• Tidak ada hasil yang ditemukan

Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Sturnus melonepterus Daudin 1800) di Savana Bekol Taman Nasional Baluran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Sturnus melonepterus Daudin 1800) di Savana Bekol Taman Nasional Baluran"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

POPULASI, HABITAT DAN PERILAKU JALAK PUTIH

(

Sturnus melanopterus

Daudin 1800) DI SAVANA BEKOL

TAMAN NASIONAL BALURAN

PRATIWI PRIMATIRTA WIDYANINGRUM

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Sturnus melanopterus Daudin 1800) di Savana Bekol Taman Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2015

Pratiwi Primatirta Widyaningrum

(4)

ABSTRAK

PRATIWI PRIMATIRTA WIDYANINGRUM. Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Sturnus melanopterus Daudin 1800) di Savana Bekol, Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh JARWADI BUDI HERNOWO dan ANI MARDIASTUTI.

Jalak putih yang terdapat di Taman Nasional Baluran termasuk subspesies

Sturnus melanopterus tricolor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menghitung pendugaan populasi, mengkaji kondisi habitat alami jalak putih serta mendiskripsikan perilaku jalak putih untuk dasar pertimbangan pengelolaan di Taman Nasional Baluran. Pendugaan populasi dilakukan dengan metode

concentration count, kondisi habitat jalak putih menggunakan metode analisis vegetasi, sedangkan perilaku jalak putih diamati dengan metode focal animal sampling. Hasil dari penelitian menunjukkan pendugaan populasi jalak putih pada pagi hari (3 ± 2.7) individu dan sore hari (6 ± 3.1) individu. Perjumpaan maksimum jalak putih adalah 12 individu. Habitat yang sering digunakan jalak putih di Taman Nasional Baluran yaitu Savana Bekol, sebagai tempat mencari serangga, tempat minum dan tempat istirahat. Perilaku yang mendominasi selama pengamatan yaitu perilaku makan (62.50%), istirahat (15.63%) dan berkelompok (10.42%).

Kata kunci: Habitat, jalak putih, perilaku, populasi, Savana Bekol

ABSTRACT

PRATIWI PRIMATIRTA WIDYANINGRUM. Black-wing Starling (Sturnus melanopterus Daudin 1800) Populations, Habitats, and Behavior in Bekol Savanna, Baluran National Park. Supervised by JARWADI BUDI HERNOWO and ANI MARDIASTUTI.

The Black-winged starling which lives that live in Taman Nasional Baluran is a subspecies of Sturnus melanopterus tricolor. The aimed of this study were to identify and calculate the estimation of Black-winged starling population, identify the condition of its habitat and its natural behavior in Bekol Savanna, Baluran National Park. The estimation of Black-winged starling population was estimated by using concentration count method, Black-winged starling habitat condition was identified by using vegetative analysis, while the Black-wing starling behavior was observed by using focal animal sampling method. The result of this study showed the estimation of black-winged starling population on morning was (3 ± 2.7) individuals and on afternoon was (6 ± 3.1) individuals. The maximum population found during the study was 12 individuals. The habitat which was oftenly used by the black-winged starling in the Baluran National Park was the Bekol Savanna, used for feeding area, drinking area and resting area. Dominating behavior during the observation were feeding behavior (62.50%), resting behavior (15.63%) and grouping behavior (10.42%)

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

POPULASI, HABITAT DAN PERILAKU JALAK PUTIH

(

Sturnus melanopterus

Daudin 1800) DI SAVANA BEKOL

TAMAN NASIONAL BALURAN

PRATIWI PRIMATIRTA WIDYANINGRUM

DEPARTEMEN KONSERASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Sturnus melonepterus

Daudin 1800) di Savana Bekol Taman Nasional Baluran Nama : Pratiwi Primatirta Widyaningrum

NIM : E34100087

Disetujui oleh

Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc

Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)
(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Maret 2014 ini ialah Jalak putih, dengan judul Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Sturnus melanopterus Daudin 1800) di Savana Bekol Taman Nasional Baluran.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Jarwadi Budi Hernowo, MScF dan Ibu Prof Dr Ir Ani Mardiastuti, MSc selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Balai Taman Nasional Baluran, khususnya SPTN Wilayah I Bekol, Resort Bama yaitu Bapak Sutadi dan Bapak Andi selaku PEH di Bekol, Bapak Yusuf kepala Resort Balanan, Mas Joko, Mas Swiss, Pak Toha untuk arahan dan bantuannya, seluruh outsourching yang ada di Bekol dan Bama yang telah membantu selama pengumpulan data di lapangan, serta rekan PKLP saya (Aldi, Dendi, Yoga, dan Ocha) yang telah membantu dan memberikan semangat selama pengambilan data.

Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada rekan dan keluarga di Fakultas Kehutanan IPB, khususnya Departemen KSHE (mahasiswa, alumni, dosen, staf, mamang dan bibi), keluarga besar KSHE-47 “Nepenthes rafflesiana‟ dan HIMAKOVA, sahabat yang telah membantu yaitu Serrly, Novi, Nova, Amelia L Puhili, Agatha Devi Phina, dan Sarah Raisa. Selain itu, terima kasih kepada keluarga Bapak Komaruddin Effendi atas motivasinya dan keluarga di Jawa Timur atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Lokasi dan Waktu 2

Alat dan Bahan 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Hasil 5

Pembahasan 20

SIMPULAN DAN SARAN 25

Simpulan 25

Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 26

(11)

DAFTAR TABEL

1 Dugaan jumlah populasi jalak putih di Savana Bekol 5 2 Hasil pengamatan lapangan: perbedaan jalak putih jantan dan betina di

Savana Bekol 6

3 Daftar jenis tumbuhan dengan indeks nilai penting tertinggi tiap tingkat

vegetasi 7

4 Daftar jenis tumbuhan bawah di tempat makan jalak putih 10 5 Tiga jenis tumbuhan bawah yang memiliki indeks nilai penting tertinggi

di Savana Bekol 11

6 Kelimpahan dan dominasi jenis serangga di Savana Bekol 11 7 Frekuensi jalak putih dalam memanfaatkan pohon di Savana Bekol 13 8 Kriteria membedakan jenis kelamin jalak putih jantan dan betina 21

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Diagram profil pohon habitat jalak putih di Savana Bekol Taman

Nasional Baluran 8

3 Sebaran penggunaan habitat jalak putih di Savana Bekol 9

4 Jalak putih memakan kutu 11

5 Sumber pakan jalak putih 12

6 Sumber air buatan di Savana Bekol 12

7 Pohon istirahat jalak putih di Savana Bekol 13

8 Pohon pilang sebagai tempat tidur jalak putih 14

9 Bekas sarang jalak putih pada pohon gebang (Coripha utan) 15 10 Persentase perilaku jalak putih di Savana Bekol 15 11 Peta sebaran lokal jalak putih di Savana Bekol 17 12 Penggunaan nestbox buatan oleh satwa di sekitar Savana Bekol 18

13 Nestbox nomor 27 18

14 Nestbox jalak putih yang dimanfaatkan oleh satwa lain 19 15 Aktivitas manusia dalam penyemprotan dan pencabutan seedling akasia

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di Sumber air buatan

Kapal Selam-Pojok Savana 28

2 Populasi Jalak Putih dengan metode konsentrasi di Tower

Tengah-Derbus 28

3 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di Sumber air buatan

Kolam Renang 29

4 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di S perner air buatan

Permanen-Jalur Bama Bekol HM 12 29

5 Perhitungan dugaan populasi jalak putih pada pengamatan pagi dan sore

hari 29

6 Hasil analisis vegetasi untuk tingkat tingkat tumbuhan bawah, semai dan

pancang 30

7 Hasil analisis vegetasi untuk tingkat tiang dan pohon 31 8 Jenis serangga di Savana Bekol, Taman Nasional Baluran 31

(13)
(14)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jalak putih merupakan jenis burung endemik Jawa, Bali dan Lombok. Jalak putih memiliki subspesies yaitu Sturnus melanopterus tertius yang terdapat di daerah Bali, Sturnus melanopterus tricolor di daerah Jawa ujung Timur dan

Sturnus melanopterus melanopterus di daerah Jawa bagian barat dan Madura. Jalak putih yang terdapat di Taman Nasional Baluran termasuk subspesies Sturnus melanopterus tricolor. Burung tersebut terus mengalami penurunan jumlah individu, sehingga keadaan populasinya terus merosot tajam menuju kepunahan dengan status keterancamannya sampai pada kategori kritis (critical endangered) dan juga masuk dalam Appendix II CITES (IUCN 2012). Penetapan IUCN terhadap kondisi jalak putih menjadi kritis karena populasi di alam terus mengecil sehingga memerlukan tindakan konservasi dengan segera.

