TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT SEBAGAI
SALAH SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA
OTITIS MEDIA AKUT DI PUSKESMAS PADANG
BULAN
Oleh:
SAMUEL LINUS LEENOOS 070100318
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI
SALURAN PERNAPASAN ATAS AKUT SEBAGAI SALAH
SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA OTITIS MEDIA
AKUT DI PUSKESMAS PADANG BULAN
KARYA TULIS ILMIAH
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran
Oleh:
SAMUEL LINUS LEENOOS
070100318
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah dengan Judul :
TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI SALURAN NAPAS
ATAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA OTITIS
MEDIA AKUT PUSKESMAS PADANG BULAN
Yang dipersiapkan oleh:
SAMUEL LINUS LEENOOS 070100318
Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk
dilanjutkan ke Lahan Penelitian.
Medan, 24 November 2010
Disetujui,
Dosen Pembimbing
ABSTRAK
Latar Belakang: OMA sebanyak 9.000.000 pada anak usia 0-17 tahun dilaporkan mengalami di seluruh dunia. Dari mereka, 8 juta kanak-kanak melaporkan melawat doktor atau mendapatkan ubat resep untuk mengobati. Dengan demikian, diagnosis dan pengurusan dari OMA mempunyai kesan ketara pada kesihatan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu-ibu
mengenai ISPA salah satu faktor resiko OMA. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang datang ke PUSKESMAS padang bulan dengan syarat mempunyai anak-anak yang kurang dari 17 tahun.
Hasil penelitian: Jumlah responden adalah 68 responden Ternyata bahwa sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 orang (17.6%), reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 43orang (63.3%) dan kurang baik sebanyak 13 orang(19.1%).
Diskusi: Umur yang paling banyak menurut penelitian yang dilakukan adalah dari umur 20-30 tahun yaitu 25 orang (36.8%) dan diikuti oleh golongan umur 31-40 tahun sebanyak 21 orang (30.9%) dan golongan umur > 50 sebanyak 12 orang (17.6%). Golongan umur yang paling kurang adalah dari umur 40-50 yaitu 10 orang (14.7%). Walaupun demikian golongan umur yang paling besar nilai tingkat pengetahuan baik adalah golongan umur > 50 tahun yaitu 5 orang (7.4%) dengan tingkat pengetahuan baik dan diikuti oleh golongan umur 20- 30 tahun dan 31-40 tahun yang masing-masing 3 orang (4.4%). Golongan umur yang paling kurang tingkat pengetahuan baik adalah 41-50 tahun sebanyak 1 orang (7.4%). Bagi tingkat pengetahuan yang kurang baik golongan umur yang paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 5 orang (7.4%). Kemudian golongan umur 41- 50 tahun sebanyak 4 orang (5.9%) dan diikuti oleh golongan umur 20-30 tahun yaitu 3 orang (4.4%). Golongan umur yang sedikit adalah > 50 tahun sebanyak 1 orang (1.5%). Dari hasil ini bisa kita simpulkan bahwa golongan umur > 50 merupakan golongan umur yang paling banyak tingakat pengetahuan baik dan juga paling sedikit dalam tingkat pengetahuan kurang baik.
ABSTRACT
Background:9 000 000 number of children below 17 years old reported that having OMA around the world. 8 million form them were those who consult with medical officers and receive proper medication. So it is proven that OMA can be reduce wit proper medication. In U.S.A, about 75 % children are suffering minimal one episode of otitis media before tey reach the age of 3 or half of them suffers 3 times or more then that
Methods: This research is a descriptif with crosssectional, that been performed to ensure stage of the mothers knowledge bout URTI is one of the cause of OMA. Populasion in this reaserch is all the mother that having children below 17 that paying a visit to PUSKESMAS Padang Bulan.
Results: Total responden is 68 people and results shows that the for good stage of knowledge is 12people(17.6%), 43 people(63.3%) for enough stage and 13people (19.1%) for below average stage.
Discussion: The age most in the reaserch is from 20-30 about 25 people (36.8%), followed by 31-40 years old bout 21 people (30.9%), then the age > 51 is 12 people (17.6%). 40-50 years old is the most less bout 10 people (14.7%). The age of > 50 years old is the most people that score on good stage bout 5 people and most less is 41-50 years old bout 1 person (7.4%). For stage of knowledge below average was scored most by 31-40 years old wit the score 5 people (7.4%). Lowest score is form >50 years old and that is bout 1 person.
.
KATA PENGANTAR
Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih
karunia-Nya yang telah memelihara dan memampukan penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah.
Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan dan arahan
dari beberapa pihak, akhirnya dapat menyeleisaikan karya tulis ilmiah pada
waktunya. Ucapan jutaan terima kasih ini penulis tujukan kepada kedua orang tua
penulis yaitu Bapak Jeyamohan dan Ibu Rajaswathy yang telah memberikan
dorongan dan doa restu, maupun material selama penulis menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi-tingginya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Gontar
A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.
2. Dr. Aliandri, Sp.THT. KL selaku dosen pembimbing semasa
menyelesaikan proposal penelitian, yang telah banyak membantu dan
memberikan bimbingan dalam rangka penyelesaian skripsi ini,
3. Direktur PUSKESMAS PADANG BULAN, Medan atas izin penelitian
yang diberikan untuk melakukan penelitian di PUSKESMAS,
PADANG BULAN.
4. Kepada semua teman penulis yang ikut membantu penulis dalam
menyeleisaikan karya tulis ilmiah ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan segala bantuan tersebut
diatas. Akhirnya semoga skripsi ini ada manfaatnya. Demikian dan terima kasih.
Medan, November 2010,
2.3.3 Gambaran Klinik ... 15
2.3.4 Penatalaksanaan ... 15
2.3.5 Komplikasi ... 16
2.4 Tingkat Pengetahuan... 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ... 18
3.2 Variable dan Definisi Operasional ... 18
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 21
4.1 Jenis Penelitian ... 21
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 21
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 21
4.3.1 Populasi ... 21
4.3.2 Sampel ... 21
4.4 Teknik Pengumplan Data ... 23
4.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 23
4.6 Pengolahan dan Analisa data... 24
BAB 5 HASIL PENELITIAN ... 26
5.1 Hasil Penelitian ... 26
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 27
5.1.2 Karakteristik Respoden ... 28
5.1.3 Hasil Analisis Data ... 29
5.2 Pembahasan ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 31
6.1 Kesimpulan ... 31
6.2 Saran ... 32
DAFTAR TABLE
Nomor Judul Halaman
2.1 Pembedaan Diagnosis 6
2.2 Diagnosis 7
3.2 Variable, Definisi Operasinal, Alat Ukur, dan Hasil Ukur 14
4.1 Waktu Penelitian 15
4.2 Tabel Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner 18
5.1 Distribusi umur responden 19
5.2 Hasil analisis tingkat pengetahuan 20
5.3 Sebaran gambaran soal kuesioner tingkatan stres responden 20
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
NO. Nama lampiran
1. Lampiran Riwayat Hidup Penliti
2. Lampiran Kuesioner
3. Lampiran Lembar Penjalasan
4. Lampiran Ethical Clearance
ABSTRAK
Latar Belakang: OMA sebanyak 9.000.000 pada anak usia 0-17 tahun dilaporkan mengalami di seluruh dunia. Dari mereka, 8 juta kanak-kanak melaporkan melawat doktor atau mendapatkan ubat resep untuk mengobati. Dengan demikian, diagnosis dan pengurusan dari OMA mempunyai kesan ketara pada kesihatan anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah dari mereka mengalami tiga kali atau lebih.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu-ibu
mengenai ISPA salah satu faktor resiko OMA. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang datang ke PUSKESMAS padang bulan dengan syarat mempunyai anak-anak yang kurang dari 17 tahun.
