• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

41

INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (Lembar Kuisioner)

Petunjuk Pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif jawaban dengan baik 2. Isilah salah satu jawaban yang paling benar

3. Mohon anda periksa kembali semua pertanyaan apakah sudah diisi dengan benar

4. Pertanyaan yang telah diisi lengkap, mohon dikembalikan kepada peneliti

A. Data Pribadi Nama : Umur :

Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan B. Data Pendidikan

( ) Akademi/Perguruan Tinggi ( ) SLTA/Sederajat

( ) SLTP/Sederajat ( ) SD/Sederajat

( ) Tidak tamat SD/Sekolah C. Data Pekerjaan

( ) Pegawai Negeri Sipil (PNS) ( ) Petani

( ) Wiraswasta/Pedagang ( ) Tidak Bekerja

(2)

D. Sumber Informasi ( ) Tidak ada

( ) Media Elektronik ( ) Media Cetak ( ) Petugas Kesehatan

KUESIONER II : Faktor Sosial Ekonomi A. Merokok

1. Apakah anda, memiliki kebiasaan merokok? Tidak

Ya

2. Apakah anda masih mempunyai keinginan untuk merokok? Tidak

Ya B. Konsumsi Alkohol

1. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol ? Tidak Ya

2. Apakah ketika dinyatakan harus menjalani hemodialisis anda masih mengkonsumsi minuman beralkohol ?

Tidak Ya C. Latihan Fisik/ Olahraga

(3)

43

   

3. Apakah anda yang sedang menjalani hemodialisis ini masih melakukan olahraga secara teratur ?

Tidak Ya Kuisioner III : Fisiologi

A. Insomnia

1. Apakah anda setelah menjalani hemodialisis mengalami kesulitan untuk memulai tidur

Tidak Ya

2. Apakah anda sering terbangun dan kesulitan untuk memulai tidur kembali? Tidak Ya

3. Apakah anda sering terbangun dini hari ? Tidak Ya

B. Status nutrisi

1. Apakah setiap kali makan anda mengkonsumsi makan protein (misalnya ikan, udang, danging, telur) ?

Tidak Ya

2. Apakah setiap kali makan anda sering mengkonsumsi kalium (misalnya apokat, pisang, nenas)?

Tidak Ya

3. Apakah anda mengkonsumsi cairan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pasien hemodialisis ?

Tidak Ya

(4)

KUISIONER IV: Fatigue Petunjuk pengisisan :

 Silakan isi 10 pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang menurut anda

paling tepat dalam menggambarkan perasaan anda ketika mengalami kelelahan.

 Pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada

kolom kosong di atas angka dalam rentang 0 sampai 10. Pertanyaan :

1. Pada tingkat manakah keluhan fatigue/kelelahan yang anda rasakan sekarang menyebabkan anda merasa tertekan ?

2. Pada tingkat manakah keluhan kelelahan yang anda rasakan sekarang, menyebabkan anda merasa tergangu dalam menyelesaikan pekerjaan/ kegiatan sehari-hari ?

3. Pada tingkat manakah yang anda dapat menggambarkan keluhan kelelahan yang sedang anda rasakan ?

Tidak merasa tertekan Merasa Tertekan  

   0       1       2       3       4      5      6       7       8      9     10 

Tidak terganggu Sangat Terganggu                                       0       1       2       3       4      5      6       7       8      9     10 

(5)

45

   

4. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?

5. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?

6. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?

7. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?

8. Pada tingkat manakah anda dapat menggambarkan keluhan kelelahan yang sedang anda rasakan ?

9. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?

Segar Lelah

(6)

10. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?

KUISIONER IV

A. Komplikasi Hemodialisis

Petunjuk pengisisan : Beri tanda check list (√) sesuai pernyatan Ya : Jika pernyataan dianggap benar

Tidak : Jika pernyataan dianggap salah

Komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis :

Komplikasi Ya Tidak

Hipertensi Sakit Kepala Kram Otot

Jantung berdebar-debar Mual Muntah

Demam

Penyakit lainya

Mampu berpikir jernih Tidak mampu berfikir jernih

(7)

47

   

 

(8)
(9)

49

   

   

 

(10)

Frequencies

Std. Deviation .623

Variance .388

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-40 34 30.4 30.4 30.4

40-60 65 58.0 58.0 88.4

>60 13 11.6 11.6 100.0

Total 112 100.0 100.0

Frequencies

Std. Deviation .472 1.209 1.004 .636 .938

Variance .223 1.462 1.009 .405 .880

Range 1 3 3 2 4

(11)

51

Std. Deviation .623

Variance .388

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 18-40 34 30.4 30.4 30.4

40-60 65 58.0 58.0 88.4

>60 13 11.6 11.6 100.0

Total 112 100.0 100.0

Frequency Table

int_Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Laki-laki 75 67.0 67.0 67.0

Perempuan 37 33.0 33.0 100.0

Total 112 100.0 100.0

int_Sumber informasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak ada 25 22.3 22.3 22.3

media elektronik 11 9.8 9.8 32.1

media cetak 24 21.4 21.4 53.6

petugas kesehatan 52 46.4 46.4 100.0

(12)

int_Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak bekerja 29 25.9 25.9 25.9

wiraswata 40 35.7 35.7 61.6

petani 27 24.1 24.1 85.7

Pegawai negeri sipil 16 14.3 14.3 100.0

Total 112 100.0 100.0

int_pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Perguruan Tinggi 17 15.2 15.2 100.0

(13)

53

   

Frequency Table

int_fatigue

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid fatigue ringan 10 8.9 8.9 8.9

fatigue sedang 33 29.5 29.5 38.4

fatigue berat 69 61.6 61.6 100.0

Total 112 100.0 100.0

int_merokok

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak merokok 102 91.1 91.1 91.1

merokok 10 8.9 8.9 100.0

Total 112 100.0 100.0

int_alkohol

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak minum alkohol 88 78.6 78.6 78.6

minum alkohol 24 21.4 21.4 100.0

Total 112 100.0 100.0

int_latihan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak berolahraga 62 55.4 55.4 55.4

berolahraga 50 44.6 44.6 100.0

Total 112 100.0 100.0

insomnia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak insomnia 32 28.6 28.6 28.6

mengalami insomnia 80 71.4 71.4 100.0

Total 112 100.0 100.0

int_nutrisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak terpenuhi 58 51.8 51.8 51.8

terpenuhi 54 48.2 48.2 100.0

Total 112 100.0 100.0

(14)

int_komplikasi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid tidak terjadi komplikasi 25 22.3 22.3 22.3

terjadi komplikasi 87 77.7 77.7 100.0

Total 112 100.0 100.0

(15)

55

   

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_merokok 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%

int_fatigue * int_merokok Crosstabulation

int_merokok

Total tidak merokok merokok

int_fatigue fatigue ringan Count 9 1 10

Expected Count 9.1 .9 10.0

% within int_fatigue 90.0% 10.0% 100.0% % within int_merokok 8.8% 10.0% 8.9%

% within int_fatigue 89.9% 10.1% 100.0% % within int_merokok 60.8% 70.0% 61.6%

Expected Count 102.0 10.0 112.0 % within int_fatigue 91.1% 8.9% 100.0% % within int_merokok 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 91.1% 8.9% 100.0%

 

(16)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_alkohol 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%

int_fatigue * int_alkohol Crosstabulation

int_alkohol

int_fatigue fatigue ringan Count 9 1 10

Expected Count 7.9 2.1 10.0

% within int_fatigue 90.0% 10.0% 100.0% % within int_alkohol 10.2% 4.2% 8.9%

% of Total 8.0% .9% 8.9%

Residual 1.1 -1.1

Adjusted Residual .9 -.9

fatigue sedang Count 26 7 33

Expected Count 25.9 7.1 33.0

% within int_fatigue 78.8% 21.2% 100.0% % within int_alkohol 29.5% 29.2% 29.5%

% of Total 23.2% 6.2% 29.5%

Residual .1 .0

Adjusted Residual .0 .0

fatigue berat Count 53 16 69

Expected Count 54.2 14.8 69.0

% within int_fatigue 76.8% 23.2% 100.0% % within int_alkohol 60.2% 66.7% 61.6%

% of Total 47.3% 14.3% 61.6%

Residual -1.2 1.2

Adjusted Residual -.6 .6

Total Count 88 24 112

Expected Count 88.0 24.0 112.0

% within int_fatigue 78.6% 21.4% 100.0% % within int_alkohol 100.0% 100.0% 100.0%

(17)

57

   

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_latihan 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%

int_fatigue * int_latihan Crosstabulation

int_latihan

Total tidak

berolahraga berolahraga

int_fatigue fatigue ringan Count 3 7 10

Expected Count 5.5 4.5 10.0

% within int_fatigue 30.0% 70.0% 100.0% % within int_latihan 4.8% 14.0% 8.9%

% of Total 2.7% 6.2% 8.9%

Residual -2.5 2.5

Adjusted Residual -1.7 1.7

fatigue sedang Count 16 17 33

Expected Count 18.3 14.7 33.0

% within int_fatigue 48.5% 51.5% 100.0% % within int_latihan 25.8% 34.0% 29.5%

% of Total 14.3% 15.2% 29.5%

Residual -2.3 2.3

Adjusted Residual -.9 .9

fatigue berat Count 43 26 69

Expected Count 38.2 30.8 69.0

% within int_fatigue 62.3% 37.7% 100.0% % within int_latihan 69.4% 52.0% 61.6%

% of Total 38.4% 23.2% 61.6%

Residual 4.8 -4.8

Adjusted Residual 1.9 -1.9

Total Count 62 50 112

Expected Count 62.0 50.0 112.0

% within int_fatigue 55.4% 44.6% 100.0% % within int_latihan 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 55.4% 44.6% 100.0%

(18)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent int_fatigue * insomnia 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%

int_fatigue * insomnia Crosstabulation

insomnia

int_fatigue fatigue ringan Count 1 9 10

Expected Count 2.9 7.1 10.0

% within int_fatigue 10.0% 90.0% 100.0% % within insomnia 3.1% 11.2% 8.9%

% of Total .9% 8.0% 8.9%

Residual -1.9 1.9

Adjusted Residual -1.4 1.4

fatigue sedang Count 5 28 33

Expected Count 9.4 23.6 33.0

% within int_fatigue 15.2% 84.8% 100.0% % within insomnia 15.6% 35.0% 29.5%

% of Total 4.5% 25.0% 29.5%

Residual -4.4 4.4

Adjusted Residual -2.0 2.0

fatigue berat Count 26 43 69

Expected Count 19.7 49.3 69.0

% within int_fatigue 37.7% 62.3% 100.0% % within insomnia 81.2% 53.8% 61.6%

% of Total 23.2% 38.4% 61.6%

Residual 6.3 -6.3

Adjusted Residual 2.7 -2.7

Total Count 32 80 112

Expected Count 32.0 80.0 112.0

% within int_fatigue 28.6% 71.4% 100.0% % within insomnia 100.0% 100.0% 100.0%

(19)

59

   

Crosstab

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_nutrisi 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%

int_fatigue * int_nutrisi Crosstabulation

int_nutrisi

Total tidak terpenuhi terpenuhi

int_fatigue fatigue ringan Count 3 7 10

Expected Count 5.2 4.8 10.0

% within int_fatigue 30.0% 70.0% 100.0% % within int_nutrisi 5.2% 13.0% 8.9%

% of Total 2.7% 6.2% 8.9%

Residual -2.2 2.2

Adjusted Residual -1.4 1.4

fatigue sedang Count 12 21 33

Expected Count 17.1 15.9 33.0

% within int_fatigue 36.4% 63.6% 100.0% % within int_nutrisi 20.7% 38.9% 29.5%

% of Total 10.7% 18.8% 29.5%

Residual -5.1 5.1

Adjusted Residual -2.1 2.1

fatigue berat Count 43 26 69

Expected Count 35.7 33.3 69.0

% within int_fatigue 62.3% 37.7% 100.0% % within int_nutrisi 74.1% 48.1% 61.6%

% of Total 38.4% 23.2% 61.6%

Residual 7.3 -7.3

Adjusted Residual 2.8 -2.8

Total Count 58 54 112

Expected Count 58.0 54.0 112.0

% within int_fatigue 51.8% 48.2% 100.0% % within int_nutrisi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 51.8% 48.2% 100.0%

(20)

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_komplikasi 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%

int_fatigue * int_komplikasi Crosstabulation

int_komplikasi

int_fatigue fatigue ringan Count 2 8 10

Expected Count 2.2 7.8 10.0

% within int_fatigue 20.0% 80.0% 100.0% % within int_komplikasi 8.0% 9.2% 8.9%

% of Total 1.8% 7.1% 8.9%

Residual -.2 .2

Adjusted Residual -.2 .2

fatigue sedang Count 13 20 33

Expected Count 7.4 25.6 33.0

% within int_fatigue 39.4% 60.6% 100.0% % within int_komplikasi 52.0% 23.0% 29.5%

% of Total 11.6% 17.9% 29.5%

Residual 5.6 -5.6

Adjusted Residual 2.8 -2.8

fatigue berat Count 10 59 69

Expected Count 15.4 53.6 69.0

% within int_fatigue 14.5% 85.5% 100.0% % within int_komplikasi 40.0% 67.8% 61.6%

% of Total 8.9% 52.7% 61.6%

Residual -5.4 5.4

Adjusted Residual -2.5 2.5

Total Count 25 87 112

Expected Count 25.0 87.0 112.0

% within int_fatigue 22.3% 77.7% 100.0% % within int_komplikasi 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 22.3% 77.7% 100.0%

(21)

61

   

(22)
(23)

63

   

(24)
(25)

65

   

(26)
(27)

67

   

(28)
(29)

69

   

(30)
(31)

71

Aktivitas penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari

Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan judul

penelitian

8. Revisi proposal penelitian

9. Uji Validitas & Reliabilitas

10. Pengumpulan data responden

11. Analisa data 12. Pengajuan sidang

(32)

TAKSASI DANA 1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal

- Biaya kertas print proposal Rp 100.000, - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,

- Biaya internet Rp 100.000,

- Perbanyak proposal dan penjilitan Rp 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 200.000, 2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

- Izin penelitian Rp 400.000-

- Penggandaan kuesioner Rp 100.000,-

- Transportasi Rp 200.000,

3. Persiapan Skripsi

- Biaya kertas dan tinta print Rp 200.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilitan Rp 150.000,- - Biaya sidang skripsi Rp 450.000,-

4. Biaya tidak Terduga Rp 200.000,-

(33)

73

   

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS DIRI

Nama : Efrinaldo Pardede

Tempat /Tanggal Lahir : Jambi, 05 Desember 1993 Agama : Kristen Protestan Anak : Ke 1 dari 2 Bersaudara

Alamat : Jln.Sersan Anwar By, Kota Jambi II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Ayah : Amikus Pardede Nama Ibu : Marlina Silitonga

Pekerjaan : Wiraswasta

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

2000-2005 : SD Negeri 211 Kota Jambi 2005-2008 : SMP Negeri 22 Kota Jambi 2008-2011 : SMA Adhyaksa 1 Kota Jambi

2011-2014 : Akademi Keperawatan Imelda Medan 2014-2015 : Mengikuti Proses S1 Keperawatan Ekstensi

di Universitas Sumatra Utara

(34)

Cahyaningsih, N. (2011). Hemodialisis (Cuci Darah). Yogyakarta: Mitra Cendikia

Harmoko, B. (2010). Gambaran Status Nutrisi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Berkala Di RSUP H. Adam Malik: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses 28 Mei 2015 dari

http://Repository.usu.ac.id

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Hurlock, B, E. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga

Liston D, (2014) Pasien Hemodialisa Meningkat Di RSUD Pirngadi. Di Akses 10 Mei 2014 http://medan.tribun.news.com).

