• Tidak ada hasil yang ditemukan

Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana Ipb Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister Sps-Ipb)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana Ipb Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister Sps-Ipb)"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PADA BIDANG AGRIBISNIS

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB)

DANI ARISANDI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis yang berjudul Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB) adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Dani Arisandi

(4)
(5)

RINGKASAN

DANI ARISANDI. Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB). Dibimbing oleh RACHMAT PAMBUDY dan RATNA WINANDI.

Meningkatnya populasi penduduk berdampak pada meningkatnya kebutuhan akan pangan dan masalah pengangguran. Salah satu solusi untuk mengatasinya adalah dengan berwirausaha. Menumbuhkan semangat berwirausaha dapat diawali dengan menumbuhkan intensi berwirausaha pada diri seseorang. Nabi Muhammad SAW bersabda :“Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung pada niatnya”. Hadist ini menjelaskan bahwa segala perbuatan seseorang itu adalah berdasarkan pada niatnya atau dengan kata lain berdasarkan intensinya. Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud dimasa yang akan datang. Meneliti intensi atau niat seseorang atau kelompok dalam berwirausaha merupakan suatu cara untuk memprediksi perilaku mereka dalam berwirausaha dikemudian hari. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs-IPB) pada bidang agribisnis. Desain penelitian ini menggunakan cross sectional study. Responden pada penelitian ini adalah mahasiswa pascasarjana program magister (Strata 2/S2) yang dinyatakan aktif oleh SPs-IPB pada tahun ajaran 2014/2015. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan jumlah 122 orang. Metode analisis yang digunakan yaitu dengan analisis deskriptif dan model persamaan struktural.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak (86.89%) responden memiliki intensi berwirausaha secara spesifik pada bidang agribisnis. Minat usaha tersebut meliputi usaha pada bidang penyediaan input produksi (1.46%), bidang onfarm (48.18%), bidang pengolahan pascapanen (18.25%), bidang perdagangan (8.03%), bidang jasa (9.49%), dan pada subsistem pendukung (14.6%). Penelitian ini menemukan bahwa intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana IPB pada bidang agribisnis dipengaruhi oleh variabel norma subjektif yang merupakan pengaruh dari sejumlah pihak yang dianggap penting oleh seseorang untuk berwirausaha. Pihak disekitar responden yang paling besar memberikan pengaruh terhadap intensi berwirausaha responden pada bidang agribisnis adalah harapan dari teman dan orang tua yang memberikan pengaruh relatif lebih besar dibandingkan peran dari pihak yang lainnya.

(6)

SUMMARY

DANI ARISANDI. Entrepreneurial Intention Postgreduate IPB in Agribusinnes (Case of Magister Student in SPs-IPB). Supervised by RACHMAT PAMBUDY and RATNA WINANDI.

Increasing of population impacted to food needs and unemployment. There is a solution to resolve with entrepreneurship. Spawns spirit of entrepreneur can be ini the starting by making entrepreneur cultivate intent on the self someone. The prophet Muhammad said :“behold actions were depending on the intention”. This hadist explains that all were based on intention. The intention is a component in self individual referring to the desire to do certain behavior.intention is the key to predict human behavior and as a psychological contruction shows the power motivation someone in terms of planning conscious in an attempt to resulting behavior is in intent in the future. Research of entrepreneur intention from person or group,is a way to predict of ttheir entrepreneur behavior in the future .The entrepreneur intention can be defined as the search information that be used to achieve a purpose the establishment of a business.

The aims of this study is to describe the characteristics of respondents and the factors that influence the entrepreneurial intention of student at the Postgraduate School of Bogor Agricultural University (SPs-IPB) on agribusiness. The design of this study used cross sectional study. Respondent in this study are postgraduate student from magister program declared active in the academic year 2014/2015. The sampling technique used proportional stratified random sampling with 122 people. The analytical method used descriptive quantitative analysis and Structural Equation Modelling / SEM.

The results showed that (86.89%) of the respondents have the intention of entrepreneurship in agribusiness. Including the provision of production inputs (1.46%), onfarm (48.18%), post-harvest processing (18.25%), trade sector (8.03%), services (9.49%), and support subsystem (14.6%). The study found that entrepreneurial intention are influenced by subjective norm which is the influence of a number of parties that are considered important to the behavior of entrepreneurs. The influenced of social environment surrounding the respondents most affected by the expectations from friends and parents who give relatively greater influence than the role of other.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(8)
(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Agribisnis

INTENSI BERWIRAUSAHA MAHASISWA PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PADA BIDANG AGRIBISNIS

(Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister SPs-IPB)

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)

Ketua Proram Studi Magister Sains Agibisnis

Disetujui oleh

Komisi Pembimbing

r. r. Ratna MS Anggota

Di:etahui oleh

Prof. r. Ir. Rita Nurmalina, MS

Tanggal Ujian: 25 Novmber 2015 Tanggal Lulus:

Ll

3

(12)
(13)

PRAKATA

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia dan nikmat-Nya sehingga Tesis dengan judul Intensi Berwirausaha Mahasiswa Pascasarjana IPB Pada Bidang Agribisnis (Studi Kasus Pada Mahasiswa Program Magister Sps-IPB) telah berhasil diselesaikan. Salawat dan salam semoga tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan kepada keluarga, sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Dekan Sekolah Pascasarjana, Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Ketua Departemen Agribisnis, Ketua Program Studi Magister Sains Agribisnis, dan seluruh jajaran akademika IPB atas ilmu dan pendidikan yang telah diberikan selama penulis belajar di kampus IPB.

2. Bapak Dr. Ir. Rachmat Pambudy, MS dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan serta arahan dalam penyusunan dan penyelesaian tesis ini.

3. Rekan-rekan pada program studi Magister Sains Agribisnis, Himpunan Mahasiswa Wirausaha Pascasarjana IPB, Forum Mahasiswa Pascasarjana IPB, Himpunan Mahasiswa Muslim Pascasarjana IPB, Ikatan Keluarga Mahasiswa Sumatera selatan (IKA MUSI) atas kebersamaannya selama di kampus dan terima kasih telah banyak membantu selama proses penyelesaian Tesis ini. 4. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ibu, ayah, istri, saudara/i-ku

serta seluruh keluarga tercinta, atas segala doa dan kasih sayangnya selama ini.

Besar harapan dari penulis semoga Tesis ini dapat menjadi bagian dari ilmu yang bermanfaat, Aamiin Ya Allah Ya Robbal Alamin.

Bogor, Januari 2016

(14)
(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL i

DAFTAR GAMBAR ii

DAFTAR LAMPIRAN ii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 10

Manfaat Penelitian 10

Ruang Lingkup Penelitian 11

2 TINJAUAN PUSTAKA 11

Definisi dan Kompetensi Kewirausahaan 11

Faktor yang berpengaruh pada intensi berwirausaha mahasiswa 14 Kewirausahaan pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) 16

3 KERANGKA PEMIKIRAN 22

Kerangka Pemikiran Teoritis 22

Kerangka Pemikiran Operasional 26

4 METODE 29

Desain Penelitian dan Pengambilan Responden 29

Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data 29

Analisis Structural Equation Model (SEM) 31

Pendekatan Partial Least Square (PLS) 31

Implementasi Model SEM pada penelitian ini 34

Definisi Operasional 37

5 GAMBARAN UMUM 39

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 39

Gambaran Umum Responden Penelitian 40

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 45

Karakteristik Kewirausahaan Mahasiswa Pascasarjana Program

Magister SPs-IPB 45

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Intensi Berwirausaha

Mahasiswa Pascasarjana Program Magister SPs-IPB 49

7 SIMPULAN DAN SARAN 62

Simpulan 62

Saran 63

(16)

DAFTAR TABEL

1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2010–2013 (persen)

berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 4 2. Jumlah mahasiswa aktif pada tahun ajaran 2014/2015 dan proporsi

pengambilan sampel 29

3. Aturan evaluasi pengukuran model PLS indikator reflektif 33

4. Aturan evaluasi struktural model PLS 34

5. Hubungan antar variable laten dengan indikatornya 36

6. Sebaran responden berdasarkan asal fakultas 41

7. Sebaran responden berdasarkan status program studi 41 8. Sebaran responden berdasarkan tahun masuk kuliah 42

9. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin 42

10. Sebaran responden berdasarkan usia 43

11. Sebaran responden berdasarkan status pernikahan 43 12. Sebaran responden berdasarkan pekerjaan orang tua 44 13. Sebaran responden berdasarkan pengalaman bekerja 45 14. Sebaran responden berdasarkan status pekerjaan saat ini 45 15. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha secara

umum 46

16. Sebaran responden berdasarkan pengalaman berwirausaha pada

bidang agribisnis 46

17. Sebaran responden berdasarkan status usaha yang sedang

dijalankan saat ini. 47

18. Sebaran responden berdasarkan status berwirausaha pada bidang

agribisnis yang sedang dijalankan. 47

19. Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang

umum 47

20. Sebaran responden berdasarkan niat berwirausaha pada bidang

agribisnis 48

21. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan

Konsekuensi Perilaku 51

22. Rata-rata skor setiap indikator untuk variabel laten Evaluasi

Konsekuensi 52

23. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan

Harapan Normatif 52

24. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Motivasi

mematuhi harapan normatif 53

25. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Keyakinan

Kendali 53

26. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Kekuatan Pada

Keyakinan Kendali 54

27. Rata-rata skor setiap indikator untuk variable laten Intensi

berwirausaha 54

28. Kebaikan Model 56

29. Nilai R-square 58

(17)

DAFTAR GAMBAR

1. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur

2011–2014 (juta orang) 4

2. Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni

berdasarkan fakultas tahun 2010 8

3. Model Theory of Reason Action (TRA) 23

4. Model Theory of Planned Behavior (TPB) 24

5. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian 26

6. Kerangka Operasional Penelitian 27

7. Model intensi berwirausaha pada mahasiswa pascasarjana SPs-IPB 35 8. Model akhir dari intensi berwirausaha pada mahasiswa

pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis 60

DAFTAR LAMPIRAN

1. Asal suku bangsa responden 68

2. Jenis pengalaman pekerjaan yang pernah dilakukan responden 68 3. Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan oleh responden. 70 4. Jenis usaha yang pernah dijalankan oleh responden. 70 5. Jenis usaha bidang agribisnis yang pernah dijalankan sebelumnya

oleh responden. 72

6. Jenis usaha yang sedang dijalankan saat ini. 73

7. Jenis usaha agribisnis yang sedang dijalankan oleh responden. 73 8. Jenis usaha yang ingin dan berharap akan dijalankan oleh

responden dikemudian hari. 73

9. Jenis usaha pada komoditas tanaman pangan yang diminati oleh

responden. 76

10. Jenis usaha pada komoditas hortikultur yang diminati oleh

responden. 76

11. Jenis usaha pada komoditas perkebunan yang diminati oleh

responden. 77

12. Jenis usaha pada komoditas peternakan yang diminati oleh

responden. 77

13. Jenis usaha pada komoditas perikanan yang diminati oleh

responden 78

14. Jenis usaha pada komoditas kelautan yang diminati oleh

responden. 79

15. Jenis usaha pada bidang jasa pertanian yang diminati oleh

responden. 79

16. Jenis usaha lainnya pada bidang pertanian yang diminati oleh

responden. 80

(18)
(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki potensi sumber daya alam (SDA) yang sangat berlimpah dan sangat berpeluang untuk dijadikan usaha berbasis SDA yaitu usaha pada sektor pertanian.Usaha pada sektor pertanian sering dikenal dengan istilah usaha agribisnis yang meliputi komoditas pada tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan, serta kehutanan. Indonesia memiliki ketersediaan lahan yang cukup besar, sebaran hutan, sungai, rawa dan danau serta curah hujan yang cukup tinggi dan merata sepanjang tahun juga merupakan potensi alamiah dalam memenuhi kebutuhan air pertanian, apabila dikelola dengan baik, waduk, bendungan dan air tanah serta air permukaan lainnya sangat potensial untuk mendukung pengembangan usaha pada bidang agribisnis.

Perkembangan pembangunan agribisnis akan sejalan dengan pembangunan nasional. Pembangunan agribisnis dipandang sebagai bagian penting dalam pembangunan masa depan Indonesia. Bidang agribisnis telah terbukti memberikan banyak kontribusi pada Negara, diantaranya melalui penyerapan tenaga kerja dan sumbangan terhadap produk domestik bruto (PDB) serta kontribusi lainnya. BPS mencatat, penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian pada agustus 2014 mencapai 38.07 juta orang atau sebanyak 32.2% dari total jumlah angkatan kerja, dan sumbangan bidang pertanian terhadap PDB Indonesia pada agustus 2014 mencapai 14.8% yang didapatkan dari sektor pertanian, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Selain itu, Iskandar (2014)1 menyatakan bahwa sebanyak 40.5 persen lapangan usaha tersebut berada di sektor agribisnis2. Kesempatan kerja yang tercipta pada tahun 2014 diperkirakan sebanyak 1.87 juta orang,dan untuk lapangan usaha pada sektor agribisnis dapat dirinci menjadi Subsektor Tanaman Pangan 17.73 juta rumah tangga, Hortikultura 10.60 juta rumah tangga, Perkebunan 12.77 juta rumah tangga, Peternakan 12.97 juta rumah tangga, Perikanan kegiatan budidaya ikan 1.19 juta rumah tangga, Perikanan kegiatan penangkapan ikan 0.86 juta rumah tangga, Kehutanan 6.78 juta rumah tangga, dan Jasa Agribisnis 1.08 juta rumah tangga.

Berbicara mengenai sektor agribisnis, Seperti yang kita ketahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris dan maritim yang memiliki segudang potensi sumber daya alam (SDA) yang berlimpah dan sangat berpeluang untuk dijadikan usaha berbasis SDA yaitu usaha agribisnis. Indonesia memiliki ketersediaan lahan yang cukup besar. Direktorat jenderal pengelolaan lahan dan air (2006), menerangkan bahwa Indonesia memiliki total luas daratan sebesar 192 juta ha, terbagi atas 123 juta ha (64.6%) merupakan kawasan budidaya dan 67 juta ha (35.4%) sisanya merupakan kawasan lindung, dari total luas kawasan budidaya, yang berpotensi untuk areal pertanian seluas 101 juta ha, meliputi lahan basah seluas 25.6 juta ha, lahan kering tanaman semusim 25.3 juta ha dan lahan kering tanaman tahunan 50.9 juta ha. Semua potensi yang tersedia untuk pengembangan

1 Muhaimin iskandar (2014). Pusat Humas Kemnakertrans (www.google.com/Muhaimin Prediksikan Jumlah Pengangguran di Indonesia Tahun 2014 Turun).

(20)

bidang agribisnis tersebut, sampai saat ini masih belum termanfaatkan secara optimal, dari areal yang berpotensi untuk pertanian tersebut, saat ini yang sudah dibudidayakan menjadi areal pertanian baru sebesar 47 juta ha (46.53%), sehingga masih tersisa 54 juta ha (53.47%) yang berpotensi untuk perluasan areal pertanian. Potensi SDA di atas masih belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku pembangunan. Burhanuddin (2012)3 menjelaskan bahwa saat ini Indonesia membutuhkan sumberdaya manusia (SDM) dengan jiwa kewirausahaan yang kuat untuk dapat mengembangkan sektor pertanian sebagai sektor yang berbasis SDA. Pada dasarnya, kewirausahaan merupakan faktor penentu bagi kemajuan suatu negara. Bagaimana tidak, kemajuan suatu negara salah satunya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai jika negara memiliki banyak wirausaha. Dengan kata lain bahwa wirausaha adalah pelaku penting dari kegiatan ekonomi modern saat ini dalam rangka meningkatkan kemajuan suatu negara. Suatu negara untuk menjadi makmur minimum memiliki jumlah wirausaha 2 % dari total jumlah penduduk. Contohnya seperti negara Amerika Serikat memiliki 11,5 % wirausaha dan Singapura yang terus meningkat menjadi 7,2 %. Saat ini total jumlah penduduk Indonesia mencapai 237.641.326 jiwa4, dengan angka tersebut seharusnya jumlah wirausaha di Indonesia saat ini sedikitnya 4.752.827 orang, namun saat ini baru ada sekitar 1,56 persen dari total jumlah penduduk di Indonesia yang menjadi pengusaha yaitu sekitar 3.707.205 orang. Berarti Indonesia masih membutuhkan sekurangnya sekitar satu juta orang pengusaha baru untuk membantu pertumbuhan ekonomi.

SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan serta memiliki jiwa kewirausahaan khususnya dalam bidang agribisnis masih sangat dibutuhkan untuk dapat mengoptimalkan SDA yang ada saat ini. Upaya untuk menghasilkan wirausaha baru tersebut terus dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk oleh pihak perguruan tinggi. Salah satu perguruan tinggi yang berpotensi untuk mencetak dan menghasilkan SDM tersebut adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). IPB merupakan salah satu dari perguruan tinggi yang diharapkan dapat berperan dalam pengembangan bidang pertanian. Dilihat berdasarkan visi dan misi dari IPB, jelas mencerminkan keinginan yang besar dari IPB untuk berperan serta dalam pembangunan nasional dengan cara menghasilkan SDM berupa mahasiswa dan lulusan yang memiliki kompetensi yang disebutkan di atas.

Visi IPB berdasarkan (Statuta IPB, 2013), yaitu “Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika”. Sedangkan Misinya adalah:

1. Menyiapkan insan terdidik yang unggul, profesional, dan berkarakter kewirausahaan di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika.

2. Memelopori perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang unggul di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika.

3. Mentransformasikan ilmu pengetahuan, teknologi, serta seni dan budaya unggul IPB untuk pencerahan, kemaslahatan, peningkatan kualitas kehidupan secara berkelanjutan.

3Burhanuddin. 2012. Peran Kewirausahaan Menjawab Tantangan 60 Tahun yang Lalu dan yang Akan Datang Soal Pangan. http://burhan.staff.ipb.ac.id.

(21)

IPB memiliki potensi yang besar untuk melahirkan wirausaha-wirausaha baru terdidik yang berusaha pada bidang agribisnis, Munculnya wirausaha-wirausaha baru tersebut yang merupakan generasi muda terdidik yang memiliki pengetahuan, tingkat kreasi dan inovasi yang tinggi serta ditambah dengan bidang kajian dan disiplin ilmu khusus pada bidang pertanian yang telah mereka dipelajari selama kuliah diharapkan mampu menciptakan ide-ide bisnis/produk yang lebih inovatif dan kreatif serta dapat memberikan nilai tambah terhadap produk-produk agribisnis.

Semakin meningkatnya jumlah usaha-usaha pada bidang agribisnis tersebut diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran dan diharapkan akan meningkatkan jumlah produksi pangan dalam negeri yang dapat menopang ketahanan pangan bagi Negara. Selain itu, pengelolaan usaha dibidang agribisnis oleh tenaga-tenaga terdidik dengan memanfaatkan keunggulan komparatif yang masih didominasi oleh bidang agribisnis sebagai basis ekonomi pada hampir seluruh daerah di Indonesia diharapkanakan lebih memungkinkan terwujudnya pemanfaatan SDA secara optimal yang tetap memperhatikan kelestarian lingkungan serta peningkatan pendapatan nasional dan dapat mengurangi kemiskinan terutama di perdesaan, sehingga pada akhirnya akan berdampak pada tercapainya stabilitas ekonomi secara keseluruhan.

Perumusan Masalah

Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, dan jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Peningkatan jumlah penduduk tersebut akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan terhadap pangan, sandang, papan, dan pendidikan. Meningkatnya jumlah penduduk juga akan berdampak pada peningkatan jumlah angkatan kerja yang akan berdampak pula terhadap kebutuhan akan lapangan pekerjaan. Peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai akan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran. Badan pusat statistik (BPS)5 menyatakan bahwa pada Februari 2015 jumlah angkatan kerja mencapai 128.3 juta orang, jumlah penduduk yang bekerja mencapai 120.8 juta orang dan jumlah pengangguran mencapai 7.45 juta orang. Untuk melihat perbandingan antara jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja, dan penganggur dari tahun 2011 sampai tahun 2014 dapat dilihat pada Gambar 1.

Data menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, Masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dan semakin meningkatnya jumlah pengangguran intelektual belakangan ini harus segera ditanggulangi. Pengangguran di Indonesia menunjukkan sebagian dari mereka merupakan pengangguran yang berpendidikan, mulai dari lulusan tingkat sekolah dasar hingga lulusan Diploma atau Akademi serta lulusan Perguruan Tinggi.

(22)

Gambar 1. Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, dan Penganggur 2011–2014 (juta orang)

Penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan tinggi adalah sebanyak 10,5 juta orang, yang mencakup 2,64 persen atau 2,9 juta orang berpendidikan Diploma dan sebanyak 6,83 persen atau 7,6 juta orang yang berpendidikan Universitas. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berdasarkan pendidikan tertinggi yang ditamatkan di Indonesia untuk lulusan perguruan tinggi masih cukup tinggi yaitu sebesar 5.87 persen berasal dari lulusan Diploma, dan 4,31 persen berasal dari lulusan Universitas. Tabel 1 di bawah ini menunjukan jumlah tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan

Tabel 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2010–2013 (persen) berdasarkan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

2010 2011 2012 2013 2014

Pendidikan Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb* SD Ke Bawah 3,71 3,81 3,37 3,56 3,69 3,64 3,61 3,51 3.69 SLTP/SMP 7,55 7,45 7,83 8,37 7,80 7,76 8,24 7,60 7.44 SMA 11,90 11,90 12,17 10,66 10,34 9,60 9,39 9,74 9.1 SMK 13,81 11,87 10,00 10,43 9,51 9,87 7,68 11,19 7.21 Diploma I/II/III 15,71 12,78 11,59 7,16 7,50 6,21 5,65 6,01 5.87 Universitas 14,24 11,92 9,95 8,02 6,95 5,91 5,04 5,50 4.31 Jumlah 7,41 7,14 6,80 6,56 6,32 6,14 5,92 6,25 5.70

*Estimasi ketenagakerjaan Februari 2014 menggunakan penimbang hasil Proyeksi Penduduk

Sumber: Badan pusat statistik (BPS)

Data di atas menunjukan bahwa jumlah pengangguran di Indonesia masih cukup tinggi, Jumlah tersebut juga meliputi jumlah pengangguran terdidik pada berbagai jenjang pendidikan. BPS6 menunjukan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk lulusan perguruan tinggi pada Februari 2015 masih cukup tinggi yaitu sebesar 7.49% berasal dari lulusan Diploma, dan 5.34% berasal dari lulusan Universitas. Tingginya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia, salah satunya disebabkan karena peningkatan jumlah lulusan yang tidak diimbangi dengan jumlah peningkatan lapangan kerja yang memadai serta sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria dan latar belakang

(23)

pendidikannya. Tingginya jumlah pengangguran terdidik juga dapat disebabkan karena keengganan mereka untuk memilih karir sebagai wirausaha.

Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Indonesia dengan potensi SDA yang berlimpah, masih sangat membutuhkan dukungan SDM tangguh yang memiliki jiwa kewirausahaan untuk dapat mengembangkan dan memanfaatkan potensi-potensi tersebut agar dapat optimal. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi seluruh pihak termasuk lembaga-lembaga pendidikan, khususnya lembaga pendidikan yang berfokus pada bidang pertanian. Institut Pertanian Bogor (IPB) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang fokus dalam bidang pertanian diharapkan dapat menghasilkan SDM yang tangguh berupa mahasiswa dan alumni yang dapat berperan dalam pengembangan sektor pertanian serta dapat berperan dalam pengembangan pembangunan kedepannya.

Pada umumnya mahasiswa dapat dibedakan menjadi tiga kelompok berdasarkan jenjang pendidikan yang ditempuhnya, yaitu mahasiwa Diploma (DI, DII, DIII, DIV), mahasiwa Sarjana (S1), dan mahasiwa Pascasarjana yang dibagi menjadi program Magister (S2) dan program Doktor (S3). Masing-masing kelompok memiliki kompetensi yang berbeda-beda. Mahasiswa tingkat Diploma lebih diarahkan kepada kompetensi teknis dan operasional, mahasiswa pada jenjang Sarjana lebih diarahkan kepada kompetensi manajerial, sedangkan mahasiswa pada program Pascasarjana, kompetensi yang diharapkan adalah lebih kearah pengembangan suatu model atau sistem, serta kemampuan dalam mensintesis ilmu.

Mahasiswa yang telah menyelesaikan studinya pada umumnya akan dihadapkan pada 3 pilihan, yaitu pilihan pertama adalah untuk menjadi pegawai, baik pegawai perusahaan swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pilihan kedua menjadi pengangguran intelektual karena sulitnya mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan kriteria. Pilihan ketiga adalah membuka usaha sendiri atau berwirausaha. Bagi sebagian besar lulusan perguruan tinggi, menjadi seorang wirausaha mungkin bukanlah menjadi pilihan karir mereka, karena untuk menjadi wirausaha mereka harus dihadapkan pada situasi yang kurang pasti, penuh tantangan dan seringkali terhambat oleh terbatasnya modal. Kondisi persaingan dalam merebutkan lapangan kerja oleh lulusan perguruan tinggi akan semakin ketat dengan situasi persaingan global, misal pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang akan memperhadapkan lulusan perguruan tinggi Indonesia bersaing secara bebas dengan lulusan dari perguruan tinggi asing.

(24)

diketahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi timbulnya niat tersebut. Sehingga faktor-faktor yang memengaruhi niat berwirausaha dapat terus dikembangkan sehingga minat tersebut dapat diwujudkan menjadi usaha yang nyata.

Fishbein & Ajzen (1975), menjelaskan bahwa keinginan atau niat disebut sebagai intensi. Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. Intensi merupakan kunci utama untuk memprediksi perilaku manusia dan sebagai sebuah konstruk psikologis yang menunjukan kekuatan motivasi seseorang dalam hal perencanaan yang sadar dalam usaha untuk menghasilkan perilaku yang dimaksud dimasa yang akan datang. Nabi Muhammad SAW juga menyampaikan dalam Hadistnya sekitar 14 abad yang lalu, beliau bersabda :“Sesungguhnya setiap perbuatan seseorang itu tergantung pada niatnya” (HR.Bukhari)7. Hadist ini menjelaskan bahwa segala perbuatan seseorang itu akan sangat bergantung pada niatnya atau dengan kata lain berdasarkan intensinya.

Meneliti intensi atau niat seseorang dan kelompok untuk berwirausaha merupakan suatu cara untuk memprediksi perilaku berwirausaha mereka dikemudian hari. Intensi kewirausahaan dapat diartikan sebagai proses pencarian informasi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembentukan suatu usaha (Katz & Gartner 1988). Intensi kewirausahaan adalah prediksi yang reliabel untuk mengukur perilaku kewirausahaan dan aktivitas kewirausahaan (Krueger et al. 2000). Umumnya, intensi kewirausahaan adalah keadaan berfikir yang secara langsung dan mengarahkan perilaku individu kearah pengembangan dan implementasi konsep bisnis yang baru (Bird, 1995). Intensi berwirausaha pada mahasiswa merupakan suatu keinginan kuat yang terdapat dalam diri seseorang yang sedang belajar di perguruan tinggi untuk menciptakan suatu usaha yang dapat memberi lapangan kerja bagi diri sendiri dan orang lain dengan bekal kemandirian, keberanian, dan kreativitas.

Penjelasan diatas menjelaskan bahwa dengan mengukur intensi seseorang atau kelompok dalam berwirausaha, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk melihat siapa saja yang siap untuk menjadi wirausaha dimasa yang akan datang. Indarti & Rostiani (2008), menjelaskan bahwa intensi wirausaha juga dapat dijadikan sebagai pendekatan dasar yang masuk akal untuk memahami siapa-siapa yang akan menjadi wirausaha. Seseorang dengan intensi yang kuat untuk memulai usaha, akan memiliki kesiapan dan kemajuan yang lebih baik dalam usaha yang dijalankan dibandingkan seseorang tanpa intensi dalam memulai suatu usaha.

Penelitian dan kajian mengenai kewirausahaan pada mahasiswa telah mendapat perhatian cukup besar dari para peneliti. Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa mahasiswa dan para lulusan perguruan tinggi hendaknya perlu diarahkan dan didukung untuk tidak hanya berorientasi sebagai pencari kerja (job seeker) namun juga dapat dan siap untuk menjadi pencipta pekerjaan (job creator) dan persepsi mahasiswa mengenai profesi wirausahawan harus diperkuat sehingga menjadi dorongan positif bagi mahasiswa untuk berani memulai usaha baik sejak masa kuliah maupun setelah lulus. Tingginya jumlah pengangguran terdidik di Indonesia, salah satunya disebabkan karena keengganan mereka untuk berwirausaha. Bagi sebagian besar lulusan perguruan tinggi, menjadi seorang

(25)

wirausaha bukanlah menjadi pilihan karir mereka, karena untuk menjadi wirausaha mereka dihadapkan pada situasi yang tidak pasti, penuh tantangan dan seringkali terhambat oleh terbatasnya modal.

Penelitian yang menkaji tentang kewirausahaan pada mahasiswa telah banyak dilakukan termasuk penelitian di lingkungan IPB dalam berbagai kondisi juga telah banyak melakukan. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir terdapat beberapa penelitian terkait kewirausahaan pada mahasiswa IPB meliputi penelitian mengenai pengembangan karakter wirausaha pada mahasiswa IPB program sarjana pada bidang studi agribisnis angkatan 2000 (Jusuf, 2004), sedangkan Azzahra (2009) meneliti mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB peserta program kreativitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK) dan program pengembangan (PPKM). Sutya (2010) meneliti mengenai perbandingan minat kerja serta faktor pendorong mereka untuk berwirausaha pada mahasiswa FMIPA dan FATETA IPB. Pambudy (2011) melakukan kajian mengenai perilaku wirausaha mahasiswa IPB. kajian ini dilakukan terhadap mahasiswa IPB program sarjana dari sembilan Fakultas di lingkungan IPB.

Trisnawati (2011) meneliti mengenai pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa IPB melalui pendekatan Theory of Planned Behavior. Ilham (2012) meneliti mengenai pengaruh lingkungan keluarga, pendidikan, dan sosial terhadap jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa TPB-IPB. Subachtiar (2013) meneliti mengenai karakteristik dan perilaku wirausaha mahasiswa pengusaha di IPB. Pratiwi (2014). Pratiwi meneliti tentang pengaruh kompetensi praktek kewirausahaan terhadap perilaku wirausaha dan pilihan bekerja pada mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 yang telah lulus mata kuliah praktek kewirausahaan dan mahasiswa IPB alih jenis agribisnis angkatan 3 dan 4 serta mahasiswa agribisnis angkatan 48 yang sedang mengikuti mata kuliah praktek kewirausahaan. Muwartami (2014) meneliti mengenai persepsi mahasiswa IPB program sarjana angkatan 2010 dari 10 Departemen yang memiliki kedekatan bidang ilmu dengan kehutanan untuk mengetahui kecenderungan mahasiswa IPB dalam berkiprah pada bidang kehutanan dibandingkan bekerja di institusi pemerintah, perusahaan swasta, atau berwirausaha dalam bisnis kehutanan.

(26)

Gambar 2. Grafik persentase sebaran responden status kerja alumni berdasarkan fakultas tahun 2010

Data di atas menunjukan bahwa masih sebagian kecil dari lulusan IPB yang memilih karir untuk menjadi wirausahawan. Rendahnya keinginan (intensi) berwirausaha dikalangan mahasiswa dan alumni dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor-faktor internal maupun eksternal. Beberapa penelitian sebelumnya yang dilakukan pada mahasiswa IPB, menunjukan bahwa penelitian yang mengkaji mahasiswa pada program Pascasarjana belum pernah dilakukan. Selain itu kajian yang lebih berfokus pada kajian kewirausahaan mahasiswa pada bidang agribisnis juga belum pernah dilakukan. Maka dianggap perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat berguna sebagai sumber informasi tambahan bagi masyarakat dan referensi bagi penelitian selanjutnya khususnya informasi mengenai karakteristik kewirausahaan pada mahasiswa IPB untuk berwirausaha pada bidang agribisnis.

Menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa di perguruan tinggi, dipercaya merupakan solusi alternatif dan jalan keluar untuk mengurangi tingkat pengangguran. Mahasiswa yang merupakan calon lulusan perguruan tinggi perlu didorong dan ditumbuhkan niat mereka untuk berwirausaha (Enterpreneurial intention). Intensi merupakan suatu komponen dalam diri individu yang mengacu pada keinginan untuk melakukan tingkah laku tertentu. serta merupakan suatu kesungguhan niat seseorang untuk melakukan perbuatan atau memunculkan suatu perilaku tertentu.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa dengan mengukur intensi seseorang maka kita dapat memprediksi perilakunya dimasa yang akan datang, jadi dengan melihat intensi berwirausaha seseorang atau kelompok pada bidang agribisnis, maka ini dapat dijadikan prediktor untuk melihat siapa saja yang akan menjadi wirausaha dan mengembangkan usaha pada bidang agribisnis dimasa yang akan datang.

(27)

sosial subyektif (social norms) merupakan sejauh mana keinginan individumemenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Kendali perilaku (perceived behavioral control) merupakan persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu tindakan.

Sejumlah faktor yang diprediksi dapat berpengaruh pada seseorang untuk memilih karir sebagai wirausaha adalah seperti faktor kepribadian, keterampilan wirausaha, dan ketersediaan modal. Disamping itu, terdapat juga faktor lain seperti demografi, umur, jenis kelamin, pengalaman kerja (Linan et al, 2005; Wilson, et al., 2007; dalam Pihie, 2009). Sedangkan Kalvereid (dalam Indarti.,et al 2008) menyatakan seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. sejalan dengan penelitian Scott dan Twomey (dalam Indiarti., et al 2008) beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda, semakin kondusif untuk menjadi wirausaha dan jika seseorang tersebut memiliki pengalaman terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan.

Studi yang dilakukan Cooper (dalam Linan and Chen, 2006) menunjukan bahwa pengalaman seseorang dalam berwirasusaha akan semakin meningkatkan pengetahuan kewirausahaan. Basu dan Virick (2007) juga mengadakan penelitian tentang intensi berwirausaha. Penelitian tersebut menguji variabel pendidikan, orangtua yang sudah memiliki bisnis, pengalaman bekerja yang diduga dipengaruhi oleh tiga determinan yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan, keluarga memiliki hubungan positif terhadap attitudes toward entrepreneurship ,subjective norms, dan perceived behavioural control mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa. Faktor keluarga, pengalaman bekerja, dan pendidikan kewirausahaan akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural control. Dimana sikap terhadap perilaku (attitudes toward behavioral) adalah perasaan negatif atau positif seorang individu untuk melaksanakan sesuatu. Norma sosial subyektif (social norms) adalah sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) adalah persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu perilaku .

Variabel pengalaman kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap

attitude toward dan perceived behavioural control tetapi tidak pada

(28)

kewirausahaan diyakini dapat membentuk kreatifitas, dan meningkatkan wawasan mengenai kewirausahaan yang akan mempengaruhi tindakan seseorang menciptakan usahanya sendiri. Selain itu dorongan dari kelompok tertentu seperti tim pengajar, teman-teman kuliah, maupun orang terdekatnya akan meyakinkan bahwa untuk menjadi wirausaha dapat memberikan keuntungan bagi dirinya, dengan dilatar belakangi keluarga yang memiliki usaha, orang tua ataupun saudara dekat mereka akan mewarisikan jiwa dan mental pengusaha.

Seseorang dengan referensi bisnis di keluarganya, akan lebih memilih menjadi wirausaha karena dianggap lebih menguntungkan dan keyakinan untuk sukses menciptakan bisnis baru semakin kuat. Begitu juga dengan pengalaman kerja, seseorang yang pernah bekerja memiliki niat yang kuat untuk menjadi wirausaha. sebab didorong oleh keyakinan atas kemampuan bahwa dirinya akan berhasil memulai bisnis baru yaitu dengan berbagai pertimbangan seperti kesiapan dari segi modal, finansial maupun pengalamannya sewaktu bekerja membuatnya lebih banyak memiliki referensi dan ide-ide untuk memulai bisnis baru. bila semakin kuat dukungan sosial yang didapat maka akan membentuk persepsinya untuk menjadi wirausaha. Berdasarkan dari beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya untuk melihat sejauh mana niat mahasiswa untuk berwirausaha, dapat disimpulkan bahwa niat kewirausahaan seseorang dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal (Johnson, 1990; Stewart et al., 1998). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri wirausahawan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausahawan.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji lebih lanjut mengenai faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha serta bagaimanakah karakteristik kewirausahaan mahasiswa IPB pada jenjang Pascasarjana terutama kewirausahaan pada bidang agribisnis?

Tujuan Penelitian

1. Mengkaji karakteristik kewirausahaan mahasiswa Pascasarjana SPs-IPB terkait intensinya berwirausaha pada bidang agribisnis.

2. Menganalisis faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis.

Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan kerangka pembelajaran pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi dalam rangka mendorong munculnya mahasiswa dan alumni dari perguruan tinggi yang memilih karir sebagai wirausaha.

(29)

Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dan ruang lingkup pada penelitian ini adalah untuk melihat intensi berwirausaha mahasiswa pascasarjana SPs-IPB pada bidang agribisnis dan faktor-faktor apakah yang menentukannya. Objek pada penelitian ini adalah studi kasus pada mahasiswa program magister SPs-IPB. Penentuan mahasiswa program magister (S2) sebagai objek penelitian ini adalah untuk pembatasan ruang lingkup kajian dan objek ini dianggap memiliki latarbelakang demografi yang lebih bervariasai terkait latarbelakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman wirausaha dan bekerja, suku, status hubungan, dan jarak umur yang lebih beragam sehingga diharapkan dapat memberikan informasi tambahan terkait kewirausahaan mahasiswa IPB pada bidang agribisnis.

Agribisnis yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah semua usaha yang meliputi sistem usaha mulai dari subsistem hulu sampai subsistem hilir. Sistem usaha tersebut terdiri dari subsistem input (saprodi), subsistem onfarm (budidaya), subsistem pascapanen (pengolahan lanjutan dan nilai tambah), subsistem pemasaran, dan subsistem pendukung (kelembagaan), serta usaha jasa pada bidang agribisnis (konsultan, kesehatan, dan jasa lainnya). Komoditas usaha yang termasuk pada bidang agribisnis pada penelitian ini meliputi pada bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan, dan kehutanan, serta bidang jasa dan pendukung lainnya.

2

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi dan Kompetensi Kewirausahaan

(30)

Joseph Schumpeter (1911), menerangkan bahwa wirausaha adalah orang yang mampu menghancurkan keseimbangan pasar dan kemudian membentuk keseimbangan pasar yang baru dan mengambil keuntungan-keuntungan atas perubahan-perubahan tersebut, wirausaha adalah orang yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku baru. Dalam definisi ini ditekankan bahwa seseorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Wirausahawan adalah seorang inovator yang mengimplementasikan perubahan-perubahan di dalam pasar melalui kombinasi-kombinasi baru. Kombinasi baru tersebut bisa dalam bentuk memperkenalkan produk baru atau dengan kualitas baru, memperkenalkan metoda produksi baru, membuka pasar yang baru (new market), memperoleh sumber pasokan baru dari bahan atau komponen baru, menjalankan organisasi baru pada suatu industri.

Banyak definisi mengenai kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli lainnya. Dari sekian banyak definisi tersebut dapat dirangkum menjadi beberapa garis besar yang meliputi :

1. Wirausaha merupakan seseorang yang menciptakan sebuah usaha. Dikemukakan oleh : Hisrich-Peter (1992), Holt (1992), Drucher (1996), Zimmerer dan Scarborough(2002), Riyanti (2003), Kasmir (2006), Suharyadiet al(2007).

2. Wirausaha adalah seseorang yang berani menghadapi risiko dan ketidakpastian. Dikemukakan oleh : Kao (1989), Hisrich-Peter (1992), Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993), Zimmerer dan Scarborough (2002), Holt (1992), Boone dan Kurtz (2002), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006),Suharyadi et al. (2007). 3. Wirausaha merupakan seseorang yang dapat melihat peluang dan

kesempatan. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1911), Kao (1989), Hisrich dan Peter (1992), Zimmerer (1993), Zimmerer dan Scarborough (2002). Boone dan Kurtz (2002), Riyanti (2003), Zimmerer (2004), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006), Suharyadi et al. (2007).

4. Wirausaha merupakan seseorang yang dapat mengorganisir dan memanajemen. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1911), Kao (1989), Hisrich dan Peter (1992), Drucher (1996), Boone dan Kurtz (2002), Wickham (2004), Riyanti (2003), Robbins dan Coulter (2005), Kasmir (2006).

5. Wirausaha merupakan karakter dan jiwa/sifat dari seseorang. Dikemukakan oleh : Drucher (1996), Wickham (2004), Masykur (2007).

6. Wirausaha merupakan seseorang yang kreatif dan inovatif. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1934), Hisrich-Peter (1992), Prawirokusumo, Raymond (1995), Wickham (2004), Robbins dan Coulter (2005), Rambat Lupiyoadi (2007).

(31)

8. Wirausahawan adalah orang yang mencoba untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar. Dikemukakan oleh : Joseph Schumpeter (1934). Dari pemaparan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa wirausaha adalah seseorang yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda dari orang lainnya. Selain itu seorang wirausahawan adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk memprediksi dan menyikapi perubahan pasar dan dapat memberikan atau menambahkan suatu nilai pada peluang dan kesempatan yang datang secara kreatif dan inovatif, serta dapat mengorganisir dan memanajemen usaha yang didirikan tersebut dengan baik untuk memperoleh sebuah kesuksesan. Selain itu wirausaha juga harus berani dalam menghadapi risiko dan ketidakpastian yang mungkin terjadi, serta bersemangat dalam menghadapi tantangan yang akan muncul.

Dalam menjalankan sebuah usaha, wirausaha perlu memiliki kompetensi seperti halnya profesi lain dalam kehidupan. Kompetensi ini mendukung kearah kesuksesan dalam menjalankan sebuah usaha. Triton (2007) mengemukakan 10 kompetensi yang sebaiknya dimiliki oleh wirausaha dalam menjalankan usahanya, yaitu :

1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang entrepreneur harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubunganya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.

2. Knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.

3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sungguh-sungguh dan tidak setengah hati.

4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

5. Managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan untuk mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakanya secara tepat, dan mengendalikanya secara akurat.

6. Managing time efficiently, yaitu mengatur waktu seefisien mungkin, mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai kebutuhanya.

7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan atau memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan usahanya.

8. Statisfying customer by providing hight quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

(32)

10.Copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan yang jelas tersurat, bukan tersirat.

Faktor yang berpengaruh pada intensi berwirausaha mahasiswa Keinginan (intensi) berwirausaha dikalangan mahasiswa dan alumni dapat disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk melihat Intensi mahasiswa untuk berwirausaha, menunjukan bahwa intensi kewirausahaan seseorang dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang dapat dilihat dalam suatu kerangka integral yang melibatkan berbagai faktor internal dan faktor eksternal (Johnson, 1990; Stewart et al., 1998). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri wirausahawan, sedangkan faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausahawan.

Sejumlah faktor yang diprediksi dapat berpengaruh pada seseorang untuk memilih karir sebagai wirausaha adalah seperti faktor demografi, umur, jenis kelamin, pengalaman kerja, kepribadian, keterampilan wirausaha, dan ketersediaan modal. Sedangkan Kalvereid (dalam Indarti & Rostiani, 2008) menyatakan seseorang yang memiliki pengalaman bekerja mempunyai intensi kewirausahaan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak pernah bekerja sebelumnya. Sejalan dengan penelitian Scott dan Twomey (dalam Indarti & Rostiani, 2008) beberapa faktor seperti pengaruh orang tua dan pengalaman kerja akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu usaha dan sikap orang tersebut terhadap keinginannya untuk menjadi karyawan atau wirausaha. Lebih lanjut, mereka menyebutkan bahwa jika kondisi lingkungan sosial seseorang pada saat dia berusia muda, semakin kondusif untuk menjadi wirausaha dan jika seseorang tersebut memiliki pengalaman terhadap sebuah usaha, maka dapat dipastikan orang tersebut mempunyai gambaran yang baik tentang kewirausahaan. Basu dan Virick (2007) mengadakan penelitian tentang intensi berwirausaha. Penelitian tersebut menguji variabel pendidikan, orangtua yang sudah memiliki bisnis, pengalaman bekerja yang diduga dipengaruhi oleh tiga determinan yang mempengaruhi intensi berwirausaha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pendidikan, keluarga memiliki hubungan positif terhadap attitudes toward entrepreneurship ,subjective norms, dan perceived behavioural control mempengaruhi minat kewirausahaan mahasiswa. Faktor keluarga, pengalaman bekerja, dan pendidikan kewirausahaan akan membentuk

attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural control. Dimana sikap terhadap perilaku (attitudes toward behavioral) adalah perasaan negatif atau positif seorang individu untuk melaksanakan sesuatu. Norma sosial subyektif (social norms) adalah sejauh mana keinginan individu memenuhi harapan dari sejumlah pihak yang dianggap penting berkaitan dengan perilaku tertentu. Persepsi pengendalian perilaku (perceived behavioral control) adalah persepsi seseorang mengenai seberapa sulit atau mudah untuk melaksanakan suatu perilaku .

Variabel pengalaman kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap

attitude toward dan perceived behavioural control tetapi tidak pada

(33)

pengalaman kerja, dan latar belakang keluarga yang berwirausaha, akan membentuk attitudes toward entrepeneurship, subjective norms dan perceived behavioural ini dikarenakan program-program pendidikan diberikan universitas yang meliputi pelatihan khusus dan aktivitas-aktifitas kewirausahaan diyakini dapat membentuk kreatifitas, dan meningkatkan wawasan mengenai kewirausahaan yang akan mempengaruhi tindakan seseorang menciptakan usahanya sendiri. Selain itu dorongan dari kelompok tertentu seperti tim pengajar, teman-teman kuliah, maupun orang terdekatnya akan meyakinkan bahwa untuk menjadi wirausaha dapat memberikan keuntungan bagi dirinya, dengan dilatar belakangi keluarga yang memiliki usaha, orang tua ataupun saudara dekat mereka akan mewarisikan jiwa dan mental pengusaha.

Seseorang dengan referensi bisnis di keluarganya, akan lebih memilih menjadi wirausaha karena dianggap lebih menguntungkan dan keyakinan untuk sukses menciptakan bisnis baru semakin kuat. Begitu juga dengan pengalaman kerja, seseorang yang pernah bekerja memiliki minat yang kuat untuk menjadi wirausaha. sebab didorong oleh keyakinan atas kemampuan bahwa dirinya akan berhasil memulai bisnis baru yaitu dengan berbagai pertimbangan seperti kesiapan dari segi modal, finansial maupun pengalamannya sewaktu bekerja membuatnya lebih banyak memiliki referensi dan ide-ide untuk memulai bisnis baru. bila semakin kuat dukungan sosial yang didapat maka akan membentuk persepsinya untuk menjadi wirausaha.

Astuti (2009) melakukan penelitian mengenai apakah konteks keluarga, kerja, pendidikan, hambatan dalam memulai bisnis, dukungan sosial, nilai – nilai individualisme dan kolektivisme memiliki pengaruh pada intensi berwirausaha. Penelitian ini dilakukan pada 79 mahasiswa hibah pengajaran kelas kewirausahaan (A dan B) S 1 FE Reguler Universitas Sebelas Maret. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh positif dan signifikan antara variabel konteks keluarga, pendidikan dukungan sosial, hambatan dalam memulai bisnis dan nilai individualisme pada intensi berwirausaha. Sedangkan variabel konteks kerja dan nilai kolektivisme tidak berpengaruh secara signifikan pada intensi berwirausaha. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa mahasiswa FE UNS sebagian besar memiliki latar belakang kewirausahaan. Namun mereka tidak mempunyai pengalaman berwirausaha. Padahal jika dilihat dari konteks hambatan dalam memulai bisnis, mereka akan merasa lebih tertantang dan tertarik untuk berwirausaha ketika semakin banyak menemui masalah dalam memulai sebuah bisnis.

Azwar (2013) melakukan kajian terhadap mahasiswa semester akhir (semester 7) yang mendapatkan mata kuliah kewirausahaan/pengantar bisnis secara reguler maupun berupa kegiatan ekstrakurikuler pilihan Universitas Islam Negeri SUSKA Riau yang berasal dari tiga fakultas yang menyelenggarakan mata kuliah kewirausahaan/ pengantar bisnis. Hasil yang diperoleh dari kajian ini bahwa faktor sosio demografi dalam hal ini jenis kelamin dan pekerjaan orangtua sebagai wirausahawan tidak terbukti berpengaruh signifi kan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa, faktor sikap (attitudes) yaitu

(34)

berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap niat kewirausahaan mahasiswa. Sementara faktor Academic Support, dan Environmental Support tidak terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap niat kewirausahaan mahasiswa.

Misbakhuddin (2013) melakukan penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh lingkungan eksternal (pola asuh, orang tua, kurikulum, kelompok sebaya,dan media massa) terhadap minat berwirausaha secara parsial dan simultan pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Hasilnya Secara parsial, tidak ada pengaruh antara pola asuh, orang tua, kurikulum, kelompok sebaya,dan media massa terhadap minat berwirausaha pada mahasiswa Pendidikan Ekonomi di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya. Sedangkan Secara simultan, lingkungan eksternal memberikan pengaruh sebesar 0,330 atau 33 % terhadap minat berwirausaha

Kewirausahaan pada mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB)

Jusuf (2004) melakukan penelitian mengenai pengembangan karakter wirausaha internal locus of control melalui pelatihan berbasis experiental learning pada mahasiswa program studi agribisnis angkatan 2000 IPB. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata sebelum dan setelah pelatihan yaitu penurunan nilai rata - rata eksternal dan kenaikan nilai rata- rata Internal Locus of Control, sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pelatihan berbasis Experiental Learning karakter wirausaha Internal Locus of Control dapat dikembangkan pada mahasiswa PS AGB Angkatan 2000 Institut Pertanian Bogor. Saran dari penelitian ini adalah hendaknya dilakukan penelitian lanjutan mengenai pelatihan berbasis Experiental Learning

karakter wirausaha pada mahasiswa IPB.

(35)

memiliki kategori sikap wirausaha yang tinggi, 24 persen masuk ke dalam kategori sangat tinggi, dan 12 persen lainnya diperoleh oleh kategori sedang. sebesar 84 persen memiliki tindakan wirausaha yang sangat tinggi dan 16 persen lainnya memiliki tindakan wirausaha pada kategori tinggi. Sebagian besar karakteristik internal memiliki hubungan tidak nyata dengan unsur- unsur yang terdapat dalam perilaku wirausaha. Hanya terdapat hubungan nyata dengan α 0,20 antara minor dengan sikap wirausaha, pekerjaan ibu dengan tindakan wirausaha, suku daerah dengan dengan sikap wirausaha, pekerjaan ayah dengan pengetahuan dan sikap wirausaha, keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan dengan tindakan wira usaha, dan pengambilan mata kuliah Kewirausahaan dengan sikap dan perilaku wirausaha, sedangkan pada taraf α 0,05 terdapat hubungan nyata antara pekerjaan ayah dengan tindakan wirausaha, suku daerah dengan tindakan wirausaha, dan keikutsertaan pada seminar/pelatihan kewirausahaan dengan sikap dan perilaku wirausaha.

Saran dari penelitian yang dilakukan Azzahra (2009), diharapkan IPB melalui Direktorat Kemahasiswaan ataupun Direktorat Pengembangan Karir dan Hubungan Alumni dapat memperbanyak kegiatan seminar atau pelatihan kewirausahaan bagi mahasiswa demi terwujudnya visi IPB yang di dalamnya terdapat pengembangan jiwa wirausaha. Departemen Agribisnis IPB dapat meningkatkan substansi mata kuliah Kewirausahaan agar langsung mempengaruhi tindakan mahasiswa untuk berwirausaha dan menampung potensi serta niat mahasiswa IPB untuk berwirausaha dan mengembangkan kemampuan sumberdaya manusia agribisnis. Lembaga- lembaga kemahasiswaan di IPB hendaknya terus berupaya menyelenggarakan kegiatan- kegiatan seminar/pelatihan kewirausahaan guna menunjang upaya dari institusi pendidikan dalam bidang kewirausahaan serta mengembangkan potensi wirausaha dikalangan mahasiswa yang lebih luas.

Sutya (2010) meneliti mengenai perbandingan minat kerja mahasiswa FMIPA dan FATETA IPB serta faktor pendorong mereka untuk berwirausaha. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa minat kerja mahasiswa FMIPA dengan mahasiswa FATETA ternyata tidak berbeda nyata, minat mahasiswa kedua fakultas tersebut untuk masuk ke dunia wirausaha masih sangat kecil, kurang dari 20% populasi mereka yang memilih untuk mengambil resiko terjun ke dunia wirausaha dan membuka peluang kerja bagi orang lain. Bagi para mahasiswa FMIPA, faktor-faktor yang mendorong mereka untuk berwirausaha adalah karena tidak suka menjadi pegawai atau bawahan, karena ingin mengaplikasikan mata kuliah yang telah didapat, dan karena ingin memiliki usaha sambilan. Sedangkan bagi para mahasiswa FATETA, faktor-faktor yang mendorong mereka untuk berwirausaha adalah karena termotivasi kesuksesan orang lain, berawal dari hobi, dan karena melihat adanya peluang bisnis. Saran dari penelitian tersebut adalah diharapkan di masa mendatang, pemberian program ataupun fasilitas-fasilitas yang dapat mengasah jiwa kewirausahaan para mahasiswa dapat diberikan secara merata di semua program studi yang ada di IPB. Sehingga setiap lulusannya telah memiliki bekal yang cukup untuk menjadi seorang wirausahawan, dan mereka dapat menerapkan ilmu yang mereka miliki dalam usaha mereka masing-masing.

(36)

dari sembilan fakultas di Institut Pertanian Bogor dan diambil sampel dari setiap departemen di fakultas tersebut. Kajian ini melihat perkembangan partisipasi mahasiswa dalam kegiatan ekstrakurikuler berbagai bidang kewirausahaan, seperti penelitian, pendidikan, dan pelayanan pada masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor perilaku kewirausahaan mahasiswa IPB, menganalisis perilaku kewirausahaan, dan menganalisis hubungan antara faktor perilaku mahasiswa IPB dengan perilaku kewirausahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa memiliki pengalaman kewirausahaan. Perilaku kewirausahaan mahasiswa IPB yang tinggi, tingkat pengetahuan kewirausahaan yang sangat tinggi, sikap kewirausahaan dan tindakan kewirausahaan yang tinggi. Karakter kewirausahaan mahasiswa IPB dalam bentuk kemampuan untuk menghadapi risiko, disiplin diri, motivasi diri, dan keinginan yang kuat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan karakter kewirausahaan mahasiswa IPB adalah semester, kelas, nilai rata-rata (IPK), tunjangan, uang dari orang tua, pelatihan dan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM), dan pengalaman kewirausahaan. Berdasarkan karakter, plot dan perilaku siswa kewirausahaan di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) dan Fakultas Peternakan (FAPET) relatif rendah. Sementara mahasiswa IPB yang memiliki karakter unggul dan perilaku kewirausahaan yang tinggi adalah mahasiswa dengan IPK 2,00-2,50. Saran dari penelitian ini IPB sebaiknya memprioritaskan pembentukan karakter wirausaha daripada perilaku wirausaha mahasiswa utama yang dimulai dari sejak semester awal atau TPB melalui pelatihan dan kegiatan ekstrakuler kewirausahaan. Fakultas dan Departemen yang berada pada kuadran inferior, baik perilaku dan karakter wirausahanya sebaiknya ada alokasi khusus kegiatan kewirausahaan mahasiswa yang lebih intensif dan meluas

Trisnawati (2011) meneliti mengenai pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap intensi berwirausaha mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui pendekatan Theory of Planned Behavior. Sampel dalam penelitian ini adalah 100 mahasiswa sarjana yang masih aktif dan merupakan mahasiswa semester empat sampai dengan semester delapan yang mengikuti pendidikan kewirausahaan secara formal atau pendidikan kewirausahaan secara nonformal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suku (daerah) (p<0,05) berhubungan nyata dengan sikap. Uang saku bulanan (p<0,05) dan pendidikan kewirausahaan formal yang diikuti (p<0,05) memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan sikap. Pendidikan ibu (p<0,05) mempunyai hubungan yang nyata dan negatif dengan kendali perilaku. Pendidikan kewirausahaan nonformal yang diikuti (p<0,05), sikap (p<0,01), dan norma subjektif (p<0,01) memiliki hubungan yang nyata dan positif dengan intensi berwirausaha. Walaupun melalui pendekatan TPB, hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya sikap (p<0,01) yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha.

(37)

penelitian ini menunjukkan bahwa kendali perilaku berhubungan positif dan nyata dengan norma subjektif yang berhubungan positif dan nyata dengan sikap yang akhirnya sikap berhubungan dan berpengaruh terhadap intensi berwirausaha. Oleh karena itu, untuk meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa, IPB dapat melakukan penguatan sikap berwirausaha pada mahasiswa dengan menciptakan lingkungan yang kondusif yang menyediakan kesempatan mahasiswa untuk berwirausaha dan juga memudahkan akses terhadap modal usaha agar bisa memudahkan mahasiswa untuk memulai berwirausaha. Adanya kemudahan untuk berwirausaha dan dukungan dari berbagai pihak termasuk orang tua dapat mempengaruhi sikap mahasiswa dalam hal berwirausaha yang pada akhirnya dapat meningkatkan intensi berwirausaha pada mahasiswa IPB. Beberapa rekomendasi penelitian mendatang yang dapat diberikan dari penelitian ini antara lain, adalah Perlu adanya penelitian lanjutan untuk melihat seberapa besar pengaruh intensi berwirausaha terhadap perilaku wirausaha mahasiswa setelah lulus kuliah dan juga perlu mencari faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap intensi berwirausaha mahasiswa.

Ilham (2012) meneliti mengenai pengaruh lingkungan keluarga, pendidikan, dan sosial terhadap jiwa dan minat kewirausahaan mahasiswa. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa TPB-IPB tahun ajaran 2010/2011. Hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari separuh contoh adalah mahasiswa perempuan. Usia rata-rata adalah 18.7 tahun,dan hampir separuhnya anak sulung. Paling banyak contoh memiliki indeks prestasi semester-1antara 3.01-3.50. Separuh contoh contoh berasal dari wilayah pedesaan, dan paling banyak berasal dari Pulau Jawa dan Madura. Sebagian besar contoh hidup bersama dengan orangtua sewaktu sekolah menengah atas, dan kurang dari seperlima belas contoh yang memiliki pengalaman wirausaha, dan kurang dari seperempat contoh yang memiliki pengalaman kerja, sedangkan contoh yang memiliki pengalaman wirausaha, sekaligus pengalaman kerja dari enam persen. Rataan uang saku bulanan contoh adalah Rp 754,345.24, dan hampir tiga perempat berasal dari orangtua, sedangkan rataan pengeluaran contoh sebesar Rp 613,750, dengan alokasi hampir tiga perempat untuk pemenuhan konsumsi. Lebih dari dua pertiga contoh mengaku memiliki tabungan. Usia ayah contoh rata 49.7 tahun dan usia ibu rata-rata 45.3 tahun. Sebagian besar orangtua contoh berstatus menikah (keluarga utuh). Lebih dua pertiga keluarga contoh termasuk keluarga kecil (≤4 orang). Tingkat pendidikan ayah paling banyak lulusan perguruan tinggi, dan tingkat pendidikan ibu paling banyak lulusan SMA. Pekerjaan utama ayah contoh paling banyak sebagai PNS/BUMN. Pekerjaan utama ibu contoh paling banyak adalah ibu rumah tangga, pensiunan atau tidak bekerja lagi diluar rumah. Sebagian besar ayah tidak memiliki pekerjaan sampingan, dan hampir seluruh ibu contoh tidak memiliki pekerjaan sampingan. Penghasilan ayah contoh paling banyak berada pada rentang Rp 1,000,000–Rp 2,000,000, sedangkan penghasilan ibu paling banyak di bawah Rp 1,000,000.

Gambar

Gambar 3. Model Theory of Reason Action (TRA) Sumber : Fishbein dan Ajzen (1975)
Gambar 4.Model Theory of Planned Behavior (TPB) Sumber : Ajzen (1991)
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Teoritis Penelitian
Gambar 6. Kerangka Operasional Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

selaku Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dan selaku Pembimbing I yang telah memberikan ijin, bimbingan, dan pengarahan yang berharga selama Praktek

Sesuai permasalahan – permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya yang akan dicari solusinya, tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan prestasi

Instrumen penelitian yang digunakan adalah the back wall placem ent test untuk mengukur kemampuan gerak dasar melempar bola tangan dan the edgren side step

Disebabkan kandungan import yang tinggi dalam struktur pengeluaran, pertumbuhan pesat sektor pembuatan telah menghasilkan import barangan modal yang lebih tinggi sebanyak 12.1

PENGUMUMAN RENCANA UII'IUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH.

Berdasarkan analisis hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1) dealer sepeda motor di Yogyakarta memiliki tingkat konsentrasi yang cukup tinggi dan

Konsep pendidikan karakter dalam perspektif pendidikan Islam adalah Pendidikan karakter berdasarkan dalil Al-Qur’an dan Sunnah memiliki kesamaan dengan yang