• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X di Unit Radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan Tahun 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X di Unit Radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan Tahun 2010"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR – X DI UNIT RADIOLOGI RS AL DR. KOMANG MAKES

BELAWAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh :

NIM 071000256

LORA HELENA KARO KARO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

DI UNIT RADIOLOGI RS AL DR. KOMANG MAKES BELAWAN TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

NIM 071000256

LORA HELENA KARO KARO

(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi dengan judul

GAMBARAN MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR – X DI UNIT RADIOLOGI RS AL DR. KOMANG MAKES BELAWAN TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM . 071000256

LORA HELENA KARO KARO

Telah Diuji dan Dipertahankan di Hadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 24 Juni 2010 dan

Dinyatakan telah memenuhi syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dra. Lina Tarigan,(Apt).MS.

NIP : 19590806 198811 2 001 NIP : 19590813 199103 2 001 Ir.Kalsum, MKes

Penguji II Penguji III

Eka Lestari M, SKM,Mkes.

NIP : 19791107 200501 2 003 NIP : 19730523 200812 2 002 Umi SalmahSKM,Mkes

Medan, September 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

(4)

ABSTRAK

Gambaran Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X di Unit Radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan Tahun 2010.

Xi + 51 halaman + 5 tabel + 2 lampiran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Manajemen Keselamatan Radiasi sinar-X di Unit Radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan meliputi Penanggung Jawab, Budaya Keselamatan, pelaksanaan Pemantauan Kesehatan, Personil, pelaksanaan, Pendidikan dan Pelatihan, dan pelaksanaan penyimpanaan Rekaman di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan sampel sebanyak 7 orang.

Hasil penelitian yang diperoleh di RS AL dr. Komang Makes Belawan adalah penanggung jawab keselamatan radiasi ialah PPR (Petugas Proteksi Radiasi). Budaya keselamatan yang dilaksanakan ialah tetap berada di tabir pelindung saat melakukan pemeriksaan dan tidak melakukan pemeriksaan tanpa ada rujukan dari dokter. Pelaksanaan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan ialah pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan setelah bekerja, melaporkan gangguan kesehatan,melaporkan jika terjadi kecelakaan adalah 7 orang (100%), melaporkan gangguan kesehatan adalah 2 orang (50%). Personil yang ada di unit radiologi adalah PPR, pekerja radiasi dan tehnik elektro medis tetapi tidak memiliki dokter spesialis radiologi yang akan menginterpretasi hasil foto. Pendidikan dan pelatihan khusus tentang keselamatan radiasi belum dilakukan yang bertujuan untuk menambah wawasan pekerja. Rekaman disimpan di unit radiologi.

Disarankan menyediakan tenaga ahli dokter spesialis radiologi dan mengadakan pendidikan dan pelatihan.

(5)

ABSTRACT

X-Ray Safety Radiation Management Overview - in the Radiology Unit of Dr. Makes Komang Belawan Marine Hospital in 2010.

Xi + 51 pages + 5 tables + 2 appendix

The purpose of this study is to determine the X-Ray Radiation Safety Management in Radiology Unit of dr. Makes Komang Belawan Marine Hospital 2010, covering from Responsibility, Safety Culture, implementation of Health Monitoring, Personnel, Implementation, Education and Training, and implementation of Filing Recordings. This descriptive research conduct by using 7 respondent as samples.

The results of study shows that the RPO (Radiation Protection Officer) is responsible for radiation safety. The safety culture that is taken is to stay in the protective curtain when performing inspections and did not conduct the examination without a referral from a doctor. Health monitoring that carried out is health checks before work and after work include reported health problems, the case of accident reported were 7 people (100%), health problems reported were two people (50%). Existing personnel in the radiology unit is RPO, radiation workers and medical electrical engineering without any specialists will interpret the results of radiological images. Education and special training on radiation safety in order to enhance the knowloedge of worker do not conductoed yet. Recordings are stored in the radiology unit.

Suggested to provide the technical expertise of radiology specialists and conduct education and training.

(6)

Nama : Lora Helena Karo Karo

Tempat/Tanggal lahir : Lau Petundal / 18 Agustus 1984

Agama : Kristen Protestan

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 7 ( Tujuh ) Bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Parang 1 No 8 Padang Bulan Medan Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 030437 Kutabuluh, Tanah Pinem, Dairi Tahun 1990 - 1996 2. SLTP Negeri 1 Tanah Pinem – Kutabuluh, Dairi Tahun 1996 - 1999 3. SMU Budi Murni 2 – Medan Tahun 1999 - 2002

4. D III ATRO – Medan Tahun 2002 – 2005

5. Fakultas Kesehatan Masyarkat USU Tahun 2007- 2010 Riwayat Pekerjaan :

1. Pegawai Radiologi di RS Imelda Pekerja Indonesia dari Maret 2006 – September 2008

(7)

KATA PENGANTAR

Syallom, puji dan syukur penulis panjatkan ke tuhan yesus kristus atas segala berkat dan kasih karunia – Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Gambaran Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X Pada Personil Di Unit Radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan Tahun 2010”.

Skripsi ini tidak hadir begitu saja, penulis berterimakasih kepada mereka yang berperan amat penting di dalam memberikan bantuan dan dukungan baik secara moril maupun materil. Tanpa sentuhan tangan dan pikiran mereka, skripsi ini masih menjadi tumpukan yang tidak berarti. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr.Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Dra. Syarifah, Ms Selaku dosen pembimbing akademi

3. Ibu Dra. Lina Tarigan.Apt.MS selaku Dosen pembimbing Skripsi I dan kepala bagian keselamatan dan kesehatan kerja FKM USU.

(8)

Belawan.

8. Kapten Laut Herry Soegiharto selaku Petugas Proteksi Radiasi di unit radiologi dr.Komang Makes Belawan

Secara khusus penulis juga mengucapkan banyak terima kasih banyak kepada : 1. Ayahanda dan ibunda saya yang terkasih, T. Karo Karo dan T br Sembiring

yang telah banyak memberikan perhatian dan dukungannya baik moril maupun materil dan yang selalu mendoakan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Untuk kakak dan abang iparku tersayang: Rismawati Feronika Karo Karo, Sp dan Dedi Sukatendel serta keponakanku terkasih Mathias Kevin Sukatendel, terima kasih atas dukungannya.

3. Adik – adikku yang tersayang : Seriatita Karo Karo Spd, Morista Karo Karo, Lidajayanti Karo Karo, Echa Adeliani Karo Karo, Istananta Keriahen Karo Karo ( Mitut) terim kasih atas dukungannya.

(9)

vii

penulis sebutkan namanya satu - persatu, terimakasih banyak atas dukungannya

6. Untuk teman – teman satu peminatan K3 : fathul janah (Ifat), B`azhar, K`evelina, K`eva purba, Manna Sirait, Siska Handayani,Momo, Menda, artiti, gita dan yang lainnya yang tak dapat penulis sebut satu – persatu, terima kasih banyak untuk segala dukungannya.

