HUBUNGAN TIPE PERTEMANAN RECIPROCITY,
RECEPTIVITY DAN ASSOCIATION DENGAN
PENGUNGKAPAN DIRI PADA PENGGUNA FACEBOOK
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan
Ujian Sarjana Psikologi
Oleh:
RINA GULETTA
061301040
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul :
Hubungan Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association
Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Facebook
Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi
ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Desember 2010
RINA GULETTA S. DEPARI
Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity dan Association
dengan Pengungkapan Diri pada Pengguna Facebook
Rina Guletta dan Ridhoi Meilona Purba
ABSTRAK
Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial yang menawarkan
berbagai macam cara untuk berkomunikasi serta membangun jaringan pertemanan
secara online. Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan proses
pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah
hubungan. Namun hubungan yang dijalin mempengaruhi frekuensi dan
kecenderungan untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan
association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.
Penelitian ini menganmbil sampel sebanyak 200 orang yang memiliki dan
aktif menggunakan facebook. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dua buah skala yaitu skala pengungkapan diri dan skala tipe pertemanan
yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori pengungkapan diri dari
Devito (1986) dan teori tipe pertemanan dari Reisman (1987). Skala
pengungkapan diri memiliki nilai realibilitas (rxx)=0.876 dan nilai realibilitas skala
tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association masing-masing sebesar
0.826, 0.607 dan 0.792.
Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik korelasi
koefisien kontingensi menunjukkan koefisien kontingensi 0.268 dengan tingkat
signifikansi 0.030 < dari taraf nyata (α) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe pertemanan reciprocity,
receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Engkau Bapa yang selalu memelihara,
memberikan hikmat, berkat, penyertaan, kekuatan, sukacita dan penghiburan yang
tiada pernah ada hentinya hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah yang di susun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara. Penelitian ini berjudul “Hubungan Tipe Pertemanan Reciprocity,
Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri Pada Pengguna Facebook”.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta.
Orangtua yang penulis hormati dan sayangi, G. S. Depari dan R. Kaban, yang
tiada pernah lelah dan tiada henti selalu memberikan perhatian, menyemangati,
mendoakan, mengajarkan nilai-nilai hidup, mengajarkan perjuangan, berbagi,
menjadi berani dan pantang menyerah bagi penulis. Rasa terima kasih yang
mendalam penulis ucapkan untuk kasih sayang yang tulus yang selalu kalian
berikan, dan doa yang tulus penulis panjatkan bagi kedua orangtua penulis untuk
kesehatan, kekuatan dan umur yang panjang untuk Bapak dan Mamak. Penulis
senang dengan skripsi ini dapat menambah kebahagiaan dan kebanggaan Bapak
dan Mamak atas kelulusan penulis.
Dalam menyelesikan proposal skripsi ini, penulis mendapat banyak
bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Ridhoi Meilona, M. Si., selaku dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas setiap arahan,
dukungan, dan bantuan yang telah diberikan baik itu berupa waktu, pikiran
dan saran yang sangat membantu dan selalu menyemangati penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Irna Minauli, Psi., selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak
memberikan bimbingan dan saran yang membangun bagi penulis.
4. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi USU yang memberikan pengetahuan yang
berharga dan bermanfaat bagi penulis, dan juga kepada seluruh pegawai di
Fakultas Psikologi USU yang setia membantu penulis dalam menyediakan
segala keperluan selama perkuliahan, khususnya dalam penelitian ini.
5. Abang dan adik tersayang, bang Gitra dan adik Revan. Bersama kalian, penulis
bisa menjadi diri sendiri, menjadi seorang adik dan kakak. Kalian menjadi
tempat bersandar ketika beban berat, dan tempat tertawa ketika bahagia.
Terima kasih untuk setiap doa, semangat, kasih sayang, dukungan, nasihat,
dan canda tawa yang diberikan kepada penulis, sehingga dapat menghilangkan
kejenuhan yang menghampiri penulis dan memberikan semangat kepada
penulis untuk tetap tekun menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
6. Untuk saudara-saudaraku, untuk pak tengah, pak tua, bi tua, bi tengah, dan bi
berikan, semangat, dan doa yang selalu kalian panjatkan untuk kesuksesan
penulis. Tuhan memberkati kita semua.
7. Andri Primadana Bangun, terima kasih telah menjadi pendengar yang setia
dengan segala keluh-kesah yang penulis sampaikan, motivator yang selalu
setia memberikan saran, menjadi seseorang yang selalu ada bagi penulis,
memberikan semangat dan nasihat yang berarti bagi penulis, dan sebagai
tempat untuk bertukar pendapat walaupun kita memiliki bidang yang
berbeda, namun engkau selalu mencoba mengerti dengan keadaan yang ada.
Engkau mampu menumbuhkan semangat, ketika penulis berhenti dan ingin
menyerah, dan mampu menorehkan senyuman ketika dunia begitu menyiksa.
Kehadiranmu begitu berarti, terimakasih atas kasih sayang yang telah engkau
berikan.
8. Sahabat terbaikku, Nina Karina Tarigan Gersang yang selalu ada, teman
kecilku, sahabatku, sebagai tempat berbagi, bernaung, dan penasihat setia.
Terima kasih atas semangat, penguatan, doa, teladan, saran, berbagai
pengalaman, dan nilai-nilai yang engkau bagikan denganku. Terima kasih ya
Kak, semangat, dan mari kita lakukan yang terbaik.
9. Sahabat-sahabat seperjuangan bersama di kampus Psikologi, yang juga
merupakan kakak-kakak penulis. Kak Herty, Kak Sondang, Kak Priska, Kak
Pipin, Kak Riri, Omet, Dita, Coik dan Febri. Aku tidak akan mampu berdiri
disini, hingga saat ini jika kalian tak ada bersamaku. Berkat terindah yang
Tuhan berikan, bisa menjadi sahabat dan adik terkecil bagi kalian semua.
kalian hidup ini mungkin tidak akan berwarna. Kampus ini menjadi begitu
sepi sekali ketika satu-persatu dari kalian telah terbang bebas mengarungi
dunia, aku selalu merindukan kebersamaan bersama kalian semua. Terima
kasih Kak, untuk persahabatan yang kita bina, semua pengalaman yang kita
hadapi bersama, untuk semua nasihat, untuk semua waktu, untuk semua
bantuan, dukungan, doa, semangat, pelukan sayang, keceriaan, canda tawa
yang yang selalu hadir dan menemani hari-hari penulis bersama kalian
terutama dalam penyelesaian skripsi ini.
10.Terkhusus untuk Dita, teman SMPku, teman SMAku, dan teman kuliahku.
Seperti tak bisa terpisah denganmu. Selalu membangkitkan semangatku, yang
selalu mengajakku untuk tidak menyerah, untuk melakukan yang terbaik
hingga akhir, dan memberikan saran dan bantuan setiap kali penulis
menemukan kesulitan. Terima kasih banyak Dita.
11.Untuk abangku Matias Bremenda Pinem, terima kasih banyak ya abang, untuk
nasihat, semangat dan doa untukku, juga sebagai tempat curhat dikala hatiku
sedang gundah gulana.
12.Untuk teman-teman stambuk 2006 yang juga bersama-sama berjuang untuk
skripsi. Untuk Kak Priska, Kak Riri, Dinar, Desta, semangat ya teman-teman.
Berjuanglah hingga titik akhir, jangan menyerah, kalian pasti bisa. Terima
kasih untuk Beriyanti Sunita, dan Olivia yang menjadi teman berbagi di
sosial.Terima kasih juga untuk Yayik, Sarah, Sasha, Mirna, Mona yang
13.Untuk Dita, Beriyanti, Devi, Junita, Yayik, Wira, Herna, Darmayanti, Kak Ika
’05, Mona, yang telah membantu penulis dalam proses pengumpulan data,
terima kasih banyak penulis ucapkan.
14.Untuk Dhany Tahir Sinambela, terima kasih atas kesediaan dan bantuannya
dalam mencari buku itu. Walaupun berakhir nihil namun terimakasih telah
mau membantu.
15.Untuk semua orang yang telah bersedia mengisi skala penulis, yang
membantu dalam pengumpulan data. Terima kasih banyak penulis ucapakan
untuk kesediaan dan waktu yang telah diberikan, semoga Tuhan memberkati
dan membalas budi baik kalian semua.
16.Semua orang yang turut membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini,
yang mungkin tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Bantuan yang
kalian berikan begitu berarti bagi penulis. Terima kasih, dan semoga Tuhan
melimpahkan kasih dan karunia-Nya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan
dalam penelitian ini. Oleh karenanya penulis mengharapkan adanya masukan
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak, guma
menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga
penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Desember 2010
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... x
BAB I. PENDAHULUAN………... 1
A. Latar Belakang ………... 1
B. Tujuan Penelitian………... 11
C. Manfaat Penelitian……….. 11
1. Manfaat Teoritis………...……... 11
2. Manfaat Praktis………...……... 12
D. Sistematika Penulisan………... 12
BAB II. LANDASAN TEORI………... 14
A. Pengungkapan Diri……….. 14
1. Defenisi Pengungkapan Diri………... 14
3. Tahapan pengungkapan diri………..…….. 18
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri.…………. 20
5. Fungsi pengungkapan diri………... 22
6. Dampak negatif pengungkapan diri………..…………. 23
B. Teman……….…………. 25
1. Defenisi Teman……….. 25
2. Pertemanan………. 26
3. Tipe-tipe Pertemanan……….………. 26
4. Karakteristik Pertemanan……….………. 27
5. Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan.…. 28 C. Aquintance………..…… 29
D. Facebook………...…….. 29
E. Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan Association Dengan Pengungkapan Diri………. 30
BAB III. METODE PENELITIAN………. 34
A. Identifikasi Variabel Penelitian………..… 34
B. Defenisi Operasional……….…. 35
1. Pengungkapan Diri………....…. 35
2. Pertemanan……….…. 36
C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel……….… 37
2.1 Populasi dan Sampel……….… 37
D. Metode Pengambilan Data………...… 40
1. Skala Pengungkapan Diri……… 41
2. Skala Tipe Pertemanan………... 42
E. Uji Coba Alat Ukur……….... 43
1. Validitas Alat Ukur……….. 43
2. Daya Beda Aitem dan Realibilitas Alat Ukur………. 44
3. Hasil Uji Coba Alat Ukur………... 45
a. Hasil uji coba skala pengungkapan diri... 46
b. Hasil uji coba skala tipe pertemanan... 49
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian………... 51
1. Tahap persiapan………... 51
2. Tahap pelaksanaan penelitian……….……….. 52
3. Tahap pengolahan data penelitian……….... 53
G. Metode Analisa Data………. 53
BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN... 54
A. Analisa Data... 54
1. Gambaran subjek penelitian... 54
a. Gambaran subjek berdasarkan usia... 54
b. Gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin... 55
menggunakan facebook... 56
e.Gambaran subjek berdasarkan jumlah account yang dimiliki... 57
f.Gambaran umum pengungkapan diri subjek... 58
g.Penggolongan subjek penelitian berdasarkan tipe pertemanan... 60
2. Hasil utama penelitian... 63
3. Hasil tambahan penelitian... 64
a. Gambaran pengungkapan diri beradasarkan jenis kelamin... 64
b. Gambaran pengungkapan diri berdasarkan usia... 65
B. Pembahasan... 66
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 70
A. Kesimpulan... 70
B. Saran... 71
1. Saran metodologis... 71
2. Saran praktis... 72
DAFTAR PUSTAKA... 73
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah pengguna aktif facebook di Indonesia tahun 2010... 3
Tabel 2. Distribusi aitem-aitem tipe pertemanan yang dianut pengguna Facebook... 42
Tabel 3. Blue print skala pengungkapan diri sebelum uji coba... 46
Tabel 4. Blue print skala pengungkapan diri setelah uji coba... 47
Tabel 5. Blue print skala pengungkapan diri untuk penelitian... 48
Tabel 6. Distribusi aitem-aitem tipe pertemanan untuk penelitian... 50
Tabel 7. Penyebaran subjek berdasarkan usia... 54
Tabel 8. Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin... 55
Tabel 9. Penyebaran subjek berdasarkan lama menggunakan facebook... 56
Tabel 10. Penyebaran subjek berdasarkan frekuensi dan durasi menggunakan facebook... 56
Tabel 11. Penyebaran subjek berdasarkan durasi penggunaan facebook... 57
Tabel 12. Penyebaran subjek berdasarkan jumlah account yang dimiliki... 58
Tabel 13. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi pengungkapan diri subjek... 58
Tabel 14. Kategorisasi norma nilai pengungkapan diri... 59
Tabel 16. Kategorisasi tipe pertemanan... 62
Tabel 17. Penggolongan Subjek Berdasarkan Tipe Pertemanan... 63
Tabel 18. Hasil uji koefisien kontingensi tipe pertemanan dan pengungkapan
diri... 64
Tabel 19. Gambaran pengungkapan diri berdasarkan jenis kelamin... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data mentah skala uji coba
Lampiran 2. Uji daya beda aitem dan realibilitas
Lampiran 3. Data penelitian
Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity dan Association
dengan Pengungkapan Diri pada Pengguna Facebook
Rina Guletta dan Ridhoi Meilona Purba
ABSTRAK
Facebook merupakan salah satu situs jejaring sosial yang menawarkan
berbagai macam cara untuk berkomunikasi serta membangun jaringan pertemanan
secara online. Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008) menyatakan proses
pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam membangun sebuah
hubungan. Namun hubungan yang dijalin mempengaruhi frekuensi dan
kecenderungan untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut.
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan
association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.
Penelitian ini menganmbil sampel sebanyak 200 orang yang memiliki dan
aktif menggunakan facebook. Pengambilan sampel dilakukan dengan
menggunakan incidental sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dua buah skala yaitu skala pengungkapan diri dan skala tipe pertemanan
yang disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori pengungkapan diri dari
Devito (1986) dan teori tipe pertemanan dari Reisman (1987). Skala
pengungkapan diri memiliki nilai realibilitas (rxx)=0.876 dan nilai realibilitas skala
tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association masing-masing sebesar
0.826, 0.607 dan 0.792.
Hasil analisa data penelitian dengan menggunakan teknik korelasi
koefisien kontingensi menunjukkan koefisien kontingensi 0.268 dengan tingkat
signifikansi 0.030 < dari taraf nyata (α) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara tipe pertemanan reciprocity,
receptivity dan association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia telah mengalami pergeseran yang dimulai dari masa industri ke
masa pasca industri kemudian ke masa informasi dan telekomunikasi. Hal ini
ditandai dengan adanya kemajuan yang sangat pesat dalam bidang teknologi dan
komunikasi. Perubahan yang semakin cepat dalam teknologi
komunikasi-informasi, menyediakan suatu media yang memudahkan komunikasi antar
manusia secara global (Rahardjo, 2006). Seiring dengan berkembangnya
teknologi, kini semakin banyak keluarga yang menggunakan internet untuk tetap
menjalin hubungan dengan orang lain. Terbukti dengan penggunaan email, chat,
instant messaging, bulletin board, listservs, dan juga mailing list yang digunakan
untuk berhubungan dengan orang lain. Selain itu, sejalan dengan perkembangan
teknologi, software aplikasi sosial seperti Instant Messaging, Blog, Wiki, dan
berbagai layanan situs jaringan sosial juga turut berkembang (Beebe dkk, 2008).
Situs jejaring sosial (social networking sites) merupakan suatu situs yang
menawarkan berbagai macam cara untuk berkomunikasi melalui internet dengan
orang-orang baru dari seluruh dunia. Situs ini mengizinkan seseorang untuk
menciptakan halaman profil pribadi secara online dengan mudah dan sederhana,
serta membangun jaringan pertemanan secara online. Pengguna situs ini dapat
berkomunikasi melalui profil mereka baik dengan teman-teman ataupun dengan
Kepopuleran media baru ini meningkat dengan cepat berkat kelebihannya yang
memungkinkan individu-individu menampilkan diri sesuai dengan keinginan
mereka, membangun jaringan sosial yang terdiri dari lingkaran-lingkaran
pertemanan, serta berfungsi untuk memperkuat dan memelihara hubungan
pertemanan (Ellison, dkk, 2007).
Misalnya facebook, salah satu situs jaringan sosial yang paling terkenal di
dunia (Sheldon, 2009). Facebook, situs jaringan sosial online yang ditemukan
oleh Mark Zuckerberg, mulai terbentuk sejak Februari 2004 pada awalnya khusus
diperuntukkan bagi mahasiswa Universitas Harvard, namun kini sudah dapat
digunakan oleh semua orang dan mengalami perkembangan pesat (Stutzman
dalam Limperos dkk, 2008). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
compete.com pada Januari 2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai
situs jaringan sosial yang paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh
para pengguna aktifnya, dan prestasi ini mengalahkan situs jaringan sosial
MySpace, yang berada pada peringkat ke dua (Sheldon, 2009).
Facebook dapat terus bertahan diantara situs jaringan sosial lainnya
disebabkan oleh ukuran dan keberagaman dari anggota pengguna dan aplikasi
yang dimilikinya (Zarghooni, 2007). Aplikasi yang terdapat dalam facebook
memungkinkan setiap orang yang memiliki account untuk menampilkan
informasi personalnya, seperti hobi, musik favorit, kampung halaman, tempat
tinggal begitu juga dengan foto atau gambar pribadi. Selain itu, pengguna juga
dapat mengirimkan pesan yang setara dengan fasilitas pesan elektronik lainnya,
dibandingkan dengan situs jaringan sosial online lainnya (Stutzman dalam
Limperos dkk, 2008).
Data yang diperoleh dari laporan Global Monitor, layanan premium yang
menyediakan data vital tentang perkembangan pengguna facebook, awal
Desember 2009 hingga awal Januari 2010, jumlah pengguna aktif facebook di
dunia naik dari 337 juta ke 350 juta. Sejalan dengan perkembangan pengguna
facebook di dunia, jumlah pengguna facebook di Indonesia pun turut meningkat.
Hal ini didukung oleh jumlah populasi yang besar, Indonesia menempati urutan
ke-2 dalam pertumbuhan pengguna facebook tertinggi di dunia (Jayanti, 2010).
Bahkan Indonesia mendapat julukan sebagai the Republic of the Facebook
dikarenakan perkembangan pengguna facebook di Indonesia yang mencapai 645%
pada tahun 2008. Prestasi ini menjadikan Indonesia sebagai the fastest growing
country on Facebook in Southeast Asia. Angka pertumbuhan ini mengalahkan
pertumbuhan facebook di China dan India yang merupakan peringkat teratas
populasi penduduk di dunia (Sahana dalam Anonimous, 2009).
Berikut data pertumbuhan pengguna facebook di Indonesia dimulai bulan
Desember tahun 2009 hingga bulan Mei 2010 :
Tabel 1. Jumlah Pengguna Aktif Facebook di Indonesia Tahun 2010
Bulan/Tahun Jumlah pengguna (user) Jumlah peningkatan pengguna (user)
Januari/ 2010 15.301.280
Februari/ 2010 17.301.760 2.000.480
Maret/ 2010 19.094.640 1.792.880
April/ 2010 21.027.660 1.933.020
Mei/ 2010 28.000.000 6.972.340
Sebagai sebuah situs jaringan sosial online yang berkembang pesat,
Facebook telah menjadi tempat interaksi sosial diantara para remaja, muda-mudi
dan orang dewasa dari seluruh negara di dunia (Zarghooni, 2007). Data demografi
yang diperoleh dari checkfacebook.com per November 2009 diperoleh bahwa
jumlah pengguna facebook terbesar di Indonesia adalah individu yang berada pada
rentang usia 18-24 tahun yaitu sebesar 41,6% dari keseluruhan total populasi
pengguna facebook di Indonesia. Dari keseluruhan populasi pengguna facebook,
di dominasi oleh pria sebanyak 59,4%, sedangkan wanita sebanyak 40,6%
(Donny, 2010).
Hasil wawancara peneliti dengan salah seorang yang memiliki account di
facebook, menyatakan bahwa dengan menggunakan facebook ia dapat bertemu
kembali dengan teman-temannya yang sudah lama tidak bertemu, selain itu ia
juga dapat menambah kenalan-kenalan melalui facebook. Ia juga menyatakan
bahwa 40% dari keseluruhan temannya di facebook tidak dikenalnya sama sekali.
Berikut kutipan wawancara dengan salah seorang pengguna situs jaringan sosial
yang berinisial IT:
“ ….banyak keuntungan gabung di Facebook, kak. Aku bisa ketemu lagi sama temen-temen lama ku dari Facebook ini. Trus aku juga bisa nambah kenalan-kenalan baru, karena dari keseluruhan temanku di Facebook, ada juga yang gag ku kenal. Sekitar 40% dari jumlah teman yang ku punya, aku gag kenal sama mereka.” (Komunikasi personal, 10 Februari 2010).
Hal ini sejalan dengan temuan yang diperoleh dari hasil survey lapangan
terhadap para pengguna facebook yang dilakukan oleh tim InternetSehat.org-ICT
Watch yang bekerja sama dengan National University of Singapore. Survei ini
total responden adalah sebanyak 180 orang pengguna facebook yang berusia
diantara 14-25 tahun. Hasil survey menyatakan bahwa 64% dari total responden
terkadang langsung melakukan penerimaan atau menyetujui permintaan
pertemanan dari orang yang tidak dikenal untuk menjadi temannya di facebook,
dan 28% dari responden sering melakukan hal tersebut. Selain itu dari hasil survey
ditemukan bahwa sekitar 27% responden menyatakan memilih untuk pergi
sendiri, tanpa ditemani oleh siapapun ketika hendak “kopi darat” dengan kenalan
baru dari facebook (Donny, 2010).
Hal ini sesuai dengan Boyd (dalam Kito, 2005) yang menyatakan bahwa
facebook sebagai sebuah situs jaringan sosial memudahkan individu untuk
bertemu dengan orang lain yang memiliki minat yang sama, mendukung
hubungan renggang, dan khususnya memudahkan individu untuk mengakses
jaringan teman-teman dan orang lainnya, yang berpotensi membuat jaringan
pertemanan menjadi lebih luas dan lebih heterogen.
Tubbs (2003) menyatakan bahwa fasilitas yang dimiliki facebook
memudahkan penggunanya untuk mengirimkan dan berbagi biografi visual untuk
mempertahankan pertemanan dengan kenalan dan untuk mengeksplorasi
hubungan yang dibentuk dengan orang lain yang belum dikenal. Mengetahui
informasi personal merupakan syarat utama ketika seseorang memulai suatu
hubungan interpersonal. Pada hubungan personal yang dibentuk secara online,
kita mengembangkan identitas kita sebagai anggota dari komunitas online tersebut
dan membentuk kesan terhadap anggota lainnya. Jones & Kenny (dalam Wang
ditampilkan secara online yang mencakup beberapa isyarat penting bagi orang
tersebut berguna untuk membentuk kesan terhadap temannya berkomunikasi dan
penampilan secara fisik merupakan petunjuk yang paling dicari.
Hasil penelitian Ellison (2009) mengemukakan 3 tahapan dalam menjalin
hubungan melalui facebook. Tahapan pendekatan yang dilakukan meliputi
initiating, maintaining, dan information seeking. Pada tahap initiating, individu
menggunakan facebook untuk memulai suatu hubungan dengan orang lain.
Steinfield (2009) menyatakan bahwa dalam dunia online individu bertemu dan
berkenalan dengan orang lain pada kelompok dengan minat yang sama. Hal ini
memudahkan individu untuk memperoleh informasi satu sama lain dan
memfasilitasi terjadinya komunikasi. Tahap maintaining individu menggunakan
facebook untuk mempertahankan hubungan atau ikatan yang sudah terjalin.
Kemudian pada tahap information seeking individu menggunakan facebook untuk
memfasilitasi hubungan dengan orang lain, untuk mencari informasi seputar orang
tersebut.
Sheldon (2009) melakukan sebuah penelitian, yang mengungkapkan
bahwa ketika terdapat persepsi ketertarikan diantara dua orang, maka ketertarikan
tersebut akan mendorong seseorang untuk terbuka dan melakukan pengungkapan
diri di facebook, khususnya meningkatnya jumlah topik pembicaraan yang
didiskusikan dengan orang lain. Beberapa penelitian (dalam Devito, 1986)
menemukan bahwa kita akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan
orang yang kita sukai dan sebaliknya kita tidak akan terbuka dan melakukan
bahwa dalam interaksi antara individu dengan orang lain, apakah orang lain
tersebut akan menerima atau menolak kita, bagaimana cara orang lain mengetahui
tentang kita ditentukan oleh bagaimana individu dalam mengungkapkan dirinya.
Beebe(2008) menyatakan pengungkapan diri dapat membangun keintiman
dalam suatu hubungan yang kita bina dengan orang lain. Namun terdapat
perbedaan antara komunikasi langsung dengan komunikasi secara online yaitu
terdapat anonimitas dalam komunikasi online. Wang (2009) juga menyatakan
bahwa komunikasi yang dilakukan secara online menekankan pada kurangnya
petunjuk dalam sebuah interaksi komunikasi dan komunikasi yang terjadi bersifat
anonim. Beebe (2008) menyatakan anonimitas merupakan suatu keadaan dimana
kita tidak mengetahui dengan siapa kita menjalin komunikasi. Hal ini sejalan
dengan Devito (2008) yang mendukung salah satu kerugian ketika kita membina
hubungan secara online kita tidak dapat melihat secara langsung orang yang kita
ajak menjalin hubungan. Selain itu terdapat kemungkinan orang yang berinteraksi
secara online memberitahu informasi yang salah mengenai dirinya dan terdapat
kemungkinan kecil untuk mengetahui kebohongan tersebut.
Hal ini terbukti dalam kasus penipuan yang dialami oleh seorang
pengguna facebook yang berinisial FS, seorang mahasiswi kedokteran yang ditipu
oleh tersangka yang mengaku sebagai serorang mahasiswa kedokteran sebuah
universitas ternama di Yogyakarta. Berkenalan dengan tersangka melalui
facebook dan tertipu oleh bujuk rayunya, hingga FS mengalami kehilangan
dengan pernyataan yang dikatakan oleh Devito (1985) bahwa bahaya dalam
pengungkapan diri dapat menyebabkan kita mengalami kehilangan materi.
Berg & Derlega (dalam Sheldon, 2009) menyatakan pengungkapan diri
merupakan suatu proses mengungkapkan informasi pribadi mengenai seseorang
secara verbal. Menurut Dayakisni (2003) pengungkapan diri terbagi atas dua jenis,
yaitu deskriptif dan evaluatif. Pengungkapan diri yang bersifat deskriptif artinya
individu mengungkapkan fakta tentang dirinya yang mungkin belum diketahui
oleh lawan bicara seperti pekerjaan, tempat tinggal, agama, umur. Pengungkapan
diri yang bersifat evaluatif artinya individu mengungkapkan pendapat atau
perasaan pribadinya misalnya kecemasan individu atas hasil ujian, alasan individu
membenci pekerjaannya. Topik-topik dalam pengungkapan diri dapat berupa
informasi, perilaku, sikap, perasaan, keinginan, motivasi serta ide yang sesuai dan
terdapat dalam diri individu yang bersangkutan.
Kedekatan atau keintiman merupakan elemen terpenting dalam suatu
hubungan interpersonal (Dayakisni, 2009). Sheldon (2009) menyatakan bahwa
pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah
hubungan interpersonal. Sejalan dengan Dayakisni (2009) yang menyatakan
bahwa pengungkapan diri dapat memberikan dampak positif terhadap
perkembangan suatu hubungan, karena melalui proses mengungkapkan informasi
mengenai diri kita, maka kemungkinan dapat membuat hubungan kita dengan
orang lain menjadi lebih intim. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Sheldon
(2009) bahwa pengungkapan diri juga meningkatkan tingkat kepercayaan
lakukan. Selain itu Altman (dalam Kito, 2005) juga menyatakan bahwa
pengungkapan diri juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas
dari suatu hubungan dekat. Hal ini sejalan dengan Devito (1986) yang
menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan faktor penting dalam
membangun suatu hubungan yang bermakna. Tanpa adanya pengungkapan diri,
maka akan sulit membentuk suatu hubungan yang berkualitas.
Hal ini sejalan dengan Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008)
menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam
membangun sebuah hubungan yang kemudian diikuti dengan beberapa proses
dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana seperti pendapat
(kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang mendalam (kualitas)
ketika hubungan terus berlanjut. Devito (1986) menyatakan bahwa terdapat
perbedaan pada setiap individu dalam melakukan pengungkapan diri dalam hal
jumlah, valensi, ketepatan dan kejujuran, keluasan, dan kedalaman informasi yang
diungkapkan. Hubungan yang dijalin dengan orang lain juga mempengaruhi
frekuensi dan kecenderungan kita untuk mengungkapkan diri dengan orang
tersebut. Banyak penelitian yang menyatakan bahwa seseorang lebih sering
melakukan pengungkapan diri kepada orang yang dekat dengan kita, misalnya
dengan pasangan, keluarga, atau teman dekat kita.
Sejalan dengan Beebe dkk (2008) yang menyatakan semakin intim
hubungan kita yang terbentuk dengan orang lain, maka semakin intim sifatnya
informasi yang kita ungkapkan dengan orang tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil
tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada
tingkatan pengungkapan diri yang dilakukan terhadap pasangan dan teman. John
M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe pertemanan
yang mewakili suatu kualitas hubungan, yaitu reciprocity, receptivity, dan
association.
Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini
merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan,
pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang
tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil
dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.
Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan
yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam
hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam
pertemanan ini salah satu pihak menjadi pemberi primer dan pihak lain sebagai
penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap
pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta. Pada tipe pertemanan
yang ketiga yaitu association, adalah pertemanan yang digambarkan sebagai
sebuah hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang
sesungguhnya. Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup
besar dalam tipe pertemanan ini, terdapat keramahan dalam hubungan ini tetapi
tidak intens.
Raven dan Rubin (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan bahwa proses
resiprok (timbal balik). Bila seseorang menceritakan sesuatu yang bersifat pribadi
pada kita, kita akan cenderung memberikan reaksi yang seimbang. Pada umumnya
kita mengharapkan orang lain memperlakukan kita sama seperti kita
memperlakukan mereka. Menurut Taylor (2009) menyatakan bahwa anonimitas
yang terdapat dalam interaksi secara online memudahkan seseorang untuk
mengungkapkan informasi personalnya, hal ini mungkin karena individu merasa
mereka lebih mampu mengekspresikan aspek-aspek penting dari diri mereka saat
mereka melakukan interaksi secara online.
Maka dari itu peneliti ingin melihat bagaimana hubungan antara tipe
pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan pengungkapan diri
pada pengguna situs jaringan social facebook.
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan
antara tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan association dengan
pengungkapan diri pada pengguna facebook.
C. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu psikologi khususnya pada bidang psikologi sosial dan psikologi
melakukan penelitian selanjutnya berkaitan dengan topik tipe-tipe
pertemanan dan pengungkapan diri pada para pengguna facebook.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
individu pengguna facebook mengenai hubungan antara tipe
pertemanan dengan pengungkapan diri yang dilakukan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi para pengguna
facebook, agar berhati-hati dan teliti dalam melakukan pengungkapan
diri, khususnya dalam interaksi komunikasi yang dilakukan secara
online.
D. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah :
BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II : Landasan Teori
Bab ini berisi tinjauan teoritis yang sesuai dengan
variable-variabel dalam penelitian yaitu kesepian dan pengungkapan diri,
hubungan antar variable, kerangka berffikir, dan hipotesa
BAB III : Metodologi Penelitian
Bab ini berisi identifikasi variable penelitian, defenisi operasional
variable, sampel dan teknik pengambilan sampel, metode
pengambilan data, validitas dan realibilitas alat ukur, prosedur
pelaksanaan penelitian, serta metode analisis data yang digunakan
untuk mengolah hasil data penelitian.
BAB IV : Analisa dan Interpretasi Data
Bab ini berisi pengolahan data penelitian meliputi gambaran umu
subjek penelitian, hasil uji asumsi, hasil utama penelitian, dan
hasil tambahan penelitian.
BAB V : Kesimpulan, Saran, dan Diskusi
Bab ini berisi kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian,
diskusi penelitian, dan saran-saran yang diperlukan baik secara
teoritis maupun praktis untuk lebih menyempurnakan penelitian
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengungkapan Diri
1. Defenisi pengungkapan diri
Wrightsman (dalam Dayakisni, 2009) menyatakan pengungkapan diri
merupakan suatu proses menghadirkan diri yang diwujudkan dalam kegiatan
membagi perasaan dan informasi dengan orang lain. Selain itu Morton (dalam
Dayakisni, 2009) juga menyatakan bahwa pengungkapan diri merupakan
kegiatan membagi perasaan dan informasi yang akrab dengan orang lain.
Informasi di dalam pengungkapan diri ini bersifat deskriptif atau evaluatif.
Deskriptif artinya individu melukiskan berbagai fakta mengenai diri sendiri yang
mungkin belum diketahui oleh pendengar seperti, jenis pekerjaan, alamat dan usia.
Sedangkan evaluatif artinya individu mengemukakan pendapat atau perasaan
pribadinya seperti tipe orang yang kita sukai atau hal-hal yang kita sukai atau kita
benci.
Canary (dalam Taylor,dkk, 2009) mengungkapkan pengungkapan diri
sebagai suatu percakapan dimana kita berbagai informasi dan perasaan pribadi
dengan orang lain. Sedangkan Gardner (2002) menyatakan pengungkapan diri
sebagai suatu bentuk tindakan bertukar informasi dengan orang lain mengenai diri
yang mencakup keadaan pribadi, disposisi, pengalaman masa lalu dan rencana
Menurut Devito(1986) pengungkapan diri merupakan sebuah bentuk
komunikasi dimana informasi mengenai diri kita yang biasanya kita sembunyikan
kita beritahukan kepada orang lain. Devito (1985) juga menyatakan beberapa
aspek yang terkandung dalam defenisi ini, yang mencakup :
a. Pengungkapan diri merupakan suatu bentuk komunikasi
b. Pengungkapan diri adalah informasi, dimana informasi yang
dimaksudkan sebagai sesuatu hal yang belum diketahui sebelumnya oleh
si pendengar, dengan kata lain informasi tersebut adalah pengetahuan
baru.
c. Pengungkapan diri adalah informasi mengenai seseorang, yang meliputi
isi pikiran, perasaan dan perilaku seseorang atau mengenai orang lain
yang dekat dengan kita yang memiliki hubungan ketergantungan
signifikan dengan kita.
d. Pengungkapan diri mencakup informasi yang normalnya
disembunyikan. Hal ini bukan hanya sekedar informasi yang belum
diungkapkan sebelumnya, namun mengenai informasi yang sebelumnya
tidak kita ungkapkan dan berusaha untuk menyimpan rahasia tersebut.
e. Pengungkapan diri melibatkan sedikitnya satu orang lain. Dalam
melakukan pengungkapan diri, komunikasi yang dilakukan sedikitnya
diantara dua orang, karena pengungkapan diri bukan merupakan
komunikasi intrapersonal.
Oleh karena beragamnya pendapat para ahli akan pengertian
sebuah bentuk tindakan dimana kita memberitahukan mengenai informasi pribadi
kita kepada orang lain,seperti keadaan pribadi, perasaan, pendapat, pengalaman
masa lalu dan juga harapan di masa depan.
2. Dimensi-dimensi pengungkapan diri
Pengungkapan diri berbeda-beda pada setiap individu dalam lima dimensi
pengungkapan diri sebagai berikut (Devito, 1986):
a. Jumlah
Jumlah dari pengungkapan diri dapat diukur dengan mengetahui frekuensi
pengungkapan diri yang dilakukan individu dan durasi waktu yang
diperlukan untuk megutarakan pernyataan pengungkapan diri tersebut
kepada orang lain. Pengungkapan diri yang baik ditandai dengan frekuensi
yang banyak dan hanya membutuhkan sedikit waktu untuk dapat
mengutarakan suatu pernyataan yang diinginkan.
b. Valensi
Valensi merupakan hal-hal positif atau negatif yang dinyatakan dalam
pengungkapan diri. Individu dapat mengungkapkan diri mengenai hal-hal
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, memuji atau menjelekkan
hal-hal yang ada dalam dirinya. Pengungkapan diri yang baik melibatkan
pernyataan hal-hal yang menyenangkan maupun hal-hal yang tidak
menyenangkan oleh individu.
Ketepatan pengungkapan diri individu dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan individu tentang dirinya. Individu yang memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi tentang dirinya akan dapat mengungkapkan diri
dengan lebih tepat. Pengungkapan diri dapat bervariasi jika dilihat dari
segi kejujurannya. Individu dapat mengungkapkan hal yang sebenarnya
atau cenderung melebih-lebihkan, mengabaikan hal yang penting, atau
berbohong. Pengungkapan diri yang baik adalah ketika individu dapat
memberikan pernyataan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya tanpa
melebih-lebihkan atau mengurangi informasi sehingga orang lain dapat
mengetahui situasi yang akurat.
d. Keluasan
Kemampuan individu untuk mengungkapkan diri sesuai dengan keluasan
yang diinginkan, seberapa besar kemampuan individu dalam mengontrol
informasi yang akan diungkapkan kepada orang lain. Pengungkapan diri
yang baik ditandai dengan kemampuan individu untuk mengungkapkan
diri sesuai dengan seberapa luas informasi yang ingin diungkapkan.
Semakin akrab suatu hubungan ditandai dengan semakin luasnya informasi
yang diungkapkan.
e. Kedalaman
Seberapa besar kedalaman individu dalam mengungkapkan dirinya,
apakah individu hanya mengungkapkan diri yang bersifat permukaan atau
juga mengungkapkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi atau intim.
mampu mengungkapkan hal-hal yang bersifat sangat pribadi dan khusus
tentang dirinya.
3. Tahapan pengungkapan diri
Dalam proses hubungan interpersonal terdapat tahap-tahap yang berbeda
dalam pengungkapan diri. Menurut John Powell (dalam Beebe, 2008),
pengungkapan yang kita lakukan mengenai informasi diri kita berkembang
berdasarkan tahapan berikut ini:
a. Level 5 : Cliché communication.
Pada tahapan ini, pertama kali kita membangun kontak verbal dengan
orang lain dengan mengucapkan sesuatu yang memberitahukan kepada
orang tersebut bahwa kita menerima kehadirannya. Biasanya dengan
mengucapkan kata “Halo” atau “Apa kabar?” merupakan pertanda untuk
memulai suatu hubungan, walaupun singkat dan bersifat mendasar.
b. Level 4: Facts and biographical information.
Setelah menggunakan frase cliché dan memberikan respon untuk
membangun interaksi, biasanya kita melanjutkan dengan mengungkapkan
informasi mengenai diri kita yang sifatnya tidak mengancam, misalnya
nama kita, tempat tinggal, atau usia.
c. Level 3 : Attitudes and personal ideas.
Setelah kita menyebutkan nama dan informasi dasar lainnya, biasanya kita
mulai untuk membicarakan mengenai informasi pribadi kita, misalnya
lainnya. Pada tahapan ini, informasi yang diungkapkan tidak terlalu
terbuka dan tidak terlalu mengancam, namun kita mulai untuk mengatakan
mengenai hal-hal yang kita sukai atau tidak sukai atau pendapat kita
mengenai topik-topik yang tidak bersifat kontroversial.
d. Level 2 : Personal feelings.
Pada tahapan ini, kita mendiskusikan topik-topik dan hal-hal yang sifatnya
lebih pribadi. Setelah kita membina rapport dengan seseorang, kemudian
kita memberitahukan mengenai ketakutan kita, rahasia-rahasia, dan sikap
kita. Secara bertahap semakin meningkat, dan kita mengambil resiko
ketika kita memberitahukan informasi ini kepada orang lain, dan dalam
tahapan ini dibutuhkan adanya rasa percaya untuk memberitahukan
perasaan-perasaan pribadi ini.
e. Level 1 : Peak communication
Powell juga menyebut tahap ini dengan sebutan “gut level” yang dianggap
sebagai tahapan akhir dari pengungkapan diri, dan tahapan ini jarang
sekali dicapai. Hanya dengan teman yang sangat dekat saja kita akan
mengungkapkan beberapa informasi pribadi kita. Powell juga menyatakan
bahwa terdapat kemungkinan dimana kita tidak mencapai tahapan
kedekatan ini dengan pasangan hidup, keluarga, atau anak kita. Tahapan
ini jarang terjadi karena membutuhkan kepercayaan dan melibatkan resiko
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan diri
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam
melakukan pengungkapan diri (Devito, 1986):
a. Pengungkapan diri yang dilakukan orang lain : efek dyad
Secara umum, pengungkapan diri bersifat resiprok, yang memiliki makna
bahwa pengungkapan diri cenderung terjadi ketika oranglain telah
melakukan pengungkapan diri sebelumnya. Hal ini merupakan efek dyad,
ketika individu melakukan pengungkapan diri, maka orang lain akan
melakukan pengungkapan diri sebagai respon dari pengungkapan diri yang
dilakukan sebelumnya. Pengungkapan diri pasangan menyatakan secara
tidak langsung bahwa dalam proses pengungkapan diri terdapat efek spiral
(saling berhubungan) dimana setiap pengungkapan diri individu diterima
sebagai stimulus untuk penambahan pengungkapan diri orang lain.
Pengungkapan diri diantara kedua individu akan semakin baik jika orang
yang mendengarkan bersikap positif dan menguatkan.
b.Jumlah pendengar
Sejumlah ketakutan yang dimiliki individu dalam mengungkapkan diri
membuat pengungkapan diri akan lebih efektif jika dilakukan dalam
jumlah pendengar yang sedikit. Lebih mudah bagi individu untuk
menghadapi reaksi satu orang daripada reaksi kelompok yang terdiri dari
empat atau lima orang. Satu pendengar, akan memudahkan individu untuk
mengontrol apakah pengungkapan diri individu harus dilanjutkan atau
respon. Jumlah pendengar lebih dari satu akan menghasilkan variasi
respon dan apa yang diungkapkan individu akan dianggap sebagai hal
yang umum karena banyak orang yang tahu.
c. Topik
Sidney M. Jourard menyatakan bahwa pengungkapan diri mengenai uang,
kepribadian, dan fisik lebih jarang dibicarakan daripada tentang minat,
sikap, dan pendapat serta pekerjaan.
d. Nilai
Nilai yaitu hal-hal positif atau negatif yang diungkapkan. Pengungkapan
diri tentang hal-hal yang positif akan lebih disukai daripada pengungkapan
diri tentang hal-hal yang negatif. Hal ini dikuatkan oleh penelitian yang
menunjukkan bahwa individu akan mengembangkan ketertarikan pada
individu yang mengungkapkan infromasi diri yang bersifat positif.
e. Jenis kelamin
Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa perempuan lebih terbuka
daripada laki, namun tidak ada perbedaan antara perempuan dan
laki-laki dalam jumlah atau kualitas pengungkapan diri individu menikah.
f. Ras, kebangsaan, dan umur
Individu kulit hitam lebih jarang mengungkapkan diri dibandingkan
individu kulit putih. Individu di negara Amerika lebih mengungkapkan diri
daripada individu di Jerman, Inggris, atau Timur Tengah. Selain itu
pengungkapan diri mengingkat pada usia 17-50 tahun dan menurun setelah
g. Hubungan yang dijalin dengan orang lain
Hubungan yang dijalin dengan orang lain akan mempengaruhi
kemungkinan dan frekuensi pengungkapan diri yang dilakukan. Selain itu
individu cenderung melakukan pengungkapkan diri kepada orang yang
bersifat hangat, penuh pemahaman, memberi dukungan, dan mampu
menerima individu apa adanya. Beberapa penelitian mengungkapkan
bahwa individu lebih sering melakukan pengungkapan diri dengan orang
yang dekat dengan kita, misalnya pasangan (suami/istri), keluarga, atau
teman dekat.
5. Fungsi pengungkapan diri
Menurut Derlega dan Grzelak (dalam Dayakisni, 2009) terdapat lima fungsi
pengungkapan diri, yaitu :
a. Ekspresi (Expression)
Terkadang kita mengalami suatu kekecewaan atau kekesalan dalam
menjalani kehidupan, baik itu yang menyangkut pekerjaan ataupun yang
lainnya. Untuk membuang semua kekesalan itu biasanya kita akan merasa
senang bila bercerita pada seorang teman yang sudah kita percaya. Dengan
pengungkapan diri kita mendapat kesempatan untuk mengekspresikan
perasaan kita.
b. Penjernihan Diri (Self-Clarification)
Dengan saling berbagi rasa serta menceritakan perasaan dan masalah yang
memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang
kita hadapi sehingga pikiran kita akan menjadi lebih jernih dan kita dapat
melihat duduk persoalannya dengan lebih baik.
c. Keabsahan Sosial (Social Validation)
Setelah kita selesai membicarakan masalah yang sedang kita hadapi,
biasanya pendengar kita akan memberikan tanggapan mengenai
permasalahan tersebut. Sehingga dengan demikian, kita akan mendapatkan
suatu informasi yang bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita.,
dan kita berharap dapat memperoleh dukungan sosial atau sebaliknya.
d. Kendali Sosial (Social Control)
Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi
mengenai keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol
sosial.
e. Perkembangan Hubungan (Relationship Development)
Saling berbagi rasa dan informasi mengenai diri kita kepada orang lain
serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam
usaha merintis suatu hubungan sehingga akan semakin meningkatkan
derajat keakraban.
6. Dampak negatif pengungkapan diri
Pengungkapan diri dapat memperkuat rasa suka dan mengembangkan
dalam Taylor, 2009). Taylor (2009) menyatakan beberapa resiko yang terjadi saat
mengungkapkan diri, meliputi :
a. Pengabaian
Ketika mengawali suatu hubungan, kita mungkin berbagi sedikit informasi
dengan orang lain. Ketika pengungkapan diri yang kita lakukan dibalas
oleh pengungkapan diri oleh orang lain, maka hubungan pun berkembang.
Namun terkadang juga ada orang lain yang tidak peduli atau mengabaikan
dengan pengungkapan diri yang kita lakukan dan sama sekali tidak tertarik
untuk mengenal kita.
b. Penolakan
Informasi diri yang kita ungkapkan mungkin menimbulkan penolakan
sosial. Misalnya, seorang mahasiswa mungkin tidak akan mengatakan
kepada teman sekamarnya bahwa ia menderita epilepsi, karena ia khawatir
jika ia mengungkapkan informasi ini maka ia akan mengalami penolakan
dari teman-temannya.
c. Hilangnya kontrol
Terdapat kemungkinan dimana informasi mengenai diri kita yang kita
ungkapkan kepada orang lain dimanfaatkan untuk menyakiti kita atau
mengontrol perilaku kita.
d. Pengkhianatan
Ketika kita mengungkapkan informasi personal kepada seseorang, kita
tersebut dirahasiakan. Namun, ada kalanya orang tersebut berkhianat dan
memberitahukan informasi personal kita kepada orang lain.
B. Teman
Sejak masa kanak-kanak, sebagian besar orang mulai membangun
hubungan pertemanan dengan teman-teman sebaya yang memiliki minat yang
sama. Hubungan pertemanan ini cenderung terdiri dari rasa saling suka yang
didasarkan pada afek positif. Secara umum, memiliki teman merupakan hal yang
positif, sebab teman dapat mendorong self-esteem dan menolong dalam mengatasi
stress, tetapi teman juga dapat memberikan efek negative jika teman bersifat
antisosial, menarik diri, tidak supo rtif, argumentative, atau tidak stabil (Hartup &
Stevens dalam Baron, 2005).
Ketika suatu hubungan akrab sudah terbentuk, maka akan membuat
individu menghabiskan waktu untuk bersama lebih banyak, berinteraksi satu sama
lain pada situasi yang lebih bervariasi, menjadi self-disclosing, saling memberikan
dukungan emosional, dan membedakan antara teman dekat dengan teman yang
lain (Kenney & Kashy, dkk dalam Baron, 2005).
1. Definisi teman
Menurut Yager (2006) teman adalah seseorang yang kita sukai dan
2. Pertemanan
Devito (1986) menyatakan pertemanan adalah salah satu bentuk hubungan
interpersonal diantara adua individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan
dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan
hubungan yang saling menghargai.
Menurut Ahmadi (2007) pertemanan merupakan suatu hubungan
antarpribadi yang akrab atau intim yang melibatkan individu sebagai suatu
kesatuan.
3. Tipe-tipe pertemanan
John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe
pertemanan, yaitu:
a. Reciprocity
Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity ini
merupakan tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan,
pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang
tercipta berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil
dalam hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.
b. Receptivity
Pada tipe pertemanan yang kedua yaitu receptivity, adalah pertemanan
yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak seimbangan yang terjadi dalam
hal memberi dan menerima dalam sebuah hubungan yang terjadi, karena dalam
penerima primer. Ketidakseimbangan yang terjadi bersifat positif, karena setiap
pihak memeproleh suatu hal dari hubungan yang tercipta.
c. Association
Pada tipe pertemanan yang ketiga yaitu association, adalah sebuah
hubungan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang bersahabat namun
bukan sebuah hubungan pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat rasa
percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe pertemanan ini,
terdapat keramahan tetapi tidak intens.
4. Karakteristik pertemaman
Keith Davis(dalam Devito, 1986) menyatakan terdapat 8 karakteristik hal
penting dalam sutau pertemanan, yaitu :
1. Enjoyment
Teman menikmati kebersamaan yang terjalin
2. Acceptance
Teman menerima satu sama lain apa adanya, seorang teman tidak memiliki
kecenderungan untuk mengubah temannya menjadi orang lain.
3. Trust
Teman saling percaya satu sama lain dalam melakukan hal yang
disukainya.
4. Respect
Teman saling menghargai satu sama lain.
Teman dapat menjadi pendamping dan memberikan satu sama lain.
6. Confiding
Teman saling membagi perasaan dan pengalaman.
7. Understanding
Teman mengerti hal apa yang penting dan mengerti alasannya temannya
berperilaku tertentu. Seorang teman merupakan prediktor yang baik dalam
menentukan perilaku dan perasaan temannya.
8. Spontaneity
Seorang teman tidak melakukan dalam self-monitoring, seorang teman
dapat mengekspresikan perasaannya secara spontan, tanpa khawatir bahwa
hal tersebut akan menyebabkan hambatan dalam pertemanannya.
5. Faktor yang mempengaruhi keputusan membina pertemanan
Huyck (dalam Kail & Cavanaugh, 2000) mengatakan bahwa ada empat
faktor yang dapat mempengaruhi dua orang untuk memutuskan membina suatu
pertemanan, yaitu :
1. Kedekatan mereka satu sama lain
2. Kesamaan akan kesukaan mereka terhadap sesuatu dan perilaku
mereka
3. Penghargaan terhadap kepribadian yang mereka miliki
C. Acquitance
Menurut Pogrebin (1987) aquitance adalah orang-orang yang kita kenali
nama atau wajahnya, orang asing yang familiar (familiar stranger) yang kita
temui dan saling bertukar senyum ketika bertemu di jalan, ataupun orang-orang
yang berurusan dengan kita ketika kita berada di tempat-tempat umum: misalnya
tukang pos, pengantar koran, dan lain-lain.
Pada interaksi dengan orang-orang ini kita biasanya mulai merespon
dengan lebih terbuka dan dengan lebih ekspresif dibandingkan dengan
orang-orang yang pertama kali baru kita temui, namun masih berhati-hati dalam
melakukan interaksi. Komunikasi yang terbentuk masih bersifat tidak pribadi.
Terdapat kecenderungan yang rendah untuk membicarakan masalah pribadi,
fantasi, harapan yang tidak tercapai, masalah keluarga, ataupun kondisi keuangan.
Empati dan rasa kebersamaan pun sulit untuk terbentuk, dikarenakan terbatasnya
pengetahuan yang kita miliki mengenai orang tersebut (Devito, 1986).
Maka dapat disimpulkan bahwa aquitance adalah orang-orang yang hanya
kita kenali nama atau wajahnya saja yang merupakan orang asing yang familiar
(familiar stranger) yang sering kita temui namun tidak ada komunikasi yang
intens yang terjadi dan tidak saling mengenal lebih jauh.
D. Facebook
Facebook merupakan sebuah situs jaringan sosial yang terbentuk pada
Februari 2004 oleh seorang mahasiswa Harvard, Mark Zuckerberg. Awalnya
kemudian telah dapat digunakan oleh seluruh masyarakat dunia (Anonimous,
2009).
Aplikasi yang terdapat dalam facebook memungkinkan setiap orang yang
memiliki account untuk menampilkan informasi personal, seperti hobi, musik
favorit, kampung halaman, tempat tinggal begitu juga dengan foto atau gambar
pribadi. Selain itu, pengguna juga dapat mengirimkan pesan yang setara dengan
fasilitas pesan elektronik lainnya, dan facebook juga menampilkan dan
menyediakan informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan situs jaringan
sosial online lainnya (Stutzman dalam Limperos dkk, 2008).
Sheldon (2009) menyatakan bahwa perkembangan facebook begitu pesat,
dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh compete.com pada Januari
2009, facebook mendapat peringkat pertama sebagai situs jaringan sosial yang
paling banyak digunakan di dunia setiap bulan oleh para pengguna aktifnya.
Begitu juga di Indonesia, jumlah pengguna aktif facebook terus meningkat, hingga
Mei 2010 jumlah pengguna aktif facebook di Indonesia telah mencapai angka
28.000.000 orang.
E. Hubungan Antara Tipe Pertemanan Reciprocity, Receptivity Dan
Association Dengan Pengungkapan Diri
Pengungkapan diri memainkan peran penting dalam perkembangan sebuah
hubungan interpersonal (Sheldon, 2009). Altman & Taylor (Limperos dkk, 2008)
menyatakan bahwa proses pengungkapan diri merupakan hal yang penting dalam
beberapa proses dimana individu mengungkapkan informasi yang sederhana
seperti pendapat (kuantitas) pada interaksi awal dan kemudian informasi yang
mendalam (kualitas) ketika hubungan terus berlanjut.
Devito (1986) menyatakan bahwa pengungkapan diri berbeda-beda pada
setiap individu yang terbagi dalam lima dimensi pengungkapan diri, meliputi
jumlah, valensi, ketepatan dan kejujuran, keluasan, dan kedalamannya. Perbedaan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hubungan yang
dijalin dengan orang lain.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gilbert (dalam Kito, 2005), dimana hasil
penelitian tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada tingkatan pengungkapan diri yang dilakukan terhadap pasangan dan teman.
Menurut Devito teman adalah sebuah hubungan interpersonal diantara adua
individu yang bersifat produktif, yang dibentuk dan dipertahankan melalui suatu
pilihan yang bebas, dan dikarakteristikkan dengan hubungan yang saling
menghargai.
John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe
hubungan pertemanan yang mewakili suatu kualitas hubungan pertemanan, yaitu
reciprocity, receptivity, dan association.
Devito (2008) menyatakan bahwa tipe pertemanan reciprocity merupakan
tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan, pengorbanan
yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Pertemanan yang tercipta berdasarkan
pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam hal memberi
Pada tipe receptivity, pertemanan dikaraktreristikkan dengan adanya
ketidakseimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah
hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi
pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer. Ketidakseimbangan yang
terjadi bersifat positif, karena setiap pihak memeproleh suatu hal dari hubungan
yang tercipta (Devito, 1986).
Pada tipe association, pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah
hubungan yang bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya.
Tidak terdapat rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar dalam tipe
pertemanan ini, terdapat keramahan tetapi tidak intens (Devito, 1986).
Penelitian menyatakan bahwa seseorang lebih sering melakukan
pengungkapan diri kepada orang yang dekat dengan kita, misalnya dengan
pasangan, keluarga, atau teman dekat kita. Selain itu beberapa penelitian lain juga
menemukan bahwa kita akan terbuka dan melakukan pengungkapan diri dengan
orang yang kita sukai dan sebaliknya kita tidak akan terbuka dan melakukan
pengungkapan diri dengan orang yang kita sukai. Individu juga cenderung
mengungkapkan diri pada orang yang bersifat hangat, penuh pemahaman,
memberi dukungan, dan mampu menerima individu apa adanya (Devito, 1986).
Devito (1986) menyatakan bahwa hubungan yang terbentuk antara
individu dengan orang lain mempengaruhi frekuensi dan kecenderungan kita
untuk mengungkapkan diri dengan orang tersebut. Hal ini berkaitan dengan
dimensi jumlah dalam dimensi pengungkapan diri yang menekankan pada
Sejalan dengan Beebe dkk (2008) yang menyatakan semakin intim
hubungan kita yang terbentuk dengan orang lain, maka semakin intim sifatnya
informasi yang kita ungkapkan dengan orang tersebut.
F. Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian
ini adalah ada hubungan antara tipe pertemanan reciprocity,receptivity dan
association dengan pengungkapan diri pada pengguna facebook. Makna dari
adanya hubungan ini adalah jika pengguna facebook memiliki tipe pertemanan
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam
pengumpulan data, analisis data dan pengambilan keputusan hasil penelitian
(Hadi, 2000). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
korelasional kuantitatif, dimana penelitian korelasional menurut Azwar (2000)
bertujuan untuk menguji hubungan antara dua variabel. Penelitian ini bertujuan
untuk melihat hubungan tipe-tipe pertemanan reciprocity, receptivity dan
association dengan pengungkapan diri pada pengguna situs jaringan sosial facebook.
Dalam penelitian jenis ini, data yang dikumpulkan hanya untuk
memverifikasi dan menggambarkan ada tidaknya hubungan antarvariabel yang
diteliti, namun tidak dapat menerangkan sebab-sebab hubungan tersebut (Hadi,
2000).
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Untuk dapat menguji hipotesis penelitian terlebih dahulu diidentifikasi
variable-variabel penelitian. Identifikasi variable dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel tergantung
2. Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah “tipe pertemanan reciprocity,
receptivity dan association”.
B. Definisi Operasional
1. Pengungkapan diri
Pengungkapan diri dapat diartikan sebagai suatu bentuk tindakan
mengungkapkan keadaan pribadi, perasaan, pendapat, atau informasi mengenai
diri yang mencakup pengalaman masa lalu dan juga rencana masa depan kepada
orang lain.
Tingkat pengungkapan diri diukur dengan menggunakan skala
pengungkapan diri, yang dibuat berdasarkan dimensi-dimensi pengungkapan diri
yang dikemukakan oleh Devito (1986). Dimensi-dimensi pengungkapan diri
meliputi :
f. Jumlah
Menekankan pada jumlah pengungkapan diri yang dinyatakan dalam
frekuensi/seberapa sering individu tersebut melakukan pengungkapan diri
kepada orang lain dan durasi/jumlah waktu yang digunakan individu tersebut
dalam melakukan pengungkapan diri.
g. Valensi
Menekankan pada informasi yang berupa pendapat, perasaan atau pengalaman
yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang diungkapkan oleh
h. Ketepatan dan kejujuran
Mengukur apakah individu melakukan pengungkapan diri secara tepat dan
jujur sesuai dengan keadaan diri tanpa melebih-lebihkan atau mengurangi
informasi mengenai dirinya.
i. Keluasan
Menekankan pada kemampuan individu untuk mengontrol seberapa luas
informasi yang akan disampaikan kepada orang lain, semakin akrab suatu
hubungan ditandai dengan semakin luasnya informasi yang diungkapkan.
j. Kedalaman
Mengukur seberapa dalam informasi yang diungkapkan oleh individu, apakah
informasi tersebut bersifat pribadi atau umum.
Tingkat pengungkapan diri dapat dilihat dari skor nilai yang diperoleh dari
skala tersebut. Jika semakin tinggi nilai skala, maka semakin tinggi tingkat
pengungkapan diri yang dilakukan. Demikian pula sebaliknya, jika semakin
rendah nilai skala, maka semakin rendah tingkat pengungkapan diri yang
dilakukan.
2. Pertemanan
Devito (1986) menyatakan pertemanan sebagai salah satu bentuk
hubungan interpersonal diantara dua individu yang bersifat produktif, yang
dibentuk dan dipertahankan melalui suatu pilihan yang bebas, dan
John M. Reisman(dalam Devito, 1986) menyatakan bahwa terdapat 3 tipe
pertemanan, yaitu:
d. Reciprocity
Tipe pertemanan yang ideal yang memiliki karakteristik kesetiaan,
pengorbanan yang meliputi kasih sayang dan murah hati. Hubungan yang tercipta
berdasarkan pada keseimbangan, dimana tiap individu berbagi secara adil dalam
hal memberi dan menerima keuntungan yang ada dalam sebuah hubungan.
e. Receptivity
Tipe pertemanan yang dikaraktreristikkan dengan adanya ketidak
seimbangan yang terjadi dalam hal memberi dan menerima dalam sebuah
hubungan yang terjadi, karena dalam pertemanan ini salah satu pihak menjadi
pemberi primer dan pihak lain sebagai penerima primer.
f. Association
Tipe pertemanan yang digambarkan sebagai sebuah hubungan yang
bersahabat namun bukan sebuah pertemanan yang sesungguhnya. Tidak terdapat
rasa percaya, memberi atau menerima yang cukup besar, terdapat keramahan
dalam hubungan ini tetapi tidak intens.
C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel
1. Populasi dan sampel
Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi
dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu
memiliki dan menggunakan facebook yang ada di kota Medan. Menyadari luasnya
keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek subjek
penelitia yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan
sampel. Sampel adalah sebahagian dari populasi yang merupakan penduduk yang
jumlahnya kurang dari populasi. Sampel adalah sebagian dari populasi yang
digunakan untuk menentukan sifat-sifat serta ciri-ciri yang dikendalikan dari
populasi. Sampel harus memiliki paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000).
Subjek penelitian menurut Azwar (2001) adalah sumber utama data
penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variable yang akan diteliti.
Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitasnya.
Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Individu yang memiliki dan menggunakan facebook
b. Berusia 18- 40 tahun, yang merupakan individu yang berada pada masa
dewasa awal (Hurlock, 1980).
Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi,
maka penulis hanya memilih sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan
sebagai subjek penelitian yang disebut dengan sampel (Hadi, 2000). Karakteristik
sampel yang digunakan sama dengan karateristik populasi. Mengenai jumlah
sampel penelitian tidak ada batasan berapa jumlah ideal yang seharusnya dalam
suatu penelitian. Statistika menganggap bahwa sampel yang lebih dari 60 subjek
sudah cukup banyak. Semakin banyak jumlah sampel akan semakin baik karena