LAMPIRAN 1
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ruth G. Malau
Tempat, Tanggal, Lahir : 26 Agustus 1993
Agama : Kristen Protestan
Alamat : Jl. Harmonika No. 46 Pasar I Padang Bulan Medan
Riwayat Pendidikan
1. TK Pertiwi Rengat (1998-1999)
2. Sekolah Dasar Negeri 007 Rengat (1999-2005)
3. SMP N 1 Rengat (2005-2008)
4. SMA N 1 Rengat (2008-2011)
5. FK USU (2012- sekarang)
Riwayat Pelatihan 1. MMB FK USU 2012
2. PIM SCORE PEMA FK USU 2013
Riwayat Organisasi 1. KMK USU (2015)
NO
No Rekam Medik
Nama Pasien
Jenis Kelamin
Usia Mata yg Dioperasi
Visus Awal
Visus Pasca
Operasi KGD Stadium
Katarak
Riwayat
DM Jenis Operas Snellen Logmar Snellen Logmar
22 579223 JS laki-laki 67 Kanan 1/60. 1.77 5/50. 1 Hiperglikemi Matur DM ECCE 23 508868 ZK perempuan 55 Kanan 1/300 2.47 5/16. 0.5 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 24 424770 RK perempuan 66 Kanan 1/60. 1.77 1/60. 1.77 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 25 554684 MS laki-laki 76 Kanan 1/60. 1.77 1/60. 1 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 26 450942 RE perempuan 54 Kanan 1/60. 1.77 5/25. 0.7 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 27 541699 AP perempuan 83 Kanan P(+) 2.8 5/12. 0.38 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 28 488079 MM laki-laki 70 Kanan 1/300 2.47 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 29 496185 IH laki-laki 67 Kanan 1/60. 1.77 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 30 532051 SP laki-laki 65 Kanan 1/300 2.47 5/60. 1.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 31 507941 AS perempuan 90 Kanan 1/300 2.47 5/50. 1 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 32 503447 SU perempuan 66 Kanan P(+) 2.8 5/6. 0.08 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 33 524436 HS perempuan 58 Kiri 1/300 2.47 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 34 389321 MK perempuan 69 Kanan 1/60. 1.77 5/25. 0.7 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 35 418703 SY laki-laki 60 Kanan 3/60. 1.3 5/16. 0.5 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 36 502537 NU perempuan 61 Kanan 1/300 2.47 5/60. 1.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 37 555309 MS laki-laki 50 Kanan 1/60. 1.77 6/10. 0.22 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 38 466387 LE perempuan 66 Kiri 2/60. 1.47 5/33. 0.81 Normoglikemi Matur Non-DM SICS 39 463826 AT perempuan 65 Kanan P(+) 2.8 5/60. 1.07 Normoglikemi Matur Non-DM SICS 40 497411 RW perempuan 52 Kanan 2/60. 1.47 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM SICS 41 447311 JT laki-laki 60 Kanan 1/300 2.47 5/16. 0.5 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 42 537002 MA laki-laki 64 Kanan 1/300 2.47 5/6. 0.08 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 43 517882 BS laki-laki 61 Kanan 1/300 2.47 2/60. 1.47 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 44 624187 BA laki-laki 54 Kiri 1/60. 1.77 5/6. 0.08 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE
47 582477 SK perempuan 70 Kanan 1/300 2.47 2/60. 1.47 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 48 459945 TS perempuan 69 Kanan 5/33. 0.81 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 49 538996 SL laki-laki 66 Kiri 1/300 2.47 5/50. 1 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 50 539454 PS laki-laki 67 Kiri 1/60. 1.77 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 51 570325 CK perempuan 64 Kanan 1/300 2.47 1/300 2.47 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 52 477546 AT laki-laki 59 Kiri 3/60. 1.3 5/10. 0.3 Hiperglikemi Imatur DM ECCE 53 570805 TS perempuan 76 Kanan 2/60. 1.47 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE
54 570805 TS perempuan 77 Kiri 1/60. 1.77 5/16. 0.5 Normoglikemi Matur Non-DM Fakoemulsifika 55 518814 SH perempuan 73 Kanan P(+) 2.8 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM SICS
56 565106 SP laki-laki 61 Kiri 1/60. 1.47 5/12. 0.38 Normoglikemi Matur Non-DM Fakoemulsifika 57 430609 MS laki-laki 51 Kiri 3/60. 1.3 5/10. 0.3 Hiperglikemi Imatur DM ECCE
58 430609 MS laki-laki 52 Kanan 2/60. 1.47 5/8. 0.2 Hiperglikemi Imatur DM ECCE
59 522482 HS perempuan 71 Kanan 5/50. 1 5/12. 0.38 Normoglikemi Imatur Non-DM Fakoemulsifika 60 617187 MT perempuan 65 Kiri 1/300 2.47 1/300 2.47 Hiperglikemi Imatur DM ECCE
61 669253 SK laki-laki 64 Kiri 5/25. 0.7 5/6. 0.08 Normoglikemi Imatur Non-DM Fakoemulsifika 62 520055 DM perempuan 60 Kiri 1/300 2.47 5/6. 0.08 Normoglikemi Matur Non-DM SICS
LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS
Frequency Table
Jenis Kelamin Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
laki-laki 35 48.6 48.6 48.6
Perempuan 37 51.4 51.4 100.0
Total 72 100.0 100.0
Mata Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Kanan 45 62.5 62.5 62.5
Kiri 27 37.5 37.5 100.0
Total 72 100.0 100.0
KGD Frequenc
y
Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Normoglike mi
54 75.0 75.0 75.0
Hiperglikemi 18 25.0 25.0 100.0
Total 72 100.0 100.0
StadiumKatarak Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
Imatur 21 29.2 29.2 29.2
Matur 51 70.8 70.8 100.0
Riwayat DM Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
DM 23 31.9 31.9 31.9
Non-DM
49 68.1 68.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
JenisOperasi Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
ECCE 60 83.3 83.3 83.3
SICS 7 9.7 9.7 93.1
Fakoemulsifika si
5 6.9 6.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
UsiaPasien Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
<55 tahun 13 18.1 18.1 18.1
> 55 tahun
59 81.9 81.9 100.0
Total 72 100.0 100.0
Visus Post Operasi Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
baik 27 37.5 37.5 37.5
sedang 21 29.2 29.2 66.7
buruk 24 33.3 33.3 100.0
Visuspreoperasi Frequenc
y
Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
sedang 5 6.9 6.9 6.9
buruk 67 93.1 93.1 100.0
Total 72 100.0 100.0
CROSSTAB
Riwayat DM * visus post operasi Crosstabulation Count
Visus Post Operasi Total baik sedang buruk
Riwayat DM
DM 8 4 11 23
Non-DM
19 17 13 49
Total 27 21 24 72
Riwayat DM * UsiaPasien Crosstabulation Count
UsiaPasien Total <55 tahun > 55 tahun Riwayat DM
DM 6 17 23
Non-DM
7 42 49
Total 13 59 72
UsiaPasien * StadiumKatarak Crosstabulation Count
StadiumKatarak Total Imatur Matur
UsiaPasien
<55 tahun 6 7 13
> 55 tahun
15 44 59
DAFTAR PUSTAKA
Arimbi, A.T., 2012, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Katarak
Degeneratif di RSUD Budhi Asih Tahun 2011, Universitas Indonesia.
Dahlan, M. S., 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam
penelitian kedokteran dan kesehatan. Seri Evidence Based Medicine 2. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika.
Dahlan, M. S., 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Seri Evidence Based Medicine 1. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Devgan, Uday. 2010.‘Cataract surgery in Diabetic Patient’. Retina Today Vol
2010. Available from:
http://retinatoday.com/2010/08/cataract-surgery-in-diabetic-patients.
Erman, I., Elviani, Y., and Soewito, B. Hubungan Umur dan Jenis Kelamin
dengan Kejadian Katarak di Instalasi Rawat Jalan (Poli Mata) RS. dr. Sobirin Kab. Musi Waras Tahun 2014. Politeknik Kesehatan Palembang Harper, R.A., Shock, J.P., 2010. Lensa. In: Whitcher, J.P. & Eva, P.R. (eds.),
Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC.
Husain, R., Tong, L., Fong, A., Cheng, J.F., How, A., Chua, W.H., Lee, L., et al.
2005. ‘Prevalence of cataract in rural Indonesia’, American Academy of
Ophthalmology Journal, vol. 112, no. 7, pp. 1255-1262.
Ilyas, S., 2009. Kelainan refraksi dan kacamata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Ilyas, S., 2010. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Javadi, M.A., and Ghanavati, S.Z., 2008. Cataracts in Diabetic patients: A review
Khandekar, R., Raisi A.A., 2009. ‘Assessment of Visual Gain Following Cataract
Surgeries in Oman: A Hospital Based Cohort Study’, Oman Medical Journal,
vol. 24, no. 1, pp. 11-16.
Lindfield, R, Vishwanath, K., Ngounou, F., & Khanna, R.C., 2012. The
Challenges in Improving Outcome of Cataract Surgery in Low and Middle
Income Countries. Indian J Ophthalmol. vol 60, no. 5, pp. 464–469.
Machan, Carolyn., 2012. Type 2 Diabetes Mellitus and The Prevalence of
Age-Related Cataract in a Clinic Population. University of Waterloo
Malhotra, R., 2008. Eye essentials cataract. Eds Doshi, S. & Harvey, W. China:
Elsevier.
PERKENI, 2011. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Pollreisz, A., Schmidt, U., 2010. Diabetic Cataract—Pathogenesis, Epidemiology
and Treatment. Vol. 2010. Available from:
http://www.hindawi.com/journals/joph/2010/608751. [Accesed 5 Mei 2015].
Purnamasari, D, 2010. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:
Sudoyo, A.W. et al. Buku ajar penyakit dalam. Edisi V, Jilid III. Jakarta:
Internal Publishing.
Purnaningrum, N.P., 2014. Perbedaan Tajam Penglihatan Pascaoperasi
Fakoemulsifikasi pada Pasien Katarak Senilis dengan Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes Melitus, Universitas Diponegoro.
Rangking RI Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia 2011,
PDPERSI. Available from:
http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=618.
[Accesed 1 Mei 2015].
Rizkawati, 2012, Hubungan Antara Kejadian Katarak dengan Diabetes Melitus di
Rosenfeld, S.I. et al, 2007. Basic and clinical course: lens and cataract. Section
2007-2008. Singapore: American Academy of Ophthalmology.
Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.
Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto.
Sirlan F, blindness pattern in Indonesia, Sub Directorate Community Eye Health,
Ministry of Healthy, 2000,10-12.
Tabandeh, H. et al, 1994. Lens hardness in mature cataracts. Eye. vol 8, no. 10,
pp. 453–455
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah :
Gambar 3. Kerangka Konsep
3.2. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Variabel Alat Ukur
Cara Ukur Kategori Skala
1. Katarak Senilis
Pasien katarak berusia di atas 50 tahun yang didiagnosa oleh dokter spesialis mata Rekam medic Observasi data rekam medik 1.Ya 2. Tidak Nominal
2. Usia Jumlah tahun hidup pasien katarak sejak
Rekam Observasi data rekam
1. ≤ 55 tahun 2. > 55 tahun
Ordinal Karakteristik Pasien
Katarak Senilis
1. Umur
2. Jenis Kelamin 3. Mata yang terkena 4. Visus pre-operasi 5. Visus post-operasi 6. Riwayat DM 7. Kadar Gula Darah 8. Stadium Katarak 9. Jenis Operasi Pasien Katarak
lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis.
medic medik
3. Jenis kelamin
Dibedakan antara jenis kelamin pria dan wanita masing-masing pasien yang diteliti. Rekam medic Observasi data rekam medik 1. Pria 2. Wanita Nominal
4. Visus pre-operasi
Tajam penglihatan pasien yang diukur dengan snellen chart sebelum operasi Rekam medic Observasi data rekam medik 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk Ordinal
5. Visus post-operasi
Tajam penglihatan pasien yang diukur dengan snellen chart 4-8 minggu setelah operasi
Rekam medic Observasi data rekam medik 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk Ordinal
6. Stadium katarak
Stadium katarak yang diderita pasien Rekam medic Observasi data rekam medik 1.insipient 2. imatur 3. matur 4. hipermatur Ordinal
7. Riwayat DM
Riwayat DM yang dialami pasien Rekam Medik Observasi data rekam medik 1 DM 2 Non-DM Nominal
8. Mata yang dioperasi
Sisi mata pasien yang mengalami operasi Rekam medic Observasi data rekam medik 1 kanan 2 kiri Nominal
9 Kadar Gula Darah
Kadar gula darah pasien sebelum operasi Rekam Medik Observasi data rekam medik 1 Normoglikemi 2 Hiperglikemi Ordinal
10 Jenis Operasi
Jenis operasi yang dilakukan pada pasien
Rekam Medik
Observasi data rekam medik
1 EKEK (
2 SICS
3Fakoemulsifika si
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong
lintang (cross sectional).
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik selama 3 bulan, yaitu
pada bulan September-November 2015.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Target
Populasi target penelitian ini adalah seluruh pasien katarak senilis yang
dilakukan operasi katarak
4.3.2. Populasi Terjangkau
Penderita katarak senilis yang menjalani operasi katarak di RSUP H.
Adam Malik
4.3.3. Sampel
4.3.3.1. Kriteria Inklusi
1)Pasien katarak senilis (usia ≥ 50 tahun) yang telah menjalani operasi
katarak yang disertai penanaman lensa intraocular
2)Pasien datang untuk evaluasi pascaoperasi dan tajam penglihatan stabil
diukur antara minggu 4 sampai minggu 8 pascaoperasi
4.3.3.2 Kriteria Eksklusi
1)Data rekam medik tidak lengkap
4.3.4. Metode Pengambilan Sample
4.3.5. Besar Sample
Besar sample dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi
terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi
4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Bahan
Bahan penelitian ini adalah rekam medik penderita katarak senilis di
RSUP H. Adam Malik
4.4.2. Cara Kerja
1) Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara / RSUP H. Adam Malik dengan
menggunakan rekam medik.
2) Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari rekam medic yang
meliputi identitas penderita (nama, usia, jenis kelamin), riwayat penyakit,
visus preoperasi, visus pascaoperasi antara minggu ke-4 sampai minggu
ke-8, stadium katarak, bagian mata yang dioperasi, dan kadar gula darah
(KGD) preoperasi.
4.4.3. Alur Penelitian
Gambar 4. Alur Penelitian Hitung sampel
Pemilihan rekam medik
Memenuhi kriteria inklusi
Pencatatan data yang diperlukan
kriteria eksklusi
4.5. Pengolahan dan Analisis Data
Data tersebut dianalisa menggunakan program statistik analisa data yaitu
analisa univariat. Analisis univariat untuk deskripsi data seperti rerata, median,
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUP H. Adam Malik
Medan yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17, Medan Tuntungan Km. 12.
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas
A sesuai SK Menkes No. 334/Menkes/ SK/ VII/1990 dan sebagai rumah sakit
pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Rumah sakit
ini juga sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi
Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien katarak
senilis yang dioperasi dan menjalani rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan
tahun 2012-2014 yang memenuhi criteria inklusi yaitu sebanyak 72 sampel.
5.1.3 Distribusi Penderita Katarak 5.1.3.1 Umur
Tabel 5.1
Distribusi Kelompok Umur Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
Berdasarkan penelitian, diperoleh data penderita katarak senilis yang paling
banyak adalah kelompok berumur >55 tahun dimana terdapat 59 pasien (81,9%),
kemudian diikuti dengan kelompok usia ≤ 55 tahun sebanyak 13 pasien (18,1%).
No Umur Jumlah Persentase (%)
1 ≤ 55tahun 13 18.1
2 >55 tahun 59 81.9
5.1.3.2 Jenis Kelamin
Tabel 5.2
Distribusi Jenis Kelamin Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Laki-Laki 35 48.6
2 Perempuan 37 51.4
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, jenis kelamin pasien katarak senilis yang paling banyak
adalah perempuan yaitu sebanyak 37 (51,4%) pasien dan laki-laki sebanyak 35
(48,6%) pasien.
5.1.3.3 Mata yang dioperasi
Tabel 5.3
Distribusi Mata Pasien Katarak Senilis yang Dioperasi di RSUP H. Adam Malik
No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
1 Kanan 45 62.5
2 Kiri 27 37.5
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, sisi mata pasien katarak senilis yang dioperasi paling
banyak adalah mata kanan yaitu sebanyak 45 (62,5 %) pasien dan mata kiri
5.1.3.4 Visus Pre Operasi
Tabel 5.4
Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Pre Operasi di RSUP H. Adam Malik
No Visus Jumlah Persentase (%)
1 Baik 0 0
2 Sedang 3 4.2
3 Buruk 69 95.8
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, diperoleh visus pre operasi pasien katarak senilis
kebanyakan sudah mencapai kategori buruk ketika akan dioperasi yaitu terdapat
69 (95,8%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori sedang dan baik
masing-masing 3 (4.2%) pasien dan 0 (0%) pasien.
5.1.3.5 Visus Post Operasi
Tabel 5.5
Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Post Operasi di RSUP H. Adam Malik
No Visus Jumlah Persentase (%)
1 Baik 27 37.5
2 Sedang 21 29.2
3 Buruk 24 33.3
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, diperoleh visus pasien katarak senilis setelah operasi
katarak persentase tiap kategori tidak jauh berbeda tetapi paling banyak mencapai
kategori baik yaitu terdapat 27 (37,5%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori
5.1.3.6 Riwayat Penyakit
Tabel 5.6
No Riwayat Penyakit Jumlah Persentase (%)
1 DM 23 31.9
2 Non- DM 49 68.1
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, diperoleh mayoritas pasien tidak memiliki riwayat
penyakit Diabetes Melitus (DM) yaitu sebanyak 49 (68,1%) pasien diikuti dengan
pasien yang memiliki riwayat penyakit DM sebanyak 23 (31,9 %) pasien.
5.1.3.7 Stadium Katarak
Tabel 5.7
Distribusi Stadium Katarak Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
No Stadium Katarak Jumlah Persentase (%)
1 Insipien 0 0
2 Imatur 21 29.2
3 Matur 51 70.8
4 Hipermatur 0 0
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, diperoleh stadium katarak yang paling banyak adalah
stadium matur dimana terdapat 51 pasien (70,8%), kemudian diikuti dengan
stadium imatur 21 pasien (29,2%), stadium insipient dan stadium hipermatur
5.1.3.8 Kadar Gula Darah
Tabel 5.8
Distribusi Kadar Gula Darah Pasien Katarak Senilis Berdasarakan Riwayat Penyakit DM di RSUP H. Adam Malik
No Kadar Gula Darah DM Non-DM Jumlah
1 Normoglikemi 5 49 54 (75%)
2 Hiperglikemi 18 0 18 (25%)
Total 23 49 72 (100%)
Berdasarkan penelitian, diperoleh data jumlah pasien katarak senilis yang
memiliki KGD normal ada 54 (75%) pasien dimana 49 (90,7%) pasien tidak
menderita Diabetes Melitus dan 5 (9,3%) pasien menderita Diabetes Melitus,
diikuti dengan KGD tinggi ada 18 (25%) pasien dimana 18 (100%) pasien
tersebut menderita Diabetes Melitus.
5.1.3.9 Jenis Operasi
Tabel 5.9
Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Jenis Operasi di RSUP H. Adam Malik
No Jenis Operasi Jumlah Persentase (%)
1 EKEK 60 83.3
2 SICS 7 9.7
3 Fakoemulsifikasi 5 6.9
Total 72 100
Berdasarkan penelitian, diperoleh jenis operasi yang dilakukan yang paling
banyak adalah EKEK dimana terdapat 60 pasien (83,3%), kemudian diikuti
dengan SICS dan Fakoemulsifikasi masing-masing 7 (9,7%) pasien dan 5 (6,9%)
5.2 Pembahasan
Dalam penelitian ini ada beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi
terjadinya katarak dan hasil operasi yaitu, umur, jenis kelamin, sisi mata yang
dioperasi, visus pre-operasi, visus pasca operasi, stadium katarak, riwayat diabetes
melitus, dan kadar gula darah pre operasi.
Untuk mengetahui gambaran karakteristik dari katarak senilis maka dapat
diuraikan:
5.2.1 Umur
Dari tabel 5.1 diketahui bahwa dari 72 orang penderita katarak senilis di
RSUP H. Adam Malik, sebagian besar berada pada kelompok umur di atas 55
tahun yaitu 59 pasien (81,9%) dan persentase terkecil berada pada kelompok umur
di bawah 55 tahun yaitu 13 pasien (8,1%). Hal ini juga didukung oleh penelitian
di RS. Sobirin tahun 2014 terhadap 48 penderita katarak senilis yang dilakukan
Imelda Erman menunjukkan bahwa jumlah pasien di atas umur 55 tahun adalah
yang paling banyak yaitu 68,8%.
5.2.2 Jenis Kelamin
Dari tabel 5.2 diketahui bahwa dari 72 orang penderita katarak senilis di
RSUP H. Adam Malik, sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 37
(51,4%) pasien dan laki-laki 35 (48,6%) pasien. Distribusi sampel berdasarkan
jenis kelamin didapatkan persentasi pasien laki-laki dan perempuan tidak banyak
berbeda. Hal ini juga didukung oleh penelitian oleh Laura pada tahun 2008
terhadap 68 pasien katarak senilis menunjukkan bahwa distribusi pasien katarak
senilis berdasarkan jenis kelamin tidak jauh berbeda yaitu 51,5% perempuan dan
48,5% laki-laki.
5.2.3 Mata yang Dioperasi
Dari tabel 5.3 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.
Adam Malik, sisi mata pasien yang paling banyak terkena katarak adalah mata
Laura terhadap 68 pasien katarak senilis yang menunjukkan mayoritas 79,4%
pasien pada sampel menjalani operasi katarak pada mata bagian kiri.
5.2.4 Visus Pre Operasi
Dari tabel 5.4 diketahui bahwa visus dari 72 pasien katarak senilis di
RSUP H. Adam Malik 95,8 % sudah mencapai kategori buruk ketika menjumpai
dokter mata. Hal yang sama juga terlihat pada penelitian yang dilakukan di Oman
dimana 80,5% pasien sudah mencapai visus kategori buruk ketika menjumpai
dokter (Khandaker dan Raisi, 2009). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang
dilakukan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 dimana 69,5% sudah
mencapai visus kategori buruk ketika menjumpai dokter (Laura, 2008) . Hal ini
dapat dipengaruhi oleh status pendidikan dan ekonomi pasien dimana kurangnya
informasi tentang kesehatan terutama katarak dan pasien dengan status ekonomi
rendah cenderung tidak memprioritaskan pengobatan katarak sebelum keadaannya
benar-benar sangat mengganggu (Pujiyanto, 2004).
5.2.5 Visus Post Operasi
Dari tabel 5.5 diketahui bahwa visus dari 72 pasien katarak senilis di
RSUP H. Adam Malik mayoritas 37,5% (27) pasien mencapai visus kategori baik
setelah dilakukan tindakan operasi. Dari 27 pasien tersebut, 70.3% adalah pasien
dengan non-DM dan sisanya 29,7 % adalah pasien DM. Hal ini di dukung juga
oleh penelitian Nungki yang dilakukan di Semarang dimana 97,5% pasien tanpa
riwayat DM dapat memiliki visus baik setelah operasi dibandingkan pada pasien
DM yang hanya 77,5%
Dari hasil penelitian masih ada pasien yang termasuk dalam kriteria visus
buruk, tetapi secara kuantitatif visusnya mengalami kenaikan. Hal ini dapat
dipengaruhi oleh berbagai factor seperti usia, DM yang lama tidak terkontrol,
perawatan pasca operasi yang kurang baik, sehingga dapat menimbulkan
5.2.6 Riwayat Penyakit
Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.
Adam Malik, hanya 31,9 % pasien yang memiliki riwayat penyakit DM, padahal
penelitian lain menyebutkan bahwa pasien diabetes melitus cenderung untuk
menderita katarak pada usia lebih muda (Devgan, 2010). Hal ini disebabkan
pasien katarak senilis yang memiliki riwayat DM di RSUP H. Adam Malik
banyak yang menolak untuk dioperasi karena takut akan komplikasi yang
mungkin terjadi pasca operasi dan karena kebanyakan pasien sudah mencapai
stadium kritis dan retinopati diabetika.
5.2.7 Stadium Katarak
Dari tabel 5.7 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.
Adam Malik, 70,8% pasien katarak sudah mencapai stadium matur ketika
menjumpai dokter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien katarak
yang dioperasi di RSUP H. Adam Malik sebagian besar memiliki tingkat
pendidikan hanya sampai SD-SMP yaitu 71,3 % sehingga kurangnya pengetahuan
dan informasi tentang kesehatan khususnya katarak. Hal ini juga dapat
dipengaruhi oleh status ekonomi pasien, dimana pasien dengan status ekonomi
rendah cenderung tidak memprioritaskan pengobatan katarak sebelum keadaannya
benar-benar sangat mengganggu (Pujiyanto, 2004).
5.2.8 Kadar Gula Darah
Dari tabel 5.8 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.
Adam Malik 75 % pasien katarak memiliki kadar gula darah yang normal sebelum
operasi. Sisanya 25% pasien yang memiliki kadar gula tinggi seluruhnya adalah
pasien katarak yang juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Pasien
diabetes melitus cenderung untuk menderita katarak pada usia lebih muda
5.2.9 Jenis Operasi
Dari tabel 5.9 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.
Adam Malik 83,3 % pasien katarak dilakukan operasi katarak jenis EKEK (Extra
capsular Cataract Extraction). Hal ini juga didukung oleh penelitian di Oman pada
tahun 2009 dimana 84% pasien katarak dilakukan operasi katarak jenis EKEK
(Khandekar dan Raisi, 2009). Hal ini juga mungkin disebabkan oleh biaya operasi
untuk jenis operasi yang lain seperti fakoemulsifikasi lebih mahal daripada EKEK
namun hasil penelitian menunjukkan bahwa ketajaman visus pasca operasi untuk
jenis operasi fakoemulsifikasi secara signifikan lebih baik daripada kelompok
EKEK ( p < 0,05 dan odds ratio = 28,5) (RSUP Fatmawati, 2009).
5.2.10 Tabulasi Silang Antara Umur Penderita dan Stadium Katarak
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Penderita Katarak Berdasarkan Umur dengan Stadium
Katarak di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan
No Umur
Stadium Katarak
Total % Imatur % Matur %
1 ≤ 55 6 46,1 7 53,9 13 100
2 >55 15 25,4 44 74,6 59 100
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.10 menunjukkan jumlah
penderita katarak yang paling banyak pada golongan umur > 55 tahun dengan
stadium katarak senilis matur sebanyak 44 orang (74,6 %) sedangkan pada
golongan umur ≤ 55 tahun juga dengan stadium katarak senilis matur sebanyak 7
orang (53,9 %). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan
bahwa adanya hubungan antara usia dan stadium katarak. Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa persentase pengaruh usia terhadap stadium katarak adalah
5.2.11Tabulasi Silang Antara Riwayat DM dan Umur Penderita
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Penderita Katarak Berdasarkan Riwayat DM dan
Umur di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan
No Riwayat Penyakit
Kelompok Usia
Total %
≤ 55 % >55 %
1 DM 6 26 17 74 23 100
2 Non-DM 7 14,2 42 85,8 49 100
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.11 menunjukkan jumlah penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %. Penelitian yang dilakukan oleh
Machan di Canada pada tahun 2012 menyatakan probabilitas dari 50% prevalensi
katarak terjadi pada usia 4 tahun lebih awal pada pasien DM di banding pasien
yang tidak memiliki riwayat DM.
5.2.12 Tabulasi Silang Antara Riwayat DM dan Visus Post Operasi
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Penderita Katarak Berdasarkan Riwayat DM dengan
Visus Post Operasi di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik
Medan
No Riwayat Penyakit
Kategori Visus
Total % Baik % Sedang % Buruk %
1 DM 8 34,7 4 17,3 11 48 23 100
2 Non-DM 19 38,7 17 34,7 13 26,6 49 100
Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.12 menunjukkan jumlah penderita
katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca
katarak denga riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan
kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%). Hasil ini juga didukung oleh
penelitian Laura terhadap 68 pasien katarak dimana tidak terdapat perbedaan visus
pasca operasi yang bermakna antara pasien katarak senilis dengan DM dan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
6.1.1 Penderita katarak senilis yang paling banyak adalah kelompok berumur >55 tahun dimana terdapat 59 pasien (81,9%), kemudian diikuti dengan
kelompok usia ≤ 55 tahun sebanyak 13 pasien (18,1%).
6.1.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkan persentasi pasien laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda yaitu sebanyak 37 (51,4%) pasien perempuan dan 35 (48,6%) pasien laki-laki.
6.1.3 Distribusi sampel berdasarkan sisi mata pasien yang terkena katarak mayoritas adalah mata bagian kanan yaitu sebanyak 62,5%
6.1.4 Visus pre operasi pasien katarak senilis kebanyakan sudah mencapai kategori buruk ketika akan dioperasi yaitu terdapat 69 (95,8%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori sedang dan baik masing-masing 3 (4.2%) pasien dan 0 (0%) pasien.
6.1.5 Visus pasien katarak senilis setelah operasi katarak persentase tiap kategori tidak jauh berbeda tetapi paling banyak mencapai kategori baik yaitu terdapat 27 (37,5%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori buruk dan sedang masing-masing 24 (33.3%) pasien dan 21 (29.2%) pasien
6.1.6 Mayoritas pasien katarak senilis 49 (68,1 %) pasien tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus
6.1.7 Distribusi sampel berdasarkan stadium katarak mayoritas adalah stadium matur dimana terdapat 51 pasien (70,8%), kemudian diikuti dengan stadium imatur 21 pasien (29,2%), stadium insipient dan stadium hipermatur masing-masing 0 pasien (0%).
6.1.8 Jumlah pasien katarak senilis yang memiliki KGD normal ada 54 (75%) pasien dimana 49 (90,7%) pasien tidak menderita Diabetes Melitus dan 5 (9,3%) pasien menderita Diabetes Melitus, diikuti dengan KGD tinggi ada 18 (25%) pasien dimana 18 (100%) pasien tersebut menderita Diabetes Melitus.
6.1.10 Dari hasil tabulasi silang antara umur penderita dan stadium katarak didapatkan bahwa mayoritas pada pasien berusia > 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%)
6.1.11 Dari hasil tabulasi silang antara riwayat DM dan umur pasien didapatkan bahwa penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %.
6.1.12Dari hasil tabulasi silang antara riwayat DM dan visus pasca operasi didapatkan jumlah penderita katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik sebanyak 19 orang (38,7%) juga pada penderita katarak dengan riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%)
6.2 Saran
6.2.1Bagi institusi pelayanan kesehatan, agar membuat program penanggulangan untuk penyakit katarak seperti pemeriksaan mata berkala dan operasi katarak gratis
6.2.2Memberikan informasi berupa poster/brosur kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak
6.2.3Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan tentang upaya pencegahan penyakit katarak
6.2.4 Perlu dilakukan penyuluhan pada penderita katarak yang selesai operasi agar tetap dalam kondisi yang baik terutama pada pasien DM agar gula darahnya tetap terkontrol
6.2.5 Bagi pihak rumah sakit perlu melengkapi system pencatatan rekam medic
6.2.6 Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan
memperhitungkan factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya
katarak seperti pekerjaan dan factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Senilis
2.1.1. Definisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi
akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi
akibat kedua-duanya (Ilyas, 2010). Lima puluh satu persen (51%) kebutaan
diakibatkan oleh katarak(WHO,2012). Katarak senilis merupakan jenis katarak
yang paling sering ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa
yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.
2.1.2. Faktor Resiko
Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa
faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara
lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh
adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial
ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam
hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari
(Sirlan F, 2000).
2.1.2.1 Usia
Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh.
Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan
timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang
kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya berat
katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia
2.1.2.2 Jenis Kelamin
Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini
diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak
lebih banyak dibandingkan laki-laki (WHO, 2012)
2.1.2.3 Riwayat Penyakit
Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks
refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga akan
meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan masuk ke
lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi sorbitol oleh
enzim aldose reduktase melalui jalur poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap
tinggal di lensa. Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol
menyebabkan perubahan osmotic sehingga air masuk ke lensa, yang akan
mengakibatkan pembengkakkan serabut lensa. Penelitian pada hewan telah
menunjukkan bahwa akumulasi poliol intraseluler menyebabkan kolaps dan
likuifaksi(pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan kekeruhan
pada lensa (Pollreisz dan Schmidt, 2010).
2.1.3. Patogenesis
Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang tua.
Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya
dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada
sel-sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan
tebal sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut
korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah
sehingga nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).
Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-molecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan
transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan
bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa
menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan
konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium
dan Kalsium.
2.1.4 Tipe Katarak Senilis 2.1.4.1 Katarak Nuklear
Dalam tingkatan tertentu sklerosis dan penguningan nuklear dianggap
normal setelah usia pertengahan. Pada umumnya, kondisi ini hanya sedikit
mengganggu fungsi penglihatan. Jumlah sklerosis dan penguningan yang
berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan opasitas sentral. Tingkat
sklerosis, penguningan dan opasifikasi dinilai dengan menggunakan biomikroskop
slit-lamp dan pemeriksaan reflex merah dengan pupil dilatasi.
Katarak nuklear cenderung berkembang dengan lambat. Sebagian besar
katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik. Cirri khas dari katarak
nuklear adalah membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata, keadaan inilah
yang disebut sebagai “penglihatan kedua”. Ini merupakan akibat meningkatnya
kekuatan focus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke myopia
(penglihatan dekat). Kadang-kadang, perubahan mendadak indeks refraksi antara
nukleus sklerotik dan korteks lensa dapat menyebabkan monocular diplopia .
Penguningan lensa yang progresif menyebabkan diskriminasi warna yang buruk.
Pada kasus yang sudah lanjut, nukleusnlensa menjadi opak dan coklat dan disebut
katarak nuklear brunescent.
Secara histopatologi, karakteristik katarak nuklearis adalah homogenitas
nukleus lensa dengan hilangnya lapisan tipis seluler.
2.1.4.2 Katarak Kortikal
Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis
katarak yang paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada
bagian nukleus sehingga lebih mudah terjadi overhidrasi akibat
terbentuk osifikasi kortikal, yang ditunjukkan pada diabetes dan galaktosemia
(Fong, 2008). Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya
celah-celah dalam pola radial disekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung
bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi,
tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan (Harper et
al,2010). Gejala yang sering ditemukan adalah penderita merasa silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu sumber cahaya di malam hari
(Rosenfeld et al, 2007).
Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan
gambaran vakuola, degenerasi hiropik serabut lensa, serta pemisahan lamella
kortek anterior atau posterior oleh air. Kekeruhan putih seperti baji terlihat di
perifer lensa dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap
apabila dilihat menggunakan retroiluminasi. Secara histopatologi, karakteristik
dari katarak kortikal adalah adanya pembengkakan hidrofik serabut lensa. Globula
Morgagni (globules-globulus material eosinofilik) dapat diamati di dalam celah
antara serabut lensa (Rosenfeld et al, 2007).
2.1.4.3 Katarak Subkapsularis Posterior
Katarak subkapsularis posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul
posterior bagian sentral (Harper et al,2010). Katarak ini biasanya didapatkan pada
penderita dengan usia yang lebih muda dibanding kedua jenis katarak yang lain.
Gejalanya antara lain adalah fotofobia dan penglihatan yang buruk saat mata
berakomodasi atau diberikan miotikum. Ini dikarenakan ketika pupil konstriksi
saat berakomodasi, cahaya yang masuk ke mata menjadi terfokus ke sentral,
dimana terdapat katarak subkapsularis posterior, menyebabkan cahay menyebar
dan mengganggu kemampuan mata untuk memfokuskan pada makula (Rosenfeld
et al, 2007).
Deteksi katarak subkapsularis posterior paling baik menggunakan
biomikroskop slitlamp pada mata yang telah ditetesi midriatikum. Pasda awal
pelangi yang halus pada lapisan korteks posterior. Sedangkan pada tahap akhir
terbentuk kekeruhan granular dan kekeruhan seperti plak di kortek subkapsular
posterior (Rosenfeld et al, 2007). Kekeruhan lensa di sini dapat timbul akibat
trauma, penggunaan kortikosteroid (topical atau sistemik), peradangan atau
[image:36.595.119.510.228.339.2]pajanan radiasi pengion (Harper et al, 2010).
Gambar 2. Tipe Katarak Senilis. A(katarak nuklear), B(katarak kortikal), C(katarak subkapsularis posterior)
2.1.5 Stadium Katarak Senilis 2.1.5.1 Katarak Insipien
Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :
1. Katarak kortikal : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di dalam
korteks.
2. Katarak subkapsular posterior : kekeruhan mulai terlihat anterior
subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
jaringan degenerative (benda Morgagni)
Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk
waktu yang lama (Ilyas, 2010).
2.1.5.2 Katarak Imatur
Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
lensa akibat meningktnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada
keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga
terjadi glaukoma sekunder.
2.1.5.3 Katarak Matur
Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.
Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak
imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga
lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa
yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan
berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa
yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (Ilyas, 2010).
2.1.5.4 Katarak Hipermatur
Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,
dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi
keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan
kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Bila
proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks
yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan
memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang
terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai
katarak Morgagni.
2.1.6 Penatalaksanaan Katarak Senilis
Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan diseluruh
dunia, karena merupakan modalitas utama terapi katarak. Tujuan dilakukan
operasi katarak adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan
kualitas hidup pasien (Purnaningrum, 2014).
Indikasi utama operasi katarak paling umum adalah keinginan pasien
sendiri untuk memperbaiki fungsi penglihatannya. Indikasi dilakukan tatalaksana
berdasarkan tingkat gangguan visual terhadap aktivitas sehari-hari (Rosenfeld,
2007). Misalnya jika katarak masih imatur dengan visus 6/24 namun pasien
adalah seorang polisi dan sangat terganggu maka bisa dilakukan operasi. Jika
katarak sudah matur namun pasien tidak merasa tidak terganggu berarti tidak
perlu dilakukan bedah. Namun jika katarak mencapai hipermatur dapat
meningkatkan resiko terjadinya glaukoma dan uveitis. Indikasi medis untuk bedah
katarak adalah galukoma fakolitik, glaucoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik,
dan dislokasi lensa ke bilik anterior (Rosenfeld, 2007).
Bedah katarak telah mengalami perubahan dramatis selama 30 tahun
terakhir ini. Perbaikan terus berlanjut dengan peralatan otomatis dan berbagai
modifikasi lensa intraocular yang memungkinkan dilakukannya operasi melalui
insisi kecil. Metode operasi yang digunakan sekarang adalah ekstraksi katarak
intrakapsular (EKIK), ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), dan
BAB 1
PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Lensa mata adalah bagian mata yang terdapat di belakang pupil mata, yang
berfungsi sebagai media penglihatan sehingga harus jernih atau transparan dan
memfokuskan agar cahaya jatuh tepat ke retina. Jika terjadi kekeruhan pada lensa
maka akan terganggu proses penglihatan yang disebut katarak. Katarak berasal
dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin cataracta yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan
seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan
kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,
denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,2010).
Diperkirakan ada 285 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan di
dunia,dimana 39 juta mengalami kebutaan dan 246 juta memiliki low vision
(WHO,2012). Terlepas dari kemajuan dalam teknik bedah di banyak negara
selama sepuluh tahun terakhir, penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh
dunia adalah katarak (51%), glaukoma (8%), AMD (5%), kebutaan pada anak dan
kornea opacitiy (4%), kesalahan-refraktive-dikoreksi dan trakoma (3%), dan
diabetik retinopathy (1%), idiopatik (21%) (WHO, 2012). Prevalensi katarak di
daerah pedesaan Indonesia adalah yang tertinggi di wilayah Asia Tenggara, pada
usia 21-29 tahun (1,1%) dan meningkat menjadi 82,8% pada usia di atas 60 tahun
(Husain et al, 2005).
Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah
210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif. Salah
satu factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi utama ialah usia. Katarak senilis
terjadi pada usia >50 tahun, dimana pada usia tersebut terjadi banyak kelainan
pada mata berupa katarak dan retinopati diabetik. Beberapa pendapat
menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan
fruktosa di dalam lensa (Ilyas,2010).
Kebutaan yang terjadi akibat katarak akan terus meningkat karena
penderita tidak menyadarinya, daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak
berkembang sekitar 3-5 tahun dan menyadari penyakitnya setelah memasuki
stadium kritis. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai gejala
katarak. Salah satu penyebab tingginya kasus kebutaan yang diakibatkan oleh
katarak karena kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan mata (Irawan,
2008).
Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang dapat memperlambat atau
membalikkan perubahan-perubahan kimiawi yang mendasari pembentukan
katarak (Harper et al, 2010). Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada
kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi. Operasi katarak merupakan operasi
mata yang sering dilakukan di seluruh dunia, karena merupakan modalitas utama
terapi katarak (Lindfield, 2012).
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran karakteristik pasien katarak senilis
di RSUP Haji Adam Malik?”
1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum
Mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis di RSUP Haji
Adam Malik Medan
2. Tujuan khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah
a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan jenis kelamin di RSUP Haji Adam Malik Medan
c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan mata yang terkena katarak di RSUP Haji Adam Malik
Medan
d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan visus pre-operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan
e. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan visus post-operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan
f. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan riwayat penyakit terdahulu di RSUP Haji Adam Malik
Medan
g. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan stadium katarak di RSUP Haji Adam Malik Medan
h. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan kadar gula darah di RSUP Haji Adam Malik Medan
i. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis
berdasarkan jenis operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan
j. Untuk mengetahui uji proporsi antara umur dengan stadium katarak
terhadap terjadinya katarak di RSUP Haji Adam Malik Medan
k. Untuk mengetahui uji proporsi antara riwayat Diabetes Melitus (DM)
dengan umur terhadap terjadinya katarak di RSUP Haji Adam Malik
Medan
l. Untuk mengetahui uji proporsi antara riwayat DM dengan visus
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
1. Peneliti
Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan
pengalaman serta wawasan ilmiah di bidang penelitian tentang penyakit
katarak
2. Institusi terkait
Mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak di RSUP H. Adam
Malik
3. Pembaca atau peneliti lain
Memberikan informasi yang dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya
ABSTRAK
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif.
Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak senilis rawat inap di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita katarak senilis rawat inap tahun 2011-2014 yang memenuhi criteria inklusi yaitu sebanyak 72 orang. Sumber data adalah kartu status penderita yang terdapat di rekam medik.
Dari penelitian ini ditemukan karakteristik penderita katarak berdasarkan proporsi yang terbanyak adalah pada golongan umur > 55 tahun (81,9%), jenis kelamin perempuan (51,4%), sisi mata kanan yang terkena katarak (62,5%), stadium katarak matur (70,8%), KGD normal (75%), operasi EKEK (83,3%), visus pre operasi buruk (95,8%), visus pasca operasi baik (37,5%).
Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia > 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %, jumlah penderita katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik sebanyak 19 orang (38,7%) juga pada penderita katarak dengan riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%)
Perlu dilakukan penyuluhan kepada pasien katarak yang selesai operasi agar tetap dalam kondisi yang baik dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak. Saran untuk lokasi penelitian perlu melengkapi system pencatatan rekam medis.
ABSTRACT
Cataract is a clouding of the lens that may ocuur as a result of hydration (fluid replenishment) lens, lens protein denaturation. Cataract is the leading cause of visual impairment in the world. In Indonesia, the number of cataract is being added 210.000 people every year, 16% of whom suffered productive age population.
To know the characteristics of hospitalized patient with senile cataract in the eye disease unit of RSUP H. Adam Malik, has conducted a descriptive study with cross sectional design followed by a statistical analysis by chi-square test. Samples in this study are all the data of senile cataract hospitalizes patients in 2012-2014 who met the inclusion criteria as many as 72 people. Data source is from the patient status card contained in medical records.
This research found cataract patients characteristic based on the proportion of the vast majority were in the age group of > 55 years old (81,9%), female (51,4%), right eye (62,5%), the stage of mature cataract (70,8%), normal blood glucose level (75%), ECCE operation (83,3%), bad visual acuity pre operation (95,8%), good visual acuity post operation (37,5%).
The result of crosstab showed that > 55 year-old patient with stage cataract has reached a mature stage as many as 44 people (74,6%), cataract
patients aged ≤55 years with a history of diabetes by 26% whereas in patients
without diabetes by 14,2 %, number of cataract patients who had no history of diabetes at most have post operative visual acuity with good category as many as 19 people (38,7%) also in cataract patients with a history of diabetes at most have a postoperative visual acuity with good category but only as many as 8 people (34,7%)
Necessary counseling to patients who had cataract surgery in order to remain in good condition and to provide education to the public about the symptoms, causes and signs of cataract. Suggestion for study sites need to complete medical record recording system.
KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK SENILIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
Oleh : RUTH G. MALAU
120100287
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif.
Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak senilis rawat inap di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita katarak senilis rawat inap tahun 2011-2014 yang memenuhi criteria inklusi yaitu sebanyak 72 orang. Sumber data adalah kartu status penderita yang terdapat di rekam medik.
Dari penelitian ini ditemukan karakteristik penderita katarak berdasarkan proporsi yang terbanyak adalah pada golongan umur > 55 tahun (81,9%), jenis kelamin perempuan (51,4%), sisi mata kanan yang terkena katarak (62,5%), stadium katarak matur (70,8%), KGD normal (75%), operasi EKEK (83,3%), visus pre operasi buruk (95,8%), visus pasca operasi baik (37,5%).
Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia > 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %, jumlah penderita katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik sebanyak 19 orang (38,7%) juga pada penderita katarak dengan riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%)
Perlu dilakukan penyuluhan kepada pasien katarak yang selesai operasi agar tetap dalam kondisi yang baik dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak. Saran untuk lokasi penelitian perlu melengkapi system pencatatan rekam medis.
ABSTRACT
Cataract is a clouding of the lens that may ocuur as a result of hydration (fluid replenishment) lens, lens protein denaturation. Cataract is the leading cause of visual impairment in the world. In Indonesia, the number of cataract is being added 210.000 people every year, 16% of whom suffered productive age population.
To know the characteristics of hospitalized patient with senile cataract in the eye disease unit of RSUP H. Adam Malik, has conducted a descriptive study with cross sectional design followed by a statistical analysis by chi-square test. Samples in this study are all the data of senile cataract hospitalizes patients in 2012-2014 who met the inclusion criteria as many as 72 people. Data source is from the patient status card contained in medical records.
This research found cataract patients characteristic based on the proportion of the vast majority were in the age group of > 55 years old (81,9%), female (51,4%), right eye (62,5%), the stage of mature cataract (70,8%), normal blood glucose level (75%), ECCE operation (83,3%), bad visual acuity pre operation (95,8%), good visual acuity post operation (37,5%).
The result of crosstab showed that > 55 year-old patient with stage cataract has reached a mature stage as many as 44 people (74,6%), cataract
patients aged ≤55 years with a history of diabetes by 26% whereas in patients
without diabetes by 14,2 %, number of cataract patients who had no history of diabetes at most have post operative visual acuity with good category as many as 19 people (38,7%) also in cataract patients with a history of diabetes at most have a postoperative visual acuity with good category but only as many as 8 people (34,7%)
Necessary counseling to patients who had cataract surgery in order to remain in good condition and to provide education to the public about the symptoms, causes and signs of cataract. Suggestion for study sites need to complete medical record recording system.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya oleh
kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera
Utara. Dalam proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, banyak bimbingan dan
arahan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada :
1. Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan
kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. dr. Marina Yusnita Albar, M.Ked (Oph), Sp.M selaku dosen pembimbing
penulis terima kasih atas waktu, perhatian, kesabaran serta masukan yang
diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karta tulis ilmiah ini dan
kepada dr.Romer Danial, Sp.A dan dr.Gerben F. Hutabarat, DTM&H,
Sp.MK selaku dosen penguji yang selalu memberikan arahan dan saran
selama penelitian ini.
3. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis
selama masa pendidikan.
4. Kedua orang tua penulis Bapak S. Malau dan Ibu S. Sinaga yang selalu
memberikan doa dan dukungan materi maupun moril, yang selalu
memberi semangat dan arahan selama menyelesaikan penelitian ini.
5. Kepada saudara penulis Tresna Bengeta Malau, Sri Riski Malau, Paris
Mauli Malau, Willyam Miller Malau yang selalu mendukung penulis.
6. Teman-teman sesama bimbingan penelitian di Fakultas Kedokteran dan
teman sekelompok bimbingan ( Dina Bahroeny dan Meyva Sasmita) serta
Ria Angela) yang selalu hadir dalam memberi bantuan berupa saran,
kritik, semangat, dan motivasi selama proses penelitian ini.
7. Teman-teman satu kelompok kecil penulis “Christabelle” yang selalu
memberi dukungan doa dan semangat.
8. Semua instansi yang telah banyak membantu dan memberi kemudahan,
RSUP H. Adam Malik Medan, Perpustakaan FK USU, Perpustakaan
Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena
keterbatasan pengetahuan dan pegalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran
dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini. Akhir kata
penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua
orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kesehatan
dan kedokteran.
Penulis,
Ruth G. Malau
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN…. ……….………i
ABSTRAK ………ii
ABSTRACT ………..iii
KATA PENGANTAR ………..iv
DAFTAR ISI ...………...vi
DAFTAR TABEL …...………... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ………...xi
DAFTAR ISTILAH ………xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 2
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Katarak Senilis ... 5
2.1.1. Definisi ... 5
2.1.2. Faktor Resiko ... 4
2.1.2.1 Usia………...4
2.1.2.2 Jenis Kelamin ………...5
2.1.2.3 Riwayat Penyakit ……….5
2.1.3 Patogenesis ………...5
2.1.4 Tipe Katarak Senilis ………..7
2.1.4.1 Katarak Nuklear ... 7
2.1.4.3 Katarak Subkapsularis Posterior ... 8
2.1.5 Stadium Katarak Senilis ... 9
2.1.5.1 Katarak Insipien ... 9
2.1.5.2 Katarak Imatur ... 9
2.1.5.3 Katarak Matur ... 9
2.1.5.4 Katarak Hipermatur ... 10
2.2 Penatalaksanaan Katarak Senilis ... 10
BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 12
3.1. Kerangka Konsep ... 12
3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 12
BAB 4 METODE PENELITIAN... 14
4.1. Jenis Penelitian ... 14
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
4.3. Populasi dan Sampel ... 14
4.3.1. Populasi Target ... 14
4.3.2. Populasi Terjangkau ... 14
4.3.3. Sampel ... 14
4.3.3.1. Kriteria Inklusi ... 14
4.3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 14
4.3.4. Metode Pengambilan Sample ... 14
4.3.5. Besar Sampel ……….15
4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 15
4.4.1. Bahan ... 15
4.4.2. Cara Kerja ... 15
4.4.3. Alur Penelitian ... 15
4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 16
BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN..………..17
5.1 Hasil Penelitian ………...17
5.1.2 Deksripsi Karakteristik Responden Penelitian ………...17
5.1.3 Distribusi Penderita Katarak………...17
5.2 Pembahasan………..22
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...28
6.1 Kesimpulan ……….28
6.2 Saran ………29
DAFTAR TABEL
NO Judul Tabel Hal
Tabel 3.1 Definisi Operasional 11
Tabel 5.1 Distribusi Kelompok Umur Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
16
Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
17
Tabel 5.3 Distribusi Mata Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
17
Tabel 5.4 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Pre Operasi di RSUP H. Adam Malik
18
Tabel 5.5 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Post Operasi di RSUP H. Adam Malik
18
Tabel 5.6 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSUP H. Adam Malik
19
Tabel 5.7 Distribusi Stadium Katarak Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
19
Tabel 5.8 Distribusi Kadar Gula Darah Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik
20
Tabel 5.9 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Jenis Operasi di RSUP H. Adam Malik
Tabel 5.10 Tabulasi Silang Penderita Katarak Senilis Berdasarkan Umur dengan Stadium Katarak di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik
24
Tabel 5.11 Tabulasi Silang Penderita Katarak Senilis Berdasarkan Riwayat DM dengan Umur Penserita di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik
25
Tabel 5.12 Tabulasi Silang Penderita Katarak Senilis Berdasarkan Riwayat DM dan Visus Post Operasi di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik
DAFTAR GAMBAR
No Judul Gambar Hal.
Gambar 2. Tipe katarak Senilis 8
Gambar 3. Kerangka Konsep 11
DAFTAR LAMPIRAN
NO Isi Lampiran
Lampiran 1 Riwayat Hidup
Lampiran 2 Data Induk
Lampiran 3 Hasil Analisis
Lampiran 4 Ethical Clearance
DAFTAR ISTILAH EKEK : Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular