• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Alat Pengiris Kentang Spiral

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancang Bangun Alat Pengiris Kentang Spiral"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS KENTANG SPIRAL

SKRIPSI

OLEH :

INDRA LESMANA JULIANTO MUNGKUR

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(2)

RANCANG BANGUN ALAT PENGIRIS KENTANG SPIRAL

SKRIPSI

OLEH :

INDRA LESMANA JULIANTO MUNGKUR 090308019/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015

(Ainun Rohanah, STP, M.Si) Ketua

(3)

i

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Skripsi ini berjudul “Rancang Bangun Alat Pengiris Kentang Spiral” yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis menghaturkan pernyataan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis yang telah membesarkan, memelihara, dan mendidik penulis selama ini Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Ibu Ainun Rohanah, STP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada Ibu Sulastri Panggabean, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa usulan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga usulan penelitian ini bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Maret 2015

(4)

ii

Botani Tanaman Kentang ... 6

Varietas ... 7

Kandungan Giji dan manfaat ... 9

Pengirisan dan Pemotongan ... 11

Pengolahan Makanan ... 12

Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian dengan Sumber Tenaga Mekanis (Mekanisasi Pertanian) ... 13

Prinsip Kerja Alat Pengiris kentang Spiral ... 14

Komponen Alat Pengiris Kentang Spiral ... 14

Poros ... 14

Bantalan ... 16

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 16

Analisis Ekonomi ... 16

Biaya pemakaian alat ... 17

Break even point ... 19

Net present value ... 21

Internal Rate of Return (IRR) ... 22

BAHAN DAN METODE ... 23

Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

Bahan dan Alat Penelitian ... 23

Metodologi Penelitian ... 23

Komponen Alat ... 24

Persiapan Penelitian ... 24

Prosedur penelitian ... 25

Parameter yang Diamati ... 26

Kapasitas Efektif Alat ... 26

Analisis Ekonomi ... 26

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

Prinsip Kerja Alat Pengiris Kentang Spiral ... 32

Proses Pengirisan ... 32

Kapasitas Efektif Alat ... 33

Analisis Ekonomi ... 34

Break even point ... 34

Net present value ... 35

(5)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 37

Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Flow Chart... 40

2. Kapasitas efektif alat... 42

3. Analisis ekonomi... 43

4. Break Even Point... 46

5. Net Present Value... 47

6. Internal rate of return... 49

7. Spesifikasi alat... 51

8. Gambar teknik alat...52

9. Gambar alat...57

10.Komponen alat... 58

11.Gambar proses pengirisan...60

12.Gambar hasil irisan... 62

13.Gambar bahan tertinggal dialat...63

(7)

1 Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) berasal dari negara beriklim dingin (Belanda dan Jerman). Tanaman kentang sudah dikenal di Indonesia sejak sebelum Perang Dunia II yang disebut Eugenheimer. Kentang ini merupakan hasil seleksi di negara Belanda pada tahun 1890, berkulit umbi kekuning-kuningan, berdaging kuning, dan rasanya enak. Meskipun kentang bukan bahan makanan pokok bagi rakyat Indonesia, tetapi konsumennya cenderung meningkat dari tahun ketahun karena jumlah penduduk makin bertambah, taraf hidup masyarakat yang meningkat dan wisatawan asing yang tinggal di Indonesia meningkat.

(8)

Dalam mengubah suatu bahan sehingga berubah menjadi bentuk yang lain memerlukan adanya suatu pengetahuan dasar operasi sebagai satu kesatuan dasar operasi (unit operation). Di dalam operasi tersebut tentunya dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung. Maka dalam operasinya perlu pula diketahui berbagai peralatan pengolahan. Pengenalan peralatan, operasi dan berbagai metode pengolahan akan sangat membantu dalam memilih dan menerapkan cara-cara pengolahan yang tepat untuk komoditi yang beraneka ragam.

Dalam setiap perubahan usaha tani melalui mekanisasi didasari tujuan tertentu yang membuat perubahan tersebut bisa dimengerti, logis dan dapat diterima. Dengan adanya perubahan suatu sistem, diharapkan akan menghasilkan sesuatu yang menguntungkan dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut maka penggunaan dan pemilihan alat mesin harus tepat, tetapi apabila penggunaan dan pemilihan alat tidak tepat, akan terjadi hal sebaliknya.

(9)

Perkembangan teknologi telah banyak membantu umat manusia dalam memudahkan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang dihadapi sehingga memperoleh efesiensi kerja yang tinggi. Adanya penemuan baru di bidang teknologi adalah salah satu bukti bahwa kebutuhan umat manusia selalu bertambah dari waktu ke waktu di samping untuk memenuhi kebutuhan manusia, munculnya penemuan baru dilatarbelakangi oleh penggunaan tenaga manusia yang terbatas yang masih dilakukan secara tradisional. Pengenalan peralatan, operasi dan berbagai metode pengolahan akan sangat membantu dalam memilih dan menerapkan cara-cara pengolahan yang tepat untuk komoditi yang beraneka ragam.

Pengolahan hasil-hasil pertanian terutama kentang sehingga menjadi suatu bahan pangan bagi masyarakat menjadi hal menarik untuk diketahui lebih dalam. Banyak hasil-hasil pertanian yang setelah mengalami proses olahan tambahan memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi dibandingkan sebelum dilakukan proses pengolahan. Hal ini menimbulkan banyak ide di dalam mengembangkan bahan hasil-hasil pertanian menjadi produk olahan lebih lanjut dan meningkatkan produktivitas.

Pemberian inovasi terhadap produksi kentang dapat dilakukan dengan cara pemberian bentuk kentang yang berbeda dari biasanya, salah satunya yaitu kentang berbentuk spiral. Bentuk kentang unik dan menarik diharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produksi kentang di Indonesia.

(10)

pengiris banyak digunakan untuk mengolah komoditi yang bertekstur lunak seperti pisang, singkong, kentang, dsb.

Memandang pentingnya pengolahan pascapanen kentang untuk meningkatkan mutu produksi dan memperhatikan alasan di atas, maka penulis ingin merancang dan mengembangkan alat pengiris kentang spiral untuk efesiensi tenaga kerja manusia dalam mengiris kentang bentuk spiral.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain, membuat, menguji serta menganalisis nilai ekonomis alat pengiris kentang spiral.

Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi pendukung untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai alat pengiris kentang spiral.

3. Bagi masyarakat yang ingin menggunakan alat pengiris kentang bentuk spiral untuk memudahkan pengirisan dan hasil yang lebih seragam.

Pembatasan Masalah

(11)

5 Kentang

Sejarah Kentang

Kentang yang dikenal orang ternyata telah melampaui perjalanan sejarah

yang panjang. Kentang yang semula hanya tumbuh di sebagian kecil Amerika

Selatan akhirnya menyebar kemana-mana. Daerah Amerika Selatan yang menjadi

tempat asal mula kentang ini tepatnya di sekitar danau Tiiticaca, di daerah

pegunungan Andes, dekat perbatasan Peru dan Bolivia. Dari sini, kentang

menyebar ke Peru, Bolivia, Cili, Kolombia, dan Ekuador. Kemudian, kentang

dibawa ke Spanyol pada abad XVI oleh para pedagang spanyol, baik lewat darat

maupun lautan, kentang disebarkan ke seluruh benua salju Eropa (Setiadi dan

Nurulhuda, 1993).

Seorang ahli botani Soviet, Nikolai Ivanivich Vavilov yang memimpin

ekspedisi ke berbagai negara asal tanaman, memastikan sentrum asal tanaman

kentang adalah Amerika Selatan, terutama Peru, Ekuador, Bolivia dan cile. Di

Indonesia kentang pertama kali ditemukan pada tahun 1794 di daerah Cisarua,

Cimahi (Bandung). Varietas kentang yang pertama kali didatangkan adalah

Eigenheimer(Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).

Kentang yang masuk ke Indonesia adalah kentang yang berasal dari

Amerika (kemungkinan Amerika Utara). Kentang ini pada tahun 1794 ditemukan

di sekitar Cimahi, Bandung. Kemudian, sekitar tahun 1811 disebarkan di daerah

(12)

Flores, Seram, dan Timor. Setelah lama berkembang, baru diketahui jenis kentang

ini adalah kentang eigenheimer (Setiadi dan Nurulhuda, 1993).

Botani Tanaman Kentang

Kentang merupakan tanaman semusim yang sifatnya menyemak dan

menjalar. Batangnya berbentuk segi empat, panjangnya bisa mencapai 50 - 120

cm dan tidak berkayu, namun batang bawah yang tua bisa berkayu. Batang dan

daun berwarna hijau kemerah-merahan atau keungu-unguan.

Berikut klasifikasi kentang :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Asteridae

Ordo : Solanales

Famili : Solanaceae

Genus : Solanum

Seksi : Petota

Spesies : Solanum tuberosum L.

(Setiadi dan Nurulhuda, 1993).

Kentang merupakan terna tahunan yang pendek, berbatang lemah, tetapi

bercabang banyak. Daunnya yang majemuk menyirip dengan anak daun yang

tidak sama besarnya. Mahkota bunganya berbentuk terompet yang bagian atasnya

berbentuk bintang. Warna bunga kentang bervariasi. Ada yang putih, merah

(13)

Varietas

Jenis kentang yang tumbuh di dunia pada dasarnya dikelompokkan dalam

dua jenis yaitu kentang liar dan kentang budidaya. Plasma nutfah kentang liar

penting artinya bagi pemuliaan tanaman karena memiliki sifat baik, antara lain

tahan terhadap beberapa jenis penyakit. Jenis kentang budidaya (S. tuberosum

Linn.) memiliki varietas amat banyak yang dihasilkan beberapa negara produsen

di dunia (Sunaryono, 1990).

Menurut Samadi (2004), beberapa varietas kentang yang sempat diamati

para peneliti, yaitu :

a. Granola

Umbi jenis ini berbentuk oval, kulit dan daging berwarna kuning. Umur

panen normal 90 hari, meskipun umur 80 hari sudah bisa dipanen.

b. Cosima

Umbi kentang berbentuk bulat pipih, mata dangkal, permukaan rata, warna

kulit kuning muda dan warna daging kuning tua.

c. Desiree

Termasuk kentang berumur sedang (100 hari) dengan umbi berbentuk bulat

sampai oval memanjang, kulit merah, mata dangkal dan dagingnya kuning

cenderung kemerah-merahan.

d. Alpha

Umbinya bulat sampai bulat telur, mempunyai keseragaman yang tinggi,

(14)

e. French fries

Umbi jenis ini ada yang memanjang dan menbulat. Umbi yang memanjang

lebih cocok untuk pelengkap masakan ayam goreng (fast food), sedangkan yang

membulat sangat tepat untuk keripik.

f. Atlantic

Umbi berbentuk bulat seperti bola tenis, kulit kuning, mata tunas sedikit

dan daging umbi putih.

G. Diamant

Kentang jenis ini memiliki produktivitas atau potensi yang tinggi, umbinya

berbentuk oval hingga oval memanjang, kulit umbi berwarna putih dan licin,

daging umbi berwarna putih kekuning-kuningan, tahan terhadap penyakit busuk

daun dan serangan hama nematoda.

Spesies Solanum tuberosum mempunyai banyak varietas. Umur tanaman

kentang bervariasi menurut varietasnya. Kentang varietas genjah berumur 90 -

120 hari, varietas medium berumur 120 - 150 hari dan varietas dalam berumur

150 - 180 hari. Tanaman kentang dapat dipanen setelah berumur antara 3 - 4

bulan, tergantung varietasnya. Umbi kentang termasuk produk yang sukar rusak

untuk diolah karena memiliki tekstur yang lunak dibandingkan dengan singkong

dan ubi jalar yang disebabkan oleh berbagai faktor yakni cara budi daya, iklim,

hama, penyakit, umur panen dan selama panen dan pascapanen.

Tanaman kentang dapat tumbuh tegak mencapai ketinggian 0,5 - 1,2 m,

tergantung varietasnya. Misalnya, varietas Cipanas mampu tumbuh hingga 56 cm,

(15)

Kandungan Giji dan manfaat

Selain sebagai makanan pokok di beberapa negara dunia, kentang juga

dikonsumsi sebagai sayuran, dibuat makanan kecil (snack) dan diolah menjadi

berbagai produk industri makanan. Produk olahan kentang (processed potatoes)

yang umum diperdagangkan antara lain adalah pati (strach), kentang kering

(dehydrated), tepung (flour), kentang dalam kaleng (canned potatoes) dan keripik

kentang berupa chip atau stick (Rukmana, 1997).

Komposisi umbi kentang sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara

lain varietas, keadaan tanah yang ditanami, pupuk yang digunakan, umur umbi

ketika panen, waktu dan suhu penyimpanan. Perubahan komposisi umbi selama

pertumbuhan meliputi naiknya kadar pati dan sukrosa serta turunnya kadar air dan

gula pereduksi.

Susunan kimia umbi kentang mentah adalah sebagai berikut :

Air : 72,1 % - 80%

Dan adapun kandungan gizi dari tiap 100 gram kentang bersih yang dapat

dimakan adalah sebagai berikut :

(16)

Lemak : 0,1 gr

Karbohidrat : 19,1 gr

Vitamin A : sedikit sekali/ diabaikan

Vitamin B1 : 85,0 U (=0,085 mg)

Panen dan Pasca Panen

Panen

Secara fisik tanaman kentang sudah dapat dipanen apabila batang tanaman

telah agak menguning atau mengering, daun berubah dari warna hijau menjadi

kekuning-kuningan yang bukan disebabkan serangan penyakit. Kentang yang

cukup umur apabila dipanen kulit umbinya tampak lekat sekali dengan daging

umbi dan bila ditekan dengan ibu jari tangan, kulitnya tidak akan mengelupas.

Umbi yang demikian sudah cukup tua atau masa petik optimal sehingga dapat

(17)

Untuk mencegah kerusakan mekanis saat dipanen, hal yang perlu

diperhatikan adalah pada saat pembongkaran umbi dari dalam tanah. Lakukanlah

pembongkaran umbi dengan garpu tanah atau cangkul dengan cara mencangkul

tanah disekitar umbi, lalu mengangkatnya sehingga semua umbi keluar dari dalam

tanah. Selain itu, umbi yang telah dibongkar dikumpulkan ditempat teduh

(Samadi, 2004).

Pascapanen

Kegiatan pascapanen pada dasarnya adalah kegiatan untuk mencegah

kerusakan hasil akibat serangan hama dan penyakit, ganguan fisiologis, dan

gangguan non parasiter atau lingkungan yang kurang menguntungkan, dengan

tujuan untuk mempertahankan mutu hasil panen sehingga tetap baik sampai ke

konsumen (sunaryono, 1990).

Pengirisan dan Pemotongan

Memotong adalah pekerjaan yang dilakukan untuk mengecilkan ukuran

suatu bahan baik dengan pisau atau alat pemotong lainnya pada arah melintang

panjang bahan melintang serat bahan. Ukuran dari bahan yang terbentuk relatif

panjang atau tebal. Mengiris adalah mengecilkan ukuran suatu bahan dengan

menggunakan pisau untuk mendapatkan ukuran panjang yang lebih kecil dan

tipis. Adapun mekanisme memotong dan megiris adalah sebagai berikut :

1.Memotong

Tujuan pemotongan ini semata-mata sengaja untuk mengecilkan atau

memperpendek bahan. Bentuk dan ukurannya kadang-kadang tidak diperhatikan,

tetapi dapat pula disesuaikan dengan keperluan. Untuk mencegah kerusakan

(18)

pemotongan menggunakan mesin maupun secara manual, arah gerakan pisau

biasanya membentuk sudut dengan arah poros bahan yang dipotong terutama pada

pemotongan bahan-bahan yang lunak atau mudah memar.

2.Mengiris

Walaupun pada dasarnya memotong dan mengiris adalah sama, tetapi

pengirisan yang dilakukan baik diatas landasan ataupun tidak, biasanya

menggunakan pisau atau alat lain sesuai dengan keperluan. Pengirisan dilakukan

untuk mendapatkan produk yang tipis dan seragam. Arah pengirisan dapat

dilakukan ke segala arah. Ukuran lebar pengirisan relatif lebih besar bila

dibandingkan dengan tebalnya. Pada pengirisan produk yang diperoleh

diharapkan mempunyai bentuk dan struktur yang baik dan seragam

(Supriadi, 2001).

Kapasitas pengirisan adalah kemampuan suatu alat pengiris di dalam

mengiris suatu bahan dengan proses yang lebih singkat. Adapun cara untuk

memperbesar atau memperkecil kapasitas pengirisan yaitu dengan mengubah

jumlah mata pisau, rpm alat pengiris atau merubah tebal irisannya. Perubahan

paling mudah dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil kapasitas tanpa

merubah tebal irisan adalah dengan merubah rpm yakni dengan menambahkan

transimisi, baik dengan pulley, sproket dan rantai (Wiraatmadja, 1995).

Pengolahan Makanan

(19)

Gambar 2. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan (Setyohadi, 2006).

Tujuan Penggunaan Alat Mesin Pertanian dengan Sumber Tenaga Mekanis (Mekanisasi Pertanian)

Mekanisasi pertanian adalah bagian penting dari industri pertanian saat ini. Menurut Shin and Curtis (1978), hal ini disebabkan karena nilai efisiensi produksi dan kualitas proses pengolahan bergantung pada mekanisasi. Teknologi dari yang sederhana sampai canggih mempunyai peranan sangat penting dalam transformasi suatu bahan mentah atau baku menjadi suatu produk dengan nilai tambah lebih tinggi.

Yang dimaksud dengan sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan, mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah setempat. Oleh karena itu, ditinjau dari segi tingkat teknologinya, mekanisasi pertanian dibedakan atas: mekanisasi pertanian sederhana, mekanisasi pertanian madya, dan mekanisasi pertanian mutakhir (Hardjosentono, dkk., 1996).

Peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah:

1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia 2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani Bahan mentah

Alat peralatan dan mesin-mesin. Pengolahan secara Fisik,

(20)

3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi pertanian

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusahaan (commercial farming)

5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari bersifat agraris menjadi bersifat industri

(Hardjosentono, dkk, 1996).

Prinsip Kerja Alat Pengiris kentang Spiral

Alat pengiris kentang spiral ini bekerja dengan prinsip mengiris kentang yang diputar dengan tuas pemutar. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, bahan baku berupa kentang yang sudah dikupas kulitnya dimasukkan ke dalam alat pengiris yang telah diberi alat penyangga pada bagian tengah kentang terlebih dahulu kemudian diputar tuas pemutar. Kentang yang diputar akan teriris berbentuk spiral oleh mata pisau pengiris.

Komponen Alat Pengiris Kentang Spiral

Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros. Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menjadi poros transmisi, spindel, gandar, poros (shaft) dan poros luwes (Achmad, 2006).

(21)

1. Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan antara puntir dan lentur. Sebuah poros harus direncanakan hingga cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.

2. Kekakuan Poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian (pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.

3. Putaran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran kritis.

4. Korosi

Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan terhadap korosi.

5. Bahan Poros

(22)

Bantalan

Bantalan berguna untuk menumpu poros dan memberi kemungkinan poros dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil mungkin). Berbagai macam bantalan dapat digolongkan menjadi bantalan luncur, bantalan gelinding (bantalan peluru dan bantalan rol), bantalan dengan beban radial, bantalan dengan beban aksial, bantalan dengan beban campuran (aksial - radial) (Daryanto, 2007). Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Menurut Daywin, dkk., 2008, kapasitas kerja suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (contoh : ha, kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja dapat dokonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi: ha.jam/kW, kg.jam/kW, lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis sebagai berikut:

Kapasitas Alat = Produk yang diolah (kg )

Waktu (jam ) ... (1)

Analisis Ekonomi

Menurut Soeharno (2007), analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan.

(23)

pengukuran kelayakan tersebut meliputi data tenaga kerja, sarana produksi, hasil produksi, harga, upah, dan suku bunga (Nastiti, dkk, 2008).

Biaya pemakaian alat

Pengukuran biaya pemakaian alat dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).

Biaya pokok = [BT

x + BTT]C ... (2) dimana :

BT = total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT = total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x = total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C = Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Biaya tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak terpengaruh oleh aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan volume produksi. Sedangkan biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah-ubah sesuai dengan aktivitas perusahaan. Biaya ini secara total akan berubah sesuai dengan volume produksi (Halim, 2009).

Menurut (Daywin, dkk, 2008) biaya tetap terdiri dari:

(24)

Metode ini memungkinkan untuk memperkirakan biaya penyusutan yang lebih mendekati dengan penyusutan yang aktual terjadi bagi mesin/alat pada tiap tahun umurnya.

Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) ... (3)

dimana:

Dt = biaya penyusutan (Rp/tahun)

P = nilai awal alsin (harga beli/pembuatan) (Rp)

S = nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n = umur ekonomi (tahun)

i = tingkat bunga modal (%)

t = umur pemakaian alat pada permulaan tahun berikutnya

2. Biaya bunga modal dan asuransi

Biaya ini diperhitungkan untuk mengembalikan nilai modal yang ditanam sehingga pada akhir umur peralatan diperoleh suatu nilai uang yang present valuenya sama dengan nilai modal yang ditanam. Perhitungan biayanya:

I = i(P)(n+1)

2n ... (4) dimana:

I = total bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)

(25)

P = harga awal alat (Rp)

n = umur ekonomis (tahun)

3. Biaya pajak

Beberapa literatur menganjurkan bahwa biaya pajak alat dan mesin pertanian diperkirakan sebesar 2% pertahun dari nilai awalnya. Namun di Indonesia belum ada ketentuan besar pajak secara khusus untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian sehingga tidak digunakan dalam perhitungan.

4. Biaya gudang atau gedung

Diperkirakan berkisar antara 0,5-1 % dari harga awal per tahun di Amerika. Umumnya rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) per tahun. Namun beban ini tergantung pada kondisi lokal sehingga biaya ini tidak dipergunakan pada penelitian ini.

Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap atau biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak bahan yang digunakan dan biaya yang digunakan akan semakin besar juga (Soeharno, 2007).

Break even point

Break even point (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan

(26)

BEP juga digunakan untuk:

1. Hitungan biaya dan pendapatan untuk setiap alternatif kegiatan usaha 2. Rencana pengembangan pemasaran untuk menetapkan tambahan investasi

untuk peralatan produksi

3. Tingkat produksi dan penjualan yang menghasilkan ekuivalensi (kesamaan) dari dua alternatif usulan investasi

(Waldyono, 2008).

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa ada keuntungan.

Untuk mengetahui BEP maka dapat digunakan rumus sebagai berikut:

N = F

(R−V) ... (5)

dimana:

N = jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas (Kg)

F = biaya tetap pertahun (rupiah)

R = penerimaan dari tiap kg produksi (Rupiah)

V = biaya tidak tetap per unit produksi

(27)

Net present value

Net present value (NPV) dapat diartikan bahwa seluruh angka net cash

flow yang digandakan dengan discount factor pada tahun dan tingkat bunga yang

telah ditentukan dan merupakan selisih antara present value dari benefit dan present value dari biaya. Jika NPV bernilai positif maka investment feasible, bila

NPV bernilai 0 berarti investment dapat mengembalikan sebesar cost of capital (discount rate) dan bila NPV bernilai negatif maka investment ditolak (Prawirokusumo, 1990).

Menurut Purba (1997), Net present value (NPV) merupakan selisih antara benefit dengan cost + investment yang dihitung sebagai berikut :

NPV = B – (C = I/n) ...(6)

n = umur teknis ekonomi proyek

jika ditinjau dari segi present value of benefit, maka :

NPV = Total B – (Total C + I)

- Jika NPV lebih besar dari 0 (NPV positif), hal ini berarti bahwa : total B lebih besar dari total C + I, berarti benefit lebih besar dari cost + investment, sehingga pembangunan (rehabilitasi, perluasan) proyek

tersebut favourable.

(28)

Jika NPV lebih kecil dari 0 (negatif), berarti : total B lebih kecil dari total C + I, berarti pula bahwa benefit tidak cukup untuk menutupi cost + investment selama umur teknis – ekonomis proyek yang bersangkutan unvourable.

Internal Rate of Return (IRR)

Dengan menggunakan metode IRR akan mendapatkan informasi yang berkaitan dengan tingkat kemampuan cash flow dalam mengembalikan investasi yang dijelaskan dalam bentuk % perode waktu. Logika sederhananya menjelaskan seberapa kemampuan cash flow dalam mengembalikan modalnya dan seberapa besar pula kewajiban yang harus dipenuhi (Giatman, 2006).

Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, pada discount rate dimana diperolah B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Harga IRR dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

IRR = i1 – (i1 – i2) ... (7)

Dimana :

i1 = suku bunga bank paling atraktif

i2 = suku bunga coba-coba

NPV1 = NPV awal pada i1

NPV2 = NPV pada i2

(29)

23 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, mulai pada bulan September- Oktober 2014.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kentang, air, baja siku, plat besi, baut dan mur, bearing (bantalan), besi bulat padu (poros), pelat stainless steel, plat aluminium, pisau pengiris, cat dan thinner.

Sedangkan alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, mesin las, mesin bor, gunting plat, mesin gerinda, gergaji besi, water pass, palu, tang, mesin tekuk las, kunci pas dan ring.

Metodologi Penelitian

(30)

Komponen Alat

Alat pengiris kentang spiral ini mempunyai beberapa komponen penting yaitu:

1. Rangka alat

Rangka alat ini berfungsi sebagai penyokong komponen-komponen alat lainnya, yang terbuat dari besi siku.

2. Poros putaran

Poros putaran berfungsi untuk memutar piringan pengiris. Bahan untuk poros putaran terbuat dari besi padat. Diameter poros putaran 3 cm.

3. Pisau pengiris

Pisau berfungsi untuk mengiris kentang yang masuk melalui hopper. Pisau terbuat dari bahan baja tahan karat.

4. Bearing

Bearing digunakan sebagai bantalan untuk mengurangi gesekan pada

poros putaran. 5. Tuas Pemutar

Tuas pemutar berfungsi untuk memutar tuas dan mendorong kentang agar teriris melalui mata pisau.

6. Penahan Kentang

Berfungsi untuk menahan kentang yang akan diiris. Persiapan Penelitian

(31)

a. Pembuatan alat

Adapun langkah-langkah dalam membuat alat pengiris kentang spiral ini yaitu :

1. Dirancang bentuk alat pengiris kentang.

2. Digambar serta ditentukan ukuran alat pengiris kentang.

3. Dipilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pengiris kentang. 4. Dilakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai

dengan ukuran yang telah ditentukan pada gambar teknik alat 5. Dipotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

6. Dilakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat. 7. Digerinda permukaan yang terlihat kasar karena bekas pengelasan. 8. Dilas plat stainless steel pada poros.

9. Diroll plat stainless steel dan dilas sebagai wadah pengirisan.

10. Dilakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan menambah daya tarik alat pengiris.

11. Dirangkaikan komponen-komponen alat pengiris kentang. b. Persiapan bahan

1. Disiapkan kentang yang akan diiris. 2. Dikupas kentang yang akan diiris. 3. Ditimbang kentang yang akan diiris. 4. Bahan siap diiris.

Prosedur penelitian

(32)

2. Ditusuk bagian tengah kentang dengan bambu, sebagai penyangga kentang yang akan diiris.

3. Kentang yang akan diiris dimasukkan kedalam ruang pengirisan. 4. Diputar tuas pemutar untuk mendorong kentang yang akan diiris. 5. Dicatat waktu yang dibutuhkan untuk mengiris kentang.

6. Dikeluarkan bahan yang telah diiris melalui saluran keluaran. 7. Ditimbang bahan yang telah diiris.

8. Dilakukan pengamatan parameter.

9. Dilakukan hingga sebanyak 3 kali ulangan. Parameter yang Diamati

Kapasitas Efektif Alat

Kapasitas efektif alat dilakukan dengan menghitung banyaknya kentang yang telah diiris (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses pengirisan (jam). Hal ini dapat dihitung dengan Persamaan (1).

Analisis Ekonomi

1. Biaya pengirisan kentang

Perhitungan biaya pengirisan kentang dilakukan dengan cara menjumlahkan biaya yang dikeluarkan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap, atau lebih dikenal dengan biaya pokok. Hal ini dapat dihitung dengan Persamaan (2) pada tinjauan pustaka.

a. Biaya tetap

(33)

1. Biaya penyusutan (metoda sinking fund)

Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (3) pada tinjauan pustaka 2. Biaya bunga modal dan asuransi

Hal ini dapat dihitung berdasarkan persamaan (4) pada tinjauan pustaka a. Biaya tidak tetap

Biaya tidak tetap terdiri dari:

1. Biaya perbaikan alat 2. Biaya operator

Biaya operator disesuaikan dengan pertimbangan di lapangan karena belum adanya standar yang digunakan.

2. Break even point

Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola masih layak untuk dijalankan. Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya keuntungan. Untuk menentukan BEP maka dapat dihitung berdasarkan persamaan (5) pada tinjauan pustaka.

3. Net present value

(34)

- NPV > 0, berarti usaha menguntungkan, layak untuk dilaksanakan dan dikembangkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan n tahun investasi proyek tidak menguntungkan dan tidak layak untuk dilaksanakan serta dikembangkan. - NPV = 0, berarti tambahan manfaat sama dengan tambahan biaya yang

dikeluarkan.

4. Internal Rate of Return (IRR)

(35)

29 Alat Pengiris Kentang Spiral

Pemilihan bahan dan spesifikasinya mempengaruhi kinerja alat yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat diusahakan kokoh dan mampu mendukung kinerja alat, namun juga diusahakan mudah diperoleh untuk menjaga kesinambungan bahan baku apabila ada usaha memproduksi dalam jumlah besar. Pemilihan bahan yang berkualitas dan murah juga mempengaruhi biaya produksi alat.

Alat pengiris kentang spiral adalah alat yang dirancang untuk mengiris kentang yang membentuk spiral secara manual. Alat ini mempunyai dimensi tinggi 13,5 cm, lebar 12 cm dan panjang 26,5 cm.

Alat pengiris kentang spiral ini memiliki beberapa bagian yaitu:

1. Rangka alat

(36)

Rangka alat pada alat ini terbuat dari stainless steel. Fungsi dari rangkat alat untuk menyokong bagian alat yang lain. Rangka alat memiliki dimensi tinggi 13,5 cm, lebar 12 cm dan panjang 26,5 cm.

2. Tuas pemutar

Gambar 2. Tuas pemutar

Alat pengiris kentang ini menggunakan tuas pemutar sebagai tenaga penggerak manual. Tuas pemutar dilengkapi pegangan yang dilapisi bahan karet agar mengurangi terjadinya slip saat memutar.

3. Pisau pengiris

(37)

Pisau pengiris terbuat dari bahan stainless steel. Panjang pisau pengiris 6 cm dan lebar pisau 2,8 cm. Pisau pengiris dipasang pada rangka alat yang dikaitkan dengan menggunakan mur.

4. Poros

Gambar 4. Poros

Poros memiliki ukuran panjang 24,2 cm dan diameter 2,5 cm. Poros terbuat dari bahan stainless steel. Pada poros dilengkapi bearing agar mengurangi gesekan pada poros.

5. Penahan kentang

(38)

Pada alat ini menggunakan penahan kentang. Penahan kentang berfungsi untuk menahan kentang agar dapat statis pada poros pemutar dan mengikuti putaran pada poros sampai kentang sudah diiris semua.

Prinsip Kerja Alat Pengiris Kentang Mekanis

Alat pengiris kentang spiral ini bekerja dengan prinsip mengiris kentang yang diputar dengan tuas pemutar. Setelah alat dipastikan dalam keadaan siap pakai, bahan baku berupa kentang yang sudah dikupas kulitnya dimasukkan ke dalam alat pengiris yang telah diberi alat penyangga pada bagian tengah kentang terlebih dahulu kemudian diputar tuas pemutar. Kentang yang diputar akan teriris berbentuk spiral oleh mata pisau pengiris.

Proses Pengirisan

Kentang yang telah dikupas diberi alat penyangga berupa bambu pada bagian tengah kentang terlebih dahulu. Proses pengirisan dilakukan dengan memutar kentang ke mata pisau dengan menggunakan tuas pemutar. Percobaan ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan untuk mendapatkan rataan waktu dan setiap pengulangan menggunakan kentang seberat 1 kg. Kentang akan teriris oleh mata pisau sehingga kentang keluar melalui saluran keluaran dalam bentuk spiral. Kentang yang dihasilkan memiliki ketebalan yang seragam yaitu 3 mm.

(39)

Tabel 1. Hasil pengirisan Ulangan Berat awal

(Kg)

Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini kapasitas efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya kentang yang diiris (kg) dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengirisan. Kapasitas efektif alat dapat dilihat dari Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Kapasitas alat

Pada penelitian ini, lama waktu pengirisan dihitung mulai dari kentang yang sudah ditusukkan pada bambu dan dimasukkan ke tuas pemutar sampai kentang habis teriris berbentuk spiral.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh waktu yang dibutuhkan untuk mengiris kentang pada percobaan I selama 389 detik. Lama waktu yang dibutuhkan untuk percobaan II yaitu 379 detik. Dan untuk percobaan III dibutuhkan waktu selama 361 detik. Dari hasil ini diperoleh rataan waktu untuk

(40)

mengiris kentang 1 kg adalah 376,3 detik. Maka diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 9,54 kg/jam .

Analisis Ekonomi

Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat diperhitungkan. Umumnya setiap investasi bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Namun ada juga investasi yang bukan bertujuan untuk keuntungan, misalnya investasi dalam bidang sosial kemasyarakatan atau investasi untuk kebutuhan lingkungan, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Dari analisis ekonomi yang dilakukan diperoleh biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam mengiris kentang tiap tahunnya adalah Rp 599,54/kg pada tahun pertama, Rp. 561,56 /kg pada tahun kedua, Rp 548,92/kg pada tahun ketiga, Rp. 542,61/kg pada tahun keempat, dan Rp 538,83/kg tahun kelima.

Break even point

Analisis titik impas umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini keuntungan awal dianggap nol. Manfaat perhitungan

(41)

di sebelah kiri titik impas maka kegiatan usaha akan menderita kerugian, sebaliknya bila di sebelah kanan titik impas akan memperoleh keuntungan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan, alat pengiris kentang ini akan mencapai break even point pada nilai 793.457 kg/tahun. Hal ini berarti alat ini akan mencapai titik impas apabila telah mengiris kentang sebanyak 175,38 kg/tahun.

Net present value

Net present value adalah kriteria yang digunakan untuk mengukur suatu

alat layak atau tidak untuk diusahakan. Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha maka net present value ini dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisis financial. Dari percobaan dan data yang diperoleh pada penelitian dapat diketahui besarnya nilai NPV 6% dari alat ini adalah sebesar Rp. 842.284.814. Hal ini berarti usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar ataupun sama dengan nol. Hal ini sesuai dengan pernyataan Purba (1997) yang menyatakan bahwa kriteria NPV yaitu:

- NPV > 0, berarti usaha yang telah dilaksanakan menguntungkan.

- NPV < 0, berarti sampai dengan t tahun investasi usaha tidak menguntungkan.

(42)

Internal rate of return

Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan

(43)

37 Kesimpulan

1. Kapasitas efektif alat pengiris kentang spiral yang digunakan dalam penelitian sebesar 9,54 kg/jam.

2. Biaya pokok yang harus dikeluarkan dalam mengiris kentang tiap tahunnya adalah Rp 599,54/kg pada tahun pertama, Rp. 561,56 /kg pada tahun kedua, Rp 548,92/kg pada tahun ketiga, Rp. 542,61/kg pada tahun keempat, dan Rp 538,83/kg tahun kelima.

3. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah mengiris kentang sebanyak 793.457 kg/tahun.

4. Net present value 6% dari alat pengiris kentang mekanis ini adalah Rp 842.284.814 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan.

5. Internal rate of return dari alat pengiris kentang spiral ini adalah 46,26%.

Saran

1. Dengan kapasitas alat yang masih rendah perlu dilakukan pengembangan alat untuk meningkatkan kapasitas alat.

(44)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung. Amanto, H dan Haryanto., 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta. Daryanto, 2007. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Bina Aksara, Jakarta.

Daywin, F.J., R.G. Sitompul, dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Jakarta.

Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Halim, A. 2009. Analisis Kelayakan Investasi Bisnis: Kajian dari Aspek Keuangan. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Handiman, D., 2010. http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/01/tugas-makalah material-teknik/. [20 Februari 2014].

Hardjosentono, dkk., 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Hartus, T., 2001. Usaha Pembibitan Kentang Bebas Virus. Penebar Swadaya, Jakarta

.

Kastaman, R., 2006. Analisis Kelayakan Ekonomi Suatu Investasi. Tasikmalaya. Nastiti, D., P. Sriwulan, dan R.A. Farid. 2008. Analisis Finansial Agribisnis

Pertanian. BPTP. Kalimantan Timur.

Prawirokusumo, S. 1990. Ilmu Usaha Tani. BPFE Yogyakarta. Yogyakarta. Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Rubatzky, V. E. dan M. Yamaguchi, 1998. Sayuran Dunia I. Institut teknologi Bandung- Press, Bandung.

Rukmana, R., 1997. Kentang : Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta. Samadi, B., 2004. Usaha Tani Kentang. Kanisius, Yogyakarta.

Setiadi dan S. R. Nurulhuda, 1993. Kentang : Varietas dan Pembudidayaan. Penebar Swadaya, Jakarta

(45)

Shin, G. C. and Curtis R.W., 1978. Working in Agricultural Mechanics. Mc Graw-Hill Inc, The United States of America.

Soeharno, 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Offset, Yogyakarta. Soewito, M., 1991. Bercocok Tanam Kentang. Titik Terang, jakarta.

Sularso dan K. Suga., 2004. Dasar perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.

Sumanto, M. A., 1994. Pengetahuan Bahan untuk Mesin dan Listrik. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.

Sunaryono, H., 1990. Mengenal Varietas Kentang Olahan. Kanisius, Yogyakarta. Supriadi, 2001. Perancangan Alat Pengiris Sukun. Politeknik Negeri Medan,

Medan.

Syukri, S., 1999. Kimia Dasar 3. ITB, Bandung.

Thuesen, G.J. dan W.J. Fabrycky. 2002. Ekonomi Teknik. Penerjemah Carley Tanya. Prenhallindo. Jakarta.

Waldiyono, 2008. Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar,Yogyakarta

(46)

Lampiran 1.Flowchart Pelaksanaan Penelitian

Mulai

Memotong bahan yang akan dirangkai

Pengelasan

Menggerinda permukaan yang kasar

Merangkai alat

Pengecatan

a b

Menggambar dan menentukan dimensi alat

Merancang bentuk alat

Memilih bahan

(47)

a b

Pengujian alat

Layak?

Analisis data Pengukuran parameter

(48)

Lampiran 2. Perhitungan kapasitas efektif alat

Kapasitas Alat = Berat bahan yang akan diiris (kg)

(49)

Lampiran 3. Perhitungan analisis ekonomi 8. Bunga modal dan asuransi = Rp. 82.240/tahun

9. Jam kerja alat per tahun = 2100 jam/tahun ( asumsi 300 hari efektif berdasarkan tahun 2015) 2. Perhitungan biaya produksi

a. Biaya tetap (BT)

1. Biaya penyusutan (D) Dt = (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund

Akhir TahunKe (P-S) (Rp) (A/F, 6%, n) (F/P, 6%, t-1) Dt (Rp) 2. Bunga modal dan asuransi (I)

Bunga modal pada bulan Januari 6% dan Asuransi 2% I =i(P)(n+1)

(50)

= (8%)(1.755.000)(5+1) 2(5)

= Rp. 82.240/tahun Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun

Tahun D (Rp) I (Rp/tahun) Biaya tetap (Rp/tahun)

1 1.579.500 82.240 1.661.740

2 812.690,658 82.240 894.930,658

3 557.441,49 82.240 639.681,49

4 430.038,77 82.240 512.278,77

5 353.756,66 82.240 435.996,66

b. Biaya tidak tetap (BTT)

1. Biaya perbaikan alat (reparasi)

Biaya reparasi = 1,2%(P - S)

Diperkirakan upah operator untuk mengiris kentang per jamnya adalah sebesar Rp5.000, sehingga diperoleh biaya operator:

= 7 jam x Rp. 5000 = Rp. 35.000/hari

Total biaya tidak tetap = 12,67 + Rp. 5000 (Rp/jam) = Rp. 5012, 67/jam

c. Biaya pengirisan kentang Biaya pokok =

[

BT

(51)

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun

Tahun BT (Rp/tahun) X (jam/tahun)

BTT

(Rp/jam) C (jam/kg) BP (Rp/kg)

1 1.579.500 2.100 5012,67 0,104 599,54

2 812.690,658 2.100 5012,67 0,104 561,56

3 557.441,49 2.100 5012,67 0,104 548,92

4 430.038,77 2.100 5012,67 0,104 542,61

(52)

Lampiran 4. Break even point

Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap sama dengan nol.

N = F

(R−V)

Tahun Biaya tetap (Rp/tahun) Biaya tetap (Rp/jam) Biaya tetap (Rp/kg)

1 1.661.740 791,3047619 82,945

2 894.930,658 426,1574562 44,670

3 639.681,49 304,6102333 31,929

4 512.278,77 243,9422714 25,570

5 435.996,66 207, 6174571 21,762

Biaya tidak tetap (V) = Rp. 5012,67 (1 jam = 9,54 kg) = Rp. 525,437/kg

Penerimaan setiap produksi (R) = Rp. 10000/kg (harga ini diperoleh dari perkiraan di lapangan)

Alat akan mencapai break even point jika alat telah mengiris kentang sebanyak: Tahun Biaya tetap (Rp/tahun) BEP (kg/tahun)

1 1.661.740 175,38

2 894.930,658 94,45

3 639.681,49 67,51

4 512.278,77 54,06

(53)

Lampiran 5. Net present value

Investasi = Rp. 1.755.000 Nilai akhir = Rp. 175.500 Suku bunga bank = Rp 6% Suku bunga coba-coba = Rp 8% Umur alat = 5 tahun

Pendapatan = penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh = Rp. 200.340.000,-

Pembiayaan = biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun

Tahun BP (Rp/kg) Kap. Alat (kg/jam) Jam kerja (jam/tahun) Pembiayaan

(54)

Cash out Flow 6%

1. Investasi = Rp. 1.755.000

2. Pembiayaan = Pembiayaan x (P/F, 6%,n) Tabel perhitungan pembiayaan

Tahun (n) Biaya (P/F, 6%, n) Pembiayaan (Rp)

1 1.661,72 0,9434 1.567,66

2 894,91 0,89 715,928

3 639,66 0,8396 537,05

4 512,27 0,7921 406,742

5 435,98 0,7473 325,80

Total 3.553,187

Jumlah COF = Rp. 1.755.000 + Rp. 3.553,187 = Rp. 1.758.553,187

NPV 6% = CIF – COF

= Rp. 844.643.367,2– Rp. 1.758.553,187 = Rp. 842.284.814

(55)

49

kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan tertentu. Internal rate of return (IRR) adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV= Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR dengan menggunakan rumus berikut :

IRR = p% + X

X+Y x (q% - p%) (positif dan negatif) dan

IRR = q% + X

X- Y x (q% - p%) (positif dan positif) Dimana: p = suku bunga bank paling atraktif

q = suku bunga coba-coba ( >dari p) = Rp200.3420.000 x 3,9927 = Rp. 799.897,518

(56)

Jumlah CIF = Rp. 719.897.518 + Rp. 119.445,3= Rp. 800.016.963,3

= Rp. 800.016.963,8– Rp. 1.758.214,758 = Rp. 798.258.748,5

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:

(57)

Lampiran 7. Spesifikasi alat 1. Dimensi

Panjang = 26.5 cm Lebar = 12 cm Tinggi = 13.5 cm 2. Bahan

(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

Lampiran 9.Gambar Alat

Tampak depan

Tampak samping

(64)

Lampiran 10. Komponen alat

1. Rangka alat

2. Tuas pemutar

(65)

4. Poros

(66)

Lampiran 11. Proses Pengirisan

6. Kentang ditimbang

7. Dicuci kentang yang sudah dikupas

(67)

9. Ditusuk kentang dengan bambu

10.Kentang dimasukkan ke alat

(68)

Lampiran 12. Hasil Irisan

12.Hasil irisan percobaan 1

13.Hasil irisan percobaan 2

(69)

Lampiran 13. Bahan tertinggal dialat

15.Bahan tertinggal percobaan 1

16.Bahan tertinggal percobaan 2

(70)

Lampiran 14. Tabel Suku Bunga

Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 7%.

Nilai Faktor Bunga pada tingkat suku bunga (i) 10%.

Single Payments Uniform Payment Series

Compound

Single Payments Uniform Payment Series

Gambar

Gambar 2. Proses pengolahan bahan mentah menjadi produk olahan
Gambar 1. Rangka alat
Gambar 3. Pisau pengiris
Gambar 5. Penahan kentang
+7

Referensi

Dokumen terkait

BERITA DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2013

[r]

Yet, scholars with more than just an academic interest in undernutrition and famine must confront the ongoing need to improve laypersons’ and policymakers’ understanding of con-

KERJAKAN SOAL DI BAWAH INI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM MICROSOFT EXCELL.. 1) Pak Budi dan Bu Ani mengajar matematika siswa kelas VA dan kelas

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva

Angkasa Pura I (Persero) Aviation Security Officer, Airport Rescue &amp; Fire Fighting Officer, Serta Airport Operation Officer Tahun 2017, mengumumkan nama-nama

This study compared two internationally widely used instruments to measure CT on their reliability, validity, feasibility, and attractiveness for students in higher education: the

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-5, 2014 ISPRS Technical Commission V Symposium, 23 – 25 June 2014, Riva