Kondisi habitat yang telah mengalami perubahan merupakan salah satu penyebab dari merosotnya populasi jalak putih di alam. Jalak putih menyukai dan menggunakan habitat berupa daerah dataran rendah terbuka (padang rumput, herba dan semak, daerah pertanian), perkebunan. Kondisi jalak putih saat ini hanya terkonsentrasi di Padang Rumput Sadengan (Taman Nasional Alas Purwo) dan Teluk Brumbun (Taman Nasional Bali Barat) untuk bagian Jawa Timur dan Bali. Menurut Winnasis et al. (2009), jalak putih di Taman Nasional Baluran penyebarannya hanya terbatas di Bekol (sekitar tower tengah dan Hm 118 Jalan Batangan-Bekol pojok savana) dan sekali teramati di hutan pantai Blok Lempuyang.

Jalak putih adalah salah satu jenis burung yang populasinya terus menurun di alam liar, pada setiap perjumpaan tidak lebih dari dua ekor burung yang dapat dilihat di Savana Bekol (Winnasis et al. 2009). Keberadaan jalak putih yang sering mengunjungi savana (dataran rendah terbuka) sehubungan dengan upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya merupakan perilaku pemilihan habitat oleh seekor satwa dapat berkaitan dengan peluang keberhasilan reproduksinya (Alcock 2005). Perilaku jalak putih di alam yang dulunya sering kali terlihat bersama dengan kerbau ataupun sapi di lahan pertanian menunjukkan adanya perilaku persaingan dan kerjasama dan hal ini cukup menarik untuk diteliti yang nantinya sebagai dasar pertimbangan pengelolaan jalak putih di alam.

Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi dan menghitung pendugaan populasi, mengkaji kondisi habitat alami jalak putih serta mendiskripsikan perilaku jalak putih untuk dasar pertimbangan pengelolaan di Taman Nasional Baluran.

Manfaat Penelitian

(15)

2

penyusunan perencanaan dan pengelolaan pelestarian dan konservasi jalak putih di Taman Nasional Baluran

METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian populasi, habitat dan perilaku jalak putih dilakukan dengan focus di Savana Bekol, Resort Bama, SPTN Wilayah I Bekol, Taman Nasional Baluran, Kabupaten Situbondo, Provinsi Jawa Timur (Gambar 1). Pelaksanaan kegiatan penelitian pada bulan Februari-April 2014.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian

Alat dan Bahan

(16)

3 (2010), binokuler, Global Positioning System (GPS), alat pengukur waktu dan tally sheeti.

Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian meliputi:

1. Pendugaan populasi jalak putih, meliputi jumlah, nisbah kelamin, struktur umur dan kepadatan.

2. Data habitat diantaranya tipe vegetasi dan kondisi komponen habitat seperti pakan, bekas sarang, cover, dan shelter, serta penggunaan waktu satwaliar menggunakan fungsi habitat tertentu.

3. Data perilaku jalak putih yang diambil yaitu berupa aktivitas dan pakan yang terlihat oleh pengamat selama pengamatan berlangsung di lapangan.

4. Data penyebaran lokal jalak putih di Savana Bekol.

5. Data monitoring nestbox yang ada di sekitar Savana Bekol.

Metode pengumpulan data yang digunakan di lapangan adalah: Orientasi lapangam

Kegiatan ini dilakukan sebelum memulai penelitian selama ± 1 minggu yaitu 16-23 Februari 2014 di Savana Bekol dan hutan pantai Bama. Orientasi lapangan dimaksudkan untuk mengetahui tempat-tempat yang biasa digunakan untuk mencari makan, minum, bersarang, dan tidur oleh jalak putih.

Pendugaan populasi

Metode yang digunakan dalam pengamatan populasi jalak putih di lapangan yaitu metode consentration count. Metode ini dilakukan dengan pertimbangan kondisi lokasi pengamatan dan kepekaan jalak putih. Lokasi penelitian berupa ekosistem savana yaitu di savana Bekol dengan luasan ± 500 ha. Pengambilan titik konsentrasi pengamatan dilakukan dengan melihat keberadaan jalak putih yang ada di Savana Bekol. Pendugaan populasi dilakukan pada 6 titik konsentrasi yaitu Pojok Savana, Sumber Air Buatan Kapal Selam, Sumber Air Buatan Kolam Renang, Sumber Air Buatan Permanen, Tower Tengah dan derbus. Pengukuran habitat

Pengambilan data dilakukan menggunakan metode garis berpetak secara

random sampling, yang merupakan gabungan antara metode plot dan metode transek, yaitu dengan jalan melompati satu atau lebih petak-petak dalam jalur, sebanyak 25 petak contoh yang dianalisis dan diambil secara acak sepanjang jalur pengamatan. Penentuan plot analisis vegetasi dilakukan berdasarkan keterangan pengelola dan hasil orientasi lapangan, hal ini terkait dengan lokasi penemuan jalak putih di Savana Bekol. Penggunaan habitat oleh satwaliar menggunakan metode timebudget dengan menggunakan teknik sampling dengan lokasi terpilih yang dapat menggambarkan penggunaan fungsi habitat tertentu oleh satwaliar. Pengamat juga mengidentifikasi dan menganalis potensi pakan jalak putih yaitu serangga yang ada di Savana Bekol. Data yang diambil berupa jenis dan jumlah serangga pada tiap petak contoh.

(17)

4

Perilaku jalak putih

Metode perilaku dilakukan dengan cara pengamatan langsung pada jalak putih yang teramati dan dicatat dalam tally sheet, seperti perilaku makan, beristirahat, berkelompok, pembentukan pasangan dan minum. Metode yang digunakan yaitu focal animal sampling, metode ini dilakukan dengan cara mengamati satu individu sebagai fokus pengamatan selama waktu tertentu dan mencatat waktu pengamatan serta waktu per individu teramati.

Monitoring nestbox jalak putih

Pengambilan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung dengan mengecek setiap nestbox yang ada di sekitar Savana Bekol. Monitoring juga dimaksudkan untuk melihat keefektifan penggunaan sarang buatan oleh jalak putih dan gangguan yang ada. Pengambilan data juga menggunakan 3 buah camera trap dengan waktu 14 hari. Camera trap diletakkan pada:

1. Pohon widoro bukol (Zyzyphus rotundifolia) yang pernah disinggahi jalak putih dan oleh pengamat diletakkan telur puyuh untuk melihat gangguan yang ada.

2. Pohon pilang (Acacia leucophloea) yang diduga sebagai tempat tidur jalak putih.

Analisis Data

Pendugaan populasi

Persamaan penduga ukuran populasi yang digunakan adalah sebagai berikut (Bismark 2011 ):

∑ Keterangan:

P = dugaan ukuran populasi

xi = jumlah individu yang dijumpai pada pengamatan ke-i (individu) n = jumlah ulangan pengamatan (Bismark 2011)

Analisis vegetasi

Analisis vegetasi habitat diukur dengan besaran-besaran berikut (Soerianegara dan Indrawan 2008)

(18)

5 Pengukuran penggunaan waktu satwaliar dalam menggunakan fungsi habitat dianalisis secara deskriptif berdasarkan lamanya atau frekuensi satwaliar dalam menggunakan suatu habitat.

Perilaku jalak putih

Analisis perilaku jalak putih dilakukan secara deskriptif pada rangkaian perilaku setiap sistem perilaku yang ditunjukan selama pengamatan. Perilaku jalak putih juga dapat dihitung secara kuantitatif dengan perhitunan presentasi frekuensi setiap perilaku. Presentasi frekuensi setiap perilaku dapat dihitung dengan mengacu Martin dan Bateson (1988), yaitu:

Persentase frekuensi perilaku (%) = Keterangan:

A : Jumlah frekuensi suatu perilaku B : Jumlah seluruh frekuensi perilaku

Monitoring nestbox jalak putih

Hasil dari monitoring nestbox jalak putih dilakukan secara deskriptif dengan menguraikan kondisi nestbox dan pemanfaatannya. Pemanfaatan nestbox di sekitar Savana Bekol juga digambarkan dengan diagram agar terlihat satwa jenis lain yang paling banyak menggunakan sarang buatan tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Populasi jalak putih

Data populasi jalak putih yang dikumpulkan selama penelitian didapatkan kisaran populasi pagi dan sore hari yaitu 3 dan 6 individu, terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1 Dugaan jumlah populasi (P) jalak putih di Savana Bekol

No Waktu

(19)

6

Berdasarkan pengamatan lapangan (2 kali) ditemukan secara langsung jalak putih sebanyak 12 individu. Kondisi tersebut paling banyak dijumpai selama penelitian. Jumlah populasi di alam tersebut dapat dikatakan kecil dengan jumlah hanya 12 individu. Kepadatan populasi jalak putih di Savana Bekol adalah 0.024 ekor/ha (luasan Savana Bekol 500 ha). Kondisi populasi tersebut mengindikasikan bahwa pengelolaan atau pelestarian jalak putih sudah seharusnya mendapatkan perhatian yang serius.

