• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Massase Uterus terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani - Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Massase Uterus terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani - Medan"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS MASSASE UTERUS TERHADAP PENURUNAN

TINGGI FUNDUS UTERI PADA KALA IV PERSALINAN

DI KLINIK BERSALIN MARIANI-MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Efelyna Nababan

061101060

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala puji syukur, hormat, dan kemuliaan penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah menyertai penulis untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Massase Uterus terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani-Medan”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku dosen pembimbing akademik dan dosen pembimbing skripsi penulis yang penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa kuliah di fakultas Keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini.

(4)

4. Seluruh Dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak mendidik penulis selama proses perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi secara administratif.

5. Ibu Hj. Mariani, AM.Keb selaku pemilik Klinik Bersalin Mariani yang telah memberikan izin penelitian.

6. Para responden yang telah bersedia berpartispasi selama proses penelitian berlangsung dan tiap anggota keluarga responden yang ikut mendukung penelitian ini.

7. Teristimewa kepada keluarga tercinta (Bapak B. Nababan, Ibu M. Sianturi, adik-adikku John Wesly, Jaen Ernist, dan Hanna Nathalina) yang telah memberikan cinta, doa, dorongan, bimbingan, menghibur, memotivasi dan memberikan dana bagi penulis. Buat keluarga besar yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu, terima kasih buat doa dan dukungan selama ini.

8. Teman-teman mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini dan menemani penulis saat pengambilan data (Paula, Erika, Agnes, Merlyn, Evy, Ester, Ernita, Desita, Devi, Ridha, Nanda D, kak Elisha, Dian, dll) dan terkhusus buat sahabatku Laksmi Tampubolon.

(5)

10.Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini maupun dalam dalam menyelesaikan perkuliahan di Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa dan penuh kasih melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, terkhusus ilmu keperawatan.

Medan, Juni 2010

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Persetujuan ... i

Abstrak ...ii

Kata Pengantar ...iii

Daftar Isi ...iv

4. Pertanyaan Penelitian ... 4

5. Tujuan Penelitian ... 4

6. Manfaat Penelitian ... 5

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN ...23

1. Kerangka Konsep ...23

2. Defenisi Operasional ...24

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN ...25

1. Desain Penelitian ...25

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...25

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...26

4. Pertimbangan Etik ...26

5. Instrumen Penelitian ...27

6. Pengumpulan Data ...28

7. Analisa Data ...29

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...30

1. Hasil Penelitian ...30

2. Pembahasan ...37

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ...41

1. Kesimpulan ...41

2. Rekomendasi ...42

(7)

Lampiran-Lampiran ...45

1. Inform Consent ...45

2. Kuesioner Data Demografi ...46

3. Lembar Pengukuran Tinggi Fundus Uteri ...48

4. Hasil Analisis Data Demografi ...49

5. Hasil Analisis Data Tinggi Fundus Uteri ...51

6. Taksasi Dana ...53

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan ukuran uterus wanita hamil dan wanita tidak hamil

pada minggu ke-40 ...14 Tabel 2. Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi ...16 Tabel 3. Data Demografi Responden ...31 Tabel 4. Tinggi Fundus Uteri Sebelum dan Sesudah Intervensi

Massase Uterus ...34 Tabel 5. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri antara Sebelum dan Sesudah

(9)

Judul : Efektivitas Massase Uterus terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani - Medan

Nama Mahasiswa : Efelyna Nababan NIM : 061101060

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan di klinik bersalin Mariani-Medan. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah quasi-eksperiment. Besar sampel ditentukan berdasarkan tabel power analysis dengan jumlah sampel minimal 13 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria ibu bersalin secara pervaginam yang tidak mengalami komplikasi, kontraksi uterus lemah, tidak mengalami perdarahan, sedang berada pada kala IV (kala pengawasan) dan bersedia dilakukan intervensi massase uterus dengan sukarela. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan lembar observasi hasil pengukuran tinggi fudus uteri dalam satuan millimeter.

Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu Januari hingga Maret 2010. Hasil pengumpulan data diuji menggunakan uji paired t-tes yang digunakan untuk membandingkan tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan intervensi massase uterus. Berdasarkan hasil analisa data uji paired t-test diketahui bahwa tinggi fundus uteri mengalami penurunan yang signifikan yaitu sekitar 1.25-3 millimeter dengan nilai p=0.000 (p<0,05).

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kala IV pada ibu-ibu bersalin pervaginam. Perawat sebaiknya melakukan tindakan massase uterus selama kala IV untuk membantu kontraksi uterus tetap baik sehingga mempercepat penurunan tinggi fundus uteri selama kala IV dan proses involusi uteri berlangsung dengan baik dan ibu cepat sehat.

(10)

Judul : Efektivitas Massase Uterus terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani - Medan

Nama Mahasiswa : Efelyna Nababan NIM : 061101060

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S. Kep) Tahun : 2010

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan di klinik bersalin Mariani-Medan. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah quasi-eksperiment. Besar sampel ditentukan berdasarkan tabel power analysis dengan jumlah sampel minimal 13 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria ibu bersalin secara pervaginam yang tidak mengalami komplikasi, kontraksi uterus lemah, tidak mengalami perdarahan, sedang berada pada kala IV (kala pengawasan) dan bersedia dilakukan intervensi massase uterus dengan sukarela. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner data demografi dan lembar observasi hasil pengukuran tinggi fudus uteri dalam satuan millimeter.

Pengumpulan data dilakukan selama tiga bulan, yaitu Januari hingga Maret 2010. Hasil pengumpulan data diuji menggunakan uji paired t-tes yang digunakan untuk membandingkan tinggi fundus uteri sebelum dan setelah dilakukan intervensi massase uterus. Berdasarkan hasil analisa data uji paired t-test diketahui bahwa tinggi fundus uteri mengalami penurunan yang signifikan yaitu sekitar 1.25-3 millimeter dengan nilai p=0.000 (p<0,05).

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh perawat dalam melakukan asuhan keperawatan kala IV pada ibu-ibu bersalin pervaginam. Perawat sebaiknya melakukan tindakan massase uterus selama kala IV untuk membantu kontraksi uterus tetap baik sehingga mempercepat penurunan tinggi fundus uteri selama kala IV dan proses involusi uteri berlangsung dengan baik dan ibu cepat sehat.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Salah satu sasaran pembangunan kesehatan dalam rangka perwujudan Indonesia sehat 2010 adalah perilaku hidup sehat yang diantaranya adalah persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, serta menurunnya angka kematian ibu dan bayi (Depkes RI, 1999). Defenisi Angka kematian ibu menurut WHO adalah kematian ibu pada saat hamil, pada saat melahirkan, atau 42 hari setelah melahirkan yang disebabkan oleh proses kehamilan atau persalinan, bukan karena adanya kecelakaan (WHO, 2003). Angka kematian ibu di Indonesia yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2004).

Ada banyak hal yang menyebabkan tingginya angka kematian ibu, antara lain: perdarahan, infeksi, obstruksi atau proses persalinan yang lama, aborsi yang tidak aman, dan hipertensi pada saat kehamilan (WHO, 2003). Penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (40-60%), infeksi atau sepsis (20-30%), toksemia (20-30%), dan penyebab lain, seperti usia ibu yang terlalu tua atau terlalu muda, jumlah anak lebih dari empat orang, jarak antar dua kelahiran kurang dari dua tahun sekitar 5% (WHO-Depkes 1999).

(12)

dan diakhiri dengan dilatasi serviks lengkap hingga 10 cm. Kala II adalah kala pengeluaran janin. Tahap ini dimulai dari dilatasi lengkap serviks hingga keluarnya janin.

Kala III persalinan merupakan kala pengeluaran plasenta. Tahap ini berlangsung sejak bayi lahir higga plasenta dilahirkan. Kala III ini ditandai dengan fundus yang berkontraksi kuat, perubahan bentuk uterus dari bentuk cakram menjadi bentuk oval bulat sewaktu plasenta bergerak ke arah segmen bagian bawah, darah berwarna gelap keluar dengan tiba-tiba dari introitus, tali pusat bertambah panjang dengan majunya plasenta mendekati introitus, dan vagina penuh pada pemeriksaan vagina atau rektum atau membran janin terlihat di introitus. Pada akhir kala III persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira

dua jari di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu

usia kehamilan 16 minggu (Bobak, 2004).

Kala IV adalah kala pengawasan selama satu sampai dua jam postpartum. Pada kala IV merupakan periode yang kritis untuk ibu dan bayi yang baru lahir karena bukan saja pulih dari proses fisik persalinan, tetapi juga memulai hubungan baru (Bobak, 2004, Rustam, 1998). Selama kala IV petugas kesehatan harus memantau ibu setiap 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, dan setiap 30 menit pada jam kedua setelah persalinan (Sarwono,2006).

(13)

tetap berkontraksi setelah persalinan. Jika fundus mengendur, maka akan terjadi perdarahan yang hebat (Simkin, 2007). Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah perdarahan yang hebat pada kala IV adalah memassase uterus dan pemberian uterus tonika: methergen, ermetrin, dan pitosin (Rustam, 1998).

Massase uterus merupakan tindakan nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mempertahankan kontraksi uterus tetap baik sehingga dapat mencegah terjadinya perdarahan. Massase uterus secara rutin setelah proses kelahiran plasenta membantu kontraksi uterus. Massase dilakukan dengan meletakkan tangan di abdomen bagian bawah ibu dan merangsang uterus dengan pijatan yang teratur untuk merangsang kontraksi uterus (ICM & FIGO, 2004 dalam Hofmeyr, 2008 ). Tindakan massase ini sebaiknya diajarkan pada ibu postpartum pada kala IV agar ibu mampu menjaga uterus tetap berkontraksi untuk mencegah terjadinya perdarahan (Simkin, 2007, Sarwono, 2006)

Penelitian yang telah ada mengenai efektivitas massase uterus adalah efektivitas massase yang berfokus pada pencegah perdarahan postpartum. Dimana hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa massase uterus dianjurkan untuk dilakukan setelah plasenta dilahirkan untuk mencegah terjadinya perdarahan postpartum (Hofmeyr, 2008). Sedangkan penelitian mengenai efektivitas massase

(14)

2. Perumusan Masalah

Secara teoritis, setelah plasenta lahir pada akhir kala III, uterus berada di garis tengah, kira-kira dua jari di bawah umbilikus dan massase harus tetap dilakukan untuk menjaga agar uterus tetap berkontraksi. Kontraksi uterus yang baik akan membantu proses involusi uterus. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan.

3. Hipotesa

Hipotesa yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah hipotesa alternatif (Ha) yaitu massase uterus berpengaruh terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan. Hipotesa alternatif (Ha) diterima jika p < 0.05 atau thitung > ttabel.

4. Pertanyaan Penelitian

Apakah ada pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri selama kala IV persalinan?

5. Tujuan Penelitian

5.1. Tujuan Umum

(15)

5.2. Tujuan Khusus

a) Mengindentifikasi tinggi fundus uteri sebelum dilakukan intervensi massase uterus pada kala IV persalinan.

b) Mengindentifikasi tinggi fundus uteri sesudah dilakukan intervensi massase uterus pada kala IV persalinan.

c) Mengidentifikasi efektivitas massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan.

6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini bermanfaat terhadap berbagai aspek, antaralain:

5.1. Bagi Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kala IV persalinan yaitu massase uterus untuk untuk membantu penurunan tinggi fundus uteri.

5.2. Bagi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan bahan ajar pada mata kuliah Keperawatan Maternitas.

5.3. Bagi Penelitian Keperawatan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Persalinan

1.1. Defenisi Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang dapat hidup ke dunia luar melalui jalan lahir atau dengan jalan lain. Persalinan dapat juga diartikan sebagai proses pergerakan keluar janin, plasenta, dan membran dari dalam rahim melalui jalan lahir (Bobak, 2004).

Persalinan merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri oleh pelahiran plasenta (Varney, 2007).

1.2. Jenis Persalinan

Persalinan dapat dibagi berdasarkan beberapa kategori. Menurut cara persalinannya, persalinan dibagi atas (Rustam, 1998):

a) Persalinan biasa (normal), yaitu proses lahirnya bayi pada LBK dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan ini dikenal juga degan persalinan spontan.

(17)

1.3. Tahap Persalinan

Ada empat tahap persalinan yang dikenal. Tahap pertama (kala I) persalinan ditetapkan sebagai tahap yang berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Tahap pertama persalinan dibagi dalam tiga bagian, yaitu fase laten, fase aktif, dan fase transisi. Lamanya tahap pertama bervariasi. Pada primigravida berkisar 3,3 jam – 19,7 jam. Pada multigravida berkisar 0,1 – 14,3 jam (Bobak, 2004).

Tahap kedua (kala II) persalinan berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir (Bobak, 2004). Pada tahap ini, his terkoordinir, kuat, cepat, dan lebih lama kira-kira dua sampai tiga menit. Pada primigravida, tahap ini berlangsung satu setengah hingga dua jam sedangkan pada multigravida setengah hingga satu jam (Rustam, 1998).

Tahap ketiga (kala III) persalinan berlangsung sejak janin dlahirkan sampai plasenta lahir. Plasenta biasanya lepas setelah tiga atau empat kontraksi uterus yang kuat setelah bayi dilahirkan (Bobak, 2004). Kelahiran plasenta normalnya 15-30 menit setelah bayi dilahirkan (Rustam, 1998).

(18)

2. Kala IV

2.1. Defenisi Kala IV

Kala IV persalinan merupakan istilah yang digunakan untuk periode satu atau dua jam sesudah persalinan. Dua jam pertama setelah persalinan merupakan waktu yang kritis bagi ibu dan bayi (Saifuddin,2002) . Dalam periode ini, tugas fisiologi yang paling penting adalah mempertahankan kontraksi dan retraksi uterus yang kuat. Tugas uterus ini dapat dibantu dengan memberikan obat-obatan oksitosin seperti ergometrin maleat, syntocinon, atau syntometrin secara profilaksis atau terapeutik. Obat-obat ini sering diberikan pada akhir kala dua persalinan sesudah keberadaan kehamilan kembar yang tidak terdiagnosis disingkirkan. Obat-obatan oksitosin dapat membuat tanda-tanda pelepasan plasenta menjadi tidak begitu jelas karena cepatnya dan kuatnya kontraksi uterus berikutnya (Hellen, 1999).

2.2. Penatalaksanaan Kala IV

Hal yang perlu dikaji pada kala IV persalinan mencakup informasi yang dibutuhkan untuk evaluasi dan penatalaksanaan perawatan ibu selama jam pertama postpartum. Hal yang perlu dikaji itu antara lain (Varney, 2007):

1) Uterus

(19)

bergeser keadaan ini menandakan kandung kemih penuh. Keadaan ini bisa menyebabkan hambatan kontraksi uterus. Jika terjadi keadaan seperti ini maka kosongkan kandung kemih ibu dengan menggunakan kateter untuk mencegah perdarahan.

2) Serviks, vagina, perineum

Hal yang perlu diinspeksi pada serviks, vagina, perineum yaitu apakah ada laserasi, memar, dan pembentukan awal hematoma. Segera setelah kelahiran, serviks bersifat patulous, terkulai, dan tebal. Hal yang perlu dicatat dan diperhatikan adalah edema dan memar pada introitus atau pada area perineum. 3) Tanda-tanda vital

Pemantauan tekanan darah ibu, nadi, dan pernafasan dimulai segera setelah kelahiran plasenta dan dilajutkan setiap 15 menit sampai tanda-tanda vital stabil pada level sebelum persalinan atau sampai ditetapkan bahwa ada masalah yang membutuhkan pemantauan yang lebih intensif.

Evaluasi dan penatalaksanaan uterus yang dilakukan perawat pada kala IV antaralain (Varney, 2007):

1. Konsistensi uterus; uterus harus berkontraksi efektif, teraba padat dan keras 2. Potensi untuk relaksasi uterus, termasuk hal-hal berikut ini:

a) Riwayat atoni uterus pada kehamilan sebelumnya b) Status ibu sebagai grand multipara

c) Distensi berlebihan pada uterus, misalnya pada kehamilan kembar, polihidramnion, atau makrosomia

(20)

e) Persalinan presipitatus f) Persalinan memanjang

3. Kelengkapan plasenta dan membran pada saat inspeksi, misalnya: bukti kemungkinan fragmen plasenta atau membran tertinggal di dalam uterus

4. Status kandung kemih

5. Ketersediaan orang kedua untuk memantau konsistensi uterus dan aliran lokia, dan membantu massase uterus

6. Kemampuan pasangan ibu-bayi untuk memulai pemberian ASI

Sebelum meninggalkan ibu postpartum, periksa ulang dan perlu diperhatikan tujuh pokok penting, yaitu (Rustam, 1998):

1) Kontraksi rahim: baik atau tidak yang dapat diketahui dengan palpasi. Bila perlu lakukan massase dan berikan uterus tonika: methergen, ermetrin, dan pitosin.

2) Perdarahan: ada atau tidak, banyak atau biasa.

3) Kandung kemih: harus kosong, kalau penuh ibu disuruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateter.

4) Luka-luka: jahitannya baik atau tidak, ada perdarahan atau tidak. 5) Uri dan selaput ketuban harus lengkap.

(21)

3. Uterus

3.1. Defenisi Uterus

Uterus merupakan organ muskular berongga pada mamalia betina, tempat normal tertanamnya telur yang telah dibuahi dan tempat pemeliharaan embrio dan janin yang sedang berkembang (Dorlan, 2002). Uterus adalah suatu struktur otot yang cukup kuat, bagian luarnya ditutupi oleh peritoneum sedangkan rongga dalamnya dilapisi oleh mukosa rahim (Rustam, 1998).

Uterus adalah organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang tampak mirip buah pir terbalik (Bobak, 2004). Dengan kata lain, uterus merupakan organ yang dimiliki oleh wanita dan mamalia betina yang berbentuk buah pir dan berguna sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya janin.

3.2. Anatomi Uterus

Sebagai organ, uterus memiliki struktur anatomi. Uterus terdiri dari tiga bagian, yaitu fundus yang merupakan tonjolan bulat di bagian atas dan terletak di atas insersi tuba falopii, korpus yang merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri berbentuk segitiga, dan istmus, yakni bagian sedikit konstriksi berbentuk silinder yang menghubungkan korpus dengan serviks (Rustam, 1998, Bobak, 2004).

(22)

cm x 5,5-6 cm x 3-3,5 cm dengan berat 60-70 gram. Letak rahim yang normal adalah anteversiofleksi (Rustam, 1998).

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan peritoneum. Endometrium ialah suatu lapisan membran mukosa yang mengandung banyak pembuluh darah. Sesaat sebelum menstrusi, tebal endometrium sekitar lima millimeter dan segera setelah aliran menstruasi berakhir, tebal dinding endometrium menjadi 0,5 mm. Miometrium tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang terbentang ketiga arah (longitudinal, transversal, dan oblique). Miometrium terutama tebal dibagian fudus uterus dan semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di daerah serviks. Peritoneum merupakan membran serosa yang melapisi seluruh korpus uterus, kecuali seperempat permukaan anterior bagian bawah dimana terdapat kandung kemih dan serviks (Bobak, 2004).

Sikap dan letak uterus dalam rongga panggul terfiksasi dengan baik karena disokong dan dipertahankan oleh tonus uterus, tekanan intra-abdominal otot-otot dasar panggul, dan ligamen-ligamen. Secara keseluruhan ada 10 ligamen yang menstabilisasi uterus di rongga panggul, yaitu empat pasang ligamen, yakni ligamentum latum, ligamentum teres, ligamentum sakrouterinum, dan ligamentum

kardinale, dan dua ligament tunggal, yakni anterior (puboservikal) dan posterior

(23)

3.3. Fisiologi Uterus

Fungsi uterus utama uterus adalah sebagai tempat bertumbuh dan berkembangnya janin. Namun, uterus juga memiliki fungsi lain diantaranya pada siklus menstruasi uterus berperan dengan peremajaan endometrium, berkontraksi terutama pada proses persalinan dan setelah persalinan (Rustam,1998).

