• Tidak ada hasil yang ditemukan

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA (Hylobates moloch Audebert, 1797) DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO JAWA BARAT FEBRIANY ISKANDAR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA

(Hylobates moloch Audebert, 1797)

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

JAWA BARAT

FEBRIANY ISKANDAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates moloch Audebert, 1797) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini.

Bogor, Nopember 2008

Febriany Iskandar P 053060021

(3)

ABSTRACT

FEBRIANY ISKANDAR. Habitat and Population of Javan Gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1797) at Gunung Gede Pangrango National Park, West Java. Supervised by ANI MARDIASTUTI, RANDALL C. KYES and ENTANG ISKANDAR.

Javan gibbon (Hylobates moloch Audebert, 1797) is one of the endemic primates of Indonesia, distributed in West and Central Java. High degree of threats for javan gibbon in the wild must be addressed by management effort based on complete present data of its habitat and population. This research conducted in Gunung Gede Pangrango National Park and aimed to: (1) analyze the habitat of javan gibbon; (2) study javan gibbon population data; (3) study javan gibbon’s habitat and population problems affecting the existence of the species. Vegetation sampling was taken along survey transect at 7 resort. There were 44 feeding tree species from 24 families and 17 species from 7 families used by the gibbons as sleeping trees. The total number of individuals founded in this research was 42 individuals of 13 groups. The densities of javan gibbon at core zone was 7,14 individuals/km2 and 2,30 groups/km2, whereas at utilization zone was 5,69 individuals/km2 and 1,54 groups/km2. Estimated total individual density was 6,43 individu/km2 whereas group density was 1,93 groups/km2. The estimation of javan gibbon in Gunung Gede Pangrango National Park was 347 individuals in 105 groups. The highest percentage of daily activities was eating of 34,63 %, and the lowest was agression (through vocalization) of 3,21 %. Several problems occured to the habitat and the population of javan gibbon in Gunung Gede Pangrango National Park were: (1) illegal logging; (2) agricultural landclearing; (3) tourists and other human activities; (4) illegal hunting; (5) firewoods gathering; (6) non-wood forest product extraction. There are three recommendations to ensure the conservation of javan gibbons in Gunung Gede Pangrango National Park: (1) Enhancing the management of Gunung Gede Pangrango National Park areas; (2) Managing the activities of local people; and (3) Managing tourist of Gunung Gede Pangrango National Park

(4)

RINGKASAN

FEBRIANY ISKANDAR. Habitat dan Populasi Owa Jawa (Hylobates

moloch Audebert, 1797) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa

Barat. Dibimbing oleh ANI MARDIASTUTI, RANDALL C. KYES dan ENTANG ISKANDAR.

Salah satu jenis primata endemik yang dimiliki Indonesia adalah owa jawa atau javan gibbon (Hylobates moloch Audebert 1797), dengan wilayah penyebaran meliputi Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tingkat keterancaman yang tinggi dari owa jawa di alam menyebabkan perlunya pengelolaan berdasarkan data yang lengkap terhadap habitat alami dan populasi owa jawa yang ada. Penelitian ini dilaksanakan untuk melengkapi kebutuhan data yang diperlukan untuk pengelolaan owa jawa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP). Tujuan penelitian ini adalah: (1) menganalisis habitat owa jawa; (2) mengkaji populasi owa jawa; (3) mengkaji permasalahan habitat dan populasi yang berpengaruh terhadap keberadaan owa jawa.

Data-data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder, melalui pengamatan langsung terhadap habitat dan populasi owa jawa di lapangan serta studi literatur yang relevan dengan bidang kajian. Penelitian dilakukan pada beberapa lokasi yang mewakili sebaran populasi owa jawa di TNGP berdasarkan resort dan zonasi (inti dan pemanfaatan). Informasi sebaran owa jawa diperoleh dari penelitian-penelitian terdahulu, informasi petugas lapangan TNGP, serta informasi dari masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat 121 jenis vegetasi di zona inti dan 103 jenis vegetasi di zona pemanfaatan. Jenis pohon dengan kerapatan tertinggi di zona inti adalah Schima wallichii, yaitu 37 individu/ha dengan kerapatan relatif 16,55%, sedangkan di zona pemanfaatan adalah Castanopsis javanica, (57 individu/ha, 20,83%). Jenis pohon Schima wallichii memiliki frekuensi tertinggi di zona inti dan zona pemanfaatan, yaitu 0,46 dengan frekuensi relatif 9,09% (zona inti) serta 0,73 dan 13,71% (zona pemanfaatan). Jenis pohon dengan dominansi terbesar di zona inti adalah Schima

(5)

wallichii, yaitu 3,92 m2/ha dengan dominansi relatif 16,24%, sedangkan di zona pemanfaatan adalah Castanopsis javanica (6,94 m2/ha, 22,48%).

Terdapat 5 jenis pohon pakan dan pohon tidur yang mendominasi zona inti, yaitu Schima wallichii, Lithocarpus indutus, Castanopsis javanica, Elaeocarpus pierrei, dan Vernonia arborea, sedangkan pada zona pemanfaatan terdapat 4 jenis, yaitu Castanopsis javanica, Schima wallichii, Altingia excelsa dan Elaeocarpus pierrei. Berdasarkan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (H’), maka keanekaragaman jenis pohon pada zona inti (3,60) tergolong tinggi begitu pula pada zona pemanfaatan (3,29). Indeks Kemerataan Jenis Pohon (J’) zona inti (0,88) lebih tinggi dibandingkan dengan zona pemanfaatan (0,81).

Pada penelitian ini ditemukan sebanyak 44 jenis (24 familia) pohon pakan owa jawa serta 17 jenis (7 familia) pohon tidur Owa Jawa. Dari 61 jenis pohon pada zona inti TNGP, 34 jenis diantaranya merupakan pohon pakan sedangkan 14 jenis merupakan pohon tidur. Dari 59 jenis vegetasi tingkat pohon pada zona pemanfaatan, 33 jenis diantaranya merupakan pohon pakan sedangkan 12 jenis merupakan pohon tidur.

Kisaran rata-rata tinggi vegetasi di beberapa lokasi di zona inti adalah 9,34 – 28,35 m, dengan tinggi minimum 2,5 – 12 m dan maksimum 17 – 56 m, sedangkan kisaran rata-rata tinggi vegetasi di beberapa lokasi di zona pemanfaatan adalah 11,38 – 24,13 m, dengan tinggi minimum 4,5 – 20 m dan maksimum 19 – 29 m. Kisaran rata-rata lebar tajuk di beberapa lokasi di zona inti adalah 3,48 – 5,78 m dan 2,82 – 5,27 m, dengan lebar tajuk minimum berkisar 0,7 – 2,5 m dan 0 – 1,5 m, serta maksimum antara 7,4 – 17,1 m dan 6 – 11,5 m. Kisaran rata-rata lebar tajuk di beberapa lokasi di zona pemanfaatan adalah 3,98 – 6,09 m dan 3,92 – 5,28 m, dengan minimum 0,3 – 2,9 m dan 1 – 2 m, serta maksimum 6,7 – 14,5 m dan 6,5 – 14 m.

Panjang jalur pengamatan populasi owa jawa adalah 41,5 km dan total luas area pengamatan adalah sebesar 24,9 km2. Dari 18 jalur yang diamati, owa jawa

diidentifikasi pada 11 jalur. Jalur-jalur dimana owa jawa tidak teridentifikasi, yaitu jalur Legok Babah (zona inti) di Cibodas, jalur Puspa II (zona pemanfaatan) di Situ Gunung, serta 3 jalur di Selabintana dan 2 jalur Gunung Putri. Diduga hal ini disebabkan oleh: (1) perambahan kawasan, (2) aktivitas manusia ataupun

(6)

pengunjung yang meningkat serta (3) adanya perubahan wilayah jelajah dari kelompok yang sebelumnya ada. Distribusi owa jawa ada pada ketinggian 700 sampai 1.600 m dpl (Situ Gunung, Cimungkad, Bodogol, Cisarua, Cibodas). Frekuensi tertinggi perjumpaan owa jawa adalah di ketinggian 700 - 806,4 m dpl yaitu pada wilayah Bodogol.

Jumlah individu owa jawa yang ditemukan di TNGP adalah sebanyak 42 individu yang terbagi dalam 13 kelompok. Secara keseluruhan densitas individu adalah sebesar 6,43 individu/km2 dengan densitas kelompok sebesar 1,93 kelompok/km2. Jumlah individu tertinggi untuk tingkat resort adalah pada resort Bodogol, yaitu 20 individu, sedangkan pada resort Selabintana dan Gunung Putri tidak ditemukan satu individu pun. Densitas owa jawa pada resort Bodogol yaitu 17,08 individu/km2 dan 5,00 kelompok/km2. Tiga resort, yaitu Bodogol, Cimungkad dan Cisarua, memiliki densitas individu dan kelompok yang lebih tinggi dibandingkan densitas keseluruhan. Jumlah individu dan kelompok pada zona Inti adalah 23 individu dari 8 kelompok, sedangkan pada zona Pemanfaatan 19 individu dari 5 kelompok. Densitas owa jawa pada zona inti adalah 7,14 individu/km2 dan 2,30 kel/km2, sedangkan pada zona pemanfaatan adalah 5,69 individu/km2 dan 1,54 kelompok/km2. Berdasarkan densitas rata-rata dan luas habitat representatif yang ada, maka estimasi populasi owa jawa di TNGP adalah 347 individu dengan jumlah total kelompok 105.

Ukuran kelompok owa jawa di lokasi penelitian berkisar antara 2 sampai 5 individu/kelompok. Kelompok dengan 2 individu dan 4 individu memiliki jumlah terbanyak (masing-masing 4 kelompok atau 30,77%). Rerata ukuran kelompok adalah 3,23 individu/kelompok, dengan 2,88 individu/kelompok pada zona inti dan 3,80 individu/kelompok pada zona pemanfaatan. Berdasarkan kelompok umur, induk jantan dan induk betina mempunyai persentase terbesar dibandingkan muda dan anak, masing-masing sebesar 30,95%. Berdasarkan lokasi, persentase individu terbesar ada di Bodogol sebesar 47,62%.

Pengamatan tingkah laku owa jawa dilaksanakan di resort Bodogol pada kelompok yang terdiri atas satu jantan dewasa (Owa1), satu betina dewasa (Owa2), satu individu anak remaja (Owa3), dan satu individu anak (Owa4). Persentase aktivitas harian yang terbesar adalah makan, yaitu sebesar 34,63%, dan

(7)

yang terkecil adalah agresi (melalui vokalisasi) sebesar 3,21%. Perilaku sosial sebesar 14,77%, mencakup interaksi antara induk betina dengan anaknya dalam kegiatan pengasuhan anak, sedangkan kontak antara setiap anggota kelompok lainnya (grooming) lebih kecil. Aktivitas bergerak sebesar 13,75% dan aktivitas beristirahat sebesar 33,64%.

Beberapa permasalahan yang terjadi pada habitat dan populasi owa jawa (Hylobates moloch) di kawasan TNGP adalah penebangan liar, perambahan kawasan hutan TNGP, aktivitas pengunjung yang datang ke kawasan TNGP, perburuan liar di kawasan hutan TNGP, pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar, dan pengambilan hasil hutan bukan kayu.

Mengacu pada hasil penelitian mengenai habitat dan populasi owa jawa di TNGP ini, maka direkomendasikan beberapa kegiatan pengelolaan yang dapat menjamin kelestarian habitat dan populasi owa jawa di TNGP, yaitu: (1) Pengelolaan kawasan TNGP, yang meliputi restorasi kawasan yang tedegradasi dan terfragmentasi serta restorasi kawasan yang bervegetasi sejenis agar dapat kembali pada kondisi aslinya, peningkatan pengamanan kawasan, pelaksanaan pemantauan rutin/monitoring terhadap populasi owa jawa di TNGP. (2) Pengelolaan pengunjung TNGP, yang meliputi kegiatan pengaturan jumlah pengunjung yang lebih ketat, pembinaan terhadap pengunjung mengenai tata cara beraktivitas yang ramah lingkungan di dalam kawasan, pengalihan jalur-jalur wisata yang berada pada daerah jelajah owa jawa ke lokasi lain, sehingga meminimalkan gangguan bagi primata tersebut. (3) Pengelolaan masyarakat sekitar TNGP melalui pengembangan daerah penyangga (buffer zone) di luar kawasan TNGP.

Simpulan dari penelitian ini adalah: (1) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGP) merupakan habitat yang sesuai bagi populasi owa jawa; (2) Populasi owa jawa di TNGP berada pada kondisi yang cukup memadai dengan estimasi populasi sebanyak 347 individu; (3) Pada umumnya, kepadatan populasi owa jawa di zona inti lebih tinggi daripada di zona pemanfaatan; (4) Keberadaan populasi owa jawa di TNGP tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas habitat, tetapi dipengaruhi pula oleh aktivitas manusia di dalamnya; (5) Beberapa permasalahan yang mempengaruhi kelestarian habitat dan populasi owa jawa di TNGP adalah

(8)

pengambilan kayu bakar oleh masyarakat sekitar, pengambilan hasil hutan bukan kayu, aktivitas pengunjung yang datang ke kawasan TNGP, perambahan kawasan hutan TNGP, perburuan liar di kawasan hutan TNGP, dan penebangan liar di kawasan hutan TNGP.

Berdasarkan penelitian ini maka disarankan: (1) Perlu adanya kajian terhadap lokasi -lokasi yang sebelumnya terdapat populasi owa jawa namun pada saat ini tidak ditemukan lagi populasi owa jawa tersebut (khususnya Resort Selabintana) agar dapat diketahui faktor-faktor penyebabnya; (2) Penelitian lanjutan tentang habitat preferensial owa jawa dan pola penggunaan ruang dan waktu bagi owa jawa perlu untuk segera dilakukan agar dapat menunjang pengelolaan owa jawa di kawasan konservasi, khususnya di kawasan TNGP; (3) Perlu dilakukan pengamatan populasi owa jawa secara kontinyu (time series) dan perlu dilakukan penyusunan database populasi owa jawa, sehingga dapat dipantau perubahan populasi owa jawa yang terjadi; (4) Perlu adanya komitmen dan kerjasama secara terpadu diantara stakeholders (Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Swadaya Masyarakat, Lembaga Penelitian, Perguruan Tinggi, dan Pengusaha di sekitar kawasan TNGP) yang terkait dengan kegiatan pelestarian owa jawa agar kegiatan pelestarian owa jawa tersebut dapat direncanakan dan diimplementasikan dengan tepat.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2008

Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(10)

HABITAT DAN POPULASI OWA JAWA

(Hylobates moloch Audebert, 1797)

DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO

JAWA BARAT

FEBRIANY ISKANDAR

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Primatologi

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: tanaman bawang kucai ( Allium tuberosum Rottl ex Spreng ) mengandung senyawa Allicin , Senyawa Allicin ini dapat menghambat enzim HMG-KoA reduktase

Berdasarkan penelitian yang dilakukan ibu yang bekerja memiliki lebih banyak waktu diluar dibandingkan dengan ibu rumah tangga atau ibu yang tidak bekerja, hal seperti ini

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada 7 tahap dalam penyelesaian soal aplikasi integral tertentu, (2) divergensi dalam soal matematika teknik dapat dilakukan

Sehingga ketika mengerjakan soal matematika jika konteks yang dipahami kurang tepat siswa akan menjawab dengan kurang tepat, (2) persepsinya lemah sehingga dalam

Data mengenai penerapan pembelajaran aktif tipe quiz team dalam kegiatan belajar mengajar matematika khususnya pada pokok pembahasan bangun ruang sisi datar

melakukan normalisasi matriks, melakukan proses perangkingan, dan menentukan nilai preferensi untk setiap alternatif dapat membantu proses penentuan bobot untuk kriteria

Riap diameter rata-rata untuk masing-masing kelompok jenis adalah sebesar 0.556 cm/tahun untuk kelompok jenis Dipterocarpaceae dan 0.539 cm/tahun untuk kelompok jenis Non

pengenalan huruf alphabet yang di minati anak usia dini dengan cara