Hasil pengamatan jalak putih di Savana Bekol belum bisa menunjukkan secara pasti perbedaan jantan dan betina. Jalak putih merupakan salah satu jenis burung yang memiliki ciri-ciri morfologi baik jantan maupun betina yang hampir sama, sehingga pengamat cukup sulit membedakan jenis kelamin jantan dan betina. Berdasarkan hasil dari pengamatan di lapangan, perbedaan jalak putih jantan dan betina disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2 Hasil pengamatan lapangan: perbedaan jalak putih jantan dan betina di Savana Bekol

Pembeda Jantan Betina

Ukuran tubuh Lebih besar Lebih ramping

Kicauan Terdengar nyaring dan keras Tidak terdengar

Lur Kuning menyala Kuning pucat

Jambul Terlihat mengembang Tidak terlihat

Foto (gambar)

a. Jantan dewasa b. Betina dewasa

(20)

7 Struktur dan komposisi vegetasi

Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya kawasan konservasi di Pulau Jawa yang memiliki ciri khas yaitu berupa hamparan savana alami dan keanekaragaman satwa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis vegetasi yang telah dilakukan di Savana Bekol menunjukkan bahwa data kuantitatif yang diperoleh dapat menunjukkan kemampuan jenis tumbuhan dalam bersaing dan peranan ekologinya yang disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Daftar jenis tumbuhan dengan indeks nilai penting (INP) tertinggi tiap tingkat vegetasi

Tingkat Vegetasi Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)

Pohon Widoro bukol Zyzyphus rotundifolia 74.71

Mimbo Azadirachta indica 49.04

Asam Tamarindus indica 59.40

Tiang Mimbo Azadirachta indica 165.64

Widoro bukol Zyzyphus rotundifolia 88.62

Pilang Acacia leucophloea 23.08

Pancang Mimbo Azadirachta indica 110.98

Widoro bukol Zyzyphus rotundifolia 50.66

Akasia Vechellia nilotica 38.36

Semai Widoro bukol Zyzyphus rotundifolia 117.80

Mimbo Azadirachta indica 52.03

Akasia Vechellia nilotica 30.17

Pohon yang mendominasi habitat jalak putih merupakan pohon yang sering digunakan jalak putih untuk beristirahat, tidur, bertengger, berjemur seperti pohon widoro bukol, mimbo dan asam. Regenerasi tingkat semai, pancang dan tiang didominasi oleh jenis tumbuhan mimbo dan widoro bukol. Hal ini dikarenakan kedua jenis tumbuhan tersebut memiliki buah yang dimanfaatkan satwaliar untuk salah satu pakannya. Buah mimbo dimakan oleh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang bijinya tersebar di Savana Bekol. Demikian juga buah widoro bukol yang dimakan oleh burung. Persebaran jenis tumbuhan ini cukup mendominasi Savana Bekol.

Stratifikasi tajuk pohon habitat jalak putih

(21)

8

8

(22)

9 Berdasarkan gambar profil pohon, kondisi Savana Bekol saat ini sudah mulai didominasi oleh beberapa pohon pada pinggiran savana yaitu daerah yang berbatasan dengan hutan pantai. Di sisi lain savana terinvasi oleh adanya akasia sehingga perubahan vegetasi dari savana menjadi invasi akasia yang sampai saat ini belum bisa teratasi dengan baik permasalahan tersebut, sehingga didapatkan gambar diagram profil pohon dengan kondisi yang cukup rimbun dengan pepohonan.

Berdasarkan gambar profil pohon menunjukkan bahwa jalak putih sering memanfaatkan tumbuhan yang ada di savana pada strata A dan B yaitu pada bagian pucuk-pucuk pohon. Pohon yang paling sering dikunjungi adalah jenis pohon widoro bukol, asam dan pilang. Pohon-pohon tersebut dirasa lebih aman dan nyaman baik dari serangan predator maupun kondisi cuaca yang ada di savana dengan kondisi dahan yang rimbun. Pohon yang paling sering digunakan untuk istirahat adalah pohon pilang, asam dan widoro bukol. Pohon tidur yang digunakan oleh jalak putih yaitu pilang. Jalak putih diduga juga memakan buah yang ada pada pohon widoro bukol dengan seringnya burung bertengger, berjemur dan berada pada pohon tersebut.

Kondisi habitat jalak putih

Jalak putih membutuhkan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk mencari makan, minum, istirahat, berlindung dan berkembangbiak. Jalak putih sering dijumpai di perbatasan antara savana yang terbuka dan formasi hutan lainnya (invasi akasia dan hutan pantai) yang mempunyai berbagai tingkat vegetasi mulai tumbuhan bawah sampai pohon yang digunakan sebagai sumber kehidupan jalak putih (Gambar 3).

Gambar 3 Sebaran penggunaan habitat jalak putih di Savana Bekol

(23)

10

1. Tempat mencari makan

Savana Bekol merupakan tempat yang paling sering digunakan oleh jalak putih untuk mencari makan. Hasil pengamatan di Savana Bekol (n = 25), terdapat tumbuhan bawah yang didominasi oleh jenis rumput, tumbuhan bawah dan herba diperoleh 19 jenis tumbuhan bawah yang disajikan dalam Tabel 4. Savana Bekol pada saat musim hujan memiliki rumput yang hijau dan tinggi. Rerumputan yang berbiji dan hijau merupakan salah satu pakan yang disukai oleh satwaliar.

Kondisi pengambilan data yang dilakukan pada saat musim hujan menyebabkan beragamnya jenis tumbuhan bawah yang didapat dengan jenis lamuran merah (Heteropogon contortus) merupakan tumbuhan bawah yang mendominasi Savana Bekol. Lamuran merah juga merupakan salah satu pakan yang disukai oleh mamalia besar seperti banteng (Bos javanicus), rusa timor (Rusa timorensis), dan kerbau liar (Bubalus bubalis), sehingga jenis ini memiliki daerah penyebaran yang luas dengan jumlah yang cukup banyak. Tumbuhan bawah bagi jalak putih memiliki fungsi tersendiri yaitu sebagai tempat mencari makanan berupa serangga.

Tabel 4 Daftar jenis tumbuhan bawah di tempat makan jalak putih

No Nama Jenis Nama Ilmiah Dominansi

1 Lamuran merah Heteropogon contortus D

2 Letak Sclerachne punctate D

3 Kapasan Thespesia lampas D

4 Kacangan Indigofera sumatrana SD

5 Delean Crotalaria incana SD

6 Ketul Bidens pilosa SD

7 Tuton Echinichloa colonum SD

8 Meniran Phyllanthus urinaria TD

9 Nyawon Vemonia cinerea TD

10 Rayapan Brachiaria reptans TD

11 Widuri Calotopis gigantean TD

12 Karetan Merremia emarginata TD

13 Tarum Indigofera glandulosa TD

14 Otok-otok Flemingea linneata TD

15 Mimosa Aeschynomene Americana TD

16 Jerukan Caparis sepiaria TD

17 Aseman Cassia mimosoides TD

18 Patikan Euphorbia hirta TD

19 Jarong Stachytarpheta jamaicensis TD

Keterangan: Dominan (D) = > 5%; Subdominan (SD) = 2% - 5%; Tidak dominan (TD) = 0% - 2%

(24)

11

Gambar 4 Jalak putih memakan kutu a) rusa timor dan b) kerbau liar Sumber pakan potensial selain kutu pada rusa dan kerbau liar yaitu serangga yang ada pada tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah di Savana Bekol merupakan habitat bagi berbagai jenis serangga. Hasil analisis vegetasi pada Tabel 5 menunjukkan bahwa jenis lamuran merah (Heteropogon contortus), letak (Sclerachne punctata) dan kapasan (Thespesia lampas) mendominasi dengan nilai penting pada masing-masing jenis yaitu 52.44%, 48.51%, dan 26.43%.

Tabel 5 Tiga jenis tumbuhan bawah yang memiliki indeks nilai penting (INP) tertinggi di Savana Bekol

No Nama Lokal Nama Ilmiah INP (%)

1 Lamuran merah Heteropogon contortus 52.44

2 Letak Sclerachne punctate 48.51

3 Kapasan Thespesia lampas 26.43

Savana Bekol terdapat 14 jenis serangga. Keberadaan serangga merupakan faktor pendukung ketersediaan pakan jalak putih. Jenis serangga yang paling banyak di jumpai pada pengamatan di Savana Bekol adalah semut hitam, semut merah, semut hitam besar, belalang daun dan kepik B dengan nilai kelimpahan (Pi) dan dominasi (Di) yang cukup tinggi dibandingkan jenis serangga lainnya (Tabel 6).

Tabel 6 Kelimpahan (Pi) dan dominasi (Di) jenis serangga di Savana Bekol

No Nama Lokal Nama Latin Ordo Jumlah Pi Di

1 Semut hitam Camponotus sp. Hymenoptera 174 0.260 25.970 2 Semut merah Solenopsis sp. Hymenoptera 148 0.221 22.090 3 Belalang

daun

Phyllium

crurifolium Orthoptera 58 0.087 8.657

4 Semut hitam besar

Technomyrmex

sp. Hymenoptera 58 0.087 8.657

5 Kepik B Orious sp. Hemiptera 38 0.057 5.672

(25)

12

faktor pendukung melimpahnya serangga yang ada di Savana Bekol. Belalang daun dan semut hitam (Gambar 5) adalah salah satu pakan potensial jalak putih selain kutu pada kerbau liar dan rusa timor yang ada di Savana Bekol.

Gambar 5 (a) Belalang daun dan (b) semut hitam sebagai salah satu sumber pakan jalak putih

2. Tempat mencari minum

Savana Bekol memiliki 1 sumber air alami dan 3 buatan yang tersebar di beberapa tempat yang menjadi konsentrasi aktivitas satwa. Ketiga sumber air buatan yang ada di Savana Bekol yaitu sumber air kapal selam, kolam renang dan sumber air permanen (Gambar 6). Pada saat musim hujan sumber air di Savana Bekol cukup melimpah terdapat beberapa sumber air dan cekungan bekas injakan kerbau liar atau rusa yang terisi air hujan, sedangkan pada musim kemarau, sumber air berasal dari sumber air-sumber air buatan yang ada Savana Bekol. Jalak putih merupakan salah satu satwa yang memanfaatkan sumber air yang ada di sekitar Savana Bekol. Jalak putih membutuhkan air cukup banyak untuk mandi dan minum.

Tempat yang digunakan jalak putih untuk aktivitas minum adalah cekungan-cekungan permukaan tanah di savana yang tidak rata, seperti bekas injakan kerbau liar dan atau rusa. Sumber air buatan yang disediakan oleh pengelola tersedia sepanjang tahun memungkinkan menjadi tempat minum bagi jalak putih. Pada saat pengamatan hanya ditemukan 3 kali perjumpaan jalak putih sedang minum di sumber air permanen, 1 kali di sumber air kapal selam dan 1 kali di sumber air kolam renang. Aktivitas minum yang dilakukan jalak putih selalu bersama dengan kerbau liar. Sedangkan belum pernah terlihat jalak putih sedang minum di sumber air bekas injakan kerbau liar atau rusa timor.

(26)

13 3. Tempat istirahat

Istirahat merupakan aktivitas diam yang meliputi bertengger dan berteduh dari panas matahari atau hujan. Perbatasan antara savana dan invasi tegakan akasia merupakan tempat yang sering digunakan jalak putih untuk istirahat. Jenis pohon yang sering digunakan untuk istirahat yaitu pilang, asem, dan bukol (Gambar 7). Jalak putih lebih sering mengunjungi pohon pilang dibandingkan jenis pohon lainnya, frekuensi jalak putih memanfaatkan pohon di Savana Bekol dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Frekuensi jalak putih dalam memanfaatkan pohon untuk tempat istirahat di Savana Bekol

No Nama Lokal Nama Ilmiah Frekuensi

1 Pilang Acacia leucophloea 5

2 Widoro bukol Zyzyphus rofundifolia 3

3 Asam Tamarindus indica 3

Selain untuk istirahat, pohon-pohon tersebut dimanfaatkan juga oleh jalak putih untuk tempat berjemur dan bertengger. Pohon pilang, bukol dan asam termasuk dalam kategori pohon-pohon yang disukai jalak putih, karena memiliki percabangan yang banyak dan aman untuk istirahat.

Gambar 7 Pohon istirahat jalak putih a) pilang, b) asem, c) widoro bukol di Savana Bekol

4. Tempat tidur

Jalak putih menyukai tempat untuk tidur di sekitar savana dengan struktur dan komposisi vegetasi yang dipilih lebih rapat dan kompleks sehingga lebih menguntungkan bagi jalak putih dari segi keamanan. Pohon yang sering dijadikan tempat untuk tidur jalak putih antara lain pilang, asam, bukol dan kendal, tetapi pada saat pengamatan hanya teridentifikasi jalak putih yang menempati pohon pilang (5 kali) sebagai tempat tidurnya dan lokasi tersebut di sebelah selatan Savana Bekol.

(27)

14

dengan faktor keamanan untuk melindungi diri dari berbagai gangguan. Menjelang matahari terbenam, sekelompok jalak putih terbang bersama-sama menuju selatan Savana Bekol tetapi untuk pengamatan berikutnya terlihat sekelompok jalak putih terbang menuju arah utara dan berbelok ke arah tegakan akasia (Vechellia nilotica).

Sekelompok jalak putih terlihat menjumpai pohon pilang selama lima hari pengamatan pada saat menjelang matahari terbenam dan pohon tersebut merupakan tempat tidur jalak putih (Gambar 8). Jalak putih terlihat terbang dan bermain sesama jalak putih dan terdapat tiga ekor srigunting hitam (Dicucrus macrocercus) yang juga menggunakan pohon tersebut. Sesekali beberapa individu jalak putih mengitari sekitar pohon pilang yang diduga untuk melihat kondisi keamanan pohon pilang sebagai tempat tidur.

Gambar 8 Pohon pilang sebagai tempat tidur jalak putih 5. Tempat bersarang

(28)

15

Gambar 9 Bekas sarang jalak putih pada pohon gebang (Coripha utan) Perilaku jalak putih

Pengamatan aktivitas jalak putih di alam dipusatkan di Savana Bekol, hal ini disesuaikan dengan kebiasaan jalak putih yang menyukai dataran rendah terbuka. Savana Bekol merupakan salah satu habitat penting jalak putih dengan seringnya burung tersebut mengunjungi dan beraktivitas. Jalak putih beraktivitas di savana dan sekitarnya karena kebutuhan hidup sudah banyak yang terpenuhi dari bangun tidur hingga tidur kembali. Jenis perilaku harian yang teridentifikasi selama pengamatan di lapangan yaitu makan, minum, berkelompok, beristirahat dan pembentukan pasangan. Waktu pengamatan yang tergolong singkat yaitu 14 hari dengan jumlah sampel yang teramati yaitu 1 individu hanya menggambarkan informasi secara umum. Beberapa perilaku dominan yang dilakukan yakni makan, beristirahat dan berkelompok. Presentase perilaku jalak putih dijelaskan dalam Gambar 10.

Gambar 10 Persentase perilaku jalak putih di Savana Bekol

Jenis perilaku dengan persentase tinggi yaitu makan (63%), beristirahat (16%) dan berkelompok (10%). Ketiga perilaku tersebut sangat mendominasi perilaku yang teramati. Berdasarkan hasil tersebut aktivitas yang mendominasi dideskripsikan sebagai berikut:

Makan 63% Beristirahat

16% Berkelompok

10%

Pembentukan pasangan

8%

(29)

16

1. Perilaku makan

Makan merupakan perilaku yang memiliki persentasi tertinggi. Jalak putih lebih banyak makan di atas punggung rusa timor dibandingkan dengan kerbau liar. Makan diawali dengan menghampiri sumber pakan, menundukkan kepala dan mematuk-matuk pakan yang sudah didapat. Hal ini dilakukan secara berulang dengan cara melompat atau terbang rendah dari satu rusa timor ke rusa timor lainnya dan kemudian berjalan di atas punggung rusa untuk mencari kutu. Jalak putih lebih sesekali teramati berada di kepala rusa timor atau kerbau liar, hal ini dikarenakan pada saat mamalia besar tersebut memakan tumbuhan bawah dan rumput serangga-serangga yang ada dan menempel pada tumbuhan bawah akan berterbangan sehingga memudahkan jalak putih dalam mencari serangga dan memakannya. Perilaku ini dapat teramati setiap hari pagi dan sore hari di Savana Bekol.

Asosiasi jalak putih dengan rusa timor dan kerbau liar merupakan hubungan yang mutualisme. Simbiosis mutualisme antara jalak putih dengan rusa timor dan kerbau liar yaitu saling menguntungkan. Berdasarkan pengamatan di lapangan selama 30 kali pengamatan didapat hubungan antara jalak putih dengan rusa sebanyak 25 kali sedangkan jalak putih dengan kerbau liar hanya 5 kali. Peran jalak putih yang memakan serangga (kutu) di tubuh rusa timor dan kerbau liar, sedangkan disatu sisi rusa timor dan kerbau liar juga membantu jalak putih dalam mencari makan yaitu pada saat rusa timor dan kerbau liar jalan dan atau memakan tumbuhan bawah serangga yang ada di tumbuhan tersebut akan berterbangan atau melompat berpindah tempat sehingga hal ini memudahkan jalak putih untuk mendapatkan makanannya.

2. Perilaku beristirahat

Jalak putih beristirahat untuk berlindung dari terik matahari dan hujan dengan bertengger di dahan pohon. Perilaku ini diawali dengan menurunkan bagian tubuh diikuti menurunkan kedua sayap dan melipat kaki pada tenggeran. Istirahat dilakukan disela-sela aktivitas lain yaitu pada pagi menjelang siang (10.00) dan siang menjelang sore (14.00). Perilaku ini ditandai dengan pergerakan 2 individu yang terbang menuju pohon shelter yang kemudian diikuti oleh individu lainnya. Pohon yang dijadikan tempat istirahat seperti pohon pilang, widoro bukol dan asem. Pohon-pohon tersebut tersebar di Savana Bekol.

3. Perilaku berkelompok

Pada bulan Maret-April merupakan bulan dimana jalak putih belum memasuki musim berbiak. Berdasarkan hasil pengamatan pada bulan tersebut, populasi jalak putih di Savana Bekol membentuk kelompok besar yaitu 8-12 individu. Beberapa aktivitas seperti makan, terbang, berjemur dan bertengger dilakukan dalam kelompok besar. Jalak putih akan terbang secara bersama-sama pada saat datang untuk makan dan meninggalkan Savana Bekol untuk menuju tempat tidur.

(30)

17

Penyebaran lokal jalak putih

Penyebaran lokal jalak putih di Savana Bekol meliputi daerah peralihan Savana Bekol dengan hutan pantai, serta invasi tegakan akasia hal ini ditunjukkan pada Gambar 11. Berdasarkan peta sebaran dapat terlihat bahwa jalak putih menyebar di daerah yang dekat dengan air dan pepohonan. Pola penyebaran jalak putih di Savana Bekol termasuk pola sebaran berkelompok. Jalak putih beraktivitas secara berkelompok besar dengan jumlah 8-12 individu yang kemudian menyebar membentuk kelompok-kelompok kecil dengan jumlah 4-6 individu.

Gambar 11 Sebaran lokal jalak putih di Savana Bekol

Tegakan akasia dan hutan pantai juga merupakan tempat yang sering ditemukan jalak putih, hal ini diduga hutan-hutan tersebut merupakan daerah sekitar Savana Bekol yang aman dan strategis bagi jalak putih untuk memenuhi kebutuhannya. Penyebaran jalak putih diduga sangat berkaitan erat dengan ketersediaan jenis-jenis vegetasi yang berfungsi sebagai habitat serangga yang merupakan salah satu pakan jalak putih, tempat istirahat, tempat berbiak dan juga tempat tidur.

Upaya pelestarian dan gangguan terhadap jalak putih

(31)

18

Gambar 12 Penggunaan nestbox buatan oleh satwa di sekitar Savana Bekol Berdasarkan hasil dari monitoring nestbox tidak ditemukan adanya jalak putih yang sedang bersarang maupun tanda-tanda nestbox tersebut digunakan oleh jalak putih, hal ini juga dipengaruhi oleh belum mulainya musim bersarang jalak putih di Baluran. Hasil dari monitoring pengelola pada awal bulan Maret terlihat jalak putih berada di nestbox nomor 27 yaitu indukan dan anakan tetapi menurut hasil pengamatan yang dilakukan dengan pengulangan sebanyak tiga kali, hasil yang didapat berbeda dengan pihak pengelola, pada nestbox nomor 27 terdapat tokek yang memanfaatkan sarang buatan tersebut (Gambar 13).

Gambar 13 Nestbox nomor 27

Lokasi pemasangan nestbox yang dilakukan oleh pengelola sudah tepat yaitu berada di sekitar hutan pantai dan invasi tegakan akasia yaitu pada pohon-pohon di sekitar Savana Bekol seperti pohon-pohon pilang, asam, mimbo dan widoro bukol (Gambar 14). Gangguan yang ada juga cukup besar seperti adanya semut dan tokek di batang-batang pohon yang kemudian bersarang pada nestbox serta lebah yang memanfaatkan untuk membuat madu, sehingga saat ini belum terlihat tanda-tanda keberhasilan jalak putih yang bersarang pada sarang buatan tersebut.

5

3

1

0 1 2 3 4 5 6

Apis mellifera Gekko gecko Solenopsis sp.

Jum

lah

sat

w

a

(32)

19

(a) (b)

Gambar 14 Nestbox jalak putih yang dimanfaatkan oleh a) lebah dan b) tokek Aktivitas manusia yang ada di sekitar Savana Bekol juga dapat mengganggu baik populasi maupun habitat dari jalak putih (Gambar 15). Salah satu upaya pengelola dalam pengembalian ekosistem savana seperti tahun 1960-an sesuai dengan visi Taman Nasional Baluran saat ini yaitu adanya kegiatan pencabutan seedling akasia, pemberantasan akasia dan pemberantasan kapasan. Setiap hari 20 orang yang bekerja di savana untuk kegiatan tersebut. Kegiatan pemberantasan akasia dan menggunakan zat kimia dikhawatirkan dapat mengganggu kondisi vegetasi dan satwa yang ada di sana. Zat kimia yang disemprotkan setiap hari di Savana Bekol dimungkinkan dapat mengganggu populasi serangga (potensi pakan jalak putih) yang sebelum penyemprotan jenis dan jumlah serangga melimpah menjadi menyusut drastis, hal ini juga berdampak pada habitat alami jalak putih yang tercemar dan nantinya dapat menurunkan populasi jalak putih dalam jangka panjang.

Gambar 15 Aktivitas manusia dalam penyemprotan dan pencabutan seedling

(33)

20

Pembahasan

Populasi jalak putih

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dugaan jumlah individu terbanyak di Savana Bekol 12 individu untuk setiap perjumpaan. Purwandana (2000) menyatakan bahwa populasi jalak putih di salah satu habitat alaminya yakni Teluk Brumbun Taman Nasional Bali Barat berjumlah 7 - 24 individu sedangkan dugaan populasi yang pernah dilakukan oleh Indrajaya (1997) di Padang Perumputan Sadengan, Taman Nasional Alas Purwo juga menyebutkan bahwa ditemukan 14-19 individu jalak putih. Berdasarkan pengamatan dari penelitian jalak putih, hasil yang didapat pada tempat-tempat tersebut dengan tipe habitat yang hampir sama menunjukkan bahwa jumlah populasi jalak putih di alam kondisinya tergolong kecil (<25 individu). Jumlah populasi di alam tersebut dapat dikatakan rawan. Hal ini sesuai dengan status jalak putih menjadi kritis (Critical Endangered) yang ditetapkan oleh IUCN (2012).

Nilai kepadatan dapat menunjukkan kondisi daya dukung habitat. Nilai kepadatan jalak putih rendah yaitu 0.024 ekor/ha. Luasan Savana Bekol yang yang cukup besar dengan kondisi pakan yang cukup melimpah dapat mendukung kebutuhan dari jalak putih, tetapi untuk kondisi pepohonan yang masih sedikit kurang mendukung untuk fungsi shelter, cover dan sarang sehingga habitat berupa Savana Bekol belum bisa dikatakan baik. Nilai kepadatan kecil selain disebabkan populasi jalak putih yang sedikit juga dikarenakan belum adanya sarang di savana, sehingga kesempatan telur jalak putih menetas belum ada. Selama ini jalak putih ditemukan bersarang di sekitaran hutan pantai Bama.

Menurut Kurniawan (2013), jalak putih termasuk dalam satwa monogamous dengan sex ratio 1:1 dalam satu musim kawin, hal ini sesuai dengan hasil yang didapat di lapangan bahwa bahwa terlihat jalak putih jantan sedang mendekati jalak putih betina untuk kawin. Jumlah populasi jalak putih yaitu 12 individu diharapkan dapat berkembangbiak dengan baik dengan adanya habitat yang mendukung dan jaminan keamanan. Jumlah jalak putih dari tahun ke tahun juga diharapkan meningkat apabila proses reproduksi berjalan dengan baik. Selain habitat dan keamanannya, keberadaan satwa lain juga perlu diperhatikan seperti adanya rusa timor dan kerbau liar di Savana Bekol. Kedua satwa liar tersebut juga memiliki peran dalam memenuhi kebuuhan hidup jalak putih, sehingga diharapkan jumlah kerbau liar yang terus meningkat tetapi untuk rusa timor diharapkan populasinya terkendali dan tidak melebihi kapasitas daya dukungnya.

(34)

21 Kurniawan (2013) menyatakan bahwa cara membedakan jenis kelamin jalak putih yaitu melihat ukuran tubuh, keberadaan perilaku khusus seperti menari dan keaktifan berkicau (Tabel 8).

Tabel 8 Kriteria membedakan jenis kelamin jalak putih jantan dan betina

Pembeda Jantan Betina

Ukuran tubuh Lebih besar Lebih kecil dan ramping Kicauan Lebih sering dan nyaring Lebih jarang dan lemah

Perilaku menari Ada Tidak ada

Identifikasi jenis kelamin yang dilakukan juga mengacu pada identifikasi yang dilakukan oleh Prana (1994) dan Sudrajat (1996) yaitu dengan melihat sosok tubuh, supit udang ekor, bentuk kepala, bunyi atau suara, bulu ekor dan warna bulu. Menurut Maulana (2014), jalak putih merupakan salah satu jenis burung yang sulit dibedakan morfologinya antara jenis kelamin jantan dan betina atau tidak memiliki sexual dimorphism. Jalak putih jantan dan betina pada ras Jawa dan Madura secara kualitatif memiliki ciri yang sama, seperti pada kelas umur dewasa sama-sama memiliki warna bulu putih dengan lur berwarna kuning. Pada penelitian jalak putih di alam ini juga mengalami kesulitan dalam membedakan jalak putih jantan dan betina, sehingga dari hasil pengamatan di lapangan dengan mengacu identifikasi dari Prana (1994) dan Sudrajat (1996), belum bisa ditemukan secara pasti perbedaan jantan dan betina dewasa pada jalak putih.

Menurut Bismark (2011) menyebutkan bahwa sumber bias pada saat pengamatan di lapangan adalah kondisi habitat, aktivitas satwa, kesalahan atau keterbatasan pengamat, metode dan peralatan yang digunakan, kecepatan survai, tipe atau jenis yang diamati, kepadatan populasi, musim atau cuaca serta waktu dalam sehari, pagi, siang, sore, atau malam. Berdasarkan hasil penelitian populasi jalak putih tidak terjadi bias baik perhitungan maupun pengamatan, hal ini melihat dari bentuk morfologi jalak putih yang berbeda dengan jenis burung lainnya ketika berada di Savana Bekol, jumlah individu jalak putih yang kecil dengan bentuk sebaran mengelompok meminimalisasi terjadinya bias pada saat pengamatan. Habitat jalak putih

Jalak putih membutuhkan tempat-tempat yang dapat digunakan untuk mencari makan, minum, istirahat, berlindung dan juga berkembangbiak. Tempat-tempat tersebut yaitu:

1. Tempat mencari makan

(35)

22

lainnya. Sedangkan pada saat musim kemarau diduga jalak putih juga memanfaatkan hutan di sekitar Savana Bekol untuk memenuhi kebutuhannya yaitu hutan pantai dan daerah peralihan savana dengan evergreen.

Keberadaan serangga pada tumbuhan tidak terlepas dari adanya interaksi antara serangga dengan tumbuhan. Serangga merupakan sumber pakan jalak putih yang sangat mudah dijumpai di Savana Bekol. Ordo Hymenoptera dan dua ordo lainnya yaitu Orthoptera dan Hemiptera merupakan ordo yang banyak dijumpai pada penelitian ini. Anggota dari ordo Hymenoptera yang mendominasi adalah semut. Semut merupakan organisme yang mempunyai kemampuan untuk mendominasi suatu habitat dengan cepat dan kepadatan yang sangat tinggi (Hamid

et al. 2007). Hasil penelitian Diaz-Castelazo & Rico-Gray (2004) menunjukkan bahwa sekitar 66% dari tumbuhan yang menghasilkan extrafloral nectar

dikunjungi oleh semut. Blüthgen et al. (2000) selanjutnya mengemukakan bahwa

extrafloral nectar yang dihasilkan oleh tumbuhan merupakan sumber makanan bagi semut. Jenis serangga lainnya yaitu belalang daun (Phyllium crurifolium). Hosiana (2013) menyebutkan bahwa belalang daun merupakan salah satu serangga yang disukai oleh jalak putih selain belalang kayu, jangkrik dan ngengat. Belalang daun merupakan serangga yang bermanfaat untuk pertumbuhan burung dan membantu mempercepat proses pergantian bulu (moulting).

2. Tempat mencari minum

Jalak putih merupakan salah satu satwa yang memanfaatkan sumber air yang ada di sekitar Savana Bekol. Jalak putih membutuhkan air cukup banyak untuk mandi dan minum. Tempat yang digunakan jalak putih untuk aktivitas minum adalah cekungan-cekungan permukaan tanah di savana yang tidak rata, seperti bekas injakan kerbau liar dan atau rusa timor. Indrajaya (1997) menyatakan bahwa ketergantungan jalak putih terhadap air untuk mendukung kelangsungan hidupnya, air berperan penting bagi jalak putih untuk minum. Keberadaan air yang selalu ada sepanjang tahun pada sumber air-sumber air buatan di Savana Bekol dapat mengatasi kondisi pada saat musim kemarau, dimana jalak putih juga membutuhkan air untuk minum dan mandi. Jalak putih sering terlihat minum dan mandi bersama dengan kerbau liar. Pada sumber air-sumber air buatan terdapat air yang cukup bersih untuk minum dan mandi, sedangkan kerbau berkubang pada tanah basah yang berubah menjadi lumpur. Hal ini diduga jalak putih merasa aman berada dekat dengan kerbau liar apabila terdapat predator maupun gangguan lainnya.

3. Tempat istirahat dan tidur

(36)

23 putih yang ada di Savana Bekol. Jumlah pohon yang semakin banyak diharapkan populasi meningkat dengan jalak putih beristirahat dan berbiak di daerah tersebut. 4. Tempat bersarang

Jalak putih bersarang pada lubang pohon dengan memanfaatkan bekas cabang atau dahan pohon yang patah serta menggunakan bekas sarang burung lain yang memungkinkan untuk ukuran tubuh jalak putih. Bekas sarang yang ditemukan di sekitaran hutan pantai Bama yaitu di pohon gebang. Pohon gebang merupakan salah satu pohon yang cukup aman untuk meletakkan telur-telur jalak putih dibandingkan pohon lainnya. Bentuk pohon dengan batang yang lurus dan memiliki ketinggian mencapai 20 m, mengurangi resiko adanya gangguang seperti monyet ekor panjang dan predator lainnya. Karakteristik pohon-pohon tempat istirahat, tempat tidur maupun tempat bersarang yang disukai jalak putih adalah pohon yang mempunyai percabangan yang agak tertutup daun, hal ini untuk melindungi diri dari terik matahari ataupun hujan dan gangguan satwa lainnya (Indrajaya 1997).

Perilaku jalak putih

Perilaku dikelompokkan menjadi perilaku makan dan minum, berbiak, pertahanan, persaingan, bermain, beristirahat, tidur dan berkicau, hal ini berbeda dengan Rahmat (2007) mengelompokkan perilaku jalak putih kedalam dua kelompok yaitu perilaku individu dan perilaku sosial. Jenis aktivitas harian jalak putih di Savana Bekol yang teramati yaitu 11 jenis aktivitas, hal ini berbeda dengan Hosiana (2013) pada jenis aktivitas jalak putih terdapat 13 jenis aktivitas di alam.

Burung merupakan salah satwa yang memiliki tingkat metabolisme tinggi (Gill 2007), pakan merupakan sumber energi yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk melakukan aktivitasnya. Menurut Kuniawan (2014) perilaku makan jalak putih diawali dengan menghampiri sumber pakan, menundukkan kepala dan mematuk-matuk pakan. Kegiatan tersebut dilakukan berulang, kemudian diakhiri dengan mengosok-gosokkan sisi paruh secara bergantian dengan gerakan searah ke batang tenggeran. Makan dilakukan berulang setiap hari mulai pagi hingga sore hari dan dengan frekuensi dan durasi yang bervariasi. Jalak putih merupakan burung yang lincah dan aktif dalam beraktivitas (Sudradjat 1996). Jalak putih bermain dengan individu lainnya dengan cara terbang rendah dan hinggap pada pancang widoro bukol yang tertutupi oleh tumbuhan bawah delean. Terbang dari satu sisi ke sisi pancang lainnya dengan sesekali bersuara dan berpindah pada salah satu dahan yang dihinggapi. Jalak putih juga berjalan dan sesekali melompat di antara rimbunnya daun. Berjalan dilakukan dengan menggunankan kedua kaki secara bergantian pada tenggeran, sedangkan melompat dilakukan dengan mengangkat (menghentakkan) kedua kaki secara bersamaan pada tenggeran (Kurniawan 2014).

(37)

24

berpindah tempat, sehingga hal ini memudahkan jalak putih untuk menangkap dan memakan serangga-serangga tersebut. Menurut Indrajaya (1997) di Padang Rumput Sadengan, jalak putih sering berada di antara kepala banteng dan ketika banteng memakan tumbuhan bawah terjadi gerakan pada mulut banteng yang menyebabkan belalang terusik dan terbang. Keadaan tersebut dimanfaatkan oleh jalak putih untuk terbang diantara tumbuhan bawah dan menangkap serangga. Jalak putih lebih sering berada di atas rusa timor dibandingkan kerbau liar, hal ini diduga karena jumlah rusa timor di Savana Bekol yang jauh lebih banyak dibandingkan kerbau liar serta kebiasaan kerbau liar yang lebih suka berkubang dalam waktu yang cukup lama sehingga tidak ada pergerakan yang membuat jalak putih dapat memakan banyak jenis serangga.

Perilaku berkelompok jalak putih di Savan Bekol, Taman asional Baluran juga sama halnya dengan perilaku berkelompok yang ada di Taman Nasional Alas Purwo pada tahun 1997, yaitu membentuk kelompok besar dan kelompok-kelompok kecil. Menurut Indrajaya (1997), populasi jalak putih tidak berupa kelompok-kelompok yang memiliki teritori secara tersendiri, melainkan suatu kelompok besar dengan subkelompok yang melakukan aktivitas secara bersama dengan jumlah individu setiap kelompok tidak tetap.

Penyebaran lokal jalak putih

Penyebaran jalak putih menurut MacKinnon (2010) terbatas di Jawa, Bali, dan Lombok, sehingga jalak putih merupakan salah satu jenis burung endemik. Penyebaran jalak putih berhubungan erat dengan adanya ketersediaan pakan atau kebutuhan akan kelangsungan hidupnya (Peterson 1975). Penyebaran jalak putih di Taman Nasional Baluran pada saat ini bahwa jalak putih selama pengamatan diduga terbatas pada tipe habitat savana dengan pola sebaran mengelompok. Pola sebaran mengelompok adalah pola sebaran dengan individu-individu berada dalam kelompok-kelompok dan jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini sangat sering dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama (Michael 1994). Jalak putih beraktifitas secara berkelompok besar (8-12 individu) yang kemudian menyebar menjadi kelompok kecil (2-6 individu), hal ini sesuai dengan penelitian Indrajaya (1997) di Padang Rumput Sadengan, Taman Nasional Alas Purwo bahwa jalak putih beraktifitas secara berkelompok, tetapi menyebar menjadi kelompok kecil yaitu kelompok yang baru.

(38)

25 Upaya pelestarian dan gangguan terhadap jalak putih

Keberhasilan pemasangan nestbox yang rendah diduga karena adanya gangguan yang menyebabkan jalak putih sulit untuk menggunakan sarang buatan tersebut. Tingginya populasi monyet ekor panjang dan adanya predator telur burung yaitu tokek merupakan salah satu alasan sehingga jalak putih tidak mau bersarang di nestbox. Sehingga telur yang harusnya menetas dan menjadi anakan terus berkurang jumlahnya karena belum sempat menetas sudah dimakan oleh para predator. Gangguan lainnya yaitu pemanfaatan nestbox oleh lebah dan semut pada beberapa nestbox. Berdasarkan hasil pengamatan bahwa upaya pemasangan

nestbox belum bisa dikatakan berhasil karena pemasangan nestbox yang kurang memadai dan kurang tepat, kurang adanya observasi lapang terhadap gangguan-gangguan yang akan terjadi ketika pemasangan nestbox seperti adanya gangguan semut, tokek, monyet ekor panjang dan lebah di sekitar pohon.

Jenis gangguan berupa predator alami jalak putih seperti reptor (elang) tidak ditemukan sedang memangsa maupun mengintai burung jalak putih di Savana Bekol. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan belum diketahui secara pasti gangguan yang ada tetapi melihat jumlah jalak putih yang kecil salah satu penyebabnya adalah tidak banyak ditemukan sarang alami maupun bekas sarang alaminya. Gangguan yang diduga dapat penyebabkan baik kondisi populasi maupun habitat jalak putih mengalami gangguan adalah adanya menyemprotan dan pemberantasan akasia dan kapasan menggunakan zat kimia. Pemberantasan akasia pada tingkat pohon dengan cara mengupas kulit batang sampai lapisan cambium secara melingkar yang kemudian pada bagian batang diolesi Xarbosida garlon 48Ec. Pada tingkat semai dan pancang dengan menggunakan minyak tanah, solar, larutan ragi dan roundup (Djufri 2004). Metode ini dikhawatirkan dapat mengganggu kondisi dari satwaliar dalam jangka panjang khususnya keberadaan jalak putih yang beraktifitas di Savana Bekol baik dari segi kesehatan maupun kondisi sumber pakan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

(39)

26

Saran

1. Pendalaman mengenai penelitian struktur umur dan sex ratio pada populasi di musim kemarau.

2. Perlu adanya penelitian perilaku pergerakan dan perkembangbiakan jalak putih pada musim kemarau.

3. Penelitian mengenai gangguan jalak putih seperti perburuan oleh manusia di Taman Nasional Baluran.

DAFTAR PUSTAKA

Alcock J. 2005. Animal Behavior: An Evolutionary Approach, Eighth edition. Sunderland, Massachusetts: Sinauer Associates

Alikodra HS. 2010. Teknik Pengelolaan Satwaliar dalam Rangka Mempertahankan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bogor (ID): IPB Pr. Anderson SH. 1985. Managing Our Wildlife Resources: London (UK): A Bell &

Howell Co.

Bismark M. 2011. Prosedur Operasi Standar (SOP) untuk Survei Keragaman Jenis pada Kawasan Konservasi. Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan.

Bluethgen N, Verhaagh M, Goitía W, Jaffé K , Morawetz W, Barthlott W. 2000. How plants shape the ant community in the Amazo-nian rainforest canopy the key role of extrafloral nectarines and homopteran honeydew. Oecologia. 125:229–240.

Diaz-Castelazo C, Rico-Gray V. 2004. Extrafloral nectary-mediated ant-plant interactions in the coastal vegetation of Veracruz, Mexico Richness occurance sea-sonality and ant foraging pat-terns. Ecoscience. 11(4): 472-481.

Djufri. 2006. Studi Autekologi dan Pengaruh Invasi Akasia (Acacia nilotica) (L.) Willd. ex. Del. Terhadap Eksistensi Savana dan Strategi Penanganannya di Taman Nasional Baluran Banyuwangi Jawa Timur [disertasi]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Gill F. 2007. Ornithology. Third Edition. New York (US): WH Freeman Company. Hamid H, Buchori D, Manuwoto S, Triwidodo H. 2007. Komunitas Serangga pada

Tanaman Orok-orok (Crotalaria striata) di Berbagai Habitat. J. Entomol. Indo.

4(2):127-138.

Hosiana FA. 2013. Manajemen pelepasliaran jalak putih di ANTAM UBPE Pongkor [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Indrajaya A. 1997. Kajian penyebaran, populasi dan habitat jalak putih (Sturnus

melanopterus, Daudin 1800) di Taman Nasional Alas Purwo, Jawa Timur [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

(40)

27 Kurniawan H. 2014. Teknik Penangkaran dan Perilaku Harian Jalak Putih di Mega Bird and Orchid Farm Bogor Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

MacKinnon J, K. Phillips. 1993. A Field guide to the Birds of Borneo, Sumatra, Java, and Bali. New York (US): Oxford University Press.

Martin P, Bateson P. 1993. Measuring Behaviour An Introduction Guide. 2nd Edition. Cambridge (UK): Cambridge University Pr.

Maulana B. 2014. Analisis Koefisien Inbreeding dan Karakteristik Suara Jalak Putih (Sturnus melanopterus) di Pusat Penyelamatan Satwa Cikananga Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Michael PE. 1994. Metode Ekologi untuk penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta (ID): Universitas Indonesia

Peterson R. 1975. The Birds. London (UK): Time Life International

Prana MS. 1994. Kicau burung volume VI No 1-2. Jakarta (ID): Taman Burung TMII. Purwandana D. 2000. Distribusi dan sensus burung gelatik jawa (Paddy oryzivora) dan

jalak putih (Sturnus melanopterus) di Propinsi Bali [tesis]. Denpasar (ID): Universitas Udayana.

Rahmat A. 2007. Penggunaan formasi vegetasi oleh jalak putih (Sturnus melanopterus, Daudin, 1800) di Cagar Alam Pulau Dua, Teluk Banten, Propinsi Banten [skripsi]. Bandung (ID): Universitas Padjajaran.

Soerianegara I, Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID). Laboratorium Ekologi Hutan. Fakultas Kehutanan. Institit Pertanian Bogor. Storer TI, Usinger RL. 1957. General Zoology. New York (US): Mc. Grand Hill. Sudradjat. 1996. Petunjuk Memilih Burung Ocehan Bakalan. Jakarta (ID): Penebar

Swadaya.

Utomo B. 1997. Studi Produktivitas Savana Bekol Taman Nasional Baluran Jawa Timur [skripsi]. Jakarta (ID): Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Winnasis S. Toha A, Sutadi. 2009. Burung-Burung Taman Nasional Baluran. Situbondo (ID): Balai Taman Nasional Baluran

.

(41)

28

Lampiran 1 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di Sumber air buatan Kapal Selam-Pojok Savana

No Hari Tanggal Jantan dewasa

Betina

dewasa Remaja Anakan Jumlah

1 Selasa 11-Mar-14 1 1 2

Lampiran 2 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di Tower Tengah-Derbus

No Hari Tanggal Jantan dewasa

Betina

dewasa Remaja Anakan Jumlah

(42)

29 Lampiran 3 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di Sumber air buatan

Kolam Renang

No Hari Tanggal Jantan dewasa

Betina

dewasa Remaja Anakan Jumlah

1 Sabtu 8-Mar-14 1 1 2

Rata-rata 2.0

Lampiran 4 Populasi jalak putih dengan metode konsentrasi di Sumber air buatan Permanen-Jalur Bama Bekol HM 12

No Hari Tanggal Jantan dewasa

Betina

dewasa Remaja Anakan Jumlah

1 Minggu 9-Mar-14 1 2 3

2 Rabu 12-Mar-14 5 2 7

3 Sabtu 15-Mar-14 1 1

4 Selasa 18-Mar-14 1 1 2

5 Sabtu 22-Mar-14 1 1

6 Kamis 27-Mar-14 1 1

7 Sabtu 29-Mar-14 1 2 3

8 Selasa 1-Apr-14 1 1 2

Rata-rata 2.5

Lampiran 5 Perhitungan dugaan populasi jalak putih pada pengamatan pagi dan sore hari

1. Dugaan populasi jalak putih pada pagi hari

(43)

30

Lampiran 6 Hasil analisis vegetasi untuk tingkat tingkat tumbuhan bawah, semai dan pancang 2 Letak Sclerachne punctate Gramineae 31.00 17.50 48.51 3 Kapasan Thespesia lampas Malvaceae 7.99 18.50 26.43

1 Bukol Zyzyphus rotundifolia Rhamnaceae 67.80 50.00 117.80 2 Mimbo Azadirachta indica Meliaceae 22.00 30.00 52.03 3 Akasia Vechellia nilotica Fabaceae 10.20 20.00 30.17 Pancang

1 Mimbo Azadirachta indica Meliaceae 61.00 50.00 111.00 2 Widoro

(44)

31 Lampiran 7 Hasil analisis vegetasi untuk tingkat tiang dan pohon

No Nama

Lokal Nama Ilmiah Famili

KR

Lampiran 8 Jenis serangga di Savana Bekol

No. Nama Lokal Nama Latin Ordo

1 Semut hitam Camponotus sp. Hymenoptera

2 Semut merah Solenopsis sp. Hymenoptera

3 Semut hitam besar Technomyrmex sp. Hymenoptera

4 Semut merah besar Solenopsis sp. Hymenoptera

5 Lebah madu Apis mellifera Hymenoptera

6 Belalang daun Phyllium crurifolium Orthoptera

7 Belalang kayu Locusta migratoria Orthoptera

8 Jangkrik Gryllus bimaculatus Orthoptera

9 Kepik B Orious sp. Hemiptera

10 Kepik C Leptoglossus sp. Hemiptera

11 Kepik A Coccinella arcuata Coleoptera

12 Lalat hijau Lucilia Caesar Diptera

13 Kupu-kupu kuning Pyrisitia sp. Lepidoptera

(45)

32

Lampiran 9 Hasil monitoring nestbox di Savana Bekol

No Kotak Terisi Jalak Putih Keterangan

1 Tidak

3 Tidak

5 Tidak

12 Tidak

17 Tidak Terisi tokek

18 Tidak

19 Tidak

20 Tidak Terisi lebah

21 Tidak Terisi tokek

22 Tidak

23 Tidak

24 Tidak Terisi lebah

25 Tidak Terisi semut

26 Tidak Terisi lebah

27 Tidak Terisi tokek

33 Tidak Terisi lebah

41 Tidak

(46)

33

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lumajang pada tanggal 27 Oktober 1991 dari ayah Bambang Hertanto dan ibu Sri Widowati. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara. Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Lumajang dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk (USMI) IPB dan diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan.

Penulis pernah menjadi asisten praktikum Interpretasi Alam pada tahun ajaran 2014/2015. Penulis juga pernah mengikuti praktik lapang antara lain Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan Jalur Gn. Ciremai-KPH Indramayu 2012, Praktik Pengelolaan Hutan di Hutan Pendidikan Gunung Walat 2013, dan bulan Februari 2014 penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Balai Taman Nasional Baluran Jawa Timur.

Penulis aktif mengikuti kegiatan kepanitiaan diantaranya Barisan Remaja Anti Korupsi (BREAK) in Action 2011, Gebyar Himakova 2012, Bina Corps Rimbawan (BCR) 2013, dan Seminar Nasional Hasil Ekspedisi HIMAKOVA 2013. Penulis juga aktif pada organisasi kemahasiswaan sebagai staf pengurus Biro Kekeluargaan dan anggota Kelompok Pemerhati Burung “Perenjak” Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) periode 2011/2012 dan 2012/2013. Penulis pernah mengikuti kegiatan Eksplorasi Flora, Fauna dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Sukawayana 2012, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh 2012 dan Taman Nasional Manusela 2013. Selain itu, penulis juga pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa bidang kegiatan PKM-AI yang lolos pada tahun 2013 dengan judul Kajian Morfometri Beberapa Jenis Burung di Kampus IPB Darmaga: Implikasi untuk Pembinaan Habitat. Penulis menyelesaikan penelitian dengan judul Populasi, Habitat dan Perilaku Jalak Putih (Strurnus melanopterus

Gambar

Gambar 1 Peta lokasi penelitian
Tabel 2  Hasil pengamatan lapangan: perbedaan jalak putih jantan dan betina di
Tabel 3 Daftar jenis tumbuhan dengan indeks nilai penting (INP) tertinggi tiap   tingkat vegetasi
Gambar 2 Diagram profil pohon habitat jalak putih di Savana Bekol Taman Nasional Baluran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Perbedaan Kualitas Habitat terhadap Perilaku dan Populasi Primata di Kawasan Cikaniki, Taman Nasional Gunung Halimun Jawa.. Barat (di bawah bimbingan HADI

pengamatan, y adalah nilai rata-rata contoh pada satu tipe ekosistem, i adalah nilai rata-rata contoh seluruh kawasan, Oan I merupakan dugaan populasi seluruh

Jenis tumbuhan yang mendominasi pada setiap lokasi baik di dalam wilayah hutan maupun di luar wilayah hutan dapat dimanfaatkan oleh tarsius baik sebagai tempat

Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan membandingkan keanekaragaman serangga tanah (epifauna) pada beberapa lahan yang berbeda yaitu lahan terbakar, transisi,

Jenis tumbuhan yang mendominasi pada setiap lokasi baik di dalam wilayah hutan maupun di luar wilayah hutan dapat dimanfaatkan oleh tarsius baik sebagai tempat

Jenis tumbuhan yang mendominasi pada setiap lokasi baik di dalam wilayah hutan maupun di luar wilayah hutan dapat dimanfaatkan oleh tarsius baik sebagai tempat

Jenis tumbuhan yang mendominasi pada setiap lokasi baik di dalam wilayah hutan maupun di luar wilayah hutan dapat dimanfaatkan oleh tarsius baik sebagai tempat

Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) merupakan habitat yang sesuai bagi populasi owa jawa; (2) Populasi owa jawa di TNGP berada