• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI BERPIKIR-BERPASANGAN-BERBAGI (THINK-PAIR-SHARE /TPS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF BAGI SISWA KELAS IV SD KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI BERPIKIR-BERPASANGAN-BERBAGI (THINK-PAIR-SHARE /TPS) DALAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF BAGI SISWA KELAS IV SD KECAMATAN PATIKRAJA KABUPATEN BANYUMAS - repository "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran keterampilan berbahasa memiliki empat aspek yang ingin dicapai yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dua keterampilan berbahasa yaitu berbicara dan menulis merupakan dua aspek penting dalam memproduksi atau meghasilkan komunikasi. Perbedaan keduanya adalah lisan merupakan komunikasi langsung, sedangkan tulis, komunikasi tidak langsung. Karena sifat dari kedua kemampuan ini menghasilkan sesuatu, Gail E. Tompkins (1991) (Tim UPI, 2009: 23) mengatakan bahwa berbicara dan menulis adalah kegiatan berbahasa yang produktif, sedangkan mendengarkan dan membaca merupakan kegiatan yang reseptif atau menerima. Dalam kenyataaannya siswa tidak cukup melakukan kegiatan yang bersifat reseptif seperti menyimak dan membaca, namun mereka dituntut untuk mampu melakukan kegiatan yang bersifat produktif.

(2)

Melalui kegiatan menulis, siswa menyalurkan ide, gagasan, atau gambaran tentang yang ada dalam benak mereka. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kecerdasan seseorang dapat dilihat dari tulisan deskripsinya. Melalui tulisannya, ia dapat menggambarkan dan melukiskan sebuah objek yang diamati (dilihat, didengar, dirasakan), sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, merasakan objek yang dideskripsikan.

Pelaksanaan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sangat tergantung pada manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah (MBS). Dengan demikian wujudnya sangat ditentukan oleh kebijakan sekolah masing-masing. Sekolah yang ingin mewujudkan mutu pendidikan, sangat memerlukan pemikiran-pemikiran inovatif, sarana dan prasarana dan fasilitas yang memadai, membantu para siswa memperoleh kompetensi-kompetensi yang diharapkan.

(3)

Kebiasaan menulis hendaknya diberikan sejak dini. Kenyataan yang terjadi, kebiasaan menulis belum membudaya. Kebiasaan /kebudayaan menulis bagi siswa pada umumnya masih rendah. Pernyataan itu digambarkan oleh Taufik Ismail (2007) dalam salah satu bait puisinya berjudul “Dari Murid-murid” bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang rabun membaca dan lumpuh menulis (Alwasilah,2007: 29).

Di perguruan tinggi maupun di sekolah, masalah yang sering dilontarkan dalam pengajaran karang-mengarang adalah kurang mampunya mahasiswa atau siswa menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar (Akhadiah, 2004: v). Kekurangmampuan itu terlihat dari pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang yang kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat, bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis. Kesalahan ejaan juga sering dijumpai.

Menurut Akhadiah (2004: v), kurang mamadainya kemampuan menulis ini, antara lain disebabkan kurangnya pembinaan kemampuan menulis di tingkat sekolah maupun perguruan tinggi. Pengajaran kemampuan berbahasa berbahasa sering ditekankan pada pengetahuan kebahasaan dan kurang dilatih menerapkan pengetahuan tersebut. Padahal kemampuan menulis itu hanya dapat dicapai melalui latihan yang intensif dan bimbingan yang sistematis.

(4)

prasarana, sumber belajar, fasilitas, serta guru. Guru yang merupakan faktor penting ternyata di lapangan belum menunjukkan kualitas yang memadai. Guru kelas di sekolah dasar pada umumnya masih mengajarkan tentang bahasa dan bukan mengajarkan bagaimana berbahasa. Hasil survei oleh penulis menunjukkan bahwa ketika siswa menyampaikan gagasannya dalam bahasa Indonesia belum secara baik dan benar. Kompetensi menulis yang berkaitan dengan tanda baca pun masih belum diperhatikan.

Rendahnya kreativitas guru dalam penggunaan teknik dan metode pembelajaran yang merangsang siswa untuk menulis pun masih dijumpai. Pembelajaran menulis yang lebih fokus pada teori-teori menulisnya, sementara waktu/jatah pemberian latihan menulis terlalu sedikit. Padahal dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seharusnya guru memberikan kesempatan kepada siswa secara luas dalam latihan menulis. Sebagaimana dikatakan Hilda Taba (1990, dalam Tarigan,2002:70) bahwa keterampilan menulis pada dasarnya merupakan kebiasaan yang harus ditanamkan.

(5)

Pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran keterampilan menulis sangat penting karena sekarang dan masa yang akan datang setiap peserta didik dituntut untuk mengomunikasikan setiap ide dan pikiran dalam mengimbangi kemajuan teknologi dan informasi. Untuk mencapai harapan tersebut sudah selayaknya proses belajar mengajar keterampilan menulis dilaksanakan dengan menggunakan suatu model mengajar yang sesuai. Persoalan penting dalam pembelajaran adalah bagaimana menciptakan proses belajar mengajar yang melibatkan diri peserta didik. Peserta didik harus ikut berperan dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dengan guru dan temannya. Peserta didik tidak hanya menerima semua materi yang disampaikan guru tetapi ia harus aktif mencari informasi lain sebagai bekal membentuk pribadi mereka di masa depan. Untuk itu setiap guru harus dapat memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa dapat lebih bersemangat dalam belajar.

Sebagaimana dikemukakan Smith (1981) (dalam Soleha, 2009 : 4), bahwa pengalaman belajar yang dialami siswa di sekolah tidak terlepas dari kondisi gurunya sendiri. Umumnya guru tidak dipersiapkan untuk terampil menulis dan mengajarkannya. Karena itu, untuk menutupi keadaan yang sesungguhnya muncullah berbagai pendapat yang keliru tentang menulis dan pembelajarannya.

(6)

Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa menulis amat penting dalam menyampaikan gagasan. Kemampuan menyampaikan gagasan yang telah dilatihkan sejak siswa masuk sekolah hingga siswa menduduki kelas tinggi (kelas IV sampai dengan VI) seharusnya semakin tinggi dan luas. Namun pada kenyataannya, penulis menjumpai siswa kelas tinggi pun belum sepenuhnya memiliki kemampuan menulis sebagaimana diharapkan.

Data hasil Ujian Akhir Sekolah Praktik kelas VI mata pelajaran bahasa Indonesia SDN 3 Notog tahun 2010/2011 aspek menulis rata-rata 7,3 dari kriteria ketuntasan minimal 7,5. Ini berarti bahwa kemampuan siswa dalam aspek menulis masih rendah. Untuk mengatasi masalah-masalah di atas perlu dicarikan alternatif pemecahan. Sebagai upaya mencari alternatif pemecahan masalah, penulis merasa perlu mengadakan penelitian yang diperkirakan mampu mengaktifkan siswa dalam pembelajaran menulis bagi siswa kelas tinggi. Salah satu alternatif itu adalah dengan pendekatan pembelajaran kooperatif dengan strategi berpikir-berpasangan-berbagi (think-pair-share/TPS). Penelitian yang akan dilakukan ini menurut penulis amatlah penting karena hasilnya diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan keterampilan menulis.

B. Identifikasi Masalah

(7)

sama terjadi pula di SD Negeri 3 Notog Kecamatan Patikraja. Berdasarkan uraian pada permasalahan, masalah-masalah menulis yang belum terpecahkan di SDN 3 Notog tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut.

1. Keterampilan menulis paragraf masih dirasakan sulit bagi siswa.

2. Para siswa kesulitan dalam menetapkan topik, tujuan, judul, ide pokok serta mengembangkannya menjadi karangan.

3. Kompetensi/kemampuan menulis para siswa yang berkaitan dengan keruntutan, kepaduan paragraf dn kalimat, ketepatan menggunakan kalimat, kata, serta penggunaan ejaan dan tanda baca belum menunjukkan hasil seperti yang diharapkan.

4. Secara kuantitatif, hasil menulis (membuat karangan) bagi siswa masih kurang dari 75%.

5. Dalam proses pembelajaran menulis, guru belum menggunakan pendekatan, strategi, metode, maupun teknik yang bervariasi, serta penggunaan alat peraga dan media pembelajaran yang belum maksimal.

(8)

C. Batasan Masalah Penelitian

Dari beberapa masalah yang penulis kemukakan di atas, penulis membatasi masalah pada proses pembelajaran yaitu penggunaan strategi dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf.

Model yang dipilih adalah model pembelajaran kooperatif strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi, yaitu sebuah strategi motivasional dalam pembelajaran menulis yang merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dalam strategi ini siswa diberi lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon, dan saling membantu (Arends, 1997 dalam Trianto, 2010 : 83). Ada tiga langkah yang dilakukan guru dalam menerapkan strategi ini, yaitu berpikir (think), berpasangan (pair) dan berbagi (share).

Menurut kurikulum, keterampilan menulis di sekolah dasar antara lain menulis paragraf aspek menulis nonfiksi dan menulis fiksi. Menulis nonfiksi berupa menulis dalam bentuk surat, iklan, pengumuman, pidato, laporan, dan lain-lain. Sedangkan termasuk menulis fiksi adalah menulis seperti jenis-jenis paragraf dalam karangan, puisi, pantun, cerita pendek, dan drama. Pada penelitian ini, keterampilan menulis dibatasi pada menulis paragraf.

(9)

Keterampilan menulis berkaitan denganm pembentukan wacana. Dalam wacana yang baik di dalamnya terdapat penggabungan bentuk-bentuk dan makna-makna gramatikal untuk mencapai teks yang terpadu dalam berbagai ragam. Kesatuan dan kepaduan sangat penting. Jika kesatuan dan kepaduan (kohesi dan koherensi) tidak terbentuk, wacana yang dihasilkan tentu tidak akan padu dan maknanya tidak jelas. Kalimat yang terbentuk akan meluas, menyebar dan tidak mengarah pada ide pokok paragraf maupun tema wacana.

Masalah kohesi dan koherensi juga tidak terlepas dari ejaan dan tanda baca. Ejaan dan tanda baca yang tidak tepat dalam karangan dapat mengakibatkan ketidakjelasan dan bahkan kerancuan makna.

D. Rumusan Masalah

Secara umum masalah yang ingin diungkap dalam penelitian ini adalah efektifkah strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi digunakan dalam pembelajaran menulis paragraf pada siswa kelas IV SD Negeri di Kecamatan Patikraja?

Secara rinci, masalah penelitian dirumuskan dalam beberapa pertanyaan berikut.

1. Apakah ada perbedaan antara sebelum dan sesudah menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf ?

(10)

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalahnya, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf pada siswa sekolah dasar.

Secara rinci, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. perbedaan hasil belajar siswa dalam keterampilan menulis paragraf siswa kelas IV SDN IV SDN 1 dan SDN 3 Notog Kecamatan Patikraja sebelum dan sesudah menggunakan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi, dan

2. keefektifan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pembelajaran keterampilan menulis paragraf bagi siswa kelas IV SDN 1 dan SDN 3 Notog Kecamatan Patikraja.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak terkait yang meliputi manfaat bagi keilmuan maupun manfaat praktis.

1. Manfaat bagi Keilmuan

(11)

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi siswa, guru, dan instansi terkait.

a. Manfaat bagi Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas tulisan siswa, khususnya keterampilan menulis paragraf dan berimplikasi pada tumbuh-kembangnya minat siswa yang tinggi dalam menulis. Di samping itu, diharapkan dapat meningkatkan kompetensi menulis melalui cara baru yang lebih variatif, menyenangkan, memberdayakan diri siswa, dan membuat siswa aktif dan kreatif dalam proses belajarnya.

b. Manfaat bagi Guru

Bagi guru, khususnya guru kelas SD, akan dapat memperoleh informasi tentang efektivitas strategi TPS dalam pembelajaran menulis dan hasil yang diperoleh dari pelaksanaan strategi tersebut.

c. Manfaat bagi Instansi Terkait

(12)

G. Anggapan Dasar

Beberapa anggapan dasar yang melandasi penelitian ini berhubungan dengan strategi Berpikir-Berpasangan-Berbagi dalam pembelajaran menulis di sekolah dasar, antara lain adalah sebagai berikut.

1. Menulis merupakan sebuah proses. Keterampilan menulis merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh setiap siswa sebagai bekal untuk menulis/mengarang.

2. Guru merupakan salah satu unsur penentu keberhasilan proses pembelajaran (Anitah, 2008 : 1.32). Penggunaan pendekatan, strategi, metode, teknik, model pembelajaran bervariasi dapat menentukan pencapaian tujuan/indikator kompetensi pembelajaran yang telah ditetapkan.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional menunjukkan kepada pembaca tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannya, apa yang akan diukur dan bagaimana mengukurnya. Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, penulis merasa perlu menjelaskan variabel penelitian ini sebagai berikut.

(13)

membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dalam strategi ini siswa diberi lebih banyak waktu untuk berpikir, merespon, dan saling membantu. Dalam pelaksanaan pembelajarannya terdapat tiga langkah pokok yaitu berpikir, berpasangan, dan berbagi. Materi yang disampaikan dalam penelitian ini adalah materi kelas IV semester kedua Kompetensi Dasar 8.1 “Menyusun karangan tentang topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan.”

2. Keterampilan menulis adalah keterampilan menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa kematangan emosi adalah kemampuan seseorang dalam mengontrol dan mengendalikan emosinya, di mana seseorang dapat menyesuaikan

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Penambahan Tepung Putih Telur , Karagenan, dan Alginat terhadap Sifat Fisik dan

diinfelrsi P.berghei lebih baik dibandinglcan dengan ekstrak etanol P.niruri 5 dan 100 mg/kgBB/hari' Tinglrat parasitemia kelompok mencit dengan pemberian ekstrak

[r]

Jadi dapat disimpulkan bahwa validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan ketepatan alat penilaian atau evaluasi dalam hal ini adalah instrument yang digunakan untuk

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata

penelitian ini merupakan penelitian yang sejalan dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya dengan mencoba pada objek yang berbeda dan lebih luas yaitu penelitian

Berdasarkan beberapa pengertian tentang pendidikan kejuruan di atas dapat di simpulkan, bahwa pendidikan kejuruan merupakan sistem pendidikan yang mempersiapkan