• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq.) YANG DISEBABKAN Ganoderma boninense DI PERKEBUNAN PT ANJ AGRI BINANGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SURVEI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guinensis Jacq.) YANG DISEBABKAN Ganoderma boninense DI PERKEBUNAN PT ANJ AGRI BINANGA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

SURYA DARMAWAN ABDI 150301139

AGROTEKNOLOGI / HPT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

SKRIPSI

OLEH:

SURYA DARMAWAN ABDI 150301139

AGROTEKNOLOGI / HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Nama : Surya Darmawan Abdi

NIM : 150301139

Program Studi : Agroteknologi

Minat : Hama dan Penyakit Tumbuhan

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

( Irda Safni SP., MCP, Ph. D ) ( Dr.Lisnawita SP.,M.Si. ) Ketua Anggota

Mengetahui,

( Dr.Ir.Sarifuddin.M.S. ) Ketua Program Studi Agroteknologi

(4)

ABSTRAK

Surya Darmawan Abdi 2021: Survei Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) yang Disebabkan Ganoderma boninense di Perkebunan PT ANJ Agri Binanga. Dibawah bimbingan Irda Safni dan Lisnawita.

Busuk pangkal batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma boninense merupakan penyakit yang paling destruktif di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia. Di Indonesia, penyakit Busuk Pangkal Batang sudah meyerang tanaman kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau dan Lampung dengan tingkat serangan mencapai 20% - 30%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran penyakit BPB yang disebabkan oleh G boninense yang berada di perkebunan kelapa sawit PT ANJ Agri Binanga. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan metode survei yaitu menghitung kejadian dan keparahan penyakit pada tanaman kelapa sawit di 6 lokasi di perkebunan kelapa sawit PT ANJ Agri Binanga. Berdasarkan penelitian didapat serangan penyakit BPB yang disebabkan oleh G boninense. dengan kejadian dan keparahan penyakit yang berbeda beda. Kejadian penyakit tertinggi terdapat di Divisi 5 blok I37 (14,22%), dan keparahan penyakit tertinggi Divisi 5 blok I37 (5,78%).

Kata kunci: busuk pangkal batang, Ganoderma boninense, kelapa sawit, survei, penyakit tumbuhan

(5)

ABSTRACT

Abdi, Surya Darmawan. 2021. The Survey of Basal Stem Rot Disease of Oil Palm (Elaeis guinensis Jacq.) caused by Ganoderma boninense at PT ANJ Agri Binanga's Plantation. Supervised by Irda Safni and Lisnawita.

Basal Stem Rot (BSR) of oil palm caused by Ganoderma boninense is the most destructive disease in oil palm plantation in Indonesia and Malaysia. In Indonesia, Basal Stem Rot disease has infected oil palm plants in North Sumatra, Riau, and Lampung which infect rate reaches 20%-30%. This research was aimed to determine the distribution of basal stem rot disease caused by G boninense in the oil palm plantation of PT ANJ Agri Binanga. This research was an exploratory research conducted with a survey method, which was to calculate the incidence and severity of disease in the oil palm plants in 6 locations in the oil palm plantation of PT ANJ Agri Binanga. The results showed that basal stem rot disease caused by G boninense sinfected the oil palm with different incidence and severity of disease. The highest disease incidence was in Division 5 block I37 (14.22%) and the highest disease severity was in Division 5 block I37 (5.78%).

Keywords : basal stem rot, Ganoderma boninense, oil palm, plant disease survey

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Surya Darmawan Abdi di lahirkan di Kota Pinang pada tanggal 03 April 1997 dari ayah bernama Bayak Sinulingga dan ibu Hapsah Daulay. Penulis merupakan anak pertama dari 2 bersaudara.

Penulis menempuh pendidikan formal sebagai berikut

− Tahun 2009 lulus dari SD Swasta Eka Pandawa Sakti, Kabupaten Padang Lawas Utara

− Tahun 2012 lulus dari SMP Swasta Eka Pandawa Sakti, Kabupaten Padang Lawas Utara

− Tahun 2015 lulus dari SMA Swasta Sultan Iskandar Muda, Medan

− Tahun 2015 diterima di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, melalui SBMPTN

Selama kuliah penulis aktif sebagai kordinator PTT di organisasi IMKA (Ikatan Mahasiswa Karo) 2017/2018, kordinator konsumsi di PKKMB maba 2018, anggota di kabid keolahragaan di organisasi himagrotek, kordinator P3K di pengkaderan himagrotek 2018.

Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapangan di PTPN iv di Kebun Usaha Unit Aek Nauli Kabupaten Simalungun pada bulan Juli hingga Agustus 2018. Penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Nyata di desa Kampung Jawa Kecamatan Seirampah pada bulan Juli sampai Agustus 2019.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.Skripsi ini berjudul “Survei Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.) yang Disebabkan Ganoderma boninense di Perkebunan PT ANJ Agri Binanga” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya serta kepada Komisi Pembimbing Irda Safni SP., MCP, Ph. D., sebagai ketua dan Dr. Lisnawita SP., M Si, sebagai anggota yang telah membimbing dan memberikan kritik, saran dan berbagai masukan berharga kepada penulis mulai dari penetapan judul hingga penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan skripsi ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan yang berguna bagi semua orang.

Medan, Juli 2021

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEK ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Pangkal Batang ... 3

Ganoderma boninense ... 4

Gejala Serangan Penyakit ... 5

Kejadian dan Keparahan penyakit ... 9

Teknik Survei dan Pemetaan ... 10

Perkebunan PT ANJ Agri ... 12

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 13

Bahan dan Alat ... 13

Metode Penelitian ... 13

Pelaksanaan Penelitian ... 13

Pepemilihan lokasi sampel ... 13

Pra survei ... 14

Penentuan sampel ... 14

Wawancara Langsung ... 14

Peubah Amatan ... 14

Kejadian Penyakit ... 14

Keparahan Penyakit ... 15

Analisis tanah ... 15

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prevelensi Penyakit ... 17

Kejadian penyakit ... 18

Keparahan Penyakit ... 20

Analisis Tanah ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 24

saran ... 24 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Prevelensi penyakit BPB yang di sebabkan Ganoderma boninense di seluruh lokasi survei

19 Tabel 2 Kejadian penyakit BPB yang di sebabkan Ganoderma

boninense

20 Tabel 3 Keparahan penyakit PBP yang disebabkan oleh jamur

Ganoderma boninense

22 Tabel 4 Hasil analisis contoh tanah di lokasi survei pada blok H33,

J32, I37, H19, G18, J17

25

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

Gambar 1 Siklus hidup Ganoderma 5

Gambar 2 Penyakit Busuk Pangkal Batang 8

Gambar 3 Peta lokasi survei divisi 5 dan 8 di blok H33, J32, I37, H19, G18, J17,

19 Gambar 4 Tanaman yang terserang BPB terlihat dari daunnya 21 Gambar 5 Gejala penyakit busuk batang basal Ganoderma di

lapangan

23

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Wawancara Langsung 31

Lampiran 2 Foto gejala Ganoderma di lapangan 32

Lampiran 3 Data analisis tanah 34

Lampiran 4 Data Survei Ganoderma 35

(13)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guinensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan penting penghasil minyak makan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia. Pertumbuhan kelapa sawit sering terkendala akibat pengelolaannya

belum optimal sehingga mempengaruhi produksi kelapa sawit (Kuswanto et al., 2008) .

Salah satu penyebab rendahnya mutu sawit tersebut adalah karena serangan patogen yang menyebabkan berbagai penyakit. Penyakit sering menimbulkan kerugian yang cukup berarti pada tanaman sawit. Setiap tahun kerugian yang ditimbulkan bisa mencapai jutaan rupiah setiap hektar tanaman sawit. Diulas beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit di perkebunan yaitu, penyakit Busuk Pangkal Batang, Penyakit Busuk Pucuk Kelapa Sawit, penyakit layu Fusarium (Marchitez disease), penyakit Bercak Daun (Defitri, 2015).

Salah satu penyakit penting pada tanaman sawit adalah Busuk Pangkal Batang (BPB) kelapa sawit yang disebabkan oleh Ganoderma boninense yang merupakan penyakit yang paling destruktif di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia. Patogen ini tidak hanya menyerang tanaman tua, tetapi juga tanaman yang masih muda. Saat ini, laju infeksi penyakit BPB berjalan semakin cepat, terutama pada tanah dengan tekstur berpasir (Susanto et al., 2013).

Serangan G. boninense menyebabkan terhambatnya pertumbuhann, warna daun menjadi pucat, dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman dewasa,

(14)

semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, dan tanaman akan mati (Dinas TPHP Provinsi Bengkulu, 2016).

Beberapa dekade lalu, insidensi penyakit yang tinggi hanya dijumpai pada kebun dengan lebih dari dua kali tanam ulang, namun saat ini insidensi penyakit sudah cukup tinggi, dengan demikian, sekarang banyak ditemukan daerah perkebunan kelapa sawit dengan kriteria endemik G. boninense dan mengalami kerugian yang besar (Priwiratama et al., 2014).

Sampai saat ini belum ada penelitian mengenai penyebaran penyakit BPB di perkebunan PT ANJ Agri Binanga. Oleh karna itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebaran G. boninense yang mengakibatkan Busuk Pangkal Batang kelapa sawit di perkebunan PT ANJ Agri Binanga yang sebagian besar wilayahnya merupakan tanaman generasi pertama. Perkebunan PT ANJ Agri sebelumnya merupakan tanaman hutan.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penyebaran G. boninense yang mengakibatkan Busuk Pangkal Batang kelapa sawit di Perkebunan PT ANJ Agri Binanga.

Hipotesis Penelitian

Diduga penyakit Busuk Pangkal Batang telah menyebar di perkebunan kelapa sawit PT. ANJ Agri Binanga.

Kegunaan Penulisan

Kegunaan penulisan yang dilakukan adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Pangkal Batang

Penyakit Busuk Pangkal Batang yang disebabkan oleh Ganoderma sp.

bukanlah penyakit baru pada tanaman kelapa sawit dan palem-palem lainnya. Di Republik Kango, Afrika Barat penyakit ini sudah menyerang kelapa sawit sejak tahun 1915. Kemudian menyerang kelapa sawit umur 25 tahun di Malaysia 15 tahun kemudian. Semakin meningkanya perkembangan perkebunan kelapa sawit,

maka BPB semakin menyerang pada tanaman yang masih muda (Balai Litbang Pertanian, 2012).

Penyakit Busuk Pangkal Batang kelapa merupakan penyakit yang paling merusak. Penyakit BPB telah menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat besar

sehingga berpotensi melumpuhkan agribisnis kelapa sawit (Purnamasari et al., 2012)

Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit telah banyak dilakukan oleh pekebun kelapa sawit. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan sejak proses tanam ulang, yaitu melalui sanitasi sisa-sisa batang dan akar yang terinfeksi Ganoderma. Sanitasi sumber inokulum ini dapat meminimalkan kontak antara akar sehat dan sisa-sisa akar terinfeksi yang merupakan salah satu

mekanisme utama penyebaran Ganoderma di lapangan (Paterson, 2007; Naher et al., 2013).

Di Indonesia, penyakit BPB sudah meyerang tanaman kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau dan Lampung dengan tingkat serangan mencapai 20% - 30% akibatnya, tanaman yang sakit akan mengalami pengurangan jumlah tandan buah segar dan rendemennya berkurang (Nadia, 2013).

(16)

Ganoderma boninense

Penyakit tanaman di lapangan dapat dikenali berdasarkan tanda dan gejala penyakit. Tanda penyakit merupakan bagian mikroorganisme patogen yang dapat diamati dengan mata biasa yang mencirikan jenis penyebab penyakit tersebut.

Misalnya miselia yang berbentuk seperti kapas, merupakan salah satu tanda jamur patogen yang menginfeksi tanaman tersebut. Gejala pada umumnya sangat spesifik tergantung pada spesies yang menginfeksinya, sehingga gejala penyakit tersebut dapat dipergunakan untuk mengidentifikasi jenis patogen yang menginfeksi di lapangan (Agrios, 1999).

Ganoderma yang menyerang tanaman kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam.

Umumnya basidiokarp yang banyak ditemukan adalah Sessile, yaitu basidiokarp tidak bertangkai, tubuh buah langsung menyatu dengan pangkal batang kelapa sawit. Ganoderma juga memiliki tepi tubuh buah (basidiokarp) yang beragam, yaitu halus, bergelombang, dan kasar (Rahayu, 1986).

Hasil penelitian Abadi (1987) menunjukkan, bahwa basidiokarp G. boninense yang ditemukan di Sumatera Utara memiliki lapisan kutis (atas)

yang terdiri dari selsel berukuran 20-30 μm x 4-10 μm dengan ketebalan 0,1 mm.

Diameter pori 150-400 μm, dengan disepimen (jaringan antara) sebesar 30-60 μm.

Basidiospora berbentuk bulat panjang, berwarna keemasan, bagian atas kurang rata, berduri, terkadang memiliki vakuola. Cendawan G. boninense memiliki pemanjangan basidiospora dan keseragaman konteks warna coklat. Basidiospora yang dibentuk mencapai 9-13 μm x 5-7 μm.

(17)

Gambar 1. Siklus hidup Ganoderma (Crystovel, 2017)

Awalnya siklus hidup Ganodermadimulai dengan keluarnya jutaan spora dari tubuh buah yang matang (Gambar 1). Pada tahap berikutnya, hifa tersebut akan berfusi serta berjalinan antara satu dengan yang lain untuk membentuk sebuah jaringan benang. Berlanjut pada tahap berikutnya, enzim akan diekskresikan oleh miselium ke lingkungan sekitar. Proses tersebut berlangsung dengan tujuan untuk memecah senyawa organik kompleks di substrat. Memasuki tahap selanjutnya, miselium secara terus-menerus berkembang membentuk gumpalan dan bertumbuh sehingga menghasilkan tubuh buah Ganoderma.

Gejala Serangan Penyakit

G. boninense lebih cepat menyerang tanaman kelapa sawit di lahan gambut karena tunggul-tunggul kelapa sawit yang masih tersisa dalam tanah merupakan sumber infeksi yang paling kuat di kebun peremajaan (bekas kelapa sawit). G. boninense dapat menyerang kelapa sawit pada tahap produksi dan

(18)

pembibitan. Gejala yang khas sebelum terbentuknya tubuh buah jamur, ditandai adanya pembusukan pada pangkal batang, sehingga menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam (Semangun, 2008).

Gejala awal penyakit sulit dideteksi karena perkembangannya yang lambat dan dikarenakan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Sangat mudah untuk mengidentifikasi gejala di tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah, konsekuensinya, penyakit jadi lebih sulit dikendalikan. Gejala utama penyakit adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman belum menghasilkan, gejala awal ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis yang menyebar ke seluruh daun. Pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka

(terjadinya akumulasi daun tombak) dan suatu saat tanaman akan mati (Purba, 1993).

Ganoderma menginfeksi jaringan akar tanaman yang kemudian tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah. Gejala serangan penyakit busuk akar tingkat ringan pada tanaman secara umum adalah layu, tidak berkembang, kehilangan helai daun sampai lodoh pada batang (Hidayati dan Nurrohmah, 2015).

Ganoderma menginfeksi pada jaringan akar tanaman yang kemudian tumbuh dan berkembang di bawah permukaan tanah. Gejala serangan penyakit busuk akar tingkat ringan pada tanaman secara umum adalah layu, tidak berkembang, kehilangan helai daun sampai lodoh pada batang. Pada serangan tingkat lanjut, secara umum penyakit dapat diidentifikasi dengan kemunculan

(19)

tubuh buah. Tubuh buah ini keras dan berkayu dengan ukuran yang cukup besar.

Ukuran tubuh buah dapat mencapai diameter 15 cm dan ketebalan 5 cm. Warna tubuh buah dari cokelat muda hingga cokelat tua dan bahkan jingga. Bagian atas tubuh buah dapat agak mengkilat dengan bagian bawah berwarna putih (Henessy dan Daly, 2007).

Infeksi Ganoderma pada kelapa sawit diawali dengan kolonisasi hifa intra seluler yang tumbuh cepat dan lebat pada jaringan korteks kemudian diikuti produksi metabolit sekunder dan enzim-enzim ligninolitik (Abdullah et al., 2010).

Sebagai gejala luar yang umum, seluruh tajuk menjadi kekuningan dan pucat karena kekurangan zat hara dan air sebagai akibat rusaknya perakaran sehingga pengisapannya dari dalam tanah menjadi terganggu. Hal ini disertai dengan meningkatnya jumlah daun tombak (pupus yang belum terbuka) sampai 2- 4 daun didalam pucuk. Lebih lanjut, daun-daun sebelah bawah tajuk berangsur- angsur merunduk, tapi yang sebelah atas tetap tegak serta lambat atau tidak mau membuka, sehingga terjadi ruang kosong yang membelah dua tajuk. Daun-daun tua akhirnya mengering dan terkulai menyelimuti ujung batang dari pohon (Semangun,1990).

Gejala pada tingkat serangan lanjut adalah selain adanya daun tombak yang tidak terbuka yaitu adanya nekrosis pada daun tua dimulai dari bagian bawah. Daundaun tua yang mengalami nekrosis selanjutnya patah dan tetap menggantung pada pohon. Pada akhirnya tanaman akan mati dan tumbang. Gejala yang tampak daun menandakan bahwa penampang pangkal batang telah mengalami pembusukan sebesar 50% atau lebih. Pada jaringan batang yang busuk, lesion tampak sebagai daerah berwarna coklat muda disertai adanya daerah

(20)

berwarna gelap berbentuk pita tidak beraturan. Serangan lebih lanjut dapat mengakibatkan tanaman kelapa sawit tumbang, karena jaringan kayu pada bagian pangkal batang mengalami pelapukan (Yanti dan Susanto, 2004).

Pada tanaman yang terserang, belum tentu ditemukan tubuh buah G. boninense pada bagian pangkal batang, namun kita dapat mengidentifikasi

serangan lewat daun tombak yang tidak terbuka sebanyak ± 3 daun. Basidiokarp yang dibentuk awalnya berukuran kecil, bulat, berwarna putih, dengan pertumbuhan yang cepat hingga membentuk basidiokarp dewasa yang memiliki bentuk, ukuran, dan warna yang variatif. Umumnya basidiokarp berkembang sedikit di atas dan mengelilingi bagian pangkal batang yang sakit. Ukuran basidiokarp yang bertambah besar menunjukkan perkembangan penyakit semakin lanjut dan akhirnya menyebabkan kematian pada tanaman (Ariffin et al., 2000).

Gambar 2. Penyakit Busuk Pangkal Batang pada tanaman kelapa sawit a) Gejala awal Busuk Pangkal Batang

b) Tubuh buah Ganoderma (priwiratama, 2014)

Pada pangkal batang dan akar telah tumbuh hifa dan miselia yang menyebar pada pertemuan ketiak pelepah sawit, pada penampang batang yang terkena nampak bahwa jaringan kayu yang busuk bewarna coklat terang, ditandai dengan batangnya yang hampa atau keropos (Gambar 2a). Pada pangkal batang telah tumbuh basidiokarp Ganoderma (Gambar 2b).

a b

(21)

Kejadian dan Keparahan Penyakit

Tanaman akan memberikan respon terhadap patogen dengan cara-cara yang berbeda. Respon tersebut ada yang berinteraksi dan ada yang tidak berinteraksi. Pada kasus tertentu terjadi hubungan yang inkompatibel antara tanaman dan patogen (tanaman adalah resisten) atau hubungan yang kompatibel (tanaman adalah rentan) (Siregar, 2003).

Pertumbuhan penyakit G. boninense di perkebunan kelapa sawit terutama dipicu oleh generasi perkebunan. Semakin tinggi generasi perkebunan, semakin parah serangan penyakit hingga menyerang tanaman belum menghasilkan. Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, perkembangan infeksi G. boninense cenderung meningkat, disebabkan oleh mekanisme pemencaran melalui basidiospora. Penyakit Busuk Pangkal Batang terutama menyebar melalui kontak akar dari tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar atau batang sakit. Selain batang kelapa sawit, akar yang terinfeksi merupakan inokulum utama penyakit G. boninense pada kelapa sawit. Mekanisme infeksi

didukung oleh pola persebaran penyakit yang mengelompok (Idris dan Ariffin, 2003).

Apabila kejadian penyakit masih di bawah 5% dan untuk gejala penyakit dengan infeksi masih pada stadium awal dilakukan pembedahan dan pembum- bunan. Pembedahan dilakukan sampai bebas dari jaringan terinfeksi yang diikuti aplikasi fungisida serta agen antagonis Trichoderma sebanyak 1 kg per pohon.

Pembumbunan dilakukan dengan ukuran diameter atas 1,4 m dan diameter bawah 2 m dengan ketinggian 0,7 m (Susanto, 2011).

(22)

Teknik Survei dan Pemetaan

Dalam suatu penelitian survei, tidak perlu untuk meneliti semua individu dalam suatu populasi, sebab disamping memakan biaya yang banyak, juga membutuhkan waktu yang lama. Hasil yang diperoleh dengan meneliti sebagian populasi akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Untuk dapat mencapai tujuan ini, maka cara-cara pengambilan sebuah sampel harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Sebuah sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan unsur mempunyai kesempatan dan peluang yang sama untuk dipilih, dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol. Di samping itu, pengambilan sampel secara acak (random) harus menggunakan

teknik yang tepat sesuai dengan ciri-ciri populasi dan tujuan penelitian (Triyono, 2003).

Teknik sampling adalah suatu cara untuk menentukan banyaknya sampel dan pemilihan calon anggota sampel, sehingga setiap sampel yang terpilih dalam penelitian dapat mewakili populasinya (representatif) baik dari aspek jumlah maupun dari aspek karakteristik yang dimiliki populasi. Penarikan sampel pada penelitian survei dibedakan berdasarkan pada ukuran populasinya. Bila populasinya tidak terbatas atau tidak berhingga (infinite population/unknown population) makapenarikan sampel tidak dapat dilakukan secara acak/random sehingga dikenal dengan istilahnonrandom sampling.Bilapopulasinya terbatas, maka dapat dibuat kerangka sampel (sample frame) yang memuat daftar seluruh anggota populasi. Kerangka sampel dapat dilakukan dengan penarikan sampel secara acak (random). Pengambilan sampel secara acak dapat menghindari

(23)

kekeliruan yang sistematik (systematic error) dan akan dapat mewakili populasinya, sehingga sampel menjadi bersifat representatif (Subali, 2013).

Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel yang harus diambil dalam mendapatkan data yang representatif. Terdapat empat faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan besarnya sampel dari suatu penelitian, diantaranya : (1) Derajat keseragaman dari populasi,makin seragam populasi, makin kecil sampel yang bisa diambil. Jika populasi seragam penuh , maka satu satuan elemen saja sudah cukup representatif untuk diteliti. Sebaliknya, apabila populasi itu secara sempurna tidak seragam, maka hanya pencatatan lengkap yang dapat memberikan gambaran secara representatif, (2) Presisi yang dikehendaki dari penelitian dimana makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki, makin besar jumlah sampel yang harus diambil. Jadi, sampel yang besar cenderung memberikan penduga yang lebih mendekati nilai sesungguhnya (true value), (3) Rencana analisis,adakalanya besarnya sampel sudah mencukupi sesuai dengan tingkat presisi yang dikehendaki, akan tetapi jika dikaitkan dengan kebutuhan analisis, jumlah sampel tersebut kurang mencukupi, (4) Tenaga, waktu, dan biaya,jika diinginkan tingkat presisi yang tinggi, maka jumlah sampel harus besar. Tetapi jika dana, waktu, dan tenaga yang tersedia sangat terbatas, tidak mungkin untuk mengambil sampel yang besar; dan ini berarti tingkat presisinya akan menurun (Triyono, 2003).

Survei dan pemetaan tanah adalah suatu kegiatan penelitian di lapangan untuk melakukan identifikasi, karakterisasi dan evaluasi sumberdaya tanah/lahan (termasuk keadaan terrain dan iklim) di suatu wilayah, yang didukung oleh data hasil analisis laboratorium. Produk utama survei dan pemetaan tanah adalah peta

(24)

tanah yang menyajikan informasi geospasial sifat-sifat tanah dan penyebarannya pada landscape di suatu wilayah. Peta tanah dilengkapi dengan keterangan legenda peta, narasi, dan lampiran data di lapangan dan analisis di laboratorium (Hikmatullah et al., 2014).

Tujuan pemetaan adalah melakukan pengelompokan tanah ke dalam satuan-satuan peta tertentu yang masing-masing mempunyai sifat-sifat yang sama.

Masing-masing satuan peta diberi warna yang sedapat mungkin sesuai dengan warna tanah yang sebenarnya. Disamping itu dicantumkan pula simbol-simbol atau nomor urutnya untuk memudahkan pembacaannya. Walaupun demikian batas-batas persamaan tersebut sudah barang tentu dibatasi oleh ketelitian (skala) dari peta-peta tersebut (Ginting et al., 2015).

Profil Perkebunan ANJ Agri

Perkebunan ANJ Agri didirikan pada 16 April 1993, mengelola dan mengoperasikan perkebunan kelapa sawit Sumatera Utara I di Binanga, terlibat dalam bidang penanaman, pengembangan dan pengolahan kelapa sawit (CPO) dan inti sawit (PK), serta kegiatan – kegiatan yang berkaitan dengan produksi dan pemasaran. ANJ Agri memiliki jumlah area seluas 9.954 hektar, dimana sekitar 9.754 hektar merupakan area yang telah ditanami dan 9.035 hektar merupakan area tanaman kelapa sawit yang menghasilkan (ANJ Tbk., 2016).

(25)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di areal Perkebunan PT. ANJ Agri Binanga Sumatera Utara, dengan mengamati 2 divisi yang umur tanamannya diatas 14 tahun. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2020 sampai dengan Desember 2020

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah peta kebun dengan skala 1 : 23.000 sebagai peta dasar, tanaman kelapa sawit yang akan diamati yaitu 2 divisi, dan setiap divisi di pilih 3 blok.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), kamera, kuisioner, alat tulis dan alat pendukung lainnya.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling.

Pelaksanaan Penelitian Pemilihan lokasi sampel

Survei dilakukan di perkebunan ANJ Agri yang berlokasi di Mandasip, Kec. Simangambat, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara.

Perkebunan ANJ Agri memiliki jumlah area seluas 9.954 hektar, dimana sekitar 9.754 hektar merupakan area yang telah ditanami dan 9.035 hektar merupakan area tanaman kelapa sawit yang menghasilkan.

(26)

Pra Survei

Pra-survei lapangan, pengadaan peta kerja, studi literatur dan penyusunan rencana kerja di lapangan yang berguna untuk mempermudah pekerjaan secara sistematis sehingga didapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Penentuan Sampel

Tanaman kelapa sawit yang akan di amati terdiri dari 2 divisi yaitu divisi 8 dan divisi 13, divisi 8 terdiri dari 3 blok dengan total tanaman sampel 997 tanaman, sedangkan divisi 13 terdiri dari 3 blok dengan total tanaman sampel 1.452 jumlah tanaman sampel. Tanaman sampel tersebut merupakan 10% dari seluruh populasi di setiap blok di divisi tersebut. Penentuan lokasi pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan adanya perbedaan umur tanaman. Dari setiap lokasi yang dipilih, dicatat luas lahan, jumlah tanaman, umur tanaman, tahun tanam, generasi tanaman, dan koordinat GPS (Lisnawita et al., 2016) Wawancara Langsung

Wawancara langsung kepada bagian pemeliharaan tanaman untuk mengetahui berapa informasi terkait penyakit Busuk Pangkal Batang kelapa sawit yang akan diamati. Informasi berupa luas lahan, umur tanaman, jumlah tanaman/blok, generasi tanaman dan tahun tanam (Lisnawita et a., 2016)

Peubah Amatan 1. Kejadian Penyakit

Pengamatan terhadap kejadian penyakit dilakukan pada 10% jumlah tanaman / blok dengan melihat gejala serangan secara visual. seperti kelayuan menyeluruh, sedikitnya 3 pupus yang tidak membuka sempurna, daun klorisis dan tampak kusam tidak berkilat, pelepah terbawah menguning mulai dari ujung

(27)

mengarah ke pangkal, mengering dan nekrosis, pada tanaman dewasa pelepah patah pada pangkalnya dan mengantung pada sekeliling batang, tanaman tanaman sakit tumbang, atau terdapat tubuh buah (http://cybex.pertanian.go.id. 2020).

Kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

kjp = a

b× 100%

Keterangan:

KjP : Kejadian penyakit Busuk Pangkal Batang kelapa sawit

a : Jumlah tanaman yang terserang penyakit Busuk Pangkal Batang kelapa sawit b : Jumlah tanaman yang diamati

(Yudiarti, 2007).

2. Keparahan Penyakit

Persentase keparahan penyakit dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

kp =∑(n × v)

N × Z × 100%

Keterangan :

KP = Keparahan Penyakit

N = Jumlah tanaman pada setiap scoring

v = Nilai skala serangan penyakit tiap individu tanaman Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan

n = Jumlah tanaman yang diamati (Agrios, 1997).

(28)

Skala yang menunjukkan tingkat keparahan penyakit Busuk Pangkal Batang (Abdullah et al. 2003), yaitu :

Skala Deskripsi Gejala

0 Tanaman sehat dengan daun berwarna hijau, tidak terdapat miselium jamur pada semua bagian tanaman.

1 Terdapat massa jamur berwarna putih pada bagian tanaman, dengan atau tanpa daun yang klorosis.

2 Terdapat basidioma pada bagian tanaman dengan 1-3 daun klorosis.

3 Terdapat formulasi basidioma (tubuh buah) dengan lebih dari 3 daun klorosis.

4 Basidioma (tubuh buah) terbentuk dengan baik dan tanaman mati.

(29)

3. Analisis Tanah

Sampel tanah diambil dari semua divisi. Sebanyak 100-200 gr tanah diambil dari 10 tanaman secara acak dari masing-masing blok dengan kedalaman 10 - 20 cm. Selanjutnya sampel tanah dari masing-masing blok dikompositkan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel tanah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis pH tanah, C-org, N-total, dan tekstur tanah (Lisnawita et al. 2016)

(30)

HASIL DAN PEMBAHASAN Prevelensi Penyakit

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di 6 lokasi (2 divisi) di perkebunan PT ANJ Agri Binanga (Gambar 3), di peroleh bahwa prevelensi penyakit dari semua lokasi yaitu 100% (Tabel 1). Hal ini di sebabkan seluruh lokasi survei diperoleh serangan BPB dengan kejadian dan keparahan penyakit yang berbeda-beda.

Secara umum terlihat di perkebunan PT ANJ Agri Binanga telah ditemukan serangan BPB di setiap lokasi, dari serangan ringan sampai sangat parah. Pada tanaman muda yang berumur 14 tahun tingkat serangan BPB rendah yaitu 5,13% dibandingkan tanaman tua. Ariffin et al. (2000) menyatakan semakin tua tanaman kelapa sawit maka kejadian penyakit dapat meningkat sebesar 40%.

Hasil pengamatan di lapangan dan pemetaan gejala serangan menunjukkan bahwa serangan Ganoderma pada tanaman kelapa sawit masih sangat rendah dikarenakan Ganoderma merupakan salah satu penyakit tular tanah (soil borne disease) sehingga pada umumnya penyakit ini berkembang sangat lambat apabila di lahan perkebunan sumber inokulumya masih rendah. Sumber inokulum yang masih rendah itu di sebabkan pertanaman di areal tersebut merupakan tanaman F1 atau tanaman generasi pertama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Susanto et al.

(2013) bahwa Ganoderma telah menjadi salah satu alasan masalah paling serius dalam budidaya kelapa sawit terutama pada generasi lebih dari satu atau dua generasi tanaman.

