• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

MOHAMMAD FAUZI HADI

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

Narmada Lombok Barat. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR.

Kompleks Taman Narmada di Lombok Barat adalah salah satu peninggalan masa lalu yang memiliki nilai sejarah dan budaya. Kegiatan budaya yang saat ini masih ada di Taman Narmada adalah ritual keagamaan Hindu. Ritual agama Hindu biasa dilakukan di salah satu Pura yang terletak di Puncak Taman Narmada. Taman Narmada perlu dilestarikan karena memiliki nilai sejarah dan budaya yang ada di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan memetakan komponen artefak dan lanskap pembentuk kompleks Taman Narmada dan fungsinya di masa lalu dan masa sekarang, mengidentifikasi dan menganalisis sumber daya air di Kompleks Taman Narmada dan ketergantungan masyarakat akan adanya sumber air tersebut yang menunjukkan fungsi sosial Taman Narmada, serta memberi rekomendasi berupa rencana pemanfaatan dan pengelolaan Taman Narmada yang lebih sesuai dan menguntungkan masyarakat. Penelitian ini menggunakan beberapa metode, yaitu survei lapang, wawancara, pemetaan budaya, Piagam Burra, dan skoring Likert. Penggunaan Likert adalah untuk merumuskan rekomendasi pengelolaan lanskap Narmada dengan menggunakan penilaian untuk menghitung nilai internal dan eksternal untuk mencari nilai terbesar yang dijadikan rekomendasi alternatif. Hasil penelitian ini adalah berupa rekomendasi pengelolaan Taman Narmada. Rekomendasi ini diharapkan menjadi rekomendasi pengelolaan, pelestarian dan pemanfaatan bagi pemerintah Lombok Barat Kata kunci: Kompleks Taman Narmada, Pemetaan Budaya, Piagam Burra, Rencana Pengelolaan

ABSTRACT

MOHAMMAD FAUZI HADI. Study of Historical Landscape Character at Narmada Park Complex, West Lombok. Supervised by ARIS MUNANDAR

Narmada Park Complex in West Lombok is one of the relics of the past which has historical and cultural value. The cultural activity which is still exist in Narmada Park is the ritual of Hindu. The ritual of Hindu religion is usually done at Pura that located on the top of Narmada Park. Narmada Park need to be preserved because of that historical and cultural value. The purpose of this study is to identify and to map The Narmada Park Complex and function of the growing values and culture, to identify and analyze the availability of water for the local community, and give a recommendation for Narmada Park’s management. This study use several methods: the ground survey, the social interview, Cultural Mapping, Burra Charter, and Likert scoring. The use of Likert scoring is to formulate a management recommendation of Narmada landscape by using an assessment to calculate internal and external value to find biggest value that become an alternative recommendation. The result of this study are management recommendation and utilization recommendation of Narmada Park. This recommendations are expected to become management, preservation, and utilization recommendation for the government of West Lombok.

(5)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(6)
(7)

TAMAN NARMADA LOMBOK BARAT

M FAUZI HADI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur Lanskap

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

NIM : A44110079

Disetujui oleh

Dr. Ir. Aris Munandar, MS. Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Bambang Sulistyantara, MAgr. Ketua Departemen

(10)
(11)

segala karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Studi Karakter Lanskap Sejarah Kompleks Taman Narmada Lombok Barat” berhasil diselesaikan. Penelitian ini disusun dalam rangka memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Arsitektur Lanskap dari Institut Pertanian Bogor.

Atas semua bimbingan, bantuan, dukungan, dan perhatian yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas limpahan rahmat yang telah diberikan,

2. Kedua orangtua dan adik, dr. H. Tono Rustiano, MM dan Ati Sulastri, S.Tr.Keb, M Natsir Ramadhan, dan Afina Syifa Bila Dina yang selalu memberi dukungan, semangat dan doa.

3. Dr. Ir. Aris Munandar, MS. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, kritik, dan saran selama pengerjaan skripsi.

4. Ibu Dewi Rezalini Anwar, SP, MAdes. selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan, perhatian, dan arahannya selama penulis menjalani kegiatan akademik.

5. Drs. Tawalinuddin Haris, MS. selaku arkeolog dan narasumber ahli.

6. Pemerintah Provinsi NTB dan Kabupaten Lombok Barat terkait atas informasi dan data yang diberikan selama kegiatan penelitian berlangsung. 7. Teman-teman terdekat SYAW17, (Alm.) Dimas, Arief, Dikka, Fiandy,

Norray, Opay, dan Ponco yang selalu memberikan semangat.

8. Putri Ajrina selaku pendamping selama penulis menjalani perkuliahan.

9. Danar, Robby, Rusli, Astrie, Gigih, dan semua teman-teman seperjuangan ARL 48 yang selalu saling membantu dalam suka maupun duka.

10. Teman-teman kostan Griya Indah yang selalu membuat hari-hari penulis penuh canda dan tawa.

11. Senior ARL 47 dan 46 yang sudah memberikan bantuan dan masukan selama proses pengerjaan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi penulis dan Pemerintah Kabupaten Lombok Barat.

Bogor, Januari 2016

(12)
(13)

DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Lanskap Sejarah 4

Lanskap Budaya 4

Cagar Budaya 5

Pelestarian, Pengembangan, dan Pengelolaan Lanskap Bersejarah 6 Nilai Signifikansi Objek Menurut Piagam Burra (ICOMOS) 7

Cultural Mapping 8

METODOLOGI 10

Tempat dan Waktu Penelitian 10

Alat dan Bahan 10

Tahapan dan Metode Penelitian 12

KONDISI UMUM 17

Administrasi dan Geografis 17

Kondisi Fisik dan Biofisik 17

Aspek Sosial 22

Kondisi Umum Taman Narmada 22

HASIL DAN PEMBAHASAN 24

Latar Sejarah 24

Identifikasi Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada 30

Analisis Perubahan Karakter Taman Narmada 43

Analisis Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada 45 Analisis Sumber Daya Air, Ketergantungan, dan Partisipasi

Masyarakat Terhadap Taman Narmada

48

Rencana Pelestarian, Pengelolaan, dan Pemanfaatan 50

SIMPULAN DAN SARAN 54

Simpulan 54

Saran 54

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 56

(14)

2 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian 11

3 Jenis Data, Bentuk Data, dan Sumber Data 11

4 Kriteria Penilaian Objek 13

5 Skor Penilaian Komponen Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

15

6 Skor Ideal Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

15

7 Rating Scale Penilaian Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

16

8 Indeks Jawaban Masing-masing Kategori Terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

16

9 Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada

16

10 Luas Wilayah Desa Narmada Menurut Jenis Penggunaan Tanah 18

11 Jenis Tanaman di Taman Narmada 20

12 Daftar Mata Air di Kecamatan Narmada 20

13 Data Iklim Tahun 2014 22

14 Jumlah Penduduk Desa Narmada 22

15 Pengunjung tahun 2013 23

16 Pengunjung tahun 2014 23

17 Data Debit Air Bulanan tahun 2014 41

18 Taman Narmada Berdasarkan Periode 43

19 Hasil Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Objek dan Perbandingan dengan Fakta Lapangan

45

20 Perhitungan Indeks Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada.

49

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Penelitian 3

2 Lokasi Penelitian 10

3 Peta Situasi Taman Narmada 10

4 Tahapan Penelitian yang Merujuk pada Piagam Burra 12

5 Pendekatan Cultural Mapping 12

6 Proses Perencanaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada menurut Piagam Burra

13

7 Fasilitas (a) Karcis; (b) Tempat sampah di kompleks taman; (c) Tempat duduk; (d) Flying Fox.

18

8 (a) Museum Taman Narmada; (b) Kolam renang; (c) Toilet umum; (d) Children playground; (e) Food court; (f) Souvernir shop.

19

9 Neraca Air Pulau Lombok 21

10 Peta situasi Taman Narmada tahun 1899 oleh P De Roo de la faille 26

11 Candi Bentar setelah dipugar 28

(15)

14 Peta inventarisasi objek di Komplek Taman Narmada 30

15 Candi Bentar 31

16 Halaman Jabalkab 31

17 Telaga kembar 32

18 Halaman Mukedas 33

19 Bale Loji 33

20 Sanggah (Merajan) 34

21 Bale terang 35

22 Halaman Pasarean 35

23 Halaman Bencingah 36

24 (a) Telaga agung tahun 1911; (b) Telaga Agung sekarang 37 25 (a) Kolam Putri Duyung tahun 1930; (b) Kolam Renang saat ini 38

26 Kolam Padmawangi 39

27 Bale Pentirtaan 40

28 Pura Kelasa 41

29 Sungai Remeneng 42

30 Taman Presak 42

31 Alur Sumber Air dan Gambar Elevasi 44

32 Cultural Mapping Kompleks Taman Narmada 47

33 Skema alur sumber daya air 48

34 (a) Vandalisme di Candi bentar; (b) Vandalisme di Halaman Jabalkab; (c) Sampah

50

35 Peta jalur interpretasi wisata sejarah Taman Narmada 54

DAFTAR LAMPIRAN

1 Format Kuesioner Penilaian Kualitas Lanskap Taman Narmada 56 2 Format Kuesioner Persetujuan Masyarakat Mengenai Rencana

Pemanfaatan dan Pengelolaan Kompleks Taman NarmadaSecara Keseluruhan

62

3 Rincian Penilaian Artefak oleh Masyarakat 64

4 Rincian Penilaian Persepsi Masyarakat Tentang Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada

(16)
(17)

Latar belakang

Seiring berkembangnya zaman, proses perkembangan lanskap sejarah di Indonesia dari masa lampau hingga masa kini masih berlangsung. Hal ini terjadi mengingat indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki 13.487 pulau besar maupun kecil yang memiliki suku dan budaya beragam dan sejarah yang sangat banyak. Dalam suatu lanskap dapat memiliki fungsi yang berbeda dari masa ke masa. Hal ini menjadikan keberadaan tapak lanskap tersebut sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat yang ada di sekitarnya. Manfaat dari keberadaan tapak tersebut antara lain berupa keuntungan ekonomi, spiritual, rekreasi, maupun wisata.

Untuk menilai manfaat dan pengaruh dari suatu lanskap sejarah diperlukan sebuah penilaian dan analisis yang dilakukan terhadap tapak tersebut, masyarakat sekitar, dan budaya yang berkembang. Hal tersebut bertujuan untuk menemukan perkembangan fungsi dan pengaruh dari tapak tersebut bagi sekitarnya dari masa lalu hingga sekarang terhadap budaya dan kebiasaan masyarakat sekitar.

Taman Narmada (Istana Musim Kemarau) merupakan salah satu contoh tapak lanskap sejarah yang memiliki nilai budaya dan nilai sejarah yang tinggi. Salah satu budaya yang tetap terjaga sampai saat ini adalah masih rutinnya ritual keagamaan Hindu yang biasa dilakukan di Pura yang terletak di puncak Taman Narmada. Selain Taman Narmada, terdapat pula Taman Mayura yang disebut dengan Istana Musim Hujan dan dibangun sebelum Taman Narmada. Taman Narmada didirikan karena pada saat itu Taman Mayura dilanda kekeringan, sehingga pada musim paceklik tersebut keluarga raja serta para pengikutnya pindah ke suatu tempat yang memiliki air berlimpah. Taman Narmada merupakan suatu kompleks bangunan cagar budaya sesuai dengan UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 dengan daftar induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbakala pusat No. 1829. Berdasarkan peraturan yang berlaku, pemerintah harus melindungi kelestarian Taman Narmada.

Keberadaan Taman Narmada saat ini tidak lebih hanya sebagai sebuah kawasan taman rekreasi yang didalamnya pengunjung menghabiskan waktunya. Dan tidak sedikit masyarakat yang tidak mengetahui sejarah terbentuknya kompleks taman ini, sehingga nilai-nilai yang didalamnya sudah pudar. Ditambah lagi dengan pemugaran-pemugaran yang tidak sebagaimana mestinya, sehingga tidak lagi memperlihatkan karakter Taman Narmada yang ada di masa lalu.

(18)

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi dan memetakan komponen objek dan elemen pembentuk lanskap kompleks Taman Narmada dan fungsinya di masa lalu dan masa sekarang.

2. Mengidentifikasi dan menganalisis sumber daya air di Kompleks Taman Narmada dan ketergantungan masyarakat akan adanya sumber air tersebut yang menunjukkan fungsi sosial Taman Narmada.

3. Pemberian rekomendasi berupa rencana pelestarian, pemanfaatan dan pengelolaan Taman Narmada yang lebih sesuai.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sebuah rekomendasi dan informasi terhadap pemerintah daerah dan masyarakat sekitar agar dapat memanfaatkan, melindungi dan melestarikan budaya dan nilai yang sudah turun menurun ada di kompleks Taman Narmada tersebut.

Kerangka Penelitian

(19)

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Tatanan Lanskap Taman Narmada

Analisis Pemanfaatan Sumber Daya Air Taman Narmada

Upaya Pelestarian

Rencana Pengelolaan dan Pemanfaatan: a. Planning with people

b. Sentra pertanian dan pusat kebudayaan

(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Lanskap Sejarah

Lanskap sejarah merupakan lanskap yang berasal dari masa lampau, yang didalamnya terdapat bukti fisik tentang keberadaan manusia. Lanskap tersebut berkaitan dengan kontribusi manusia terhadap karakter lahan yang ada (Harvey dan Buggey, 1988). Lanskap sejarah juga merupakan bentang alam dengan karakteristik tertentu yang dapat digolongkan sebagai keindahan (beauty) bila memiliki kesatuan harmoni dalam hubungan antar seluruh komponen pembentuknya dan dikatakan ugliness apabila tidak terdapat kesatuan (unity) diantara komponen-komponen pembentuknya (Simonds,1983).

Dalam konteks sejarah, menurut Goodchild (1990) lanskap merupakan era tertentu yang memiliki karakteristik berupa komposisi beberapa fitur yang menjadikan area tersebut dapat dikenali dan diakui. Tipe-tipe tersebut antara lain:

1. Lanskap perdesaan, yang mencirikan karakter desa pada periode waktu tertentu pada masa lalu,

2. Lanskap perkotaan, yang mencirikan karakter kota pada periode waktu tertentu di masa lalu,

3. Lanskap industry, yang memiliki bukti-bukti fisik sebagai lokasi penting dalam perkembangan industri,

4. Lanskap yang terkait dengan bangunan atau monument sejarah dari individu atau sekelompok masyarakat,

5. Taman dan tempat rekreasi bersejarah,

6. Lanskap yang berhubungan dengan seseorang atau peristiwa penting dalam sejarah,

7. Lokasi yang sejak dulu telah dikenal karena pemandangannya yang indah.

Goodchild (1990) juga menyatakan bahwa suatu lanskap dikatakan bernilai sejarah bila mengandung satu atau lebih alasan berikut:

1. Lanskap tersebut merupakan suatu contoh penting dan harus dihargai dari suatu tipe lanskap atau taman,

2. Mengandung bukti-bukti penting dan menarik untuk mempelajari sejarah tentang tata guna lahan, lanskap dan taman, atau sikap budaya terhadap lanskap atau taman,

3. Memiliki keterkaitan dengan seseorang, masyarakat atau peristiwa sejarah yang penting,

4. Menandung nilai-nilai yang terkait dengan bangunan-bangunan bersejarah, monumen-monumen atau tapak-tapak bersejarah lainnya.

Lanskap Budaya

(21)

Sedangkan menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001) lanskap budaya merupakan suatu model atau bentuk dari lanskap binaan, yang dibentuk oleh suatu nilai budaya yang dimiliki suatu kelompok masyarakat yang dikaitkan dengan sumber daya alam dan lingkungan yang ada pada tempat tersebut. Lanskap tipe ini merupakan hasil interaksi antara manusia dan alam lingkungannya yang merefleksikan adaptasi manusia dan juga perasaan dan ekspresinya dalam menggunakan dan mengelola sumberdaya alam dan lingkungan yang terkait dengan kehidupannya. Hal ini diekspresikan kelompok-kelompok masyarakat dalam bentuk dan pola pemukiman dan perkampungan, pola penggunaan lahan, sirkulasi, arsitektur, dan struktur bangunan serta yang lainnya.

Tishler dalam Nurisjah dan Pramukanto (2001) menyatakan bahwa lanskap budaya memiliki hubungan erat dengan aktivitas manusia, performa budaya dan juga nilai dan tingkat estetika, termasuk kejadian-kejadian kesejarahan yang dimiliki kelompok tersebut. Dinyatakan bahwa kebudayaan merupakan agen atau perantara dalam proses pembentukannya dan lanskap budaya merupakan hasil atau produknya yang dapat dilihat dan dinikmati keberadaannya baik secara fisik maupun psikis.

Cagar Budaya

Warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan disebut dengan Cagar Budaya. Menurut UU No. 11 tahun 2010, Bab 3 pasal 5, kriteria benda, bangunan, atau struktur yang bisa menjadi cagar budaya adalah sebagai berikut:

1. Berusia 50 (lima puluh) tahun atau lebih;

2. Mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 (lima puluh) tahun; 3. Memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan,

agama, dan/atau kebudayaan; dan

4. Memiliki bilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.

Pelestarian cagar budaya dijelaskan pada Bab 7 Pasal 53, yaitu sebagai berikut:

1. Pelestarian Cagar Budaya dilakukan berdasarkan hasil studi kelayakan yang dapat dipertanggungjawabkan secara akademis, teknis, dan administratif.

2. Kegiatan Pelestarian Cagar Budaya harus dilaksanakan atau dikoordinasikan oleh Tenaga Ahli Pelestarian dengan memperhatikan etika pelestarian.

3. Tata cara Pelestarian Cagar Budaya harus mempertimbangkan kemungkinan dilakukannya pengembalian kondisi awal seperti sebelum kegiatan pelestarian.

(22)

Sedangkan untuk perlindungan Cagar Budaya tertuang pada Bab 7 Pasal 56 yang menerangkan bahwa setiap orang dapat berperan serta melakukan perlindungan Cagar Budaya.

Pelestarian, Pengembangan dan Pengelolaan Lanskap Bersejarah Menurut Nurisjah dan Pramukanto (2001), pelestarian lanskap bersejarah adalah usaha manusia untuk melindungi peninggalan atau sisa budaya dan sejarah terdahulu yang bernilai dari berbagai perubahan negative yang merusak keberadaannya atau nilai yang dimilikinya. Tujuan dari upaya ini adalah untuk memberikan kualitas kehidupan masyarakat yang lebih baik berdasar kekuatan asset-aset budaya lama dan melakukan pencangkokan program-program yang menarik dan kreatif, berkelanjutan, pasrtisipatif dengan memperhitungkan estimasi ekonomi.

Nurisjah dan Pramukanto (2001) juga mengemukakan bahwa tujuan pelestarian lanskap terkait dengan aspek dan budaya secara lebih spesifik adalah untuk:

1. Mempertahankan warisan budaya/sejarah yang memiliki karakter spesifik suatu kawasan.

2. Menjamin terwujudnya ragam dan kontras yang menarik dari suatu kawasan tertentu yang relatif modern akan memiliki kesan visual dan sosial yang berbada.

3. Memenuhi kebutuhan psikis manusia, untuk dapat melihat dan merasakan eksistensi dalam alur kesinambungan masa lampau-masa kini-masa depan yang tercermin dalam objek/lanskap untuk selanjutnya dikaitkan dengan harga diri, percaya diri, dan sebagai identitas diri dari suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. 4. Menjadikan motivasi ekonomi, dapat mendukung perekonomian

kota/daerah bila dikembangkan sebagai kawasan tujuan wisata.

5. Menciptakan simbolisme sebagai manifestasi fisik dari identitas suatu masyarakat tertentu.

Sementara Goodchild (1990) mengemukakan beberapa alasan untuk melestarikan lanskap bersejarah, yaitu sebagai berikut:

1. Lanskap bersejarah merupakan bagian yang penting dan integral dari warisan budaya (cultural heritage). Lanskap bersejarah dapat menjadi bukti fisik dan arkeologi dari sejarah suatu lanskap warisan budaya. 2. Lanskap bersejarah memberi kontribusi terhadap keberlanjutan

kehidupan berbudaya, keberadaannya dapat dimanfaatkan sebagai objek yang dapat dikunjungi dan dipelajari.

3. Lanskap bersejarah dapat memberikan suatu kenyamanan public (public amenity), karena dapat menjadi tempat bersantai, rileks, rekreasi, serta dapat membangkitkan semangat dan menemukan inspirasi.

4. Lanskap bersejarah memiliki nilai ekonomis karena dapat memberikan keuntungan serta mendorong kepariwisataan.

(23)

beberapa tindakan dengan kombinasi yang berbeda (Goodchild, 1990). Beberapa tindakan pelestarian tersebut diantaranya adalah:

1. Rekonstruksi, yaitu mengembalikan keadaan suatu objek atau tempat yang pernah ada, tetapi sebagian besar telah hilang atau sama sekali hilang.

2. Preservasi, yaitu menjaga suatu objek pada kondisi yang ada, dengan mencegah kerusakan dan perubahan.

3. Pemberian informasi, sebagai pedoman atau saran kepada pengelola, penghuni, dan pihak yang terkait, seperti pemerintah.

4. Meningkatkan pengelolaan dan perawatan pada tapak.

5. Perbaikan objek, yaitu memperbaiki objek yang telah rusak atau keadaaannya telah memburuk dengan tidak merubah karakter atau keutuhan objek.

6. Meningkatkan karakter sejarah pada tapak melalui tindakan perbaikan, rekonstruksi, atau pembuatan desain baru berdasarkan nilai sejarah. 7. Stabilitas dan konsolidasi, yaitu memperbaiki dan menyelamatkan

suatu objek dari segi struktur tanpa mengubah atau dengan perubahan yang minimal pada penampakan dan keutuhan sejarahnya.

8. Memperbaiki karakter estetis dari tapak melalui tindakan perbaikan, pembaharuan, rekonstruksi, atau desain baru berdasarkan nilai sejarah. 9. Adaptasi atau revitalisasi, yaitu menyesuaikan suatu objek pada

kawasan untuk keadaan atau penggunaan baru yang sesuai, yang dilakukan dengan pemahaman mendalam terhadap karakter sejarah yang dimiliki objek, sehingga karakter dan keutuhan kawasan asli dapat tetap dipelihara.

Nilai Signifikansi Objek Menurut Piagam Burra (ICOMOS)

Piagam ICOMOS (International Charter for the Conservation and Restoration of Monuments and Sites) sebagai panduan untuk konservasi dan pengelolaan tempat-tempat bersignifikansi budaya (tempat-tempat warisan budaya) dan disusun berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman para anggota ICOMOS. Piagam ini dapat diterapkan pada semua jenis tempat yang mempunyai signifikansi budaya termasuk tempat-tempat alam (natural), asli (indigenous), dan tempat-tempat bersejarah yang memiliki nilai budaya. Pada Pasal 1,disebutkan bahwa pada butir ke:

1. Tempat artinya situs, area, lahan, lanskap, bangunan atau konstruksi sejenis, kelompok bangunan atau konstruksi sejenis, dan dapat juga termasuk komponen, isi, ruang, dan pemandangan.

2. Signifikansi budaya artinya nilai-nilai estetis, historis, ilmiah, sosial, atau spiritual untuk generasi dahulu, kini atau masa datang.

(24)

terkait, dan objek-objek terkait. Signifikansi budaya dapat berubah akibat dari kontinuitas sejarah suatu tempat. Piagam Burra memberikan panduan untuk konservasi dan pengelolaan tempat-tempat bersignifikansi budaya dan menetapkan standar bagi pihak-pihak yang akan memberikan saran, membuat keputusan, atau menangani pekerjaan pada tempat-tempat tersebut. Tahapan dalam Piagam Burra adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui dan mengenali tapak 2. Menilai makna budaya

3. Mengidentifikasi semua faktor dan masalah 4. Pembuatan kebijakan

5. Persiapan rencana pengelolaan 6. Penerapan rencana pengelolaan

7. Pemantauan hasil dan mengkaji rencana pengelolaan.

Cultural Mapping

Moore dan Borrup (2006) menjelaskan bahwa cultural mapping tidak hanya merupakan metode katalogisasi atau mapping aset-aset budaya terhadap suatu komunitas, tetapi juga merupakan sebuah alat yang berfungsi untuk keterlibatan masyarakat di dalamnya. Cultural mapping adalah proses identifikasi semua aset budaya baik berupa benda maupun non-benda dalam satu area geografis tertentu dan kemudian menyatakannya dalam bentuk data tertulis maupun data visual. Culture atau budaya yang dimaksud termasuk diantaranya seni, warisan, kepercayaan, dan lingkungan yang memberikan identitas bagi masyarakat. Aset dapat berupa fasilitas, organisasi, orang, ide, adat istiadat, dan hubungan yang berkontribusi terhadap cara hidup di tempat tertentu. Sementara komunitas atau community yang dimaksud mengacu pada sekelompok masyarakat dalam suatu wilayah geografis tertentu, misalnya bagian negara, wilayah, kota, dan ketetanggaan (neighborhoods).

Melibatkan masyarakat dalam proses culture mapping dapat mengembangkan rasa perbedaan (diversity) dan kesamaan (equality), membangun identitas masyarakat, dan mendukung keberlanjutan budaya sembari menyusun daftar aset budaya masyarakat yang dapat dimanfaatkan. Terdapat lima langkah utama dalam suatu cultural map, yaitu Planning, Mapping Design, Community Support & Insight, Creating the Map, dan Finalizing the Map (Tabel 1)

Tabel 1 Langkah Utama Cultural Mapping

No Langkah Deskripsi

1 Planning (Perencanaan)

- Proses pemetaan budaya harus dimulai dengan kapasitas internal dan penilaian keterhubungan masyarakat. Dalam hal ini, pemeriksaan internal diperlukan untuk memastikan bahwa semua ide, sumber daya, dan kemitraan yang dibangun dapat terorganisir.

(25)

Tabel 1 Langkah Utama Cultural Mapping (lanjutan) tertulis, peta GIS (Geographic Information System), atau peta yang digambar manual. Desain yang dipilih tidak hanya bergantung pada teknologi dan pendanaan yang ada, tetapi juga pada kualitas lingkungan

- Mengumumkan proyek pemetaan budaya kepada komunitas, mengajak masyarakat untuk ikut serta, dan mengadakan berbagai pertemuan dan forum kelompok atau focus groups.

- Pengumuman ini adalah sebagai cara untuk menemukan identitas atau karakter unik dari masyarakat atau untuk mempelajari secara lebih mendetil mengenai aset-aset budaya yang dimiliki. 4 Creating the

Map (Membuat Peta)

- Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan peta budaya krusial untuk dipertahankan, bahkan hingga proses implementasi kedepannya.

- Transparasi dibutuhkan untuk membangun kepercayaan di antara organisasi yang menyusun peta dan masyarakat yang terlibat.

5 Finalizing the Map (Finalisasi Peta)

- Peta budaya diperkenalkan ke masyarakat umum untuk membuat mereka antusias meningkatkan keterlibatan masyarakat secara lebih luas.

(26)

METODOLOGI

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kompleks Taman Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi berlangsung selama lima bulan yaitu mulai bulan Mei 2015 hingga September 2015.

Gambar 2 Lokasi Penelitian Sumber : Google Maps 2014

Gambar 3 Peta Situasi Taman Narmada

Alat dan Bahan

(27)

Tabel 2 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Alat dan Bahan Fungsi

Alat

Kamera Digital Melakukan survei pengambilan gambar Objek dan Artefak pada situs

GPS Menetapkan titik lokasi Objek dan melakukan ground true check

Laptop Mengoperasikan berbagai software dan pengolahan data

Bahan Peta dasar Peta landuse

Menunjang data spasial Menunjang data spasial Kuesioner

Data soft copy

Mendapatkan data responden Menunjang data spasial

Tabel 3 Jenis Data, Bentuk Data, dan Sumber Data

Jenis Data Bentuk Data Sumber Data

Fisik Letak Tapak Bappeda, Studi Pustaka,

Survei Lapang

Topografi Bapedda, Studi Pustaka

Survei Lapang

Aksesibilitas dan Sirkulasi Bapedda, Survei Lapang

Penutupan dan Penggunaan Lahan

Citra satelit,Bappeda, Survei lapang

Biofisik Vegetasi Studi Pustaka dan Survei

Lapang

Iklim BMKG

Hidrologi Bappeda, Survei Lapang

Kependudukan dan Kelembagaan Lokal

Demografi Penduduk Masyarakat Setempat, Pemerintah Daerah Objek menurut Harris dan Dines (1988):

- Kualitas Estetik

(28)

Tahapan dan Metode Penelitian

Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4

Gambar 4 Tahapan Penelitian yang Merujuk pada Piagam Burra

a. Persiapan

Sebelum melakukan penelitian tersebut diperlukan surat izin guna melancarkan proses penelitian dan juga persiapan alat dan bahan yang diperlukan. Pada tahap ini, dilakukan juga penelusuran pustaka terkait guna menunjang hasil dari penelitian ini.

b. Inventarisasi

Dalam proses ini tapak diidentifikasi dengan menggunakan pendekatan Cultural Mapping dan penentuan batasan-batasan lanskap sejarah tapak dengan cara pengamatan langsung. Data yang diperoleh merupakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang didapat dari pengamatan langsung, sedangkan data sekunder merupakan data yang didapat dari studi pustaka dan sumber lainnya. Adapun tahapan pendekatan Cultural Mapping sebagai berikut:

Gambar 5 Pendekatan Cultural Mapping Analisis

Hasil

- Validasi dan verifikasi peran Taman Narmada - Persiapan alat dan

bahan penelitian

Perencanaan Desain Pemetaan Dukungan dan

wawasan masyarakat Pembuatan Peta

(29)

c. Analisis

Setelah melakukan proses inventarisasi maka dilakukan proses analisis berupa validasi kepada pemerintah perihal fungsi Taman Narmada dan tahap identifikasi lanjutan. Penelitian ini menggunakan tahap inventarisasi dari Piagam Burra, adapun tahap inventarisasi dari Piagam Burra sebagai berikut:

Gambar 6 Proses Perencanaan Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada menurut Piagam Burra

d. Penyusunan Rencana Pengelolaan

Tahap ini merupakan formulasi dari hasil kuisioner maupun hasil inventarisasi secara langsung dengan menggunakan penilaian yang diadaptasi dari Harris dan Dines (1988) dan juga pengumpulan data dari studi pustaka terkait yang kemudian dikembangkan dan menghasilkan penyelesaian hasil akhir penelitian ini. Adapun kriteria penilaian disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Kriteria Penilaian Objek

Diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

Keterangan: 1= Sangat kurang penting; 2= Kurang penting; 3= Cukup penting; 4= penting; 5= Sangat penting Mengetahui dan mengenali tapak

Menilai makna budaya

Memantau hasil dan mengkaji rencana Identifikasi semua faktor dan masalah

(30)

Tabel 4 Kriteria Penilaian Objek (lanjutan)

Diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

Keterangan: 1= Sangat kurang penting; 2= Kurang penting; 3= Cukup penting; 4= penting; 5= Sangat penting

4 Pengelolaan Pengelolaa

(31)

Tabel 4 Kriteria Penilaian Objek (lanjutan)

Diadaptasi dari Harris dan Dines (1988)

Keterangan: 1= Sangat kurang penting; 2= Kurang penting; 3= Cukup penting; 4= penting; 5= Sangat penting

Tabel 5 Skor Penilaian Komponen Persepsi Masyarakat terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

Skala Jawaban Skor

Sangat Kurang Penting (SKP) 1 Kurang Penting (KP) 2

Cukup Penting (CP) 3

Penting (P) 4

Sangat Penting (SP) 5

Adaptasi Sugiyono, 2012. Dengan modifikasi terutama pada penghitungan indeks oleh Asokawati (2015).

Skor ideal merupakan skor yang digunakan untuk menghitung skor yang dipakai untuk menentukan rating scale dan jumlah jawaban keseluruhan. Untuk menghitung jumlah skor ideal dari seluruh item, digunakan rumus berikut:

Skor Kriteria= Nilai Skala x Jumlah Responden

Responden yang mengisi kuisioner ialah sebanyak 20 orang. Skor tertinggi adalah 5 dan terendah adalah 1, masing-masing skor dikalikan denganjumlah responden seperti pada Tabel 6.

Tabel 6 Skor Ideal Persepsi Masyarakat Terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

Rumus Skor

5x20 Sangat Penting

4x20 Penting

3x20 Cukup Penting

2x20 Kurang Penting

1x20 Sangat Kurang Penting

Adaptasi Sugiyono, 2012. Dengan modifikasi terutama pada penghitungan indeks oleh Asokawati (2015).

Nilai yang didapatkan dimasukkan ke dalam rating scale untuk mengetahui hasil data kuisioner dan wawancara secara umum dan keseluruhan yang didapat dari penilaian dengan ketentuan sebagai berikut:

(32)

Tabel 7 Rating Scale Penilaian Persepsi Masyarakat terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

Nilai Jawaban Derajat Kepentingan

81 - 100 Sangat Penting

61 - 80 Penting

41 - 60 Cukup Penting

21 - 40 Kurang Penting

0 - 20 Sangat Kurang Penting

Adaptasi Sugiyono, 2012. Dengan modifikasierutama pada penghitungan indeks oleh Asokawati (2015).

Nilai rating scale penilaian diatas perlu dikonversi menjadi indeks penilaian dan menghasilkan rating baru (Tabel) dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

Indeks = ∑ nilai masing-masing kategori / ∑ nilai maksimum kategori Tabel 8 Indeks Jawaban Masing-masing Kategori terhadap Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada

Indeks Jawaban Derajat Kepentingan

0,81 – 1,00 Sangat Penting

0,61 – 0,80 Penting

0,41 – 0,60 Cukup Penting

0,21 – 0,40 Kurang Penting

0,00 – 0,20 Sangat Kurang Penting

Adaptasi Sugiyono, 2012. Dengan modifikasi Terutama pada penghitungan indeks oleh Asokawati (2015).

Kemudian dilanjutkan dengan pemberian kuisioner untuk melihat persepsi masyarakat terhadap adanya rencana pengelolaan dan pemanfaatan Taman Narmada dengan cara penilaian yang sama seperti diatas namun dengan pengajuan kuisioner yang berbeda, berikut aspek yang nantinya akan dihitung dalam penilaian ini:

Tabel 9 Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan Taman Narmada

setuju Setuju Sangat setuju

(33)

Tabel 9 Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan

setuju Setuju Sangat setuju

Mengembalikan

setuju Setuju Sangat setuju

Menjadikan

setuju Setuju Sangat setuju

Lalu tahapan rekomendasi rencana pemanfaatan dan pengelolaan Taman Narmada kepada pemerintah yang melibatkan partisipasi masyarakat guna melestarikan warisan budaya dan sejarah yang ada di Taman Narmada dan juga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

KONDISI UMUM

Administrasi dan Geografis

Taman Narmada terletak di Desa Narmada, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Desa Narmada merupakan satu dari 21 desa yang berada di Kecamatan Narmada, dengan batas-batas wilayah administratif sebagai berikut:

timur : Desa Suranadi dan Desa Golong selatan : Desa Presak

barat : Desa Narmada

utara : Desa Nyur Lembang dan Desa Selat

Secara geografis Desa Narmada berada diantara 116o10’0” BT-116o28’0” BT dan 8o56’0” LS-7o73’0” LS. Desa Narmada memiliki luas wilayah sebesar 2,10 Km2 atau 1,86% luas keseluruhan Kecamatan Narmada. Desa Narmada terdiri dari 32 RT yang dibagi menjadi 5 Dusun. Jarak Desa Narmada ke Ibukota Kecamatan Narmada adalah 0,5 Km.

Kondisi Fisik dan Biofisik Topografi

Topografi Desa Narmada, Kecamatan Narmada memiliki ketinggian sekitar 150 mdpl dengan kontur yang relatif datar. Dan memiliki kemiringan lahan yang landai pada bagian timur yang banyak dipergunakan sebagai area persawahan.

Aksesibilitas

(34)

tempat ini dengan menggunakan kendaraan pribadi, taksi dan kendaraan sewaan. Harga penyewaan mobil berkisar Rp 400.000 – Rp 600.000 per hari tergantung jenis mobil yang dipilih, sedangkan untuk penyewaan motor sebesar Rp 50.000 per hari.

Land Use

Penggunaan lahan di Desa Narmada didominasi oleh bangunan dan lahan sawah. Sisanya merupakan tanah kering dan lahan lainnya. Rincian penggunaan lahan Desa Narmada dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 10 Luas Wilayah Desa Narmada Menurut Jenis Penggunaan Tanah

No Tata Guna Lahan Luas (Ha)

1 Tanah Sawah 95

2 Tanah Kering 98

3 Bangunan/Pekarangan 16

4 Lainnya 1

Jumlah 210

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat 2014

Fasilitas

Pada survei lapang yang dilakukan di Taman Narmada terdapat banyak fasilitas yang sudah disediakan untuk membuat pengunjung nyaman. Diantara fasilitas tersebut antara lain museum, loket tiket, tempat sampah, tempat bermain anak, tempat duduk, wahana flying fox, wahana perahu, toilet umum, food court, tempat penjualan souvenir, dan pendopo.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 7 (a) Karcis; (b) Tempat sampah di kompleks taman; (c) Tempat duduk; (d) Flying Fox.

Sumber: Dokumentasi lapang 2015

(35)

prajurit. Loket tiket di Taman Narmada berada di dua titik, yang pertama berada di pintu masuk dengan harga tiket Rp 6.000 untuk wisatawan lokal dan Rp 10.000 untuk wisatawan mancanegara. Loket kedua berada di area kolam renang dengan harga tiket sebesar Rp 5.000. Di seluruh area Taman Narmada tersebar tempat sampah dimana pengunjung dapat tetap menjaga keindahan dan kebersihan Taman Narmada tanpa harus membuang sampah sembarangan. Fasilitas berupa pendopo dan tempat duduk yang tersebar di beberapa titik berguna untuk memberikan pengunjung tempat untuk beristirahat sekaligus menikmati pemandangan yang indah. Untuk fasilitas umum lainnya seperti toilet, took souvenir, dan food court juga disediakan di beberapa titik untuk kenyamanan pengunjung.

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Gambar 8 (a) Museum Taman Narmada; (b) Kolam renang; (c) Toilet umum; (d) Children playground; (e) Food court; (f) Souvernir shop.

Sumber: Dokumentasi lapang 2015

(36)

Vegetasi

Berdasarkan pengamatan banyaknya vegetasi di Taman Narmada ini sudah banyak yang berubah. Dari sekian banyak vegetasi yang ada hanya dua vegetasi lokal yang dari dulu ada di Taman Narmada yaitu Manggis (Garcinia mangostana) dan Duren (Durio zubethinus). Berikut rincian vegetasi yang ada di Taman Narmada (Tabel 11).

Tabel 11 Jenis Tanaman di Taman Narmada

No Nama Lokal Nama Imiah

Tanaman Estetik

1 Akasia Acacia mangium

2 Cemara Lilin Cupressus sempervirens

3 Ketapang Terminalia catappa

4 Kamboja Plumeria

5 Soka Ixora sp

6 Rumput Gajah Axonopus compressus

7 Taiwan Beauty Cuphea hyssopifolia

8 Hanjuang Cordyline

9 Sambang Darah Excoecaria cochinchinensis

10 Palem Putri Veitchia merillii

11 Bougenville Bougainvillea

12 Tanjung Mimusops elengi

13 Puring Codiaeum variegatum

14 Cemara Kipas Thuja orientalis

15 Suji Dracena angustifolia

16 Wali Songo Schefflera grandiflora

Tanaman Produksi

1 Duren Durio zubethinus

2 Manggis Garcinia mangostana

3 Mangga Mangifera indica

4 Kelapa Cocos nucifera tersebut yang berfungsi untuk mengairi sawah masyarakat dan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan sebagai sumber mata air bagi Perusahaan Air Minum (PDAM) Mataram guna memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat di Kabupaten Lombok Barat dan Kota Mataram. Sumber mata air yang terdapat di Kecamatan Narmada terdiri dari 18 sumber mata air yang tersebar di Kecamatan Narmada (Tabel 13).

Tabel 12 Daftar Mata Air di Kecamatan Narmada

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Lombok Barat 2014

(37)

Tabel 12 Daftar Mata Air di Kecamatan Narmada (lanjutan)

Sumber: BAPPEDA Kabupaten Lombok Barat 2014

Gambar 9 Neraca Air Pulau Lombok Sumber: BISDA Prov. NTB 2015

Iklim

Iklim di kompleks Taman Narmada sama seperti di daerah Lombok lainnya, yaitu beriklim tropis. Data dari BMKG pada tahun 2014 (Tabel 14) suhu udara rata - rata 26,4 °C dengan suhu rata-rata minimum 25 °C dan suhu rata-rata maksimum 27 C. Kelembaban udara rata – rata berkisar 3,1 %. Curah hujan rata – rata 158,33 mm perbulan dengan periodik tertinggi pada bulan November – Januari.

No Tempat Nama Mata Air

4 Mekar Indah - Keselit - Lingkok

5 Gandari - Gandari

- Pure 6 Gondawari - Gondawari

- Pancor Mame - Pancor bangak 7 Muhajirin - Muhajirin

8 Temas - Pesisor Remeneng - Petong Sebanteng 9 Batu Kantar - Pancor Nyet

- Pancor Nyebo 10 Telage Ngembeng Dasa - Pancor Kubur

(38)

Tabel 13 Data Iklim Tahun 2014

Sumber: BMKG Lombok Barat 2014

Aspek Sosial

Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Lombok Barat 2014, Jumlah Penduduk Desa Narmada berjumlah 2588 jiwa dengan rincian bisa dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah Penduduk Desa Narmada

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 1263

2 Perempuan 1325

Total 2588

Sumber: BPS Kabupaten Lombok Barat 2014

Dengan demikian kepadatan penduduk di Desa Narmada yang mempunyai luas wilayah 2,10 Km2 adalah sebanyak 1232 Jiwa/Km2 dan Desa Lembuak memiliki 550 keluarga.

Dalam bidang pendidikan, Desa Narmada hanya memiliki 3 buah SD dengan jumlah murid 832. Sedangkan untuk pesebaran agama di Kecamatan saat ini didominasi oleh agama Islam dan beberapa agama lain, dengan rincian sebagai berikut; Agama Islam 77.736 Jiwa, Protestan 22 Jiwa, Katolik 18 Jiwa, Hindu 10.264 Jiwa, dan Budha sebanyak 56 Jiwa.

Kondisi Umum Taman Narmada Aspek Legal

Dari segi aspek legal, dalam Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kabupaten Lombok Barat 2011-2031, Taman Narmada termasuk dalam Kawasan Cagar Budaya, Kawasan Wisata Budaya, dan juga Kawasan Peruntukan Pariwisata. Taman Narmada merupakan kompleks bangunan cagar budaya sesuai dengan UU Cagar Budaya No 11 Tahun 2010 dengan daftar induk inventarisasi peninggalan sejarah dan purbakala pusat nomor 1829.

Aspek Pengunjung

(39)

Tabel 15 Pengunjung Tahun 2013 (jiwa)

Bulan Asing Domestik Jumlah

Januari 871 19406 20277

Sumber: Pengelola Taman Narmada 2015

Tabel 16 Pengunjung Tahun 2014 (jiwa)

Bulan Asing Domestik Jumlah

Januari 1067 18383 19450

Sumber: Pengelola Taman Narmada 2015

Aspek Pengelola

Sebagai peninggalan sejarah dan purbakala, keberadaan Taman Narmada dilindungi oleh UU Cagar Budaya No 11 Tahun 2010. Oleh karena itu sedikitnya ada tiga pihak yang berkepentingan dan berkewajiban menjaga keberadaan taman ini, antara lain:

1. Pemerintah daerah tingkat I NTB, karena Taman Narmada termasuk Benda Cagar Budaya tingkat nasional. Dengan pelaksana tugas instansi yang ada dibawahnya seperti Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Nusa Tenggara Barat dan BAPPEDA Kabupaten Lombok Barat dan PT. Patut Patuh Patju selaku pihak yang ditunjuk oleh Pemerintah kabupaten Lombok Barat sebagai pengelola Taman Narmada.

(40)

ini memiliki tugas antara lain melaksanakan perlindungan peninggalan purbakala bergerak maupun yang tidak bergerak serta situs yang berada di lapangan maupun yang tersimpan di ruangan, melaksanakan pemugaran peninggalan purbakala, dan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang peninggalan sejarah dan budaya.

3. Masyarakat Hindu Dharma, selaku pengelola dan pelaksana di bangunan peribadatan seperti Pura Kelasa dan Bale Pentirtaan agar nilai religius dan budaya yang telah lama ada tetap terjaga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Sejarah

Sejarah Politik Kerajaan Karangasem

Narmada adalah sebuah nama yang diambil dari anak Sungai Gangga di India, yaitu salah satu diantara sungai yang dianggap suci bagi pemeluk agama Hindu. Pengambilan nama dari India tidaklah mengherankan karena kompleks Taman Narmada itu sendiri merupakan salah satu dari peninggalan sejarah dan purbakala yang bernafaskan Agama Hindu, yang dikaitkan dengan Anak Agung Gde Ngurah Karangasem, dari Dinasti Kerajaan Karangasem sewaktu berpusat di Lombok.

Pada waktu Karangasem memerintah di Pulau Lombok, terjadilah migrasi besar-besaran masyarakat Bali dari Karangasem ke Lombok. Menurut Babad Karangasem-Sasak, rombongan orang-orang Bali itu dipimpin oleh tiga serangkai yaitu I Gusti Ketut Karangasem, Adek Raja Karangasem sendiri sebagai pimpinan rombongan, Pedanda Gde Ketut Subali, sebagai pimpinan agama dan Mas Poleng sebagai pengurus masalah pembangunan dan pertanian. Rombongan berlabuh dari Pantai Padangreaq, Desa Kuranji, Kecamatan Ampenan, Lombok Barat. Setibanya di Gunung Pengsong, rombongan ini mendirikan sebuah pura yaitu Pura Pengsong yang merupakan salah satu diantara pura kuno atau tertua di Lombok. Orang-orang Bali kemudian mendirikan empat desa yang kemudian menjadi kerajaan kecil, yaitu Pagutan, Pagesangan, Mataram, dan Karangasem. Keempatnya menjadi kerajaan yang berada dibawah kekuasaan Kerajaan Karangasem dan satu diantaranya yang terkuat kedudukan sebagai wakil Karangasem Bali di Lombok.

Sejak tahun 1800an Kerajaan Karangasem di Bali menjadi kerajaan yang berhegomoni di Pulau Bali dan Lombok. Pada waktu itu Gusti Gde Karangasem menempatkan Buleleng dibawah kekuasaannya, dan disana ditempatkan seorang bupati (stakeholder) sebagai wakil Raja Karangasem. Pada tahun 1824 Buleleng berhasil melepaskan diri dari kekuasaan Karangasem setelah 6 tahun sebelumnya menaklukan Jembrana. Setelah Buleleng, Gusti Ngurah Lanang Karangasem memindahkan ibukota keratonnya dari Bali ke Lombok.

(41)

kurang setuju dengan perjanjian Belanda tersebut, sehingga diam-diam ia membangun istana di Tanah Beaq yang selesai pada tahun 1844 dengan nama Wirasinga. Namun sebelum pindah Anak Agung Ketut Ngurah Karangasem dapat membujuk kakaknya agar jangan pindah ke Tanaq Beaq, dan untuk itu pimpinan pemerintahan diserahkan kepadanya serta disarankan agar pusat pemerintahan dipindahkan dibekas puri Karangasem.

Kekuasaan Mataram semakin bertambah besar dan kuat dengan diletakkannya Karangasem (Bali) dibawah kekuasaannya pada tahun 1849 karena jasanya dalam membantu Belanda melawan Klungkung dan Karangasem. Negara menjadi aman dan makmur, demikian pula dengan perdagangan dunia luar menjadi penting. Barang-barang ekspor selain kuda, produksi pertanian lain yang memgang peranan penting adalah beras. Menurut sumber lain Raja Mataram terkenal kaya raya dan dengan kekayaan itu ia dapat membeli 2 buah kapal dari Singapura, masing-masing bernama Sri Mataram dan Sri Cakranegara.

Pada tahun 1866 Puri Karangasem selesai dibina kembali dan sejak itu Karangasem diubah namanya menjadi Cakranegara. Selama itu raja sempat membuat taman peristirahatan dan pemujaan seperti Taman Lingsar, Taman Mayura, Taman Narmada dan sebagainya. Taman Narmada sendiri selain berfungsi sebagai tempat peristirahatan raja, juga sebagai tempat pemujaan karena didalamnya terdapat pura. Dulunya Taman Narmada ini dikenal dengan nama “Istana Musim Kemarau”, sebab jika musim kemarau tiba istana raja disebut “Puri Ukir Kawi” di Cakranegara ditinggalkan oleh raja untuk beristirahat di Taman Narmada. Konon, ditaman inilah raja menghabiskan waktunya selama musim kemarau sambil menikmati pemandangan alam serta memikirkan masa depan kerajaan yang lebih baik.

Berdirinya Taman Narmada

(42)

Gambar 10

(43)

Sebenarnya pengelompokan seperti ini tidak selalu demikian karena di dalam kelompok bangunan tempat tinggal terdapat bangunan suci dan juga Telaga Agung yang tidak berfungsi sebagai tempat pemandian melainkan sebagai telaga suci tempat pelaksanaan upacara Pakelem. Namun pada saat ini keadaan Taman Narmada sudah banyak mengalami perubahan, baik menyangkut bangunan-bangunan yang ada di dalamnya maupun luas areal yang tadinya termasuk dalam komplek taman ini. Sejumlah bangunan sudah hilang (hancur), baik karena faktor alam maupun karena ulah dan tindakan manusia. Demikian juga dengan areal taman semakin yang seiring berkembangnya zaman semakin menyempit karena sebagian sudah ditempati bangunan perkantoran ataupun pemukiman warga. Menurut keterangan Direktorat Agraria Provinsi NTB bangunan-bangunan tersebut muncul antara tahun 1960 – 1970 (Haris, 1995). Hal ini seharusnya bisa dihindari apabila pemerintah setempat mengikuti UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 Pasal 73 ayat 2 tentang pelestarian yang membahas penetapan sistem zonasi pada cagar budaya.

Usaha Pemugaran

Setelah surutnya kekuasaan Kerajaan Karangasem dan berkuasanya Belanda di Lombok, Taman Narmada tidak lagi difungsikan sebagai tempat peristirahatan raja sehingga kurang terpelihara. Terlebih setelah Indonesia merdeka, statusnya semakin kurang jelas. Dengan sendirinya taman ini berubah menjadi tempat rekreasi yang terbuka untuk umum.

Bila dibandingkan dengan peta situasi yan dibuat oleh P De Roo de la faille pada tahun 1899 dengan peta situasi yang ada sekarang, dapat dipastikan bahwa Taman Narmada telah mengalami beberapa pemugaran sejalan dengan fungsi taman itu sendiri. Namun dengan tidak adanya sumber data yang jelas mengenai bentuk fisik, struktur pembentuk, maupun dokumentasi sebelum pemugaran maka sulit dipastikan secara detail bagaimana bentuk asli dari objek dan artefak yang ada di Taman ini.

Berdasarkan penelusuran yang didapat dari pengelola Taman Narmada, berikut beberapa pemugaran atau usaha perbaikan kompleks Taman Narmada, antara lain:

1. Tahun 1926

- Pembangunan sumber air untuk Kolam Padmawangi - Pemugaran Telaga Agung

2. Tahun 1967-1968

(44)

Gambar 11 Candi Bentar setelah dipugar Sumber: Dokumentasi lapang 2015

- Merendahkan tembok pemisah antara Halaman Jabalkab dan Halaman Mukedas

- Pembongkaran tembok sisi barat Halaman Mukedas yang sekarang digunakan sebagai pintu masuk utama.

Gambar 12 Pintu masuk utama saat ini Sumber: Dokumentasi lapang 2015

(45)

Gambar 13 Pancuran Kolam Padmawangi Sumber: Dokumentasi lapang 2015

3. Tahun 1969

- Memperbesar Bale Pawedaan di dalam Pura 4. Tahun 1972-1973

- Merendahkan tembok sebelah barat Halaman jabalkab

- Membangun sumber air di sebelah timur Kolam Renang sebagai pancuran.

5. Tahun 1976-1977

- Pembongkaran tembok pemisah antara Halaman Mukedas dan Halaman Pasarean.

- Pembongkaran dinding bangunan Loji yang berada di selatan Halaman Mukedas disertai penggantian 12 tiang utama, lantai ubin dan sebagainya.

- Pemugaran Bale terang berupa pengecatan.

Dari data tersebut terlihat jelas bahwa telah terjadi perubahan yang cukup besar terhadap bangunan-bangunan yang ada di Taman Narmada. Sebagai bangunan peninggalan sejarah purbakala, seharusnya setiap pelaksanaan pemugaran atau perbaikan dilakukan dengan disiplin ilmu kepurbakalaan. Yaitu pemugaran yang diikuti dengan dokumentasi lengkap sehingga perkembangan perubahan saat itu bisa menjadi bahan kajian tersendiri bagi generasi yang akan datang. Bahkan menurut Arkeolog dari Universitas Indonesia yang juga menjadi penanggung jawab pemugaran Taman Narmada antara tahun 1978 – 1985, bahwa pemugaran yang sebelumnya sudah dilakukan bisa dibilang sebagai vandalisme atau perusakan objek dan artefak. Pernyataan tersebut diperkuat dengan UU Cagar Budaya No.11 Tahun 2010 Pasal 77 ayat 2 tentang pemugaran yang berbunyi “Pemugaran Cagar Budaya harus memperhatikan: a. Keaslian bahan, bentuk dan tata letak, gaya, dan/atau teknologi pengerjaan; b. Kondisi semula dengan tingkat perubahan sekecil mungkin; dan c. Kompetensi pelaksana”.

(46)

1. Ingin mewariskan sesuatu yang dipugar sesuai dengan aslinya dengan arti tidak merubah bentuk dan fisik.

2. Penggunaan bahan-bahan asli yang masih bisa dipergunakan.

Dalam hal ini penggunaan batu bata, batu andesit dan kayu jati yang masih layak kembali dimanfaatkan dalam proses pemugaran, penambahan bahan baku juga tetap masih tetap memakai bahan yang sama seperti masa lampau.

3. Memakai sistem pembangunan yang sama seperti awal pembangunan. Pembangunan bangunan di taman ini dalam hal pemasangan batu bata menggunakan teknik rubbing, yaitu teknik melekatkan bata dengan cara menggesekan dua buat batu bata hingga kedua pemukaannya hampa udara lalu ditambahkan semen sebagai perekat.

Identifikasi Elemen Pembentuk Lanskap Taman Narmada Elemen Pembentuk Lanskap Sejarah

Taman Narmada memiliki objek-objek peninggalan masa lalu yang masih bisa dilihat dan dinikmati di kompleks taman ini. Berikut deskripsi mengenai sejarah, fungsi masa lalu, dan fungsi masa sekarang menurut Laporan Penelitian tentang Taman Narmada: Makna dan fungsinya (Haris, 1995) dan penelusuran lapangan.

(47)

1. Candi Bentar

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Pada awalnya candi bentar merupakan pintu masuk utama untuk memasuki Taman Narmada, namun seiring berjalannya waktu kini pintu masuk utama dipindahkan ke bagian barat Taman Narmada. Hingga kini Candi Bentar hanyalah gerbang yang tidak berfungsi.

- Kondisi Fisik

Pada saat ini kondisi dari Candi Bentar cukup terawat dengan adanya beberapa kali pemugaran dari pihak pengelola namun masih tanda tanya apakah pemugaran tersebut sesuai dengan kondisi fisik aslinya dikarenakan kurangnya dokumentasi sebelum pemugaran.

(a) (b) Gambar 15 Candi Bentar Sumber: Dokumentasi lapang 2015

2. Halaman Jabalkab

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Halaman Jabalkab merupakan halaman terdepan yang menghadap utara, letaknya tepat setelah gerbang Candi Bentar. Di halaman ini terdapat dua buah kolam yang disebut dengan Telaga Kembar dan juga dua buah bangsal, yaitu bangunan terbuka bertiang enam dan beratap genteng yang berfungsi sebagai tempat penjagaan.

- Kondisi Fisik

Pada awalnya di Halaman Jabalkab ini terdapat dua buah bangsal yang berfungsi sebagai tempat penjagaan, namun kedua bangunan tersebut saat ini sudah hilang tanpa sisa. Di halaman ini hanya menyisakan dua buah telaga yang dikelilingi tanaman manggis yang menjadi pohon yang sudah menjadi ciri khas Taman Narmada dan juga beberapa tanaman estetik yang sengaja ditanam oleh pihak pengelola.

(48)

3. Telaga Kembar

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Telaga kembar masih berada di area Halaman Jabalkap, masih belum jelas fungsi daripada Telaga Kembar tersebut. Namun dari beberapa sumber mengatakan kedua telaga ini dulunya berfungsi sebagai tempat pemandian para selir namun kejelasan dari informasi tersebut belum kuat butuh penelitian lebih lanjut dari sumber-sumber yang lebih banyak. Pada saat ini telaga tersebut sering digunakan masyarakat sekitar untuk memancing, entah hal ini dilarang atau diperbolehkan oleh pihak pengelola.

- Kondisi Fisik

Bentuk fisik dari telaga ini masih utuh namun ada beberapa bagian yang lapuk karena usianya yang sudah cukup tua. Untuk keadaan fisik pada umumnya, telaga ini masih terlihat terawat dan berfungsi dengan baik sebagai penampung air. Di telaga ini juga masih ditumbuhi beberapa tanaman air.

(a) (b) Gambar 17 Telaga kembar Sumber: Dokumentasi lapang 2015

4. Halaman Mukedas

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Halaman Mukedas berada di selatan Halaman Jabalkap. Di halaman ini dulunya terdapat Bale Loji, Bale Terang, Sanggah (Merajan), dan dua buah Bangsal. Saat ini Halaman Mukedas merupakan pintu masuk utama menuju Taman Narmada.

- Kondisi Fisik

(49)

Gambar 18 Halaman Mukedas Sumber: Dokumentasi lapang 2015

5. Bale Loji

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Bale Loji merupakan rumah dari bata, lantai semen, mempunyai serambi terbuka, dan kamar yang berfungsi sebagai tempat tinggal raja pada zaman dulu. Saat ini Bale Loji digunakan sebagai museum tempat dimana benda bersejarah, reruntuhan, dan foto klasik disimpan. Sedangkan Bale Loji yang berupa serambi terbuka dipergunakan sebagai aula kosong yang tidak jarang digunakan para pedagang untuk menjajakan barang dagangannya.

- Kondisi Fisik

Kondisi dari kedua Bale loji ini sudah tidak utuh dengan beberapa pemugaran, salah satunya adalah pemugaran Bale Loji yang sekarang difungsikan sebagai museum. Bangunan tersebut ditambahkan pelapis pada dindingnya dan pintunya juga diperbaiki hingga terlihat baik seperti sedia kala. Namun Bale Loji kedua bentuk fisiknya sudah tidak seperti asli karena kesalahan pihak pemugar terdahulu.

(a) (b) Gambar 19 Bale Loji

Sumber: Dokumentasi lapang 2015

6. Sanggah (Merajan)

- Sejarah Singkat dan Fungsi

(50)

dan juga pada Tuhan Yang Maha Esa, dalam manifestasi sebagai Dewa Siwa, Dewa Wisnu, dan Dewa Brahma.

- Kondisi Fisik

Bangunan Sanggah atau bisa juga disebut Merajan ini berada didalam kawasan yang tidak sembarang orang diperbolehkan masuk. Sehingga bangunan ini masih terjaga dari ulah tangan-tangan pengunjung yang jahil. Di area bangunan ini masih terdapat pohon-pohon asli yang masih dipertahankan walaupun sudah kurang indah untuk dilihat.

(a) (b) Gambar 20 Sanggah (Merajan) Sumber: Dokumentasi lapang 2015

7. Bale Terang

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Bangunan Bale Terang ini masih berada di areal Halaman Mukedas dan masuk juga ke dalam areal halaman Pasarean. Letak Bale Terang berada di sebelah timur Bale Loji. Bangunan ini berbentuk panggung dengan ruang bawah sebagai gudang dan di bagian atas terdapat dua buah kamar dan satu ruangan terbuka yang dipagari. Dua kamar tersebut merupakan tempat raja untuk beristirahat, sedangkan ruangan terbuka dipergunakan raja untuk menikmati pemandangan sekitar di pagi hari. Pada saat ini bangunan tersebut difungsikan sebagai tempat pengunjung untuk melihat keindahan pemandangan Taman Narmada dan salah satu kamarnya digunakan sebagai kantor perwakilan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) yang berpusat di Gianyar, Bali.

- Kondisi Fisik

(51)

Gambar 21 Bale terang Sumber: Dokumentasi lapang 2015

8. Halaman Pasarean

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Halaman Pasarean merupakan halaman yang berada di selatan Halaman Mukedas. Di halaman ini terdapat salah satu Bale Loji yang sekarang berbentuk aula, Bale Terang, Bangsal dan Bale Pawedaan. Fungsi dari halaman ini adalah sebagai salah satu tempat aktifitas raja seperti tidur dan beribadah.

- Kondisi Fisik

Dulunya Halaman Pasarean dan halaman Mukedas terpisahkan oleh tembok pemisah yang kini sudah tidak ada. Di halaman ini juga dulunya ada Bale Pawedaan yang berfungsi sebagai tempat membaca Kitab Weda yang menghadap ke Pura Kelasa namun sekarang bangunan ini sudah lenyap. Begitupun bangsal yang sudah lenyap. Kini hanya Bale Loji yang berbentuk aula yang masih kokoh berdiri.

Gambar 22 Halaman Pasarean Sumber: Dokumentasi lapang 2015

9. Halaman Bencingah

- Sejarah Singkat dan Fungsi

(52)

- Kondisi Fisik

Halaman bencingah sudah banyak mengalami perubahan. Bila zaman dulu halaman ini dibagi atas bencingah luar dan bencingah dalam, maka sekarang pembeda dari kedua bagian tersebut sudah tidak ada atau lenyap. Bangunan yang sudah lenyap di bencingah dalam adalah dua buah bangsal penjagaan yang di dalamnya tersimpan senjata tombak. Sedangkan yang tersisa hanyalah tembok pembatas antara bencingah dalam dan luar.

Gambar 23 Halaman Bencingah Sumber: Dokumentasi lapang 2015

10.Telaga Agung

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Telaga Agung ini merupakan salah satu dari bangunan pemandian, namun jika dilihat dari fungsinya telaga ini bukanlah bangunan yang dipergunakan sebagai tempat pemandian melainkan sebagai miniatur dari danau Segara Anak yang berada di Gunung Rinjani. Letak Telaga Agung ini berada di sebelah selatan dan berada di dataran yang agak rendah. Dan karena telaga ini memiliki ukuran yang paling besar dibanding teaga lainnya maka telaga ini disebut Telaga Agung. Di ujung timur telaga terdapat sebuah pancuran dalam bentuk gajah yang setengah berdiri dan di sebelah barat terdapat sebuah patung ksatria dengan tangan kiri memegang busur panah dan tangan kanan memegang anak panah sambil menarik busur ke arah patung gajah tersebut, di bagian utara kolam terdapat sebuah miniature candi yang juga berfungsi sebagai pancuran. Pada puncak miniature candi tersebut terdapat gambar matahari yang terbuat dari tembaga.

(53)

selain karena keindahannya telaga ini juga memiliki wahana berupa sepeda air dan flying fox yang bisa dimanfaatkan pengunjung untuk menikmati keindahan Telaga Agung. Namun, Telaga Agung tidak jarang digunakan pedagang sebagai tempat cuci piring.

- Kondisi Fisik

Pada masa sekarang Telaga Agung memiliki kondisi fisik yang sebagian sudah hilang atau hancur karena faktor alam dan ulah manusia. Seperti pada gambar matahari yang berada di puncak miniatur candi yang sudah rusak dan sekarang disimpan di Museum Taman Narmada. Juga pada patung Ksatria yang kini telah hilang karena kurangnya kepedulian dari masyarakat. Sedangkan pada wahana sepeda air menurut arkeolog sudah banyak dirusak oleh masyarakat sekitar.

(a) (b)

Gambar 24 (a) Telaga agung tahun 1911; (b) Telaga Agung sekarang Sumber: kitlv.nl dan Dokumentasi lapang 2015

11.Kolam Renang

- Fungsi

Kolam renang yang biasa disebut Kolam Putri Duyung ini merupakan salah satu dari bangunan pemandian yang sejak dulu hingga sekarang dipergunakan untuk mandi. Kolam renang ini dibangun pada tahun 1967 dengan membongkar kolam lama dengan bentuk yang lebih modern dengan ukuran 50m x 15m. Air yang mengisi kolam ini berasal dari mata air disekitar Taman Narmada. Dalam bentuk modern yang sekarang, nilai yang ada dalam area ini menjadi hilang walaupun fungsinya tidak berubah.

- Kondisi Fisik

(54)

(a)

(b)

Gambar 25 (a) Kolam Putri Duyung tahun 1930; (b) Kolam Renang saat ini Sumber: kitlv.nl dan Dokumentasi lapang 2015

12.Kolam Padmawangi

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Telaga atau Kolam Padmawangi berada di sekitar 25 meter disebelah utara kolam renang. Konon kolam ini adalah tempat mandi para dayang-dayang istana, dan tempat ini merupakan tempat raja memilih selirnya. Pada zaman dulu pula kolam atau telaga ini banyak ditumbuhi oleh bunga Padma yang beraroma harum sehingga disebut dengan Kolam Padmawangi.

- Kondisi Fisik

(55)

Gambar 26 Kolam Padmawangi Sumber: Dokumentasi lapang 2015

13.Bale Pentirtaan

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Bale Pentirtaan terletak di sebelah utara Kolam Padmawangi. Di dalam Bale Pentirtaan terdapat sebuah mata air yang menurut kepercayaan pemeluk Hindu merupakan pertemuan dari tiga mata air yang berasal dari Lingsar, Suranadi, dan Narmada. Menurut kepercayaan mereka pula, air yang berada di tempat ini memiliki khasiat memberikan efek awet muda jika seseorang meminumnya, maka dari itu air tersebut dikenal dengan air awet muda. Namun cara memperoleh air ini tidak secara langsung atau seenaknya, melainkan melalui upacara yang biasanya dipimpin langsung oleh Pemangku Pura.

- Kondisi Fisik

(56)

Gambar 27 Bale Pentirtaan Sumber: Dokumentasi lapang 2015

14.Pura Kelasa

- Sejarah Singkat dan Fungsi

Pura ini merupakan bangunan inti dari keberadaan Taman Narmada ini. Pura ini termasuk salah satu pura yang dianggap tua di Lombok. Pura Kelasa dibangun diatas tiga halaman dengan susunan memusat (konsentrik), tingkat kesucian dari setiap halamannya selain oleh strukturnya ditentukan juga oleh peletakan setiap halamannya sehingga yang tertinggi merupakan halaman yang paling dianggap suci. Susunan memusat ini menurut sumber yang didapat disesuaikan dengan tujuan dan maksud pembangunan pura ini sebagai miniatur atau replika dari Gunung Rinjani, gunung yang tertinggi di Pulau Lombok. Halaman terluar dari Pura terdiri dari turap-turap berundak makin memusat makin tinggi, sedangkan halaman tengah merupakan pelataran terbuka tanpa tembok yang memiliki pintu masuk di bagian barat dan selatan dengan bentuk gapura. Di belakang gapura bagian barat terdapat dua buah bangunan terbuka tanpa tembok dan bertiang enam yang dinamakan dengan Balai Dana. Namun karena fungsinya sebagai tempat menabuh gamelan biasa disebut juga dengan Bale Gong, bahkan ada yang menyebutnya dengan Bale Kembar karena memang kedua bangunan terbuka ini memiliki bentuk fisik yang sama.

- Kondisi Fisik

(57)

(a) (b)

(c)

Gambar 28 Pura Kelasa Sumber: Dokumentasi lapang 2015

Elemen Pembentuk Lanskap Lainnya Sumber Daya Air

Elemen lanskap pembentuk Taman Narmada lainnya yang dibahas adalah sumber daya air yang ada di komplek ini. Sumber daya air yang ada di sekitar taman ini kebanyakan berasal dari sumber mata air yaitu Narmada, Suranadi, dan Lingsar yang dipercaya bertemu di Bale Pentirtaan, namun juga dari hulu sumber air seperti Gunung Rinjani. Menurut masyarakat sekitar, air yang ada di Taman Narmada ini selalu mengalir deras dan tidak pernah habis walau musim kemarau sekalipun. Hal ini diperkuat dari data yang didapat dari Balai Informasi Sumber Daya Air Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menjelaskan bahwa debit air dari sungai yang melewati tempat ini selalu stabil sepanjang tahun. Berikut Tabel 17 data debit air bulanan Tahun 2014:

Tabel 17 Data Debit Air Bulanan Tahun 2014

Bulan Debit Air (m3/detik)

Januari 5.86

Februari 3.30

Maret 2.27

April 2.55

Mei 3.30

Juni 1.62

Juli 1.65

Agustus 1.28

Gambar

Tabel 4 Kriteria Penilaian Objek (lanjutan)
Tabel 4 Kriteria Penilaian Objek (lanjutan)
Tabel 7 Rating Scale Penilaian Persepsi Masyarakat terhadap Elemen Pembentuk
Tabel 9 Persepsi Masyarakat terhadap Rencana Pemanfaatan dan Pengelolaan
+7

Referensi

Dokumen terkait