Hasil penelitian: Jumlah responden adalah 68 responden Ternyata bahwa sebahagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 orang (17.6%), reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak 43orang (63.3%) dan kurang baik sebanyak 13 orang(19.1%).
Diskusi: Umur yang paling banyak menurut penelitian yang dilakukan adalah dari umur 20-30 tahun yaitu 25 orang (36.8%) dan diikuti oleh golongan umur 31-40 tahun sebanyak 21 orang (30.9%) dan golongan umur > 50 sebanyak 12 orang (17.6%). Golongan umur yang paling kurang adalah dari umur 40-50 yaitu 10 orang (14.7%). Walaupun demikian golongan umur yang paling besar nilai tingkat pengetahuan baik adalah golongan umur > 50 tahun yaitu 5 orang (7.4%) dengan tingkat pengetahuan baik dan diikuti oleh golongan umur 20- 30 tahun dan 31-40 tahun yang masing-masing 3 orang (4.4%). Golongan umur yang paling kurang tingkat pengetahuan baik adalah 41-50 tahun sebanyak 1 orang (7.4%). Bagi tingkat pengetahuan yang kurang baik golongan umur yang paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 5 orang (7.4%). Kemudian golongan umur 41- 50 tahun sebanyak 4 orang (5.9%) dan diikuti oleh golongan umur 20-30 tahun yaitu 3 orang (4.4%). Golongan umur yang sedikit adalah > 50 tahun sebanyak 1 orang (1.5%). Dari hasil ini bisa kita simpulkan bahwa golongan umur > 50 merupakan golongan umur yang paling banyak tingakat pengetahuan baik dan juga paling sedikit dalam tingkat pengetahuan kurang baik.
ABSTRACT
Background:9 000 000 number of children below 17 years old reported that having OMA around the world. 8 million form them were those who consult with medical officers and receive proper medication. So it is proven that OMA can be reduce wit proper medication. In U.S.A, about 75 % children are suffering minimal one episode of otitis media before tey reach the age of 3 or half of them suffers 3 times or more then that
Methods: This research is a descriptif with crosssectional, that been performed to ensure stage of the mothers knowledge bout URTI is one of the cause of OMA. Populasion in this reaserch is all the mother that having children below 17 that paying a visit to PUSKESMAS Padang Bulan.
Results: Total responden is 68 people and results shows that the for good stage of knowledge is 12people(17.6%), 43 people(63.3%) for enough stage and 13people (19.1%) for below average stage.
Discussion: The age most in the reaserch is from 20-30 about 25 people (36.8%), followed by 31-40 years old bout 21 people (30.9%), then the age > 51 is 12 people (17.6%). 40-50 years old is the most less bout 10 people (14.7%). The age of > 50 years old is the most people that score on good stage bout 5 people and most less is 41-50 years old bout 1 person (7.4%). For stage of knowledge below average was scored most by 31-40 years old wit the score 5 people (7.4%). Lowest score is form >50 years old and that is bout 1 person.
.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otitis media adalah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid.
Otitis Media Akut, adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut.
Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam
keadaan steril. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran napas atas (ISPA),
otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan anak-anak. . Kejadian
OMA dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa, jenis kelamin,
tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami infeksi saluran
pernapasan atas (ISPA/ batuk pilek) ( Adams G L, 1994).
ISPA yang tidak tertanggulangi dengan baik dapat menyebabkan
peradangan di telinga tengah (otitis media). Pada keadaan peradangan tidak
teratasi sacara tuntas, daya tahan yang lemah, atau keganasan kuman yang tinggi
(virulensi kuman), peradangan telinga tengah dapat berlanjut manjadi OMA
(Anonim, 1996).
Pada tahun 2006, 9.000.000 anak usia 0-17 tahun dilaporkan mengalami
OMA di seluruh dunia. Dari mereka, 8 juta kanak-kanak melaporkan melawat
doktor atau mendapatkan ubat resep untuk mengobati. Dengan demikian,
diagnosis dan pengurusan dari OMA mempunyai kesan ketara pada kesihatan
anak-anak. Di Amerika Serikat, diperkirakan sekitar 75% anak mengalami
setidaknya satu episode otitis media sebelum usia tiga tahun dan hampir setengah
dari mereka mengalami tiga kali atau lebih. Di Inggris, setidaknya 25% anak
mengalami minimal satu episode sebelum usia sepuluh tahun. Di negara tersebut
otitis media paling sering terjadi pada usia 0-6 tahun (Soni A, 2008).
walaupun sebagian besar disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan tanpa antibiotikpun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir bersama aliran lender (Alsarraf R, 1999).
1.2.1 Rumusan Masalah
Bagaimanakah tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang ISPA sebagai salah satu faktor resiko terjadinya OMA sehingga balita sering terjangkit OMA?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang ISPA sebagai salah satu faktor resiko bagi otitis media akut.
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang pencegahan ISPA supaya
anak mereka tidak menderita OMA.
2. Menilai kewaspadaan ibu-ibu bahwa mereka yang mempunyai anak yang
kurang dari 17 tahun dalam resiko mendapat OMA lanjutan ISPA.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
1. Memberikan kesadaran kepada ibu-ibu tentang OMA yang disebabkan
oleh ISPA supaya dapat menghindari komplikasi yang tidak diingini.
2. Untuk meningkatkan ilmu pengetahuan terutama dalam hal studi literatur,
baik bagi penulis maupun pembaca dan masyarakat luas.
3. Penelitian ini dapat memperjelaskan resiko ISPA untuk terjadinya OMA
dan dapat menjadi salah satu landasan atau pedoman untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Telinga
Telinga dapat dibahagi menjadi 3 bahagian iaitu telinga luar, tengah dan
dalam. Telinga luar adalah bagian telinga yang tampak. Itu termasuk keseluruhan
bagian luar telinga (auricle), yang terdiri dari tulang rawan dan kulit, dan daun
telinga. Telinga luar juga termasuk saluran telinga (jalan terus yang membawa
suara dari luar tubuh ke gendang telinga). Gendang telinga (tympanic membrane)
adalah suatu membran tipis yang berlokasi pada ujung paling dalam dari saluran
telinga yang memisahkan telinga luar dan telinga tengah.
Telinga tengah adalah ruangan kecil sebesar kacang polong berlokasi tepat
dibelakang selaput gendang telinga. Itu secara normal terisis dengan udara yang
masuk ke area itu melalui saluran-saluran eustachian/eustachian tubes
(kanal-kanal yang pergi dari belakang hidung dan tenggorokan menuju telinga tengah).
Saluran-saluran eustachian (kadangkala disebut saluran-saluran auditory)
mencegah penumpukan tekanan didalam telinga-telinga. Mereka umumnya tetap
tertutup, namun terbuka selama menelan dan menguap untuk mengimbangi
tengah juga mengandung tulang-tulang kecil yang mengirim getaran-getaran dari
selaput gendang telinga ke telinga dalam.
Telinga dalam terdiri dari cochlea (struktur yang mengandung organ yang
diperlukan untuk mendengar) dan labyrinth (rongga-rongga saling berhubungan
yang membantu memelihara keseimbangan). Syaraf yang berakhir pada telinga
dalam merubah getaran-getaran suara kedalam signal-signal menuju ke otak yang
mengizinkan terjadinya pendengaran.
2.2 Otitis Media Akut
2.2.1 Pengertian Otitis Media Akut
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau seluruh dari
selaput permukaan telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid, dan
sel-sel mastoid. Otitis media berdasarkan gejalanya dibagi atas otitis media
supuratif dan otitis media non supuratif, yang masing-masing memiliki
bentuk yang cepat dan lambat
Otitis Media Akut , adalah peradangan pada telinga tengah yang
bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki
penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu
keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara
alamiah terdapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki
telinga tengah oleh enzim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki
oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak
berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada
tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada
anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas,
2.2.2 Patofisiologi
Otitis media sering diawali dengan infeksi pada saluran napas
seperti radang tenggorokan atau pilek yang menyebar ke telinga tengah
lewat saluran Eustachius. Saat bakteri melalui saluran Eustachius, mereka
dapat menyebabkan infeksi di saluran tersebut sehingga terjadi
pembengkakan di sekitar saluran, tersumbatnya saluran, dan datangnya
sel-sel darah putih untuk melawan bakteri. Sel-sel darah putih akan
membunuh bakteri dengan mengorbankan diri mereka sendiri. Sebagai
hasilnya terbentuklah nanah dalam telinga tengah. Selain itu
pembengkakan jaringan sekitar saluran Eustachius menyebabkan lendir
yang dihasilkan sel-sel di telinga tengah terkumpul di belakang gendang
telinga(Mansjoer A,2001).
Jika lendir dan nanah bertambah banyak, pendengaran dapat
terganggu karena gendang telinga dan tulang-tulang kecil penghubung
gendang telinga dengan organ pendengaran di telinga dalam tidak dapat
bergerak bebas. Kehilangan pendengaran yang dialami umumnya sekitar
24 desibel (bisikan halus). Namun cairan yang lebih banyak dapat
menyebabkan gangguan pendengaran hingga 45db (kisaran pembicaraan
normal). Selain itu telinga juga akan terasa nyeri. Dan yang paling berat,
cairan yang terlalu banyak tersebut akhirnya dapat merobek gendang
telinga karena tekanannya (Pracy R, 1983).
2.2.3 Penyebab
1. Penyebab otitis media akut (OMA) dapat merupakan virus maupun bakteri.
2. Pada 25% pasien, tidak ditemukan mikroorganisme penyebabnya.
4. Bakteri penyebab otitis media tersering adalah Streptococcus
pneumoniae, diikuti oleh Haemophilus influenzae dan Moraxella
Cattarhalis. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar
kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan
antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran
Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir
bersama aliran lender (Ballenger WL, Ballenge HC, 1993).
Anak Lebih Mudah Terserang OMA
Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena
beberapa hal
1. Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan.
2. Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah.
3. Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang
berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding
orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius
sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran
Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi
tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius
(Soni A, 2006).
2.2.4 Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul bervariasi bergantung pada stadium dan usia pasien,
pada usia anak – anak umumnya keluhan berupa:
1. Rasa nyeri di telinga dan demam.
2. Biasanya ada riwayat infeksi saluran pernafasan atas sebelumnya.
4. Pada bayi gejala khas Otitis Media akut adalah panas yang tinggi, anak gelisah dan sukar tidur, diare, kejang-kejang dan sering memegang telinga
yang sakit (Rosenfeld RM, 2002).
2.2.5 Diagnosis
Diagnosis OMA harus memenuhi tiga hal berikut.
1. Penyakitnya muncul mendadak (akut)
2. Ditemukannya tanda efusi (efusi: pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di telinga tengah. Efusi dibuktikan dengan adanya salah satu di
antara tanda berikut:
I. menggembungnya gendang telinga
II. terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga
III. adanya bayangan cairan di belakang gendang telinga
IV. cairan yang keluar dari telinga
3. Adanya tanda/gejala peradangan telinga tengah, yang dibuktikan dengan adanya salah satu di antara tanda berikut:
I. kemerahan pada gendang telinga
II. nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal
Efusi telinga tengah diperiksa dengan otoskop (alat untuk
memeriksa liang dan gendang telinga dengan jelas). Dengan otoskop
dapat dilihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan
warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram,
serta cairan di liang telinga (Sudarwan, 1980).
Jika konfirmasi diperlukan, umumnya dilakukan dengan otoskopi
pneumatik (pemeriksaan telinga dengan otoskop untuk melihat gendang
telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil untuk menilai respon
gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara). Gerakan gendang
telinga yang berkurang atau tidak ada sama sekali dapat dilihat dengan
OMA. Namun umumnya diagnosis OMA dapat ditegakkan dengan
otoskop biasa. OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang
dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan
hal-hal berikut.
Tabel 2.1 Gejala dan Tanda OMA
Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan
efusi
Nyeri telinga, demam,
rewel
+ -
Efusi telinga tengah + +
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang
menggembung
+/- -
Gerakan gendang
berkurang
+ +
Berkurangnya
pendengaran
+ +
Gejala dan tanda OMA Otitis media dengan
efusi
Nyeri telinga, demam,
rewel
+ -
2.2.6 Penanganan
Gendang telinga suram + +/-
Gendang yang
menggembung
+/- -
Gerakan gendang
berkurang
+ +
Berkurangnya
pendengaran
Antibiotik
1. OMA umumnya adalah penyakit yang akan sembuh dengan
sendirinya.
2. Sekitar 80% OMA sembuh dalam 3 hari tanpa antibiotik.
Penggunaan antibiotik tidak mengurangi komplikasi yang dapat
terjadi, termasuk berkurangnya pendengaran.
3. Observasi dapat dilakukan pada sebagian besar kasus. Jika gejala
tidak membaik dalam 48-72 jam atau ada perburukan gejala,
antibiotik diberikan. American Academy of Pediatrics (AAP)
mengkategorikan OMA yang dapat diobservasi dan yang harus
segera diterapi dengan antibiotik sebagai berikut:
Tabel 2.2 Diagnosa (Natal BL, 2000)
Usia Diagnosis pasti Diagnosis meragukan
< 6 bln Antibiotik Antibiotik
6 bln – 2 th Antibiotik Antibiotik jika gejala berat;
observasi jika gejala ringan
2 thn Antibiotik jika gejala
berat; observasi jika
gejala ringan
Observasi
Yang dimaksud dengan gejala ringan adalah nyeri telinga ringan
dan demam <39°C dalam 24 jam terakhir. Sedangkan gejala berat adalah
nyeri telinga sedang, berat atau demam 39°C.
Pilihan observasi selama 48-72 jam hanya dapat dilakukan pada
anak usia enam bulan – dua tahun dengan gejala ringan saat pemeriksaan,
atau diagnosis meragukan pada anak di atas dua tahun. Untuk dapat
memilih observasi, follow-up harus dipastikan dapat terlaksana. Analgesia
tetap diberikan pada masa observasi.Jika diputuskan untuk memberikan
1. Sumber seperti AAFP (American Academy of Family Physician) menganjurkan pemberian 40 mg/kg berat badan/hari pada anak dengan
risiko rendah dan 80 mg/kg berat badan/hari untuk anak dengan risiko
tinggi.
2. Risiko tinggi yang dimaksud antara lain adalah usia kurang dari dua tahun, dirawat sehari-hari di daycare, dan ada riwayat pemberian antibiotik
dalam tiga bulan terakhir.
3. WHO menganjurkan 15 mg/kg berat badan/pemberian dengan maksimumnya 500 mg.
4. AAP menganjurkan dosis 80-90 mg/kg berat badan/hari. Dosis ini terkait dengan meningkatnya persentase bakteri yang tidak dapat diatasi dengan
dosis standar di Amerika Serikat. Sampai saat ini di Indonesia tidak ada
data yang mengemukakan hal serupa, sehingga pilihan yang bijak adalah
menggunakan dosis 40 mg/kg/hari. Dokumentasi adanya bakteri yang
resisten terhadap dosis standar harus didasari hasil kultur dan tes resistensi
terhadap antibiotik.
5. Antibiotik pada OMA akan menghasilkan perbaikan gejala dalam 48-72 jam.
6. Dalam 24 jam pertama terjadi stabilisasi, sedang dalam 24 jam kedua mulai terjadi perbaikan. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,
kemungkinan ada penyakit lain atau pengobatan yang diberikan tidak
memadai. Dalam kasus seperti ini dipertimbangkan pemberian antibiotik
lini kedua. Misalnya:
Analgesia/pereda nyeri
1. Penanganan OMA selayaknya disertai penghilang nyeri (analgesia).
2. Analgesia yang umumnya digunakan adalah analgesia sederhana seperti paracetamol atau ibuprofen.
muntah atau diare karena ibuprofen dapat memperparah iritasi saluran
cerna (McCaig LF,1989).
2.2.7 Pencegahan
Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah:
1. Pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak,
2. Pemberian ASI minimal selama 6 bulan,
3. Penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,
4. Penghindaran pajanan terhadap asap rokok.
5. Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA (Bambang, 1991)
2.2.8 Komplikasi
1. Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu atau dua telinga.
2. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum.
3. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar.
4. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak. Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi.
5. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yang tidak diobati.
6. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.
7. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara
dan bahasa.
2.2.9 Rujukan
Beberapa keadaan yang memerlukan rujukan pada ahli THT adalah;
1. Anak dengan episode OMA yang sering. Definisi “sering” adalah lebih dari 4 episode dalam 6 bulan. Sumber lain menyatakan “sering” adalah
lebih dari 3 kali dalam 6 bulan atau lebih dari 4 kali dalam satu tahun
2. Anak dengan efusi selama 3 bulan atau lebih, keluarnya cairan dari telinga, atau berlubangnya gendang telinga
3. Anak dengan kemungkinan komplikasi serius seperti kelumpuhan saraf wajah atau mastoiditis (mastoiditis: peradangan bagian tulang tengkorak,
kurang lebih terletak pada tonjolan tulang di belakang telinga)
4. Anak dengan kelainan kraniofasial (kraniofasial: kepala dan wajah), sindrom Down, sumbing, atau dengan keterlambatan bicara.
5. OMA dengan gejala sedang-berat yang tidak memberi respon terhadap dua antibiotik (Bambang, 1991)
2.3 ISPA
2.3.1 Konsep dasar ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas)
Batuk pilek (common cold) adalah infeksi primer nasofaring dan
hidung yang sering mengenai bayi dan anak. Penyakit batuk pilek juga
dapat mengenai orang dewasa tetapi berbeda karakteristiknya. Pada bayi
dan anak penyakit ini cenderung berlangsung lebih berat karena infeksi
mencakup daerah sinus paranasal, telinga tengah dan nasofaring disertai
demam yang tinggi, sedangkan pada orang dewasa hanya terbatas dan
tidak menimbulkan demam yang tinggi.
Penyakit ini adalah disebabkan oleh virus. Masa menular beberapa
jam sebelum gejala timbul sampai 1-2 hari sesudah gejala hilang.
Komplikasi timbul akibat invasi sekunder bakteri seperti pneumokokus,
streptokokus, haemophilus influenza atau stafilokokus.
Masa tunasnya adalah 1-2 hari, dengan faktor predisposisi
terjadi pada waktu pergantian musim. Komplikasi lebih sering terjadi pada
bayi dan anak kecil dari pada anak yang lebih besar (DepKes RI, 1992).
Patologi anatomi
Terjadi pembekakan pada submukosa hidung yang disertai
vasodilatasi pembuluh darah. Terdapat infiltrasi leukosit, mula-mula sel
mononukleus kemudian juga polimorfonukleus. Sel epitel superfisial
banyak yang lepas dan regenerasi epitel sel baru terjadi setelah lewat
stadium akut.
2.3.2 Gambaran klinik
Batuk pilek mempunyai gejala seperti pilek, batuk sedikit, dan
kadang-kadang bersin. Keluar sekret yang cair dan jernih dari hidung, bila
terjadi infeksi sekunder oleh kokus sekret menjadi kental dan purulen.
Sekret ini sangat mengganggu bayi. Sumbatan hidung menyebabkan anak
bernafas dari mulut dan mengakibatkannya gelisah. Pada anak yang lebih
besar kadang-kadang didapatkan nyeri otot, pusing dan anoreksia.
Sumbatan hidung (kongesti) disertai selaput lendir tenggorok yang kering
menambah rasa nyeri dan batuk bertambah (Rendie J,1994)
2.3.3 Penatalaksanaan Medik
Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan
simtomatis, misalnya ekspektoran untuk mengatasi batuk sedatif untuk
menenangkan pasien, dan antipiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi
hidung pada bayi sangat sukar diobati. Pengisapan lendir hidung tidak
efektif dan sering menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk
pengeluarkan sekret adalah dengan membaringkan bayi tengkurap. Pada
anak besar dapat diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %. Bila ada
infeksi sekunder hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif
(pada bronkitis dan trankutis) tidak boleh diberikan antitusif. Misalnya
kodein, karena menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah,
2.3.4 Komplikasi
Penutupan tuba eusthachii
Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat
menembus langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis
media akut (OMA). Gejala OMA pada anak kecil dan bayi dapat disertai
suhu badan yang tinggi (hiperpireksia) kadang menyebabkan kejang
demam.
Anak sangat gelisah, terlihat nyeri bila kepala digoyangkan atau
memegang telinganya yang nyeri (pada bayi juga dapat diketahui dengan
menekan telinganya dan biasanya bayi akan menangis keras).
Kadang-kadang hanya ditemui gejala demam, gelisah, juga disertai muntah atau
diare. Karena bayi yang menderita batuk pilek sering menderita infeksi
pada telinga tengah sehingga menyebabkan terjadinya OMA dan sering
menyebabkan kejang demam, maka bayi perlu dikonsul kebagian THT.
Biasanya bayi dilakukan parsentesis jika setelah 48-72 jam diberikan
antibiotika keadaan tidak membaik.
2.4. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu
yang terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan tersebut menjadi panca indera manusia yaitu indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh dari mata dan telinga, perilaku dalam bentuk pengetahuan
yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar. Pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Apabila perilaku didasari pengetahuan, kesadatran dan sikap positif maka perilaku
tersebut akan bersifat langgeng (long tasting). Sebaliknya apabila perilaku itu
tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkatan yakni:
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (Comprehension).
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (Application).
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real).
4. Analisis (Analysis).
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya antara satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis).
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation).
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu
suatu criteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara dan kuisioner
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL
3.1 Kerangka Konsep
Berikut merupakan kerangka konsep tingkat pengetahuan ibu tentang
Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) sebagai salah satu faktor resiko Otitis
Media Akut (OMA).
Gambar 3. Kerangka konsep kesadaran ISPA sebagai faktor resiko OMA
3.2 Variabel dan Definisi Operasional 3.1 Variable dan Definisi Operasional
Definisi operasional dari variabel – variabel tersebut adalah : Tingkat Pengetahuan
Ibu
1. Ibu-ibu diuji penelitian ini merupakan ibu yang datang ke
PUSKESMAS dan ibu yang mempunyai atau pernah mempunyai
anak-anak dibawah 6 tahun.
2. Tingkat pengetahuan mengikut penelitian ini adalah segala yang
diketahui oleh ibu-ibu tentang ISPA salah satu faktor resiko OMA
yaitu :
a. Pengertian tentang ISPA dan OMA mengikut pemahaman ibu-ibu.
b. Faktor risiko bahwa ISPA merupakan salah satu faktor resiko
OMA.
Aspek Pengukuran
Variabel yang akan diukur adalah tingkat pengetahuan ibu-ibu tentang
ISPA salah satu faktor resiko OMA.
1. Pengetahuan
Pengetahuan ibu-ibu akan diukur dengan menggunakan metode scoring
terhadap jawaban yang telah diberikan bobot. Ukuran tingkat pengetahuan
mahasiswa diukur berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh respondan
menurut Pratomo (1990):
- Tingkat pengetahuan baik, bila skor respondan lebih dari
75% dari skor seluruh pertanyaan tentang pengetahuan.
- Tingkat pengetahuan sedang, bila skor respondan antara
40% hingga 75% dari skor seluruh pertanyaan tentang
pengetahuan.
- Tingkat pengetahuan kurang bila skor respondan kurang
dari 40% dari skor seluruh pertanyaan tentang
pengetahuan.
Berdasarkan metode scorring pernilaian terhadap pengetahuan
respondan adalah, sekiranya menjawab benar dari :
- Apabila skor 15 hingga 11 : Baik
- Apabila skor 10 hingga 6 : Sedang
Table 3.2. Variable , Definisi Oprasional, Alat Ukur ,dan Hasil Ukur Variable Definisi
Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Tingkat
pengetahuan
Tingkat
pengetahuan
ibu-ibu tentang
ISPA salah
satu faktor
resiko OMA
Kuesioner Baik, apabila menjawab
benar > 75%
Sedang, apabila
menjawab
benar 40- 75
%
Kurang, apabila
menjawab
benar < 40 %
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan
cross-sectional, yang telah dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan ibu-ibu
mengenai ISPA salah satu faktor resiko OMA
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 . Lokasi Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di PUSKESMAS Padang Bulan, Medan,
4.2.2. Waktu Penelitian
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang datang ke
PUSKESMAS padang bulan dengan syarat mempunyai anak-anak yang kurang
dari 5 tahun.
4.3.2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling
dimana semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan
dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang diperlukan
terpenuhi. Adapun besar sampel yang diperlukan dihitung berdasarkan rumus
estimasi proposi untuk populasi. ( Wahyuni, 2007) :
Z²1 - α/2 . р(1-P)
Dimana :
ditetapkan adalah 0,5 karena peneliti belum mengetahui proporsi sebelumnya,
selain itu karena penggunaan p= 0,5 mempunyai nilai р(1-P) paling besar
sehingga dihasilkan besar sampel paling banyak. Kesalahan absolut yang
diinginkan adalah sebesar 10% .
yang dibulatkan menjadi 68 orang. Sampel tersebut kemudian didistribusikan
merata pada ibu-ibu yang datang ke PUSKESMAS Padang Bulan.
4.4 Teknik Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data yang telah digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan wawancara berupa kuesioner.
4.4.1. Data Primer n =
Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan
data telah dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner.
4.5 Validity
Kuesioner yang telah selesai di susun akan di uji validitasnya. Dalam
penelitian ini semua tidak semua pertanyaan – pertanyaan yang dapat divalidkan.
4.5.1 Uji validitas dan reliabilitas
Uji validitas dilakukan untuk memastikan kuesioner ini dapat
dipercayai.Kuisioner dapat digunakan sebagai alat ukur setelah diuji validitas dan
reliabilitasnya.Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur.Untuk mengetahui apakah kuisioner yang
disusun telah mampu mengukur apa yang hendak diukur,maka dilakukan
pengujian antara nilai tiap-tiap item pertanyaan dengan skor total kuisioner
tersebut.Bila semua pertanyaan telah memiliki korelasi bermakna ( construck
validity ) berarti semua pertanyaan yang ada di dalam kuisioner tersebut
mengukur konsep yang kita ukur.Teknik korelasi yang dipakai dalah teknik
korelasi “Product Moment”. Ini dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada
satu kelompok subjek yang menyerupai subjek asal penelitian. Bagi Uji Validitas,
kuisioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan
teknik korelasi Pearson Product Moment dengan menggunakan rumus:
R = N (∑xy)-(∑x∑y)
Sementara itu, uji reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan.Hal ini berarti
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan
menggunakan alat ukur yang sama.Uji reliabilitas akan dilakukan untuk
memastikan hasil pengukuran adalah konsisten yaitu peneliti akan mendapatkan
hasil yang sama jika melakukan penelitian berulang kali. Setelah selesai seminar
proposal, akan dicari 10-20 orang ibu-ibu yang mempunyai ciri-ciri yang sama
dengan populasi target dan ibu-ibu tersebut akan diminta untuk mengisi kuesioner
yang akan duiji. Jawaban yang diperoleh akan diuji validitas dan reliabilitasnya
dengan menggunakan formula yang khusus.Kuisioner yang telah selesai disusun
akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji Cronbach (Cronbach Alpha)
dengan menggunakan rumus:
4.6 Pengolahan dan Analisa data
Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan program
komputer SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data telah dianalisis
secara deskriptif. Hasil telah ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi.
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner
3 0.973 Valid 0.937 Reliabel
4 0.553 Valid 0.937 Reliabel
5 0.622 Valid 0.937 Reliabel
6 0.742 Valid 0.937 Reliabel
7 0.606 Valid 0.937 Reliabel
8 0.742 Valid 0.937 Reliabel
9 0.562 Valid 0.937 Reliabel
10 0.622 Valid 0.937 Reliabel
11 0.622 Valid 0.937 Reliabel
12 0.742 Valid 0.937 Reliabel
13 0.742 Valid 0.937 Reliabel
14 0.973 Valid 0.937 Reliabel
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian telah dilakukan dengan
menggunakan instrumen kuisioner yang telah diisi oleh responden di tempat. Data
kuisioner yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa, sehingga dapat
disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
PUSKESMAS Padang Bulan, adalah sebuah PUSKESMAS yang berada
di Kota Medan. PUSKESMAS ini berlokasi di Keluarahan Padang Bulan
Kecamatan Medan Baru. Sampel dipilih adalah ibu-ibu yang berkunjung ke
PUSKESMAS Padang Bulan.
5.1.2. Karakteristik Responden
Pada penelitian ini, distribusi 68 responden dengan karakteristik seperti:
Tabel 5.1. Distribusi umur responden
Umur n % 21-30 14 20.6
31-40 27 39.7
41-50 18 26.5
Total 68 100
Karakteristik umur responden pada penelitian ini diperlihat pada tabel 5.1
di atas. Responden terbanyak terdiri dari kelompok umur 31-40 tahun sebanyak
27 orang (39.7%) ,diikuti oleh kelompok umur 41-50 tahun sebanyak 18 orang
(26.5%) dan 21-30 tahun sebanyak 14 orang (20.6%). Responden yang paling
sedikit adalah dari umur >50 tahun yaitu sebanyak 9 orang ( 13.2 %).
Tabel 5.2. Distribusi tingkat pendidikan responden
*Keterangan table: SD = sekolah dasar, SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama, SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, PT = Perguruan Tinggi
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan responden
yang paling banyak, yaitu 33orang (48.6%) dari tingkat SLTP, diikuti dengan
tingkat SLTP sebanyak 18 orang (26.4%) dan tingkat SD sebanyak 11orang
(16.2%). Responden yang paling sedikit adalah dari tingkat pendidikan PT
sebanyak 6 orang (8.8%). Data lengkap distribusi frekuensi jawaban responden
pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tingkat pengetahuan n % SD 11 16.2
SLTP 18 26.4
SLTA
PT
33
6
48.6
8.8
5.1.3. Hasil Analisis Data 5.1.3.1. Pengetahuan
Hasil uji tingkat pengetahuan mengenai ISPA sebagai faktor resiko OMA
dengan menggunakan kuisioner dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3. Hasil analisis tingkat pengetahuan
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan
responden berada pada kategori cukup, yaitu sebanyak 34 orang (50.0%), diikuti
dengan kategori baik sebanyak 18 orang (26.5%) dan kategori kurang sebanyak
16 orang (23.5%). Data lengkap distribusi tingkat pendidikan responden dapat
dilihat pada tabel 5.2
5.1.3.2. Sebaran gambaran soal kuesioner
Tabel 5.4. Sebaran gambaran Tingkat pengetahuan n % Pengertian tentang Infeksi Saluran Napas Atas
Pengertian menyeluruh tentang Otitis Media Akut
(OMA)
Gejala klinis pada OMA
Ciri-ciri pada OMA
Etiologi pada OMA
Faktor Pencetus berdasarkan etiologi di Soalan 5
Faktor resiko yang utama terjadinya OMA
n0 = salah (0) n1 = betul(1)
Berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa terdapat 15 soal.Setiap soal hanya
dijawab ya ataupun tidak. Pada setiap soalan jawaban yang betul bagi soalan yang
ditanya diberi nilai 1 dan yang salah 0. Berdasarkan tabel di atas juga dapat dilihat
bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar oleh responden
adalah pertanyaan nomor 9 dan 13 yaitu dengan persentase sebesar 61.8% ,
sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden
adalah pertanyaan nomor 11 yaitu dengan persentase sebesar 54.4%.
Tabel 5.5. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan umur
Ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak
adalah golongan umur (21-30) tahun sebanyak 5 orang (55.6%), diikuti oleh Patofisiologi cara ISPA menjadi OMA
OMA dapat diatas dengan pencegahan
Mikroorganisme yang sering menginfeksi OMA
Komplikasi ISPA yang menimbulkan penyakit
Penantalaksanaan OMA
Faktor lain yang bisa menyebabkan OMA
Bukan merupakan faktor resiko OMA
Bakteria yang sering menyebabkan OMA
golongan umur (>51) tahun dan (41-50) tahun masing-masing 7 orang (38.8%)
dan 5 orang(18.5%). Bagi golongan umur (31-40) tahun hanya 1 orang (7.1
%). Bagi tingkat pengetahuan cukup paling banyak pada golongan umur (31-40)
tahun sebanyak 12 orang (85.7%), diikuti oleh golongan umur (41-40) tahun
sebanyak 14 orang (51.9%) dan golongan (>51) tahun, yaitu 7 orang (38.8%).
(21-30) tahun merupakan golongan yang paling sedikit sebanyak 1 orang (11.1%).
Tingkat pengetahuan kurang pula paling banyak oleh golongan umur (21-30)
tahun sebanyak 3 orang (33.3%) dan diikuti oleh (31-40) tahun dan (>51) tahun
masing-masing 8 orang (29.6%) dan 4 orang (22.2%). Golongan paling sedikit
tingkat pengetahuan kurang adalah (31-40) tahun sebanyak 1 orang (7.1%).
Tabel 5.6. Frekuensi hasil uji tingkat pengetahuan berdasarkan tingkat pendidikan
Ibu-ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang paling banyak
adalah tingkat pendidikan PT sebanyak 5 orang (14.7%), diikuti oleh tingkat
SLTA dan SLTP tahun masing-masing 10 orang (30.3%) dan 3 orang (16.7%).
Bagi tingkat SD pula, tiada yang mempunyai tingkat pengetahuan baik. Bagi
tingkat pengetahuan cukup paling banyak pada tingkat SLTA sebanyak 20 orang
(60.6%), diikuti oleh tingkat SLTP sebanyak 10 orang (55.6%) dan tingkat SD
yaitu 4 orang (36.4%). Tingkat PT merupakan golongan yang paling sedikit
TP
Tingkat pengetahuan
Baik (>15) Cukup (8-15) Kurang (<8)
N % n % n % TOTAL
SD 0 0 4 36.4 7 63.6 100
SLTP 3 16.7 10 55.6 5 27.8 100
SLTA 10 30.3 20 60.6 3 0.91 100
sebanyak 0 orang (0%). Tingkat pengetahuan kurang pula paling banyak oleh
golongan SD sebanyak 7 orang (63.6%) dan diikuti oleh SLTP dan PT
masing-masing 5 orang (27.8%) dan 1 orang (16.7%). Golongan paling sedikit tingkat
pengetahuan kurang adalah SLTA sebanyak 3 orang (0.91%).
5.2. PEMBAHASAN
5.2.1. Tingkat pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disajikan diatas dapat dilakukan
pembahasan seperti berikut. Ternyata bahwa sebahagian besar responden
memiliki tingkat pengetahuan yang baik yaitu sebanyak 12 orang (17.6%),
reponden yang memiliki tingkat pengetahuan yang sedang yaitu sebanyak
43orang (63.3%) dan kurang baik sebanyak 13 orang(19.1%). Hal ini disebabkan
karena informasi tentang Infeksi Otitis Media Akut (OMA) dan cara–cara
pencegahannya yang diterima adalah sangat sederhana. Ini menjadikan paling
banyak responden tergolong dalam tingkat pengetahuan yang sedang sahaja
tentang baik, pengertian OMA , ISPA sebagai faktor resiko bagi OMA mahupun
pencegahan OMA. Hal ini mungkin kerana tingkat pendidikan responden rendah.
Umur yang paling banyak menurut penelitian yang dilakukan adalah dari
umur 20-30 tahun yaitu 25 orang (36.8%) dan diikuti oleh golongan umur 31-40
tahun sebanyak 21 orang (30.9%) dan golongan umur > 51 sebanyak 12 orang
(17.6%). Golongan umur yang paling kurang adalah dari umur 40-50 yaitu 10
orang (14.7%). Walaupun demikian kelompok umur nilai tingkat pengetahuan
baik yang paling tinggi adalah golongan umur 21-30 tahun yaitu 5 orang (55.6%)
dan kelompok umur yang paling sedikit dalam tingkat pengetahuan baik adalah
dari umur 31-40 tahun sebanyak 1 orang (7.1%). Bagi tingkat pengetahuan yang
cukup golongan umur yang paling banyak adalah 31-40 tahun yaitu 12 orang
(85.7%). Kemudian kelompok umur 21-30 tahun sebanyak 1 orang (11.1%)
merupakan kelompok yang mempunyai tingkat pengetahuan cukup. Manakala
tingkat pengetahuan kurang. Kelompok umur yang paling sedikit bagi tingkat
pengetahuan kurang adalah 31-40 tahun yaitu sebanyak 1 orang (7.1%).
Daripada tabel 5.4 dapat diperhatikan frekuensi hasil uji tingkat
pendidikan. Tingkat pendidikan yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yang
paling tinggi adalah golongan PT sebanyak 5 orang (83.3%). Golongan yang
paling rendah tingkat pengetahuan yaitu golongan SD 0 orang. Bagi tingkat
pengetahuan cukup golongan responden SLTA terbanyak dan PT terendah yaitu
masing-masing 20orang (60.6) dan 0 orang. Manakala golongan SD merupakan
paling tinggi sebanyak 7 orang (63.6%) pada tingkat pengetahuan kurang dan
hanya 3 orang (0.91) oleh golongan SLTA dengan tingkat pengetahuan kurang
yang paling rendah. Menurut Roger (1974) dalam Notoadmojo (2003),
pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang. Dari hasil analisa data dapat dilihat bahwa
tingkat pengetahuan ibu-ibu dalam kategori cukup, hal ini mungkin ada kaitannya
dengan faktor usia dan faktor tingkat pendidikan yang dapat dilihat pada table 5.6
dan 5.5.
Seperti yang disampaikan oleh Wied Hary A.(1996) bahwa informasi akan
memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang, sehingga dalam kaitannya
dengan hasil yang didapati, presentase pengetahuan responden yang baik akan
lebih besar bila lebih mendapat informasi tentang ISPA merupakan salah satu
faktor resiko OMA. Menurut Azwar (2005), sikap dapat dipengaruhi oleh faktor
lain seperti lingkungan, kebudayaan, adat istiadat, ataupun pengalaman. Ini
membuktikan mengapa >51 tahun lebih banyak orang dari golongan lain tingkat
pengetahuan baik kerana golongan umur ini mempunyai faktor pengalaman, adat
istiadat, kebudayan ataupun lingkungan yang menyebabkan tingkat pengetahuan
> 50 tahun dari golongan umur yang lain.
Hal ini sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2003) yang menyebutkan
bahwa pengetahuan mampu dikembangkan oleh manusia disebabkan karena
manusia mempunyai bahasa yang mampu dikomunikasikan informasi yang
diperolehi. Jika bahasa yang dikomunikasikan tersebut salh terima, maka
terdapat 6 tingkatan yaitu, tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya. Memahami (comperhension) diartikan sebagai
kemampuan menjelaskan secara benar. Aplikasi (application) diartikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari. Analisis (analysis)
adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek kedalam
komponen-komponen. Sintesis (synthesis) menunjuk kepada suatu kemampuan
untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Evaluasi (evaluation) berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Semua
tingkatan di atas itu harus tercapai supaya tingkat pengetahuan adalah baik.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini
disimpulkan, yaitu:
a. Pengetahuan ibu-ibu yang datang PUSKESMAS Padang Bulan
terhadap ISPA merupakan faktor resiko bagi OMA berada pada
kategori cukup, yaitu sebanyak 34 responden (50.0%).
b. Dalam penelitian yang dilakukan golongan umur yang paling banyak,
yaitu dari (31-40) tahun sebanyak 27 orang (39.7)%.
c. Pengetahuan ibu-ibu yang berumur (21-30) tahun mempunyai tingkat
pengetahuan baik paling banyak, yaitu 5 responden (55.6).
d. Golongan tingkat pendidikan yang paling tinggi tingkat pengetahuan
adalah golongan PT sebanyak 5 orang (83.8%).
6.2 Saran
Dari hasil penelitian yang didapati, maka muncul beberapa saran dari
peneliti, yaitu:
a. Masukan kepada Puskesmas Padang Bulan yaitu:
(1) Melakukan kempen untuk meningkatkan pengetahuan ibu-ibu
tentang ISPA yang merupakan faktor resiko bagi OMA kerana
OMA merupakan penyakit yang sering dialami hampir semua
balita.
(2) Menempel iklan-iklan di department obgyn tentang OMA ,
faktor resikonya dan pecegahannya supaya dibaca oleh ibu-ibu
yang akan melahirkan anak.
b. Ibu-ibu harus sadar mengenai gejala, faktor resiko dan pencegahan
OMA dengan berkonsultasi pada dokter semasa kunjungan
DAFTAR PUSTAKA
AdamsG L, Boies LR, Higler PA. Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok. Penerbit : Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1994 ; hal . 89 – 100.
Adningsih,. Tidak Merokok Adalah Investasi, Interaksi Media Promosi Kesehatan
Agustina, 1999. Pencahayaan dan Perhawaan Terhadap Perumahan Penderita TB
Paru, Cermin Dunia Kedokteran, No.84.
Alfrida, 2003. Perumahan Sehat, Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Depkes R.I.
Jakarta
Alsarraf R, Jung CJ, Perkins J, Crowley C, Alsarraf NW, Gates GA. Measuring
the indirect and direct costs of acute otitis media. Arch Otolaryngol Head
Neck Surg. Jan 1999;125(1):12-8.
Anonim, 1996. Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan
Pnemonia pada Balita Dalam Pelita VI, Jakarta
Anwar A, Pengaruh Pencemran Udara” Indoor” Pembakaran Biomassa
TerhadapKesehatan : Majalah Kesehatan Masyarakat,Jakarta. 1992,
Arikunto, 2003 Prosedur Penelitian Dan Waktu Pendekatan Praktek, Rineka
Cipta.Jakarta
Ballenger WL, Ballenger HC. Disease of The Nose, Throat, and Ear. Medical and
Surgical, ed. 8th. LEA and FEBIGER, Philadelpia, 1993 ; hal. 67 – 51
Bambang. Pelajaran Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Penerbit : BP FK
UNDIP, Semarang, 1991; hal. 31.
Block SL, Hedrick J, Harrison CJ, et al. Community-wide vaccination with the
heptavalent pneumococcal conjugate significantly alters the microbiology of
acute otitis media. Pediatr Infect Dis J. Sep 2004;23(9):829-33.
DepKes RI. Direktorat Jenderal PPM & PLP. Pedoman Pemberantasan Penyakit
Herry S. Fisiologi Telinga Tengah. Fakultas Kedokteran UNDIP, Semarang.
McCaig LF, Besser RE, Hughes JM. Trends in antimicrobial prescribing rates for
children and adolescents. JAMA. Jun 19 2002;287(23):3096-102.
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R. Kapita Selekta Kedokteran Bagian THT FK
UI. Penerbit : Media Aeusculapeus FK UI, Jakarta, 2001 ; hal. 79
Natal BL, MD, Clinical Assistant Instructor and Staff Physician, Department
of Emergency Medicine, Kings County Hospital and State University of New
York Downstate, Brooklyn Jan 2000
Pichichero ME. Diagnostic accuracy, tympanocentesis training performance, and
antibiotic selection by pediatric residents in management of otitis
media. Pediatrics. Dec 2002;110(6):106470.
Pracy R, Siegler J, Stell PM. Pelajaran Ringkas THT. Penerbit : PT. Gramedia,
Jakarta, 1983, hal. 26 – 9.
Rendie, J, et.al . Ikhtisar Penyakit Anak. Alih bahasa: Eric Gultom. Binarupa
Aksara. Jakarta. 1994.
Riece H. Komplikasi Otitis Media Akuta. Kumpulan Karya Ilmiah.
Rifki N, S Purnaman, Pandi, Mangunkusumo E. Penyakit Telinga Tengah. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Telinga Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FK UI,
Jakarta, 1990
Rosenfeld RM. Diagnostic certainty for acute otitis media. Int J Pediatr
Santosa, G. Masalah Batuk pada Anak. Continuing Education Anak. FK-UNAIR.
1980
Soepardi & Prof. dr. H. Nurbaiti Iskandar Sosialisman Dalam Helmi. Kelainan
Telinga Luar dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung,
Tenggorok, Kepala & Leher. Ed. ke-5 Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2006
Soni A. Ear Infections (Otitis Media) in Children (0-17): Use and Expenditures,
2006. Rockville, MD: Agency for Healtcare Research and Quality; December
2008. Statistical Brief #228.
Sudarwan. Konsep Baru dalam Diagnosis dan Terapi Otitis Media Akut. Medical
Progress, Vol. 7. Penerbit : Bagian THT FK UNDIP/RSDK, Semarang, 1980
;hal. 79 – 92.
Teele DW, Klein JO, Rosner B. Epidemiology of otitis media during the first
seven years of life in children in greater Boston: a prospective, cohort study. J
Infect Dis. Jul 1989;160(1):83-94.
Yilmaz T, Ceylan M, Akyon Y, Ozcakyr O, Gursel B. Helicobacter pylori: a
possible associationwith otitis media with effusion. Otolaryngol Head Neck
LAMPIRAN
KUISIONER
JUDUL: TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INFEKSI
SALURAN NAPAS ATAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RESIKO TERJADINYA OTITIS MEDIA AKUT PADA TAHUN 2010
Saya adalah peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat
pengetahuan ibu-ibu yang gating ke RSUH Adam Malik pada tahun 2010.
Untuk mendukung penelitian ini, saya menyebarkan kuisioner ini untuk
mendapatkan data – data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis. Oleh itu saya
berharap kesedian setiap partisipan untukmenjawab pertanyaan yang diberikan.
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar sesuai dengan nurani
Nama : DATA RESPONDAN
Umur :
Tanggal :
Lampiran Kuesioner
PERTANYAAN
1. Apakah pengertian Infeksi Saluran Napas Atas(ISPA)?
a) infeksi pada saluran pernafasan atas
b) infeksi pada telinga
c) infeksi pada mata
d) infeksi pada kulit
2. Apakah pengertian Otitis Media Akut(OMA)
a) infeksi pada saluran pernafasan atas
b) infeksi pada telinga
c) infeksi pada mata
d) infeksi pada kulit
3. OMA adalah
a) peradangan pada telinga tengah
b) peradangan pada cuping telinga
c) peradangan pada gegendang telinga
d) peradangan pada otak
4. Batuk pilek bisa menyebabkan
a) OMA
b) infeksi kulit
c) infeksi kelamin
5. Siapakah golongan umur yang sering terinfeksi OMA?
a) anak-anak(balita)
b) remaja
c) dewasa
d) orang tua(>50)
6. Berdasarkan jawapan anda diatas, golongan umur yang sering terinfeksi
OMA disebabkan oleh?
a) sistem imum yang rendah
b) faktor tempat linkungan
c) faktor tempat kerja
d) penyebab penyakit lain
7. Apakah faktor utama terjadinya OMA?
a) sumbatan atau peradangan pada tuba Eustachian
b) sering membersihkan telinga
c) sering mendengar bunyi yang kuat
d) kecelakaan lalu lintas
8. Telinga diisi udara melalui belakang telinga dan tenggorokan menuju
telinga tengah oleh
a) nasofaring
b) saluran Eustachius
c) hidung
9. OMA dapat dikurangi dengan
a) member vitamin setiap hari
b) membersihkan vitamin setiap hari
c) dengan melakukan pencegahan ISPA
d) memakai baju yang bersih dan dicuci
10.OMA disebabkan oleh
a) virus
b) bacteria
c) protozoa
d) a dan b benar
11.Sumbatan atau perandangan oleh ISPA menyebabkan
a) OMA
b) kejang
c) demam
d) flu
12.OMA merupakan penyakit yang
a) sembuh sendiri
b) sembuh setelah bersihkan telinga
c) sembuh setelah mandi air panas
d) sembuh setelah 3 tahun
13.OMA juga bisa disebabkan oleh
a) alergi
b) arak
c) cuaca panas
d) letih
14.Selain ISPA faktor resiko bagi OMA adalah KECUALI:
b) suku bangsa
c) social dan ekonomi
d) pekerjaan
15.Bakteria yang sering menyebabkan OMA adalah
a) Streptokokus
b) Haemopilus
c) Morexella
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Samuel Linus Leenoos
Tempat / tanggal lahir : Perak/ 22 Disember 1988
Agama : Kristian
Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26 Medan, 20155 Indonesia
Riwayat Pendidikan : Sijil Pelajaran Menengah(SPM)-2005 SMA Kelas III-2006/2007
Fakultas Kedokteran USU- sekarang
Riwayat Organisasi : 1. Ahli PKPMI
2. Ahli KKIM
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN
Salam sejahtera bagi kita semua,
Saya, Samuel Linus Leenoos, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul
“Tingkat pengetahuan Ibu tentang Infeksi Saluran Napas Atas sebagai salah satu
faktor resiko terjadinya Otitis Media Akut.” Secara definisi otitis media adalah
peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba eustachius, antrum
mastoid dan sel-sel mastoid. Otitis Media Akut , adalah peradangan pada telinga
tengah yang bersifat akut. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang
yang biasanya dalam keadaan steril. Sebagai mana halnya dengan infeksi saluran
napas atas (ISPA), otitis media juga merupakan sebuah penyakit langganan
anak-anak. . Kejadian OMA dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain suku bangsa,
jenis kelamin, tingkat sosioekonomi, keadaan gizi, dan kekerapan mengalami
infeksi saluran pernapasan atas
Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan 4 pilihan
jawaban yang sudah saya sediakan. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudari
untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan
yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui tingkat
pengetahuan ibu tentang ISPA sebagai factor resiko OMA. Jawaban yang Saudari
berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan
disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudari tetap dirahasiakan
dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin
Saudari tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :
Alamat : Jl. Dr. Mansur, Gg.Sehat No.26 Medan, 20155-Indonesia
Keikutsertaan Saudari dalam penelitian ini sangat saya harapkan. Partisipasi
Saudari bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudari berhak untuk menolak
berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.
Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudari,
Saya ucapkan terima kasih.
Medan, ________________ 2010
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir:
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta
memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan
bersedia berpartisipasi pada penelitian ini. Demikianlah surat perjanjian ini saya
perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada
saya tidak akan dituntut apapun.
Medan,
Yang membuat pernyataan
Karakteristik Responden
KELOMPOK UMUR
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid >50 9 13.2 13.2 13.2
20-30 14 20.6 20.6 33.8
31-40 27 39.7 39.7 73.5
41-50 18 26.5 26.5 100.0
Total 68 100.0 100.0
TP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SD 11 16.2 16.2 16.2
SLTP 18 26.5 26.5 42.6
SLTA 33 48.5 48.5 91.2
PT 6 8.8 8.8 100.0
Total 68 100.0 100.0
Frequency Table
P1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SALAH 27 39.7 39.7 39.7
P1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid SALAH 29 42.6 42.6 42.6
BETUL 39 57.4 57.4 100.0