• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Napas Atas Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Terjadinya Otitis Media Akut Puskesmas Padang Bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Infeksi Saluran Napas Atas Sebagai Salah Satu Faktor Resiko Terjadinya Otitis Media Akut Puskesmas Padang Bulan"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT SEBAGAI

SALAH SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA

OTITIS MEDIA AKUT DI PUSKESMAS PADANG

BULAN

Oleh:

SAMUEL LINUS LEENOOS 070100318

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI

SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT SEBAGAI SALAH

SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA OTITIS MEDIA

AKUT DI PUSKESMAS PADANG BULAN

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

SAMUEL LINUS LEENOOS

070100318

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI SALURAN NAPAS

ATAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA OTITIS

MEDIA AKUT PUSKESMAS PADANG BULAN

Yang dipersiapkan oleh:

SAMUEL LINUS LEENOOS 070100318

Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk

dilanjutkan ke Lahan Penelitian.

Medan, 24 November 2010

Disetujui,

Dosen Pembimbing

(4)

ABSTRAK

Latar Belakang: OMA sebanyak 9.000.000 pada anak usia 0-17 tahun dilaporkan mengalami di seluruh dunia. Dari mereka, 8 juta kanak-kanak melaporkan melawat doktor atau mendapatkan ubat resep untuk mengobati. Dengan demikian, diagnosis dan pengurusan dari OMA mempunyai kesan ketara pada kesihatan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu-ibu

mengenai ISPA salah satu faktor resiko OMA. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang datang ke PUSKESMAS padang bulan dengan syarat mempunyai anak-anak yang kurang dari 17 tahun.

Hasil penelitian: Jumlah responden adalah 68 responden Ternyata bahwa sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 orang (17.6%), reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 43orang (63.3%) dan kurang baik sebanyak 13 orang(19.1%).

Diskusi: Umur yang paling banyak menurut penelitian yang dilakukan adalah dari umur 20-30 tahun yaitu 25 orang (36.8%) dan diikuti oleh golongan umur 31-40 tahun sebanyak 21 orang (30.9%) dan golongan umur > 50 sebanyak 12 orang (17.6%). Golongan umur yang paling kurang adalah dari umur 40-50 yaitu 10 orang (14.7%). Walaupun demikian golongan umur yang paling besar nilai tingkat pengetahuan baik adalah golongan umur > 50 tahun yaitu 5 orang (7.4%) dengan tingkat pengetahuan baik dan diikuti oleh golongan umur 20- 30 tahun dan 31-40 tahun yang masing-masing 3 orang (4.4%). Golongan umur yang paling kurang tingkat pengetahuan baik adalah 41-50 tahun sebanyak 1 orang (7.4%). Bagi tingkat pengetahuan yang kurang baik golongan umur yang paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 5 orang (7.4%). Kemudian golongan umur 41- 50 tahun sebanyak 4 orang (5.9%) dan diikuti oleh golongan umur 20-30 tahun yaitu 3 orang (4.4%). Golongan umur yang sedikit adalah > 50 tahun sebanyak 1 orang (1.5%). Dari hasil ini bisa kita simpulkan bahwa golongan umur > 50 merupakan golongan umur yang paling banyak tingakat pengetahuan baik dan juga paling sedikit dalam tingkat pengetahuan kurang baik.

(5)

ABSTRACT

Background:9 000 000 number of children below 17 years old reported that having OMA around the world. 8 million form them were those who consult with medical officers and receive proper medication. So it is proven that OMA can be reduce wit proper medication. In U.S.A, about 75 % children are suffering minimal one episode of otitis media before tey reach the age of 3 or half of them suffers 3 times or more then that

Methods: This research is a descriptif with crosssectional, that been performed to ensure stage of the mothers knowledge bout URTI is one of the cause of OMA. Populasion in this reaserch is all the mother that having children below 17 that paying a visit to PUSKESMAS Padang Bulan.

Results: Total responden is 68 people and results shows that the for good stage of knowledge is 12people(17.6%), 43 people(63.3%) for enough stage and 13people (19.1%) for below average stage.

Discussion: The age most in the reaserch is from 20-30 about 25 people (36.8%), followed by 31-40 years old bout 21 people (30.9%), then the age > 51 is 12 people (17.6%). 40-50 years old is the most less bout 10 people (14.7%). The age of > 50 years old is the most people that score on good stage bout 5 people and most less is 41-50 years old bout 1 person (7.4%). For stage of knowledge below average was scored most by 31-40 years old wit the score 5 people (7.4%). Lowest score is form >50 years old and that is bout 1 person.

.

(6)

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih

karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama

menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan dan arahan

dari beberapa pihak, akhirnya dapat menyeleisaikan karya tulis ilmiah pada

waktunya. Ucapan jutaan terima kasih ini penulis tujukan kepada kedua orang tua

penulis yaitu Bapak Jeyamohan dan Ibu Rajaswathy yang telah memberikan

dorongan dan doa restu, maupun material selama penulis menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar

A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.

2. Dr. Aliandri, Sp.THT. KL selaku dosen pembimbing semasa

menyelesaikan proposal penelitian, yang telah banyak membantu dan

memberikan bimbingan dalam rangka penyelesaian skripsi ini,

3. Direktur PUSKESMAS PADANG BULAN, Medan atas izin penelitian

yang diberikan untuk melakukan penelitian di PUSKESMAS,

PADANG BULAN.

4. Kepada semua teman penulis yang ikut membantu penulis dalam

menyeleisaikan karya tulis ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan

Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut

diatas. Akhirnya semoga skripsi ini ada manfaatnya. Demikian dan terima kasih.

Medan, November 2010,

(7)
(8)

2.3.3 Gambaran Klinik ... 15

2.3.4 Penatalaksanaan ... 15

2.3.5 Komplikasi ... 16

2.4 Tingkat Pengetahuan... 16

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2 Variable dan Definisi Operasional ... 18

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21

4.1 Jenis Penelitian ... 21

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

4.3.1 Populasi ... 21

4.3.2 Sampel ... 21

4.4 Teknik Pengumplan Data ... 23

4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23

4.6 Pengolahan dan Analisa data... 24

BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 26

5.1 Hasil Penelitian ... 26

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27

5.1.2 Karakteristik Respoden ... 28

5.1.3 Hasil Analisis Data ... 29

5.2 Pembahasan ... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

6.1 Kesimpulan ... 31

6.2 Saran ... 32

(9)

DAFTAR TABLE

Nomor Judul Halaman

2.1 Pembedaan Diagnosis 6

2.2 Diagnosis 7

3.2 Variable, Definisi Operasinal, Alat Ukur, dan Hasil Ukur 14

4.1 Waktu Penelitian 15

4.2 Tabel Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner 18

5.1 Distribusi umur responden 19

5.2 Hasil analisis tingkat pengetahuan 20

5.3 Sebaran gambaran soal kuesioner tingkatan stres responden 20

(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

NO. Nama lampiran

1. Lampiran Riwayat Hidup Penliti

2. Lampiran Kuesioner

3. Lampiran Lembar Penjalasan

4. Lampiran Ethical Clearance

(12)

ABSTRAK

Latar Belakang: OMA sebanyak 9.000.000 pada anak usia 0-17 tahun dilaporkan mengalami di seluruh dunia. Dari mereka, 8 juta kanak-kanak melaporkan melawat doktor atau mendapatkan ubat resep untuk mengobati. Dengan demikian, diagnosis dan pengurusan dari OMA mempunyai kesan ketara pada kesihatan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih.

Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu-ibu

mengenai ISPA salah satu faktor resiko OMA. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang datang ke PUSKESMAS padang bulan dengan syarat mempunyai anak-anak yang kurang dari 17 tahun.

Hasil penelitian: Jumlah responden adalah 68 responden Ternyata bahwa sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 orang (17.6%), reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 43orang (63.3%) dan kurang baik sebanyak 13 orang(19.1%).

Diskusi: Umur yang paling banyak menurut penelitian yang dilakukan adalah dari umur 20-30 tahun yaitu 25 orang (36.8%) dan diikuti oleh golongan umur 31-40 tahun sebanyak 21 orang (30.9%) dan golongan umur > 50 sebanyak 12 orang (17.6%). Golongan umur yang paling kurang adalah dari umur 40-50 yaitu 10 orang (14.7%). Walaupun demikian golongan umur yang paling besar nilai tingkat pengetahuan baik adalah golongan umur > 50 tahun yaitu 5 orang (7.4%) dengan tingkat pengetahuan baik dan diikuti oleh golongan umur 20- 30 tahun dan 31-40 tahun yang masing-masing 3 orang (4.4%). Golongan umur yang paling kurang tingkat pengetahuan baik adalah 41-50 tahun sebanyak 1 orang (7.4%). Bagi tingkat pengetahuan yang kurang baik golongan umur yang paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 5 orang (7.4%). Kemudian golongan umur 41- 50 tahun sebanyak 4 orang (5.9%) dan diikuti oleh golongan umur 20-30 tahun yaitu 3 orang (4.4%). Golongan umur yang sedikit adalah > 50 tahun sebanyak 1 orang (1.5%). Dari hasil ini bisa kita simpulkan bahwa golongan umur > 50 merupakan golongan umur yang paling banyak tingakat pengetahuan baik dan juga paling sedikit dalam tingkat pengetahuan kurang baik.

(13)

ABSTRACT

Background:9 000 000 number of children below 17 years old reported that having OMA around the world. 8 million form them were those who consult with medical officers and receive proper medication. So it is proven that OMA can be reduce wit proper medication. In U.S.A, about 75 % children are suffering minimal one episode of otitis media before tey reach the age of 3 or half of them suffers 3 times or more then that

Methods: This research is a descriptif with crosssectional, that been performed to ensure stage of the mothers knowledge bout URTI is one of the cause of OMA. Populasion in this reaserch is all the mother that having children below 17 that paying a visit to PUSKESMAS Padang Bulan.

Results: Total responden is 68 people and results shows that the for good stage of knowledge is 12people(17.6%), 43 people(63.3%) for enough stage and 13people (19.1%) for below average stage.

Discussion: The age most in the reaserch is from 20-30 about 25 people (36.8%), followed by 31-40 years old bout 21 people (30.9%), then the age > 51 is 12 people (17.6%). 40-50 years old is the most less bout 10 people (14.7%). The age of > 50 years old is the most people that score on good stage bout 5 people and most less is 41-50 years old bout 1 person (7.4%). For stage of knowledge below average was scored most by 31-40 years old wit the score 5 people (7.4%). Lowest score is form >50 years old and that is bout 1 person.

.

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.

Otitis Media Akut, adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut.

Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam

keadaan steril. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA),

otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. . Kejadian

OMA dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa, jenis kelamin,

tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi saluran

pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek) ( Adams G L, 1994).

ISPA yang tidak tertanggulangi dengan baik dapat menyebabkan

peradangan di telinga tengah (otitis media). Pada keadaan peradangan tidak

teratasi sacara tuntas, daya tahan yang lemah, atau keganasan kuman yang tinggi

(virulensi kuman), peradangan telinga tengah dapat berlanjut manjadi OMA

(Anonim, 1996).

Pada tahun 2006, 9.000.000 anak usia 0-17 tahun dilaporkan mengalami

OMA di seluruh dunia. Dari mereka, 8 juta kanak-kanak melaporkan melawat

doktor atau mendapatkan ubat resep untuk mengobati. Dengan demikian,

diagnosis dan pengurusan dari OMA mempunyai kesan ketara pada kesihatan

anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami

setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah

dari mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak

mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut

otitis media paling sering terjadi pada usia 0-6 tahun (Soni A, 2008).

(15)

walaupun sebagian besar disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan tanpa antibiotikpun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lender (Alsarraf R, 1999).

1.2.1 Rumusan Masalah

Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang ISPA sebagai salah satu faktor resiko terjadinya OMA sehingga balita sering terjangkit OMA?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang ISPA sebagai salah satu faktor resiko bagi otitis media akut.

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pencegahan ISPA supaya

anak mereka tidak menderita OMA.

2. Menilai kewaspadaan ibu-ibu bahwa mereka yang mempunyai anak yang

kurang dari 17 tahun dalam resiko mendapat OMA lanjutan ISPA.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

1. Memberikan kesadaran kepada ibu-ibu tentang OMA yang disebabkan

oleh ISPA supaya dapat menghindari komplikasi yang tidak diingini.

2. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan terutama dalam hal studi literatur,

baik bagi penulis maupun pembaca dan masyarakat luas.

3. Penelitian ini dapat memperjelaskan resiko ISPA untuk terjadinya OMA

dan dapat menjadi salah satu landasan atau pedoman untuk melakukan

penelitian lebih lanjut.

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga

Telinga dapat dibahagi menjadi 3 bahagian iaitu telinga luar, tengah dan

dalam. Telinga luar adalah bagian telinga yang tampak. Itu termasuk keseluruhan

bagian luar telinga (auricle), yang terdiri dari tulang rawan dan kulit, dan daun

telinga. Telinga luar juga termasuk saluran telinga (jalan terus yang membawa

suara dari luar tubuh ke gendang telinga). Gendang telinga (tympanic membrane)

adalah suatu membran tipis yang berlokasi pada ujung paling dalam dari saluran

telinga yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah.

Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat

dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang

masuk ke area itu melalui saluran-saluran eustachian/eustachian tubes

(kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan tenggorokan menuju telinga tengah).

Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-saluran auditory)

mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya tetap

tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi

(17)

tengah juga mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari

selaput gendang telinga ke telinga dalam.

Telinga dalam terdiri dari cochlea (struktur yang mengandung organ yang

diperlukan untuk mendengar) dan labyrinth (rongga-rongga saling berhubungan

yang membantu memelihara keseimbangan). Syaraf yang berakhir pada telinga

dalam merubah getaran-getaran suara kedalam signal-signal menuju ke otak yang

mengizinkan terjadinya pendengaran.

2.2 Otitis Media Akut

2.2.1 Pengertian Otitis Media Akut

Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari

selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan

sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media

supuratif dan otitis media non supuratif, yang masing-masing memiliki

bentuk yang cepat dan lambat

Otitis Media Akut , adalah peradangan pada telinga tengah yang

bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki

penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu

keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara

alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki

telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki

oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak

berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada

tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada

anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas,

(18)

2.2.2 Patofisiologi

Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas

seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah

lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka

dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi

pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya

sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan

membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai

hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu

pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir

yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang

telinga(Mansjoer A,2001).

Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat

terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung

gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat

bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar

24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat

menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45db (kisaran pembicaraan

normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,

cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang

telinga karena tekanannya (Pracy R, 1983).

2.2.3 Penyebab

1. Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.

2. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.

(19)

4. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus

pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella

Cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar

kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan

antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran

Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir

bersama aliran lender (Ballenger WL, Ballenge HC, 1993).

Anak Lebih Mudah Terserang OMA

Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena

beberapa hal

1. Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.

2. Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.

3. Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang

berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding

orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius

sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran

Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi

tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius

(Soni A, 2006).

2.2.4 Manifestasi Klinis

Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien,

pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa:

1. Rasa nyeri di telinga dan demam.

2. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.

(20)

4. Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga

yang sakit (Rosenfeld RM, 2002).

2.2.5 Diagnosis

Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.

1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)

2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di

antara tanda berikut:

I. menggembungnya gendang telinga

II. terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga

III. adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga

IV. cairan yang keluar dari telinga

3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:

I. kemerahan pada gendang telinga

II. nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal

Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk

memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop

dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan

warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram,

serta cairan di liang telinga (Sudarwan, 1980).

Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi

pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang

telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon

gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang

telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan

(21)

OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan

otoskop biasa. OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang

dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan

hal-hal berikut.

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda OMA

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan

efusi

Nyeri telinga, demam,

rewel

+ -

Efusi telinga tengah + +

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang

menggembung

+/- -

Gerakan gendang

berkurang

+ +

Berkurangnya

pendengaran

+ +

Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan

efusi

Nyeri telinga, demam,

rewel

+ -

(22)

2.2.6 Penanganan

Gendang telinga suram + +/-

Gendang yang

menggembung

+/- -

Gerakan gendang

berkurang

+ +

Berkurangnya

pendengaran

(23)

Antibiotik

1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan

sendirinya.

2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik.

Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat

terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.

3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala

tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala,

antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP)

mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus

segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:

Tabel 2.2 Diagnosa (Natal BL, 2000)

Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan

< 6 bln Antibiotik Antibiotik

6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat;

observasi jika gejala ringan

2 thn Antibiotik jika gejala

berat; observasi jika

gejala ringan

Observasi

Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan

dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah

nyeri telinga sedang, berat atau demam 39°C.

Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada

anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan,

atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat

memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia

tetap diberikan pada masa observasi.Jika diputuskan untuk memberikan

(24)

1. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan

risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko

tinggi.

2. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik

dalam tiga bulan terakhir.

3. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.

4. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan

dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada

data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah

menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang

resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi

terhadap antibiotik.

5. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.

6. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,

kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak

memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik

lini kedua. Misalnya:

Analgesia/pereda nyeri

1. Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).

2. Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.

(25)

muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran

cerna (McCaig LF,1989).

2.2.7 Pencegahan

Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:

1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,

2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan,

3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.

5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA (Bambang, 1991)

2.2.8 Komplikasi

1. Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu atau dua telinga.

2. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum.

3. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.

4. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.

5. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yang tidak diobati.

6. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

7. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara

dan bahasa.

(26)

2.2.9 Rujukan

Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;

1. Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 4 episode dalam 6 bulan. Sumber lain menyatakan “sering” adalah

lebih dari 3 kali dalam 6 bulan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun

2. Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya gendang telinga

3. Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak,

kurang lebih terletak pada tonjolan tulang di belakang telinga)

4. Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down, sumbing, atau dengan keterlambatan bicara.

5. OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap dua antibiotik (Bambang, 1991)

2.3 ISPA

2.3.1 Konsep dasar ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)

Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nasofaring dan

hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek juga

dapat mengenai orang dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi

dan anak penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat karena infeksi

mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofaring disertai

demam yang tinggi, sedangkan pada orang dewasa hanya terbatas dan

tidak menimbulkan demam yang tinggi.

