NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM KHUTBAH THARIQ BIN ZIYAD
PADA SAAT PENAKLUKAN ANDALUSIA
SKRIPSI SARJANA
O
L
E
H
FITRA HAKNI BATUBARA
05070400
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
MEDAN
NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM KHUTBAH THARIQ BIN ZIYAD PADA SAAT PENAKLUKAN ANDALUSIA
OLEH
FITRA HAKNI BATUBARA 050704002
Skripsi ini diajukan untuk melengkapi persyaratan untuk mengikuti ujian skripsi dan telah
disetujui oleh
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr. Marjuni Rangkuti. M.A
Nip : 130905376 Nip : 131419764
Drs. Usman Sarawi Idris. lc. M.Ag
Nip : 131837559
NILAI SOSIOLOGI SATRA DALAM KHUTBAH THARIQ BIN ZIYAD PADA SAAT PENAKLUKAN ANDALUSIA
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O L E H
FITRA HAKNI BATUBARA NIM : 0507040002
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Marjuni Rangkuti, M.A
NIP : 130905376 NIP : 131419764
Drs. Usman Sarawi Idris, Lc., M.Ag
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra Dalam bidang ilmu Bahasa Arab
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
2009
Disetujui Oleh :
FAKULTA SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PROGRAM STUDI BAHASA ARAB
Ketua, Sekretaris,
Dra. Khairawati, M.A., Ph.D.
NIP : 131837559 NIP : 131674461
PENGESAHAN :
Diterima Oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana Sastra
Dalam Ilmu Bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
Pada : Tanggal : Hari :
FAKULTAS SASTRA USU Dekan,
NIP : 19650909 199403 1 004 Prof. Syaifuddin, M.A,Ph.D.
Panitia Ujian :
No. Nama Tanda Tangan
1. Dra. Khairawati,M.A.,Ph.D. ( ---)
2. Drs. Mahmud Khudri, M.Hum (---) 3. Prof.Dr.H. Marjuni Rangkuti, M.A (---)
4. Drs. Usman Sarawi Idris, Lc., M.Ag (---)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Apabila pernyataan yang saya perbuat ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi berupa pembatalan gelar kesarjanaan yang saya peroleh.
Medan, Oktober 2009
PEDOMAN TRANSLITERASI
Trasliterasi yang digunakan dalam skripsi ini adalah Pedoman Transliterasi berdasarkan SK Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No.158 tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987/ tertanggal 22 Januari 1988.
A. Konsonan
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
ﺍ
Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkanﺏ
Ba b Beﺕ
Ta t Teﺙ
Sa ṡ es (dengan titik di atas)ﺝ
Jim j Jeﺡ
Ha ḥ ha (dengan titik di bawah)ﺥ
Kha Kh ka dan haﺩ
Dal d Deﺫ
Zal Ż zet (dengan titik di atas)ﺯ
Zai z Zetﺱ
Sin s Esﺵ
Syin sy es dan yeﺹ
Sad ṣ es (dengan titik di bawah)ﺽ
Dad ḍ de (dengan tiik di bawah)ﻁ
Ta ṭ te (dengan titik di bawah)ﻅ
Za ẓ zet (denagn titik di bawah)ﻉ
‘ain ‘ koma terbalik(di atas)ﻍ
Gain g Geﻑ
Fa f Efﻕ
Qaf q Kiﻙ
Kaf k Kaﻝ
Lam l Elﻡ
Mim m Emﻭ
Waw w Weﻫ
Ha h Haء
Hamzah ` Apostrofﻱ
Ya y YeB. Konsonan Rangkap
Konsonan rangkap (tasydid) di tulis rangkap. Contoh :
ﺔﻤﺪﻘﻣ
= muqaddimahﺓﺭﻭﻧﻤﻟﺍ
ﺔﻧﻳﺪﻣﻠﺍ
= al-madinah al-munawwarahC. Vokal
1. Vokal Tunggal
--- (fathah) ditulis “a”, contoh :
ﺃﺮﻗ
= qara`a --- (kasrah) ditulis “i”, contoh :ﻡﺤﺭ
=
raḥima --- (dammah) ditulis “u”, contoh :ﺐﺗﻜ
=
kutubun2. Vokal Rangkap
Vokal rangkap ﻱ --- (fatha dan ya) ditulis “ai” Contoh :
ﺐﻧﻳﺯ
= zainab
ﻒﻴﻜ
= kaifaVokal rangkap
ﻭ
--- (fatha dan waw) ditulis”au” Contoh :ﻝﻭﺤ
= ḥaulaD. Vokal Panjang (maddah)
ﺍ
--- danﻱ
---- (fatha) ditulis “a”, contoh :ﻡﺎﻗ
= qāmaﻰﺿﻗ
= qaḍāﻱ
--- (kasrah) ditulis “I”, contoh :ﻡﻴﺤﺮ
= raḥīmunﻭ
--- (dammah) ditulis “u”, contoh :ﻡﻮﻟﻋ
= ‘ulūmunE. Ta Marbutah
a. Ta marbutah yang berharkat sukun di transliterasikan dengan huruf “h” Contoh :
ﺔﻣﺭﻛﻤﻠﺍ
ﺔﻜﻣ
= makkah al-mukarramah
ﺔﻴﻣﻼﺳﻹﺍ
ﺔﻌﻳﺮﺷﻠﺍ
= asy-syarī’ah al-islāmiyahb. Ta marbutah yang berharkat hidup di transliterasikan dengan huruf “t” Contoh
:
ﺔﻴﻣﻼﺴﻹﺍ
ﺔﻣﻮﻜﺤﻠﺍ
= al-ḥukūmatu al-islāmiyah
ﺓﺭﺗﺍﻮﺗﻣﻠﺍ
ﺔﻧﺳﻠﺍ
= as-sunnatu al-mutawātirahF. Hamzah
Huruf hamzah (
ﺀ
) di awal kata dengan vocal tanpa didahului oleh tanda apostrof. Contoh : ﻥﺎﻣﻴﺇ = `imānunG. Lafzu al-Jalālah
Lafzu al-Jalālah ( kata ﷲ ) yang berbentuk frase nomina di trnsliterasikan tanpa hamzah. Contoh :
ﷲ
ﺩﺒﻋ
= ‘Abdullah
ﷲ
ﻝﺑﺣ
= ḥablullahH. Kata Sandang “al”
Contoh :
ﺔﺳﺪﻘﻤﻠﺍ
ﻥﻜﺎﻣﻷﺍ
= al-amākinu al-muqaddasahﺔﻴﻋﺮﺷﻟﺍ
ﺔﺳﺎﻴﺳﻟﺍ
= al-siyāsah al-syar’iyyah2. huruf “a” pada kata sandang “al” tetap ditulis dengan huruf kecil meskipun merupakan nama diri.
Contoh :
ﻯﺩﺭﻮﻤﻠﺍ
= al-Mawardiﺭﻫﺯﻷﺍ
= al-Azhar
3. kata sandang “al” di awal kalimat dan pada kata “Allah SWT,qur’an” ditulis dengan huruf capital.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbi al-‘ālamīn penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas segala karunia dan rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi sebagaimana adanya.
Shalawat dan salam juga penulis sampaikan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW, seorang utusan Allah SWT yang yang patut di teladani sebagai suri tauladan baik dari moral, tingkah laku dan ketaatannya kepada Allah.
Skripsi ini berjudu l “ Nilai Sosiologi Sastra dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada Saat Penaklukan Andalusia”. Penulis tertarik memilih judul ini karena dengan mengetahui dan memahami nilai sosiologi sastra suatu karya sastra dalam hal ini khutbah Thariq bin Ziyad maka hal tersebut bisa dijadikan sebagai pedoman hidup yang sangat berharga dalam kehidupan. Penulis juga menganggap penelitian ini dilakukan bukan hanya untuk menambah referensi skripsi saja tetapi juga harus berpengaruh dalam kehidupan.
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S) pada Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekeliruan. Oleh karena itu, penulis memohon saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 2009
UCAPAN TERIMAKASIH
Berkat ridha dan rahmat Allah SWT, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Orangtua tercinta, Ayahanda Kombang Jufri Pardamean Batubara dan Ibunda Siti Raya Srg yang telah membesarkan, mendidik dan dan selalu mendoakan penulis hingga penulis menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi.
2. bapak Prof. Syaifuddin,M.A,Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara beserta Pembantu Dekan I, II, dan III.
3. Ibu Dra. Khairawati,M,A.Ph.D selaku Ketua Program Studi bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Mahmud Khudri, m.Hum selaku Sekretaris Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
5. Bapak Prof. Dr. H Marjuni Rangkuti, M.A selaku dosen pembingbing I dan Bapak Drs. Usman Sarawi Idris,Lc. M,Ag selaku dosen pembimbing II yang denngan ikhlas telah rela meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
6. Ibu Dra. Murniati,M,Hum selaku penasehat akademik yang telah memberikan berbagai nasehat dalam rutinitas penulis menjalani kegiatan perkuliahan di Program Studi Bahasa Arab, Universitas Sumatera Utara ini.
7. Ibu Nur Aisyah Simamora, Lc yang telah memberikan saran dan ide untuk kelancaran penulisan skripsi ini.
8. Seluruh staf pengajar Fakultas sastra, Universitas Sumatera Utara, khususnya staf pengajar di Program Studi Bahasa Arab, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara yang telah menambah wawasan penulis selama masa perkuliahan.
penulis semakin berwarna. Serta seluruh anggota keluarga besar penulis ucapkan terimakasih atas doa dan dukungannya.
10.Sahabat-sahabat tersayang : Puput, Hafni, A B@nd, Fozi dan Surya. Terima kasih ya udah mau jadikan aku sebagai seorang sahabat, terima kasih juga atas setiap canda dan tawa yang selalu ada diantara kesedihan dan kebahagiaan kita yang selalu bisa menghilagkan kejenuhan. Pengalaman bersama kalian serta semua masalah yang menghadang persahabatan kita memberikan banyak inspirasi dan nasehat kehidupan yang sangat berarti. Semoga persahabatan kita ini tidak terputuskan oleh jarak dan waktu yang memisahkan kita, karena setiap senyuman telah terukir di hati kita.
11.Sahabat-sahabat mayaku yang selalu memberikan saran ketika aku buntu, memberikan dorongan ketika aku down, dan bantuan yang tidak pernah henti ketika aku sangat membutuhkan. Dan buat seseorang yang telah memberikan perhatian dan waktunya, terimakasih ya…
12.Teman-teman stambuk `05(wak eli, lubiz, hafiz, tini, reje, amah, k` sam, mbak Linda, yunita, akmalia, ape, lia m, mukhlis, ijal, putra, faisal, kiki, sanah, lira dan fitri), khususnya untuk hafiz, makasih ya udah mau pinjamin kaset “Penaklukan Andalusia”nya, adik-adik serta teman-teman di Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab(IMBA).
13.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu tetapi telah memberikan bantuan yang tidak terhingga kepada penulis.
Terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan.
Medan, Agustus 2009
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ……… i
UCAPAN TERIMA KASIH ………. ii
DAFTAR ISI ………. iv
DAFTAR SINGKATAN ………. vi
ABSTRAKSI ……….. vii
BAB I PENDAHULUAN………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Perumusan Masalah ……….. 6
1.3 Tujuan Penelitian ……….. 7
1.4 Manfaat Penelitian ……… 7
1.5 Metode Penelitian ……… 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……… 9
2.1 Pesan Moral ……… 16
2.2 Kritik Sosial ……… 18
2.3 Pesan Religi ……… 20
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 22
3.1 Sejarah Singkat Penaklukan Andalusia ……… 22
3.2 Biografi Thariq bin Ziyad ………. 26
3.3 Pesan Moral dalam khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia 28
3.4 Pesan Kritik Sosial dalam khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia... 37
3.6 Tujuan nilai sosiologi sastra pada khutbah thariq bin ziyad 51
BAB IV PENUTUP ... 52
4.1 Kesimpulan ... 52
4.2 Saran ... 54
DAFTAR PUSTAKA ... ix
DAFTAR SINGKATAN
AS : `Alaihi Salam CD : Compact Disc H.R : Hadits Riwayat
IMBA : Ikatan Mahasiswa Bahasa Arab
M : Masehi
No. : Nomor
QS : Qur’an Surat RA : Radiyallahu ‘anhu RI : Republik Indonesia
ABSTRAK
FITRA HAKNI, 2009. Nilai Sosiologi Sastra Dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada
saat penaklukan Andalusia. Medan : Program studi Bahasa Arab Fakultas Satra Universitas Sumatera Utara.
Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Nilai sosiologi sastra dalam khutbah Thariq bin Ziyad akan mengungkapkan nilai yang tersirat dengan bahasa sastra yang tersurat dan mengandung nilai sosial yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad, yang terdiri dari pesan moral, pesan religius dan pesan kritik sastra. Untuk menganalisis khutbah tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Wellek & Werren dan Burhan Nurgiantoro. Khutbah ini di ucapkan Thariq bin Ziyad di atas bukit karang yang sekarang dikenal dengan Giblaltar, ketika ingin memulai peperangan melawan pasukan Visigoth, khutbah ini berisikan bagaiman penderitaan mereka yang berada di pulau musuh dan juga nilai-nilai moral yang sangat baik untuk menambah semangat perang pasukannya.
Untuk menganalisis nilai sosiologi sastra dalam khutbah thariq bin ziyad penulis melakukan penelitian dengan studi kepustakaan (library research) dan metode analisis deskriptif.
ﺭﻮﺻ
ﺓ
ﺮﺠﺗ
ﺩﻴ
ﺔﻳ
ﺲﻟﺪﻧﻻﺍ ﺢﺘﻓ ﻲﻓ ﺩﺎﻳﺯ ﻦﺑﺍ ﻕﺭﺎﻁ ﺔﺒﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻲﺑ ﺩﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻢﻴﻗ
ﺭﺎﺑﻮﺗﺎﺑ ﻰﻨﻘﺣ ﻯﺮﻄﻓ
:
ﺔﺒﺗﺎﻜﻟﺍ
:
ﻞﻴﺠﺴﺘﻟﺍ ﻢﻗﺭ
۰٥۰۷۰٤۰۰۲
ﺍ ﻞﻴﻠﺤﺗ ﻮﻫ ﻲﺑﺩﺃ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ
ﻹ
ﺍ ﻉﺎﻤﺘﺟ
ﻹ
ﻮﻫﻭ
.
ﻊﻤﺘﺠﻣ ﻲﻓ ﺎﻴﻤﻠﻋ ﻭﺍ ﺎﻴﻋﻮﺿﻮﻣ ﺎﻣﺍ ﻪﺘﺑﻮﻁﺭ ﻭ ﻲﻧﺎﺴﻧ
.
ﺎﻀﻳﺍ ﺔﺘﺑ ﺎﺛ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻥﺎﻛ ﻒﻴﻛ ﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻥﻮﻜﻳ ﻒﻴﻛ ﻭ ﻊﻤﺘﺠﻤﻟﺍ ﻥﺎﻜﻣﺍ ﻦﻋ ﺚﺤﺒﻳ
ﺮﻤﻀﻤﻟﺍ ﺊﺸﻟﺍ ﻒﺸﻜﺗ ﺲﻟﺪﻧﻻﺍ ﺢﺘﻓ ﻲﻓ ﺩﺎﻳﺯ ﻦﺑﺍ ﻕﺭﺎﻁ ﺔﺒﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻲﺑﺩﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﻢﻠﻌﻟﺍ ﻢﻴﻗ
(
ﺏﻮﺘﻜﻣ
)
ﺭﻮﻄﺴﻣ ﺊﺸﺑ
(
ﻝﻮﻬﺠﻤﻟﺍ
)
۰
ﻒﻴﻨﺼﺘﻟﺍ ﺔﺒﻀﻫ ﻰﻠﻋ ﺔﺒﻄﺨﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﺩﺎﻳﺯ ﻦﺑﺍ ﻕﺭﺎﻁ ﺐﻄﺧ
ﺲﻟﺪﻧﻻﺍ ﺢﺘﻔﻟ ﺃﺪﺑ ﺮﺘﻠﻠﺒﻏ ﻖﻴﻀﻤﺑ
،
ﻭ ﻭﺪﻌﻟﺍ ﻱﺪﻟ ﻢﻬﺑﺍﺬﻋ ﻞﻤﺤﺗ ﻦﻋ ﺔﺒﻄﺨﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻲﻓ ﻕﺭﺎﻄﻟﺍ ﻲﻜﺤﻳ
ﻪﺷﻮﻴﺟ ﺏﻮﻠﻗ ﻲﻓ ﺎﻀﻳﺃ ﻉﻼﻘﻟﺍ ﺓﻮﻗ ﺄﻨﺒﻳ ﺔﺒﻄﺨﻟﺍ ﻩﺬﻬﺑ ﻭ ﷲ ﻩﺪﻫﺎﻋ ﺎﻤﻛ ﺩﺎﻬﺠﻟﺍ ﺔﺟﺭﺩ ﺔﻴﻠﻋ
۰
ﻙﻮﻠﺴﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﻞﻤﺸﺗ ﺏﺩﻷﺍ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺭﻮﺼﻨﻌﻟﺍ ﺔﻓﺮﻌﻣ ﻞﻴﻠﺤﺘﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﻦﻣ ﺽﺮﻐﻟﺍ ﻥﺎﻛ
ﻚﻠﻟﻭ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺰﻣﺭ ﻡﺍﺪﺨﺘﺳﺎﺑ ﺎﻬﻨﻣ ﺩﻮﺼﻘﻣ ﻭ ﺔﻴﻨﻳﺪﻟﺍ ﻢﻴﻠﻌﺘﻟﺍ ﻭ ﻲﻋﺎﻤﺘﺟﺍ ﺪﻘﻨﻟﺍ ﻭ ﻲﻧﺎﺴﻧﻷﺍ
)
ﻥﺭﻭ
wellek dan warren
ABSTRAK
FITRA HAKNI, 2009. Nilai Sosiologi Sastra Dalam Khutbah Thariq bin Ziyad Pada
saat penaklukan Andalusia. Medan : Program studi Bahasa Arab Fakultas Satra Universitas Sumatera Utara.
Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Nilai sosiologi sastra dalam khutbah Thariq bin Ziyad akan mengungkapkan nilai yang tersirat dengan bahasa sastra yang tersurat dan mengandung nilai sosial yang tinggi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad, yang terdiri dari pesan moral, pesan religius dan pesan kritik sastra. Untuk menganalisis khutbah tersebut penulis menggunakan teori yang dikemukakan oleh Wellek & Werren dan Burhan Nurgiantoro. Khutbah ini di ucapkan Thariq bin Ziyad di atas bukit karang yang sekarang dikenal dengan Giblaltar, ketika ingin memulai peperangan melawan pasukan Visigoth, khutbah ini berisikan bagaiman penderitaan mereka yang berada di pulau musuh dan juga nilai-nilai moral yang sangat baik untuk menambah semangat perang pasukannya.
Untuk menganalisis nilai sosiologi sastra dalam khutbah thariq bin ziyad penulis melakukan penelitian dengan studi kepustakaan (library research) dan metode analisis deskriptif.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra adalah sebuah istilah yang sangat sulit untuk didefenisikan, sebab istilah sastra dipakai untuk menyebutkan gejala budaya yang dapat dijumpai pada semua masyarakat baik secara sosial, ekonomi, maupun keagamaan.
Kata “sastra” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sas” yang berarti mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk atau instruksi. Dan juga kata “tra” yang berarti alat maupun sarana. Sehingga sastra dapat diartikan sebagai sarana atau alat yang dapat digunakan untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran. (Teeuw, 1984: 23).
Kata sastra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah bahasa yang dipakai di dalam kitab-kitab (1988:786). Sedangkan kata sastra dalam bahasa Arab dikenal dengan kata
ﺐ
ﺪﻻﺍ
/
al-adabu/ (Yunus, 1990:37).Sementara Mahmud Ad- Dairi (1999: 8) memberikan gambaran tentang adab sebagai berikut :
ﺐﺪﻷﺍ
ﻮﻫ
ﺲﺎﻛﻌﻧﺇ
ﺓﺎﻳﺣﻠﺍ
ﻲﻔ
ﺲﻔﻧ
ﺐﻳﺪﻻﺍ
ﺭﻴﺒﻌﺗﻠﺎﺒ
ﻞﻳﻤﺠﻟﺍ
ﻥﻤ
ﻞﻼﺧ
ﺔﻏﺎﻴﺼ
ﺔﻴﻧﻓ
ﺔﻴﻠﺎﻤﺠ
ﺮﺛﺆﺗ
ﻲﻔ
ﻦﺍﺪﺠﻮﻟﺍ
ﻮ
ﺮﻴﺜﺗ
ﺎﺷﻤﻟﺍ
ﺮﻋ
ﺔﻳﻧﺳﻧﻹﺍ
ﺍ
ﺔﻔﻠﺘﺨﻤﻟ
/ al-adabu huwa in’ikāsu al-ḥayāti fī nafsi al-adībi bi at-ta’bīri al-jamīli min khilāli
ṣiyāgatin fanniyyatin jamāliyyatin tu`aṡṡiru fī al-wijdāni wa tuṡīru al-masyā’ira al-insaniyyati al-mukhtalifatin/ “ Sastra adalah pantulan kehidupan yang ada dalam jiwa
penyair dengan mengibaratkan sesuatu yang indah dari sisi keindahan seni yang dapat memberikan kesan emosional dan mengarahkan perasaan manusia yang berbeda-beda”.
ﺐﺪﻷﺍ
ﻮﻫ
ﻢﻼﻜ
ﺍ
ﻹ
ﺎﺸﻧ
ﻰﺌ
ﻎﻴﻠﺒﻠﺍ
ﻯﺬﻟﺍ
ﺪﺼﻗﻳ
ﻪﺑ
ﻰﻠﺇ
ﺮﻳﺛﺄﺗﻠﺍ
ﻰﻔ
ﻮﻋ
ﺍ
ﻑﻄ
ﺀﺍﺮﻗﻠﺍ
ﺳﻠﺍﻮ
ﺍ
ﻦﻳﻌﻤ
،
ﺀﺍﻮﺳ
ﻥﺎﻜﺃ
ﺮﻌﺸ
ﻢﺃﺍ
ﻧ
ﺍﺮﺛ
/ al-adabu huwa kalāmu al-insyā-ī al-balīgu al-lażī yuqṣadu bihi ila at-ta`sīri fī ‘awātifi al-qurrā`i wa as-sāmi’īna, sawā`un akāna syi’ran am naṡran / “ sastra adalah
ungkapan yang indah dan jelas, yang dimaksudkan untuk menyentuh jiwa mereka yang mengucapkan atau yang mendengarnya baik berupa sya’ir maupun prosa”.
Sedangkan kata ”sosiologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu dari akar kata “soio/socius” yang berarti masyarakat dan kata ”logo/logos” yang berarti ilmu. Jadi sosiologi berarti ilmu mengenai asal-usul dan pertumbuhan (evolusi) masyarakat, atau ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antarmanusia dalam masyarakat yang bersifat umun, rasional dan empiris (Nyoman,2003:1)
Jadi sosiologi sastra adalah pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-aspek kemasyarakatannnya.
Sastra merupakan institusi sosial yang memakai medium bahasa yang terdiri dari kenyataan sosial. Oleh karena itu sastra sering disebut sebagai cermin masyarakat pada waktu tertentu.
Sastra merupakan cerminan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang pengarang mengungkapkan problema kehidupan yang pengarang sendiri ikut berada di dalamnya. Karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan sekaligus mampu memberi pengaruh terhadap masyarakat. Bahkan seringkali masyarakat sangat menentukan nilai karya sastra yang hidup di suatu zaman, sementara sastrawan sendiri adalah anggota masyarakat yang terikat status sosial tertentu dan tidak dapat mengelak dari adanya pengaruh yang diterimanya dari lingkungan yang membesarkan dan membentuknya.
dengan masyarakat dan menumbuhkan sikap sosial tertentu atau bahkan untuk mencetuskan peristiwa sosial tertentu.
Sosiologi dan sastra merupakan dua bidang ilmu pengetahuan yang berbeda, namun keduanya saling melengkapi. Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang objek studinya berupa aktivitas sosial manusia. Sedangkan sastra adalah karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia (Fananie :132).
Sesungguhnya sosiologi dan sastra berbagi masalah yang sama. Seperti halnya sosiologi, sastra juga berurusan dengan manusia dalam masyarakat sebagai usaha manusia untuk menyesuaikan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Dengan demikian, karya sastra dapat dianggap sebagai usaha untuk menciptakan kembali dunia sosial yaitu hubungan manusia dengan keluarga, lingkungan, politik, negara, ekonomi dan sebagainya yang juga menjadi urusan sosiologi. Dapat disimpulkan bahwa sosiologi dapat memberi penjelasan yang bermanfaat tentang sastra, dan bahkan dapat dikatakan tanpa sosiologi, pemahaman kita tentang satra belum lengkap.
Sosiologi adalah telaah tentang lembaga dan proses sosial manusia yang objektif dan ilmiah dalam masyarakat. Sosiologi mencoba mencari tahu bagaimana masyarakat dimungkinkan, bagaimana ia berlangsung, dan bagaimana ia tetap ada. Dengan mempelajari lembaga-lembaga sosial dan segala masalah ekonomi, agama, politik dan lain-lain, yang kesemuanya itu merupakan struktur sosial, kita mendapatkan gambaran tentang cara-cara manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tentang mekanisme sosialisasi, proses pembudayaan yang menempatkan anggota masyarakat di tempatnya masing-masing.
Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari masyarakat karena karya sastra merupakan cerminan suatu bangsa yang menggambarkan budaya bangsa serta dapat membedakan bangsa tersebut dengan bangsa yang lain.
Moral dalam karya sastra dapat dipandang sebagai amanat maupun pesan. Unsur amanat merupakan gagasan yang mendasari suatu karya sastra, dan gagasan yang mendasari diciptakannya sebuah karya sastra berperan sebagai pendukung pesan.
Pesan moral sastra lebih mengarah pada sifat manusia yang hakiki, bukan pada aturan-aturan yang dibuat, ditentukan dan dihakimi oleh manusia. Bahkan pesan moral ini adakalanya tampak seperti bertentangan dengan ajaran agama.
Kesusasteraan Arab oleh ahli-ahli bahasa Arab dibagi menjadi 5 masa yaitu :
• Masa jahiliyyah. Masa ini berakhir hingga agama Islam muncul(abad VI M)
• Masa Permulaan Islam (khulafaur rasyidin) sampai masa bani Umayyah(623-750)
• Masa Dulat Abbasiah.(750-1517 M)
• Masa kebangunan bangsa Turki(daulat Usmaniah 1517-1924 M)
• Masa Kebangunan terakhir (zaman baru), dimulai dari pemerintahan keluarga Muhammadiyah Al-Alawiah di Mesir(1924) sampai dewasa ini.
Dalam sejarah kesusasteraan Arab terdapat bermacam-macam karya sastra dan karya sastra yang paling digemari adalah syair karena mereka menganggap bahwa syair merupakan sebuah karya seni yang paling indah yang harus dihargai dan dimuliakan. Walaupun demikian tidak tertutup kemungkinan mereka juga memiliki karya sastra lain yang sangat mereka butuhkan, seperti halnya khutbah ( retorika ).
Khutbah juga tidak kalah pentingnya dengan syair. Jika syair bisa mengangkat derajat suatu kaum atau golongan, maka khutbah bagaikan kekuatan yang amat sangat hebat bagi suatu golongan terutama ketika sedang menghadapi musuh di medan perang. Maka bisa dikatakan khutbah bagaikan minuman segar yang sangat di butuhkan di tengah kehausan jiwa mereka dan sebagai alat penyemangat ketika mereka lemah.
Khutbah terdiri dari beberapa unsur penting yang harus ada dalam sebuah khutbah yaitu, al-muqaddimah (pembukaan), al-‘ardu (tampilan), ad-tadlīlu (keterangan) dan al-khatimah (penutup) (Mahmud, Ad-Dairi,1999:162)
Khutbah terdiri dari beberapa alinea. Kalimat khutbah pada zaman jahilyyah pendek- pendek, kata-katanya jelas dan mempunyai arti yang dalam. Setiap dua kalimat atau lebih kadang-kadang diakhiri dengan huruf yang sama, ringkas dan di dalamnya terdapat kata- kata hikmah, peribahasa dan bait-bait puisi.
Dalam khutbahnya para khatib (juru pidato) tidak jarang mengisi semua pidatonya dengan ayat-ayat Al-Qur`an saja. Pidato dalam bahasa Arab dihiasi dengan ayat-ayat Al- Qur`an baik sebagai perumpamaan maupun peringatan. Kaum muslimin juga mencemoohkan khutbah yang tidak ada ayat- ayat Al-Qur`annya sebagai suatu yang paling jelek (syuha’), lebih- lebih jika tidak dimulai dengan pujian terhadap Allah (Al-Muhdar, 1983:100).
Munculnya prosa jenis ini disebabkan oleh banyaknya perang antarsuku, adanya peristiwa-peristiwa dalam masyarakat, seperti pengucapan rasa sukacita, rasa dukacita atau permintaan bantuan, adanya kekacauan dan kebebasan politik pada zaman jahiliyyah, masih adanya orang- orang yang buta huruf, sehingga tradisi lisan lebih banyak diterima daripada tulisan, dan juga masih adanya kebiasaan yang saling membanggakan asal-usul suku dan kemuliaan ahlaknya.
Pada masa Bani Umayyah khutbah juga sangat berkembang. Perkembangan khutbah ini disebabkan oleh beberapa hal yang berbeda diantaranya adalah pengaruh politik, pengaruh agama, dan juga pemikiran yang berkembang pada saat itu.
Dalam bahasa Arab prosa dikenal dengan naṡr
(
ﺮﺜﻨﻟﺍ
)
. Dan defenisi naṡr dalam bahasa Arab adalah :ﺮﻴﻜﻔﺘﻟﺍ ﺮﻫﺎﻈﻣ ﻦﻣ ﺮﻬﻈﻣ ﻭ ﻞﻘﻌﻟﺍ ﺔﻐﻟ ﻮﻫ ﺮﺜﻨﻟﺍ
۰
/ an-naṡru huwa lugatu al-‘aqli wa maẓharun min maẓāhiri al-tafkīri/ “ Prosa adalah bahasa akal yang merupakan salah satu bentuk bahasa pemikiran”.
Pada masa Bani Umayyah terdapat beberapa jenis nasr, diataranya :
Kitābat (prosa tulisan) yang terbagi menjadi, Rasāil diwaniyyat yakni surat-surat dari pemerintah pusat yang disampaikan kepada penguasa atau pemimpin di daerah. Rasāil
ikhwaniyyat, yaitu surat-surat yang berisi ucapan suka cita, duka cita, teguran atau
pengarahan yang ditulis oleh penulis kepada penulis lainnya. Tawqi`at, yaitu kata-kata ringkas berupa pendapat yang ditulis oleh khalifah atau penguasa atas permintaan rakyatnya untuk menjelaskan suatu masalah.
Pada kesempatan ini penulis akan membahas khutbah Thariq bin Ziyad ketika beliau dan pasukannya yang ditugaskan untuk menaklukkan Andalusia, tepatnya pada bulan Rajab tahun 97 H (Juli 711 M), di selat Giblaltar, di atas perbukitan karang setinggi 425 m di pantai tenggara spanyol, dan nama Andalusia pada masa kini telah berganti nama dengan Spanyol.
Penulis tertarik membahas tentang khutbah Thariq bin Ziyad yang ditinjau dari bidang sosiologi sastra karena objek pembahasan ini belum pernah diteliti khususnya di jurusan bahasa Arab Universitas Sumatera Utara. Penulis juga menganggap khutbah ini perlu diteliti terutama nilai moralnya karena khutbah Thariq ini mengandung nilai moral dan nilai religius yang sangat tinggi, serta kata-katanya banyak mengandung hikmah terutama jika dibandingkan dengan era global ini yang telah banyak terjadi tindak kriminal dan kejadian-kejadian yang disebabkan oleh krisis moral yang terjadi pada saat ini. Khutbah ini juga memiliki sejarah yang sangat membanggakan umat muslim. Namun pembahasan tentang sosiologi sastra terhadap karya sastra lain telah pernah diteliti sebelumnya.
Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendapat Wellek dan Werren serta Burhan Nurgiantoro dan buku Al-Qira’atu Ar-Rasyidatu(tanpa tahun) sebagai data utama. Adapun sumber-sumber lain yang berkaitan dengan judul penelitian ini serta kamus sebagai panduan terjemahan merupakan data sekunder dalam penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
1. Nilai moral apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?
2. Nilai religius apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?
3. Kritik sosial apa sajakah yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?
4. Apakah yang menjadi tujuan dari nilai sosiologis yang tersirat dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ?
1.3 Tujuan Penalitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai moral yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.
2. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai religius yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.
3. Untuk mendeskripsikan kritik sosial yang terkandung dalam khutbah Thriq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.
4. Untuk mendeskripsikan tujuan dari nilai sosiologi sastra yang terkandung dalam khutbah Thariq Bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia.
5. Untuk melengkapi persyaratan ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu bahasa Arab pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
2. Untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan peminat bahasa dan sastra Arab.
3. Untuk menambah referensi ilmiah bagi Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Bahasa Arab.
1.5 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan sosiologis yakni menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan pemahaman mulai dari masyarakat ke individu. Dalam hal ini pendekatan sosiologis menganggap karya sastra merupakan milik mansyarakat (Nyoman, 2004:59).
Penelitian ini berbentuk penelitian kepustakaan (library research) dan menggunakan analisis deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara mengumpul, mengklasifikasi, menganalisis dan mengimpretasikan data dalam fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya.
Untuk memindahkan bahasa Arab kedalam bahasa Latin maka peneliti memakai sistem transliterasi Arab Latin berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.158/1987 dan No.0543/ b/U/1987 tanggal 22 Januari 1988.
Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks khutbah Thariq bin Ziyad yang terdapat dalam buku Al-qirā`atu Ar-rasyīdu. Data-data lain yang
berkaitan tentang Khutbah Thariq bin Ziyad yang terdapat di buku dan internet dijadikan sebagai data sekunder dalam penelitian ini.
Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Mengumpulkan referensi atau buku-buku yang berkaitan dengan khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia dan sosiologi sastra. 2. Membaca dan mempelajari khutbah Thariq bin Ziyad pada saat
3. Mengklasifikasikan khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia kepada penggolongan nilai sosiologi sastra yang terdiri dari nilai moral, nilai religius dan kritik sosial yang terkandung dalam khutbah Thariq bin Ziyad.
4. Menganalisis khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia. 5. Menyusun hasil penelitian secara sistematis yang akan disajikan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan jiwa bangsa dari abad ke abad dan menjadi warisan kebudayaan yang bernilai tinggi. Oleh sebab itu karya sastra perlu digali dan diinvetarisasi agar isinya dapat dinikmati dan dipedomani dari generasi ke generasi.
Dalam bahasa Arab pidato dikenal dengan khutbah. Kata khutbah berasal dari kata
ﺐﻄﺧ
/ khaṭaba /yang berarti berkhutbah atau berpidato. Kata khutbah juga tidak asing lagi bagi kita karena kata khutbah telah diserap oleh bahasa Indonesia.Mahmud, Ad-dairi (1995: 155 ) memberikan pengertian khutbah sebagai berikut :
ﺍ
ﺔﺑﻄﺨﻟ
ﻰﻫ
ﻦﻔ
ﺔﺤﻔﺎﺷﻣ
ﺮﻮﻬﻣﺟﻟﺍ
ﻮ
ﻪﻋﺎﻧﻘﺇ
ﻮ
ﻪﺘﻠﺎﻤﺗﺴﺇ
،
ﻰﻬﻔ
ﻥﻔ
ﻢﻼﻜ
ﺪﻳﺠﻟﺍ
/ al-khuṭbatu hiya fannu musyāfahati al-jumhūri wa iqnā’ihi wa istimālatihi, fahiya fannu kalāmi al-jayyidi / “ khutbah adalah seni berbicara di depan khalayak ramai dengan
pemuasan dan berisikan ajakan, ia adalah seni berbicara yang baik”.
Sedangkan menurut Hendrikus (1990:14) dalam bukunya yang berjudul Retorika, ia memberikan defenisi yang tidak jauh berbeda dengan pendapat Mahmud yang mengatakan bahwa retorika (khutbah) sebagai kesenian untuk berbicara baik yang dicapai berdasarkan bakat alam (talenta) dan keterampilan. Kesenian berbicara ini berarti bukan hanya berbicara lancar tanpa ada jalan pikiran yang jelas dan tanpa isi, melainkan suatu kemampuan untuk berbicara secara singkat, jelas, padat dan mengesankan.
Sementara Sutiasumarga (2000:38) menggambarkan bahwa pidato adalah sekumpulan cara yang harus diikuti oleh seorang orator (khatib) pada saat berpidato di depan orang seperti bagaimana meningggikan atau merendahkan suara, dan juga bagaimana menggunakan gaya bahasa.
Encyclopaedia Britanica (dalam Rousydiy, 1985:6) mendefenisikan retorika sebagai :”The art of using languagein such away to produce a desired impress upon the
hearers and readers”. (“retorika adalah kesenian mempergunakan bahasa dengan cara
(tekanan) yang dikehendaki dari terhadap “pendengar dan pembaca” mengandung pengertian bahwa retorica itu bukan saja menyangkut bahasa yang di ucapkan untuk didengar tetapi juga menyangkut kesenian menggunakan bahasa yang ditulis untuk dibaca.
Pengertian yang demikian itu dicantumkan juga dalam devenisi yang diberikan oleh Encyclopedia Americana (dalam Rousydiy, 1985:6) yaitu “ Rhetorica includes in the
widest use of term the art of oratory whether written or spoken” Rhetorica mencakup
dalam penggunaan term yang luas kesenian keoratoran apakah ia dituliskan atau diucapkan. Dengan demikian dapat diartikan bahwa retorika (khutbah) merupakan berbicara dihadapan umum, penyajian percakapan, pidato, karangan-karangan tertulis atau terucapkan, pengajian, tanya jawab, gaya bahasa dan lain sebagainya.
Secara umum dapat disimpulkan bahwa khutbah (retorika) adalah suatu cabang ilmu sastra berbentuk prosa yang menggunakan seni atau keterampilan berbahasa indah, baik, lugas dan tegas sebagai media penyampaian atau media komunikasi yang terjadi secara langsung. Khutbah (retorika) mempunyai dua unsur yang sangat penting yang tidak bisa dilepaskan dari khutbah, yaitu “ kepuasan dan mempengaruhi “. Dengan kata lain, ketika seseorang berkhutbah dia harus mampu menyampaikan pesan yang terkandung dalam khutbahnya itu kepada para pendengar dan dia juga harus mampu mempengaruhi dan membuat para pendengar merasa puas atas apa yang disampaikannya dalam khutbahnya, serta dia juga harus mampu membuat para pendengar merasakan apa yang dirasakannya dari khutbahnya tersebut.
Khutbah (retorika) juga merupakan suatu cara penggunaan bahasa untuk memperoleh efek estetis. Yang bisa diperoleh melalui kreativitas pengungkapan bahasa, yaitu bagaimana khatib menyiasati bahasa sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasannya.
Bormann (1991:179-228) menambahkan bahwa khutbah (pidato) dapat dibedakan dalam beberapa jenis berdasarkan isinya. Jenis pidato (khutbah) sedikitnya akan dibedakan antara lain :
1. Pidato Informatif, yakni pidato yang berisi informasi dimana situasi public
speaking melibatkan informasi yang penting atau pengetahuan yang akan
2. Pidato Argumentatif, yakni hadirin biasanya mengharapkan agar pembicara mau memberikan argumentasi sebagai pendukung pendapat yang diperdebatkan. Dan juga mengambil masalah yang kontroversial dan memberi analisis pertanyaan yang beralasan dengan cara yang koheren dan berdasarkan logika.
3. Pidato Persuasif, yakni pidato yang berisi bujukan untuk mendapat respon dari penerima, untuk mengubah sikap dan keyakinan para penerima. Orang yang memberikan pidato persuasif mempunyai tujuan khusus dan menampilkan pesan yang bersifat membujuk untuk mencapai tujuan.
Menurut pembagian khutbah (retorika) di atas, penulis menyimpulkan bahwa khutbah Thariq bin Ziyad pada saat penaklukan Andalusia ini tergolong kepada jenis pidato (khutbah) persuasif. Karena khutbah Thariq bin Ziyad tersebut bertujuan untuk mengubah sikap para tentaranya yang ingin berperang dari rasa khawatir menjadi semangat dan juga menyampaikan pesan-pesan tertentu yang berguna bagi para tentaranya dalam peperangan yang akan terjadi dalam jangka waktu yang singkat.
Sedangkan pada masa Bani Umayyah khutbah terbagi kepada tiga jenis (Jamil,2007:18). , yaitu
1. Khutbah politik : khutbah politik merupakan pidato yang di pakai pada lembaga-lembaga kenegaraan atau dapa acara-acara resmi kenegaraan.
2. Khutbah keagamaan : khutbah keagamaan juga dipakai khusus pada acara-acara keagamaan.
Sosiologi merupakan telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang proses sosial, sosiologi mencari tahu bagaimana masyarakat memungkinkan, bagaimana ia berlangsung dan bagaimana ia tetap ada.
Menurut Nyoman (2004:332) ada beberapa hal yang dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan yang erat dengan masyarakat. Dengan demikian kaitan sastra dengan masyarakat sebagai berikut :
1. Karya sastra ditulis oleh pengarang, diceritakan oleh tukang cerita, disalin oleh penyalin, sedangkan subjek tersebut adalah anggota masyarakat.
2. Karya sastra hidup dalam masyarakat, meresap aspek-aspek yang terjadi dalam masyarakat, yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat.
3. Media karya sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjamkan melalui kompetensi masyarakat, yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah kemasyarakatan.
4. Berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat istiadat dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika, etika bahkan juga logika. Masyarakat jelas sangat berkepentingan ketiga aspek tersebut.
5. Sama dengan masyarakat, karya sastra adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya dalam suatu karya sastra.
Pendekatan sosiologis berarti menganalisis manusia dalam masyarakat, dengan proses pemahaman dari masyarakat ke individu. Dengan pengertian lain, kehidupan mencakup hubungan antarmasyarakat dengan manusia dan antarperistiwa yang terjadi dalam batin seseorang.
Menurut Nyoman (2003:79) aspek sosial karya sastra memberikan kemungkinan yang sangat luas untuk mengakses emosi, obsesi, dan berbagai kecendrungan yang tidak mungkin terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
harus mengadakan pendekatan sosiologi terlebih dahulu dan disusul oleh pendekatan sastra.
Wellek dan Werren (1995:111) membuat tiga konsep untuk meneliti karya sastra ditinjau dari segi sosiologi sastra sebagai berikut :
1. Sosiologi pengarangan yang mempermasalahkan status sosial, idiologi, politik, dan lainnya yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra. 2. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan karya sastra dalam karya sastra
itu sendiri, yang menjadi pokok penelaahannya adalah apa yang tersirat dalam karya sastra dan apa yang menjadi tujuan atau amanat yang disampaikan.
3. Sosiologi sastra yang mempermasalahkan pembaca dan pengaruh pembaca sosial karya sastra.
Penulis menggunakan teori Wellek dan Warren pada bagian kedua sosiologi sastra yang diteliti adalah nilai sosiologi apa sajakah yang tersirat dalam sebuah karya sastra khususnya khutbah Thariq bin Ziyad dan apa yang menjadi tujuan dari nilai-nilai sosiologi yang tersirat dalam sebuah karya.
Unsur- unsur yang diteliti adalah unsur yang tersirat yang menggambarkan pola- pola masyarakat serta nilai-nilai sosial yang meliputi nilai pesan moral, pesan religius dan pesan kritik sosial (Nurgiantoro,1995:320- 342).
Adapun isi khutbah Thariq bin Ziyad yang akan diteliti oleh penulis adalah sebagai berikut :
ﺲﻟﺪﻧﻷﺃ ﺡ ﻮﺘﻓ ﻞﺒﻗ ﻕﺭﺎﻁ ﺔﺒﻄﺧ
ﻢﻜﺋﺍﺭﻭ ﻦﻣ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺮﻔﻤﻟﺍ ﻦﻳﺃ
!
ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃ
،
ﻢﻜﻣﺎﻣﺃ ﻭﺪﻌﻟﺍﻭ
،
ﷲﻭ ﻢﻜﻟ ﺲﻴﻟﻭ
ﺇ
ﻕﺪﺼﻟﺍ ﻷ
ﺮﺒﺼﻟﺍﻭ
۰
kemana kalian akan lari? Lautan di belakang kalian dan musuh di depan kalian, tidak ada pilihan kecuali jujur dan sabar”.
ﻡﺎﺘﻳﻷﺍ ﻦﻣ ﻊﻴﺿﺃ ﺎﻨﻫ ﻢﻜﻧﺃ ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ
،
ﻡﺎﺌﻠﻟﺍ ﺔﺑﻭﺩﺄﻣ ﻲﻓ
۰
/ wa’lamū `annakum huna `aḍya’u min al-`aitāmi, fī ma`dubati al-li`āmi / “ dan
ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian ada di pulau ini lebih sia-sia daripada anak yatim yang terlantar"
ﺓﺭﻮﻓﻮﻤﻟﺍ ﻪﺗﺍﻮﻗﺃ ﻭ ﻪﺘﺤﻠﺳﺃ ﻭ ﻪﺸﻴﺠﺑ ﻢﻛﻭﺪﻋ ﻢﻜﻠﺒﻘﺘﺳﺃ ﺪﻗﻭ
،
ﻢﻜﻓﻮﻴﺳ ﻻﺃ ﻢﻜﻟ ﺭﺯﻭﻻ ﻢﺘﻧﺃ ﻭ
،
ﻢﻛﻭﺪﻋ ﺪﻳﺃ ﻦﻣ ﻪﻧﻮﺼﻠﺨﺘﺴﺗ ﺎﻣ ﻻﺃ ﺕﺍﻮﻗﺃ ﻻﻭ
۰
/ waqad `istaqbalakum ‘aduwwukum bijaisyihi wa `asliḥatihi wa `aqwātihi al-maufuratu, wa `antum lāwazara lakum `illa suyūfakum, wa lā `aqwāta `illa mā tastkhliṣūnahu min `aidi ‘aduwwikum / “ musuh dengan jumlah pasukan yang besar, dan persenjataan yang
lengkap serta persiapan bekal yang berlimpah telah siap menghadapi kalian, dan kalian hanyalah tinggal pedang kalian, dan tidak ada bekal kecuali yang kalian rampas dari musuh”.
ﻭﺇ
ﺍﺮﻣﺃ ﻢﻜﻟ ﺍﻭﺰﺠﻨﺗ ﻢﻟﻭ ﻢﻛﺭﺎﻘﺘﻓﺍ ﻰﻠﻋ ﻡﺎﻳﻷﺍ ﻢﻜﺑ ﺕﺪﺘﻣﺍ ﻥ
،
ﻢﻜﺤﻳﺭ ﺐﻫﺫ
،
ﺖﺿﻮﻌﺗ ﻭ
ﻢﻜﻴﻠﻋ ﺓﺃﺮﺠﻟﺍ ﻢﻜﻨﻣ ﺎﻬﺒﻋﺭ ﻦﻣ ﺏﻮﻠﻘﻟﺍ
۰
/ wa`in imtaddat bikum al-ayyāmu ‘ala iftiqārikum walam tunjizū lakum `amran, żahaba rīḥukum, wa ta’awwaḍati al-qulūbu min ru’biha minkumu al-jur`ata ‘alaikum / “ jika hari
berlalu seperti itu, dan kalian tidak menyelesaikan urusan ini ia berlalu membuat mereka senang dan berganti hati karena permainan kalian jadi berani pada kalian”.
ﻢﻛﺮﻣﺃ ﻦﻣ ﺔﺒﻗﺎﻌﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻻﺬﺧ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻋ ﺍﻮﻌﻓﺭﺎﻓ
،
ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺓﺰﺟﺎﻨﻤﺑ
،
ﻪﺑ ﺖﻘﻟﺃ ﺪﻘﻓ
ﺔﻨﻴﺼﺤﻟﺍ ﻪﺘﻨﻳﺪﻣ ﻢﻜﻴﻟﺃ
۰
/ farfa’ū ‘an `anfusikum khużlāna hażihi al-‘āqibati min `amrikum, bimunājazati hażā aṭ -ṭāgiyati, faqad `alqat bihi madīnatuhu al-ḥaṣīnatu / “ sekarang kalian sudah berada dalam pulau yang kuat ini, maka lawanlah diri kalian karena hinanya akibat ini dengan menumpas pembangkang ini..(roderic)”.
ﻭﺇ
ﻦﻜﻤﻤﻟ ﻪﻴﻓ ﺔﺻﺮﻔﻟﺍ ﺯﺎﻬﺘﻧﺍ ﻥ
ﺇ
/ wa `inna intihāza al-furṣati fīhi lamumkinun `in samaḥtum li`anfusikum bilmauti / “ dan sungguh dalam kesempatan sangat mungkin untuk hal itu jika kalian biarkan diri untuk mati”.
ﻭﺇ
ﺓﻮﺠﻨﺑ ﻪﻨﻋ ﺎﻧﺃ ﺍﺮﻣﺃ ﻢﻛﺭﺬﺣﺃ ﻢﻟ ﻰﻧ
،
ﺱﻮﻔﻨﻟﺍ ﺎﻬﻴﻓ ﻉﺎﺘﻣ ﺺﺧﺭﺃ ﺔﻄﺧ ﻰﻠﻋ ﻢﻜﺘﻠﻤﺣ ﻻﻭ
،
ﺇ
ﻰﺴﻔﻨﺑ ﺃﺪﺑﺃ ﻻ
۰
/ wa `innī lam `uḥażżirukum `amran `anā ‘anhu binajwatin, wa lā ḥamaltukum ‘alā
khuṭṭatin `arkhaṣu matā’in fīhā an-nufūsu, `illa `abda`u binafsī / “ dan saya tidak akan memperingatkan akan sesuatu yang membahayakan dan saya sendiri selamat darinya, dan juga tidak akan membawa kalian ke jalan dimana nyawa bernilai rendah dan akulah orang yang pertama memulainya”
ﻢﻜﻧﺃ ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ
ﺇ
ﻼﻴﻠﻗ ﻖﺷﻷﺍ ﻰﻠﻋ ﻢﺗﺮﺒﺻ ﻥ
،
ﺇ
ﻼﻳﻮﻁ ﺬﻟﻷﺍ ﻪﻓﺭﻷﺎﺑ ﻢﺘﻌﺘﻤﺘﺳ
۰
/ wai’lamū `annakum `in ṣabartum ‘alā al-`asyaqqi qalīlan, `istamta’tum bil`arfahi al -`alżżi ṭawīlan / “ dan ketahuilah jika kalian sabar sedikit kalian akan merasakan banyak kelezatan”.
ﻰﺴﻔﻧ ﻦﻋ ﻢﻜﺴﻔﻧﺄﺑ ﺍﻮﺒﻏﺮﺗ ﻼﻓ
،
ﻰﻈّﺣ ﻦﻣ ﺮﻓﻭﺄﺑ ﻪﻴﻓ ﻢﻜﻈّﺣ ﺎﻤﻓ
،
ّﻰﻟﻭ ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲﻭ
ﺇ
ﻢﻛﺩﺎﺠﻳ
،
ﻦﻳﺭﺍﺪﻟﺍ ﻰﻓ ﺍﺮﻛﺫ ﻢﻜﻟ ﻥﻮﻜﻳ ﺎﻣ ﻰﻠﻋ
۰
/ falā targabū bi`amfusikum, famā ḥaẓẓukum fīhi bi`aufara min ḥaẓẓī, wa Allāhu ta’ālā
waliyyu `ījādikum, ‘alā mā yakūnu lakum żikran fī ad-dāraini / “ dan janganlah kalian merasa enggan kepadaku, karena keberuntunganku tidak lebih besar daripada kalian, Allah ta’ala menjadi saksi kebaikan kalian, atas apa yang akan kalian dapatkan di dua tempat”.
ﺐﻴﺠﻣ ﻝّﻭﺃ ﻰّﻧﺃ ﻮﻤﻠﻋﺍﻭ
ﺇ
ﻢﻜﺗﻮﻋﺩ ﺎﻣ ﻰﻟ
ﺇ
ﻪﻴﻟ
،
ﻰﺴﻔﻨﺑ ﻞﻣﺎﺣ ﻦﻴﻌﻤﺠﻟﺍ ﻰﻘﺘﻠﻣ ﺪﻨﻋ ﻰّﻧﺃ ﻭ
ﻪﻠﺗﺎﻘﻓ ﻖﻳﺭﺬﻟ ﻡﻮﻘﻟﺍ ﻪﻴﻏﺎﻁ ﻰﻠﻋ
ﺇ
ﻰﻟﺎﻌﺗ ﷲءﺎﺸﻧ
،
ﻰﻌﻣ ﺍﻮﻠﻤﺣﺎﻓ
۰
/ wai’lamū`annī `awwalu mujībin `ila mā da’autukum `ilaihi, wa `annī ‘inda multaqa al -jam’aini ḥāmilun binafsī’alā ṭāgiyati al-qaumi lużarīqa faqātiluhu `insyā`a Allāhu
ta’ālā, faihmalū na’ī / “ dan ketahuilah bahwa aku orang yang pertama
ﻥﺈﻓ
ﻩﺮﻣﺃ ﻢﺘﻴﻔﻛ ﺪﻘﻓ ﻩﺪﻌﺑ ﺖﻜﻠﻫ
،
ﻢﻛﺭﻮﻣﺃ ﻥﻭﺪﻨﺴﺗ ﻞﻣﺎﻋ ﻞﻄﺑ ﻢﻛﺯﻮﻌﻳ ﻢﻟﻭ
ﺇ
ﻪﻴﻟ
،
ﻭ
ﺇ
ﻥ
ﻰﻟﻮﺻﻭ ﻞﺒﻗ ﺖﻜﻠﻫ
ﺇ
ﻪﻴﻟ
،
ﻩﺬﻫ ﻰﺘﻤﻳﺰﻋ ﻰﻓ ﻰﻧﻮﻔﻠﺨﻓ
،
ﻪﻴﻠﻋ ﻢﻜﺴﻔﻧﺄﺑ ﺍﻮﻠﻤﺣﺍﻭ
،
ﺍﻮﻔﺘﻛﺍﻭ
ﻪﻠﺘﻘﺑ ﻰﺿﺍﺭﻷﺍ ﻩﺬﻫ ﺢﺘﻓ ﻦﻣ ﻢﻬﻟ
۰
/ fa`in halaktu ba’dahu faqad kufītum `amrahu, wa lam yu’wizkum baṭalun ‘āmilun
tusnidūna `umūrakum `ilaihi, wa `in halaktu qabla wuṣūlī `ilaihi, fakhlufūnī fī ‘aẓīmatī hażihi, wa iḥmalū bi `amfusikum ‘alaihi, wa iktafū lahum min fathi al-`arādī biqatlihi / “
jika aku binasa setelah dia cukuplah kalian urusan ini, dan kalian belum berkehendak untuk memilih seseorang untuk urusan ini, dan jika aku binasa sebelum sampai padanya, bersumpahlah kalian untuk tekatku ini, dan bawalah diri kalian untuk menyerangnya, dan untuk menaklukkan nagara ini, cukuplah hanya dengan membunuh dia”.
2.1 Pesan Moral
Media sastra dalam hal ini khutbah Thariq bin Ziyad dapat menyampaikan pesan-pesan moral baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pesan moral dapat disampaikan secara langsung kepada masyarakat yang hidup dan mendengar langsung khutbah Thariq bin Ziyad pada masa penaklukan Andalusia dan pesan moral juga disampaikan secara tidak langsung kepada para pembaca dan peminat sastra yang hidup pada masa kini untuk dijadikan sebagai pedoman hidup atau pelajaran hidup yang sangat berharga.
Secara umum moral menyarankan pada pengertian (ajaran tentang) baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dan sebagainya. Ahklak, budi pekerti, susila (KBBI,1988:592). Jika dilihat dari bentuk dikotomi antara bentuk karya sastra tema dan moral merupakan unsur isi, yang ingin disampaikan oleh pengarang kepada pembacanya.
ditujukan kepada pembaca. Moral dapat dipandang sebagai salah satu wujud tema yang sederhana namun tidak semua tema merupakan moral. (Kenny,1966:89 dalam Nurgiantoro, 1998:320).
Moral merupakan salah satu wujud tema dalam bentuk sederhana, walaupun tidak semua tema harus sekaligus merupakan nilai. Moral dikatakan bersifat praktis karena “ajaran” yang diberikan langsung ditunjukkan secara kongret lewat sikap dan tingkah laku tokoh cerita.
Moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang nilai-nilai kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikan kepada pembaca. Moral dalam karya sastra juga dipandang sebagai amanat, pesan atau message (Nurgiantoro,1995:322). Unsur amanat dalam karya sastra merupakan gagasan yang mendasari karya itu.
Menurut Kenny (1996:89 dalam nurgiantoro, 1998:320) :
Moral dalam cerita biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis yang dapat diambil (dan ditafsirkan) lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral merupakan “petunjuk” hidup yang sengaja diberikan oleh pengarang tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kehidupan, seperti sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan. Ia bersifat praktis sebab “petunjuk” itu dapat ditampilkan atau ditemukan modelnya di kehidupan nyata, sebagai model yang ditampilkan dalam cerita.
Nurgiantoro (1998:323) menegaskan bahwa :
Karya sastra senantiasa menawarkan nilai sosiologis yang berhubungan dengan sifat-sifat luhur kemanusiaan, memperjuangkan hak dan mertabat manusia. Sifat luhur pada dasarnya bersifat universal, dimiliki dan diyakini kebenarannya oleh manusia sejagat.
karya sastra selalu dalam pengertian yang baik. Dalam sebuah karya sastra terdapat bukan hanya satu pesan moral saja, namun terdiri dari beberapa pesan moral baik yang tersirat maupun tersurat. Pesan moral juga tidak dapat ditentukan, biasanya pesan moral dalam sebuah karya sastra bisa disimpulkan sendiri oleh pembaca sesuai dengan pemahamam dan pandangan mereka terhadap karya sastra tersebut.
Jenis dan wujud pesan moral itu sendiri bermacam-macam seperti pemertanyaan diri (eksistensi diri), harga diri, rasa percaya diri, takut, maut, rindu dan dendam. Pesan moral juga dapat berbentuk cinta kasih pada kedua orang tua, dapat berupa masalah yang berhubungan dengan Tuhan maupun antar sesama manusia.
Dalam khutbah Thariq bin Ziyad dapat kita lihat suatu pesan moral, dimana jika manusia bersabar atas apa yang diberikan Allah maka akan mendapat balasan yang lebih dari-Nya. Hal ini tampak dalam potongan khutbah sebagai berikut :
ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ
ﻢﻜﻧﺃ
ﻦﺇ
ﻡﺗﺮﺒﺼ
ﻰﻟﻋ
ﻖﺷﻷﺍ
ﻼﻴﻟﻘ
،ﺇ
ﻢﺘﻌﺗﻤﺗﺴ
ﺮﻷﺎﺒ
ﻪﻓ
ﺬﻟﻷﺍ
ﻼﻴﻮﻃ
/ wa i’lamu annakum in ṣabartum ‘ala al-`asyaqqqi qalīlan, istamta’tum bi al-arpahi al-alżżi tawīlan/ “Maka ketahuilah, jika kalian sedikit bersabar dalam kesulitan, maka kalian
akan merasakan banyak kenikmatan”.
Pada bait di atas menggambarkan bahwa sabar adalah kunci dari kesuksesan. Orang yang sabar akan menerima semua takdir tuhan dengan ikhlas dan selalu memetik hikmah dari apa yang terjadi kepadanya, dengan kesabarannya seseorang telah mengubah takdirnya.
Dalam Al-Quran Allah memuji orang-orang yang sabar, sebagaimana yang terdapat dalam QS. Al-baqarah : 177: "
.
ﻥﻮﻘﺘﻤﻟﺍ ﻢﻫ ﻚﺌﻟﺍ ﻭ ﺍﻮﻗﺪﺻ ﻦﻳﺬﻟﺍ ﻚﺌﻟﻭﺍ ﺱﺄﺒﻟﺍ ﻦﻴﺣ ﻭ ءﺍ ّﺮﻠﻀﻟﺍ ﻭ ءﺎﺳﺄﺒﻟﺍ ﻲﻓ ﻦﻳﺮﺑﺎﺼﻟﺍﻭ
Artinya: …dan orang-orang yang bersabar dalam kesulitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar imannya dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa."
Namun jika kalian sudah menghadapinya maka bersabarlah (untuk menghadapinya).” HR. Muslim.
Adapun tujuan Thariq Bin Ziyad mengucapkan kalimat di atas dalam khutbahnya adalah untuk memberikan semangat yang tidak boleh putus dan rasa sabar yang harus selalu ada dalam jiwa para tentaranya walau sepahit apapun yang mereka alami pada saat perang ini, karena jika sabar dan semangat yang tinggi telah tertanam dalam jiwa mereka insya Allah kesabaran dan semangat tersebut akan berbuah manis pada waktunya.
2.2 Kritik Sosial
Sastra dapat dipandang sebagai suatu gejala sosial. Sastra yang ditulis oleh pengarang pada suatu kurun waktu tertentu pada umumnya langsung berkaitan dengan norma-norma dan adat istiadat pada zaman itu (Luxemburg, 1984:23).
Karya sastra pada umumnya selalu memberikan atau menyisipkan kritik sosial di dalamnya, wujud kehidupan sosial yang dikritik bermacam-macam, seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Pesan kritik yang dihadirkankan pun berbeda-beda. Namun perlu diketahui bahwa suatu karya sastra jadi bernilai bukan hanya karena pesan kritik tersebut melainkan ditentukan oleh kekoherensian unsur intrinsik karya sastra tersebut.
Banyak karya sastra yang bernilai tinggi yang didalamnya menampilkan pesan kritik sosial, dimana wujud kehidupan sosial yang di kritik sangat beragam seluas lingkup kehidupan sosial itu sendiri. Namun, perlu ditegaskan bahwa karya-karya sastra tersebut menjadi bernilai bukan lantaran pesan itu, melainkan lebih ditentukan oleh koherensi semua unsure intrinsiknya. Pesan kritik sosial merupakan hubungan sosial manusia dengan lingkup sosial dan alam. Karya sastra yang memiliki kritik sosial, biasanya lahir ditengah-tengah masyarakat apabila terjadi hal-hal yang tidak baik dalam kehidupan sosial masyarakat.
ﻢﻛﺮﻣﺃ ﻦﻣ ﺔﺒﻗﺎﻌﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻻﺬﺧ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻋ ﺍﻮﻌﻓﺭﺎﻓ
،
ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺓﺰﺟﺎﻨﻤﺑ
/ farfa’ū
‘
an anfusikum khużlāna hāżihi al-‘āqibata min amrikum, bimunājazati hāżāaṭṭāgiyati / “ maka lawanlah diri kalian karena hinanya akibat ini, dengan menumpas pembangkang ini (Roderic)”.
Dalam bait di atas digambarkan bahwa melawan diri (nafsu) adalah hal utama yang harus dikerjakan sebelum melakukan sesuatu, karena dengan menahan nafsu sendiri maka semua akan lebih mudah terkontrol dan lebih mudah melakukan sesuatu serta berfikir jerni.
Dalam kalimat di atas Thariq memilih kata “
ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ
“ /aṭ-ṭāgiyah/ yang artinya pembangkang, karena raja yang memerintah pada masa itu sangat sombong dan angkuh, dia selalu memaksakan kehendaknya terhadap orang lain, dan sering menyiksa kaumnya. Dia juga membuat peraturan pembayaran pajak yang sangat tinggi. Dan sebagai pemimpin, raja roderic tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, seharusnya seorang pemimpin negara haruslah memperhatikan kepentingan dan kemakmuran negara dan penduduknya serta memperlakukan ummatnya dengan baik, bukan malah menyiksa dan membuat rasa tidak aman dan nyaman dalam hati penduduknya. Pesan kritik sosial yang penulis ambil dari kalimat di atas adalah penyelewengan, dan sikap semena-mena seorang pemimpin atas kekuasaannya sebagai raja.Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim disebutkan betapa besarnya tanggung jawab seorang pemimpin untuk menaungi umatnya.
...
ﻪﺘﻴﻋﺭ ﻦﻋ ﻝﺆﺴﻣ ﻢﻜﻠﻠﻛ ﻭ ﻉﺍﺭ ﻢﻜﻠﻠﻛ
Artinya : setiap orang adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawabannya kelak….
Dari potongan hadist di atas dapat diketahui bahwa setiap pemimpim seharusnya bersikap adil dan bijaksana karena semua tindakan seorang pemimpin akan dimintai pertanggung jawanannya di hari akhir( akhirat).
tidak melakukan hal yang sama dan tidak menyalah gunakan kekuasaan dan jabatan yang dimilikinya.
2.3 Pesan Religius
Dalam sebuah karya sastra terdapat berbagi macam pesan moral yang disampaikan. Selain menghidangkan pesan moral dan kritik sosial karya sastra juga menyisipkan pesan religius sesuai dengan kurun waktu karya tersebut diciptakan.
Kehadiran pesan religius dan keagamaan dalam sebuah karya sastra merupakan setua keberadaan sastra itu sendiri. Karena sastra itu tumbuh dari hal yang bersifat religius. Pada awal mula segala sastra adalah religius, (Mangun wijaya, 1982 : 11)
Istilah religius dan agama sering dikonotasikan maknanya, walaupun sebenarnya keduanya menyarankan makna yang berbeda. Agama lebih menunjukkan pada kelembagaan kebaktian kepada Tuhan dengan hukum-hukum yang resmi. Sedangkan religiositas melihat aspek yang ada dalam lubuk hati, riak getaran nurani pribadi, totalitas mengatasi, lebih dalam dan lebih luas dari agama yang tampak formal dan resmi.
Dalam karya sastra pesan agama dan religius bisa berbaur dan memberikan makna yang koherensi. Contoh pesan religius dalam khutbah Thariq bin Ziyad adalah sebagai berikut :
ﻢﻛﺮﻣﺃ ﻦﻣ ﺔﺒﻗﺎﻌﻟﺍ ﻩﺬﻫ ﻥﻻﺬﺧ ﻢﻜﺴﻔﻧﺃ ﻦﻋ ﺍﻮﻌﻓﺭﺎﻓ
،
ﺔﻴﻏﺎﻄﻟﺍ ﺍﺬﻫ ﺓﺰﺟﺎﻨﻤﺑ
/ farfa’ū
‘
an anfusikum khużlāna hāżihi al-‘āqibata min amrikum, bimunājazati hāżāaṭṭāgiyati / “ maka lawanlah diri kalian karena hinanya akibat ini, dengan menumpas pembangkang ini…(Roderic)”.
memaksakan kehendak, apalagi dari pihak yang lebih berkuasa. Apapun wujud kehendak yang dipaksakan itu adalah perbuatan yang tidak manusiawi dan tidak religius.
Kebebasan difahami, sebagai satu istilah yang menekankan kebolehan seseorang tidak luput dengan keterpaksaan. Islam memandang kebebasan dan keterpaksaan manusia dalam setiap prilaku, untuk menemukan kehidupan yang paling baik walaupun kebebasan tidak memiliki sifat keterikatan. Tetapi Islam sudah menggariskan, melalui aturan-aturan yang tersirat dan tersersurat di dalam Al Quran maupun Al Hadist. Manusia menurut hukum alam ciptaan Tuhan, mempunyai kebebasan dalam kemauan dan memiliki daya dalam dirinya untuk mewujudkan perbuatan yang dikehendakinya.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Singkat Penaklukan Andalusia
715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di Ummat
715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang berpusat di penaklukan sebagai salah satu propinsi dari dinasti 705 M). Khalifah Abd al-Malik Rahimahullah mengangkat Hasan ibn Nu'man Di zaman kekuasaannya dengan menduduki
menjadi basis kekuasaan kerajaan menghasut penduduk agar membuat kerusuhan dan menentang kekuasaa kawasan ini betul-betul dapat dikuasai, umat untuk menaklukka kaum muslimin dalam penaklukan wilayah
Dalam proses penaklukan dikatakan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia menyeberangi selat yang berada di antara diantaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh menang dan kembali ke jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang terjadi dalam tubuh untuk memperoleh harta rampasan perang, mengirim pasukan ke spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan
Rahimahullah.
karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar orang menyeberangi Selat di bawah pimpina tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya, dikenal dengan nama terbukalah pintu secara luas untuk memasuki tempat yang bernam
Rahimahullah dan pasukannya terus menaklukkan kota-kota penting, seperti
Nushair Rahimahullah d 5000 personel, sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang. Jumlah ini belum sebanding dengan pasukan
Kemenangan pertama yang dicapai oleh jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas lagi. Untuk itu,
Rahimahullah merasa perlu melibatkan diri dalam gelanggang pertempuran dengan
maksud membantu perjuangan Thariq. Dengan suatu pasukan yang besar, ia berangkat menyeberangi selat itu, dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat ditaklukkannya. Setelah Musa Rahimahullah berhasil menaklukka bergabung dengan Thariq di kota penting di
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah ditujukan untuk menguasai daerah sekitar pegunungan Pimpinan pasukan dipercayakan kepada gagal dan ia sendiri terbunuh pada tahun 102 H. Selanjutnya, pimpinan pasukan diserahkan kepada pasukannya, ia menyerang kota sehingga penyerangan ke ke
mudah. Hal itu tidak dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal yang menguntungkan.
Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah negeri kecil. Bersamaan dengan itu penguasa aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, dari pen disiksa, dan dibunuh secara brutal.
Rakyat dibagi-bagi ke dalam sistem kelas, sehingga keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru pembebas, dan juru pembebasnya mereka temukan dari oran segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan, tetangganya di jazirah berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan tangan besi penguasa penderitaan masyarakat. Akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakkan. Perpecahan dalam negeri Perpecahan itu amat banyak coraknya, dan sudah ada jauh sebelum berdiri.
di bawah kekuasaan kerajaan menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dan daerah lain sulit dilalui akibat jalan-jalan tidak mendapat perawatan.
Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja adalah ketika Raj sementar begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dar Sementara itu terjadi pula konflik antar wilayah mendukung usaha umat pinjaman empat buah kapal yang dipakai oleh Tharif, Tariq dan Musa Rahimahumullah.
Hal menguntungkan tentara terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang Selain itu, ora bantuan bagi perjuangan kaum
3.2 Biografi Thariq bin Ziyad
Thariq bin Ziyad bin Abdulllah bin Walgho bin Walfazun bin Niber Ghasin bin Walhas bin Yathufat bin Nafzau adalah putra suku Ash-shadaf, suku Barbar yang merupakan penduduk asli daerah Atlas, Afrika Utara. Ia lahir sekitar tahun 50 Hijriah. Sosok Thariq juga sangat mahir menuggang kuda, menggunakan senjata, dan juga ilmu bela diri. (file:///G:/thariq%20ziyad,%20sang%20penakluk%20spanyol
Sebelum memeluk agama Islam, Thariq bin Ziyad adalah seorang budak yang berasal dari suku Barbar yang kemudian dibebaskan oleh tuannya yang bernama Musa bin Nusair. Setelah itu Thariq bin Ziyad mempelajari agama Islam dan memeluknya serta memegang kuat keyakinannya itu.
Thariq bin Ziyad adalah seorang jendral dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas Al-Andalus (Spanyol, Portugal, Andora, Giblartar dan sekitarnya). Dalam sejarah bangsa Spanyol Thariq bin Ziyad lebih dikenal sebagai legenda dengan sebutan Taric El Tuerto (Thariq yang memiliki satu mata) (file:///G:/Tharriq_bin_ziyad.htm)
Thariq bin Ziyad adalah tokoh yang sangat di kenal, baik di negara Arab maupun di Negara-Negara Eropa, karena keberaniannya dan ketangguhannya dalam memperluas pemerintahan Islam dan mengembangkan ajarannya. Thariq bin Ziyad telah berhasil menaklukkan Andalusia dengan jumlah pasukan yang sedikit.
Andalusia (Spanyol) adalah salah satu negara dari daratan Eropa yang pertama kali masuk dalam pelukan Islam di zaman pemerintahan Khalifah Bani Umayyah. Sejak tahun 597 M, Spanyol dikuasai oleh bangsa Gotic, Jerman.
hidup cukup lainnya. Kelas ini dibebani pajak dan pungutan tinggi. Dan kelas kelima adalah para buruh tani, serdadu rendahan, pelayan dan budak.
Akibat klasifikasi sosial dan tindakan-tindakan yang zalim dari Raja Roderic rakyat Andalusia (Spanyol) menjadi tidak tahan hidup di bawah naungan pemimpin yang zalim, maka rakyat Andalusia pun tidak sedikit yang hijrah ke Afrika Utara yang pada masa itu dipimpin oleh Khalifah Musa bin Nusair.
3.3 Pesan Moral dalam Khutbah Thariq bin Ziyad
Nilai moral dalam karya sastra biasanya mencerminkan pandangan hidup
pengarang yang bersangkutan, pandangannya tentang hal-hal kebenaran dan hal itulah yang ingin disampaikannya kepada pembaca. Nilai moral dalam karya sastra akan bergantung pada keyakinan dan keinginan pengarang yang bersangkutan. Nilai moral tidak pernah dapat didefenisikan karena merupakan pandangan hidup seseorang yang bersifat tidak terbatas. Pesan moral dalam karya sastra selalu dalam pengertian baik. Dalam penelitian ini penulis mencoba memberi penafsiran terhadap khutbah thariq bin zitad berikut :
Pesan moral yang ingin disampaikan adalah : Tidak lari dari masalah hidup yang ada.
ﻢﻜﺋﺍﺭﻭ ﻦﻣ ﺮﺤﺒﻟﺍ ﺮﻔﻤﻟﺍ ﻦﻳﺃ
!
ﺱﺎﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﺃ
،
ﻢﻜﻣﺎﻣﺃ ﻭﺪﻌﻟﺍﻭ
،
ﷲﻭ ﻢﻜﻟ ﺲﻴﻟﻭ
ﺇ
ﻕﺪﺼﻟﺍ ﻷ
ﺮﺒﺼﻟﺍﻭ
۰
/ayyuha an-nāsu ! aina al-mafarru? al-baḥru min warā`ikum, wa al-‘aduwwu amāmakum, wa laisa lakum wallāhi illa aṣ-ṣidqu wa aṣ-ṣabru / wahai pasukan, kemana " kalian akan lari? Lautan di belakang kalian dan musuh di depan kalian, tidak ada pilihan kecuali jujur dan sabar”.
Dalam menjalani kehidupan tidak jarang hal yang buruk dan masalah yang tidak kita inginkan pun bisa saja terjadi tanpa terduga, kapan dan dimanapun kita berada. Sebagai manusia arif kita harus bisa menerima semuanya dengan sabar, karena sesungguhnya Allah mencintai orang yang bersabar, dan bertanggung jawab.
Pesan moral yang ingin disampaikan adalah : Mensyukuri setiap nikmat yang telah
diberi Allah kepada kita selama hidup ini.
ﻡﺎﺘﻳﻷﺍ ﻦﻣ ﻊﻴﺿﺃ ﺎﻨﻫ ﻢﻜﻧﺃ ﺍﻮﻤﻠﻋﺍﻭ
،
ﻡﺎﺌﻠﻟﺍ ﺔﺑﻭﺩﺄﻣ ﻲﻓ
۰
/ wa’lamū annakum hunā aḍya’u min al-aitāmi, fī ma`dūbati al-li`āmi / “ dan
ketahuilah, bahwa sesungguhnya kalian ada di pulau ini lebih sia-sia daripada anak yatim yang terlantar"
Selama hidup ini kita telah banyak menerima kebaikan-kebaikan Allah yang tidak bisa kita hitung lagi dengan jari, mulai dari kesehatan, waktu yang bermanfaat, anggota tubuh dan rejeki yang berlimpah. Semua nikmat yang diberikan Allah SWT tidak terasa selama nikmat tersebut mengalir tanpa henti,tapi jika Allah menarik salah satu nikmatnnya saja maka akan sangat terasa kurang keindaahan hidup ini.
Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah merupakan sebab dibukanya pintu barakah. Wujud syukur kepada Allah dengan meyakini bahwa setiap nikmat yang kita terima itu berasal dari Allah SWT dan kemudian memuji-Nya serta memanfaatkan nikmat tersebut kepada hal-hal yang diridhai Allah.
Dalam potongan khutbah di atas semua tentara merasakan lebih daripada apa yang dirasakan anak yatim kehilangan ayahnya. Jika anak yatim hanya kehilangan ayah saja dan masih mendapat perhatian dan dukungan dari lingkungan sekitarnya maka para tentara tersebut kehilangan perhatian dan juga tidak mempunyai bekal untuk makan dan minum. Terkadang manusia baru menyadari dan mensyukuri apa yang diberikan Allah ketika ia sudah tidak memiliki apa-apa lagi.
ﺓﺭﻮﻓﻮﻤﻟﺍ ﻪﺗﺍﻮﻗﺃ ﻭ ﻪﺘﺤﻠﺳﺃ ﻭ ﻪﺸﻴﺠﺑ ﻢﻛﻭﺪﻋ ﻢﻜﻠﺒﻘﺘﺳﺃ ﺪﻗﻭ
،
ﻢﻜﻓﻮﻴﺳ ﻻﺃ ﻢﻜﻟ ﺭﺯﻭﻻ ﻢﺘﻧﺃ ﻭ
،
ﻢﻛﻭﺪﻋ ﺪﻳﺃ ﻦﻣ ﻪﻧﻮﺼﻠﺨﺘﺴﺗ ﺎﻣ ﻻﺃ ﺕﺍﻮﻗﺃ ﻻﻭ
۰
/ waqad istaqbalakum ‘aduwwukum bijaisyihi wa asliḥatihi wa aqwātihi al-maufuratu, wa antum lāwazara lakum illa suyūfakum, wa lā aqwāta illa mā tastkhliṣūnahu min aidi ‘aduwwikum / “ musuh dengan jumlah pasukan yang besar, dan persenjataan yang
lengkap serta persiapan bekal yang berlimpah telah siap menghadapi kalian, dan kalian hanyalah tinggal pedang kalian, dan tidak ada bekal kecuali yang kalian rampas dari musuh”.
Dari potongan khutbah di atas kita bisa mengetahui ada perbedaan yang sangat memonjol antara dua kubu tersebut pasukan muslim melawan tentara visigot bagaikan langit dan bumi dalam hal persenjataan dan perlengkapan perang. Pasukan muslim hanya memiliki pedang di tangan mereka dan taktik perang yang sangat baik sedangkan pasukan visigot memakai jubah besi, tameng perlindungan dan masih ba