• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN TERHADAP LAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN TERHADAP LAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM PASIEN TERHADAP LAYANAN JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

PRINGSEWU

Oleh

RICKO SAUD VANDOHAN SIHALOHO

Konsumen dalam pelayanan medis adalah pasien. Siti Aminah pasien jamkesmas yang ditolak dan didiskriminasi dalam menerima pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu. Ketika pasien jamkesmas merasa dirugikan dan didiskriminasi maka pasien jamkesmas dapat meminta hak-hak yang telah diatur dalam Undang-Undang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan memahami bagaimana perlindungan hukum pasien jamkesmas serta mengkaji penyelesaian sengketa yang terjadi antara pasien jamkesmas dengan pihak rumah sakit.

Metode yang digunakan adalah penelitian hukum normatif-empiris. Penelitian ini

menggunakan pendekatan peraturan perundang-undangan, dengan tipe penelitian

deskriptif. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier, serta pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan dan studi lapangan. Pengolahan data dilakukan dengan cara pemeriksaan, rekonstruksi dan sistematisasi data.

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa perlindungan pasien jamkesmas secara umum diatur dalam Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan hukum pasien juga diatur secara khusus di dalam Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Perlindungan yang diperoleh diantaranya mendapat pelayanan yang efektif dan efisien, memperoleh keamanan dan keselamatan selama perawatan serta memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi. Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam menyelesaikan sengketa kesehatan dengan pasien menggunakan upaya mediasi. Proses mediasi dibantu oleh seorang mediator yang bersifat netral untuk mencapai kesepakatan diantara pihak yang bersengketa. Undang-Undang No.36 tahun 2009 Tentang Kesehatan juga mewajibkan untuk dilakukan mediasi terlebih dahulu bila terjadi sengketa dalam pelayanan kesehatan.

(2)
(3)
(4)
(5)

Nama lengkap penulis adalah Ricko Saud Vandohan Sihaloho,

penulis dilahirkan pada tanggal 30 Juni 1990 di Pringsewu.

Penulis adalah anak kelima dari lima bersaudara, dari pasangan S

M Sihaloho danM br. Tobing.

Penulis menyelesaikan pendidikan SekolahDasar di SD Negri 1 Pringsewu pada

2003, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Pringsewu pada tahun 2006 dan

Sekolah Menengah Atas di SMA XaveriusPringsewu pada tahun 2009.

Penulis terdafta rsebagai Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Lampung melalui

jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2010.

Selama kuliah penulis ikut dan aktif di HIMA Perdata, Formakris, danUnit Kegiatan

(6)

Sehat itu emas, sehat itu mutiara, sehat itu segalanya.

(Paolo Maldini)

Kekayaan itu penting tapi sehat jauh lebih penting.”

(7)

Dengan rasa penuh puji dan syukur atas kasih yang diberikan Yesus Kristus dengan penuh kerendahan hati ku persembahkan kepada:

Kedua orang tuaku S.M Sihaloho dan M. br. Tobing yang telah membesarkanku dengan penuh rasa kasih sayang, selalu menyertaiku dalam doa agar setiap langkahku dipermudah oleh Tuhan, serta mengajarkanku untuk kuat dalam menjalani hidup agar

lebih baik kedepannya.

(8)

Salam sejaterah dan Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan

kasih-Nyalah sehingga penulis dapat penulis dapat menyelesaikan penulisan

skripsi yang berjudul “Perlindungan Hukum Pasien Terhadap Layanan

Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas

Hukum Universitas Lampung dibawah bimbingan dari dosen pembimbing serta

atas bantuan dari berbagai pihak lain.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari

berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

3. Bapak Dr. M. Fakih, S.H, M.S., selaku Dosen Pembimbing I yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan masukan, motivasi dan

(9)

dan masukan yang membangun serta mengarahkan penulis sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

5. Ibu Lindati Dwiatin,S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembahas I yang telah

memberikan masukan-masukan yang bermanfaatdalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Ahmad Zazili, S.H., M.H.,selaku Pembahas II yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Bapak Deni Achmad, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang telah

membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas

Lampung.

8. Seluruh dosen, karyawan, dan karyawati Fakultas Hukum Universitas

Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi

penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama

menyelesaikan studi.

9. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak yang

penulis banggakan dan Mamak tercinta yang telah banyak memberikan

dukungan, doa, dan pengorbanan baik secara moril maupun materil sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Terima kasih atas segalanya

semoga kelak dapat membahagiakan, membanggakan, dan selalu bisa

membuat kalian tersenyum dalam kebahagiaan.

10. Kak Yenni, Kak Priska, Kak Erma, Kak Siska, Bang Roberto, Lae Agung, dan

Lae Bambang terima kasih telah menjadi motifasi buatku dan memberi

(10)

11. Teman-teman Hukum Keperdataan 2010 Romadoni, Jerfri, Richard, Dudung,

Kelvin, Andi, Ridwan, Wana, Gilang, Ketut, Bismar, Ridho, Harsa, Bryan,

Rio, Rama, Hans, Merly, Jimbo, Saut, Obao dan yang tidak dapat disebutkan

satu persatu atas dukungan dan kerjasamanya. Semoga kita semua sukses.

12. Gerobak Pasir FC Abram, Jusuf, Sanggam, Cio, Ivo, Edo, Rizal, Saut, Yuri,

Neil, Reni, Dede, Ade, Karlina, Eliasip, Yoga, Joshua, Wetson, Adatua, Alex

serta adek dan kakak senior di Formakris yang tidak dapat saya sebutkan satu

persatu terima kasih telah menjadi pendukung kuliah sampai penulis

menyelesaikan kuliah.

13. Aprilia Elisabet Rajagukguk yang selalu memberikan semangat, menemani,

dan mengingatkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Sahabat SMA Adiyan Wiradika, Yohanes Prian Budi, Siska, Pipin, Dian,

Frank, Nely, Erni, Nia, Dwi, Gunawan, Paulus, dan Richi yang selalu

memberikan semangat, motifasi, dan menghibur sampai penulis

menyelesaikan skripsi ini.

15. Teman-teman NHKB Pringsewu, Rijal, Andre, Nunut, Eli, Ebit, Buntor, Toyo,

Thomas, Prengky, Bima, Jo, Risky, dan Bintang terima kasih telah menjadi

teman bermain serta pendukung sampai penulis menyelesaikan kuliah.

16. Teman-teman KKN di desa Waringinsari Timur, Dendri, Imam, Oji, Pendi,

Dwi, Marcela, Imah, Caca, Ova, Oliv dan Yeksi yang selalu memberikan

(11)

abang dan kakak senior yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terima

kasih telah menjadi pendukung kuliah dan teman berbagi suka dan duka

selama saya berada di wisma Cendrawasih sampai penulis menyelesaikan

kuliah.

18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan

dukungannya.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang

telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis menyadari masih terdapat

kekurangan dalam penulisan skripsi ini dan masih jauh dari kesempurnaan, akan

tetapi sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang

membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan

ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, 11 Agustus 2014

Penulis,

(12)

Halaman

ABSTRAK...i

HALAMAN JUDUL...iii

HALAMAN PERSETUJUAN...iv

HALAMAN PENGESAHAN...v

RIWAYAT HIDUP...vi

MOTO...vii

PERSEMBAHAN...viii

SANWACANA...ix

DAFTAR ISI...xiii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Peneltian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perlindungan ... 9

1. Perlindungan Hukum ... 9

2. Pasien Sebagai Konsumen Kesehatan .. ... 10

B. Perjanjian Pada umumnya ... 18

1. Pengertian Perjanjian ... 18

2. Asas-Asas Hukum Perjanjian ... 19

3. Syarat Sah Perjanjian... 21

C. Sengketa ... 23

1. Pengertian Sengketa ... 23

2. Alternatif Penyelesaian Sengketa ... 23

D. Rumah Sakit ... ... 25

1. Pengertian Rumah Sakit ... 26

2. Klasifikasi Rumah Sakit ... 27

3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit ... 30

4. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit ... 32

E. Jamkesmas ... 33

1. Pengertian Jamkesmas ... 34

2. Tujuan Jamkesmas ... 34

3. Peserta Yang Dijamin Jamkesmas... 35

(13)

C. Pendekatan Masalah ... 41

D. Sumber Data... 42

E. Metode Pengumpulan Data ... 43

F. Pengolahan Data ... 44

H. Analisi Data... 44

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Perlindungan Hukum Pasien Kesehatan Layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat Di Rumah Sakit Umum Derah Pringsewu ... 45

1. Penyelenggaraan Jamkesmas ... 45

2. Prosedur Pelayanan Jamkesmas ... 47

3. Hubungan Hukum antara Pasien dan Rumah Sakit ... 52

4. Perlindungan Hukum Pasien di Rumah Sakit ... 55

B. Penyelesaian Sengketa antara Pihak Rumah Sakit dengan Pasien Layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu ... 61

1. Gugatan Terhadap Rumah Sakit Karena Wanprestasi kepada Pasien ... 61

2. Gugatan Pasien Terhadap Rumah Sakit Karena Perbuatan Melawan Hukum ... 68

3. Penyelesaian Sengketa di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu ... 76

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 82

B. Saran ... 83

(14)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional,

dalam pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah meningkatan

derajat kesehatan masyarakat yang optimal.1 Kesehatan merupakan hak asasi

manusia yang harus dilindungi dan diperhatikan oleh Pemerintah. Selain itu,

kesehatan juga merupakan salah satu indikator kesejahteraan masyarakat negara

tersebut di samping ekonomi dan sosial. Salah satu upaya pemerintah dalam

peningkatan kesehatan masyarakat adalah dengan mendirikan rumah sakit di

setiap daerah. Rumah sakit merupakan sebuah institusi pelayanan kesehatan yang

berfungsi untuk menyediakan dan menyelenggarakan upaya kesehatan yang

bersifat penyembuhan dan pemulihan pasien. Pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh pihak rumah sakit kepada pasien juga dapat dipandang sebagai pelayanan

yang diberikan antara pelaku usaha (rumah sakit) dengan pasien (konsumen).

Pelayanan kesehatan yang diberikan haruslah pelayanan yang tidak

membeda-bedakan status sosial seseorang dalam masyarakat, baik orang kaya, orang miskin,

orang yang berkuasa, orang biasa, orang pintar maupun orang bodoh. Pemenuhan

kesehatan yang merata dan tidak membeda-bedakan golongan sosial juga sejalan

dengan nilai-nilai yang tertuang dalam Pancasila terutama sila ke-5 yang

1

(15)

menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadilan sosial

dalam hal ini juga termasuk di dalamnya keadilan dalam mendapatkan akses

kesehatan yang baik dan bermutu. Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga menegaskan bahwa: Setiap orang

berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat

lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan

kesehatan.

Hak setiap rakyat tersebut tentunya harus diikuti dengan pelaksanaan dari

Pemerintah agar hak tersebut dapat diperoleh oleh setiap orang. Mengenai

tanggung jawab negara tersebut tercantum dalam Pasal 34 ayat (3)

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa

“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan

fasilitas pelayanan umum yang layak”. Hak yang sama ini harus diberikan kepada

semua masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat miskin. Masyarakat miskin

yang kemudian juga tergolong ke dalam fakir miskin harus dipelihara oleh negara

sebagaimana tertuang dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu peran pemerintah dalam

pemeliharaan masyarakat miskin ini juga termasuk pemeliharaan kesehatan

mereka. Kelompok miskin pada umumnya mempunyai status kesehatan yang

lebih rendah dibandingkan dengan status kesehatan rata-rata penduduk.

Rumah Sakit merupakan penyedia jasa pelayanan kesehatan sebagai salah satu

fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendukung penyelenggaraan upaya

kesehatan. Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit,

(16)

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah Sakit bukan (persoon) yang

terdiri dari manusia sebagai (naturlinjk persoon) melainkan rumah sakit diberikan

kedudukan hukum sebagai (persoon) yang merupakan (rechtspersoon) sehingga

rumah sakit diberikan hak dan kewajiban menurut hukum.2

Hak dan kewajiban rumah sakit diatur pada Pasal 29 dan Pasal 30

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, salah satu hak dan kewajiban

rumah sakit adalah memberikan pelayanan yang aman, bermutu, anti diskriminasi

dan efektif dengan mengutamakan kepentingan rumah sakit sesuai dengan standar

pelayanan rumah saki serta berhak atas perlindungan hukum dalam pelayanan

kesehatan. Namun, dalam praktik yang ada tidak demikian masih terdapat pasien

yang terlantar dan diperlakukan tidak baik khusunya pasien pengguna layanan

jamkesmas.

Jamkesmas adalah program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan secara nasional

agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh bagi masyarakat miskin. Program Jamkesmas memberikan

perlindungan sosial di bidang kesehatan untuk menjamin setiap peserta program

Jamkesmas ini. Peserta Program Jamkesmas adalah setiap orang miskin dan tidak

mampu yang terdaftar dan memiliki kartu dan berhak mendapat pelayanan

kesehatan. Para peserta Jamkesmas ini mendapat keringanan yaitu iuran kesehatan

mereka dibayar oleh Pemerintah yaitu bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

2

(17)

Belanja Negara (APBN) dari Mata Anggran Kegiatan (MAK) belanja bantuan

sosial.

Selain hak-hak khusus tersebut, pasien pengguna Jamkesmas juga mempunyai hak

sama dengan pasien rumah sakit pada umumnya dan juga sebagai konsumen jasa

rumah sakit yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan

Konsumen. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien pengguna

Jamkesmas di beberapa rumah sakit ternyata tidak membuahkan hasil yang

maksimal.

Hal tersebut dapat dilihat dalam kasus yang dialami Siti Aminah warga Dusun

Saribumi, Pekon Wates Selatan, Kecamatan Gading Rejo. Pasien jamkesmas ini

sebelumnya oleh pihak RSUD sempat diminta pulang untuk menunggu

pengobatan. Namun, karena kejang malam harinya, oleh keluarganya dibawa

kembali ke RSUD. Zulkar kerabat Aminah mengaku heran dengan pihak RSUD

sejak masuk empat hari sebelumnya tak ada tanda-tanda akan dirujuk padahal

kondisi Aminah makin memburuk. Bahkan, pihak rumah sakit sampai pasien

meninggal tidak menjelaskan kondisi pasien yang sebenarnya. Anehnya, pihak

rumah sakit sempat akan merujuk pasien ke Bandar Lampung. Alasannya tidak

ada alat yang memadai padahal pasien sudah berhari-hari di rumah sakit bahkan

sempat diminta pulang. Keluarga hanya mendapat konfirmasi pasien baru akan

dilakukan operasi, tetapi Siti Aminah terlanjur meninggal. Diketahui, Siti Aminah

mengalami gangguan tenggorokan. Dia dirawat di RSUD menggunakan program

jamkesmas dan dijadwalkan operasi. Namun, kemudian justru diminta pulang

(18)

2013 menjalani perawatan di RSUD. Dijanjikam bahwa pada senin tanggal 16

september 2013 akan dioperasi. Namun, hal ini belum dilakukan bahkan istrinya

pada rabu tanggal 18 September 2013 diminta pulang.3

Melihat kasus di atas seharusnya rumah sakit lebih memperhatikan pasien

pengguna pelayanan jamkesmas. Perlindungan hukum pasien pengguna

Jamkesmas adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk

memberi perlindungan kepada pasien pengguna Jamkesmas tersebut. Hal ini dapat

dilihat dari pelaksanaan pelayanan kesehatan termasuk di dalamnya pelaksanaan

hak dan kewajiban pasien, pertanggung jawaban rumah sakit sebagai

penyelenggara Jamkesmas dalam pelayanan kesehatan bagi pasien serta upaya

hukum yang dapat dilakukan oleh pasien pengguna Jamkesmas.

Pasien secara umum dilindungi dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1999

Tentang Perlindungan Konsumen dan secara khusus dilindungi dalam

Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pasien pengguna Jamkesmas,

selain diberikan perlindungan hukum berdasarkan Undang-Undang Kesehatan dan

juga Undang-Undang Perlindungan Konsumen, pasien jamkesmas dalam

penyelenggaraannya diatur dalam Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas yang

dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pasien dalam hal

ini selaku konsumen, yaitu diartikan “setiap pemakai atau pengguna barang

dan/atau jasa baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun

makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan” haruslah diperhatikan hak

-haknya oleh para pihak penyelenggara kesehatan terutama pihak rumah sakit dan

3

(19)

pemerintah apalagi mereka yang tergolong pasien dari masyarakat ekonomi lemah

(pengguna Jamkesmas).

Ketika pasien pengguna Jamkesmas merasa dirugikan seperti beberapa kasus di

atas, mengenai administrasi yang panjang, pelayanan yang kurang memuaskan

atau merasa didiskriminasikan maka pasien pengguna Jamkesmas tersebut dapat

meminta hak-hak yang telah diatur secara hukum. Hak pasien adalah memperoleh

pelayanan yang aman, bermutu, dan terjangkau, disamping itu pasien juga

mendapatkan ganti rugi apabila pelayanan yang diterima tidak sebagaimana

mestinya. Masyarakat pengguna Jamkesmas dapat menyampaikan keluhannya

kepada rumah sakit sebagai upaya perbaikan intern rumah sakit dalam

pelayanannya atau kepada lembaga yang memberi perhatian kepada konsumen

dan memperhatikan perlindungan dari pasien pengguna jamkesmas.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik mengadakan penelitian yang

dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Pasien

Terhadap Layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu”.

B. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka terdapat beberapa permasalahan yang

dapat dirumuskan antara lain :

1. Bagaimana perlindungan hukum pasien terhadap layananjaminan kesehatan

(20)

2. Bagaimana penyelesaian sengketa antara pihak rumah sakit dengan pasien

layanan jaminan kesehatan masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah

Pringsewu ?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan diatas maka yang menjadi tujuan penelitian

adalah :

1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana perlindungan hukum yang

didapat pasien pengguna jamkesmas di Rumah Sakit.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji penyelesaian sengketa yang terjadi antara

pihak rumah sakit dengan pasien jamkesmas di Rumah sakit.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunanan yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat, memberikan sumbangan

pemikiran di bidang ilmu hukum pada umumnya khusunya Hukum Kesehatan

mengenai perlindungan hukum pasien terhadap pengguna jamkesmas di rumah

sakit.

2. Manfaat Praktis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi rumah sakit dalam

(21)

b. Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat,

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Perlindungan

1. Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum menurut tata Bahasa Indonesia terdiri dari dua kata, yaitu

perlindungan dan hukum. Perlindungan berasal dari kata dasar lindung, jika diberi

awalan me- dan akhiran -i sehingga menjadi kata melindungi maka memiliki arti

menjaga, merawat, memelihara, lebih jauh jika kata dasar lindung diberikan

awalan pe- dan akhiran -an, sehingga menjadi kata perlindungan yang memiliki

arti perbuatan untuk melindungi, yaitu menjaga, merawat dan memelihara.

Dalam mencari pengertian hukum, hampir semua ahli hukum yang memberikan

definisi hukum jawabannya pun berbeda, hal ini setidak-tidaknya untuk sebagian

dapat diterangkan oleh banyaknya segi dan bentuk, serta kebesaran hukum,

sehingga tidak mungkin orang menyatukan dalam satu rumus secara memuaskan.

Pemaknaan kata perlindungan konsumen secara kebahasaan mencakup

unsur-unsur, yaitu: 1) unsur tindakan melindungi; 2) unsur pihak-pihak yang

melindungi; dan 3) unsur cara-cara melindungi, dengan demikian, kata

perlindungan mengandung makna, yaitu suatu tindakan perlindungan atau

tindakan melindungi pihak-pihak tertentu yang ditujukan untuk pihak tertentu

dengan menggunakan cara-cara tertentu.1

1

(23)

Perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau

perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum. Hukum dalam

memberikan perlindungan dapat melalui cara-cara tertentu, yaitu dengan:

a. Membuat Peraturan (by giving regulation), bertujuan untuk:

1. Memberikan hak dan kewajiban.

2. Menjamin hak-hak para subyek hukum.

b. Menegakkan peraturan (by law enforcement), melalui:

1. Hukum administrasi negara yang berfungsi untuk mencegah (preventif)

terjadinya pelanggaran hak-hak konsumen dengan perjanjian dan

pengawasan.

2. Hukum pidana yang berfungsi untuk menanggulangi (repressive)

pelanggaran hak-hak konsumen listrik, dengan mengenakan sanksi

pidana dan hukuman.

3. Hukum perdata berfungsi untuk memulihkan hak (curative; recovery;

remedy), dengan membayar kompensasi atau ganti kerugian.2

2. Pasien Sebagai Konsumen Kesehatan

Pelayanan di bidang medis, tidak terpisah akan adanya seorang tenaga kesehatan

dengan konsumen, dalam hal ini pasien. Pasien dikenal sebagai penerima jasa

pelayanan kesehatan dan dari pihak rumah sakit sebagai pemberi jasa pelayanan

kesehatan dalam bidang perawatan kesehatan.

2

(24)

Pasien sebagai konsumen jasa di bidang pelayanan medis, dengan melihat

perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan yang pesat, risiko yang dihadapi

semakin tinggi. Oleh karena itu, dalam hubungan antara tenaga kesehatan dengan

pasien, misalnya terdapat kesederajatan. Selain dokter, maka pasien juga

memerlukan perlindungan hukum yang proporsional yang diatur dalam

Undang-Undangan No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Perlindungan

tersebut terutama diarahkan kepada kemungkinan-kemungkinan bahwa dokter

melakukan kekeliruan karena kelalaian.

a. Pengertian Pasien

Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis. Kata pasien dari bahasa

Indonesia analog dengan kata patient dari bahasa Inggris. Patient diturunkan dari

bahasa Latin yaitu patiens yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati

yang artinya menderita. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

pasien adalah orang sakit (yang dirawat dokter), penderita (sakit).3

Menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah

Sakit, menyatakan: “Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi

masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan,

baik secara langsung maupun tidak langsung di Rumah Sakit”.4

Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, menyatakan:”Pasien adalah setiap orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

3

Kamus Besar Bahasa Indonesia

4

(25)

dokter atau dokter gigi”.5

Dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa pasien memiliki ciri-ciri yaitu :

1. Setiap orang yang sakit.

2. Menerima/memperoleh pelayanan kesehatan.

3. Secara langsung maupun tidak langsung.

4. Dari tenaga kesehatan yaitu dokter atau dokter gigi.

b. Pasien Sebagai Konsumen

Menurut Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang Republik Indonesia No. 29 Tahun

2004 tentang Praktik Kedokteran, menyatakan:”Pasien adalah setiap orang yang

melakukan konsultasi masalah kesehatannya untuk memperoleh pelayanan

kesehatan yang diperlukan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada

dokter atau dokter gigi.

Secara harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang

menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa ini nanti menentukan

termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut .6Menurut Pasal 1 angka

(2) Undang-Undang Perlindungan Konsumen, dijelaskan bahwa Konsumen

adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, ntaupun makhluk hidup

lain dan tidak untuk diperdagangkan. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang

dimaksud konsumen adalah konsumen akhir.

5

Lihat pada Pasal 1 ayat (10) Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran

6

(26)

Manusia sebagai makhluk sosial (zoon politicon) pasti membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhannya, termasuk orang yang sedang sakit. Orang yang

sedang sakit (pasien) yang tidak dapat menyembuhkan penyakit yang dideritanya,

tidak ada pilihan lain selain meminta pertolongan dari orang yang dapat

menyembuhkan penyakitnya, yaitu tenaga kesehatan. Tenaga Kesehatan adalah

setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki

pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang

untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.7

Pasien dapat digolongkan sebagai konsumen dan dokter sebagai pelaku usaha

dalam bidang kesehatan, sehingga aturan-aturan yang ada dalam Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen berlaku bagi hubungan

dokter dan pasien. Dengan demikian, pasien dikategorikan sebagai konsumen atau

pengguna jasa medis.

Konsumen dalam pelayanan medis adalah pasien. Menurut Wila Chandrawila

Supriadi, dalam bukunya ,”Hukum Kedokteran” bahwa pasien adalah orang sakit

yang membutuhkan bantuan dokter untuk menyembuhkan penyakit yang

dideritanya, dan pasien diartikan juga adalah orang sakit yang awam mengenai

penyakitnya.8

Dapat disimpulkan bahwa pasien sebagai konsumen adalah setiap orang pemakai

jasa layanan kesehatan dari tenaga medis (dokter atau dokter gigi) yang

disediakan bagi masyarakat. Setelah pasien mendapatkan jasa dari tenaga medis,

7

Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

8

(27)

maka kemudian akan terjadi transaksi ekonomi baik secara langsung maupun

tidak langsung berupa pembayaran atas jasa yang telah diperoleh oleh pasien.

c. Perlindungan Hukum Pasien Sebagai Konsumen

Pasien sebagai konsumen kesehatan memiliki perlindungan diri dari kemungkinan

upaya pelayanan kesehatan yang tidak bertanggung jawab seperti penelantaran.

Pasien juga berhak atas keselamatan, keamanan, dan kenyamanan terhadap

pelayanan jasa kesehatan yang diterimanya. Oleh karena hak tersebut maka

konsumen akan terlindungi dari praktik profesi yang mengancam keselamatan dan

kesehatan.

Hak Pasien dalam Undang-Undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit

menyebutkan bahwa setiap pasien mempunyai hak sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di

Rumah Sakit.

2. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien.

3. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi.

4. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar

profesi dan standar prosedur operasional.

5. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien terhindar

dari kerugian fisik dan materi.

6. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.

7. Memilih dokter dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan

(28)

8. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain

(second opinion) yang mempunyai Surat ijin Praktik (SIP) baik di dalam

maupun di luar rumah sakit.

9. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk

data-data medisnya.

10.Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan

oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.

11.Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,

tujuan tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang

mungkin terjadi, dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan serta

perkiraan biaya pengobatan.

12.Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.

13.Menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya

selama hal itu tidak mengganggu pasien lainnya.

14.Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan

di rumah sakit.

15.Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap

dirinya.

16.Menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan

kepercayaan yang dianutnya.

17.Menggugat dan/atau menuntut rumah sakit apabila rumah sakit diduga

memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara

(29)

18.Mengeluhkan pelayanan rumah sakit yang tidak sesuai dengan standar

pelayanan melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Sementara itu kewajiban pasien diatur diataranya dalam Undang-Undang No. 29

Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yang meliputi:

1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah

kesehatannya.

2. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.

3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.

4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. 9

Harapan pasien sebagai konsumen pelayanan medis :

1. Pemberian pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memuaskan.

2. Membantu dan memberikan pelayanan dengan tanggap tanpa

membedakan unsur SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan).

3. Jaminan keamanan, keselamatan dan kenyamanan.

4. Komunikasi yang baik dan memahami kebutuhan pasien.10

Hak pasien sebagai konsumen pelayanan medis yang ditentukan dalam

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, antara lain :

1. Memperoleh informasi yang benar dan lengkap tentang keadaan dirinya.

9

Sri Siswati , Etika Dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2013, hlm.57

10

(30)

2. Memberikan persetujuan ataupun penolakan terhadap terapi yang

dilakukan atas dirinya.

3. Menjaga rahasia kedokteran terkait dengan kondisi dan layanan medis

lainnya.

4. Opini kedua. 11

Sementara itu pasien juga memiliki kewajiban yaitu memberikan informasi yang

benar kepada dokter dengan itikad baik, mematuhi anjuran dokter atau perawat

baik dalam rangka diagnosa, pengobatan maupun perawatannya dan kewajiban

memberi imbalan jasa yang layak. Pasien juga memiliki kewajiban untuk tidak

memaksakan keinginannya agar dilaksanakan oleh dokter apabila ternyata

berlawanan dengan keabsahan dan keluhuran profesi dokter 12.

Tujuan dikeluarkan Undang-Undang tentang Kesehatan adalah untuk memberikan

perlindungan kepada pasien, sama dengan makna yang dituangkan dalam

Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran yang

mengatakan : Pengaturan praktik kedokteran bertujuan untuk:

1. Memberikan perlindungan kepada pasien.

2. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan medis yangdiberikan

oleh dokter dan dokter gigi.

3. Memberikan kepastian hukum kepada masyarakat,dokter, dan dokter

gigi.13

11

Ibid, hlm 31

12

Ibid, hlm 32

13

(31)

B. Perjanjian Pada Umumnya

1. Pengertian Perjanjian

Pengertian Perjanjian diatur dalam Pasal 1313 yang berbunyi :

“Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih”.

Soebekti mengemukakan pengertian perjanjian adalah suatu peristiwa dimana

seorang berjanji kepada seseorang lain atau dimana orang itu saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.14

Sedangkan menurut Abdulkadir Muhammad

mengemukakan bahwa perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua

orang atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal di lingkungan

lapangan harta kekayaan.15

Selanjutnya unsur-unsur perjanjian dapat dikatagorikan

sebagai berikut:16

a. Adanya kaidah unsur hukum

Kaidah dalam perjanjian dapat dibagi menjadi dua macam yakni, tertulis dan

tidaktertulis. Kaidah hukum tertulis adalah kaidah yang terdapat di dalam

peraturan perundang-undangan, traktat, dan yurisprudensi. Sedangkan perjanjian

tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hukum yang timbul, tumbuh, hidup dalam

masyarakat seperti, jual beli emas, jual beli tanah dan lain sebagainya.

b. Subjek hukum

Istilah dari subjek hukum adalah recthpersoon. Recthpersoon diartikan sebagai

pendukung hak dan kewajiban. Dalam hal ini yang menjadi subjek dalam kontrak

14

R. Soebekti, Hukum Perjanjian, Intermesa, Jakarta, 2002, hlm. 1.

15

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 76.

16

(32)

adalah debitur dan kreditur. Kreditur adalah orang yang berpiutang, sedangkan

debitur adalah orang yang berutang.

c. Adanya prestasi

Prestasi adalah apa yang menjadi hak kreditur dan apa yang menjadi kewajiban

debitur. Suatu prestasi berdasarkan Pasal 1234 KUHPerdata terdiri dari

memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.

d. Kata sepakat

Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata terdapat empat syarat sahnya perjanjian

salah satunya adalah kata sepakat konseksus.

e. Akibat hukum

Setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan akibat hukum

yang menimbulkan hak dan kewajiban.

2. Asas-Asas Hukum Perjanjian

Keberadaan suatu perjanjian tidak terlepas dari asas-asas yang mengikutinya yang

harus dijalankan oleh para pihak untuk menciptakan kepastian hukum. Didalam

perjanjian terdapat 5 (lima) asas yang dikenal menurut hukum perdata yaitu:17

a. Asas kebebasan berkontrak (freedom of contract)

Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata, yang berbunyi :

“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang

bagi mereka yang membuatnya.”

17

(33)

Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak

untuk :

1) Membuat atau tidak membuat perjanjian;

2) Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;

3) Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratan serta;

4) Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan;

b. Asas konsesualisme (consensualism)

Asas konsesualis dapat disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPerdata.

Pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya

kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan

bahwa perjanjian tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya

kesepakatan kedua belak pihak.

c. Asas kepastian hukum (pucta sunt servanda)

Asas kepastian hukum disebut juga dengan asas pucta sunt servanda merupakan

asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunst servanda

merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi

kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagai layaknya sebuah undang-undang.

Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap subtansi kontrak yang dibuat

para pihak. Asas pucta sunt servanda sebagaimana pada Pasal 1338 ayat (1)

KUHPerdata.

d. Asas itikad baik (good faith)

(34)

“Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik” asas ini merupakan asas

bahwa para pihak, yaitu debitur dan kreditur harus melaksanakan subtansi kontrak

berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemampuan baik

dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam yakni, itikad baik

nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan

sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian

terletak pada akal sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang objektif untuk

menilai keadaan menurut norma-norma objektif.

e. Asas keperibadian (personality)

Asas keperibadian merupakan asas yang menunjukan bahwa seseorang yang akan

melakukan dan membuat kontrak hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal

ini dapat dilihat Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata. Pada Pasal 1315 dan

Pasal 1340 KUHPerdata menyatakan :

“Pada umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau

perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Kemudian pasal 1340

KUHPerdata menyatakan bahwa “ Perjanjian hanya berlaku antara pihak

yang membuatnya“

3. Syarat Sahnya Perjanjian

Menurut Pasal1320 KUHPerdata untuk syarat sahnya perjanjian diperlukan empat

syarat:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

b. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;

(35)

d. Suatu sebab yang halal.

Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat subjektif karena mengenai

orang-orang atau subjeknya yang mengadakan perjanjian, sedangkan dua syarat terahir

dinamakan syarat-syarat objektif karena mengenai perjanjian sendiri atau

obejeknya dari perbuatan hukum yang dilakukan itu.18

Menurut Abdulkadir

Muhammad wanprestasi artinya tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan seperti

yang telah ditetapkan dalam perikatan Pasal 1239 KUHPerdata. Tidak

dipenuhinya kewajiban oleh debitur disebabkan oleh dua kemungkinan alasan,

yaitu :19

a. Karena alasan debitur, baik sengaja atau tidak dipenuhinya kewajiban

maupun karena kelalaian;

b. Karena keadaan memaksa (overmacht) atau (force majeure) diluar

kemampuan debitur.

Wanprestasi dan kelalaian seorang debitur dapat berupa tiga keadaan, yaitu :

a. Debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali;

b. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak baik atau keliru;

c. Debitur memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat waktunya atau terlambat.

Menurut ketentuan Pasal 1338 KUHPerdata, perjanjian yang dibuat secara sah

berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya, tidak dapat

ditarik kembali tanpa persetujuan kedua belah pihak atau karena alasan-alasan

yang cukup menurut undang-undang dan harus dilaksanakan dengan itikad baik.

18

Soebekti, Op.cit, hlm. 17.

19

(36)

C.Sengketa

1. Pengertian Sengketa

a. Menurut kamus bahasa indonesia sengketa adalah pertentangan atau konflik,

Konflik berarti adanya oposisi atau pertentangan antara orang-orang,

kelompok-kelompok, atau organisasi-organisasi terhadap satu objek

permasalahan.

b. Menurut Winardi sengketa adalah pertentangan atau konflik yang terjadi

antara individu-individu atau kelompok-kelompok yang mempunyai

hubungan atau kepentingan yang sama atas suatu objek kepemilikan, yang

menimbulkan akibat hukum antara satu dengan yang lain.

c. Menurut Ali Achmad sengketa adalah pertentangan antara dua pihak atau

lebih yang berawal dari persepsi yang berbeda tentang suatu kepentingan

atau hak milik yang dapat menimbulkan akibat hukum bagi keduanya.

Dari berbagai pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa sengketa adalah

masalah antara dua orang atau lebih dimana keduanya saling mempermasalahkan

suatu objek tertentu, hal ini terjadi dikarenakan kesalahpahaman atau perbedaan

pendapat atau persepsi antara keduanya yang kemudian menimbulkan akibat

hukum bagi keduanya.

2. Alternatif Penyelesaian Sengketa

a. Negosiasi adalah suatu proses berkomunikasi satu sama lain yang

dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan kita ketika pihak lain menguasai

(37)

b. Mediasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak

yang bersengketa memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independent

untuk bertindak sebagai mediator (penengah) dengan menggunakan

berbagai prosedur, teknik, dan keterampilan untuk membantu para pihak

dalam menyelesaikan sengketa mereka melalui perundingan. Mediator

tidak mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan yang mengikat,

tetapi para pihaklah yang didorong untuk membuat keputusan. Oleh

karena itu bentuk penyelesaiannya adalah akta perdamaian antara para

pihak yang berselisih.

c. Konsiliasi adalah suatu proses penyelesaian sengketa dimana para pihak

yang bersengketa memanfaatkan bantuan pihak ketiga yang independent

untuk bertindak sebagai konsiliator (penengah) dengan menggunakan

berbagai prosedur, teknik, dan keterampilan untuk membantu para pihak

dalam menyelesaikan sengketa mereka melalui perundingan. Konsiliator

mempunyai kewenangan untuk membuat keputusan yang bersifat anjuran.

Oleh karena itu bentuk penyelesaiannya adalah putusan yang bersifat

anjuran.

d. Inquiry (Angket) adalah Suatu proses penyelesaian sengketa dengan mengumpulkan fakta-fakta yang merupakan penyebab sengkta, keadaan

waktu sengketa, dan jenis sengketa yang terjadi untuk mencapai versi

tunggal atas sengketa yang terjadi. Angket ini dilakukan oleh komisi

angket yang independent yang anggotanya diangkat oleh para pihak yang

bersengketa. Keputusan bersifat rekomendasi yang tidak mengikat para

(38)

e. Arbitrase adalah suatu proses penyelesaian perselisihan yang merupakan

bentuk tindakan hukum yang diakui oleh Undang-Undang dimana salah

satu pihak atau lebih menyerahkan sengketanya dengan satu pihak lain

atau lebih kepada satu orang arbitrer atau lebih dalam bentuk majelis

arbitrer ahli yang professional yang akan bertindak sebagai

hakim/peradilan swasta yang akan menerapkan tata cara hukum negara

yang berlaku atau menerapkan tata cara hukum perdamaian yang telah

disepakati bersama oleh para pihak terdahulu untuk sampai pada putusan

yang terakhir dan mengikat.

D.Rumah Sakit

Rumah sakit dalam bahasa Inggris disebut hospital. Kata hospital berasa dari kata

bahasa Latin hospitali yang berarti tamu. Secara lebih luas kata itu bermakna

menjamu para tamu.Rumah Sakit adalah salah satu saran kesehatan tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan

derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya kesehatan yang

diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan

(promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan

pemulihan kesehatan (rehabilitative) yang diselenggarakan secara menyeluruh,

terpadu dan berkesinambungan.20

20

(39)

1. Pengertian Rumah Sakit

Rumah Sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan gabungan alat

ilmiah khusus dan rumit dan difungsikan oleh berbagi kesatuan personel terlatih

dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medis modern, yang

semuanya terikat bersama-sama dalam maksud yang sama, untuk pemulihan dan

pemeliharaan kesehatan yang baik.21 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyedikan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan rawat darurat .

Menurut American Association Rumah Sakit adalah suatu institusi yang fungsi

utamanya adalah memberikan pelayanan kepada pasien, pelayanan tersebut

merupakan diagnostis dan terapeutik untuk berbagai penyakit dan masalah

kesehatan baik yang bersifat bedah maupun non bedah.22 Menurut

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit :

Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat”.

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit pelayanan

rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat adalah sebagi berikut :

a. Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan

kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa, pengobatan,

21

Ibid,hlm.8

22

(40)

keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap di ruang rawat inap pada

sarana kesehatan rumah sakit pemerintah dan swasta, serta puskesmas

perawatan dan rumah bersalin, yang oleh karena penyakitnya penderita harus

menginap.

b. Pelayanan rawat jalan adalah suatu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara

sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan

kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap.

Pelayanan rawat jalan ini termasuk tidak hanya yang diselenggarakan oleh

sarana pelayanan kesehatan yang telah lazim dikenal rumah sakit atau klinik,

tetapi juga yang diselenggarakan di rumah pasien serta di rumah perawatan.

c. Pelayanan gawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang

dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan

kehidupannya. Unit kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan gawat

darurat disebut Unit Gawat Darurat. Tergantung dari kemampuan yang

dimiliki, keberadaan unit gawat darurat (UGD) tersebut dapat beraneka

macam, namum yang lazim ditemukan adalah yang tergabung dalam rumah

sakit.

2. Klasifikasi Rumah Sakit

Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 18

bahwa rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaanya

yaitu, sebagai berikut :23

23

(41)

a. Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan rumah sakit dikategorikan dalam

rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.

1. Rumah sakit umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang

dan jenis penyakit;

2. Rumah sakit khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau

satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur,

organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

b. Sedangkan berdasarkan pengelolaanya rumah sakit dibagi menjadi Rumah

Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat yaitu sebagai berikut :

1. Rumah sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,

dan badan hukum yang bersifat nirlaba yang diselenggarakan

berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan

Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dengan tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit Privat.

2. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang

berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero.

c. Klasifikasi berdasarkan Kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit pemerintah,

Rumah Sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan Klasifikasi

berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit pemerintah; terdiri dari:

1. Rumah sakit yang langsung dikelola oleh Departemen Kesehatan, Rumah

Sakit pemerintah daerah, Rumah Sakit militer, Rumah Sakit BUMN, dan

Rumah Sakit swasta yang dikelolaoleh masyarakat.

(42)

Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas:

Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan beragam

jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus, memberi pelayanan pengobatan

khusus untuk pasien dengan kondisi medik tertentu baik bedah maupun

non bedah. Contoh: rumah sakit kanker, rumah sakit bersalin.

3. Klasifikasi berdasarkan lama tinggal

Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit perawatan

jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30 hari dan rumah

sakit perawatan jangka panjang yang merawat penderita dalam waktu

rata-rata 30 hari.

4. Klasifikasi berdasarkan status akreditasi

Berdasarkan status akreditasi terdiri atas rumah sakit yang telah

diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit telah

diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara formal oleh

suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan bahwa suatu rumah

sakit telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan tertentu.

5. Klasifikasi Rumah Sakit Umum Pemerintah

Rumah sakit Umum Pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan

menjadi Rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut

didasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

a. Rumah sakit umum kelas A, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

(43)

b. Rumah sakit umum kelas B, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik

sekurang-kurangnya sebelas spesialistik dan subspesialistik terbatas.

c. Rumah sakit umum kelas C, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik

dasar.

d. Rumah sakit umum kelas D, adalah rumah sakit umum yang

mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik.

3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit

Pada umumnya tugas Rumah Sakit adalah menyediakan keperluan untuk

pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.24Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 417/MENKES/PER/II/2011, tugas Rumah Sakit

umum adalah melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil

guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang

dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan pencegahan

serta melaksanakan rujukan.

Guna melaksanakan tugasnya, rumah sakit mempunyai berbagai fungsi yaitu

menyelenggarakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis, dan non medis,

pelayanan dan asuhan keperawatan, penelitian dan pengembangan serta

administrasi umum dan keuangan.25

24

Charles J.P.Siregar,Op.cit,hlm.10

25

(44)

Berdasarkan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit fungsi

Rumah Sakit adalah :26

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar Rumah Sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan

medis.

c. Penyelengaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelengaraaan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan kesehatan.

Rumah Sakit setidaknya memiliki 5 (lima) fungsi sebagai berikut :

a. Menyediakan rawat inap dengan fasilitas diagnosis dan terapeutik.

b. Memiliki pelayanan rawat jalan.

c. Melakukan pendidikan dan pelatihan.

d. Melakukan penelitian dan dibidang kedokteran dan kesehatan.

e. Melaksanakan program pencegahan penyakit dan penyuluhan kesehatan

bagi populasi disekitarnya.

Fungsi rumah sakit sudah baik adanya dalam perannya sebagai wadah bagi pasien

yang ingin mencari kesembuhan. Rumah sakit juga menyediaan fasilitas,

pelayanan rawat jalan dan dokter yang sudah ahli dibidang kesehatan untuk

menunjang kenyamanan dan proses penyembuhan pasien dengan baik.

26

(45)

4. Hak dan Kewajiban Rumah Sakit

Rumah sakit mempunyai hak-hak sebagaimana yang diatur dalam

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 30 antara lain,

sebagai berikut :27

a. Menentukan jumlah, jenis, dan kulifikasi sumber daya manusia sesuai dengan

klasifikasi rumah sakit.

b. Melakukan kerjasama dengan pihak lain dalam rangka pengembangan

pelayanan.

c. Menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

d. Menggugat pihak yang mengalami kerugian.

e. Mendapatkan pelindungan hukum.

f. Mempromosikan layanan kesehatan yang ada di rumah sakit.

Kewajiban rumah sakit menurut Pasal 29 Undang-Undang Rumah Sakit No. 44

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, disebutkan bahwa setiap rumah sakit

mempunyai kewajiban sebagai berikut :

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

masyarakat.

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, nondiskriminasi dan

efektif mengutamakan kepentingan pasien.

c. Memberikan pelyanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya.

27

(46)

d. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.

e. Menyelenggarakan rekam medis.

f. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien.

E.Jamkesmas

Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang No. 36Tentang

Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan

kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak

memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggungjawab

mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu.

Departemen Kesehatan menetapkan kebijakan untuk lebih memfokuskan

perhatian pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu

melalui Jamkesmassebagai bagian dari pembangunan jaminan kesehatan secara

menyeluruh. Dasar pemikirannya adalah selain memenuhi kewajiban pemerintah,

tetapi juga berdasarkan kajian dan pengalaman bahwa akan terjadi percepatan

perbaikan indikator kesehatan apabila lebih memperhatikan dan fokus pada

(47)

1. Pengertian Jamkesmas

Jaminan Kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta

memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah

membayar iurannya atau iurannya dibayar oleh pemerintah (Permenkes No. 40

Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jamkesmas).

Jamkesmas adalah betuk belanja bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan bagi

masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini dilakukan secara nasional agar

terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan yang

menyeluruh bagi masyarakat miskin (Depkes). Jadi dapat disimpulkan bahwa

jamkesmas adalah bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan khusunya bagi fakir

miskin dan orang tidak mampu yang iurannya dibayar oleh Pemerintah.

2. Tujuan Jamkesmas

a. Tujuan umum yaitu terselenggaranya akses dan mutu pelayanan kesehatan

terhadap seluruh masyarakat miskin dan tidak mampu agar tercapai derajat

kesehatan masyarakat yang optimal secara efektif dan efisien bagi seluruh

peserta Jamkesmas.

b. Tujuan khususnya yaitu memberikan kemudahan dan ASKES Pelayanan

Kesehatan kepada peserta di seluruh jaringan PPK Jamkesmas mendorong

peningkatan pelayanan kesehatan yang terstandar bagi peserta agar tidak

berlebihan sehingga terkendali mutu dan biayanya terselenggaranya

pengelolaan keuangan yang transparan dan akuntabel, untuk meningkatkan

(48)

Puskesmas serta jaringannya dan di Rumah Sakit serta meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

3. Peserta Yang Dijamin Jamkesmas

Menurut Permenkes No. 40 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jamkesmas peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut

meliputi:

a. Masyarakat miskin dan tidak mampu sesuai dengan database kepesertaan

yang bersumber dari TNP2K.

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar.

c. Peserta Program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu

Jamkesmas.

d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 1185/Menkes/SK/XII/2009 tentang Peningkatan

Kepesertaan Jamkesmas bagi Penghuni Panti Sosial, Penghuni Lembaga

Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana. Tata

laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis tersendiri sebagaimana

tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan

Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat

Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni

Lembaga Pemasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.

e. Ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir termasuk Keluarga

(49)

persalinan. Tata laksana pelayanan mengacu pada Petunjuk Teknis

Jaminan Persalinan.

f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan

Thalassaemia Indonesia (YTI) atau yang belum terdaftar namun telah

mendapat surat keterangan Direktur Rumah Sakit sebagaimana diatur

dalam Petunjuk Teknis Jaminan Pelayanan Pengobatan Thalassaemia.

g. Seluruh penderita Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang timbul

akibat pelaksanaan imunisasi Program pemerintah. Prosedur pelayanan

dan mekanisme pembayaran pelayanan KIPI mengacu pada ketentuan

dalam Jamkesmas dan diperjelas dalam Surat Edaran Menteri Kesehatan

Nomor JP/Menkes/092/II/2012 tentang Pembiayaan Kasus KIPI yang

dikeluarkan pada tanggal 22 Februari 2012.

Peserta Jamkesmas ada yang diberi kartu sebagai identitas peserta dan ada

yang tidak diberi kartu, yaitu:

a. Peserta yang diberi kartu adalah peserta sesuai dengan database yang

bersumber dari TNP2K.

b. Peserta yang tidak memiliki kartu terdiri dari:

1. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar serta masyarakat

miskin penghuni panti sosial.

2. Masyarakat miskin penghuni lembaga pemasyarakatan dan rumah

tahanan.

(50)

4. Bagi bayi dan anak yang lahir dari kedua orang tua atau salah satu

orang tuanya peserta Jamkesmas, maka otomatis menjadi peserta

jamkesmas dan berhak mendapatkan hak kepesertaan.

5. Korban bencana pasca tanggap darurat.

6. Sasaran yang dijamin oleh Jaminan Persalinan yaitu: ibu hamil, ibu

bersalin/ibu nifas dan bayi baru lahir.

7. Penderita Thalassaemia Mayor.

(51)

F. Kerangka Pikir

Hubungan Hukum Pasien dan Rumah Sakit Rumah Sakit

Perlindungan Pasien Penyelesaian Sengketa

UU No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan

Konsumen

Hak Pasien UU No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan dan UU No.29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran

Nonlitigasi Dengan Proses Mediasi

Litigasi dengan beracara di pengadilan

Pasien Jamkesmas Hubungan Hukum

(52)

Berdasarkan skema tersebut dapat dijelaskan bahwa :

Pasien jamkesmas di rumah sakit dilindungi secara hukum dalam menerima

pelayanan kesehatan. Secara umum perlindungan pasien dilindungi oleh

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Secara khusus

perlindungan pasien juga diatur dalam Undang-Undang No. 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan dan Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 Tentang Praktik

Kedokteran. Kedua Undang-Undang tersebut mengatur tentang hak-hak pasien

dalam menerima pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak selalu berjalan sesuai dengan keinginan

pasien. Sering kali pasien jamkesmas merasa didiskriminasi dan tidak

mendapatkan pelayanan yang baik di rumah sakit. Bila terjadi sengketa antara

pasien dan rumah sakit dapat diselesaikan dengan litigasi yaitu beracara di

pengadilan dan diselesaikan secara damai melalui nonlitigasi. Namun,

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan mewajibkan untuk dilakukan

(53)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika

dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran, secara

sistematis, metodologis, dan konsisten. Sistematis artinya menggunakan sistem

tertentu, metodologis artinya menggunakan metode atau cara tertentu dan

konsisten berarti tidak ada hal yang bertentangan dalam kerangka tertentu

Penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat

menjawab permasalahan sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat

mempertanggungjawabkan kebenaranya.1

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Normatif-Empiris.

Penelitian Hukum Normatif-empiris adalah penelitian hukum mengenai

pemberlakuan atau implementasi ketentuan hukum normatif (kodifikasi,

undang-undang, atau kontrak) secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu yang

terjadi dalam masyarakat.2Penelitian ini akan mengkaji tentang Perlindungan

Hukum Pasien Terhadap Layanan Jaminan Kesehatan Masyarakat di Rumah

SakitUmum Daerah Pringsewu dengan melihat norma, peraturan

1 Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hlm. 2.

2

(54)

undangan dan literatur yang terkait dengan perlindungan pasien serta melakukan

wawancara dengan salah satu pihak di rumah sakit guna mendapatkan informasi

yang berguna untuk bahan penelitian ini.

B.Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dan menguraikan

pokok bahasanini adalah tipe deskriptif. Tipe deskriptif bertujuan untuk

memperoleh pemaparan (deskripsi) secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis

tentang beberapa aspek yang diteliti pada undang-undang, peraturan pemerintah,

atau objek kajian lainnya.3 Untuk itu, penelitian ini akan menggambarkan secara

lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai Perlindungan Hukum Pasien

Terhadap Layanan Jaminan kesehatan Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah

Pringsewu yang didasari pada peraturan perundang-undangan yang terkait.

C.Pendekatan Masalah

Di dalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan, dengan pendekatan

tersebut peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu

yang sedang dicoba untuk dicari jawabanya. Metode pendekatan penelitian ini

adalah pendekatan peraturan undang-undang (statute approach) suatu penelitian

normatif empiris tentu harusmenggunakan pendekatan perundang-undangan,

karena yang akan diteliti adalah berbagai atauran hukum yang menjadi fokus

sekaligus tema sentral suatu penelitian.4 Adapun yang menjadi subtansi hukum

pada penelitian ini yaitu hubungan hukum antara pasien dan rumah sakit dalam

3

Abdulkadir Muhammad, Op, cit, hlm.102.

4

(55)

jaminan kesehatan masyarakat dan tanggung jawab rumah sakit dalam jaminan

kesehatan masyarakat.

D. Sumber Data

Jenis data dapat dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan antara data yang

diperoleh langsung dari masyarakat dan data yang diperoleh dari bahan pustaka5.

Adapun dalam mendapatkan data atau jawaban yang tepat dalam membahas

penelitian ini, serta sesuai dengan pendekatan masalah yang digunakan dalam

penelitian ini maka jenis data yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan

menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan melalui

wawancara dengan salah satu pihak di Rumah Sakit yang mengetahui tentang

Perlindungan Hukum Pasien Terhadap Layanan Jaminan kesehatan Masyarakat di

Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi kepustakaan bahan-bahan

hukum, jenis data sekunder yang dipergunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai kekuatan hukum

yang mengikat, terdapat dalam peraturan perundang-undangan.:

a. Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

b. Undang-Undang No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis koefisien determinasi menunjukkan pengaruh bauran pemasaran terhadap variasi naik turunnya keputusan konsumen membeli produk mebel pada mebel BMS di

6. Apabila tidak ada penawaran yang lulus pembuktian kualifikasi, pelelangan dinyatakan gagal;.. Apabila calon yang sudah masuk dalam Daftar Pendek tidak hadir atau mengundurkan

bahwa ketentuan pelaksanaan seleksi mandiri penerimaan mahasiswa baru yang tercantum dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 126 Tahun

Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam seminggu, maka

Aktivitas utama perancangan adalah untuk menyempurnakan model analisis sedemikian rufla sehingga dapat diimplementasikan dengan menggunakan komponen-komp'lnen yang mematuhi

Populasi dalam penelitian ini terbagi menjadi populasi sumur gali yakni 20 sumur gali dan populasi perilaku pengguna sumur gali yang berjumlah 125 responden.

Hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan daerah tertinggal selama kurun waktu sejak pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II sampai dengan bulan Juni 2011 antara

Analisis Standar Belanja yang selanjutnya disingkat ASB adalah alat untuk menganalisis kewajaran beban kerja atau belanja setiap kegiatan yang akan dilaksanakan oleh