• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI THREE STAGE FISHBOWL DECISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP TEKANAN DAN AKTIVITAS SISWA SMP KELAS VIII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI THREE STAGE FISHBOWL DECISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP TEKANAN DAN AKTIVITAS SISWA SMP KELAS VIII"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN

ACTIVE LEARNING DENGAN STRATEGI THREE-STAGE

FISHBOWL DECISION UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR KONSEP TEKANAN DAN AKTIVITAS SISWA

SMP KELAS VIII

Skripsi

disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

oleh

Sri Lestari Handayani 4201407052

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

(2)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2011

Sri Lestari Handayani 4201407052

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Active Learning Dengan Strategi Three-stage Fishbowl Decision Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Tekanan dan Aktivitas Siswa SMP Kelas VIII” telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke Sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada:

Hari : Senin

Tanggal : 18 Juli 2011

Semarang, Juli 2011

Pembimbing I, Pembimbing II

Dr. Sarwi, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S.

19620809 198703 1 001 19630821 198803 1 004

(4)

PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Active Learning Dengan Three-Stage Fishbowl Decision Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Tekanan dan Aktivitas Siswa Smp Kelas VIIIdisusun oleh: Nama : Sri Lestari Handayani

NIM : 4201407052

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi FMIPA Unnes pada tanggal 18 Juli 2011.

Panitia:

Ketua Sekretaris

Dr. Kasmadi Imam S, M.S. Dr. Putut Marwoto, M.S.

19511115 197903 1 001 19630821 198803 1 004

Ketua Penguji

Dr. Ani Rusilowati, M.Pd 196012191985032002

Anggota Penguji/ Anggota Penguji/

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sarwi, M.Si Dr. Putut Marwoto, M.S.

19620809 198703 1 001 19630821 198803 1 004

(5)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Yesterday is a memory, Today is a gift, and Tomorrow is a mysteri

Jalani hidup apa adanya dan selalu bersyukur.

Persembahan :

Untuk Ibu dan Ayah Tercinta (Ibu Sumami dan Bapak Abdul

Rozak) yang selalu menyayangiku dan tak pernah lelah

berjuang untukku.

Untuk Budhe (Ibu Warsini), Pakdhe (Bpk Junaeidi), Selamet

Puji Susilo, dan Zaenal Arifin yang selalu menyayangiku.

Bpk Yasno (Alm), untuk kasih sayangmu yang tidak pernah

aku rasakan.

Untuk Arifin yang selalu mendukungku dan menyayangiku.

Untuk sahabat sahabatku (Dina, Mega dan Muti).

Untuk teman teman Pendidikan Fisika 2007.

Untuk teman teman Emeral Kos dan Risa Kos.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Active Learning Dengan Strategi Three-stage Fishbowl Decision Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Tekanan dan Aktivitas Siswa SMP Kelas VIII”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, yang menjabat Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Bapak Dr. Kasmadi Imam Supardi, M.S, yang menjabat Dekan Fakultas MIPA UNNES.

3. Bapak Dr. Putut Marwoto, M.S, yang menjabat Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNNES.

4. Bapak Dr. Sarwi, M.Si, bertugas Pembimbing I yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Putut Marwoto, M.S, bertugas Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan, saran dan kemudahan dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Dra. Siti Khanafiyah, M.Si, sebagai dosen wali yang selalu memberikan bimbingan dan dukungan.

7. Semua dosen yang mengajar di Jurusan Fisika dan keluarga besar Jurusan Fisika FMIPA UNNES.

8. Bapak Drs. Daryanto, selaku Kepala SMP Negeri 1 Gajah.

9. Ibu Sri Minarni, S.Pd, selaku guru fisika SMP Negeri 1 Gajah kelas VIII yang membimbing selama penelitian.

10. Para guru dan karyawan SMP Negeri 1 Gajah yang membantu selama penelitian.

(7)

11. Siswa kelas VIII D dan VIII E SMP Negeri 1 Gajah kecamatan Gajah kabupaten Demak yang telah sungguh-sungguh melaksanakan semua tahap penelitian.

12. Teman-teman dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini

Penulis menyadari bahwa tidak ada kesempurnaan dalam setiap karya manusia, demikian pula dalam skripsi ini. Namun, penulis berharap skripsi ini bisa bermanfaat bagi penulis sendiri maupun pembaca sekalian. Kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan penulis terima untuk perbaikan penulisan di masa yang akan datang.

Semarang, Juli 2011

Penulis

(8)

ABSTRAK

Handayani, S. L. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Active Learning Dengan Strategi Three-stage Fishbowl Decision Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Tekanan dan Aktivitas Siswa SMP Kelas VIII. Skripsi, Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dr. Sarwi, M.Si dan Pembimbing II: Dr. Putut Marwoto, M.S. Kata Kunci: Efektivitas, Pembelajaran Aktif, Three-stage Fishbowl Decision, Hasil Belajar, Aktivitas

Keterlibatan siswa baik intelektualnya dan emosionalnya dapat membawa pemahaman konsep siswa yang lebih baik. Siswa diharapkan dapat memahami konsep fisika dengan kemampuan memahami yang dimiliki siswa itu sendiri karena setiap siswa memiliki cara memahami materi pelajaran yang berbeda. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran Active Learning dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP kelas VIII pada konsep Tekanan. (2) Menguji efektivitas model pembelajaran Active Learning dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision jika dibandingkan pembelajaran ceramah dan tanya jawab untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP kelas VIII pada konsep Tekanan. Penentuan sampel penelitian ini dilakukan secara purposive acak. Data dikumpulkan melalui tes, observasi dan dokumentasi. Penelitian kuasi eksperimen ini menggunakan pretest–posttest control group design. Berdasarkan uji gain <g>, peningkatan hasil belajar siswa untuk kelas eksperimen sebesar 0,469 (sedang), sedangkan kelas kontrol sebesar 0,298 (rendah). Uji satu pihak yang digunakan untuk menganalisis diperoleh thitung

sebesar 3,533 dan ttabel sebesar 1,665 dengan taraf signifikansi 5%. Hal ini berarti

bahwa model pembelajaran aktif dengan Three-stage Fishbowl Decision efektif untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa. Berdasarkan uji gain <g>, aktivitas siswa untuk kelas eksperimen meningkat sebesar 0,301 (sedang), sedangkan untuk kelas kontrol sebesar 0,088 (rendah). Tampak bahwa siswa di kelas eksperimen melakukan lebih banyak aktivitas selama pembelajaran dibandingkan siswa di kelas kontrol. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran aktif dengan Three-stage Fishbowl Decision lebih efektif dalam meningkatkan pemahaman konsep tekanan dan aktivitas siswa SMP.

(9)

ABSTRACT

Handayani, S. L. 2011. The Effectiveness Of Active Learning Model With Three-Stage Fishbowl Decision Strategy To Increase The Student Understanding Of Pressure Concept and Activity Of Junior High School Student Class VIII. Final Project, Physics Department, Mathematic and Science Faculty, Semarang State University. First Advisor: Dr. Sarwi, M.Si and Second Advisor: Dr. Putut Marwoto, M.S.

Keywords: Effectiveness, Active Learning, Three-stage Fishbowl Decision, Study Result, and Activity

The student involvement (intellectual and emotional) can brings to the students concept understanding be better. Students expected to understand the physics concept with their view through Active Learning by using Three-stage Fishbowl Decision strategy, because every student has a specific strategy how to understand the subject. The goals of this research are (1) to describe student activities using Active Learning model with Three-stage Fishbowl Decision strategy to increase the student activity, (2) to examine the effectiveness of Active Learning model with Three-stage Fishbowl Decision strategy in compared with lecture and questioning model. The sample of this research was determined by using random method. The data were collected by test, observation, and documentation. This quasi experiment research use the pretest–posttest control group design. Based on the gain-test <g>, the student understanding of pressure concept for experimental group is 0.469 (sufficient), whereas for control group is 0.298 (minimum). The one tail t-test was used to analyze that obtained tcalculating

3.533 and ttable 1.665 with significant level 5%. It means that Active Learning

model with Three-stage Fishbowl Decision is effective to increase the student understanding of pressure concept. Based on the gain-test <g>, the student activity for experimental group is 0.301 (sufficient), whereas for control group is 0.088 (minimum). We can see that students in experimental group did more activities in learning process than students in control group. It can be concluded that Active Learning with Three-stage Fishbowl Decision is more effective to increase the student understanding of pressure concept and activity for Junior High School.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Penegasan Istilah ... 5

1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 6

2. TINJAUANPUSTAKA 2.1 Hasil Belajar Siswa ... 8

2.2 Pembelajaran Aktif (Active Learning) ... 9

2.3 Three-stage Fishbowl Decision ... 16

2.4 Aktivitas ... 19

2.5 Pokok Bahasan Tekanan ... 21

2.5.1 Tekanan Pada Zat Padat ... 21

2.5.2 Tekanan Pada Zat Cair ... 22

2.5.2.1 Tekanan Hidrostatis ... 22

2.5.2.2 Hukum Pascal ... 23

2.5.2.3 Bejana Berhubungan ... 24

2.5.2.4 Hukum Archimedes ... 24

2.5.3 Tekanan Udara ... 26

2.6 Kerangka Berfikir ... 26

2.7 Hipotesis ... 28

(11)

2.7.1 Hipotesis Nol ... 28

2.7.2 Hipotesis Alternatif ... 28

3. METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel ... 29

3.1.1 Populasi ... 29

3.1.2 Sampel ... 29

3.2 Variabel Penelitian ... 29

3.3 Desain Penelitian ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Pemberian Skor ... 32

3.4.1 Dokumentasi ... 32

3.4.2 Tes ... 32

3.4.3 Observasi ... 32

3.5 Analisis Instrumen ... 32

3.5.1 Instrumen Penelitian ... 32

3.5.2 Analisis Instrumen Penelitian ... 33

3.5.2.1 Uji Validitas ... 33

3.5.2.1.1Uji Validitas Isi ... 33

3.5.2.1.2Uji Validitas Butir Soal ... 33

3.5.2.2 Uji Reliabilitas Soal ... 35

3.5.2.3 Taraf Kesukaran Soal ... 35

3.5.2.4 Daya Pembeda ... 36

3.6 Teknik Analisis Data ... 37

3.6.1 Tahap Awal ... 37

3.6.1.1 Uji Normalitas ... 37

3.6.1.2 Uji Homogenitas ... 38

3.6.2 Tahap Akhir ... 38

3.6.2.1 Analisis Aktivitas Belajar Siswa ... 38

3.6.2.2 Analisis Hasil Belajar Siswa ... 39

3.6.2.2.1Uji Normalitas ... 39

3.6.2.2.2Mengukur Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa ... 40

3.6.2.2.3Uji Efektivitas ... 40

(12)

3.6.2.3 Analisis Pengujian Hipotesis ... 41

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 43

4.1.1 Hasil Analisis Data Tahap Awal ... 43

4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ... 44

4.1.2.1 Hasil Belajar Siswa ... 44

4.1.2.2 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 47

4.2 Pembahasan ... 50

4.2.1 Hasil Belajar Siswa ... 50

4.2.2 Aktivitas Belajar Siswa ... 56

5. PENUTUP 5.1 Simpulan ... 61

5.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 65

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Pembelajaran Berpusat Pada Guru dan Siswa ... 10

Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Siswa Pada Strategi Mengajar yang Berpusat Pada Siswa ... 10

Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Butir Soal ... 34

Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal ... 36

Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal ... 37

Tabel 4.1 Hasil Uji Normalitas Kelas VIII D dan E ... 43

Tabel 4.2 Hasil Uji Homogenitas ... 43

Tabel 4.3 Rekapitulasi Pretest dan Posttest Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 44

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Data Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.5 Hasil Uji Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 45

Tabel 4.6 Hasil Uji Efektivitas Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 46

Tabel 4.7 Hasil Uji Satu Pihak Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47

Tabel 4.8 Rekapitulasi Hasil Observasi Awal Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Observasi Akhir Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Siswa Kelas Eksperimen ... 48

Tabel 4.11 Hasil Uji Normalitas Data Aktivitas Siswa Kelas Kontrol ... 48

Tabel 4.12 Hasil Uji Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 49

Tabel 4.13 Hasil Uji Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 49

Tabel 4.14 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata – rata: Uji Satu Pihak ... 50

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Diagram Konis Pembelajaran Edgar Dale ... 13 Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian ... 27 Gambar 3.1 Alur Penelitian... 31 Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Posttest Kelas Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ... 51 Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 56

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Kode Siswa Kelas Eksperimen... 66

Lampiran 2. Daftar Kode Siswa Kelas Kontrol ... 67

Lampiran 3. Daftar Kode Siswa Kelas Uji Coba ... 68

Lampiran 4. Data Nilai UAS Kelas VIII D dan E ... 69

Lampiran 5. Analisis Normalitas Data UAS Kelas VIII D ... 70

Lampiran 6. Analisis Normalitas Data UAS Kelas VIII E ... 71

Lampiran 7. Analisis Uji Homogenitas ... 72

Lampiran 8. Rekapitulasi Analisis Hasil Uji Coba Soal ... 74

Lampiran 9. Contoh Analisis Validitas Soal Nomor 20 ... 82

Lampiran 10. Contoh Analisis Reliabilitas Soal Nomor 1 ... 85

Lampiran 11. Contoh Analisis Tingkat Kesukaran Soal Nomor 20 ... 86

Lampiran 12. Contoh Analisis Daya Pembeda Soal Nomor 20 ... 88

Lampiran 13. Rekapitulasi Data Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 90

Lampiran 14. Analisis Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen ... 92

Lampiran 15. Analisis Normalitas Data Pretest Kelas Kontrol ... 93

Lampiran 16. Rekapitulasi Data Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .. 94

Lampiran 17. Analisis Normalitas Data Posttest Kelas Eksperimen ... 96

Lampiran 18. Analisis Normalitas Data Posttest Kelas Kontrol ... 97

Lampiran 19. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas Eksperimen... 98

Lampiran 20. Uji Signifikansi Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas Eksperimen 100 Lampiran 21. Analisis Peningkatan Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 102

Lampiran 22. Uji Signifikansi Hasil Belajar Kognitif Kelas Kontrol ... 104

Lampiran 23. Uji Satu Pihak Hasil Belajar Kognitif Siswa ... 106

Lampiran 24. Data Awal Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 110

Lampiran 25. Data Akhir Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 111

Lampiran 26. Analisis Normalitas Data Awal Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 112

Lampiran 27. Analisis Normalitas Data Akhir Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 113

Lampiran 28. Data Awal Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 114

(16)

Lampiran 29. Data Akhir Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 115

Lampiran 30. Analisis Normalitas Data Awal Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 116

Lampiran 31. Analisis Normalitas Data Akhir Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 117

Lampiran 32. Analisis Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas Eksperimen 118 Lampiran 33. Analisis Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 120

Lampiran 34. Uji Satu Pihak Aktivitas Belajar Siswa ... 122

Lampiran 35. Silabus ... 126

Lampiran 36. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 130

Lampiran 37. Percobaan Tekanan Zat Padat... 144

Lampiran 38. Lembar Diskusi Siswa ... 153

Lampiran 39. Kisi – kisi Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa... 165

Lampiran 40. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa ... 169

Lampiran 41. Kisi – kisi Soal Penilaian Hasil Belajar Siswa ... 173

Lampiran 42. Soal ... 175

Lampiran 43. Kunci Jawaban Soal ... 180

Lampiran 44. Dokumentasi ... 182

Lampiran 45. Surat Ijin Penelitian ... 183

Lampiran 46. Surat Keterangan Penelitian ... 184

Lampiran 47. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ... 185

Lampiran 48. Surat Penetapan Ujian Sarjana ... 186

(17)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Anni dkk, 2006: 2). Ada dua kegiatan yang sinergis dalam pembelajaran, yaitu guru mengajar dan siswa belajar. Guru mengajarkan bagaimana siswa harus belajar. Sementara siswa belajar bagaimana seharusnya belajar melalui berbagai pengalaman belajar hingga terjadi perubahan dalam dirinya dari aspek kognitif, psikomotorik dan atau afektif. Guru harus merancang kegiatan pembelajaran yang memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar secara aktif, baik fisik maupun mental. Siswa akan belajar aktif kalau rancangan pembelajaran yang disusun guru mengharuskan siswa, baik secara sukarela maupun terpaksa, menuntut siswa melakukan kegiatan belajar. Rancangan pembelajaran yang mencerminkan kegiatan belajar secara efektif perlu didukung oleh kemampuan guru memfasilitasi kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan belajar siswa yang efektif berarti menuntut kreativitas dan kemampuan guru untuk merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran. Mengaktifkan belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran merupakan salah satu cara menghidupkan dan melatih memori siswa agar bekerja dan berkembang secara optimal. Setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda–beda sehingga tugas guru adalah menumbuhkan kesadaran

(18)

dan mengembangkan pembiasaan agar siswa merasa butuh, mau dan senang belajar. Ada tiga tipe belajar siswa, yaitu: (1) visual, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan cara melihat atau mengamati, (2) auditori, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan mendengarkan, (3) kinestetik, siswa tipe ini lebih mudah belajar dengan melakukan. (Marno, 2009)

Kennedy (2007) menyatakan bahwa pembelajaran aktif sebagai metode instruksional yang mengajak ikut serta siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif lebih menekankan pada suatu pembelajaran yang membuat siswanya melakukan aktivitas belajar yang bermanfaat dan berfikir tentang apa yang siswa lakukan.

Menurut Silberman (1998) dalam Yerigan (2008), mengatakan bahwa ketika siswa menjadi aktif maka siswa melakukan banyak kegiatan dan otak siswa belajar befikir, menyelesaikan masalah dan mengaplikasikan apa yang siswa pelajari. Ketika siswa beranjak dari kursinya, siswa dapat bekerjasama dengan siswa lain, berfikir dan berkegiatan. Guru menjadi fasilitator pembelajaran dan bukan sebagai pelaku pembelajaran.

(19)

memahami konsep pelajaran. Seiring meningkatnya kemauan belajar siswa dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa. Pembelajaran aktif memberikan peluang bagi siswa untuk dapat menyerap lebih banyak materi pelajaran, mengingat dan memahami lebih lama, dan yang terpenting adalah menyukai aktivitas belajar itu sendiri.

Melalui pembelajaran aktif diharapkan siswa bisa memahami konsep fisika dengan kemampuan memahami yang dimiliki siswa itu sendiri karena setiap siswa memiliki kemampuan dan cara memahami materi pelajaran yang berbeda. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti menjadikan pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision sebagai salah satu cara membuat pembelajaran fisika lebih menarik. Penelitian ini berjudul “EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN ACTIVE

LEARNING DENGAN STRATEGI THREE-STAGE FISHBOWL DECISION

UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KONSEP TEKANAN DAN AKTIVITAS SISWA SMP KELAS VIII“

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah penggunaan Three-stage Fishbowl Decision lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP kelas VIII ?

2. Apakah penggunaan strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar konsep Tekanan siswa SMP kelas VIII daripada pembelajaran ceramah dan tanya jawab?

(20)

1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan aktivitas siswa dengan menggunakan strategi Three-stage Fishbowl Decision dalam meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP kelas VIII pada konsep Tekanan.

2. Menguji efektifitas penggunaan strategi Three-stage Fishbowl Decision

dalam meningkatkan hasil belajar siswa SMP kelas VIII pada konsep Tekanan jika dibandingkan dengan pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Guru

Diharapkan melalui penelitian ini, guru dapat lebih termotivasi untuk mencoba metode–metode pembelajaran baru untuk membantu siswa memahami dan bersemangat mempelajari konsep–konsep fisika. Selain itu, guru dapat menggunakan metode yang digunakan dalam penelitian ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran sehingga pembelajaran fisika tidak monoton dengan hanya menggunakan metode yang sama.

1.4.2 Bagi Siswa

Melalui penelitian ini diharapkan dapat menarik minat siswa untuk mempelajari dan membangun konsep–konsep fisika dengan lebih mudah dan siswa menikmati pembelajaran fisika.

(21)

1.5

Penegasan Istilah

1.5.1 Efektivitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efektif adalah dapat membawa hasil. Keefektifan atau efektivitas adalah keberhasilan dari suatu tindakan. Efektifitas dalam penelitian ini menunjukkan keberhasilan Active Learning dengan strategi Three-Stage Fishbowl Decision dalam meningkatkan hasil belajar pokok bahasan tekanan dan aktivitas siswa SMP kelas VIII.

1.5.2 Active Learning (Pembelajaran Aktif)

Menurut Oemar Hamalik (2007), pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur–unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Belajar aktif merupakan kesatuan sumber kumpulan strategi–strategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik aktif sejak awal melalui aktivitas–aktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat siswa berfikir tentang materi pelajaran. Pembelajaran aktif adalah suatu proses belajar yang menekankan pada aktivitas, keaktifan dan partisipasi penuh siswa selama proses belajar berlangsung sehingga dengan keaktifan dan partisipasi penuh maka siswa dapat mempelajari materi pelajaran dengan lebih baik.

1.5.3 Three-stage Fishbowl Decision

(22)

lapisan. Anggota kelompok 1 duduk di kursi pada lingkaran paling dalam. Kelompok 2 dan kelompok 3 menempati kursi yang berada di lingkaran kedua dan ketiga. Kemudian, guru mengajukan 3 atau lebih pertanyaan yang digunakan siswa pada tiap–tiap kelompok untuk didiskusikan secara bersama–sama dengan teman kelompoknya. Kelompok lain (kelompok 2 dan 3) sebagai penonton atau pendengar yang dapat memberi tanggapan atau komentar hasil diskusi kelompok 1. Kemudian dirotasikan, bergantian kelompok 2 yang berdiskusi, begitu seterusnya. (Silberman, 1996)

1.5.4 Aktivitas

Menurut KBBI, aktivitas adalah keaktifan, kegiatan atau kesibukan. Aktivitas dalam penelitian ini adalah segala bentuk kesibukan atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam melaksanakan proses belajar, diantaranya kegiatan berdiskusi, bertanya, mendengarkan, mengemukakan pendapat, dan bekerjasama dengan siswa lain.

1.5.5 Hasil Belajar

Menurut KBBI, hasil adalah sesuatu yang diadakan oleh usaha, perolehan atau akibat. Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari usaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Hasil belajar dalam penelitian ini yang diukur adalah hasil belajar pada aspek kognitif siswa melalui tes tertulis.

1.6

Sistematika Skripsi

Susunan skripsi ini terdiri dari tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.

(23)

a. Bagian Pendahuluan

Bagian pendahuluan berisi halaman judul, persetujuan pembimbing, pengesahan, pernyataan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

b. Bagian Isi

Bagian isi terdiri dari lima bab sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi

Bab 2 Kajian Pustaka, berisi teori yang mendukung dan berkaitan dengan perumusan masalah yang meliputi: hasil belajar siswa, pembelajaran aktif, Three-Stage Fishbowl Decision, aktivitas, dan materi pokok bahasan tekanan.

Bab 3 Metode Penelitian, berisi metode–metode yang digunakan dalam penelitian meliputi: populasi dan sampel, variabel penelitian, desain penelitian, teknik pengumpulan data dan pemberian skor, analisis instrumen, dan teknik analisis data.

Bab 4 Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi paparan hasil penelitian dan pembahasan.

Bab 5 Penutup, berisi simpulan dan saran. c. Bagian Akhir Skripsi

Berisi daftar pustaka dan lampiran.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut bergantung pada apa yang dipelajari. Apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa konsep tekanan.

Menurut Bloom, terdapat 3 ranah belajar, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori berikut: 1) Pengetahuan (knowledge), didefinisikan sebagai perilaku mengingat atau mengenali informasi (materi pembelajaran) yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah kognitif. 2) Pemahaman (comprehension), didefinisikan sebagai kemampuan memperoleh makna dari materi pembelajaran. 3) Penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan materi pembelajaran yang telah dipelajari dalam situasi baru dan konkrit. Hasil belajar bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada tingkat pemahaman sebelumnya (comprehension). 4) Analisis (analysis), mengacu pada kemampuan

(25)

memecahkan material ke dalam bagian–bagian sehingga dapat dipahami struktur organisasinya. Hasil belajar ini mencerminkan tingkat intelektual lebih tinggi daripada pemahaman dan penerapan karena memerlukan pemahaman isi dan bentuk struktural materi pembelajaran yang telah dipelajari. 5) Sintesis (synthesis), mengacu pada kemampuan menggabungkan bagian–bagian dalam rangka membentuk struktur yang baru. Hasil belajar bidang ini menekankan perilaku kreatif, dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola– pola baru. 6) Penilaian (evaluation), mengacu pada kemampuan membuat keputusan tentang nilai–nilai materi pembelajaran untuk tujuan tertentu. Hasil belajar bidang ini adalah paling tinggi dalam hirarki kognitif. (Anni dkk, 2006:7- 8)

2.2

Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif umumnya didefinisikan sebagai metode instruksional yang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang lebih berpusat pada peserta didik daripada berpusat pada guru. Untuk mengaktifkan peserta didik, kata kunci yang dipegang guru adalah adanya kegiatan yang dirancang untuk dilakukan siswa baik kegiatan berfikir dan berbuat. Fungsi dan peran guru lebih banyak sebagai fasilitator.

(26)

Tabel 2.1 Perbedaan Antara Pembelajaran Berpusat Pada Guru dan Siswa Pembelajaran yang berpusat pada guru Pembelajaran yang berpusat pada siswa  Guru sebagai pengajar

 Penyampaian materi pembelajaran dominan melalui ceramah

 Guru menentukan apa yang mau diajarkan dan bagaimana siswa mendapatkan informasi yang mereka pelajari

 Guru sebagai fasilitator dan bukan penceramah

 Fokus pembelajaran pada siswa bukan guru

 Siswa aktif belajar

 Siswa mengontrol proses belajar dan menghasilkan karya sendiri tidak mengutip dari guru

 Pembelajaran bersifat interaktif Perbedaan kegiatan siswa dan guru pada strategi mengajar berpusat pada siswa:

Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Siswa Pada Strategi Mengajar yang Berpusat pada Siswa

Kegiatan guru pada strategi mengajar yang berpusat pada siswa

Kegiatan siswa pada strategi mengajar yang berpusat pada siswa

 Membacakan  Menjelaskan

 Memberikan instruksi  Memberikan informasi  Berceramah

 Pengarahan tugas–tugas

 Membimbing dalam tanya–jawab

 Bermain peran

 Menulis dengan kata–kata sendiri  Belajar kelompok

 Memecahkan masalah  Diskusi/berdebat

 Mempraktikkan keterampilan  Melakukan kegiatan penyelidikan

(Indrawati, 2009) Pembelajaran aktif menginginkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang berarti dan berfikir tentang apa yang mereka lakukan. Strategi pembelajaran aktif dapat dilakukan dimanapun dari 5 menit sampai beberapa jam. Dapat disesuaikan untuk banyaknya waktu, ukuran kelompok, umur siswa, lingkungan atau topik. Ketika menerapkan strategi pembelajaran aktif, terdapat beberapa faktor untuk pertimbangan. Pertama, aktivitas membutuhkan tempat, guru harus selalu berpindah mengelilingi ruang kelas, berhenti pada kelompok– kelompok yang telah dibuat. Jika guru ingin siswa mengetahui materi pelajaran,

(27)

guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengajar materi pelajaran tersebut atau mengajak siswa belajar tanpa guru. Kedua, siswa harus selalu dikembalikan pada kelompok besar setelah aktivitas. Adanya kegunaan mengembalikan siswa pada kelompok besar setelah pembelajaran aktif dimaksudkan agar konsep–konsep yang tidak benar, yang masih belum dapat dipahami dapat diberikan penjelasan lebih baik oleh guru sehingga siswa mengetahui konsep–konsep pelajaran yang salah dan yang benar. Pembelajaran aktif membuat siswa menjadi pelaku utama pembelajaran yang dapat mengeksplorasi semua kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.

Berk (2003) dalam Yerigan (2008) menyatakan bahwa pembelajaran aktif mengajak siswa–siswa melakukan sesuatu disamping mendengarkan guru dan mencatat untuk membantu mereka belajar dan mengaplikasikan materi pelajaran.

Meyer & Jones (1993) dalam Yerigan (2008), mengemukakan bahwa pembelajaran aktif terjadi aktivitas berbicara dan mendengar, menulis, membaca, dan refleksi yang menggiring ke arah pemaknaan mengenai isi pelajaran, ide–ide, dan berbagai hal yang berkaitan dengan satu topik yang sedang dipelajari. Menurut Silberman, ketika belajar adalah aktif, siswa melakukan banyak aktivitas, dan otak siswa belajar berfikir, menyelesaikan masalah, dan menerapkan apa yang mereka pelajari.

(28)

menghasilkan kesimpulan dari refleksi dan diskusi yang dilakukan, yaitu seseorang belajar lebih efektif ketika mereka secara aktif menggunakan dan mendiskusikan topik melalui kegiatan praktis dan realistis, serta siswa dan guru dapat memahami topik dengan baik.

Penerapan strategi–strategi pembelajaran aktif dapat mengkondisikan aktivitas belajar siswa yang berciri: (a) mandiri dan mengarahkan–diri, (b) partisipasi aktif dalam kegiatan kelompok, (c) bersikap kritis dan kreatif, (d) melakukan kolaborasi, (e) beraktifitas dan mengalami (Action Learning), dan (f) melakukan evaluasi–diri atau refleksi. Pembelajaran aktif ternyata banyak melibatkan siswa untuk belajar bersama teman sebaya, berinteraksi dan berkomunikasi, kerjasama dan sharing. Suatu kekuatan kelompok diciptakan untuk berbagai tujuan, seperti bersama–sama mencurahkan gagasan untuk memecahkan satu masalah, saling memberikan tanggapan, kritik atau feedback, mengatur dan mengendalikan diri dalam mekanisme diskusi, serta saling membangkitkan semangat dan motivasi belajar. Belajar dengan sesama teman akan menimbulkan suasana yang sejajar, menyenangkan dan tidak membosankan. (Abidin, 2005)

(29)

(ceramah) hanya sebesar 20%, sedangkan bila siswa didorong untuk berbicara dan melakukan maka penguasaan materi dapat mencapai 90%.

Gambar 2.1 Diagram Konis Pembelajaran Edgar Dale

Panca indera yang dimiliki siswa digunakan untuk membantu siswa berpartisipasi aktif selama pembelajaran. Pada penelitian ini, siswa menggunakan indera penglihatannya untuk memperhatikan demonstrasi yang diharapkan merangsang otak siswa mulai berfikir tentang demonstrasi yang dilakukan. Siswa menggunakan indera pendengaran untuk memperhatikan diskusi dan debat yang diterapkan dalam pembelajaran aktif. Siswa menggunakan indera perabanya untuk menulis semua informasi yang diperoleh dari hasil diskusi selama pembelajaran. Siswa dapat mengeksplorasi kemampuannya dalam berbicara di depan orang lain dalam jumlah banyak dan melatih cara berbicara ketika menyampaikan suatu pendapat, pertanyaan maupun sanggahan.

(30)

Ketika siswa belajar dengan aktif, berarti mereka yang mendominasi aktivitas pembelajaran. Berdasarkan penelitian Yerigan (2008) ditemukan bahwa selama pembelajaran dimana strategi pembelajaran aktif diterapkan, kualitas siswa meningkat rata–rata 12%. Lebih dari 75% dari seluruh siswa meningkat keberhasilannya minimal pada satu jenis mata pelajaran. Dilaporkan bahwa partisipasi siswa meningkat rata–rata 75%. Siswa yang sebelumnya menikmati berinteraksi dengan teman sebaya secara dramatis meningkatkan interaksi mereka dan siswa yang sebelumnya memiliki partisipasi yang baik tetap menjaga derajat partisipasi yang tinggi. Meskipun beberapa siswa (5%) mengalami kesulitan membiasakan diri dari pembelajaran tradisional (ceramah) ke kelas yang lebih interaktif dan mengalami penurunan interaksi.

Pada penelitian tersebut, dipaparkan bahwa pembelajaran aktif membutuhkan struktur aktivitas untuk menjauhkan perilaku yang mengganggu (berteriak, berlarian, meninggalkan kelas dan tidak mengerjakan tugas). Secara keseluruhan, 90% guru yang berpartisipasi melaporkan bahwa pelaksanaan pembelajaran aktif bermanfaat dan 65% guru melaporkan bahwa berkaitan dengan mensukseskan siswa, mereka akan melaksanakan strategi pembelajaran aktif berkelanjutan.

(31)

aktivitas dan teknik yang berkaitan dengan pendidikan. Pendidik dapat memanfaatkan sewajarnya dengan situasi pembelajaran yang berbeda.

Liam Kane juga menegaskan bahwa dalam berbagai situasi yang diciptakan, keberhasilan metodologi pembelajaran aktif tidak hanya bergantung pada metodologi yang digunakan saja, tetapi juga akhirnya pada rancangan yang dibuat. Berdasarkan penelitian Liam Kane, dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dari suatu pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai hal. Metode yang digunakan akan berhasil jika didukung dengan rencana pembelajaran yang dirancang baik dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dipakai, serta peran guru yang harus menjadi fasilitator yang baik sehingga kemampuan belajar siswa melalui metode yang diterapkan dapat muncul dan berkembang.

(32)

(2008) menyimpulkan bahwa bahan pembelajaran aktif diingat lebih baik melalui pelajaran tingkat pengantar dan tingkat lebih tinggi yang diajarkan oleh guru yang sama. Demonstrasi dapat meningkatkan memori isi pelajaran. Menghubungkan materi pelajaran dengan diri siswa dan kehidupan nyata dapat mempertinggi pemahaman siswa.

Pada penelitian Murdoch dan Paul W. Guy (2010) disimpulkan bahwa teknik pembelajaran aktif dengan berkelompok lebih efektif digunakan pada kelas kecil dibandingkan kelas besar. Nilai siswa kelas kecil secara signifikan lebih tinggi dibanding kelas besar. Meskipun disebutkan pula bahwa pada penelitian sebelum mereka menyatakan bahwa tidak ada perbedaan penerapan pembelajaran aktif antara kelas kecil ataupun kelas besar.

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision yang dibantu dengan demonstrasi dan lembar diskusi untuk dapat membantu belajar siswa dan strategi tersebut dapat diterapkan dalam kelas besar dengan lebih mudah. Dengan adanya demonstrasi, diharapkan dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk memulai pembelajaran sehingga siswa memberikan perhatian penuh selama pembelajaran. Peneliti membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan harapan pembelajaran aktif dapat efektif meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa dalam kelas besar.

2.3

Three-Stage Fishbowl Decision

Three-stage Fishbowl Decision merupakan salah satu strategi

menumbuhkan suatu pembelajaran yang mengharapkan siswa menjadi aktif dan berpartisipasi penuh selama proses pembelajaran berlangsung. Three-stage

(33)

Fishbowl Decision merupakan salah satu bentuk diskusi dan debat yang diterapkan dalam pembelajaran. Strategi ini dilakukan dengan cara sebagai berikut: siswa dibagi menjadi 3 kelompok atau lebih. Satu kelompok sebagai kelompok ahli yang mendiskusikan pertanyaan dan siswa yang tersisa menjadi penonton atau pendengar. Kursi–kursi dibentuk melingkar di tengah ruang kelas untuk membentuk fishbowl, dan kursi sisanya mengelilingi lingkaran tersebut. Setelah kelompok ahli selesai mendiskusikan pertanyaan dengan anggota kelompoknya yang duduk dalam fishbowl, kelompok penonton kemudian berganti masuk menjadi kelompok yang berada di dalam lingkaran (kelompok ahli). Masing–masing kelompok dapat beberapa kali berganti dalam fishbowl. (Kennedy, 2007)

Variasi lain yang dapat digunakan untuk pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision sebagai berikut: 1) Jika tidak memungkinkan membentuk lingkaran–lingkaran kursi, aturlah sebuah diskusi panel yang melingkar sebagai gantinya. Sepertiga kelas menjadi panelis untuk tiap–tiap pertanyaan diskusi. Jika menggunakan sebuah susunan ruang kelas berbentuk U atau sebuah meja konferensi, maka harus menentukan salah satu dari meja sebagai kelompok panel. 2) Gunakan saja satu pertanyaan diskusi daripada tiga. Ajaklah masing–masing kelompok urutan berikutnya merespon diskusi kelompok sebelumnya. (Silberman, 1996)

Strategi Three-stage Fishbowl Decison merupakan strategi pembelajaran yang berupa diskusi dan debat. Penelitian Kennedy (2007) menyimpulkan bahwa kelas debat memberikan kesempatan kepada siswa menjadi ikut serta, terutama

(34)

jika guru menggunakan model debat yang melibatkan lebih dari dua sampai empat siswa. Walaupun begitu, jika hanya empat siswa yang berpartisipasi debat secara lisan, hal–hal baru dalam materi pelajaran yang biasa dapat meningkatkan tingkat ketertarikan dan perhatian siswa. Disimpulkan dalam penelitiannya bahwa debat sebagai sebuah strategi pembelajaran aktif yang mempertinggi pembelajaran terutama pada daerah penguasaan konsep seperti halnya membangun kemampuan berfikir kritis, kemampuan berkomunikasi secara lisan, dan empati. Pada penelitian Walker (2003) juga menyimpulkan bahwa diskusi kelas dan debat dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa dengan berbagai macam teknik dapat digunakan. Kemampuan berfikir kritis penting untuk didukung dan diterapkan semua jenjang pendidikan.

(35)

sadar akan kemajuan menuju tujuan pembelajaran, dan mengatasi reaksi–reaksi emosional dari siswa.

Berdasarkan penelitian–penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa pembelajaran aktif dengan menggunakan strategi diskusi dan debat dapat memberi wadah bagi siswa untuk mengeluarkan kemampuan mereka. Siswa diajak untuk mengeluarkan pendapat, memberikan saran atau kritik yang membantu siswa untuk mendengarkan orang lain, menghargai orang lain, berfikir tentang penyebab dari kejadian–kejadian yang ada di sekitar siswa serta mengajarkan siswa untuk bersikap toleransi terhadap orang lain. Siswa juga diajak untuk mengembangkan kemampuan berbicaranya di depan orang lain. Keikutsertaan siswa selama pembelajaran aktif yang diterapkan di kelas memberikan manfaat yang banyak bagi siswa untuk mengeksplorasi semua kemampuan yang dimiliki.

2.4

Aktivitas

(36)

kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi. 3) Kegiatan mendengar meliputi mendengar, menyajikan bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan instrumen musik, mendengarkan siaran radio. 4) Kegiatan menulis meliputi kegiatan menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat sketsa, merangkum, mengerjakan tes, mengisi angket. 5) Kegiatan menggambar meliputi kegiatan membuat grafik, diagram, peta, pola. 6) Kegiatan metrik meliputi kegiatan melakukan percobaan, memilih alat–alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan (simulasi), menari, berkebun. 7) Kegiatan mental meliputi kegiatan merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, menemukan hubungan– hubungan, membuat keputusan. 8) Kegiatan emosional meliputi minat, membedakan, berani, tenang, dan sebagainya.

(37)

kelompok lain dan merangkum penjelasan guru. Aktivitas lisan yang diamati meliputi aktivitas bertanya, mengemukakan pendapat, dan berdiskusi.

Penggunaan asas aktivitas dalam proses pembelajaran memiliki manfaat, diantaranya siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami sendiri, berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa, memupuk kerjasama yang harmonis di kalangan para siswa yang pada gilirannya dapat memperlancar kerja kelompok, siswa belajar dan bekerja berdasarkan minat dan kemampuan sendiri, sehingga sangat bermanfaat dalam rangka pelayanan perbedaan individual, memupuk disiplin belajar dan suasana belajar yang demokratis dan kekeluargaan, musyawarah dan mufakat, membina dan memupuk kerjasama antara sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara guru dan orang tua siswa, yang bermanfaat dalam pendidikan siswa, pembelajaran dan belajar dilaksanakan secara realistik dan konkrit, sehingga mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindari terjadinya verbalisme, pembelajaran dan kegiatan belajar menjadi hidup sebagaimana halnya kehidupan dalam masyarakat yang penuh dinamika. (Hamalik, 2007: 90 - 91)

2.5

Pokok Bahasan Tekanan

2.5.1 Tekanan pada Zat Padat

Tekanan didefinisikan sebagai gaya per satuan luas, dimana gaya F dipahami bekerja tegak lurus terhadap permukaan A. Besar tekanan yang dialami suatu benda dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:

dengan: P = tekanan ( atau Pascal)

(38)

= gaya tekan (N)

A = luas permukaan ( )

Semakin besar gaya tekan yang diberikan, semakin besar pula tekanan yang terjadi. Tetapi, semakin besar luas bidang tekan suatu benda maka semakin kecil tekanan yang terjadi. Dengan demikian, tekanan berbanding lurus dengan gaya tekan dan berbanding terbalik dengan luas bidang tekan. (Wasis, 2008: 184) 2.5.2 Tekanan Pada Zat Cair

2.5.2.1Tekanan Hidrostatik

Tekanan hidrostatis sebanding dengan kedalaman (h). P ~ h

Jenis zat cair memengaruhi tekanan hidrostatis dan yang membedakan suatu jenis zat tertentu adalah massa jenis ( ). Semakin besar massa jenis suatu zat cair, semakin besar pula tekanan pada kedalaman tertentu. Tekanan suatu zat cair sebanding dengan besarnya massa jenis:

P ~

Tekanan hidrostatis disebabkan oleh berat zat cair, sehingga:

Karena dan , maka:

dengan:

P : tekanan (N/m)

: massa jenis zat cair ( )

(39)

g : percepatan gravitasi ( )

h : tinggi zat cair (m)

Tekanan berbanding lurus dengan massa jenis zat cair dan kedalaman di dalam zat cair. Pada umumnya, tekanan pada kedalaman yang sama dalam zat cair yang serba sama adalah sama.

2.5.2.2Hukum Pascal

Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan pada zat cair di ruang tertutup akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata.

Ketika pengisap kecil kamu dorong maka pengisap tersebut diberikan gaya sebesar terhadap luas bidang , akibatnya timbul tekanan sebesar . Menurut Pascal, tekanan ini akan diteruskan ke segala arah dengan sama rata sehingga tekanan akan diteruskan ke pengisap besar dengan sama besar. Dengan demikian, pada pengisap yang besar pun terjadi tekanan yang besarnya sama dengan . Tekanan ini menimbulkan gaya pada luas bidang tekan pengisap kedua ( ) sebesar sehingga kamu dapat menuliskan persamaan sebagai berikut:

Gaya yang ditimbulkan pada pengisap besar adalah:

(40)

Dapat disimpulkan bahwa untuk mendapatkan efek gaya yang besar dari gaya yang kecil, maka luas penampangnya harus diperbesar. Inilah prinsip kerja sederhana dari alat teknik pengangkat mobil yang disebut pompa hidrolik.

2.5.2.3Bejana Berhubungan

Tuhan menciptakan permukaan air selalu rata. Bentuk permukaan air tidak dipengaruhi oleh bentuk permukaan dasarnya atau bentuk tabungnya, dengan syarat tempat air tersebut berhubungan. Gejala ini disebut sebagai prinsip bejana berhubungan.

2.5.2.4Hukum Archimedes

Ketika suatu benda dimasukkan ke dalam air, ternyata beratnya seolah-olah berkurang. Peristiwa ini tentu bukan berarti ada massa benda yang hilang, namun disebabkan oleh suatu gaya yang mendorong benda yang arahnya berlawanan dengan arah berat benda. Gaya ini disebut gaya apung atau gaya ke atas ( ). Gaya apung sama dengan berat benda di udara dikurangi dengan berat benda di dalam air.

dengan: FA = gaya apung atau gaya ke atas (N) wu = berat benda di udara (N)

wA = berat benda di air (N)

Hukum Archimedes menyatakan bahwa apabila suatu benda dicelupkan ke dalam zat cair, baik sebagian atau seluruhnya, benda akan mendapat gaya apung (gaya ke atas) yang besarnya sama dengan berat zat cair yang didesaknya (dipindahkan) oleh benda tersebut. Secara matematis ditulis sebagai berikut.

(41)

Karena dan , maka: , sehingga:

dengan: = gaya apung (N)

= massa jenis zat cair ( )

V = volume zat cair yang didesak atau volume benda yang tercelup ( )

g = konstanta gravitasi atau percepatan gravitasi (m/s) Keadaan benda di dalam air dibagi menjadi:

a. Terapung

Suatu benda dikatakan mengapung jika besar gaya ke atas atau gaya Archimedesnya lebih besar dibanding gaya ke bawahnya (gaya beratnya).

Benda terapung jika massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis zat cair ( ).

b. Melayang

Suatu benda dikatakan melayang atau terbang jika besar gaya ke atas (gaya Archimedes) sama dengan gaya ke bawah (gaya berat) benda tersebut.

Benda melayang jika massa jenis benda sama besar dengan massa jenis zat cair

( ).

c. Tenggelam

Suatu benda dikatakan tenggelam jika besar gaya ke atas (gaya Archimedes) lebih kecil daripada gaya ke bawahnya (gaya beratnya).

(42)

Benda tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair ( ). (Karim, 2008: 213-224)

2.5.3 Tekanan Udara

Udara yang ada di atmosfer memiliki tekanan. Tekanan udara muncul sebagai akibat berat partikel udara yang tertarik gaya gravitasi bumi. Jika gaya tarik terhadap partikel ini hilang maka partikel udara akan terbang ke luar angkasa dan bumi tak memiliki atmosfer. Tekanan udara di suatu tempat tertentu sedikit bervariasi menurut cuaca. Pada permukaan laut, rata–rata tekanan atmosfer adalah . Nilai ini digunakan untuk mendefinisikan satuan tekanan lain yang sering digunakan yaitu atmosfer (disingkat atm):

(Giancoli, 2001: 326-329)

2.6

Kerangka Berfikir

(43)
[image:43.595.117.509.276.683.2]

membangkitkan kemauan siswa untuk menggali potensi dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga siswa benar–benar mengaktifkan pikirannya untuk memperoleh pengetahuan yang diinginkan. Keikutsertaan siswa dalam pembelajaran yang dirancang agar siswa dapat berpartisipasi aktif dalam membangun konsep fisika dengan pengalaman sendiri diharapkan meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar kognitif siswa lebih baik dibandingkan dengan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan pembelajaran yang biasa siswa lakukan.

Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian Pembelajaran yang berpusat pada siswa (student-centered),

siswa sebagai subjek pembelajaran dan siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri.

Guru sebagai fasilitator merancang dan menerapkan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa membangun pengetahuannya sendiri dan berpartisipasi

aktif selama pembelajaran berlangsung.

1. Siswa aktif belajar dan mendominasi pembelajaran 2. Siswa menemukan dan

membangun pengetahuannya 3. Pembelajaran bersifat interaktif

dan tidak monoton

Pembelajaran Aktif (Active Learning)

Pembelajaran dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision dilengkapi dengan

demonstrasi dan lembar diskusi

Aktivitas belajar dan hasil belajar siswa meningkat.

(44)

2.7

Hipotesis

Mengacu pada latar belakang dan permasalahan, maka hipotesis pada penelitian ini adalah:

2.7.1 Hipotesis Nol (Ho)

1. Pembelajaran aktif dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP kelas VIII.

2. Penggunaan strategi Three-stage Fishbowl Decision dalam meningkatkan hasil belajar siswa lebih rendah atau sama dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

2.7.2 Hipotesis Alternatif (Ha)

1. Strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa SMP kelas VIII.

2. Penggunaan strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa dibandingkan dengan model pembelajaran ceramah dan tanya jawab.

(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester 2 SMP Negeri 1 Gajah tahun ajaran 2010/2011. Kelas VIII SMP Negeri 1 Gajah sebanyak 7 kelas.

3.1.2 Sampel

Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik purposive random sampling. Peneliti menentukan 2 kelas sebagai obyek penelitian yaitu kelas VIII D sebagai kelas eksperimen dan VIII E sebagai kelas kontrol.

3.2

Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat.

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran Active Learning dengan strategi Three-Stage Fishbowl Decision

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar dan hasil belajar siswa konsep tekanan siswa SMP kelas VIII

(46)

3.3

Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah Pretest-Posttest Control Group Design. Sampel diambil sebanyak dua kelas, yaitu satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol.

(Sugiyono, 2008: 76)

Keterangan:

R : sampel diambil secara acak (Random) baik kelas eksperimen maupun kontrol O1 : pretestkelompok eksperimen

O2 : posttest kelompok eksperimen

O3 : pretest kelompok kontrol

O4 : posttest kelompok kontrol

Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random. Pelaksanaannya, model Active Learning dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision diterapkan pada kelas eksperimen dan model pembelajaran ceramah diterapkan pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen, pembelajaran aktif dengan menggunakan diskusi berbentuk Three-stage Fishbowl Decision dengan dirangsang demonstrasi pada awal pembelajaran. Adanya demonstrasi dimaksudkan untuk membantu merangsang siswa berfikir sebelum diskusi. Pada kelas kontrol, guru menggunakan pembelajaran dengan metode ceramah dan tanya jawab yang biasa dilakukan pada pertemuan–pertemuan sebelumnya. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar kognitif siswa, hasil pretest akan dibandingkan dengan hasil postest. Untuk mengetahui peningkatan aktivitas

R O

1

X O

2

R

O

3

O

4
(47)
[image:47.595.118.507.189.678.2]

belajar siswa menggunakan lembar observasi aktivitas kelas pertemuan awal dan akhir pada pokok bahasan tekanan baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Berikut ini bagan alur penelitian:

Gambar 3.1 Alur Penelitian Langkah yang

dilakukan: 1. Menyusun

kisi-kisi soal 2. Menyusun

soal dan kunci jawaban 3. Melakukan

uji coba soal

4. Melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran soal, dan daya

pembeda untuk hasil uji coba soal

UJI COBA

REVISI

Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Tekanan

Pretest Pretest

Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pembelajaran aktif (Active Learning) dengan strategi

Three-stage Fishbowl Decision

Pembelajaran ceramah dan

tanya jawab

Observasi Aktivitas Belajar Siswa

Post-test Post-test

Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar

Siswa

Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar

Siswa

Terdapat perbedaan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa antara kelas

eksperimen dan kelas kontrol

Model Active Learning dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision lebih efektif untuk meningkatkan

hasil belajar dan aktivitas belajar siswa SMP kelas VIII pokok bahasan tekanan

(48)

3.4

Teknik Pengumpulan Data dan Pemberian Skor

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini ada tiga yaitu:

3.4.1 Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh daftar nama siswa serta nilai

pretest dan posttest siswa yang menjadi sampel. 3.4.2 Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dalam belajar siswa khususnya pada materi tekanan. Tes diberikan dua kali yaitu sebelum dan sesudah pembelajaran. Tes yang diberikan berupa tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda. Banyaknya skor yang diperoleh siswa dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.

3.4.3 Observasi

Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung menggunakan lembar pengamatan untuk mengukur aktivitas belajar siswa dalam kelas. Skor yang diberikan pada rentang 1 – 4 yang tersusun lengkap pada kisi - kisi lembar observasi.

3.5

Analisis Instrumen

3.5.1 Instrumen Penelitian

(49)

yang harus sesuai dengan aturan yang berlaku. Isi silabus, RPP, soal, lembar observasi disesuaikan dengan model Active Learning dengan strategi Three-stage Fishbowl Decision yang akan diterapkan dalam kelas eksperimen sehingga alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat mengukur apa yang ingin diukur peneliti, yaitu hasil belajar kognitif dan aktivitas belajar siswa.

3.5.2 Analisis Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya soal harus dilakukan uji coba terlebih dahulu sebelum digunakan untuk pretest-posttest. Uji coba soal dalam penelitian ini dilakukan di kelas IX A SMP Negeri 1 Gajah. Tahapan analisis soal setelah dilakukan uji coba soal sebagai berikut:

3.5.2.1Uji Validitas

Soal yang sudah dibuat dan diuji coba dilakukan dua pengujian, yaitu pengujian validitas isi dan pengujian validitas butir soal.

3.5.2.1.1Uji Validitas Isi

Untuk pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi soal dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Soal yang akan dilakukan uji validitas isi disertai dengan kisi – kisi soal. Pengujian validitas isi harus dilakukan oleh ahli, dalam hal ini ahli tersebut adalah dosen pembimbing. Soal yang dibuat sebanyak 40 soal, sedangkan yang digunakan sebanyak 30 soal. 3.5.2.1.2Uji Validitas Butir Soal

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. (Sugiyono, 2008: 121)

(50)

Untuk menghitung validitas item (butir soal) menggunakan korelasi point

biseral, sebagai berikut:

q p S M M r t t p pbi

 (Arikunto, 2006 : 283)

Keterangan :

: koefisien korelasi biserial

: rerata skor dari subjek yang menjawab benar bagi item yang dicari validitasnya

: rerata skor total

: standar deviasi dari skor total

p :proporsi siswa yang menjawab benar

q :proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1 - p)

Harga r yang diperoleh harus diuji melalui tabel uji (t-test) sebagai berikut:

) 1 ( ) 1 ( 2 2 r n r t   

(Arikunto, 2006: 294)

Dengan db = n – 2 kemudian dibandingkan dengan t tabel. Jika t hitung > t tabel maka

soal tersebut dinyatakan valid.

Berdasarkan hasil uji coba diperoleh harga t tabel = 1,69. Sedangkan hasil

[image:50.595.110.517.239.655.2]

analisis validitas masing-masing butir soal dari 40 soal pada tabel berikut: Tabel 3.1 Hasil Analisis Validitas Butir Soal

No Kriteria Soal Nomor Soal

1. Valid 2, 5, 6, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 20, 22, 23, 29, 33, 34, 36, 37, 40

2. Tidak Valid 1, 3, 4, 9, 10, 12, 15, 19, 21, 24, 25, 26, 27, 28, 30, 31, 32, 35, 38, 39

(51)

3.5.2.2Uji Reliabilitas Soal

Reliabilitas soal menunjukkan bahwa sebuah instrumen dapat mengukur sesuatu yang diukur secara konsisten dari waktu ke waktu. Salah satu syarat instrumen yang baik adalah konsistensi, keajegan atau tidak berubah – ubah. Untuk menguji reliabilitas menggunakan rumus Kuder-Richardson 20 sebagai berikut:

(Arikunto, 2007 : 101)

Keterangan :

r : koefisien reliabilitas secara keseluruhan

n : banyak item

p : proporsi subyek yang menjawab dengan benar

q : proporsi subyek yang menjawab dengan salah (q = 1-p)

Σpq : jumlah hasil perkalian antara p dan q

s : standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)

Harga r yang diperoleh dibandingkan dengan r tabel dengan taraf signifikansi 5 %. Jika harga r hitung > r tabel maka soal yang diujikan memiliki

kriteria reliabel.

Berdasarkan hasil uji coba soal, diperoleh r = 0,607 dan r tabel = 0,344. Maka soal uji coba tersebut dinyatakan reliabel.

3.5.2.3Taraf Kesukaran Soal

Rumus yang digunakan untuk menentukan taraf kesukaran soal adalah :

(Arikunto, 2007 : 209)
(52)

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyak siswa yang menjawab soal itu benar

JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Klasifikasi indeks kesukaran sebaga berikut: 0,00 ≤ P < 0,30 adalah soal tergolong sukar 0,30 ≤ P < 0,70 adalah soal tergolong sedang 0,70 ≤ P ≤ 1,00 adalah soal tergolong mudah

[image:52.595.111.508.248.670.2]

Hasil analisis tingkat kesukaran soal pada tabel berikut ini: Tabel 3.2 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal

No Kriteria Nomor Soal

1. Mudah 1, 2, 5, 7, 10, 11, 12, 13, 16, 17, 19, 20, 21, 26, 29, 30, 33, 34, 36, 38, 39, 40

2. Sedang 3, 9, 15, 18, 22, 24, 25, 27, 28, 37 3. Sukar 4, 6, 8, 14, 23, 31, 32, 35

Data selengkapnya dapat terlihat pada lampiran 8.

3.5.2.4Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan rendah). Besarnya daya pembeda (D) dirumuskan:

(Arikunto, 2007: 213)

Keterangan:

DP : Daya pembeda

JBA : jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas JBB : jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

(53)

JSA : banyaknya siswa pada kelompok atas

Klasifikasi daya pembeda: 0,00 ≤ D ≤ 0,20 : jelek 0,20 < D ≤ 0,40 : cukup 0,40 < D ≤ 0,70 : baik 0,71 < DP ≤ 1,00 : baik sekali

[image:53.595.111.524.137.610.2]

Berikut ini hasil analisis daya pembeda soal uji coba:

Tabel 3.3 Hasil Analisis Daya Pembeda Soal

No Kriteria Nomor Soal

1. Jelek 1, 2, 4,5,6,7, 9, 11, 13, 15, 16, 19, 21, 26, 28, 29, 30, 33, 34, 35, 38, 40

2. Cukup 8, 14, 20, 23, 24, 25, 36, 37

3. Baik 17, 18, 22

4. Baik Sekali -

5. Buang 3, 10, 12, 27, 31, 32, 39 Data selengkapnya dapat terlihat pada lampiran 8.

3.6

Teknik Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini terbagi menjadi dua tahap, yaitu tahap awal dan tahap akhir.

3.6.1 Tahap Awal

3.6.1.1Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel yang digunakan terdistribusi normal atau tidak. Untuk melakukan uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

k

i

h h hitung

f

f

f

1

2 0

2

(

)

(Sugiyono, 2007: 104)
(54)

Keterangan : : chi kuadrat

: frekuensi yang diobservasi : frekuensi yang diharapkan

Jika χ2

hitung≤ χ2tabel, maka data terdistribusi normal.

3.6.1.2Uji Homogenitas

Pada awal penelitian, peneliti harus mengetahui apakah sampel yang akan diteliti bersifat homogen atau tidak. Hipotesis statistiknya:

: tidak terdapat perbedaan antara varians 1 dan varians 2 (data bersifat homogen)

: terdapat perbedaan antara varians 1 dan varians 2 (data tidak homogen)

Uji homogenitas dilakukan menggunakan rumus berikut:

(Sudjana, 2005 : 250)

Jika Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima berarti data bersifat homogen, jika

Fhitung ≥ Ftabel maka H0 ditolak yang berarti data tidak homogen.

3.6.2 Tahap Akhir

Data hasil penelitian akan diolah melalui beberapa tahap sebagai berikut:

3.6.2.1Analisis Aktivitas Belajar Siswa

Penilaian aktivitas dari lembar observasi dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi persentase sebagai berikut:

(Ali, 1993: 184)
(55)

Keterangan:

P : persentase pelaksanaan

S : jumlah skor perolehan

N : jumlah skor total

Hasil tersebut ditafsirkan dengan rentang kualitatif sebagai berikut: 76% - 100% : baik

56% - 75% : cukup 40% - 55% : kurang baik < 40% : tidak baik

3.6.2.2Analisis Hasil Belajar Siswa

3.6.2.2.1Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian terdistribusi normal atau tidak. Data pretest dan posttest harus dilakukan uji normalitas datanya, baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Untuk melakukan uji normalitas menggunakan Chi-Kuadrat yang dirumuskan sebagai berikut:

k

i

h h hitung

f

f

f

1

2 0

2

(

)

(Sugiyono, 2007: 104)

Keterangan : : chi kuadrat

: frekuensi yang diobservasi : frekuensi yang diharapkan

Jika , maka data terdistribusi normal.

(56)

3.6.2.2.2Mengukur Peningkatan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa

Efektivitas hasil belajar dan aktivitas dilihat melalui peningkatan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa yang dihitung menggunakan rumus Gain rata-rata ternormalisasi, yaitu:

(Hake, 1998: 65)

Keterangan:

= skor rata-rata hasil posttest = skor rata-rata hasil pretest

Besarnya faktor <g> dikategorikan sebagai berikut: : peningkatan tergolong tinggi : peningkatan tergolong sedang

: peningkatan tergolong rendah 3.6.2.2.3Uji Efektivitas

Untuk mengetahui model pembelajaran aktif efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa, maka perlu diuji signifikansi hasil peningkatan hasil belajar siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

n

s

x

t

/

0

(Sudjana, 2005: 227) Keterangan:

x : rata – rata posttest kelas 0

 : nilai standar (KKM)

s : simpangan baku

(57)

n : jumlah sampel dk : n – 1

Hipotesis yang digunakan:

Ho : Peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen tidak sign

Gambar

Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas
Tabel 2.2 Kegiatan Guru dan Siswa Pada Strategi Mengajar yang
Gambar 2.1 Diagram Konis Pembelajaran Edgar Dale
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait