• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah di Beringin Pasar VII tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah di Beringin Pasar VII tembung Kecamatan Percut Sei Tuan."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Judul : Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah di Beringin Pasar VII tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Nama : Farah Indah Sari

NIM : 091121044

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Abstrak

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer

(pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mengkudu (morinda citrifolis) mengandung senyawa scopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional. Pemanfaatan megkudu (morinda citrifolis) dalam penelitian ini dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 23 Agustus sampai 29 Agustus 2010.Berdasarkan jumlah populasi jika populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan teknik total sampling

diperoleh sampel sebanyak 14 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 7 orang kelompok yang menggunakan mengkudu dan 7 orang kelompok yang tidak menggunakan mengkudu. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mengkudu, dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif dan odds ratio . Berdasarkan hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mengkudu 36 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mengkudu. Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) dan juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mengkudu. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa megkudu (morinda citrifolis) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

(4)

PRAKATA

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang atas berkat rahmat dan

hidayahnya memberikan saya motivasi terbesar dalam hidup ini, serta shalawat

beriring salam saya haturkan kepada junjungan umat sepanjang zaman Nabi

Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat yang memberikan tauladan

terindah sehinga saya mampu melangkah untuk menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah Tinggi di

Beringin Pasar VII Tembung Kecamatan Percut Sei Tuan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak banyak mendapat bantuan, bimbingan

dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara dan Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS sebagai dosen Pembimbing

Skripsi I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta

memberikan masukan-masukan yang bermanfaat bagi skripsi ini dan juga

memberi motivasi, semangat, dan dukungan kepada saya selama proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu Salbiah, S.Kp M. Kep selaku dosen Pembing II yang telah banyak mau

(5)

4. Ibu Cholina Siregar, S.Kep. M.Kep, Sp.KMB selaku penguji dan banyak

memberikan masukan-masukan dalam pembuatan skripsi ini.

5. Ibu Farida Linda Sari Siregar,S.Kep.Ns selaku dosen pembimbing Akademik

yang telah membibing peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh dosen Pengajar S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

yang telah banyak memberikan pendidikan kepada saya selama proses

perkuliahan dan staf nonakademik yang membantu memfasilitasi saya secara

administratif.

7. Teristimewa kepada seluruh keluarga saya, kepada Ayahanda dan Ibunda

tercinta yang terus memberikan motivasi dan doa yang tiada henti yang

begitu berarti bagi saya, kepada abang , kakak dan juga adik saya yang tiada

henti memotivasi agar segera menyelesaikan skripsi dan juga kepada seluruh

keluarga besar saya, yang selalu berdoa buat kelancaran skripsi saya dan

spesial buat nenek saya tercinta yang selalu mengingatkan saya dalam segala

hal.

8. Tersayang kepada seseorang yang tak pernah henti menasehatisaya dan

memberikan motivasi untuk belajar dan segera menyelesaikan kuliah dengan

baik. Teman-teman Mahasiswa/i Fakultas Keperawatan terutama stambuk

2009 yang terus memberikan dorongan agar tetap semangat dalam

menyelesaikan skripsi.

9. Terkasih buat semua sahabat-sahabat saya yang sudah membantu saya dalam

(6)

10. Responden yang telah bersedia meluangkan waktu dan berpartisipasi dalam

penelitian saya.

11. Bapak kepala desa yang memberi izin peneliti sehingga peneliti dapat

melakukan penelitian secara tuntas.

12. Semua Pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat seluruhnya disebutkan

namanya satu persatu yang telah banyak membantu saya baik dalam

penyelesaian skripsi ini maupun dalam menyelesaikan perkuliahan di

Fakultas Keperawatan USU.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia dan rahmat dari-Nya

kepada semua pihak yang telah membantu saya. Harapan saya semoga skripsi ini

bermanfaat dalam memberikan informasi di bidang kesehatan terutama

keperawatan.

Medan, Januari 2011

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

LAMPIRAN... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Masalah Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Tujuan Penelitian ... 4

5. Manfaat Penelitian... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

1. Tekanan Darah ... 6

1.1 Pengertian ... 6

1.2 Pengukuran Tekanan Darah ... 6

1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah ... . 8

2. Hipertensi ... .. 9

2.1 Pengertian ... . 9

2.2 Klasifikasi Hipertensi ... . 9

2.3 Faktor Resiko ... 11

(8)

2.5 Patofisiologi ... 14

2.6 Gejala Klinis ... 15

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi... 16

2.8 Komplikasi... 21

3. Buah Mengkudu (Morinda Citrifolis) ... 25

3.1 Pengertian ... 25

3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda Citrifolis) ... 26

3.3 Pemanfaatan Mengkudu Terhadap Tekanan Darah Tinggi ... 27

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 29

1. Kerangka Konseptual... 29

2. Defenisi Operasional ... 29

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 31

1. Desain Penelitian ... 31

2. Populasi Penelitian ... 31

3. Sampel Penelitian... 31

4. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32

5. Pertimbangan Etik ... 32

6. Instrumen Penelitian ... 33

7. Proses Pengumpulan Data ... 34

8. Analisa Data ... 36

BAB 5 HASIL DAN PEBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 38

(9)

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan ……….52

2. Rekomendasi………....53

DAFTAR PUSTAKA ... .55

LAMPIRAN Lampiran 1 Informed Consent………..56

Lampiran 2 Instrumen Penelitian………..57

Lampiran 3 Izin Penelitian……….66

Lampiran 4 AnalisaData………68

(10)

DAFTAR SKEMA

Halaman

(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah ... 11

Tabel 2. Karakteristik Demografi Responden………40

Tabel 3. Tekanan Darah Responden pre dan post pemanfaatan

Mengkudu (morida citrifolis)………..43

Tabel 4.Tingkat Pemanfaatan Mengkudu pada Kelompok

Menggunakan mengkudu (morinda citrifolis)………..43

Table 5. Pemanfaatan Mengkudu dengan Penurunana Tekana Darah

Pada Penderita Tekanan Darah Tinggi………45

(12)

Judul : Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Tekanan Darah di Beringin Pasar VII tembung Kecamatan Percut Sei Tuan

Nama : Farah Indah Sari

NIM : 091121044

Jurusan : Fakultas Keperawatan

Abstrak

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the selent killer

(pembunuh diam-diam). Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) merupakan salah satu terapi non farmakologis yang ditawarkan untuk menurunkan tekanan darah tinggi. Dimana mengkudu (morinda citrifolis) mengandung senyawa scopoletin yang berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah deskriptif observasional. Pemanfaatan megkudu (morinda citrifolis) dalam penelitian ini dilakukan selama 7 hari sebanyak 2 kali sehari mulai tanggal 23 Agustus sampai 29 Agustus 2010.Berdasarkan jumlah populasi jika populasi kurang dari 100, maka lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling), sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan teknik total sampling

diperoleh sampel sebanyak 14 orang. Sampel ini terbagi dalam 2 kelompok, 7 orang kelompok yang menggunakan mengkudu dan 7 orang kelompok yang tidak menggunakan mengkudu. Pada kedua kelompok dilakukan pengukuran tekanan darah pre dan post pemanfaatan mengkudu, dan datanya dicatat dalam lembar observasi tekanan darah. Kemudian data penelitian ini di analisa dengan uji statistik deskripif dan odds ratio . Berdasarkan hasil analisa data dengan uji odds ratio menunjukkan bahwa responden yang memanfaatkan mengkudu 36 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan darah dibandingkan responden yang tidak memanfaatkan mengkudu. Penemuan ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah yang signifikan setelah pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) dan juga terdapat perbedaan tekanan darah yang signifikan bila dibandingkan dengan kelompok yang tidak memanfaatkan mengkudu. Kesimpulan dari penemuan penelitian ini menunjukkan bahwa megkudu (morinda citrifolis) dapat dimanfaatkan terhadap penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan

pembunuh sejati, tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer

(Myrank, 2009). Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan salah satu

penyakit yang terdapat di negara maju (Utama & Tjokronogoro, 1983). Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit jantung, stroke dan komplikasi lainnya

(Palmer, 2007). Potter & Perry (2005) mengatakan hipertensi merupakan faktor

utama penyebab kematian karena akibat stroke dan faktor yang memperberat

timbulnya infark miokard atau serangan jantung pada penderita hipertensi.

Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang umum terjadi di

masyarakat. Penyakit ini tidak dapat disembuhkan melainkan hanya dapat

dikontrol, maka diperlukan ketelatenan dan biaya yang cukup mahal. Banyak

orang yang menderita penyakit tersebut tetapi tidak menyadarinya. Penyakit ini

berjalan terus seumur hidup dan sering tanpa adanya keluhan yang khas selama

belum ada komplikasi pada organ tubuh (Yundini, 2006).

Tekanan darah dinyatakan tinggi bila tekanan sistoliknya adalah 140

mmHg atau lebih secara terus-menerus dan tekanan diastoliknya 90 mmHg atau

lebih secara terus-menerus (Sheps, 2005), dimana tekanan sistolik yaitu tekanan

saat jantung berdenyut atau berkontraksi memompa darah ke sirkulasi sedangkan

(14)

jantung (Palmer, 2007), dalam mengontrol hipertensi dapat memanfaatkan

pengobatan secara non-farmakologi dengan obat alternatif berbahan baku

mengkudu yang bisa dijangkau dari segi materil.

Indonesia berdasarkan hasil survei INA-MONICA (Multinational

Monitoring of Trends and Determinants In Cardiovascular Disease) tahun 1988

angka hipertensi mencapai 14,9%, jumlah penderita hipertensi terus meningkat

hingga 16,9% pada survei 5 tahun kemudian. Gaya hidup modern telah membuat

hipertensi menjadi masalah besar. Indonesia prevalensi hipertensi cukup tinggi

7% sampai 22%, bahkan berdasarkan hasil penelitian, penderita akan berujung

pada penyakit jantung 75%, stroke 15% dan gagal ginjal 10%. Penelitian

menunjukkan prevalensi hipertensi meningkat dengan bertambahnya usia, dari

berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan

1,8%-28,6% penduduk yang berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi

(indoskripsi.com/2009).

Ditinjau perbandingan antara perempuan dan laki - laki, ternyata

perempuan lebih banyak menderita hipertensi. Laporan Sugiri di Jawa Tengah

didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk perempuan.

Prevalensi di Sumatra Barat 18,6% pria dan 17,4% perempuan, sedangkan daerah

perkotaan di Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% perempuan (Yudini, 2006).

Muhammadun (2010) mengatakan pada populasi umum, kejadian tekanan

darah tinggi tidak terdistribusi secara merata, hingga usia 55 tahun lebih banyak

(15)

tahun), tekanan darah wanita terus meningkat hingga usia 75 tahun tekanan darah

tinggi lebih banyak ditemukan pada wanita.

Antisipasi dari permasalahan tersebut perlu diberikan terobosan baru

kepada masyarakat bahwa pengobatan non-farmakologi mengkudu (Morinda

citrifolis) dapat menjadi pilihan alternatif yang bagus baik dari segi ekonomis atau

manfaatnya, Solomon (1998) menuliskan bahwa mengkudu mengandung

scopoletin yang mampu mengikat serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi

penyebab terjadinya penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan tekanan

darah meningkat, sehingga dapat disimpulkan konsumsi buah mengkudu dalam

jumlah tertentu dapat menurunkan tekanan darah pada penderita tekanan darah

tinggi (Rukmana, 2002).

Anggapan back to nature mengisyaratkan pentingnya tanaman obat bagi

kesehatan khususnya mengkudu disamping obat - obatan sintesis. Mengingat

tanaman ini sering kita jumpai di lingkungan kita dan mempunyai manfaat yang

besar pula, sehingga diharapkan dengan melakukan pengobatan hipertensi secara

non-farmakologi dengan menggunakan mengkudu (Morinda citrifolis), tekanan

darah pada penderita diharapkan menurun.

Seperti halnya di daerah beringin pasar VII Tembung, berdasarkan data

kelurahan tahun 2009, jumlah penduduk di daerah tersebut sebanyak 1625 orang.

Dari jumlah penduduk tersebut sebanyak 5% melaporkan mengalami tekanan

darah tinggi. Jumlah ini belum termasuk mereka yang tidak memeriksakan diri ke

puskesmas setempat karena beberapa alasan, karena tidak mau meminum obat

(16)

ada waktu untuk berobat dan selain itu penduduk setempat lebih mau

mengkonsumsi obat tradisional dari pada obat berbahan kimia.

Berdasarkan gambaran di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) pada penurunan

tekanan darah pada penderita hipertensi.

2. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan

permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana pemanfaatan mengkudu

(Morinda citrifolis) pada tekanan darah darah tinggi di Desa Beringin Pasar VII

Tembung ?”

3. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan pada penelitian ini adalah ”Bagaimana pemanfaatan mengkudu

(Morinda citrifolis) pada penurunan tekanan darah oleh penderita tekanan darah

tinggi di Desa Beringin Pasar VII Tembung?”

4.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana resiko

pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) pada penderita tekanan darah tinggi

di Desa Beringin Pasar VII Tembung.

(17)

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

5.1 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi

mahasiswa tentang pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

5.2Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang

pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita tekanan darah tinggi, sehingga informasi tersebut dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam asuhan

keperawatan dan pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi dan keluarganya.

5.3Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian

keperawatan mengenai pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti mengharapkan pada

penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang perbandingan mengkudu

(Morinda citrifolis) dengan tanaman yang lain terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita tekanan darah tinggi.

 

 

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tekanan Darah

1.1 Pengertian Tekanan Darah

Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke dinding arteri saat

darah dipompa keluar dari jantung keseluruh tubuh (Palmer, 2007), sedangkan

menurut Sheps (2005) tekanan darah adalah tenaga yang terdapat pada dinding

arteri saat darah dialirkan. Tenaga ini mempertahankan aliran darah dalam arteri

agar tetap lancar. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer &

Bare, 2001) dan diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg) (Palmer, 2007).

1.2 Pengukuran Tekanan Darah

Menurut Joewono (2003) tekanan darah biasanya diukur secara tidak

langsung dengan sphygmomanometer air raksa pada posisi duduk atau terlentang.

Pada saat mengukur tekakana darah, perhatian utama harus ditujukan pada hal-hal

berikut :

1.2.1 Sebelum pengukuran penderita istirahat beberapa menit di ruangan

yang tenang.

1.2.2 Ukuran manset lebar 12-13 cm serta panjang 35 cm, ukurannya lebih

kecil pada anak-anak dan lebih besar pada orang gemuk (ukuran

sekitar 2/3 lengan).

1.2.3 Diperiksa pada fosa cubiti dengan cuff setinggi jantung (ruang antar

(19)

1.2.4 Tekanan darah dapat diukur pada keadaan duduk atau terlentang.

1.2.5 Tekanan darah dinaikkan sampai 30 mmHg (4,0 kPa) di atas tekanan

sistolik (palpasi), kemudian turunkan 2 mmHg/detik (0,3 kPa/detik)

dan di monitor di atas brakhialis.

1.2.6 Tekanan sistolik adalah tekanan pada saat terdengar suara korotkoff I

sedangkan tekanan diastolik pada saat korotkoff V menghilang., bila

suara tetap tedengar, dipakai patokan korotkoff IV (muffling sound).

1.2.7 Pada pengukuran pertama dianjurkan pada kedua lengan terutama

bila terdapat penyakit pembuluh darah perifer.

1.2.8 Perlu pengukuran pada posisi duduk atau terlentang dan berdiri

untuk mengetahui ada tidaknya hipotensi postural terutama pada

orang tua, diabetes mellitus dan keadaan lainnya yang menimbulkan

hal tersebut.

Smeltzer & Bare (2001) mengatakan adapun cara pengukuran tekanan

darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada

lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikkan

sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukkan

bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brakialis telah tertutup.

Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya

denyutan radial, kemudian manset dikempiskan perlahan dan dilakukan

pembacaan secara auskultasi maupun palpasi dengan palpasi kita hanya dapat

mengukur tekanan sistolik, sedangkan dengan auskultasi kita dapat mengukur

(20)

Mengauskultasi tekanan darah yaitu dengan cara ujung stetoskop yang

berbentuk corong atau diafragma diletakkan pada arteri brakialis, tepat di bawah

lipatan siku (rongga ante kubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis

muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan kecepatan 2

sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendengarkan bunyi berdetak, yang

menunjukkan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai bunyi

korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdengar

dari arteri brachialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan

diastolik dan pada titik tersebut, bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2001).

1.3 Mekanisme Pemeliharaan Tekanan Darah

Pemeliharaan tekanan darah agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah

merupakan faktor yang penting, beberapa sistem terlibat dalam pengontrolan

tekanan darah yaitu jantung, arteri, ginjal, berbagai hormon, enzim dan juga

sistem saraf (sheps, 2005).

Untuk mengatur aliran darah yang datang dari jantung, arteri dilapisi otot

halus yang memungkinkan arteri mengembang dan mengerut pada saat darah

mengalir, makin lentur arteri semakin sedikit tahanannya terhadap aliran darah

sehingga sedikit tenaga dibebankan pada dindingnya, jika arteri kehilangan

kelenturannya atau terjadi penyempitan maka tahanan terhadap aliran darah

meningkat dan diperlukan tenaga yang lebih besar untuk memompa darah

keseluruh tubuh. Peningkatan tenaga ini dapat berperan pada kenaikan tekanan

(21)

Ginjal mengatur jumlah natrium dan volume air yang beredar dalam

tubuh. Natrium bersifat menahan air, jadi makin tinggi kadar natrium dalam

tubuh, semakin banyak pula kandungan air dalam darah kita. Kelebihan air ini

dapat meningkatkan tekanan darah, selain itu kelebihan natrium dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan sistem susunan saraf pusat

dibarengi dengan hormon, enzim dan zat-zat kimia lain juga mempengaruhi

tekanan darah (Sheps , 2005).

2. Hipertensi 2.1 Pengertian

Tekanan darah tinggi disebut juga hipertensi adalah dimana tekanan

sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Palmer,

2007), sedangkan menurut Muhammadun (2010) tekanan darah tinggi merupakan

tekanan tinggi di dalam arteri. Arteri adalah pembuluh darah yang mengangkut

darah dari jantung dan memompakannya keseluruh jaringan dan organ-organ

tubuh.

Menurut Ruhyanuddin (2007) secara umum, hipertensi merupakan suatu

keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri yang

dapat menyebabkan peningkatan resiko terhadap stroke, gagal jantung, serangan

jantung dan kerusakan ginjal.

2.2 Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi hipertensi dapat dibedakan menjadi dua yaitu : hipertensi

(22)

2.2.1. Hipertensi berdasarkan penyebab

Hipertensi berdasarkan penyebab dapat dikelompokkan dalam dua

kategori besar, yaitu hipertensi esensial (primer) dan hipertensi skunder (Palmer,

2007).

a. Hipertensi primer

Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan

darah sebagai akibat dari gaya hidup individu dan faktor lingkungan

(Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan hipertensi primer merupakan

tipe yang terjadi sekitar 95% pada sebahagian besar kasus tekanan darah tinggi.

Hipertensi esensial (primer) biasanya dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya

hidup seperti kurang bergerak (inaktivitas) dan pola makan.

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan akibat dari

adanya penyakit lain (Muhammadun, 2010). Palmer (2007) mengatakan bahwa

hipertensi sekunder lebih jarang terjadi hanya sekitar 5%, hipertensi sekunder

disebabkan oleh kondisi medis lain misalnya penyakit jantung atau reaksi

terhadap obat - obatan tertentu.

2.2.2 Hipertensi berdasarkan tekanan darah

Klasifikasi hipertensi dilihat berdasarkan tekanan darah sistolik dan

(23)

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi

Kategori Tekanan Darah

Sistolik

Tekanan Darah Diastolik

Normal Dibawah 130 mmHg Di bawah 85 mmHg

Hipertensi perbatasan 130-139 mmHg 85-89 mmHg

Hipertensi Ringan (stadium 1) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Hipertensi Sedang (stadium 2) 160-179 mmHg 100-109 mmHg

Hipertensi Berat (stadium 3) 180-209 mmHg 110-119 mmHg

Hipertensi Maligna (stadium 4) 210 mmHg atau lebih

120 mmHg atau lebih

Diambil dari Ruhyanuddin, F (2007). Asuahan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskulerl. Malang: UMM press

2.3 Faktor Resiko

Ada empat faktor resiko utama yang tidak dapat diubah dan tidak dapat

dikendalikan pada hipertensi.

2.3.1 Ras

Data dari Third National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES III, 1988-1991) menunjukkan bahwa jumlah penderita hipertensi

berkulit hitam 40% lebih tinggi dibandingkan dengan yang berkulit putih.

Diantara orang berusia 18 tahun ke atas, perbandingan jumlah penderita

hipertensinya adalah 32,4% berkulit hitam dan 23,3% berkulit putih (Sheps,

2005).

Di Amerika Serikat, angka tertinggi untuk penyakit hipertensi adalah

pada orang berulit hitam yang tinggal di negara - negara bagian sebelah tenggara.

Pada golongan ini, hipertensi biasanya timbul pada usia lebih muda dibandingkan

dengan orang berkulit putih, bahkan perkembangannya cenderung lebih cepat dan

(24)

2.3.2 Usia

Usia merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan tekanan

darah, seiring bertambahnya usia maka resiko untuk menderita penyakit hipertensi

juga semakin meningkat, meskipun penyakit hipertensi bisa terjadi pada segala

usia, namun paling sering dijumpai pada orang berusia 35 tahun ke atas. Diantara

orang Amerika baik yang berkulit hitam maupun berkulit putih yang berusia 65

tahun ke atas, setengahnya menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).

Peningkatan tekanan darah sesuai dengan pertambahan usia

merupakan hal yang fisiologis dari tubuh. Peningkatan tekanan darah ini

disebabkan oleh perubahan fisiologis pada jantung, pembuluh darah, dan hormon

(Sheps, 2005).

2.3.3 Riwayat keluarga

Riwayat keluarga cenderung merupakan faktor terjadi timbulnya

hipertensi, karena hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan, jika salah

satu dari orang tua menderita penyakit hipertensi maka sepanjang hidup anaknya

akan mempunyai 25% kemungkinan menderita hipertensi dan jika kedua orang

tua menderita penyakit hipertensi maka kemungkinan anaknya menderita penyakit

hipertensi menjadi 60%. Penelitian terhadap penderita hipertensi pada orang yang

kembar dan anggota keluarga yang sama menunjukkan bahwa kasus-kasus

tertentu terdapat komponen keturunan yang berperan (Sheps, 2005).

2.3.4 Jenis kelamin

Jenis kelamin salah satu yang mempengaruhi terjadinya hipertensi,

(25)

maupun dewasa tengah, namun setelah usia 55 tahun ketika wanita mengalami

menopause, hipertensi menjadi lebih lazim dijumpai pada wanita. Diantara

penduduk Amerika yang berusia 18 tahun keatas, 34% pria dan 31% wanita

berkulit hitam menderita penyakit hipertensi. Pada pria berkulit putih 25% dan

pada wanita berkulit putih 21% menderita penyakit hipertensi, sedangkan pada

keturunan Asia dan suku-suku di kepulauan Pasifik ditemukan hanya 10% pria

dan 8% wanita menderita penyakit hipertensi (Sheps, 2005).

2.4 Bahaya Hipertensi

Penyebab dari tekanan darah tinggi yaitu pertama yang disebabkan oleh

tekanan darah tinggi esensial yang disebut juga tekanan darah tinggi primer

yaitu tekanan darah tinggi yang penyebabnya tidak diketahui. Tekanan darah

tinggi esensial kemungkinan disebabkan oleh beberapa perubahan pada

jantung dan pembuluh darah yang menyebabkan meningkatnya tekanan

darah (Ruhyanuddin, 2007)

Kedua yaitu tekanan darah tinggi sekunder, penyebab tekanan darah

tinggi sekunder sekitar 5-10% penderita hipertensi yang disebabkan oleh

penyakit ginjal seperti stenosis arteri renalis, pielonefritis, glomerulonefritis,

tumor-tumor ginjal, penyakit ginjal polikista, trauma pada ginjal, terapi

penyinaran pada ginjal dan sekitar 1-2% disebabkan oleh kelainan pada

hormonal seperti hiperaldosteronisme, syndrome cushing dan feokromositoma

atau pemakaian obat-obat tertentu seperti pil KB, kortikosteroid, siklosporin,

(26)

2.5 Patofisiologi

Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini

bermula dari saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar

dari kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen

(Smeltzer & Bare, 2001).

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang

bergerak ke bawah melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin

mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang

vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,

meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Smeltzer

& Bare, 2001).

Pada saat bersamaan, sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang mengakibatkan

tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mengsekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid

lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah (Smeltzer

& Bare, 2001).

Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal,

(27)

yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang

pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini

menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan

peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus

keadaan hipertensi (Smeltzer & Bare, 2001).

Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer

bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada lanjut usia.

Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya

menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam

mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,

2001).

2.6 Gejala Klinis

Sebahagian besar klien dengan hipertensi biasanya tidak mempunyai

gejala spesifik yang menunjukkan kenaikan tekanan darahnya dan hanya

diidentifikasi dengan pemeriksaan fisik saja (Kurt, 2000), kadang - kadang

seseorang menganggap sakit kepala, pusing atau hidung berdarah merupakan

tanda-tanda meningkatnya tekanan darah, padahal itu sebahagian kecil yang

terjadi (Sheps, 2005).

Sebuah penelitian menemukan tidak ada hubungan antara sakit kepala

(28)

tanda atau gejala apapun. Tanda dan gejala lain yang sering dihubungkan dengan

Hipertensi seperti keringat berlebihan, kejang otot, sering berkemih dan denyut

jantung yang cepat dan tidak beraturan atau palpitasi (Sheps, 2005).

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi

Penatalaksanaan untuk menurunkan tekanan darah pada penderita

hipertensi dapat dilakukan dengan dua jenis yaitu penatalaksanaan farmakologis

atau dengan penatalaksanaan non-farmakologis.

2.7.1 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis adalah penatalaksanaan hipertensi

dengan menggunakan obat - obatan kimiawi, seperti jenis obat anti hipertensi.

Ada berbagai macam jenis obat anti hipertensi pada penatalaksanaan

farmakologis, yaitu:

a. Diuretik

Diuretik adalah obat yang pertama sekali diberikan untuk

mengobati hipertensi dan biasanya digunakan bersamaan dengan obat lain (Sheps,

2005). Diuretik bekerja membantu ginjal membuang garam dan air yang akan

mengurangi volume cairan diseluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah

(Ruhyanuddin, 2007), sedangkan menurut Palmer (2007) diuretik dapat

menurunkan tekanan darah dengan bekerja pada ginjal. Diuretik dapat

menyebabkan ginjal mengeluarkan kelebihan garam dalam darah melalui urin.

Hal ini menguramgi volume cairan dalam sirkulasi dan kemudian menurunkan

(29)

b. Penghambat Andrenergik

Penghambat andrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri

dari alfa-blocker, beta blocker, alfa-beta-blocker labetalol, yang bekerja

menghambat efek sistem saraf yang dengan segera akan memberiakn respon

terhadap stres dengan cara menurunkan tekanan darah (Ruhyanuddin, 2007).

Obat ini dapat menurunkan tekanan darah dengan menghambat

kerja hormon epinefrin yang dikenal dengan sebutan adrenalin ynag menyebabkan

jantung berdenyut lebih cepat dan menyempitnya pembuluh darah. Obat ini

bekerja memperlambat denyut jantung dan menurunkan denyutannya, sehingga

membantu menurunkan tekanan darah. Obat ini juga memperlambat pengeluaran

enzim renin dari ginjal. Renin ikut berperan dalam produksi angiostensin II, yaitu

suatu zat lain yang juga menyebabkan pembuluh darah menyempit dan

meningkatkan tekanan darah (Sheps, 2005).

c. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor)

Angiotensin converting enzyme inhibitor adalah merupakan obat

yang umumnya dipilih dokter untuk mengobati hipertensi, obat ini cukup efektif

dan hanya menimbulkan sedikit efek samping (Sheps, 2005). Obat ini dapat

menurunkan tekanan darah dengan cara melebarkan arteri (Ruhyanuddin, 2007).

Menurut Palmer (2007) obat ini bekerja menurunkan tekanan darah dengan cara

memblokade produksi hormon angiotensin II yang menyebabkan konstriksi

pembuluh darah, dengan demikian obat ini dapat memperlebar pembuluh darah

(30)

d. Vasodilatator

Vasodilator adalah golongan obat yang kuat, biasanya digunakan

untuk mengobati kasus - kasus hipertensi berat yang tidak memberikan respon

terhadap obat lain. Obat ini bekerja secara langsung pada dinding otot dinding

pembuluh darah arteri dengan mencegah otot untuk berkontraksi dan mencegah

pembuluh darah menyempit (Sheps, 2005). Menurut Ruhyanuddin (2007) obat ini

bekerja secara langsung terhadap obat lain dapat secara langsung memperlebar

pembuluh darah

e. Antagonis kalsium

Antagonis kalsium adalah golongan obat yang efektif dan secara

umum dapat ditoleransi dengan baik (Sheps, 2005). Obat ini berkerja

mempengaruhi jalan masuk kalsium ke sel - sel dan mengendurkan otot - otot di

dalam dinding pembuluh darah sehingga menurunkan perlawanan terhadap aliran

darah dan tekanan darah. Antagonis kalsium bertindak sebagai vasodilator atau

pelebar pembuluh darah (Hayens, 2003).

2.7.2 Penatalaksanaan Non-Farmakologis

Menurut Palmer (2007) perubahan gaya hidup secara global berperan

besar dalam meningkatkan angka kejadian hipertensi, terlebih lagi perubahan ini

disertai penurunan aktivitas fisik sehingga menyebabkan peningkatan jumlah

populasi orang yang kelebihan berat badan dan resiko menyandang diabetes, oleh

karena itu faktor yang menentukan dan membantu kesembuhan pada dasarnya

(31)

Langkah-langkah dalam perubahan gaya hidup yang sehat bagi para

penderita hipertensi yaitu:

a. Mengontrol pola makan

Makanan merupakan faktor yang penting dalam menentukan

tekanan darah. Menerapkan pola makan yang rendah lemak jenuh, kolesterol, dan

total lemak serta kaya akan buah, sayur, serta produk susu rendah lemak yang

telah terbukti secara klinis dapat menurunkan tekanan darah. Pola makan tersebut

sebaiknya juga menyertai produk gandum, ikan, unggas dan kacang-kacangan,

serta mengurangi jumlah daging merah, makanan manis dan minuman yang

megandung gula (Palmer, 2007).

b. Mengurangi asupan garam

Mengurangi asupan garam merupakan salah satu pencegahan dari

peningkatan tekanan darah. Penelitian ilmiah bertahun-tahun menunjukkan bahwa

asupan garam dalam makanan kita terlalu banyak, dengan membatasi asupan

garam, kita dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan. Anjuran

pengurangan asupan garam yang terbaru adalah dibawah 6 gram per hari sekitar 1

sendok teh (Palmer, 2007).

c. Olah raga atau aktivitas

Individu yang gaya hidupnya tidak aktif akan lebih rentan

terhadap tekanan darah tinggi. Olah raga secara teratur tidak hanya menjaga tubuh

dan berat badan, tetapi juga dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Latihan

aerobik sedang selama 30 menit sehari dapat menurunkan tekanan darah, jenis

(32)

tetapi olah raga yang harus dihindari pada penderita hipertensi yaitu latihan fisik

isometrik seperti angkat besi karena latihan tersebut dapat meningkatkan tekanan

darah (Joewono, 2003).

Palmer (2007) mengatakan bahwa ada delapan cara untuk

meningkatkan aktivitas fisik yaitu: dengan menyempatkan berjalan kaki misalnya

mengantar anak kesekolah, sisihkan waktu 30 menit sebelum berangkat bekerja

untuk berenang di kolam renang terdekat, gunakan sepeda untuk pergi kerja

selama 2 sampai 3 hari dalam satu minggu, mulailah berlari setiap hari dimana

melakukan latihan ringan pada awalnya dan tingkatkan secara perlahan-lahan,

pada saat istirahat makan siang tinggalkan meja kerja anda dan mulailah berjalan,

pergilah bermain ice-skating, roller-blade atau bersepeda bersama keluarga atau

teman, satu hari dalam satu minggu, lakukan aktivitas baru misalnya bergabung

dengan klub tenis atau bulu tangkis atau belajar dansa, yang terakhir pilih tangga

dibandingkan lift atau eskalator.

d. Penurunan berat badan

Perunanan berat badan merupakan salah satu penanganan dalam

menurunkan tekanan darah. Secara umum semakin tinggi berat badan seseorang

maka semakin tinggi pula tekanan darahnya (Palmer, 2007). Menurut Joewono

(2003) obesitas merupakan faktor predisposisi yang mengakibatkan terjadinya

hipertensi. Penurunan berat badan sebesar 5kg pada penderita hipertensi dengan

obesitas kelebihan berat badan lebih dari 10kg dapat menurunkan tekanan darah.

Penurunan berat badan juga bermanfaat untuk memperbaiki faktor resiko yang

(33)

e. Berhenti merokok

Berhenti merokok merupakan salah satu penanganan dalam

penurunan tekanan darah. Zat - zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan

dalam dinding arteri sehingga arteri lebih rentan terhadap penumpukan plak.

Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras penyempitan

pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan frekuensi denyut jantung

serta tekanan darah (Sheps, 2002), maka dengan berhentinya merokok merupakan

gaya hidup yang paling kuat untuk mencegah penyakit kardiovaskuler dan non

kardiovaskuler pada penderita hipertensi (Joewono, 2003).

f. Membatasi konsumsi alkohol

Diperkirakan konsumsi alkohol yang berlebihan menjadi

penyebab sekitar 5-20% dari semua kasus hipertensi. Bagaimana dan mengapa

alkohol meningkatkan tekanan darah belum diketahui dengan jelas, namun sudah

menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang, minum - minuman beralkohol

berlebihan akan merusak jantung dan organ-organ, maka paling aman adalah

minum secukupnya ataupun tidak sama sekali (Sheps, 2002).

2.8 Komplikasi

Hipertensi harus dikendalikan sebab semakin lama tekanan yang

berlebihan pada dinding arteri dapat merusak banyak organ vital dalam tubuh.

Tempat-tempat utama yang paling dipengaruhi hipertensi adalah pembuluh arteri ,

(34)

2.8.1 Sistem kardiovaskuler

Hipertensi dapat mempengaruhi sistem kardiovaskuler dan dapat

menimbulkan arteriosklerosis, aterosklerosis, aneurisma, penyakit arteri koronoria

dan gagal jantung.

a. Arteriosklerosis

Sklerosis merupakan kata yang berasal dari bahasa Yunani yang

artinya pengerasan, jadi arteriosklerosis adalah pengerasan yang terjadi pada

arteri. Arteri yang sehat adalah arteri yang fleksibel, kuat dan elastis.

Lapisan dalamnya mulus sehingga darah dapat melaluinya tanpa hambatan.

Setelah bertahun-tahun, dengan banyaknya tekanan pada arteri maka dinding

arteri akan menjadi tebal dan kaku, terkadang arteri yang kaku di lengan

bawah dapat teraba dan terasa seperti pipa-pipa kecil yang keras (Sheps,

2005).

b. Aterosklerosis

Kata aterosklerosis berasal dari bahasa Yunani yang kata ather

berarti bubur, yang merupakan timbunan lemak di dalam pembuluh darah

yang lembek seperti bubur. Hipertensi dapat mempercepat penumpukan

lemak di dalam dan di bawah lapisan dinding arteri, penumpukan lemak

dalam jumlah besar disebut plak, lama-kelamaan plak dapat mengeras dan dapat

mengakibatkan penyempitan pembuluh darah (Sheps, 2005).

c. Aneurisma

Aneurisma adalah pembuluh darah yang tidak elastis lagi dan

(35)

menggelembung seperti balon. Pada awalnya aneurisma tidak menimbulkan gejala

apa - apa, namun pada tahap lanjut, aneurisma pada arteri otak dapat

menimbulkan gejala sakit kepala hebat yang tidak bisa hilang. Aneurisma di arteri

perut dapat menyebabkan sakit perut yang berkepanjangan dan sakit pinggang

pada bagian bawah. Bahaya paling besar pada aneurisma adalah kemungkinan

bocor atau pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan yang fatal

(Sheps, 2005).

d. Penyakit arteri koronaria

Penyakit arteri koronaria adalah penyait akibat dari kerusakan

pada arteri utama yang memberi pasokan darah pada otot jantung. Penimbunan

plak dalam arteri sering dijumpai pada seseorang dengan tekanan darah

tinggi. Plak mengurangi aliran darah ke otot jantung sehingga dapat

menyebabkan serangan jantung (Sheps, 2005).

e. Gagal jantung

Gagal jantung yaitu dimana jantung tidak kuat memompa darah

yang kembali ke jantung dengan cepat, akibatnya cairan terkumpul di dalam

paru, kaki dan jaringan lainnya, keadaan ini disebut edema. Cairan dalam

paru-paru menyebabkan sesak nafas, sedangkan cairan yang di tungkai menyebabkan

kaki membengkak (Sheps, 2005).

2.8.2 Otak

Hipertensi dapat menganggu sistem kerja otak dan dapat

(36)

a. Stroke iskemik

Stroke iskemik adalah stroke yang biasanya mengenai bagian otak

serebrum yaitu bagian yang mengatur gerakan, bahasa dan rasa. Stroke ini

disebabkan oleh penyumbatan yang terjadi di pembuluh darah akibat

menumpuknya plak dalam arteri, sehingga terjadi pusaran aliran darah di sekitar

plak yang merangsang terjadinya pembentukan berupa gumpalan darah (Sheps,

2005).

b. Stroke hemoragis

Stroke hemoragis yaitu stroke yang terjadi akibat bocor atau

pecahnya pembuluh darah di dalam otak. Darah yang mengalir keluar

menggenangi jaringan otak sekitarnya, sehingga merusak jaringan tersebut.

Sel - sel otak yang jauh dari lokasi kebocoran ataupun robekan itu juga ikut

rusak karena kekurangan darah (Sheps, 2005).

c. Dimensia

Dimensia yaitu hilangnya daya ingat dan kemampuan mental.

Hasil penelitian menyatakan bahwa hipertensi dapat menyebabkan dimensia.

Resiko demensia ini meningkat secara tajam pada usia 70 tahun ke atas.

Sejak saat hipertensi didiagnosa, dimensia dapat timbul beberapa tahun

kemudian (Sheps, 2005).

2.8.3 Ginjal

Ginjal berfungsi mengatur keseimbangan mineral, derajat asam dan

air dalam darah. Ginjal juga menghasilkan zat-zat kimia yang mengontrol ukuran

(37)

aterosklerosis karena tekanan darah yang terlalu tinggi, maka aliran darah ke

nefron (jaringan penyaring yang sangat halus dalam ginjal) akan menurun

sehingga ginjal tidak dapat membuang semua produk sisa dari dalam darah, lama -

kelamaan produk sisa akan menumpuk di dalam darah mengakibatkan ginjal akan

mengecil dan berhenti berfungsi ( Sheps , 2005).

2.8.5 Mata

Tekanan darah tinggi dapat mempersempit atau menyumbat arteri di

mata, sehingga menyebabkan kerusakan retina (area mata yang sensitif terhadap

cahaya). Keadaan ini disebut penyakit vaskular retina, penyakit ini dapat

menyebabkan kebutaan (Palmer, 2007).

3. Buah Mengkudu (Morinda citrifolis) 3.1. Pengertian

Mengkudu (Morinda citrifolis) adalah termasuk suku rubiaceae yang

mempunyai banyak manfaat, buahnya berwana putih keruh berbentuk bulat,

permukaannya berbenjol - benjol, berbiji banyak, daging buahnya yang masak

lunak dan banyak mengandung air dan rasanya agak masam, digunakan sebagai

obat peluruh kencing dan dapat menurunkan tekanan darah tinggi, daunnya

digunakan sebagai obat sakit perut, akar dan kulit batangnya mengandung zat

warna merah yang digunakan dalam pembantikan (Sjabana & Bahalwan, 2002).

Menurut Rukmana (2002) tanaman mengkudu termasuk suku (famili)

kopi - kopian (Rubiaceae) dan terdiri atas sekitar 80 species tanaman. Tanaman

(38)

Morfologi tanaman mengkudu dapat diamati pada bagian batang, cabang, buah

dan biji. Secara alami pertumbuhan tanaman mengkudu sangat cepat serta berbuah

sangat lebat tanpa mengenal musim.

3.2 Kandungan Mengkudu (Morinda citrifolis)

Buah mengkudu mampunayai rasa sedikit pahit, tetapi mempunyai

kandungan vitamin A yang tinggi. Vitamin A tidak larut dalam air, tetapi larut

dalam lemak (Rukmana, 2002).

Beberapa senyawa kimia yang terdapat dalam kandungan mengkudu

(Morinda citrifolis) telah diketahui berkhasiat obat adalah senyawa terpenoid, scopoletin, xeronin, acubin, alizrin, dan antraquinon. Senyawa terpenoid adalah

hidrokarbon isomerik yang berfungsi untuk membantu tubuh dalam proses

sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh. Scopoletin berfungsi untuk

memperlebar saluran pembuluh darah dan memperlancar peredaran darah, serta

berkhasiat sebagai anti - bakteri, anti - alergi, dan anti - radang. Xeronin adalah

salah satu alkaloid yang berfungsi untuk mengaktifkan enzim-enzim dan mengatur

serta membentuk struktur protein (Rukmana, 2002).

Senyawa kimia yang bermanfaat dalam penurunan tekanan darah tinggi

adalah senyawa scopoletin. Solomon (1999) dalam Muhammadun (2010)

menuliskan bahwa mengkudu mengandung scopoletin yang mampu mengikat

serotonin yaitu senyawa kimia yang menjadi penyebab terjadinya penyempitan

pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Adanya senyawa scopoletin

dalam buah mengkudu menjadikan buah mengkudu dapat dijadikan obat alternatif

(39)

Menurut Rukmana (2002) senyawa scopoletin yang terdapat dalam buah

mengkudu berfungsi untuk memperlebar saluran pembuluh darah dan

memperlancar peredaran darah sehingga berkhasiat mengatasi penyempitan

pembuluh darah dan menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.

Scopoletin diyakini berperan dalam efek antihipertensi dalam buah

mengkudu, ternyata scopeletin juga dapat bekerja secara sinergis dalam efek

adaptogenik yaitu dimana efekya tidak saja dapat menurunkan tekanan darah pada

penderita hipertensi tetapi juga dapat menaikkan tekanan darah pada penderita

hipotensi. Dalam hal ini berarti scopoletin memiliki efek menormalkan tekanan

darah (Sjabana & Bahalwan, 2002).

3.3Pemanfaatan Mengkudu terhadap Tekanan Darah Tinggi

Pemanfaatan buah mengkudu yaitu dengan cara meramu atau membuat jus

mengkudu. Pada penderita hipertensi disediakan 2 buah mengkudu masak

dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan dan diperas kemudian

diambil airnya, kemudian tambah 20 ml madu asli dan diaduk kemudian disaring

kembali, serta air saringannya ditambah air masak 100 ml, maka larutan inilah

yang kemudian diminum sebagai obat (indomedia.com/intisari/2000).

Menurut resep atau ramuan Wijayakusuma yang dikutip oleh Rukmana

(2002) cara membuat jus mengkudu untuk penderita tekanan darah tinggi yaitu :

sediakan 1 buah mengkudu matang dan 1 buah belimbing manis dibersihkan

terlebih dahulu kemudian dihancurkan hingga menjadi jus kemudian diminum,

selain itu menurut Muhammadun (2010) bisa juga disediakann 2 buah mengkudu

(40)

disaring kemudin ditambahkan 20 ml madu diaduk dan disaring kembali, air

saringannya ditambah air masak 100 ml. Cara menggunakan: diminum dan

diulangi dua kali sehari.

Secara normal takaran jus mengkudu yang diberiakan sebanyak 15ml/50kg

berat badan, diberiakn 2 kali sehari pada pagi dan malam hari, kira - kira setengah

(41)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat

pemanfaatan mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap penurunan tekanan darah

oleh penderita tekanan darah tinggi.

Skema 1: Kerangka konseptual penelitian Pemanfaatan Mengkudu (Morinda citrifolis) terhadap Panurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi.

2. Defenisi Operasional

2.1Pemanfaatan Mengkudu

Pemanfaatan yang dimaksud didalam penelitian ini yaitu pemanfaatan

buah mengkudu yang diolah menjadi jus, disediakann 2 buah mengkudu masak

dihilangkan bijinya, kemudian daging buahnya dihancurkan, diperas dan disaring

kemudin ditambahkan 20 ml madu diaduk dan disaring kembali, air saringannya

ditambah air masak 100 ml. Cara menggunakan: diminum dan diulangi dua kali

(42)

minum 1x = 1, minum 2x = 2 dan tidak minum = 0, dengan hasil ukur

memanfaatkan 10-14 kali, cukup memanfaatkan 5-9 kali dan kurang

(43)

BAB 4

METODE PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif observasional yang

bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada

penurunan tekanan darah pada penderita tekanan darah tinggi.

2. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua masyarakat yang mengalami

hipertensi di Beringin Pasar VII Tembung. Berdasarkan survei yang di lakukan di

Puskesmas beringin pasar VII Tembung, dijumpai penderita Tekanan Darah

Tinggi selama dari bulan Januari - Februari 2010 adalah sebanyak 14 orang.

3. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006), jika jumlah populasi kurang dari 100, maka

lebih baik diambil semua untuk dijadikan sampel penelitian (total sampling),

sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi.

Adapun kriteria sample dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Penderita tekanan darah tinggi (ringan dengan sistolik 140-159

mmHg dan diastolik 90-99 mmHg dan hipertensi sedang dengan

sistolik 160-179 mmHg dan diastolik 100-109 mmHg)

(44)

3.3 Pria/Wanita dewasa berusia sekitar 25-60 tahun

3.4 Bersedia mengikuti kegiatan penelitian selama penelitian

berlangsung

4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di daerah Beringin Pasar VII Tembung Kecamatan

Percut Sei Tuan. Alasan peneliti memilih lokasi ini sebagai tempat penelitian

karena masyarakatnya tergolong kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan dan

masyarakatnya juga lebih memilih pengobatan secara tradisional. Menurut data

yang didapatkan angka kejadian hipertensi di daerah ini sekitar 5% dari jumlah

penduduk di Beringan Pasar VII Tembung (Puskesmas Beringin, 2010).

Alokasi waktu untuk penyusunan proposal penelitian sampai dengan

laporan hasil penelitian adalah 4 minggu mulai dari minggu ke-3 Juni 2010

sampai minggu ke-3 Juli 2010, sedangkan waktu untuk pengumpulan dan

pengolahan data dilakukan pada bulan Agustus 2010.

5. Pertimbangan Etik Penelitian

Pertimbangan etik dalam penelitian ini yaitu pertama peneliti mengajukan

surat permohonan izin untuk pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas

Keperawatan USU, mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian

kepada kepala desa Beringin Pasar VII Tembung kecamatan Percut Sei Tuan,

setelah mendapatkan izin dari kepala desa, peneliti menyerahkan langsung lembar

penelitian kepada responden dengan cara mendatangi rumah masing-masing

(45)

responden bersedia diteliti maka terlebih dahulu responden menandatangani

lembar persetujuan, jika responden menolak untuk menjadi responden penelitian

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya sebagai

responden, untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan

mencantumkan nama responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode

tertentu. Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh

peneliti, selanjutnya responden diminta untuk membaca dan memahami isi surat

persetujuan. Apabila responden bersedia maka responden diminta untuk

menandatangani surat persetujuan yang telah dibaca dan dipahami. Lembar

persetujuan dapat dilihat pada lampiran I.

6. Instrumen Penelitian

6.1 Data Demografi

Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar

belakang dari responden yang bisa berpengaruh terhadap penelitian ini. Data

demografi meliputi nomor responden, usia, jenis kelamin, berat badan, tinggi

badan, pekerjaan/aktivitas dan suku. Data demografi ini dapat dilihat pada

lampiran 2.

6.2Lembar Observasi Daftar Kegiatan Penelitian

Lembar observasi daftar kegiatan penelitian ini berguna untuk melihat

tingkat pemanfaatan responden terhadap pemanfaatan mengkudu (morinda

citrifolis). Untuk menentukan tingkat pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)

(46)

rentang kelas dengan jumlah kelas. P = rentang/banyak kelas, dimana P

merupakan panjang kelas dengan rentang 14 dengan 3 kategori nilai 0 untuk yang

tidak minum, nilai 1 untuk yang minum 1x dan nilai 2 untuk yang minum 2 kali

dalam satu hari. untuk menilai tingkat pemanfaatan mengkudu (morinda

citrifolis), maka didapat panjang kelas 4,66 dan dibulatkan menjadi 5,

menggunakan P = 5 dan nilai terendah 0. Jadi tingkat pemanfaatan mengkudu

(morinda citrifolis): memanfaatkan = 10-14, cukup memanfaatkan = 5-9, dan

kurang memanfaatkan = 0-4.

6.3 Lembar observasi tekanan darah post Pemanfaatan Mengkudu (morinda

citrfolisi)

Hasil pengukuran tekanan darah post pemanfaatan mengkudu (morinda

citrifolis) disajikan dalam bentuk lembar observasi dengan skala mmHg yang

dapat dilihat pada lampiran 2 dengan tujuan untuk melihat hasil pemanfaatan

mengkudu (morinda citrifolis) pada penurunan tekanan darah pada penderita

hipertensi. Lembar obsevasi dapat dilihat pada lampiran 2.

7. Proses Pengumpulan Data

Proses pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

7.1 Pengambilan Data

7.1.1 Mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada

Dekan Fakultas Keperawatan USU.

7.1.2 Mengajukan surat permohonan izin kepada kepala desa Daerah

(47)

7.1.3 Mengidentifikasi responden berdasarkan kriteria yang telah

ditetapkan.

7.1.4 Peneliti mendatangi masing-masing rumah calon Responden.

7.1.5 Memberikan penyuluhan tentang pemanfaatan mengkudu (morinda

citrifolis) pada tekanan darah tinggi dan memberikan leaflet kepada

calon responden, kemudian mengukur tekanan darah dengan

menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop seluruh calon

responden pre pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis, setelah

itu peneliti menentukan siapa saja yang menjadi kelompok

responden.

7.1.6 Menjelaskan tujuan, manfaat, prosedur pengumpulan data pada

calon responden.

7.1.7 Mengelompokkan responden yang bersedia mengikuti penelitian

dan memenuhi kriteria penelitian dijadikan sebagai responden.

Responden di bagi 2 kelompok yaitu : kelompok meminum jus

mengkudu selama seminggu dan kelompok yang tidak meminum

jus mengkudu yang hanya diberi pendidikan kesehatan tentang

manfaat mengkudu (morinda citrifolis) untuk penurunan tekanan

darah pada penderita tekanan darah tinggi.

7.1.8 Memberikan informed consent kepada kelompok responden.

7.1.9 Mengisi kuesioner data demografi responden.

7.1.10 Menjelaskan jadwal kontrak kegiatan pemanfaatan mengkudu

(48)

a. Mengobservasi atau memantau setiap harinya kelompok yang

meminum jus mengkudu dan mengukur tekanan darah post

meminum jus mengkudu setiap harinya dan mencatatnya di

lembar observasi daftar kegiaan penelitian. Dapat dilihat pada

lembar observasi lampiran 2.

b. Peneliti juga mengukur tekanan darah setiap harinya pada

kelompok yang tidak meminum jus mengkudu setiap harinya

sampai hari ke 7 kemudian dicatat di lembar observasi daftar

kegiatan penelitian. Dapat dilihat pada lebar observasi lampiran

2.

8. Analisa Data

Setelah dilakukan pengumpulan data maka dilakukan analisa data. Data

yang diperoleh dari setiap responden berupa data demografi yang merupakan hasil

pengisian kuesioner responden dan hasil observasi pelaksanaan pemanfaatan

mengkudu (morinda citrifolis).

Statistik deskriptif digunakan untuk menyajikan data-data demografi dan

data pemanfaatan mengkudu tiap harinya selama seminggu.

Uji statistik Odds Ratio digunakan untuk mengetahui seberapa besar

manfaat mengkudu (morinda citrifolis) pada penurunan tekanan darah antara

kelompok yang minum jus mengkudu dengan kelompok yang tidak meminum jus

mengkudu atau disebut juga nilai value, kemudian data statistik yang telah

(49)

bermanfaat pada penurunan tekanan darah tinggi jika nilai lower limit<OR<upper

limit, yang nilai tersebut didapati dari uji statistik dengan menggunakan

(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai

pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap penurunan tekanan darah

pada penderita tekanaan darah tinggi di daerah beringin Pasar VII Tembung

kecamatan Percut Sei tuan.

1. Hasil Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan mulai dari Juni 2010 sampai Agustus

Penelitian ini melibatkan 14 orang responden yang dibagi menjadi dua kelompok

yaitu 7 orang responden kelompok menggunakan mengkudu yang melakukan

pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) selama 7 hari yang dilakukan 2 kali

sehari, sedangkan 7 orang responden yang lain adalah kelompok yang tidak

menggunakan mengkudu yang dilakukan pendidikan kesehatan tentang hipertensi

dan manfaat mengkudu (morinda citrifolis) untuk menurunkan tekanan darah pada

penderita tekanan darah tinggi.

Hasil penelitian ini memaparkan karakteristik demografi responden, tingkat

pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada kelompok menggunakan

mengkudu dan resiko relatif pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap

(51)

1.1 Karakteristik Demografi Responden

Responden penelitian ini adalah penderita hipertensi ringan dan sedang

di Daerah Beringin Pasar VII Tembung kecamatan Percut Sei Tuan. Usia

responden dalam penelitian ini berada pada rentang 21-60 tahun, lebih dari

setengah responden (57.1%) pada kelompok yang menggunakan mengkudu dan

juga kelompok yang tidak menggunakan mengkudu berada pada rentang rata- rata

usia 41-60 tahun yaitu usia setengah baya /middle age dan kurang dari setengah

responden (42.9%) dari kelompok menggunakan mengkudu dan tidak

menggunakan mengkudu berada pada rentang rata – rata usia 21-40 tahun yaitu

usia dewasa awal /early adulthood. Karakteristik demografi responden dapat

dilihat pada tabel 2.

Hurlock (1980) dalam bukunya yang berjudul Psikologi Perkembangan

membagi usia dalam tiga kategori 21-40 adalah dewasa awal (early adulthood),

41-60 yaitu usia usia setengah baya (middle age) dan usia dewasa akhir yaitu 61

s/d meninggal.

Berdasarkan jenis kelamin, lebih dari setengah responden pada kelompok

yang menggunakan mengkudu adalah perempuan (57.1%), sedangkan pada

kelompok yang tidak menggunakan mengkudu hampir dua pertiga adalah

perempuan yaitu (71.4%), untuk berat badan lebih dari setengah responden yang

memanfaatkan mengkudu dalam penelitian ini berada pada rentang 69-85 kg

(57.1%), sedangkan pada kelompok yang tidak memanfaatkan mengkudu hampir

dari setengah responden (42.9%) dengan berat badan pada rentang 69-85 kg.

(52)

Untuk tinggi badan hampir setengah responden (42.9%) dengan tinggi

165-168 cm pada kelompok menggunakan mengkudu dan 157-160 cm (57.1%)

pada kelompok tidak menggunakan mengkudu, jika dilihat dari BMI (Body Mass

Index) sebanyak 42.9% dari kelompok yang menggunakan mengkudu dan

kelompok yang tidak menggunakan mengkudu (morinda citrifolis) adalah

obesitas, dan sebanyak 28.6% pada kelompok yang menggunakan mengkudu

dan kelompok yang tidak menggunakan mengkudu adalah berat badan berlebih.

Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

Menjadi seorang petani adalah pilihan terbanyak sebagai jenis pekerjaan atau

aktivitas keseluruhan dari responden yaitu hampir setengah responden (42.9%)

pada kelompok pemanfaatan mengkudu dan sepertiga (28.6%) pada kelompok

tidak menggunakan mengkudu. Menurut kategori suku responden pada kelompok

pemanfaatan mengkudu lebih dari dua pertiga (71.4%) bersuku Jawa dan pada

kelompok tidak menggunkan mengkudu sepertiga responden (28.6%) bersuku

Jawa. Karakteristik demografi responden dapat dilihat pada tabel 2.

Table 2. Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

(53)

3. TB (cm)

Responden kedua kelompok diukur tekanan darahnya pada arteri

brachialis dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop. Tekanan

darah sistolik dan diastolik yang diukur dan dikelompokkan berdasarkan

klasifikasi tekanan darah dimana hipertensi ringan berarti tekanan sistolik 140-159

(54)

160-179 dan tekanan diastolik 100-109 (Wiryowidagdo, 2002). Kemudian hasil

pengukuran tekanan darah pada kedua kelompok dicatat dalam lembar observasi

Dari hasil pengukuran tekanan darah yang dicatat dalam lembar observasi

diketahui bahwa tekanan darah pre pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)

pada kelompok menggunakan mengkudu lebih dari setengah responden (71.4%)

termasuk klasifikasi hipertensi ringan dan kurang lebih sepertiga responden

(28.6%) termasuk hipertensi sedang, sedangkan pada kelompok yang tidak

menggunakan mengkudu hampir seluruh responden (85.7%) termasuk dalam

klasifikasi hipertensi ringan dan (14.3%) responden dalam klasifikasi hipertensi

sedang. Bisa dilihat pada tabel 3.

Setelah dilakukan pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada

kelompok menggunakan mengkudu tekanan darah post pemanfaatan mengkudu

(morinda citrifolis) (85.7%) responden mengalami penurunan tekanan darah yaitu

sebanyak dari satu pertiga dari responden (28.6%) mengalami penurunan

keklasifikasi normal tinggi (prehipertensi), sedangkan setengah dari responden

(57.1%) mengalami penurunan menjadi normal, dan (14.3%) tidak mengalami

penurunan, sedangkan pada kelompok tidak menggunakan mengkudu, setelah

dilakukan pendidikan kesehatan seluruh respnden (100%) berada pada klasifikasi

(55)

Tabel 3. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)

Kelompok Pengukuran Pre pemanfaatan Post pemanfaatan

Range Mean SD Range Mean SD

Menggunakan

mengkudu

Sistolik 140-175 154.00 11.733 116-163 131.00 16.248

Diastolik 92-104 96.14 4.670 74-100 82.57 8.772

Tidak

menggunakan

mengkudu

Sistolik 144-162 149.86 6.122 145-164 151.00 6.733

Diastolik 92-102 95.14 3.436 92-98 95.57 2.070

1.3 Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) terhadap Penurunan Tekanan

Darah pada kedua Kelompok

1.3.1 Tingkat Pemanfaatan Mengkudu (morinda citrifolis) pada Kelompok

menggunakan mengkudu

Tingkat pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) pada kelompok

menggunakan mengkudu (morinda citrifolis) diukur berdasarkan banyaknya

responden melakukan pemanfaatan mengkudu. Dalam penelitian ini didapatkan

lebih dua pertiga (71.4%) responden termasuk tingkat cukup memanfaatkan dan

(28.6%) termasuk kurang memanfaatkan. Tingkat Pemanfaatan Mengkudu

(morinda citrifolis) pada Kelompok yang menggunakan mengkudu dapat dilihat

pada tabel 4.

Tabel 4. Tingkat pemanfaatan mengkudu pada kelompok yang menggunakan mengkudu

Tingkat pemanfaatan Range Frekuensi (n) Persentase (%)

Cukup Memanfaatkan 5-9 5 71.4%

(56)

1.3.2 Resiko Relatif pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap

penurunan Tekanan Darah Tinggi

         Uji statistik Resiko Relatif Odds Ratio digunakan untuk mengetahui

seberapa besar resiko pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis) terhadap

terjadinya penurunan tekanan darah. Penelitian ini berhasil mengungkapkan

bahwa 36 kali lebih besar responden mengalami penurunan tekanan darah pada

kelompok yang memanfaatkan mengkudu dibandingkan dengan responden yang

tidak memanfaatkan mengkudu.

Berdasarkan perhitungan Odds Ratio (OR) terhadap penurunan tekanan

darah pada tingkat kepercayaan (CI) = 95% (1.803<OR<718.678 ), maka

didapatkan OR sebesar 36, yang artinya dimana kelompok yang menggunakan

mengkudu berisiko sebanyak 36 kali lebih besar mengalami penurunan tekanan

darah ke batas tekanan darah normal dibandingkan dengan kelompok yang tidak

menggunakan mengkudu yang berarti hanya mendekati nilai lower limit dari batas

tekanan darah normal, jika responden kelompok yang menggunakan mengkudu

benar-benar memanfaatkan mengkudu, kemungkinan nilai OR-nya akan lebih

besar dari 36 dan penurunan tekanan darah, dan akan lebih mendekati nilai upper

limit dari batas tekanan darah normal. Resiko Relatif Odds Ratio pemanfaatan

mengkudu terhadap penurunan tekanan darah dapat dilihat pada tabel di bawah

ini.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah pada penderita hipertensi Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Table 2. Karakteristik Demografi Responden
Tabel 3. Tekanan darah responden pre dan post pemanfaatan mengkudu (morinda citrifolis)
Tabel 6. Resiko Pemanfaatan Mengkudu Terhadap Penurunan Tekanan Darah

Referensi

Dokumen terkait

Pengumuman ujian diberikan segera setelah ujian selesai dan berita acara ujian dikirim ke Subbag Pendidikan pada hari dan tanggal ujian. Semua biaya yang diperlukan

“Untuk permasalahan atau ham batan yang berasal dari masyarakat atau umat, maka Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Medan mengutamakan yang namanya musyawarah dalam

Medan magnet adalah suatu medan yang mempunyai besar dan arah yang dibangkitkan oleh adanya arus listrik yang mengalir.Kekuatan medan magnet tergantung pada kuat arus

 Siswa melakukan percobaan untuk menemukan pengaruh limbah/variasi konsentrasi dan atau jenis detergen terhadap kelangsungan hidup (daya tahan) organisme/makhluk hidup

[r]

Pendirian Monumen Jenderal Sudirman dilatarbelakangi adanya rumah pen- duduk yang merupakan bekas markas gerilya di Desa Pakis Baru, yang belakangan diketahui bahwa markas

Hal ini membuktikan bahwa tidak ada hubungan antara faktor perbedaan kontruksi bubu dan jenis umpan terhadap hasil tangkapan kepiting bakau, dapat dikatakan bahwa

Berdasarkan pada hasil serta keterbatasan penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran kepada investor yaitu, sebelum melakukan investasi pada saham, agar