Uterus juga berfungsi dalam fisiologi pemeliharaan kehamilan, penerimaan graft janin, dan memulai proses kelahiran serta pemeliharaan persalinan. Gangguan, aktivasi, atau perangsangan endometrium uterus pada masa kehamilan dapat menyebabkan abortus atau kelahiran prematur (Cunningham, 1995). Fungsi-fungsi tersebut merupakan fungsi esensial untuk proses reproduksi pada wanita tetapi tidak diperlukan untuk kelangsungan proses fisiologis wanita.

3.4. Perubahan Uterus Pada Masa Kehamilan

(24)

Selain bertambah besar, uterus juga mengalami perubahan berat, bentuk, dan posisi. Pada masa kehamilan, berat uterus akan naik secara luar biasa, dari sekitar 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir masa kehamilan (Rustam, 1998). Perubahan bentuk uterus yang terjadi pada minggu ke-7 kehamilan adalah menjadi sebesar telur ayam negeri; pada minggu ke-10 uterus menjadi sebesar buah jeruk; pada minggu ke-12 uterus mencapai ukuran grapefruit (Bobak, 2004).

Hingga kehamilan minggu ke-40 terjadi perubahan yang sangat besar pada uterus baik dari segi panjang, lebar, kedalaman, berat, dan volume. Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Perbandingan perbandingan ukuran uterus wanita hamil dan

wanita tidak hamil pada minggu ke-40

Ukuran Tidak Hamil Hamil (Minggu ke-40)

Panjang 6,5 cm 32 cm

Lebar 4 cm 24 cm

Kedalaman 2,5 cm 22 cm

Berat 60-70 gram 1100-1200 gram Volume ≤ 10 ml 5000 ml

Sumber : Bobak, 2004

Pada permulaan kehamilan, posisi uterus berada pada letak antefleksi atau retrofleksi (Rustam, 1998). Perubahan posisi uterus mulai terjadi pada usia

(25)

Selama kehamilan, uterus dapat digerak-gerakkan. Pada saat wanita hamil berdiri, sumbu longitudinal uterus sesuai dengan sumbu pintu masuk panggul dan dinding abdomen menyokong uterus. Pada saat wanita hamil berada pada posisi terlentang, uterus akan ke arah belakang bersandar pada kolumna vertebralis (Cunningham, 1995).

Kehamilan juga menyebabkan perubahan kontraktilitas uterus. Sejak trimester pertama kehamilan, uterus mengalami kontraksi tidak teratur yang normalnya tanpa nyeri. Pada trimester kedua, kontraksi-kontraksi ini akan dapat dideteksi dengan pemeriksaan bimanual. Uterus yang relaksasi terkadang akan menjadi kencang dan kembali relaksasi kembali. Keadaan ini disebut tanda Braxton Hicks yang biasanya mulai dapat dirasakan pada bulan keempat. Hingga

bulan akhir usia kehamilan khususnya pada satu atau dua minggu terakhir, frekuensi kontraksi Braxton Hicks menjadi lebih sering dan dapat terjadi samapi setiap 10 atau 20 menit dan iramanya menjadi sangat ritmik (Cunningham, 1995).

3.5. Perubahan Uterus (Involusi Uterus) Pada Periode Postpartum

Setelah proses persalinan, uterus akan kembali ke bentuk semula seperti saat sebelum hamil. Proses ini disebut dengan roses involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos (Bobak, 2004).

(26)

Perubahan letak dan ukuran uterus pada periode postpartum dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2. Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi

Involusi Tinggi Fundus Uterus Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram 1 minggu Pertengahan pusat simfisis 500 gram 2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram 6 minggu Bertambah kecil 50 gram 8 minggu Sebesar normal 30 gram Sumber: Rustam, 1998

Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggungjawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa kehamilan. Pada periode postpartum, terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron yang menyebabkan terjadinya autolisis atau perusakan secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan. Apabila uterus gagal untuk kembali ke keadaan seperti saat belum hamil maka disebut subinvolusi (Bobak, 2004).

Perubahan lain yang terjadi pada uterus adalah perubahan kontraksi. Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir. Hal ini terjadi diduga sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Selama satu sampai dua jam pertama postpartum, intensitas kontraksi uterus berkurang dan menjadi tidak teratur (Bobak, 2004).

(27)

3.6. Mekanisme Involusi Uterus

Mekanisme terjadinya involusi uterus (Hellen, 1999):

1. Autolisis merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot rahim, enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang sempit.

2. Terdapat polymorpholitik dan makrofag di dalam sistem vaskular sistem limfatik

3. Efek oksitosin, penyebab kontraksi dan relaksasi otot uterus sehingga akan mengkompresi pembuluh darah yang akan menyebabkan akan berkurangnya suplai darah ke uterus.

(28)

3.7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Involusi Uterus

Proses serta lamanya involusi uterus pada ibu postpartum tidak sama. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses involusi uterus, diantaranya:

1. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dilakukan tidak mempunyai pengaruh buruk dan tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal. Oleh karena itu, ibu nifas tidak boleh bermalas-malasan dan secepat mungkin turun dari tempat tidur dan berjalan di sekitar ruangan (Hamnah, 2003).

2. Pengosongan kandung kemih

Setelah proses persalinan, kandung kemih harus tetap kosong untuk mencegah uterus berubah posisi dan atoni uteri (Varney, 2007). Kandung kemih yang kosong membantu uterus tetap berkontraksi dengan baik sehingga proses involusi uterus menjadi cepat.

3. Laktasi

Proses laktasi merupakan metode yang efektif untuk meningkatkan tonus otot uterus (Varney, 2007). Bayi sangat siap segera setelah kelahiran. Hal ini sangat tepat untuk memulai memberikan ASI. Menyusui juga membantu uterus berkontraksi (Saifuddin, 2002).

3.8.Pengukuran Tinggi Fundus Uteri

(29)

Hal yang harus diperhatikan pada saat melakukan pengukuran tinggi fundus uteri adalah apakan kandung kemih dalam keadaan kosong atau tidak dan bagaimana keadaan uterus, apakah uterus dalam keadaan kontraksi atau rileks. Penelitian juga menunjukkan bahwa posisi wanita saat dilakukan pengukuran tinggi fundus juga berpengaruh terhadap hasil pengukuran (Bobak, 2004).

Ada dua cara pengukuran tinggi fundus uteri yang biasa dilakukan. Kedua cara ini dibedakan berdasarkan penempatan meteran. Cara tersebut adalah (Bobak, 2004):

a) Meteran dapat diletakkan di bagian tengah abdomen wanita dan pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang uterus.

b) Salah satu ujung meteran diletakkan di batas atas simfisis pubis dengan satu tangan; tangan lain diletakkan di batas atas fundus. Meteran diletakkan di antara jari telunjuk dan jari tengah dan pengukuran dilakukan sampai titik dimana jari mengapit meteran.

4. Massase

4.1. Pengertian Massase

Massase adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak,

(30)

Gerakan dasar massase meliputi (Malkin, 1994 dalam Shirley, 1997): -Gerakan memutar yang dilakukan oleh telapak tangan

-Gerakan menekan dan mendorong ke depan dan ke belakang menggunakan tenaga

-Menepuk-nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan meliuk-liuk Setiap gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan, dan gerakan yang berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan di bawahnya. Cara tindakan massase yang utama diduga untuk “menutup pintu gerbang” untuk mencegah diterimanya rangsangan nyeri di pusat tertinggi sistem saraf pusat (Hamilton, 1995).

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan pada saat melakukan massase adalah: arah gerakan, kadar tekanan, kecepatan serta irama gerakan, media yang digunakan, posisi pasien maupun terapis, dan lama serta frekuensi tetap massase (Shirley, 1997).

4.2. Manfaat Massase

(31)

4.3. Massase Uterus

Sesudah proses kelahiran, rahim akan segera memulai proses involusi, atau kembali ke keadaan sebelum hamil. Dengan terus berkontraksi, rahim menutup pembuluh darah yang terbuka pada daerah plasenta. Penutupan ini mencegah perdarahan yang hebat dan mempercepat pelepasan lapisan rahim ekstra yang terbentuk selama kehamilan (Simkin, 2007).

Perawat dan bidan akan sering-sering memeriksa rahim untuk memastikan bahwa fundus tetap berkontraksi setelah persalinan. Jika fundus mengendur, maka akan terjadi perdarahan yang hebat. Hal yang dilakukan perawat adalah memassase uterus dengan kuat agar uterus berkontraksi (Simkin, 2007).

Tonus uterus dan jumlah aliran lokia dikaji secara simultan dengan massase regular fundus uterus. Uterus yang berkontraksi dengan baik tidak akan

menunjukkan peningkatan perdarahan ketika massase dilakukan. Sebaliknya, jika uterus memiliki kecenderungan untuk relaksasi dan menjadi lunak, aliran lokia akan sedang atau banyak. Hal ini dikaji paling mudah secara langsung mengamati peningkatan lokia atau bekuan pada saat memassase uterus (Varney, 2007).

(32)

4.4. Teknik Massase Uterus

Ada beberapa teknik massase Prosedur yang dilakukan untuk memijat uterus antar lain:

a) Teknik menurut Simkin (2007), massase uterus dapat dilakukan dengan cara: Kosongkan kandung kemih dengan berkemih. Ibu berbaringlah telentang dan perawat memeriksa uterus dengan menekan perut tepat di daerah umbilikus. Jika tidak dapat merasakan kontraksi uterus, maka lakukan pijatan sebagai berikut : dengan satu tangan sedikit mengepal, pijat perut bagian bawah dengan kuat menggunakan gerakan melingkar kecil sampai anda merasakan uterus berkontraksi dan menjadi kencang. Pijatan ini mungkin terasa sakit.

b) Teknik menurut Varney (2007), massase uterus dilakukan dengan cara: Topangan pada uterus bawah selama massase mencegah peregangan ligamen kardinal. Untuk melakukan massase uterus dengan benar, remas uterus bawah

pada abdomen tepat di atas simfisis dan tahan di tempat dengan satu tangan sementara tangan yang lain melakukan massase. Massase uterus yang efektif mencakup lebih dari lekuk anterior fudus. Seluruh bagian anterior, lateral, dan posterior fundus harus dicapai. Prosedur ini dilakukan secara tepat dengan sentuhan yang tegas dan lembut.

Pada saat memulai massase uterus, ingatkan ibu bahwa prosedur ini mungkin menyakitkan dan jelaskan mengapa prosedur ini perlu dilakukan. Massase yang seksama seperti ini dapat dihindari jika uterus tidak pernah

(33)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dibuat dengan tujuan untuk menguji pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan. Massase uterus akan dilakukan pada satu sampai dua jam kala IV. Massase dilakukan pada saat uterus tidak berkontraksi atau kontraksi uterus

lemah. Kontraksi uterus dapat diindentifikasi dengan palpasi uterus. Apabila kontraksi uterus kuat maka peneliti menghentikan massase dan massase dilanjutkan kembali apabila diidentifikasi kotraksi uterus melemah. Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan setiap 15 menit pada satu jam pertama postpartum dan setiap 30 menit selama satu jam berikutnya.

Keterangan:

: variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti Tinggi Fundus Uteri

Ibu Postpartum Preintervensi

Intervensi Masase Uterus

Faktor yang mempengaruhi: • Mobilisasi dini

• Pengosongan kandung kemih • Laktasi

Tinggi Fundus Uteri Ibu Postpartum

(34)

2. Defenisi Operasional

A.Kala IV Persalinan

Kala IV persalinan merupakan kala pengawasan. Kala ini berlangsung sejak plasenta dilahirkan hingga satu sampai dua jam postpartum.

B. Involusi Uterus

Involusi uterus adalah proses kembalinya uterus ke bentuk semula seperti sebelum melahirkan setelah terjadi proses persalinan. Teknik pengukuran tinggi fundus uteri untuk mengindentifikasi proses involusi uteri adalah dengan cara meletakkan meteran di bagian tengah abdomen ibu dan pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang uterus.

C. Massase Uterus

Massase uterus adalah kegiatan pemijatan yang dilakukan pada uterus untuk

(35)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian quasy eksperiment, yaitu rancangan yang berupaya untuk mengungkapkan hubungan sebab-akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental (Nursalam, 2001). Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan.

2. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

Populasi adalah subjek (misalnya manusia: klien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam peneitian ini adalah seluruh ibu-ibu bersalin pervaginam di ruang bersalin Klinik Bersalin Mariani Jl. Gatot Subroto gg. Johar no. 5- Medan. Banyaknya ibu yang bersalin di klinik bersalin tersebut dalam satu tahun terakhir adalah 267 orang (data Klinik Mariani tahun 2008).

Sampel adalah bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling (Nursalam, 2008). Penentuan besarnya sampel yang digunakan oleh peneliti menggunakan tabel power analysis dengan effect size 0.80, level of significant (α = 0.05) dan power of test 0.80. Berdasarkan

(36)

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2008). Adapun kriteria sampel yang digunakan adalah kriteria inklusi, yaitu karakteristik calon sampel yang layak diambil untuk penelitian, antara lain ibu bersalin secara pervaginam yang tidak mengalami komplikasi, kontraksi uterus lemah, tidak mengalami perdarahan, sedang berada pada kala IV (kala pengawasan) dan bersedia dilakukan intervensi massase uterus dengan sukarela.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bersalin Hj. Mariani Jl. Gatot Subroto gg. Johar no.5- Medan. Adapun pertimbangan pemilihan klinik tersebut adalah untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian karena jumlah sampel di populasi memadai, proses persalinan pervaginam banyak dilakukan di klinik tersebut dan belum pernah dilakukan penelitian ini di klinik tersebut. Penelitian ini dilakukan dalam tiga bulan, yaitu pada bulan Januari hingga Maret 2010.

4. Pertimbangan Etik

(37)

penelitian yang dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi selama dan setelah pengumpulan data. Ibu postpartum yang bersedia diteliti menandatangani lembar persetujuan menjadi responden penelitian. Ibu postpartum yang menolak untuk menjadi responden tidak akan dipaksa dan peneliti tetap menghormati hak-haknya.

Untuk menjaga kerahasian responden, peneliti tidak mencantumkan namanya pada lembar pengumpulan data. Peneliti cukup memberikan kode pada masing-masing lembar tersebut. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas responden, hanya data-data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil penelitian.

5. Instrumen Penelitian

(38)

6. Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka terlebih dahulu peneliti melakukan studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, tulisan yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti. Peneliti kemudian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU). Setelah mendapatkan izin dari institusi pendidikan, peneliti mengirim permohonan izin yang diperoleh ke tempat penelitian (Klinik Bersalin Mariani – Medan). Setelah mendapatkan izin dari Klinik Bersalin Mariani, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Peneliti menentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah dibuat. Setelah mendapatkan calon responden, peneliti menjelaskan mengenai tujuan, manfaat, serta intervensi yang akan dilakukan oleh peneliti. Peneliti juga memberikan kesempatan untuk bertanya apabila ada hal yang tidak dipahami oleh calon responden sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan. Apabila calon responden bersedia untuk dilakukan intervensi, maka calon reponden diminta untuk menandatangani inform consent dan mengisi kuesioner yang berisi data demografi reponden.

(39)

30 menit dalam 1 jam kedua. Data hasil pengukuran tinggi fundus uteri akan dimasukkan dalam form data hasil observasi yang diisi sendiri oleh peneliti.

7. Analisa Data

Uji hipotesa yang akan digunakan untuk menganalisa data hasil penelitian adalah menggunakan uji t-test. Uji t-test yang akan digunakan oleh peneliti adalah paired t-test (dependent groups t-test) untuk membandingkan tinggi fundus uteri

(40)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai efektivitas massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan di klinik bersalin Mariani-Medan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai tanggal 16 Januari 2010 sampai 16 Maret 2010 di Klinik Bersalin Mariani-Medan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 13 orang yang seluruhnya merupakan kelompok intervensi. Hasil penelitian ini menguraikan karakteristik demografi, tinggi fundus uteri pada kala IV sebelum dilakukan dan sesudah dilakukan intervensi massase uteri.

1.1Karakteristik Demografi

(41)

Tabel 3. Data Demografi Responden

Karakteristik Demografi Responden Jumlah %

1.Usia

5.Kondisi saat persalinan

Normal 13 100

(42)

38.5% dan suku batak/ karo, melayu, mandailing, dan padang masing-masing 15.4%.

Tingkat pendidikan, responden sebagian besar adalah tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), yaitu sekitar 61.5%, 7.7% tamatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), dan sekitar 30.4% tamatan perguruan tinggi (S1). Responden dalam penelitian ini lebih banyak ibu primipara yaitu sekitar 46.2%, ibu multipara sekitar 15.4%, dan ibu grandmultipara sekitar 38.5%. keadaan saat persalinan seluruh responden adalah normal.

1.2 Tinggi Fundus Uteri pada Kala IV Sebelum dan Sesudah Intervensi

Massase Uterus

Peneliti mengukur tinggi fundus uteri pada kala IV responden pada saat responden telah selesai dibersihkan oleh perawat atau bidan yang menangani proses persalinan. Pengukuran tinggi fundus uteri dengan cara meletakkan meteran di bagian tengah abdomen responden dan pengukuran dilakukan dengan mengukur dari batas atas simfisis pubis sampai ke batas atas fundus. Meteran pengukur ini menyentuh kulit sepanjang abdomen. Ukuran yang digunakan peneliti adalah satuan milimeter (mm).

Setelah dilakukan pengukuran tinggi fundus uteri, maka peneliti mulai melakukan intervensi massase. Peneliti menjelaskan kepada responden bahwa massase yang diberikan akan menimbulkan rasa nyeri dimana rasa nyeri tersebut

(43)

fundus uteri responden. Posisi responden pada saat dilakukan massase adalah tidur terlentang dengan kaki dalam posisi lurus.

Massase uterus dilakukan peneliti pada awal intervensi dilakukan dan

dilanjutkan sesuai dengan kondisi fundus uteri responden. Jumlah intervensi massase uterus masing-masing responden berbeda, sesuai dengan keadaan fundus

uteri responden. Massase berikutnya dilakukan pada saat fundus uteri responden teraba lembek dan posisi uterus tidak di tengah.

Responden primipara mendapat lebih sedikit massase karena kontraksi uterus pada primipara baik. Jumlah intervensi massase yang diberikan pada responden primipara sebanyak 6 kali dengan selang waktu setiap 20 menit. Responden

multipara dan grandmultipara mendapatkan intervensi massase lebih banyak.

Pada responden multipara, jumlah massase yang dilakukan sekitar 8-10 kali sedangkan pada responden grandmultipara, jumlah massase yang dilakukan lebih dari 10 kali. Durasi waktu intervensi massase adalah satu menit dalam sekali intervensi massase. Selain itu, peneliti juga tetap menjaga agar kandung kemih responden tidak penuh agar uterus tetap berkontraksi dengan baik.