(31)

Gambar 3. Peta lokasi survei divisi 5 dan divisi 8 di blok H33, J32, I37, H19, G18, J17

Tabel 1. Prevelensi penyakit BPB yang di sebabkan Ganoderma boninense di seluruh lokasi survei

Lokasi Kode Titik Umur Luas Jumlah Prevelensi

Blok Kordinat

Tanaman (tahun)

Lahan

(ha) Tanaman Penyakit Divisi 5 H33

1°28'18.7"N

99°58'54.7"E 27 14.880 178 100%

Divisi 5 J32

1°28'30.8"N

99°58'08.1"E 23 22.870 280 100%

Divisi 5 I37

1°28'56.6"N

99°58'45.0"E 23 18.620 225 100%

Divisi 8 H19

1°27'26.4715" N,

99°55'19.204" E 15 13.400 165 100%

Divisi 8 G18

1°27'6.0703" N,

99°55'22.71"E 15 8.860 120 100%

Divisi 8 J17

1°27'12.2623" N,

99°55'30.9734''E 14 11.050 156 100%

Kejadian penyakit

Data persentase kejadian penyakit yang dilakukan pada enam lokasi di

(32)

penyakit antara 5,13% - 14,22%. Persentase kejadian penyakit tertinggi berada di divisi 5 blok I37 pada umur tanaman 23 tahun sebesar 14,22% dan pada blok H33 pada umur tanaan 27 tahun sebesar 10,67%. Persentase kejadian penyakit terendah berada di divisi 8 blok J17 pada umur 14 tahun sebesar 5,13% dan blok G18 pada umur tanaman 15 tahun sebesar 5,83%. Hal ini dikarenakan serangan G.

boninense yang di amati di lapangan menyerang semua fase umur tanaman kelapa sawit. Susanto et al. (2008) menyatakan tingkat serangan Ganoderma sp. semakin meningkat seiring dengan semakin tua umur tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda persentase serangan awal nilainya kecil jika dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua.

Tabel 2. Kejadian penyakit BPB yang di sebabkan Ganoderma boninense

Lokasi Kode Umur Kejadian

Blok Tanaman (tahun) Penyakit (%)

Divisi 5 H33 27 10,67

Divisi 5 J32 23 7,86

Divisi 5 I37 23 14,22

Divisi 8 H19 15 7,88

Divisi 8 G18 15 5,83

Divisi 8 J17 14 5,13

Dari Tabel 2 dapat dilihat persentasi kejadian penyakit lebih tinggi pada tanaman yang lebih tua. Hal ini dikarenakan pada tanaman tua tingkat serangan lebih tinggi dikarenakan penyebaran penyakit BPB melalui kontak akar sakit dengan akar sehat. Sutarta et al. (2003) menyatakan akar tanaman yang sakit akan menjadi sumber inokulum yang berpotensi menyebarkan Ganoderma sp, areal pertanaman akan terus terkontaminasi dan inokulum patogen akan terakumulasi

(33)

sejalan dengan waktu, semakin tua tanaman tersebut maka sumber inokulum Ganoderma sp. semakin banyak.

Gambar 4. . Gejala serangan Busuk Pangkal Batang: a.). tanama tua yang daunnya sengkleh. b.). tanaman remaja yang daunnya menguning

Pada tanaman remaja ditandai dengan menguningnya semua pelepah (Gambar 4a), sedangkan pada tanaman tua pelepah akan menggantung atau sengkleh (Gambar 4b). Kamu et al. (2015) mengatakan berdasarkan tingkat keparahan serangannya penyakit Busuk Pangkal Batang, stadium awal lebih susah diamati secara eksternal daripada stadium berat, hal ini dikarenakan perkembangan penyakit yang lambat. Gejala eksternal sulit diamati di stadium awal karena menunjukkan ciri yang mirip dengan kondisi tanaman yang mengalami defisit air, defisiensi hara, tergenang, atau gejala serangan rayap.

Keparahan penyakit

Keparahan penyakit tanaman kelapa sawit yang di sebabkan oleh jamur G.

boninense dapat di lihat pada Tabel 3. Persentase keparahan penyakit yang diperoleh adalah antara 2,35% - 5,78%.Persentase keparahan penyakit tertinggi terdapat pada divisi 5 blok I37 pada umur tanaman 23 tahun sebesar 5,78%dan pada blok H33 pada umur tanaan 27 tahun sebesar 5,62%(Tabel 3). Persentase

a b

(34)

keparahan penyakit terendah terdapat di divisi 8 blok J17 pada umur 14 tahun sebesar 2,35% dan blok G18 pada umur tanaman 15 tahun sebesar 3,33%. Dari hasil yang di dapat keparahan penyakit berbanding lurus dengan kejadian penyakit. Dimana tingkat keparahan dan kejadian penyakit lebih tinggi dengan bertambahnya umur tanaman, atau dengan kata lain keparahan dan kejadian penyakit lebih tinggi pada tanaman yang lebih tua.

Pada tanaman yang terserang penyakit BPB dengan gejala ringan terlihat badan buah Ganoderma mulai muncul (Gambar 5a). Tanaman kelapa sawit tumbang akibat serangan Ganoderma (Gambar 5b). Tubuh buah ganoderma mulai berkembang dan menyebar ke seluruh bagian batang bawah kelapa sawit (Gambar 5c). dan terdapat lubang pada batang basal (Gambar 5d). Gejala di atas adalah gejala spesifik penyakit busuk batang basal Ganoderma menurut Abdul et al.

(1998).

Tabel 3. Keparahan penyakit PBP yang disebabkan oleh jamur Ganoderma boninense

Lokasi Kode Umur Keparahan

Blok Tanaman (tahun) Penyakit (%)

Divisi 5 H33 27 5,62

Divisi 5 J32 23 3,57

Divisi 5 I37 23 5,78

Divisi 8 H19 15 4,44

Divisi 8 G18 15 3,33

Divisi 8 J17 14 2,35

(35)

Gambar 5. Gejala penyakit busuk batang basal Ganoderma di lapangan: a.). tubuh buah Ganoderma mulai muncul. b.). Tanaman mati. c.). tubuh buah mulai membesar. d.). lubang di batang basal

Analisis Tanah

Dari hasil analisis sampel tanah untuk semua lokasi yang disurvei, diketahui bahwa kejadian dan keparahan penyakit tertinggi di blok I37 memiliki pH tanah yang asam 5,55 dan lokasi yang kejadian dan keparahan terendah memilliki pH tanah yang sangat masam (ekstrim) 3,82 (Tabel 4). Hal ini di perkuat dengan pernyataan Abadi dan Dharmaputra (1998) yang menyatakan bahwa G. boninense tumbuh baik dengan pH tanah antara 3,0 - 8,5, berdasarkan

a b

c d

(36)

serangan Ganoderma, dari hasil penelitian yang dilakukan pH tanah di setiap lokasi survei memiliki kisaran pH berkisar 3,82-5,55.

