• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PELAYANAN DALAM

PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)

DI WILAYAH KOTA PEMATANG SIANTAR

Skripsi

Disusun dan diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera

Utara

Disusun Oleh :

Eva Ulina

110903086

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Eva Ulina

Nim : 110903086

Departemen : Ilmu Administarsi Negara

Judul : Efektivitas Pelayanan Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar.

Medan, Juli 2015

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Ilmu Administrasi Negara

Arlina, SH.M.Hum Drs.Rasyudin Ginting,Msi

NIP: 195603041977102001 NIP: 195908141986011002

Dekan,

FISIP USU MEDAN

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji skripsi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara oleh :

Nama :

Nim :

Departemen : Judul :

Yang dilaksanakan pada :

Hari :

Tanggal : Pukul :

Tempat :

Panitia Penguji

Ketua : (...)

(4)

atas limpahan berkat dan karuniaNya dalam setiap proses yang dilalui sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Akhirnya Penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dalam rangka memenuhi dan melengkapi sebagai prasyarat untuk menyelesaikan program Sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dengan judul “Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin

Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar”. Tak ada

kata yang dapat diungkapkan kepadaNya atas segala kesempatan yang telah diberikan selain ucapan syukur yang sedalam-dalamnya.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya penelitian dan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari jasa-jasa yang tak ternilai. Dari kedua orang tua penulis. Terima kasih kepada Ibu tercinta Nerly Samosir dan Ayah tercinta Peris Sijabat untuk doa, cinta, serta dukungan yang senantisa hadir di sepanjang perjalanan hidup Penulis. Terimakasih telah mengajarkan penulis untuk terus berada di jalan Tuhan YME. Kepada saudara-saudaraku tercinta Melissa Marsella Sijabat, Putri Sijabat, Ayu Sijabat, Elsa Sijabat, Selvina Sijabat, Ferdi dan Yogi Sijabat, terima kasih untuk persaudaraan kalian, doa, serta dukungan yang tak pernah putus yang menguatkan penulis dalam segala aktivitas, selalu berbagi kebahagiaaan dalam kesederhanaan sebuah keluarga, semoga Tuhan senantiasa membimbing kita di jalanNya.

(5)

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

4. Ibu Arlina, SH. M.Hum selaku Dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan dengan sabar membimbing saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Faisal Eriza S.Sos, M.SP selaku Dosen Penguji yang telah banyak memberikan arahan dan masukan kepada Penulis selama menyusun skripsi. 6. Seluruh dosen di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik yang telah memberikan bekal berupa ilmu pengetahuan, arahan, dan bimbingan selama Penulis menimba ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

(6)

Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

9. Kepada Bapak Hendri Sitorus, SP. selaku Kepala Bidang Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar yang telah memberikan informasi dan data akurat dalam melakukan penelitian.

10. Kepada Bapak Udaku yang tercinta, Demson Sijabat, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil. Dan selalu ada disaat penulis kesusahan dalam materil. “Tiada kata yang dapat kuucapkan, hanya

terimakasih buatmu uda, doakan borumu ini sukses dan akan selalu kuingat

kebaikanmu. Maav sudah merepotkanmu juga selama ini”.

(7)

kalian, mudah-mudahan ini dapat memberikan suatu kebanggaan dalam diri kedua orang tuaku, terimakasih juga telah menyadarkan aku terhadap pentingnya keluarga, ternyata keluargalah yang nomor satu dari apapun. 11. Kepada Ibuk R. Br Marpaung dan Bapak M.P Aritonang, yang baik dan

sangat berperan penting juga dalam penelitian ini selama di Kota Pematangsiantar ini yang sudah kuanggap seperti orang tua sendiri. “Terimakasih buat kebaikan dan pengorbanan kalian”.

12. Kepada orang yang spesial juga, Jhonroy Aritonang yang telah meluangkan waktunya dan memberikan penulis semangat juga dukungan dalam penelitianku selama di Siantar.

13. Buat Adik-adik ku tercinta, Melissa Marsella Sijabat, Putri, Ayu, Elsa, Selvina, Ferdi dan Ogi Sijabat yang selalu membuat suasana keluarga hidup, semoga apa yang sudah aku lakukan dapat memotivasi kalian untuk bisa membahagiakan kedua orang tua kita. Buat Melissa, Jangan malas-malas kuliah ya dek, terus berjuang. Jangan kecewakan Mamak Bapak. Belajar yang rajin, jangan pernah menyerah dan berjuang untuk sembuh dari penyakitnya. Buat Ogi, adik ku yang paling kecil. Maaf kakak jarang pulang ke Bukittinggi dan sering ngomel karena kesepian. Belajar yang rajin yah dekku.

(8)

pengertiannya yah, walaupun kadang suka nyebelin.

15. Buat itoku tersayang, Orlando Turnip, yang juga memberikan motivasi dan dukungan. Tingkah mu yang lucu memberikan aku kenyamanan dan semangat dalam hidup. Terimakasih itoku atas semangat yang kau berikan. 16. Buat adekku juga, Betesda Silalahi dan Pika Silalahi,yang selalu

memberikan dorongan dan semangat yang luar biasa bagi penulis. Menjadikan aku sosok yang kuat dan dewasa.“Terimakasih yah dek, kalian

juga harus semangat dalam menjalani hidup ini. Selalu berbakti kepada

orang tua.”Buat Betesda Silalahi,rajinlah belajar, semangat lah untuk kuliah dan jangan gampang menyerah.

17. Teman-teman satu angkatan Administrasi Negara stambuk 2011, terspesial Feby Dwiyana Ginting, telah banyak membantu dan memberi motivasi. Akhirnya penulis bisa menyelesaikan gelar S1 tepat waktu, optimis sekali untuk mengejarnya yah. Buat teman-teman magang di Desa Benteng Batubara, Nova, Jerry, Yusuf, Fauzan, Bintang, Jordan dan Antony.”Sukses yah teman-teman”

(9)

para pembaca yang budiman untuk memberikan saran dan kritik guna memberikan pengetahuan lebih baik lagi di dalam penyusunan tulisan-tulisan selanjutnya. Amin. Demikian yang dapat penulis sampaikan dan atas perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih.

Medan, 2015

(10)

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAKSI ... ... xiv

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1.Latar Belakang Masalah... 1

1.2.Perumusan Masalah... 6

1.3.Tujuan Penelitian... 6

1.4.Manfaat Penelitian... 6

1.5.Kerangka Teori...7

1.5.1 Efektivitas...8

1.5.2 Pelayanan Publik... 11

1.5.3 Pendapatan Daerah... 13

1.5.3.1.Pajak Daerah... 13

1.5.3.2 Restribusi Daerah... 14

1.5.4.Pengertian Surat Izin Mendirikan Bangunan... 15

1.6. Defenisi Konsep... 15

(11)

2.2. Lokasi Penelitian... 20

2.3. Informan Penelitian... 20

2.4. Teknik Pengumpulan Data... 21

2.5.Teknik Analisis Data... 22

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN... 24

3.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar... 24

3.1.1 Sejarah Berdirinya Kota Pematangsiantar... 24

3.1.2 Visi dan Misi Kota Pematangsiantar... 27

3.1.3 Letak Geografis... 29

3.1.4 Wilayah Kota Pematangsiantar...29

3.1.5 Sistem Pemerintahan... 46

3.1.6 Demografi...48

3.1.7 Infrastruktur... 49

(12)

3.2.1 Visi dan Misi BPPT Kota Pematangsiantar... 52

3.2.2 Tugas, Fungsi dan Wewenang BPPT... 52

3.2.3 Tugas, Fungsi dan Wewenang BPPT... 52

3.2.4 Susunan Organisasi BPPT... 53

3.2.5 Kepegawaian dan Keuangan BPPT...56

3.2.6 Jabatan Fungsional BPPT... 56

BAB IV PENYAJIAN DATA... 57

4.1 Efektivitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan... 58

4.2 Pelayanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan... 62

BAB V ANALISIS DATA 5.1 Analisis Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan... 67

5.2 Analisis Kendala yang dihadapi BPPT dalam Pengurusan Surat Izin Mendirikan Bangunan... 68

(13)

6.2 Saran... 71 DAFTAR PUSTAKA... 73

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

3.1.4 Wilayah Kota Pematangsiantar... 29

3.1.9 Gambar Kota Pematangsiantar... 51

(15)

3.1.5 Sistem Pemerintahan Kota Pematangsiantar... 46

(16)

Nama : Eva Ulina

Nim : 110903086

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina,SH.,M.Hum

Pelayanan publik pada dasarnya mencakup aspek kehidupan masyarakat luas. Dalam kehidupan bernegara, pemerintah memiliki fungsi melayani publik, dalam bentuk mengatur maupun menerbitkan perizinan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat dalam bidang pendidikan, kesehatan, usaha, kesejahteraan, dan sebagainya. Institusi pemerintah sebagai pelayan masyarakat perlu menemukan dan memahami cara yang profesional dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks pemerintahan, kebutuhan masyarakat menjadi tuntutan dan tanggung jawab pemerintah. Oleh karena itu, pemerintahan perlu diselenggarakan secara dinamis, tanggap, cepat dan tepat sasaran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan di Kota Pematangsiantar. Dengan menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif melalui wawancara, observasi, dan studi dokumen.

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa proses pemberian pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Kota Pematangsiantar sudah berjalan dengan cukup baik. Namun dalam tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya IMB masih perlu ditingkatkan.

(17)

1.1 Latar Belakang Masalah

Era Reformasi yang telah terjadi ternyata membawa hikmah positif bagi daerah dimana selama ini dominasi pusat terhadap daerah begitu kuat sehingga menimbulkan ketimpangan perekonomian antar daerah, tuntutan daerah untuk mengarahkan sistem sentralistik kepada sistem desentralisasi menuju otonomi daerah makin kuat. Sejak diberlakukannya era otonomi daerah pada Januari 2001, gema otonomi daerah semakin gencar. Otonomi merangsang daerah untuk memberdayakan sumber daya baik fisik ataupun non fisik yang ada di wilayahnya. Pembagian hasil ekonomi yang tidak merata selama ini telah memicu tuntutan untuk segera diberlakukannya otonomi daerah terutama oleh daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam.

(18)

otonomi semua daerah di Indonesia mampu melaksanakan semua urusan pemerintahan dan pembangunan dengan bertumpu pada kemampuan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dimilikinya. Dengan melihat realita pencapaian PAD di hampir semua daerah di Indonesia, tujuan mulia dari otonomi tersebut bagaikan jauh panggang daripada api. Bukan kemandirian yang ada justru tingkat ketergantungan terhadap pusat yang semakin besar.

Salah satu tujuan awal pelaksanaan otonomi adalah mewujudkan Kapasitas Fiskal Daerah yang kuat dalam mendukung terciptanya kemandirian daerah. Di era otonomi ini diharapkan daerah menjadi mandiri dalam pengelolaan kewenangannya yang ditandai dengan makin kuatnya Kapasitas Fiskal atau PAD suatu daerah. Sementara itu, untuk beberapa hal yang mungkin masih kekurangan dana, daerah masih diberi bantuan dari Pemerintahan Pusat dalam bentuk Dana Perimbangan, seperti Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Umum (DAU), maupun Dana Alokasi Khusus (DAK).

Perkembangan pembangunan di Siantar dinilai belum sejalan dengan penataan kota yang baik sehingga menimbulkan berbagai masalah baru. Permasalahan drainase dan pemberian izin bangunan (IMB) tidak tepat sasaran menjadi cikal bakal kesemerawutan Siantar. Hal itu diungkapkan praktisi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Sarintan Damanik SHut MSi.

Beliau mengatakan bahwa tugas berat Pemko Siantar kini menanti. Salah satunya adalah menata perwajahan pemukiman kota.

“Secara umum persoalan tata kota di Siantar itu meliputi permasalahan drainase, IPAL dan

(19)

Dampak dari kegagalan penataan kota dapat dilihat dari fenomena Siantar banjir beberapa waktu lalu. Banyak drainase yang disalahgunakan atau tidak berfungsi.

Seperti dikutip dari Metro Siantar, beberapa masalah timbul dalam tata kota Siantar, berikut kutipan permasalahannya :

“Persoalan drainase memang hal sepele, tetapi hal ini menjadi sangat penting. Setiap 3

meter drainase harusnya ada bak pengontrol. Kenyataannya, maraknya bangunan sering

mengabaikan keberadaan drainase dan hal ini juga luput dari perhatian pemerintah,”

terangnya. Menurutnya, persoalan kedua adalah keberadaan limbah. Ada beberapa perusahaan di Siantar yang pengelolaan limbahnya tidak dilakukan dengan baik.

“Persoalan limbah dari beberapa perusahaan atau pabrik di Siantar tidak dikelola dengan baik,” jelasnya.

Sedangkan persoalan ketiga terkait penerbitan IMB yang tidak tepat sasaran. Misalnya, saat pengurusan izin dinyatakan sebagai ruko, tetapi kenyataannya digunakan untuk yang lain.

“Ada ruko tetapi dijadikan sebagai loket. Tentunya itu sudah menyalahi,” jelasnya.

Berbicara master plan,

Sarintan mengatakan : Di Siantar Marihat misalnya, sudah banyak terjadi alih fungsi lahan pertanian. Tentunya hal ini perlu diantisipasi pemerintah dengan berbagai kebijakan.

“Kalau pemerintah membuat asuransi pertanian, maka petani tidak akan mengalihfungsikan

lahannya. Kemudian masalah pemakaman umum di masing-masing kecamatan juga pernah dipertanyakan pada perencanaan master plan Siantar. Kita berharap di Siantar muncul orang-orang yang paham dan peduli dengan tata kota sehingga pembangunan kota ini tidak

menuju kesemerawutan,” jelas dosen Pasca Sarjana Universitas Simalungun (USI)tersebut.

Ditanya apa langkah mengawal alihfungsi bangunan, Sarintan mengatakan, dibutuhkan

pengawasan dari pemerintah. “Kan sudah ada IMB. Ketika itu dialihfungsikan, maka tugas Satpol PP untuk menegakkan perda,” jelasnya.

Kepala Bidang Perizinan di Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Mardiana melalui telepon selularnya mengatakan, jika ada yang mengalihfungsikan IMB yang telah diurus maka akan dikoordinasikan dengan Satpol PP untuk kemudian ditertibkan.

Anggota DPRDSU Richard Sidabutar yang berasal dari daerah pemilihan (dapil) Siantar menambahkan, selain pesatnya berbagai pembangunan, tentunya juga tidak terlepas dari

tidak adanya pembenahan infrastruktur jalan atau pengawasan akan jumlah angkutan. “Pada

saat tertentu, jika melintas Jalan Merdeka-Sutomo, maka sudah mirip dengan Medan. Artinya, perlu juga dikaji secara detail bagaimana mengiringi pembenahan infrastruktur

jalan dan pembatasan kendaraan di Siantar,” jelasnya.

(20)

Mengacu pada Perda Siantar nomor 1 tahun 2013 tentang tata ruang wilayah kota Pematangsiantar tahun 2013-2032, kawasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) ditetapkan seluas 2.621 hektare atau sekitar 32,78 persen. Sedangkan kawasan peruntukan perumahan seluas lebih kurang 2.556 hektare. Dengan perincian, perumahan kepadatan tinggi seluas lebih kurang 640 hektare, perumahan kepadatan sedang seluas lebih kurang 1542 hektare dan perumahan kepadatan rendah seluas lebih kurang 373 hektare. Sedangkan untuk kawasan peruntukan perdagangan dan jasa lebih kurang 234 hektare meliputi pusat perbelanjaan, toko modern dan pasar tradisional. Pusat perbelanjaan akan dipusatkan di Siantar Utara, Timur, Selatan, Barat dan Marimbun. Sedangkan toko modern meliputi Kecamatan Siantar Utara, Selatan, Barat, Sitalasari dan Martoba. Dan untuk pasar tradisional, di Pasar Horas dan Dwikora.

“Pengembangan pasar pusat jajalan di Kelurahan Simarimbun seluas 5 hektare dan pengembangunan pasar tradisional di setiap kecamatan,” jelas Reinward.

(21)

perwalian ini dapat berupa surat kuasa dari pemohon sebagai bukti pelimpahan kuasa kepada yang bersangkutan.

Izin mendirikan bangunan (IMB) merupakan izin yang diberikan untuk melakukan kegiatan membangun, masyarakat yang akan membangun sebaiknya mengurus IMB supaya bangunannya tidak dibongkar lagi ketika ada sidang dari instansi terkait. Dengan kata lain, masyarakat semestinya menyiapkan IMB agar proyek tetap berjalan atau tidak tertunda karena kasus perizinan ini. Hampir disetiap kawasan pemukiman penduduk dapat terlihat plang yang tertulis “

pastikan setiap bangunan memiliki IMB” atau slogan sejenis lainnya. Sebaiknya

IMB diajukan sebelum pelaksanaan pengerjaan bangunan, sehingga pada saat pelaksanaan tidak terganjal dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Pada umumnya waktu pemrosesan IMB lama nya 24-25 hari terhitung dari waktu pengajuan yang pertama kali. Jangka waktu ini berbeda-beda tergantung kebijakan daerah pengawasan setempat dan kesiapan berkas-berkas yang diperlukan. Waktu penyelesaian permohonan untuk rumah tinggal paling lambat 25 kerja sejak diterimanya permohonan yang telah memenuhi persyaratan dan telah memasuki retribusi. Namun waktu tersebut tidak berlaku jika hasil penelitian teknis dari permohonan masih memerlukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan, setelah adanya pemberitahuan secara tertulis dari dinas terkait.

(22)

maksimal sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang bersumber dari IMB menjadi terhambat.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah, menjawab perumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, yakni untuk mengetahui Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Wilayah Kota Pematangsiantar.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

(23)

2. Secara Praktis, sebagai bahan masukan bagi Dinas/Pelaksana Teknis daerah yang terkait dan dijadikan salah satu sumber informasi dalam melaksanakan fungsi pengelolaan yang menyangkut kepentingan orang banyak.

3. Secara Akademis, diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pelengkap referensi maupun perbandingan bagi mahasiswa yang ingin melakukan penelitian dalam bidang yang sama.

1.5 Kerangka Teori

Secara Umum, teori adalah sebuah sistem konsep abstrak yang mengindikasikan adanya hubungan diantara konsep-konsep tersebut yang membantu kita memahami sebuah fenomena. Sehingga bisa dikatakan bahwa sebuah teori adalah suatu kerangka kerja konseptual untuk mengatur pengetahuan dan menyediakan suatu cetak biru untuk melakukan beberapa tindakan selanjutnya.

(24)

1.5.1 Efektivitas

Dalam aktivitas sehari-hari masalah efektivitas sering dianggap sebagai tolak ukur keberhasilan manajemen dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya seperti tenaga, sarana dan dana yang langka dana berharga.

Menurut Djuardi (1993:15), secara spesifik melihat bahwa efektivitas merupakan konsep yang sangat penting dalam teori organisasi dalam mencapai sasarannya.

Hidayat dan Sucherly (1986) mengemukakan bahwa efektivitas merupakan konsep pengukuran yang membandingkan realisasi dengan target yang ingin dicapai. Semakin besar antara rasio dengan target, berarti semakin tinggi tingkat efektivitas pelayanan organisasi pemerintahan.

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka indikator dari efektivitas yang dianggap representatif adalah :

1. Jumlah pekerjaan/tugas yang diberikan oleh atasan. 2. Jumlah pekerjaan/tugas yang selesai dilaksanakan. 3. Jumlah tunggakan pekerjaan.

4. Jumlah orang (anggota masyarakat) yang membutuhkan pelayanan dalam unit waktu tertentu, dan

(25)

Adapun istilah efektivitas kerja menurut Westra , dkk (1982:108) diartikan sebagai keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan. Untuk menilai apakah terciptanya efektivitas kerja dipakai 4 (empat) pertimbangan :

1. Pertimbangan-pertimbangan ekonomi, misalnya jumlah atau mutu hasil.

2. Pertimbangan-pertimbangan fisiologis, misalnya akibat kerja terhadap kesehatan karyawan atau banyaknya kecelakaan-kecelakaan jasmani.

3. Pertimbangan-pertimbangan psikologi, misalnya pengaruh kerja terhadap rasa letih, atau kepuasan karyawan terhadap kerja itu.

4. Pertimbangan-pertimbangan sosial, misalnya kedudukan dalam masyarakat atau kebahagiaan dan penyesuaian diri dalam kehidupan keluarga.

Ditambah pula oleh Etzioni dalam Gibson (1992:112) mengatakan bahwa efektivitas kerja dalam organisasi diukur dengan tingkat sejauh mana ia berhasil mencapai tujuan sedangkan efisiensi dikaji dari segi jumlah daya yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Kemudian berkaitan dengan hal tersebut Siagian (1986:153) mengemukakan bahwa ukuran ukuran menjadi efektivitas kerja antara lain:

1. Ukuran Waktu yaitu berapa lama seseorang membutuhkan jasa tertentu untuk memperoleh jasa yang dibutuhkan.

(26)

a. Ukuran Nilai Sosial Budaya dalam arti cara menghasilkan jasa dan produk kepada klien.

b. Ukuran Penelitian yang menunjukkan apakah jasa yang diberikan akurat atau tidak.

Oleh karenanya, maka dikemukakan oleh The Liang Gie (1983:108) mengartikan efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Dalam penelitian ini, istilah efektivitas kerja pegawai lebih menunjuk pada efektivitas kerja secara individu.

(27)

1.5.2 Pelayanan Publik

Ditinjau dari segi etimologi pelayanan berasal dari kata “layan” yang mendapat awalan “pe” dan akhiran “an” sehingga menjadi pelayanan. Yang berarti

membantu member dan menyediakan yang bahasa inggrisnya dikenal dengan “to

serve”. Sedangkan ditinjau dari segi pengertian dapat dilihat dari pendapat para

ahli berikut ini. Menurut The Liang Gie (1991) mengemukakan bahwa pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi, mengamalkan dan mengabdikan diri.

Moenir (2000:45) memberikan konsep pelayanan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia berusaha baik melalui aktivitas sendiri maupun secara tidak langsung melibatkan orang lain dalam suatu proses menggunakan akal, pikiran, pancaindra dan anggota badan dengan alat atau alat untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Pelayanan juga dapat memuaskan orang atau sekelompok orang maka pelaku/petugas pelayanan harus memenuhi 4 (empat) kriteria pokok, yaitu :

(28)

Lebih lanjut dikatakan Moenir (2000:27) pelayanan adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pihak lain yang ditujukan guna memenuhi kepentingan orang banyak. Namun tidak berarti bahwa pelayanan itu sifatnya selalu kolektif sebab melayani kepentingan perorangan pun asal kepentingan itu masih termasuk dalam rangka pemenuhan hak dan kebutuhan bersama yang harus diatur. Pelayanan umum akan dapat terlaksana dengan baik dan memuaskan apabila didukung oleh beberapa faktor yaitu :

1. Kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam pelayanan. 2. Aturan yang menjadi landasan kerja pelayan.

3. Organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan.

4. Pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum. 5. Keterampilan dan kemampuan petugas.

6. Tersedianya sarana pelayanan sesuai dengan jenis dan bentuk tugas/pekerjaan pelayanan.

(29)

Pelayanan publik adalah suatu usaha dilakukan oleh individu, pegawai yang bersangkutan untuk memberi pelayanan dan hasilnya benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya. Rangkaian kegiatan atau hasilnya berupa jasa yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan atau kepentingan secara umum. Menurut MENPAN No. 63 Tahun 2004 , untuk dapat menilai sejauh mana mutu pelayanan publik yang diberikan aparatur pemerintah, perlu ada kriteria yang menunjukkan apakah suatu pelayanan publik yang dikatakan baik atau buruk.

1.5.3 Pendapatan Daerah

1.5.3.1 Pajak Daerah

Pajak merupakan sumber keuangan pokok daerah disamping retribusi daerah. Pengertian Pajak secara umum, telah dikemukakan oleh para ahli, dimana Sumitro ( 1979:23) merumuskan pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dan sektor partikelir ke sektor pemerintahan) berdasarkan Undang- Undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa tinibal (tegen prestite) untuk membiayai pengeluaran umum dan digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada diluar bidang keuangan.

Pendapat ini kemudian disempurnakan kembali oleh ahli yang sama sebagai berikut : “Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk

(30)

Pendapat lain dikemukakan Soemohadimidjojo bahwa pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutupi biaya produksi barang/jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dan pendapat tersebut terlihat bahwa ciri mendasar pajak adalah :

1. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan kekuatan undang-undang dan atau peraturan hukum lainnya.

2. Pajak dipungut tanpa adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk.

3. Hasil pungut pajak digunakan untuk menutup pengeluaran negara dan sisanya apabila masih ada digunakan untuk investasi dan

4. Pajak disamping sebagai sumber keuangan negara (budgetair), juga berfungsi sebagai pengatur (regulair).

1.5.3.2 Restribusi Daerah

(31)

Dari pendapat Kaho (1988:152) menjelaskan tentang ciri-ciri pokok retribusi daerah yaitu :

a. Restribusi dipungut oleh daerah.

b. Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang dapat langsung ditunjuk.

c. Restribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau menyerahkan jasa yang disediakan daerah.

1.5.4. Pengertian Surat Izin Mendirikan Bangunan

Surat Izin Mendirikan Bangunan adalah surat izin yang dikeluarkan Bupati atau atas nama Bupati agar masyarakat dalam mendirikan bangunan sesuai dengan rencana tata kota atau tata ruang kota. Dengan izin tersebut masyarakat dapat memberikan kotribusi berupa retrsibusi bangunan sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah. Hal ini diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Izin Mendirikan Bangunan.

1.6 . Defenisi Konsep

(32)

Adapun tujuan defenisi konsep adalah sebagai kerangka berfikir agar tidak terjadi tumpang tindih atas variabel yang menjadi objek peneliti. Dalam penelitian ini menjelaskan mengenai efektivitas pelayanan dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Oleh karena itu, yang menjadi defenisi konsep dalam penelitian ini adalah :

1. Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan.

Yang menjadi ukuran efektivitas kerja yaitu Ukuran Waktu yaitu berapa lama seseorang membutuhkan jasa tertentu untuk memperoleh jasa yang dibutuhkan.

2. Pelayanan publik adalah suatu usaha dilakukan oleh individu, pegawai yang bersangkutan untuk memberi pelayanan dan hasilnya benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat khususnya. Rangkaian kegiatan atau hasilnya berupa jasa yang diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan atau kepentingan secara umum. Dimana didalam pelayanan dibutuhkan kesadaran para pejabat serta petugas untuk memberikan pelayanan yang baik dan maksimal.

(33)

1.7. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep dan sistematika penulisan.

BAB II : METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini memuat tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

(34)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini memuat analisis data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan dan memberikan interpretasi atas permasalahan yang diteliti.

BAB VI : PENUTUP

(35)

2.1 Bentuk Penelitian

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan gejala/keadaan sebagaimana adanya secara lengkap dan diikuti dengan pemberian analisa dan interpretasi bertujuan untuk menjelaskan realitas secara kontekstual, interpretasi terhadap fenomena yang menjadi perhatian peneliti dan memahami perspektif partisipan terhadap masalah yang terjadi.

(36)

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar. Alamat : Jalan Melanthon Siregar No. 36, Kota Pematangsiantar.

Rekomendasi melalui Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Kota Pematangsiantar. Alamat : Jalan Tarutung, Nomor 10, Kota Pematangsiantar.

2.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, tidak menggunakan istilah populasi ataupun sampel seperti dalam penelitian kuantitatif. Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan. (Suyanto 2005: 171-172)

Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah :

a. Informan Kunci yaitu yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini informan kuncinya adalah Sekretariat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dan Kepala Bagian Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu.

(37)

2.4 Teknik Pengumpulan Data

a. Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian. Pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan berbagai cara, sebagai berikut :

1. Wawancara, yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama (Bungin,2007:108). Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki buku telah melakukan wawancara kepada informan atau sumber data, maka diperlukan bantuan alat-alat seperti buku catatan yang berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data dan tape recorder yang berfungsi untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan.

(38)

b. Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Teknik Pengumpulan data sekunder merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui pengumpulan bahan kepustakaan yang dapat mendukung data primer. Teknik pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen sebagai berikut :

1. Studi Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan catatan-catatan atau dokumen yang ada di lokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang relevan dengan objek penelitian.

2. Studi Kepustakaan yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, karya ilmiah, serta pendapat para ahli yang berkompetensi serta memiliki relevansi dengan masalah yang diteliti (Bagong Suyanto 2005 :55-56).

2.5 Teknik Analisis Data

Analisis Data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak awal penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh lalu, dikumpulkan untuk diolah secara sistematis.

Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono 2009:246) terdapat 3 jalur analisis data kualitatif yaitu :

1. Reduksi Data

(39)

2. Penyajian Data

Penyajian Data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga memberi kemungkinan akan adanya penarikan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan Kesimpulan

(40)

3.1 Gambaran Umum Kota Pematangsiantar

3.1.1 Sejarah Berdirinya Kota Pematangsiantar

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan. Pematangsiantar yang berkedudukan di Pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti ini adalah keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sang Nawaluh Damanik yang memegang kekuasaan sebagai raja tahun 1906. Di sekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Bayu, Suhi Kahean, Pantoan, Suhi Bah Bosar, dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu:

1. Pulau Holing menjadi Kampung Pematang 2. Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota

3. Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame, dan Bane.

(41)

Setelah Belanda memasuki Daerah Sumatera Utara, Daerah Simalungun menjadi daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Kontroleur Belanda yang semula berkedudukan di Perdagangan, pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami kawasan Timbang Galung dan Kampung Melayu. Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No. 285 Pematangsiantar berubah menjadi Gemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No. 717 berubah menjadi Gemente yang mempunyai Dewan. Pada zaman Jepang berubah menjadi Siantar State dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi kemerdekaan, Pematangsiantar kembali menjadi Daerah Otonomi. Berdasarkan Undang-undang No.22/ 1948 Status Gemente menjadi Kota Kabupaten Simalungun dan Walikota dirangkap oleh Bupati Simalungun sampai tahun 1957. Berdasarkan UU No.1/ 1957 berubah menjadi Kota Praja Penuh dan dengan keluarnya Undang-undang No.18/ 1965 berubah menjadi Kota, dan dengan keluarnya Undang-undang No. 5/ 1974 tentang-Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah berubah menjadi Kota Daerah Tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

(42)

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu : kecamatan, dimana 9 desa/Kelurahan dari wilayah Kabupaten Simalungun masuk menjadi wilayah Kota Pematangsiantar, sehingga Kota Pematangsiantar terdiri dari 38 desa/kelurahan dengan luas wilayah menjadi 70,230 km².

Kecamatan-kecamatan tersebut yaitu :

(43)

Peraturan Daerah tentang pemekaran wilayah administrasi Kota Pematangsiantar yaitu :

1. Peraturan Daerah No.3 tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Sitalasari.

2. Peraturan Daerah No.6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Siantar Marimbun.

3. Peraturan Daerah No.7 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Bah Sorma.

4. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kelurahan Tanjung Tongah, Nagapitu dan Tanjung Pinggir.

5. Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2007 tetang Pembentukan Kelurahan Parhorasan Nauli, Sukamakmur, Marihat Jaya, Tong Marimbun, Mekar Nauli dan Nagahuta Timur.

Dengan demikian jumlah Kecamatan di Kota Pematangsiantar ada sebanyak delapan kecamatan dengan jumlah kelurahan sebanyak lima puluh tiga Kelurahan. 3.1.2 Visi dan Misi Kota Pematangsiantar

1. Visi

Mencermati tantangan jauh kedepan yang masih harus dihadapi, maka kerangka visi Kota Pematangsiantar 2015 ditekankan pada :

(44)

penting ini dikelola melalui penyebarluasan informasi, peningkatan pendidikan dan kesehatan serta penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2.Mandiri.

Terwujudnya masyarakat Kota Pematang Siantar yang mandiri, melalui dukungan pemberdayaan kepada kelompok-kelompok masyarakat untuk berkarya dan membangun Kota Pematang Siantar sesuai dengan bidangnya. Tujuan penting ini dikelola melalui penyebarluasan informasi dan pemberian kesempatan untuk berkarya secara mandiri yang seluas-luasnya.

Secara ringkas, kerangka visi Kota Pematang Siantar 2015 dapat dirumuskan dengan kalimat singkat, padat, jelas, dan visioner, yakni:

“TERWUJUDNYA KOTA PEMATANG SIANTAR YANG SEJAHTERA

DAN MANDIRI”.

2. Misi

Usaha-usaha perwujudan visi Kota PematangSiantar 2015 akan dijabarkan dalam misi pemerintah Kota PematangSiantartahun 2015 – 2020 sebagaimana diuraikan dibawah ini:

1. Revitalisasi sector pertanian khususnya bidang agro industri;

2. Pemberdayaan dan pengembangan serta pembinaan Usaha Kecil dan Menengah sebagai sokoguru perekonomian;

(45)

4. Pendidikan, berupa peningkatan sarana dan prasarana pendidikan guna terwujudnya masyarakat Kota PematangSiantar yang cerdas;

5. Penyelamatan ekosistem Kota Pematang Siantar untuk mendukung sektor pariwisata;

6. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan demi terwujudnya masyarakat Kota Pematang Siantar yang sehat;

7. Harmonisasi peraturan daerah untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif demi terwujudnya kepastian hukum; dan

8. Perbaikan pelayanan publik guna mewujudkan reformasi birokrasi. 3.1.3 Letak Geografis

Kota Pematangsiantar terletak pada garis 2° 53’ 20” – 3° 01’ 00” Lintang

Utara dan 99° 1’00” – 99° 6’ 35” Bujur Timur, berada di tengah–tengah wilayah Kabupaten Simalungun. Luas daratan Kota Pematangsiantar adalah 79,971 Km² terletak 400-500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, kecamatan yang terluas adalah kecamatan Siantar Sitalasari dengan luas wilayah 22,723 km² atau sama dengan 28,41% dari total luas wilayah Kota Pematangsiantar.

3.1.4 Wilayah Kota Pematangsiantar

(46)

Wilayah Kota Pematangsiantar terdiri dari delapan kecamatan dan lima puluh tiga kelurahan.

No. Kecamatan

Luas Wilayah (km2)

(47)

No. Kecamatan

Luas Wilayah (km2)

Ratio Terhadap Total (%)

Desa/Kelurahan

8 Siantar Utara 3,650 4,56 7

JUMLAH 79,971 100 53

1. Kecamatan Siantar Barat

Siantar Barat adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Heryanto Siddik, S.STP

Luas 3,205 km2

Jumlah Penduduk 45.291 jiwa

(48)

Kantor Camat Siantar Barat

Jl. Bangau Ujung No. 3, Kel. Sipinggol-pinggol , Pematangsiantar, 21114 P: +62 622 22411

- Kelurahan

Siantar Barat memiliki 8 Kelurahan.

1. Banjar

2. Bantan

3. Dwikora

4. Proklamasi

5. Simarito

6. Sipinggol-pinggol

7. Teladan

(49)

2. Kecamatan Siantar Marihat

Siantar Marihat adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Johannes Sihombing, S.STP

Luas 7,825 km2

Jumlah Penduduk 30.709 jiwa

Kepadatan 1.189 jiwa/km2

Kantor Camat Siantar Marihat

(50)

- Kelurahan

Siantar Marihat memiliki 7 Kelurahan.

1. Baringin Pancur Nauli

2. Mekar Nauli

3. Pardamean

4. Parhorasan Nauli

5. Sukamaju

6. Sukamakmur

(51)

3. Kecamatan Siantar Marimbun

Siantar Marimbun adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Fidelis Sembiring, S.STP

Luas 18,006 km2

Jumlah Penduduk 14.884 jiwa

Kepadatan 827 jiwa/km2

(52)

- Kelurahan

Siantar Marimbun memiliki 6 Kelurahan.

1. Marihat Jaya

2. Nagahuta

3. Nagahuta Timur

4. Pematang Marihat

5. Simarimbun

(53)

4. Kecamatan Siantar Martoba

Siantar Martoba adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Rafidin Saragih, S.H

Luas 18,022 km2

Jumlah Penduduk 38.750 jiwa

Kepadatan 2.150 jiwa/km2

Kantor Camat Siantar Martoba

(54)

- Kelurahan

Siantar Martoba memiliki 7 Kelurahan.

1. Nagapita

2. Nagapitu

3. Pondok Sayur

4. Sumber Jaya

5. Tambun Nabolon

6. Tanjung Pinggir

(55)

5. Kecamatan Siantar Selatan

Siantar Selatan adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Hasudungan Hutahulu, S.H.

Luas 2,020 km2

Jumlah Penduduk 17.150 jiwa

Kepadatan 8.490 jiwa/km2

Kantor Camat Siantar Selatan

(56)

- Kelurahan

Siantar Selatan memiliki 6 Kelurahan.

1. Aek Nauli

2. Karo

3. Kristen

4. Martimbang

5. Simalungun

(57)

6. Kecamatan Siantar Sitalasari

Siantar Sitalasari adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Irwansyah Saragih, S.Sos., M.Si.

Luas 22,723 km2

Jumlah Penduduk 27.799 jiwa

Kepadatan 1.223,5 jiwa/km2

(58)

- Kelurahan

Siantar Sitalasari memiliki 5 Kelurahan.

1. Bah Kapul

2. Bah Sorma

3. Bukit Sofa

4. Gurilla

(59)

7. Kecamatan Siantar Timur

Siantar Timur adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Ir. Mangapul Sitanggang

Luas 4,520 km2

Jumlah Penduduk 38.613 jiwa

Kepadatan 8.543 jiwa/km2

Kantor Camat Siantar Timur

(60)

- Kelurahan

Siantar Timur memiliki 7 Kelurahan.

1. Asuhan

2. Merdeka

3. Kebun Sayur

4. Pahlawan

5. Pardomuan

6. Siopat Suhu

(61)

8. Kecamatan Siantar Utara

Siantar Utara adalah sebuah kecamatan di Kota Pematangsiantar, Sumatera Utara, Indonesia.

Camat Junaidi Sitanggang

Luas 3,650 km2

Jumlah Penduduk 46.613 jiwa

Kepadatan 12.771 jiwa/km2

(62)

- Kelurahan

Siantar Utara memiliki 7 Kelurahan.

1. Bane

2. Baru

3. Kahean

4. Martoba

5. Melayu

6. Sigulang-gulang

(63)

3.1.5 Sistem Pemerintahan Kota Pematangsiantar

1. Daftar kecamatan di Kota Pematangsiantar

Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu :

No Kecamatan Luas Wilayah

(km2)

Rasio terhadap

Total (%)

Jumlah

desa/kelurahan

1. Siantar Barat 3,205 4,01 8

2. Siantar Marihat 7,825 9,78 7

3. Siantar Marimbun 18,006 22,52 6

4. Siantar Martoba 18,022 22,54 7

5. Siantar Selatan 2,020 2,53 6

6. Siantar Sitalasari 22,723 28,41 5

7. Siantar Timur 4,520 5,65 7

8. Siantar Utara 3,650 4,56 7

(64)

2. Daftar Walikota

Berikut ini adalah daftar walikota Kota Pematangsiantar :

No. Nama Mulai Jabatan Akhir Jabatan

1 O.K.H. Salamuddin 1956 1957

2 Jamaluddin Tambunan 1957 1959

3 Rakoetta Sembiring 1960 1964

4 Abner Situmorang Juni 1964 Agustus 1964

5 Pandak Tarigan 10 Agustus 1964 31 Agustus 1965

6 Zainuddun Hasan 31 Agustus 1965 17 Desember 1966

7 Tarif Siregar 1 Oktober 1965 7 Desember 1966

8 M.Pardede 28 Desember 1966 24 April 1967

9 Leurimba Saragih 25 April 1967 28 Juni 1974

10 Sanggup Ketaren 29 Juni 1974 29 Juni 1979

11 MJT.Sihotang 29 Juni 1979 29 Juni 1984

12 Jabanten Damanik 29 Juni 1984 29 Juni 1989

13 Zulkifli Harahap 29 Juni 1989 29 Juni 1994

14 Abu Hanifah 29 Juni 1994 25 Mei 2000

(65)

16 R.E Siahaan Agustus 2005 Oktober 2010

17 Hulman Sitorus Oktober 2010

3.1.6 Demografi Kota Pematangsiantar

1. Penduduk

Luas wilayah Kota Pematangsiantar 79,971 km² secara administratif terdiri dari 6 Kecamatan dan 43 Kelurahan dengan jumlah penduduk 241.480 jiwa.

Statistik Kependudukan Kota Pematangsiantar tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013

Uraian 2010*) 2011 2012 2013

Jumlah Penduduk (Jiwa) 234,698 236,893 236,947 237,434

(66)

Hasil pendataan jumlah penduduk dari tahun ke tahun berdasarkan data Dinas Dukcapil antara lain, tahun 2010 ada sekitar 323.528 jiwa, tahun 2011 sebanyak 316.664 jiwa, tahun 2012 sebanyak: 299.694 jiwa, tahun 2013 sebanyak 266. 303 jiwa, tahun 2014 sebanyak 251.442 jiwa, dan tahun 2015 sebanyak 330.405 jiwa.

3.1.7 Infrastruktur

1. Pendidikan

(67)

berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.

2. Kesehatan

Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur. Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr.Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis. Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu).

3. Transportasi

Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.

3.1.8 Tokoh dari Kota Pematangsiantar

1. Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia ketiga. 2. Dick Sudirman, tokoh bulu tangkis Indonesia.

(68)

5. Sudi Silalahi, Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia.

6. Lo Lieh, Bintang Film Hong Kong.

3.1.9 Gambar Kota Pematangsiantar

Pematangsiantar pada tahun 1923

Rumah orang Belanda di Pematangsiantar (1923)

(69)

3.2 Profil Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar

3.2.1 Visi dan Misi BPPT Kota Pematangsiantar

1. Visi

- Mantap, maju dan jaya dalam pelayanan perizinannya. 2. Misi

- Mewujudkan dan meningkatkan kualitas pelayanan bagi masyarakat dan investor di Kota Pematangsiantar.

Motto : Berpacu memberi pelayanan prima.

3.2.2 Kedudukan BPPT

1. Badan dan Kantor berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah.

2. Badan dan Kantor didukung oleh Sekretariat yang dipimpin oleh seorang Kepala.

3. Kepala Sekretariat jabatannya adalah sebagai Kepala Badan atau Kepala Kantor.

3.2.3 Tugas, Fungsi dan Wewenang BPPT

(70)

Dalam menyelenggarkan tugas Badan dan/atau Kantor menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan penyusunan program Badan dan/Kantor.

b. penyelenggaraan pelayanan administrasi perijinan. c. pelaksanaan koordinasi proses pelayanan perijinan. d. pelaksanaan administrasi pelayanan perijinan.

e. pemantauan dan evaluasi proses pemberian pelayanan perijinan.

Kepala Badan dan/atau Kepala Kantor mempunyai kewenangan menandatangani perijinan atas nama Kepala Daerah berdasarkan pendelegasian wewenang dari Kepala Daerah.

3.2.4 Susunan Organisasi BPPT

(71)

1. Organisasi Badan, terdiri dari:

a. 1 (satu) Bagian Tata Usaha dan membawahkan paling banyak 3 (tiga) Subbagian. Tugasnya adalah melaksanakan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga.

b. Paling banyak 4 (empat) Bidang yaitu :

1. Bidang mempunyai tugas melakukan koordinasi penyelenggaraan pelayanan perijinan sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Bidang mengkoordinasikan Tim Teknis yang terdiri dari unsur-unsur perangkat daerah yang mempunyai kewenangan dibidang pelayanan perijinan.

3. Tim Teknis terdiri dari pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait yang mempunyai kompetensi dan kemampuan sesuai dengan bidangnya. 4. Tim Teknis memiliki kewenangan untuk memberikan saran pertimbangan

dalam rangka memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perijinan kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara teknis terkait dengan unit pelayanan perijinan terpadu dan Kepada Kepala Badan yang bersangkutan.

5. Tim bertanggung jawab kepada Kepala Badan melalui Kepala Bidang yang bersesuaian.

c. Tim Teknis.

(72)

2. Organisasi Kantor, terdiri dari:

a. 1 (satu) Subbagian Tata Usaha yang bertugas melakukan pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, tata persuratan, perlengkapan, dan rumah tangga. b. paling banyak 4 (empat) Seksi yaitu :

1. Seksi mempunyai tugas melakukan koordinasi penyelenggaraan pelayanan perijinan sesuai dengan bidang tugasnya.

2. Seksi mengkoordinasikan Tim Teknis yang terdiri dari unsur-unsur perangkat daerah yang mempunyai kewenangan dibidang pelayanan perijinan.

3. Tim Teknis terdiri dari pejabat Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait yang mempunyai kompetensi dan kemempuan sesuai dengan bidangnya.

4. Tim Teknis memiliki kewenangan untuk memberikan saran pertimbangan dalam rangka memberikan rekomendasi mengenai diterima atau ditolaknya suatu permohonan perijinan kepada Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang secara teknis terkait dengan unit pelayanan perijian terpadu dan Kepada Kepala Kantor yang bersangkutan.

5. Tim Teknis bertanggung jawab kepada Kepala kantor melalui Kepala Seksi yang bersesuaian.

c. Tim Teknis.

(73)

3.2.5 Kepegawaian dan Keuangan BPPT 1. Kepegawaian BPPT

1. Pegawai yang ditugaskan di lingkungan Badan dan/atau Kantor diutamakan yang mempunyai kompetensi di bidangnya.

2. Pegawai yang ditugaskan pada Badan dan/atau Kantor dapat diberikan tunjangan khusus atau insentif sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. 3. Pengangkatan dan pemberhentian pegawai Badan dan/atau Kantor sesuai

ketentuan perundang-undangan. 2. Keuangan BPPT

1. Pembiayaan penyelenggaraan kegiatan Badan dan/atau Kantor dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.

2. Badan dan/Kantor merupakan satuan kerja perangkat daerah pengguna anggaran.

3.2.6 Jabatan Fungsional

1. Pada Badan dan Kantor dapat ditetapkan kelompok jabatan fungsional tertentu sesuai dengan prosedur dan ketentuan perundang-undangan.

2. Kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh seorang tenaga fungsional senior yang ditunjuk.

(74)

Penelitian melalui proses wawancara dilakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar. Penulis melakukan sejumlah wawancara dengan beberapa informan yang sudah ditetapkan untuk mendapatkan informasi dan fakta-fakta yang lebih konkret menyangkut permasalahan penelitian. Adapun Informan dalam penelitian ini adalah :

- Informan dari Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

1. Drs. Hotlan Pasaribu : Sekretariat Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar. (Informan Kunci)

2. Hendri Sitorus S.P : Kepala Bagian Informasi Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar. (Informan Kunci)

- Informan Utama ada 1 (satu) orang yang mengurus IMB yaitu : 1. Ibu R. Siregar, Perempuan 37 tahun.

(75)

4.1 Efektivitas Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Efektivitas BPPT Kota Pematangsiantar, dapat dilihat dari kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan pegawai untuk memberikan hasil yang diharapkan oleh masyarakat. Dan jika pegawai tersebut belum mampu mencapai target dalam pekerjaannya maka bisa dikatakan pegawai tersebut belum dapat bekerja secara efektif.

Hal ini sesuai dengan teori efektivitas yang dikemukakan oleh Siagian (1986:153) ada 5 (lima) hal yang menjadi ukuran efektivitas yakni :

1. Ukuran Waktu 2. Ukuran Kerja

a. Ukuran Nilai Sosial Budaya b. Ukuran Penelitian

1. Ukuran Waktu

(76)

Sekretariat BPPT Kota Pematangsiantar mengusahakan pegawainya agar cepat menyelesaikan pengurusan IMB dari masyarakat agar tidak terlalu lama menunggu. Dan waktu yang dijanjikan dalam pengurusan IMB menurut prosedur BPPT selama 14 hari, kurang lebih dua minggu tetapi sebelum jatuh tempo 14 hari, mereka sudah menyelesaikan 2-3 hari. Sehingga tidak terlalu lama menunggu.

Terkait dengan ukuran waktu BPPT Kota Pematangsiantar, berikut pemaparan dari Sekretariat BPPT Kota Pematangsiantar :

“Dalam pengurusan surat IMB ini, prosedur pengurusan surat IMB tidaklah sulit dan ditambah lagi waktu pengurusa n surat IMB ini yang

dijanjikan selama 14 hari, dan dalam jangka 2-3 hari sudah siap. “Dulunya, mungkin butuh waktu lama mengurus IMB, karena dibutuhkan rekomendasi dari Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Kota

Pematangsiantar, sehingga hal itulah yang melatarbelakangi masyarakat

malas untuk mengurus IMB, tapi setelah dikeluarkannya peraturan dari

Walikota tentang adanya tim tekhnis yang disediakan di BPPT ini, tidak butuh waktu yang lama lagi.”

(Hasil Wawancara 15 Juni 2015)

Sama halnya tanggapan Kepala Bidang Informasi BPPT Kota Pematangsiantar mengenai ukuran waktu bahwa :

Pengurusan IMB bukanlah hal yang sulit. Mungkin dulunya memang sulit tetapi sekarang tidak lagi. Seharusnya, dengan dipercepat waktunya,

masyarakat harus lebih peka dan lebih peduli. Kami sama sekali tidak

mempersulit. Memang dulunya, sangat sulit pengurusannnya,karena butuh

(77)

dikeluarkan SK Walikota No.1 Tahun 2014 tentang Tim Teknis Penerbitan

Izin Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu, maka tidak butuh lagi

rekomendasi Tim Teknis dari Dinas Tarukim.”

(Hasil Wawancara 12 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka saya dapat menyimpulkan bahwa ukuran waktu yang diberikan sudah maksimal dan sangat membantu dalam proses pengurusan IMB.

2. Ukuran Kerja

Dalam ukuran kerja dalam artian berapa besar biaya yang dikeluarkan masyarakat dalam memperoleh jasa yang dibutuhkan.

Terkait dengan ukuran kerja ini, biaya yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam pengurusan IMB, berikut tanggapan Sekretariat BPPT Kota Pematangsiantar bahwa :

“Biaya yang dikeluarkan tergantung lokasi pendirian bangunan. Itu semua sudah diatur Undang-Undang No. 1 Tahun 2014 mengenai biaya pendirian IMB. Menurut UU No. 1 Tahun 2014, pasal 33 , lokasi pendirian bangunan itu terbagi 3 lokasi :

1.Jalan arteri, yaitu jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi.

2.Jalan kolektor, yaitu jalan yang melayani angkutan pengumpul dengan ciri-ciri perjalanan sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.

3.Jalan lokal, yaitu jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rendah, jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

(78)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Pematangsiantar Tahun 2012 2032, sedangkan jalan lokal adalah setiap jalan atau gang yang belum termasuk dalam kelas jalan arteri dan jalan kolektor.

(Hasil Wawancara 15 Juni 2015)

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka saya dapat menyimpulkan bahwa pegawai sudah maksimal dan dapat dikatakan sudah baik dalam

Berdasarkan hasil wawancara oleh Bapak Hendri Sitorus bahwa :

“Tidak seperti di Pulau Jawa, masyarakatnya ikut berpartisipasi dan memiliki tingkat kesadaran yang tinggi akan pentingnya IMB. Sekalipun

ada warga yang mengurus IMB, itu dikarenakan ingin menggadaikan

bangunan atau rumahnya ke Bank dan dalam proses tersebut dibutuhkan

surat IMB.Padahal kami sudah memberikan kemudahan dengan

menghadirkan akses website BPPT ini.

Jadi, kesimpulannya nilai sosial masyarakatnya yang tidak memiliki kesadaran yang tinggi, menghambat penyaluran jasa oleh BPPT Kota Pematangsiantar. Dari pihak BPPT, nilai sosial budaya mereka sudah baik sedangkan dari pihak masyarakatnya nilai- nilai itu belum terkandung dalam diri mereka.

b. Ukuran Penelitian

(79)

pegawai BPPT lebih memfokuskan pelayanan mereka berdasarkan Perda dan UU yang berlaku. Jadi, keakuratannya tidak perlu diragukan lagi. UU yang mereka pakai yakni :

1. Peraturan Walikota Pematangsiantar No 1 Tahun 2014 tentang Izin Mendirikan Bangunan.

2. Peraturan Walikota Pematangsiantar No 1 Tahun 2014 tentang Tim Teknis Penerbitan Izin Pada Badan Pelayanan Perizinan Terpadu

3. Permendagri No. 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelengaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

4. Permendagri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelayanan Perizinan Terpadu di daerah.

5. Peraturan Presiden No.97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

4.2 Pelayanan Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

(80)

Hal ini sesuai dengan teori pelayanan yang dikemukakan oleh Moenir (2000:45) ada 4 (empat) hal yang menjadi indikator yakni :

1. Tingkah laku yang sopan 2. Cara menyampaikan yang baik 3. Waktu penyampaian yang tepat 4. Keramahtamahan

1. Tingkah laku yang sopan

Bertingkah laku yang sopan merupakan hal pokok yang dibutuhkan dalam pelayanan masyarakat, agar masyarakatnya memiliki rasa nyaman dalam mengurus segala urusan. Tetapi hal ini cenderung diabaikan oleh sebagian pegawai. Dalam hasil observasi lapangan, pegawai BPPT memberikan pelayanan cukup baik. Memiliki tingkah laku yang sopan dalam melayani masyarakat. Hal ini diperkuat dengan pemaparan Pak Hotlan Pasaribu bahwa :

“Pegawai disini sudah memberikan pelayanan yang maksimal karena kami mengutamakan pelayanan. Takutnya, jika kami bertindak yang tidak baik,

masyarakat yang pada dasarnya memiliki kesadaran yang kurang menjadi

semakin minim kesadarannya akibat tingkah laku pegawai kami yang kurang

baik. Jadi, itu penting sekali diperhatikan oleh kami.”

(81)

Diperkuat juga dengan pemaparan Ibuk R. Siregar bahwa :

“Saya merasa puas dengan pelayanan yang diadakan disini karena

pegawainya yang memiliki tingkah laku yang baik dalam memberikan

masukan atau arahan jika saya tidak mengerti dalam pengurusan IMB ini.”

(Hasil Wawancara 15 Juni 2015) 2. Cara menyampaikan yang baik

Cara penyampaian yang baik juga perlu diperhatikan. Agar masyarakat paham dengan sistem/prosedur yang berlaku dalam pengurusan IMB. Jika masyarakatnya tidak paham dibutuhkan kejelasan dan penyampaian dengan data yang akurat agar masyarakat lebih percaya dan mengerti maksud dari penyampaian tersebut.

Seperti yang disampaikan Bapak Hotlan Pasaribu bahwa :

“Cara penyampaian kami sudah baik adanya dan cukup mudah untuk dipahami karena kami berpedoman pada UU yang berlaku. Jika

penyampaian kami yang kurang baik, itu bukan kesalahan dari pihak kami.

Terkadang ada masyarakat yang sudah diberikan arahan untuk tidak

membangun jika tidak ada surat IMB tetapi, masyarakat cenderung tidak

peduli, masa bodo aja. Dan kami hanya menjalankan tugas sesuai Perda dan UU yang berlaku dengan peringatan dan sanski yang tegas.”

3. Waktu penyampaian yang tepat

(82)

dengan baik. Masih diberikan tenggang waktu bagi masyarakat yang membangun agar melaporkan bangunannya kepada BPPT Kota Pematangsiantar.

Diperkuat juga dengan pemaparan Pak Hendri Sitorus bahwa :

“Waktu itu sangat berharga. Dan kamipun menyampaikan masalah IMB ini bagi yang melanggar dengan penuh kesabaran. Bukan terkesan memaksa.

Semua itu tergantung masyarakatnya, bagaimana mereka menanggapi hal tersebut”

4. Keramahtamahan

Keramahan juga diperlukan untuk membantu masyarakat agar lebih mengerti. Memberikan masukan atau motivasi agar masyarakat lebih sadar akan kewajibannya.

Seperti yang disampaikan Ibuk R.Siregar bahwa :

“Pelayanannya sudah cukup baik. Dari yang tak mengerti menjadi lebih mengerti lagi. Maklumlah kalo umur sudah mulai lanjut, sulit untuk menangkap apa yang disampaikan.”

Pelayanan dalam BPPT Kota Pematangsiantar cukup baik. Ditambah lagi dengan dikeluarkannya Perpres No 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Dimana dalam Pasal 2 PTSP bertujuan :

a. Memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada masyarakat.

(83)

c. Mewujudkan proses pelayanan yang cepat, mudah, murah, transparan, pasti, dan terjangkau dan

d. Mendekatkan dan memberikan pelayanan yang lebih luas kepada masyarakat. - Pasal 3 PTSP dilaksanakan dengan prinsip:

a. Keterpaduan. b. Ekonomis. c. Koordinasi.

d. Pendelegasian atau pelimpahan wewenang. e. Akuntabilitas dan

(84)

5.1 Analisis Efektivitas Pelayanan dalam Pemberian Izin Mendirikan Bangunan

Berdasarkan penelitan yang saya lakukan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Kota Pematangsiantar, maka saya dapat menganalisis bahwa efektivitas pelayanan dalam Pemberian Surat Izin Mendirikan Bangunan sudah cukup baik. Dikarenakan BPPT memberikan kemudahan dalam pelayanannya dengan menghadirkan website khusus bagi masyarakat yang ingin mengurus surat IMB ini. Website tersebut bisa diakses kapan saja dan jika ada yang kurang paham bisa menghubungi pegawai BPPT. Para karyawan yang bekerja disana, sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengurusan surat IMB, tidaklah lama. Sebelum dikeluarkannya peraturan Walikota No.1 Tahun 2014, waktu pengurusan IMB mungkin terkesan lambat karena dibutuhkan rekomendasi tim tekhnis dari Dinas Tata Ruang, Perumahan dan Permukiman Kota Pematangsiantar. Tim BPPT harus sibuk menghubungi dan meminta penyelesaian surat IMB oleh tim tekhnis Dinas Tarukim.

(85)

dalam pelayanan ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk lebih peka dalam pengurusan surat IMB ini. Seharusnya, masyarakat sadar akan pentingnya surat IMB ini dalam mendirikan bangunan. Tidak perlu lagi dilakukan peringatan dan pemaksaan. Karena mereka bukan anak kecil lagi yang harus dibimbing untuk menegakkan Perda ini.

5.2 Analisis Kendala yang dihadapi BPPT dalam Pengurusan Surat Izin Mendirikan Bangunan

Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pengurusan IMB merupakan kendala bagi BPPT. Daya tanggap petugas terhadap pengurusan IMB yang dilakukan masyarakat sudah baik. Karena tidak ada keluhan dalam masalah pengurusan IMB. Kalaupun ada keluhan dari masyarakat maka akan langsung cepat ditanggapi oleh BPPT. “Tidak ada penundaan”Lanjut salah satu karyawan

(86)

masyarakatnya, jangan terlalu cuek dan tidak peduli terhadap prosedur yang ada. Kebanyakan yang melanggar daripada mematuhi. Sehingga menyulitkan BPPT untuk bergerak melakukan tugasnya ke lapangan. Sudah diberi keringanan tapi masih juga melanggar.

5.3 Analisis Strategi yang dilakukan untuk menghadapi kendala dalam Pemberian Surat Izin Mendirikan Bangunan

Referensi

Dokumen terkait

Menurut survey dan hasil wawancara dengan pegawai kantor Dinas Perizinan dan Dinas Tata Kota melalui wawancara yang dilakukan pada bulan Oktober, pegawai dari Dinas Tata Kota

Hasil penelitian mendeskripsikan efektivitas penyelenggaraan pelayanan perizinan IMB di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Samarinda dilihat dari

Pelayanan Perizinan yang diberikan kepada masyarakat melalui

Produktivitas kinerja Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Kota Binjai dalam memberikan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dapat dilihat

BIDANG DATA, INFORMASI PELAYANAN UMUM, & PENGADUAN DAN BIDANG PENGOLAHAN & PENERBITAN PERIZINAN & NON PERIZINAN NAMA SOP : Pelayanan Izin mendirikan Bangunan

Dengan adanya latar belakang tersebut pada akhirnya efektivitas pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) khususnya sektor industri pariwisata harus lebih dikaji lebih dalam, baik

Menurut survey dan hasil wawancara dengan pegawai kantor Dinas Perizinan dan Dinas Tata Kota melalui wawancara yang dilakukan pada bulan Oktober, pegawai dari Dinas Tata Kota

Penulis menyadari masih awalnya temuan penelitian, oleh karena itu penulis menyarankan agar dapat dilakukan penelitian lanjutan pada lokasi serupa berkaitan dengan Efektivitas Pelayanan