(44)

Setelah terkumpul ukuran tinggi fundus uteri pada akhir intervensi, maka peneliti mencari rata-rata perubahan tinggi fundus uteri dalam dua jam pada kala IV. Berikut ini adalah hasil pengukuran tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah intervensi massase uterus pada kala IV:

Tabel 4. Tinggi Fundus Uteri Sebelum dan Sesudah Intervensi Massase Uterus

Sampel

Penelitian

Tinggi Fundus Uteri (mm)

Total

(45)

1.3 Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri antara Sebelum dan

Sesudah Intervensi Massase Uterus

Untuk melihat efektivitas massase uterus sebelum dan sesudah dilakukan intervensi massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri kala IV pada responden maka peneliti melakukan uji t-test, yaitu paired t-test (dependent groups t-test). Berikut ini adalah hasil uji statistika perubahan tinggi fundus uteri

sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi:

Tabel 5. Perbedaan Penurunan Tinggi Fundus Uteri antara Sebelum dan Sesudah Intervensi Massase Uterus

Dari tabel uji paired t-test (dependent groups t-test) dapat diketahui bahwa perbedaan tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah intervensi massase adalah 3.76923 dengan SD= 0. .83205. Hasil ini menunjukkan bahwa tinggi fundus uteri sebelum dan sesudah dilakukan intervensi massase memiliki perbedaan yang signifikan/bermakna (p<0,05). Dari hasil tersebut diketahui bahwa massase uterus efektif menurunkan tinggi fudus uteri pada kala IV persalinan.

(46)

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti dapat mengetahui efektivitas massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan. Dalam periode ini, tugas fisiologi yang paling penting adalah mempertahankan kontraksi dan retraksi uterus yang kuat (Farrer, 1999).

Kontraksi uterus setelah persalinan dipengaruhi oleh status persalinan ibu (Varney, 2007). Responden primipara mendapatkan intervensi massase yang lebih sedikit dibandingkan responden multipara dan grandmultipara karena responden multipara dan grandmultipara beresiko mengalami atonia uteri setelah plasenta lahir.

Tinggi fundus uteri setelah plasenta dilahirkan atau pada kala IV adalah dua jari di bawah umbilikus (Bobak, 2004). Berdasarkan pengukuran tinggi fundus uteri yang dilakukan oleh peneliti sebelum dilakukan intervensi massase, peneliti mendapatkan tinggi fundus uteri berkisar antara 88-135 millimeter dimana peneliti juga meraba posisi uterus berada di bawah umbilikus. Tinggi fundus uteri pada akhir kala IV sekitar 81-131 millimeter dengan rata-rata penurunan tinggi fundus uteri sekitar 2-5 millimeter. Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa penurunan tinggi fundus uteri masing-masing responden bervariasi dalam setiap waktu pengukuran yang sama.

(47)

transmembran dalam sel otot miometrium untuk menghasilkan kontraksi uterus yang terus-menerus (Katzung, 2000). Oksitosin merangsang frekuensi dan kekuatan kontraksi otot uterus (UI, 2005). Pada saat intensitas kontraksi uterus berkurang peneliti melakukan intervensi massase uterus.

Menurut Mekk (1993, dalam Potter & Perry, 2005), massase merupakan teknik intregrasi sensori yang akan mempengaruhi aktivitas sistem otot dan saraf. Proses fisiologis yang terjadi saat rangsangan dilakukan pada kulit melalui massase yaitu sensasi tekanan dari massase tersebut akan diterima reseptor

tekanan (paccini) di kulit dan akan membawa pesan tersebut menuju sistem saraf pusat sebagai suatu rangsangan (impuls) melalui hantaran medula spinalis. Kemudian sistem saraf pusat ini akan mengirimkan pesan melalui medula spinalis kembali ke sistem. Selama gerakan volunter, impuls turun dari jalur motorik ke medula spinalis. Impuls keluar dari medula spinalis melalui saraf motorik eferen dan berjalan melalui saraf ke otot. Dalam proses ini neurotransmitter merupakan substansi kimia seperti asetilkolin yang memindahkan impuls listrik dari saraf yang bersilangan pada simpul mioneural ke otot, akan diaktifkan (Guyton, 1994).

(48)

Faktor-faktor yang dipertimbangkan pada saat melakukan massase adalah: arah gerakan, kadar tekanan, kecepatan serta irama gerakan, media yang digunakan, posisi pasien maupun terapis, dan lama serta frekuensi tetap massase (Shirley, 1997). Tindakan massase yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dengan arah sirkuler mengikuti arah jarum jam, dengan sedikit tekanan dan lembut, serta dilakukan dengan durasi waktu massase satu menit. Tindakan massase ini sesuai dengan Sarwono, 2008. Jumlah massase masing-masing responden berbeda-beda, sesuai dengan keadaan uterus responden selama kala IV karena kontraksi uterus dipengaruhi oleh status persalinan dimana reponden multipara dan grandmultipara mendapat tindakan massase uterus lebih banyak dibandingkan

responden primipara.

(49)

responden dan ungkapan langsung oleh responden. Dalam penelitian, responden grandmultipara mengalami intensitas nyeri lebih lama dan lebih sering. Namun,

peneliti tidak mengidentifikasi skala nyeri responden.

(50)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan. Responden dalam penelitian ini adalah ibu-ibu bersalin pervaginam di klinik bersalin Mariani-Medan dengan jumlah responden 13 orang yang ditentukan dengan purposive sampling tanpa kelompok kontrol. Data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian ini kemudian dianalisis secara komputerisasi. Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi.

1. Kesimpulan Hasil Penelitian

Ibu-ibu bersalin pervaginam yang menjadi responden dalam penelitian ini mengalami penurunan tinggi fundus uteri setelah dilakukan massase uterus. Data hasil penelitian yang dikumpulkan telah diolah menggunakan paired t-test (dependent groups t-test) dan diketahui bahwa tinggi fundus uteri mengalami

(51)

2. Rekomendasi

a. Rekomendasi untuk Praktek Keperawatan

Dalam melakukan asuhan keperawatan kala IV pada ibu-ibu bersalin pervaginam, perawat hendaknya tidak hanya mengawasi konsistensi fundus uteri, perdarahan, kondisi kandung kemih, luka akibat episiotomi, dan keadaan umum ibu. Perawat juga sebaiknya melakukan tindakan massase uterus selama kala IV untuk membantu kontraksi uterus tetap baik sehingga tinggi fundus uteri turun dengan cepat dan dapat mencegah terjadinya perdarahan pada kala IV.

b. Rekomendasi untuk Penelitian Keperawatan

(52)

c. Rekomendasi untuk Pendidikan Keperawatan

(53)

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, dkk. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Cunningham. (1995). Obstetri Williams. Jakarta: EGC.

Dahlan, M. Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, dilengkapi Aplikasi dengan

Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.

Dorlan. (2002). Kamus Kedokteran. Jakarta: EGC.

Farrer, Hellen. (1999). Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC.

Guyton & Hall. (1994). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta. EGC.

Hamilton, Mary. (1995). Dasar – Dasar Keperawatan Maternitas (Basic Maternity Nursing). Jakarta: EGC

Hamnah, S.U. (2003). Senam Nifas. Diakses pada tanggal 30 September 2009 di

situs

Hofmeyr, GJ. (2008). Uterine Massage for Preventing Postpartum Haemorrhage. Diakses pada tanggal 7 September 2009 di situs

JNPK-KR. (2007). Asuhan Persalinan Normal: Asuhan Essensial Persalinan: Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.

Katzung, Bertram,G. (2000). Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika.

(54)

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian. Jakarta:

Salemba Medika.

Polit, DF & Hungler, BP. (1996). Essentials of Nursing Research Methods, Appraisal and Utilization Fourth Edition. Philadephia: Lippincott.

_______. (1999). Nursing & Research Principles & Methods. Philadephia: Lippincott.

Potter, P. A. & Perry, A G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Proses Konsep, dan Praktik, Edisi 4. Jakarta. EGC.

Prawirohardjo, Sarwono. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Rusdiatin, Ivana E. & Darmasta Maulana. (2007). Pengaruh Pemberian Teknik Akupresur Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan Kala I di Rumah Sakit

Rajawali Citra Potorono Banguntapan Bantul 2007 diakses pada tanggal

12 April 2010 di situs

Saifuddin, Abdul Bari, dkk. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo.

Sastroasmoro, Sudigdo & Sofyan Ismael. (1995). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta: Binarupa Aksara.

(55)

Simkin, Penny, dkk. (2007). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi. Jakarta: Arcan

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Administrasi Dilengkapi dengan Metode R&D. Bandung: Alfabeta.

UI. (2005). Farmakologi dan Terapi edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.

Varney, Helen, dkk. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Wahyuni, Arlinda Sari. (2007). Statistika Kedokteran disertai Aplikasi dengan SPSS. Jakarta: Bamboedoea Communication.

WHO. (2003). Indonesia Reproductive Health Profile diakses pada tanggal 15

September 2009 di situs

(56)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN

EFEKTIVITAS MASSASE UTERUS TERHADAP PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA KALA IV PERSALINAN DI KLINIK BERSALIN

MARIANI-MEDAN

Oleh: Efelyna Nababan

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada pengaruh massase uterus terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada kala IV persalinan.

Saya mengharapkan tanggapan atau jawaban yang saudara berikan sesuai dengan pendapat saudara sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Kami akan menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Saudara. Informasi yang Saudara berikan hanya digunakan untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan tidak digunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi Saudara dalam penelitian ini bersifat bebas. Saudara bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak tanpa sanksi apapun. Jika Saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom di bawah ini.

Terimakasih.

(57)
(58)

Lampiran 3

TAKSASI DANA

Efektivitas Massase Uterus Terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada

Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani-Medan

1. Persiapan Proposal

- Biaya tinta dan kertas print proposal Rp. 150.000,- - Foto kopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 30.000,- - Perbanyak Proposal Rp. 100.000,- - Biaya Internet Rp. 30.000,- - Sidang Proposal Rp. 45.000,-

2. Pengumpulan Data

- Transportasi Rp. 200.000,- - Penggandaan Kuesioner Rp. 50.000,- - Administrasi Penelitian Rp. 50.000,-

3. Analisa Data dan Penyusunan Laporan Perbaikan

- Biaya kertas dan tinta print Rp. 150.000,- - Penjilidan Rp. 100.000,- - Penggandaan laporan penelitian Rp. 100.000,-

4. Biaya Tak Terduga Rp. 100.000,-

(59)

Lampiran 4

Kuesioner Data Demografi

Efektivitas Masase Uterus terhadap Penurunan Tinggi Fundus Uteri Pada Kala IV Persalinan di Klinik Bersalin Mariani

Inisial Subjek : Tanggal Penelitian : Waktu Penelitian :

A. Pengkajian Data Demografi

Petunjuk : Isilah kuisioner berikut ini berdasarkan hasil pengkajian anda terhadap ibu pada kala IV persalinan yang menjadi responden dalam penelitian. Perhatikan petunjuk isian yang ada!

1. Usia :

e. dan lain-lain (sebutkan)

(60)

4. Riwayat persalinan : a. 1 kali

b. 2 kali c. >2 kali

5. Kondisi saat persalinan: a. normal

(61)

Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI

Hasil Pengukuran Tinggi Fundus Uteri Selama Kala IV Persalinan Di Klinik Bersalin Mariani-Medan

Inisial Subjek : Tanggal Penelitian : Waktu Penelitian :

Tinggi Fundus Uteri (mm) Total Penurunan TFU kala IV

(mm) Sebelum

Intervensi

(62)

CURRICULUM VITAE

Nama : Efelyna Nababan Tempat / Tgl Lahir : Duri / 11 Oktober 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting gang Juhar No. 10 Padang Bulan-Medan Riwayat Pendidikan :

1.Tahun 1992-1993 : TK Santo Yosef Duri- Riau 2.Tahun 1993 – 1999 : SD Santo Yosef Duri – Riau 3.Tahun 1999 – 2002 : SLTP Santo Yosef Duri – Riau

4.Tahun 2002 – 2005 : SMA Negeri 1 (Plus) Matauli Pandan – Sibolga 5.Tahun 2006 - 2010 : Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Pengalaman lainnya :

(63)
(64)

Gambar

Tabel 1. Perbandingan perbandingan ukuran uterus wanita hamil dan
Tabel 2.  Tinggi Fundus dan Berat Uterus menurut Masa Involusi
Tabel 3. Data Demografi Responden
Tabel 4. Tinggi Fundus Uteri Sebelum dan Sesudah Intervensi Massase Uterus

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa pemberian jus nanas memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penurunan TFU pada ibu nifas.. Kata Kunci: Perbedaan penurunan tinggi fundus

Dengan diperolehnya hasil yang menunjukkan bahwa usia lebih tua mempengaruhi Penurunan tinggi fundus uteri yang lama, karena Pada ibu yang usianya lebih tua banyak

Pada saat responden setelah melahirkan plasenta maka responden akan di lakukan pengukuran penurunan tinggi fundus uteri dan di dapat kan hasil semua responden setelah

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Yuniasih (2006), mengenai pengaruh senam nifas terhadap kecepatan penurunan tinggi fundus uteri

Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil ada pengaruh antara senam nifas dengan penurunan tinggi fundus uteri pada ibu post partum.. Bagi para petugas kesehatan

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pemberian pijat oksitosin terhadap penurunan tinggi fundus uteri pada primipara dengan persalinan

Berdasarkan hasil uji Mann-Whitney U- Test perbedaan penurunan fundus uteri hari 0-1 (24 jam) kelompok injeksi syntocinon dan kelompok injeksi tidak syntocinon

Tinggi fundus uteri TFU sebelum diberikan masase uterus dengan pijat oksitosin pada hari pertama ibu postpartum Hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi rerata ukuran TFU pada