Hasil analisis tanah yang di lakukan, pada blok H33 dan I37 memiliki persentasi pasir yang tinggi 82,61% dan 87,69%. Blok H33 dan I37 merupakan lokasi yang serangan Ganoderma tertinggi. Hal ini sesuai dengan Chang (2003) yang menyatakan bahwa lahan dengan tekstur tanah berpasir memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terserang penyakit busuk batang basal karena kondisi ini mempengaruhi matriks tanah alami. Infeksi Ganoderma lebih cepat terjadi pada tanah berpasir karena tekstur tanah mempunyai porositas yang tinggi sehingga menyebabkan akar tanaman lebih cepat mencapai inokulum. Tingginya porositas tanah pada lahan berpasir juga berpengaruh pada populasi Ganoderma.

Kondisi status hara tanah C-organik dan N-total tidak memperlihatkan adanya pengaruh yang nyata terhadap keberadaan G. boninense. Puspika (2018) menyatakan pada dasarnya unsur hara tidak pernah terlibat secara langsung dalam mengurangi laju pertumbuhan populasi maupun laju infeksi G. boninense pada tanah. Keberadaan unsur hara baik unsur hara makro maupun unsur hara mikro memainkan perannya lewat tanaman. Tanaman yang kecukupan haranya terpenuhi akan tumbuh sehat dan daya tahan terhadap infeksi patogen meningkat, sehingga tanaman tidak mudah terserang penyakit.

(37)

Tabel 4. Hasil analisis contoh tanah di lokasi survei pada blok H33, J32, I37, H19, G18, J17.

No Jenis Analisis

Kode Blok

H33 J32 I37 H19 G18 J17

1 C-organik (%) 3,44 3,00 0,87 0,77 0,85 0,94 2 N-total (%) 0,45 0,28 0,04 0,06 0,08 0,06

3 pH 3,82 4,16 5,55 3,68 4,24 3,82

4

Tekstur

Pasir (%) 82,61 85,07 87,69 79,31 74,89 76,94 Debu (%) 15,22 10,66 8,21 6,21 8,37 6,94 Liat (%) 2,17 4,26 4,10 14,49 16,74 16,77

(38)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hasil survei didapat penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB) yang disebabkan oleh Ganoderma boninense telah menyebar di Perkebunan PT ANJ Agri Binanga dengan prevelensi penyakit 100% pada semua lokasi survei.

2. Persentase kejadian penyakit tertinggi berada di divisi 5 blok I37 yaitu 14,22% dengan keparahan penyakit 5,78%, sedangkan kejadian penyakit terendah berada di divisi 8 blok J17 yaitu 5,13% dengan keparahan penyakit sebesar 5,78%.

3. Seluruh lokasi penelitian memiliki pH tanah masam antara 3,68 – 5,55 serta memiliki tekstur tanah berpasir yang sesuai untuk perkembangan G.

boninense tetapi unsur hara tidak mempengaruhi penyebaran G. boninense dalam tanah

Saran

Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan survei keragaman jenis Ganoderma sp yang menyerang pertanaman kelapa sawit di perkebunan PT ANJ Agri Binanga.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi AL, dan Dharmaputra OS. 1998. Pengaruh pH medium dan suhu terhadap pertumbuhan miselium Ganoderma boninense Laporan Tahunan Kerjasama Penelitian Pusat Penelitian Marihat-Biotrop tahun 1988 (Bogor, Biotrop)

Abadi AL. 1987. Biologi Ganoderma boninense Pat pada kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) dan pengaruh beberapa mikroba tanah antagonistik terhadap pertumbuhannya [Disertasi]. PPS IPB. Bogor. 147.

Abdullah, F, Ilias. G.N.M, Nelson. M, Izzati MZ. N. A, dan Kalsom Y. U. 2003 Diseases assessment and the efficacy of Trichoderma as biocontrol agent of basal stem rot of oil palms. Research Bulletin Science Putra. 1: 31-37.

Abdullah SN, Alizader F, Ali N, Meon S, and Senon A. 2010. Molecular &

biochemical approach in Ganoderma research. In: Second International Seminar Oil Palm Disease: Advance in Ganoderma Research &

Management. Indonesian. Yogyakarta, 31 May 2010. Indonesia, Oil Palm Research Institute (IOPRI) 4p.Breton.

Agrios G. 1999. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gajah Mada University Press Jogyakarta.

Ariffin D, Idris AS, and Singh G. 2000. Status of Ganoderma in Oil Palm. Di dalam: Flood J, Bridge PD, Holderners M. (Editor), Ganoderma Disease of Perenial Crops. UK: CABI Publishing 49-68.

Balai Litbang Pertanian. 2012. Pendekatan Ekologis Mengatasi Penyakit Busuk Pangkal Batang Ganoderma Pada Kelapa Sawit. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Bogor.

Chang, T.T. 2003 Effect of soil moisture content on the survival of Ganoderma species and other wood inhabiting fungi. Plant Disease 87 (10):, 1201-4 Crystovel J. 2017. Mikologi Tumbuhan Ganoderma Armillaria Fomes.

Universitas Padjadjaran. Sumedang

Defitri Y. 2015. Identifikasi patogen penyebab penyakit tanaman sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Desa Bertam Kecamatan Jambi Luar Kota. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi 15 (4). 129-133

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Bengkulu. 2016.

(40)

Menggunakan Agensia hayati Trichoderma sp.

www.distphp.bengkuluprov.go.id (Diakses 16 September 2020)

Ginting R, Muklis dan Sitanggang G. 2015. Survei dan pemetaan status hara P di kecamatan Kabanjahe Kabupaten Karo. Jurnal Online Agroekoteknologi.

3(3):1226-1232.

Hennessy C, and Daly A. 2007. Ganoderma diseases. Agnote no. 167.

http://www.nt.gov.au/d/Content/ File/p/Plant_Pest/834.pdf [diunduh 14 Maret 2020].

Hidayati N, dan Nurrohmah SH. 2015. Karakteristik Morfologi Ganoderma steyaertanum yang Menyerang Kebun Benih Acacia mangium dan Acacia auriculiformis di Wonogiri, Jawa Tengah. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Jawa Tengah.

Hikmatullah, Suparto, Tafakresnanto C, Sukarman, Suratman dan Nugroho K . 2014. Petunjuk Teknis Survei dan Pemetaan Sumberdaya Tanah Tingkat Semi Detail Skala 1:50.000. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 34 hal.

http://cybex.pertanian.go.id. 2020. Mengenal penyakit Busuk Pangkal Batang kelapa sawit dan pengendaliannya. Dikunjungi Nopember 2020.

Idris, AS, dan Ariffin D. 2003. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Bangi.

Kamu A, Phin,CK, Seman IA, and Mun HC. 2015. Distribution of infected oil palms with Ganoderma basal stems root disease. Journal of Scientific Research and Development 2 (10):, 49-55.

Kuswanto JH, Purwanta B, dan Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Lampung.