Mullaoglu, M. (2009). Fatigue in people undergoing haemodialisis, Clinical Perspective: Dyalisis & Transplantation, 38 (6). Diperoleh dari hhtp://www3.interscience.wiley.com

Breast Cancer Res Treat (2012) The Piper Fatigue Scale-12 (PFS-12). Diperoleh 11 Juni 2015 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.com

Nerscomite, 2010. Nutrisi Pada Penderita Dialisis. Surabaya: Fakultas

Kedokteran UNAIR. Diperoleh dari :

http://b11nk.wordpress.com/2009/08/24/nutrisi-pada-penderita

dialisis/#more-220. Di akses 14 Mei 2015

Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Petchrung, T. (2004). Exprience management: Strategis and outcomes of fatigue in hemodialisis patient. Di peroleh dari http://mulinet10.li.mahidol.ac.id

Prabowo, E, (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika

(35)

40

   

Rosdiana, I. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Insomnia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Tasikmalaya & Garut : Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia

Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Suharjono, (2011). Sekitar Hemodialisa. Jakarta : Rineka Cipta

Sulistini, R (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fatigue Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Universitas Indonesia.

Supriyadi dkk, (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Universitas Negeri Semarang: Semarang. Di akses

(36)

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep

satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka

konsep penelitian menghubungkan variabel-variabel dalam penelitian yaitu

hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Setiadi, 2007). Pada

penelitian ini variabel dependen adalah fatigue dan variabel independen terdiri

pada faktor demografi, faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor

situasional.

Kerangka penilitian terlihat pada skema 3.1 :

Skema 3.1 Kerangka penelitian

Faktor Fisiologis : Status Nutrisi

Faktor Sosial Ekonomi : Merokok

- Tidak Merokok

- Merokok

Alkohol

- Tidak Mengkonsumsi

- Mengkonsumsi Alkohol

Latihan Fisik

- Tidak Pernah berolahraga - Berolahraga

Faktor Situasional: Faktor-faktor yang

(37)

17

   

3.2 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana

caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehinggah definisi

operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti

lain yang ingin mengunakan variabel yang sama. (Setiadi, 2007)

Tabel 1 : Definisi Operasional Variabel

penelitian

Definisi Operasional Alat Ukur dan

Cara Ukur

Hasil Ukur Skala

1.Faktor Fisiologi

a.Status nutrisi Nutrisi yang diperlukan

di dalam tubuh pasien Seperti lemak, protein dan kalium

Kuesioner dan mengisi kuesioner

0= Tidak terpenuhinya nutrisi (0-1)

1= Ya, Terpenuhinya nutrisi (2-3)

Ordinal

b. Insomnia Kurangnya tidur pasien

pada malam hari selama menjalani hemodialisis

Kuesioner dan mengisi kuesioner

0= Tidak ada Insomnia (0-1)

1= Adanya insomnia

pada pasien hemodialisis (2-3)

Ordinal

2. Faktor sosial ekonomi

a.Merokok Kebiasaan pasien

merokok sehari hari

Kuesioner

1 = Mengkonsumsi alkohol

Ordinal

c.Latihan Fisik Kebiasaan berolahraga Kuesioner

dan mengisi kuesioner

0 =Tidak pernah /jarang melakukan olahraga (0-1)

1 = Rutin melakukan olahraga (2-3)

Ordinal

3. Faktor Situasional a.Komplikasi

Hemodialisis

Komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis yaitu hipotensi, sakit kepala, kram otot,

(38)

aritmia, mual muntah,

demam dan komplikasi lainnya

4. Faktor Psikologis

a.Fatigue Keluhan subjektif

fatigue (kelelahan) yang dialami responden selama hemodialisis.

Kuesioner dan mengisi kuesioner dengan Skor0-10

0 = Tidak mengalami kelelahan (0-5)

1 = Mengalami kelelahan (6-10)

(39)

19 BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian

rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.

Desain penelitiaan yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan

untuk mengambarkan faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang

menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian

membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dengan

sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi, 2007).

4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti atau yaang diselidiki

(Notoadmodjo, 2010). Populasi tersebut dapat berupa manusia, hewan,

tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi

didalam masyarakat atau di dalam alam. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh pasien yang menjalani Hemodialisis di RSUD Pringadi Medan berjumlah

156 orang.

4.2.2 Sample

Sample penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan

diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sample adalah

elemen-elemen populasi yang dipilh berdasarkan kemampuan mewakilinya

(Setiadi, 2007).

(40)

Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis di

ruangan hemodialisa RSUD Pirngadi Medan. Adapun pengambilan sample dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu

teknik sample dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti

berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya

(Notoatmojdo, 2010).

Rumus yang digunakan adalah rumus penelitian deskriptif (Setiadi, 2007) :

n = N

d : Tingkat signifikansi 5% (0,05)

Sehinggah sampel dalam penelitian ini adalah 112 orang, harus memenuhi

kriteria yang diberikan peneliti.

Adapun kriteria inklusi sample yang digunakan dalam penelitian adalah :

a) Seluruh pasien yang menjalani hemodialisis

b) Kesadaran penuh

(41)

21

   

4.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringadi

Medan.

4.4 Pertimbangan Etik

Setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus mengikuti

aturan etik dalam hal ini adalah persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada

penelitian antara lain adalah : Informed consent (lembar persetujuan), anonimity

(tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan).

1) Informed consent

Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan dan

dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria

inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan

responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak

maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak-hak subyek.

2) Anonimity

Untuk menjaga kerahasian indentitas subyek, peneliti tidak mencantumkan

nama sunyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar

tersebut hanya diberikan kode tertentu.

3) Confidentiality

Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Setiadi, 2007).

4.5 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam peneliti ini adalah instrumen yang

dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada tinjauan pustaka. Instrumen

(42)

terdiri dari tiga bagian yaitu kuisioner data demografi, kuisioner sosial ekonomi

dan kuisioner fatigue..

4.5.1 Kuisioner sosial ekonomi

Kuisioner ini meliputi gaya hidup responden meliputi merokok, konsumsi

alkohol, latihan fisik atau berolahraga dan penghasilan. Bagian ini terdiri dari

pertanyaan antara lain pertanyaan kebiasaan merokok (2 pertanyaan), konsumsi

alkohol (2 pertanyaan), latihan fisik (3 pertanyaan).

4.5.2 Kuisioner fisiologi

Kuisioner ini meliputi pertanyaan tentang status nutrisi (3 pertanyaan),

insomnia (3 pertanyaan).

