Judul : Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah di Beringin Pasar VII tembung Kecamatan Percut Sei Tuan
Nama : Farah Indah Sari
NIM : 091121044
Jurusan : Fakultas Keperawatan
Abstrak
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer
(pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mengkudu (morinda citrifolis) mengandung senyawa scopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional. Pemanfaatan megkudu (morinda citrifolis) dalam penelitian ini dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 23 Agustus sampai 29 Agustus 2010.Berdasarkan jumlah populasi jika populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan teknik total sampling
diperoleh sampel sebanyak 14 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 7 orang kelompok yang menggunakan mengkudu dan 7 orang kelompok yang tidak menggunakan mengkudu. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mengkudu, dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif dan odds ratio . Berdasarkan hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mengkudu 36 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mengkudu. Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) dan juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mengkudu. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa megkudu (morinda citrifolis) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
PRAKATA
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat dan
hidayahnya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta shalawat
beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan
terindah sehinga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
judul “Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah Tinggi di
Beringin Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.
Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai dosen Pembimbing
Skripsi I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta
memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga
memberi motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya selama proses
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Salbiah, S.Kp M. Kep selaku dosen Pembing II yang telah banyak mau
4. Ibu Cholina Siregar, S.Kep. M.Kep, Sp.KMB selaku penguji dan banyak
memberikan masukan-masukan dalam pembuatan skripsi ini.
5. Ibu Farida Linda Sari Siregar,S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing Akademik
yang telah membibing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara
yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses
perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara
administratif.
7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kepada Ayahanda dan Ibunda
tercinta yang terus memberikan motivasi dan doa yang tiada henti yang
begitu berarti bagi saya, kepada abang , kakak dan juga adik saya yang tiada
henti memotivasi agar segera menyelesaikan skripsi dan juga kepada seluruh
keluarga besar saya, yang selalu berdoa buat kelancaran skripsi saya dan
spesial buat nenek saya tercinta yang selalu mengingatkan saya dalam segala
hal.
8. Tersayang kepada seseorang yang tak pernah henti menasehatisaya dan
memberikan motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan
baik. Teman-teman Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan terutama stambuk
2009 yang terus memberikan dorongan agar tetap semangat dalam
menyelesaikan skripsi.
9. Terkasih buat semua sahabat-sahabat saya yang sudah membantu saya dalam
10. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam
penelitian saya.
11. Bapak kepala desa yang memberi izin peneliti sehingga peneliti dapat
melakukan penelitian secara tuntas.
12. Semua Pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan
namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya baik dalam
penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di
Fakultas Keperawatan USU.
Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya
kepada semua pihak yang telah membantu saya. Harapan saya semoga skripsi ini
bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama
keperawatan.
Medan, Januari 2011
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
LAMPIRAN... vii
DAFTAR SKEMA ... viii
DAFTAR TABEL ... ix
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1. Latar Belakang ... 1
2. Masalah Penelitian ... 4
3. Pertanyaan Penelitian ... 4
4. Tujuan Penelitian ... 4
5. Manfaat Penelitian... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7
1. Tekanan Darah ... 6
1.1 Pengertian ... 6
1.2 Pengukuran Tekanan Darah ... 6
1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah ... . 8
2. Hipertensi ... .. 9
2.1 Pengertian ... . 9
2.2 Klasifikasi Hipertensi ... . 9
2.3 Faktor Resiko ... 11
2.5 Patofisiologi ... 14
2.6 Gejala Klinis ... 15
2.7 Penatalaksanaan Hipertensi... 16
2.8 Komplikasi... 21
3. Buah Mengkudu (Morinda Citrifolis) ... 25
3.1 Pengertian ... 25
3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda Citrifolis) ... 26
3.3 Pemanfaatan Mengkudu Terhadap Tekanan Darah Tinggi ... 27
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 29
1. Kerangka Konseptual... 29
2. Defenisi Operasional ... 29
BAB 4 METODE PENELITIAN ... 31
1. Desain Penelitian ... 31
2. Populasi Penelitian ... 31
3. Sampel Penelitian... 31
4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
5. Pertimbangan Etik ... 32
6. Instrumen Penelitian ... 33
7. Proses Pengumpulan Data ... 34
8. Analisa Data ... 36
BAB 5 HASIL DAN PEBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38
BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Kesimpulan ……….52
2. Rekomendasi………....53
DAFTAR PUSTAKA ... .55
LAMPIRAN Lampiran 1 Informed Consent………..56
Lampiran 2 Instrumen Penelitian………..57
Lampiran 3 Izin Penelitian……….66
Lampiran 4 AnalisaData………68
DAFTAR SKEMA
Halaman
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah ... 11
Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden………40
Tabel 3. Tekanan Darah Responden pre dan post pemanfaatan
Mengkudu (morida citrifolis)………..43
Tabel 4.Tingkat Pemanfaatan Mengkudu pada Kelompok
Menggunakan mengkudu (morinda citrifolis)………..43
Table 5. Pemanfaatan Mengkudu dengan Penurunana Tekana Darah
Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi………45
Judul : Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah di Beringin Pasar VII tembung Kecamatan Percut Sei Tuan
Nama : Farah Indah Sari
NIM : 091121044
Jurusan : Fakultas Keperawatan
Abstrak
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer
(pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mengkudu (morinda citrifolis) mengandung senyawa scopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional. Pemanfaatan megkudu (morinda citrifolis) dalam penelitian ini dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 23 Agustus sampai 29 Agustus 2010.Berdasarkan jumlah populasi jika populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan teknik total sampling
diperoleh sampel sebanyak 14 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 7 orang kelompok yang menggunakan mengkudu dan 7 orang kelompok yang tidak menggunakan mengkudu. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mengkudu, dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif dan odds ratio . Berdasarkan hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mengkudu 36 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mengkudu. Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) dan juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mengkudu. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa megkudu (morinda citrifolis) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan
pembunuh sejati, tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer
(Myrank, 2009). Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu
penyakit yang terdapat di negara maju (Utama & Tjokronogoro, 1983). Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke dan komplikasi lainnya
(Palmer, 2007). Potter & Perry (2005) mengatakan hipertensi merupakan faktor
utama penyebab kematian karena akibat stroke dan faktor yang memperberat
timbulnya infark miokard atau serangan jantung pada penderita hipertensi.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di
masyarakat. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat
dikontrol, maka diperlukan ketelatenan dan biaya yang cukup mahal. Banyak
orang yang menderita penyakit tersebut tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini
berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama
belum ada komplikasi pada organ tubuh (Yundini, 2006).
