• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPACT OF SALES PROMOTION, PERSONAL SELLING, LIFESTYLE AND PERCEPTION OF THE SUGGESTION IMPULSE BUYING (Studies On Consumer Fashion In Bandar Lampung Simpur Center Plaza) DAMPAK PROMOSI PENJUALAN, PENJUALAN PERSEORANGAN, GAYA HIDUP DAN PERSEPSI TERHADAP S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPACT OF SALES PROMOTION, PERSONAL SELLING, LIFESTYLE AND PERCEPTION OF THE SUGGESTION IMPULSE BUYING (Studies On Consumer Fashion In Bandar Lampung Simpur Center Plaza) DAMPAK PROMOSI PENJUALAN, PENJUALAN PERSEORANGAN, GAYA HIDUP DAN PERSEPSI TERHADAP S"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

IMPACT OF SALES PROMOTION, PERSONAL SELLING, LIFESTYLE AND PERCEPTION OF THE SUGGESTION IMPULSE BUYING (Studies

On Consumer Fashion In Bandar Lampung Simpur Center Plaza)

The majority of Indonesian consumers have unplanned character. They usually will take a decision at the last moment. One form of consumer behavior that does not have a plan is the occurrence of impulse buying, especially when shopping for fashion products. This study tried to find out some of the external and internal factors that can affect impulse buying such as sales promotion, personal selling, lifestyle and perception. This study used four independent variables, namely the sales promotion (X1), personal selling (X2), lifestyle (X3), perception (X4), and impulse buying as dependent variable. After a literature review, and preparation of hypotheses, data were collected through questionnaires distributed method to 100 respondents in Sipur Center Plaza in Bandar Lampung who was shopping fashion products using purposive. While the analysis is done by processing the data using SPSS 16.0 for windows. Then conducted analyzes with existing data using validity, reliability, classic assumption test, regression analysis, and hypothesis testing using the f test and t test.

(2)

ABSTRAK

DAMPAK PROMOSI PENJUALAN, PENJUALAN PERSEORANGAN, GAYA HIDUP DAN PERSEPSI TERHADAP SUGGESTION IMPULSE BUYING (STUDI PADA KONSUMEN FASHION DI SIMPUR CENTER

PLAZA)

Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned. Mereka biasanya akan mengambil keputusan pada saat-saat terakhir. Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak punya rencana adalah terjadinya impulse buying, terutama saat berbelanja produk fashion. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui beberapa faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi impulse buying seperti promosi penjualan, penjualan perseorangan, gaya hidup dan persepsi. Penelitian ini menggunakan empat variabel independen yaitu promosi penjualan (X1), penjualan perseorangan (X2), gaya hidup (X3), persepsi (X4) dan impulse buying sebagai variabel dependennya (Y). Setelah dilakukan tinjauan pustaka, dan penyusunan hipotesis, data dikumpulkan melalui metode kuesioner yang disebar kepada 100 orang responden di Sipur Center Plaza Kota Bandar Lampung yang sedang berbelanja produk fashion dengan menggunakan purposive. Sedangkan analisis dilakukan dengan pengolahan data menggunakan SPSS 16.0 for window. Kemudian dilakukan analisis dengan data yang ada menggunakan uji validitas, reliabilitas, uji asumsi klasik, analisis regresi berganda, dan pengujian hipotesis menggunakan uji f dan uji t.

(3)

DAMPAK PROMOSI PENJUALAN, PENJUALAN

PERSEORAGAN, GAYA HIDUP DAN PERSEPSI TERHADAP

SUGGESTION IMPULSE BUYING

(Studi Pada Konsumen

Fashion

Di Simpur Center Paza Kota Bandar Lampung)

Oleh

Mutiara Najla Siahaan

Skripsi

Sebagaisalahsatusyaratuntukmencapaigelar

SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

JurusanAdministrasiBisnis

FakultasIlmuSosialdanIlmuPolitik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAMPAK PROMOSI PENJUALAN, PENJUALAN

PERSEORAGAN, GAYA HIDUP DAN PERSEPSI TERHADAP

SUGGESTION IMPULSE BUYING

(Studi Pada Konsumen

Fashion

Di Simpur Center Paza Kota Bandar Lampung)

(Skripsi)

Oleh

Mutiara Najla Siahaan

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukurdancintakasihkukepada Sang

Pencipta yang MahaKuasa, Allah SWT yang

selalumelimpahkanrahmatdankebahagiaanbagiuma

tNya..

Ku persembahkankaryakuinikepada:

Kedua orang tuaku, Mama dan Ayah..

TerimakasihatassegalapengorbanansertaKasihsaya

ngdenganpenuhketulusandankeikhlasan yang

telahMamadanAyah berikanuntukku..

Semoga kalian dapatsedikitberbanggaatasapa yang

sudahakuraihsaatini,

meskipunakubelumbisamemberikankebahagianlebi

huntuk kalian..

SemuaKeluarga, sahabat, dan orang-orang yang

menyayangiku…

dan

(7)
(8)
(9)

Riwayat hidup

Penulis bernama lengkap Mutiara Najla Siahaan terlahir di Sipirok, Kab.Tapanuli Selatan, Sumatera Utara pada

tanggal 25 September 1992 sebagai anak Pertama dari Empat bersaudara, putri dari bapak Muhardi Aman Siahaan

dan ibu Yetti Rosara Siregar.

Pendidikan formal didapat penulis pada tahun 1998, tepatnya di SD Negeri 7 Sipirok yang diselesaikan pada tahun 2004. Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 1 Sipirok yang diselesaikan pada tahun 2007.

Selanjutnya, jenjang pendidikan menengah atas penulis selesaikan di SMA Negeri 2 Plus Ypmhb Sipirok pada tahun 2010.

Pada tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan administrasi Bisnis

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung pada program strata 1 (S1) melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik Dan Bakat (PKAB). Pada

(10)

Moto

Kalo setiap harapan kita selalu berjalan sesuai rencana, kita tak

pernah belajar kecewa itu menguatkan.

(Najla Siahaan)

faith doesn't make things easy, it makes this possible,

(kata bijak)

“Barangsiapabertakwapada Allah, maka Allah

memberikanjalankeluarkepadanyadanmemberirezekidariarah yang

tidakdisangka-sangka..Barangsiapa yang bertaqwapada Allah, maka

Allah jadikanurusannyamenjadimudah..barangsiapa yang

bertaqwapada Allah akandihapuskan dosa2nya

danmendapatkanpahala yang agung”

(11)

PERSEMBAHAN

Teriring rasa syukurdancintakasihkukepada Sang

Pencipta yang MahaKuasa, Allah SWT yang

selalumelimpahkanrahmatdankebahagiaanbagiuma

tNya..

Ku persembahkankaryakuinikepada:

Kedua orang tuaku, Mama dan Ayah..

TerimakasihatassegalapengorbanansertaKasihsaya

ngdenganpenuhketulusandankeikhlasan yang

telahMamadanAyah berikanuntukku..

Semoga kalian dapatsedikitberbanggaatasapa yang

sudahakuraihsaatini,

meskipunakubelumbisamemberikankebahagianlebi

huntuk kalian..

SemuaKeluarga, sahabat, dan orang-orang yang

menyayangiku…

dan

(12)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin.

Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, karena atas

limpahan berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat

waktu sesuai dengan harapan penulis dengan judul “Pengaruh Promosi

Penjualan, Penjualan Perseorangan, Gaya Hidup dan Persepsi Terhadap

Suggestion Impulse Buying (Studi Pada Konsumen Fashion Di Simpur

Center Plaza Kota Bandar Lampung) ” disusunsebagai salah satu syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis di Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis mengharapkan semoga skripsi ini

dapat berguna dan bermanfaat untuk orang lain.

Penulis menyadari tanpa adanya bantuan, dukungan, motivasi, semangat, arahan

serta bimbingan dari berbagai pihak mungkin skripsi ini tidak dapat terselesaikan.

Oleh karena itu, dengan segala ketulusan hati penulis ingin menyampaikan ucapan

terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Lampung.

2. Seluruh staf Pembantu Dekan (PD I, PD II, PD III) Fakultas Ilmu Sosial dan

(13)

3. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B. selaku ketua Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung serta selaku

dosen penguji dalam ujian skripsi, terimakasih untuk segala arahan, bimbingan,

serta keikhlasannya dalam mendidik dan membantu mahasiswa selama masa

perkuliahan.

4. Bapak Ahmad Rifa’i, S.Sos., M.Si. selaku sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

5. Bapak Wheny Khristianto, S.A.B., M.A.B. selaku dosen pembimbing utama

yang telah sabar dan banyak memberikan arahan serta bimbingannya dalam

proses penyusunan skripsi ini.

6. Maulana Agung P.,S. Sos.,M.AB. selaku dosen pembimbing kedua, terimakasih

atas segala saran dan masukan yang membangun dalam proses penyelesaian

skripsi ini.

7. Drs. A.Efendi, M.M. selaku dosen Pembimbing Akademik penulis selama

menempuh studi di Universitas Lampung.

8. Seluruh jajaran dosen dan staff Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Universitas

Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama

penulis menuntut ilmu.

9. Mama dan Ayahku tersayang, rasanya tak cukup berjuta terimakasih saya

ucapkan untuk membalas budi atas segala kasih sayang, perhatian, semangat

serta doa yang tulus dalam mendidikku hingga sampai sekarang ini. Hanya

mama dan ayah yang menjadi semangatku saat ini, aku berjanji akan selalu

berusaha menjadi anak yang bisa mama dan ayah banggakan. Semoga Allah

SWT memberikan balasan yang luar biasa, kesehatan dan umur yang barakah

untuk mama dan ayah. Amin.

10.Ketiga adik ku, si calon dokter ahmad, fadilah dan nailah yang selalu

(14)

11.Buat keluarga besar ku, opung godang, nenek cantik, nenek medan, nanguda,

uda, bujing, bou, amang boru, tulang, nantulang dan semua sepupuku.

Terimakasih atas do’a dan semangat nya.

12.Sahabat terbaik ku Widya, terimakasih buat support dan semangatnya yah

sayang, terimakasih udah selalu setia jadi sahabat aku sedari TK sampai

sekarang. Suka duka selalu bareng, walau jauhan tetap aja masih gak bisa

dipisahin. Tahun depan harus lolos jadi polwannya, semangat nyekrip nya juga,

love you more darl..

13.Super big thank’s untuk sahabat aku di perantauan ini, lana si ganteng yang

udah berubah jadi feminim (pertahanin yah!), lidya yang paling tua tapi paling

sering di bully (cepet gede yaah lid), natalia si cina yang gak pernah ngaku

kalau dia beneran cina (good luck atas kerjaannya ce), ranis si emak yang super

cerewet tapi apa yang domongin dia selalu saja bener (longlast sama mamas

inung), patricia (petrik) si bejo diantara kami semua (trik, jangan mentang2

bejo jadi pemalas gitu yah)“terimakasih untuk semangat dan kebersamaan

kalian di perantauan ini, tanpa kalian mungkin hambar rasanya di bumi ruwai

jurai ini”

14.Seluruh teman-teman ABI 2010: Devi manik, cety, ifan, merlin, Aga, meika,

mika yang udaah lulus dluan, Ko Boby, Bang Daniel, Mas Bro, Melisa,Andi,

Alan, Indah, Intan, Lusi, Rifa, Olla, Novi, Dian, Ade, Ica, Tara, Manda, Tera,

Lisa, Yulia, Ruslan, Nisa, Juwita, Ary, Elita dan lainnya yang tidak bisa

disebutkan satu persatu “sukses buat kita semua, amin”.

15.Sahabat-Sahabatku dari Red Jail: Dahlia (teman se kost, seperantauan di

lampung ini, semangat skripsinya, biar kita wisuda bareng), personil borru

(15)

“terimakasih atas kebersamaan dengan kalian, dan terimakasih atas segala

semangat kalian, semoga pas reuni nanti udah pada sukses.amiinn”

16.Untuk keluarga KKN Desa Labuhan Jaya kecamatan Gunung Labuhan, Way

kanan, mput, bundo, tika, rio, bang koko, reza “Terimakasih atas

kebersamaannya 40 hari tinggal bersama kalian, ya walaupun kadang-kadang

ada konflik karena tidak sependapat, tapi itu menjadi pembelajaran dan

pendewasaan bagi kita”.

17.Terimakasih kepada keluarga Formahisa Lampung. “Kalian keluarga ku di

lampung ini, terimakasih banyak buat bimbingan dan kasih sayang kalian

selama di perantauan ini” kak nurma, bang roy, lia, icha, yenni, cadat, madi,

bg afif, bg taufik, dan semua keluarga Formahisa yang namanya gak dapat

disebut satu per satu. Aku sayang kalian.

18.Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

19.Terimakasih kepada Almamater tercinta, Universitas Lampung.

Bandar Lampung, Juni2014

Penulis

Mutiara Najla

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI...i

DAFTAR TABEL...iii

DAFTAR GAMBAR...iv

DAFTAR LAMPIRAN...v

I. PENDAHULUAN...1

I.1 Latar Belakang...1

I.2 Rumusan Masalah...5

I.3 Tujuan Penelitian...5

I.4 Manfaat Penelitian...6

II. TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1 Konsep Pemasaran...7

2.2 Perilaku Konsumen...9

2.3 Ritel Modern...14

2.4 Promosi...17

2.5 Impulse Buying...19

2.6 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhu Impulse Buying...22

2.7 Promosi Penjualan...24

2.8 Penjualan Perseorangan...25

2.9 Gaya Hidup...26

2.10 Persepsi...28

2.11 Peneitian Terdahulu...32

2.12 Hubungan Antar Variabel...34

2.13 Model Penelitian...38

2.14 Hipotesis...40

III. METODE PENELITIAN...41

3.1 Jenis Penelitian...41

3.2 Defenisi Konseptual...41

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...43

3.4 Populasi dan Sample...44

3.4.1 Populasi...44

(17)

3.5 Teknik Sampling...46

3.6 Jenis dan Sumber Data...46

3.7 Metode Pengumpulan Data...47

3.8 Teknik Pengujian Instrumen...47

3.8.1 Uji Validitas...47

3.8.2 Uji Reliabilitas...49

3.9 Teknik Analisis Data...49

3.9.1 Uji Regresi Linier Berganda...49

3.9.2 Uji Asumsi Klasik...50

3.10 Pengujian Hipotesis...52

IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan...56

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian...56

4.2 Hasil Penelitian...57

4.2.1 Karakteristik Responden...57

4.3 Hasil Instrumen Penelitian...61

4.3.1 Uji Validitas...61

4.3.2 Uji Reliabilitas...64

4.4 Hasil Analisis Data...65

4.4.1 Hasil Analisis Data Deskriptif...65

4.5 Analisis Data...76

4.5.1 Pengujian Asumsi Klasik...76

4.5.2 Pengujian Regresi Berganda...80

4.5.3 Uji Hipotesis...82

4.6 Pembahasan...85

V. Kesimpulan Dan Saran...87

5.1 Kesimpulan...87

5.2 Saran...88

(18)

DAFTAR TABEL

Halaman No

2.1 Penelitian Terdahulu...33

3.1 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional...43

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...57

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia...58

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...59

4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan...59

4.5 Jumlah Responden Berdasarkan Pendapatan...60

4.6 Uji Validitas Promosi Penjualan (X1)...61

4.7 Uji Validitas Penjualan Perseorangan (X2)...62

4.8 Uji Validitas Variabel Gaya Hidup (X3)...62

4.9 Uji Validitas Persepsi (X4)...63

4.10 Uji Validitas Variabel Impulse Buying (Y)...63

4.11 Distribusi Jawaban Responden untuk Item Variabel Promosi Penjualan...64

4.12 Distribusi Jawaban Responden untuk Item Variabel Penjualan Perseorangan...65

4.13 Distribusi Jawaban Responden untuk Item Variabel Gaya Hidup...67

4.14 Distribusi Jawaban Responden untuk Item Variabel Persepsi...69

4.15 Distribusi Jawaban Responden untuk Item Variabel Suggestion Impulse Buying ...72

4.16 Hasil Normalitas dengan Kolmogrorov-Smirnow Test (K-S)...74

4.17 Hasil Uji Heterokedastisitas dengan Glejser...77

4.18 Hasil Pengujian Multikolinieritas Dengan Menggunakan Varian Inflas Factor (VIF)...79

4.19 Hasil Pengujian Linier Berganda...80

4.20 Uji R2...82

4.21 Uji F...83

(19)
(20)

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

2.1 Sistem Pemasaran Sederhana...8

2.2 Perilaku Konsumen...11

2.3 Perilaku Konsmen sederhana...13

2.4 Jalur Distribusi Konsep Tradisional...15

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Kuisioner Penelitian

2. Hasil Output SPSS

3. Tabel r

4. Tabel F

5. Tabel t

(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kegiatan pemasaran saat ini tidak bisa dilepaskan dari perilaku konsumen yang

menjadi target pasar suatu perusahaan. Indonesia merupakan negara berkembang

yang menjadi target potensial dalam pemasaran produk, baik dari perusahaan

lokal maupun internasional. Agar perusahaan tersebut menuai kesuksesan di

Indonesia, maka perlu mempelajari karakter unik yang dimiliki konsumen

Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned. Mereka biasanya akan mengambil keputusan pada saat-saat terakhir. Salah satu

bentuk perilaku konsumen yang tidak punya rencana adalah terjadinya impulse buying (membeli tanpa rencana/spontan membeli ketika tertarik dengan sebuah produk).

Tidak mengherankan, tingkat pembelian secara tidak terencana di Indonesia relatif

lebih tinggi dibandingkan dengan konsumen di Amerika Serikat. Berdasarkan

survei Nielsen, ternyata 85% pembelanja ritel modern cenderung untuk berbelanja

sesuatu yang tidak direncanakan (www.handiirawan.com). Konsumen yang

melakukan impulse buying tidak berpikir untuk membeli produk atau merek tertentu. Mereka langsung melakukan pembelian karena ketertarikan pada merek

(23)

2

reflek, tiba-tiba, dan otomatis. Impulse buying dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti display yang menarik ataupun karena harga diskon.

Industri fashion di Indonesia semakin dinamis dan persaingan bukan lagi soal harga, namun juga kualitas dan desain. Kehadiran ritel luar membuat konsumen

semakin memiliki banyak pilihan dan cerdas memilih produk. Masalah merek

memang masih menjadi pertimbangan utama konsumen Indonesia, selanjutnya

barulah model dan kualitas yang menentukan kenyamanan saat dipakai. Memilih

tempat berbelanja atau membeli suatu produk merupakan suatu titik awal interaksi

konsumen dengan lingkungan berbelanja. Simpur Center Plaza Bandar Lampung

merupakan pusat perbelanjaan yang ramai dan banyak dikunjungi oleh masyarakat

Bandar Lampung. Letaknya yang strategis yang berada di tengah – tengah kota

Bandar Lampung, sehingga memungkinkan masyarakat datang ke Simpur Center

Plaza. Simpur Center Plaza Bandar Lampung juga menyediakan semua kebutuhan

konsumen akan produk fashion yang lengkap dan berkualitas.

Simpur Center Plaza mendorong perilaku konsumen melalui strategi-strategi

seperti rancangan toko yang menarik, pajangan-pajangan produk, rancangan

kemasan, dan penjualan. Simpur Center Plaza Bandar Lampung merupakan salah

satu pusat perbelanjaan ritel modren yang berbentuk plaza di Bandar Lampung.

Simpur Center adalah pusat perdagangan pertama dan terbesar di Kota Bandar

Lampung. Berdasarkan konsep one stop shopping. Dalam fasilitas komersial yang

menyenangkan. Oleh karena itu, Simpur Center Plaza selalu berupaya untuk

(24)

3

toko murah, tetapi juga Simpur Center Plaza ingin memberikan hiburan, sehingga

tercipta suasana belanja yang menyenangkan.

Berdasarkan aneka pilihan fashion yang di sajikan di Simpur Center Plaza Bandar

Lampung maka konsumen mengambil banyak keputusan pembelian setiap hari.

Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh Dyna Herlina dan Muniya Altez (2007), mereka menemukan bahwa 50% konsumen ritel modern tidak pernah

membuat rencana penelitian detail, hal ini sejalan dengan kecenderungan konsumen yang tidak mebuat daftar belanja (48,2%). Konsumen ritel modern

jarang melakukan pencarian informasi mengenai produk secara detail sebelum melakukan pembelian (39,3%). Penelitian ini melibatkan 168 responden yang

sedang berkunjung di Amburukmo Plaza, Ramai Mall, Saphir Square dan Galeria

Mall. Terencana atau tidaknya pembelian oleh konsumen telah menjadi perhatian peneliti dan praktisi sejak puluhan tahun lalu. Kebanyakan orang tertarik untuk

meneliti karakteristik dan proporsi konsumen yang melakukan pembeliannya

secara dan tidak terencana (pembelian impulsif).

Perilaku pembelian tidak terencana bersifat sukarela, dan juga spontan, tidak bisa

diantisipasi, dan tidak terencana (Hodge, 2004). Rook, 1987 dalam

Harmanciouglu, Finney dan Joseph, 2009 menyatakan impulse buying seringkali memaksa dan mendesak. Karena itu, seseorang akan mengharapkan bahwa

faktor-faktor yang memainkan peranan dalam konteks pembelian tidak terencana untuk

mengarahkan secara langsung ke perilaku pembelian tidak terencana. Faktor –

faktor yang sering kali mempengaruhi pembelian impulsif ada dua yaitu dari

(25)

4

positif, persepsi (kebutuhan) dan keinginan, Gaya hidup, emosional belanja,

kognitif dan afektif. Sedangkan dari faktor eksternal berupa stimulus yang

diciptakan peritel di dalam lingkungan toko (Karbasivar dan Yarahmadi, 2011).

Stimuli yang diciptakan para peritel merupakan strategi pemasaran atau disebut

bauran pemasaran atau disebut bauran pemasaran eceran yang terdiri atas lokasi,

produk, harga, promosi, lingkungan toko, dan pelayanan (Utami 1010).

Fokus penelitian ini menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pembelian tidak terencana pada produk fashion di Simpur Center Plaza Bandar

Lampung dimana variabel dependennya adalah perilaku pembelian tidak terencana

dengan cara melihat produk dan kegunaannya (suggesstion impuse buying) dan

variabel independennya adalah promosi penjualan, penjualan perseorangan, gaya

hidup dan persepsi pada saat melakukan pembelian impulsif. Hal tersebut

dikarenakan pengaruh promosi penjualan, penjualan perseorangan, gaya hidup dan

persepsi belum dapat dipastikan sehingga perlu dievaluasi.

Berdasarkan pemaparan yang ada diatas maka dapat dijadikan suatu penelitian

dengan judul “DAMPAK PROMOSI PENJUALAN, PENJUALAN

PERSEORANGAN, GAYA HIDUP DAN PERSEPSI TERHADAP

(26)

5

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang masalah dalam penelitian ini, maka dapat

ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah promosi penjualan berpengaruh signifikan terhadap keputusan

suggestion impulse buying ?

2. Apakah penjualan perseorangan berpengaruh signifikan terhadap

suggestion impulse buying?

3. Apakah gaya hidup berpengaruh signifikan terhadap suggestion impulse buying?

4. Apakah persepsi berpengaruh signifikan terhadap suggestion impulse buying?

5. variabel mana yang paling berpengaruh terhadap suggestion impulse buying di toko ritel modern?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian menurut Suharsimi Arikunto (2006) adalah rumusan kalimat

yang menunjukan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah:

a) Untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi konsumen

melakukan suggestion impulse buying di dalam toko ritel modern, dalam hal

ini faktor-faktor yang akan diteliti adalah faktor promosi penjualan, penjualan

(27)

6

b) Untuk mengetahui variabel apa yang paling berpengaruh terhadap suggestion

impulse buying.

1.4 Manfaat Penelitian :

a) Bagi Peneliti : Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang faktor -

faktor yang secara potensial dapat menyebabkan konsumen melakukan

suggestion impulse buying.

b) Bagi Pemasar : Sebagai penelitian empiris, penelitian ini diharapkan dapat

menghasilkan temuan yang bermanfaat bagi para pemasar produk yang

rentan terhadap suggestion impulse buying. Temuan dari penelitian ini dapat dijadikan masukan dan bahan pertimbangan bagi pemasar dalam

menyusun strategi pemasaran yang tepat.

c) Bagi Akademisi : Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat berupa kerangka teoritis tentang perilaku suggestion impulse buying yang dilakukan konsumen serta faktor – faktor penyebabnya dan nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan

(28)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pemasaran

Biasanya pemasaran dilihat sebagai tugas untuk menciptakan, mempromosikan,

dan memberikan barang dan jasa untuk konsumen dan bisnis (Kotler, 2003).

Pemasar yang terampil mampu merangsang permintaan untuk produk perusahaan,

namun hal ini terlalu terbatas pada pandangan pemasar dalam melakukan tugas.

Sama seperti produksi dan logistik profesional bertanggung jawab atas

pengelolaan persediaan, sedangkan, pemasar bertanggung jawab atas pengelolaan

permintaan. Manajer pemasaran berusaha untuk mempengaruhi tingkat, waktu,

dan komposisi permintaan untuk memenuhi tujuan organisasi. Pemasaran meliputi

sepuluh jenis produk: barang, jasa, pengalaman, peristiwa, orang, tempat, properti,

organisasi, informasi, dan ide. Ada dua definisi utama pemasaran dari perspektif

yang berbeda yaitu perspektif sosial dan manajerial.

Dari sudut pandang sosial, pemasaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses

sosial dimana individu-individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka

butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran secara

(29)

8

Information Money Goods/Services Communication

Industry (a collection of sellers)

Market

(a collection of buyers) manajerial, pemasaran sering digambarkan sebagai seni untuk menjual produk,

tetapi biasanya orang terkejut mendengar bahwa bagian

terpenting pemasaran bukanlah menjual. Penjualan hanya puncak gunung

pemasaran. Pemasaran dapat dipahami dari gambar dibawah ini :

Sumber : Kotler (2003)

Gambar 2.1

Sistem Pemasaran Sederhana

Berdasarkan Gambar 2.1 diatas, kita dapat mengamati bahwa ada pertukaran

menghubungkan perilaku antara pemasar dan konsumen. Oleh karena itu

konsumen dianggap penting oleh pemasar mengingat fakta bahwa mereka

memberikan uang kepada para pemasar, alasannya adalah karena konsumen dapat

memberikan kontribusi lebih jauh mengenai informasi penting yang ditujukan

untuk para pemasar sebagai sesuatu yang harus dipertimbangkan ketika membuat

strategi pemasaran.

Adapun tujuan dari pemasaran adalah memenuhi target pelanggan dan

(30)

9

untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan oleh pemasar. Oleh karena itu,

pemahaman yang lebih baik dari pola bertindak konsumen terhadap barang atau

jasa akan sangat vital. Informasi yang memadai dalam bidang perilaku konsumen

kemudian akan dianggap penting.

2.2 Perilaku Konsumen

Pemasar telah menyadari bahwa efektivitas mereka dalam memenuhi kebutuhan

konsumen secara langsung berpengaruh terhadap profitabilitas. Semakin baik

mereka memahami faktor-faktor yang mendasari perilaku konsumen, semakin

baik mereka dapat mengembangkan strategi pemasaran yang efektif untuk

memenuhi kebutuhan konsumen. Di masa lalu, banyak perusahaan bisnis yang

tidak terlalu peduli dengan pemahaman perilaku konsumen. Mereka lebih terfokus

pada hasil penjualan pelacakan dengan sedikit perhatian mengapa konsumen

melakukan apa yang mereka lakukan. Tapi seperti kompetisi yang kaku,

lingkungan pemasaran telah menyebabkan manajer pemasaran menganalisis lebih

dekat faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan konsumen. Sekarang manajer

yang bersangkutan dengan memberikan manfaat bagi konsumen, belajar tentang

konsumen, mengubah sikap dan mempengaruhi persepsi konsumen.

Menurut Schiffman dan Kanuk (2000) perilaku konsumen adalah perilaku yang di

perhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi dan

mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan

kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang ditawarkan. Dapat

(31)

10

fisik individu–individu yang semuanya ini melibatkan individu dalam menilai,

mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang dan jasa-jasa

(Loudon dan Della Bitta, 1993).

Studi perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu membuat

keputusan untuk menghabiskan sumberdaya yang tersedia, uang, waktu dan juga

upaya, pada item terkait konsumsi. Memahami perilaku konsumen dan

“mengetahui pelanggan” tidak pernah sederhana (Kotler, 2003). Pelanggan dapat

mengatakan satu hal tetapi melakukan hal yang lain. Mereka mungkin tidak

berhubungan dengan motivasi yang lebih dalam. Mereka mungkin menanggapi

pengaruh yang mengubah pikiran pada menit terakhir.

Menurut Assael (2001), ada dua pendekatan yang luas untuk mempelajari perilaku

konsumen. Sebuah pendekatan manajerial tinjauan perilaku konsumen sebagai

ilmu sosial terapan. Hal ini dipelajari sebagai tambahan dan dasar untuk

mengembangkan strategi pemasaran. Sebuah pendekatan holistik tinjauan perilaku

konsumen merupakan fokus sah penyelidikan dan dirinya sendiri tanpa perlu

diterapkan untuk pemasaran.

Menurut Kotler dan Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat

dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli.

Titik awal untuk memahami perilaku pembeli adalah model stimulus-respon yang

ditunjukkan pada Gambar 2.2. Rangsangan pemasaran dan lingkungan masukkan

kesadaran pembeli. Karakteristik pembeli dan proses keputusan menimbulkan

(32)

11

dalam kesadaran pembeli antara datangnya stimulus luar dan keputusan

pembelian.

[image:32.595.119.494.150.342.2]

Sumber : Kotler (2003)

Gambar 2.2

Model Perilaku Konsumen

Model perilaku yang diusulkan oleh Assael (2001) menekankan interaksi antara

pemasar dan Konsumen. Pengambilan keputusan Konsumen, yaitu proses

memahami dan mengevaluasi informasi merek, mengingat betapa merek alternatif

memenuhi kebutuhan konsumen, dan memutuskan merek adalah komponen utama

dari model.

Dua pengaruh luas menentukan pilihan konsumen. Yang pertama adalah

konsumen individu yang kebutuhannya, persepsi tentang karakteristik merek, dan

sikap terhadap pengaruh alternatif pilihan merek. Selain itu, konsumen demografi,

gaya hidup, dan karakteristik kepribadian mempengaruhi pilihan merek. Pengaruh

kedua pengambilan keputusan konsumen adalah lingkungan. Lingkungan

konsumen yang diwakili oleh budaya (norma-norma dan nilai-nilai masyarakat),

(33)

12

yang berbeda dalam hal-hal tertentu), dan dengan tatap muka kelompok (teman,

anggota keluarga, dan referensi kelompok).

Pemasaran organisasi juga merupakan bagian dari lingkungan konsumen sejak

organisasi tersebut akan memberikan persembahan yang dapat memuaskan

kebutuhan konsumen. Setelah konsumen membuat keputusan, evaluasi

pasca-pembelian, diwakili sebagai masukan untuk konsumen individu. Selama evaluasi,

konsumen akan belajar dari pengalaman dan dapat berubah nya pola memperoleh

informasi, mengevaluasi merek, dan memilih sebuah merek.Pengalaman

konsumsi akan secara langsung mempengaruhi apakah konsumen akan membeli

merek yang sama lagi. Sebuah umpan balik juga mengarah kembali ke

lingkungan. Konsumen mengkomunikasikan pengalaman pembelian dan

konsumsi untuk teman-teman dan keluarga. Pemasar juga mencari informasi dari

konsumen. Pemasar juga mencari informasi dari konsumen. Mereka melacak

tanggapan konsumen. Namun, informasi tersebut tidak menceritakan konsumen

membeli maupun memberikan informasi mengenai kekuatan dan kelemahan dari

merek pemasar relatif terhadap para pesaing. Oleh karena itu, penelitian

pemasaran juga diperlukan pada langkah ini untuk menentukan reaksi konsumen

pada merek dan niat pembelian di masa depan. Informasi ini memungkinkan

manajemen untuk merumuskan strategi pemasaran untuk memenuhi kebutuhan

(34)

13

Konsumen individual

Pengaruh-pengaruh lingkungan

Penerapan Perilaku Konsumen Pada Straegi Pemasaran

Pembuatan Keputusan KoKonsumen

Umpan Balik Bagi Konsumen (Evaluasi Pasca Pembelian)

Tanggapan Konsumen

Umpan balik bagi pemasar

[image:34.595.117.506.93.360.2]

Sumber : Assael (2001)

Gambar 2.3

Model Perilaku Konsumen Sederhana

Pengambilan keputusan konsumen adalah komponen utama dalam model ini.

Pengambilan keputusan konsumen adalah proses memahami dan mengevaluasi

informasi merek, mengingat bagaimana alternatif merek memenuhi kebutuhan

konsumen, dan memutuskan pada sebuah merek. Tiga unsur yang mempengaruhi

pengambilan keputusan konsumen dalam model adalah konsumen individu,

lingkungan, dan komunikasi dari lingkungan (Assael, 2001).

Ada dua pengaruh yang luas konsumen dapat menentukan pilihan pilihan, yaitu:

konsumen individu itu sendiri dan pengaruh lingkungan. Setelah konsumen

membuat suatu keputusan, mereka akan mengevaluasi produk yang mereka beli

(evaluasi pasca-pembelian). Selama evaluasi, konsumen ini akan belajar dari

(35)

14

merek, dan memilih sebuah merek. Selain itu, umpan balik juga mengarah ke

lingkungan. Konsumen akan berbagi informasi dan pengalaman yang mereka

dapatkan dari pembelian produk untuk keluarga dan teman-teman mereka.

2.1.3 Ritel Modern

Salah satu dari kebiasaan masyarakat Indonesia yang sudah merangkap dan

menjadi bagian dari gaya hidup yaitu berbelanja di toko ritel. Hal ini karena

terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat Indonesia yang didukung oleh

meluasnya penggunaan kartu kredit dan perubahan format berbelanja pada

masyarakat indonesia, yaitu berbelanja adalah kegiatan rekreasi. Kelebihan yang

ditawarkan oleh ritel modern yaitu ketersediaan barang yang di cari oleh

konsumen. Tetapi bukan hanya itu, ritel modern juga mampu memenuhi aspek

psikologis konsumen. Misalnya menyangkut keamanan, kenyamanan, dan

kebersihan. Hal ini dapat kita lihat di sebagian besar ritel modern yang

menyediakan fasilitas berupa penyediaan outlet-outlet yang bentuknya lebih

modern, tempat parkir yang luas, petugas security yang selalu waspada,

barang-barang yang ditata dengan rapi dan menarik, dilayani oleh SPG yang cantik dan

ramah, serta alunan musik yang memberikan suasana berbelanja menjadi semakin

menyenangkan.

Retailer adalah usaha bisnis yang menjual barang-barang terutama ke konsumen rumah tangga untuk digunakan secara non-bisnis (Stanton, 1991). Pernyataaan ini

(36)

15

yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung kepada konsumen

akhir untuk penggunaan pribadi dan bukan penggunaan bisnis. Dari dua definisi

tersebut dapat disimpulkan bahwa ritel adalah usaha bisnis di bidang penjualan

barang atau jasa secara langsung kepada konsumen untuk digunakan secara

pribadi dan bukan untuk penggunaan bisnis.

Jalur distribusi yang masih menerapkan konsep tradisional menggunakan sistem

saluran yang tiap fungsinya memiliki tugas yang terpisah. (Utami, 2006) tugas

yang terpisah di jelaskan dengan Gambar 2.4 seperti berikut :

[image:36.595.121.506.336.457.2]

Sumber : Utami 2006

Gambar 2.4

Jalur Distribusi Konsep Tradisional

o Perusahaan dagang atau produsen mempunyai tugas untuk mendesain, membuat, memberi merek, menetapkan harga, mempromosikan dan menjual. Produsen tidak menjual langsung ke konsumen.

o Pedangang besar (Wholesaler) mempunyai tugas membeli, menyimpan

persediaan, mempromosikan, memajang, menjual, mengirimkan, dan membayar kepada produsen. Mereka biasanya tidak menjual langsung ke konsumen.

o Sedangkan, peritel menjalankan fungsi pembeli, menyimpan persediaan,

(37)

16

Saluran yang menggunakan konsep tradisional saat ini telah tergeser oleh konsep

yang lebih modern, walaupun pada dalam prakteknya konsep tradisional masih

diterapkan oleh beberapa perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Utami

(2006) saluran penjualan tradisional telah berubah menjadi saluran vertikal,

dimana dalam beberapa jalur distribusi barang dagangan, produsen, pedagang

besar, dan peritel ditangani oleh perusahaan-perusahaan independen yang bukan

merupakan anggota saluran distribusi tersebut. Saluran vertikal merupakan saluran

distribusi yang melibatkan sekumpulan perusahaan anggota saluran. Biasanya

mereka menggunakan integrasi vertikal yang terdiri atas produsen, pedagang

besar, dan peritel yang bertindak sebagai satu sistem yang terintegrasi. Artinya

ritel modern adalah usaha bisnis di bidang penjualan barang atau jasa secara

langsung kepada konsumen untuk digunakan secara non bisnis dimana usaha

tersebut bertindak sebagai satu system yang terintegrasi bersama-sama dengan

produsen dan pedagang besar.

Ritel memiliki beberapa fungsi penting yang dapat meningkatkan nilai produk dan jasa yang dijual kepada konsumen dan memudahkan distribusi produk-produk tersebut bagi perusahaan yang memproduksinya (Utami, 2006). Fungsi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan berbagai jenis produk dan jasa

Dalam fungsinya sebagai peritel, mereka berusaha menyediakan beraneka ragam produk dan jasa yang dibutuhkan konsumen.

2. Memecah

(38)

17

3. Penyimpan persediaan

Peritel juga dapat berposisi sebagai perusahaan yang menyimpan persediaan dengan ukuran yang lebih kecil. Dalam hal ini, pelanggan akan diuntungkan karena terdapat jaminan ketersediaan barang atau jasa yang disimpan peritel.

4. Penyedia jasa

Dengan adanya ritel, maka konsumen akan mendapat kemudahan dalam mengonsumsi produk-produk yang dihasilkan produsen. Selain itu, ritel juga dapat mengantar produk hingga dekat ke tempat konsumen, menyediakan jasa yang memudahkan konsumen dalam membeli dan menggunakan produk, maupun menawarkan kredit sehingga konsumen dapat memiliki produk dengan segera dan membayar belakangan. Ritel juga memajang produk sehingga konsumen bisa melihat dan memilih produk yang akan dibeli.

2.4 Promosi

Promosi merupakan kegiatan terpenting, yang berperan aktif dalam

memperkenalkan, memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu

produk agar mendorong konsumen untuk membeli produk yang dipromosikan

tersebut. Untuk mengadakan promosi, setiap perusahaan harus dapat menentukan

dengan tepat alat promosi manakah yang dipergunakan agar dapat mencapai

keberhasilan dalam penjualan. Menurut Basu Swastha DM dan Irawan dalam

Angipora (1999), promosi merupakan insentif jangka pendek untuk mendorong

pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa. Menurut Stanson dalam

Angipora (1999), promosi adalah kombinasi strategi yang paling baik dari

variabel - variabel periklanan penjualan personal dan alat promosi yang lain, yang

(39)

18

Menurut Lamb, Hair, Mc-Daniel (2001), promosi adalah komunikasi dari para

penjual yang menginformasikan, membujuk, dan mengingatkan para calon

pembeli suatu produk dalam rangka mempengaruhi pendapat mereka atau

memperoleh suatu respon. Menurut Fandy Tjiptono (2004), bauran promosi

tradisional meliputi berbagai metode untuk mengkomunikasikan manfaat jasa

kepada potensial dan aktual.

Tujuan Promosi adalah :

a. Memperkenalkan Produk seluas mungkin

b. Menyusun produk agar ampil semenarik mungkin

c. Menyampaikan pesan semenarik mungkin, tanpa harus berbohong. Isi pesan

tersebut harus membangkitkan kesadaran dan hasrat yang kuat sebagai

saingan tehadap pesan – pesan promosi lainnya.

Jenis Promosi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

1. Above the line

Promosi dengan media (Televisi, radio, koran, Inernet) dimana para

advertiser membayar agensi periklanan untuk penempatan iklan tersebut. 2. Below the line

Promosi dengan bentuk yang berbeda. Biasanya konsumen tidak sadar

dengan adanya promosi jenis ini. Adapun yang termasuk promosi jenis

(40)

19

2.5 Impulse Buying

Beatty dan Farrel (dalam Mai 2007) mendefinisikan pembelian tidak terencana

sebagai pembelian yang terjadi secara tiba-tiba atau segera dengan tidak adaya

tujuan untuk membeli produk yang dikategorikan secara khusus sebelum

berbelanja atau tidak adanya perilaku yang memenuhi tugas – tugas dalam

perilaku membeli secara khusus. Cobb dan Hayer (dalam Samuel, 2007),

mengklasifikasikan suatu pembelian impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan

pembelian merk tertentu atau impulsif terjadi apabila tidak terdapat tujuan

pembelian merk tertentu atau kategori prduk tertentu pada saat masuk ke dalam

toko.

Pemahaman tentang konsep pembelian impulsif (impulse buying) dan pembelian tidak direncanakan (unplanned buying) oleh beberapa peneliti tidak dibedakan. Philipps dan Bradhow (1993), dalam Bayley dan Nancarrow (1998) tidak

membedakan antara unplanned buying dan impulsive buying, tetapi memberikan perhatian penting kepada periset pelanggan harus memfokuskan pada interaksi

antara point-of-sale dengan pembeli yang sering diabaikan. Engel dan Blackwell (1982), mendefinisikan unplanned buying adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya atau keputusan pembelian dilakukan pada

saat berada di dalam toko. Cobb dan Hoyer (1986), mengklasifikasi suatu

pembelian merek tertentu atau kategori produk tertentu pada saat masuk ke dalam

(41)

20

unplanned ketika para psikolog dan ekonom memfokuskan pada aspek irasional atau pembeli impulsif murni (Bayley dan Nancarrow, 1998).

Menurut Loudon dan Bitta (1993) impulse buying adalah yang tidak direncanakan

secara khusus. Impulse buying sering di asosiasikan dengan pembelian yang dilakukan dengan tiba-tiba dan tidak direncanakan, dlakukan di tempat kejadian,

dan disertai timbulnya dorongan yang besar serta perasaan senang dan bergairah

(Rook dalam Verplanken and Herabadi, 2001).

Keputusan pembelian yang dilakukan belum tentu direncanakan, terdapat

pembelian yang tidak direncanakan (impulsive buying) akibat adanya rangsangan

lingkungan belanja. Implikasi dari lingkungan belanja terhadap perilaku

pembelian mendukung asumsi bahwa jasa layanan fisik menyediakan lingkungan

yang mempengaruhi perilaku konsumen, dihubungkan dengan karakteristik

lingkungan konsumsi fisik (Bitner, Booms, dan Tetreault, 1990).

Menurut penelitian Engel (1995), pembelian berdasar impulse satu atau lebih karakteristik ini:

1. Spontanitas. Pembelian ini tidak diharapkan dan memotivasi konsumen untuk membeli sekarang, sering sebagai respons terhadap stimulasi visual yang langsung di tempat penjualan.

2. Kekuatan, kompulsi, intensitas. Mungkin ada motivasi untuk mengesampingkan semua yang lain dan bertindak dengan seketika. 3. Kegairahan dan stimulasi. Desakan mendadak untuk membeli sering

disertai dengan emosi yang dicirikan sebagai “menggairahkan”, “menggetarkan”, atau “liar”.

4. Ketidakpedulian akan akibat. Desakan untuk membeli dapat menjadi begitu sulit ditolak sehingga akibat yang mungkin negative diabaikan.

(42)

21

faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi pembelian impulsif antara lain adalah

harga, kebutuhan terhadap produk atau merek, distribusi masal, pelayanan

terhadap diri sendiri, iklan, display toko yang menyolok, siklus hidup produk yang

pendek, ukuran yang kecil dan kesenangan untuk mengoleksi.

Dengan dasar penjelasan di atas maka impulse buying merupakan kegiatan untuk berbelanja tanpa kontrol diri dengan sedikit atau tanpa pertimbangan mendalam.

Alasannya adalah pengalaman emosional yang lebih daripada rasional, karenanya

pembelian pun dilakukan. Sehingga kebanyakan pembelian dilakukan pada

barang-barang yang tidak di perlukan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, pembelian yang tidak terencana (impulse buying) dapat diklasifikasikan dalam empat tipe (Miller, 2002; Stern, 1962; yang dikutip dalam Hodge, 2004) :

1. Pure Impulse Buying merupakan pembelian secara impulse yang dilakukan karena adanya luapan emosi dari konsumen sehingga melakukan pembelian terhadap produk diluar kebiasaan pembelinya.

2. Reminder Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi karena konsumen tiba-tiba teringat untuk melakukan pembelian produk tersebut. Dengan demikian konsumen telah pernah melakukan pembelian sebelumnya atau telah pernah melihat produk tersebut dalam iklan.

3. Suggestion Impulse Buying merupakan pembelian yang terjadi pada saat konsumen melihat produk, melihat tata cara pemakaian atau kegunaannya. Pembelian dilakukan tanpa terencana pada saat berbelanja di pusat perbelanjaan. Pembeli terpengaruh karena diyakinkan oleh penjual atau teman yang ditemuinya pada saat belanja.

4. Planned Impulse Buying Pembeli melakukan pembelian karena sebenarnya sudah direncanakan tetapi karena barang yang dimaksud habis atau tidak sesuai dengan apa yang diinginkan maka pembelian dilakukan dengan membeli jenis barang yang sama tetapi dengan merek atau ukuran yang berbeda.

(43)

22

2.6 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Impulse Buying

Beberapa peneliti telah menemukan faktor-faktor yang memengaruhi impulse buying. Para peneliti menyatakan bahwa faktor-faktor internal dan eksternal dapat memengaruhi pembelian impulsif konsumen yaitu Hedonic Pleasure, Cognitive dan Affective sedangkan faktor eksternal yaitu atmosfir dan daya tarik suatu toko,

dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Hedonic Pleasure

Hedonic yaitu manusia akan melakukan tindakan yang menyenangkan baginya serta menghindari hal yang merugikan sehingga hedonisme dapat didefenisikan

sebagai nilai yag dimiliki individu sehingga perilakuya di motivasi oleh keinginan

untuk encapai pleasure untuk menghindari pain Bentham dalam Allport, et al., (1954).

Adapun indikator dari hedonic pleasure yaitu :

Senang melihat barang, suka barang berkesan, keinginan denga barang yang

disukai, ingin sesuatu, ingin belanja.

Dapat disimpulkan kesenangan atau hedonic pleasure dan keinginan akan suatu barang yang membuat terkesan memengaruhi pembelian impulsif.

2. Cognitive

Menurut Paul (1999) Kognitif mengacu pada proses mental dan struktur

pengetahuan yang diliatkan dalam tanggapan seseorang terhadap lingkungannya,

Misalnya termasuk didalamnya adalah pengetahuan yang didapat orang dari

(44)

23

Termasuk juga didalamnya adalah proses psikologis yang terkait dengan

pemberian perhatian pada dan penanamanterhadap aspek-aspek lingkungan,

mengingat kejadian masa lalu, pembentukan evaluasi, dan pembuatan keputusan

pembelian, sementara berbagai aspek kognisi adalah proses bepikir sadar, dimana

proses kognisi lanna dilakukan secara tak sadar dan otomatis (Peter, 1999).

Adapun indikator dari faktor cognitive yaitu :

Gaya hidup, penampilan, barang yang berguna, membaca petunjuk barang,

percaya, yakin, tidak kecewa, lapar, persediaan habis.

Dapat disimpulkan Cognitive atau proses berfikir rasional yang dieroleh dari, pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis, memahami, menilai,

menalar, membayangkan, dan pengalaman berbelanja memengaruhi pembelian

impusif.

3. Affective

Affective merupakan suatu motif yang menyebabkan pemilihan yang berkitan dengan perasaan individu atau pengalaman masa lalu seseorang. Hal ini

bepengaruh terhadap perasaan, baik itu keindahan, gengsi atau perasaan lainnya

termasuk bahkan iba dan rasa marah. (Utami, 2010).

Adapun indikaor dari Faktor Affective yaitu :

Ketika sedih, sedag marah, merasa nyaman, boros, royal, bersemangat, gembira.

Dapat disimpulkan bahwa affective atau berpikir secara emosional ketika sedang

(45)

24

Faktor eksternal

Darden, et al., (1983) menunjukkan bahwa konsumen lebih memiliki daya tarik

fisik atau suatu toko daripada kualitas barang dan harga, Pemilihan konsuen atas

toko dipengaruhi oleh store environment, dimana visual merchandising sebagai faktor utama. Konsuen akan menghidari atau meninggalkan toko jika setting toko

tersebut megundang stres (Anglin, Morgan, dan Stoltman, 1999). Visual merchanding menggambarkan presentasi dari toko dan barang dagangannya kepada penggan melalui kerjasama kelomok dari iklan (advertising), pajangan

(display), event special, fashion dan departemen perdagangan dalam rangka menjual barang dan jasa yang ditawarkan toko tersebut (Mills, Paul dan

Moorman, 1995). Visual merchandinsing mencakup dari dekorasi

interior/eksterior dan lantai/dinding toko dan juga papan promosi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan faktor eksternal yaitu atmosfir dan daya

tarik suatu toko turut memengaruhi pembelian impulsif.

2.7 Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah bentuk persuasi langsung melalui penggunaan berbagai

insentif yang dapat diatur untuk merangsang pembelian produk dengan segera dan

meningkatkan jumlah barang yang dibeli pelanggan (Tjiptono, 2008). Melalui

promosi penjualan, perusahaan dapat menarik pelanggan baru, mempengaruhi

pelanggannya untuk mencoba produk baru, mendorong pelanggan membeli lebih

banyak. Adapun alat – alat promosi penjualan secara umum adalah sampling

(46)

25

produk, promosi gabungan, point of purchase (POP) display, diskon, produk hadiah (Kotler dan keller, 2009). Dalam penelitian ini hanya mengambil dua

strategi promosi penjualan yaitu diskon dan sampling gratis.

Strategi penetapan harga diskon atau potongan harga adalah strategi mengurangi

harga untuk memberikan penghargaan kepada pelanggan yang memberikan

tanggapan seperti membayar produk lebih awal atau mempromosikan produk

(Kotler dan Keller, 2009). Menurut Grewal, dkk (dalam Damayanti, 2010),

indikator pengukuran diskon adalah: (i) Harga referensi internal, dimana terbentuk

dari pengalaman dan pengetahuan konsumen akan harga suatu barang; (ii)

Persepsi konsumen mengenai kualitas, yaitu pengetahuan konsumen mengenai

kualitas produk dan merek; (iii) Persepsi nilai yaitu konsumen akan memberikan

penilaian sendiri terhadap barang yang akan dibelinya.

Strategi sampling gratis adalah penawaran sampling gratis untuk sejumlah produk

atau jasa untuk diberikan kepada konsumen untuk dicoba (Kotler dan Keller,

2009). Indikator pengukuran sampling adalah kualitas sampling, daya tarik

sampling, dan tampilan sampling Sopiah dan Shihabudin (dalam Damayanti,

2010)

2.8 Penjualan Perseorangan

Menurut Tjiptono (2008), defenisi penjualan perseorangan adalah komunikasi

langsung (tatap muka) antara calon penjual dan calon pelanggan untuk

(47)

26

pemahaman terhadap produk sehingga mereka kemudian akan mencoba dan

membelinya.

Penjualan perseorangan merupakan salah satu kunci yang memegang peran

penting dalam mengkomunikasikan citra merek dan image toko ke konsumen, sehingga dianggap salah satu kekuatan untuk mencapai keunggulan kompetitif di

ritel industri (Hendrick, Natalie, et al., 2004). Dalam Journal Of Business and Management menyebutkan bahwa pelayanan karyawan toko yang ramah akan membuat konsumen merasa nyaman berbelanja dan menjadikan pengalaman

berbelanja yang menyenangkan (Kiran, Vasant et al., 2012).

Apalagi ketika perilaku impuls saat konsumen terdesak merasa harus membeli dan

memiliki, barang atau produk segera saat itu juga, maka perilaku sales person dapat mempengaruhi segala kemungkinan yang terjadi di keputusan pembelian,

dan sales person dapat merubah keragu - raguan konsumen antara membeli atau tidak (Peter dan Olson, 2003). Ini menunjukkan bahwa rangsangan melalui

interaksi antara pelanggan dan sales person mampu mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian terutama yang bersifat impulse.

2.9 Gaya Hidup

Gaya hidup pada prinsipnya adalah pola seseorang dalam mengelola waktu dan

uangnya. Gaya hidup mempengaruhi perilaku seseorang yang pada akhirnya

(48)

27

yang menganut pendektan gaya hidup cenderung mengklasifikasikan konsumen

berdasarkan variabel-variabel AIO, yaitu aktifitas, interes/minat, dan opini.

Joseph Plumer (1974) mengatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktifitas-aktifitas manusia dalam hal :

a) Pola seseorang dalam menghabiskan waktunya

b) Minat seseorang

c) Pandangan seseorang terhadap diri sendiri dan orang lain

d) Karakter-karakter dasar seperti tahap yang dilalui seseorang dalam

kehidupan (life cycle), penghasilan, pendidkan, dan dimana merekan tinggal.

VALS (Value and Lifestyle) adalah suatu contoh pendekatan segmentasi gaya

hidup yang lain. Pendekatan ini menggunakan gabungan beberapa teori, yaitu :

a) Teori hirarki kebutuhan manusia (need hierarchy) yang dikembangkan

oleh Abraham H. Maslow. Menurut teori ini, ada lima tingkat kebutuhan

yang dilalui oleh manusia secara bertingkat yaitu: kebutuhan fisik dasar,

rasa aman, memiliki, esteem, dan aktualisasi diri. VALS

mengindentifikasikan nilai-nilai (values) yang dianut masyarakat pada

setiap tingkat kebutuhan tersebut.

b) Teori tentang dorongan-dorongan kepribadian (The inner and outer

directed personality theory) yang diubah menjadi outer directed (dorongan dari luar).

Dalam meramalkan perilaku konsumen, para ahli berpendapat bahwa nilai-nilai

individu akan menentukan gaya hidup seseorang, dan gaya hidup seseorang akan

(49)

28

yang sedikit berbeda. Mereka berpendapat bahwa nilai-nilai individu mempunyai

hubungan langsung terhadap perilaku konsumen.

Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup

seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam

membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor

utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis

dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia,

tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih

kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.

Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat

memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di

dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” yang berinteraksi dengan

lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok

gaya hidup konsumen. Dalam membuat keputusan pembelian pada gaya hidup

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kegiatan, minat dan pendapat seseorang.

2.10 Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu

stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu indera. Alat

indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya. Persepsi

(50)

29

diinterpretasikan sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa yang

diindera. Dengan kata lain persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya

pesan atau informasi kedalam otak manusia. Persepsi merupakan keadaan

integrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya. Apa yang ada dalam diri individu, pikiran, perasaan, pengalaman-pengalaman individu akan ikut aktif

berpengaruh dalam proses persepsi.

Gibson, dkk (1989) dalam buku Organisasi Dan Manajemen Perilaku, Struktur;

memberikan definisi persepsi adalah proses kognitif yang dipergunakan oleh

individu untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya (terhadap obyek).

Gibson juga menjelaskan bahwa persepsi merupakan proses pemberian arti

terhadap lingkungan oleh individu. Oleh karena itu, setiap individu memberikan

arti kepada stimulus secara berbeda meskipun objeknya sama. Cara individu

melihat situasi seringkali lebih penting daripada situasi itu sendiri.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian persepsi merupakan

suatu proses penginderaan, stimulus yang diterima oleh individu melalui alat

indera yang kemudian diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan

mengerti tentang stimulus yang diterimanya tersebut. Proses menginterpretasikan

stimulus ini biasanya dipengaruhi pula oleh pengalaman dan proses belajar

individu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu

(51)

30

1. Faktor Internal yang mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain :

a. Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera, selanjutnya informasi yang

diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha untuk memberikan

arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk mempersepsi

pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga

dapat berbeda.

b. Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang dikeluarkan untuk

memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental

yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda sehingga

perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan

mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.

c. Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi tergantung pada seberapa

banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakkan untuk mempersepsi.

Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk

memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

d. Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari bagaimana kuatnya

seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan

jawaban sesuai dengan dirinya.

e. Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan tergantung pada

ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat kejadian-kejadian

(52)

31

f. Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini

menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang dapat

mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan

mengingat.

2. Faktor Eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen

tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan

mempengaruhi bagaimana seseoarang merasakannya atau menerimanya.

Sementara itu faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah :

a. Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor ini menyatakan

bahwa semakin besarnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah untuk

dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan

melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian

pada gilirannya membentuk persepsi.

b. Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih

banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan

yang sedikit.

c. Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang penampilannya

dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan

individu yang lain akan banyak menarik perhatian.

d. Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari luar akan memberi

(53)

32

sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang

bisa mempengaruhi persepsi.

e. Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan dibandingkan

obyek yang diam.

Menurut Philip Kotler (1993) Persepsi didefenisikan sebagai proses di mana

seseorang memilih, mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi

untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia ini. Persepsi dapat

melibatkan penafsiran seseorang atas suatu kejadian berdasarkan pengalaman

masa lalunya. Pada pemasar perlu bekerja keras untuk memikat perhatian

konsumen agar pesan yang disampaikan dapat mengenai pada sasaran.

2.11 Penelitian Terdahulu

Hasil temuan dari penelitian terdahulu memberikan kerangka pengetahuan yang

meluas mengenai variabel-variabel yang terkait dengan perilaku pembelian yang

tidak terencana (impulse buying). Impulse buying merupakan kondisi yang harus

diciptakan oleh pemasar untuk mendapatkan hati pelanggan lebih cepat untuk

membeli dan mengkonsumsi sebuah produk khususnya untuk pelanggan di dalam

toko ritel modern.

Berdasarkan apa yang dikemukakan diatas, maka penelitian ini melakukan suatu

riset mengenai perilaku belanja konsumen di toko ritel modern yang bertujuan

(54)

33

tumbuh dengan pesat. Dimana terkait didalamnya faktor-faktor apa saja yang

menimbulkan kecenderungan impulse buying. Karena berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya sebagian besar keputusan pembelian dilakukan di dalam

toko.

Tabel. 2.1 Penelitian terdahulu

Peneliti Judul Peneliti Variabel Independent

Variabel

Dependent Hasil Penelitian

Edwin Japarianto dan Sugiono Sugiharto (2011) “Pengaruh Shoping Life style dan Fashion Involment terhadap Impulse Buying Behavior Masyarakat High Income Surabaya”

-Shopping Lifestyle

-Fashion Involment

Impulse buying

Shopping Lifestyle memiliki

pengaruh yang paling dominan diantara vaiabel lain yang ada terhadap impulse buying behavior pada masyarakat high income di Galaxy Mall Surabaya. Rachma nurmasari dan Sri setyo iriani (2013) “Pengaruh Promosi Penjualan dan Penjualan Perseorangan terhadap keputusan Belanja tidak terencana”

- Promosi penjualan

- Penjualan Perseorangan Keputusan belanja tidak terencana Promosi

penjualan dan penjualan

perseorangan mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap keputusan belanja tidak terencana. Ade

Octavia (2009)

“Gaya hidup dan Perilaku

Pembelian emas putih di kota Jambi”

- Gaya hidup -Minat -Pandangan-pandangan

-Tahapan dalam kehidupan

-Penghasilan -Pendidikan

(55)

34

2.12 Hubugan Antar Variabel

2.12.1 Hubungan Antara Promosi Penjualan Terhadap Impulse Buying Promosi penjualan adalah kumpulan alat-alat intensif yang beragam, sebagian

besar berjangka pendek, dirancang untuk pembelian suatu produk atau jasa

tertentu secara cepat dan atau lebih besar oleh konsumen (Kotler dan Keller,

2009). Dapat dilihat di ritel-ritel modern saat ini semakin banyaknya promosi

penjualan yag dibuat melalui diskon-diskon, point of purchase (POP), iklan dan poster yang ditempelkan pada rak di dalam toko. Kegiatan promosi penjualan di

dalam toko tersebut dapat meimbulkan keingina, rangsangan atau gairah untuk

membeli walaupun sebelumnya konsumen tidak merencanakan membeli produk

atau merek-merek tersebut, sehingga mendorong pembelian yang tidak

direncanakan sebelumnya (implus).

Sesuai dalam penelitian Arifianti (2009) menunjukkan promosi penjualan dengan

indikator sampling, kupon, hadiah, dan rabat berpengaruh positive terhadap

impulse buying. Sedangkan dalam jurnal penelitian Tendai dan Crispen (2009) faktor yang bersifat promosi seperti diskon harga dan kupon lebih mempengaruhi

impulse buying dibanding lingkungan toko. Penelitian Damayanti (2010), menyebutkan strategi diskon berpengaruh secara signifikan terhadap impulse buying. Septiviana (2010), juga menyebutkan bahwa pemberian hadiah (gimmick) berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Juga jurnal penelitian Karbasivar

Yarahmadi (2011), menyebutkan bahwa faktor promosi diskon dan produk gratis

(56)

35

Jurnal penelitian Hadjali, Hamid et al., (2012), menyebutkan bahwa faktor

promosi penjualan dengan indikator hadiah gratis, produk maquet dan sampling

gratis berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap impulse buying.

2.12.2 Hubungan Antara Penjualan Perseorangan Terhadap Impulse Buyig Penjualan perseorangan merupakan komunikasi langsung (tatap muka) antara

penjual dan calon pelanggan untuk memperkenalkan suatu produk kepada calon

pelanggan dan untuk membentuk pemahaman terhadap produk sehingga mereka

kemudian akan mencoba dan membelinya (Tjiptono, 2008). Penjualan

perseorangan merupakan salah satu kunci yang memegang peran penting dalam

mengkomunikasikan citra merek dan image toko ke konsumen, sehingga diaggap

salah satu kekuatan untuk mencapai keunggulan kompetitif di ritel industri

(Hendrick, Natalie, et al., 2004). Dalam Journal of Business and Management menyebutkan bahwa pelayanan karyawan toko yang ramah akan membuat

konsumen merasa nyaman berbelanja dan menjadikan pengalaman berbelanja

yang menyenangkan (Kiran, Vasant et al., 2012).

Apalagi ketika perilaku impuls saat konsumen tersedak merasa harus membeli dan

memiliki barang/produk segera saat itu juga, maka perilaku sales person dapat mempengaruhi segala kemungkinan yang terjadi di keputusan pembelian, dan

sales person dapat merubah keragu-raguan konsumen antara membeli atau tidak (Peter dan Olson 2003). Ini menunjukkan bahwa rangsangan melalui interaksi

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Pemasaran Sederhana
Gambar 2.2 Model Perilaku Konsumen
Gambar 2.3 Model Perilaku Konsumen Sederhana
Gambar 2.4 Jalur Distribusi Konsep Tradisional
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada pelabelan total titik ajaib graf hasil kali kartesius dari graf sikel, yaitu graf dengan bentuk umum C m Cn untuk dan ganjil digunakan konsep pelabelan total

Peraturan mengenai Kenaikan Pajak Kendaraan Bermotor Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2016 Tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan

Berdasarkan hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 2, proses pengeringan pada suhu 70 0 C lebih baik daripda suhu 60 0 C, 50 0 C dan 40 0 C, karena kerusakan vitamin C nya

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengawasi usaha- usaha dari anggota

Pengaruh Sales Promotion , Hedonic Shopping Motivation dan Shopping Lifestyle Terhadap Impulse Buying pada E-Commerce Shopee.. COVID-19’s Impact on Indonesian Consumers

penelitian ini adalah pemahaman agama. b) Variabel terikat atau Dependent Variable (Y) atau juga variabel. output, kriteria, konsekuen, merupakan variabel yang

Secara simultan shopping lifestyle, discount, fashion involvement, dan promosi penjualan berpengaruh signifikan terhadap impulse buying atau pembelian yang tidak direncanakan

Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara umum anak pada masa akhir kanak-kanak di Yogyakarta memiliki tingkat kenakalan yang rendah.. Kata Kunci: Kenakalan Anak,