Lampiran 1:
Bagan Penelitian
T0
T2
T1
T2
T0
T4
T0
T5
T5
T1
T5
T1
T3
T4
T3
T2
T3
T4
Keterangan:
T0: Jamur Ganoderma spp. (kontrol).
T1: JamurTrichoderma spp. 1 vs Ganoderma spp.
T2: JamurTrichoderma spp. 2 vs Ganoderma spp. T3: JamurTrichoderma spp. 3 vs Ganoderma spp. T4: JamurTrichoderma spp. 4 vs Ganoderma spp.
Lampiran 2:
UJI STATISTIK PERSENTASE DAERAH HAMBATAN (%) DATA PENGAMATAN 1 HSI
Isolat I HSI TOTAL RATAAN
DATA UJI STATISTIK PERSENTASE DAERAH HAMBATAN (%) DATA PENGAMATAN 2 HSI
Isolat II HSI TOTAL RATAAN
LAMPIRAN FOTO
Pengamatan IZ I hsi
T0 (1) T0(2) T0(3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
T3 (1) T3 (2) T3 (3)
T4 (1) T4 (2) T4 (3)
Pengamatan IZ II hsi
T0 (1) T0(2) T0(3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
T3 (1) T3 (2) T3 (3)
T4 (1) T4 (2) T4 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 1 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 2 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 3 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 4 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 5 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 6 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
Pengamatan Uji Filtrat 7 hsi
T0 (1) T0 (2) T0 (3)
T1 (1) T1 (2) T1 (3)
DAFTAR PUSTAKA
Achmad S. 1991. Kemampuan Rhizpogon sp. untuk Perlindungan Hayati terhadap Penyebab Penyakit Lodoh pada Pinus merkusii (Tesis). Bogor. Program Pascasarjana, IPB
AgriosGN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Penerjemah M Busnia. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 467-468p.
Allorerung D, MSyakir, Z Poeloengan, Syafaruddin dan W Rumini. 2010. Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media, Bogor.
Anggraeni I. 2004. Identifikasi dan Patogenesitas Penyakit Akar Pada Acacia mangium Willd. Buletin Penelitian Hutan. 645: 61-73
Bin L, R Knudsen and DJ Eschen. 1991 Influence of an Antagonistic Strain of Pseudomonas fluorescens on Growth and Ability of Trichoderma harzianum to Colonize Sclerotia of Sclerotinia sclerotium in Soil . phytophatology 81, 994-1000.
Andriani D, Y Elfina dan Y Venita. 2012. Uji Antagonis Trichoderma Pseudokoningii Rifai Dalam Formulasi Biofungisida Yang Mengandung Beberapa Bahan Organik Terhadap Jamur Ganoderma Boninense Pat. Secara In Vitro Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Riau.
BillahMT. 2013. Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Jakarta. No. 01/01/i, 7 Januari 2013.
Cook RJ, Baker KF. 1983. The nature and practice of biological control of plant pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul, Minnesota 539 p.
Cooper RM, J Floodb dan RW Rees. 2011. Ganoderma boninense in Oil Palm Plantations Current Thinking on Epidemiology, Resistance and Pathology. Planter.87:515-526.
Direktorat Jenderal Pendidikan. 2009. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kelapa sawit. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Elfina Y, Mardius, Habazar T, Bachtiar A. 2001. Studi Kemampuan Isolat-Isolat Jamur Trichoderma spp. yang Beredar di Sumatra Barat untuk
Gultom, J.M & Andri (2008). Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi Untuk Menekan Perkembangan Jamur Phytium sp. Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau (Nicotiana tobaccum L.) Jurnal Penelitian Sains 14) : 216-220.
Greenwood, (1995), Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial and Chemoterapy. Mc. Graw Hill Company, USA.
Harman GE, Bjorkman T, Ondik K, Shoresh M. 2008. Trichoderma for Biocontrol. Changing Paradigms on the Mode of Action and Uses of Trichoderman spp. for Biocontrol. Research Information. Cornell University. USA.
Holler, U., (1999) Isolation, Biological Activity and Secondary Metabolite Investigation of Marine Derived Fungi and Selected Host Sponges Wihelmina Carolo University, Germany.
IdrisAS dan Ariffin D. 2008. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Bangi.
Jing CJ. 2007. Kepatogenan Ganoderma boninense pada Kelapa Sawit dan Hubungan Biologinya dengan Ganoderma spp. daripada Perumah Palma lain. Pusat Pengajian Sains Patologi Tumbuhan, Malaysia. 13-40p
Kiswanto., J. H. Purwanta dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.
Lewis J. A, & Papavizas G.C. 1984. Production of Clamidospores and Conidia by Trichoderma sp. In Liquid and Solid Growth Media. J. Soil Biology and Biochemistry, 15 (4): 351-357.
Lizarmi E. 2011. Ancaman Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Kelapa Sawit. Komisi Perlindungan Tanaman Bahas Strategi Pengendalian OPT Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Nurhaedah. 2002. Pengaruh Aplikasi Trichodermasp. dan Mulsa terhadap Persentase Serangan Penyakit Antraknosa pada Buah Tanaman Cabai Merah Besar (Capsicum annumL.). Skripsi Fakultas Pertanian UNTAD, Palu.
Nurmawan A. 2001. Pengkajian Pengendalian Penyakit Jamur Akar Teh Di Perkebunan Rakyat. Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Lembang, Bandung.
Purwantisari S, Hastuti RH. 2009. Uji Antagonisme Jamur Phytopthora infestans Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Kentang dengan Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Local. Jurnal Bioma 11 (1):24-32
Srinon W, Chuncheen K, Jirattiwarutkul K, Soytong K, Kanotmedhakul S.2006. Efficasies of Antagonistic Fungi Againts Fusarium Wilt Disease of Cucumber and Tomato and the assay of its Enzyme Activity. J Agric Tech. 2(2):191-201.
Taj A, Kumar VBS 2013. Sensitivity of Fusarium oxysporum f. sp. Zingiberi C causing Ginger Yellow Against Antagonist and Fungicide. J Environ Ecol. 31 (2A):663-666.
Tindaon H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium roflsii Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycinemax L.) di Rumah Kasa. http://repository.usu.ac.id.pdf [10 April 2014].
Wahyudi A. 2011. Pendampingan Pengembangan Lada di Kabupaten Belitung. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Suka Bumi.
Wells HD. 1998. Trichoderma as A Biocontrol Agent. Dalam Biocontrol of Plant Disease, Vol 1. Mukerji KG, Garg KL (ed). CRC Press, 255p.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan (±25m dpl) mulai bulan Desember 2015 sampai dengan Februari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu media PDA, clorox 1%, akar tanaman kelapa sawit yang terserang penyakit busuk pangkal batang, kertas saring whatman 041,
alkohol, air steril, aluminium foil, kapas, dan cling wrap.
Alat yang digunakan yaitu Laminar Air Flow (LAF), cawan petri diameter 9 cm, inkubator, mikroskop, ice box, erlenmeyer, tabung reaksi, oven, bunsen,
autoclaf, beaker glass, hot plate, lemari es, cork borer, jarum inokulum, pisau,
batang pengaduk, pulpen, label, dan alat tulis lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) non faktorial yaitu:
T0 : kontrol Tc : TrichoderminI
Tk : TrichoderminII Tr : Trichodermin III Tf : Trichodermin IV
Ta : Trichodermin V
T0 T1 T2 T3 T4 T5
Dengan jumlah ulangan 3 yang diperoleh daridengan rumus : t (r-1) ≥ 15
6 r- 6 ≥ 15 6 r - ≥ 21 r ≥ 21/6
r ≥ 3,2 ≈3
PELAKSANAAN PENELITIAN
Di Laboratorium Isolasi Ganoderma sp.
Diambil akar tanaman kelapa sawit di pertanaman yang terinfeksi jamur
Ganoderma sp.dari areal sekitar lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, dibersihkan dengan air, dipotong kecil- kecil serta disterilisasi permukaan
dengan klorox 0,1 % selama 2 - 3 menit kemudian dikeringkandengan kertas saring steril. Selanjutnya dibiakkan dalam media PDA dan dibiarkan sampai tumbuh miselium. Inokulum jamur yang tumbuh diisolasi kembali untuk mendapatkan
biakan murninya.
Perbanyakan Isolat Trichoderma spp.
IsolatTrichodermaspp. diperoleh dari koleksi dari laboratorium. Perbanyakan isolat Trichoderma spp. dilakukan pada media PDA dan dilakukan peremajaan sebelum digunakan untuk penelitian. penyegaran isolat menggunakan
media PDA dan membutuhkan waktu sekitar 1 minggu hingga memenuhi cawan petri.
Uji Dual Culture
Beberapa isolat Trichoderma spp. yang telah di dapat kemudian diuji keefektifannya dengan uji dual culture menggunakan media PDA. Isolat yang
Kultur Metabolit
Isolat yang telah di memenuhi cawan petri dipanen dengan cara memotong medium PDA sehingga menjadi bagianbagian kecil ukuran± 1 x 1 cm dan
merendamnya dengan pelarut alkohol dalam beaker glass dengan perbandingan volume pelarut dan volume medium 1 : 1. Campuran pelarut disaring dengan kertas whatman nomor 041 untuk mengekstrak trichodermin. Suspensi pelarut dan
pigmen trichodermindikeringkan di udara terbuka sampai diperoleh endapan metabolit trichodermin.
