• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam Terhadap Produksi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Beberapa Jarak Tanam Terhadap Produksi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench)"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BEBERAPA JARAK TANAM TERHADAP

PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench).

NAWAR LINA SYARIFAH

A24110048

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench). adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah diebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Nawar Lina Syarifah

(4)
(5)

ABSTRAK

NAWAR LINA SYARIFAH. Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produksi Sorgum (Sorghum Bicolor (L.) Moench). Dibimbing oleh HENI PURNAMAWATI.

Tanaman sorgum dapat digunakan sebagai tanaman pangan, pakan dan juga dapat digunakan sebagai bioenergi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jarak tanam dan populasi yang tepat untuk produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) yang optimum. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, IPB Bogor dari bulan Maret-Juni 2015. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam 60 cm x 20 cm 1 benih dan 70 cm x 20 cm 1 benih merupakan jarak tanam terbaik untuk produksi tanaman sorgum tetapi lebih baik menggunakan jarak tanam 60 cm x 20 cm 1 benih karena hasil produksi tanaman per hektar tidak berbeda dan dapat menghemat penggunaan benih.

Kata kunci : jarak tanam, populasi, sorgum.

ABSTRACT

NAWAR LINA SYARIFAH. Effect of Difference Plant Spacing on Sorghum (Sorghum Bicolor (L.) Moench) Production. Under supervised by HENI PURNAMAWATI.

Sorghum can be used as a food, feed and can also be used as bioenergy. The objective of research was to find the best plant spacing for the optimum production of sorghum (Sorghum bicolor (L.) Moench). This research was conducted at the Cikabayan Experimental Field, Department of Agronomy and Horticulture, IPB Bogor from March to June 2015. The Result of the research showed that 60 cm x 20 cm plant spacing by 1 seed and spacing of 70 cm x 20 cm 1 seed is the best for the production of sorghum. However it is better to use a spacing of 60 cm x 20 cm 1 seed for crop production per hectare because is no different and can be used to conserve the use of seeds.

(6)
(7)

PENGARUH BEBERAPA JARAK TANAM TERHADAP

PRODUKSI SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench).

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikultura

NAWAR LINA SYARIFAH

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produksi Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)”.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu sarat untuk melaksanakan penelitian. Penelitian tersebut merupakan sarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Skripsi ini berisi mengenai hal-hal yang mendukung penelitian, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, terdapat rencana kegiatan dan anggaran biaya yang dibutuhkan dalam penelitian.

Terimakasih penulis ucapkan kepada Ibu Nukiyah (Ibu) dan Bapak Kangsi (Ayah) yang selalu memberikan doa dan semangat. Dr Ir Heni Purnamawati, M.Sc.Agr. sebagai Dosen Pembimbing , Dr Eko Sulistyono Msi dan Dr Ade Wchjar MS selaku Dosen Penguji, dan semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan dan nasihatnya. Penulis berharap usulan penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

Bogor, Oktober 2015

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA 2

Syarat Tumbuh Sorgum 2

Populasi dan Jarak Tanam 3

BAHAN DAN METODE 4

Tempat dan Waktu 4

Bahan dan Alat 4

Metode Percobaan 4

Pelaksanaan Percobaan 5

Peubah Penelitian 6

Analisis Data 6

HASIL DAN PEMBAHASAN 7

Kondisi Umum 7

Rekapitulasi Sidik Ragam 9

Fase Vegetatif 10

Tinggi Tanaman 10

Diameter Batang 10

Jumlah Daun 11

Luas Daun Bendera 11

Fase Generatif 12

Bobot Biji per Tanaman 12

Bobot 1 000 Biji 13

Bobot Basah dan Kering Brangkasan 14

Produksi per Hektar 16

KESIMPULAN DAN SARAN 17

Kesimpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah pengamatan tanaman

sorgum 9

Tabel 2 Tinggi tanaman sorgum 10

Tabel 3 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bendera tanaman sorgum 11 Tabel 4 Korelasi antara jumlah daun, diameter batang, luas daun bendera dan

bobot brangkasan kering total 13

Tabel 5 Bobot biji per tanaman dan bobot 1000 butir tanaman sorgum 13

Tabel 6 Bobot brangkasan basah tanaman sorgum 14

Tabel 7 Bobot brangkasan kering tanaman sorgum 16

Tabel 8 Produksi tanaman per hektar tanaman sorgum 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tanaman sorgum rebah 7

Gambar 2 Tanaman sorgum dengan malai terserang burung 8 Gambar 3 Tanaman menunjukkan gejala defisiensi hara N (3a), tanaman sehat

(3b) 9

Gambar 4 Grafik bobot biji per tanaman sorgum 14

LAMPIRAN

Lampiran 1 Deskripsi sorgum varietas Numbu 21

Lampiran 2 Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Desember 2014

hingga Juni 2015 22

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kebutuhan pangan saat ini semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Produksi padi dalam negeri belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan tersebut, sehingga perlu dikembangkan tanaman alternatif supaya kebutuhan pangan dalam negeri dapat terpenuhi.

Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang berpotensi dikembangkan sebagai bahan pangan, pakan dan biofuel. Biji sorgum mengandung karbohidrat dan batangnya dapat difermentasi menjadi bioetanol (Agustina et.al 2010). Potensi tanaman sorgum cukup besar sebagai pengganti makanan pokok seperti beras dan terigu. Biji sorgum memiliki kandungan gizi yang tinggi, sehingaa uuntuk dapat diolah menjadi bahan pangan diperlukan pengolahan lebih lanjut seperti penyosohan (Subagio dan Suryawati 2013). Meskipun sorgum memiliki banyak keunggulan, tetapi tanaman ini masih jarang dibudidayakan oleh petani Indonesia. Hal tersebut terjadi karena masih adanya kendala yang harus dihadapi dalam budidaya sorgum. Kendala yang dihadapi dalam budidaya sorgum ini adalah belum adanya prosedur teknik budidaya sorgum yang tepat (good agricultural production). Selama ini, budidaya sorgum yang dilakukan berpedoman dari budidaya jagung, mulai dari jarak tanam hingga pemeliharaan. Perbedaan komoditas tentu akan menyebabkan perbedaan perlakuan terhadap teknik budidaya meskipun keduanya merupakan satu famili serta tiap spesies mempunyai kebutuhan sarana tumbuh yang berbeda. Teknik budidaya yang tepat dapat meningkatkan hasil panen dan menekan biaya produksi.

Produksi tanaman dipengaruhi oleh jumlah populasi yang ada pada lahan budidaya. Apabila populasi tanaman yang ada di lahan sedikit maka produksi akan sedikit juga. Pengaturan populasi yang tepat dapat meningkatkan produksi sorgum. Semakin tinggi populasi maka akan semakin banyak jumlah malai yang dihasilkan. Semakin banyak malai maka produksi biji akan meningkat, apabila populasi terus ditingkatkan produksi akan turun. Hal tersebut disebabkan kompetisi antara tanaman dalam memperebutkan air dan hara akan semakin tinggi. Produksi yang maksimal dapat dicapai dengan jumlah populasi yang optimal.

(16)

2

tanam, kompetisi antar tanaman. Kompetisi antar tanaman terjadi dalam memperebutkan hara dan juga sarana tumbuh yang lain. Kompetisi ini dapat dianalogikan sebagai kehadiran gulma karena adanya persaingan antar kedua tanaman dalam mendapatkan faktor tumbuh, seperti cahaya, hara dan air(Kroppf dan Lotz 1993).

Tujuan

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh beberapa jarak tanam untuk mendapatkan populasi optimal dan meningkatkan produksi tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench).

Hipotesis

Terdapat populasi dan jarak tanam yang menghasilkan produksi maksimal pada tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench).

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat Tumbuh Sorgum

Sorgum (Sorghum bicolor L.) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marjinal dan kering di Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorgum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa, NTB dan NTT. Di Pulau Jawa, sorgum dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya (Soeranto 2004).

Tanaman sorgum mampu beradaptasi pada daerah yang luas mulai 450LU sampai dengan 400LS, mulai dari daerah dengan iklim tropis-kering sampai daerah beriklim basah. Menurut Tabri dan Zubachtirodin (2013) sorgum dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah, kecuali pada tanah Podzolik Merah Kuning yang masam. Tanah Vertisol (Grunusol),Aluvial, Andosol, Regosol, dan Mediteran umumnya sesuai untuk sorgum. Sorgum dapat ditanam dengan tingkat kesuburan tanah dari rendah sampai tinggi asalkan solum tanah agak dalam dengan pH 6.5-7.5.

Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman sorgum berkisar antara 23-30 0

(17)

3

kemampuan untuk tumbuh kembali setelah dilakukan pemangkasan pada batang bawah dalam satu kali tanam dengan hasil yang tidak jauh berbeda, bergantung pemeliharaan tanamannya. Selain itu tanaman sorgum lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal panen relatif kecil. Tanaman sorgum berfungsi sebagai bahan baku industri yang ragam kegunaannya besar dan merupakan komoditas ekspor dunia (Sumarno dan Karsono 1995).

Sorgum memiliki beberapa keunggulan apabila dibandingkan dengan tanaman pangan lainnya. Kandungan gizi sorgum sangat baik untuk beberapa komponen seperti kalsium dan protein bahkan lebih bagus dari beras dan jagung. Selain itu, batang sorgum dapat difermentasikan menjadi bioetanol untuk dapat diproduksi menjadi bahan bakar energi non-fosil secara masal. Keunggulan sorgum yang lain adalah sifat adaptifnya yang cukup tinggi sehingga dapat dikembangkan di berbagai kondisi lahan di Indonesia (Sungkono et al. 2009).

Budidaya sorgum manis di Indonesia masih belum intensif dilakukan oleh masyarakat Indonesia, padahal potensinya sangat baik untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak yang selama ini didominasi oleh pakan impor, juga sebagai salah satu jenis bahan bakar nabati untuk menggantikan BBM. Bioetanol adalah salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk menggantikan BBM yang dibuat dari biomassa tanaman (batang) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Menurut Balitbang (2012) komposisi kimia dan zat gizi sorgum, mirip dengan komposisi beras/padi, dan mendekati gandum. Sorgum mengandung mineral Ca, P, Fe, lemak esensial, asam amino lisin, isoleusin, vitamin B1, Niacin, dan riboflavin.