Penyakit ini adalah disebabkan oleh virus. Masa menular beberapa

jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang.

Komplikasi timbul akibat invasi sekunder bakteri seperti pneumokokus,

streptokokus, haemophilus influenza atau stafilokokus.

Masa tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi

(27)

terjadi pada waktu pergantian musim. Komplikasi lebih sering terjadi pada

bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih besar (DepKes RI, 1992).

Patologi anatomi

Terjadi pembekakan pada submukosa hidung yang disertai

vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-mula sel

mononukleus kemudian juga polimorfonukleus. Sel epitel superfisial

banyak yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah lewat

stadium akut.

2.3.2 Gambaran klinik

Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit, dan

kadang-kadang bersin. Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung, bila

terjadi infeksi sekunder oleh kokus sekret menjadi kental dan purulen.

Sekret ini sangat mengganggu bayi. Sumbatan hidung menyebabkan anak

bernafas dari mulut dan mengakibatkannya gelisah. Pada anak yang lebih

besar kadang-kadang didapatkan nyeri otot, pusing dan anoreksia.

Sumbatan hidung (kongesti) disertai selaput lendir tenggorok yang kering

menambah rasa nyeri dan batuk bertambah (Rendie J,1994)

2.3.3 Penatalaksanaan Medik

Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan

simtomatis, misalnya ekspektoran untuk mengatasi batuk sedatif untuk

menenangkan pasien, dan antipiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi

hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir hidung tidak

efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk

pengeluarkan sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada

anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %. Bila ada

infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif

(pada bronkitis dan trankutis) tidak boleh diberikan antitusif. Misalnya

kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,

(28)

2.3.4 Komplikasi

Penutupan tuba eusthachii

Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat

menembus langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis

media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai

suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang

demam.

Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau

memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan

menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras).

Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau

diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi

pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering

menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.

Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan

antibiotika keadaan tidak membaik.

2.4. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu

yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera penglihatan,

pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh dari mata dan telinga, perilaku dalam bentuk pengetahuan

yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadatran dan sikap positif maka perilaku

tersebut akan bersifat langgeng (long tasting). Sebaliknya apabila perilaku itu

tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tingkatan yakni:

(29)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.

2. Memahami (Comprehension).

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application).

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).

4. Analisis (Analysis).

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke

dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur

organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis).

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation).

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi

atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu

suatu criteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Berikut merupakan kerangka konsep tingkat pengetahuan ibu tentang

Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebagai salah satu faktor resiko Otitis

Media Akut (OMA).

Gambar 3. Kerangka konsep kesadaran ISPA sebagai faktor resiko OMA

3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.1 Variable dan Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel – variabel tersebut adalah : Tingkat Pengetahuan

Ibu

(31)

1. Ibu-ibu diuji penelitian ini merupakan ibu yang datang ke

PUSKESMAS dan ibu yang mempunyai atau pernah mempunyai

anak-anak dibawah 6 tahun.

2. Tingkat pengetahuan mengikut penelitian ini adalah segala yang

diketahui oleh ibu-ibu tentang ISPA salah satu faktor resiko OMA

yaitu :

a. Pengertian tentang ISPA dan OMA mengikut pemahaman ibu-ibu.

b. Faktor risiko bahwa ISPA merupakan salah satu faktor resiko

OMA.

Aspek Pengukuran

Variabel yang akan diukur adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang

ISPA salah satu faktor resiko OMA.

1. Pengetahuan

Pengetahuan ibu-ibu akan diukur dengan menggunakan metode scoring

terhadap jawaban yang telah diberikan bobot. Ukuran tingkat pengetahuan

mahasiswa diukur berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh respondan

menurut Pratomo (1990):

- Tingkat pengetahuan baik, bila skor respondan lebih dari

75% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.

- Tingkat pengetahuan sedang, bila skor respondan antara

40% hingga 75% dari skor seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan.

- Tingkat pengetahuan kurang bila skor respondan kurang

dari 40% dari skor seluruh pertanyaan tentang

pengetahuan.

Berdasarkan metode scorring pernilaian terhadap pengetahuan

respondan adalah, sekiranya menjawab benar dari :

- Apabila skor 15 hingga 11 : Baik

- Apabila skor 10 hingga 6 : Sedang

(32)

Table 3.2. Variable , Definisi Oprasional, Alat Ukur ,dan Hasil Ukur Variable Definisi

Operasional

Alat Ukur Hasil Ukur Skala

Tingkat

pengetahuan

Tingkat

pengetahuan

ibu-ibu tentang

ISPA salah

satu faktor

resiko OMA

Kuesioner Baik, apabila menjawab

benar > 75%

Sedang, apabila

menjawab

benar 40- 75

%

Kurang, apabila

menjawab

benar < 40 %

(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

cross-sectional, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu-ibu

mengenai ISPA salah satu faktor resiko OMA

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 . Lokasi Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di PUSKESMAS Padang Bulan, Medan,

4.2.2. Waktu Penelitian

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang datang ke

PUSKESMAS padang bulan dengan syarat mempunyai anak-anak yang kurang

dari 5 tahun.

4.3.2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling

dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan

dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan

terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus

estimasi proposi untuk populasi. ( Wahyuni, 2007) :

Z²1 - α/2 . р(1-P)

(34)

Dimana :

ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya,

selain itu karena penggunaan p= 0,5 mempunyai nilai р(1-P) paling besar

sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Kesalahan absolut yang

diinginkan adalah sebesar 10% .

yang dibulatkan menjadi 68 orang. Sampel tersebut kemudian didistribusikan

merata pada ibu-ibu yang datang ke PUSKESMAS Padang Bulan.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang telah digunakan dalam penelitian ini

adalah dengan menggunakan wawancara berupa kuesioner.

4.4.1. Data Primer n =

(35)

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan

data telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner.

4.5 Validity

Kuesioner yang telah selesai di susun akan di uji validitasnya. Dalam

penelitian ini semua tidak semua pertanyaan – pertanyaan yang dapat divalidkan.

4.5.1 Uji validitas dan reliabilitas

Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat

dipercayai.Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan

reliabilitasnya.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur.Untuk mengetahui apakah kuisioner yang

disusun telah mampu mengukur apa yang hendak diukur,maka dilakukan

pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner

tersebut.Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna ( construck

validity ) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuisioner tersebut

mengukur konsep yang kita ukur.Teknik korelasi yang dipakai dalah teknik

korelasi “Product Moment”. Ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada

satu kelompok subjek yang menyerupai subjek asal penelitian. Bagi Uji Validitas,

kuisioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus:

R = N (∑xy)-(∑x∑y)

Sementara itu, uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh

mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Hal ini berarti

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan

(36)

menggunakan alat ukur yang sama.Uji reliabilitas akan dilakukan untuk

memastikan hasil pengukuran adalah konsisten yaitu peneliti akan mendapatkan

hasil yang sama jika melakukan penelitian berulang kali. Setelah selesai seminar

proposal, akan dicari 10-20 orang ibu-ibu yang mempunyai ciri-ciri yang sama

dengan populasi target dan ibu-ibu tersebut akan diminta untuk mengisi kuesioner

yang akan duiji. Jawaban yang diperoleh akan diuji validitas dan reliabilitasnya

dengan menggunakan formula yang khusus.Kuisioner yang telah selesai disusun

akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha)

dengan menggunakan rumus:

4.6 Pengolahan dan Analisa data

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program

komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data telah dianalisis

secara deskriptif. Hasil telah ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi.

Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner

(37)

3 0.973 Valid 0.937 Reliabel

4 0.553 Valid 0.937 Reliabel

5 0.622 Valid 0.937 Reliabel

6 0.742 Valid 0.937 Reliabel

7 0.606 Valid 0.937 Reliabel

8 0.742 Valid 0.937 Reliabel

9 0.562 Valid 0.937 Reliabel

10 0.622 Valid 0.937 Reliabel

11 0.622 Valid 0.937 Reliabel

12 0.742 Valid 0.937 Reliabel

13 0.742 Valid 0.937 Reliabel

14 0.973 Valid 0.937 Reliabel

(38)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan dengan

menggunakan instrumen kuisioner yang telah diisi oleh responden di tempat. Data

kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat

disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

PUSKESMAS Padang Bulan, adalah sebuah PUSKESMAS yang berada

di Kota Medan. PUSKESMAS ini berlokasi di Keluarahan Padang Bulan

Kecamatan Medan Baru. Sampel dipilih adalah ibu-ibu yang berkunjung ke

PUSKESMAS Padang Bulan.

5.1.2. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, distribusi 68 responden dengan karakteristik seperti:

Tabel 5.1. Distribusi umur responden

Umur n % 21-30 14 20.6

31-40 27 39.7

41-50 18 26.5

(39)

Total 68 100

Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.1

di atas. Responden terbanyak terdiri dari kelompok umur 31-40 tahun sebanyak

27 orang (39.7%) ,diikuti oleh kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 18 orang

(26.5%) dan 21-30 tahun sebanyak 14 orang (20.6%). Responden yang paling

sedikit adalah dari umur >50 tahun yaitu sebanyak 9 orang ( 13.2 %).

Tabel 5.2. Distribusi tingkat pendidikan responden

*Keterangan table: SD = sekolah dasar, SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama, SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, PT = Perguruan Tinggi

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden

yang paling banyak, yaitu 33orang (48.6%) dari tingkat SLTP, diikuti dengan

tingkat SLTP sebanyak 18 orang (26.4%) dan tingkat SD sebanyak 11orang

(16.2%). Responden yang paling sedikit adalah dari tingkat pendidikan PT

sebanyak 6 orang (8.8%). Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden

pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tingkat pengetahuan n % SD 11 16.2

SLTP 18 26.4

SLTA

PT

33

6

48.6

8.8

(40)

5.1.3. Hasil Analisis Data 5.1.3.1. Pengetahuan

Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai ISPA sebagai faktor resiko OMA

dengan menggunakan kuisioner dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Hasil analisis tingkat pengetahuan

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan

responden berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 34 orang (50.0%), diikuti

dengan kategori baik sebanyak 18 orang (26.5%) dan kategori kurang sebanyak

16 orang (23.5%). Data lengkap distribusi tingkat pendidikan responden dapat

dilihat pada tabel 5.2

5.1.3.2. Sebaran gambaran soal kuesioner

Tabel 5.4. Sebaran gambaran Tingkat pengetahuan n % Pengertian tentang Infeksi Saluran Napas Atas

Pengertian menyeluruh tentang Otitis Media Akut

(OMA)

Gejala klinis pada OMA

Ciri-ciri pada OMA

Etiologi pada OMA

Faktor Pencetus berdasarkan etiologi di Soalan 5

Faktor resiko yang utama terjadinya OMA

(41)

n0 = salah (0) n1 = betul(1)

Berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa terdapat 15 soal.Setiap soal hanya

dijawab ya ataupun tidak. Pada setiap soalan jawaban yang betul bagi soalan yang

ditanya diberi nilai 1 dan yang salah 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat

bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden

adalah pertanyaan nomor 9 dan 13 yaitu dengan persentase sebesar 61.8% ,

sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden

adalah pertanyaan nomor 11 yaitu dengan persentase sebesar 54.4%.

Tabel 5.5. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur

Ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak

adalah golongan umur (21-30) tahun sebanyak 5 orang (55.6%), diikuti oleh Patofisiologi cara ISPA menjadi OMA

OMA dapat diatas dengan pencegahan

Mikroorganisme yang sering menginfeksi OMA

Komplikasi ISPA yang menimbulkan penyakit

Penantalaksanaan OMA

Faktor lain yang bisa menyebabkan OMA

Bukan merupakan faktor resiko OMA

Bakteria yang sering menyebabkan OMA

(42)

golongan umur (>51) tahun dan (41-50) tahun masing-masing 7 orang (38.8%)

dan 5 orang(18.5%). Bagi golongan umur (31-40) tahun hanya 1 orang (7.1

%). Bagi tingkat pengetahuan cukup paling banyak pada golongan umur (31-40)

tahun sebanyak 12 orang (85.7%), diikuti oleh golongan umur (41-40) tahun

sebanyak 14 orang (51.9%) dan golongan (>51) tahun, yaitu 7 orang (38.8%).

(21-30) tahun merupakan golongan yang paling sedikit sebanyak 1 orang (11.1%).

Tingkat pengetahuan kurang pula paling banyak oleh golongan umur (21-30)

tahun sebanyak 3 orang (33.3%) dan diikuti oleh (31-40) tahun dan (>51) tahun

masing-masing 8 orang (29.6%) dan 4 orang (22.2%). Golongan paling sedikit

tingkat pengetahuan kurang adalah (31-40) tahun sebanyak 1 orang (7.1%).

Tabel 5.6. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan

Ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak

adalah tingkat pendidikan PT sebanyak 5 orang (14.7%), diikuti oleh tingkat

SLTA dan SLTP tahun masing-masing 10 orang (30.3%) dan 3 orang (16.7%).

Bagi tingkat SD pula, tiada yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Bagi

tingkat pengetahuan cukup paling banyak pada tingkat SLTA sebanyak 20 orang

(60.6%), diikuti oleh tingkat SLTP sebanyak 10 orang (55.6%) dan tingkat SD

yaitu 4 orang (36.4%). Tingkat PT merupakan golongan yang paling sedikit

TP

Tingkat pengetahuan

Baik (>15) Cukup (8-15) Kurang (<8)

N % n % n % TOTAL

SD 0 0 4 36.4 7 63.6 100

SLTP 3 16.7 10 55.6 5 27.8 100

SLTA 10 30.3 20 60.6 3 0.91 100

(43)

sebanyak 0 orang (0%). Tingkat pengetahuan kurang pula paling banyak oleh

golongan SD sebanyak 7 orang (63.6%) dan diikuti oleh SLTP dan PT

masing-masing 5 orang (27.8%) dan 1 orang (16.7%). Golongan paling sedikit tingkat

pengetahuan kurang adalah SLTA sebanyak 3 orang (0.91%).

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. Tingkat pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan

pembahasan seperti berikut. Ternyata bahwa sebahagian besar responden

memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 orang (17.6%),

reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak

43orang (63.3%) dan kurang baik sebanyak 13 orang(19.1%). Hal ini disebabkan

karena informasi tentang Infeksi Otitis Media Akut (OMA) dan cara–cara

pencegahannya yang diterima adalah sangat sederhana. Ini menjadikan paling

banyak responden tergolong dalam tingkat pengetahuan yang sedang sahaja

tentang baik, pengertian OMA , ISPA sebagai faktor resiko bagi OMA mahupun

pencegahan OMA. Hal ini mungkin kerana tingkat pendidikan responden rendah.

Umur yang paling banyak menurut penelitian yang dilakukan adalah dari

umur 20-30 tahun yaitu 25 orang (36.8%) dan diikuti oleh golongan umur 31-40

tahun sebanyak 21 orang (30.9%) dan golongan umur > 51 sebanyak 12 orang

(17.6%). Golongan umur yang paling kurang adalah dari umur 40-50 yaitu 10

orang (14.7%). Walaupun demikian kelompok umur nilai tingkat pengetahuan

baik yang paling tinggi adalah golongan umur 21-30 tahun yaitu 5 orang (55.6%)

dan kelompok umur yang paling sedikit dalam tingkat pengetahuan baik adalah

dari umur 31-40 tahun sebanyak 1 orang (7.1%). Bagi tingkat pengetahuan yang

cukup golongan umur yang paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 12 orang

(85.7%). Kemudian kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 1 orang (11.1%)

merupakan kelompok yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Manakala

(44)

tingkat pengetahuan kurang. Kelompok umur yang paling sedikit bagi tingkat

pengetahuan kurang adalah 31-40 tahun yaitu sebanyak 1 orang (7.1%).

Daripada tabel 5.4 dapat diperhatikan frekuensi hasil uji tingkat

pendidikan. Tingkat pendidikan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang

paling tinggi adalah golongan PT sebanyak 5 orang (83.3%). Golongan yang

paling rendah tingkat pengetahuan yaitu golongan SD 0 orang. Bagi tingkat

pengetahuan cukup golongan responden SLTA terbanyak dan PT terendah yaitu

masing-masing 20orang (60.6) dan 0 orang. Manakala golongan SD merupakan

paling tinggi sebanyak 7 orang (63.6%) pada tingkat pengetahuan kurang dan

hanya 3 orang (0.91) oleh golongan SLTA dengan tingkat pengetahuan kurang

yang paling rendah. Menurut Roger (1974) dalam Notoadmojo (2003),

pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa

tingkat pengetahuan ibu-ibu dalam kategori cukup, hal ini mungkin ada kaitannya

dengan faktor usia dan faktor tingkat pendidikan yang dapat dilihat pada table 5.6

dan 5.5.

Seperti yang disampaikan oleh Wied Hary A.(1996) bahwa informasi akan

memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, sehingga dalam kaitannya

dengan hasil yang didapati, presentase pengetahuan responden yang baik akan

lebih besar bila lebih mendapat informasi tentang ISPA merupakan salah satu

faktor resiko OMA. Menurut Azwar (2005), sikap dapat dipengaruhi oleh faktor

lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat istiadat, ataupun pengalaman. Ini

membuktikan mengapa >51 tahun lebih banyak orang dari golongan lain tingkat

pengetahuan baik kerana golongan umur ini mempunyai faktor pengalaman, adat

istiadat, kebudayan ataupun lingkungan yang menyebabkan tingkat pengetahuan

> 50 tahun dari golongan umur yang lain.

Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyebutkan

bahwa pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia disebabkan karena

manusia mempunyai bahasa yang mampu dikomunikasikan informasi yang

diperolehi. Jika bahasa yang dikomunikasikan tersebut salh terima, maka

(45)

terdapat 6 tingkatan yaitu, tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi

yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (comperhension) diartikan sebagai

kemampuan menjelaskan secara benar. Aplikasi (application) diartikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Analisis (analysis)

adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam

komponen-komponen. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan

untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk

keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Semua

tingkatan di atas itu harus tercapai supaya tingkat pengetahuan adalah baik.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

(46)

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini

disimpulkan, yaitu:

a. Pengetahuan ibu-ibu yang datang PUSKESMAS Padang Bulan

terhadap ISPA merupakan faktor resiko bagi OMA berada pada

kategori cukup, yaitu sebanyak 34 responden (50.0%).

b. Dalam penelitian yang dilakukan golongan umur yang paling banyak,

yaitu dari (31-40) tahun sebanyak 27 orang (39.7)%.

c. Pengetahuan ibu-ibu yang berumur (21-30) tahun mempunyai tingkat

pengetahuan baik paling banyak, yaitu 5 responden (55.6).

d. Golongan tingkat pendidikan yang paling tinggi tingkat pengetahuan

adalah golongan PT sebanyak 5 orang (83.8%).

6.2 Saran

Dari hasil penelitian yang didapati, maka muncul beberapa saran dari

peneliti, yaitu:

a. Masukan kepada Puskesmas Padang Bulan yaitu:

(1) Melakukan kempen untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu

tentang ISPA yang merupakan faktor resiko bagi OMA kerana

OMA merupakan penyakit yang sering dialami hampir semua

balita.

(2) Menempel iklan-iklan di department obgyn tentang OMA ,

faktor resikonya dan pecegahannya supaya dibaca oleh ibu-ibu

yang akan melahirkan anak.

b. Ibu-ibu harus sadar mengenai gejala, faktor resiko dan pencegahan

OMA dengan berkonsultasi pada dokter semasa kunjungan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

AdamsG L, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung

Tenggorok. Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994 ; hal . 89 – 100.

Adningsih,. Tidak Merokok Adalah Investasi, Interaksi Media Promosi Kesehatan

(48)

Agustina, 1999. Pencahayaan dan Perhawaan Terhadap Perumahan Penderita TB

Paru, Cermin Dunia Kedokteran, No.84.

Alfrida, 2003. Perumahan Sehat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes R.I.

Jakarta

Alsarraf R, Jung CJ, Perkins J, Crowley C, Alsarraf NW, Gates GA. Measuring

the indirect and direct costs of acute otitis media. Arch Otolaryngol Head

Neck Surg. Jan 1999;125(1):12-8.

Anonim, 1996. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan

Pnemonia pada Balita Dalam Pelita VI, Jakarta

Anwar A, Pengaruh Pencemran Udara” Indoor” Pembakaran Biomassa

TerhadapKesehatan : Majalah Kesehatan Masyarakat,Jakarta. 1992,

Arikunto, 2003 Prosedur Penelitian Dan Waktu Pendekatan Praktek, Rineka

Cipta.Jakarta

Ballenger WL, Ballenger HC. Disease of The Nose, Throat, and Ear. Medical and

Surgical, ed. 8th. LEA and FEBIGER, Philadelpia, 1993 ; hal. 67 – 51

Bambang. Pelajaran Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Penerbit : BP FK

UNDIP, Semarang, 1991; hal. 31.

Block SL, Hedrick J, Harrison CJ, et al. Community-wide vaccination with the

heptavalent pneumococcal conjugate significantly alters the microbiology of

acute otitis media. Pediatr Infect Dis J. Sep 2004;23(9):829-33.

DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit

(49)

Herry S. Fisiologi Telinga Tengah. Fakultas Kedokteran UNDIP, Semarang.

McCaig LF, Besser RE, Hughes JM. Trends in antimicrobial prescribing rates for

children and adolescents. JAMA. Jun 19 2002;287(23):3096-102.

Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kapita Selekta Kedokteran Bagian THT FK

UI. Penerbit : Media Aeusculapeus FK UI, Jakarta, 2001 ; hal. 79

Natal BL, MD, Clinical Assistant Instructor and Staff Physician, Department

of Emergency Medicine, Kings County Hospital and State University of New

York Downstate, Brooklyn Jan 2000

Pichichero ME. Diagnostic accuracy, tympanocentesis training performance, and

antibiotic selection by pediatric residents in management of otitis

media. Pediatrics. Dec 2002;110(6):106470.

Pracy R, Siegler J, Stell PM. Pelajaran Ringkas THT. Penerbit : PT. Gramedia,

Jakarta, 1983, hal. 26 – 9.

Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa

Aksara. Jakarta. 1994.

Riece H. Komplikasi Otitis Media Akuta. Kumpulan Karya Ilmiah.

Rifki N, S Purnaman, Pandi, Mangunkusumo E. Penyakit Telinga Tengah. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FK UI,

Jakarta, 1990

Rosenfeld RM. Diagnostic certainty for acute otitis media. Int J Pediatr

(50)

Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR.

1980

Soepardi & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar Sosialisman Dalam Helmi. Kelainan

Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,

Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5 Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia. 2006

Soni A. Ear Infections (Otitis Media) in Children (0-17): Use and Expenditures,

2006. Rockville, MD: Agency for Healtcare Research and Quality; December

2008. Statistical Brief #228.

Sudarwan. Konsep Baru dalam Diagnosis dan Terapi Otitis Media Akut. Medical

Progress, Vol. 7. Penerbit : Bagian THT FK UNDIP/RSDK, Semarang, 1980

;hal. 79 – 92.

Teele DW, Klein JO, Rosner B. Epidemiology of otitis media during the first

seven years of life in children in greater Boston: a prospective, cohort study. J

Infect Dis. Jul 1989;160(1):83-94.

Yilmaz T, Ceylan M, Akyon Y, Ozcakyr O, Gursel B. Helicobacter pylori: a

possible associationwith otitis media with effusion. Otolaryngol Head Neck

(51)

LAMPIRAN

KUISIONER

JUDUL: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI

SALURAN NAPAS ATAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA OTITIS MEDIA AKUT PADA TAHUN 2010

Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat

pengetahuan ibu-ibu yang gating ke RSUH Adam Malik pada tahun 2010.

Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk

mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya

berharap kesedian setiap partisipan untukmenjawab pertanyaan yang diberikan.

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan nurani

(52)

Nama : DATA RESPONDAN

Umur :

Tanggal :

Lampiran Kuesioner

PERTANYAAN

1. Apakah pengertian Infeksi Saluran Napas Atas(ISPA)?

a) infeksi pada saluran pernafasan atas

b) infeksi pada telinga

c) infeksi pada mata

d) infeksi pada kulit

2. Apakah pengertian Otitis Media Akut(OMA)

a) infeksi pada saluran pernafasan atas

b) infeksi pada telinga

c) infeksi pada mata

d) infeksi pada kulit

3. OMA adalah

a) peradangan pada telinga tengah

b) peradangan pada cuping telinga

c) peradangan pada gegendang telinga

d) peradangan pada otak

4. Batuk pilek bisa menyebabkan

a) OMA

b) infeksi kulit

c) infeksi kelamin

(53)

5. Siapakah golongan umur yang sering terinfeksi OMA?

a) anak-anak(balita)

b) remaja

c) dewasa

d) orang tua(>50)

6. Berdasarkan jawapan anda diatas, golongan umur yang sering terinfeksi

OMA disebabkan oleh?

a) sistem imum yang rendah

b) faktor tempat linkungan

c) faktor tempat kerja

d) penyebab penyakit lain

7. Apakah faktor utama terjadinya OMA?

a) sumbatan atau peradangan pada tuba Eustachian

b) sering membersihkan telinga

c) sering mendengar bunyi yang kuat

d) kecelakaan lalu lintas

8. Telinga diisi udara melalui belakang telinga dan tenggorokan menuju

telinga tengah oleh

a) nasofaring

b) saluran Eustachius

c) hidung

(54)

9. OMA dapat dikurangi dengan

a) member vitamin setiap hari

b) membersihkan vitamin setiap hari

c) dengan melakukan pencegahan ISPA

d) memakai baju yang bersih dan dicuci

10.OMA disebabkan oleh

a) virus

b) bacteria

c) protozoa

d) a dan b benar

11.Sumbatan atau perandangan oleh ISPA menyebabkan

a) OMA

b) kejang

c) demam

d) flu

12.OMA merupakan penyakit yang

a) sembuh sendiri

b) sembuh setelah bersihkan telinga

c) sembuh setelah mandi air panas

d) sembuh setelah 3 tahun

13.OMA juga bisa disebabkan oleh

a) alergi

b) arak

c) cuaca panas

d) letih

14.Selain ISPA faktor resiko bagi OMA adalah KECUALI:

(55)

b) suku bangsa

c) social dan ekonomi

d) pekerjaan

15.Bakteria yang sering menyebabkan OMA adalah

a) Streptokokus

b) Haemopilus

c) Morexella

(56)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Samuel Linus Leenoos

Tempat / tanggal lahir : Perak/ 22 Disember 1988

Agama : Kristian

Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26 Medan, 20155 Indonesia

Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2005 SMA Kelas III-2006/2007

Fakultas Kedokteran USU- sekarang

Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI

2. Ahli KKIM

(57)

LAMPIRAN 2

LEMBAR PENJELASAN

Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya, Samuel Linus Leenoos, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul

“Tingkat pengetahuan Ibu tentang Infeksi Saluran Napas Atas sebagai salah satu

faktor resiko terjadinya Otitis Media Akut.” Secara definisi otitis media adalah

peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum

mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis Media Akut , adalah peradangan pada telinga

tengah yang bersifat akut. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang

yang biasanya dalam keadaan steril. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran

napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan

anak-anak. . Kejadian OMA dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa,

jenis kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami

infeksi saluran pernapasan atas

Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan 4 pilihan

jawaban yang sudah saya sediakan. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudari

untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan

yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui tingkat

pengetahuan ibu tentang ISPA sebagai factor resiko OMA. Jawaban yang Saudari

berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan

disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudari tetap dirahasiakan

dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin

Saudari tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :

Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26 Medan, 20155-Indonesia

(58)

Keikutsertaan Saudari dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi

Saudari bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudari berhak untuk menolak

berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudari,

Saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2010

(59)

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

Pendidikan terakhir:

Alamat :

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta

memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan

bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya

perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada

saya tidak akan dituntut apapun.

Medan,

Yang membuat pernyataan

(60)

Karakteristik Responden

KELOMPOK UMUR

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid >50 9 13.2 13.2 13.2

20-30 14 20.6 20.6 33.8

31-40 27 39.7 39.7 73.5

41-50 18 26.5 26.5 100.0

Total 68 100.0 100.0

TP

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SD 11 16.2 16.2 16.2

SLTP 18 26.5 26.5 42.6

SLTA 33 48.5 48.5 91.2

PT 6 8.8 8.8 100.0

Total 68 100.0 100.0

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 27 39.7 39.7 39.7

(61)

P1

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SALAH 29 42.6 42.6 42.6

BETUL 39 57.4 57.4 100.0

Gambar

Tabel 2.1 Gejala dan Tanda OMA
Tabel 2.2 Diagnosa (Natal BL, 2000)
Table 3.2. Variable , Definisi Oprasional, Alat Ukur ,dan Hasil Ukur
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian pada dua stasiun kerja utama yang bermasalah yaitu mesin chinfong dan ada yang menggunakan tiga tools yaitu Rapid Upper Limb Assessment (RULA), Nordic Body Map

grade one to six and sampling the chapters from each coursebook (2) Incorporate series of coursebooks from only one primary level with including all the chapters in

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING MELALUI METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI TERHADAP KOGNITIF SISWA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR

Motivasi kerja adalah sikap dan nilai yang mempengaruhi individu untuk mencapai kebutuhan, sikap dan nilai tersebut merupakan suatu yang memberikan kekuatan untuk

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kekeruhan, vitamin C, dan aktivitas antioksidan pada suhu ruang lebih tinggi daripada suhu refrigerator dan semakin lama perendaman maka

Apabila selama pelaksanaan pekerjaan lapangan auditor tidak menemukan masalah ataupun bukti yang sangat menyimpang sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum maka auditor

Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Hulu sungai Tengah berencana akan mengadakan kegiatan dengan paket-paket dan perkiraan biaya yang bersumbei dari dana APBD

dalam perkembangan hijab sebagai budaya popular di Indonesia dengan. menonjolkan citra bagaimana seorang perempuan tetap terlihat cantik