Uji Filtrat
metabolit trichodermin yang telah tersaring dan diperoleh suspensinya dilarutkan atau dicampurkan bersama media PDA dengan perbandingan dosis 1:1.
media yang sudah bercampur dengan trichodermin dituang ke petridish dan biarkan hingga padat. Ganoderma spp.diambil dan ditempatkan pada pusat cawan
petri yang berisi media tersebut. media yang tidak dicampur dengan metabolit trichodermin digunakan sebagai control. Petridish kemudian diinkubasi pada 28 ± 2°C selama tujuh hari. Hifa pada akhir koloni jamur diperiksa di bawah mikroskop.
Peubah Amatan
Persentase Daerah Hambatan Ganoderma sp.
Pengamatan persentase percepatan tumbuh dilakukan setiap hari. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus yang di kemukakan oleh (Dhamputra et al., 1990), yaitu:
Persentase Daerah Hambatan = x 100% r1-r2
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Daerah Hambatan Ganoderma spp.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa Trichoderma spp. tidak berpengaruh
nyata pada rataan persentase daerah hambatan Ganoderma spp. dapat dilihat bahwa persentase daerah hambatan yang ditimbulkan oleh Trichoderma spp. tidak terdapat perbedaan nyata pada perlakuan yang lain. Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat tabel
dan lampiran.
Berdasarkan dari hasil data uji statistik cendawan Trichoderma spp. Tidak
berpengaruh nyata dalam menekan pertumbuhan Ganoderma spp. di laboratorium Tabel 1.
PERLAKUAN DAERAH HAMBATAN
1 HSI 2 HSI
Tabel 1. Daya hambat Trichoderma spp. Untuk menghambat pertumbuhan Ganoderma sp. In vitro (%).
Dari hasil tabel menunjukkan bahwa secara in vitroGanoderma spp. Dan
Trichoderma spp. tidak berpengaruh nyata hal ini disebabkan setiap perlakuan
terdiri atas kesamaan genus yaitu Trichoderma. sehingga terjadi banyak kesamaan
dalam menghambat pertumbuhan Ganoderma spp. Sehingga terjadi banyak kesamaan dalam menghambat Ganoderma spp. Yaitu adanya kompetisi untuk mendapatkan nutrisi, hiperparasit, mikroparasit. Menurut Gultom (2008) bahwa
antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain
oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT, dan predasi, mikroparasit dan hiperparasitisme.
Gambar 5. (a)Trichoderma 1 vs Ganoderma spp., (b) Trichoderma 2 vs Ganoderma spp., (c) Trichoderma 3 vs Ganoderma spp., (d) Trichoderma 4 vs Ganoderma spp., (e) Trichoderma 5 vs Ganoderma spp.
Keterangan: Trichoderma spp.(kiri), Ganoderma spp. (kanan)
Persentase daerah hambatan cendawan Ganoderma spp. secara in vitro di
lakukan 1-2HSI. Persentase daerah hambatan Ganoderma spp. tidak berpengaruh nyata antar perlakuan dikarenakan setiap perlakuan terdiri atas kesamaan genus yaitu Trichodermaspp. sehingga terjadi banyak kesamaan dalam menghambat
cendawan patogen secara in vitro yaitu dengan hiperparasit, mekanisme lisis dan kompetisi untuk mendapatkan nutrisi . Hal ini sesuai dengan pernyataan Cook
a b
d e
&Baker (1983) bahwa mekanisme Trichoderma spp. dalam mengendalikan
patogen dengan mekanisme hiperparasit dengan mengambil makanan dari patogen, menghasilkan toksin untuk menghambat dan mematikan inangnya, mekanisme
lisis, mekanisme kompetisi atau persaingan tumbuh antar antagonis dan patogen dalam mendapatkan nutrisi.
Pengujian aktifitas daerah hambatan Trichoderma spp. dengan Ganoderma
spp. dimaksudkan untuk mengetahui aktifitas jamur dan diketahui bahwa hasil pengujian in vitro belum tentu sama, apabila dilakukan aplikasi di lapangan.
Menurut Bin et al (1991) bahwa hasil pengujian in vitro pada Pseudomonas flourescens terhadap pertumbuhan dan kemampuan Trichoderma harzianum untuk
mengkolonisasi Sclerotinia berbeda dengan hasil pengujian di rumah kaca.
Perbedaan daya hambat menggambarkan perbedaan kemampuan dari masing-masing isolat untuk menghambat pertumbuhan mikrooganisme pesaing.
Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh jenis, jumlah, dan kualitas dari antibiotik atau zat lain yang dihasilkan Trichoderma spp. yang dapat menghambat pertumbuhan Ganoderma spp.. Adanya penghambatan terhadap pertumbuhan
diameter koloni patogen Ganoderma spp. diduga karena adanya enzim dan senyawa metabolit yang terdapat pada fungi antagonis Trichoderma spp. yang
mampu merusak dinding sel patogen Ganoderma spp. sehingga menyebabkan pertumbuhan diameter koloni patogen menjadi lambat. Menurut Harman et al. (2008), Trichoderma spp. mempunyai mekanisme pengendalian utama sebagai
mikoparasit atau memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga
Terbentuknya zona penghambatan antar organisme pada media padat
merupakan indikasi bekerjanya mekanisme antibiosis. Bekerjanya mekanisme antibiosis dikuatkan oleh tertekannya pertumbuhan cendawan patogen pada media
padat. Harman et al (2008) melaporkan juga bahwa Trichoderma spp. dapat menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoksin yang dapat menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas
membran sel, serta menghasilkan enzim khitinase yang dapat menyebabkan lisis dinding sel serta dapat melakukan interfensi hifa. Namun,pada penelitian ini tidak
ditemukannya zona penghambatan, yang nyata hal ini dapat disebabkan karena media yang digunakan adalah PDA. PDA dapat menetralisir pengaruh metabolit penghambat pertumbuhan patogen (Achmad 1991). Tetapi dapat juga disebabkan
tidak terjadinya mekanisme antibiosis, dan Trichoderma spp. diduga tidak menghambat pertumbuhan koloni Ganoderma spp. setelah terjadi kontak hifa.
Uji Filtrat
Gambar 6. (a)Trichoderma vs Ganoderma spp., (b) Trichoderma vs Ganoderma spp. Daya hambat oleh ekstrak metabolit jamur Trichoderma spp. di tandai
dengan berubahnya warna permukaan agar atau sekitar daerah perkembangan jamur patogen tersebut menjadi bening atau jernih. Sehingga zona hambat yang
terjadi tampak lebar di sekitar cawan petri. Dari jamur pathogen yang di uji semua
menunjukkan zona bening. Menurut Greenwood (1995) dalam kemampuan menghambat pertumbuhan antimikroba, memiliki respon hambatan yang kuat dan
ini menunjukkan bahwa ekstrak metabolit sekunder dari jamur endofit yang di peroleh mampu menghambat pertumbuhan mikroba pathogen. Menurut Holler (1999) menyatakan bila suatu senyawa dapat membentuk zona hambat, maka
senyawa tersebut positif menghambat pertumbuhan mikroorganisme uji.
Zona bening yang terbentuk pada cawan petri disebabkan oleh adanya
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh koloni cendawan antagonis sehingga cendawan pathogen tidak dapat tumbuh. Srinon et al (2006) melaporkan bahwa metabolit sekunder yang di hasilkan T. hamatum dan Penicilium sp. berupa
enzim selulase yang dapat menghambat pertumbuhan patogen. Taj dan Kumar (2013) melaporkan bahwa T. viride merupakan species terbaik menekan
pertumbuhan patogen.
Lambatnya pertumbuhan diameter koloni patogen Ganoderma spp. pada perlakuan pemberian fungi antagonis Trichoderma spp. diduga karena telah terjadi
reaksi antara senyawa toksik dari fungi antagonis Trichoderma spp terhadap patogen Ganoderma spp. Trichoderma spp. adalah suatu jenis yang baik sebagai
pengendali hayati karena terdapat di mana-mana, mudah diisolasi dan dibiakkan, tumbuh dengan cepat pada beberapa macam substrat, mempengaruhi patogen tanaman, jarang bersifat patogenik pada tanaman tingkat tinggi, bereaksi sebagai
mikroparasit, bersaing dengan baik dalam hal makanan, tempat dan menghasilkan antibiotik (Wells 1988). Anggraeni (2004) menyatakan bahwa Trichoderma spp.
tular tanah. Selama Trichoderma spp. tumbuh aktif menghasilkan sejumlah besar
enzim ekstra selular ß (1.3) glukonase, dan kitinase, yang dapat melarutkan dinding sel patogen (Lewis dan Papavizas 1984).
Berdasarkan hasil pengamatan daya hambat Trichoderma spp. terhadap Ganoderma spp. didominasi oleh mekanisme kompetisi ruang dan mikoparasit,
selain itu Trichoderma spp. menghasilkan antibiosis dalam aktivitas daya
hambatnya. Hal itu ditandai dengan terbentuknya zona bening diantara kontak kedua koloni cendawan tersebut. Purwantisari dan Hastuti (2009) mengemukakan
bahwa mekanisme daya hambat yang terjadi pada uji antagonisme melalui mekanisme antibiosis ditandai dengan terbentuknya zona bening sebagai zona penghambatan pertumbuhan bagi patogen, hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Elfina (2001) yang menyatakan bahwa cendawan Trichoderma sp. menghasilkan zat toksin berupa senyawa antibiotik seperti Trichodermin, Suzukalin, dan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Uji metabolit Trichoderma spp. efektif dalam menghambat pertumbuhan Ganoderma spp.di laboratorium.
2. Hanya 2 perlakuan dengan daya hambatan yang tinggi dilakukan uj filtrat, yaitu T3 (26,34%) dan T1 (25,67%).
3. Persentase penghambatan tumbuh Ganoderma spp. tertinggi terdapat pada perlakuan T3 sebesar 26,34% dan terendah terdapat pada T2 sebesar 22,67%. 4. Perbandingan percepatan tumbuh Ganoderma spp. pada uji filtrat, terlihat
bahwasannya kedua perlakuan T3 dan T1 terlihat seimbang..
Saran
TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang
Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes Subclass : Agaricomycetidae Order : Polyporales
Family : Ganodermataceae Genus : Ganoderma
Species : Ganoderma spp.
Ganoderma sp.yang menyerang tanaman kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri
fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam.Umumnya
basidiokarp yang banyak ditemukan adalah sessile, yaitu basidiokarp tidak bertangkai, tubuh buah langsung menyatu dengan pangkal batang kelapa sawit
Gambar 1. Tubuh buah Ganoderma spp.
Basidiospora Ganoderma adalah uniselular, haploid, berbentuk ellipsoid, bujur atau truncate. Pencirian Ganoderma yang menyerang pohon kelapa sawit yaitu massa spora yang diambil kelihatan kekuningan. Basidiospora yang haploid
dihasilkan oleh basidium. Basidiospora bercambah menjadi miselium manokarion (Jing, 2007).
Daur Hidup Penyakit
Ganoderma merupakan parasit fakultatif yang hidup secara saprofitik pada
pangkal dan batang pohon yang menjadi sumber makanannya. Penyebaran
Ganoderma terjadi melalui persentuhan akar tanaman sakit dengan tanaman sehat.
Ganoderma yang dibiarkan di ladang akan menjangkit dan tumbuh ke dalam akar
sehingga penyebaran sepanjang akar sampai ke pangkal batang pohon kelapa sawit
(Jing, 2007).
Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan
dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi Ganoderma sp.akan semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak diareal perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman
kelapa sawit muda yang baru saja ditanam (Lizarmi, 2011). Gejala Serangan
Penyakit busuk pangkal buah dapat menyerang tanaman mulai dari bibit hingga tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit ditanam di kebun. Gejala serangan pada tanaman belum menghasilkan terlihat
daun menguning dan mengering serta nekrosis dari pelepah bawah terus ke pelepah atas, terjadi pembusukan pada pangkal batang, tanaman mengering dan mati
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
JamurGanoderma sp.dapat tumbuh secara teratur pada suhu tanah 35 o
C
tetapi pertumbuhanjamurGanoderma sp.terganggu pada suhu di atas 40 o
C dan
dalam waktu dua hari ke depan suhu tanah dapat mencapai 45 o
C (suhu maksimal). Kerugian pada penanaman di awal biasanya masih rendah. Gejala serangan
Ganoderma sp.biasanya terlihat setelah 10-12 tahun kemudian (Cooper et al., 2011).
Saat ini, pertumbuhan penyakit Ganoderma sp.di perkebunan kelapa sawit terutama dipicu oleh generasi perkebunan. Semakin tinggi generasi perkebunan, semakin parah serangan penyakit hingga menyerang tanaman belum menghasilkan.
Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, perkembangan infeksi Ganoderma sp.cenderung meningkat, disebabkan oleh mekanisme pemencaran melalui
basidiospora.Ganoderma sp.menyebar melalui kontak akar dari tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar atau batang sakit(Idris, 2008).
Pengendalian Penyakit
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan strategi pengendalian penyakit busuk pangkal batang yang paling menjanjikan yaitu
dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari pengendalian hayati yaitu perlakuan bibit dengan jamur antagonis (Trichoderma spp. dan Gliocladium spp.) dan mikoriza, pemanfaatan tanaman yang toleran
tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar (Lizarmi,
2011 ).
Biologi Trichoderma spp.
Menurut Tindaon (2008), taksonomi Trichoderma sp.adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Amastigomycota Class : Deutromycetes
Ordo : Moniliales Famili : Moniliacea Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.
Gambar 3. Mikroskopis Trichoderma spp.
Trichoderma sp. memiliki konidiofor bercabang - cabang teratur, tidak
kelompok konidium berwarna hijau biru. Trichoderma sp.juga berbentuk oval, dan
memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok (Nurhaedah, 2002).
Koloni Trichoderma sp.pada media agar pada awalnya terlihat berwarna
putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih
berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau
(Gambar 3) (Nurhayati, 2001).
Koloni pada media OA (oatmeal agar) (20oC) mencapai diameter lebih dari
5 cm dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan banyak terdapat konidia. Konidifor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu
pada bagian bawah cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan ke arah ujung percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid tampak langsing dan panjang
terutama apeks dari cabang, dan berukuran (2,8-3,2) μm x (2,5-2,8) μm, dan berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni yang sudah tua, terletak interkalar kadang terminal, umumnya bulat, berwarna
PENDAHULUAN Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan penting
penghasil minyak makan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen
sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi
(Kiswanto et al., 2008).
Seiring dengan perkembanganluas arealnya, produksi kelapa sawit dalam wujud minyak sawit CPO(Crude Palm Oil) juga cenderung meningkat pada tahun
2000-2011. Jika tahun 2000 produksi minyak sawit Indonesia hanya sebesar 7,00 juta ton, maka tahun 2011 meningkat menjadi 22,51 juta ton. Peningkatan produksi
minyak sawit terutama terjadi pada PBS (Perkebunan Besar Swasta) dan PR (Perkebunan Rakyat) sedangkan minyak sawit yang diproduksi oleh PBN (Perkebunan Besar Negara) relatif konstan, bahkan cenderung menurun. Untuk
tahun 2011 produksi minyak sawit dari PBS mencapai 11,94 juta ton (53,06%), sedangkan PR dan PBS masing-masing menghasilkan minyak sawit sebesar 8,63
juta ton (38,33%) dan 1,94 juta ton (8,61%) (Billah, 2013).
Salah satu kendala utama dalam budidaya tanaman adalah adanya organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangan beberapa jenis hama,
penyakit dangulma.Jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit yang harus mendapat perhatian lebih selama perkembangan kelapa sawit, mengingat
Apogonia sp, kumbangAdoretus sp, Setothosea asigna V. Eecke, Setora nitens
Walker, Oryctes rhinoceros L, Tiratabaha spdanMahasena corbetti Tams. Sedangkan jenispenyakit adalah Ganoderma sp. Botryodiploidia palmarum,
Glomerella cingulata, Melanconium elaeidis danCulvularia eragrostidis
(Allorerung et al., 2010).
Penyakit dominan pada tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan buah
adalah penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma sp. Ganodermasp. merupakan jamur tanah hutan hujan tropis
yangbersifat saprofit dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah
bibit ditanam di lapangan. Penyakit ini dijumpai pada tanaman berumur 5 tahun. Serangan penyakit ini paling tinggi dijumpai pada umur 10-15 tahun, tetapi hal ini
bervariasi tergantung pada kebersihan kebun dan sejarah tanaman di kebun tersebut. Kehilangan hasil tanaman sampai dengan 80% telah dilaporkan pada tempat-tempat yang berasal dari konversi kelapa (Direktorat Jenderal Pendidikan,
2009).
Pengendalikansecara kimiawi umumnya menjadi pilihan utama,karena
hasilnya lebih cepat nampak. Namunketergantungan terhadap pestisida kimiawi danmeningkatnya harga pestisida, sehingga tidakterjangkau oleh daya beli petani. Salah satualternatif pengendalian yang murah dan mudahyaitu dengan
Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur antagonis yang telah banyak
diteliti terhadap beberapa jamur patogen tanaman. T. koningii dapat memperlambat munculnya gejala dan dapat menekan intensitas serangan jamur Ganoderma sp.
pada pembibitan kelapa sawit. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa T. harzianum dapat menekan pertumbuhan Ganoderma sp. dan bersifat antagonis
terhadap jamur patogen Ganoderma (Andriani et al., 2012).
Trichoderma menghasilkan antibiotik yang termasukkelompok furanon
yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifamikroba patogen dan
menghasilkan toksin trichodermin.Toksin tersebut dapatmenyerang dan menghancurkan propagul yang berisispora-spora patogen disekitarnya. Jenis T. viridae menghasilkanantibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit
tanaman dariserangan penyakit rebah kecambah.JamurT. harzianum dalam menekan pertumbuhan patogenmampu memproduksi senyawa racun (antibiotik)
berupa trichodermin,trichodermol dan chrysophanol yang dapat menyebabkan lisis pada hifajamur lain(Wahyudi, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
efektifitas metabolit Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan Ganoderma sp.di laboratorium.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji metabolit Trichoderma spp.dalam menghambat pertumbuhan Ganoderma spp.di laboratorium.
Hipotesis Penelitian
Metabolit Trichoderma spp.efektif dapat menghambat pertumbuhan
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai informasi pengendalian penyakit busuk pangkal batang Ganoderma spp. pada tanaman sawit dan untuk memperoleh gelar
ABSTRACT
Ni`mal Hamdi BM. 2016. "The Effectiveness of metabolites Trichoderma spp. For
Controlling Ganoderma sp. In vitro ". Supervised by Lisnawita and Mukhtar Iskandar Pinem.
Base Stem Rot (Ganoderma spp.) On plant oil palm is an important disease faced by oil palm plantations in Indonesia. Several control techniques have been done, such as fungicides, technical culture and the addition of organic material but not effectively control these pathogens. Control is the metabolite is an alternative to control Ganoderma spp. as a biocontrol agent. This research aims to extract the metabolites derived from Trichoderma spp. potential as a biocontrol agent for controlling Ganoderma spp. on oil palm plantations. This research was conducted at the Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in August and September 2015. This study used a completely randomized design with treatments nonfaktorial giving some Trichoderma spp. treatment: Control, Trichoderma spp.1, Trichoderma sp.2, Trichoderma sp.3, Trichoderma Trichoderma sp.4 and Trichoderma sp.5. The results showed that Trichoderma sp.3 and Trichoderma sp5. has a better potential in suppressing the population of Ganoderma sp. as indicated by inhibition of late.
ABSTRAK
Ni`mal Hamdi BM. 2016.”Efektifitas Metabolit Trichoderma spp. Untuk Mengendalikan Ganoderma spp. Secara In Vitro”. Dibimbing oleh Lisnawita dan Mukhtar Iskandar Pinem.
Busuk Pangkal Batang (Ganoderma spp.) pada tanaman kelapa sawit merupakan penyakit penting yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Beberapa teknik pengendalian telah dilakukan, seperti penggunaan fungisida, kultur teknis dan penambahan bahan organik namun belum efektif mengendalikan patogen ini. Pengendalian secara metabolit merupakan alternatif pengendalian Ganoderma spp. sebagai agens biokontrol. Penelitian ini bertujuan mendapatkan ekstrak metabolit berasal dari Trichoderma spp. yang berpotensi sebagai agens biokontrol untuk mengendalikan Ganoderma spp. pada tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai September 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap nonfaktorial dengan
perlakuan pemberian beberapa Trichoderma spp. yaitu: Kontrol, Trichoderma spp.1, Trichoderma spp.2, Trichoderma spp.3, Trichoderma spp.4
dan Trichoderma spp.5. Hasil penelitian menunjukan bahwa Trichoderma spp.3 dan Trichoderma spp5. mempunyai potensi yang lebih baik dalam menekan populasi Ganoderma spp. yang ditunjukkan dengan daya hambat akhir,
EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro
SKRIPSI
OLEH :
NI’MAL HAMDI BM 100301008
AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro
SKRIPSI
OLEH :
NI’MAL HAMDI BM 100301008
AGROEKOTEKNOLOGI
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
Judul Skripsi : Efektifitas Metabolit Trichoderma spp. untuk Mengendalikan ckkcGanodermadspp. secara In Vitro
Nama : Ni’mal Hamdi BM NIM : 100301008
Program Studi : Agroekoteknologi
Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Dr. Lisnawita, SP.,M.Si
Ketua Anggota
Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr
Mengetahui
ABSTRACT
Ni`mal Hamdi BM. 2016. "The Effectiveness of metabolites Trichoderma spp. For
Controlling Ganoderma sp. In vitro ". Supervised by Lisnawita and Mukhtar Iskandar Pinem.
Base Stem Rot (Ganoderma spp.) On plant oil palm is an important disease faced by oil palm plantations in Indonesia. Several control techniques have been done, such as fungicides, technical culture and the addition of organic material but not effectively control these pathogens. Control is the metabolite is an alternative to control Ganoderma spp. as a biocontrol agent. This research aims to extract the metabolites derived from Trichoderma spp. potential as a biocontrol agent for controlling Ganoderma spp. on oil palm plantations. This research was conducted at the Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North Sumatra in August and September 2015. This study used a completely randomized design with treatments nonfaktorial giving some Trichoderma spp. treatment: Control, Trichoderma spp.1, Trichoderma sp.2, Trichoderma sp.3, Trichoderma Trichoderma sp.4 and Trichoderma sp.5. The results showed that Trichoderma sp.3 and Trichoderma sp5. has a better potential in suppressing the population of Ganoderma sp. as indicated by inhibition of late.
ABSTRAK
Ni`mal Hamdi BM. 2016.”Efektifitas Metabolit Trichoderma spp. Untuk Mengendalikan Ganoderma spp. Secara In Vitro”. Dibimbing oleh Lisnawita dan Mukhtar Iskandar Pinem.
Busuk Pangkal Batang (Ganoderma spp.) pada tanaman kelapa sawit merupakan penyakit penting yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Beberapa teknik pengendalian telah dilakukan, seperti penggunaan fungisida, kultur teknis dan penambahan bahan organik namun belum efektif mengendalikan patogen ini. Pengendalian secara metabolit merupakan alternatif pengendalian Ganoderma spp. sebagai agens biokontrol. Penelitian ini bertujuan mendapatkan ekstrak metabolit berasal dari Trichoderma spp. yang berpotensi sebagai agens biokontrol untuk mengendalikan Ganoderma spp. pada tanaman kelapa sawit. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai September 2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap nonfaktorial dengan
perlakuan pemberian beberapa Trichoderma spp. yaitu: Kontrol, Trichoderma spp.1, Trichoderma spp.2, Trichoderma spp.3, Trichoderma spp.4
dan Trichoderma spp.5. Hasil penelitian menunjukan bahwa Trichoderma spp.3 dan Trichoderma spp5. mempunyai potensi yang lebih baik dalam menekan populasi Ganoderma spp. yang ditunjukkan dengan daya hambat akhir,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Medan, Kecamatan Sunggal, tanggal 6
Desember 1992, anak dari Bapak Thosin Burhani dan Tengku Mardatillah, putra kedua dari 4 bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Al – Azhar
Medan. pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di Sekolah Menengah Pertama An-Nadwa, Binjai pada tahun 2007, pendidikan menegah atas di Sekolah
Menengah Atas An – Nadwa Binjai pada tahun 2010. Semenjak tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa program Strata I (S1) Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Kebun Ambalutu, Kabupaten Asahan pada Bulan Juli-Agustus 2013. Penulis juga aktif
dalam organisasi IMAGROTEK (Ikatan Mahasiswa Agroekoteknologi) periode 2010/2011. Penulis juga menjadi asisten Laboratorium Dasar Perlindungan Tanaman tahun 2015, Asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian Tahun 2014,
asisten Laboratorium Mikrobiologi Aquatik, asisten Laboratorium Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Tahun 2014, asisten Laboratorium Mikrobiologi Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari
usulan penelitian ini adalah “Efektifitas Metabolit Trichoderma spp.untuk Mengendalikan Ganoderma spp. secara In Vitro” yang merupakan salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Komisi Pembimbing
Dr. Lisnawita SP, M.Si sebagai Ketua dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr sebagaiAnggota yang telah memberi banyak saran dan bimbingan kepada penulis untuk mempersiapkan usulan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa usulan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
usulan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, September2016
DAFTAR ISI
HipotesaPenelitian ... 3
Kegunaan Penelitian ... 4
TINJAUAN PUSTAKA Biologi busuk pangkal batang ... 5
Daur hidup penyakit ... 6
Gejala serangan ... 7
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ... 7
Pengendalian penyakit ... 8
Biologi Trichoderma spp. ... 9
Perbanyakan isolat Trichoderma spp. . ... 13
Perbanyakan isloat Trichoderma spp. ... 13
Uji dual culture ... 13
Kultur metabolit. ... 14
Uji filtrat ... 14
Peubah amatan ... 14
Persentase daerah hambatan Ganodermaspp. ... 14
HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase daerah hambatan Ganoderma spp. ... 15
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
1 Daya hambat Trichoderma spp. Untuk menghambat pertumbuhan
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
1 Tubuh buah Ganoderma spp. 6
2 Mikroskopis Ganoderma spp. 6
3 Mikroskopis Trichoderma spp. 9
4 Uji Daya hambat Trichoderma spp. vs Ganoderma spp. 16
DAFTAR LAMPIRAN