Populasi dan Jarak Tanam

Jarak tanam merupakan salah satu hal terpenting dalam budidaya karena mempengaruhi penyerapan hara, air, cahaya. Keuntungan yang akan didapatkan jika menggunakan jarak tanam yang tepat adalah meningkatkan penerimaan intensitas cahaya matahari pada daun dan diharapkan hasil asimilat meningkat sehingga pengisian biji dapat optimal, serta memudahkan pemeliharaan tanaman, terutama penyiangan gulma baik secara manual maupun dengan herbisida, pemupukan, serta pemberian air (Balitsereal 2013a).

(18)

4

Tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah menggunakan jarak tanam yang lebar karena ketersediaan hara tanaman akan terbatas.

Menurut Sobariah (1999) jarak tanam mempengaruhi jumlah daun yang dihasilkan oleh tanaman sorgum. Jarak tanam 75 cm x 15 cm dan 75 cm x 20 cm dengan perlakuan 1 benih per lubang memberikan pengaruh yang berbeda terhadap panjang batang dan bobot batang. Pada jarak tanam tersebut nyata berpengaruh meningkatkan bobot 100 biji, tetapi tidak berbeda nyata dengan hasil biji.

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB, Dramaga, Bogor pada bulan Maret hingga Juni 2015.

Bahan dan Alat

Bahan tanam yang digunakan dalam percobaan adalah benih sorgum varietas Numbu (Lampiran 1). Pupuk dasar yang digunakan adalah 200 kg ha-1 Urea, 100 kg ha-1 SP-36 dan 50 kg ha-1 KCl, insektisida dengan bahan aktif karbofuran dengan dosis 20 kg ha-1 serta kapur sebagai amelioran dengan dosis 2 ton ha-1, pupuk kandang 20 ton ha-1.

Alat yang digunakan alat pertanian, ajir, timbangan digital, meteran, jangka sorong, alat tulis, penggaris, licor L3000, dan thresher untuk merontok sorgum.

Metode Percobaan

Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan delapan perlakuan jarak tanam:

(19)

5

Yij = µ + τi + βj+ εij

dimana i=1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 ; j=1, 2, 3, 4 Keterangan:

Yijk = Respon pengamatan pada jarak tanam ke-i, dan kelompok ke-j µ = Nilai rataan umum

τi = Pengaruh jarak tanam ke-i

βj = Pengaruh pengelompokan ke-j

εij = Pengaruh galat percobaan dari jarak tanam ke-idan pengelompokan ke-j

Pelaksanaan Percobaan

Persiapan Lahan

Pelaksanaan percobaan dimulai dengan persiapan lahan dan pengolahan tanah yang dilakukan sekitar 2 minggu sebelum tanam, meliputi pembersihan tanah dari gulma, pembalikan tanah, dan pengemburan tanah. Tanah yang sudah diratakan dibuat bedengan dengan ukuran 2 m x 6 m sehingga luas untuk satu satuan percobaan sebesar 12 m2 sebanyak 32 petak. Tanah diberi kapur dengan dosis 2 ton ha-1 untuk meningkatkan pH tanah karena pH tanah cukup masam (Lampiran 3) dan pupuk kandang dengan dosis 20 ton ha-1 untuk meningkatkan bahan organik tanah.

Penanaman

Tanaman sorgum ditanam dengan jarak tanam sesuai perlakuan. Penanaman sorgum dilakukan dengan cara ditugal dengan benih per lubang tanam sesuai perlakuan, setelah itu diberi insektisida dengan bahan aktif karbofuran supaya benih tidak dimakan oleh serangga.

Pemeliharaan

Pemeliharaan sorgum yang dilakukan meliputi penyulaman pada 1 MST, penjarangan pada 1 MST dan 2 MST, pemupukan yang dilakukan pada saat tanam dan 4 MST, pembumbunan dilakukan pada 3 MST, serta pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan dilakukan dengan cara ditabur pada alur yang berjarak 7-8 cm dari lubang tanam dengan kedalaman 8-10 cm. Pupuk yang diberikan 200 kg ha-1 Urea, 100 kg ha-1 SP-36 dan 50 kg ha-1 KCl. Pupuk Urea diberikan diberikan dua kali, yaitu 1/2 bagian diberikan pada waktu tanam sebagai pupuk dasar bersama-sama pemberian pupuk SP36 dan KCl. Sisanya (1/2 bagian) diberikan saat tanaman berumur satu bulan setelah tanam. Pengendalian hama dan penyakit tanaman tidak dilakukan dilakuakn pada saat tanaman berumur 5 MST karena banyak tanaman yang terkena hama penggerek daun. Pengendalian gulma dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada 1 MST dan 3 MST.

Pemanenan

(20)

6

cuaca cerah. Penjemuran ini bertujuan untuk menurunkan kadar air dari 18-20% menjadi 12-14%. Tingkat kekeringan sorgum dapat dilihat dari perubahan warna dan tingkat kekerasan biji (Firmansyah et. al 2013).

Peubah Penelitian

Pengamatan dilakukan pada tanaman contoh yang dipilih. Prosedur pengamatan mengacu pada Descriptors for Sorghum (IBPGR / ICRISAT 1993). Karakter yang diamati adalah :

1. Pertumbuhan vegetatif a. Tinggi tanaman ( cm )

Diukur dari atas permukaan tanah hingga daun tertinggi pada fase vegetatif, sedangkan pada fase generatif tinggi tanaman diukur dari permukaan tanah hingga ujung malai.

b. Lingkar batang (cm)

Pengukuran lingkar batang dilakukan setelah malai muncul 10 cm di atas permukaan tanah setelah malai muncul untuk mendapatkan diameter batang terbesar.

c. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung pada saat 50% populasi mengularkan malai. Daun yang dihitung adalah daun yang berwarna hijau.

d. Luas daun bendera

Diukur pada saat panen menggunakan alat LI-COR LI-3000C. 2. Pertumbuhan generatif

a. Waktu muncul malai

Hitung hingga 50% populasi mengeluarkan malai b. Waktu panen

Dihitung dari waktu tanam hingga saat 90% tanaman dapat dipanen. c. Lama pengisian malai

Lama pengisian dihitung pada saat malai sudah keluar penuh sampai panen.

d. Bobot biji per tanaman

Bobot semua biji pada tanaman pada kadar air sekitar 12%. e. Bobot 1 000 butir

Bobot 1 000 butir sorgum pada kadar air sekitar 12% f. Bobot basah dan bobot kering brangkasan

Bobot brangkasan pada saat panen tanpa akar dan malai. g. Produksi tanaman per hektar

Produksi tanaman per hektar dihitung dengan mengkonversi hasil biji per ubinan.

Analisis Data

(21)

7

Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Analisis data dilakukan dengan bantuan

software SAS v9.0.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Penanaman benih sorgum dilakukan pada akhir musim hujan sehingga curah hujan cukup rendah. Kebutuhan air tanaman dipenuhi dengan melakukan penyiraman setiap hari. Benih sorgum mulai tumbuh pada tiga hari setelah tanam. Pada minggu pertama dilakukan penyulaman untuk tanaman yang tidak tumbuh dan penjarangan untuk tanaman yang setiap lubangnya tumbuh lebih dari perlakuan.

Pada 2 MST curah hujan mulai tinggi sehingga penyiraman dihentikan dan mulai terlihat pertumbuhan tanaman. Pada awal pertumbuhan, pertambahan tinggi tanaman berjalan lambat, pertambahan tinggi tanaman menjadi cepat setelah berumur 5 MST. Pada saat pertumbuhan vegetatif tanaman banyak hama yang menyerang daun. Pengendalian hama dilakukan dengan memberikan insektisida dengan bahan aktif karbofuran dengan dosis 20 kg ha-1 pada tunas tanaman.

Gambar 1. Tanaman sorgum rebah

(22)

8

1 benih per lubang, tanaman sorgum tidak mengalami kerebahan, sebab diameter tanaman lebih besar, sehingga dapat menopang tanaman. Penanganan tidak dilakukan lebih lanjut disebabkan tanaman akan patah jika ditegakkan, sehingga hal yang bisa dilakukan adalah mencegah malai menyentuh permukaan tanah supaya biji tidak berkecambah. Selain menyebabkan tanaman rebah, curah hujan dan angin juga berperan dalam penurunan produksi karena menyebabkan kerontokan bunga dan biji. Hal yang paling berperan dalam penurunan produksi sorgum adalah hama burung yang mulai datang setiap hari pada periode pengisian malai.

Gambar 2. Tanaman sorgum dengan malai terserang burung

Gejala kekurangan hara juga mulai muncul pada akhir pertumbuhan vegetatif tanaman, dan mulai terlihat jelas saat memasuki fase generatif. Kekurangan hara disebabkan karena jumlah tanaman tiap lubang berbeda. Sorgum yang ditanam dengan perlakuan 1 benih per lubang tidak menampakkan gejala defisiensi hara (Gambar 2). Sorgum yang ditanam dengan perlakuan 2 benih per lubang menunjukkan gejala defisiensi hara. Gejala defisiensi hara yang tampak adalah gejala defisiensi hara nitrogen. Kahat hara ini ditunjukkan oleh perubahan warna daun yang menguning pada bagian bawah dimulai dari pinggir ke tulang daun membentuk huruf V, kemudian berubah menjadi coklat dan akhirnya layu dan mati (Syafruddin dan Akil 2013). Pemupukan tambahan tidak dilakukan karena tanaman sudah berada pada akhir masa pertumbuhan dan menjelang panen. Pemberian dosis pupuk seharusnya memperhatikan jumlah populasi tanaman, karena apabila pupuk yang diberikan sama dan populasi berbeda, maka petak dengan populasi yang lebih tinggi akan mengalami gejala defisiensi hara.

(23)

9

Gambar 3. Tanaman menunjukkan gejala defisiensi hara N (3a), tanaman sehat (3b).

Rekapitulasi Sidik Ragam

Berdasarkan sidik ragam pada peubah-peubah yang diamati, perlakuan berpengaruh nyata pada tinggi tanaman pada umur 3 MST, diameter batang, jumlah daun, luas daun bendera, bobot biji per tanaman, dan bobot brangkasan kering. Rekapitulasi sidik ragam dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah pengamatan tanaman sorgum.

Peubah Sidik Ragam Koefisien Keragaman Tinggi tanaman

3MST ** 7.21

5MST tn 6.68

7MST tn 7.31

9MST tn 3.87

Diameter batang ** 6.02

Jumlah daun ** 7.26

Luas daun bendera ** 12.60

Bobot biji per tanaman ** 29.84

Bobot 1000 butir tn 6.78

Produksi per hektar tn 28.27

Bobot brangkasan kering ** 15.25

Keterangan : ** : nyata pada uji F taraf 5%, tn : tidak nyata pada uji F pada taraf 5%

(24)

10

Fase Vegetatif

Tinggi Tanaman

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada 3 MST (minggu setelah tanam). Pada 5 MST,7 MST dan 9 MST perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.

Jarak tanam 70 cm x 10 cm 1 benih per lubang memberikan respon paling tinggi terhadap tinggi tanaman pada 3 MST tetapi tidak berbeda nyata dengan terlalu tinggi, tetapi setelah melewati minggu ke 5, pertambahan tinggi tanaman cukup pesat. Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda

nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Diameter Batang

(25)

11

Tabel 3 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bendera tanaman sorgum

Jarak Tanam Diameter Batang (cm)

Jumlah Daun Luas Daun Bendera (cm2)

Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Jumlah Daun

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman seperti ditunjukkan pada (Tabel 3). Jumlah daun tertinggi pada perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan yang memberikan respon jumlah daun paling rendah adalah 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih. Hal tersebut juga sesuai dengan Gomez and Gomez (1984) menyatakan bahwa tanaman yang tumbuh tanpa tanaman lain di sekitarnya akan memperkecil terjadinya persaingan antar tanaman sehingga pertumbuhannya menjadi lebih baik dan menghasilkan jumlah daun yang maksimal. Bersadarkan deskripsi sorgum varietas Numbu (Lampiran 1) jumlah daun pada tanaman sorgum adalah 14 helai, tetapi pada pengamatan vegetatif jumlah daun tertinggi adalah 12. Hal tersebut diduga disebabkan pengamatan yang dilakukan pada saat pertumbuhan vegetatif maksimal, daun yang dihitung adalah daun yang masih berwarna hijau sehingga daun yang sudah mengering tidak ikut terhitung.

Luas Daun Bendera

(26)

12

Yue et al. (2006) melakukan penelitian yang lebih mendalam untuk menyelidiki hubungan antara karakter panjang, lebar, dan luas area daun bendera dengan hasil panen, jumlah malai, jumlah spikelet dan berat 1000 biji. Hasil penelitian Yue et al. (2006) menunjukkan adanya korelasi antara panjang, lebar, dan luas area daun bendera dengan daya hasil.

Fase Generatif

Malai mulai muncul pada saat tanaman berumur 58 HST (hari setelah tanam), atau memasuki 9 MST dan mencapai maksimum (muncul penuh) pada 9 MST atau tanaman berumur 63 HST pada semua petak perlakuan. Munculnya malai menandakan berhentinya pertumbuhan vegetatif dan dimulainya pertumbuhan generatif. Hal ini sejalan dengan pernyataan Peacock dan Wilson (1992) fase reproduktif bermula dengan inisiasi malai, yang biasanya terjadi antara 30 dan 40 hari setelah kemunculan malai tetapi dapat berubah-ubah, menurut genotip dan kondisi, dari 14 sampai lebih dari 90 hari pada beberapa kultivar di Afrika Barat.

Pemanenan dilakukan pada saat biji sudah masak penuh dan malai menguning lebih dari 90% dari populasi tanaman yang ada. Biji yang telah masak dapat dilihat dari tingkat kekerasan biji dan warna biji. Biji yang telah masak sempurna tidak akan hancur jika ditekan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk. Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 13 MST atau 91 HST. Hal tersebut sesuai dengan Tabri dan Zubachtirodin (2013) menyatakan tanaman sorgum sudah dapat dipanen pada umur 3-4 bulan setelah tanam.

Waktu pengisian malai dihitung pada saat malai keluar penuh hingga waktu panen tiba. Lama pengisian sorgum varietas Numbu selama 4 minggu atau 28 hari.

Bobot Biji per Tanaman

(27)

13

Tabel 4 Korelasi antara jumlah daun, diameter batang, luas daun bendera dan bobot brangkasan kering total.

Peubah JD DB BBPT BBKT

DB 0.918**

BBPT 0.867** 0.889**

BBKT 0.767** 0.899** 0.857**

LDB 0.720** 0.775** 0.671** 0.624**

Keterangan : JD= jumlah daun, DB= diameter batang, BBPT= bobot biji per tanaman, BBKT = bobot brangkasan kering total, LDB = luas daun bendera

Bobot 1 000 Biji

Perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 1 000 butir biji seperti ditunjukkan pada (Tabel 5).

Perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih memberikan hasil tertinggi namun tidak berbeda nyata dibandingkan semua perlakuan yang ada. Bobot 1 000 butir ini merupakan sifat yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh lingkungan. Menurut Balitsereal (2013b) menyatakan bahwa bobot 1 000 biji sorgum varietas numbu sekitar 30 g. Bobot 1 000 biji apabila dibandingkan dengan deskripsi varietas (Lampiran 1) hasil bobot biji lebih rendah, hal tersebut diduga karena proses fotosintesis yang terjadi pada saat pengisian biji kurang maksimal. Fase pengisian buji sedikit terganggu karena saat pengisian biji curah hujan cukup tinggi.

Tabel 5 Bobot biji per tanaman dan bobot 1 000 butir tanaman sorgum

Jarak Tanam Bobot Biji per Tanaman (g)

Bobot 1 000 Butir sorgum (g)

60 cm x 10 cm 1 benih 53.87 ab 33.02

60 cm x 10 cm 2 benih 24.79 c 32.53

60 cm x 20 cm 1 benih 73.71 a 32.69

60 cm x 20 cm 2 benih 31.10 c 33.01

70 cm x 10 cm 1 benih 52.92 ab 32.87

70 cm x 10 cm 2 benih 29.92 c 33.74

70 cm x 20 cm 1 benih 61.46 a 33.99

70 cm x 20 cm 2 benih 37.57 bc 32.60

(28)

14

Gambar 4 grafik bobot biji per tanaman sorgum

Bobot Basah dan Kering Brangkasan

Bobot Basah Malai

Perlakuan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot basah malai per tanaman seperti ditunjukkan pada (Tabel 6). Perlakuan dengan nilai tertinggi adalah perlakuan 60 cm x 20cm 1 benih namun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih dan 60 cm x 10 cm 1 benih. Perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih namun tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih.

Tabel 6 Bobot brangkasan basah tanaman sorgum

Jarak Tanam Bobot Basah Brangkasan (g) tanaman -1 Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak

(29)

15

Bobot Basah Batang

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah batang seperti ditunjukkan pada (Tabel 6). Perlakuan paling tinggi adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih dan 60 cm x 10 cm 1 benih. Perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih.

Bobot Basah Daun

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah daun seperti ditunjukkan pada (Tabel 6). Bobot basah daun paling tinggi adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan 70 cm x 10 cm 2 benih tetapi tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 10 cm 2 benih, 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 20 cm 2 benih.

Bobot Basah Brangkasan Total

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot basah brangkasan total (Tabel 6). Perlakuan yang memberikan respon paling tinggi adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering malai (Tabel 7). Perlakuan jarak tanam dengan respon paling tinggi adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 1 benih. Sedangkan perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan 70 cm x 20 cm 2 benih, 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih.

Bobot Kering Batang

(30)

16

Tabel 7 Bobot brangkasan kering tanaman sorgum

Jarak Tanam

Bobot Brangkasan Kering (g) tanaman-1

Malai Batang Daun Total Keterangan: angka pada kolom yang sama dan diikuti oleh huruf yang sama tidak

berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

Bobot Kering Daun

Perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh nyata terhadap bobot kering batang. Perlakuan paling tinggi adalah perlakuan 70 cm x 20 cm 1 benih namun tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 1 benih. Sedangkan perlakuan dengan nilai paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih namun tidak berbeda nyata dengan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70 cm x 10 cm 2 benih dan 70 cm x 20 cm 2 benih.

Bobot Kering Brangkasan Total

Jarak tanam berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan total ( Tabel 7). Perlakuan dengan respon paling tinggi adalah perlakuan 60 cm x 20 cm 1 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 70 cm x 10 cm 1 benih dan 70 cm x 20 cm 1 benih. Perlakuan yang memberikan respon paling kecil adalah perlakuan 60 cm x 10 cm 2 benih meskipun tidak berbeda nyata dengan perlakuan 60 cm x 20 cm 2 benih dan 70cmx10cm 2 benih. Banyaknya pupuk yang digunakan mengikuti penelitian Haerudin (2001) penambahan unsur hara makro seperti nitrogen, posfor dan kalium dalam tanah akan meningkat. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya asimilat yang terbentuk dan disimpan dalam komponen tanaman (daun, batang serta akar) sebagai cadangan makanan yang selanjutnya akan di mobilisasi untuk pembentukan biji. Hal tersebut juga sesuai dengan yang dijelaskan oleh Risema (1983) bahwa unsur hara terutama nitrogen dalam tanah merupakan unsur hara yang sangat penting untuk pertumbuhan dan pembentukan protein daun dan berbagai persenyawaan organik lainnya.

Produksi per Hektar

(31)

17

penelitian Sobariah (1999) menyatakan bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata terhadap produksi tanaman per hektar.

Tabel 8 Produksi tanaman sorgum per hektar

Jarak Tanam Produksi per Hektar (tonha-1) 60 cm x 10 cm 1 benih 2.52 60 cm x 10 cm 2 benih 2.54 60 cm x 20 cm 1 benih 3.40 60 cm x 20 cm 2 benih 2.74 70 cm x 10 cm 1 benih 3.31 70 cm x 10 cm 2 benih 3.49 70 cm x 20 cm 1 benih 2.70 70 cm x 20 cm 2 benih 3.19

Meskipun produktivitas per hektar tanaman sorgum tidak berbeda nyata, dari peubah vegetatif yang diamati perlakuan dengan jarak tanam 60 cm x 20 cm 1 benih memberikan respon rata-rata hasil tertinggi. Pertumbuhan vegetatif tanaman diduga mempengaruhi hasil. Perlakuan jarak tanam 60 cm x 20 cm 1 benih memberikan hasil diameter batang tertinggi, jumlah daun tertinggi, luas daun bendera tertinggi serta produksi per tanaman tertinggi, sehingga hasil per hektar juga tinggi.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Perbedaan jarak tanam populasi tidak mempengaruhi produktivitas sorghum per hektar, meskipun bobot biji per tanaman dipengaruhi oleh jumlah populasi dan jarak tanam. Produktivitas tidak berbeda karena jumlah populasi pada perlakuan 2 benih per lubang lebih padat.

Saran

(32)

18

DAFTAR PUSTAKA

Agustina K, Sopandi D, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D. 2010. Tanggap fisiologi akar sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap cekaman aluminium dan defisiensi fosfor di dalam rhizotron. J. Agron. Indonesia 38 (2) : 88 – 94

[Balitsereal] Badan Penelitian Tanaman Serealia. 2013a. Sistem legowo tanaman jagung. Balitsereal. Sulawesi Selatan. [Internet].[diunduh 2014 Maret 16].

Tersedia pada :

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content& iew=article&id=217:penerapan-sistem-tanam-legowo-pada-tanaman jagung&catid=14:alsin&Itemid=43.

[Balitsereal] Badan Penelitian Tanaman Serealia. 2013b. Database sorgum dan gandum. Balitsereal. [Internet].[diunduh 2015 September 22]. Tersedia pada :http://balitsereal.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php?option=com_content

&view=category&id=47:database-gandum-dan-sorgum&Itemid=93&layout=default.

[Balitbang] Badan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2012. Ragam produk pangan dari jagung dan sorgum. Sinar Tani. Edisi 25-31 Januari 2012 No.3441 Tahun XLII : 8-12.

[IBPGR and ICRISAT] International Board for Plant Genetic Resources; International Crops Research Institute for the Semi-Arid Tropics. 1993. Descriptors for sorghum [Sorghum bicolor (L.) Moench]. , Rome, Italy, Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 242-259.

Fitriani A, Isnaini M. 2013. Morfologi dan Pertumbuhan Sorgum. Di dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 47-68. Gomez K A, Gomez A A. 1984. Procedurs of Agricultural Research. John

Wiley, Sons. New York. 526p.

Haerudin. 2001. Produktivitas tanaman sorgum (Sorghum caudatum) dengan pemberian berbagai macam pupuk organik pada pola tanam tumpang sari dengan leguminosa [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 197 hal.

Kroppf M J, Lotz L A P. 1993. Empirical Model for Crop-Weed Competition. Di dalam Kropff M J and van Laar H H (editor). Modelling Crop-Weed Interactions. CAB International. Wallingford. UK

(33)

19

Risema W T. 1983. Pupuk dan Cara Pemupukan. Saleh M H dan Bhatara, penerjemah. Jakarta(ID) : Karya Angkasa

Simamora T J L. 2006. Pengaruh waktu penyiangan dan jarak tanam terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays L.) varietas DK3. [skripsi].Medan (ID) :Universitas Sumatera Utara.

Sobariah L. 1999. Uji adaptasi dan pengaruh jarak tanam terhadap sorgum manis

(Sorghum bicolor (L.) Moench varietass rio, RGV dan cowley pada lahan kering iklim basah. [skripsi].Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Soeranto. 2004. Pemuliaan tanaman sorgum di Patir-Batan. Batan. Jakarta [Internet]. [diunduh 2014 Maret 15]. Tersedia pada : http://www.batan.go.id/patir/_berita/pert/sorgum/sorgum.html

Subagio H dan Suryawati. 2013. Wilayah Penghasil dan Ragam Penggunaan Sorgum di Indonesia. Di dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 24-37.

Sumarno, Karsono S. 1995. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan Penggunaannya. Edisi Khusus Balitkabi 4: 13 – 24.William, C.N, K.T. Joseph. 1970. Climate, Soil and Crop Production in Humid Tropics. Oxford University Press, Kuala Lumpur.

Sungkono, Trikoesoemaningtyas, Wirnas D, Sopandie D, Human S, Arif Y M. 2009. Pendugaan parameter genetik dan seleksi galur mutan sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) di tanah masam. J. Agron. Indonesia 37 (3) : 220 – 225.

Syarifuddin dan Akil M. 2013. Pengelolaan Hara pada Tanaman Sorgum. Di dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 168-174.

Tabri F, Zubachtirodin. 2013. Budi Daya Tanaman Sorgum. Di dalam:Sumarno, Damardjati D S, Syam M dan Hermanto, editor. Sorgum Inovasi Teknologi dan Pengembangan. Jakarta (ID):IAAD Press. hlm 175-187.

Widiatmaka, Darlan N H, Hidayat Y, Djajakirana G. 2014. Sifat-sifat tanah dan konsentrasi herbisida glifosat pada beberapa kedalaman tanah dan waktu setelah aplikasi pada tanah latosol Dramaga Bogor. Seminar Nasional Pengarusutamaan Lingkungan dalam Pengelolaan Sumberdaya Alam : Tantangan dalam Pembangunan Nasional. 6 November 2014 Bogor. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. 147-158.

