• Tidak ada hasil yang ditemukan

SURVEI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG KELAPA SAWIT Ganoderma boninense DI KEBUN BAH LIAS PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk SKRIPSI OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SURVEI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG KELAPA SAWIT Ganoderma boninense DI KEBUN BAH LIAS PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk SKRIPSI OLEH:"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

SURVEI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG KELAPA SAWIT Ganoderma boninense DI KEBUN BAH LIAS PT. PP LONDON SUMATRA

INDONESIA, Tbk SKRIPSI

OLEH:

MUHAMMAD RAIS ARDY 150301061

AGROTEKNOLOGI / HPT

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(2)

SURVEI PENYAKIT BUSUK PANGKAL BATANG KELAPA SAWIT Ganoderma boninense DI KEBUN BAH LIAS PT. PP LONDON SUMATRA

INDONESIA, Tbk SKRIPSI

OLEH:

MUHAMMAD RAIS ARDY 150301061

AGROTEKNOLOGI / HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2021

(3)
(4)

i ABSTRAK

Muhammad Rais Ardy. 2021. “Survei Penyakit Busuk Pangkal Batang Kelapa Sawit Ganoderma boninense di Kebun Bah Lias PT.PP. London”. Di bawah bimbingan Lisnawita dan Irda Safni. Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh G.boninense merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman kelapa sawit di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara karena mengakibatkan penurunan hasil dan kematian tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebaran penyakit BPB di kebun Bah Lias PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. Penelitian menggunakan metode survei purposive random sampling dengan pengamatan pada 2 Divisi yaitu Divisi 1 dan Divisi 2, masing-masing 3 blok dengan sampel 10% dari populasi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan persentase kejadian dan keparahan penyakit tertinggi terdapat pada lokasi Divisi 1 dengan kode blok 3112000 yaitu masing-masing 21.43% dan 13.35%. dan terendah terdapat pada lokasi Divisi 2 kode blok 7111013 yaitu 8,33% dan 5.67%.

Kata kunci : busuk pangkal batang, Elaeis guinensis., Ganoderma boninense, survei penyakit tumbuhan,

(5)

ii ABSTRACT

Muhammad Rais Ardy. 2021 " Survey of Basal Stem Rot Disease Ganoderma boninense in Bah Lias Plantation PT.PP. London". Supervised by Lisnawita and Irda Safni. Basal Stem Rot (BSR) caused by G.boninense is one common diseases in oil palm plants in Indonesia, especially in North Sumatra,because it reduces the yield and plants die.This study was aimeds to determine the spread of BSR in Bah Lias plantation of PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk . This research was using purposive random sampling survey method with observation of 2 Divisions, namely Division 1 and Division 2, each of 3 blocks with a sampel of 10% of the plant population. The results showed that the highest percentage of disease incidence and disease severity was at the location of Division 1 with block code 3112000, namely 21.43% and 13.35%, respectively. and the lowest was in the location of Division 2 code block 7111013, namely 8.33% and 5.67%.

Keywords: basal stem rot, Elaeis guinensis, Ganoderma boninense, plant desease survey

(6)

iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Morawa pada tanggal 9 Juli 1997, anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Yunan S, Ag dan Alia wahyuni

S, Ag.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sekolah dasar di SD Negeri 101876 Tanjung Morawa tamat pada tahun 2009, sekolah menengah pertama di Mts Muallimin Univa Medan tamat pada tahun 2012, sekolah menengah atas di MAS Muallimin Univa Medan tamat pada tahun 2015. Semasa sekolah penulis aktif sebagai Wakil Ketua OSIS pada tahun 2013 dan Ketua OSIS pada tahun 2014, dan pada tahun 2015 penulis diterima di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Penulis aktif dalam unit kegiatan mahasiswa kampus Universitas Sumatera Utara yaitu UKM Klinik Tanaman (2017-2019), sebagai anggota pada tahun 2017 dan 2018, sebagai Anggota Litbang pada tahun 2018, UKM Mahasiswa Perlindungan Tanaman (IMAPTAN) Universitas Sumatera Utara, BKM Al- Mukhlisin Fakultas Pertanian (2016-2019), Himpunan Mahasiswa Agroteknologi (HIMAGROTEK) Universitas Sumatera Utara. Pada tahun 2016-2019 sebagai asisten di Laboratorium Penyakit Tumbuhan.

Penulis pernah menjadi panitia Seminar Nasional UKM Klinik Tanaman 2018 “Karantina Sebagai Garda Terdepan Mencegah Masuknya Organisme Pengganggu Tanaman Karantina”, panitia Klinik Tanaman mengabdi 2018 di Desa Saentis, Kecamatan Percut Sei Tuan, panitia Koordinator Humas

(7)

iv

Musyawarah Nasional (MUNAS) FKSIMPTI 2018. Panitia Praktikum BKM Al- Mukhlisin Fakultas Pertanian 2017.

Penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PTPN III kebun Pulau Mandi, Asahan, Sumatera Utara pada tahun 2018. Melaksanakan Kuliah Kerja Nyata - Pemberdayaan Pengabdian Masyarakat (KKN-PPM) Universitas Sumatera Utara di Desa Banjar Kecamatan Air Joman, Asahan Sumatera Utara pada tahun 2019.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “Survei Penyakit Busuk Pangkal Ganoderma boninense di Kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk” yang merupakan sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ayahanda Yunan S, Ag dan ibunda Alia wahyuni S, Ag. yang selalu memberikan do’a dan dukungan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Lisnawita SP., M.Si. selaku dosen ketua komisi pembimbing dan Irda Safni SP., MCP, Ph.D selaku dosen anggota komisi pembimbing yang telah banyak membatu penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis berterima kasih juga kepada staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agroteknologi, Kecambah Team, Asisten Penyakit Tumbuhan, teman-teman HPT dan Agroteknologi 2 2015, Pemuda Kahfee, Boboboy Kuase Lime, UKM Klintan, dan seluruh sahabat yang selalu memberikan semangat dan bantuan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun.

Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juli 2021

Penulis

(9)

vi DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 2

Hipotesis Penelitian ... 2

Kegunaan Penelitian ... 2

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Pangkal Batang ... 3

Ganoderma boninense ... 4

Gejala Serangan Penyakit ... 5

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ... 6

Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang ... 7

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 9

Bahan dan Alat ... 9

Metode Penelitian ... 9

Pelaksanaan Penelitian... 10

Penentuan Lokasi Penelitian ... 10

Metode Pengambilan Sampel ... 10

Wawancara Langsung ... 11

Peubah Amatan ... 11

Kejadian Penyakit ... 11

Keparahan Penyakit ... 12

Analisis tanah ... 12

Prevalensi Penyakit... 13

HASIL DAN PEMBAHASAN Kejadian penyakit (KjP) dan Keparahan Penyakit (KP) ... 14

Analisis Tanah ... 17

(10)

vii KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 21 Saran ... 21 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

Tabel 1 Skala keparahan penyakit BPB 12

Tabel 2 Kejadian Penyakit (KjP) dan Keparahan Penyakit (KP) 13

Tabel 3 Analisis Tanah 17

(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman.

Gambar 1 Tubuh buah Ganoderma boninense. 4

Gambar 2 Koloni Ganoderma boninense pada cawan petri. 5 Gambar 3 Gejala serangan busuk pangkal batang kelapa sawit. 6 Gambar 4 Gejala penyakit BPB di kebun Bah Lias 17

Gambar 5 Peta kebun Bah Lias 22

(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1. Varietas dan penanggulangan 25

Lampiran 2. Foto gejala Ganoderma di lapangan 25

Lampiran 3. Peta setiap Divisi 28

(14)

1

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkebunan kelapa sawit tersebar di 25 provinsi di Indonesia. Dari 25 provinsi tersebut Provinsi Riau merupakan provinsi dengan luas areal perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia yaitu 2,7 juta hektar pada tahun 2018 atau 17,84 persen dari total luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sedangkan Provinsi Sumatera Utara memiliki luas areal sekitar 1,7 juta hektar pada tahun 2018 (Badan Pusat Statistik, 2018).

Peningkatan luas areal perkebunan monokultur kelapa sawit dapat menyebabkan pengaruh buruk pada ekosistem tersebut. Salah satu kendala untuk meningkatkan produksi kelapa sawit adalah adanya gangguan penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang di sebabkan oleh jamur G.boninense. Patogen ini tidak hanya menyerang tanaman tua, tetapi juga yang masih muda. Saat ini laju infeksi penyakit BPB berjalan semakin cepat penyebarannya (Susanto et al., 2013).

Gejala penyakit BPB adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat dan busuk pada batang tanaman. Pada tanaman yang belum menghasilkan, gejala ditandai dengan penguningan tanaman atau daun terbawah diikuti dengan nekrosis yang menyebar ke seluruh daun. Gejala ini mirip dengan gejala yang di sebabkan defisiensi hara. Pada tanaman dewasa, semua pelepah menjadi pucat, semua daun dan pelepah mengering, daun tombak tidak membuka dan suatu saat tanaman akan mati (Sutarta et al., 2003).

Salah satu perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara adalah PT. PP London Sumatra Indonesia, yang didirikan oleh Pemerintahan Inggris pada tahun

(15)

2

1906 dengan nama Horrison dan Crossfield Plc. Salah satu perkebunan yang di miliki oleh PT. PP London Sumatra Indonesia adalah kebun Bah Lias yang terletak di Bah Lias Kecamatan Bandar, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Dengan luas areal 3.715,01 ha yang dibagi menjadi 5 Divisi (Lonsum, 2017).

Di kebun Bah Lias sendiri penyebaran G.boninense tidak terlalu besar, Perusahaan sendiri melakukan sensus 2 semester pertahun-nya. Data penyebaran G.boninense di kebun ini tercatat dengan baik akan tetapi pada tahun tersebut belum melakukan sensus yang kedua.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian agar dapat mengetahui penyebaran penyakit BPB pada tanaman kelapa sawit yang di sebabkan oleh G.boninense di Kebun Bah Lias PT.PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penyebaran penyakit BPB yang disebabkan oleh G.boninense di pertanaman kelapa sawit Kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk.

Hipotesis Penelitian

Diduga adanya penyakit BPB yang disebabkan G.boninense di pertanaman kelapa sawit di kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatera Indonesia, Tbk.

Kegunaan Penulisan

Kegunaan penulisan yang dilakukan adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

(16)

3

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

BPB kelapa sawit yang disebabkan oleh G.boninense merupakan penyakit yang paling destruktif di perkebunan kelapa sawit di Indonesia dan Malaysia.

Patogen ini tidak hanya menyerang tanaman tua, tetapi juga yang masih muda.

Saat ini, laju infeksi penyakit BPB berjalan semakin cepat, terutama pada tanah dengan tekstur berpasir (Susanto et al., 2013).

Di Indonesia, penyakit busuk pangkal batang sudah meyerang tanaman kelapa sawit di Sumatera Utara, Riau dan Lampung dengan tingkat serangan mencapai 20% - 30% akibatnya, tanaman yang sakit akan mengalami pengurangan jumlah tandan buah segar dan rendemennya berkurang (Nadiah, 2013).

Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangat besar baik secara langsung maupun tidak langsung. Di beberapa perkebunan di Indonesia, penyakit ini telah menyebabkan kematian kelapa sawit hingga 80% atau lebih dari populasi. Penurunan produksi tandan buah segar adalah sebesar 0,16 ton/ha/setiap tanaman mati. Kejadian penyakit yang sekitar 1% di Indonesia dapat menyebabkan kerugian sekitar 256 juta USD per tahun (Susanto et al., 2011).

Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit telah banyak dilakukan oleh pekebun kelapa sawit. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan sejak proses tanam ulang, yaitu melalui sanitasi sisa-sisa batang dan akar yang terinfeksi G.boninense. Sanitasi sumber inokulum ini dapat meminimalkan kontak antara akar sehat dan sisa-sisa akar terinfeksi yang merupakan salah satu mekanisme utama penyebaran G.boninese di lapangan (Paterson, 2007).

(17)

4

Ganoderma boninense

G.boninense merupakan salah satu jenis jamur dari Suku Ganodermataceae, Bangsa Aphyllophorales, dan Kelas Basidiomycetes yang sangat tersebar luas. Jamur ini hidup di tanah, memiliki sifat parasitik dan saprofitik yang menarik karena dua peran yang saling bertentangan yaitu efek berbahaya dan bermanfaat (Ratnaningtyas dan Samiyarsih, 2012).

Badan buah G.boninense memiliki basidiokarp berbentuk seperti kipas, bergelombang, terdapat lingkaran tahunan, permukaannya memiliki warna coklat keunguan pada bagian tepi berwarna putih. Bagian bawah badan buah berwarna putih kekuningan (Gambar 1) dan memiliki poripori. Karakteristik morfologi isolat G.boninense berwarna putih dengan tekstur kasar, tekstur permukaan berombak (Fitriani et al., 2017).

Gambar 1.Tubuh buah Ganoderma boninense (Fitriani et al., 2017).

Di Indonesia, G.boninense dapat tumbuh pada pH 3,0-8.5 dengan temperatur optimal 30 ºC dan terganggu pertumbuhannya pada suhu 15 ºC dan 35 ºC, dan tidak dapat tumbuh pada suhu 40 ºC (Jing, 2007).

Miselium G.boninense berwarna putih kekuningan (Gambar 2) Pertumbuhan miselium cenderung lambat, 10–12 hari miselium baru dapat tumbuh memenuhi cawan petri diameter 9 cm (Susanto et al., 2013).

(18)

5

Gambar 2.Koloni Ganoderma boninense pada cawan petri (Susanto et al., 2013).

Gejala Serangan Penyakit

Gejala awal penyakit BPB ini sulit di identifikasi dikarenakan perkembangannya yang lambat dan gejala eksternal berbeda dengan gejala internal. Gejala utama penyakit adalah terhambatnya pertumbuhan, warna daun menjadi hijau pucat seperti kekurangan unsur hara. Selanjutnya, daun muda atau daun tua akan mengering. Jumlah daun pucuk (daun tombak) yang tidak membuka lebih banyak (Gambar 3 A (a) dan pelepah daun pada umumnya patah, dan menggantung (Gambar 3A (b). Pada tanaman dewasa,semua daun pelepah pucat, dan daun pelepah mengering (Sunarko, 2014).

Gejala yang khas sebelum terbentuknya tubuh buah jamur, di tandai dengan dengan adanya pembusukan pada pangkal batang, sehingga menyebabkan busuk kering pada jaringan dalam (Semangun, 2008). Pada pangkal batang dan akar telah tumbuh miselia, dan tubuh buah yang menyebar pada pertemuan ketiak pelepah sawit (Gambar 3B), pada penampang batang yang terkena nampak bahwa jaringan kayu yang busuk berwarna coklat terang ditandai dengan batangnya yang hampa atau keropos. Jika serangan lanjut tanpa di lakukan pencegahan dapat menimbulkan tanaman rebah dan akhirnya mati (Gambar 3 C) (Priwiratama,

(19)

6

2014).Gejala penyakit sangat mudah untuk di identfikasi pada tanaman dewasa atau saat telah membentuk tubuh buah, kosekuensinya pada kondisi ini penyakit lebih sulit untuk di kendalikan.

Gambar 3. Gejala serangan busuk pangkal batang kelapa sawit :

A. Daun tombak tidak membuka (a), Pelepah menggantung (b) (Sunarko, 2014)

B. Tubuh buah (lingkaran merah)

C. Batang dan akhirnya mati (Priwiratama, 2014).

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Tumbuhan menjadi sakit apabila tumbuhan tersebut diserang oleh patogen (parasit) atau dipengaruhi oleh agensia abiotik. Terjadinya penyakit tumbuhan, sedikitnya harus terjadi kontak dan terjadi interaksi antara dua komponen (tumbuhan dan patogen). Jika pada saat terjadinya kontak dan untuk beberapa saat kemudian terjadi keadaan yang sangat dingin, sangat panas, sangat kering, atau beberapa keadaan ekstrim lainnya, maka patogen mungkin tidak mampu menyerang atau tumbuhan mungkin mampu menahan serangan, meskipun telah terjadi kontak antara keduanya, penyakit tidak berkembang. Oleh sebab itu

A B

C a

b

(20)

7

lingkungan juga sangat mempengaruhi penyebaran penyakit, pada umum nya ketiga komponen itu di sebut dengan segitiga penyakit (Semangun, 1990).

Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit G. boninense di perkebunan kelapa sawit sangat di pengaruhi oleh generasi perkebunan. Semakin tinggi generasi perkebunan, semakin parah serangan. Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, perkembangan infeksi G. boninense cenderung meningkat, disebabkan oleh mekanisme pemencaran melalui basidiospora (Idris dan Ariffin, 2003).

Penyakit busuk pangkal batang terutama menyebar melalui kontak akar dari tanaman sehat dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar atau batang sakit. Selain batang kelapa sawit, akar yang terinfeksi merupakan inokulum utama penyakit G. boninense pada kelapa sawit. Mekanisme infeksi didukung oleh pola persebaran penyakit yang mengelompok (Idris dan Ariffin, 2003).

Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB)

Upaya pengendalian penyakit BPB kelapa sawit telah banyak dilakukan oleh pekebun kelapa sawit. Pengendalian secara kultur teknis dapat dilakukan sejak proses tanam ulang, yaitu melalui sanitasi sisa-sisa batang dan akar yang terinfeksi. Sanitasi sumber inokulum ini dapat meminimalkan kontak antara akar sehat dan sisa-sisa akar terinfeksi yang merupakan salah satu mekanisme utama penyebaran di lapangan (Paterson, 2007). Pada daerah endemik G. boninense umumnya diterapkan sistem penanaman hole in hole.

Sistem penanaman hole in hole dilakukan dengan membuat lubang tanam standar berukuran 60 cm × 60 cm dengan kedalaman 50 cm di dalam lubang tanam besar berdimensi 3 m × 3 m × 0.8 m, sedangkan pada sistem penanaman

(21)

8

standar hanya digunakan lubang tanam berukuran 60 cm × 60 cm (Lonsum, 2017).

Pengendalian hayati dilakukan dengan pemanfaatan agens antagonis, seperti cendawan Trichoderma sp. (Priwiratama dan Susanto 2014) dan endomikoriza (Kartika et al., 2006). Tetapi yang paling potensial adalah Trichoderma. Meskipun demikian, hasil pengendalian secara hayati ini masih belum konsisten di lapangan.

Mounding dilakukan dengan tujuan untuk menghindari infeksi basidiospora ke batang kelapa sawit. Pangkal batang tanaman yang sakit di timbun dengan tanah yang diambil dari gawangan mati dan kemudian dipadatkan.

Mounding tanaman dapat menghasilkan akar-akar baru sehingga pohon tidak mudah tumbang. Pembuatan parit disekeliling tanaman yang sakit juga dimaksudkan untuk mengurangi kontak akar tanaman yang sakit dengan tanaman yang sehat. Perlakuan mounding/bumbunan pada pangkal batang dapat memperpanjang umur produksi selama lebih kurang 2 tahun (Susanto et al,. 2003).

(22)

9

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Agustus 2020 sampai dengan Desember 2020.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah sampel kelapa sawit yang terinfeksi penyakit G. boninense, patok bambu dan tali plastik, peta kebun dengan skala 1 : 23.000 sebagai peta dasar, sampel tanah yang diambil pada beberapa titik tanaman yang terserang G. boninense.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, dimana pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling yaitu menentukan sampel dan mengamati secara langsung kejadian penyakit serta skala kerusakan tanaman kelapa sawit yang terserang G.boninense.

Tanaman kelapa sawit yang akan di amati terdiri dari 2 Divisi yaitu Divisi 1 dan Divisi 2, setiap Divisi akan di pilih 3 blok. Sampel yang akan di amati adalah 10% dari populasi tanaman dari masing-masing blok.

Pengumpulan data dilakukan dengan mengambil data primer yaitu kejadian dan keparahan penyakit yang terlihat di lapangan dan juga pengisian kuesioner kepada bagian perawatan tanaman dan data dari perusahaan tentang serangan penyakit ini. Sebagai data pendukung di ambil data agroklimatologi Bah Lias Research Station.

(23)

10

Pelaksanaan Penelitian

Penentuan Lokasi Penelitian

Survei dilakukan di Bah Lias, Bandar, Kabupaten Simalungan, Sumatera Utara, Indonesia. Penentuan lokasi pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan perbedaan umur tanaman. Dari setiap lokasi yang dipilih, di catat, jumlah total tanaman, umur tanaman, dan titik koordinat GPS.

Metode Pengambilan Sampel

Tanaman kelapa sawit yang akan di amati terdiri dari 2 Divisi yaitu Divisi 1 dan Divisi 2. Kedua Divisi ini akan dipilih berdasarkan perbedaan umur tanamanya. Divisi 1 terdiri dari 34 blok dengan total tanaman 101.326 tanaman, sedangkan Divisi 2 terdiri dari 28 blok dengan total tanaman 106.094 tanaman.

Pengambilan sampel dilakukan masing-masing 3 blok untuk setiap Divisi. Dari setiap blok di tentukan 10% populasi tanaman yang ditentukan secara acak untuk menjadi sampel. Total tanaman yang menjadi sampel adalah 1656 tanaman.

Setiap sampel terpilih diamati gejala terinfeksi busuk pangkal batang seperti kelayuan menyeluruh, sedikitnya 3 pupus yang tidak membuka sempurna, daun klorisis dan tampak kusam tidak berkilat, pelepah terbawah menguning mulai dari ujung mengarah ke pangkal, mengering dan nekrosis, pada tanaman dewasa pelepah patah pada pangkalnya dan mengantung pada sekeliling batang. tanaman

sakit tumbang, atau terdapat tubuh buah

(http://cybex.pertanian.go.id. 2020).

Wawancara Langsung

Setelah ditentukan lokasi penelitian maka dilakukan wawancara langsung kepada bagian pemeliharaan tanaman untuk mengetahui beberapa informasi terkait penyakit BPB kelapa sawit yang akan diamati. informasi berupa luas

(24)

11

lahan, umur tanaman , jumlah tanaman / blok, jenis tanah, jumlah tanaman / blok (ada atau tidaknya gejala) (Lisnawita et al., 2016)

Peubah Amatan 1. Kejadian Penyakit

Pengamatan terhadap kejadian penyakit BPB yang menjadi sampel dengan melihat gejala serangan secara visual. Kejadian penyakit dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a

KjP = x 100%

b Keterangan:

KjP : Kejadian penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit

a : Jumlah tanaman yang terserang penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit b : Jumlah tanaman yang diamati

(Yudiarti, 2007).

2. Keparahan Penyakit

Persentase keparahan penyakit dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

∑ (nxv)

KP = x 100%

NxZ

Keterangan :

KP = Keparahan Penyakit

N = Jumlah tanaman pada setiap scoring

v = Nilai skala serangan penyakit tiap individu tanaman Z = Nilai tertinggi kategori kerusakan

(25)

12

n = Jumlah tanaman yang diamati (Agrios, 1997).

Skala yang menunjukkan tingkat keparahan penyakit BPB (Abdullah et al. 2003), yaitu :

Tabel 1. Skala keparahan penyakit busuk pangkal batang (BPB)

Skala Deskripsi

0 Tanaman sehat dengan daun berwarna hijau, tidak terdapat miselium jamur pada semua bagian tanaman

1 Terdapat massa jamur berwarna putih pada bagian tanaman, dengan atau tanpa daun yang klorosis

2 Terdapat basidioma pada bagian tanaman dengan 1-3 daun klorosis 3 Terdapat formulasi basidioma (tubuh buah) dengan lebih dari 3

daun klorosis

4 Basidioma (tubuh buah) terbentuk dengan baik dan tanaman mati

3. Analisis Tanah

Sampel tanah diambil dari ke-2 Divisi sebanyak 200 gram. Tanah diambil dari 10 tanaman secara acak dari masing-masing blok dengan kedalaman 10 - 20 cm. Selanjutnya sampel tanah dari masing-masing blok dikompositkan dan dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label. Sampel tanah dibawa ke laboratorium untuk dianalisis pH tanah, C-org, N-total, dan tekstur tanah (Lisnawita et al., 2016).

4. Prevalensi Penyakit

Dihitung pravelensi penyakit di dari semua lokasi yang telah di amati (Zeleke et al., 2019) :

Jumlah lokasi yang terinfeksi

Prevalensi Penyakit = x 100%

Total lokasi

(26)

13

HASIL DAN PEMBAHASAN Kejadian Penyakit (KjP) dan Keparahan Penyakit (KP)

Dari hasil pengamatan kejadian penyakit dan keparahan penyakit yang dilakukan di Kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia diperoleh hasil pengamatan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kejadian dan keparahan penyakit BPB (%) yang di sebabkan oleh jamur Ganoderma boninense .

Keterangan:

KjP =Kejadian Penyakit.

KP =Keparahan penyakit.

Hasil pengamatan didapat gejala BPB terlihat di setiap blok yang di amati dengan kejadian serta keparahan penyakit yang berbeda di setiap blok, kejadian penyakit antara 8,33 – 21,43% dan keparahan penyakit antara 5,33 -13,35%.

Persentase kejadian dan keparahan penyakit tertinggi diperoleh pada lokasi Divisi 2 kode Blok 3112000 dengan luas lahan 18,77 ha yaitu sebesar 21,43% dan 13,35

%. Sebaliknya, kejadian keparahan penyakit terendah terdapat pada lokasi Divisi 1 kode blok 7111013 dengan luas lahan sekitar 15,7 ha yaitu 8,33% dan 5,33 %.

Dari Tabel 2 juga terlihat, kejadian dan keparahan penyakit BPB lebih tinggi pada tanaman yang tua di bandingkan dengan tanaman yang lebih muda, No Lokasi Kode

Blok

Tahun

Tanam Generasi Jumlah Tanaman

(KjP) (%)

KP (%)

1 Divisi 1 5111003 2005 I 248 15,37 9,98

2 Divisi 1 7111013 2010 II 216 8,33 5,33

3 Divisi 1 8111001 2008 I 150 9,33 5,67

4 Divisi 2 3112000 2003 II 266 21,43 13,35

5 Divisi 2 7112002 2007 II 392 11,73 5,79

6 Divisi 2 10112001 2007 I 239 13,07 5,85

(27)

14

pertanaman kelapa sawit di areal ini merupakan beberapa generasi tanam, ada yang generasi pertama dan ada hasil replanting, seperti pada lokasi Divisi 2 kode Blok 3112000 yang merupakan lokasi dengan persentase kejadian dan keparahan penyakit tertinggi yaitu 21,43% dan 13,35, lokasi tersebut sudah di lakukan replanting sehingga sumber inokulumnya tinggi, sumber inokulum yang tinggi tersebut di sebabkan tanaman di areal ini merupakan tanaman generasi kedua

Dari hasil pengamatan yang di lakukan kejadian dan keparahan penyakit terendah terdapat pada lokasi Divisi 1 dengan kode blok 7111013 yaitu 8,33% dan 5,67%. Sebenarnya tanaman di Divisi ini merupakan tanaman generasi ke-2 yang telah di lakukan replanting dari tanaman kelapa sawit sebelumnya, (Lampiran 1).

Rendahnya kejadian dan keparahan penyakit di Divisi ini karena tanaman di blok tersebut merupakan tanaman muda yaiutu sekitar 10 tahun. Sutarta et al., (2012) menyatakan serangan penyakit BPB di pengaruhi oleh umur tanaman, peremajaan kebun sawit, jenis tanah, dan varietas yang di budidayakan.

Pada pengamatan ini penyakit BPB dapat terlihat di hampir setiap blok yang diamati akan tetapi miliki perbedaan yang cukup jelas kejadian serta keparahan penyakit setiap blok nya, penyakit BPB terlihat lebih cepat muncul dan serangan nya lebih berat pada generasi tanam kedua atau ketiga. Hal ini sesuai dengan pernyataanSemangun (2008) kejadian penyakit meningkat sejalan dengan generasi kebun kelapa sawit. Gejala penyakit akan lebih cepat muncul dan serangannya lebih berat pada tanaman generasi ke 2, ke 3, dan ke 4.

Penyakit BPB yang disebabkan G.boninense merupakan penyakit tular tanah. Pada umumnya tanaman kelapa sawit yang sudah tua lebih rentan terserang G.boninense, tetapi bukan berarti tanaman muda tidak terserang, karena G.

(28)

15

boninense menyerang semua fase umur tanaman kelapa sawit. Susanto et al., (2008) menyatakan tingkat serangan G.boninense semakin meningkat seiring dengan semakin tua umur tanaman kelapa sawit, pada tanaman muda persentase serangan awal nilainya kecil jika dibandingkan dengan tanaman yang lebih tua.

Tanaman kelapa sawit yang sudah tua lebih rentan karena pada tanaman tua penyebaran penyakit BPB ini melalui kontak akar tanaman yang sakit dengan akar tanaman yang sehat, akar tanaman yang sakit akan menjadi sumber inokulum yang memiliki potensi untuk menjadi penyebab penyebaran G.boninense, seiring bertambahnya umur tanaman kelapa sawit maka semakin memungkinkan tanaman kelapa sawit akan kontak antara akar tanaman yang sehat dengan akar tanaman yang sakit. Susanto et al. (2013) berpendapat bahwa pada tanaman kelapa sawit yang tua tingkat serangan lebih tinggi dikarenakan penyebaran penyakit busuk pangkal batang melalui kontak akar sakit dengan akar sehat. Akar tanaman yang sakit akan menjadi sumber inokulum yang berpotensi menyebarkan G.boninense.

Pada penelitian ini, ditemukan bahwa gejala penyebaran penyakit BPB pada tanaman kelapa sawit di kebun di setiap blok yang menjadi sampel dimana gejala awal terdapat lebih dari tiga daun tombak yang tidak membuka (Gambar 5a), bagian atas tetap tegak dan tidak membuka daun-daun tua akan patah kering dan terkulai menyelimuti ujung batang kelapa sawit (Gambar 5b)

.

Sedangkan gejala berat yaitu tubuh buah G.boninense yang terdapat di pangkal batang ada (Gambar 5c). Gejala yang berat sekali maka tanaman sudah tumbang (Gambar 5d). Pada pangkal batang telah terjadi pembusukan 80 –90 % dibagian tanaman kelapa sawit tersebut (Gambar 5e).

(29)

16

Gambar 4. Gejala penyakit BPB di kebun Bah Lias : a.). Daun tombak yang tidak membuka.

b.). Daun-daun tua akan patah kering dan terkulai mati.

c.). Tubuh buah ganoderma muai muncul.

d.). Tanaman kelapa sawit tumbang.

e.). Pembusukan 80 –90% pada pangkal batang tanaman kelapa sawit.

a

c

b

d

e

(30)

17

Analisis Tanah

Hasil analisis tanah dari tanaman sampel dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil analisis contoh tanah di semua lokasi survei

Lokasi pH tanah

C-org (%)

N-total (%)

Jenis Tanah

Tekstur Tanah

Fraksi Tanah

Sand Silt Clay

% % %

Divisi 1 5,04 1,51 0,21 Inceptisol SC 63 16,6 20,4

Divisi 1 5,27 1,62 0,18 Inceptisol SC 53 10 37

Divisi 1 5,28 1,45 0,16 Inceptisol SC 66,2 9,4 24,4

Divisi 2 4,35 1,4 0,14 Inceptisol SC 67,2 8,4 24,4

Divisi 2 5,37 1,35 0,19 Inceptisol SC 53 10 37

Divisi 2 5,04 1,36 0,15 Inceptisol SC 63 8 29

SC = Sand Clay (Liat berpasir) Sand = Pasir

Silt = Debu Clay = Liat

Dari hasil analisis tanah di Tabel 3 didapat semua sampel tanah mempunyai sifat kimia, dan tekstur tanah yang hampir sama. Jenis tanah dari semua divisi tempat pengambilan sampel merupakan jenis tanah Inseptisol.

Inseptisol merupakan jenis tanah yang sesuai untuk perkebunan seperti perkebunan kelapa sawit. Serta untuk berbagai lahan perkebunan lainnya seperti karet. Tanah Inseptisol tersebar di berbagai daerah di Indonesia seperti di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Tanah ini mempunyai ciri adanya horizon kambik di mana horizon ini kurang dari 25% dari horizon selanjutnya jadi sangatlah unik (https://www.liputan6.com/news/read/3865431/10-jenis-jenis- tanah-di-indonesia-dan-persebarannya, 2021).

(31)

18

Hasil analisis tanah yang telah dilakukan di ketahui bahwa pH tanah berbeda di setiap blok nya, pH tanah antara 4,35 – 5,37. Pada lokasi Divisi 2 dengan kode blok 3112000 yang merupakan lokasi dengan serangan tertinggi mempunyai pH tanah 4,35 merupakan pH tanah yang tergolong sangat masam (Pusat Penilitian tanah, 1993). Kondisi tanah yang seperti ini sangat cocok untuk pertumbuhan G.boninense. Sehingga di lokasi tersebut serangan penyakit BPB tinggi. Semangun (2008) mengatakan G.boninense berkembang paling baik pada suhu 27 –30°C dan pH 3,5 –5,0 Jamur ini mudah diisolasi dari akar atau batang yang sakit dengan memakai media selektif.

Dari Tabel 3 juga terlihat bahwa ratio C-organik di setiap lokasi antara 1,35-16,2% artinya di setiap lokasi kandungan C-organik tanah rendah (Pusat Penilitian tanah, 1993). Apabila kandungan C-organik di dalam tanah rendah maka populasi mikroorganisme di dalam tanah sedikit mengandung bakteri dan jamur yang berguna untuk menekan patogen G.boninense melalui kompetisi ruang dan nutrisi. Salah satu jenis bakteri yang mampu menekan penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit ialah bakteri endofit (Zaiton et al., 2006).

Selanjutnya dari lokasi sampel tanah memiliki N-total tanah yang bervariasi antara 0,14- 0,21%. N-total terendah pada lokasi Divisi 2 dengan kode blok 3112000 yaitu 0,14%. Tanah yang miskin unsur hara akan menyebabkan tanaman menurun daya tahannya terhadap infeksi patogen. Tanaman yang lemah akan mudah terinfeksi patogen (Nursabrina et al., 2012). Lemahnya tanaman ini dapat disebabkan kurangnya hara bagi tanaman karena tanah ini memiliki kategori tanah yang rendah N-total (Pusat Penilitian tanah, 1993).

(32)

19

Penyebaran penyakit BPB melalui tanah dan kontak akar sehingga sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah, tanah dengan tekstur tanah berpasir mempunyai kecenderungan kejadian penyakit BPB lebih besar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chang (2003) yang menyatakan bahwa kecepatan laju infeksi G.boninense di tanah pasir disebabkan sifat fisik tanah pasir yang longgar atau porositas tinggi sehingga akar tanaman akan lebih cepat bergerak menuju sumber inokulum G.boninense

Hasil analisis tanah yang di lakukan di ketahui bahwa Divisi 2 kode Blok 3112000 merupakan lokasi yang serangan Ganoderma tertinggi memiliki persentasi pasir tertinggi yaitu berkisar 67,2% sehingga sangat memungkinkan di tanah tersebut untuk lebih cepat menuju sumber inokulum (2003) yang menyatakan bahwa lahan dengan tekstur tanah berpasir memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk terserang penyakit busuk batang basal karena kondisi ini mempengaruhi matriks tanah alami. Infeksi Ganoderma lebih cepat terjadi pada tanah berpasir karena tekstur tanah mempunyai porositas yang tinggi sehingga menyebabkan akar tanaman lebih cepat mencapai inokulum. Tingginya porositas tanah pada lahan berpasir juga berpengaruh pada populasi Ganoderma

(33)

20

Pravelensi Penyakit

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di 6 lokasi di kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk, (Gambar 5) di peroleh bahwa prevelensi penyakit dari semua lokasi yaitu 100% (Tabel 4), hal ini di sebabkan seluruh lokasi diperoleh kejadian dan keparahan penyakit yang berbeda-beda.

Tabel 4. Prevelensi penyakit BPB yang di sebabkan Ganoderma boninense di seluruh lokasi survei

No Lokasi Kode Blok

Titik Koordinat

Umur Survei

Luas Lahan(ha)

Jumlah Tanaman Terserang

Prevelensi penyakit

(%) 1 Divisi 1 5111003 99o18’10’’E

3o10’0’’N 15 17,37 39 100%

2 Divisi 1 7111013 99o19’20’’E

3o 11’0’’N 10 15,7 18 100%

3 Divisi 1 8111001 99019’50’’E

3010’40’’N 12 11,21 14 100%

4 Divisi 2 3112000 99019’50’’E

3011’0’’N 17 18,77 57 100%

5 Divisi 2 7112002 99019’40’’E

3012’0’’N 13 28,87 46 100%

6 Divisi 2 10112001 99020’20’’E

3011’30’’N 13 20,84 43 100%

(34)

21

Gambar 5. Peta kebun Bah Lias Keterangan

I = Divisi I. II = Divisi II

(35)

22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan oleh G. boninense telah menyebar di Kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk. pada semua lokasi pengamatan dengan kejadian dan keparahan penyakit berbeda di setiap blok.

2. Hasil pengamatan didapat kejadian penyakit antara 8,33 – 21,43% dan keparahan penyakit antara 5,33 -13,35%.

3. Kejadian penyakit tertinggi diperoleh pada lokasi Divisi 2 kode Blok 3112000 yaitu sebesar 21,43% dengan keparahan penyakit yaitu 13,35 %, sedangkan kejadian penyakit terendah terdapat pada lokasi Divisi 2 kode blok 7111013 yaitu 8,33% dengan keparahan penyakit 5,67 %.

4. Prevelensi penyakit pada 6 lokasi di Kebun Bah Lias PT. PP. London Sumatra Indonesia, Tbk mencapai 100% karena penyakit BPB yang disebabkan oleh G. boninense di temukan di semua lokasi.

5. Hasil analisis tanah yang dilakukan diketahui bahwa Divisi 2 kode Blok 3112000 merupakan lokasi yang serangan Ganoderma tertinggi memiliki persentasi pasir tertinggi yaitu berkisar 67,2% sehingga sangat memungkinkan infeksi G. boninense menjadi lebih cepat menuju sumber inokulum pada tanah tersebut.

Saran

Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya dilakukan survei keragaman jenis Ganoderma yang menyerang pertanaman kelapa sawit di kebun Bah Lias PT. PP.

London Sumatra Indonesia, Tbk.

(36)

23

DAFTAR PUSTAKA

Agrios GN. 1997. Plant Pathology. Elsevier Academic Press, New York.

Abdullah F, Ilias GNM, Nelson M, Nur Ain Izzati MZ, Umi Kalsom Y. 2003.

Diseases assessment and the efficacy of Trichoderma as a biocontrol agent of basal stem rot of oil palms. Research Bulletin Science Putra.

11:31-33

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Kelapa Sawit Indonesia 2018 .www.bps.go.id.

Balai Litbang Pertanian. 2012. Pendekatan Ekologis Mengatasi Penyakit Busuk Pangkal Batang G.boninense pada Kelapa Sawit. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.

Bogor.

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bengkulu. 2016.

Pengendalian Penyakit Busuk Pangkal batang Kelapa Sawit dengan Menggunakan Agensia hayati Trichoderma sp.

Fitriani, Suryantini R, Wulandari RS. 2017. Pengendalian hayati patogen busuk akar (Ganoderma sp.) pada Acacia mangium dengan Trichoderma sp.

isolat lokal secara in vitro. Jurnal Hutan Lestari. 5(3):571-570.

Http://cybex.pertanian.go.id. 2020. Mengenal penyakit busuk pangkal batang kelapa sawit dan pengendaliannya. Dikunjungi Nopember 2020.

Https://www.liputan6.com/news/read/3865431/10-jenis-jenis-tanah-di-indonesia- dan-persebarannya, 2021.

Idris AS, Ariffin D. 2003. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB), Bangi.

Jing CJ. 2007. Kepatogenan G.boninense pada Kelapa Sawit dan hubungan biologinya dengan Ganoderma spp.

Dari pada Perumah Palma Lain. Pusat Pengajian Sains Patologi Tumbuhan, Malaysia. 13-40p.

Kuswanto JH. Purwanta B., Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa Sawit.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung. Lampung.

Kartika E, Yahya S, Wilarso S. 2006. Isolasi, karakterisasi dan pemurnian cendawan mikoriza arbuskular dari dua lokasi perkebunan kelapa sawit (bekas hutan dan bekas kebun karet). J Penelitian Kelapa Sawit.

14(3):145–155.

Lisnawita, Hanum H, Tantawi AR. 2016. Survey of basal stem rot disease on oil palms (Elaeis guineensis Jacq.) in kebun Bukit Kijang, North Sumatera,

(37)

24

Indonesia. IOP Conf. Series: Earth and Environmental Science 41.

012007. doi:10.1088/1755-1315/41/1/012007.

Mangoensoekarjo S, Semangun H. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.

Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Nadiah A. 2013. Jamur G.boninense Peran Ganda yang bertentangan. POPT Ahli Pertama. BBPPTP Surabaya.

Nursabrina A, Sariah M, Zaharah AR. 2012. Suppression of basal stem rot disease progress in oil palm (Elaeis guineensis) after copper and calcium supplementation. J Trop Agric Sci. 35(S):13–24.

Naher L, Yusuf UK, Tan SG, Ismail A. 2013. Ecological status of Ganoderma and basal stem rot disease of oil palms (Elaeis guineensis Jacq.). Aus Sci.

7(11):1723– 1727.

Paterson RRM. 2007 G.boninense disease of oil palm-a white rot perspective necessary for integated control. J. Crop Protec. 26:1369-1376.

Priwiratama H, Susanto A. 2014. Utilization of fungi for the biological control of insect pests and Ganoderma disease in The Indonesian oil palm industry. Agr Sci Tech A. 4(2014):103–111.

Ratnaningtyas N, Samiyarsih S. 2012. Karakterisasi Ganoderma spp. di Kabupaten Banyumas dan uji peran basidiospora dalam siklus penyakit busuk batang. Biosfera. 29(1):36-41..

Semangun H. 1990. Penyakit Tanaman Kebun di Indonesia. Gajah Mada University Press, Jogyakarta.

Semangun H. 2008. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia.

Yogyakarta. UGM.

Setyamidjaya D. 2006. Budidaya Kelapa Sawit. Kanisius, Jogyakarta.

Siregar EBM. 2003. Pertahanan metabolik dan enzim litik dalam mekanisme resistensi tanaman terhadap serangan patogen. J. Penelitian Kelapa Sawit. 14(3):145–155.

Subali B. 2013. Metodologi Penelitian pendidikan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta.

Susanto A, Hartono Y. 2002.Teknik Replanting Kelapa Sawit Yang Aman Terhadap Ganoderma dan Orytes rhinoceros.Warta PPKS.

Susanto A, Ginting PA, Surianto, Prasetyo AE. 2008. Pola penyebaran Ganoderma boninense pada perkebunan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) di lahan gambut : studi kasus di PT. Anak Tasik Labuhan Batu Sumatera Utara. J. Penelitian Kelapa Sawit. 16 135-46.

(38)

25

Susanto. 2011. Penyakit busuk pangkal batang Ganoderma boninense Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Vol. P – 0001.

Susanto A, Prasetyo AE, dan Wening S. 2013. Laju infeksi pada empat kelas Ganoderma boninense tekstur tanah. J Fitopatol Indonesia. 9(2):39-46.

DOI: http://dx.doi.org/10.14692/ jfi.9.2.39.

Sunarko. 2014. Budi Daya Kelapa Sawit di Berbagai Jenis Lahan. Agro Media Pustaka. Jakarta

Sutarta E, Rahutomo S, Darmosarkoro W, dan Winarna. 2003. Peranan unsur hara dan sumber hara pada pemupukan tanaman kelapa sawit, hal. 81. Dalam W. Darmosarkoro, E. S. Sutarta dan Winarna (Eds). Lahan dan Pemupukan Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Yudiarti T. 2007. Ilmu Penyakit Tanaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Yanti F, Susanto A. 2004. Cara praktis isolasi tubuh buah Ganoderma boninense pada medium Potato Dextrose Agar (PDA). Pusat Penelitian Kelapa Sawit 12:2-3.

Zaiton S, Sariah M, Abidin MAZ. 2008. Effect of endophytic bacteria on growth and suppression of Ganoderma infection in oil palm. IJAB. 10(1):27–32 Zeleke T, Muluadam B, Wubneh A. 2019. Survey and identification diseases in

South Gondar Zone, Ambara Region, Ethiopia. J. Agri and crops. 5 (8):

123-131.

(39)

26

(40)

27

LAMPIRAN Lampiran 1. Varietas dan Penanggulangan

No .

Lokasi Kode Blok

Variet as

Asal Bibit

Tanaman Sebelum

Upaya Penanggulangan 1. Divisi 1 5111003 BL 4 BLRS Kakao Mounding dan aplikasi

Trichoderma 2. Divisi 1 10112001 BL 7 BLRS Kelapa

sawit

Mounding dan aplikasi Trichoderma 3. Divisi 1 8111001 BL 7 BLRS Kakao Mounding dan aplikasi

Trichoderma 4. Divisi 2 3112000 BL 4 BLRS Kelapa

sawit

Mounding dan aplikasi Trichoderma 5. Divisi 2 7112002 BL 5 BLRS Kelapa

sawit

Mounding dan aplikasi Trichoderma 6. Divisi 2 7111013 BL 5 BLRS Karet Mounding dan aplikasi

Trichoderma

(41)

28

Lampiran 2. Foto gejala Ganoderma di lapangan

Skala Gambar

0

1

2

(42)

29

3

4

(43)

30

(44)

31

(45)

32

Lampiran 3. Peta setiap Divisi a. Divisi blok 5111003

b. Divisi I blok 7111013

(46)

33

c.Divisi 1 blok 8111001

d. Divisi II 3112000

(47)

34

e.Divisi II blok7112002

.

f.Divisi II blok 10112001

Gambar

Gambar 1.Tubuh buah Ganoderma boninense           (Fitriani et al., 2017).
Gambar 2. Koloni Ganoderma boninense pada cawan petri    (Susanto et al., 2013).
Gambar 3. Gejala serangan busuk pangkal batang kelapa sawit :
Gambar 4. Gejala penyakit BPB di kebun Bah Lias :   a.). Daun tombak yang tidak membuka
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil reisolasi pada tanah bekas perlakuan bibit kelapa sawit dengan perlakuan lima isolat bakteri kitinolitik dengan metode cawan sebar/spread plate dengan faktor pengenceran 10

Dengan ini saya menyatakan bahwa PKM-AI Potensi Limbah Lumpur Minyak Kelapa Sawit sebagai Media Pertumbuhan Pseudomonas fluorescens dalam Menekan Penyakit Busuk Pangkal Batang

lainnya (Utomo et al. Mlu I memberikan hasil pemotongan fragmen pada semua sampel Ganoderma spp. pada ke- lapa sawit dan semua G. boninense yang di- isolasi dari batang kelapa

kelapa sawit lebih efektif dalam menekan kematian tanaman, dan dapat megurangi kerentanan akar kecambah dan bibit terhadap penyerangan penyakit busuk pangkal

Apabila pada saat tanaman kelapa sawit mengalami proses penyerbukan, jumlah hari hujan yang tinggi dapat mempengaruhi penyerbukan pada tahun ke depannya karena bunga pada

Pengelolaan Air pada Budidaya Tanaman Kelapa Sawit ( Elaeis guineensis Jack .) di PT Perkebunan Nusantara III Kebun Rambutan Deli serdang Sumatra Utara.. Jurusan Budidaya

kelapa sawit lebih efektif dalam menekan kematian tanaman, dan dapat megurangi kerentanan akar kecambah dan bibit terhadap penyerangan penyakit busuk pangkal

Uji Ketahanan Beberapa Hasil Persilangan Kelapa Sawit dan Medium Tanam Terhadap Penyakit Busuk Pangkal Batang yang Disebabkan oleh Jamur Ganoderma boninense Di