• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Minuman Fungsional Torbangun (Coleus Amboinicus Lour) Dan Lemon (Citrus Medica Var Lemon) Pada Sindrom Pramenstruasi Remaja.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efek Minuman Fungsional Torbangun (Coleus Amboinicus Lour) Dan Lemon (Citrus Medica Var Lemon) Pada Sindrom Pramenstruasi Remaja."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

Lour) DAN LEMON (

var Lemon) PADA

SINDROM PRAMENSTRUASI REMAJA

FEBRY HARISSA SURBAKTI

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efek Minuman Fungsional Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan Lemon (Citrus medica var Lemon) pada Sindrom Pramenstruasi Remaja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan Hak Cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

(4)

RINGKASAN

FEBRY HARISSA SURBAKTI. Efek Minuman Fungsional Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan Lemon (Citrus medica var Lemon) pada Sindrom Pramenstruasi Remaja. Dibimbing oleh M RIZAL M DAMANIK dan KATRIN ROOSITA.

Sindrom pramenstruasi (PMS) merupakan masalah fisik dan psikis yang sangat mempengaruhi wanita sebelum siklus menstruasi terjadi. Dampak yang ditimbulkan dari sindrom pramenstruasi yaitu terjadi penurunan aktifitas kerja individu yang mengalami sindrom pramenstruasi. Beberapa penelitian menyatakan bahwa resiko sindrom pramenstruasi meningkat pada wanita yang mengalami defisiensi magnesium. Magnesium (Mg) bagi sindrom pramenstruasi berperan dalam meningkatkan transmisi sinaptik dan menyebabkan hiperekstabilitas otot pada uterus. Selain magnesium, kalsium memiliki peran yang penting terhadap kejadian sindrom pramenstruasi. Kalsium (Ca) berperan dalam interaksi protein otot, yaitu aktin dan myosin. Jika kadar kalsium berkurang, maka otot tidak bisa mengendur setelah berkontraksi dan akan mengalami penegangan/kram. Tanaman torbangun merupakan tanaman obat yang kaya akan kandungan mineral kalsium, magnesium dan zat besi yang dapat berperan terhadap sindrom pramenstruasi. Selain kandungan mineral, torbangun juga mengandung zat aktif yang dapat berperan meningkatkan kandungan hormon progesteron. Rendahnya kadar hormon progesteron selama masa luteal merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Penelitian tentang efikasi daun torbangun terhadap sindrom pramenstruasi sudah pernah dilakukan dalam bentuk suplementasi kapsul serbuk, tetapi belum ada yang meneliti dalam bentuk minuman fungsional. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian pengaruh minuman fungsional torbangun dan lemon terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.

(5)

1x316ml/hari dan pada periode kedua semua contoh kelompok perlakuan selesai menstruasi kedua mendapatkan intervensi minuman fungsional torbangun dan lemon 1x316 ml/hari kembali. Masing – masing periode berlangsung selama 14 hari. Jenis dan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi diukur menggunakan kuesioner Pramenstrual Assessment Form (PAF).

Semua contoh merupakan mahasiswi yang berada di asrama putri TPB IPB Bogor dan yang mengalami sindrom pramenstruasi tingkat sedang. Rata – rata contoh berusia 18 tahun (18.33±0.47) dan mulai mengalami menstruasi (menarche) pada usia 12 tahun (12.56±1.20). Rata – rata contoh penelitian memiliki status gizi normal dengan IMT 20.61±2.71 cm2. Adanya perubahan konsumsi contoh sebelum, sesudah intervensi pertama dan sesudah intervensi kedua (p>0.05), disebabkan karena keadaan contoh selama intervensi mengalami masa Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Situasi dan kondisi saat contoh mengalami UTS dan UAS sulit terkendali karena keinginan atau nafsu makan untuk mengonsumsi cemilan. Rata–rata contoh memiliki tingkat aktivitas fisik ringan baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan pada saat sebelum, sesudah intervensi pertama dan sesudah intervensi kedua (p>0.05).

Terjadi penurunan rata-rata tingkat keluhan sindrom pramenstruasi pada contoh kelompok perlakuan setelah intervensi pertama dan kedua (p<0.05). Pada jenis keluhan sindrom pramenstruasi, kelompok perlakuan memiliki jenis keluhan yang sedikit setelah intervensi daripada kelompok kontrol. Pada tingkat asupan mineral (kalsium dan magnesium) terjadi kenaikan sebelum dan sesudah intervensi (p<0.05). Pada penelitian ini terlihat bahwa minuman fungsional torbangun dan lemon berdampak positif pada tingkat keluhan sindrom pramenstruasi dan tingkat asupan mineral (kalsium dan magnesium).

Penelitian ini membuktikan bahwa minuman fungsional torbangun dan lemon memberikan efek positif terhadap penurunan keluhan sindrom pramenstruasi. Penelitian selanjutnya perlu dilakukannya penambahan kelompok pada penelitian ini yaitu kelompok yang hanya diberikan ekstrak torbangun saja, sehingga dapat terlihat variasi hasil apa yang lebih baik untuk menurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada wanita remaja. Selain itu, perlu dilakukan pemberian ekstrak lemon pada kelompok kontrol untuk menguatkan pengambilan kesimpulan terkait pengaruh positif minuman fungsional torbangun dan lemon pada sindrom pramenstruasi, sebab kandungan fitokimia pada lemon juga dapat berpengaruh terhadap penurunan keluhan sindrom pramenstruasi.

(6)

SUMMARY

FEBRY HARISSA SURBAKTI. Effect of Torbangun (Coleus amboinicus Lour) Functional Drink and Lemon (Citrus medica var Lemon) on Pramenstrual Syndrome Adolescent. Supervised by M RIZAL M DAMANIK and KATRIN ROOSITA.

Pramenstrual syndrome (PMS) is a physical and psychological problem which greatly affects women prior to their menstrual cycle. It can decrease the work activities of individuals who experience it. Several studies stated that the risk of PMS increased in women with magnesium (Mg) and iron (Fe) deficiency. Mg plays a role in PMS by increasing synaptic transmission and causing muscle hyperexcitability in uterus. In addition to Mg and Fe, calcium (Ca) has an important role on the incidence of PMS. It plays a role in protein interactions in the muscles, namely actin and myosin. If Ca level decreases, the muscles cannot slacken after contraction and tension/cramps will occur. Torbangun is a plant that is rich in Ca, Mg, and Fe contents which can contribute to PMS. Besides mineral contents, it also contains active substances that may contribute to improve the progesterone content. Low level of progesterone during luteal phase is one of the causes of PMS. Studies on the efficacy of Torbangun leaves in the form of capsules containing the leave powder has been conducted but there is still no study regarding its efficacy in the form of functional drink. Therefore, it is necessary to study the effect of Torbangun leaves functional drink on the incidence of PMS.

The aim of this study was to determine the effect of Torbangun leaves functional drink and lemon (TFDL) on the decreased PMS complaints in adolescent girls. Specific objectives of this study were to determine the nutritional status and physical activity level in adolescent girls experiencing PMS; analyze the amount and type of food consumed, as well as the consumption level of adolescent girls experiencing PMS; analyze the type and level of PMS complaints in adolescent girls experiencing PMS; analyze mineral (Mg and Ca) and active substances contents in TFDL; and analyze the effect of TFDL in decreasing the level of PMS complaints. This research was an experimental design study with randomized block design. There were 39 subjects which were selected by the following inclusion criteria: women aged 18-20 years and having PMS. The exclusion criteria were as follows: not willing to be a subject, currently consuming drugs/drinks to relieve PMS, and taking weight-loss supplements or the like. This study was conducted in two periods. In the first period, all subjects in the treatment group received 1x316 ml TFDL/day after the first menstrual cycle. In the second period, they received 1x316 ml TFDL/day after the second menstrual cycle. Each period lasted for 14 days. The type and level of PMS complaints were measured using Pramenstrual Assessment Form (PAF) questionnaire.

(7)

consumption of the subjects between pra-intervention, after first intervention, and after second intervention (p<0.05) occurred because the subjects were having mid-term and final examinations period in campus during the intervention period. The circumstances during those periods were unkontrollable because of their high desire or appetite to consume snacks. Most subjects had light physical activity level (sedentary), either in the control group or the treatment group, during pra-intervention, after first pra-intervention, and after second intervention (p>0.05).

There was a decrease in the mean level of PMS complaints in the treatment group after the first and second intervention (p<0.05). On the type of PMS complaints, the treatment group had fewer types of complaints after intervention than the kontrol group. The intake level of minerals (Ca and Mg) increased after intervention (p<0.05) compared with awal-intervention. This study showed that TFDL had a positive effect on the level of PMS complaints and mineral intake level (Ca and Mg).

This study provided data that TFDL gave positive effect on the decline of PMS complaints. Future research should be done to increase the research group is the group who were given extracts torbangun course, so it can be seen variation of what is better to reduce the complaints of premenstrual syndrome in female adolescents. In addition, there should be provision lemon extract in the control group to strengthen the conclusions related to the positive influence of TFDL on premenstrual syndrome, because the content of phytochemicals in lemon can also affect the reduction in complaints of premenstrual syndrome.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

EFEK MINUMAN FUNGSIONAL TORBANGUN (

Coleus amboinicus

Lour) DAN LEMON (

Citrus medica

var Lemon) PADA

SINDROM PRAMENSTRUASI REMAJA

FEBRY HARISSA SURBAKTI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat

SEKOLAH PASCA SARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)
(11)

Judul : Efek Minuman Fungsional Torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan Lemon (Citrus medica var Lemon) pada Sindrom Pramenstruasi Remaja

Nama : Febry Harissa Surbakti

NIM : I151124021

Disetujui oleh,

Komisi Pembimbing

Dr Katrin Roosita, SP, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Gizi Masyarakat

Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 21 Agustus 2015 Tanggal Lulus:

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Berkenaan dengan tersusunnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof drh M. Rizal M. Damanik, MRepSc, PhD selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Dr Katrin Roosita, SP, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Dr Ir Sri Anna Marliyati, MS selaku dosen pembahas pada kolokium dan dosen penguji pada sidang tesis.

4. Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Gizi Masyarakat.

5. Kedua orang tua, AKBP Robin Surbakti (Ayah) dan Yusni Agustini, S.Sos (Ibu) yang memberikan doa dan dukungan baik secara moral maupun material.

6. Rica Yulia Surbakti, S.Si (kakak) yang telah bersedia mendampingi, memberikan doa, dan dukungan selama penyelesaian penelitian ini.

7. Teman-teman Pascasarjana Gizi Masyarakat IPB Angkatan 2012 atas doa, dukungan dan semangatnya.

8. Pihak-pihak lain yang telah banyak memberi dorongan dan masukan dalam penulisan tesis ini.

Diharapkan tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkepentingan khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Oktober 2015

(13)

DAFTAR ISI

Upaya Mengatasi Keluhan Sindrom Pramenstruasi 11

Torbangun (Coleus amboinicus Lour) 12

Lemon (Citrus medica var Lemon) 14

Cara Pembuatan Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon 17

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh 18

Besar Sampel 19

Variabel Penelitian 20

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 20

Tahapan Penelitian 21

Metode Intervensi 22

Pengolahan dan Analisis Data 23

Analisis Kandungan Bioaktif 26

Defenisi Operasional 27

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 28

Kandungan Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon 29

Kandungan Mineral pada Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon 30 Kandungan Fitokimia pada Daun Torbangun dan Minuman Fungsional

Torbangun dan Lemon 31

Karakteristik Contoh 32

Kebiasaan Konsumsi 34

Konsumsi dan Tingkat Kecukupan Gizi 35

Aktivitas fisik 38

Tingkat Keluhan Sindrom Pramenstruasi 39

Jenis Keluhan Sindrom Pramenstruasi 41

(14)

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 52

DAFTAR TABEL

1. Perbandingan Zat Gizi Daun Torbangun dan Katuk 13

2. Kandungan Gizi Lemon 14

3. Komposisi Kandungan Gizi dari Madu 16

4. Kriteria Inklusi dan Eksklusi untuk Penentuan Sampel 19

5. Jenis dan Cara Pengumpulan Data. 20

6. Kategori Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi 24

7. Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan PAL 24

8. Jenis Data, Frekuensi Pengumpulan, Waktu dan Metode Pengukuran 25 9. Persentase Data Proksimat Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon 29 10.Kandungan Mineral pada Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon 30 11.Kandungan Fitokimia pada Minuman Torbangun dan Lemon 31

12.Karakteristik Contoh Penelitian 33

13.Sebaran Contoh Penelitian Menurut Kebiasaan Konsumsi 34 14.Rata-Rata Konsumsi Sebelum, Setelah Intervensi Pertama dan Kedua. 36

15.Tingkat Kecukupan Gizi Contoh pada Fase Intervensi 37

16.Rata-Rata PAL Contoh pada Fase Intervensi 38

17.Sebaran Contoh Penelitian Berdasarkan Tingkat Keluhan Sindrom

Pramenstruasi pada Fase Intervensi 40

18. Rata-rata Tingkat Keluhan Sindrom Pramenstruasi 40

DAFTAR GAMBAR

1. Faktor – faktor yang berhubungan dengan sindrom pramenstruasi 6

2. Siklus Menstruasi 8

3. Daun Torbangun (Coleus amboinicus Lour) (Mahmud et al. 1990) 12 4. Jeruk lemon (Citrus medica var Lemon) (Nicolos et al. 2005) 14

5. Madu (Sihombing, 1997) 15

6. Prosedur pembuatan minuman fungsional daun torbangun 18

7. Tahapan penelitian 21

8. Tahapan intervensi dan pengambilan data 22

9. Minuman fungsional torbangun dan lemon 28

10.Tingkat keluhan PMS berdasarkan jenis keluhan perubahan emosional 41 11.Tingkat keluhan PMS berdasarkan jenis keluhan retensi air 42 12.Tingkat keluhan PMS berdasarkan jenis keluhan perubahan nafsu makan 43

13. Tingkat keluhan PMS berdasarkan tingkat depresi 43

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kode Etik (Ethical clearence) 52

(15)

3. Hasil Uji Fitokimia Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon 54 4. Hasil Uji Proksimat dan Kandungan Mineral Minuman Torbangun dan

Lemon 55

5. Konsumsi Contoh Sebelum, Sesudah Intervensi Pertama dan Kedua 56 6. Tingkat Kecukupan Gizi Contoh Sebelum, Sesudah Intervensi Pertama

dan Kedua 58

7. Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk Berbagai Aktivitas pada

Perempuan (WHO/FAO 2003) 61

8. Tingkat Aktivitas Contoh Sebelum, Sesudah Intervensi Pertama dan

Kedua 62

9. Tingkat Keluhan Sindrom Pramenstruasi Sebelum, Sesudah Intervensi

(16)
(17)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sindrom menjelang menstruasi atau sering dikenal dengan sebutan sindrom pramenstruasi (PMS) merupakan gejala-gejala yang terjadi sebelum menstruasi datang, gejala tersebut biasanya timbul 7 sampai 10 hari sebelum menstruasi dan hilang ketika menstruasi dimulai (Devi et al. 2010). Gejala-gejala yang ditimbulkan dari PMS tersebut berupa gangguan fisik dan psikis. Keluhan fisik yang terjadi seperti payudara terasa bengkak dan sakit, sakit pada pinggul, sakit kepala, timbulnya masalah kulit seperti jerawat dan perubahan nafsu makan (Mason, 2007). Keluhan psikis yang terjadi seperti sensitif, lekas marah, mudah kelelahan, lemas, perubahan pada suasana hati yang sangat cepat (Hardinsyah, 2004).

Penyebab pasti terjadinya sindrom pramenstruasi sampai sekarang masih belum diketahui. Namun sindrom pramenstruasi terjadi akibat berbagai faktor, salah satunya yaitu akibat perubahan hormonal yang terjadi didalam tubuh sebelum menstruasi mulai. Perubahan hormonal tersebut yaitu ketidakseimbangan

progesteron atau kelebihan progesteron (Ismail & O’Brien 2006). Gejala-gejalanya biasa dirasakan pada saat ovulasi dan menstruasi (7–10 hari sebelum menstruasi), kemudian gejala tersebut hilang saat mulai menstruasi (Devi et al. 2010)

Sebagian besar remaja putri penderita sindrom pramenstruasi umumnya mengalami satu atau lebih gejala sindrom pramenstruasi (Dickerson et al. 2003). Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan oleh Tabassum et al. (2005), sekitar 53% remaja putri di Peshawar India mengalami sindrom pramenstruasi. Masalah yang ditimbulkan oleh sindrom pramenstruasi menurut penelitian yang dilakukan oleh Baziad (2005), gangguan pada diri wanita sendiri, bahkan dalam skala yang lebih besar yaitu kerugian pada ekonomi nasional. Masalah ini sering dikaitkan dengan penurunan yang terjadi pada produktivitas kerja akibat peningkatan absensi kehadiran di tempat kerja selama 7 sampai 10 hari sama dengan 84-120 hari per tahun. Penelitian yang dilakukan oleh Faustino et al. (2009), menunjukkan bahwa pravalensi sindrom pramenstruasi di Indonesia diperkirakan mencapai 85% wanita pada usia produktif. Angka ini menggambarkan cukup banyaknya penderita yang mengalami sindrom pramenstruasi di Indonesia, sehingga sangat perlu dilakukan upaya penanggulangan untuk mencegah dan mengatasinya masalah tersebut.

(18)

penelitian Miriam et al. (2000), berperan dalam meningkatkan transmisi sinaptik dan menyebabkan hiperekstabilitas otot pada uterus.

Torbangun (Coleus amboinicus Lour) merupakan salah satu tanaman yang banyak khasiatnya dan telah banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Batak di Provinsi Sumatera Utara. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Damanik et al. 2001; Damanik et al. 2004; Damanik 2009) masyarakat Batak memiliki tradisi mengonsumsi daun torbangun sebagai sayuran untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas ASI. Tradisi ini telah berlangsung secara turun menurun sejak ratusan tahun yang lalu dan sampai sekarang masih terus diperaktekkan. Selain berkhasiat sebagai peningkat kualitas dan kuantitas ASI, masyarakat Batak juga meyakini bahwa daun torbangun berkhasiat sebagai pembersih rahim ibu yang baru melahirkan (uterine cleansing agent), menambah tenaga (tonikum), pengurang rasa nyeri (analgesik), dan obat untuk menyembuhkan penyakit seperti sariawan dan batuk (Damanik et al. 2001; Damanik et al. 2004). Manfaat lainnya yang telah dirasakan masyarakat Indonesia selama ini yaitu sebagai antimikroba/antibakteri (Khattak et al. 2013), obat batuk, demam, perut kembung dan asma (Tanaman Obat Indonesia 2005).

Batubara et al. (2004) mengatakan bahwa tanaman torbangun memiliki kandungan yang kaya akan zat gizi mikro seperti magnesium, zat besi, zink,

kalsium, α-tocopherol, dan β-karoten, minyak atsiri antara lain fenol, karvakrol, isopropil o kresol dan sineol serta zat aktif seperti flavonoid dan glikosida. Tanaman torbangun memiliki kandungan zat aktif yang secara langsung memiliki efek terhadap jaringan produksi hormon progesteron (Collins 2006). Secara khasiat, peranan torbangun untuk mengurangi gejala sindrom pramenstruasi sudah terbukti, namun bentuk dari suplemen torbangun yang berupa kapsul terkesan seperti obat (Devi et al. 2010). Oleh karena itu, perlu dikembangkan dalam bentuk minuman fungsional torbangun dan lemon yang lebih disukai dan dapat diterima oleh masyarakat, terutama kaum wanita yang sedang menderita sindrom pramenstruasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Devi et al. (2010) diketahui bahwa pemberian satu kapsul yang berisi 750 mg daun torbangun kering atau setara dengan 10 gram daun torbangun segar dapat menurunkan keluhan seperti nyeri pada payudara, sakit kepala, nyeri perut bagian bawah, dan emosi yang lebih besar pada remaja putri yang menderita sindrom pramenstruasi bila dibandingkan dengan herbal komersil dan placebo.

(19)

Perumusan Masalah Penelitian

Sindrom pramenstruasi merupakan masalah fisik dan psikis yang sangat mengganggu wanita sebelum siklus menstruasi terjadi. Dampak yang ditimbulkan dari sindrom pramenstruasi yaitu terjadi penurunan aktifitas kerja individu yang mengalami sindrom pramenstruasi (Devi et al. 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Abraham dan Lubran (1981) dan Sherwood et al. (1986) menunjukkan bahwa resiko sindrom pramenstruasi mengalami peningkatan pada wanita yang mengalami defisiensi mineral magnesium dan zink. Selain magnesium dan zink, mineral kalsium memiliki peran yang penting terhadap kejadian Sindrom pramenstruasi. Manfaat kalsium (Ca) bagi sindrom pramenstruasi berperan dalam interaksi protein di otot, yaitu aktin dan myosin. Jika kadar kalsium berkurang, otot tidak bisa mengendur setelah berkontraksi dan akan mengalami penegangan/kram (Anggraeni 2010; Bertone Jonson et al. 2005). Manfaat Magnesium (Mg) bagi sindrom pramenstruasi menurut penelitian Miriam et al. (2000), berperan meningkatkan transmisi sinaptik dan menyebabkan hiperekstabilitas otot pada uterus.

Tanaman torbangun merupakan tanaman obat yang kaya akan kandungan mineral kalsium, magnesium dan zat besi yang dapat berperan terhadap sindrom pramenstruasi. Selain kandungan mineral, torbangun juga mengandung zat aktif yang dapat berperan meningkatkan kandungan hormon progesteron. Rendahnya kadar hormon progesteron selama masa luteal merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Penelitian tentang efikasi daun torbangun terhadap sindrom pramenstruasi sudah ada yang meneliti dalam bentuk suplementasi kapsul serbuk, tetapi belum ada yang meneliti dalam bentuk minuman fungsional untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi. Oleh sebab itu perlu dilakukan penelitian pengaruh minuman fungsional torbangun dan lemon terhadap kejadian sindrom pramenstruasi.

Permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut:

1. Jenis-jenis sindrom pramenstruasi apa yang banyak dikeluhkan oleh remaja putri?

2. Faktor-faktor apa sajakah yang menyebabkan terjadinya resiko keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri?

3. Berapa kandungan mineral (Mg dan Ca) dan kandungan zat aktif pada minuman fungsional torbangun dan lemon yang berhubungan dengan kejadian sindrom pramenstruasi?

4. Bagaimana pengaruh pemberian minuman fungsional torbangun dan lemon terhadap penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

(20)

Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Menilai status gizi dan tingkat aktivitas fisik pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

2. Menganalisis jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi serta tingkat konsumsi remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

3. Menganalisis jenis dan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi.

4. Menganalisis kandungan mineral (Mg dan Ca) dan kandungan zat aktif pada minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon (Citrus medica var Lemon).

5. Menganalisis pengaruh pemberian minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon (Citrus medica var Lemon) terhadap keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon

(Citrus medica var Lemon) dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri yang mengalami sindrom pramenstruasi. 2. Minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon

(Citrus medica var Lemon) dapat meningkatkan status gizi atau pola konsumsi yang baik.

3. Minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon (Citrus medica var Lemon) dapat meningkatkan aktivitas fisik yang baik pada remaja putri yang mengalami sidrom paramenstruasi.

Kegunaan Penelitian

Hasil ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, antara lain sebagai berikut:

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan antara tingkat aktifitas fisik, status gizi dan konsumsi pangan remaja sebelum menstruasi dengan jenis dan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi pada remaja putri.

2. Minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon (Citrus medica var Lemon) yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan dan bermanfaat untuk menanggulangi keluhan sindrom pramenstruasi.

(21)

2 KERANGKA PEMIKIRAN

Sindrom pramenstruasi adalah sekelompok gangguan ditandai dengan gejala emosional dan fisik yang terjadi pada fase lateral siklus menstruasi danakan mereda dengan sendirinya saat menstruasi datang (Ibrahim et al. 2013). Penyebab timbulnya sindrom pramenstruasi sampai saat ini belum jelas, namun ada beberapa faktor yang memungkinkan timbulnya sindrom pramenstruasi yaitu, tingkat aktivitas yang rendah, seperti hormon endorphin berhubungan dengan atingkat aktivitas fisik yang merupakan salah satu penyebab sindrom pramenstruasi (PMS) (Saryono 2009), hormon endorphin dibuat dalam tubuh yang terlibat dalam sensasi euphoria dan nyeri. Olahraga atau aktivitas fisik yang baik dapat membuat hormon endhorphin muncul yang membuat perasaan menjadi tenang dan santai (Elvira 2010).

Status gizi menurut Masho et al. (2005) juga mempengaruhi sindrom pramenstruasi, perempuan yang memiliki skor indeks massa tubuh > 30, memiliki risiko tiga kali lipat mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan perempuan dengan indeks massa tubuh < 30. Menjaga berat badan merupakan salah satu penanganan sindrom pramenstruasi, karena berat badan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko menderita sindrom pramenstruasi (Widayati 2007). Sindrom pramenstruasi pun berdampak pada perubahan nafsu makan dengan asupan zat gizi yang kurang baik dan perubahan asupan makan sehingga berujung pada perubahan perilaku makan dan akan berdampak pada perubahan berat badan (Dye dan Blundell 1997).

Faktor psikis juga berpengaruh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi seperti faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial dan lain-lain juga memegang peranan penting, penderita sindrom pramenstruasi yaitu wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis, faktor-faktor genetik juga memainkan suatu peran yang sangat penting terhadap sindrom pramenstruasi, yaitu insidensi sindrom pramenstruasi dua kali lebih tinggi pada kembar satu telur (monozigot) (Simanjuntak 2005). Sindrom pramenstruasi lebih rentan diderita oleh perempuan dengan riwayat sindrom pramenstruasi pada anggota keluarga perempuan lainnya (ibu kandung dan saudari kandungnya). Ibu yang memiliki riwayat menderita sindrom pramenstruasi secara bermakna berpeluang lebih besar memiliki putri yang kelak menderita sindrom pramenstruasi (dengan peluang 70 %) dibandingkan populasi umum (peluang 37 %) (Saryono dan Sejati 2009). Namun beberapa teori menyebutkan sindrom pramenstruasi disebabkan karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron.

(22)

mengurangi rasa nyeri, menimbulkan rasa tenang dan mengecilkan atau mengurangi selaput lendir yang berguna saat terjadi pramenstruasi sindrom serta memiliki antiseptika.

Hormon serotonin berfungsi mengendalikan kestabilan emosi. Serotonin berperan sebagai neurotransmiter yaitu zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel syaraf (Coad 2002); Quaranta (2007) mengatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pemberian 250 mg mineral magnesium setiap hari selama tiga bulan dapat menurunkan gejala sindrom pramenstruasi. Magnesium berperan dalam produksi hormon serotonin. Penelitian yang dilakukan oleh Thys-Jacobs et al. (1989) dengan 33 orang contoh penelitian yang diberikan suplemen kalsium menunjukkan hubungan yang nyata dengan penurunan keluhan sindrom pramenstruasi pada penderita yang mengonsumsi tablet kalsium 1000 mg per hari. Linder (1992) menjelaskan bahwa kekurangan kalsium dalam darah dapat mengakibatkan iritabilitas neuromuskuler (kekejangan dan kontraksi urat daging yang tak terkendali) dan dapat menyebabkan peningkatan keluhan sindrom pramenstruasi bila defisiensi itu terjadi pada fase luteal.

Faktor – faktor yang berhubungan dengan masalah sindrom pramenstruasi dapat dilihat pada kerangka pemikiran di bawah ini (Gambar 1).

Keterangan :

Hubungan yang diiteliti Hubungan yang tidak diteliti

Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Faktor – faktor yang berhubungan dengan sindrom pramenstruasi

Genetik Psikis

Aktivitas

Minuman Fungsional Torbangun dan

Lemon

Ketidakseimbangan Hormon

Asupan Gizi

Sindrom Pramenstruasi

Status Gizi

Produktivitas Kerja

(23)

3 TINJAUAN PUSTAKA

Menstruasi

Defenisi Menstruasi

Kata menstruasi berasal dari bahasa latin, yaitu mens yang berarti “bulan” karena siklus menstruasi mengikuti penanggalan bulan (Waluyo & Putra 2010). Menstruasi yaitu pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium secara periodik dan siklik, yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi (Bobak 2004)

Menstruasi merupakan suatu siklus pengeluaran fisiologi darah dan jaringan mukosa melalui vagina dari uterus yang tidak mengalami kehamil, dibawah kendali hormonal dan berulang secara normal, biasanya interval sekitar empat minggu, tanpa adanya kehamilan selama periode reproduktif (pubertas sampai menopouse) pada wanita (Dorland 2005). Menstruasi terjadi karena sel telur yang dilepaskan oleh ovarium tidak dibuahi. Darah haid yang dikeluarkan melalui vagina merupakan darah campuran yang terdiri atas darah 50–80%, hasil campuran dari peluruhan lapisan endometrium uteri (Hendrik 2006).

Siklus Menstruasi

Seperti yang telah diketahui bahwa menstruasi merupakan pengeluaran darah atau peluruhan dinding endometrium uterus yang terjadi 5 hari pertama siklus menstruasi dan berualang secara normal setiap bulannya jika tidak ada kehamilan selama periode reproduksi. Siklus mestruasi yang merupakan periode menstruasi dihitung berdasarkan jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulai menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi dibagi menjadi 4 yaitu; polimenorea apabila panjang siklus < 21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21-35 hari, oligomenorea apabila 11 panjang siklus antara 36-90 hari dan amenorea apabila panjang siklus > 90 hari atau 3 bulan (Setyaningrum 2008).

Siklus menstruasi ini sendiri merupakan rangkaian peristiwa yang sangat kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan namun, bila tidak terjadi kehamilan maka terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita, serta lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi (Bobak 2004).

(24)

estradiol, sedangkan kadar progesteron tetap rendah (Price 2005). Fluktuasi kadar estrogen dan progesteron yang terjadi selama siklus ovarium menyebabkan perubahan yang mencolok pada uterus, inilah yang mengakibatkan terjadinya siklus menstruasi (Sherwood 2001).

Gambar 2 Siklus Menstruasi

Meskipun memiliki fisiologis yang hampir sama, namun variasi yang sangat besar dapat terjadi antara naik dan turunnya siklus menstruasi. Pada siklus menstruasi terdapat 3 fase yaitu fase folikuler, fase ovulasi dan fase proliferasi.

Fase Folikuler

Siklus ini ditandai dengan hari pertama menstruasi, atau lepasnya endometrium. FSH menstimulasi pertumbuhan folikel dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel deGraf yang terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam terdapat sel garnulosa yang berfungsi sebagai dintesisi progesteron selama paruh pertama siklus menstruasi dan berkerja sebagai prekusor pada sintesis estrogen dengan lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen mengalami peningkatan dan menyebabkan pelepasan LHRH dari hipotalamus (Price 2005).

Fase Ovulasi

(25)

Fase Proliferasi

Fase proliferasi merupakan pertumbuhan yang cepat dan berlangsung pada hari ke lima sampai ovulasi. Permukaan endometrium akan mengalami penebalan 8 sampai 10 kali lipat dilapisan kalbum uterus setelah pendarahan terjadi dan berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi bergantung dari stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium (Bobak 2004).

Sindrom Pramenstruasi

Ibrahim et al. (2013) mendefinisikan sindrom pramenstruasi adalah sekelompok gangguan ditandai dengan gejala emosional dan fisik yang terjadi pada fase lateral siklus menstruasi danakan mereda dengan sendirinya saat menstruasi datang. Gejala fisik yang dimaksud meliputi sakit kepala, nyeri pada payudara, perutkembung, edema perifer dan mudah kelelahan dan gangguan emosional seperti lekas marah, perubahan suasana hati, penarikan sosial, kecemasan dan depresi. Indusekhar et al. (2007) berpendapat bahwa sindrom pramenstruasi adalah kelompok gejala-gejala psikologi dan somatik yang berhubungan dengan siklus mentruasi yang terjadi pada fase luteal serta berakhir saat menstruasi.

Penyebab timbulnya sindrom sampai saat ini belum jelas. Beberapa teori menyebutkan antara lain karena faktor hormonal yakni ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron. Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi sering memiliki respon berlebihan terhadap perubahan hormonal. Penelitian yang telah dilakukan oleh Borenstain et al. (2004) pada wanita di Amerika Serikat menunjukkan hubungan antara sindrom pramenstruasi dengan tingkat ketidakhadiran pekerja meningkat pada saat mengalami sindrom pramenstruasi, sehingga menurunkan efisiensi produktifitas pada waktu bekerja dan pada akhirnya akan menjadi masalah dalam pembayaran gaji.

Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi adalah ketidakseimbangan hormon, disfungsi serotonin, peningkatan neropibefrin dan aldosteron, gangguan psikologis, kebiasaan makan, usia, status gizi, dan aktifitas fisik.

Ketidakseimbangan Hormon

Faktor yang memegang peranan dalam sindrom pramenstruasi adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron di mana adanya kelebihan estrogen atau defisit progesteron dalam fase luteal dari siklus menstruasi (Simanjuntak 2005).

Disfungsi Serotonin

(26)

gangguan makan, nyeri kronis, dan migrain. Serotonin berperan sebagai neurotran smitter dengan pengaruh pada suasana hati, kepribadian, mual, muntah, persepsi nyeri, kognisi, perilaku seksual, regulasi suhu, regulasi hormon, terjaga, dan afektif perilaku (Mohammad et al. 2012).

Peningkatan Neropinefrin dan Aldosteron

Penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2005), menyebutkan bahwa peningkatan renin mengaktifkan sistem angiotensin, menghasilkan pelepasan norepinefrin dan aldosteron. Gangguan cairan dan elektrolit ini menyebabkan gejala-gejala pada sindrom pramenstruasi.

Gangguan Psikologis

Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial dan lain-lain juga memegang peranan penting. Penderita pramenstruasi sindrom adalah wanita yang lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor psikologis (Simanjuntak 2005). Kehidupan yang penuh stres akan memperparah gejala-gejala fisik maupun psikologis dari sindrom pramenstruasi ini. Beberapa wanita melaporkan gangguan hidup yang parah akibat sindrom pramenstruasi yang secara negatif mempengaruhi hubungan interpersonal mereka (Suheimi 2008).

Kebiasaan Makan

Kebiasaan makan dapat berpengaruh terhadap kejadian sindrom pramenstruasi. Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti, kentang, jagung, gandum, dan membantu meringankan gejala sindrom pramenstruasi terutama berkaitan dengan mood. Karbohidrat dapat meringankan gejala sindrom pramenstruasi karena karbohidrat berperan dalam meningkatkan gula darah. Ketika tingkat gula darah turun tubuh mengeluarkan adrenalin yang menghentikan efektifitas hormon progesteron yang membantu penyembuhan gula darah. Mengurangi konsumsi makanan bergaram dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi karena garam dapat menyebabkan penahanan air (retensi) dan pembengkakan pada perut. Usaha dengan mengurangi asupan garam maka rasa kembung dan sakit saat menjelang menstruasi dapat berkurang (Simon 2003).

Umur

Sindrom pramenstruasi merupakan masalah yang paling banyak dilaporkan oleh wanita usia produktif. Menurut BKKBN (Badan Kesejahteraan Keluarga Berencana Nasional) tahun 2005, wanita usia subur (wanita usia reproduktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahun yang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda. Freeman (2007) mengungkapkan bahwa adanya fakta yang mengatakan sebagian remaja mengalami gejala-gejala sindrom pramenstruasi yang sama sebagaimana yang dialami oleh wanita yang lebih tua.

Status Gizi

(27)

lipat mengalami sindrom pramenstruasi dibandingkan perempuan dengan indeks massa tubuh < 30 (Mashow et al. 2005). Indeks massa tubuh merupakan salah satu ukuran untuk presentase lemak di dalam tubuh manusia. Lemak merupakan salah satu senyawa di dalam tubuh yang mempengaruhi proses pembentukan hormon estrogen, dan faktor dominan penyebab sindrom pramenstruasi adalah hormon estrogen (Supariasa et al. 2002).

Aktifitas Fisik

Tingkat aktifitas fisik merupakan salah satu penyebab terjadinya sindrom pramenstruasi. Penelitian yang dilakukan oleh Youngkin et al. (2008) menyatakan bahwa aktifitas fisik yang teratur seperti olahraga dan berkelanjutan berkontribusi untuk meningkatkan produksi dan pelepasan endorphin. Endorphin memerankan peran dalam pengaturan estrogen. Wanita yang mengalami sindrom pramenstruasi, terjadi karena kelebihan estrogen, kelebihan estrogen dapat di cegah dengan meningkatnya endhorpin. Hal ini membuktikan olahraga yang teratur dapat mencegah atau mengurangi sindrom pramenstruasi. Pada wanita yang jarang melakukan olahraga secara rutin hormon estrogen akan lebih tinggi sehingga kemungkinan akan terjadi sindrom pramenstruasi lebih besar.

Upaya Mengatasi Keluhan Sindrom Pramenstruasi

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi saat ini berupa terapi farmakologi dan non farmakologi. Melalui farmakologi terapi yaitu dilakukan dengan pemberian obat antidepresi seperti sertraline (Jones 2002). Studi yang telah dilakukan oleh Freeman (2004) menunjukkan bahwa pemberian sertraline dengan dosis 50 mg dan 100 mg per hari selama tiga siklus menstruasi akan mengalami penurunan keluhan sindrom pramenstruasi yang signifikan dibandingkan dengan plasebo. Ibrahim et al. (2013) menyatakan bahwa, terapi dengan pemberian kapsul progesteron sebanyak 300 mg perhari dapat menurunkan keluhan pramenstruasi sindrom secara signifikan, namun tidak ada data yang cukup untuk menyimpulkan bahwa progesteron adalah pengobatan yang efektif untuk wanita mengalami sindrom pramenstruasi. Sementara itu, dengan pemberian analgesik dan anti inflamasi juga dapat dilakukan pada penderita sindrom pramenstruasi (Smith 2006).

(28)

menurunkan gejala sindrom pramenstruasi yaitu kunyit asam. Minuman kunyit asam adalah suatu minuman yang diolah dengan bahan utama kunyit dan asam (Limananti dan Triratnawati 2003). Secara alamiah memang kunyit dipercaya memiliki kandungan bahan aktif yang dapat berfungsi sebagai analgetika, antipiretika, dan antiinflamasi (Norton 2008), begitu juga asam (asam jawa) yang memiliki bahan aktif sebagai antiinflamasi, antipiretika, dan penenang (Nair et al. 2004).

Torbangun (Coleus amboinicus Lour)

Tanaman torbangun (Coleus amboinicus Lour) merupakan tanaman yang juga dikenal dengan nama daun bangun-bangun. Tanaman ini biasanya banyak dimanfaatkan oleh orang Batak. Dalam bahasa Batak ‟bangun‟ berarti bangkit, masyarakat Batak percaya bahwa ibu atau seorang wanita yang baru melahirkan pasti lemah dan membutuhkan tenaga untuk penyembuhan (Damanik et al. 2001; Damanik et al. 2004; Damanik 2009). Torbangun merupakan suatu tumbuhan jenis perdu, mempunyai batang tebal, berdaging lunak, dan agak berkayu dengan cabang-cabang yang mencapai ketinggian satu meter pada bagian batangnya terdapat ruas-ruas. Bila bagian ruas batangnya itu menyentuh tanah, maka akar bisa keluar pada bagian tersebut. Torbangun biasanya ditanam di kebun-kebun di daerah dataran rendah dengan ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut. Batangnya lunak dan berair, daunnya berwarna hijau muda, berbentuk lonjong bergerigi kasar dan tebal. Pengembangbiakan tanaman ini dapat dilakukan dengan cara stek dan dapat ditanam dalam pot maupun ditanam langsung di tanah. Torbangun tumbuh di tempat-tempat yang tidak terlalu banyak kena sinar matahari dan airnya cukup atau tidak terlalu kering. Jika diremas, daunnya akan mengeluarkan aroma yang khas dan bermanfaat sebangai tanaman obat (Tanaman Obat Indonesia 2005). Klasifikasi dari tanaman torbangun adalah sebegai berikut:

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Lamiales

(29)

Menurut (Mahmud et al. 1990), komposisi zat gizi daun torbangun yang terdaftar dalam daftar komposisi bahan makanan adalah dalam 100 gram daun torbangun mengandung lebih banyak kalsium, besi dan karotin total dibandingkan dengan katuk (Sauropus androgynus). Data selengkapnya tentang komposisi zat gizi daun torbangun dan katuk tercantum dalam Tabel 1.

