pada kondisi ceteris paribus , jika skor rata-rata luas lahan meningkat sebesar

Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu; (2) norms ; yakni berbagai

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

“Aku harus merawat kerbau ini dengan baik apabila Si Boke datang suatu kali kepadaku dia tidak akan kecewa karena aku merawat kerbau ini dengan baik,” pikir sang guru.. Kerbau itu