Tekanan darah dinyatakan tinggi bila tekanan sistoliknya adalah 140
mmHg atau lebih secara terus-menerus dan tekanan diastoliknya 90 mmHg atau
lebih secara terus-menerus (Sheps, 2005), dimana tekanan sistolik yaitu tekanan
saat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi sedangkan
jantung (Palmer, 2007), dalam mengontrol hipertensi dapat memanfaatkan
pengobatan secara non-farmakologi dengan obat alternatif berbahan baku
mengkudu yang bisa dijangkau dari segi materil.
Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational
Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988
angka hipertensi mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat
hingga 16,9% pada survei 5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat
hipertensi menjadi masalah besar. Indonesia prevalensi hipertensi cukup tinggi
7% sampai 22%, bahkan berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung
pada penyakit jantung 75%, stroke 15% dan gagal ginjal 10%. Penelitian
menunjukkan prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dari
berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan
1,8%-28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi
(indoskripsi.com/2009).
Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki - laki, ternyata
perempuan lebih banyak menderita hipertensi. Laporan Sugiri di Jawa Tengah
didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan.
Prevalensi di Sumatra Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah
perkotaan di Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan (Yudini, 2006).
Muhammadun (2010) mengatakan pada populasi umum, kejadian tekanan
darah tinggi tidak terdistribusi secara merata, hingga usia 55 tahun lebih banyak
tahun), tekanan darah wanita terus meningkat hingga usia 75 tahun tekanan darah
tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita.
Antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru
kepada masyarakat bahwa pengobatan non-farmakologi mengkudu (Morinda
citrifolis) dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus baik dari segi ekonomis atau
manfaatnya, Solomon (1998) menuliskan bahwa mengkudu mengandung
scopoletin yang mampu mengikat serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi
penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan
darah meningkat, sehingga dapat disimpulkan konsumsi buah mengkudu dalam
jumlah tertentu dapat menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah
tinggi (Rukmana, 2002).
Anggapan back to nature mengisyaratkan pentingnya tanaman obat bagi
kesehatan khususnya mengkudu disamping obat - obatan sintesis. Mengingat
tanaman ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan mempunyai manfaat yang
besar pula, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara
non-farmakologi dengan menggunakan mengkudu (Morinda citrifolis), tekanan
darah pada penderita diharapkan menurun.
Seperti halnya di daerah beringin pasar VII Tembung, berdasarkan data
kelurahan tahun 2009, jumlah penduduk di daerah tersebut sebanyak 1625 orang.
Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 5% melaporkan mengalami tekanan
darah tinggi. Jumlah ini belum termasuk mereka yang tidak memeriksakan diri ke
puskesmas setempat karena beberapa alasan, karena tidak mau meminum obat
ada waktu untuk berobat dan selain itu penduduk setempat lebih mau
mengkonsumsi obat tradisional dari pada obat berbahan kimia.
Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) pada penurunan
tekanan darah pada penderita hipertensi.
2. Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemanfaatan mengkudu
(Morinda citrifolis) pada tekanan darah darah tinggi di Desa Beringin Pasar VII
Tembung ?”
3. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan pada penelitian ini adalah ”Bagaimana pemanfaatan mengkudu
(Morinda citrifolis) pada penurunan tekanan darah oleh penderita tekanan darah
tinggi di Desa Beringin Pasar VII Tembung?”
4.Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana resiko
pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) pada penderita tekanan darah tinggi
di Desa Beringin Pasar VII Tembung.
5. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
5.1 Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi
mahasiswa tentang pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
5.2Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang
pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita tekanan darah tinggi, sehingga informasi tersebut dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam asuhan
keperawatan dan pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi dan keluarganya.
5.3Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian
keperawatan mengenai pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap
penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti mengharapkan pada
penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang perbandingan mengkudu
(Morinda citrifolis) dengan tanaman yang lain terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita tekanan darah tinggi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tekanan Darah
1.1 Pengertian Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan
menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding
arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri
agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer &
Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).
1.2 Pengukuran Tekanan Darah
Menurut Joewono (2003) tekanan darah biasanya diukur secara tidak
langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang.
Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal
berikut :
1.2.1 Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan
yang tenang.
1.2.2 Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih
kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran
sekitar 2/3 lengan).
1.2.3 Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar
1.2.4 Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.
1.2.5 Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) di atas tekanan
sistolik (palpasi), kemudian turunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik)
dan di monitor di atas brakhialis.
1.2.6 Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff I
sedangkan tekanan diastolik pada saat korotkoff V menghilang., bila
suara tetap tedengar, dipakai patokan korotkoff IV (muffling sound).
1.2.7 Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama
bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.
1.2.8 Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri
untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada
orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lainnya yang menimbulkan
hal tersebut.
Smeltzer & Bare (2001) mengatakan adapun cara pengukuran tekanan
darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada
lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan
sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan
bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup.
Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya
denyutan radial, kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi dengan palpasi kita hanya dapat
mengukur tekanan sistolik, sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur
Mengauskultasi tekanan darah yaitu dengan cara ujung stetoskop yang
berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah
lipatan siku (rongga ante kubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis
muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2
sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan bunyi berdetak, yang
menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi
korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar
dari arteri brachialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan
diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).
1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah
Pemeliharaan tekanan darah agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah
merupakan faktor yang penting, beberapa sistem terlibat dalam pengontrolan
tekanan darah yaitu jantung, arteri, ginjal, berbagai hormon, enzim dan juga
sistem saraf (sheps, 2005).
Untuk mengatur aliran darah yang datang dari jantung, arteri dilapisi otot
halus yang memungkinkan arteri mengembang dan mengerut pada saat darah
mengalir, makin lentur arteri semakin sedikit tahanannya terhadap aliran darah
sehingga sedikit tenaga dibebankan pada dindingnya, jika arteri kehilangan
kelenturannya atau terjadi penyempitan maka tahanan terhadap aliran darah
meningkat dan diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah
keseluruh tubuh. Peningkatan tenaga ini dapat berperan pada kenaikan tekanan
Ginjal mengatur jumlah natrium dan volume air yang beredar dalam
tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam
tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini
dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu kelebihan natrium dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sistem susunan saraf pusat
dibarengi dengan hormon, enzim dan zat-zat kimia lain juga mempengaruhi
tekanan darah (Sheps , 2005).
2. Hipertensi 2.1 Pengertian
Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi adalah dimana tekanan
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer,
2007), sedangkan menurut Muhammadun (2010) tekanan darah tinggi merupakan
tekanan tinggi di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut
darah dari jantung dan memompakannya keseluruh jaringan dan organ-organ
tubuh.
Menurut Ruhyanuddin (2007) secara umum, hipertensi merupakan suatu
keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri yang
dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan
jantung dan kerusakan ginjal.
2.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : hipertensi
2.2.1. Hipertensi berdasarkan penyebab
Hipertensi berdasarkan penyebab dapat dikelompokkan dalam dua
kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi skunder (Palmer,
2007).
a. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan
darah sebagai akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan
(Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer merupakan
tipe yang terjadi sekitar 95% pada sebahagian besar kasus tekanan darah tinggi.
Hipertensi esensial (primer) biasanya dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya
hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari
adanya penyakit lain (Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan bahwa
hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%, hipertensi sekunder
disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung atau reaksi
terhadap obat - obatan tertentu.
2.2.2 Hipertensi berdasarkan tekanan darah
Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi
Kategori Tekanan Darah
Sistolik
Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg
Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Hipertensi Ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi Sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Hipertensi Berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Hipertensi Maligna (stadium 4) 210 mmHg atau lebih
120 mmHg atau lebih
Diambil dari Ruhyanuddin, F (2007). Asuahan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskulerl. Malang: UMM press
2.3 Faktor Resiko
Ada empat faktor resiko utama yang tidak dapat diubah dan tidak dapat
dikendalikan pada hipertensi.
2.3.1 Ras
Data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi
berkulit hitam 40% lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit putih.
Diantara orang berusia 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita
hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih (Sheps,
2005).
Di Amerika Serikat, angka tertinggi untuk penyakit hipertensi adalah
pada orang berulit hitam yang tinggal di negara - negara bagian sebelah tenggara.
Pada golongan ini, hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda dibandingkan
dengan orang berkulit putih, bahkan perkembangannya cenderung lebih cepat dan
2.3.2 Usia
Usia merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan
darah, seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi
juga semakin meningkat, meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala
usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara
orang Amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65
tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia
merupakan hal yang fisiologis dari tubuh. Peningkatan tekanan darah ini
disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormon
(Sheps, 2005).
2.3.3 Riwayat keluarga
Riwayat keluarga cenderung merupakan faktor terjadi timbulnya
hipertensi, karena hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika salah
satu dari orang tua menderita penyakit hipertensi maka sepanjang hidup anaknya
akan mempunyai 25% kemungkinan menderita hipertensi dan jika kedua orang
tua menderita penyakit hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita penyakit
hipertensi menjadi 60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi pada orang yang
kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa kasus-kasus
tertentu terdapat komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).
2.3.4 Jenis kelamin
Jenis kelamin salah satu yang mempengaruhi terjadinya hipertensi,
maupun dewasa tengah, namun setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami
menopause, hipertensi menjadi lebih lazim dijumpai pada wanita. Diantara
penduduk Amerika yang berusia 18 tahun keatas, 34% pria dan 31% wanita
berkulit hitam menderita penyakit hipertensi. Pada pria berkulit putih 25% dan
pada wanita berkulit putih 21% menderita penyakit hipertensi, sedangkan pada
keturunan Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria
dan 8% wanita menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).
2.4 Bahaya Hipertensi
Penyebab dari tekanan darah tinggi yaitu pertama yang disebabkan oleh
tekanan darah tinggi esensial yang disebut juga tekanan darah tinggi primer
yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah
tinggi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada
jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan
darah (Ruhyanuddin, 2007)
Kedua yaitu tekanan darah tinggi sekunder, penyebab tekanan darah
tinggi sekunder sekitar 5-10% penderita hipertensi yang disebabkan oleh
penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,
tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista, trauma pada ginjal, terapi
penyinaran pada ginjal dan sekitar 1-2% disebabkan oleh kelainan pada
hormonal seperti hiperaldosteronisme, syndrome cushing dan feokromositoma
atau pemakaian obat-obat tertentu seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin,
2.5 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen
(Smeltzer & Bare, 2001).
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer
& Bare, 2001).
Pada saat bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan
tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang
menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid
lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah (Smeltzer
& Bare, 2001).
Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus
keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam
mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,
2001).
2.6 Gejala Klinis
Sebahagian besar klien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai
gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya
diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik saja (Kurt, 2000), kadang - kadang
seseorang menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakan
tanda-tanda meningkatnya tekanan darah, padahal itu sebahagian kecil yang
terjadi (Sheps, 2005).
Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepala
tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan
Hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut
jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005).
2.7 Penatalaksanaan Hipertensi
Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita
hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis
atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.
2.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi
dengan menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.
Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan
farmakologis, yaitu:
a. Diuretik
Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk
mengobati hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps,
2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang akan
mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah
(Ruhyanuddin, 2007), sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat
menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat
menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin.
Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan
b. Penghambat Andrenergik
Penghambat andrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri
dari alfa-blocker, beta blocker, alfa-beta-blocker labetalol, yang bekerja
menghambat efek sistem saraf yang dengan segera akan memberiakn respon
terhadap stres dengan cara menurunkan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2007).
Obat ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat
kerja hormon epinefrin yang dikenal dengan sebutan adrenalin ynag menyebabkan
jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitnya pembuluh darah. Obat ini
bekerja memperlambat denyut jantung dan menurunkan denyutannya, sehingga
membantu menurunkan tekanan darah. Obat ini juga memperlambat pengeluaran
enzim renin dari ginjal. Renin ikut berperan dalam produksi angiostensin II, yaitu
suatu zat lain yang juga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan
meningkatkan tekanan darah (Sheps, 2005).
c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)
Angiotensin converting enzyme inhibitor adalah merupakan obat
yang umumnya dipilih dokter untuk mengobati hipertensi, obat ini cukup efektif
dan hanya menimbulkan sedikit efek samping (Sheps, 2005). Obat ini dapat
menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (Ruhyanuddin, 2007).
Menurut Palmer (2007) obat ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara
memblokade produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan konstriksi
pembuluh darah, dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah
d. Vasodilatator
Vasodilator adalah golongan obat yang kuat, biasanya digunakan
untuk mengobati kasus - kasus hipertensi berat yang tidak memberikan respon
terhadap obat lain. Obat ini bekerja secara langsung pada dinding otot dinding
pembuluh darah arteri dengan mencegah otot untuk berkontraksi dan mencegah
pembuluh darah menyempit (Sheps, 2005). Menurut Ruhyanuddin (2007) obat ini
bekerja secara langsung terhadap obat lain dapat secara langsung memperlebar
pembuluh darah
e. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium adalah golongan obat yang efektif dan secara
umum dapat ditoleransi dengan baik (Sheps, 2005). Obat ini berkerja
mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel - sel dan mengendurkan otot - otot di
dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran
darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau
pelebar pembuluh darah (Hayens, 2003).
2.7.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Menurut Palmer (2007) perubahan gaya hidup secara global berperan
besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi, terlebih lagi perubahan ini
disertai penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah
populasi orang yang kelebihan berat badan dan resiko menyandang diabetes, oleh
karena itu faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya
Langkah-langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para
penderita hipertensi yaitu:
a. Mengontrol pola makan
Makanan merupakan faktor yang penting dalam menentukan
tekanan darah. Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan
total lemak serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak yang
telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Pola makan tersebut
sebaiknya juga menyertai produk gandum, ikan, unggas dan kacang-kacangan,
serta mengurangi jumlah daging merah, makanan manis dan minuman yang
megandung gula (Palmer, 2007).
b. Mengurangi asupan garam
Mengurangi asupan garam merupakan salah satu pencegahan dari
peningkatan tekanan darah. Penelitian ilmiah bertahun-tahun menunjukkan bahwa
asupan garam dalam makanan kita terlalu banyak, dengan membatasi asupan
garam, kita dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Anjuran
pengurangan asupan garam yang terbaru adalah dibawah 6 gram per hari sekitar 1
sendok teh (Palmer, 2007).
c. Olah raga atau aktivitas
Individu yang gaya hidupnya tidak aktif akan lebih rentan
terhadap tekanan darah tinggi. Olah raga secara teratur tidak hanya menjaga tubuh
dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Latihan
aerobik sedang selama 30 menit sehari dapat menurunkan tekanan darah, jenis
tetapi olah raga yang harus dihindari pada penderita hipertensi yaitu latihan fisik
isometrik seperti angkat besi karena latihan tersebut dapat meningkatkan tekanan
darah (Joewono, 2003).
Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk
meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya
mengantar anak kesekolah, sisihkan waktu 30 menit sebelum berangkat bekerja
untuk berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja
selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana
melakukan latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan,
pada saat istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan,
pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau
teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung
dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga
dibandingkan lift atau eskalator.
d. Penurunan berat badan
Perunanan berat badan merupakan salah satu penanganan dalam
menurunkan tekanan darah. Secara umum semakin tinggi berat badan seseorang
maka semakin tinggi pula tekanan darahnya (Palmer, 2007). Menurut Joewono
(2003) obesitas merupakan faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya
hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5kg pada penderita hipertensi dengan
obesitas kelebihan berat badan lebih dari 10kg dapat menurunkan tekanan darah.
Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor resiko yang
e. Berhenti merokok
Berhenti merokok merupakan salah satu penanganan dalam
penurunan tekanan darah. Zat - zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan
dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.
Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan
pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung
serta tekanan darah (Sheps, 2002), maka dengan berhentinya merokok merupakan
gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan non
kardiovaskuler pada penderita hipertensi (Joewono, 2003).
f. Membatasi konsumsi alkohol
Diperkirakan konsumsi alkohol yang berlebihan menjadi
penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Bagaimana dan mengapa
alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas, namun sudah
menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum - minuman beralkohol
berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ, maka paling aman adalah
minum secukupnya ataupun tidak sama sekali (Sheps, 2002).
2.8 Komplikasi
Hipertensi harus dikendalikan sebab semakin lama tekanan yang
berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.
Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri ,
2.8.1 Sistem kardiovaskuler
Hipertensi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan dapat
menimbulkan arteriosklerosis, aterosklerosis, aneurisma, penyakit arteri koronoria
dan gagal jantung.
a. Arteriosklerosis
Sklerosis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang
artinya pengerasan, jadi arteriosklerosis adalah pengerasan yang terjadi pada
arteri. Arteri yang sehat adalah arteri yang fleksibel, kuat dan elastis.
Lapisan dalamnya mulus sehingga darah dapat melaluinya tanpa hambatan.
Setelah bertahun-tahun, dengan banyaknya tekanan pada arteri maka dinding
arteri akan menjadi tebal dan kaku, terkadang arteri yang kaku di lengan
bawah dapat teraba dan terasa seperti pipa-pipa kecil yang keras (Sheps,
2005).
b. Aterosklerosis
Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang kata ather
berarti bubur, yang merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh darah
yang lembek seperti bubur. Hipertensi dapat mempercepat penumpukan
lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri, penumpukan lemak
dalam jumlah besar disebut plak, lama-kelamaan plak dapat mengeras dan dapat
mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2005).
c. Aneurisma
Aneurisma adalah pembuluh darah yang tidak elastis lagi dan
menggelembung seperti balon. Pada awalnya aneurisma tidak menimbulkan gejala
apa - apa, namun pada tahap lanjut, aneurisma pada arteri otak dapat
menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang tidak bisa hilang. Aneurisma di arteri
perut dapat menyebabkan sakit perut yang berkepanjangan dan sakit pinggang
pada bagian bawah. Bahaya paling besar pada aneurisma adalah kemungkinan
bocor atau pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan yang fatal
(Sheps, 2005).
d. Penyakit arteri koronaria
Penyakit arteri koronaria adalah penyait akibat dari kerusakan
pada arteri utama yang memberi pasokan darah pada otot jantung. Penimbunan
plak dalam arteri sering dijumpai pada seseorang dengan tekanan darah
tinggi. Plak mengurangi aliran darah ke otot jantung sehingga dapat
menyebabkan serangan jantung (Sheps, 2005).
e. Gagal jantung
Gagal jantung yaitu dimana jantung tidak kuat memompa darah
yang kembali ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di dalam
paru, kaki dan jaringan lainnya, keadaan ini disebut edema. Cairan dalam
paru-paru menyebabkan sesak nafas, sedangkan cairan yang di tungkai menyebabkan
kaki membengkak (Sheps, 2005).
2.8.2 Otak
Hipertensi dapat menganggu sistem kerja otak dan dapat
a. Stroke iskemik
Stroke iskemik adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak
serebrum yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa. Stroke ini
disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat
menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar
plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps,
2005).
b. Stroke hemoragis
Stroke hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau
pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Darah yang mengalir keluar
menggenangi jaringan otak sekitarnya, sehingga merusak jaringan tersebut.
Sel - sel otak yang jauh dari lokasi kebocoran ataupun robekan itu juga ikut
rusak karena kekurangan darah (Sheps, 2005).
c. Dimensia
Dimensia yaitu hilangnya daya ingat dan kemampuan mental.
Hasil penelitian menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan dimensia.
Resiko demensia ini meningkat secara tajam pada usia 70 tahun ke atas.
Sejak saat hipertensi didiagnosa, dimensia dapat timbul beberapa tahun
kemudian (Sheps, 2005).
2.8.3 Ginjal
Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan
air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat-zat kimia yang mengontrol ukuran
aterosklerosis karena tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke
nefron (jaringan penyaring yang sangat halus dalam ginjal) akan menurun
sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dari dalam darah, lama -
kelamaan produk sisa akan menumpuk di dalam darah mengakibatkan ginjal akan
mengecil dan berhenti berfungsi ( Sheps , 2005).
2.8.5 Mata
Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di
mata, sehingga menyebabkan kerusakan retina (area mata yang sensitif terhadap
cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina, penyakit ini dapat
menyebabkan kebutaan (Palmer, 2007).
3. Buah Mengkudu (Morinda citrifolis) 3.1. Pengertian
Mengkudu (Morinda citrifolis) adalah termasuk suku rubiaceae yang
mempunyai banyak manfaat, buahnya berwana putih keruh berbentuk bulat,
permukaannya berbenjol - benjol, berbiji banyak, daging buahnya yang masak
lunak dan banyak mengandung air dan rasanya agak masam, digunakan sebagai
obat peluruh kencing dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi, daunnya
digunakan sebagai obat sakit perut, akar dan kulit batangnya mengandung zat
warna merah yang digunakan dalam pembantikan (Sjabana & Bahalwan, 2002).
Menurut Rukmana (2002) tanaman mengkudu termasuk suku (famili)
kopi - kopian (Rubiaceae) dan terdiri atas sekitar 80 species tanaman. Tanaman
Morfologi tanaman mengkudu dapat diamati pada bagian batang, cabang, buah
dan biji. Secara alami pertumbuhan tanaman mengkudu sangat cepat serta berbuah
sangat lebat tanpa mengenal musim.
3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda citrifolis)
Buah mengkudu mampunayai rasa sedikit pahit, tetapi mempunyai
kandungan vitamin A yang tinggi. Vitamin A tidak larut dalam air, tetapi larut
dalam lemak (Rukmana, 2002).
Beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam kandungan mengkudu
(Morinda citrifolis) telah diketahui berkhasiat obat adalah senyawa terpenoid, scopoletin, xeronin, acubin, alizrin, dan antraquinon. Senyawa terpenoid adalah
hidrokarbon isomerik yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam proses
sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Scopoletin berfungsi untuk
memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah, serta
berkhasiat sebagai anti - bakteri, anti - alergi, dan anti - radang. Xeronin adalah
salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur
serta membentuk struktur protein (Rukmana, 2002).
Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi
adalah senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam Muhammadun (2010)
menuliskan bahwa mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat
serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan
pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Adanya senyawa scopoletin
dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif
Menurut Rukmana (2002) senyawa scopoletin yang terdapat dalam buah
mengkudu berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan
memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan
pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
Scopoletin diyakini berperan dalam efek antihipertensi dalam buah
mengkudu, ternyata scopeletin juga dapat bekerja secara sinergis dalam efek
adaptogenik yaitu dimana efekya tidak saja dapat menurunkan tekanan darah pada
penderita hipertensi tetapi juga dapat menaikkan tekanan darah pada penderita
hipotensi. Dalam hal ini berarti scopoletin memiliki efek menormalkan tekanan
darah (Sjabana & Bahalwan, 2002).
3.3Pemanfaatan Mengkudu terhadap Tekanan Darah Tinggi
Pemanfaatan buah mengkudu yaitu dengan cara meramu atau membuat jus
mengkudu. Pada penderita hipertensi disediakan 2 buah mengkudu masak
dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan dan diperas kemudian
diambil airnya, kemudian tambah 20 ml madu asli dan diaduk kemudian disaring
kembali, serta air saringannya ditambah air masak 100 ml, maka larutan inilah
yang kemudian diminum sebagai obat (indomedia.com/intisari/2000).
Menurut resep atau ramuan Wijayakusuma yang dikutip oleh Rukmana
(2002) cara membuat jus mengkudu untuk penderita tekanan darah tinggi yaitu :
sediakan 1 buah mengkudu matang dan 1 buah belimbing manis dibersihkan
terlebih dahulu kemudian dihancurkan hingga menjadi jus kemudian diminum,
selain itu menurut Muhammadun (2010) bisa juga disediakann 2 buah mengkudu
disaring kemudin ditambahkan 20 ml madu diaduk dan disaring kembali, air
saringannya ditambah air masak 100 ml. Cara menggunakan: diminum dan
diulangi dua kali sehari.
Secara normal takaran jus mengkudu yang diberiakan sebanyak 15ml/50kg
berat badan, diberiakn 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, kira - kira setengah
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat
pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap penurunan tekanan darah
oleh penderita tekanan darah tinggi.
Skema 1: Kerangka konseptual penelitian Pemanfaatan Mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap Panurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.
2. Defenisi Operasional
2.1Pemanfaatan Mengkudu
Pemanfaatan yang dimaksud didalam penelitian ini yaitu pemanfaatan
buah mengkudu yang diolah menjadi jus, disediakann 2 buah mengkudu masak
dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan, diperas dan disaring
kemudin ditambahkan 20 ml madu diaduk dan disaring kembali, air saringannya
ditambah air masak 100 ml. Cara menggunakan: diminum dan diulangi dua kali
minum 1x = 1, minum 2x = 2 dan tidak minum = 0, dengan hasil ukur
memanfaatkan 10-14 kali, cukup memanfaatkan 5-9 kali dan kurang
BAB 4
METODE PENELITIAN
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional yang
bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada
penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.
2. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang mengalami
hipertensi di Beringin Pasar VII Tembung. Berdasarkan survei yang di lakukan di
Puskesmas beringin pasar VII Tembung, dijumpai penderita Tekanan Darah
Tinggi selama dari bulan Januari - Februari 2010 adalah sebanyak 14 orang.
3. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi kurang dari 100, maka
lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling),
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.
Adapun kriteria sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1 Penderita tekanan darah tinggi (ringan dengan sistolik 140-159
mmHg dan diastolik 90-99 mmHg dan hipertensi sedang dengan
sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 100-109 mmHg)
3.3 Pria/Wanita dewasa berusia sekitar 25-60 tahun
3.4 Bersedia mengikuti kegiatan penelitian selama penelitian
berlangsung
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di daerah Beringin Pasar VII Tembung Kecamatan
Percut Sei Tuan. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian
karena masyarakatnya tergolong kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan
masyarakatnya juga lebih memilih pengobatan secara tradisional. Menurut data
yang didapatkan angka kejadian hipertensi di daerah ini sekitar 5% dari jumlah
penduduk di Beringan Pasar VII Tembung (Puskesmas Beringin, 2010).
Alokasi waktu untuk penyusunan proposal penelitian sampai dengan
laporan hasil penelitian adalah 4 minggu mulai dari minggu ke-3 Juni 2010
sampai minggu ke-3 Juli 2010, sedangkan waktu untuk pengumpulan dan
pengolahan data dilakukan pada bulan Agustus 2010.
5. Pertimbangan Etik Penelitian
Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu pertama peneliti mengajukan
surat permohonan izin untuk pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas
Keperawatan USU, mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian
kepada kepala desa Beringin Pasar VII Tembung kecamatan Percut Sei Tuan,
setelah mendapatkan izin dari kepala desa, peneliti menyerahkan langsung lembar
penelitian kepada responden dengan cara mendatangi rumah masing-masing
responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu responden menandatangani
lembar persetujuan, jika responden menolak untuk menjadi responden penelitian
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai
responden, untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan
mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode
tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh
peneliti, selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat
persetujuan. Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk
menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Lembar
persetujuan dapat dilihat pada lampiran I.
6. Instrumen Penelitian
6.1 Data Demografi
Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar
belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data
demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi
badan, pekerjaan/aktivitas dan suku. Data demografi ini dapat dilihat pada
lampiran 2.
6.2Lembar Observasi Daftar Kegiatan Penelitian
Lembar observasi daftar kegiatan penelitian ini berguna untuk melihat
tingkat pemanfaatan responden terhadap pemanfaatan mengkudu (morinda
citrifolis). Untuk menentukan tingkat pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)
rentang kelas dengan jumlah kelas. P = rentang/banyak kelas, dimana P
merupakan panjang kelas dengan rentang 14 dengan 3 kategori nilai 0 untuk yang
tidak minum, nilai 1 untuk yang minum 1x dan nilai 2 untuk yang minum 2 kali
dalam satu hari. untuk menilai tingkat pemanfaatan mengkudu (morinda
citrifolis), maka didapat panjang kelas 4,66 dan dibulatkan menjadi 5,
menggunakan P = 5 dan nilai terendah 0. Jadi tingkat pemanfaatan mengkudu
(morinda citrifolis): memanfaatkan = 10-14, cukup memanfaatkan = 5-9, dan
kurang memanfaatkan = 0-4.
6.3 Lembar observasi tekanan darah post Pemanfaatan Mengkudu (morinda
citrfolisi)
Hasil pengukuran tekanan darah post pemanfaatan mengkudu (morinda
citrifolis) disajikan dalam bentuk lembar observasi dengan skala mmHg yang
dapat dilihat pada lampiran 2 dengan tujuan untuk melihat hasil pemanfaatan
mengkudu (morinda citrifolis) pada penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi. Lembar obsevasi dapat dilihat pada lampiran 2.
7. Proses Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
7.1 Pengambilan Data
7.1.1 Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada
Dekan Fakultas Keperawatan USU.
7.1.2 Mengajukan surat permohonan izin kepada kepala desa Daerah
7.1.3 Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
7.1.4 Peneliti mendatangi masing-masing rumah calon Responden.
7.1.5 Memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan mengkudu (morinda
citrifolis) pada tekanan darah tinggi dan memberikan leaflet kepada
calon responden, kemudian mengukur tekanan darah dengan
menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop seluruh calon
responden pre pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis, setelah
itu peneliti menentukan siapa saja yang menjadi kelompok
responden.
7.1.6 Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada
calon responden.
7.1.7 Mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti penelitian
dan memenuhi kriteria penelitian dijadikan sebagai responden.
Responden di bagi 2 kelompok yaitu : kelompok meminum jus
mengkudu selama seminggu dan kelompok yang tidak meminum
jus mengkudu yang hanya diberi pendidikan kesehatan tentang
manfaat mengkudu (morinda citrifolis) untuk penurunan tekanan
darah pada penderita tekanan darah tinggi.
7.1.8 Memberikan informed consent kepada kelompok responden.
7.1.9 Mengisi kuesioner data demografi responden.
7.1.10 Menjelaskan jadwal kontrak kegiatan pemanfaatan mengkudu
a. Mengobservasi atau memantau setiap harinya kelompok yang
meminum jus mengkudu dan mengukur tekanan darah post
meminum jus mengkudu setiap harinya dan mencatatnya di
lembar observasi daftar kegiaan penelitian. Dapat dilihat pada
lembar observasi lampiran 2.
b. Peneliti juga mengukur tekanan darah setiap harinya pada
kelompok yang tidak meminum jus mengkudu setiap harinya
sampai hari ke 7 kemudian dicatat di lembar observasi daftar
kegiatan penelitian. Dapat dilihat pada lebar observasi lampiran
2.
8. Analisa Data
Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data
yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil
pengisian kuesioner responden dan hasil observasi pelaksanaan pemanfaatan
mengkudu (morinda citrifolis).
Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan
data pemanfaatan mengkudu tiap harinya selama seminggu.
Uji statistik Odds Ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar
manfaat mengkudu (morinda citrifolis) pada penurunan tekanan darah antara
kelompok yang minum jus mengkudu dengan kelompok yang tidak meminum jus
mengkudu atau disebut juga nilai value, kemudian data statistik yang telah
bermanfaat pada penurunan tekanan darah tinggi jika nilai lower limit<OR<upper
limit, yang nilai tersebut didapati dari uji statistik dengan menggunakan
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai
pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap penurunan tekanan darah
pada penderita tekanaan darah tinggi di daerah beringin Pasar VII Tembung
kecamatan Percut Sei tuan.
1. Hasil Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Juni 2010 sampai Agustus
Penelitian ini melibatkan 14 orang responden yang dibagi menjadi dua kelompok
yaitu 7 orang responden kelompok menggunakan mengkudu yang melakukan
pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) selama 7 hari yang dilakukan 2 kali
sehari, sedangkan 7 orang responden yang lain adalah kelompok yang tidak
menggunakan mengkudu yang dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi
dan manfaat mengkudu (morinda citrifolis) untuk menurunkan tekanan darah pada
penderita tekanan darah tinggi.
Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tingkat
pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada kelompok menggunakan
mengkudu dan resiko relatif pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap
1.1 Karakteristik Demografi Responden
Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang
di Daerah Beringin Pasar VII Tembung kecamatan Percut Sei Tuan. Usia
responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21-60 tahun, lebih dari
setengah responden (57.1%) pada kelompok yang menggunakan mengkudu dan
juga kelompok yang tidak menggunakan mengkudu berada pada rentang rata- rata
usia 41-60 tahun yaitu usia setengah baya /middle age dan kurang dari setengah
responden (42.9%) dari kelompok menggunakan mengkudu dan tidak
menggunakan mengkudu berada pada rentang rata – rata usia 21-40 tahun yaitu
usia dewasa awal /early adulthood. Karakteristik demografi responden dapat
dilihat pada tabel 2.
Hurlock (1980) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan
membagi usia dalam tiga kategori 21-40 adalah dewasa awal (early adulthood),
41-60 yaitu usia usia setengah baya (middle age) dan usia dewasa akhir yaitu 61
s/d meninggal.
Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah responden pada kelompok
yang menggunakan mengkudu adalah perempuan (57.1%), sedangkan pada
kelompok yang tidak menggunakan mengkudu hampir dua pertiga adalah
perempuan yaitu (71.4%), untuk berat badan lebih dari setengah responden yang
memanfaatkan mengkudu dalam penelitian ini berada pada rentang 69-85 kg
(57.1%), sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mengkudu hampir
dari setengah responden (42.9%) dengan berat badan pada rentang 69-85 kg.
Untuk tinggi badan hampir setengah responden (42.9%) dengan tinggi
165-168 cm pada kelompok menggunakan mengkudu dan 157-160 cm (57.1%)
pada kelompok tidak menggunakan mengkudu, jika dilihat dari BMI (Body Mass
Index) sebanyak 42.9% dari kelompok yang menggunakan mengkudu dan
kelompok yang tidak menggunakan mengkudu (morinda citrifolis) adalah
obesitas, dan sebanyak 28.6% pada kelompok yang menggunakan mengkudu
dan kelompok yang tidak menggunakan mengkudu adalah berat badan berlebih.
Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.
Menjadi seorang petani adalah pilihan terbanyak sebagai jenis pekerjaan atau
aktivitas keseluruhan dari responden yaitu hampir setengah responden (42.9%)
pada kelompok pemanfaatan mengkudu dan sepertiga (28.6%) pada kelompok
tidak menggunakan mengkudu. Menurut kategori suku responden pada kelompok
pemanfaatan mengkudu lebih dari dua pertiga (71.4%) bersuku Jawa dan pada
kelompok tidak menggunkan mengkudu sepertiga responden (28.6%) bersuku
Jawa. Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.
Table 2. Karakteristik Demografi Responden
Karakteristik Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
3. TB (cm)
Responden kedua kelompok diukur tekanan darahnya pada arteri
brachialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan
darah sistolik dan diastolik yang diukur dan dikelompokkan berdasarkan
klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan berarti tekanan sistolik 140-159
160-179 dan tekanan diastolik 100-109 (Wiryowidagdo, 2002). Kemudian hasil
pengukuran tekanan darah pada kedua kelompok dicatat dalam lembar observasi
Dari hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi
diketahui bahwa tekanan darah pre pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)
pada kelompok menggunakan mengkudu lebih dari setengah responden (71.4%)
termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan kurang lebih sepertiga responden
(28.6%) termasuk hipertensi sedang, sedangkan pada kelompok yang tidak
menggunakan mengkudu hampir seluruh responden (85.7%) termasuk dalam
klasifikasi hipertensi ringan dan (14.3%) responden dalam klasifikasi hipertensi
sedang. Bisa dilihat pada tabel 3.
Setelah dilakukan pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada
kelompok menggunakan mengkudu tekanan darah post pemanfaatan mengkudu
(morinda citrifolis) (85.7%) responden mengalami penurunan tekanan darah yaitu
sebanyak dari satu pertiga dari responden (28.6%) mengalami penurunan
keklasifikasi normal tinggi (prehipertensi), sedangkan setengah dari responden
(57.1%) mengalami penurunan menjadi normal, dan (14.3%) tidak mengalami
penurunan, sedangkan pada kelompok tidak menggunakan mengkudu, setelah
dilakukan pendidikan kesehatan seluruh respnden (100%) berada pada klasifikasi
Tabel 3. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)
Kelompok Pengukuran Pre pemanfaatan Post pemanfaatan
Range Mean SD Range Mean SD
Menggunakan
mengkudu
Sistolik 140-175 154.00 11.733 116-163 131.00 16.248
Diastolik 92-104 96.14 4.670 74-100 82.57 8.772
Tidak
menggunakan
mengkudu
Sistolik 144-162 149.86 6.122 145-164 151.00 6.733
Diastolik 92-102 95.14 3.436 92-98 95.57 2.070
1.3 Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada kedua Kelompok
1.3.1 Tingkat Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Kelompok
menggunakan mengkudu
Tingkat pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada kelompok
menggunakan mengkudu (morinda citrifolis) diukur berdasarkan banyaknya
responden melakukan pemanfaatan mengkudu. Dalam penelitian ini didapatkan
lebih dua pertiga (71.4%) responden termasuk tingkat cukup memanfaatkan dan
(28.6%) termasuk kurang memanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan Mengkudu
(morinda citrifolis) pada Kelompok yang menggunakan mengkudu dapat dilihat
pada tabel 4.
Tabel 4. Tingkat pemanfaatan mengkudu pada kelompok yang menggunakan mengkudu
Tingkat pemanfaatan Range Frekuensi (n) Persentase (%)
Cukup Memanfaatkan 5-9 5 71.4%
1.3.2 Resiko Relatif pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap
penurunan Tekanan Darah Tinggi
Uji statistik Resiko Relatif Odds Ratio digunakan untuk mengetahui
seberapa besar resiko pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap
terjadinya penurunan tekanan darah. Penelitian ini berhasil mengungkapkan
bahwa 36 kali lebih besar responden mengalami penurunan tekanan darah pada
kelompok yang memanfaatkan mengkudu dibandingkan dengan responden yang
tidak memanfaatkan mengkudu.
Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap penurunan tekanan
darah pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% (1.803<OR<718.678 ), maka
didapatkan OR sebesar 36, yang artinya dimana kelompok yang menggunakan
mengkudu berisiko sebanyak 36 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan
darah ke batas tekanan darah normal dibandingkan dengan kelompok yang tidak
menggunakan mengkudu yang berarti hanya mendekati nilai lower limit dari batas
tekanan darah normal, jika responden kelompok yang menggunakan mengkudu
benar-benar memanfaatkan mengkudu, kemungkinan nilai OR-nya akan lebih
besar dari 36 dan penurunan tekanan darah, dan akan lebih mendekati nilai upper
limit dari batas tekanan darah normal. Resiko Relatif Odds Ratio pemanfaatan
mengkudu terhadap penurunan tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.