4.5.3 Kuisioner fatigue

Bagian instrumen ini meliputi pertanyaan tentang fatigue pada pasien

hemodialisis dengan berisi 10 pertanyaan dengan mengisi skor yang terdapat pada

kuisioner Piper Fatigue Scala (PFS) scala fatigue ini diukur dengan menghitung

jumlah skor pada pertanyaan fatigue. Hasil dari skor pertanyaan tersebut

dimasukan kedalam 3 kategori fatigue: 1. Fatigue ringan (0-3), 2. Fatigue sedang

(4-6), 3. Fatigue berat (7-10).

4.6 Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalid

atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Sebuah instrumen dikatakan

valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur

(43)

23

   

instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan

dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya

validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak

menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Peneliti menguji

validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya

melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas

berdasarkan pengalaman. Apabila data yang didapatkan dari uji coba ini sudah

sesuai dengan seharusnya, maka instrumennya sudah baik, sudah valid (Arikunto,

2013). Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan di Universitas

Sumatera Utara oleh dua dosen berpengalaman dibidangnya dengan hasil 0,87. 

Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada

penguji validitas.

4.7 Uji Reliabilitas

Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana

suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010).

Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap

perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.

Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran

tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah

dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu dengan rumus R.21 dan

K-R.20 (Kuder dan Richardson) alasan digunakannya K-R.21 dan K-K-R.20 sebab

dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala guttman untuk

kuesioner faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas akan dilakukan pada 30 pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Haji

(44)

Medan. Kuisioner faktor sosial ekonomi yaitu merokok dan konsumsi alkohol diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji K-R 21 karena mempunyai jumlah

pertanyaan yang genap, hasil uji reliabilitas instrument merokok menghasilkan nilai K-R 21, 0,77 dan konsumsi alkohol mempunyai nilai 0,76 sedangkan latihan fisik mengunakan rumus K-R 20 dengan nilai 0,82. Kuisioner faktor fisiologis yaitu insomnia dan status nutrisi di uji reliabilitas dengan mengunakan uji K-R 20 karena mempunyai pertanyaan yang ganjil dengan hasil nilai insomnia 0,82 dan status

nutrisi mempunyai nilai 0,83. Kuisioner faktor situaisonal yaitu komplikasi juga

menggunakan uji K-R 20 dengan nilai uji 0,87 sedangkan kuisioner tentang

fatigue menggunakan uji K-R 21 dengan nilai ujinya 0,76. sehingga dapat

disimpulkan bahwa instrumen kuesioner faktor sosial ekonomi, faktor fisiologis, faktor situasional dan kuisioner fatigue yang digunakan reliabel dan layak dipergunakan untuk penelitian.

4.8 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi

Medan. Tahap pengumpulan data sebagai berikut :

a) Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.

b) Mengirimkan surat izin penelitian dari Fakultas ke RSUD Pirngadi Medan.

c) Setelah persetujuan dari RSUD Pirngadi, peneliti melakukan pengumpulan

data dengan menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan cara mengisi

(45)

25

   

e) Setelah semua data yang diinginkan terkumpul peneliti langsung melakukan

pengolahan dan analisa data.

4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data

Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data. Dalam

penelitian ini analisa data yang digunakan adalah univariant dan bersifat deskriptif

semua variabel dianalisis secara deskriptif dengan mengunakan SPSS untuk

menghitung frekuensi dan persentasenya. Data yang diperoleh secara manual dan

kemudian dianalisis secara deskriptif mengunakan tekhnik analisa data dengan

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Editing

Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para

pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini

dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi

jawaban.

2. Coding

Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori.

Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda / kode berbentuk

angka pada masing-masing jawaban.

3. Sorting

Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis

yang dikehendaki.

(46)

4. Entry Data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan

kedalam bentuk tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan

data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer.

5. Cleaning

Adalah tahap memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam

pengolahan data sudah selesai dengan sebenarnya (Setiadi, 2007)

4.9.2 Teknik Analisa Data

Data yang sudah diolah kemudian dianalisis meliputi :

1. Analisis Univariat

Tujuan dari analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi dari

masing-masing variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini variabel yang

dideskripsikan melalui analisis univariat. Data yang telah diperoleh kemudian

dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang

(47)

27 BAB 5 PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan setelah

dilakukan pengumpulan data pada bulan Desember 2015 di RSUD Pirngadi

Medan terhadap 112 responden di ruangan hemodialisa.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: usia, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Dari 112 responden yang terkumpul,

mayoritas responden berusia 38-57 tahun (59,8%), jenis kelamin laki-laki (67%),

pendidikan SLTA (50%), pekerjaan wiraswasta (35,7%) dan sumber informasi

dari petugas kesehatan (46,4%).

(48)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=112)

Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)

Usia

5.1.2 Faktor Sosial Ekonomi

Hasil penelitian faktor sosial ekonomi menunjukkan bahwa dari 112

responden, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 102 responden (91,1%),

mayoritas responden tidak minum alkohol sebanyak 88 responden (78,6%), dan

(49)

29

   

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor social ekonomi: Merokok, alkohol dan olahraga (n=112)

Faktor Sosial Ekonomi Frekuensi Persentasi (%)

Merokok

5.1.3 Faktor Fisiologi

Hasil penelitian faktor fisiologi menunjukkan bahwa dari 112 responden,

mayoritas responden yang mengalami insomnia sebanyak 80 responden (71,4%)

dan mayoritas responden yang nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 58 responden

(51,8%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor fisiologi: Insomnia dan status nutrisi (n=112)

Faktor Fisiologi Frekuensi Persentasi (%)

Insomnia

5.1.4 Faktor Situasional

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas

responden yang mengalami komplikasi sebanyak 87 responden (77,7%). tidak

mengalami komplikasi sebanyak 25 responden (22,3%).

(50)

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor situasional: komplikasi hemodialisis (n=112)

Komplikasi Frekuensi Persentasi (%)

Tidak mengalami komplikasi 25 22,3

Mengalami komplikasi 87 77,7

5.1.5 Fatigue

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas

responden yang mengalami fatigue berat sebanyak 69 responden (61,6%), fatigue

sedang sebanyak 33 responden (29,5%), sedangkan fatigue ringan sebanyak 10

responden (8,9%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase fatigue (n=112)

Fatigue Frekuensi Persentasi (%)

fatigue ringan 10 8,9

fatigue sedang 33 29,5

fatigue berat 69 61,6

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue

berat dengan tidak merokok sebanyak 62 (89,9).

Tabel 5.6 Tabulasi silang fatigue dengan Merokok

Fatigue Merokok

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue

(51)

31

   

Tabel 5.7 Tabulasi silang fatigue dengan Alkohol

Fatigue Alkohol

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue

berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 (62,3).

Tabel 5.8 Tabulasi silang fatigue dengan latihan fisik

Fatigue Latihan fisik/Berolahraga

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue

berat dengan mengalami insomnia sebanyak 43 (62,3).

Tabel 5.9 Tabulasi silang fatigue dengan insomnia

Fatigue Insomnia

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue

berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43 (62,3).

(52)

Tabel 5.10 Tabulasi silang fatigue dengan status nutrisi (n=112)

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue

berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5)

Tabel 5.11 Tabulasi silang fatigue dengan komplikasi

Fatigue komplikasi

5.2 Pembahasan

Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani

hemodialisis.di RSUD Pirngadi Medan.

5.2.1 Faktor sosial ekonomi

Faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok,

mengkonsomsi alkohol dan latihan fisik. Dari hasil penelitian menunjukkan

bahwa dari 112 responden, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 102

(53)

33

   

Dari data didapat responden yang tidak merokok mayoritasnya adalah

laki-laki sebanyak 67 responden (65,7%). Merokok, dan mengkonsumsi alkohol

adalah kebiasaan yang dilakukan oleh laki-laki. Dari tabel 5.6 menunjukan bahwa

responden yang tidak merokok mengalami fatigue berat sebanyak 62 (89,9%)

sedangkan responden yang merokok juga mengalami fatigue berat sebanyak 7

responden (10,1%) dan hasil dari tabulasi silang dari 112 responden,mayoritas

fatigue berat dengan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8%)

dan responden yang mengkonsumsi alkhol juga mengalami fatigue berat sebanyak

16 responden (23,2%). Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan faktor

sosial yang secara fisiologis akan mempengaruhi tersedianya oksigen ke otak dan

dapat menghabiskan cadang-cadangan energi sehinggah kondisi tersebut

menyebabkan seseorang merasa lelah. Kebiasaan konsumsi alkohol dapat

mempengaruhi system syaraf pusat yang menyebabkan seseorang merasa lelah

berjam-jam. Alkohol juga dapat mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan

waktu tidur dapat menyebabkan kelelahan pada pasien yang menjalani

hemodialisa Jhamb,2009 (Didalam Sulistini 2010).

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang tidak berolahraga 62

responden (55,4%), sedangkan responden yang melakukan olahraga sebanyak 50

responden (44,6%) dan hasil dari tabulasi silang antara fatigue dengan berolahraga

menunjukan juga bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak

berolahraga sebanyak 43 (62,3%) dan responden yang berolahraga /latihan fisik

sebanyak 26 (37,7%) juga mengalami fatigue berat. Peneliti berasumsi bahwa

pasien yang tidak melakukan olahraga mempengaruhi fatigue, sehinggah fatigue

yang dialami pasien tersebut adalah fatigue berat. Pasien dengan dialysis akan

(54)

mengalami katabolisme otot yang disebabkan karena resistensi insulin, asidosis

dan inflamasi sehinggah terjadi kelelahan otot dan physical inactivity

(ketidakaktifan) berhubungan dengan meningkatnya level fatigue pada pasien

dengan gagal ginjal kronis. Setelah dilakukan HD keadaan fisik responden

mengalami perbaikan yang berarti walaupun tidak semua responden menyatakan

demikian. Responden sesudah menjalani hemodialisa tampak lebih rileks.

Perubahan ini karena zat-zat toksin dalam darah telah dikeluarkan, juga cairan

dalamtubuh responden telah dibuang sesuai dengan keadaan klinis

responden.(Supriyadi, 2011)

5.2.2 Faktor Fisiologi

Faktor fisiologi dalam penelitian ini dinyatakan dengan insomnia dan

status nutrisi pada pasien hemodialisis. Pada insomnia dari hasil penelitian ini

dilihat jumlah responden yang mengalami insomnia 80 responden (71,4%) dan

yang tidak mengalami insomnia 32 responden (28,9%). Hasil tabulasi silang

menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami

insomnia sebanyak 43 (62,3%) dan responden yang mengalami insomnia dengan

fatigue berat sebanyak 26 (37,7%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian

Rosdiana (2010) menemukan bahwa kejadian insomnia pada pasien yang

menjalani hemodialisis cukup tinggi, yaitu sekitar 54,7% dari 106 responden.

Insomnia berhubungan dengan faktor psikologis dimana lama waktu menjalani

hemodialisis dapat menggangu psikologis yang menyebabkan insomnia pada

(55)

35

   

dalam penelitian ini mayoritas responden yang nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 58

responden (51,8%) dan nutrisi terpenuhi sebanyak 54 responden (48,2%). Setelah

dilakukannya tabualsi silang antara fatigue dengan status nutrisi responden di

dapatkan hasil mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43

(62,3) dan status nutrisi yang terpenuhi juga mengalami fatigue berat sebanyak 26

(37,7%). Status nutrisi yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi pasien yang

sedang menjalani hemodialisa sehinggah pasien tersebut mengalami fatigue berat.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmoko, (2010) yang

menyatakan bahwa fatigue sering dihubungkan dengan kondisi fisiologis

diantaranya kondisi malnutrisi, kurangnya karbonhidrat, berkurangnya komposisi

lemak berkurangnya energy dan berkurangnya berat badan. Kondisi status nutrisi

tersebut tentunya membutuhkan pengawasan serta pendidikan kesehatan bagi

pasien yang menjalani hemodialisa.

5.2.3 Faktor Situasional

Faktor situasional dalam penelitian meliputi komplikasi hemodialisis. Dari hasil

penelitian menunjukkan dari 112 responden, mayoritas responden yang

mengalami komplikasi sebanyak 87 responden (77,7%) dan yang tidak mengalami

komplikasi sebanyak 25 responden (22,3%). Pada faktor situasional tersebut

sering terjadi komplikasi di usia dewasa madya yaitu berusia 41-60 tahun, yakni

saat menurunnya kemampuan fisik yang jelas pada setiap orang. Hurlock, (1999)

Perubahan tersebut memungkinkan pasien lebih mudah mengalami komplikasi

saat menjalani hemodialisa. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112

responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5%) dan

(56)

responden yang tidak mengalami komplikasi dengan fatigue berat sebanyak 10

responden (14,5%)

Komplikasi yang sering menganggu aktivitas pasien, jika terjadi mual

muntah maka pasien akan mengalami dehidrasi, gangguan keseimbangan

elektrolit dan kelelahan (fatigue) dan meningkatkan rasa tidak nyaman.

Ketidaknyamanan dan fatigue juga akan dirasakan apabila pasien mengalami

penurunan Hb. Dari data didapat mayoritas responden yang mengalami

komplikasi hemodialisis adalah penyakit hipertensi sebanyak 99 responden

(88,%). Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki hubungan timbal balik

dengan penyakit gagal ginjal kronis. Hipertensi yang berlangsung lama dapat

mengakibatkan perubahan sturuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai

(57)

37 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan terhadap 112 pasien yang menjalani hemodialisa

di RSUD Pirngadi Medan menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan

dengan fatigue, yaitu faktor sosial ekonomi dari kuisioner merokok ,mayoritas

fatigue berat dengan tidak merokok sebanyak 62 responden (89,9), sedangkan

kuisioner alkohol menunjukkan ,mayoritas fatigue berat dengan tidak

mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8) dan latihan fisik mayoritas

fatigue berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 responden (62,3).

Faktor fisiologis yang mayoritas fatigue berat dengan mengalami insomnia

sebanyak 43 responden (62,3) dan mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi

nutrisi sebanyak 43 (62,3). Kondisi tersebut diantara kurangnya karbonhidrat,

energi, berat badan menurun menyebabkan pasien tersebut mengalami fatigue.

Dari data faktor situasional menunjukkan bahwa dari 112 responden,mayoritas

fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5).

6.2 Saran

6.2.1 Pendidikan Keperawatan

Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah

perlu diadakan pengembangan ilmu keperawatan dalam mengatasi masalah

fatigue dan penyebab pasien yang menjalani hemodialisa supaya fatigue yang

dialami pasien akan berkurang.

(58)

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Perawat perlu monotoring tingkat fatigue melalui asuhan keperawatan

pasien yang menjalani harus dilaksanakan untuk mengurangi resiko komplikasi

dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Diharapkan perawat di unit hemodialisa

menyadari bahwa kualitas hidup pasien berada di tangan perawat.

6.2.3 Penelitian Berikutnya

Untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini

disarankan untuk meneliti tentang intervensi untuk mengurangi fatigue pada

pasien hemodialisa.

(59)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hemodialisis 2.1.1 Definisi

Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui

dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi

dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien,

suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen (tempat

terjadi pertukaran cairan, elektrolit dan zat sisa tubuh), serta dializer. (Siswadi,

2009). Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan

komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran

semipemiabel (membran dialisis). Saat ini terdapat berbagai definisi hemodialisis,

tetapi pada prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses pemisah atau penyaringan

atau pembersihan darah melalui suatu membran yang semi permeabel yang

dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik yang kronik maupun

akut (Suharjono, 2011).

2.1.2 Prinsip Hemodialisis

Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi dan ultrafiltrasi.

Difusi adalah pergerakan zat terlarut melalui membran semipermeabel

berdasarkan perbedaan konsentrasi zat atau molekul. Laju difusi terbesar terjadi

pada perbedaan konsentrasi molekul yang terbesar. Ini adalah mekanisme utama

untuk mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatin, elektrolit dan untuk

penambahan serum bikarbonat. Laju difusi sebanding dengan suhu larutan

(60)

(meningkatnya gerakan molekul secara acak) dan berbanding terbalik dengan

viskositas dan ukuran molekul yang dibuang (molekul besar akan terdifusi dengan

lambat). Dengan meningkatnya klirens dari zat terlarut dengan berat molekul

rendah (seperti urea, kreatinin, elektrolit) dengan tetap mempertahankangradien

konsentrasi yang tinggi. Zat terlarut yang terikat tidak dapat dibuang melalui

difusi karena proteinyang terikat tidak dapat melalui membran. Hanya zat terlarut

yang tidak terikat protein yang dapat melalui membran atau terdialisis.

Ultrafiltrasi adalah aliran aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi

akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik. Air dan zat

terlarut dengan berat molekul kecil dapat dengan mudah melalui membran

semipermeabel. Ultrafiltrasi terjadi sebagai akibat dari perbedaan tekanan positif

pada kompartemen darah dengan tekanan negatif yang terbentuk dalam

kompartemen dialisat yang dihasilkan oleh pompa dialisat transmembran pressure

(TMP). Nilai ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan/gradien tekanan persatuan

waktu. Karakteristik membran menentukan tingkat filtrasi, membran high flux

mempunyai permukaan kontak yang lebih tipis dan memiliki pori-pori besar

sehinggah tatanan yang rendah untuk filtrasi. Permeabilitas membran diukur

dengan koefisien ultrafiltrasi dengan satuan mL/mmHg/jam dengan kisaran antara

2-50 mL/mmHg/jam. Selain kemampuan difusi dan filtrasi, membran dialisis

yang sintetik mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi protein, seperti sitokin,

interleukin dan lain-lain. Sehinggah dapat mengurangi konsentrasi interleukin dan

(61)

8

   

2.1.3 Indikasi Hemodialisis

Panduan dari Kidney Outcome Qualiti Initiative (KDOQI) tahun 2006

merekomendasikan untuk mempertimbangkan manfaat dan resiko memulai terapi

penganti ginjal (TPG) pada pasien dengan perkiraaan laju filtrasi glomerolus

(elFG) kurang dari 15 Ml/ menit/ 1,73 m² (PGK tahap 5). Akan tetapi kemudian

terdapat bukti-bukti penelitian baru bahwa tidak terdapat perbedaan antara yang

memulai dialisis dini dengan yang terlambat memulai dialisis (early versus late

dyalisis) oleh karena itu HD dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut :

1. Kelebihan (Overload) cairan ekstraselular yang sulit dikendalikan dan atau

hipertensi.

2. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diet dan terapi farmakologis.

3. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat.

4. Hipefosfatemia yang refrakter terhadap pemberian restriksi diet dan terapi

pengikat fosfat.

5. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi

6. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab

yang jelas

7. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual,

muntah atau adanya bukti lain gastroduodenitis.

8. Selain itu indikasi segera untuk dilakukannya hemodialisis adalah adanya

gangguan neorulogis (seperti neuropati, ensefalopati, gangguan psikiatri),

pleuritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain, serta

diatesis hemoragik dengan pemanjangan waktu perdarahan (Suharjono,

2011).

(62)

2.1.4 Kontraindikasi Hemodialisis

Kontraindikasi absolut untuk dilakukan hemodialisis adalah apabila tidak

di dapatkannya akses vaskular. Kontraindikasi relatif adalah apabila ditemukan

adanya kesulitan vaskular, fobia terhadap jarum, gagal jantung dan koagulopati.

2.2.5 Komplikasi Hemodialisis

Hipotensi merupakan komplikasi akut yang sering terjadi selama HD,

terutama pada pasien dengan diabetes. Sejumlah faktor resiko terjadinya hipotensi

adalah ultrafiltrasi dalam jumlah besar disertai mekanisme kompensasi pengisisan

vaskular (vascular filling) yang tidak adekuat, gangguan respon vasoaktif atau

otonom, osmolar shift, pemberian antihipertensi yang berlebihan, dan

menurunnya kemampuan pompa jantung. Pasien dengan fistula arteriovenous dan

graft dapat mengalami gagal jantung high output akibat adanya shunt darah pada

akses dan mungkin memerlukan ligasi dari fistula atau graft. Pemakaian buffer

asetat dalam dialisat sudah mulai ditinggalkan karena efek vasodilatasi dan

kardiodepresifnya dan sejak diperkenalkannya dialisat bikarbonat maka kejadian

hipotensi selama dialisis telah menurun. Hipotensi saat hemodialisis dapat dicegah

dengan melakukan evaluasi berat badan kering dan modifikasi dari ultrafiltrasi,

sehinggah diharapkan jumlah cairan yang dikeluarkan lebih banyak pada awal

dibandingkan di akhir dialisis.

Cara lain yang dilakukan adalah ultrafiltrasi bertahap/sekuensial yang

dilanjutkan dengan dialisis, mendinginkan dialisat selama dialisis berlangsung,

(63)

10

   

karena pengambilan cairan yang agresif dan pemakaian dialisat rendah sodium.

Beberapa strategi yang dipakai untuk mencegah kram otot adalah mengurangi

jumlah volume cairan yang diambil selama dialisis, melakukan profiling

ultrafiltrasi, dan pemakaian dialisat yang mengandung kadar natrium tinggi atau

modeling natrium. Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser, terutama pada pemakaian

pertama, sering dilaporkan terjadi pada membran bionkompatibel yang

mengandung selulosa. Reaksi ini biasanya muncul segera setelah terapi dimulai

(dalam beberapa menit pertama) dan dapat berkembang menjadi reaksi anafilaksis

yang full-blown jika dialisis tidak segera dihentikan. Untuk mengatasinya, dapat

diberikan steroid atau epinefrin apabila gejala klinisnya berat. Reaksi tipe B terdiri

dari kumpulan gejala dari nyeri dada dan punggung yang tidak spesifik yang

mungkin disebabkan oleh aktivitas komplemen dan pelepasan sitokin.

Gejala-gejala ini biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah dialisis dimulai dan akan

membaik seiring dengan belangsungnya dialisis.

Pada komplikasi jangka panjang penyakit kardiovaskuler menjadi

penyebab utama kematian pasien ginjal tahap terakhir selain dari infeksi.

Penyebab dasar penyakit kardiovaskuler berkaitan dengan faktor resiko seperti

diabetes militus, inflamasi kronik, perubahan besar pada volume ekstraselular

(terutama pada penambahan berat badan interdialistik yang besar) tatalaksanaan

hipertensi yang tidak adekuat, displidemia, anemia, klasifikasi vaskular,

hiperhomosisteinemia, dan mungkin juga di akibatkan oleh perubahan

hemodinamik kardiovaskuler selama dialisis berlangsung. Pada pasien gagal

ginjal kronis dikenal dengan faktor resiko yang tradisional seperti yang didapat

dari penelitian Framingham dan faktor resiko non-tradisional atau yang berkaitan

(64)

dengan dialisis. Beberapa strategi kardioprotektif konvensional antara lain obat

angiotensin converting enzyme-inhibitor (ACE-I), Angiotensin Receptor Blocker

(ARB), penurunan lipid, aspirin, penghambat beta adrenergik. Berbagai teknik

dialisis seperti pemakaian dialiser high flux, hemodialisis jangka panjang,

hemodialisis setiap hari, hemodiafiltrasi, telah berhasil menurunkan morbiditas

dan mortalitas (Suharjono, 2011).

Dampak yang diamati pada pasien yang mengalami hemodialisis selain

komplikasi yang telah disebutkan diatas pasien akan mengalami kelelahan fisik,

kekurangan energi serta fatigue yang sering dialami pasien hemodialisis. Fatigue

merupakan simptom yang memiliki prevalensi tinggi pada populasi pasien

dialisis.

2.2 Fatigue 2.2.1 Definisi

Fatigue merupakan symptom yang sering dialami pasien yang sedang

menjalani hemodialisis, dan fatigue lebih dikenal dengan keletihan, kelelahan,

lesu, dan perasaan kehilangan energi. Fatigue adalah suatu gejala akibat proses

penggunaan energi yang tidak seimbang dengan kekuatan yang ada dan

menurunnya kapasitas kerja fisik serta mental. Fatigue biasa terjadi pada penyakit

kronik maupun akut dan dapat juga dialami pada kondisi normal keadaan sehat

dan kehidupan sehari-hari. Pengukuran fatigue dapat dilakukan dengan Piper

(65)

12

   

2.2.2 Etiologi

Fatigue biasanya terjadi pada penyakit yang menyebabkan nyeri, demam,

infeksi diare, sterss, gangguan tidur, cemas, depresi, kurang melakukan aktivitas

dan dapat terjadi akibat gaya hidup pasien.

2.2.3 Faktor yang berhubungan dengan fatigue

Faktor yang mempengaruhi fatigue pada pasien yang menjalani

hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi, faktor situasional.

2.2.3.1 Faktor fisiologi

Faktor biasanya dihubungkan dengan faktor fisiologis yaitu kondisi

malnutrisi, anemia dan insomnia. Faktor fisiologi yang akan dilihat pada

penelitian ini adalah anemia, malnutrisi dan insomnia yang dialami pasien yang

menjalani hemodialisis.

A. Status Nutrisi

Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering

mengalami protein kalori malnutrisi. Malnutrisi akan menyebabkan defisiensi

respon imun, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan septikemia.

Ternyata semakin jelek status nutrisi semakin jelek kualitas hidup penderita gagal

ginjal terminal Malnutrisi pada gagal ginjal terminal disebabkan oleh toksin uremi

dan oleh prosedur hemodialisa. Anoreksi pada penderita gagal ginjal terminal

yang dilakukan hemodialisa kronis sering terjadi, hal ini disebabkan oleh

hemodialisa yang kurang memadai, sehingga toksin uremi masih menumpuk di

dalam tubuh. Selain itu, toksik uremi juga memacu pemecahan protein dan

menghambat sintesis protein. Uremi menyebabkan aktivitas hormon anabolik

seperti insulin dan somatomedin menurun, sedang hormon katabolik seperti

(66)

glukagon dan hormon paratiroid kadarnya meningkat. Adanya kelainan asam

amino akan menyebabkan sintesis protein terganggu (Harmoko, 2010)

Pada saat dilakukan hemodialisa ternyata banyak protein dan vitamin yang

terbuang bersama dialisat. Selama hemodialisa penderita dapat kehilangan 10-12

gr asam amino, karena masuk ke dalam cairan dialisat dan toksin lainnya.

Sepertiga asam amino yang terbuang tadi adalah asam amino esensial. Disamping

apabila sewaktu hemodialisa digunakan cairan dialisat yang tidak mengandung

glukosa, maka setiap kali hemodialisa akan dikeluarkan glukosa sebanyak 20-30

gr, masuk ke dalam dialisat untuk kemudian dibuang keluar. Tujuan

penatalaksanaan nutrisi pada penderita pra-dialisis adalah mencegah timbunan

nitrogen, mempertahankan status nutrisi yang optimal untuk mencegah terjadinya

malnutrisi, menghambat progresifitas kemunduran faal ginjal serta mengurangi

gejala uremi dan gangguan metabolisme (Nerscomite, 2010).

C. Insomnia

Insomnia adalah suatu kondisi seseorang yang masih terbangun walaupun

sudah lama berbaring di tempat tidur. Mereka bukannya tidak mengantuk, namun

memang tidak bisa tertidur. Keadaan seperti ini bahkan bisa berlangsung

berhari-hari, sehinggah membuat penderitanya menjadi lemas karena kurang tidur

(Prasetyono, 2013). Efek insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani

hemodialisis dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi fungsi individu selama 24

jam. Insomnia jangka panjang bahkan dapat mempengaruhi gaya hidup dan emosi

(67)

14

   

akan tercapai. Pada akhirnya, insomnia yang dialami pasien gagal ginjal kronis

yang menjalani hemodialisis akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan

kelangsungan hidup pasien (Rosdiana, 2010)

2.2.3.2 Faktor sosial ekonomi

Sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok,

mengkonsumsi alkohol, latihan fisik, dan penghasilan. Petchrung (2004)

menyatakan bahwa pendapatan keluarga berkolerasi dengan fatigue dan

mentransportasikan pada pasien hemodialisis mempengaruhi terjadinya fatigue

dan melakukan latihan fisik dapat menurunkan fatigue. Kebiasaan merokok

merupakan faktor sosial yang secara fisiologis akan mempengaruhi tersedianya

oksigen ke otak dan dapat menghabiskan cadangan-cadangan energi sehinggah

kondisi tersebut menyebabkan seseorang merasa lelah (Jhamb, et al, 2009).

Kebiasaan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi sistem saraf pusat seperti

sedatif dan menyebabkan seseorang merasa lelah berjam-jam. Alkohol juga

mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan waktu tidur menyebabkan

fatigue. Penghasilan memberikan pengaruh karena pemenuhan kebutuhan

sehari-hari termasuk pengobatan tergantung pada status finansial seseorang. Dalam

penelitian Sullivan dan McCarthy (2009) menyatakan bahwa pasien hemodialisis

yang tidak aktif , 14% akan mengalami fatigue pada level lebih rendah

berhubungan dengan level fisik yang lebih tinggi. Pasien hemodialisis cendrung

mengalami pembatasan hidup, kehilangan aktivitas sosial, dan penurunan

ekonomi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pasien dengan pendapatan

rendah akan mengalami fatigue. Kondisi tersebut disebabkan pasien dengan

pendapatan tinggi dapat dengan mudah mendapatkan perawatan lebih baik.

(68)

Disamping itu, perawat juga harus memahami dampak faktor ekonomi terhadap

kondisi pasien yang menjalani hemodialisis sehinggah dapat menetukan intervensi

yang tepat. jumlah pendapatan hasil bekerja perbulan sesuai dengan upah

minimum regional (UMR) di kota Medan yaitu Rp 1.650.000.

2.2.3.3 Faktor situasional

Faktor situasional merupakan faktor yang berkaitan dengan situasi

hemodialisis, terdiri dari lamanya menjalani hemodialisis, komplikasi

hemodialisis dan riwayat penyakit. Kondisi tersebut memberikan gambaran

bahwa fase awal menjalani hemodialisis, pasien mengalami peningkatan fatigue.

Dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan dan lingkungan sangat diperlukan pada

fase tersebut sehinggah pasien tidak mengalami perubahan psikologis berupa

depresi. Fatigue juga akan dirasakan bila pasien mengalami hipotensi intradialisis.

Selain itu fatigue biasanya menyertai komplikasi disequilibrium sindrom. Riwayat

penyakit yang menyebabkan klien mengalami end stage renal disease (ESRD)

diantaranya diabetes militus, hipertensi, glumerulonefritis dan penyakit lainnya.

Penyakit penyerta pasien dengan hemodialisis jika tidak mendapatkan perhatian

khusus dan tidak dilakukan pengobatan akan mempercepat progresifitas penyakit

(69)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Hemodialisis adalah suatu bentuk terapi pengganti pada pasien dengan

kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Pasien yang

menderita gagal ginjal juga dapat dibantu dengan bantuan mesin hemodialisis

yang mengambil ahli fungsi fungsi ginjal. Pasien gagal ginjal yang menjalani

terapi hemodialisis, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa setiap

minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan

berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer & Bare, 2002).

Walaupun fungsi ginjal untuk membersihkan darah dapat diambil ahli oleh mesin

hemodilisis, tingginya biaya yng harus dikeluarkan untuk proses cuci darah kerap

dirasakan membebani penderita. Dialisis memerlukan darah pasien agar dapat

terekspos dengan dialisat melewati membran semipermeabel. Hal ini dicapai

dengan mensirkulasi darah keluar dari tubuh ke dializer. Hemodialisis

membutuhkan aliran darah yang tinggi antara 250-450 ml/menit (Cahyaningsih,

2011).

Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2013, secara

global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar

1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis).

Jumlah pasien gagal ginjal terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah

atau dialisis mencapai 150.000 orang. Namun pasien yang sudah mendapatkan

terapi dialisis baru sekitar 100.000 orang. Perhimpunan Nefrolog (ahli ginjal dan

(70)

hipertensi) Indonesia atau Pernefri melaporkan, setiap tahunnya terdapat 200.000

kasus baru gagal ginjal stadium akhir. Tetapi tidak semua pasien terlayani

kebutuhan cuci darahnya karena keterbatasan unit mesin dialisis. Berdasarkan

hasil survei yang peneliti lakukan di RSUD Pirngadi Medan tahun 2015 bulan

Mei ditemukan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis adalah berjumlah 156

orang.

Dampak yang dapat diamati pada pasien yang menjalani hemodialisis

dapat berupa komplikasi intradialisis maupun efek dari hemodialisis dalam waktu

lama. Dapat berhubungan dengan uremia, adanya neuropathy perifer, perikarditis,

munculnya penyakit tulang, latergi, anemia yang memburuk, anoreksia, harus

dilihat sebagai indikasi kemungkinan dari dialisis yang tidak adekuat

(Cahyaningsih, 2011).

Faktor faktor yang berhubungan fatigue yang dialami pasien yang

menjalani hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor

situasional. Faktor fisiologis pada pasien hemodialisis adalah anemia pada pasien

gagal ginjal kronis (GGK) disebabkan seperti kehilangan komponen darah,

elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel

darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.

Anemia menyebabkan pasien merasakan dingin sepanjang waktu, tidak

konsentrasi, sakit kepala dan kulit pucat. (Supriyadi, 2011).

Menurut (Nerscomite, 2010) pada saat dilakukan hemodilisis ternyata

(71)

3

   

amino esensial. Pengukuran fatigue dapat dilakukan menggunakan Piper Fatigue

Scale (PFS) scale fatigue (http://www.ncbi.nlm.nih.gov).

Fatigue yang dialami pasien hemodialisis tersebut merupakan salah satu

masalah keperawatan yang memerlukan penanganan yang baik. Perawat unit

hemodialisis tentunya tidak hanya bekerja dalam rutinitas kegiatan hemodialisis

pre, intra dan post hemodialisis saja tetapi juga tetap memantau setiap dampak

yang muncul akibat rutinitas hemodialisis yang dialami pasien terutama simptom

fatigue.Perawat perlu mengenal dan memahami faktor yang berhubungan dengan

terjadinya fatigue dari masing – masing pasien yang menjalani hemodialisis dan

berperan sebagai care giver dalam mengelola fatigue melalui asuhan keperawatan

mulai dari mengkaji sampai dengan melakukan evaluasi. Pemahaman perawat

terhadap kelemahan dan fatigue merupakan bagian penting dalam pemberian

asuhan keperawatan yang efektif sehinggah perawat diharapkan dapat

menentukan intervensi yang tepat dan pasien tidak mengalami dampak yang lebih

lanjut akibat fatigue (Sulistini, 2010).

Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui

faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya fatigue pada pasien

hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti ingin lebih jauh

mengindentifikasi faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang

menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

(72)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengindentifikasi faktor yang

berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD

Dr. Pirngadi Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengindentifikasi faktor fisiologi (status nutrisi dan insomnia) yang

berhubungan dengan fatigue pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD

Dr. Pirngadi Medan.

1.3.2.2 Mengindentifikasi faktor sosial ekonomi (merokok, konsumsi alkohol

dan latihan fisik ) yang berhubungan dengan fatigue pasien yang

menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

1.3.2.3 Mengindentifikasi faktor situasional (komplikasi hemodialisis) yang

berhubungan dengan fatigue pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD

Dr. Pirngadi Medan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Untuk Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada keperawatan tentang

faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis

dan dapat dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien

(73)

5

   

1.4.2 Manfaat Untuk Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan ilmu

keperawatan dalam mengatasi masalah fatigue pada pasien yang menjalani

hemodialisis.

1.4.3 Penelitian Selanjutnya

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya

tentang intervensi untuk mengurangi fatigue pada pasien hemodialisis disesuaikan

dengan faktor yang berhubungan dengan fatigue tersebut.

(74)

HEMODIALISA DI RSUD PIRNGADI

MEDAN

SKRIPSI

Oleh:

Gambar

Tabel 1 : Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=112)
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor social ekonomi: Merokok, alkohol dan olahraga (n=112)
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor situasional: komplikasi hemodialisis (n=112)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dinas Tata Ruang dan Kebersihan sesuai dengan Struktur Organisasi dan Tata Kerja yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Nomor 03 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata

Universitas Sumatera

Berdiskusi kegiatan apa saja yang sudah dimainkannya hari ini, mainan apa yang paling disukai2. Bercerita pendek yang berisi

Penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional Studi yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian musculoskeletal disorders pada

Terdapat hubungan yang signifikan konsentrasi dengan hasil penalty stroke pada permainan hoki field, bahwa korelasi antara konsenrasi dengan penalty stroke

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah (1) Dihasilkan modul pembelajaran fisika dengan strategi inkuiri terbimbing pada materi fluida statis yang tervalidasi; (2)

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat