• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return Saham Inflasi Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return Saham Inflasi Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2005 2009"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROFITABILITAS TERHADAP

RETURN

SAHAM DENGAN INFLASI SEBAGAI VARIABEL

MODERASI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI

BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2005-2009

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang

Oleh

Awaluddin Zakky NIM 7250406053

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

ii

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi pada:

Hari :

Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Asrori, M.S Rediana Setiyani, S.Pd,M.Si NIP. 196005051986011001 NIP. 197912082006042002

Mengetahui, Ketua Jurusan Akuntansi

Drs.Fachrurrozie. M. Si

(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada:

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Drs. Kusmuriyanto, M.Si NIP. 196005241984031001

Anggota I Anggota II

Drs. Asrori, M.S

Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si NIP. 196005051986011001 NIP. 197912082006042002

Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

iv

hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat temuan atau orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila dikemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Oktober 2011

(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO :

 Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’ (Q.S Al Baqarah: 45).

 Orang yang tidak pernah melakukan kesalahan adalah orang yang tidak pernah berbuat apa-apa (Theodore Roosevelt).

 Hidup hanya untuk mempersembahkan yang terbaik, berarti bagi dunia dan bermakna bagi akhirat (Abdullah Gymnastiar).

PERSEMBAHAN :

 Ayah dan Ibuku, terima kasih telah mencurahkan segala kasih sayangnya dalam setiap do’a dan peluh keringat atas kerja kerasnya, Adikku atas segala pelajaran tentang kesabaran untukku.

 Aji, Alfa, Asep, Eka, Elia, Fatkhur, Fenny, Gangsar, Ira, Mecca, Okta, Satria, Tiwi dan Zaenuddin serta semua sahabatku dan teman-temanku, terima kasih telah banyak menempa diriku untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

(6)

vi

senantiasa melimpahkan nikmat-Nya sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar hingga disusunnya skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan kode etik penulisan karya ilmiah.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyeleseian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menyusun skripsi.

2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah member izin kepada peneliti untuk menyusun skripsi.. 3. Drs.Fachrurrozie. M. Si, Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan pengarahan dan izin dalam penyusunan skripsi.

4. Drs. Asrori, M.S, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

5. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.

(7)

vii

7. Dosen-Dosen lainnya di Fakultas Ekonomi Unnes, yang telah memberikan ilmu, pengalaman berharga, serta didikannya hingga selesainya studi.

8. Segenap tenaga administrasi dan karyawan Fakultas Ekonomi yang telah membantu dan memudah penyusunan skripsi.

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini.

Terima kasih atas segala bentuk bantuan dan motivasi yang diberikan, semoga Allah SWT senantiasa memberikan balasan yang lebih baik lagi, amiin. Besar harapan Penulis, semoga skripsi ini menjadi awal kesuksesan untuk langkah selanjutnya, serta dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, Oktober 2011

(8)

viii

Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Asrori, M.S. II. Rediana Setiyani, S.Pd, M.Si

Kata Kunci : Return Saham, Profitabilitas dan Inflasi

Return saham adalah tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya. Tingkat keuntungan sekuritas diketahui melalui dua pendekatan yaitu: pendekatan makro ekonomi dan variabel pasar keuangan yang meliputi resiko sistematis dari ekonomi, dan pendekatan karakter perusahaan yang menjelaskan perbedaan sensitivitas terhadap resiko sistematis sebelum membuat portofolio dari saham (Arbitrage Pricing Theory). Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap return saham dan mengetahui apakah inflasi dapat dijadikan sebagai variabel moderasi hubungan profitabilitas terhadap return saham.

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2005-2009. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling, yang berjumlah 35 unit data perusahaan. Variabel dalam penelitian ini yaitu profitabilitas (X1), inflasi (X2), dan return saham (Y). Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis

deskriptif, analisis inferensial dan analisis data yang digunakan yaitu regresi linier sederhana dan Moderate Regression Analysis (MRA).

Hasil regresi linier sederhana menunjukkan Y = -1.721 + 2.908X1 dan nilai adjusted R2 sebesar 13,2 % yang berarti 13,2% return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI disebabkan oleh profitabilitas, sedangkan 86,8% besarnya return saham disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Untuk Moderate Regression Analysis (MRA) Y = 7.078 + 15.713X1 – 13.835X2 + 19.795 | X1- X2 |dan nilai adjusted R2 sebesar 0,215 atau 21,5% yang berarti 21,5% return sahamperusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI disebabkan oleh inflasi, ROA dan interaksi X1_X2. Sedangkan 78,5% besarnya return saham disebabkan oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(9)

ix ABSTRACT

Zakky, Awaluddin. 2011. “The Effect Profitability of Stock Return with Inflation as Moderation Variable for Manufacturing Company in Indonesian Stock Exchange (BEI Year 2005-2009”. Final Project. Accounting Departement. Faculty of Economics. Semarang State of University. Advisors I. Drs. Asrori, M.S. II. Rediana Setiyani, S. Pd, M. Si.

Keywords: Stock Return, Profitability and Inflation

Stock return is the level of benefits enjoyed by inventors on a stock investment is doing. Profit levels of securities are known with two approaches: a macro approach to economic and financial market variables that include the systematic risk of the economy, and the character approach of a company that explains the differences in sensitivity to systematic risks before making a portfolio of stocks (Arbitrage Pricing Theory). This study aims to determine The Effect Profitability of Stock Return and find out whether The Effect Profitability of Stock Return with Inflation as Moderation Variable.

The population in this research are listed manufacturing companies in Indonesian Stock Exchange in the years 2005-2009. The samples taken with a purposive sampling technique, which amounted to 35 units of data analysis company. The variables in this research is profitability (X1), inflation (X2), and stock return (Y). The data used are secondary data. Data analysis methos use is descriptive analysis, inferential analysis, and data analysis used is simple linear regression and Moderate Regression Analysis (MRA).

The results show a simple linear regression Y = -1.721 + 2.908X1 and R2

value of 0.132 which means 13.2% stock return of manufacturing company listed on Indonesian Stock Exchange due to profitability, while 86.8% the amount of stock returns is caused by other factors not examined in this research. To Moderate Regression analysisnot examined in this study. To Moderate Regression Analysis (MRA), Y = 7.7078 + 15. 713 X1 – 13. 835X2 + 19.795 |X1-X2. and R2

value of which means 21.5% stock return of manufacturing company listed on Indonesian Stock Exchange due to the inflation, profitability and interaction |X1-X2| while 78.5% the amount of stock returns is caused by other factors not examined in this research.

Conclusion in this research, profitability significant and positive effect on stock returns and inflation in the category of mild to moderate (strengthen) the influence of the profitability of stock return. Suggestions in this study were (1) Inflation in lightweight category can be used by investors as a way to predict stock returns. (2) Researchers are expected to further examine other variables such as liquidity, solvency, interest rates and (3) Increase the sample of company and extend the time frame in order to maximizeresults.

(10)

x

2.2.3 Teori Tingkat Keuntungan Sekuritas ... 16

2.3 Profitabilitas... 18

2.3.1 Pengertian Profitabilitas ... 18

(11)

xi

4.1.1 Analisis Deskripsi Variabel Penelitian ... 41

1. Return saham ... 41

2. Profitabilitas ... 43

(12)

xii

b. Uji Autokorelasi ... 49

c. Uji Heterokedastisitas ... 50

2. Pengujian Hipotesis ... 52

a. Pengujian Regresi Linier Sederhana ... 52

b. Moderate Regression Analysis MRA ... 53

c. Koefisien Determinasi ... 55

4.2 Pembahasan ... 57

4.2.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return Saham ... 57

4.2.2 Pengaruh Inflasi sebagai Variabel Moderasi Terhadap Hubungan Profitabilitas Terhadap Return Saham ... 59

BAB V PENUTUP ... 62

5.1 Simpulan ... 62

5.2 Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 65

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Return Saham Tahun 2000-2004 ... 5

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Sampel Unit Perusahaan ... 30

Tabel 3.2 Dasar Pengambilan Keputusan ... 37

Tabel 4.1 Deskripsi Return Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 41

Tabel 4.2 Distribusi Return Saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 43

Tabel 4.3 Deskripsi Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 44

Tabel 4.4 Distribusi Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 44

Tabel 4.5 Deskripsi Inflasi di Indonesia Tahun 2005-2009 ... 45

Tabel 4.6 Distribusi Inflasi di Indonesia Tahun 2005-2009 ... 46

Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 49

Tabel 4.8 Nilai D-W Sebagai Dasar Uji Autokorelasi ... 49

Tabel 4.9 Durbin-Watson Test ... 50

Tabel 4.10 Uji Glejser ... 51

Table 4.11 Uji Regresi Linier Sederhana ... 53

Tabel 4.12 Moderate Regression Analysis ... 54

(14)

xiv

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Profitabilitas Terhadap

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur ... 71

Lampiran 2 Rekapitulasi Perhitungan Variabel Y (Return Saham) Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 72

Lampiran 3 TrenReturn saham Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 79

Lampiran 4 Rekapitulasi Perhitungan ROA Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 80

Lampiran 5 Tren ROA Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009 ... 86

Lampiran 6 Data Inflasi Indonesia Tahun 2005-2009 ... 87

Lampran 7 Tren Inflasi Indonesia Perusahaan Tahun 2005-2009 ... 88

Lampiran 8 Hasil Output SPSS (1) ... 89

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan dunia usaha dalam perekonomian pasar bebas dewasa ini semakin ketat. Terjadinya fenomena ini dikarenakan banyaknya perusahaan yang muncul dan berdampak pada munculnya peningkatan aktivitas perekonomian. Pemerintah dalam menghadapi kondisi ini juga telah memberikan tanggapan dengan menyusun kebijakan yang mendukung pengusaha untuk memperoleh kemudahan dalam menjalankan aktivitas perusahaannya.

Secara riil suatu entitas berusaha untuk menghasilkan laba yang besar sehingga mampu menghasilkan keuntungan untuk membesarkan entitas dan memperluas kegiatan usaha perusahaan dalam menghadapi segala persaingan yang ada. Untuk itu perusahaan berusaha memperoleh laba dengan bertujuan untuk menjaga kelangsungan jalannya perusahaan. Peningkatan laba oleh perusahaan dapat ditempuh dengan berbagai cara, salah satunya dengan melakukan investasi dalam pasar modal (Ang, 1997).

Menurut Husnan (2009:5) pasar modal adalah suatu pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah,

(17)

2

Saham merupakan surat berharga di dalam pasar modal yang diperjualbelikan dalam pasar modal. Tujuan perusahaan menerbitkan saham adalah untuk mendapatkan dana dari kegiatan investasi yang dilakukan penanam modal, membiayai jalannya operasional perusahaan, dan memperluas usaha bagi suatu perusahaan. Menurut Jogiyanto (2008:5) investasi merupakan suatu kegiatan dalam menempatkan dana pada satu atau lebih asset selama periode tertentu dengan maksud memperoleh pendapatan atau peningkatan atas modal awal serta memperoleh return yang diharapkan oleh investor dalam batas resiko yang dapat diterima.

Tujuan utama dari kegiatan investasi pada pasar modal adalah untuk memperoleh keuntungan (return). Untuk memperoleh return yang maksimal, investor menggunakan berbagai cara baik dengan menggunakan analisis mengenai perilaku perdagangan saham ataupun dengan menganalisis informasi-informasi ekonomi lain yang berhubungan dengan return.

Return merupakan hasil yang diperoleh dari kegiatan investasi. Kegiatan investasi menunjukkan keinginan investor menyediakan sejumlah dana saat ini untuk memperoleh aliran dana pada masa mendatang sebagai kompensasi atas faktor waktu selama dana ditanamkan dan resiko yang tertanggung. Dengan demikian investor berharap untuk memperoleh keuntungan atas investasi yang dilakukannya saat ini.

(18)

yang tidak membahayakan kegiatan investasi yang dilakukan investor, secara logis tentu investor selalu mengharapkan return saham yang sesuai dengan resiko investasi yang dihadapinya.

Berbicara mengenai return saham berarti juga membahas mengenai tingkat keuntungan sekuritas yang akan didapatkan oleh investor atas kegiatan investasi yang dilakukannya. Menurut Husnan (2009:215) pembahasan mengenai tingkat keuntungan sekuritas dapat dikelompokkan menjadi dua teori:

1. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Capital Asset Pricing Model adalah suatu teori yang menyatakan hubungan

return dan resiko secara sederhana. CAPM membahas bagaimana suatu aktiva ditentukan harganya oleh pasar dan bagaimana menentukan tingkat keuntungan yang dipandang layak untuk investasi. CAPM merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern dan dapat digunakan untuk memprediksi antara hubungan resiko sebuah asset dan tingkat harapan pengembalian. Model ini mendasarkan diri pada kondisi ekuilibium. Dalam keadaan ekuilibrium tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh pemodal untuk suatu saham akan dipengaruhi oleh resiko saham tersebut.

2. Arbitrage Pricing Theory (APT)

(19)

4

ini yaitu: pendekatan yang bergantung pada makro ekonomi dan variable-variabel pasar keuangan yang diasumsikan meliputi resiko-resiko sistematis dari ekonomi. Sedangkan pendekatan yang kedua adalah karakteristik perusahaan yang kemungkinan dapat menjelaskan perbedaan sensitivitas terhadap resiko-resiko sistematis sebelum membuat portofolio dar saham.

Komponen return terdiri dari dua jenis yaitu current income (pendapatan lancar) dan capital gain (keuntungan dari selisih harga). Current income

merupakan keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik seperti pembayaran bunga deposito, bunga obligasi, deviden dan sebagainya yang biasanya dalam bentuk kas atau setara kas sehingga dapat diuangkan secara cepat.

Komponen yang kedua yaitu capital gain, yaitu keuntungan yang diterima dari selisih harga antara harga jual dan harga beli saham dari suatu instrument investasi yang diperdagangkan di pasar modal. Dengan terjadinya perdagangan akan timbul perubahan nilai suatu investasi yang memberikan capital gain. Besarnya capital gain dapat diketahui dari analisis historis yang dapat diketahui dari periode sebelumnya, sehingga dapat ditentukan besarnya tingkat kembalian yang diinginkan.

Investor dalam melakukan investasi saham akan memilih perusahaan yang memiliki tingkat return yang tinggi. Perusahaan yang memiliki tingkat return

yang tinggi dianggap sebagai perusahaan yang memiliki kinerja keuangan yang bagus. Kestabilan return saham perusahaan dapat berdampak pada meningkatnya kepercayaan investor dalam melakukan kegiatan investasi terhadap perusahaan.

(20)

tahun 2000-2004 pada perusahaan manufaktur sangat bervariatif. Tabel 1.1 berikut ini menyajikan contoh beberapa perusahaan manufaktur untuk menggambarkan fenomena di atas:

Tabel 1.1 berikut ini untuk mengetahui fenomena mengenai return saham. Tabel 1.1 Return Saham Tahun 2000-2004

No Nama Perusahaan Tahun Return Saham

Sumber: Indonesian Capital Market Director, 2011

Pada tahun 2000 PT. Astra Otoparts, Tbk menunjukkan return saham sebesar -0.15% pada tahun 2000 dan mengalami kenaikan pada tahun 2001 sebesar 0.49%, sedangkan pada tahun 2002-2004 return saham terus mengalami penurunan. Untuk return saham PT. Fast Food Indonesia, Tbk apabila dibandingkan tahun 2000 selalu mengalami kenaikan sampai dengan tahun 2004. Sedangkan PT. Selamat Sempurna, Tbk apabila dibandingkan tahun 2000 selalu mengalami penurunan sampai dengan tahun 2004.

(21)

6

kegiatan investasi pada industri manufaktur (http://kominfo.go.id, 2008). Untuk jangka lima sampai sepuluh tahun mendatang sektor industri manufaktur merupakan industri dengan prospek keuntungan yang cukup bagus sehingga manufaktur merupakan bisnis yang potensial bagi investor yang mampu memberikan keuntungan yang tinggi setiap tahunnya.

Perusahaan manufaktur merupakan jenis perusahaan yang kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi serta menyerap tenaga kerja yang relatif banyak. Dalam kegiatannya perusahaan manufaktur melibatkan tenaga kerja yang mengerjakan langsung proses pengolahan bahan baku. Dengan demikian dibanding jenis perusahaan jasa dan perusahaan dagang umumnya perusahaan manufaktur menyerap tenaga kerja yang relatif banyak.

Perusahaan manufaktur juga merupakan emiten terbesar yaitu 166 perusahaan yang listing pada Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan data dari

IDX Statistic. Dengan jumlah perusahaan yang besar tersebut perusahaan-perusahaan manufaktur mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap dinamika saham di BEI.

Pesatnya perkembangan industri manufaktur ini juga ditunjukkan dengan semakin tingginya kebutuhan finansial sehingga emiten-emiten manufaktur membutuhkan tambahan modal dari pihak-pihak eksternal. Fahmi Idris dalam http://kominfo.go.id (2008) menerangkan bahwa di Indonesia industri manufaktur memiliki peran penting dalam mendukung perkembangan sektor industri itu sendiri maupun sektor-sektor ekonomi lainnya.

(22)

Faktor internal perusahaan meliputi kualitas dan reputasi manajemennya, struktur permodalannya, struktur perusahaan. Faktor eksternal yang mempengaruhi return

adalah kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan sektor industrinya misalnya terjadinya inflasi.

Tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan laba, apabila dikaitkan dengan return saham atau tingkat keuntungan sekuritas berarti investor akan menanamkan modalnya ke perusahaan yang memiliki profitabilitas stabil karena investor akan menanamkan modalnya dan mengharapkan keuntungan dari kegiatan investasi yang dilakukan (Prihatini, 2009:20). Profitabilitas merupakan suatu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu perusahaan dalam memperoleh keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal yang ada. Hasibuan (2001) menjelaskan bahwa profitabilitas pada dasarnya adalah laba yang dinyatakan dalam persentase. Suwito dan Herawaty (2005:139) menjelaskan bahwa profitabilitas merupakan ukuran penting untuk menilai sehat atau tidaknya perusahaan yang mempengaruhi investor untuk membuat keputusan.

Meningkatnya profitabilitas menunjukkan membaiknya kinerja perusahaan dan para investor atau pemegang saham akan memperoleh keuntungan (return

saham). Perusahaan yang profitable akan menjadi daya tarik bagi investor dan calon investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya daya tarik ini akan maka akan banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut. Jika banyak permintaan atas saham suatu perusahaan maka harga sahamnya akan meningkat. Natarsyah (2000) menjelaskan bahwa peningkatan harga saham berdampak pada meningkatnya

(23)

8

harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya. Hal ini sesuai dengan penjelasan Ang (1997) bahwa keuntungan perusahaan yang semakin meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap

return.

Faktor eksternal yang juga sebagai panduan dalam memprediksi return

adalah inflasi (Suyanto, 2007:19). Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang mempengaruhi return. Tingkat inflasi suatu negara akan menunjukkan resiko investasi dan hal ini akan sangat mempengaruhi perilaku investor dalam melakukan kegiatan investasi.

Kondisi inflasi yang tinggi berpengaruh pada peningkatan harga barang-barang atau bahan baku akan membuat biaya produksi menjadi tinggi sehingga akan berpengaruh pada jumlah permintaan yang berakibat pada penurunan penjualan sehingga dapat mengurangi pendapatan perusahaan dan berdampak negatif terhadap tingkat return yang diharapkan. Berdasarkan penjelasan tersebut terdapat dikatakan bahwa selain berpengaruh terhadap return saham, inflasi juga berpengaruh terhadap profitabilitas suatu perusahaan. Dengan kata lain kenaikan inflasi dapat menurunkan tingkat profitabilitas dan return saham yang diharapkan oleh para investor.

(24)

perusahaan akan naik. Naik atau turunnya profitabilitas perusahaan akan berpengaruh terhadap harga saham dan keinginan investor untuk menanamkan modalnya.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh positif terhadap return saham (Natarsyah, 2000), hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Ulupui (2006), Hardiningsih et. al. (2002) dan Maya (2007) sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Bachri (1997) serta Auliyah dan Hamzah (2006) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham.

Penelitian lain mengenai pengaruh inflasi terhadap return saham menurut Utami dan Rahayu (2003) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap

return saham yang didukung oleh Prihatini (2009) bahwa inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap return saham. Namun menurut Hardiningsih

et. al. (2002) dan Suyanto (2007) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham.

Melihat kenyataan dalam penelitian sebelumnya penulis terdorong untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan hasil penelitian yang menyakinkan dan mampu memperoleh pemahaman akan kebenaran mengenai pengetahuan khususnya dalam bidang pasar modal dengan menjadikan inflasi sebagai variabel moderasi yang nantinya diharapkan dapat membuktikan apakah inflasi dapat memperkuat atau bahkan dapat memperlemah profitabilitas dalam hubungannya terhadap return saham pada perusahaan manufaktur.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengambil judul

(25)

10

DENGAN INFLASI SEBAGAI VARIABEL MODERASI PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN

2005-2009”.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap return saham?

2. Apakah inflasi dapat memoderasi pengaruh profitabilitas terhadap return

saham?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memperoleh bukti empiris dan pemahaman pengaruh profitabilitas terhadap return saham.

2. Untuk memperoleh bukti empiris dan pemahaman lebih lanjut mengenai pengaruh profitabilitas terhadap return saham dengan inflasi sebagai variabel moderasi.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoritis

(26)

baru dalam perbendaharaan ilmu pengetahuan untuk saling melengkapi dengan penelitian sebelumnya maupun yang akan dilakukan oleh para peneliti sesudahnya dalam mengkaji lagi return saham.

2. Manfaat praktis

a. Manfaat praktis dalam penelitian ini diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan manufaktur sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam mengelola usahanya untuk memperoleh laba serta menentukan kebijakan-kebijakan keuangan perusahaan.

(27)

12 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pasar Modal

2.1.1 Pengertian Pasar Modal

Pasar modal adalah suatu pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authoriries, maupun swasta (Husnan, 2009:5). Pasar modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor bagi para investor selain alternatif investasi lainnya seperti menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, dan lainnya.

(28)

2.1.2 Manfaat Pasar Modal

Manfaat pasar modal dibedakan menjadi dua yaitu manfaat yang diperuntukkan bagi emiten dan bagi investor (www.wikipedia-pasar modal.com, 2009).

Pasar modal bagi emiten memiliki beberapa manfaat antara lain:

1. Jumlah dana yang dapat dihimpun berjumlah besar dan dana tersebut diterima sekaligus pada saat pasar perdana selesai.

2. Tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana perusahaan.

3. Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra perusahaan. 4. Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi lebih kecil.

Pasar modal bagi investor memiliki beberapa manfaat yaitu:

1. Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi yang tercermin dengan meningkatnya harga saham.

2. Memperoleh deviden bagi mereka yang memiliki atau memegang saham dan bunga yang mengambang bagi pemegang obligasi.

3. Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen yang mengurangi resiko.

2.2 Return Saham

2.2.1 Pengertian Return Saham

(29)

14

Menurut Jogiyanto (2008:195) return dapat didefinisikan sebagai hasil yang akan diperoleh dari kegiatan investasi. Dalam setiap kegiatan investasi baik jangka pendek ataupun jangka panjang mempunyai tujuan utama yaitu untuk memperoleh keuntungan yang disebut return.

Konsep resiko juga tidak terlepas kaitannya dengan return saham, karena investor selalu mengharapkan return saham yang sesuai atas setiap resiko investasi yang dihadapinya. Secara praktis, tingkat pengembalian suatu investasi adalah persentase penghasilan total selama periode investasi dibandingkan harga beli investasi tersebut.

2.2.2 Penggolongan Return Saham

Return memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan nilai dari sebuah saham. Return dapat digolongkan menjadi dua yaitu return realisasi (realized return) dan return ekspektasi (expected return). Return realisasi digunakan sebagai dasar penentuan return ekspektasi yang diharapkan oleh investor di masa mendatang. Return realisasi diukur dengan menggunakan return

total, relatif return, kumulatif return, dan return disesuaikan. Return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode tertentu yang terdiri dari capital gain dan yield (Jogiyanto, 2008:195).

Return yang terdiri dari capital gain dan yield dapat dirumuskan sebagai berikut (Jogiyanto, 2008:198):

(30)

Keterangan :

Pt = Harga saham periode sekarang Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi, dan untuk saham biasa dimana pembayaran periodik sebesar Dt rupiah per lembar, maka yield dapat dituliskan sebagai berikut:

Keterangan :

Dt = Dividen kas yang dibayarkan Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Sehingga return total dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan :

Pt = Harga saham periode sekarang Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya

Dt = Dividen kas yang dibayarkan

(31)

16

Keterangan :

Pt = Harga saham periode sekarang Pt-1 = Harga saham periode sebelumnya 2.2.3Teori Tingkat Keuntungan Sekuritas

Pembahasan mengenai tingkat keuntungan sekuritas dapat dikelompokkan dalam dua teori (Husnan, 2009:215), yaitu:

1. Capital Asset Pricing Model (CAPM)

Teori ini menggambarkan hubungan tingkat return dan resiko secara sederhana dan hanya menggunakan satu variabel (variabel beta) untuk menggambarkan resiko. Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan hasil utama dari ekonomi keuangan modern dan dapat digunakan untuk memprediksi antara hubungan resiko sebuah asset dan tingkat harapan pengembalian.

2. Arbitrage Pricing Theory (APT)

Teori ini menggunakan sekian banyak variabel pengukur resiko untuk melihat hubungan return dan resiko. Teori ini menggunakan pemikiran yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi yang mempunyai karakteristik yang sama tidaklah bisa dijual dengan harga yang berbeda. Konsep yang digunakan adalah hukum satu harga (the law of the one price).

(32)

oleh tingkat pertumbuhan penjualan, prediksi industri, inflasi, rentang tingkat bunga jangka panjang ataupun jangka pendek serta rentang obligasi.

Pendekatan dalam teori ini dibedakan menjadi dua yaitu: pendekatan yang bergantung pada makro ekonomi dan variabel pasar keuangan yang diasumsikan meliputi resiko sistematis dari ekonomi, dan pendekatan yang merujuk pada karakter perusahaan yang kemungkinan dapat menjelaskan perbedaan sensitivitas terhadap resiko sistematis sebelum membuat portofolio dari saham dengan karakter tersebut (Chen Roll dalam Belkaoui, 2007:144).

Apabila aktiva yang berkarakteristik sama tersebut dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat kesempatan untuk melakukan arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi sehingga untuk memperoleh laba tanpa resiko. Dalam penelitian menggunakan teori APT sebagai dasar dalam rangka mengetahui hubungan return dengan resiko investasi yang dilakukan.

Kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu return merupakan tingkat kembalian yang akan didapatkan investor atas kegiatan investasi yang dilakukan. Secara sederhana return dapat diartikan sebagai diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan ataupun peningkatan nilai investasi.

(33)

18

Tujuan utama perusahaan adalah mendapatkan laba, apabila dikaitkan dengan return saham atau tingkat keuntungan sekuritas berarti investor akan menanamkan modalnya ke perusahaan yang memiliki profitabilitas stabil karena investor akan menanamkan modalnya dan mengharapkan keuntungan dari kegiatan investasi yang dilakukan (Prihatini, 2009:20) dan slah satu variabel makro ekonomi yang juga sebagai panduan dalam memprediksi return adalah inflasi (Suyanto, 2007:19). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa return saham dipengaruhi oleh profitabilitas dan inflasi.

2.3 Profitabilitas

2.3.1Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas pada dasarnya adalah laba yang dinyatakan dalam persentase (Hasibuan, 2001). Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Secara garis besar, laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan investasi yang dilakukan perusahaan.

(34)

2.3.2Jenis-jenis Laba

Comitte On Terminologi (Harahap, 2001) mendefinisikan laba sebagai jumlah yang berasal dari pengurangan harga pokok produksi, biaya lain dan kerugian dari penghasilan. Laba terdiri dari:

1. Laba Ekonomi

Laba ekonomi (Economic Income) adalah konsep laba yang dibahas oleh para ahli ekonomi seperti Adam Smith, yang memberikan definisi terhadap laba/income sebagai kenaikan kekayaan. Fischer Indah Hick dalam Harahap (2001) menjelaskan sifat-sifat laba ekonomi sebagai berikut:

a. Physical Income

Laba merupakan konsumsi barang dan jasa oleh individu yang dapat memberikan kesenangan fisik dan pemenuhan kebutuhan.

b. Real Income

Laba adalah jumlah pembayaran uang yang dilakukan untuk mendapatkan barang dan jasa sebelum dan setelah konsumsi.

c. Money Income

Laba adalah jumlah uang yang diterima dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

2. Laba Akuntansi atau Accounting Income

Laba akuntansi adalah perbedaan selisih antara realisasi penghasilan atau

revenue yang berasal dari transaksi-transaksi perusahaan pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan laba.

(35)

20

dihitung dengan beberapa cara yaitu gross profit margin, net profit margin, operating return on assets, return on assets, return on equity, dan operating ratio

(Munawir, 2002:196).

Secara sistematis ROA dirumuskan sebagai berikut (Ang, 1997) :

Keterangan :

NIAT : Net Income After Tax ( laba bersih sesudah pajak)

Av. Total Assets : Diperoleh dari rata-rata total aset yang diperoleh

dari rata-rata total aset awal tahun dan akhir tahun Manfaat ROA (Munawir, 2002:204):

a. Jika perusahaan telah menjalankan praktik akuntansi dengan baik maka dengan analisis ROA dapat diukur efisiensi penggunaan yang menyeluruh, yang sensitif terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahaan.

b. ROA dapat diperbandingkan dengan rasio industri untuk mengetahui posisi perusahaan terhadap industri. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam perencanaan strategi.

c. ROA juga dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan dan kontrol. d. Analisis ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari

masing-masing produksi yang dihasilkan perusahaan.

(36)

profitabilitas tinggi akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dengan harapan akan mendapatkan keuntungan yang tinggi, yaitu dalam bentuk dividen.

Profitabilitas digunakan untuk mengukur hasil akhir dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen dalam menjalankan perusahaan atau dengan kata lain profitabilitas menggambarkan tingkat efektivitas pengelolaan perusahaan oleh manajemen, oleh karena itu sangat diperhatikan oleh pemilik perusahaan. Tolok ukur yang dipakai untuk menilai kemampuan perusahaan menghasilkan laba biasanya adalah pendapatan, dana dan modal.

2.4 Inflasi

2.4.1 Pengertian Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Boediono, 2011).

(37)

22

peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun.

Indikator inflasi adalah seperti yang dikutip dari (www.bi.go.id, 2010) sebagai berikut:

a. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Merupakan indikator umum untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat. Tingkat inflasi di Indonesia umumnya diukur dengan IHK.

b. Indeks Harga Perdagangan Besar

Merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.

2.4.2 Faktor Penyebab dan Jenis Infasi

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya inflasi menurut Boediono (2011:156) antara lain:

a. Demand Pull Inflation

Demand Pull Inflation terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana umumnya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga, kondisi politik dan keamanan negara juga mempengaruhi terjadinya inflasi. b. Cost Push Inflation

(38)

merupakan penyebab inflasi yang berkaitan dengan perusahaan (produsen) dan digunakan sebagai teori terjadinya inflasi dalam penelitian ini.

Jenis inflasi berdasarkan tingkat keparahan suatu inflasi (Boediono, 2011:156) yaitu:

a. Inflasi ringan

Inflasi ringan terjadi apabila tingkat inflasi yang terjadi dalam suatu negara kurang dari 10% setahun.

b. Inflasi sedang

Jenis inflasi ini terjadi apabila tingkat inflasi dalam setahun antara 10% sampai 30%.

c. Inflasi berat

Inflasi berat terjadi apabila tingkat inflasi dalam setahun diantara 30% sampai 100%.

d. Hiperinflasi

Hiper inflasi disebut juga inflasi yang tidak terkendali, karena tingkat inflasinya dalam setahun lebih dari 100%, dan menyebabkan harga barang-barang terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot.

(39)

24

Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan penurunan daya beli uang serta dapat mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari kegiatan investasi yang dilakukannya. Sebaliknya, apabila tingkat inflasi dalam suatu negara mengalami penurunan, maka hal ini merupakan sinyal yang positif bagi investor ataupun calon investor seiring dengan turunnya resiko daya beli uang dan resiko penurunan pendapatan.

2.5 Kerangka Berpikir

Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian Indonesia karena pasar modal memberikan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Fungsi ekonomi karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana. Fungsi keuangan karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana. Dasar penentuan pengambilan keputusan dalam kegiatan investasi secara umum adalah informasi akuntasi dalam bentuk laporan keuangan.

(40)

dapat diwujudkan dengan mengadakan analisis dan upaya-upaya yang berkaitan dengan investasi dalam saham.

Salah satu analisis yang dapat dilakukan oleh investor untuk mengukur kinerja keuangan sebuah perusahaan, adalah dengan menganalisis profitabilitas perusahaan. Salah satu cara mengetahui profitabilitas suatu perusahaan adalah dengan Return On Asset (ROA). Semakin besar ROA menunjukkan kinerja yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar (Ang, 1997). Dengan demikian semakin tinggi ROA dapat meningkatkan daya tarik investor untuk menanamkan modalnya, sehingga harga saham akan meningkat.

Perusahaan yang profitable akan menjadi daya tarik bagi investor dan calon investor untuk menanamkan dananya ke perusahaan tersebut. Dengan semakin besarnya daya tarik ini maka banyak investor yang menginginkan saham perusahaan tersebut. Jika banyak permintaan atas saham suatu perusahaan maka harga sahamnya akan meningkat. Peningkatan harga saham berdampak pada meningkatnya return yang diperoleh investor, karena return saham adalah merupakan selisih harga saham periode saat ini dengan harga saham sebelumnya (Natarsyah, 2000). Hal ini sesuai dengan penjelasan Ang (1997) bahwa keuntungan perusahaan yang semakin meningkat memberikan tanda bahwa kekuatan operasional dan keuangan perusahaan semakin membaik, sehingga memberikan pengaruh positif terhadap return.

(41)

26

menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

return saham.

Selain profitabilitas, tingkat inflasi dalam suatu negara juga merupakan faktor yang mempengaruhi investor dalam melakukan kegiatan investasi di pasar modal. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan penurunan harga saham, karena menyebabkan kenaikan harga barang secara umum.

Inflasi dapat mempengaruhi perekonomian suatu negara melalui pendapatan, kekayaan, dan melalui perubahan tingkat dan efisiensi produk. Menurut Mankiw (2003:247). inflasi yang semakin tinggi akan mengakibatkan harga-harga barang atau bahan baku meningkat. Tandelilin (2003) menjelaskan bahwa inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan, jika peningkatan biaya produksi akibat inflasi lebih tinggi dari peningkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan maka profitabilitas perusahaan akan turun, begitu juga sebaliknya apabila biaya produksi akibat inflasi lebih rendah dari harga yang dinikmati perusahaan (produsen) maka profitabilitas perusahaan akan naik.

(42)

Inflasi yang tidak bisa diramalkan biasanya akan menguntungkan para debitur, pencari laba, dan spekulator pengambil resiko, sedangkan inflasi dapat berubah menjadi merugikan untuk kreditur, kelompok berpendapatan tetap, dan investor yang tidak berani mengambil resiko (Prihatini, 2009:39). Beberapa penelitian sebelumnya mengenai inflasi dilakukan oleh Utami dan Rahayu (2003), Prihatini (2009) menjelaskan bahwa inflasi berpengaruh negatif terhadap return

saham. Sedangkan menurut Hardiningsih et. al. (2002) dan Suyanto (2007) menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif terhadap return saham.

Dalam penelitian ini kerangka berpikir menggunakan profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) sebagai variabel independen, return

saham sebagai variabel dependen dan sebagai variabel moderasi adalah inflasi yang dapat diketahui dari dua indikator yaitu indeks harga konsumen dan indeks harga perdagangan besar.

Kerangka berpikir yang mengacu pada penjelasan di atas dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return

Saham dengan Inflasi sebagai Variabel Moderasi Profitabilitas

Inflasi

(43)

28

2 .6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H1 : Profitabilitas perusahaan berpengaruh positif terhadap return saham.

(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Populasi dan Sampel

3.1.1 Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang sudah go public dan terdaftar di BEI yaitu populasi penelitian sebanyak 166 perusahaan manufaktur. Hal ini didasarkan pada beberapa alasan yang menyangkut ketersediaan data, laba yang dihasilkan selama lima tahun berturut-turut (2005-2009). Perusahaan yang terdaftar di BEI berarti laporan keuangannya telah dipublikasikan sehingga ketersediaan data dapat terpenuhi. 3.1.2 Sampel

Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur selama tahun 2005-2009 yaitu sebanyak 35 perusahaan. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Seleksi pemilihan sampel dengan kriteria yang ditentukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1 Daftar Jumlah Sampel Data Perusahaan

No Keterangan Jumlah

1 Ukuran populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia selama periode pengamatan 2005-2009

166

2 Jumlah unit analisis data perusahaan manufaktur yang tidak dipublikasikan kepada publik pada tahun 2005-2009

(4) 3 Jumlah unit analisis data perusahaan manufaktur yang

menunjukkan saldo kerugian pada tahun 2005-2009

(45)

30

4 Jumlah unit analisis data perusahaan manufaktur yang tidak mengungkapkan data secara lengkap terkait variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian pada tahun 2005-2009

(43)

Jumlah sampel akhir unit analisis data perusahaan 35 Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

Jumlah sampel akhir yang diteliti adalah 175 unit analisis data perusahaan. Jumlah sampel tersebut merupakan 35 perusahaan manufaktur yang dijumlahkan selama periode tahun penelitian, yaitu selama tahun 2005-2009.

3.2 Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel dependen (return saham), variabel independen (profitabilitas) dan variabel moderasi (inflasi).

Definisi dan pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Return saham (Y)

Return saham merupakan tingkat keuntungan yang dinikmati oleh pemodal atas suatu investasi saham yang dilakukannya. Return saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis return saham tahunan pada perusahaan manufaktur. Skala yang digunakan dalam pengukuran return saham adalah skala rasio.

Keterangan :

Pt = Harga saham periode sekarang

(46)

2. Profitabilitas (X1)

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan profit atau laba selama satu tahun yang dinyatakan dalam rasio laba operasi dengan penjualan dari data laporan laba rugi akhir tahun. ROA merupakan rasio profitabilitas yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari keseluruhan investasi yang ditanamkan dalam bentuk aset. Skala yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas adalah skala rasio.

Keterangan:

NIAT : Net Income After Tax atau laba bersih sesudah pajak

Av. Total assets : diperoleh dari rata-rata total aset yang diperoleh

dari rata-rata total aset awal tahun dan akhir tahun (Ang, 1997)

3. Inflasi (X2)

(47)

32

diperoleh dengan menjumlahkan inflasi bulanan (12 bulan) yang kemudian dirata-rata sehingga dapat diketahui inflasi tahunan. Skala yang digunakan dalam pengukuran inflasi adalah skala rasio.

3.3 Teknik Pengambilan Data

3.3.1 Jenis Data

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan data inflasi yang diperoleh dari Bank Indonesia.

Berdasarkan dimensi waktu, penelitian ini menggunakan data runtut waktu (time series), yaitu sekumpulan data observasi dalam rentang waktu tertentu dan dicatat secara kontinyu (Gujarati, 2005). Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah:

1. Laba bersih sesudah pajak (NIAT) tahun 2005-2009 2. Penjualan tahun 2005-2009

3. Rata-rata total aset tahun 2005-2009 4. Data inflasi tahun 2005-2009

5. Harga saham (closing price) tahun 2005-2009 3.3.2 Metode Pengumpulan Data

(48)

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa dokumentasi berasal dari kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa laporan tahunan, data inflasi, data harga saham (closing price) pada tahun 2005-2009, buku literatur, jurnal referensi dan sebagainya.

3.4 Teknis Analisis Data

Teknik analisis data adalah langkah selanjutnya setelah data diperoleh untuk menunjang penelitian ini dari sampel yang diteliti sudah terkumpul. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

3.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu variabel dependen (return saham), variabel independen (profitabilitas) dan variabel moderasi (inflasi). Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal, minimal, dan standar deviasi.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, yaitu dilakukan dengan cara mengungkap besar atau kecilnya suatu pengaruh atau hubungan antar variabel yang dinyatakan dalam angka-angka dengan cara mengumpulkan data-data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antar variabel yang dinyatakan dalam angka-angka dengan cara mengumpulkan data-data yang merupakan faktor pendukung terhadap pengaruh antar variabel-variabel yang bersangkutan untuk kemudian dianalisis (Sekaran, 2006).

(49)

34

1. Menetapkan jumlah kelas interval menjadi lima kelas yaitu (sangat rendah, rendah, cukup tinggi, tinggi, sangat tinggi).

2. Menghitung rentang kelas interval dengan cara nilai tertinggi dikurangi nilai terendah, kemudian dibagi jumlah kelas interval.

3. Rumus perhitungan rentang kelas interval adalah sebagai berikut:

Keterangan:

Nilai tertinggi = Nilai maksimal variabel yang diperoleh Nilai terendah = Nilai minimal variabel yang diperoleh Jml. kelas interval = Banyaknya jenis kelas yang digunakan 3.4.2 Analisis Regresi

Analisis regresi berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi), membuat permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu), dan sebagainya.

(50)

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik adalah uji yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi asumsi klasik atau tidak. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan uji heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan bebas semuanya memiliki distribusi yang normal atau tidak (Ghozali, 2007). Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, dilakukan dengan cara memperhatikan penyebaran data (titik) pada grafik normal P-plot of regression standardizzed residual dari variabel terikat (Ghozali, 2007), dimana:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model regresi yang dimaksud tidak memenuhi asumsi normalitas.

(51)

36

b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasarkan waktu. Biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series (Algifari, 2000). Menurut Ghozali (2007) pada data cross-section, masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena ‘gangguan’ pada observasi yang berbeda

berasal dari individu (kelompok yang berbeda). Algifari (2000) berpendapat bahwa dampak dari adanya autokorelasi dalam model regresi yaitu, model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu. Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah uji Durbin Watson (DW).

Nilai DW yang menunjukkan ada tidaknya autokorelasi disajikan pada tabel untuk mendapatkan angka dl (lowerbond) dan du (upper bond) yang dapat dilihat pada tabel Durbin-Watson (D-W) pada buku statistik yang relevan.

Tabel 3.2 Dasar Pengambilan Keputusan

(52)

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).

Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan cara melihat grafik plot antar nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SRESID). Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antar SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah di-studentized (Ghozali, 2007). Selain itu untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan uji Glejser, apabila probabilitas signifikansinya di atas 5%.

Dasar pengambilan keputusan dengan Scatterplot (Ghozali, 2007):

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) akan mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik penyebaran di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka terjadi heteroskedastisitas.

2. Pengujian Hipotesis

Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengujian Regresi Linear Sederhana

(53)

38

Regresi yang memiliki satu variabel dependen dan satu variabel independen disebut regresi sederhana (Nugroho, 2005). Bentuk umum persamaan regresi linear sederhana adalah:

Y = α + β1X1 + e

Keterangan :

Y = Variabel Dependen α = Koefisien Konstanta β1 = Koefisien Regresi

X1 = Profitabilitas

e = Error term

b. Moderate Regression Analysis (MRA)

Variabel moderasi adalah variabel independen yang akan memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2007). Pengujian yang akan dilakukan untuk menguji variabel moderasi dengan menggunakan uji interaksi yang disebut dengan Moderate Regression Analysis (MRA).

(54)

berpengaruh terhadap variabel dependen. Persamaan statistika yang digunakan adalah sebagai berikut:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3 |X1-X2| + e

Keterangan :

Y = Return saham

α = Koefisien konstanta β1, β2, β3 = Koefisien regresi

X2 = Inflasi

X1 = Profitabilitas

|X1- X2| = Interaksi yang diukur dengan nilai absolute perbedaan

antara X1 dan X2

e = Error term\

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel–variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

(55)

40

(56)

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Analisis Deskripsi Variabel Penelitian

Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah variabel dependen (return saham), variabel independen (profitabilitas yang diproksikan dengan menggunakan ROA) dan variabel moderasi (inflasi). Deskripsi variabel dalam penelitian dimaksudkan untuk menjelaskan deskripsi data dari seluruh variabel yang akan dimasukkan dalam model penelitian. Adapun deskripsi variabel Y (return saham), X1 (profitabilitas) dan X2 (inflasi) adalah sebagai

berikut:

1. Return Saham

Variabel return saham dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur tahun 2005-2009. Deskripsi mengenai return saham dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Deskripsi Return Saham Sampel Perusahaan Manufaktur Tahun

2005-2009

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Y 175 -90.00 241.67 30.97 65.33

Valid N (listwise) 175

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

(57)

rata-42

rata return saham sebesar 30.97%. Hal ini juga menjelaskan bahwa terdapat kesejangan yang cukup besar antara nilai return minimal dengan nilai return

maksimal yang dihasilkan selama periode tahun 2005 sampai dengan tahun 2009, secara umum harga saham (closing price) perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini mengalami peningkatan.

Nilai maksimal return dihasilkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk yaitu sebesar 241.67% pada tahun 2009, nilai return yang besar terjadi karena naiknya harga saham dari tahun ke tahun sehingga return yang dihasilkan juga mengalami kenaikan bahkan lebih besar dari perusahaan manufaktur lainnya. Nilai terendah

return dihasilkan PT.Citra Tubindo, Tbk sebesar -90.00% pada tahun 2009, nilai

return yang mencapai negatif terjadi karena turunnya harga saham dibanding nilai harga saham di tahun-tahun sebelumnya. Nilai standart deviasi return saham sebesar 65.33% yang melebihi nilai rata-rata return saham sebesar 30.97%, dengan besarnya simpangan data menunjukkan tingginya fluktuasi data variabel

return saham selama periode pengamatan.

(58)

Tabel 4.2 Distribusi Return Saham Perusahaan Manufaktur Tahun

2005-2009

No Interval Keterangan Frekuensi Persentase 1 (-90.00) - (-23.00) Sangat Rendah 33 18.86%

2 (-22.99) - 44.01 Rendah 77 44.00%

3 44.02 - 111.02 Cukup Tinggi 50 28.57%

4 111.03 - 178.03 Tinggi 6 3.43%

5 178.04 - 245.04 Sangat Tinggi 9 5.14%

Jumlah 175 100%

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

Pada tabel 4.2 menunjukkan kelas interval return saham yang dibagi menjadi lima kelas. Pada interval (-90.00) - (-23.00) sejumlah 33 perusahaan dengan persentase sebesar 18.86% diinterpretasikan sangat rendah. Pada interval (-22.99) - 44.01 sejumlah 77 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 44% diinterpretasikan rendah. Pada interval 44.02 - 111.02 sejumlah 50 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 28.57% diinterpretasikan cukup tinggi. Nilai interval 111.03 - 178.03 sejumlah 6 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 3.43% dengan interpretasi tinggi. Nilai interval 178.04 - 245.04 sejumlah 9 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 5.14% diinterpretasikan sangat tinggi. Rata-rata return adalah 30.97 tepatnya dalam kategori rendah.

2. Profitabilitas

Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan pengukuran

(59)

44

Tabel 4.3 Deskripsi Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X1 175 .23 40.67 11.2405 8.30211

Valid N (listwise) 175

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

Nilai rata-rata ROA dalam periode pengamatan adalah sebesar 11.24%. Nilai minimal ROA dihasilkan oleh PT. Budi Acid Jaya, Tbk yaitu sebesar 0.23% pada tahun 2005, sedangkan nilai maksimal ROA dihasilkan oleh PT. Unilever Indonesia, Tbk sebesar 40.6% pada tahun 2009. Nilai standar deviasi adalah sebesar 8.30% menunjukkan bahwa nilai masing-masing perusahaan menyebar pada nilai yang tersedia, tidak mengelompok pada nilai tertentu.

Berdasarkan data penelitian ini terdapat perusahaan yang memiliki ROA yang sangat tinggi dan juga perusahaan yang memiliki ROA bernilai rendah, hal ini menunjukkan belum maksimalnya efektivitas operasional antara laba yang dihasilkan dengan total aset yang digunakan oleh perusahaan manufaktur. Dalam tabel 4.4 distribusi profitabilitas pada perusahaan sampel dapat dilihat berikut: Tabel 4.4 Distribusi Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Tahun 2005-2009

No Interval Keterangan Frekuensi Persentase

1 0.23 - 9.23 Sangat Rendah 81 46.29%

2 9.24 - 18.24 Rendah 72 41.14%

3 18.25 - 27.25 Cukup Tinggi 11 6.29%

4 27.26 - 36.63 Tinggi 5 2.86%

5 36.27- 45.27 Sangat Tinggi 6 3.43%

Jumlah 175 100%

(60)

Pada interval 0.23 - 9.23 sejumlah 81 perusahaan dengan persentase sebesar 46.29% diinterpretasikan sangat rendah. Pada interval 9.24 - 18.24 sejumlah 72 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 41.14% diinterpretasikan rendah. Pada interval 18.25 - 27.25 sejumlah 11 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 6.29% diinterpretasikan cukup tinggi. Pada interval 27.26 - 36.63 sejumlah 5 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 2.86% dengan interpretasi tinggi. Pada interval 36.27 - 45.27 sejumlah 6 sampel perusahaan dengan persentase sebesar 3.43% diinterpretasikan sangat tinggi. Rata-rata ROA adalah 11.24, tepatnya pada kategori rendah.

3. Inflasi

Variabel inflasi dalam penelitian ini digunakan sebagai variabel moderasi, pengukuran inflasi diperoleh dari rata-rata inflasi bulanan selama periode pengamatan tahun 2009. Deskripsi inflasi di Indonesia selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5 Deskripsi Inflasi di Indonesia Tahun 2005-2009

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

X2 175 4.95 13.33 9.0780 3.02717

Valid N (listwise) 175

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

(61)

46

rata-rata inflasi sebesar 9.08%, hal ini menunjukkan data variabel inflasi mempunyai sebaran yang kecil. Distribusi inflasi dapat dilihat dalam tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Inflasi di Indonesia Tahun 2005-2009

No Interval Keterangan Frekuensi Persentase

1 4.95 - 6.95 Sangat Rendah 70 40.00%

2 6.96 - 8.96 Rendah 0 0%

3 8.97 - 10.97 Cukup Tinggi 70 40%

4 10.98 - 12.98 Tinggi 0 0%

5 12.99 - 14.99 Sangat Tinggi 35 20%

Jumlah 175 100.00%

Sumber: Data sekunder yang diolah, 2011

(62)

4.1.2 Analisis Regresi

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2007). Dalam penelitian ini, data yang berdistribusi normal dapat diketahui dengan analisis histogram, normal probability plot dan analisis statistik non- parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan ketentuan apabila data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka modal regresi memenuhi asumsi normalitas serta jika nilai asymp. Sign. (2-tailed) lebih dari 0,05 pada uji Kolmogorov-Smirnov.

(63)

48

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data dengan P-Plot

(64)

Tabel 4.7 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

One -Sam ple Kolm ogorov-Sm ir nov Tes t

175

Nilai asymp. Sign. (2-tailed) pada uji K-S di atas sebesar 0,409 jauh di atas α=0,05. Hal ini berarti Hipotesis Nol (H0) diterima, yang artinya

seluruh variabel sudah terdistribusi secara normal. b. Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah adanya korelasi antar anggota sampel yang diurutkan berdasar waktu. Biasanya muncul pada observasi yang menggunakan data time series (Algifari, 2000). Uji yang digunakan untuk mendeteksi adanya autokorelasi ini adalah uji Durbin-Watson (D-W). Uji DW dihitung berdasarkan jumlah selisih kuadrat nilai-nilai taksiran faktor gangguan yang berurutan.

Tabel 4.8 Nilai D-W sebagai Dasar Uji Autokorelasi

M odel Sum m aryb

Predictors: (Constant), A BSX1_X2, Zscore: Inf lasi, Zscore: ROA a.

Dependent V ariable: Return Saham b.

(65)

50

Nilai DW sebesar 1,822, nilai ini bila dibandingkan dengan nilai tabel dengan signifikansi 5%, jumlah sampel (n) 200 dan k= 2, maka pada tabel Durbin-Watson akan didapatkan nilai seperti yang dijabarkan dalam tabel 4.9 berikut:

Tabel 4.9 Durbin-Watson Test

k=2

N dl du

100 1.503 1.583

.. .. ..

200 1.653 1.693 Sumber: Ghozali, 2007

Nilai d yang menunjukkan ada tidaknya autokorelasi disajikan pada Tabel untuk mendapatkan angka dl (lowerbond) dan du (upper bond) yang dapat dilihat pada tabel Durbin-Watson (D-W) pada buku statistik yang relevan. Nilai d berdasarkan tabel dasar pengambilan keputusan menurut Ghozali (2007) yaitu 1,822 lebih besar dari batas atas (du) 1.693 dan kurang dari 4 - 1.693 (4 – du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Gambar

Gambar 2.1  Kerangka Berpikir Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Tabel 1.1 Return Saham Tahun 2000-2004
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Pengaruh Profitabilitas Terhadap Return
Tabel 3.1  Daftar Jumlah Sampel Data Perusahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil uji korelasi Spearman diperoleh nilai p 0,076 yang menunjukkan bahwa korelasi antara pertambahan berat badan ibu hamil dan berat badan lahir bayi adalah tidak

Dari penelitian ini dihasilkan beberapa hal yang baru, hasil pengujian benda uji dengan penambahan bahan tambah ban bekas sebagai pengganti agregat kasar berdasarkan spec

Alat ini juga dapat mengontrol suhu dan kelembaban pada suatu rumah budidaya yang bervolume sebesar ±15 m 3 dengan cara pembudidaya memasukan batas parameter suhu dan

Mengatasi Wifi Tidak Bisa On/Off atau Wireless Disabled pada Windows 10.. Beberapa waktu lalu waktu saya mau mulai berselancar di internet buat kerja

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “KAJI AWAL TURBIN DARRIEUS 3 BLADE

sebagai personal judgement atau kepercayaan tentang seberapa baik seseorang dapat melaksnakan tugas tertentu yang diinginkan yang terkait dengan situasi yang akan

[r]