Yue Bing, Xue Wei-Ya, Luo Li-Jun, Xing Yong-Zhong. 2006. QTL Analysis for Flag Leaf Characteristics and Their Relationships with Yield and Yield Traits in Rice. Acta Genetica Sinica 33:824-832.

Zaubin, M. 1985. Pengaruh tumpangsari jagung, kacang panjang, dan populasi terhadap produksi bawang putih (Allium sativum L.). [skripsi]. Jember (ID). Universitas Jember.

(34)
(35)

21

Lampiran 1 Deskripsi sorgum varietas Numbu

Tanggal dilepas : 22 Oktober 2001

Asal : India

Umur berbunga 50% : ± 69 hari

Panen : ± 100-105 hari

Tinggi tanaman : ± 187 cm

Sifat tanaman : tidak beranak

Kedudukan tangkai : di pucuk

Bentuk daun : pita

Jumlah daun : 14 helai

Sifat malai : kompak

Bentuk malai : ellips

Panjang malai : 22-23 cm

Sifat sekam : menutup sepertiga bagian biji

Warna sekam : coklat muda

Bentuk /sifat biji : bulat lonjong, mudah dirontok

Ukuran biji : 4,2; 4,8; 4,4 mm

Warna biji : krem

Bobot 1000 biji : 36-37 g

Rata-rata hasil : 3,11 t/ha

Potensi hasil : 4,0-5,0 t/ha

Kerebahan : tahan rebah

Ketahanan : tahan hama aphis, tahan penyakit karat dan bercak daun

Kadar protein : 9,12%

Kadar lemak : 3,94%

Kadar karbohidrat : 84,58%

(36)

22

Lampiran 2 Data Iklim Wilayah Dramaga pada Bulan Desember 2014 hingga Juni

2015

Sumber: Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Klimatologi Dramaga Bogor, 2011

Lampiran 3 Sifat kimia tanah Latosol Dramaga (Widiatmaka et.al 2014)

Kedalaman pH 1:1 KTK

(me/100g)

N KCl (me/100g)

Fe (ppm)

H2O KCl Al H

0 - 10 cm 4.80 3.80 13.34 2.24 0.31 2.18

10 - 20 cm 4.70 3.90 12.78 2.88 0.34 2.46

30 - 40 cm 4.75 3.85 12.72 2.50 0.32 5.02

40 – 50 cm 4.80 3.80 12.95 2.26 0.29 2.26

Bulan

Curah Temperatur Kelembaban Intensitas Angin Rata-rata Hujan Rata-rata Udara Radiasi Matahari

Arah Kecepatan

(mm) (ºC) (%) (Cal/Cm²) (Knot)

Desember 2014 200 26.3 82 291 W/NW 4.2

Januari 2015 251 25.2 87 261 W 3.9

Februari 2015 346 25.0 88 259 N/NW 3.7

Maret 2015 374 25.6 85 325 W/NW 4.4

April 2015 206 25.8 86 313 NW 4.1

Mei 2015 202 26.3 82 338 N/NW 3.9

(37)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bantul, Provinsi Yogyakarta pada tanggal 23 April 1993. Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Kangsi dan Ibu Nukiyah. Tahun 2005 penulis lulus dari SDN 2 Sono, kemudian pada tahun 2008 penulis menyelesaikan studi di SMPN 2 Kretek . Selanjutnya penulis lulus dari SMA Negeri 1 Bantul pada tahun 2011. Penulis diterima di kampus IPB melalui jalur SNMPTN undangan pada tahun 2011 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Gambar

Gambar 2. Tanaman sorgum dengan malai terserang burung
Tabel 1 Rekapitulasi sidik ragam pada berbagai peubah pengamatan tanaman
Tabel 2 Tinggi tanaman sorgum
Tabel 3 Diameter batang, jumlah daun dan luas daun bendera tanaman sorgum
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, umur berbunga, jumlah klorofil, umur panen, produksi per sampel, produksi per plot berat biji

Ada pengaruh jarak tanam dan waktu penyiangan gulma yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) dan interaksi antara jarak tanam dan

Pertumbuhan dan Hasil Sorgum manis (Sorghum bicolor (L.)Moench) Tanam Baru dan Ratoon pada Jarak Tanam Berbeda.. Universitas

Merujuk pada tabel 5 dapat dilihat bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada panjang malai kecuali pada kultivar Mandau yang ditanam pada jarak tanam yang renggang

Kombinasi wijen Winas-1 dengan habitus bercabang bersama dengan sorgum manis pada jarak tanam 70 cm × 25 cm mampu membentuk luasan daun yang cukup dan dapat menutup

Hal ini menunjukkan bahwa berbagai jarak tanam yang diberikan belum dapat mengakibatkan kompetisi antar tanaman sorgum dalam pemanfaatan air, unsur hara dan

Merujuk pada tabel 5 dapat dilihat bahwa jarak tanam tidak berpengaruh nyata pada panjang malai kecuali pada kultivar Mandau yang ditanam pada jarak tanam yang renggang

Berdasarkan sidik ragam dapat diketahui bahwa perlakuan mulsa berpengaruh tidak nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang, bobot basah