Lisnawita, Hanum H, dan Tantawi AR., 2016. Survey of basal stem rot disease on oil palms (Elaeis guineensis Jacq.) in Kebun Bukit Kijang,North Sumatera, Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 41. 012007. doi:10.1088/1755-1315/41/1/012007.

Nadia A. 2013. Jamur Ganoderma Peran Ganda yang Bertentangan. POPT Ahli Pratama. BBPPTP Surabaya.

(41)

Naher L, Yusuf UK, Tan, SG, dan Ismail A. 2013. Ecological status of Ganoderma and basal stem rot disease of oil palms (Elaeis guineensis Jacq.). Aus Sci. 7(11):1723– 1727.

Paterson RRM. 2007. Ganoderma disease of oil palm a white rot perspective necessary for integrated control. Crop Protection. 26:1369–1376.

Priwiratama H, dan Susanto A. 2014. Utilization of fungi for the biological control of insect pests and Ganoderma disease in the Indonesian Oil Palm Industry. Agr Sci Tech A. 4(2014):103–111.

PT Austindo Nusantara Jaya TBK. 2016. Profil kami ANJ Group. https://anj- group.com/id/our-profile-1

Purba RY. 1993. Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) yang Disebabkan Oleh Ganoderma dan Manajemen Pengendaliannya.

Medan: LPP.

Purnamasari MI, Prihatna C, Gunawan AW, dan Suwanto A. 2012. Isolasi dan identifikasi secara molekuler Ganoderma spp. yang berasosiasi dengan penyakit Busuk Pangkal Batang di kelapa sawit. J Fitopatol Ind 8(1):, 9- 15. https://doi.org/10.14692/jfi.8.1.9

Puspika,MA. 2018. Sifat Fisika dan Kimia Tanah Pada Tanah Supresif Terhadap Keberadaan Ganoderma boninense Pada Kelapa Sawit. Jurnal Online Agroekoteknologi. 6(2): 356-361.

Rahayu AN. 1986. Selection for partial tolerance in oil palm progenies to Ganoderma basal stem rot. J Oil Palm Res. 16(2):12–18.

Rivai F. 2016. Penyakit Tumbuhan ; Dimensi, Waktu, dan Ruang. Plantaxia.

Yogyakarta.

Semangun H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.

Yogyakarta. UGM.

Semangun H. 1990. Penyakit Tanaman Kebun di Indonesia. Gajah Mada University Press Jogyakarta

Siregar EBM. 2003. Pertahanan Metabolik dan Enzim Litik dalam Mekanisme Resistensi Tanaman terhadap Serangan Patogen. Fakultas Pertanian Program Studi Ilmu Kehutanan. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Subali,B. 2013. Metodologi Penelitian pendidikan Biologi. Fakultas Matematika

(42)

Susanto A, Prasetyo AE, dan Wening S. 2013 Laju infeksi Ganoderma pada empat kelas tekstur tanah. Jurnal Fitopatologi Indonesia 9 (2):, 39-46.

Susanto A, Ginting PA,Surianto dan Prasetyo AE. 2008. Pola penyebaran G.

boninense pada Perkebunan Kelapa Sawit dilahan Gambut: studi kasus di PT Anak Tasik Labuhan Batu Sumatera Utara. Jurnal penelitian Kelapa Sawit 16:135-146.

Susanto. 2011. Penyakit Busuk Pangkal Batang Ganoderma boninense Pat. Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan: Informasi Organisme Pengganggu Tanaman P(0001):1-4.

Sutarta E, Rahutomo S, Darmosarkoro W, dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit, hal. 81. Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Triyono. 2003.Teknik Sampling dalam Penelitian. Universitas Palangkaraya.

Palangkaraya.

Yanti F, dan Susanto A. 2004. Cara praktis isolasi tubuh buah Ganoderma boninense pada medium Potato Dextrose Agar (PDA). Pusat Penelitian Kelapa Sawit 12(2-3).

Yudiarti T. 2007. Ilmu Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

(43)

LAMPIRAN Lampiran 1. Wawancara Langsung

Kuisioner

Divisi 5

Blok H33

Luas Lahan 14880

Umur Tanaman 27

Jumlah Tanaman/Blok 1780

Generasi Tanaman F1

Tahun Tanam 1993

Kuisioner

Divisi 5

Blok J32

Luas Lahan 22870

Umur Tanaman 23

Jumlah Tanaman/Blok 2806

Generasi Tanaman F1

Tahun Tanam 1997

Kuisioner

Divisi 5

Blok I37

Luas Lahan 18620

Umur Tanaman 23

Jumlah Tanaman/Blok 225

Generasi Tanaman F1

Tahun Tanam 1997

Kuisioner

Divisi 8

Blok H19

Luas Lahan 1340

Umur Tanaman 15

Jumlah Tanaman/Blok 1652

Generasi Tanaman F1

Tahun Tanam 2005

(44)

Divisi 8

Blok G18

Luas Lahan 8860

Umur Tanaman 15

Jumlah Tanaman/Blok 1207

Generasi Tanaman F1

Tahun Tanam 2005

Kuisioner

Divisi 8

Blok J17

Luas Lahan 11050

Umur Tanaman 14

Jumlah Tanaman/Blok 1563

Generasi Tanaman F1

Tahun Tanam 2006

Lampiran 2. Foto gejala Ganoderma di lapangan

(45)
(46)

Lampiran 3. data analisis tanah

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeterminasi status terkini penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit di lndonesia dan keragarnan rnikroorganisrne rhizosfer pada

Berikut ini diulas beberapa jenis penyakit yang menyerang tanaman sawit di perkebunan yaitu, Penyakit busuk pangkal batang, Penyakit busuk pucuk kelapa sawit,

Kajian pengendalian hayati Ganoderma boninense Pat, penyebab penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit [disertasi].. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana, Institut

kelapa sawit lebih efektif dalam menekan kematian tanaman, dan dapat megurangi kerentanan akar kecambah dan bibit terhadap penyerangan penyakit busuk pangkal

Sebagian besar kehilangan hasil tersebut disebabkan oleh penyakit busuk pangkal batang (BPB) pada tanaman lada yang disebabkan oleh jamur patogen.. Phytophthora

kelapa sawit lebih efektif dalam menekan kematian tanaman, dan dapat megurangi kerentanan akar kecambah dan bibit terhadap penyerangan penyakit busuk pangkal

Tanaman kelapa sawit yang sudah tua lebih rentan karena pada tanaman tua penyebaran penyakit BPB ini melalui kontak akar tanaman yang sakit dengan akar tanaman yang sehat,

Penyakit busuk pangkal batang merupakan penyakit utama pada tanaman tua, tanaman replanting dan tanaman kelapa sawit yang ditanam di areal bekas lahan palawija, penyakit