7. Untuk teman – teman di RS AL dr. Komang Makes, Lettu Laut Dedi S, Lettu Laut dr.Endang, Letda Laut Ririn, k`rini, k`erna, k`tatik, fitri, astri, k`leni, yessi, drg.elida, dr.Wan andora, b`amrizal, b` sianjur, eka, k`ana, b`adi, b`david terima kasih atas dukungannya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Hal ini tidak terlepas dari keterbatasan pengetahuan penulis. Untuk itu, penulis mengharapakan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2010

(10)

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian... 5

1.3.1. Tujuan Umum ... 5

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Radiologi ... 7

2.2. Pengertian Sinar – X ... 8

2.3. Sifat – Sifat Sinar – X ... 8

2.4. Proses Terjadinya Sinar – X ...10

2.5. Klasifikasi Radiasi ...11

2.6. Efek Radiasi ...12

2.7.Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ...14

2.8.Manajemen Keselamatan Radiasi ...15

2.8.1. Penanggungjawab Keselamatan Radiasi ...15

2.8.2 .Budaya Keselamatan ...17

2.8.3. Pemantauan Kesehatan ...18

2.8.4. Personil ...20

2.8.5. Pendidikan Dan Pelatihan ...21

2.8.6. Rekaman ...21

2.9. Pemanfaatan Tenaga Nuklir Di Bidang Kesehatan ...22

2.9.1. Pemanfaatan Dan Perizinan Tenaga Nuklir ...22

2.9.2 Pengujian Dan Kaliberasi Alat Kesehatan ...23

(11)

3.3.1. Lokasi Penelitian ...25

3.3.2. Waktu Penelitian ...25

3.4. Pengumpulan Data ...25

3.4.1. Data Primer ...25

3.4.2. Data Sekunder ...26

3.5. Analisa Data ...26

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum RS AL dr. Komang Makes Belawan ...27

4.1.1. Gambaran Umum Unit Radiologi ...28

4.1.2. Tugas dan Tanggung Jawab Personil ...28

4.1.2.1. Kepala Subbagian Penunjang klinik ...28

4.1.2.2. Petugas Proteksi Radiasi ...29

4.1.2.3. Pekerja Radiasi ...29

4.1.3. Aturan Keselamatan Radiasi ...30

4.1.4.Prosedur Pengoperasian Pesawat Roentgen ...30

4.2. Gambaran Umum Responden ...32

4.3. Hasil Kuesioner ...33

4.3.1. Hasil Kuesioner PPR ...33

4.3.2. Hasil Kuesioner Pekerja Radiasi...34

4.3.3. Hasil Kueioner Tehnik Elektro Medis ...36

4.4. Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X Di Unit Radiologi ...36

4.4.1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi ...36

4.4.2. Budaya Keselamatan ...37

4.4.3. Pemantauan Kesehatan ...37

4.4.4. Personil38 4.4.4.1. Struktur Oraganisasi di Unit Radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan ...38

4.4.5. Pendidikan Dan Pelatihan ...39

4.4.6. Rekaman ...39

BAB V PEMBAHASAN 5.1. Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X ...40

5.1.1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi ...40

5.1.2. Budaya Keselamatan ...43

5.1.3. Pemantauan Kesehatan ...44

5.1.4. Personil ...46

5.1.5. Pendidikan Dan Pelatihan ...47

5.1.6. Rekaman ...47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 1.5.Kesimpulan ...49

(12)

Tabel 1. Distribusi Responden Di Unit Radiologi ...32

Tabel 2. Tugas dan Tanggung Jawab PPR ...33

Tabel 3. Pekerja Radiasi Yang Melaksanakan Budaya Keselamatan...34

(13)

ABSTRAK

Gambaran Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X di Unit Radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan Tahun 2010.

Xi + 51 halaman + 5 tabel + 2 lampiran

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Manajemen Keselamatan Radiasi sinar-X di Unit Radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan meliputi Penanggung Jawab, Budaya Keselamatan, pelaksanaan Pemantauan Kesehatan, Personil, pelaksanaan, Pendidikan dan Pelatihan, dan pelaksanaan penyimpanaan Rekaman di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan sampel sebanyak 7 orang.

Hasil penelitian yang diperoleh di RS AL dr. Komang Makes Belawan adalah penanggung jawab keselamatan radiasi ialah PPR (Petugas Proteksi Radiasi). Budaya keselamatan yang dilaksanakan ialah tetap berada di tabir pelindung saat melakukan pemeriksaan dan tidak melakukan pemeriksaan tanpa ada rujukan dari dokter. Pelaksanaan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan ialah pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan setelah bekerja, melaporkan gangguan kesehatan,melaporkan jika terjadi kecelakaan adalah 7 orang (100%), melaporkan gangguan kesehatan adalah 2 orang (50%). Personil yang ada di unit radiologi adalah PPR, pekerja radiasi dan tehnik elektro medis tetapi tidak memiliki dokter spesialis radiologi yang akan menginterpretasi hasil foto. Pendidikan dan pelatihan khusus tentang keselamatan radiasi belum dilakukan yang bertujuan untuk menambah wawasan pekerja. Rekaman disimpan di unit radiologi.

Disarankan menyediakan tenaga ahli dokter spesialis radiologi dan mengadakan pendidikan dan pelatihan.

(14)

ABSTRACT

X-Ray Safety Radiation Management Overview - in the Radiology Unit of Dr. Makes Komang Belawan Marine Hospital in 2010.

Xi + 51 pages + 5 tables + 2 appendix

The purpose of this study is to determine the X-Ray Radiation Safety Management in Radiology Unit of dr. Makes Komang Belawan Marine Hospital 2010, covering from Responsibility, Safety Culture, implementation of Health Monitoring, Personnel, Implementation, Education and Training, and implementation of Filing Recordings. This descriptive research conduct by using 7 respondent as samples.

The results of study shows that the RPO (Radiation Protection Officer) is responsible for radiation safety. The safety culture that is taken is to stay in the protective curtain when performing inspections and did not conduct the examination without a referral from a doctor. Health monitoring that carried out is health checks before work and after work include reported health problems, the case of accident reported were 7 people (100%), health problems reported were two people (50%). Existing personnel in the radiology unit is RPO, radiation workers and medical electrical engineering without any specialists will interpret the results of radiological images. Education and special training on radiation safety in order to enhance the knowloedge of worker do not conductoed yet. Recordings are stored in the radiology unit.

Suggested to provide the technical expertise of radiology specialists and conduct education and training.

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa itu, segalanya tidak ada artinya (Health and safety is not everything, but without it, everything is nothing). Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan manusiawi apabila standar – standar yang berlaku di dunia dapat pula berlaku di setiap tampat kerja di Indonesia. UUD 1945, pasal 27 mengisyaratkan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak atas pekerjaan dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Hal ini akan terpenuhi apabila persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja dilaksanakan secara sunguh – sunguh di tempat keja. Dengan lingkungan kerja yang sehat dan selamat, maka produktivitas secara otomatis akan meningkatkan pula sesuai dengan martabat kemanusian indonesia ( Budiono dkk, 2003 )

Tujuan inti penerapan sistem manajamen keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberi perlindungan kepada pekerja.Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga keselamatannya ( Suardi,2005 ).

(16)

sinar – X juga mempunyai potensi bahaya radiasi terhadap Personil, sehingga dalam pemanfaatannya harus berwawasan keselamatan seperti yang diatur dalam peraturan pemerintah RI No.33 tahun 2007 tentang keselamatan dan kesehatan terhadap pemanfaatan Radiasi pengion.

Selama dasawarsa pertama dan kedua abad ini, barulah diketahui bahwa puluhan ahli radiologi menjadi korban sinar Roentgen ini. Salah seorang di antara korban sinar roentgen ini ialah dr. Max Hermann Knoch, seorang Belanda kelahiran paramaribo yang bekerja sebagai ahli radiologi indonesia. Beliau adalah dokter tentara di jakarata yang pertama kali menggunakan alat roentgen di Indonesia. Karena waktu itu masih belum diketahui bahaya sinar roentgen maka ia bekerja tanpa mempergunakan proteksi terhadap radisasi, misalnya pada waktu ia membuat foto seorang penderita patah tulang, anggota tubuhnya pun ikut terkena sinar, sehingga sampai akhir hidupnya beliau mengalami nekrosis pada hampir seluruh lengan kiri dan kanannya dan dr. Knoch meninggal dunia setelah menderita metastasis luas di paru – parunya (Rasad,1999 )

(17)

3

Keselamatan dan kesehatan terhadap radiasi pengion yang selanjutnya disebut keselamatan radiasi adalah upaya yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang sedemikian agar efek radiasi pengion terhadap manusia dan lingkungan hidup tidak melampui nilai batas yang ditentukan (BAPETEN 2000 )

RS AL dr. Komang Makes Belawan adalah rumah sakit tingkat III yang melayani anggota TNI AL beserta keluarga serta masyarakat umumyang membutuhkannya dengan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan penunjang klinik.

Seperti di rumah sakit lainnya, RS AL dr. Komang Makes Belawan juga memiliki unit radiologi yang mempuyai peranan penting dan memiliki peralatan medis yang menggunakan radiasi sinar- X. Unit radiologi berperan sangat penting untuk beberapa kasus yang hanya dapat ditegakkan dengan menggunakan pemeriksaan sinar – X seperti kasus patah tulang.

Di unit radiologi ini pekerja radiasi melaksanakan pemeriksaan dengan menggunakan sinar – X yang diinstruksikan oleh dokter, dari mulai mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan, melaksanakan pemeriksaan, menggunakan peralatan proteksi radiasi, dan memproses menjadi sebuah film roentgen yang akan selanjutnya diberikan kepada dokter untuk dapat menegakkan diagnosa terhadap pasien.

(18)

kemungkinan timbulnya tingkat kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja dapat diminimalkan, atau bahkan ditiadakan sesuai dengan tingkat perkembangan ilmu pengetahuan yang berkembang.

Dengan memperhatikan aspek K3 diharapkan tidak ada tenaga kerja yang mengalami gangguan kesehatan, meningkatkan kapasitas dan produktivitas kerja serta kesejahteraan tenaga kerja yang bertugas di lingkungan kerja. Sedangkan upaya untuk mengendalikan resiko yang muncul dalam pemanfaatan radiasi dapat dikendalikan melalui manajemen keselamatan radiasi. Keenam unsur keselamatan radiasi diatas wajib dipenuhi dan dilaksanakan sebaik - baiknya agar tidak timbul kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dapat merugikan kepada semua pihak.

(19)

5

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana gambaran manajemen keselamatan radiasi radiasi sinar –X di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

1.3.Tujuan Penelitian 1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran manajemen keselamatan radiasi sinar – X di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010, sesuai dengan PP RI No 33 Tahun 2007.

1.3.2.Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui peran penanggung jawab keselamatan radiasi di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

2. Untuk mengetahui budaya keselamatan radiasi di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan pemantauan kesehatan di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

4. Untuk mengetahui keadaan personil yang ada di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

(20)

6. Untuk mengetahui metode penyimpanan rekaman di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes tahun 2010.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi rumah sakit tentang gambaran manajemen keselamatan radiasi sinar – X di unit radiologi.

2. Menambah wawasan dan informasi bagi pekerja tentang manajemen keselamatan radiasi sinar – X di unit radiologi.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Perkembangan Radiologi

Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fiska di Universitas Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi yang berasal dari kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes - hittorf yang dialiri listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalam minggu-minggu berikutnya. Tidak lama kemudian ditemukan sinar yang disebutnya sinar baru atau sinar – X. Baru dikemudian hari orang menamakan sinar tersebut sinar Roentgen sebagai penghormatan kepada Wilhelm Conrad Roentgen ( Rasad,1999 )

Penemuan Roentgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena ternyata dengan hasil penemuan itu dapat diperiksa bagian – bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah dapat dicapai dengan cara pemeriksaan konvensional.

Roentgen dalam penyelidikan selanjutnya segera menemukan hampir semua

(22)

Setahun setelah Roentgen menemukan sinar – X maka Henri Becquerel, di Prancis, pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang hampir sama. Tidak lama kemudian, Marie dan Pierre Curie menemukan unsur thorium pada awal tahun 1896, sedangkan pada akhir tahun yang sama pasangan

suami - isteri tersebut menemukan unsur ketiga yang dinamakan Polonium sebagai penghormatan kepada negara asal mereka, Polandia.

2.2. Pengertian Sinar – X

Sinar – X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet , tetapi dengan panjang gelombang yang sangat pendek . sinar – X bersifat heterogen, panjang gelombangnya bervariasi dan tidak terlihat. Perbedaan sinar – X dengan sinar elektromagnetik lainnya juga terletak pada panjang gelombang, dimana panjang gelombang sinar – X sangat pendek, yaitu hanya 1/10.000 panjang cahaya yang kelihatan. Karena panjang gelombang yang pendek itu, maka sinar – X dapat menembus benda – benda.

2.3. Sifat – Sifat Sinar – X

Sinar – X mempunyai beberapa sifat fisik, yaitu : daya tembus, pertebaran, penyerapan, efek fotografik, pendar fluor ( fluorosensi ), ionisasi, dan efek biologik.

(23)

9

Sinar – X dapat menembus bahan, dengan daya tembus sangat besar dan digunakan dalam radiografi. Makin tinggi tegangan tabung (besarnya KV) yang digunakan, makin besar daya tembusnya. Makin rendah berat atom atau kepadatan suatu benda, makin besar daya tembus sinarnya.

2. Pertebaran

Apabila berkas sinar – X melalui suatu bahan atau zat, maka berkas tersebut akan bertebaran ke segala jurusan, menimbulkan radiasi sekunder ( radiasi hambur ) pada bahan/zat yang dilaluinya. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya gambar radiografi dan pada film akan tampak pengaburan kelabu secara menyeluruh. Untuk mengurangi akibat radiasi hambur ini, maka di antara subjek dengan film rontgen diletakkan grid.

3. Penyerapan

Sinar – X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatan berat atomnya, makin besar penyerapannya.

4. Efek fotografik

Sinar – X dapat menghitamkan emulsi film ( emulsi perak-bromida ) setelah di proses secara kimiawi ( dibangkitkan ) di kamar gelap.

(24)

Sinar – X menyebabkan bahan – bahan tertentu seperti kalsium-tungstat atau zing-sulfid memendarkan cahaya ( luminisensi ), bila bahan tersebut terkena radiasi.

Luminisensi ada 2 jenis yaitu : a. Fluorosensi ;

Yaitu akan memendarkan cahaya sewaktu ada radiasi sinar – X saja. b. Fosforisensi :

Pemendaran cahaya akan berlangsung beberapa saat walaupun radiasi sinar – X sudah dimatikan ( after-glow).

6. Ionisasi

Efek primer sinar – X apabila mengenai suatu bahan atau zat akan menimbulkan ionisasi partikel – partikel bahan atau zat tersebut.

7. Efek biologik

Sinar – X akan menimbulkan perubahan – perubahan biologik pada jaringan. Efek biologik ini dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

2.4. Proses Terjadinya Sinar – X

(25)

11

3. sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron – elektron akan dipercepat gerakannnya menuju anoda dan dipusatkan ke alat pemusat (focusing cup )

4. Filamen dibuat relatif negatif terhadap sasaran ( target ) dengan memilih potensial tinggi.

5. Awan – awan elektron mendadak dihentikan pada sasaran ( target ) sehingga terbentuk panas ( > 99 % ) dan sinar – X ( 1 % ).

6. Pelindung ( perisai ) timah akan mencegah keluarnya sinar – X dari tabung, sehingga sinar – X yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.

7. Panas yang tinggi pada sasaran ( target ) akibat benturan elektron ditiadakan oleh radiator pendingin.

Jumlah sinar – X yang dilepaskan setiap satuan waktu dapat dilihat pada alat pengukur miliampere ( MA ), sedangakan jangka waktu pemotretan dikendalikan oleh alat pengukur waktu.

2.5. Klasifikasi Radiasi

Menurut Akhadi ( 1997 ) radiasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Radiasi Pengion

(26)

a. Radiasi elektromagnetik

Radiasi elektromagnetik terdiri dari berbagai kumpulan jenis radiasi elektromagnetik yang membentuk spektrum elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik dikelompokkkan berdasarkan frekuensi atau panjang gelombang. Contohnya adalah gelombang radio, gelombang TV, gelombang radar, sinar infra merah, cahaya tampak, sinar – X, dan sinar gamma.

b. Radiasi partikel

Radiasi partikel merupakan radiasi yang dipancarkan oleh inti – inti atom atau partikel radioaktif. Contohnya adalah Positron, Neotron, dan inti – inti ringan. Radiasi partikel umumnya dibuat oleh manusia, seperti Reaktor nuklir, akselator, dan iridiator.

2. Radiasi Bukan pengion

Radiasi bukan pengion adalah jenis radiasi yang tidak mampu mengionisasi materi yang dilaluinya. Contoh radiasi bukan pengion adalah radiasi cahaya baik yang dipancarkan oleh matahari atau sumber – sumber lain.

2.6. Efek Radiasi

(27)

13

Menurut Akhadi ( 1997 ), berdasarkan proses berlanggsungnya ada dua jenis penyinaran terhadap tubuh manusia, yaitu :

1. Efek biologi seketika, yaitu efek yang kemunculannya kurang dari satu tahun sejak terjadinya penyinaran. Penyinaran akut melibatkan radiasi dosis tinggi. 2. Efek tertunda, yaitu penyinaran oleh radiasi dosis rendah namun berlangsung

terus – menerus ( kronis). Penyinaran jenis ini biasanya tidak segera menampakkan efeknya.

Menurut Akhadi ( 2000 ) Komisi Internasional Untuk Perlindungan Radiasi (ICRP) membagi efek radiasi menjai dua bagian, Yaitu :

1. Efek Stokastik

Efek Stokastik berkaitan dengan paparan dosis rendah yang dapat muncul pada manusia dalam bentuk kanker ( kerusakan somatik ) atau cacat pada keturunan (keruskan genetik). Jadi sekecil apapun dosis radiasi yang diterima tubuh ada kemungkinan akan menimbulkan kerusakan sel somatik maupun genetik.

2. Efek Deterministik

(28)

Kemunculan efek ini juga ditandai dengan munculnya keluhan baik umum maupun lokal. Keluhan umum berupa : nafsu makan berkurang, mual, lesu, lemah, demam, keringat berlebihan, hingga menyebabkan shock. Beberapa saat kemudian timbul keluhan yang lebih khusus, yaitu nyeri perut, rambut rontok, shock bahkan kematian. Sedangkan keluhan lokal yang biasa muncul adalah erythema kulit, pedih, gatal, bengkak, melepuh, memborok, dan kerontokan rambut kulit.

2.7. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja ( SMK3 ) 1.Pengertian

Menurut Permanaker No 05/Men/1996, SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi perkembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, nyaman, efisien, dan produktif.

2. Tujuan dan Sasaran SMK3

(29)

15

3. Ketentuan Pelaksanaan SMK3

Menurut Rudiyanto ( 2002 ) untuk melaksanakan SMK3 di tempat kerja, tedapat ketentuan – ketentuan yang wajib dilakukan yaitu :

a. Menetapkan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja serta menjamin komitmen terhadap SMK3.

b. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan dan sasaran penerapan SMK3

c. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan, dan sasaran K3.

d. Mengukur, memantau, dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.

e. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3

2.8. Manajemen Keselamatan Radiasi

(30)

2.8.1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

Penanggung jawab keselamatan radiasi terdiri dari :

1. Pemegang izin, dalam melaksanakan tanggung jawabnya dapat mendelegasikan kepada atau menunjuk personil yang bertugas di instalasinya untuk melakukan tindakan yang diperlukan dalam mewujudkan keselamatan radiasi.

2. Pihak lain yang terkait dengan pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir, tanggung jawab pihak lain didasarkan pada tugas dan peran masing – masing dalam keselamatan radiasi.

PPR bertanggung jawab untuk :

a) Mewujudkan tujuan keselamatan radiasi.

b) Meyusun, mengembangkan, melaksanakan, dan medokumentasikan program proteksi dan keselamtan radiasi, yang dibuat berdasarkan sifat dan resiko untuk setiap pelaksanaan pemanfaatan tenaga nuklir.

c) Membentuk dan menetapkan pengelola keselamatan radiasi di dalam instalasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

(31)

17

e) Meninjau ulang setiap tindakan dan sumber daya secara berkala dan berkesinambungan untuk memastikan tujuan keselamatan radiasi dapat tercapai.

f) Mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahan dalam tindakan dan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan keselamatan radiasi, serta mengambil langkah perbaikan dan pencegahan terhadap terulangnya keadaan tersebut.

g) Membuat prosedur untuk memudahkan konsultasi dan kerja sama antar semua pihak yang terkait dalam keselamatan radiasi.

h) Membuat dan memelihara rekaman yang terkait dengan keselamatan radiasi.

2.8.2. Budaya keselamatan

Budaya keselamatan adalah paduan sifat dari sikap organisasi dan individu dalam organisasi yang memberikan perhatian dan prioritas utama pada masalah – masalah keselamatan radisi. Penanggung jawab keselamatan radiasi wajib mewujudkan budya keselamatan pada setiap pemanfaatan tenaga nuklir dengan cara :

a. Membuat standar operasi prosedur dan kebijakan yang menempatkan proteksi dan keselamatan radiasi pada prioritas tertinggi.

(32)

c. Menetapkan kewenangan yang jelas masing – masing personil dalam setiap pelaksanaan proteksi keselamatan.

d. Membangun jejaring komunikasi yang baik pada seluruh tingkatan organisasi, untuk menghasilkan arus informasi yang tepat mengenai proteksi dan keselamatan radiasi

e. Menetapkan kualifikasi dan pelatihan yang memadai untuk setiap personil. 2.8.3. Pemantauan Kesehatan

Pemegang izin wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan untuk seluruh pekerja radiasi, dalam menyelenggarakan pemantauan kesehatan harus melaksanakannya berdasarkan ketentuan umum kesehatan kerja, merancang penilaian terhadap kesesuaian penempatan pekerja dalam melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan padanya, dan menggunakan hasil pemantuan sebagai landasan informasi pada kasus munculnya penyakit akibat kerja setelah terjadinya paparan radiasi berlebih. PPR harus menyimpan dan memelihara hasil pemantuan kesehatan pekerja dalam jangka 30 ( tiga puluh ) tahun terhitung sejak tanggal pemberhentian pekerja yang bersangkutan. Pemantuan kesehatan dilaksanakan melalui :

(33)

19

c. Penatalaksanaan pemeriksaan kesehatan khusus untuk pekerja yang mendapatkan paparan radiasi berlebih

Menurut Lukman yang dikutip dari Simanjuntak (2004), pemeriksaan kesehatan meliputi :

1.Pemeriksaan Kesehatan calon pekerja Pemeriksaan kesehatan ini meliputi :

a. Pemeriksaan kesehatan lengkap dengan memperhatikan jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh calon pekerja yang meliputi riwayat kesehatan dan latar belakang kesehatan keluarga. Setiap orang yang akan bekerja sebagai pekerja radiasi harus sehat jasmani dan rohani serta serendah – rendahnya beruisa 18 ( delapan belas ) tahun.

b. Pemeriksaaan khusus pada organ yang dianggap peka terhadap radiasi dipandang dari jenis pekerjaan yang akan dilakukan. Misalnya pemeriksaan hematologi, dermatologi, opthamologi, paru – paru, neurologi, dan alat reproduksi.

2. Pemeriksaan Kesehatan Selama Bekerja

(34)

3. Pemeriksaan Kesehatan Setelah Bekerja

Pemegang izin harus memeriksakan kesehatan pekerja radiasi yang akan memutuskan hubungan kerja dengan instalasi atom secara teliti dan menyeluruh kepada dokter yang ditunjuk oleh pemegang izin dan disetujui oleh instansi yang berwenang atas beban radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi.

4.Pelayanan Kesehatan pada Kecelakaan Radiasi

Jika terjadi kecelakaan radiasi, pemegang izin harus menyelenggarkan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja radiasi yang diduga menerima paparan radiasi berlebih. dan perlengkapan pertolongan pertama harus segera dapat tersedia didaerah kerja. Pertolongan pertama harus didasarkan atas nasehat dokter atau ketentuan P3K. 2.8.4. Personil

Personil di unit radiologi paling sedikit terdiri dari :

a. Petugas Proteksi Radiasi ( PPR ), adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin dan oleh Badan Pegawas dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

(35)

21

2.8.5. Pendidikan Dan Pelatihan

Setiap pekerja harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan radiasi.

Pendidikan dan pelatihan ini harus disesuaikan antara lain dengan : a. Potensi paparan kerja.

b. Tingkat pengawasan yang diperlukan

c. Kerumitan pekerjaan yang akan dilaksanakan d. Tingkat pelatihan yang telah diikuti oleh personil. 2.8.6. Rekaman

Rekaman adalah dokumen yang menyatakan hasil dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan dalam pemanfaatan tenaga nuklir. PPR wajib membuat, memelihara dan menyimpan rekaman. Rekaman antara lain mengenai pendidikan dan pelatihan yang pernah diikuti oleh personil di fasilitas atau instalasi, pemantauan dosis yang diterima pekerja, hasil pemeriksaan kesehatan pekerja dan hasil pengujian dan kalibrasi pesawat roentgen.

(36)

2.9. Pemanfaatan Tenaga Nuklir Di Bidang Kesehatan 2.9.1.Pemanfaatan Dan Perizinan Tenaga Nuklir

Berdasarkan UU No 10 tahun 1997 dibentuk BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nulir) sebagai badan pengawas yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden, yang bertungas melaksanakan pengawasan tehadap segala kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir, untuk menyelenggarakan peraturan, perizinan dan inspeksi.

Pemanfaatan adalah kegiatan yang berkaitan dengan tenaga nuklir yang meliputi penelitian, pengembangan, penambangan, pembuatan, penyimpanan, pemggunaan dan pengololaan limbah radioaktif untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Perizinan dilakukan untuk mengetahui dimana saja kegiatan pemanfaatan tenaga nuklir dilaksanakan di indonesia, agar dengan demikian kegiatan tersebut dapat diawasi dan dipantau sehingaa tidak timbul dampak negatif terhadap pekerja, izin pemanfaatan tenaga nuklir untuk keperluan :

a. Medis/kesehatan ( diagnostik,terapi,kedokteran nuklir) b. Industri

(37)

23

2.9.2. Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan.

Sebagaimana ditetapkan pada Permenkes No. 363/Menkes/Per/IV/1998 alat kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun.

BPFK (Balai Pengamana Fasilitas Kesehatan) sebagai unit pelaksana teknis pada Direktorat Jenderal Pelayanan Medik yang memiliki tugas dan fingsi untuk menyelenggarakan Pengujian dan Kalibrasi alat kesehatan adalah merupakan Institusi Penguji yang diselenggarakan oleh Pemerintah.

(38)

2.10.Kerangka Pikir

UNIT RADIOLOGI RS AL dr. KOMANG MAKES

Manajemen Keselamatan Radiasi Menurut PP RI No 33 Tahun

2007

- Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

- Budaya Keselamatan - Pemantauan Kesehatan - Personil

- Pendidikan Dan Pelatihan

(39)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat deskritip, yaitu menggambarkan manajemen keselamatan radiasi sinar – X di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

3.2.Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah personil di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010 yang berjumlah 7 orang.

3.2.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah keseluruhan populasi. 3.3. Lokasi dan Waktu penelitian

3.3.1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan. 3.3.2.Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan April - Juli 2010. 3.4. Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

(40)

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari rumah sakit mengenai gambaran umum rumah sakit, gambaran umum unit radiologi, aturan keselamatan radiasi, prosedur pengoperasian pesawat roentgen, ketersedian rekaman, dan peralatan proteksi radiasi. 3.5. Analisa Data

(41)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum RS AL dr. Komang Makes Belawan.

Di era tahun 50-an terdapat satuan TNI AL yang disebut Komando Daerah Maritim (KDM) Belawan. Seiring dengan terbentuknya KDM Belawan maka dalam mendukung operasional satuan tersebut didirikan Poliklinik berupa TPS (Tempat Perawatan Sementara) yang diresmikan pada tahun 1952 oleh Letkol dr. Oepomo. Poliklinik tersebut pertama kali dipimpin oleh Mayor Dr. Komang Makes dan dibantu oleh dr. Chasmir Harahap dan sersan Saan. Lokasi dari TPS Belawan pada awalnya berada dikomplek penampungan Uni Kampung Belawan kemudian pindah ke Jl Bengkalis No 01 Belawan hingga sekarang.

(42)

nama baru Rumkital Dr. Komang Makes dilaksanakan di halaman Rumkital dr.Komang Makes yang ditandai dengan penandatanganan prasasti dan pembukaan slubung nama Rumkital dr. Komang Makes pada tanggal 18 Januari 2006 oleh Komandan Pangkalan Utama TNI AL I Brigadir Jenderal TNI (Mar) Halim A Hermanto, SH.

4.1.1. Gambaran Umum Unit Radiologi.

Unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan mempunyai 2( dua) jenis alat pemeriksaan yang menghasilkan foto roentgen, meliput i X- Ray conventional, dan dental X- Ray. Kedua jenis alat pemeriksaan ini menggunakan sinar – X, Prosedur kerja di unit radiologi adalah sebagai berikut : menghidupkan pesawat roentgen, membaca surat permintaan dokter, mempersiapkan peralatan pemeriksaan

(kaset dan marker ), mengatur kondisi pemeriksaan, pasien disuruh masuk keruang pemeriksaan dan diberi penjelasan kepada pasien tentang apa yang akan dilakukan, setelah semua persiapan dilakuan maka dilakukan pemeriksaan dan film diproses di kamar gelap.

4.1.2.Tugas Dan Tanggungjawab Personil 4.1.2.1. Kepala Subbagian Penunjang Klinik

(43)

29

4.1.2.2.Petugas Proteksi Radiasi (PPR) Tugas dan tanggungjawab PPR

a. Memberikan instruksi secara lisan atau tertulis kepada pekerja radiasi tentang keselamatan radiasi.

b. Membuat prosedur kerja untuk menjamin dosis yang diterima dapat diteken sekecil mungkin

c. Menyelenggarkan rekaman yang berhubungan dengan proteksi radiasi d. Melaksanakan konseling terhadap pekerja radiasi tentang kajian dosis yang diterima pekerja radiasi

e. Memeriksa peralatan proteksi radiasi tentang kelayakan peralatan tersebut 4.1.2.3. Pekerja Radiasi

Tugas dan tanggungjawab pekerja radiasi :

a. Mengetahui, memahami dan melaksanakan semua ketentuan keselamatan radiasi

b. Memanfaatkan sebaik – baiknya peralatan proteksi radiasi yang tersedia, bertindak hati – hati, serta bekerja secara aman untuk melindungi dirinya sendiri maupun pekerja lainnya

c. Melaporkan setiap kejadian kecelakaan bagaimanapun kecilnya kepada PPR

(44)

4.1.2.4. Tehnik Elektro Medis

Tehnik elektro medis dalam unit radiologi melaksnakan tugas dan tanggung jawabnya dengan memperbaiki pesawat roentgen jika ada kerusakan atau tidak berfungsi dengan baik sampai selesai perbaikan dan pesawat dapat dipergunakan kembali. Dalam perbaikan pesawat roentgen jika tehnik elektro medis tidak mampu maka akan melaporkan kepada PPR.

4.1.3. Aturan Keselamatan Radiasi Di Unit Radiologi RS AL dr. Komang Makes a. Ruang sinar –X tidak boleh digunakan lebih dari satu untuk pemeriksaan secara bersamaan.

b. Pekerja radiasi harus tetap berada dalam tempat kendali atau dibelakang tabir proteksi ketika sedang melaksankan pemeriksaan.

c. Pemilihan kondisi pemeriksaan yang tepat agar tidak terjadi pengulangan pemeriksaan terhadap pasien.

d. Pekerja radiasi tidak boleh melakukan pemeriksaan apapun jika tidak ada rujukan dokter yang bertanggungjawab terhadap pasien tersebut.

4.1.4. Prosedur Pengoperasian Pesawat Roentgen.

(45)

31

Prosedur pengoperasian pesawat roentgen :

a. Mengatur posisi tuas saklar pada posisi ON atau OFF b. Tekan tombol ON pada kontrol tabel atau OFF

(46)
[image:46.612.117.526.138.690.2]

4.2. Gambaran Umum Responden

Tabel 1. Distribusi Responden di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes

No Variabel Jumlah Persen (%)

1. 2. 3. 4. 5. Umur

a) ≤ 30

b) > 30

Jumlah

Jenis Kelamin

a) Laki – laki

b) Perempuan

Jumlah

Latar Belakang Pendidikan

a) S2

b) D3

Jumlah

Masa Kerja

a) ≤ 10

b) > 10

(47)

33

Dari tabel diatas umur terbanyak adalah ≤ 30 sebanyak 57% dengan jenis kelamin laki – laki sebanyak 57 % latar belakang pendidikan D3 sebanyak 86 %, masa kerja terlama adalah ≤ 10 tahun sebanyak 57 % dan yang menikah sebanyak 72 %.

4.3. Hasil kuesioner

[image:47.612.114.529.330.609.2]

4.3.1. Hasil Kueisioner Untuk PPR

Tabel.2. Tugas dan Tanggung jawab PPR Berdasarkan Tanggungjawab Keselamatan Radiasi, Budaya Keselamatan, Pemantauan Kesehatan, Pendidikan dan Pelatihan, dan Rekaman

NO Pertayaan Jawaban

Ya Tidak

1. Membuat aturan keselamatan radiasi √

2. Membuat Prosedur pemakaian pesawat √

3. Menyimpan hasil pemantauan kesehatan √

4. Melaksanakan pelatihan khusus √

5. Memeriksa peralatan proteksi radiasi √

6. Melakukan konseling √

7. Memakai pencatat dosis perorangan √

(48)

radiasi, memeriksa peralatan proteksi radiasi, tidak melakukan konseling kepada pekerja dan memakai pencatat dosis perorangan yaitu apron.

[image:48.612.115.529.235.435.2]

4.3.2. Hasil Kuesioner Untuk Pekerja Radiasi

Tabel.3. Pekerja Radiasi yang Melaksanakan Budaya Keselamatan dan yang Tidak Melaksankan Budaya Keselamatan

Dari tabel diatas diperoleh hasil sebanyak 100% pekerja radiasi melaksanakan aturan keselamatan radiasi, 50 % pekerja radiasi melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen dan sebanyak 50 % pekerja radiasi tidak melaksanakan pengoperasian pesawat roentgen.

NO Pertayaan Ya % Tidak % Total

1. Melaksanakan aturan keselamatan

Radiasi

4 100 0 0 4

2. Melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen

(49)
[image:49.612.109.529.153.383.2]

35

Tabel.4. Pekerja Radiasi yang Melaksanakan Pemantauan Kesehatan dan yang Tidak Melaksankan Pemantauan Kesehatan.

NO Pertayaan Ya % Tidak % Total

1. Diperiksa kesehatan sebelum dan selama bekerja

4 100 0 0 4

2. Melaporkan kecelakaan 4 100 0 0 4

3. Melaporkan gangguan kesehatan

2 50 2 50 4

4. Memakai alat pencatat dosis perorangan

4 100 0 0 4

(50)

4.3.3.Hasil Kuesioner Untuk Tehnik Elektro Medis

Dari hasil kuesioner diperoleh bahwa tehnik elektro medis yang berjumlah satu orang memakai peralatan proteksi radiasi pada saat memperbaiki pesawat roentgen dan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum dan selama bekerja.

4.4 Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010.

Pemanfaatan tenaga nuklir di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes mempunyai izin dari BAPETEN.

4.4.1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

Penanggung jawab di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes adalah PPR yang bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi, dan pihak lain yang terkait di unit radiologi untuk mewujudkan keselamatan radiasi adalah BAPETEN dan BPFK.

Untuk mewujudkan keselamatan radiasi di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan PPR mewujudkannya dengan :

a) Memberikan instruksi kepada pekerja radiasi tentang keselamatan radiasi. b) Untuk mewujudkan keselamatan radiasi dengan melakukan pemantauan

(51)

37

e) Memeriksa alat proteksi radiasi seperti apron, jika sudah tidak layak pakai langsung melaporkan kepada pemegang izin agar dapat ditindaklanjuti.

f) Melakukan konseling tentang kajian dosis radiasi yang diterima pekerja radiasi setiap bulannya.

g) Melaksanakan pelatihan khusus tentang budaya keselamatan kepada pekerja radiasi.

4.4.2. Budaya Keselamatan

Pelaksanaan budaya keselamatan di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan ialah :

a) Melaksanakan aturan keselamatan radiasi

b) Memanfaatkan peralatan proteksi radiasi yang tersedia

c) Melaporkan setiap gangguan kesehatan yang diduga akibat paparan radiasi d) Semua personil saling memberitahu jika ada informasi terbaru tentang

proteksi radiasi atau apabila ada kesulitan pada salah satu personil maka akan dibicarakan untuk memecahkan solusi masalahnya.

4.4.3. Pemantuan Kesehatan.

(52)

4.4.4.Personil

Personil yang ada di unit radiologi berjumlah 7 orang, yang terdiri dari 1(satu) orang kepala subbagian penunjang klinik, 1 (satu) orang Petugas Proteksi Radiasi (PPR), 4 (empat) orang pekerja radiasi, dan 1 (satu) orang tehnik elektro medis. Tetapi tidak memiliki tenaga ahli dokter spesialis radiologi.

4.4.4.1. Struktur Organisasi Unit Radiologi Di Unit Radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan

Kepala Subbagian Penunjang Klinik

Petugas Proteksi Radiasi

(53)

39

Keterangan :

a. Kepala subbagian penunjang klinik adalah orang yang mempunyai wewenang tertinggi di unit radiologi, mempunyai tanggungjawab terhadap setiap kegiatan di unit radiologi.

b. Petugas Proteksi Radiasi adalah petugas yang ditunjuk oleh pemegang izin dan oleh Badan Pegawas dinyatakan mampu melaksanakan pekerjaan yang berhubungan dengan proteksi radiasi.

c. Pekerja Radiasi adalah adalah setiap orang yang bekerja di instalasi nuklir atau instalasi radiasi pengion yang diperkirakan menerima dosis radiasi tahunan melebihi dosis untuk masyarakat umum.

d. Tehnik elektro medis adalah orang yang memperbaiki pesawat roentgen jika terjadi kerusakaan.

4.4.5. Pendidikan dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes PPR belum pernah memberikan pelatihan khusus tentang budaya keselamatan kepada pekerja radiasi sejak adanya unit radiologi di RS AL dr. Komang Makes Belawan. 4.4.6. Rekaman

(54)

PEMBAHASAN

5.1.Manajemen Keselamatan Radiasi Sinar – X Di Unit Radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan.

Setiap orang atau badan yang akan memanfaatkan tenaga nuklir wajib memenuhi persyaratan keselamatan radiasi dan memiliki izin pemanfaatan tenaga nuklir, persyaratan keselamatan radiasi harus memenuhi persyaratan manajemen. Keselamatan Radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk melindungi pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup dari bahaya radiasi.

Pemanfaatan tenaga nuklir di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan Tahun 2010 sudah ada izin dari BAPETEN tentang pemanfaatan tenaga nuklir.

5.1.1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

(55)

41

yang dapat membahayakan keselamatan pekerja, anggota masyarakat, dan lingkungan hidup.

Pihak lain yang terkait di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes untuk mewujudkan keselamatan radiasi ialah BAPETEN dan BPFK, dalam hal ini hubungan unit radiologi dengan BAPETEN ialah tentang pemanfaatan tenaga nuklir yang harus mendapat izin dari BAPETEN dan pengujian dan kaliberasi pesawat roentgen yang harus dilakukan oleh BAPETEN. BPFK dalam hal ini yang bertugas

untuk memeriksa alat pencatat dosis perorangan agar pekerja radiasi dapat mengetahui berapa paparan radiasi yang diterimanya setiap bulannya.

PPR dalam mewujudkan budaya keselamatan di unit radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan sudah sesuai dengan PP RI No 33 tahun 2007 yaitu :

a) Mewujudkan tujuan keselamatan radiasi, PPR dalam hal mewujudkan tujuan keselamatan dengan cara membuat aturan keselamatan radiasi di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan.

(56)

c) Membentuk dan menetapkan pengelola keselamatan radiasi di dalam instalasi sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, yang menjadi pengelola di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes belawan ialah PPR sesuai dengan tugasnya yaitu untuk mewujudkan budaya keselamatan di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan.

d) Menentukan tindakan dan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan memastikan bahwa sumber daya tersebut memadai dan tindakan yang diambil dapat dilaksanakan dengan benar, PPR membuat prosedur kerja dan aturan keselamatan radiasi agar dilaksankan oleh pekerja radiasi dan tehnik elektro medis di unit radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan.

(57)

43

f) Mengidentifikasi setiap kegagalan dan kelemahan dalam tindakan dan sumber daya yang diperlukan untuk mewujudkan keselamatan radiasi, serta mengambil langkah perbaikan dan pencegahan terhadap terulangnya keadaan tersebut, PPR mengidentifikasi setiap ada kegagalan yang terjadi di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan.

g) Membuat prosedur untuk memudahkan konsultasi dan kerja sama antar semua pihak yang terkait dalam keselamatan radiasi, PPR membuat prosedur kerja di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes untuk mewujudkan budaya keselamatan.

h) Membuat dan memelihara rekaman yang terkait dengan keselamatan radiasi, PPR membuat dan menyimpan prosedur kerja dan aturan keselamatan radiasi di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan. 5.1.2. Budaya Keselamatan

Budaya keselamatan adalah paduan sifat dari sikap organisasi dan individu dalam organisasi yang memberikan perhatian dan prioritas utama pada masalah – masalah keselamatan radiasi ( Penjelasan PP RI No 33 tahun 2007).

Aturan keselamatan yang dilaksankan di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan sudah sesuai dengan PP RI No 33 tahun 2007 ini terlihat dari semua pekerja melaksanakan aturan keselamatan radiasi yang telah dibuat oleh PPR.

(58)

responden tidak melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen sebanyak 50 % seperti tidak memanaskan pesawat roentgen terlebih dahulu sebelum dilakukan pemeriksaaan atau tidak mengatur posisi tuas pada posisi OFF setelah selesai melakukan pemeriksaan tetapi belum pernah terjadi kecelakaan radiasi ini dikarenakan pesawat roentgen yang dipergunakan di unit radiologi ini masih 14 tahun,dan 50 % melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen yang telah dibuat oleh PPR.

hal ini diatur dalam PP RI NO 33 Tahun 2007 tentang budaya keselamatan untuk mewujudkan budaya keselamatan pada setiap pemanfaatan tenaga nuklir dengan cara:

a. Membuat standar operasi prosedur dan kebijakan yang menempatkan proteksi dan keselamatan radiasi pada prioritas tertinggi.

b. Mengidentifikasi dan memperbaiki faktor – faktor yang mempengaruhi proteksi dan keselamatan radiasi.

c. Menetapkan kewenangan yang jelas masing – masing personil dalam setiap pelaksanaan proteksi keselamatan.

(59)

45 5.1.3. Pemantauan Kesehatan

Di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010 personil melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan selama bekerja, pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter yang memiliki kompetensi dan dilakukan setiap satu tahun sekali, tetapi pemeriksaan kesehatan setelah pemutusan hubungan kerja tidak dilakukan, ini terjadi ketika pada Desember tahun 2009 seorang pekerja radiasi memutuskan hubungan kerja dengan pihak Rumah Sakit.

Konseling di unit radiologi tidak dilakukan terhadap kajian dosis yang diterima oleh pekerja radiasi dan pemeriksaan khusus tidak dilakukan karena belum pernah terjadi kecelakaan akibat radiasi.

(60)

Menurut PP RI No 33 tahun 2007 wajib menyelenggarakan pemantauan kesehatan untuk seluruh pekerja radiasi, Pemantuan kesehatan dilaksanakan melalui :

a. Pemeriksaan kesehatan b. Konseling.

c. Penatalaksanaan pemeriksaan kesehatan bagi pekerja yang mendapatkan paparan radiasi berlebih.

Berdasarkan prinsip umum pengobatan kesehatan umum kerja, Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan sebelum bekerja, selama bekerja, saat pemutusan hubungan kerja ( Lukman, 2004 ). pemeriksaan kesehatan pada saat memutuskan hubungan untuk mengetahui kondisi kesehatan terakhir pekerja yang dapat digunakan sebagai bukti yuridis atau rujukan kesehatan untuk melaksanakan pekerjaan yang terkait dengan radiasi selanjutnya

5.1.4. Personil

Setiap organisasi kerja memerlukan sejumlah personil yang mampu dan bersedia mewujudkan dinamika yang terarah sehingga berpengaruh langsung pada produktivitas kerja, baik yang dihasilkan secara perorangan maupun oleh organisasi kerja sebagai satu kesatuan ( Nawawi, 1999 ).

(61)

47

Hal ini diatur dalam PP RI No 33 tahun 2007 Personil di ruang radiologi paling sedikit terdiri dari :

a. Petugas Proteksi Radiasi ( PPR ) b. Pekerja Radiasi

c. Tenaga ahli dokter spesialis d. Operator

e. Tenaga medik / paramedik

Sesuai dengan PP RI No 33 tahun 2007 tentang personil, di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan tahun 2010 tidak memiliki tenaga ahli atau dokter spesialis radiologi yang mempunyai peran sangat penting untuk menginterpretasikan foto yang akan diberikan kepada pasien dan juga tidak memiliki tenaga medik atau paramedik.

5.1.5. Pendidikan Dan Pelatihan

Pendidikan dan pelatihan khusus belum dilakukan di unit radiologi RS AL dr.Komang Makes Belawan tentang keselamatan radiasi, hal ini diatur dalam PP RI No 33 tahun 2007 Setiap personil harus memperoleh pendidikan dan pelatihan tentang keselamatan radiasi yang dapat menambah wawasan personil dalam melaksanakan tugasnya agar dapat menerapkan keselamatan radiasi setiap bekerja sehingga dapat terjamin keselamatan personil di unit radiologi.

(62)

kondisi yang demikian yang mengharuskan dilakukannnya pemberian pendidikan dan pelatihan yang relevan, baik yang diselengarakan sendiri maupun dengan meminta bantuan dari pihak luar ( Nawawi, 1999 ).

5.1.6. Rekaman

PPR melaksanakan rekaman di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes Belawan dengan membuat arsip dan disimpan berdasarkan jenis arsip itu sendiri, yang terdiri dari hasil dosis yang diterima oleh pekerja radiasi, hasil pemeriksaan kesehatan pekerja radiasi, hasil pengujian dan kalibrasi pesawat roentgen di buat berdasarkan bulan dan tahun kapan dilakukan pemeriksaan kesehatan, pugujian dan kaliberasi pesawat, dan kapan diterima hasil dosis yang diterima oleh pekerja radiasi.

(63)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Penanggung Jawab Keselamatan Radiasi

PPR (Petugas Proteksi Radiasi) yang bertanggung jawab terhadap keselamatan radiasi dan mewujudkan tujuan keselamatan radiasi dengan membuat aturan keselamatan radiasi, membuat rekaman dan memeriksa peralatan proteksi

2. Budaya Keselamatan

Seluruh responden melaksanakan aturan keselamatan dan memakai alat pencatat dosis perorangan, responden tidak melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen sebanyak 2 orang (50 %), dan 2 orang (50 %) melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen.

3. Pemantuan Kesehatan.

Seluruh responden dilakukan Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja dan selama bekerja tetapi setelah pemutusan hubungan kerja dan konseling tidak ada dilaksanakan.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa responden yang melaporkan keluhan pusing sebanyak 2 orang (50 %) dan 2 orang (50 %) yang tidak melaporkan keluhan pusing. 4.Personil

(64)

5. Pendidikan dan Latihan

PPR belum pernah memberikan pelatihan khusus tentang budaya keselamatan kepada pekerja radiasi sejak adanya unit radiologi di RS AL dr. Komang Makes Belawan.

6. Rekaman

Rekaman di unit radiologi PPR menyimpan hasil dosis yang diterima oleh pekerja, hasil pemeriksaan kesehatan pekerja, dan hasil pengujian dan kalibrasi pesawat roentgen.

6.2.Saran

1. Menyediakan tenaga ahli dokter spesialis radiologi

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadi,M, 2000. Dasar – Dasar Proteksi Radiasi. PT Rineka Cipta, Jakarta. Budiono,Sugeng,Hiperkes Dan KK.Badan Penerbit Universitas Dipenogor, Bunga Rampai, Semarang

BAPETEN. Undang – Undang No. 10 Tahun 1997. Ketanaganukliran

Depkes RI, 1984. Pedoman Sistem Proteksi Radiasi Di Bidang Kesehatan. Direktorat Instalasi Medik, Dirjen Pelayanan Medik, Jakarta.

Marpaung, T, 2000. Kecelakaan Radiasi Yang Terkait Dengan Peralatan Radioterapi. BAPETEN,Jakarta.

Nawawi, Hadari,1999. Administrasi Personil Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.CV Haji Masagung, Jakarta.

Permenaker, No 5 Tahun 1996. Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja.

Peraturan Pemerintah RI, NO. 33 Tahun 2007. Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.BAPETEN, Jakarta. ____________________ NO. 63 Tahun 2000. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Terhadap Pemanfaatan Radiasi Pengion.BAPETEN, Jakarta

Rasad,S,1999. Radiologi Diagnostik . Balai Penerbit FKUI. Percetakan Gaya Baru, Jakarta.

(66)

Menghadapi OTDA Dan AFTA, Medan.

(67)

KUESIONER PENELITIAN

GAMBARAN MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR –X DI UNIT RADIOLOGI RS AL DR. KOMANG MAKES

BELAWAN TAHUN 2010

I. Data Umum

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin : Pendidikan Terakhir : Status Perkawinan :

Masa Kerja :

II. Data Khusus

A. Kuesioner Untuk Petugas Proteksi Radiasi ( PPR ) a. Berdasarkan Tanggungjawab Keselamatan

1. Apakah saudara membuat aturan keselamatan radiasi di unit radiologi ? a.Ya, membuat b. Tidak membuat

(68)

3. Apakah saudara memakai alat pencatat dosis perorangan saat melakukan pemeriksaan ?

a. Ya, memakai b. Tidak memakai c.Berdasarkan Pemantauan Kesehatan

4. Apakah saudara melakukan konseling kepada pekerja radiasi ? a. Ya, melakukan b. Tidak melakukan

d. Berdasarkan Pendidikan Dan Pelatihan

5. Apakah saudara melaksanakan pelatihan kepada pekerja radiasi di unit radiologi tentang keselamatan radiasi ?

a. Ya, melaksanakan b. Tidak melaksanakan e. Berdasarkan Rekaman

6. Apakah saudara menyimpan hasil pemantauan kesehatan pekerja radiasi ? a. Ya, disimpan b. Tidak disimpan.

(69)

B. Kuesioner Untuk Pekerja Radiasi a. Berdasarkan Budaya Keselamatan

1. Apakah saudara melaksanakan aturan keselamatan radiasi yang dibuat oleh PPR ? a. Ya, melaksanakan b. Tidak melaksanakan

2. Apakah saudara melaksanakan prosedur pengoperasian pesawat roentgen ? a. Ya, melaksanakan b. Tidak melaksanakan

b. Berdasarkan Pemantauan Kesehatan

3. Apakah saudara sebelum dan selama bekerja di unit radiologi, diperiksa kesehatannya ?

a. Ya, diperiksa b. Tidak diperiksa

4. Apakah saudara melaporkan kepada petugas proteksi radiasi jika ada kecelakaan pada tempat anda bekerja bagaimanapun kecilnya ?

a. Ya, melaporkan b. Tidak melaporkan

5. Apakah saudara melaporkan setiap gangguan kesehatan yang diduga akibat paparan radiasi ?

a. Ya, melaporkan b. Tidak melaporkan

6. Apakah saudara memakai alat pencatat dosis perorangan saat melakukan pemeriksaan ?

(70)

a. Berdasarkan Budaya Keselamatan

1. Apakah saudara memakai peralatan proteksi radiasi saat memperbaiki pesawat ? a. Ya, memakai b. Tidak memakai

b. Berdasarkan Pemantauan Kesehatan

2. Apakah Saudara melakukan pemeriksaan kesehatan pada sebelum bekerja dan selama bekerja ?

(71)

HASIL KUESIONER UNTUK PPR

HASIL KUESIONER UNTUK TEHNIK ELEKTRO MEDIS

No A.1. A.2.

1. A a

HASIL KUESIONER UNTUK PEKERJA RADIASI

No B.1. B.2. B.3. B.4. B.5. B.6.

1. a B a a a a

2. a A a a b a

3. a B a a a a

4. a A a a b a

No A.1. A.2. A.3. A.4. A.5. A.6. A.7.

Gambar

Tabel 1. Distribusi Responden di unit radiologi RS AL dr. Komang Makes   No Variabel Jumlah Persen (%)
Tabel.2. Tugas dan Tanggung jawab PPR Berdasarkan Tanggungjawab   Keselamatan Radiasi, Budaya Keselamatan, Pemantauan Kesehatan,
Tabel.3. Pekerja Radiasi yang Melaksanakan Budaya Keselamatan dan     yang Tidak Melaksankan Budaya Keselamatan
Tabel.4. Pekerja Radiasi yang Melaksanakan Pemantauan Kesehatan dan     yang Tidak Melaksankan Pemantauan Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

monitoring motor sinkron tiga fasa terhadap gangguan tegangan lebih, tegangan kurang, tegangan fasa hilang, arus lebih, beban lebih, kecepatan lebih, panas

Apa yang harus dijelaskan dalam kerangka teori adalah tentang apa tindakan yang digunakan untuk mengatasi masalah, bagaimana tindakan itu harus dilaksanakan, apa kelebihan atau

Biasanya didalam dunia perfilman maupun periklanan, sebelum melangkah dalam pembuatan film/iklan akan lebih mudah berkerjanya bila dibuatkan Rangkaian Ilustrasinya terlebih

Pada hasil penelitian ini yang disajikan adalah data yang diperoleh dari hasil penyebaran angket yang di isi 18 orang, yakni 3 orang pengurus, 5 orang pelatih, dan 10

Air limbah dari seluruh bagian Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum penghasil limbah cair (organik) akan dialirkan dengan pipa pralon (PVC) ke IPAL, masuk melalui inlet

Lain halnya jika ternyata ada penyusup, jumlah memori yang dipakai bisa mencapai 46 MB, proses yang dilakukan antara lain, selain deteksi ada tidaknya penyusup adalah

Pendaftar adalah lulusan SMA/SMK/MA/Paket C semua jurusan yang dibuktikan dengan ljazah/STTB dan SKHUN (khusus lulusan 2021 dibuktikan dengan Surat Keterangan Lulus disertai

Selain prinsip-prinsip tersebut, juga dijabarkan mengenai: (i) desentralisasi dan tugas pembantuan; (ii) sistem ajaran rumah tangga daerah, baik mengenai kelebihan