Tabel 1 Perbandingan Zat Gizi Daun Torbangun dan Katuk Komposisi Zat Gizi per 100 g Daun Torbangun Katuk

Energi (kal) 27 59

Karotin Total (mkg) 13288 10020

Vitamin A 0 0

Vitamin B1 0.16 0

Vitamin C 5.1 164

Air 92.5 81

Berat dapat dimakan (%) 66 42

Hasil uji fitokimia dalam daun torbangun terkandung alkaloid, flavonoid, dan tanin. Phytochemical database (Santosa 2005) melaporkan bahwa dalam daun torbangun segar terdapat juga kandungan vitamin C, vitamin B1, vitamin B12, beta karotin, niasin, karvakrol, kalsium, asam-asam lemak, asam oksalat, dan serat. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi terhadap bermacam-macam aktivitas biologik, misalnya antioksidan, diuretik dan analgesik.

Fungsi daun torbangun yang sudah dilaporkan termasuk sebagai antifungal dan/atau anti-bakterial (Khattak et al. 2013; Khattak et al. 2013a), analgesik (Devi et al. 2010; Pramadya et al. 2010), mengurangi kolesterol (Andriani et al. 2012), dan membersihkan daerah rahim (Damanik et al. 2001; Damanik et al. 2004; Damanik 2009). Potensi sebagai laktagogum ditunjukkan oleh daun torbangun yang mengandung saponin, flavonoid, polifenol serta dapat meningkatkan hormon-hormon menyusui, seperti prolaktin dan oksitosin. Ditemukan pula bahwa konsumsi daun torbangun berpengaruh nyata terhadap peningkatan konsentrasi beberapa mineral seperti zat besi, kalium, seng dan magnesium dalam air susu ibu (ASI) (Damanik 2005; Damanik et al. 2006) serta dapat menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi (Devi et al. 2010).

(30)

mengecilkan atau mengurangi selaput lendir yang berguna saat terjadi pramenstruasi sindrom serta memiliki antiseptika. Selain mengandung zat aktif, daun torbangun kaya akan kandungan zat gizi sebagaimana yang berguna untuk menurunkan keluhan sindrom pramenstruasi.

Lemon (Citrus medica var Lemon)

Lemon merupakan buah yang mempunyai nilai ekonomis dan mengandung gizi cukup tinggi, yang dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan. Jeruk lemon tergolong dalam kelompok buah sejati tunggal berdaging, karena buah ini terjadi dari satu bunga dengan satu bakal buah saja (Nicolos et al. 2005).

Gambar 4 Jeruk lemon (Citrus medica var Lemon) (Nicolos et al. 2005) Lemon mempunyai kandungan bioflavonoid yang berperan sebagai antioksidan pencegah kanker. Flavonoid jeruk lemon berfungsi menghalangi oksidasi low-density lipoprotein (LDL) sehingga aterosklerosis penyebab penyakit jantung dan stroke bisa dihindari. Jeruk lemon juga kaya akan kandungan serat berupa pektin yang baik untuk menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida (Roza et al. 2007; Çakılcıoğlu dan Ismail 2006). Menurut Nijima dan Nagai (2003) bahwa flavor dari lemon dapat menaikkan aktivitas saraf sympatetic pada jaringan adipose putih yang menyebabkan kenaikan pada lipolisis dan penekanan pada peningkatan berat tubuh. Apabila konsumsi vitamin C cukup, maka daya tahan tubuh akan lebih tinggi (Entezari et al. 2008). Kandungan gizi jeruk lemon disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kandungan Gizi Lemon

Kandungan gizi 100g Jumlah

Energi (kkal) 51

Protein (g) 0,9

Lemak (g) 0,2

Karbohidrat (mg) 11,4

Fosfor (mg) 23

Besi (mg) 0,4

Retinol (mg) 57

Vitamin C (mg) 49

(31)

Madu

Madu merupakan cairan kental manis yang dihasilkan oleh lebah dan berasal dari berbagai suber nektar (SNI, 1994). Komposisi madu yang paling utama terdiri dari air dan karbohidrat. Selain itu, madu juga mengandung komponen lain seperti asam, mineral, dan enzim dalam jumlah sedikit (Sihombing 1997).

Gambar 5 Madu (Sihombing, 1997)

Karbohidrat pada madu berbentuk dalam gula merupakan komponen utama dalam madu dan jumlahnya sekitar 80%. Kandungan levulosa dan dektosa terdapat pada madu, sedangkan sukrosa terdapat pada gula pasir. Levulosa mempunyai rasa manis yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan dekstrosa. Campuran dekstrosa dan levulosa dengan kadar yang sebanding disebut dengan gula invert. Gula invert didefenisikan juga sebagai campuran D-dekstrosa dan D-levulosa yang diperoleh dengan hidrolisi asam atau enzimatik dari sukrosa (White 1976).

Secara umum madu juga mengandung enzim-enzim walaupun dalam jumlah sedikit, enzim yang terkandung dalam madu yaitu amilase, glikosa oksidase, katalase, invertase, diatase, peroksidase, fosfatase, dan enzim-enzim proteolitik, semua enzim-enzim ini berasal dari nektar, serbuk sari dan sekresi kelenjar saliva pada lebah (White 1976). Madu juga merupakan pangan yang cukup lengkap kandungan gizinya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Madu telah banyak digunakan sebagai obat, dan telah banyak penelititan melakukan manfaat yang besar dari madu (Marshall 2002; Topham 2002). Selain memiliki efek antimikroba, madu juga memiliki efek anti inflamasi dan meningkatkan fibroblastik serta angioblastik (Medhi dan Puri 2008). Analisis mengenai kandungan madu menyebutkan bahwa unsur terbesar komponen madu adalah glukosa dengan kadar fruktosa paling besar (76,8%), disamping mineral dan vitamin (Aden 2010).

(32)

Komara (2002), madu memiliki aktivitas senyawa antibakteri terutama pada bakteri Gram(+), yakni pada bakteri S. Aureus, B. cereus.

Tabel 3 Komposisi Kandungan Gizi dari Madu

Komposisi Jumlah

Kadar air (%) 17.10

Fruktosa (%) 38.50

Dekstrosa (%) 31.00

Sukrosa (%) 1.50

Maltosa(%) 7.20

Karbohidrat (%) 82.40

Total asam (%) 0.57

Nitrogen(%) 0.04

pH 3.90

Fosfor(mg) 1.90-6.30

Besi (mg) 0.06- 1.50

Natrium (mg) 0-7.60

K.alsium (mg) 4.4-920

Kalium (m.g) 132- 168

Vitamin C (mg) 22-2.40

Thiamin(mg) <0.006

Riboflavin (mg) <0.06

Niacin (mg) <0.36

(33)

4 METODE

Disain

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan randomized kontrol trials design. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pembuatan minuman fungsional torbangun dan lemon serta analisis kandungan gizi dan fitokimia, tahap kedua adalah pemberian minuman fungsional torbangun dan lemon.

Tempat dan Waktu

Pembuatan produk minuamn fungsional torbangun dan lemon dilakukan di Laboratorium Analisis Kimia Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB. Selanjutnya penelitian utama dilaksanakan di Asrama Putri TPB Institut Pertanian Bogor untuk pemberian produk kepada sasaran. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Februari 2015 - Mei 2015. Ethical clearance penelitian didapat dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No: 850/UN2.F1/ETIK/2014 (Lampiran 1).

Bahan Penelitian

Bahan baku dalam penelitian ini adalah daun torbangun dari kebun Mulyaharja Bogor. Lemon dan gula pasir diperoleh dari pasar Bogor dan semua bahan diaplikasikan dalam bentuk minuman siap minum dalam botol plastik yang diperoleh dari toko sumber plastik pasar Bogor.

Bahan – bahan yang digunakan untuk analisis kandungan bioaktif adalah metanol, dietil eter, Mg, HCl pekat, H2SO4, NaOH, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, pereaksi Wagner, pereaksi Hager, pereaksi Liebarman Bauchard.

Alat

Alat-alat yang digunakan terdiri dari peralatan untuk pembuatan minuman fungsional torbangun dan lemon antara lain, kompor, panci, gelas ukur, termometer, blender, saringan teh, pisau, pemeras jeruk, gelas.

Cara Pembuatan Minuman Fungsional Torbangun dan Lemon

(34)

Gambar 6 Prosedur pembuatan minuman fungsional daun torbangun

Daun torbangun yang dijadikan ekstrak terdiri dari dua macam yaitu daun torbangun nonblanching dan blanching. Blansir atau blanching adalah proses perendaman bahan baku dalam air panas (82 – 930C) selama 3-5 menit. Hal ini bertujuan untuk mengurangi jumlah mikroba awal, inaktivasi enzim (kata- lase dan peroksidase) dan melunakkan jaringan (Fardiaz e al. 1980). Kemudian di blender selama 2 menit dan disaring menggunakan saringan.

Bahan pendukung yang digunakan dalam pembuatan minuman fungsional torbangun dan lemon ini adalah madu sebanyak 28 ml dan jeruk lemon sebanyak 4 ml. Penambahan madu dalam minuman bertujuan untuk meningkatkan cita rasa serta penerimaan dari minuman fungsional torbangun dan lemon. Sukrosa juga berkontribusi dalam memberikan rasa pada minuman.

Penambahan lemon pada minuman fungsional ini untuk mengurangi bau langu dari daun torbangun. Lemon berfungsi meningkatkan cita rasa dan aroma yang segar pada minuman. Bila dibandingkan dengan jenis jeruk lainnya jeruk lemon memilki kandungan vitamin C yang termasuk tinggi yaitu sebanyak 256 mg per 100 gram (Pramadya et al, 2010). Setelah itu minuman fungsional torbangun dan lemon disajikan dalam cup siap minum.

Jumlah dan Cara Penarikan Contoh

Populasi contoh pada penelitian ini adalah mahasiswa putri di Asrama TPB Institut Pertanian Bogor. Contoh (unit penelitian) adalah populasi penelitian yang dipilih secara purposive dengan kriteria inklusi dan eksklusi sebagaimana terlihat pada Tabel 4.

Daun Torbangun ditimbang sebanyak 10 gram

Dicuci dan dibersihkan

Blancing

Dihaluskan dengan blander bersama air selama lima menit sampai halus

Disaring menggunakan saringan

Ekstrak daun torbangun Ekstrak

Lemon + Madu

(35)

Tabel 4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi untuk Penentuan Sampel No Kriteria

Inklusi :

1. Wanita umur 18-20 tahun

2. Mengalami sindrom pramenstruasi (PMS) 3. Telah mendapat penjelasan penelitian

4. Menyetujui berpartisipasi (menandatangani informed consent) 5. Bersedia untuk mematuhi prosedur penelitian

Eksklusi :

1. Sedang menjalani terapi pengobatan 2. Sedang mengonsumsi suplemen 3. Berpartisipasi dalam penelitian lain

Besar Sampel

Jumlah contoh penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini

menggunakan asumsi bahwa Zα = 5%, Zβ = 80%, d (selisih penurunan nilai rata -rata yang diinginkan) = 2 dan estimasi standard deviasi (Sd) 1.78. Rumus yang digunakan adalah:

n= 2 σ

2

(Z

α

+ Z 1-

β

)

2

δ

2

n = Besar sampel

Zα = Suatu nilai sehingga P(Z > Zα) = 1-α/2, Z adalah simpangan baku normal

Z1-β = Suatu nilai sehingga P(Z > Zβ) = 1-β, Z adalah simpangan baku normal

σ = 1.78 (standar deviasi perubahan konsumsi pangan berdasarkan Penelitian Chau dan Chang 1999)

δ = 2 (penurunan perubahan konsumsi pangan yang diharapkan setelah intervensi)

n = 2 (1.78) 2 (1.96+0.84) 2 /(2) 2 n = 6.33 (7.84) /(4)= 12.42

Antisipasi dropout = 10%

50% x 13 = 6.50  6.50+12.42 = 19.5≈ 20 sampel

(36)

Variabel Penelitian

Variabel utama yang diteliti dalam penelitian ini adalah efek minuman fungsional torbangun (Coleus amboinicus Lour) dan lemon (Citrus medica var Lemon) pada gangguan sindrom pramenstruasi. Variabel lain dalam penelitian ini adalah jenis keluhan dan tingkat keluhan sindrom pramenstruasi, konsumsi pangan contoh serta aktivitas fisik contoh. Selain itu juga dikaji karakteristik sampel.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data karakteristik contoh penelitian yang meliputi nama lengkap, berat badan, tinggi badan, usia awal menstruasi, keluhan saat menjelang menstruasi (sindrom pramenstruasi).

Data pola konsumsi pangan yang meliputi kebiasaan makan selama 24 jam. Data gejala-gejala sindrom pramenstruasi yang dialami contoh penelitian menjelang menstruasi dengan menggunakan kuestioner yang sebelumnya telah divalidasi dengan 10 responden. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data.

No Data Cara Pengumpulan Data

1. Karakteristik sampel fungsional torbangun dan lemon dengan metode AAS (Atomic Absorption

Pengukuran kandungan zat aktif pada minuman fungsional torbangun dan lemon dengan menggunakan metode kualitatif.

4. Kebiasaan makan

Dilakukan dengan penelitian pada sebelum dan sesudah intervensi dengan food recall 2x24 jam dan food frequency semi quantitatif.

5. Aktivitas Fisik

Wawancara langsung dengan

menggunakan

Kuesioner Physical Activity Level (PAL).

6. Keluhan PMS

(37)

Tahapan Penelitian

Penelitian dimulai dari pemilihan contoh yang berada di asrama putri TPB IPB Bogor dengan jumlah populasi sebanyak 800 orang (total populasi di asrama A1), kemudian yang bersedia mengikuti penelitian ini sebanyak 100 orang. Melalui screening yang terdiri dari data usia, uang saku, pengukuran berat badan, pengukuran tinggi badan, pengukuran IMT, menarche (usia awal menstruasi) dan lama menstruasi didapat total contoh penelitian sebanyak 40 orang. Setelah itu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 20 contoh untuk kelompok perlakuan dan 20 contoh untuk kelompok kontrol, kemudian melakukan intervensi sebanyak dua kali. Dimana intervensi pertama dan kedua diberikan setelah selesai menstruasi hari kedua. Tahapan intervensi disajikan pada Gambar 7.

(38)

Metode Intervensi

Intervensi dilakukan dengan memberikan minuman fungsional torbangun dan lemon sebanyak satu kali pada malam hari setelah makan malam dan selama 14 hari setiap kali intervensinya sebelum menstruasi (Devi et al. 2010). Minuman fungsional torbangun dan lemon diberikan dalam bentuk minuman siap minum dalam cup dan diminum sehari sekali sebanyak 316 ml setiap malam Pramadya et al. (2010).

Tingkat kepatuhan responden ditentukan dengan cara mengamati setiap pemberian minuman fungsional torbangun dan lemon. Kelompok kontrol diberikan minuman yang berisi madu serta dilakukan pengambilan data aktivitas fisik dan konsumsi pangan responden sebelum dan sesudah dilakukannya intervensi. Tahapan intervensi dan pengambilan data disajikan pada Gambar 7.

Gambar 8 Tahapan intervensi dan pengambilan data

Keterangan :

A1 : Awal pengambilan data baseline.

A2 : Pengambilan data kedua setelah intervensi pertama saat menstruasi hari

pertama.

A3 : Pengambilan data ketiga setelah intervensi kedua saat menstruasi hari

pertama.

M1 : Intervensi pertama setelah selesai menstruasi I hari kedua.

M2 : Intervensi kedua setelah selesai menstruasi II hari kedua.

Contoh yang memenuhi kriteria diminta untuk mengisi informed consent (Lampiran 2), mau berpartisipasi dan berkomitmen penuh untuk mematuhi protokol intervensi yang diberikan. Contoh selama penelitian diminta untuk :

1. Tidak mengonsumsi minuman atau obat penurun keluhan PMS selain yang diberikan.

(39)

Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara bertahap mulai dari terkumpulnya data di lapangan sampai siap untuk dianalisis. Terhadap data dari hasil pengumpulan di lapangan dilakukan pengeditan (editing), pengkodean (coding) dan pemasukan data kedalam komputer (entry data), yang meliputi data karakteristik contoh penelitian yaitu usia, berat badan, tinggi badan, usia awal menstruasi (menarche), lama menstruasi. Data karakteristik diukur dengan menggunakan ukuran rata rata, standard deviasi serta dikategorikan yang kemudian diukur persentasenya.

Data sindrom pramenstruasi diperoleh dari Shortened Pramenstrual Assessment Form (SPAF) (Nulufer et al. 2010; Gencdoğan 2006) dan dimodifikasi berdasarkan kuesioner dari penelitian Chau dan Chang (1999). Pada kuesioner terdiri dari 20 item pertanyaan, responden mengisi pertanyaan tersebut dan memilih satu dari 4 tingkat keparahan dengan menggunakan skala likert yang menunjukkan tingkat keparahan yang terjadi selama 7 hari sebelum menstruasi. 0 menunjukkan tidak ada mengalami atau merasakan keluhan/sakit, 1 (0.5 – 6.5) untuk diindentifikasi jenis - jenis makanan yang dikonsumsi dan ukurannya. Food recall dilakukan selama tiga kali yaitu pada sebelum, sesudah intervensi pertama dan sesudah intervensi ke dua. Data konsumsi makan yang telah diperoleh kemudian dikonversi ke dalam zat gizi menggunakan DKBM tahun 2005.

Untuk menghitung kecukupan energi dan zat gizi kelompok remaja putri menggunakan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2013. Data konsumsi makan direkap berdasarkan jenis-jenis makanan yang sering dikonsumsi remaja putri selama 2x24 jam. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2 kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intik harian individu (Supariasa et al. 2002). Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan membandingkan konsumsi energi dan zat gizi dengan kecukupan energi dan zat gizi contoh. Dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Kecukupan energi dan zat gizi = (

) x AKGi

TKG = (K/Kecukupan energi dan zat gizi ) x 100%

Keterangan

TB : Tinggi badan

BBa : Berat badan aktual BBi : Berat badan ideal

BB AKGi : Berat badan berdasarkan kelompok usia pada Tabel AKG AKGi : Angka kecukupan zat gizi contoh berdasarkan kelompok usia

pada tabel AKG

(40)

Kemudian untuk melihat tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan katagori disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6 Kategori Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Kategori Persentase (%)

Energi dan protein (Hardinsyah et al. 2002)

Kurang < 70 % AKG

Normal 90-119 % AKG

Kelebihan ≥ 120% AKG Lemak (Hardinsyah dan Tambunan dalam WNPG VIII 2004)

Cukup 20-30% kecukupan energi

Lebih >30% kecukupan energi Vitamin dan mineral (Gibson 2005)

Kurang <77% AKG

Cukup = 77% AKG

Data asupan energi, protein dan mineral (Magnesium dan Kalsium) diperoleh dari formulir food frequency semi quantitatif satu bulan terakhir. Asupan energi, protein dan mineral adalah rerata asupan energi, protein dan mineral dari makanan yang dikonsumsi pada saat contoh menjalani penelitian, diperoleh dengan metode food frequency semi quantitatif 1 bulan terakhir lalu data diperoses menggunakan program nutrisurvey kemudian dikonversikan dalam bentuk presentase tingkat konsumsi terhadap angka kecukupan per orang per hari (Hanif 2011).

Data aktivitas fisik contoh pada hari kerja yang dikumpulkan meliputi jenis aktivitas dan durasi aktivitas fisik selama 1x24 jam. Jenis aktivitas fisik dikelompokkan berdasarkan sebaran jawaban contoh. Lama aktivitas fisik diukur dalam berapa jumlah jam selama melakukan masing-masing jenis aktivitas. Tingkat aktivitas fisik dinyatakan dalam Physical Activity Level (PAL) yang dikategorikan menjadi tiga katagori, yaitu ringan (1.40≤PAL≤1.69), sedang (1.70≤PAL≤1.99), dan berat (2.00≤PAL≤2.39) (FAO/WHO/UNU 2001). Berikut merupakan rumus menghitung PAL.

Keterangan : PAL : Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik)

PAR : Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk jenis aktivitas per satuan waktu tertentu)

Setelah melalukan perhitungan dengan menggunakan rumus diatas, maka hasil dari perhitungan tersebut dapat dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu pada Tabel 7:

Tabel 7 Kategori Tingkat Aktivitas Fisik Berdasarkan PAL

Kategori Nilai PAL

Ringan (sedentary lifestyle) 1.40-1.69

(41)

FAO/WHO/UNU (2001) menentukan bahwa tingkat aktifitas fisik berdasarkan kepada jenis pekerjaan yang dilakukan seseorang dan dikatagorikan menjadi 3 kelompok yaitu ringan (sedentary lifestyle), sedang (active or moderately active lifestyle), berat (vigorous or vigorously active lifestyle).

Orang-orang yang termasuk dalam katagori tingkat aktifitas fisik ringan (sedentary lifestyle) adalah orang-orang yang tidak banyak melakukan kegiatan fisik seperti, tidak banyak berjalan kaki dalam jarak yang jauh, tidak berolahraga secara teratur dan lebih banyak menghabiskan kegiatannya dalam posisi duduk diam dan berdiri dengan sedikit pergerakan. Orang-orang yang termasuk dalam katagori tingkat aktifitas fisik sedang (active or moderately active lifestyle) adalah orang yang melakukan aktifitas tanpa menggunakan energi yang terlalu banyak, tetapi lebih banyak mengeluarkan energi daripada yang beraktifitas ringan. Contohnya orang-orang yang melakukan suatu pekerjaan berat namun dalam satu jangka waktu tertentu. Kemudian orang-orang yang termasuk dalam katagori aktivitas fisik berat (vigorous or vigorously active lifestyle) bila orang tersebut dalam melakukan aktivitasnya mengeluarkan energi yang banyak.

Berikut ini merupakan Tabel 8 yang memaparkan jenis data, waktu pengumpulan, metode pengukuran frekuensi pengumpulan dan pengumpulan data primer.

Tabel 8 Jenis Data, Frekuensi Pengumpulan, Waktu dan Metode Pengukuran

No Data Frekuensi

1 kali Awal penelitian Kuesioner

2. Konsumsi pangan 3 kali Awal, tengah dan

1 kali Awal penelitian Atomic Absorption Spectrophotometer

1 kali Awal penelitian Metode Kualitatif

(42)

Analisis Kandungan Bioaktif

Pada penelitian analisis kimia terhadap minuman fungsional torbangun, yang dilakukan adalah analisis proksimat terhadap kandungan protein, lemak, kadar abu, kadar air dan analisis kandungan mineral yaitu kalsium dan magnesium serta analsis beberapa kandungan kualitatif senyawa aktif yang terdapat pada daun torbangun segar dan pada minuman fungsional torbangun dan lemon yang meliputi:

Uji Fitokimia

Uji fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia yang terdapat didalam sampel tumbuhan tersebut dengan menggunakan modifikasi metode Farnsworth (Sermakkani dan Thangapandian 2010). Daun torbangun dan minuman fungsional torbangun dan lemon diuji fitokimia untuk melihat kandungan metabolit sekunder. Uji Fitokimia meliputi uji flavonoid, uji alkaloid, uji steroid, terpenoid dan saponin.

Uji Flavonoid

Ekstrak kental metanol 0,1 gram diencerkan dengan menggunakan metanol 10 mL dan dibagi menjadi empat tabung reaksi yang berbeda. Tabung pertama sebagai kontrol, tabung kedua ditambahkan lempengan Mg dan larutan HCl pekat, tabung ketiga ditambahkan H2SO4 pekat, tabung keempat ditambahkan NaOH pekat. Hasil uji positif flavonoid jika terjadi perubahan warna larutan (Harbone 1987).

Uji Alkaloid

Ekstrak kental metanol sebanyak 0,1 gram dilarutkan dengan 10 mL kloroform amoniak lalu hasilnya dibagi menjadi dua bagian yang sama. Untuk bagian pertama ditambahkan asam sulfat (H2SO4) 2N perbandingan volumenya sama. Lapisan asam diambil dan dibagi menjadi tiga bagian dan dilakukan pengujian menggunakan pereaksi fitokimia yaitu pereaksi Mayer, pereaksi Dragendroff, dan pereaksi Wagner. Untuk bagian kedua diuji menggunakan pereaksi Hager. Hasil uji positif mengandung alkaloid jika terbentuk endapan (Harbone 1987).

Uji Steroid, Terpenoid, Saponin

Gambar

tablet kalsium 1000 mg per hari. Linder (1992) menjelaskan bahwa kekurangan
Gambar 2 Siklus Menstruasi
Gambar 3 Daun Torbangun ( Coleus amboinicus Lour) (Mahmud et al. 1990)
Tabel 1 Perbandingan Zat Gizi Daun Torbangun dan Katuk
+7

Referensi

Dokumen terkait