41
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (Lembar Kuisioner)
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif jawaban dengan baik 2. Isilah salah satu jawaban yang paling benar
3. Mohon anda periksa kembali semua pertanyaan apakah sudah diisi dengan benar
4. Pertanyaan yang telah diisi lengkap, mohon dikembalikan kepada peneliti
A. Data Pribadi Nama : Umur :
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan B. Data Pendidikan
( ) Akademi/Perguruan Tinggi ( ) SLTA/Sederajat
( ) SLTP/Sederajat ( ) SD/Sederajat
( ) Tidak tamat SD/Sekolah C. Data Pekerjaan
( ) Pegawai Negeri Sipil (PNS) ( ) Petani
( ) Wiraswasta/Pedagang ( ) Tidak Bekerja
D. Sumber Informasi ( ) Tidak ada
( ) Media Elektronik ( ) Media Cetak ( ) Petugas Kesehatan
KUESIONER II : Faktor Sosial Ekonomi A. Merokok
1. Apakah anda, memiliki kebiasaan merokok? Tidak
Ya
2. Apakah anda masih mempunyai keinginan untuk merokok? Tidak
Ya B. Konsumsi Alkohol
1. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol ? Tidak Ya
2. Apakah ketika dinyatakan harus menjalani hemodialisis anda masih mengkonsumsi minuman beralkohol ?
Tidak Ya C. Latihan Fisik/ Olahraga
43
3. Apakah anda yang sedang menjalani hemodialisis ini masih melakukan olahraga secara teratur ?
Tidak Ya Kuisioner III : Fisiologi
A. Insomnia
1. Apakah anda setelah menjalani hemodialisis mengalami kesulitan untuk memulai tidur
Tidak Ya
2. Apakah anda sering terbangun dan kesulitan untuk memulai tidur kembali? Tidak Ya
3. Apakah anda sering terbangun dini hari ? Tidak Ya
B. Status nutrisi
1. Apakah setiap kali makan anda mengkonsumsi makan protein (misalnya ikan, udang, danging, telur) ?
Tidak Ya
2. Apakah setiap kali makan anda sering mengkonsumsi kalium (misalnya apokat, pisang, nenas)?
Tidak Ya
3. Apakah anda mengkonsumsi cairan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pasien hemodialisis ?
Tidak Ya
KUISIONER IV: Fatigue Petunjuk pengisisan :
Silakan isi 10 pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang menurut anda
paling tepat dalam menggambarkan perasaan anda ketika mengalami kelelahan.
Pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada
kolom kosong di atas angka dalam rentang 0 sampai 10. Pertanyaan :
1. Pada tingkat manakah keluhan fatigue/kelelahan yang anda rasakan sekarang menyebabkan anda merasa tertekan ?
2. Pada tingkat manakah keluhan kelelahan yang anda rasakan sekarang, menyebabkan anda merasa tergangu dalam menyelesaikan pekerjaan/ kegiatan sehari-hari ?
3. Pada tingkat manakah yang anda dapat menggambarkan keluhan kelelahan yang sedang anda rasakan ?
Tidak merasa tertekan Merasa Tertekan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak terganggu Sangat Terganggu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
45
4. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
5. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
6. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
7. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
8. Pada tingkat manakah anda dapat menggambarkan keluhan kelelahan yang sedang anda rasakan ?
9. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
Segar Lelah
10. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
KUISIONER IV
A. Komplikasi Hemodialisis
Petunjuk pengisisan : Beri tanda check list (√) sesuai pernyatan Ya : Jika pernyataan dianggap benar
Tidak : Jika pernyataan dianggap salah
Komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis :
Komplikasi Ya Tidak
Hipertensi Sakit Kepala Kram Otot
Jantung berdebar-debar Mual Muntah
Demam
Penyakit lainya
Mampu berpikir jernih Tidak mampu berfikir jernih
47
49
Frequencies
Std. Deviation .623
Variance .388
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 18-40 34 30.4 30.4 30.4
40-60 65 58.0 58.0 88.4
>60 13 11.6 11.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
Frequencies
Std. Deviation .472 1.209 1.004 .636 .938
Variance .223 1.462 1.009 .405 .880
Range 1 3 3 2 4
51
Std. Deviation .623
Variance .388
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 18-40 34 30.4 30.4 30.4
40-60 65 58.0 58.0 88.4
>60 13 11.6 11.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
Frequency Table
int_Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 75 67.0 67.0 67.0
Perempuan 37 33.0 33.0 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_Sumber informasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada 25 22.3 22.3 22.3
media elektronik 11 9.8 9.8 32.1
media cetak 24 21.4 21.4 53.6
petugas kesehatan 52 46.4 46.4 100.0
int_Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak bekerja 29 25.9 25.9 25.9
wiraswata 40 35.7 35.7 61.6
petani 27 24.1 24.1 85.7
Pegawai negeri sipil 16 14.3 14.3 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Perguruan Tinggi 17 15.2 15.2 100.0
53
Frequency Table
int_fatigue
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid fatigue ringan 10 8.9 8.9 8.9
fatigue sedang 33 29.5 29.5 38.4
fatigue berat 69 61.6 61.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak merokok 102 91.1 91.1 91.1
merokok 10 8.9 8.9 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_alkohol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak minum alkohol 88 78.6 78.6 78.6
minum alkohol 24 21.4 21.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_latihan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak berolahraga 62 55.4 55.4 55.4
berolahraga 50 44.6 44.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
insomnia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak insomnia 32 28.6 28.6 28.6
mengalami insomnia 80 71.4 71.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_nutrisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak terpenuhi 58 51.8 51.8 51.8
terpenuhi 54 48.2 48.2 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_komplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak terjadi komplikasi 25 22.3 22.3 22.3
terjadi komplikasi 87 77.7 77.7 100.0
Total 112 100.0 100.0
55
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_merokok 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_merokok Crosstabulation
int_merokok
Total tidak merokok merokok
int_fatigue fatigue ringan Count 9 1 10
Expected Count 9.1 .9 10.0
% within int_fatigue 90.0% 10.0% 100.0% % within int_merokok 8.8% 10.0% 8.9%
% within int_fatigue 89.9% 10.1% 100.0% % within int_merokok 60.8% 70.0% 61.6%
Expected Count 102.0 10.0 112.0 % within int_fatigue 91.1% 8.9% 100.0% % within int_merokok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 91.1% 8.9% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_alkohol 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_alkohol Crosstabulation
int_alkohol
int_fatigue fatigue ringan Count 9 1 10
Expected Count 7.9 2.1 10.0
