• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas

Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri

di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu Medan

Karya Tulis Ilmiah (KTI)

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan

Program Studi DIII Keperawatan

Oleh

Zisela Agustina Panjaitan

122500006

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan

judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. J dengan Prioritas Masalah Kebutuhan

Dasar Gangguan Aktualisasi Diri di RSU Jiwa Prof. Dr. Moh. Ildrem Provsu

Medan”, yang merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan DIII

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan pengetahuan kemampuan serta pengalaman penulis. Karena itu penulis sangat mengharapkan adanya kritik serta saran dari semua pihak yang bersifat membangun guna dijadikan pedoman bagi penulis dikemudian hari.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, SKp., MNS. selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Nur Afi Darti, SKp., M.Kep selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Mula Tarigan, SKp., M.Kes selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Mahnum Lailan Nst, S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Eryunita Lubis S.Kep., Ns selaku dosen penguji yang memberikan saran dan kritik.

(5)

penulis selama proses perkuliahan dan Staff non akademik yang telah banyak membantu penulis di bidang administrasi.

8. Teristimewa ayah T. Panjaitan dan ibu A. Mangunsong yang telah membesarkan, mendidik, serta yang memberikan dukungan baik moril maupun materi sehingga mampu menyelesaikan perkuliahan saya, dan adik-adik saya Ferdinan dan Gideon Panjaitan yang selalu memberi motivasi dan juga dukungan kepada saya.

9. Sahabat- sahabat tercinta saya, Megawati, Ana, dan Bastia yang selalu memberi motivasi.

10.Seluruh teman seperjuanganku di Fakultas Keperawatan khususnya untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah Depi, Devita, Loly, dan Enda.

11.Serta kak Tantri sebagai kakak kelompok di KMK yang selalu memberi motivasi kepada saya.

Akhir kata, penulis mengharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi semua pihak yang memerlukan.

Medan, Juli 2015 Penulis

(6)

DAFTAR ISI

Lembar pengesahan ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar isi ... iv

Bab I pendahuluan ... 1

A. Latar belakang ... 1

B. Tujuan ... 4

C. Manfaat ... 5

Bab II Pengelolaan Kasus ... 6

A. Konsep dasar aktualisasi diri.... ... 6

1. Pengkajian... ... 15

2. Analisa data ... 16

3. Rumusan masalah ... 16

4. Perencanaan ... 17

B. Asuhan keperawatan kasus... ... 20

1. Pengkajian ... 20

2. Analisa data ... 29

3. Rumusan masalah ... 32

4. Perencanaan ... 32

5. Implementasi ... 37

6. Evaluasi ... 40

Bab III Kesimpulan dan Saran ... 41

A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42

Daftar pustaka

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara global, diperkirakan sebanyak 24 juta orang telah menderita skizofrenia (WHO, 2009). Di Indonesia, menurut Riskesdas (2007), sebanyak 1 juta orang atau sekitar 0,46% dari total penduduk Indonesia menderita skizofrenia, sedangkan yang mengalami gangguan mental emosional (cemas dan depresi) sebesar 11,6% atau sekitar 19 juta penduduk.

Seseorang dikatakan sehat jika ia dalam keadaan yang sempurna baik

fisik, mental maupun sosial, dengan demikian seseorang dikatakan sehat jiwa apabila mampu mengendalikan diri dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan selalu berfikir positif dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional. Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Nasir & Muhith, 2011).

WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa saat ini cukup tinggi, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini dan 25% penduduk dunia diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu hidupnya. Usia ini biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-20 tahun 1% diantaranya adalah gangguan jiwa berat, potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa cukup tinggi. Setiap saat 450 juta orang diseluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, saraf maupun perilaku. Salah satu bentuk gangguan jiwa yang paling banyak terjadi di seluruh dunia adalah gangguan jiwa skizofrenia. Prevalensi skizofrenia di dunia 0,1 per mil dengan tanpa memandang perbedaan status sosial atau budaya (Hanafebriyanti, 2009).

Menurut National Institute of Mental Health gangguan jiwa mencapai

13% dari penyakit secara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi 25% di tahun 2030. Kejadian tersebut akan memberikan andil meningkatnya

(8)

yang berusia 18-30 tahun atau lebih mengalami gangguan jiwa, jika prevalensi gangguan jiwa diatas 100 jiwa per 1000 penduduk dunia, maka berarti di Indonesia mencapai 264 per 1000 penduduk (Hanafebriyanti, 2009).

Hasil Riset Dasar Kesehatan Nasional (2007), menyebutkan bahwa sebanyak 0,46 per mil masyarakat Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Mereka adalah yang diketahui mengidap skizofrenia dan mengalami gangguan psikotik berat (Depkes RI, 2007).

Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia terdapat di Provinsi Daerah Khusus Jakarta (24,3%), di ikuti Nangroe Aceh Darussalam (18,5%), Sumatra Barat (17,7%), NTB (10,9%), Sumatera Selatan (9,2%), dan Jawa Tengah (6,8%) (Depkes RI, 2008).

Kebijakan Pemerintah dalam menangani pasien gangguan jiwa tercantum dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan jiwa, disebutkan dalam pasal 149 ayat (2) mengatakan bahwa Pemerintah dan masyarakat wajib melakukan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan

dirinya dan mengganggu ketertiban atau keamanan umum, termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakat miskin.

(9)

Salah satu tanda dan gejala dari klien yang mengalami skizofrenia ialah terjadinya kemunduran sosial. Kemunduran sosial tersebut terjadi apabila seseorang mengalami ketidakmampuan ataupun kegagalan dalam menyesuaikan diri (maladaptif) terhadap lingkungannya, seseorang tersebut tidak mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan yang mengakibatkan timbulnya perilaku maladaptif terhadap lingkungan di sekitarnya. Kemunduran fungsi sosial yang dialami seseorang di dalam diagnosa keperawatan jiwa disebut isolasi sosial. Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya (Purba, 2008).

Pasien isolasi sosial memiliki kemampuan sosialisasi yang rendah karena sifatnya yang selalu menarik diri dari lingkungannya. Peran perawat dalam penanggulangan klien dengan gangguan Isolasi Sosial Aktualisasi Diri meliputi peran promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Pada peran promotif, perawat meningkatkan dan memelihara kesehatan mental melalui penyuluhan dan

pendidikan untuk klien dan keluarga. Dari aspek preventif yaitu untuk meningkatkan kesehatan mental dan pencegahan gangguan Isolasi Sosial Aktualisasi Diri. Sedangkan pada peran kuratif perawat merencanakan dan melaksanakan rencana tindakan keperawatan untuk klien dan keluarga. Kemudian peran rehabilitative berperan pada follow up perawat klien dengan gangguan konsep diri : Isolasi Sosial Aktualisasi Diri melalui pelayanan di rumah atau home visite.

Berdasarkan dari data di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat

(10)

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial Aktualisasi Diri.

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus dan perumusan yang hendak dicapai adalah kemampuan untuk:

a. Untuk dapat melakukan pengkajian, masalah prioritas kebutuhan dasar gangguan aktualisasi diri pada klien dengan isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa.

b. Untuk dapat menganalisa data yang diperoleh di Rumah Sakit Jiwa. c. Untuk dapat merumuskan masalah-masalah yang terdapat di Rumah

Sakit Jiwa.

d. Untuk dapat menyusun perencanaan tindakan keperawatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan mengatasi masalah klien Rumah

Sakit Jiwa.

(11)

C. Manfaat

1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan dan strategi bagi keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Gangguan Aktualisasi Diri Pada Klien Isolasi Sosial.

2. Pendidikan Keperawatan

Sebagai sarana ilmu untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan mengaplikasikan asuhan keperawatan klien dengan masalah kebutuhan gangguan aktualisasi diri.

3. Penelitian Keperawatan

(12)

BAB II

PENGELOLAAN KASUS

A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan

Aktualisasi Diri

1. Pengertian Aktualisasi Diri

Pemenuhan kebutuhan akan aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan yang tertinggi dari teori Maslow. Ketika seseorang telah tercukupi dalam ke-4 kebutuhan di bawahnya maka ia pun akan membutuhkan aktualiasi diri dimana ia diakui sebagai seseorang yang memiliki kontribusi

penting atas sebuah pekerjaan. Kebutuhan aktualisasi diri akan menimbulkan kepuasan tersendiri dari individu tersebut. Kebutuhan akan kepuasan diri meliputi; kebutuhan untuk mewujudkan diri yaitu mengenai nilai dan kepuasan yang di dapat dari sebuah pekerjaan (Maslow, 2002).

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Maslow dalam (Arianto, 2009), menyatakan aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa anak-anak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis (Arianto, 2009).

Aktualisasi diri dapat didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas. Aktualisasi juga memudahkan dan meningkatkan pematangan serta pertumbuhan. Ketika individu makin bertambah besar, maka "diri" mulai berkembang. Pada saat itu juga, tekanan aktualisasi beralih dari segi fisiologis ke segi psikologis. Bentuk tubuh dan fungsinya telah mencapai tingkat

perkembangan dewasa, sehingga perkembangan selanjutnya berpusat pada kepribadian (Gunadarma, 2010).

(13)

Kebutuhan ini tersusun dalam tingkatan-tingkatan dari yang terendah sampai tertinggi. Kebutuhan paling rendah dan paling kuat harus dipuaskan terlebih dahulu sebelum muncul kebutuhan tingkat selanjutnya. Kebutuhan paling tertinggi dalam hirarki kebutuhan individu Abraham Maslow adalah aktualisasi diri. Aktualisasi diri sangat penting dan merupakan harga mati apabila ingin mencapai kesuksesan. Aktualisasi diri adalah tahap pencapaian oleh seorang manusia terhadap apa yang mulai disadarinya ada dalam dirinya. Semua manusia akan mengalami fase itu, hanya saja sebagian dari manusia terjebak pada nilai-nilai atau ukuranukuran pencapaian dari tiap tahap yang dikemukakan Maslow. Andai saja seorang manusia bisa cepat melampaui tiap tahapan itu dan segera mencapai tahapan akhir yaitu aktualisasi diri, maka dia punya kesempatan untuk mencari tahu siapa dirinya sebenarnya. (Arianto, 2009).

Ahli jiwa termashur Abraham Maslow, dalam bukunya Hierarchy of Needs menggunakan istilah aktualisasi diri (self actualization) sebagai kebutuhan dan pencapaian tertinggi seorang manusia. Maslow menemukan

bahwa tanpa memandang suku asal-usul seseorang, setiap manusia mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan atau pencapaian dalam kehidupannya. Kebutuhan tersebut meliputi:

a. Kebutuhan fisiologis (physiological), meliputi kebutuhan akan pangan, pakaian, dan tempat tinggal maupun kebutuhan biologis,

b. Kebutuhan keamanan dan keselamatan (safety), meliputi kebutuhan akan keamanan kerja, kemerdekaan dari rasa takut ataupun tekanan, keamanan dari kejadian atau lingkungan yang mengancam,

c. Kebutuhan rasa memiliki, sosial dan kasih sayang (social), meliputi kebutuhan akan persahabatan, berkeluarga, berkelompok, interaksi dan kasih sayang,

d. Kebutuhan akan penghargaan (esteem), meliputi kebutuhan akan harga diri, status, prestise, respek, dan penghargaan dari pihak lain,

(14)

Berdasarkan uraian di atas dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri merupakan suatu proses menjadi diri sendiri dengan mengembangkan sifat-sifat serta potensi individu sesuai dengan keunikannya yang ada untuk menjadi kepribadian yang utuh.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktualisasi Diri

Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam

(internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu.

a. Internal

Faktor internal ini merupakan bentuk hambatan yang berasal dari dalam diri seseorang, yang meliputi:

1) Ketidaktahuan akan potensi diri

2) Perasaan ragu dan takut mengungkapkan potensi diri, sehingga potensinya tidak dapat terus berkembang.

Potensi diri merupakan modal yang perlu diketahui, digali dan dimaksimalkan. Sesungguhnya perubahan hanya bisa terjadi jika kita mengetahui potensi yang ada dalam diri kita kemudian mengarahkannya kepada tindakan yang tepat dan teruji (Fadlymun, 2009).

b. Eksternal

Faktor eksternal merupakan hambatan yang berasal dari luar diri seseorang, seperti:

1) Budaya masyarakat yang tidak mendukung upaya aktualisasi potensi diri seseorang karena perbedaan karakter. Pada kenyataannya lingkungan masyarakat tidak sepenuhnya menuunjang upaya aktualisasi diri warganya.

2) Faktor lingkungan

(15)

perkembangan perilaku individu, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosio-psikologis (Sudrajat, 2008).

3) Pola asuh

Pengaruh keluarga dalam pembentukan aktualisasi diri anak sangatlah besar artinya. Banyak faktor dalam keluarga yang ikut berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Salah satu faktor dalam keluarga yang mempunyai peranan penting dalam pengaktualisasian diri adalah praktik pengasuhan anak (Brown, 1961).

Aktualisasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk mengatur diri sendiri sehingga bebas dari berbagai tekanan, baik yang berasal dari dalam diri maupun di luar diri. Kemampuan seseorang membebaskan diri dari tekanan internal dan eksternal dalam pengaktualisasian dirinya menunjukkan bahwa orang tersebut telah mencapai kematangan diri. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa aktualisasi diri tersebut secara penuh. Hal ini disebabkan oleh

terdapatnya dua kekuatan yang saling tarik-menarik dan akan selalu pengaruh-mempengaruhi di dalam diri manusia itu sendiri sepanjang perjalanan hidup manusia. Kekuatan yang satu mengarah pada pertahanan diri, sehingga yang muncul adalah rasa takut salah atau tidak percaya diri, takut menghadapi resiko terhadap keputusan yang akan diambil, mengagungkan masa lalu dengan mengabaikan masa sekarang dan mendatang, ragu-ragu dalam mengambil keputusan/bertindak, dan sebagainya. Sementara kekuatan yang lainnya adalah kekuatan yang mengarah pada keutuhan diri dan terwujudnya seluruh potensi diri yang dimiliki, sehingga yang muncul adalah kepercayaan diri dan penerimaan diri secara penuh. (Asmadi, 2008).

3. Karakteristik Aktualisasi Diri

Seseorang yang telah mencapai aktualisasi diri dengan optimal akan memiliki kepribadian yang berbeda dengan manusia pada umunya.

(16)

Karakteristik tersebut antara lain sebagai berikut: a. Mampu melihat realitas secara lebih efisien

Karakteristik atau kapasitas ini akan membuat seseorang untuk mampu mengenali kebohongan, kecurangan, dan kepalsuan yang dilakukan orang lain, serta mampu menganalisis secara kritis, logis, dan mendalam terhadap segala fenomena alam dan kehidupan. Karakter tersebut tidak menimbulkan sikap yang emosional, melainkan lebih objektif. Dia akan mendengarkan apa yang seharusnya didengarkan, bukan mendengar apa yang diinginkan, dan ditakuti oleh orang lain. Ketajaman pengamatan terhadap realitas kehidupan akan menghasilkan pola pikir yang cemerlang menerawang jauh ke depan tanpa dipengaruhi oleh kepentingan atau keuntungan sesaat.

b. Penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya

Orang yang telah mengaktualisasikan dirinya akan melihat orang lain seperti melihat dirinya sendiri yang penuh dengan kekurangan dan kelebihan. Sifat ini akan menghasilkan sikap toleransi yang tinggi

terhadap orang lain serta kesabaran yang tinggi dalam menerima diri sendiri dan orang lain. Dia akan membuka diri terhadap kritikan, saran, ataupun nasehat dari orang lain terhadap dirinya.

c. Spontanitas, kesederhaan dan kewajaran

(17)

d. Terpusat pada persoalan

Orang yang mengaktualisasikan diri seluruh pikiran, perilaku, dan gagasannya bukan didasarkan untuk kebaikan dirinya saja, namun didasarkan atas apa kebaikan dan kepentingan yang dibutuhkan oleh umat manusia. Dengan demikian, segala pikiran, perilaku, dan gagasannya terpusat pada persoalan yang dihadapi oleh umat manusia, bukan persoalan yang bersifat egois.

e. Membutuhkan kesendirian

Pada umumnya orang yang sudah mencapai aktualisasi diri cenderung memisahkan diri. Sikap ini didasarkan atas persepsinya mengenai sesuatu yang ia anggap benar, tetapi tidak bersifat egois. Ia tidak bergantung pada pada pikiran orang lain. Sifat yang demikian, membuatnya tenang dan logis dalam menghadapi masalah. Ia senantiasa menjaga martabat dan harga dirinya, meskipun ia berada di lingkungan yang kurang terhormat. Sifat memisahkan diri ini terwujud dalam otonomi pengambilan keputusan. Keputusan yang diambilnya tidak dipengaruhi oleh orang

lain. Dia akan bertanggung jawab terhadap segala keputusan/kebijakan yang diambil.

f. Otonomi (kemandirian terhadap kebudayaan dan lingkungan)

Orang yang sudah mencapai aktualisasi diri, tidak menggantungkan diri pada lingkungannya. Ia dapat melakukan apa saja dan dimana saja tanpa dipengaruhi oleh lingkungan (situasi dan kondisi) yang mengelilinginya. Kemandirian ini menunjukkan ketahanannya terhadap segala persoalan yang mengguncang, tanpa putus asa apalagi sampai bunuh diri. Kebutuhan terhadap orang lain tidak bersifat ketergantungan, sehingga pertumbuhan dan perkembangan dirinya lebih optimal.

g. Kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan

(18)

yang dimilikinya. Kegagalan seseorang dalam mengapresiasikan segala yang dimilikinya dapat menyebabkan ia menjadi manusia yang serakah dan berperilaku melanggar hak asasi orang lain.

h. Kesadaran sosial

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri, jiwanya diliputi oleh perasaan empati, iba, kasih sayang, dan ingin membantu orang lain. Perasaan tersebut ada walaupun orang lain berperilaku jahat terhadap dirinya. Dorongan ini akan memunculkan kesadaran sosial di mana ia memiliki rasa untuk bermasyarakat dan menolong orang lain.

i. Hubungan interpersonal

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri mempunyai kecenderungan untuk menjalin hubungan yang baik dengan orang lain. Ia dapat menjalin hubungan yang akrab dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang. Hubungan interpersonal ini tidak didasari oleh tendensi pribadi yang sesaat, namun dilandasi oleh perasaan cinta, kasih sayang, dan kesabaran meskipun orang tersebut mungkin tidak cocok dengan perilaku

masyarakat di sekelilingnya. j. Demokratis

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri memiliki sifat demokratis. Sifat ini dimanifestasikan dengan perilaku yang tidak membedakan orang lain berdasarkan penggolongan, etis, agama, suku, ras, status sosial ekonomi, partai dan lain-lain. Sifat demokratis ini lahir karena pada orang yang mengaktualisasikan diri tidak mempunyai perasaan risih bergaul dengan orang lain. Juga karena sikapnya yang rendah hati, sehingga ia senantiasa menghormati orang lain tanpa terkecuali.

k. Rasa humor yang bermakna dan etis

(19)

menggambarkan hakikat manusiawi yang menghormati dan menjunjumg tinggi nilai-nilai kemanusiaan.

l. Kreativitas

Sikap kreatif merupakan karakteristik lain yang dimiliki oleh orang yang mengaktualisasikan diri. Kreativitas ini diwujudkan dalam kemampuannya melakukan inovasi-inovasi yang spontan, asli, tidak dibatasi oleh lingkungan maupun orang lain.

m. Independensi

Ia mampu mempertahankan pendirian dan keputusan-keputusan yang ia ambil. Tidak goyah atau terpengaruh oleh berbagai guncangan ataupun kepentingan.

n. Pengalaman puncak (peak experiance)

Orang yang mampu mengaktualisasikan diri akan memiliki perasaan yang menyatu dengan alam. Ia merasa tidak ada batas atau sekat antara dirinya dengan alam semesta. Artinya, orang yang mampu mengaktualisasikan diri terbebas dari sekat-sekat berupa suku, bahasa,

agama, ketakutan, keraguan, dan sekat-sekat lainnya. Oleh karena itu, ia akan memiliki sifat yang jujur, ikhlas, bersahaja, tulus hati , dan terbuka. (Kozier & Erb, 1998).

Karakter-karakter ini merupakan cerminan orang yang berada pada pencapaian kehidupan yang prima (peak experience). Konsekuensinya ia akan merasakan bersyukur pada Tuhan, orang tua, orang lain, alam, dan segala sesuatu yang menyebabkan keberuntungan tersebut.

Adapun beberapa langkah sederhana untuk mengaktualisasikan diri dalam mencapai sukses, yaitu:

a. Kenali potensi dan bakat unik yang ada dalam diri

(20)

luar biasa. Tugas kitalah untuk memahami, mendeteksi dan mengenali bakat dan potensi apa sajakah yang kita miliki.

b. Asah kemampuan unik anda setiap hari

Orang sukses adalah orang yang senantiasa mengasah kemampuan unik yang ada dalam dirinya, yang membedakan dirinya dengan 6 milyar orang lainnya. Tidak perlu malu, kemampuan sekecil apapun yang anda miliki sekarang adalah modal untuk menciptakan kesuksesan di masa

depan. Petuah bijak mengatakan “Lakukanlah hal-hal kecil yang tidak anda sukai dengan disiplin tinggi, sehingga kelak anda dapat menikmati hal-hal besar yang sangat anda sukai.

c. Buat diri anda berbeda dan jadilah “One in a million kind of person” Kita semua terlahir berbeda dan diciptakan untuk membuat perbedaan hidup. Yakinilah anda adalah maha karya Tuhan yang luar biasa. Anda adalah tambang emas dan berlian yang tidak ternilai harganya. Maka buatlah diri berharga dengan menjadi yang berbeda dan bukan asal beda, tetapi harus unik. Berikanlah perbedaan besar dalam hidup sehingga

hidup anda merupakan berkah dan anugerah bagi orang lain.

Proses aktualisasi diri berjalan sepanjang kehidupan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan aktualisai diri klien, perawat harus berfokus pada kemampuan dan kesempatan yang dimiliki klien.

Berikut ini adalah ciri-ciri kebutuhan aktualisasi diri terpenuhi: a. Memecahkan masalah sendiri

b. Membantu orang lain memecahkan masalah c. Menerima saran orang lain

d. Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik sebagai pendengar dan komunikator

e. Menikmati privacy

f. Mencari pengalaman dan pengetahuan baru

(21)

1.Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai permasalahan yang ada. Pengkajian menurut Lyer merupakan tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien dan merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu.

Tujuan pengkajian adalah mengidentifikasi dan mendapatkan data yang sesuai tentang klien. Oleh karenanya, fokus utama dari pengumpulan data adalah respon klien terhadap kekhawatiran, atau masalah kesehatan yang bersifat biofisik, sosiokultural, psikologis, dan spiritual. Kegiatan keperawatan dalam melakukan pengkajian keperawatan ini adalah dengan mengkaji data dari klien dan keluarga tentang tanda dan gejala serta faktor penyebab, memvalidasi data dari klien dan keluarga, mengelompokan data, serta menempatkan masalah klien. Pengkajian Komponen konsep diri:

Citra diri, tanyakan tentang : Persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

Identitas diri, tanyakan tentang :

1. Status dan posisi klien sebelum dirawat

2. Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok).

3. Kepuasan klien sbg laki-laki/ perempuan. Peran diri, tanyakan tentang :

1. Peran/ tugas yang diemban dalam keluarga/ kelompok/ masyarakat. 2. Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut. Ideal Diri, tanyakan tentang :

1. Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/ peran.

2. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat).

(22)

1. Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi citra diri, identitas diri, ideal diri, peran diri.

2. Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya Data yang di dapatkan bisa dikelompokan menjadi dua macam, yaitu data subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga, data ini didapatkan melalui wawancara oleh perawat kepada klien dan keluarga. Data obyektif adalah data yang ditemukan secara nyata, data yang didapat melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.

Data yang perlu dikaji pada klien dengan isolasi sosial menurut Nita Fitria dalam bukunya antara lain : data sukjektif seperti klien mengatakan malas bergaul dengan orang lain, klien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan meminta untuk sendiri, klien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak mau berkomunikasi, data tentang klien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui keterbatasan klien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat) dan data objektif seperti kurang spontan, apatis (acuh terhadap lingkungan), ekspresi wajah kurang berseri, tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri, tidak ada atau kurang komunikasi verbal, mengisolasi diri, tidak sadar terhadap lingkungan sekitarnya, asupan makanan dan minuman terganggu, retensi urine dan feses, aktivitas menurun dan kurang energi, rendah diri, dan postur tubuh berubah.

2.Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan, dan mengatasi kebutuhan spesifik klien serta respons terhadap masalah aktual dan resiko tinggi. Diagnosa keperawatan merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan klien mencakup baik respon adaptif dan maladaptif serta stressor yang menunjang. Rumusan diagnosis adalah problem/masalah (P) berhubungan dengan penyebab (etiologi), dan keduanya ini saling berhubungan sebab akibat secara ilmiah.

Masalah keperawatan yg Mungkin Muncul

1. Isolasi sosial

(23)

3. Gangguan pola tidur 4. Gangguan citra tubuh

5. Perubahan penampilan peran 6. Ketidakberdayaan

7. Keputusasaan

3.Perencanaan Keperawatan

Intervensi keperawatan/rencana keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari klien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Intervensi keperawatan harus spesifik, dinyatakan dengan jelas dan dimulai dengan kata kerja aksi. Rencana/intervensi keperawatan didasarkan pada pengkajian dan diagnosis dari status kesehatan klien, kekuatan, dan masalah klien. Komponen perencanaan meliputi menilai prioritas, menentapkan tujuan jangka panjang, menetapkan tujuan jangka pendek, mengidentifikasi strategi dan mengurai intervensi keperawatan untuk implementasi.

Konsep rencana keperawatan klien dengan Isolasi Sosial: Aktualisasi diri

menurut Budi Anna K adalah sebagai berikut: a. Tindakan keperawatan pada klien 1) Tujuan keperawatan

a. Klien dapat meningkatkan gambaran dirinya dengan membina hubungan saling percaya.

b. Klien dapat menyadari penyebab isolasi sosial. c. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.

d. Klien dapat mengungkapkan perasaan tentang dirinya Meningkatkan harga diri klien, dengan cara :

1. Membantu klien untuk mengurangi ketergantungan dengan bersikap mendukung dan menerima.

2. Memberi kesadaran klien akan pentingnya keinginan atau semangat hidup yg tinggi

(24)

mendorong klien untuk melakukan latihan yang membangkitkan harga dirinya.

4. Membantu klien mengekspresikan pikiran dan perasaan dengan mendorong untuk mengungkapkan perasaan baik positif maupun negatif.

5. Memberi kesempatan untuk melakukan aktifitas sosial yg positif. 6. Mendorong klien untuk berhubungan dengan teman, kerabat dekat

dan terlibat aktifitas sosial. Jangan biarkan klien mengisolasi diri. 7. Memberi kesempatan mengembangkan ketrampilan sosial &

vokasional dengan mendorong sikap optimis dan berpartisipasi dalam segala aktifitas.

4 Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan klien, perawat bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada klien dan berorientasi pada hasil, sebagaimana digambarkan dalam rencana.

Tujuan dari pelaksanaan/implementasi adalah membantu klien dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan yang aman dan individual dengan pendekatan multifokal.

5 Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses yang terencana dan sistematis dalam mengumpulkan, mengorganisasi, menganalisis, dan membandingkan status kesehatan klien dengan kriteria hasil yang diinginkan, serta menilai derajat pencapaian hasil klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

(25)
(26)

B. Asuhan Keperawatan Kasus

PROGRAM DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN USU

PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT

I. BIODATA

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. J

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 29 tahun

Status : Sudah Menikah

Agama : Kristen

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : -

Alamat : Jln. Karet XX No.5 P. Simalingkar Medan Tanggal Masuk RS : 12 September 2014

No. Registrasi : 03.23.27 Ruangan/kamar : Sipiso-piso Golongan Darah : B

Tanggal Pengkajian : 18 Mei 2015 Tanggal operasi :

Diagnosa Medis : Skizofrenia paranoid

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengatakan dirinya kurang bergaul dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya lebih suka untuk menyendiri. Klien juga suka berbicara sendiri,

(27)

III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG

A. Provocative/palliative

1. Apa Penyebabnya: Isolasi sosial

2. Hal-hal yang Memperbaiki Keadaan : Klien bisa tenang jika minum obat.

B. Quantity/Quality

1. Bagaimana dirasakan: Klien mengatakan dirinya merasa tidak berguna bagi orang lain karena pernah memakai narkoba. Klien tampak cemas dan gelisah, karena mendengar suara-suara yang mengganggu.

2. Bagimana dilihat: Klien tampak gelisah, mondar-mandir, ekspresi tampak sedih dan murung.

C. Region/lokasi

1. Dimana lokasinya : - 2. Apakah menyebar : -

D. Severity

Klien mengatakan suara-suara yang di dengar sangat mengganggu dirinya sehingga dia kesulitan untuk tidur siang terutama pada malam hari.

E. Time/waktu

Klien mengatakan dirinya mendengar suara-suara ketika mau tidur pada malam hari dan siang hari ketika istirahat dan pada saat sendirian.

IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU

A. Penyakit yang pernah dialami

(28)

B. Pengobatan atau tindakan yang dilakukan

Klien mengatakan dirinya diberikan obat THP, Haloperidol, CPZ, dan pernah dilakukan tindakan ECT.

C. Pernah dirawat/dioperasi

Klien mengatakan dirinya belum pernah dirawat di RS lain selain di RSJD Provinsi Sumatera Utara.

D. Lama rawat

Klien mengatakan dirinya dirawat selama delapan bulan.

E. Alergi

Klien mengatakan dirinya tidak mempunyai riwayat alergi,

F. Imunisasi

Klien mengatakan dirinya mendapatkan imunisasi lengkap sewaktu masih kecil.

V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA

A. Orang tua

Klien mengatakan kedua orang tuanya tidak pernah ada riwayat mengalami gangguan jiwa.

B. Saudara kandung

Klien mengatakan semua saudara kandungnya sehat. C. Penyakit keturunan yang ada

Klien mengatakan keluarganya tidak mempunyai penyakit keturunan. D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Klien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang pernah mengalami gangguan jiwa.

E. Anggota keluarga yang meninggal

Klien mengatakan kedua orang tuanya belum meninggal dunia. F. Penyebab meninggal

(29)

VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL

A. Genogram

Ket :

: Perempuan

: Laki-laki

: Klien

B. Konsep Diri – Gambaran diri

Klien mengatakan dirinya menyukai seluruh anggota tubuhnya. – Ideal diri

Klien mengatakan dirinya ingin cepat sembuh, supaya bisa berkumpul lagi dengan keluarganya, bisa membiayai kehidupan keluarganya lagi. Klien juga mengatakan dirinya ingin bekerja dan ingin membahagiakan istri dan anak-anaknya.

– Harga diri

Klien mengatakan dirinya merasa rendah diri karena mengalami gangguan jiwa.

– Peran diri

Klien mengatakan dirinya sebagai seorang ayah ingin bertanggung jawab terhadap keluarganya.

– Identitas diri

(30)

C. Keadaan emosi

Klien merasa depresi, tampak gelisah, cemas dengan suara-suara yang sering muncul mengganggu pikirannya, dan tampak khawatir dengan keadaan dirinya.

D. Hubungan sosial

– Orang yang berarti: Orang tua.

– Hubungan dengan keluarga: Klien sering menganggap rendah dirinya karena merasa tidak berguna di dalam keluarga dan lingkungan masyarakat.

– Hubungan dengan orang lain: Klien mengatakan hubungannya dengan orang lain kurang baik dan kurang suka bergaul apalagi setelah mengalami gangguan jiwa.

– Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien mengatakan dirinya merasa minder karena terkadang sering diasingkan oleh lingkungannya, dan merendahkan dirinya.

E. Spiritual

– Nilai dan keyakinan : Klien beragama Kristen. Klien mengatakan dirinya mempunyai nilai dan keyakinan yang kuat tentang agama yang dianutnya.

– Kegiatan ibadah : Klien mengatakan sebelum masuk RS jiwa dirinya jarang beribadah ke gereja, dan setelah masuk rumah sakit jiwa juga jarang berdoa dan beribadah.

VII. STATUS MENTAL

1. Tingkat kesadaran

Tingkat kesadaran klien compos mentis yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

2. Penampilan

(31)

3. Pembicaraan

Klien berbicara kurang jelas, nada suara lembut dan pelan. 4. Alam perasaan

Klien merasa ketakutan karena halusinasi yang masih sering muncul, klien juga merasa menyesal dengan semua kejadian hidup yang dia alami.

5. Afek

Klien mengalami gangguan pada afek, yaitu afek tumpul karena klien selalu tampak murung dan sedih.

6. Interaksi selama wawancara

Klien kurang kooperatif, kurang mau diajak bicara, kontak mata pasien saat dilakukan pengkajian kurang baik, klien kurang mau menatap lawan bicara, klien tidak mudah tersinggung, tidak curiga pada lawan bicara.

7. Persepsi

Klien mengalami persepsi pendengaran berupa suara-suara berisik yang

memanggil namanya. 8. Proses pikir

Klien tidak mengalami gangguan proses pikir seperti sirkuntasial (pikiran berputar-putar), tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit), flight of idea (pikiran melayang).

9. Isi pikir

Klien tidak mengalami gangguan isi pikir seperti obsesi (pikiran yang terus muncul meskipun pasien berusaha menghilangkannya), fobia (rasa ketakutan yang patologis/tidak rasional terhadap suatu objek/ situasi/benda tertentu yang tidak dapat dihilangkan).

10. Waham

Klien tidak mengalami gangguan waham seperti waham agama, waham kebesaran, waham curiga, maupun waham somatic/hipokondrik.

11. Memori

(32)

VIII. PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Kesadaran compos mentis, tampak gelisah, sering mondar-mandir, masih sering mendengar suara-suara, sering termenung, kurang bergaul dan bercakap-cakap dengan yang lain lebih suka untuk menyendiri. B. Tanda-tanda Vital

– Suhu tubuh : 37

– Tekanan darah : 120/70 mmHg

– Nadi : 80 x/i

– Pernapasan : 20 x/i – Skala nyeri : -

– TB : 160 cm

– BB : 55 kg

IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI

I. Pola makan dan minum

– Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari. – Nafsu/selera makan : selera makan baik. – Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati.

– Alergi : tidak ada mengalami alergi.

– Mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah. – Tampak makan memisahkan diri (klien gangguan jiwa) : klien

makan memisahkan diri dari teman-temannya yang lain. – Waktu pemberian makanan : pagi, siang, sore.

– Jumlah dan jenis makanan : sesuai porsi nasi, lauk, sayur. – Waktu pemberian cairan/minum : saat sebelum dan setelah

makan saja.

(33)

II. Perawatan diri/personal hygiene

– Kebersihan tubuh : tubuh tampak bersih.

– Kebersihan gigi dan mulut : gigi tampak kuning dan kurang bersih.

– Kebersihan kuku kaki dan tangan : kuku dan kaki tangan pendek dan bersih

III. Pola kegiatan/aktivitas

– Uraian aktivitas pasien mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.

Pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, seperti mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian.

– Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit. Pasien selama dirawat di RS jarang melakukan ibadah.

IV. Pola eliminasi

1. BAB

– Pola BAB : teratur 1 x/hari.

– Karakter feses : keras.

– Riwayat perdarahan : tidak ada riwayat

perdarahan.

– BAB terakhir : pagi hari sebelum dilakukan pengkajian.

– Diare : tidak ada diare.

– Penggunaan laksatif : tidak ada penggunaan laktasif.

2. BAK

– Pola BAK : 5-6 x/hari.

– Karakter urine : kuning jernih.

(34)

– Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada.

– Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan diuretik.

– Upaya mengatasi masalah : tidak ada upaya mengatasi masalah.

V. Mekanisme koping

– Adaptif

Klien kurang mau untuk bicara dan bergaul dengan orang lain. – Maladaptif

(35)

ANALISA DATA

No. Data Penyebab Masalah Keperawatan

1. Data Subjek :

(36)

lain/menyendiri

฀Klien kurang berkomunikasi dengan orang lain, kontak mata kurang, sering menunduk

2. Data Subjek :

฀Klien mengatakan sering mendengar suara-suara berisik yang memanggil namanya Data Objek :

฀ Klien sering

menyendiri

฀ Klien

terkadang suka berbicara dan tertawa sendiri

Suara-suara berisik

yang sering memanggil namanya

Perubahan persepsi sensori;

(37)
(38)

MASALAH KEPERAWATAN

1. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adekuat

2. Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri

3. Gangguan pola tidur

DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)

1. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial) berhubungan dengan sistem pendukung yang tidak adekuat.

2. Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan yang tidak nyaman dan halusinasi pendengaran ditandai dengan klien sering mendengar suara yang berisik memanggil namanya.

PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL

Hari/

Tanggal

No.

Dx Perencanaan Keperawatan

Senin,

Tujuan dan Kriteria Hasil:

NOC :

Tujuan umum : klien dapat berinteraksi dengan orang

lain

Tujuan khusus : klien dapat membina hubungan

saling percaya

Kriteria evaluasi : Klien mampu berkomunikasi

dengan baik dengan perawat

Rencana Tindakan Rasional

NIC :

1. a. Bina hubungan saling percaya

(39)

:

– Salam perkenalan diri – Ciptakan lingkungan

yang tenang – Jelaskan tujuan

interaksi

– Tunjukkan sikap jujur dan empati setiap kali berinteraksi

– Buat kontrak interaksi yang jelas 2.Membantu pasien mengenal penyebab menarik diri dengan cara :

a. Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri

atau tidak mau bergaul dengan orang lain. b. Diskusikan dengan klien

(40)

tentang kemampuan dan aspek positif yang

dimilikinya

c. Bantu klien memilih aktifitas yang dapat dilatih d. Susun daftar aktivitas

yang yang sudah dilatih bersama klien

e. Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya.

f. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa,

Tujuan dan Kriteria Hasil:

NOC :

Tujuan dan Kriteria Hasil :

Klien dapat berhubungan dengan orang lain untuk mencegah timbulnya halusinasi.

Rencana Tindakan Rasional

(41)

menggunakan 4. Diskusikan dengan

klien tentang obat

Dx Perencanaan Keperawatan

Selasa, 19 Mei 2015

Gangguan Pola Tidur

Tujuan dan Kriteria Hasil:

NOC :

1. Klien mampu mencukupi kebutuhan tidur efektif. 2. Ditujukan dengan perasaan segar setelah tidur, tidak ada gangguan dalam pola, kualitas, dan rutinitas tidur serta bangun sesuai pada waktunya.

Rencana Tindakan Rasional

NIC :

Determinasi efek-efek medikasi terhadap pola tidur:

1. Jelaskan pentingnya

1. Mengetahui

(42)

tidur yang adekuat 2. Fasilitasi untuk

mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca)

3. Ciptakan lingkungan yang nyaman

4. Hindari rangsangan mental yang tidak ataupun stres sebelum tidur.

5. Berikan rasa nyaman dan rileks, misalnya dengan:

a. Mengatur posisi

yang nyaman untuk

6. Kolaborasi pemberian obat tidur

2. Mengetahui

kemudahan dalam

tidur

3. Mengidentifikasi penyebab aktual dari gangguan tidur 4. Memudahkan dalam

(43)

PELAKSANAAN KEPERAWATAN

Hari/

Tanggal

No.

Dx

Implementasi Keperawatan Evaluasi

(SOAP)

a. Membina hubungan saling percaya :

b. Mendorong dan memberi kesempatan untuk

a. Membantu pasien mengenal penyebab menarik diri dengan cara : b. Diskusikan dengan klien

tentang kemampuan dan

aspek positif yang dimilikinya

(44)

yang sudah dilatih bersama

-Menyapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal - Memperkenalkan nama

lengkap, nama panggilan dan tujuan berkenalan

- Menanyakan nama yang disukai klien

-Membuat kontrak yang jelas -Menunjukkan sikap jujur

-Memberi perhatian kepada klien -Menanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien 2. Mengobservasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya

3. Mengidentifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi 4. Mendiskusikan cara yang digunakan klien

5. Mendiskusikan cara untuk

mengontrol halusinasi

(45)

halusinasinya

-Membuat dan melaksanakan

jadwal kegiatan sehari-hari yang telah disusun

1. Menjelaskan pentingnya tidur

yang adekuat

2. Memfasilistasi untuk mempertahankan aktivitas

sebelum tidur (membaca)

3. Menciptakan lingkungan yang nyaman

4. Memberikan rasa nyaman dan rileks pada klien dengan : a. mengatur posisi yang nyaman untuk tidur

b. menganjurkan klien berkemih sebelum tidur

c. tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah

5. Kolaborasi pemberian obat tidur

S : Klien

Evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang sudah dilakukan untuk klien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial), perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri dan gangguan pola tidur (Purba, 2012).

1. Kurangnya interaksi sosial (isolasi sosial)

a. Klien dapat mengetahui bagaimana cara berinteraksi dengan orang lain b. Dengan memperkenalkan diri

c. Tujuan dan manfaat berinteraksi

(46)

2. Perubahan persepsi sensori; halusinasi pendengaran berhubungan dengan menarik diri

a. Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan menggunakan komunikasi terapeutik

b. Klien dapat mengungkapkan perasaannya c. Klien dapat menghardik halusinasinya 3. Gangguan pola tidur

(47)

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Aktualisasi diri adalah kebutuhan naluriah pada manusia untuk melakukan yang terbaik dari yang dia bisa. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization), meliputi kebutuhan akan memenuhi keberadaan diri (self fulfillment) melalui memaksimumkan penggunaaan kemampuan dan potensi diri. Kebutuhan aktualisasi diri adalah tingkatan kebutuhan yang paling tinggi menurut Maslow dan Kalish. Pribadi yang ter-aktualisasi oleh Maslow dilukiskan yaitu: “Pribadi

yang teraktualisasi seseorang yang menggunakan dan memanfaatkan secara penuh bakat, kapasitas, dan potensi diri.

Orang-orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya itu merasa sukses dan mencapai kepuasaan. Mereka dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dibandingkan orang yang tidak mengalami aktualisasi diri. Pada umumnya orang-orang yang dapat mengaktualisasikan dirinya bercirikan jujur, menjadi dirinya sendiri, tepat dalam mengekspresikan pikiran dan emosi-emosinya, melihat dengan jernih, berusaha mencari dan menghadapi emosi dari pada menghindari, dan memiliki kemampuan jauh diatas rata-rata Orang yang mampu mengaktualisasikan dirinya sangat memahami bahwa ada eksistensi atau hambatan lain tinggal (indwelling) didalam (internal) atau di luar (eksternal) keberadaannya sendiri yang mengendalikan perilaku dan tindakannya untuk melakukan sesuatu. Menurut Maslow (1970), ada beberapa 11 karakteristik yang menunjukkan seseorang mencapai aktualisasi diri antara lain : mampu melihat realitas secara lebih efisisen, penerimaan terhadap diri sendiri dan orang lain apa adanya, spontanitas, kesederhanaan dan kewajaran, terpusat pada persoalan, membutuhkan kesendirian, otonomi (kemandiriaan terhadap kebudayaan dan lingkungan), kesegaran dan apresiasi yang berkelanjutan, kesadaran sosial, hubungan interpersonal, demokratis, rasa humor yang bermakna dan etis,

(48)

B. Saran

Saya berharap kita sebagai manusia dapat mengaktualisasikan diri kita

dengan baik dan benar. Kita juga dapat mengembangkan bakat, kapasitas, dan

potensi diri yang kita miliki di dalam diri kita masing-masing. Dan dengan mengembangkan setiap bakat yang unik di dalam diri kita maka kita pun dapat

melakukan hal-hal yang positif di dalam kehidupan sehari-hari. Dan selalu

mempunyai kreativitas dalam setiap bakat yang dimiliki sehingga dapat berguna

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Allimul H, Aziz A & Chayatin, Nurul. (2006 ). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan Jakarta : Salemba Medika.

Mubarak dan Nurul. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar manusia : teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta : EGC.

M. Wilkinson, Judi & Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku :Diagnosis Keperawatan. Edisi 9. Jakarta : EGC.

Nanda. (2012). Diagnosis Keperawatan :Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Potter, P & Perry, A. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,

(50)

LAMPIRAN

CATATAN PERKEMBANGAN

Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No. hubungan saling percaya - Klien mengetahui perilaku

menarik diri tanda dan gejalanya

(51)

2. Perubahan

mengidentifikasi cara atau

tindakan jika terjadi halusinasi

- Menjelaskan pentingnya tidur yang adekuat

- Memfasilitasi untuk mempertahankan aktivitas sebelum tidur (membaca) - Menciptakan lingkungan

yang aman dan nyaman b. menganjurkan klien

(52)

berkemih sebelum tidur

c. tempat tidur yang bersih dan tidak boleh basah

d. kolaborasi pemberian obat tidur

Gambar

Gambaran diri

Referensi

Dokumen terkait

Pengkajian keperawatan pada Tn.H ditemukan data pendukung mengatakan malas mandi, karena klien merasa tidak perlu mandi, klien tidak suka dengan baju yang sama terus, klien

Penulis tidak dapat memberikan balasan materi, tapi penulis berdoa semoga Tuhan Yang Maha Pengasih memberikan rezeki berlimpah, kesehatan yang prima, dan kebahagiaan lahir

X terganggu.Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan dengan prioritas masalah Kebutuhan dasar Keamanan dan keselamatan pada

Hasil penulisan ini dapat memberikan dan menambah wawasan serta informasi baru bagi penulis tentang kebutuhan dasar keamanan dan keselamatan sehingga penulis dapat memberikan

Klien mengatakan bahwa orang yang paling berarti bagi dirinya ialah kedua orang tuanya terutama ibunya, karena klien sering bercerita jika klien mempunyai masalah dan

Klien mengatakan tidak mau bergaul dengan orang lain karena klien merasa tidak percaya kepada orang lain, lebih banyak menunduk, tidak komunikatif, dengan

S: klien mengatakan sudah mengerti cara kebersihan diri, dan klien mngatakan tidak malas mandi. O: klien tampak bersih

Klien mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk ke rumah sakit jiwa. Pengobatan/tindakan yang dilakukan. Klien mendapat perawatan dari rumah sakit serta obat-obatan.