• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik Medan"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ruth G. Malau

Tempat, Tanggal, Lahir : 26 Agustus 1993

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Harmonika No. 46 Pasar I Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan

1. TK Pertiwi Rengat (1998-1999)

2. Sekolah Dasar Negeri 007 Rengat (1999-2005)

3. SMP N 1 Rengat (2005-2008)

4. SMA N 1 Rengat (2008-2011)

5. FK USU (2012- sekarang)

Riwayat Pelatihan 1. MMB FK USU 2012

2. PIM SCORE PEMA FK USU 2013

Riwayat Organisasi 1. KMK USU (2015)

(2)

NO

No Rekam Medik

Nama Pasien

Jenis Kelamin

Usia Mata yg Dioperasi

Visus Awal

Visus Pasca

Operasi KGD Stadium

Katarak

Riwayat

DM Jenis Operas Snellen Logmar Snellen Logmar

(3)

22 579223 JS laki-laki 67 Kanan 1/60. 1.77 5/50. 1 Hiperglikemi Matur DM ECCE 23 508868 ZK perempuan 55 Kanan 1/300 2.47 5/16. 0.5 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 24 424770 RK perempuan 66 Kanan 1/60. 1.77 1/60. 1.77 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 25 554684 MS laki-laki 76 Kanan 1/60. 1.77 1/60. 1 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 26 450942 RE perempuan 54 Kanan 1/60. 1.77 5/25. 0.7 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 27 541699 AP perempuan 83 Kanan P(+) 2.8 5/12. 0.38 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 28 488079 MM laki-laki 70 Kanan 1/300 2.47 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 29 496185 IH laki-laki 67 Kanan 1/60. 1.77 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 30 532051 SP laki-laki 65 Kanan 1/300 2.47 5/60. 1.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 31 507941 AS perempuan 90 Kanan 1/300 2.47 5/50. 1 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 32 503447 SU perempuan 66 Kanan P(+) 2.8 5/6. 0.08 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 33 524436 HS perempuan 58 Kiri 1/300 2.47 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 34 389321 MK perempuan 69 Kanan 1/60. 1.77 5/25. 0.7 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 35 418703 SY laki-laki 60 Kanan 3/60. 1.3 5/16. 0.5 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 36 502537 NU perempuan 61 Kanan 1/300 2.47 5/60. 1.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 37 555309 MS laki-laki 50 Kanan 1/60. 1.77 6/10. 0.22 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 38 466387 LE perempuan 66 Kiri 2/60. 1.47 5/33. 0.81 Normoglikemi Matur Non-DM SICS 39 463826 AT perempuan 65 Kanan P(+) 2.8 5/60. 1.07 Normoglikemi Matur Non-DM SICS 40 497411 RW perempuan 52 Kanan 2/60. 1.47 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM SICS 41 447311 JT laki-laki 60 Kanan 1/300 2.47 5/16. 0.5 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE 42 537002 MA laki-laki 64 Kanan 1/300 2.47 5/6. 0.08 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 43 517882 BS laki-laki 61 Kanan 1/300 2.47 2/60. 1.47 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 44 624187 BA laki-laki 54 Kiri 1/60. 1.77 5/6. 0.08 Normoglikemi Imatur Non-DM ECCE

(4)

47 582477 SK perempuan 70 Kanan 1/300 2.47 2/60. 1.47 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 48 459945 TS perempuan 69 Kanan 5/33. 0.81 5/25. 0.7 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 49 538996 SL laki-laki 66 Kiri 1/300 2.47 5/50. 1 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 50 539454 PS laki-laki 67 Kiri 1/60. 1.77 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 51 570325 CK perempuan 64 Kanan 1/300 2.47 1/300 2.47 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE 52 477546 AT laki-laki 59 Kiri 3/60. 1.3 5/10. 0.3 Hiperglikemi Imatur DM ECCE 53 570805 TS perempuan 76 Kanan 2/60. 1.47 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM ECCE

54 570805 TS perempuan 77 Kiri 1/60. 1.77 5/16. 0.5 Normoglikemi Matur Non-DM Fakoemulsifika 55 518814 SH perempuan 73 Kanan P(+) 2.8 5/10. 0.3 Normoglikemi Matur Non-DM SICS

56 565106 SP laki-laki 61 Kiri 1/60. 1.47 5/12. 0.38 Normoglikemi Matur Non-DM Fakoemulsifika 57 430609 MS laki-laki 51 Kiri 3/60. 1.3 5/10. 0.3 Hiperglikemi Imatur DM ECCE

58 430609 MS laki-laki 52 Kanan 2/60. 1.47 5/8. 0.2 Hiperglikemi Imatur DM ECCE

59 522482 HS perempuan 71 Kanan 5/50. 1 5/12. 0.38 Normoglikemi Imatur Non-DM Fakoemulsifika 60 617187 MT perempuan 65 Kiri 1/300 2.47 1/300 2.47 Hiperglikemi Imatur DM ECCE

61 669253 SK laki-laki 64 Kiri 5/25. 0.7 5/6. 0.08 Normoglikemi Imatur Non-DM Fakoemulsifika 62 520055 DM perempuan 60 Kiri 1/300 2.47 5/6. 0.08 Normoglikemi Matur Non-DM SICS

(5)
(6)

LAMPIRAN 3. HASIL ANALISIS

Frequency Table

Jenis Kelamin Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

laki-laki 35 48.6 48.6 48.6

Perempuan 37 51.4 51.4 100.0

Total 72 100.0 100.0

Mata Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Kanan 45 62.5 62.5 62.5

Kiri 27 37.5 37.5 100.0

Total 72 100.0 100.0

KGD Frequenc

y

Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Normoglike mi

54 75.0 75.0 75.0

Hiperglikemi 18 25.0 25.0 100.0

Total 72 100.0 100.0

StadiumKatarak Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

Imatur 21 29.2 29.2 29.2

Matur 51 70.8 70.8 100.0

(7)

Riwayat DM Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

DM 23 31.9 31.9 31.9

Non-DM

49 68.1 68.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

JenisOperasi Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

ECCE 60 83.3 83.3 83.3

SICS 7 9.7 9.7 93.1

Fakoemulsifika si

5 6.9 6.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

UsiaPasien Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

<55 tahun 13 18.1 18.1 18.1

> 55 tahun

59 81.9 81.9 100.0

Total 72 100.0 100.0

Visus Post Operasi Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

baik 27 37.5 37.5 37.5

sedang 21 29.2 29.2 66.7

buruk 24 33.3 33.3 100.0

(8)

Visuspreoperasi Frequenc

y

Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid

sedang 5 6.9 6.9 6.9

buruk 67 93.1 93.1 100.0

Total 72 100.0 100.0

CROSSTAB

Riwayat DM * visus post operasi Crosstabulation Count

Visus Post Operasi Total baik sedang buruk

Riwayat DM

DM 8 4 11 23

Non-DM

19 17 13 49

Total 27 21 24 72

Riwayat DM * UsiaPasien Crosstabulation Count

UsiaPasien Total <55 tahun > 55 tahun Riwayat DM

DM 6 17 23

Non-DM

7 42 49

Total 13 59 72

UsiaPasien * StadiumKatarak Crosstabulation Count

StadiumKatarak Total Imatur Matur

UsiaPasien

<55 tahun 6 7 13

> 55 tahun

15 44 59

(9)
(10)
(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arimbi, A.T., 2012, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Katarak

Degeneratif di RSUD Budhi Asih Tahun 2011, Universitas Indonesia.

Dahlan, M. S., 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam

penelitian kedokteran dan kesehatan. Seri Evidence Based Medicine 2. Edisi2. Jakarta: Salemba Medika.

Dahlan, M. S., 2011. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan. Seri Evidence Based Medicine 1. Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.

Devgan, Uday. 2010.‘Cataract surgery in Diabetic Patient’. Retina Today Vol

2010. Available from:

http://retinatoday.com/2010/08/cataract-surgery-in-diabetic-patients.

Erman, I., Elviani, Y., and Soewito, B. Hubungan Umur dan Jenis Kelamin

dengan Kejadian Katarak di Instalasi Rawat Jalan (Poli Mata) RS. dr. Sobirin Kab. Musi Waras Tahun 2014. Politeknik Kesehatan Palembang Harper, R.A., Shock, J.P., 2010. Lensa. In: Whitcher, J.P. & Eva, P.R. (eds.),

Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Edisi 17. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta: EGC.

Husain, R., Tong, L., Fong, A., Cheng, J.F., How, A., Chua, W.H., Lee, L., et al.

2005. ‘Prevalence of cataract in rural Indonesia’, American Academy of

Ophthalmology Journal, vol. 112, no. 7, pp. 1255-1262.

Ilyas, S., 2009. Kelainan refraksi dan kacamata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit

FKUI.

Ilyas, S., 2010. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Javadi, M.A., and Ghanavati, S.Z., 2008. Cataracts in Diabetic patients: A review

(12)

Khandekar, R., Raisi A.A., 2009. ‘Assessment of Visual Gain Following Cataract

Surgeries in Oman: A Hospital Based Cohort Study’, Oman Medical Journal,

vol. 24, no. 1, pp. 11-16.

Lindfield, R, Vishwanath, K., Ngounou, F., & Khanna, R.C., 2012. The

Challenges in Improving Outcome of Cataract Surgery in Low and Middle

Income Countries. Indian J Ophthalmol. vol 60, no. 5, pp. 464–469.

Machan, Carolyn., 2012. Type 2 Diabetes Mellitus and The Prevalence of

Age-Related Cataract in a Clinic Population. University of Waterloo

Malhotra, R., 2008. Eye essentials cataract. Eds Doshi, S. & Harvey, W. China:

Elsevier.

PERKENI, 2011. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di

Indonesia. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Pollreisz, A., Schmidt, U., 2010. Diabetic Cataract—Pathogenesis, Epidemiology

and Treatment. Vol. 2010. Available from:

http://www.hindawi.com/journals/joph/2010/608751. [Accesed 5 Mei 2015].

Purnamasari, D, 2010. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Dalam:

Sudoyo, A.W. et al. Buku ajar penyakit dalam. Edisi V, Jilid III. Jakarta:

Internal Publishing.

Purnaningrum, N.P., 2014. Perbedaan Tajam Penglihatan Pascaoperasi

Fakoemulsifikasi pada Pasien Katarak Senilis dengan Diabetes Melitus dan Tanpa Diabetes Melitus, Universitas Diponegoro.

Rangking RI Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia 2011,

PDPERSI. Available from:

http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?catid=23&mid=5&nid=618.

[Accesed 1 Mei 2015].

Rizkawati, 2012, Hubungan Antara Kejadian Katarak dengan Diabetes Melitus di

(13)

Rosenfeld, S.I. et al, 2007. Basic and clinical course: lens and cataract. Section

2007-2008. Singapore: American Academy of Ophthalmology.

Sastroasmoro, S. dan Ismael, S., 2011. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis.

Edisi 4. Jakarta: Sagung Seto.

Sirlan F, blindness pattern in Indonesia, Sub Directorate Community Eye Health,

Ministry of Healthy, 2000,10-12.

Tabandeh, H. et al, 1994. Lens hardness in mature cataracts. Eye. vol 8, no. 10,

pp. 453–455

(14)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah :

Gambar 3. Kerangka Konsep

3.2. Variabel dan Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Variabel Alat Ukur

Cara Ukur Kategori Skala

1. Katarak Senilis

Pasien katarak berusia di atas 50 tahun yang didiagnosa oleh dokter spesialis mata Rekam medic Observasi data rekam medik 1.Ya 2. Tidak Nominal

2. Usia Jumlah tahun hidup pasien katarak sejak

Rekam Observasi data rekam

1. ≤ 55 tahun 2. > 55 tahun

Ordinal Karakteristik Pasien

Katarak Senilis

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Mata yang terkena 4. Visus pre-operasi 5. Visus post-operasi 6. Riwayat DM 7. Kadar Gula Darah 8. Stadium Katarak 9. Jenis Operasi Pasien Katarak

(15)

lahir sampai ulang tahun terakhir yang sesuai dengan rekam medis.

medic medik

3. Jenis kelamin

Dibedakan antara jenis kelamin pria dan wanita masing-masing pasien yang diteliti. Rekam medic Observasi data rekam medik 1. Pria 2. Wanita Nominal

4. Visus pre-operasi

Tajam penglihatan pasien yang diukur dengan snellen chart sebelum operasi Rekam medic Observasi data rekam medik 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk Ordinal

5. Visus post-operasi

Tajam penglihatan pasien yang diukur dengan snellen chart 4-8 minggu setelah operasi

Rekam medic Observasi data rekam medik 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk Ordinal

6. Stadium katarak

Stadium katarak yang diderita pasien Rekam medic Observasi data rekam medik 1.insipient 2. imatur 3. matur 4. hipermatur Ordinal

7. Riwayat DM

Riwayat DM yang dialami pasien Rekam Medik Observasi data rekam medik 1 DM 2 Non-DM Nominal

8. Mata yang dioperasi

Sisi mata pasien yang mengalami operasi Rekam medic Observasi data rekam medik 1 kanan 2 kiri Nominal

9 Kadar Gula Darah

Kadar gula darah pasien sebelum operasi Rekam Medik Observasi data rekam medik 1 Normoglikemi 2 Hiperglikemi Ordinal

10 Jenis Operasi

Jenis operasi yang dilakukan pada pasien

Rekam Medik

Observasi data rekam medik

1 EKEK (

2 SICS

3Fakoemulsifika si

(16)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan desain potong

lintang (cross sectional).

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP H. Adam Malik selama 3 bulan, yaitu

pada bulan September-November 2015.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi Target

Populasi target penelitian ini adalah seluruh pasien katarak senilis yang

dilakukan operasi katarak

4.3.2. Populasi Terjangkau

Penderita katarak senilis yang menjalani operasi katarak di RSUP H.

Adam Malik

4.3.3. Sampel

4.3.3.1. Kriteria Inklusi

1)Pasien katarak senilis (usia ≥ 50 tahun) yang telah menjalani operasi

katarak yang disertai penanaman lensa intraocular

2)Pasien datang untuk evaluasi pascaoperasi dan tajam penglihatan stabil

diukur antara minggu 4 sampai minggu 8 pascaoperasi

4.3.3.2 Kriteria Eksklusi

1)Data rekam medik tidak lengkap

4.3.4. Metode Pengambilan Sample

(17)

4.3.5. Besar Sample

Besar sample dalam penelitian ini adalah seluruh anggota populasi

terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi

4.4. Teknik Pengumpulan Data 4.4.1. Bahan

Bahan penelitian ini adalah rekam medik penderita katarak senilis di

RSUP H. Adam Malik

4.4.2. Cara Kerja

1) Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatra Utara / RSUP H. Adam Malik dengan

menggunakan rekam medik.

2) Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder dari rekam medic yang

meliputi identitas penderita (nama, usia, jenis kelamin), riwayat penyakit,

visus preoperasi, visus pascaoperasi antara minggu ke-4 sampai minggu

ke-8, stadium katarak, bagian mata yang dioperasi, dan kadar gula darah

(KGD) preoperasi.

4.4.3. Alur Penelitian

Gambar 4. Alur Penelitian Hitung sampel

Pemilihan rekam medik

Memenuhi kriteria inklusi

Pencatatan data yang diperlukan

kriteria eksklusi

(18)

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data tersebut dianalisa menggunakan program statistik analisa data yaitu

analisa univariat. Analisis univariat untuk deskripsi data seperti rerata, median,

(19)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medis RSUP H. Adam Malik

Medan yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17, Medan Tuntungan Km. 12.

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas

A sesuai SK Menkes No. 334/Menkes/ SK/ VII/1990 dan sebagai rumah sakit

pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991. Rumah sakit

ini juga sebagai pusat rujukan wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi

Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden Penelitian

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien katarak

senilis yang dioperasi dan menjalani rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan

tahun 2012-2014 yang memenuhi criteria inklusi yaitu sebanyak 72 sampel.

5.1.3 Distribusi Penderita Katarak 5.1.3.1 Umur

Tabel 5.1

Distribusi Kelompok Umur Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

Berdasarkan penelitian, diperoleh data penderita katarak senilis yang paling

banyak adalah kelompok berumur >55 tahun dimana terdapat 59 pasien (81,9%),

kemudian diikuti dengan kelompok usia ≤ 55 tahun sebanyak 13 pasien (18,1%).

No Umur Jumlah Persentase (%)

1 ≤ 55tahun 13 18.1

2 >55 tahun 59 81.9

(20)

5.1.3.2 Jenis Kelamin

Tabel 5.2

Distribusi Jenis Kelamin Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Laki-Laki 35 48.6

2 Perempuan 37 51.4

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, jenis kelamin pasien katarak senilis yang paling banyak

adalah perempuan yaitu sebanyak 37 (51,4%) pasien dan laki-laki sebanyak 35

(48,6%) pasien.

5.1.3.3 Mata yang dioperasi

Tabel 5.3

Distribusi Mata Pasien Katarak Senilis yang Dioperasi di RSUP H. Adam Malik

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

1 Kanan 45 62.5

2 Kiri 27 37.5

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, sisi mata pasien katarak senilis yang dioperasi paling

banyak adalah mata kanan yaitu sebanyak 45 (62,5 %) pasien dan mata kiri

(21)

5.1.3.4 Visus Pre Operasi

Tabel 5.4

Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Pre Operasi di RSUP H. Adam Malik

No Visus Jumlah Persentase (%)

1 Baik 0 0

2 Sedang 3 4.2

3 Buruk 69 95.8

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, diperoleh visus pre operasi pasien katarak senilis

kebanyakan sudah mencapai kategori buruk ketika akan dioperasi yaitu terdapat

69 (95,8%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori sedang dan baik

masing-masing 3 (4.2%) pasien dan 0 (0%) pasien.

5.1.3.5 Visus Post Operasi

Tabel 5.5

Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Post Operasi di RSUP H. Adam Malik

No Visus Jumlah Persentase (%)

1 Baik 27 37.5

2 Sedang 21 29.2

3 Buruk 24 33.3

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, diperoleh visus pasien katarak senilis setelah operasi

katarak persentase tiap kategori tidak jauh berbeda tetapi paling banyak mencapai

kategori baik yaitu terdapat 27 (37,5%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori

(22)

5.1.3.6 Riwayat Penyakit

Tabel 5.6

No Riwayat Penyakit Jumlah Persentase (%)

1 DM 23 31.9

2 Non- DM 49 68.1

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, diperoleh mayoritas pasien tidak memiliki riwayat

penyakit Diabetes Melitus (DM) yaitu sebanyak 49 (68,1%) pasien diikuti dengan

pasien yang memiliki riwayat penyakit DM sebanyak 23 (31,9 %) pasien.

5.1.3.7 Stadium Katarak

Tabel 5.7

Distribusi Stadium Katarak Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

No Stadium Katarak Jumlah Persentase (%)

1 Insipien 0 0

2 Imatur 21 29.2

3 Matur 51 70.8

4 Hipermatur 0 0

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, diperoleh stadium katarak yang paling banyak adalah

stadium matur dimana terdapat 51 pasien (70,8%), kemudian diikuti dengan

stadium imatur 21 pasien (29,2%), stadium insipient dan stadium hipermatur

(23)

5.1.3.8 Kadar Gula Darah

Tabel 5.8

Distribusi Kadar Gula Darah Pasien Katarak Senilis Berdasarakan Riwayat Penyakit DM di RSUP H. Adam Malik

No Kadar Gula Darah DM Non-DM Jumlah

1 Normoglikemi 5 49 54 (75%)

2 Hiperglikemi 18 0 18 (25%)

Total 23 49 72 (100%)

Berdasarkan penelitian, diperoleh data jumlah pasien katarak senilis yang

memiliki KGD normal ada 54 (75%) pasien dimana 49 (90,7%) pasien tidak

menderita Diabetes Melitus dan 5 (9,3%) pasien menderita Diabetes Melitus,

diikuti dengan KGD tinggi ada 18 (25%) pasien dimana 18 (100%) pasien

tersebut menderita Diabetes Melitus.

5.1.3.9 Jenis Operasi

Tabel 5.9

Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Jenis Operasi di RSUP H. Adam Malik

No Jenis Operasi Jumlah Persentase (%)

1 EKEK 60 83.3

2 SICS 7 9.7

3 Fakoemulsifikasi 5 6.9

Total 72 100

Berdasarkan penelitian, diperoleh jenis operasi yang dilakukan yang paling

banyak adalah EKEK dimana terdapat 60 pasien (83,3%), kemudian diikuti

dengan SICS dan Fakoemulsifikasi masing-masing 7 (9,7%) pasien dan 5 (6,9%)

(24)

5.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini ada beberapa karakteristik yang dapat mempengaruhi

terjadinya katarak dan hasil operasi yaitu, umur, jenis kelamin, sisi mata yang

dioperasi, visus pre-operasi, visus pasca operasi, stadium katarak, riwayat diabetes

melitus, dan kadar gula darah pre operasi.

Untuk mengetahui gambaran karakteristik dari katarak senilis maka dapat

diuraikan:

5.2.1 Umur

Dari tabel 5.1 diketahui bahwa dari 72 orang penderita katarak senilis di

RSUP H. Adam Malik, sebagian besar berada pada kelompok umur di atas 55

tahun yaitu 59 pasien (81,9%) dan persentase terkecil berada pada kelompok umur

di bawah 55 tahun yaitu 13 pasien (8,1%). Hal ini juga didukung oleh penelitian

di RS. Sobirin tahun 2014 terhadap 48 penderita katarak senilis yang dilakukan

Imelda Erman menunjukkan bahwa jumlah pasien di atas umur 55 tahun adalah

yang paling banyak yaitu 68,8%.

5.2.2 Jenis Kelamin

Dari tabel 5.2 diketahui bahwa dari 72 orang penderita katarak senilis di

RSUP H. Adam Malik, sebagian besar adalah perempuan yaitu sebanyak 37

(51,4%) pasien dan laki-laki 35 (48,6%) pasien. Distribusi sampel berdasarkan

jenis kelamin didapatkan persentasi pasien laki-laki dan perempuan tidak banyak

berbeda. Hal ini juga didukung oleh penelitian oleh Laura pada tahun 2008

terhadap 68 pasien katarak senilis menunjukkan bahwa distribusi pasien katarak

senilis berdasarkan jenis kelamin tidak jauh berbeda yaitu 51,5% perempuan dan

48,5% laki-laki.

5.2.3 Mata yang Dioperasi

Dari tabel 5.3 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.

Adam Malik, sisi mata pasien yang paling banyak terkena katarak adalah mata

(25)

Laura terhadap 68 pasien katarak senilis yang menunjukkan mayoritas 79,4%

pasien pada sampel menjalani operasi katarak pada mata bagian kiri.

5.2.4 Visus Pre Operasi

Dari tabel 5.4 diketahui bahwa visus dari 72 pasien katarak senilis di

RSUP H. Adam Malik 95,8 % sudah mencapai kategori buruk ketika menjumpai

dokter mata. Hal yang sama juga terlihat pada penelitian yang dilakukan di Oman

dimana 80,5% pasien sudah mencapai visus kategori buruk ketika menjumpai

dokter (Khandaker dan Raisi, 2009). Hal ini juga didukung oleh penelitian yang

dilakukan di RSUP H. Adam Malik pada tahun 2012 dimana 69,5% sudah

mencapai visus kategori buruk ketika menjumpai dokter (Laura, 2008) . Hal ini

dapat dipengaruhi oleh status pendidikan dan ekonomi pasien dimana kurangnya

informasi tentang kesehatan terutama katarak dan pasien dengan status ekonomi

rendah cenderung tidak memprioritaskan pengobatan katarak sebelum keadaannya

benar-benar sangat mengganggu (Pujiyanto, 2004).

5.2.5 Visus Post Operasi

Dari tabel 5.5 diketahui bahwa visus dari 72 pasien katarak senilis di

RSUP H. Adam Malik mayoritas 37,5% (27) pasien mencapai visus kategori baik

setelah dilakukan tindakan operasi. Dari 27 pasien tersebut, 70.3% adalah pasien

dengan non-DM dan sisanya 29,7 % adalah pasien DM. Hal ini di dukung juga

oleh penelitian Nungki yang dilakukan di Semarang dimana 97,5% pasien tanpa

riwayat DM dapat memiliki visus baik setelah operasi dibandingkan pada pasien

DM yang hanya 77,5%

Dari hasil penelitian masih ada pasien yang termasuk dalam kriteria visus

buruk, tetapi secara kuantitatif visusnya mengalami kenaikan. Hal ini dapat

dipengaruhi oleh berbagai factor seperti usia, DM yang lama tidak terkontrol,

perawatan pasca operasi yang kurang baik, sehingga dapat menimbulkan

(26)

5.2.6 Riwayat Penyakit

Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.

Adam Malik, hanya 31,9 % pasien yang memiliki riwayat penyakit DM, padahal

penelitian lain menyebutkan bahwa pasien diabetes melitus cenderung untuk

menderita katarak pada usia lebih muda (Devgan, 2010). Hal ini disebabkan

pasien katarak senilis yang memiliki riwayat DM di RSUP H. Adam Malik

banyak yang menolak untuk dioperasi karena takut akan komplikasi yang

mungkin terjadi pasca operasi dan karena kebanyakan pasien sudah mencapai

stadium kritis dan retinopati diabetika.

5.2.7 Stadium Katarak

Dari tabel 5.7 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.

Adam Malik, 70,8% pasien katarak sudah mencapai stadium matur ketika

menjumpai dokter. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada pasien katarak

yang dioperasi di RSUP H. Adam Malik sebagian besar memiliki tingkat

pendidikan hanya sampai SD-SMP yaitu 71,3 % sehingga kurangnya pengetahuan

dan informasi tentang kesehatan khususnya katarak. Hal ini juga dapat

dipengaruhi oleh status ekonomi pasien, dimana pasien dengan status ekonomi

rendah cenderung tidak memprioritaskan pengobatan katarak sebelum keadaannya

benar-benar sangat mengganggu (Pujiyanto, 2004).

5.2.8 Kadar Gula Darah

Dari tabel 5.8 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.

Adam Malik 75 % pasien katarak memiliki kadar gula darah yang normal sebelum

operasi. Sisanya 25% pasien yang memiliki kadar gula tinggi seluruhnya adalah

pasien katarak yang juga memiliki riwayat penyakit diabetes melitus. Pasien

diabetes melitus cenderung untuk menderita katarak pada usia lebih muda

(27)

5.2.9 Jenis Operasi

Dari tabel 5.9 diketahui bahwa dari 72 pasien katarak senilis di RSUP H.

Adam Malik 83,3 % pasien katarak dilakukan operasi katarak jenis EKEK (Extra

capsular Cataract Extraction). Hal ini juga didukung oleh penelitian di Oman pada

tahun 2009 dimana 84% pasien katarak dilakukan operasi katarak jenis EKEK

(Khandekar dan Raisi, 2009). Hal ini juga mungkin disebabkan oleh biaya operasi

untuk jenis operasi yang lain seperti fakoemulsifikasi lebih mahal daripada EKEK

namun hasil penelitian menunjukkan bahwa ketajaman visus pasca operasi untuk

jenis operasi fakoemulsifikasi secara signifikan lebih baik daripada kelompok

EKEK ( p < 0,05 dan odds ratio = 28,5) (RSUP Fatmawati, 2009).

5.2.10 Tabulasi Silang Antara Umur Penderita dan Stadium Katarak

Tabel 5.10 Tabulasi Silang Penderita Katarak Berdasarkan Umur dengan Stadium

Katarak di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan

No Umur

Stadium Katarak

Total % Imatur % Matur %

1 ≤ 55 6 46,1 7 53,9 13 100

2 >55 15 25,4 44 74,6 59 100

Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.10 menunjukkan jumlah

penderita katarak yang paling banyak pada golongan umur > 55 tahun dengan

stadium katarak senilis matur sebanyak 44 orang (74,6 %) sedangkan pada

golongan umur ≤ 55 tahun juga dengan stadium katarak senilis matur sebanyak 7

orang (53,9 %). Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menyatakan

bahwa adanya hubungan antara usia dan stadium katarak. Penelitian tersebut

menunjukkan bahwa persentase pengaruh usia terhadap stadium katarak adalah

(28)

5.2.11Tabulasi Silang Antara Riwayat DM dan Umur Penderita

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Penderita Katarak Berdasarkan Riwayat DM dan

Umur di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan

No Riwayat Penyakit

Kelompok Usia

Total %

≤ 55 % >55 %

1 DM 6 26 17 74 23 100

2 Non-DM 7 14,2 42 85,8 49 100

Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.11 menunjukkan jumlah penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %. Penelitian yang dilakukan oleh

Machan di Canada pada tahun 2012 menyatakan probabilitas dari 50% prevalensi

katarak terjadi pada usia 4 tahun lebih awal pada pasien DM di banding pasien

yang tidak memiliki riwayat DM.

5.2.12 Tabulasi Silang Antara Riwayat DM dan Visus Post Operasi

Tabel 5.12 Tabulasi Silang Penderita Katarak Berdasarkan Riwayat DM dengan

Visus Post Operasi di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik

Medan

No Riwayat Penyakit

Kategori Visus

Total % Baik % Sedang % Buruk %

1 DM 8 34,7 4 17,3 11 48 23 100

2 Non-DM 19 38,7 17 34,7 13 26,6 49 100

Berdasarkan tabulasi silang pada tabel 5.12 menunjukkan jumlah penderita

katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca

(29)

katarak denga riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan

kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%). Hasil ini juga didukung oleh

penelitian Laura terhadap 68 pasien katarak dimana tidak terdapat perbedaan visus

pasca operasi yang bermakna antara pasien katarak senilis dengan DM dan

(30)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

6.1.1 Penderita katarak senilis yang paling banyak adalah kelompok berumur >55 tahun dimana terdapat 59 pasien (81,9%), kemudian diikuti dengan

kelompok usia ≤ 55 tahun sebanyak 13 pasien (18,1%).

6.1.2 Distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkan persentasi pasien laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda yaitu sebanyak 37 (51,4%) pasien perempuan dan 35 (48,6%) pasien laki-laki.

6.1.3 Distribusi sampel berdasarkan sisi mata pasien yang terkena katarak mayoritas adalah mata bagian kanan yaitu sebanyak 62,5%

6.1.4 Visus pre operasi pasien katarak senilis kebanyakan sudah mencapai kategori buruk ketika akan dioperasi yaitu terdapat 69 (95,8%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori sedang dan baik masing-masing 3 (4.2%) pasien dan 0 (0%) pasien.

6.1.5 Visus pasien katarak senilis setelah operasi katarak persentase tiap kategori tidak jauh berbeda tetapi paling banyak mencapai kategori baik yaitu terdapat 27 (37,5%) pasien, kemudian diikuti dengan kategori buruk dan sedang masing-masing 24 (33.3%) pasien dan 21 (29.2%) pasien

6.1.6 Mayoritas pasien katarak senilis 49 (68,1 %) pasien tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus

6.1.7 Distribusi sampel berdasarkan stadium katarak mayoritas adalah stadium matur dimana terdapat 51 pasien (70,8%), kemudian diikuti dengan stadium imatur 21 pasien (29,2%), stadium insipient dan stadium hipermatur masing-masing 0 pasien (0%).

6.1.8 Jumlah pasien katarak senilis yang memiliki KGD normal ada 54 (75%) pasien dimana 49 (90,7%) pasien tidak menderita Diabetes Melitus dan 5 (9,3%) pasien menderita Diabetes Melitus, diikuti dengan KGD tinggi ada 18 (25%) pasien dimana 18 (100%) pasien tersebut menderita Diabetes Melitus.

(31)

6.1.10 Dari hasil tabulasi silang antara umur penderita dan stadium katarak didapatkan bahwa mayoritas pada pasien berusia > 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%)

6.1.11 Dari hasil tabulasi silang antara riwayat DM dan umur pasien didapatkan bahwa penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %.

6.1.12Dari hasil tabulasi silang antara riwayat DM dan visus pasca operasi didapatkan jumlah penderita katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik sebanyak 19 orang (38,7%) juga pada penderita katarak dengan riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%)

6.2 Saran

6.2.1Bagi institusi pelayanan kesehatan, agar membuat program penanggulangan untuk penyakit katarak seperti pemeriksaan mata berkala dan operasi katarak gratis

6.2.2Memberikan informasi berupa poster/brosur kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak

6.2.3Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui penyuluhan tentang upaya pencegahan penyakit katarak

6.2.4 Perlu dilakukan penyuluhan pada penderita katarak yang selesai operasi agar tetap dalam kondisi yang baik terutama pada pasien DM agar gula darahnya tetap terkontrol

6.2.5 Bagi pihak rumah sakit perlu melengkapi system pencatatan rekam medic

6.2.6 Untuk penelitian selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan

memperhitungkan factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya

katarak seperti pekerjaan dan factor-faktor lain yang dapat mempengaruhi

(32)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Senilis

2.1.1. Definisi

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi

akibat hidrasi(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau terjadi

akibat kedua-duanya (Ilyas, 2010). Lima puluh satu persen (51%) kebutaan

diakibatkan oleh katarak(WHO,2012). Katarak senilis merupakan jenis katarak

yang paling sering ditemukan. Katarak senilis adalah setiap kekeruhan pada lensa

yang terjadi pada usia lanjut, yaitu di atas usia 50 tahun.

2.1.2. Faktor Resiko

Katarak adalah penyakit degeneratif yang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal yang berpengaruh antara

lain adalah umur dan jenis kelamin sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh

adalah pekerjaan dan pendidikan yang berdampak langsung pada status sosial

ekonomi dan status kesehatan seseorang, serta faktor lingkungan, yang dalam

hubungannya dalam paparan sinat Ultraviolet yang berasal dari sinar matahari

(Sirlan F, 2000).

2.1.2.1 Usia

Proses normal ketuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh.

Dengan meningkatnya umur, maka ukuran lensa akan bertambah dengan

timbulnya serat-serat lensa yang baru. Seiring bertambahnya usia, lensa berkurang

kebeningannya, keadaan ini akan berkembang dengan bertambahnya berat

katarak. .Prevalensi katarak meningkat tiga sampai empat kali pada pasien berusia

(33)

2.1.2.2 Jenis Kelamin

Usia harapan hidup wanita lebih lama dibandingkan oleh laki-laki, ini

diindikasikan sebagai faktor resiko katarak dimana perempuan penderita katarak

lebih banyak dibandingkan laki-laki (WHO, 2012)

2.1.2.3 Riwayat Penyakit

Diabetes Melitus (DM) dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks

refraksi, dan kemampuan akomodasi. Meningkatnya kadar gula darah, juga akan

meningkatkan kadar gula di aqueous humor. Glukosa dari aqueous akan masuk ke

lensa melalui difusi dimana sebagian dari glukosa ini diubah menjadi sorbitol oleh

enzim aldose reduktase melalui jalur poliol, yang tidak dimetabolisme dan tetap

tinggal di lensa. Telah terbukti bahwa akumulasi intraselular sorbitol

menyebabkan perubahan osmotic sehingga air masuk ke lensa, yang akan

mengakibatkan pembengkakkan serabut lensa. Penelitian pada hewan telah

menunjukkan bahwa akumulasi poliol intraseluler menyebabkan kolaps dan

likuifaksi(pencairan) serabut lensa, yang akhirnya terjadi pembentukan kekeruhan

pada lensa (Pollreisz dan Schmidt, 2010).

2.1.3. Patogenesis

Katarak senilis adalah penyebab utama gangguan penglihatan pada orang tua.

Patogenesis katarak senilis bersifat multifaktorial dan belum sepenuhnya

dimengerti. Walaupun sel lensa terus bertumbuh sepanjang hidup, tidak ada

sel-sel yang dibuang. Seiring dengan bertambahnya usia, lensa bertambah berat dan

tebal sehingga kemampuan akomodasinya menurun. Saat lapisan baru dari serabut

korteks terbentuk secara konsentris, sel-sel tua menumpuk ke ararh tengah

sehingga nukleus lensa mengalami penekanan dan pengerasan (sklerosis nuklear).

Crystallin (protein lensa) mengalami modifikasi dan agregasi kimia menjadi high-molecular-weight-protein. Agregasi protein ini menyebabkan fluktuasi mendadak pada index refraksi lensa, penyebaran sinar cahaya, dan penurunan

transparansi. Perubahan kimia protein lensa nuklear ini juga menghasilkan

(34)

bercorak kuning kecoklatan sehingga lensa yang seharusnya jernih tidak bisa

menghantarkan dan memfokuskan cahaya ke retina. Selain itu, terjadi penurunan

konsentrasi Glutathione dan Kalium diikuti meningkatnya konsentrasi Natrium

dan Kalsium.

2.1.4 Tipe Katarak Senilis 2.1.4.1 Katarak Nuklear

Dalam tingkatan tertentu sklerosis dan penguningan nuklear dianggap

normal setelah usia pertengahan. Pada umumnya, kondisi ini hanya sedikit

mengganggu fungsi penglihatan. Jumlah sklerosis dan penguningan yang

berlebihan disebut katarak nuklear, yang menyebabkan opasitas sentral. Tingkat

sklerosis, penguningan dan opasifikasi dinilai dengan menggunakan biomikroskop

slit-lamp dan pemeriksaan reflex merah dengan pupil dilatasi.

Katarak nuklear cenderung berkembang dengan lambat. Sebagian besar

katarak nuklear adalah bilateral, tetapi bisa asimetrik. Cirri khas dari katarak

nuklear adalah membaiknya penglihatan dekat tanpa kacamata, keadaan inilah

yang disebut sebagai “penglihatan kedua”. Ini merupakan akibat meningkatnya

kekuatan focus lensa bagian sentral, menyebabkan refraksi bergeser ke myopia

(penglihatan dekat). Kadang-kadang, perubahan mendadak indeks refraksi antara

nukleus sklerotik dan korteks lensa dapat menyebabkan monocular diplopia .

Penguningan lensa yang progresif menyebabkan diskriminasi warna yang buruk.

Pada kasus yang sudah lanjut, nukleusnlensa menjadi opak dan coklat dan disebut

katarak nuklear brunescent.

Secara histopatologi, karakteristik katarak nuklearis adalah homogenitas

nukleus lensa dengan hilangnya lapisan tipis seluler.

2.1.4.2 Katarak Kortikal

Katarak kortikal adalah kekeruhan pada korteks lensa. Ini adalah jenis

katarak yang paling sering terjadi. Lapisan korteks lensa tidak sepadat pada

bagian nukleus sehingga lebih mudah terjadi overhidrasi akibat

(35)

terbentuk osifikasi kortikal, yang ditunjukkan pada diabetes dan galaktosemia

(Fong, 2008). Perubahan hidrasi serat lensa menyebabkan terbentuknya

celah-celah dalam pola radial disekeliling daerah ekuator. Katarak ini cenderung

bilateral, tetapi sering asimetrik. Derajat gangguan fungsi penglihatan bervariasi,

tergantung seberapa dekat kekeruhan lensa dengan sumbu penglihatan (Harper et

al,2010). Gejala yang sering ditemukan adalah penderita merasa silau pada saat mencoba memfokuskan pandangan pada suatu sumber cahaya di malam hari

(Rosenfeld et al, 2007).

Pemeriksaan menggunakan biomikroskop slitlamp akan mendapatkan

gambaran vakuola, degenerasi hiropik serabut lensa, serta pemisahan lamella

kortek anterior atau posterior oleh air. Kekeruhan putih seperti baji terlihat di

perifer lensa dengan ujungnya mengarah ke sentral, kekeruhan ini tampak gelap

apabila dilihat menggunakan retroiluminasi. Secara histopatologi, karakteristik

dari katarak kortikal adalah adanya pembengkakan hidrofik serabut lensa. Globula

Morgagni (globules-globulus material eosinofilik) dapat diamati di dalam celah

antara serabut lensa (Rosenfeld et al, 2007).

2.1.4.3 Katarak Subkapsularis Posterior

Katarak subkapsularis posterior terdapat pada korteks di dekat kapsul

posterior bagian sentral (Harper et al,2010). Katarak ini biasanya didapatkan pada

penderita dengan usia yang lebih muda dibanding kedua jenis katarak yang lain.

Gejalanya antara lain adalah fotofobia dan penglihatan yang buruk saat mata

berakomodasi atau diberikan miotikum. Ini dikarenakan ketika pupil konstriksi

saat berakomodasi, cahaya yang masuk ke mata menjadi terfokus ke sentral,

dimana terdapat katarak subkapsularis posterior, menyebabkan cahay menyebar

dan mengganggu kemampuan mata untuk memfokuskan pada makula (Rosenfeld

et al, 2007).

Deteksi katarak subkapsularis posterior paling baik menggunakan

biomikroskop slitlamp pada mata yang telah ditetesi midriatikum. Pasda awal

(36)

pelangi yang halus pada lapisan korteks posterior. Sedangkan pada tahap akhir

terbentuk kekeruhan granular dan kekeruhan seperti plak di kortek subkapsular

posterior (Rosenfeld et al, 2007). Kekeruhan lensa di sini dapat timbul akibat

trauma, penggunaan kortikosteroid (topical atau sistemik), peradangan atau

[image:36.595.119.510.228.339.2]

pajanan radiasi pengion (Harper et al, 2010).

Gambar 2. Tipe Katarak Senilis. A(katarak nuklear), B(katarak kortikal), C(katarak subkapsularis posterior)

2.1.5 Stadium Katarak Senilis 2.1.5.1 Katarak Insipien

Pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut :

1. Katarak kortikal : kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbentuk jeriji

menuju korteks anterior dan posterior. Vakuol mulai terlihat di dalam

korteks.

2. Katarak subkapsular posterior : kekeruhan mulai terlihat anterior

subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi

jaringan degenerative (benda Morgagni)

Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks refraksi yang

tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini kadang-kadang menetap untuk

waktu yang lama (Ilyas, 2010).

2.1.5.2 Katarak Imatur

Katarak imatur, sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum

(37)

lensa akibat meningktnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Pada

keadaan lensa mencembung akan dapat menimbulkan hambatan pupil, sehingga

terjadi glaukoma sekunder.

2.1.5.3 Katarak Matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa.

Kekeruhan ini bisa terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. Bila katarak

imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan lensa akan keluar, sehingga

lensa kembali pada ukuran yang normal. Akan terjadi kekeruhan seluruh lensa

yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi lensa. Bilik mata depan akan

berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa

yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (Ilyas, 2010).

2.1.5.4 Katarak Hipermatur

Katarak hipermatur, katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,

dapat menjadi keras atau lembek dan mencair. Masa lensa yang berdegenerasi

keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi kecil, berwarna kuning dan

kering. Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Bila

proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks

yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan

memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nukleus yang

terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut sebagai

katarak Morgagni.

2.1.6 Penatalaksanaan Katarak Senilis

Operasi katarak merupakan operasi mata yang sering dilakukan diseluruh

dunia, karena merupakan modalitas utama terapi katarak. Tujuan dilakukan

operasi katarak adalah perbaikan tajam penglihatan sehingga meningkatkan

kualitas hidup pasien (Purnaningrum, 2014).

Indikasi utama operasi katarak paling umum adalah keinginan pasien

sendiri untuk memperbaiki fungsi penglihatannya. Indikasi dilakukan tatalaksana

(38)

berdasarkan tingkat gangguan visual terhadap aktivitas sehari-hari (Rosenfeld,

2007). Misalnya jika katarak masih imatur dengan visus 6/24 namun pasien

adalah seorang polisi dan sangat terganggu maka bisa dilakukan operasi. Jika

katarak sudah matur namun pasien tidak merasa tidak terganggu berarti tidak

perlu dilakukan bedah. Namun jika katarak mencapai hipermatur dapat

meningkatkan resiko terjadinya glaukoma dan uveitis. Indikasi medis untuk bedah

katarak adalah galukoma fakolitik, glaucoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik,

dan dislokasi lensa ke bilik anterior (Rosenfeld, 2007).

Bedah katarak telah mengalami perubahan dramatis selama 30 tahun

terakhir ini. Perbaikan terus berlanjut dengan peralatan otomatis dan berbagai

modifikasi lensa intraocular yang memungkinkan dilakukannya operasi melalui

insisi kecil. Metode operasi yang digunakan sekarang adalah ekstraksi katarak

intrakapsular (EKIK), ekstraksi katarak ekstrakapsular (EKEK), dan

(39)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Lensa mata adalah bagian mata yang terdapat di belakang pupil mata, yang

berfungsi sebagai media penglihatan sehingga harus jernih atau transparan dan

memfokuskan agar cahaya jatuh tepat ke retina. Jika terjadi kekeruhan pada lensa

maka akan terganggu proses penglihatan yang disebut katarak. Katarak berasal

dari bahasa Yunani katarrhakies, Inggris cataract, dan Latin cataracta yang

berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan

seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan

kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa,

denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-duanya (Ilyas,2010).

Diperkirakan ada 285 juta orang yang mengalami gangguan penglihatan di

dunia,dimana 39 juta mengalami kebutaan dan 246 juta memiliki low vision

(WHO,2012). Terlepas dari kemajuan dalam teknik bedah di banyak negara

selama sepuluh tahun terakhir, penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh

dunia adalah katarak (51%), glaukoma (8%), AMD (5%), kebutaan pada anak dan

kornea opacitiy (4%), kesalahan-refraktive-dikoreksi dan trakoma (3%), dan

diabetik retinopathy (1%), idiopatik (21%) (WHO, 2012). Prevalensi katarak di

daerah pedesaan Indonesia adalah yang tertinggi di wilayah Asia Tenggara, pada

usia 21-29 tahun (1,1%) dan meningkat menjadi 82,8% pada usia di atas 60 tahun

(Husain et al, 2005).

Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah

210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif. Salah

satu factor resiko yang tidak dapat dimodifikasi utama ialah usia. Katarak senilis

terjadi pada usia >50 tahun, dimana pada usia tersebut terjadi banyak kelainan

(40)

pada mata berupa katarak dan retinopati diabetik. Beberapa pendapat

menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbitol dan

fruktosa di dalam lensa (Ilyas,2010).

Kebutaan yang terjadi akibat katarak akan terus meningkat karena

penderita tidak menyadarinya, daya penglihatan baru terpengaruh setelah katarak

berkembang sekitar 3-5 tahun dan menyadari penyakitnya setelah memasuki

stadium kritis. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan mengenai gejala

katarak. Salah satu penyebab tingginya kasus kebutaan yang diakibatkan oleh

katarak karena kurangnya perhatian masyarakat terhadap kesehatan mata (Irawan,

2008).

Hingga kini belum ditemukan pengobatan yang dapat memperlambat atau

membalikkan perubahan-perubahan kimiawi yang mendasari pembentukan

katarak (Harper et al, 2010). Katarak tidak dapat dicegah kecuali pada

kebutaannya yaitu dengan tindakan operasi. Operasi katarak merupakan operasi

mata yang sering dilakukan di seluruh dunia, karena merupakan modalitas utama

terapi katarak (Lindfield, 2012).

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimanakah gambaran karakteristik pasien katarak senilis

di RSUP Haji Adam Malik?”

1.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis di RSUP Haji

Adam Malik Medan

2. Tujuan khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

(41)

b. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan jenis kelamin di RSUP Haji Adam Malik Medan

c. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan mata yang terkena katarak di RSUP Haji Adam Malik

Medan

d. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan visus pre-operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

e. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan visus post-operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

f. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan riwayat penyakit terdahulu di RSUP Haji Adam Malik

Medan

g. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan stadium katarak di RSUP Haji Adam Malik Medan

h. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan kadar gula darah di RSUP Haji Adam Malik Medan

i. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak senilis

berdasarkan jenis operasi di RSUP Haji Adam Malik Medan

j. Untuk mengetahui uji proporsi antara umur dengan stadium katarak

terhadap terjadinya katarak di RSUP Haji Adam Malik Medan

k. Untuk mengetahui uji proporsi antara riwayat Diabetes Melitus (DM)

dengan umur terhadap terjadinya katarak di RSUP Haji Adam Malik

Medan

l. Untuk mengetahui uji proporsi antara riwayat DM dengan visus

(42)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk

1. Peneliti

Diharapkan dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan dan

pengalaman serta wawasan ilmiah di bidang penelitian tentang penyakit

katarak

2. Institusi terkait

Mengetahui gambaran karakteristik pasien katarak di RSUP H. Adam

Malik

3. Pembaca atau peneliti lain

Memberikan informasi yang dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya

(43)

ABSTRAK

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif.

Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak senilis rawat inap di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita katarak senilis rawat inap tahun 2011-2014 yang memenuhi criteria inklusi yaitu sebanyak 72 orang. Sumber data adalah kartu status penderita yang terdapat di rekam medik.

Dari penelitian ini ditemukan karakteristik penderita katarak berdasarkan proporsi yang terbanyak adalah pada golongan umur > 55 tahun (81,9%), jenis kelamin perempuan (51,4%), sisi mata kanan yang terkena katarak (62,5%), stadium katarak matur (70,8%), KGD normal (75%), operasi EKEK (83,3%), visus pre operasi buruk (95,8%), visus pasca operasi baik (37,5%).

Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia > 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %, jumlah penderita katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik sebanyak 19 orang (38,7%) juga pada penderita katarak dengan riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%)

Perlu dilakukan penyuluhan kepada pasien katarak yang selesai operasi agar tetap dalam kondisi yang baik dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak. Saran untuk lokasi penelitian perlu melengkapi system pencatatan rekam medis.

(44)

ABSTRACT

Cataract is a clouding of the lens that may ocuur as a result of hydration (fluid replenishment) lens, lens protein denaturation. Cataract is the leading cause of visual impairment in the world. In Indonesia, the number of cataract is being added 210.000 people every year, 16% of whom suffered productive age population.

To know the characteristics of hospitalized patient with senile cataract in the eye disease unit of RSUP H. Adam Malik, has conducted a descriptive study with cross sectional design followed by a statistical analysis by chi-square test. Samples in this study are all the data of senile cataract hospitalizes patients in 2012-2014 who met the inclusion criteria as many as 72 people. Data source is from the patient status card contained in medical records.

This research found cataract patients characteristic based on the proportion of the vast majority were in the age group of > 55 years old (81,9%), female (51,4%), right eye (62,5%), the stage of mature cataract (70,8%), normal blood glucose level (75%), ECCE operation (83,3%), bad visual acuity pre operation (95,8%), good visual acuity post operation (37,5%).

The result of crosstab showed that > 55 year-old patient with stage cataract has reached a mature stage as many as 44 people (74,6%), cataract

patients aged ≤55 years with a history of diabetes by 26% whereas in patients

without diabetes by 14,2 %, number of cataract patients who had no history of diabetes at most have post operative visual acuity with good category as many as 19 people (38,7%) also in cataract patients with a history of diabetes at most have a postoperative visual acuity with good category but only as many as 8 people (34,7%)

Necessary counseling to patients who had cataract surgery in order to remain in good condition and to provide education to the public about the symptoms, causes and signs of cataract. Suggestion for study sites need to complete medical record recording system.

(45)

KARAKTERISTIK PASIEN KATARAK SENILIS DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

Oleh : RUTH G. MALAU

120100287

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(46)
(47)

ABSTRAK

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa. Katarak merupakan penyebab utama gangguan penglihatan di seluruh dunia. Di Indonesia, jumlah penderita kebutaan akibat katarak selalu bertambah 210.000 orang per tahun, 16% diantaranya diderita penduduk usia produkif.

Untuk mengetahui karakteristik penderita katarak senilis rawat inap di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik Medan telah dilakukan penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data penderita katarak senilis rawat inap tahun 2011-2014 yang memenuhi criteria inklusi yaitu sebanyak 72 orang. Sumber data adalah kartu status penderita yang terdapat di rekam medik.

Dari penelitian ini ditemukan karakteristik penderita katarak berdasarkan proporsi yang terbanyak adalah pada golongan umur > 55 tahun (81,9%), jenis kelamin perempuan (51,4%), sisi mata kanan yang terkena katarak (62,5%), stadium katarak matur (70,8%), KGD normal (75%), operasi EKEK (83,3%), visus pre operasi buruk (95,8%), visus pasca operasi baik (37,5%).

Dari hasil crosstab (tabulasi silang) didapatkan pasien berusia > 55 tahun dengan stadium katarak yang sudah mencapai stadium matur sebanyak 44 orang (74,6%), penderita katarak yang berusia ≤ 55 tahun dengan riwayat DM sebanyak 26% sedangkan pada pasien tanpa riwayat DM sebanyak 14,2 %, jumlah penderita katarak yang tidak memiliki riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik sebanyak 19 orang (38,7%) juga pada penderita katarak dengan riwayat DM paling banyak memiliki visus pasca operasi dengan kategori baik tetapi hanya sebanyak 8 orang (34,7%)

Perlu dilakukan penyuluhan kepada pasien katarak yang selesai operasi agar tetap dalam kondisi yang baik dan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak. Saran untuk lokasi penelitian perlu melengkapi system pencatatan rekam medis.

(48)

ABSTRACT

Cataract is a clouding of the lens that may ocuur as a result of hydration (fluid replenishment) lens, lens protein denaturation. Cataract is the leading cause of visual impairment in the world. In Indonesia, the number of cataract is being added 210.000 people every year, 16% of whom suffered productive age population.

To know the characteristics of hospitalized patient with senile cataract in the eye disease unit of RSUP H. Adam Malik, has conducted a descriptive study with cross sectional design followed by a statistical analysis by chi-square test. Samples in this study are all the data of senile cataract hospitalizes patients in 2012-2014 who met the inclusion criteria as many as 72 people. Data source is from the patient status card contained in medical records.

This research found cataract patients characteristic based on the proportion of the vast majority were in the age group of > 55 years old (81,9%), female (51,4%), right eye (62,5%), the stage of mature cataract (70,8%), normal blood glucose level (75%), ECCE operation (83,3%), bad visual acuity pre operation (95,8%), good visual acuity post operation (37,5%).

The result of crosstab showed that > 55 year-old patient with stage cataract has reached a mature stage as many as 44 people (74,6%), cataract

patients aged ≤55 years with a history of diabetes by 26% whereas in patients

without diabetes by 14,2 %, number of cataract patients who had no history of diabetes at most have post operative visual acuity with good category as many as 19 people (38,7%) also in cataract patients with a history of diabetes at most have a postoperative visual acuity with good category but only as many as 8 people (34,7%)

Necessary counseling to patients who had cataract surgery in order to remain in good condition and to provide education to the public about the symptoms, causes and signs of cataract. Suggestion for study sites need to complete medical record recording system.

(49)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya oleh

kasih dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran

Program Studi Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Utara. Dalam proses penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, banyak bimbingan dan

arahan yang penulis peroleh dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada :

1. Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

2. dr. Marina Yusnita Albar, M.Ked (Oph), Sp.M selaku dosen pembimbing

penulis terima kasih atas waktu, perhatian, kesabaran serta masukan yang

diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan karta tulis ilmiah ini dan

kepada dr.Romer Danial, Sp.A dan dr.Gerben F. Hutabarat, DTM&H,

Sp.MK selaku dosen penguji yang selalu memberikan arahan dan saran

selama penelitian ini.

3. Seluruh dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis

selama masa pendidikan.

4. Kedua orang tua penulis Bapak S. Malau dan Ibu S. Sinaga yang selalu

memberikan doa dan dukungan materi maupun moril, yang selalu

memberi semangat dan arahan selama menyelesaikan penelitian ini.

5. Kepada saudara penulis Tresna Bengeta Malau, Sri Riski Malau, Paris

Mauli Malau, Willyam Miller Malau yang selalu mendukung penulis.

6. Teman-teman sesama bimbingan penelitian di Fakultas Kedokteran dan

teman sekelompok bimbingan ( Dina Bahroeny dan Meyva Sasmita) serta

(50)

Ria Angela) yang selalu hadir dalam memberi bantuan berupa saran,

kritik, semangat, dan motivasi selama proses penelitian ini.

7. Teman-teman satu kelompok kecil penulis “Christabelle” yang selalu

memberi dukungan doa dan semangat.

8. Semua instansi yang telah banyak membantu dan memberi kemudahan,

RSUP H. Adam Malik Medan, Perpustakaan FK USU, Perpustakaan

Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna karena

keterbatasan pengetahuan dan pegalaman penulis. Oleh karena itu, segala saran

dan kritik sangat diharapkan demi kemajuan kualitas penelitian ini. Akhir kata

penulis berharap agar penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada semua

orang untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia kesehatan

dan kedokteran.

Penulis,

Ruth G. Malau

(51)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN…. ……….………i

ABSTRAK ………ii

ABSTRACT ………..iii

KATA PENGANTAR ………..iv

DAFTAR ISI ...………...vi

DAFTAR TABEL …...………... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ………...xi

DAFTAR ISTILAH ………xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Katarak Senilis ... 5

2.1.1. Definisi ... 5

2.1.2. Faktor Resiko ... 4

2.1.2.1 Usia………...4

2.1.2.2 Jenis Kelamin ………...5

2.1.2.3 Riwayat Penyakit ……….5

2.1.3 Patogenesis ………...5

2.1.4 Tipe Katarak Senilis ………..7

2.1.4.1 Katarak Nuklear ... 7

(52)

2.1.4.3 Katarak Subkapsularis Posterior ... 8

2.1.5 Stadium Katarak Senilis ... 9

2.1.5.1 Katarak Insipien ... 9

2.1.5.2 Katarak Imatur ... 9

2.1.5.3 Katarak Matur ... 9

2.1.5.4 Katarak Hipermatur ... 10

2.2 Penatalaksanaan Katarak Senilis ... 10

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 12

3.1. Kerangka Konsep ... 12

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 12

BAB 4 METODE PENELITIAN... 14

4.1. Jenis Penelitian ... 14

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 14

4.3. Populasi dan Sampel ... 14

4.3.1. Populasi Target ... 14

4.3.2. Populasi Terjangkau ... 14

4.3.3. Sampel ... 14

4.3.3.1. Kriteria Inklusi ... 14

4.3.3.2 Kriteria Eksklusi ... 14

4.3.4. Metode Pengambilan Sample ... 14

4.3.5. Besar Sampel ……….15

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 15

4.4.1. Bahan ... 15

4.4.2. Cara Kerja ... 15

4.4.3. Alur Penelitian ... 15

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 16

BAB 5 HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN..………..17

5.1 Hasil Penelitian ………...17

(53)

5.1.2 Deksripsi Karakteristik Responden Penelitian ………...17

5.1.3 Distribusi Penderita Katarak………...17

5.2 Pembahasan………..22

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………...28

6.1 Kesimpulan ……….28

6.2 Saran ………29

(54)

DAFTAR TABEL

NO Judul Tabel Hal

Tabel 3.1 Definisi Operasional 11

Tabel 5.1 Distribusi Kelompok Umur Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

16

Tabel 5.2 Distribusi Jenis Kelamin Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

17

Tabel 5.3 Distribusi Mata Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

17

Tabel 5.4 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Pre Operasi di RSUP H. Adam Malik

18

Tabel 5.5 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Visus Post Operasi di RSUP H. Adam Malik

18

Tabel 5.6 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Riwayat Penyakit di RSUP H. Adam Malik

19

Tabel 5.7 Distribusi Stadium Katarak Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

19

Tabel 5.8 Distribusi Kadar Gula Darah Pasien Katarak Senilis di RSUP H. Adam Malik

20

Tabel 5.9 Distribusi Pasien Katarak Senilis Berdasarkan Jenis Operasi di RSUP H. Adam Malik

Tabel 5.10 Tabulasi Silang Penderita Katarak Senilis Berdasarkan Umur dengan Stadium Katarak di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik

24

Tabel 5.11 Tabulasi Silang Penderita Katarak Senilis Berdasarkan Riwayat DM dengan Umur Penserita di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik

25

Tabel 5.12 Tabulasi Silang Penderita Katarak Senilis Berdasarkan Riwayat DM dan Visus Post Operasi di Unit Penyakit Mata di RSUP H. Adam Malik

(55)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Hal.

Gambar 2. Tipe katarak Senilis 8

Gambar 3. Kerangka Konsep 11

(56)

DAFTAR LAMPIRAN

NO Isi Lampiran

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Data Induk

Lampiran 3 Hasil Analisis

Lampiran 4 Ethical Clearance

(57)

DAFTAR ISTILAH EKEK : Ekstraksi Katarak Ekstrakapsular

Gambar

Tabel 3.1 Definisi Operasional
Gambar 4. Alur Penelitian
Tabel 5.1
Tabel 5.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Posisi pembelian spot &amp; forward yang masih

Perlindungan khusus bagi anak yang berhadapan hukum sebagaimana dalam. pasal 59 ayat (2) tahun 1945 dilakukan melalui perlakuan,

Terkait dengan perlindungan yang diberikan kepada saksi dan korban atas kekerasan yang mereka terima, tak hanya diberikan dalam bentuk perlindungan melekat (pendampingan

Aplikasi ini menggunakan elemen-elemen multimedia yaitu gambar, teks dan suara kedalam suatu bentuk aplikasi yang diharapkan mudah digunakan oleh siapa saja dan dibuat semenarik

(1) In the case of LPSK accept the petition of Witness and / or Victim referred to in Article 29, the Witness and / or Victim signed a statement of willingness

Masalah transportasi secara umum berhubungan dengan masalah pendistribusian barang dari beberapa kelompok tempat penyediaan yang disebut dengan sumber atau (supply) ke beberapa

Dalam membantu pihak staff administrasi rumah bersalin tersebut dan meningkatkan mutu pelayanan kepada pasien maupun kepada pihak rumah bersalin itu sendiri dalam memberikan

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban, yang selanjutnya disingkat LPSK, adalah lembaga yang bertugas dan berwenang untuk memberikan perlindungan dan hak-hak lain kepada