% within int_fatigue 90.0% 10.0% 100.0% % within int_alkohol 10.2% 4.2% 8.9%
% of Total 8.0% .9% 8.9%
Residual 1.1 -1.1
Adjusted Residual .9 -.9
fatigue sedang Count 26 7 33
Expected Count 25.9 7.1 33.0
% within int_fatigue 78.8% 21.2% 100.0% % within int_alkohol 29.5% 29.2% 29.5%
% of Total 23.2% 6.2% 29.5%
Residual .1 .0
Adjusted Residual .0 .0
fatigue berat Count 53 16 69
Expected Count 54.2 14.8 69.0
% within int_fatigue 76.8% 23.2% 100.0% % within int_alkohol 60.2% 66.7% 61.6%
% of Total 47.3% 14.3% 61.6%
Residual -1.2 1.2
Adjusted Residual -.6 .6
Total Count 88 24 112
Expected Count 88.0 24.0 112.0
% within int_fatigue 78.6% 21.4% 100.0% % within int_alkohol 100.0% 100.0% 100.0%
57
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_latihan 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_latihan Crosstabulation
int_latihan
Total tidak
berolahraga berolahraga
int_fatigue fatigue ringan Count 3 7 10
Expected Count 5.5 4.5 10.0
% within int_fatigue 30.0% 70.0% 100.0% % within int_latihan 4.8% 14.0% 8.9%
% of Total 2.7% 6.2% 8.9%
Residual -2.5 2.5
Adjusted Residual -1.7 1.7
fatigue sedang Count 16 17 33
Expected Count 18.3 14.7 33.0
% within int_fatigue 48.5% 51.5% 100.0% % within int_latihan 25.8% 34.0% 29.5%
% of Total 14.3% 15.2% 29.5%
Residual -2.3 2.3
Adjusted Residual -.9 .9
fatigue berat Count 43 26 69
Expected Count 38.2 30.8 69.0
% within int_fatigue 62.3% 37.7% 100.0% % within int_latihan 69.4% 52.0% 61.6%
% of Total 38.4% 23.2% 61.6%
Residual 4.8 -4.8
Adjusted Residual 1.9 -1.9
Total Count 62 50 112
Expected Count 62.0 50.0 112.0
% within int_fatigue 55.4% 44.6% 100.0% % within int_latihan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 55.4% 44.6% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * insomnia 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * insomnia Crosstabulation
insomnia
int_fatigue fatigue ringan Count 1 9 10
Expected Count 2.9 7.1 10.0
% within int_fatigue 10.0% 90.0% 100.0% % within insomnia 3.1% 11.2% 8.9%
% of Total .9% 8.0% 8.9%
Residual -1.9 1.9
Adjusted Residual -1.4 1.4
fatigue sedang Count 5 28 33
Expected Count 9.4 23.6 33.0
% within int_fatigue 15.2% 84.8% 100.0% % within insomnia 15.6% 35.0% 29.5%
% of Total 4.5% 25.0% 29.5%
Residual -4.4 4.4
Adjusted Residual -2.0 2.0
fatigue berat Count 26 43 69
Expected Count 19.7 49.3 69.0
% within int_fatigue 37.7% 62.3% 100.0% % within insomnia 81.2% 53.8% 61.6%
% of Total 23.2% 38.4% 61.6%
Residual 6.3 -6.3
Adjusted Residual 2.7 -2.7
Total Count 32 80 112
Expected Count 32.0 80.0 112.0
% within int_fatigue 28.6% 71.4% 100.0% % within insomnia 100.0% 100.0% 100.0%
59
Crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_nutrisi 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_nutrisi Crosstabulation
int_nutrisi
Total tidak terpenuhi terpenuhi
int_fatigue fatigue ringan Count 3 7 10
Expected Count 5.2 4.8 10.0
% within int_fatigue 30.0% 70.0% 100.0% % within int_nutrisi 5.2% 13.0% 8.9%
% of Total 2.7% 6.2% 8.9%
Residual -2.2 2.2
Adjusted Residual -1.4 1.4
fatigue sedang Count 12 21 33
Expected Count 17.1 15.9 33.0
% within int_fatigue 36.4% 63.6% 100.0% % within int_nutrisi 20.7% 38.9% 29.5%
% of Total 10.7% 18.8% 29.5%
Residual -5.1 5.1
Adjusted Residual -2.1 2.1
fatigue berat Count 43 26 69
Expected Count 35.7 33.3 69.0
% within int_fatigue 62.3% 37.7% 100.0% % within int_nutrisi 74.1% 48.1% 61.6%
% of Total 38.4% 23.2% 61.6%
Residual 7.3 -7.3
Adjusted Residual 2.8 -2.8
Total Count 58 54 112
Expected Count 58.0 54.0 112.0
% within int_fatigue 51.8% 48.2% 100.0% % within int_nutrisi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 51.8% 48.2% 100.0%
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_komplikasi 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_komplikasi Crosstabulation
int_komplikasi
int_fatigue fatigue ringan Count 2 8 10
Expected Count 2.2 7.8 10.0
% within int_fatigue 20.0% 80.0% 100.0% % within int_komplikasi 8.0% 9.2% 8.9%
% of Total 1.8% 7.1% 8.9%
Residual -.2 .2
Adjusted Residual -.2 .2
fatigue sedang Count 13 20 33
Expected Count 7.4 25.6 33.0
% within int_fatigue 39.4% 60.6% 100.0% % within int_komplikasi 52.0% 23.0% 29.5%
% of Total 11.6% 17.9% 29.5%
Residual 5.6 -5.6
Adjusted Residual 2.8 -2.8
fatigue berat Count 10 59 69
Expected Count 15.4 53.6 69.0
% within int_fatigue 14.5% 85.5% 100.0% % within int_komplikasi 40.0% 67.8% 61.6%
% of Total 8.9% 52.7% 61.6%
Residual -5.4 5.4
Adjusted Residual -2.5 2.5
Total Count 25 87 112
Expected Count 25.0 87.0 112.0
% within int_fatigue 22.3% 77.7% 100.0% % within int_komplikasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 22.3% 77.7% 100.0%
61
63
65
67
69
71
Aktivitas penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari
Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan judul
penelitian
8. Revisi proposal penelitian
9. Uji Validitas & Reliabilitas
10. Pengumpulan data responden
11. Analisa data 12. Pengajuan sidang
TAKSASI DANA 1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal
- Biaya kertas print proposal Rp 100.000, - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,
- Biaya internet Rp 100.000,
- Perbanyak proposal dan penjilitan Rp 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 200.000, 2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
- Izin penelitian Rp 400.000-
- Penggandaan kuesioner Rp 100.000,-
- Transportasi Rp 200.000,
3. Persiapan Skripsi
- Biaya kertas dan tinta print Rp 200.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilitan Rp 150.000,- - Biaya sidang skripsi Rp 450.000,-
4. Biaya tidak Terduga Rp 200.000,-
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Efrinaldo Pardede
Tempat /Tanggal Lahir : Jambi, 05 Desember 1993 Agama : Kristen Protestan Anak : Ke 1 dari 2 Bersaudara
Alamat : Jln.Sersan Anwar By, Kota Jambi II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Amikus Pardede Nama Ibu : Marlina Silitonga
Pekerjaan : Wiraswasta
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
2000-2005 : SD Negeri 211 Kota Jambi 2005-2008 : SMP Negeri 22 Kota Jambi 2008-2011 : SMA Adhyaksa 1 Kota Jambi
2011-2014 : Akademi Keperawatan Imelda Medan 2014-2015 : Mengikuti Proses S1 Keperawatan Ekstensi
di Universitas Sumatra Utara
Cahyaningsih, N. (2011). Hemodialisis (Cuci Darah). Yogyakarta: Mitra Cendikia
Harmoko, B. (2010). Gambaran Status Nutrisi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Berkala Di RSUP H. Adam Malik: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses 28 Mei 2015 dari
http://Repository.usu.ac.id
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Hurlock, B, E. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Liston D, (2014) Pasien Hemodialisa Meningkat Di RSUD Pirngadi. Di Akses 10 Mei 2014 http://medan.tribun.news.com).
Mullaoglu, M. (2009). Fatigue in people undergoing haemodialisis, Clinical Perspective: Dyalisis & Transplantation, 38 (6). Diperoleh dari hhtp://www3.interscience.wiley.com
Breast Cancer Res Treat (2012) The Piper Fatigue Scale-12 (PFS-12). Diperoleh 11 Juni 2015 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.com
Nerscomite, 2010. Nutrisi Pada Penderita Dialisis. Surabaya: Fakultas
Kedokteran UNAIR. Diperoleh dari :
http://b11nk.wordpress.com/2009/08/24/nutrisi-pada-penderita
dialisis/#more-220. Di akses 14 Mei 2015
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Petchrung, T. (2004). Exprience management: Strategis and outcomes of fatigue in hemodialisis patient. Di peroleh dari http://mulinet10.li.mahidol.ac.id
Prabowo, E, (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika
40
Rosdiana, I. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Insomnia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Tasikmalaya & Garut : Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia
Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suharjono, (2011). Sekitar Hemodialisa. Jakarta : Rineka Cipta
Sulistini, R (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fatigue Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Universitas Indonesia.
Supriyadi dkk, (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Universitas Negeri Semarang: Semarang. Di akses
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep
satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep penelitian menghubungkan variabel-variabel dalam penelitian yaitu
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Setiadi, 2007). Pada
penelitian ini variabel dependen adalah fatigue dan variabel independen terdiri
pada faktor demografi, faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor
situasional.
Kerangka penilitian terlihat pada skema 3.1 :
Skema 3.1 Kerangka penelitian
Faktor Fisiologis : Status Nutrisi
Faktor Sosial Ekonomi : Merokok
- Tidak Merokok
- Merokok
Alkohol
- Tidak Mengkonsumsi
- Mengkonsumsi Alkohol
Latihan Fisik
- Tidak Pernah berolahraga - Berolahraga
Faktor Situasional: Faktor-faktor yang
17
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana
caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehinggah definisi
operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti
lain yang ingin mengunakan variabel yang sama. (Setiadi, 2007)
Tabel 1 : Definisi Operasional Variabel
penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur dan
Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
1.Faktor Fisiologi
a.Status nutrisi Nutrisi yang diperlukan
di dalam tubuh pasien Seperti lemak, protein dan kalium
Kuesioner dan mengisi kuesioner
0= Tidak terpenuhinya nutrisi (0-1)
1= Ya, Terpenuhinya nutrisi (2-3)
Ordinal
b. Insomnia Kurangnya tidur pasien
pada malam hari selama menjalani hemodialisis
Kuesioner dan mengisi kuesioner
0= Tidak ada Insomnia (0-1)
1= Adanya insomnia
pada pasien hemodialisis (2-3)
Ordinal
2. Faktor sosial ekonomi
a.Merokok Kebiasaan pasien
merokok sehari hari
Kuesioner
1 = Mengkonsumsi alkohol
Ordinal
c.Latihan Fisik Kebiasaan berolahraga Kuesioner
dan mengisi kuesioner
0 =Tidak pernah /jarang melakukan olahraga (0-1)
1 = Rutin melakukan olahraga (2-3)
Ordinal
3. Faktor Situasional a.Komplikasi
Hemodialisis
Komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis yaitu hipotensi, sakit kepala, kram otot,
aritmia, mual muntah,
demam dan komplikasi lainnya
4. Faktor Psikologis
a.Fatigue Keluhan subjektif
fatigue (kelelahan) yang dialami responden selama hemodialisis.
Kuesioner dan mengisi kuesioner dengan Skor0-10
0 = Tidak mengalami kelelahan (0-5)
1 = Mengalami kelelahan (6-10)
19 BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian
rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
Desain penelitiaan yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mengambarkan faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian
membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dengan
sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi, 2007).
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti atau yaang diselidiki
(Notoadmodjo, 2010). Populasi tersebut dapat berupa manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi
didalam masyarakat atau di dalam alam. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh pasien yang menjalani Hemodialisis di RSUD Pringadi Medan berjumlah
156 orang.
4.2.2 Sample
Sample penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan
diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sample adalah
elemen-elemen populasi yang dipilh berdasarkan kemampuan mewakilinya
(Setiadi, 2007).
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis di
ruangan hemodialisa RSUD Pirngadi Medan. Adapun pengambilan sample dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu
teknik sample dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti
berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya
(Notoatmojdo, 2010).
Rumus yang digunakan adalah rumus penelitian deskriptif (Setiadi, 2007) :
n = N
d : Tingkat signifikansi 5% (0,05)
Sehinggah sampel dalam penelitian ini adalah 112 orang, harus memenuhi
kriteria yang diberikan peneliti.
Adapun kriteria inklusi sample yang digunakan dalam penelitian adalah :
a) Seluruh pasien yang menjalani hemodialisis
b) Kesadaran penuh
21
4.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringadi
Medan.
4.4 Pertimbangan Etik
Setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus mengikuti
aturan etik dalam hal ini adalah persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada
penelitian antara lain adalah : Informed consent (lembar persetujuan), anonimity
(tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan).
1) Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan dan
dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria
inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan
responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak
maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak-hak subyek.
2) Anonimity
Untuk menjaga kerahasian indentitas subyek, peneliti tidak mencantumkan
nama sunyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar
tersebut hanya diberikan kode tertentu.
3) Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data
tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Setiadi, 2007).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam peneliti ini adalah instrumen yang
dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada tinjauan pustaka. Instrumen
terdiri dari tiga bagian yaitu kuisioner data demografi, kuisioner sosial ekonomi
dan kuisioner fatigue..
4.5.1 Kuisioner sosial ekonomi
Kuisioner ini meliputi gaya hidup responden meliputi merokok, konsumsi
alkohol, latihan fisik atau berolahraga dan penghasilan. Bagian ini terdiri dari
pertanyaan antara lain pertanyaan kebiasaan merokok (2 pertanyaan), konsumsi
alkohol (2 pertanyaan), latihan fisik (3 pertanyaan).
4.5.2 Kuisioner fisiologi
Kuisioner ini meliputi pertanyaan tentang status nutrisi (3 pertanyaan),
insomnia (3 pertanyaan).
4.5.3 Kuisioner fatigue
Bagian instrumen ini meliputi pertanyaan tentang fatigue pada pasien
hemodialisis dengan berisi 10 pertanyaan dengan mengisi skor yang terdapat pada
kuisioner Piper Fatigue Scala (PFS) scala fatigue ini diukur dengan menghitung
jumlah skor pada pertanyaan fatigue. Hasil dari skor pertanyaan tersebut
dimasukan kedalam 3 kategori fatigue: 1. Fatigue ringan (0-3), 2. Fatigue sedang
(4-6), 3. Fatigue berat (7-10).
4.6 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalid
atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Sebuah instrumen dikatakan
valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur
23
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan
dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya
validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak
menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Peneliti menguji
validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya
melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas
berdasarkan pengalaman. Apabila data yang didapatkan dari uji coba ini sudah
sesuai dengan seharusnya, maka instrumennya sudah baik, sudah valid (Arikunto,
2013). Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan di Universitas
Sumatera Utara oleh dua dosen berpengalaman dibidangnya dengan hasil 0,87.
Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada
penguji validitas.
4.7 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010).
Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap
perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut.
Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran
tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah
dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu dengan rumus R.21 dan
K-R.20 (Kuder dan Richardson) alasan digunakannya K-R.21 dan K-K-R.20 sebab
dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala guttman untuk
kuesioner faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas akan dilakukan pada 30 pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Haji
Medan. Kuisioner faktor sosial ekonomi yaitu merokok dan konsumsi alkohol diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji K-R 21 karena mempunyai jumlah
pertanyaan yang genap, hasil uji reliabilitas instrument merokok menghasilkan nilai K-R 21, 0,77 dan konsumsi alkohol mempunyai nilai 0,76 sedangkan latihan fisik mengunakan rumus K-R 20 dengan nilai 0,82. Kuisioner faktor fisiologis yaitu insomnia dan status nutrisi di uji reliabilitas dengan mengunakan uji K-R 20 karena mempunyai pertanyaan yang ganjil dengan hasil nilai insomnia 0,82 dan status
nutrisi mempunyai nilai 0,83. Kuisioner faktor situaisonal yaitu komplikasi juga
menggunakan uji K-R 20 dengan nilai uji 0,87 sedangkan kuisioner tentang
fatigue menggunakan uji K-R 21 dengan nilai ujinya 0,76. sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen kuesioner faktor sosial ekonomi, faktor fisiologis, faktor situasional dan kuisioner fatigue yang digunakan reliabel dan layak dipergunakan untuk penelitian.
4.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi
Medan. Tahap pengumpulan data sebagai berikut :
a) Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
b) Mengirimkan surat izin penelitian dari Fakultas ke RSUD Pirngadi Medan.
c) Setelah persetujuan dari RSUD Pirngadi, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan cara mengisi
25
e) Setelah semua data yang diinginkan terkumpul peneliti langsung melakukan
pengolahan dan analisa data.
4.9 Analisa Data 4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data. Dalam
penelitian ini analisa data yang digunakan adalah univariant dan bersifat deskriptif
semua variabel dianalisis secara deskriptif dengan mengunakan SPSS untuk
menghitung frekuensi dan persentasenya. Data yang diperoleh secara manual dan
kemudian dianalisis secara deskriptif mengunakan tekhnik analisa data dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para
pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini
dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi
jawaban.
2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori.
Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda / kode berbentuk
angka pada masing-masing jawaban.
3. Sorting
Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis
yang dikehendaki.
4. Entry Data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan
kedalam bentuk tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan
data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer.
5. Cleaning
Adalah tahap memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam
pengolahan data sudah selesai dengan sebenarnya (Setiadi, 2007)
4.9.2 Teknik Analisa Data
Data yang sudah diolah kemudian dianalisis meliputi :
1. Analisis Univariat
Tujuan dari analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi dari
masing-masing variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini variabel yang
dideskripsikan melalui analisis univariat. Data yang telah diperoleh kemudian
dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang
27 BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan setelah
dilakukan pengumpulan data pada bulan Desember 2015 di RSUD Pirngadi
Medan terhadap 112 responden di ruangan hemodialisa.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: usia, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Dari 112 responden yang terkumpul,
mayoritas responden berusia 38-57 tahun (59,8%), jenis kelamin laki-laki (67%),
pendidikan SLTA (50%), pekerjaan wiraswasta (35,7%) dan sumber informasi
dari petugas kesehatan (46,4%).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=112)
Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)
Usia
5.1.2 Faktor Sosial Ekonomi
Hasil penelitian faktor sosial ekonomi menunjukkan bahwa dari 112
responden, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 102 responden (91,1%),
mayoritas responden tidak minum alkohol sebanyak 88 responden (78,6%), dan
29
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor social ekonomi: Merokok, alkohol dan olahraga (n=112)
Faktor Sosial Ekonomi Frekuensi Persentasi (%)
Merokok
5.1.3 Faktor Fisiologi
Hasil penelitian faktor fisiologi menunjukkan bahwa dari 112 responden,
mayoritas responden yang mengalami insomnia sebanyak 80 responden (71,4%)
dan mayoritas responden yang nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 58 responden
(51,8%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor fisiologi: Insomnia dan status nutrisi (n=112)
Faktor Fisiologi Frekuensi Persentasi (%)
Insomnia
5.1.4 Faktor Situasional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas
responden yang mengalami komplikasi sebanyak 87 responden (77,7%). tidak
mengalami komplikasi sebanyak 25 responden (22,3%).
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor situasional: komplikasi hemodialisis (n=112)
Komplikasi Frekuensi Persentasi (%)
Tidak mengalami komplikasi 25 22,3
Mengalami komplikasi 87 77,7
5.1.5 Fatigue
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas
responden yang mengalami fatigue berat sebanyak 69 responden (61,6%), fatigue
sedang sebanyak 33 responden (29,5%), sedangkan fatigue ringan sebanyak 10
responden (8,9%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase fatigue (n=112)
Fatigue Frekuensi Persentasi (%)
fatigue ringan 10 8,9
fatigue sedang 33 29,5
fatigue berat 69 61,6
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue
berat dengan tidak merokok sebanyak 62 (89,9).
Tabel 5.6 Tabulasi silang fatigue dengan Merokok
Fatigue Merokok
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue
31
Tabel 5.7 Tabulasi silang fatigue dengan Alkohol
Fatigue Alkohol
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue
berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 (62,3).
Tabel 5.8 Tabulasi silang fatigue dengan latihan fisik
Fatigue Latihan fisik/Berolahraga
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue
berat dengan mengalami insomnia sebanyak 43 (62,3).
Tabel 5.9 Tabulasi silang fatigue dengan insomnia
Fatigue Insomnia
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue
berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43 (62,3).
Tabel 5.10 Tabulasi silang fatigue dengan status nutrisi (n=112)
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue
berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5)
Tabel 5.11 Tabulasi silang fatigue dengan komplikasi
Fatigue komplikasi
5.2 Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis.di RSUD Pirngadi Medan.
5.2.1 Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok,
mengkonsomsi alkohol dan latihan fisik. Dari hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 112 responden, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 102
33
Dari data didapat responden yang tidak merokok mayoritasnya adalah
laki-laki sebanyak 67 responden (65,7%). Merokok, dan mengkonsumsi alkohol
adalah kebiasaan yang dilakukan oleh laki-laki. Dari tabel 5.6 menunjukan bahwa
responden yang tidak merokok mengalami fatigue berat sebanyak 62 (89,9%)
sedangkan responden yang merokok juga mengalami fatigue berat sebanyak 7
responden (10,1%) dan hasil dari tabulasi silang dari 112 responden,mayoritas
fatigue berat dengan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8%)
dan responden yang mengkonsumsi alkhol juga mengalami fatigue berat sebanyak
16 responden (23,2%). Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan faktor
sosial yang secara fisiologis akan mempengaruhi tersedianya oksigen ke otak dan
dapat menghabiskan cadang-cadangan energi sehinggah kondisi tersebut
menyebabkan seseorang merasa lelah. Kebiasaan konsumsi alkohol dapat
mempengaruhi system syaraf pusat yang menyebabkan seseorang merasa lelah
berjam-jam. Alkohol juga dapat mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan
waktu tidur dapat menyebabkan kelelahan pada pasien yang menjalani
hemodialisa Jhamb,2009 (Didalam Sulistini 2010).
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang tidak berolahraga 62
responden (55,4%), sedangkan responden yang melakukan olahraga sebanyak 50
responden (44,6%) dan hasil dari tabulasi silang antara fatigue dengan berolahraga
menunjukan juga bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak
berolahraga sebanyak 43 (62,3%) dan responden yang berolahraga /latihan fisik
sebanyak 26 (37,7%) juga mengalami fatigue berat. Peneliti berasumsi bahwa
pasien yang tidak melakukan olahraga mempengaruhi fatigue, sehinggah fatigue
yang dialami pasien tersebut adalah fatigue berat. Pasien dengan dialysis akan
mengalami katabolisme otot yang disebabkan karena resistensi insulin, asidosis
dan inflamasi sehinggah terjadi kelelahan otot dan physical inactivity
(ketidakaktifan) berhubungan dengan meningkatnya level fatigue pada pasien
dengan gagal ginjal kronis. Setelah dilakukan HD keadaan fisik responden
mengalami perbaikan yang berarti walaupun tidak semua responden menyatakan
demikian. Responden sesudah menjalani hemodialisa tampak lebih rileks.
Perubahan ini karena zat-zat toksin dalam darah telah dikeluarkan, juga cairan
dalamtubuh responden telah dibuang sesuai dengan keadaan klinis
responden.(Supriyadi, 2011)
5.2.2 Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi dalam penelitian ini dinyatakan dengan insomnia dan
status nutrisi pada pasien hemodialisis. Pada insomnia dari hasil penelitian ini
dilihat jumlah responden yang mengalami insomnia 80 responden (71,4%) dan
yang tidak mengalami insomnia 32 responden (28,9%). Hasil tabulasi silang
menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami
insomnia sebanyak 43 (62,3%) dan responden yang mengalami insomnia dengan
fatigue berat sebanyak 26 (37,7%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
Rosdiana (2010) menemukan bahwa kejadian insomnia pada pasien yang
menjalani hemodialisis cukup tinggi, yaitu sekitar 54,7% dari 106 responden.
Insomnia berhubungan dengan faktor psikologis dimana lama waktu menjalani
hemodialisis dapat menggangu psikologis yang menyebabkan insomnia pada
35
dalam penelitian ini mayoritas responden yang nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 58
responden (51,8%) dan nutrisi terpenuhi sebanyak 54 responden (48,2%). Setelah
dilakukannya tabualsi silang antara fatigue dengan status nutrisi responden di
dapatkan hasil mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43
(62,3) dan status nutrisi yang terpenuhi juga mengalami fatigue berat sebanyak 26
(37,7%). Status nutrisi yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi pasien yang
sedang menjalani hemodialisa sehinggah pasien tersebut mengalami fatigue berat.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmoko, (2010) yang
menyatakan bahwa fatigue sering dihubungkan dengan kondisi fisiologis
diantaranya kondisi malnutrisi, kurangnya karbonhidrat, berkurangnya komposisi
lemak berkurangnya energy dan berkurangnya berat badan. Kondisi status nutrisi
tersebut tentunya membutuhkan pengawasan serta pendidikan kesehatan bagi
pasien yang menjalani hemodialisa.
5.2.3 Faktor Situasional
Faktor situasional dalam penelitian meliputi komplikasi hemodialisis. Dari hasil
penelitian menunjukkan dari 112 responden, mayoritas responden yang
mengalami komplikasi sebanyak 87 responden (77,7%) dan yang tidak mengalami
komplikasi sebanyak 25 responden (22,3%). Pada faktor situasional tersebut
sering terjadi komplikasi di usia dewasa madya yaitu berusia 41-60 tahun, yakni
saat menurunnya kemampuan fisik yang jelas pada setiap orang. Hurlock, (1999)
Perubahan tersebut memungkinkan pasien lebih mudah mengalami komplikasi
saat menjalani hemodialisa. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112
responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5%) dan
responden yang tidak mengalami komplikasi dengan fatigue berat sebanyak 10
responden (14,5%)
Komplikasi yang sering menganggu aktivitas pasien, jika terjadi mual
muntah maka pasien akan mengalami dehidrasi, gangguan keseimbangan
elektrolit dan kelelahan (fatigue) dan meningkatkan rasa tidak nyaman.
Ketidaknyamanan dan fatigue juga akan dirasakan apabila pasien mengalami
penurunan Hb. Dari data didapat mayoritas responden yang mengalami
komplikasi hemodialisis adalah penyakit hipertensi sebanyak 99 responden
(88,%). Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki hubungan timbal balik
dengan penyakit gagal ginjal kronis. Hipertensi yang berlangsung lama dapat
mengakibatkan perubahan sturuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai
37 BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 112 pasien yang menjalani hemodialisa
di RSUD Pirngadi Medan menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan
dengan fatigue, yaitu faktor sosial ekonomi dari kuisioner merokok ,mayoritas
fatigue berat dengan tidak merokok sebanyak 62 responden (89,9), sedangkan
kuisioner alkohol menunjukkan ,mayoritas fatigue berat dengan tidak
mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8) dan latihan fisik mayoritas
fatigue berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 responden (62,3).
Faktor fisiologis yang mayoritas fatigue berat dengan mengalami insomnia
sebanyak 43 responden (62,3) dan mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi
nutrisi sebanyak 43 (62,3). Kondisi tersebut diantara kurangnya karbonhidrat,
energi, berat badan menurun menyebabkan pasien tersebut mengalami fatigue.
Dari data faktor situasional menunjukkan bahwa dari 112 responden,mayoritas
fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5).
6.2 Saran
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah
perlu diadakan pengembangan ilmu keperawatan dalam mengatasi masalah
fatigue dan penyebab pasien yang menjalani hemodialisa supaya fatigue yang
dialami pasien akan berkurang.
6.2.2 Pelayanan Keperawatan
Perawat perlu monotoring tingkat fatigue melalui asuhan keperawatan
pasien yang menjalani harus dilaksanakan untuk mengurangi resiko komplikasi
dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Diharapkan perawat di unit hemodialisa
menyadari bahwa kualitas hidup pasien berada di tangan perawat.
6.2.3 Penelitian Berikutnya
Untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini
disarankan untuk meneliti tentang intervensi untuk mengurangi fatigue pada
pasien hemodialisa.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisis 2.1.1 Definisi
Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui
dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi
dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien,
suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen (tempat
terjadi pertukaran cairan, elektrolit dan zat sisa tubuh), serta dializer. (Siswadi,
2009). Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan
komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran
semipemiabel (membran dialisis). Saat ini terdapat berbagai definisi hemodialisis,
tetapi pada prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses pemisah atau penyaringan
atau pembersihan darah melalui suatu membran yang semi permeabel yang
dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik yang kronik maupun
akut (Suharjono, 2011).
2.1.2 Prinsip Hemodialisis
Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi dan ultrafiltrasi.
Difusi adalah pergerakan zat terlarut melalui membran semipermeabel
berdasarkan perbedaan konsentrasi zat atau molekul. Laju difusi terbesar terjadi
pada perbedaan konsentrasi molekul yang terbesar. Ini adalah mekanisme utama
untuk mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatin, elektrolit dan untuk
penambahan serum bikarbonat. Laju difusi sebanding dengan suhu larutan
(meningkatnya gerakan molekul secara acak) dan berbanding terbalik dengan
viskositas dan ukuran molekul yang dibuang (molekul besar akan terdifusi dengan
lambat). Dengan meningkatnya klirens dari zat terlarut dengan berat molekul
rendah (seperti urea, kreatinin, elektrolit) dengan tetap mempertahankangradien
konsentrasi yang tinggi. Zat terlarut yang terikat tidak dapat dibuang melalui
difusi karena proteinyang terikat tidak dapat melalui membran. Hanya zat terlarut
yang tidak terikat protein yang dapat melalui membran atau terdialisis.
Ultrafiltrasi adalah aliran aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi
akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik. Air dan zat
terlarut dengan berat molekul kecil dapat dengan mudah melalui membran
semipermeabel. Ultrafiltrasi terjadi sebagai akibat dari perbedaan tekanan positif
pada kompartemen darah dengan tekanan negatif yang terbentuk dalam
kompartemen dialisat yang dihasilkan oleh pompa dialisat transmembran pressure
(TMP). Nilai ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan/gradien tekanan persatuan
waktu. Karakteristik membran menentukan tingkat filtrasi, membran high flux
mempunyai permukaan kontak yang lebih tipis dan memiliki pori-pori besar
sehinggah tatanan yang rendah untuk filtrasi. Permeabilitas membran diukur
dengan koefisien ultrafiltrasi dengan satuan mL/mmHg/jam dengan kisaran antara
2-50 mL/mmHg/jam. Selain kemampuan difusi dan filtrasi, membran dialisis
yang sintetik mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi protein, seperti sitokin,
interleukin dan lain-lain. Sehinggah dapat mengurangi konsentrasi interleukin dan
8
2.1.3 Indikasi Hemodialisis
Panduan dari Kidney Outcome Qualiti Initiative (KDOQI) tahun 2006
merekomendasikan untuk mempertimbangkan manfaat dan resiko memulai terapi
penganti ginjal (TPG) pada pasien dengan perkiraaan laju filtrasi glomerolus
(elFG) kurang dari 15 Ml/ menit/ 1,73 m² (PGK tahap 5). Akan tetapi kemudian
terdapat bukti-bukti penelitian baru bahwa tidak terdapat perbedaan antara yang
memulai dialisis dini dengan yang terlambat memulai dialisis (early versus late
dyalisis) oleh karena itu HD dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut :
1. Kelebihan (Overload) cairan ekstraselular yang sulit dikendalikan dan atau
hipertensi.
2. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diet dan terapi farmakologis.
3. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat.
4. Hipefosfatemia yang refrakter terhadap pemberian restriksi diet dan terapi
pengikat fosfat.
5. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi
6. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab
yang jelas
7. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual,
muntah atau adanya bukti lain gastroduodenitis.
8. Selain itu indikasi segera untuk dilakukannya hemodialisis adalah adanya
gangguan neorulogis (seperti neuropati, ensefalopati, gangguan psikiatri),
pleuritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain, serta
diatesis hemoragik dengan pemanjangan waktu perdarahan (Suharjono,
2011).
2.1.4 Kontraindikasi Hemodialisis
Kontraindikasi absolut untuk dilakukan hemodialisis adalah apabila tidak
di dapatkannya akses vaskular. Kontraindikasi relatif adalah apabila ditemukan
adanya kesulitan vaskular, fobia terhadap jarum, gagal jantung dan koagulopati.
2.2.5 Komplikasi Hemodialisis
Hipotensi merupakan komplikasi akut yang sering terjadi selama HD,
terutama pada pasien dengan diabetes. Sejumlah faktor resiko terjadinya hipotensi
adalah ultrafiltrasi dalam jumlah besar disertai mekanisme kompensasi pengisisan
vaskular (vascular filling) yang tidak adekuat, gangguan respon vasoaktif atau
otonom, osmolar shift, pemberian antihipertensi yang berlebihan, dan
menurunnya kemampuan pompa jantung. Pasien dengan fistula arteriovenous dan
graft dapat mengalami gagal jantung high output akibat adanya shunt darah pada
akses dan mungkin memerlukan ligasi dari fistula atau graft. Pemakaian buffer
asetat dalam dialisat sudah mulai ditinggalkan karena efek vasodilatasi dan
kardiodepresifnya dan sejak diperkenalkannya dialisat bikarbonat maka kejadian
hipotensi selama dialisis telah menurun. Hipotensi saat hemodialisis dapat dicegah
dengan melakukan evaluasi berat badan kering dan modifikasi dari ultrafiltrasi,
sehinggah diharapkan jumlah cairan yang dikeluarkan lebih banyak pada awal
dibandingkan di akhir dialisis.
Cara lain yang dilakukan adalah ultrafiltrasi bertahap/sekuensial yang
dilanjutkan dengan dialisis, mendinginkan dialisat selama dialisis berlangsung,
10
karena pengambilan cairan yang agresif dan pemakaian dialisat rendah sodium.
Beberapa strategi yang dipakai untuk mencegah kram otot adalah mengurangi
jumlah volume cairan yang diambil selama dialisis, melakukan profiling
ultrafiltrasi, dan pemakaian dialisat yang mengandung kadar natrium tinggi atau
modeling natrium. Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser, terutama pada pemakaian
pertama, sering dilaporkan terjadi pada membran bionkompatibel yang
mengandung selulosa. Reaksi ini biasanya muncul segera setelah terapi dimulai
(dalam beberapa menit pertama) dan dapat berkembang menjadi reaksi anafilaksis
yang full-blown jika dialisis tidak segera dihentikan. Untuk mengatasinya, dapat
diberikan steroid atau epinefrin apabila gejala klinisnya berat. Reaksi tipe B terdiri
dari kumpulan gejala dari nyeri dada dan punggung yang tidak spesifik yang
mungkin disebabkan oleh aktivitas komplemen dan pelepasan sitokin.
Gejala-gejala ini biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah dialisis dimulai dan akan
membaik seiring dengan belangsungnya dialisis.
Pada komplikasi jangka panjang penyakit kardiovaskuler menjadi
penyebab utama kematian pasien ginjal tahap terakhir selain dari infeksi.
Penyebab dasar penyakit kardiovaskuler berkaitan dengan faktor resiko seperti
diabetes militus, inflamasi kronik, perubahan besar pada volume ekstraselular
(terutama pada penambahan berat badan interdialistik yang besar) tatalaksanaan
hipertensi yang tidak adekuat, displidemia, anemia, klasifikasi vaskular,
hiperhomosisteinemia, dan mungkin juga di akibatkan oleh perubahan
hemodinamik kardiovaskuler selama dialisis berlangsung. Pada pasien gagal
ginjal kronis dikenal dengan faktor resiko yang tradisional seperti yang didapat
dari penelitian Framingham dan faktor resiko non-tradisional atau yang berkaitan
dengan dialisis. Beberapa strategi kardioprotektif konvensional antara lain obat
angiotensin converting enzyme-inhibitor (ACE-I), Angiotensin Receptor Blocker
(ARB), penurunan lipid, aspirin, penghambat beta adrenergik. Berbagai teknik
dialisis seperti pemakaian dialiser high flux, hemodialisis jangka panjang,
hemodialisis setiap hari, hemodiafiltrasi, telah berhasil menurunkan morbiditas
dan mortalitas (Suharjono, 2011).
Dampak yang diamati pada pasien yang mengalami hemodialisis selain
komplikasi yang telah disebutkan diatas pasien akan mengalami kelelahan fisik,
kekurangan energi serta fatigue yang sering dialami pasien hemodialisis. Fatigue
merupakan simptom yang memiliki prevalensi tinggi pada populasi pasien
dialisis.
2.2 Fatigue 2.2.1 Definisi
Fatigue merupakan symptom yang sering dialami pasien yang sedang
menjalani hemodialisis, dan fatigue lebih dikenal dengan keletihan, kelelahan,
lesu, dan perasaan kehilangan energi. Fatigue adalah suatu gejala akibat proses
penggunaan energi yang tidak seimbang dengan kekuatan yang ada dan
menurunnya kapasitas kerja fisik serta mental. Fatigue biasa terjadi pada penyakit
kronik maupun akut dan dapat juga dialami pada kondisi normal keadaan sehat
dan kehidupan sehari-hari. Pengukuran fatigue dapat dilakukan dengan Piper
12
2.2.2 Etiologi
Fatigue biasanya terjadi pada penyakit yang menyebabkan nyeri, demam,
infeksi diare, sterss, gangguan tidur, cemas, depresi, kurang melakukan aktivitas
dan dapat terjadi akibat gaya hidup pasien.
2.2.3 Faktor yang berhubungan dengan fatigue
Faktor yang mempengaruhi fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi, faktor situasional.
2.2.3.1 Faktor fisiologi
Faktor biasanya dihubungkan dengan faktor fisiologis yaitu kondisi
malnutrisi, anemia dan insomnia. Faktor fisiologi yang akan dilihat pada
penelitian ini adalah anemia, malnutrisi dan insomnia yang dialami pasien yang
menjalani hemodialisis.
A. Status Nutrisi
Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering
mengalami protein kalori malnutrisi. Malnutrisi akan menyebabkan defisiensi
respon imun, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan septikemia.
Ternyata semakin jelek status nutrisi semakin jelek kualitas hidup penderita gagal
ginjal terminal Malnutrisi pada gagal ginjal terminal disebabkan oleh toksin uremi
dan oleh prosedur hemodialisa. Anoreksi pada penderita gagal ginjal terminal
yang dilakukan hemodialisa kronis sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
hemodialisa yang kurang memadai, sehingga toksin uremi masih menumpuk di
dalam tubuh. Selain itu, toksik uremi juga memacu pemecahan protein dan
menghambat sintesis protein. Uremi menyebabkan aktivitas hormon anabolik
seperti insulin dan somatomedin menurun, sedang hormon katabolik seperti
glukagon dan hormon paratiroid kadarnya meningkat. Adanya kelainan asam
amino akan menyebabkan sintesis protein terganggu (Harmoko, 2010)
Pada saat dilakukan hemodialisa ternyata banyak protein dan vitamin yang
terbuang bersama dialisat. Selama hemodialisa penderita dapat kehilangan 10-12
gr asam amino, karena masuk ke dalam cairan dialisat dan toksin lainnya.
Sepertiga asam amino yang terbuang tadi adalah asam amino esensial. Disamping
apabila sewaktu hemodialisa digunakan cairan dialisat yang tidak mengandung
glukosa, maka setiap kali hemodialisa akan dikeluarkan glukosa sebanyak 20-30
gr, masuk ke dalam dialisat untuk kemudian dibuang keluar. Tujuan
penatalaksanaan nutrisi pada penderita pra-dialisis adalah mencegah timbunan
nitrogen, mempertahankan status nutrisi yang optimal untuk mencegah terjadinya
malnutrisi, menghambat progresifitas kemunduran faal ginjal serta mengurangi
gejala uremi dan gangguan metabolisme (Nerscomite, 2010).
C. Insomnia
Insomnia adalah suatu kondisi seseorang yang masih terbangun walaupun
sudah lama berbaring di tempat tidur. Mereka bukannya tidak mengantuk, namun
memang tidak bisa tertidur. Keadaan seperti ini bahkan bisa berlangsung
berhari-hari, sehinggah membuat penderitanya menjadi lemas karena kurang tidur
(Prasetyono, 2013). Efek insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi fungsi individu selama 24
jam. Insomnia jangka panjang bahkan dapat mempengaruhi gaya hidup dan emosi
14
akan tercapai. Pada akhirnya, insomnia yang dialami pasien gagal ginjal kronis
yang menjalani hemodialisis akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan
kelangsungan hidup pasien (Rosdiana, 2010)
2.2.3.2 Faktor sosial ekonomi
Sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok,
mengkonsumsi alkohol, latihan fisik, dan penghasilan. Petchrung (2004)
menyatakan bahwa pendapatan keluarga berkolerasi dengan fatigue dan
mentransportasikan pada pasien hemodialisis mempengaruhi terjadinya fatigue
dan melakukan latihan fisik dapat menurunkan fatigue. Kebiasaan merokok
merupakan faktor sosial yang secara fisiologis akan mempengaruhi tersedianya
oksigen ke otak dan dapat menghabiskan cadangan-cadangan energi sehinggah
kondisi tersebut menyebabkan seseorang merasa lelah (Jhamb, et al, 2009).
Kebiasaan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi sistem saraf pusat seperti
sedatif dan menyebabkan seseorang merasa lelah berjam-jam. Alkohol juga
mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan waktu tidur menyebabkan
fatigue. Penghasilan memberikan pengaruh karena pemenuhan kebutuhan
sehari-hari termasuk pengobatan tergantung pada status finansial seseorang. Dalam
penelitian Sullivan dan McCarthy (2009) menyatakan bahwa pasien hemodialisis
yang tidak aktif , 14% akan mengalami fatigue pada level lebih rendah
berhubungan dengan level fisik yang lebih tinggi. Pasien hemodialisis cendrung
mengalami pembatasan hidup, kehilangan aktivitas sosial, dan penurunan
ekonomi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pasien dengan pendapatan
rendah akan mengalami fatigue. Kondisi tersebut disebabkan pasien dengan
pendapatan tinggi dapat dengan mudah mendapatkan perawatan lebih baik.
Disamping itu, perawat juga harus memahami dampak faktor ekonomi terhadap
kondisi pasien yang menjalani hemodialisis sehinggah dapat menetukan intervensi
yang tepat. jumlah pendapatan hasil bekerja perbulan sesuai dengan upah
minimum regional (UMR) di kota Medan yaitu Rp 1.650.000.
2.2.3.3 Faktor situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang berkaitan dengan situasi
hemodialisis, terdiri dari lamanya menjalani hemodialisis, komplikasi
hemodialisis dan riwayat penyakit. Kondisi tersebut memberikan gambaran
bahwa fase awal menjalani hemodialisis, pasien mengalami peningkatan fatigue.
Dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan dan lingkungan sangat diperlukan pada
fase tersebut sehinggah pasien tidak mengalami perubahan psikologis berupa
depresi. Fatigue juga akan dirasakan bila pasien mengalami hipotensi intradialisis.
Selain itu fatigue biasanya menyertai komplikasi disequilibrium sindrom. Riwayat
penyakit yang menyebabkan klien mengalami end stage renal disease (ESRD)
diantaranya diabetes militus, hipertensi, glumerulonefritis dan penyakit lainnya.
Penyakit penyerta pasien dengan hemodialisis jika tidak mendapatkan perhatian
khusus dan tidak dilakukan pengobatan akan mempercepat progresifitas penyakit
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hemodialisis adalah suatu bentuk terapi pengganti pada pasien dengan
kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Pasien yang
menderita gagal ginjal juga dapat dibantu dengan bantuan mesin hemodialisis
yang mengambil ahli fungsi fungsi ginjal. Pasien gagal ginjal yang menjalani
terapi hemodialisis, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa setiap
minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan
berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer & Bare, 2002).
Walaupun fungsi ginjal untuk membersihkan darah dapat diambil ahli oleh mesin
hemodilisis, tingginya biaya yng harus dikeluarkan untuk proses cuci darah kerap
dirasakan membebani penderita. Dialisis memerlukan darah pasien agar dapat
terekspos dengan dialisat melewati membran semipermeabel. Hal ini dicapai
dengan mensirkulasi darah keluar dari tubuh ke dializer. Hemodialisis
membutuhkan aliran darah yang tinggi antara 250-450 ml/menit (Cahyaningsih,
2011).
Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2013, secara
global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar
1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis).
Jumlah pasien gagal ginjal terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah
atau dialisis mencapai 150.000 orang. Namun pasien yang sudah mendapatkan
terapi dialisis baru sekitar 100.000 orang. Perhimpunan Nefrolog (ahli ginjal dan
hipertensi) Indonesia atau Pernefri melaporkan, setiap tahunnya terdapat 200.000
kasus baru gagal ginjal stadium akhir. Tetapi tidak semua pasien terlayani
kebutuhan cuci darahnya karena keterbatasan unit mesin dialisis. Berdasarkan
hasil survei yang peneliti lakukan di RSUD Pirngadi Medan tahun 2015 bulan
Mei ditemukan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis adalah berjumlah 156
orang.
Dampak yang dapat diamati pada pasien yang menjalani hemodialisis
dapat berupa komplikasi intradialisis maupun efek dari hemodialisis dalam waktu
lama. Dapat berhubungan dengan uremia, adanya neuropathy perifer, perikarditis,
munculnya penyakit tulang, latergi, anemia yang memburuk, anoreksia, harus
dilihat sebagai indikasi kemungkinan dari dialisis yang tidak adekuat
(Cahyaningsih, 2011).
Faktor faktor yang berhubungan fatigue yang dialami pasien yang
menjalani hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor
situasional. Faktor fisiologis pada pasien hemodialisis adalah anemia pada pasien
gagal ginjal kronis (GGK) disebabkan seperti kehilangan komponen darah,
elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel
darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah.
Anemia menyebabkan pasien merasakan dingin sepanjang waktu, tidak
konsentrasi, sakit kepala dan kulit pucat. (Supriyadi, 2011).
Menurut (Nerscomite, 2010) pada saat dilakukan hemodilisis ternyata
3
amino esensial. Pengukuran fatigue dapat dilakukan menggunakan Piper Fatigue
Scale (PFS) scale fatigue (http://www.ncbi.nlm.nih.gov).
Fatigue yang dialami pasien hemodialisis tersebut merupakan salah satu
masalah keperawatan yang memerlukan penanganan yang baik. Perawat unit
hemodialisis tentunya tidak hanya bekerja dalam rutinitas kegiatan hemodialisis
pre, intra dan post hemodialisis saja tetapi juga tetap memantau setiap dampak
yang muncul akibat rutinitas hemodialisis yang dialami pasien terutama simptom
fatigue.Perawat perlu mengenal dan memahami faktor yang berhubungan dengan
terjadinya fatigue dari masing – masing pasien yang menjalani hemodialisis dan
berperan sebagai care giver dalam mengelola fatigue melalui asuhan keperawatan
mulai dari mengkaji sampai dengan melakukan evaluasi. Pemahaman perawat
terhadap kelemahan dan fatigue merupakan bagian penting dalam pemberian
asuhan keperawatan yang efektif sehinggah perawat diharapkan dapat
menentukan intervensi yang tepat dan pasien tidak mengalami dampak yang lebih
lanjut akibat fatigue (Sulistini, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya fatigue pada pasien
hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti ingin lebih jauh
mengindentifikasi faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengindentifikasi faktor yang
berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengindentifikasi faktor fisiologi (status nutrisi dan insomnia) yang
berhubungan dengan fatigue pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
1.3.2.2 Mengindentifikasi faktor sosial ekonomi (merokok, konsumsi alkohol
dan latihan fisik ) yang berhubungan dengan fatigue pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1.3.2.3 Mengindentifikasi faktor situasional (komplikasi hemodialisis) yang
berhubungan dengan fatigue pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada keperawatan tentang
faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis
dan dapat dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien
5
1.4.2 Manfaat Untuk Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan ilmu
keperawatan dalam mengatasi masalah fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis.
1.4.3 Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya
tentang intervensi untuk mengurangi fatigue pada pasien hemodialisis disesuaikan
dengan faktor yang berhubungan dengan fatigue tersebut.
HEMODIALISA DI RSUD PIRNGADI
MEDAN
SKRIPSI
Oleh: