• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DAN STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DENGAN

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNGTAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

DYANTI MAHRUNNISYA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan SFAE untuk meningkatkan hasil belajar, jika dikaitkan dengan kemampuan awal yang dimiliki siswa pada mata pelajaran ekonomi. Metode yang digunakan adalah metode eksperimen dengan pendekatan komparatif. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan cluster random sampling. Pengujian hipotesis menggunakan rumus analisis varian dua jalan dan t-test dua sampel independen.

Hasil penelitian menunjukkan (1) ada perbedaan yang signifikan hasil belajar ekonomi melalui model pembelajaran TSTS dan SFAE, (2) ada perbedaan hasil belajar ekonomi antar siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah (3) hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih tinggi dibandingkan dengan tipe TSTS, (4) hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal sedang dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih tinggi dibandingkan dengan tipe TSTS, (5) hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih rendah dibandingkan dengan tipe TSTS, (6) ada interaksi yang antara model pembelajaran dengan kemampuan awal siswa, (7) ada perbedaan efektivitas antar model kooperatif tipe SFAE dan TSTS. Kata Kunci : Hasil Belajar, Kemampuan Awal, Model Pembelajaran Kooperatif

(2)

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN

AWAL PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh :

DYANTI MAHRUNNISYA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 6 April 1993 dengan nama lengkap Dyanti Mahrunnisya. Penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak Sumardi Saberan, S.Sos dan Ibu Dra. Darneli.

Pendidikan formal yang diselesaikan penulis yaitu:

1. SD Negeri 2 Labuhan Ratu Bandar Lampung diselesaikan tahun 2005 2. SMP Negeri 19 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2008

3. SMA Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2011

(7)

Persembahan

Alhamdullilahirobbialamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala

nikmat, kemudahan dan karunia yang Engkau berikan. Ku

persemhakan karya kecilku ini untuk orang-orang terkasih di hidupku

Papa dan Mama tercinta

Sebagai hadiah kecil atas perjuangan mereka membesarkan ku,

walaupun secarik kertas takkan mampu membalasnya, namun semoga

ini menjadi langkah awal untuk ku, agar dapat membanggakan

mereka

Kakak Adik dan Keluarga Besarku

Sebagai rasa terimakasih ku karena selalu ada untuk ku

Pendidik ku

Pahlawan tanpa tanda jasa, ungkapan rasa terimakasih atas ilmu

yang diberikan, semoga menjadi amal yang terus mengalir. Amin

Sahabat-sahabat ku

Yang setia mendengarkan keluh kesah ku, menemaniku saat suka dan

duka, memberikan pengalaman hebat yang tak terlupakan

Seseorang yang kelak akan berjuang untuk ku, menemani dan menjadi

tua bersamaku

(8)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, petunjuk, dan kemudahanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “STUDI

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT FACILITATOR AND

EXPLAINING (SFAE) DAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DENGAN

MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X

SMA NEGERI 6 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN

2014/2015”. Shalawat beserta salam tetap tersanjung agungkan kepada Nabi kita

Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa salam.

Selesainya penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, motivasi, bimbingan dan saran dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. 2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II FKIP Unila.

4. Bapak Drs. Muhammad Fuad, M..Hum., selaku Wakil Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

(9)

dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si., selaku pembahas yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Drs. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila dan selaku

pembimbing II yang telah membantu mengarahkan dan memotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.

10. Bapak Mansurdin, S.Pd., selaku Kepala SMAN 6 Bandar Lampung, terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk menjadikan SMAN 6 Bandar lampung sebagai subjek dalam penelitian skripsi ini.

11. Siswa-Siswi SMAN 6 Bandar Lampung, terimakasih atas kerjasama dan kegembiraanya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. 12. Papa ku Sumardi Saberan, S.Sos dan Mama ku Dra. Darneli teristimewa.

(10)

berdua. Amin.

13. Kakak ku Adhitiya Rifki dan kedua adik ku terkasih Akmal Syarif dan Dyah Srimulyani, terimakasih atas keceriaan, keisengan, kejengkelan yang kalian perbuat, itu semua menjadi bumbu penyedap dalam semangat ku

menyelesaikan skripsi ini. Semoga kita selalu di lindungi dan di berkahi umur yang panjang dan diberi rezeki yang berlimpah oleh Allah SWT.

14. Keluarga besar ku, kakek-nenek, tamong-kajong, om-tante, dan sepupu yang telah memberikan semangat dan doa.

15. Sahabat sekaligus kakak perempuan bagi ku, Lidiya dan Karina. Terimakasih karena selalu mendengarkan keluh kesah ku, dan juga untuk doa dan

dukungannya.

16. Keluarga besar BKC Lampung, untuk kalian yang sudah seperti kakak dan adik ku. Terimaksih karena selalu ada dan mendukung ku, tak lupa teman teman karateka yang membuat hari-hari semakin ceria.

17. Keluarga Organisasiku, Radio Kampus Unila. Terimaksih atas pengelaman dan juga kehebatan-kehebatan yang sudah kita ciptakan. Teman seperjuangan Dian, Ade, Yessy, Adi, Bayu, Gomgom, Annisa, Diah, Jaya, Fajri, Nur, Sonia, Clara, Indah, Sunarmo.

(11)

ini. Semoga cerita kita di masa kuliah menjadi cerita yang sukar untuk dilupakan, dan semoga kelak kita dapat berkumpul lagi dalam keadaan sukses, amin.

20. Kakak tingkat semuanya tanpa terkecuali terima kasih atas semua bantuan dan motivasinya, terkhusus untuk ka Dani yang telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini serta adik-adik tingkatku. 21. Keluarga baru ku, Wina, Niken, Revi, Lusi, Eka, Emi, Desma, Bayu, Juned

terimakasih telah datang kedalam kehidupan ku memberikan banyak warna dan cerita , semoga masih ada banyak waktu untuk kita sama sama mengukir pengalaman baru.

22. Teman-teman sekolah yang selalu ada, Tyas, Habib, Yoga, Trimul, Dedy, Selvi dan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

23. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.

Semoga segala bantuan, bimbingan, dorongan dan do’a yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Bandar Lampung, Mei 2015 Penulis,

(12)

Motto

Lihatlah mereka yang lebih tidak beruntung daripada dirimu sehingga kau tidak mungkin tidak berpuas diri atas

keberuntungan yang diberikan Allah kepadamu.

(Nabi Muhammad saw)

When one door closes, another opens, but we often look so long and so regretfully upon the closed door that we

do not see the one which has opened for us.

(Alexander Graham Bell)

Ketika sesuatu terasa tidak mungkin, maka doa akan merubahnya mejadi mungkin.

(Dyanti Mahrunnisya)

First they ignore you. Then they laugh at you. Then they fight you. Then you win.

(13)

DAFTAR ISI

a. Pengertian Pembelajaran kooperatif ... 17

b. Langkah-Langkah dalam Pembelajaran Kooperatif ... 20

(14)

C. Variabel Penelitian ... 38

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel ... 39

1. Hasil Belajar ... 39

3. Analisis Efektivitas Model Pembelajaran ... 53

4. Pengujian Hipotesis ... 54

a. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol ... 60

b. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 62

2. Data Tes Hasil Belajar ... 64

a. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol ... 64

b. Deskripsi Data Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 66

(15)

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 102 A. Kesimpulan ... 102 B. Saran ... 104 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai UTS Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas X Semester Ganjil

SMAN 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 ... .. 2

2. Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif ... 20

3. Penelitian yang Relevan ... 28

4. Definisi Operasional Variabel ... 43

5. Tingkatan Besarnya Reliabilitas ... 46

6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan ... 51

7. Daftar Nama Kepala Sekolah SMAN 6 Bandar Lampung ... 58

8. Sarana dan Prasarana SMAN 6 Bandar Lampung ... 59

9. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol ... 61

10. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Kemampuan Awal Siswa Kelas Eksperimen ... 63

11.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Kontrol ... 65

12.Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Ekonomi Siswa Kelas Eksperimen .... 67

13. Uji Normalitas Data ... 68

14. Rekapitulasi Uji Normalitas ... 69

15. Hasil Uji Homogenitas ... 70

16. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ... 72

17. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ... 73

18. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ... 74

19. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ... 76

20. Hasil Pengujian hipotesis 5 ... 77

21. Test Betwen Subjec effec ... 79

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(18)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses belajar mengajar merupakan bagian dari kegiatan guru di sekolah dan berguna untuk menyampaikan informasi, pengetahuan, pengalaman kepada peserta didik. Pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar, perubahan itu ditandai dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang cukup lama.

(19)

mendapat informasi yang dibutuhkan mereka untuk mencapai tujuan; 6) media, bahan pengajaran dengan atau tanpa peralatan yang digunakan untuk menyajikan informasi kepada siswa; 7) evaluasi, cara tertentu yang digunakan untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Kenyataan yang ada pada saat ini bahwa dalam komunikasi sering terjadi penyimpangan sehingga proses belajar mengajar menjadi tidak efektif dan efisien. Keadaan tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya, ada kecenderungan verbalisme, ketidak siapan peserta didik, kurang minat peserta didik dalam melakukan proses belajar. Proses belajar mengajar menjadi tidak efektif juga

dikarenakan, sebagian guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran yang membuat siswa turut berpartisipasi dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang

menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah karena guru yang dominan aktif, sementara siswanya pasif. Oleh sebab itu, siswa kelas X SMAN 6 Bandar Lampung memiliki nilai mata pelajaran ekonomi di bawah KKM yang ditetapkan.

Tabel 1. Hasil Ujian Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMAN 6 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015 No. Kelas Nilai < 72 Nilai ≥ 72 Jumlah

Siswa

1. X 1 25 0 25

2. X 2 25 0 25

3. X 3 21 1 22

4. X 4 25 4 29

Jumlah

Siswa 96 5 101

Persentasi

(%) 96,96% 3,04% 100%

(20)

Hasil belajar yang diperoleh siswa SMA Negeri 6 Bandar Lampung pada Ujian Mid Semester masih belum optimal. Hal ini dikarenakan hanya 5 siswa (3,04%) dari 101 siswa yang mendapat nilai ≥72, berarti 96 siswa (96,96%) memperoleh nilai < 72, berarti masih banyak siswa memiliki hasil belajar yang masih tergolong rendah. Berhasil atau tidaknya pencapaian hasil belajar yang diperoleh siswa bergantung pada bagaimana proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Proses pembelajaran merupakan faktor yang cukup penting dalam pendidikan. Proses pembelajaran yang baik akan memperoleh hasil yang baik pula.

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah tingkat pencapaian kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa per mata pelajaran. SMA Negeri 6 Bandar Lampung memiliki standar KKM khususnya mata pelajaran ekonomi yaitu 72. Apabila siswa belum mencapai kriteria nilai yang diharapkan, maka siswa tersebut harus mengikuti remedial. Hasil belajar merupakan hal sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar. Bagi seorang guru, hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi bagi keberhasilan belajar siswa. Perubahan dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan dan menyenangkan harus mulai diterapkan sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan proses pembelajaran tersebut adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat.

(21)

“Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengelompokkan

siswa untuk tujuan menciptakan pendekatan pembelajaran yang berefektivitas yang mengintegrasikan keterampilan sosial yang bermuatan akademik”. Model pembelajaran ini dapat membuka kesempatan siswa untuk ikut berpartisipasi dan berpikir kritis dalam kegiatan pembelajaran.

Peneliti menerapkan dua model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Student Facilitator And Expalining (SFAE) dan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Pemilihan kedua model tersebut karena dianggap mampu memberikan peningkatan hasil belajar ekonomi. Model Student Facilitator And Explaining merupakan pembelajaran dimana siswa dibagi kedalam kelompok, dalam model pembelajaran ini siswa belajar mempresentasikan materi pelajaran. Student Facilitator And Explaining dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan membuat bagan atau peta konsep yang berisikan ide atau gagasan serta pendapat dari materi pelajaran, oleh karenanya model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang dalam belajar siswa.

(22)

secara terbuka, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada rekan-rekannya. Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan.

(23)

Melalui kedua model tersebut diharapkan dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih mudah memahami materi yang diajarkan oleh guru dan dapat mencapai indikator dari kompetensi dasar serta hasil belajar siswa dapat memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang ditetapkan oleh sekolah.

Alasan penggunaan dua model pembelajaran tersebut karena keduanya merupakan model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi

perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Slavin dinyatakan bahwa: 1) penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain; 2) pembelajaran kooperatif dapat

memenuhi kebutuhan sisiwa dalam berfikir kritis, memecahkan maslah, dan menghasilkan pengetahuan dengan pengalaman.

(24)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang ada dapat diidentifikasi sebagai berikut.

1. Guru belum sepenuhnya menerapkan model-model pembelajaran dalam proses pembelajaran.

2. Kegiatan belajar mengajar yang dilakukan kurang menarik, berlangsung monoton dan membosankan, serta interaksi yang terjadi hanya satu arah. 3. Kegiatan pembelajaran masih berpusat kepada guru. Peran guru menjadi

sangat dominan.

4. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga tidak dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya.

5. Hasil belajar masih dibawah KKM

C. Pembatasan Masalah

(25)

D. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang diteliti pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe SFAE

dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe TSTS?

2. Apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada kelas kontrol dan eksperimen?

3. Apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe TSTS?

4. Apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal sedang yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe TSTS?

5. Apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe TSTS?

(26)

7. Apakah ada perbedaan efektifitas antara model pembelajaran Student Facilitator And Explaining dan Two Stay Two Stray.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe SFAE dibandingkan dengan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif tipe TSTS.

2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada kelas kontrol dan ekperimen.

3. Untuk mengetahui apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe TSTS.

4. Untuk mengetahui apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang

memiliki kemampuan awal sedang yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan tipe TSTS.

5. Untuk mengetahui apakah hasil belajar ekonomi pada siswa yang

(27)

6. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaraan kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi. 7. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan efektifitas antar model

pembelajaran Student Facilitator And Explaining dan Two Stay Two Stray.

F. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Secara teoritis

a. Menyajikan suatu wawasan khusus tentang penelitian yang

menekankan pada penerapan model pembelajaran yang berbeda pada mata pelajaran ekonomi.

2. Secara praktis

a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang bermanfaat bagi perbaikan mutu pembelajaran khususnya pada mata pelajaran ekonomi.

b. Bagi guru, sebagai bahan evaluasi untuk memperbaiki kualitas sebagai guru yang profesional dalam upaya peningkatan mutu dan hasil belajar ekonomi siswa.

c. Bagi siswa, sebagai nuansa baru tentang model pembelajaran dan

(28)

Objek penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator And Explaining (SFAE) dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Twoy Stray (TSTS) pada hasil belajar ekonomi.

2. Subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 6 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

3. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

4. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah.

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar

Setiap manusia dimana saja berada tentu melakukan kegiatan belajar. Seorang siswa yang ingin mencapai cita-citanya tentu harus belajar dengan giat, bukan hanya di sekolah saja, tetapi juga harus belajar di rumah, dalam masyarakat, lembaga-lembaga pendidikan ekstra di luar sekolah, berupa kursus, les privat, bimbingan studi dan yang lainnya. Belajar merupakan syarat mutlak untuk menjadi pandai dalam segala hal, baik dalam ilmu pengetahuan maupun keterampilan.

Hal ini didukung oleh pendapat Dalyono (2012: 49) yang menyatakan bahwa “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan

mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup perubahan tingkah laku, sikap kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan

(30)

pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, keterampilan, sikap, minat, watak dan penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek organisme dan tingkah laku pribadi seseorang. Hal yang sama diuraikan oleh

Hamalik (2001: 28) “Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku

individu melalui interaksi dengan lingkungan”. Aspek tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, pengertian, kebiasaan, keterampilan, apresiasi, emosional, hubungan sosial, jasmani, etika dan sikap. Apabila seseorang telah belajar, maka akan terlihat terjadinya perubahan pada salah satu atau beberapa aspek tingkah laku tersebut.

Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Croubach dalam Dalyono (2012: 212) “learning is shown by change in behavior as result of

experience”, artinya, belajar itu tampak oleh perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pengalaman.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat dijelaskan bahwa. a. Belajar adalah suatu usaha. Perubahan yang dilakukan secara sungguh

sungguh, dengan sistematis, menggunakan semua potensi yang dimiliki, baik fisik, mental serta dana, panca indra, otak dan anggota tubuh

lainnya.

(31)

2. Teori tentang belajar dan Hasil belajar

Pada mulanya teori-teori belajar dikembangkan oleh para ahli psikologi dan dicobakan tidak langsung kepada manusia disekolah, melainkan menggunakan percobaan dengan binatang. Mereka menganggap bahwa hasil percobaannya akan dapat diterapkan pada proses belajar-mengajar untuk manusia. Pada tingkat perkembangan berikutnya, baru para ahli mencurahkan perhatian pada proses belajar mengajar manusia di sekolah. Sehubungan dengan uraian di atas, maka kegiatan belajar itu cendrung diketahui sebagai proses psikologis, terjadi di dalam diri sesorang. Oleh karena itu sulit diketahui dengan pasti bagaimana terjadinya. Prosesnya begitu kompleks, maka timbul bebrapa teori tentang belajar.

Menurut Hamalik (2013: 35 - 39) berkenaan dalam hal ini secara global ada beberapa teori belajar yakni.

a. Teori Psikologi Klasik tentang Belajar

Menurut teori ini, manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat (matter). Jiwa dan zat berbeda satu sama lain. Badan adalah subjek yang sampai ke alat indra, sedangkan jiwa adalah suatu realita yang nonmateriiil, yang ada di dalam badan, yang berfikir, merasa, berkeinginan, mengontrol kegiatan badan, serta

(32)

pikiran, dengan melatihnya. Dengan kata lain pendidikan adalah suatu proses dari dalam.

b. Teori Mental State

Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan/ tanggapan-tanggapan yang masuk melalui pengindraan. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran manusia. Kesan-kesan itu akan mudah diungkapkan kembali apabila kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Jadi yang penting menurut teori ini, adalah bahan-bahan atau materi yang disampaikan kepada sesorang.

c. Teori Psikologi Daya dan Belajar

Menurut teori ini, jiwa manusia terdiri dari berbagai daya,

meningat, berfikir, merasakan, kemauan, dan sebagainya. Tiap daya mempunyai fungsi tersendiri. Tiap orang memiliki semua daya-daya itu, hanya berbeda kekuatan saja. Agar daya-daya itu berkembang, maka daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat normal karena mengutamakan pembentukan daya-daya dengan demikian terdapat karakteristik mental individual. Tiap fungsi mempunyai pusatnya masing-masing dan mengandung kesatuan fungsional.

Selain teori-teori tersebut penting juga untuk diketahui mengenai “Teori Kontruktivisme”.

“Kontruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang

menekankan bahwa pengetahuan kita konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukan gambaran dari dunia yang ada, tetapi pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui kegiatan seseorang. Secara sederhana konstruktivisme itu beranggapan bahwa pengetahuan merupakan konsturksi diri yang mengetahui sesuatu”. Sardiman (2007: 37)

Apabila ada proses belajar sudah tentu ada hasil yang diperoleh. Hasil merupakan hal sangat penting sebagai indikator keberhasilan belajar, bagi seorang guru hasil belajar siswa merupakan pedoman evaluasi bagi

(33)

pembelajaran yang dicapai oleh siswa dalam usaha menguasai kecakapan baik jasmani maupun rohani di sekolah. Hasil belajar dapat

menggambarkan seberapa besar tingkat keberhasilan yang telah dicapai. Keberhasilan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan tingkah laku yang ada pada diri siswa. Perubahan yang dimaksud adalah terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dari sebelumnya, misalnya dari yang tidak tahu menjadi tahu, sikap tidak disiplin menjadi disiplin dan sebagainya.

Menurut Sudjana (2004: 22) hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan Hamalik (2013: 155) menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan

pengembangan yang lebih baik dibandingkan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan, dan sebagainya.

Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan kemampuan

(34)

Setiap siswa pada dasarnya menginginkan dapat mencapai hasil belajar yang baik. Namun, pada fakta di lapangan tidak sedikit pula siswa yang mengalami kegagalan. Menurut Dalyono (2003: 55- 60) faktor-faktor yang memengaruhi prestasi siswa yaitu.

1. Faktor internal, yaitu faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, seperti.

a. Faktor kesehatan jasmani dan rohani b. Inteligensi dan bakat

c. Minat dan motivasi d. Cara belajar

2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang ada dari luar individu yang sedang belajar, seperti.

a. Keluarga b. Sekolah c. Masyarakat

d. Lingkungan sekitar

Dengan memperhatikan faktor-faktor di atas diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa dan mendorong siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Setiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa berbagai tingkat

(35)

pembelajaran kooperatif (cooperative learnig) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Setiap siswa melakukan berbagai kegiatan belajar untuk

meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan

pengembangan keterampilan sosial. Tiga konsep sentral yang mejadi karakteristik pembelajaraan kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Slavin dalam Isjoni (2011:15) yaitu.

a. Penghargaan kelompok

Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan -tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok

(36)

b. Pertanggungjawaban individu

Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran individu dari semua anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya

pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya. c. Kesempatan yang smaa untuk mencapai keberhasilan

Pembelajaraan kooperatif menggunakan metode skoring yang mencangkup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini, setiap siswa baik yang berprestasi tinggi, sedang , atau rendah sama-sama

memperoleh kesempatan untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.

Prinsip model pembelajaran kooperatif, yaitu. a) Saling ketergantungan positif

b) Tanggung jawab perseorangan c) Tatap muka

d) Komunikasi antar anggota e) Evaluasi proses kelompok.

Manfaat dari pembelajaran kooperatif antara lain. a) Meningkatkan aktivitas belajar siswa dan prestasi

akademiknya

b) Membantu siswa dalam mengembangkan keterampilan

berkomunikasi secara lisan, menggambarkan keterampilan sosial siswa

c) Meningkatkan rasa percaya diri siswa,membantu meningkatkan hubungan positif antar siswa.

(37)

berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik

difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru berperan sebagai fasilitator, penyedia sumber belajar bagi peserta didik, pembimbing peserta didik dalam belajar kelompok, pemberi motivasi peserta didik dalam memecahkan masalah, dan sebagai pelatih peserta didik agar memiliki keterampilan kooperatif.

b. Langkah-langkah dalam Pembelajaran Kooperatif

Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah Indikator Kegiatan Guru

Langkah 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi kepada siswa

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan

(38)

Langkah 5

Langkah 6

Evaluasi

Memberikan penghargaan

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran

4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFE)

Model Student Facilitator and Explaining merupakan pembelajaran dimana siswa dibagi kedalam kelompok. Pada model pembelajaran ini siswa belajar mempresentasikan materi pelajaran. Student

Facilitator and Explaining dilakukan dengan cara penguasaan siswa terhadap bahan-bahan pembelajaran melalui imajinasi dan

penghayatan yang dilakukan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan yang dilakukan siswa dengan membuat bagan atau peta konsep yang berisikan ide atau gagasan serta pendapat dari meteri pelajaran, oleh karenanya, model ini dapat meningkatkan motivasi belajar, antusias, keaktifan dan rasa senang dalam belajar siswa. Gagasan dasar dari strategi pembelajaran ini adalah bagaimana guru mampu menyajikan materi di depan siswa, lalu memberikan mereka kesempatan untuk menjelaskan kepada teman-temannya. Student Facilitator and Explaining merupakan rangkaian penyajian materi ajar yang diawali dengan penjelasan secara terbuka, memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kembali kepada

rekan-rekannya. Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan. (Huda , 2014: 227)

Adapun tahap-tahap strategi model pembelajaran Student Facilitator and Explaining menurut Huda (2014: 228- 229).

a. Guru menyampaikan kompetensi yang iningin dicapai. b. Guru mendemonstrasikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.

(39)

d. Guru menyimpulkan ide atau pendapat siswa.

e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu. f. Penutup.

Beberapa kelebihan strategi ini antara lain.

a. Membuat materi yang disampaikan menjadi lebih jelas dan kongkret.

b. Meningkatkan daya serap siswa karena pembelajaran siswa dilakukan dengan demonstrasi.

c. Melatih siswa untuk menjadi guru karena siswa diberi kesempatan untuk mengulangi penjelasan guru yang telah didengar.

d. Memacu motivasi siswa untuk menjadi yang terbaik dalam menjelaskan materi pelajaran.

e. Mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan ide atau gagasan.

Akan tetapi dalam metode ini juga memiliki kekurangan.

a. Siswa pemalu sering sekali sulit untuk mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh guru.

b. Tidak semua siswa meiliki kesempatan yang sama untuk melakukannya (menjelaskan kepada teman-temannya karena keterbatasan waktu pembelajaran).

c. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang terampil.

d. Tidak mudah bagi siswa untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi secara ringkas.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

Model pembelajaran Two Stay Two Stray / Dua Tinggal Dua Tamu merupakan model pembelajaran yang member kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan

kelompok lainnya. Hal ini dilakukan dengan cara saling

(40)

(1990), kemudian model pembelajaran ini dapat dikombinaksikan atau digabungkan dengan teknik kepala bernomor. Model

pembelajaran TSTS dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan umur dan sangat memungkinkan setiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut.

a. Guru membagi siswa dalam bebrapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok yang heterogen, misalnya satu kelompok tediri dari 1 siswa bekemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe TSTS bertujuan untuk memberikan kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (peer tutoring) dan saling mendukung.

b. Guru memberikan sub pokok bahsan pada tap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

c. Siswa bekerja sama dengan kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan

kesempatan pada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir.

d. Setelah selesai, dua orang dari masing masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

e. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas

memberikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

f. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

g. Kelompok mencocokan dan membahas hasil kerja mereka h. Masing masing kelompok mempresentasikan hasil kerja

(41)

6. Kemampuan Awal

Kemampuan awal (prior knowledge) merupakan hasil balajar yang didapat sebelum mengikuti pelajaran. Kemampuan awal ini

menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima materi pembelajaran yang akan disampaikan oleh guru. Abdul Gafur dalam Rismawati (2012: 31) mendefinisikan kemampuan awal adalah “pengetahuan dan keterampilan yang relevan yang telah dimiliki siswa pada saat memulai mengikuti suatu program pengajaran”. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh Bloom dalam Rismawati (2012: 31) “kemampuan awal adalah pengetahuan, keterampilan dan kompetensi, yang

merupakan prasyarat yang dimiliki untuk dapat memepelajari suatu pelajaran baru atau lebih lanjut”.

Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pelajaran, agar dapat melaksanakan pelajaran dengan baik.

Kemampuan awal penting bagi pengajar agar dapat memberikan suatu ukuran pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah belajar yang diperlukan. Kemampuan awal dapat diukur dengan tes, interview, atau cara-cara lain yang sederhana seperti

(42)

berbagai jenis peristiwa tersebut, dan bukan lagi sekedar mengingat-ingat kejadian yang ada secara terpisah.

Berdasarkan dari tes kemampuan awal siswa, hasil akan dikatagorikan kedalam tinggi, sedang, dan rendah. Dirjen Dikti (2010 :8-9)

menyatakan bahwa dalam menetapkan kriteria tinggi, sedang, dan rendah dapat menggunakan ukuran sebagai berikut.

a. Tinggi bila skor ≥ 70 %

b. Sedang bila 50 % ≤ skor < 70 % c. Rendah bila skor < 50 %

Setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda-beda, hal ini lah yang mendorong peneliti untuk melakukan tes kemampuan awal siswa, untuk mengetahui seberapa dalamkah siswa memahami materi sebelumnya jika dikaitkan dengan materi yang akan disampaikan. Kemampuan awal dalam penelitian ini akan diambil nilai tes dari materi Konsep Ilmu Ekonomi sebelum memasuki materi baru yaitu Lembaga Keuangan.

7. Mata Pelajaran Ekonomi

Seiring dengan perkembangan jaman ilmu pengetahuan muncul ilmu yang disebut Ilmu Ekonomi. Menurut Paul A.Samuelson

(43)

menyalurkannya, baik saat ini maupun di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam suatu masyarakat.

Karakteristik bidang studi ekonomi sebagaimana dijelaskan dalam pedoman khusus pengembangan silabus dan penilaian mata pelajaran ekonom (Depdiknas, 2003) adalah sebagai berikut.

1. Mata pelajaran ekonomi berangkat dari fakta atau gejala

ekonomi yang nyata. Kenyataan menunjukan bahwa kebutuhan manusia relatif tidak terbatas, sedangkan sumber-sumber ekonomi sebagai alat untuk memenuhi kebutuhan jumlahnya relatif terbatas/langka. Relatif tidak terbatas kebutuhan manusia dan kelangkaan sumber ekonomi tersebut dapat dijumpai dimana-mana. Ilmu ekonomi mampu menjelaskan gejala-gejala tersebut, sebab ilmu ekonomi dibangun dari dunia nyata. 2. Mata pelajaran ekonomi mengembangkan teori-teori untuk

menjelaskan fakta secara rasional. Agar manusia mampu membaca dan menjelaskan gejala-gejala ekonomi menjadi bangunan ilmu ekonomi. Selain memenuhi persyaratan ekonomi, ilmu ekonomi juga memenuhi persyaratan keilmuan yang

objektif dan mempunyai tujuan yang jelas.

3. Umumnya analisis yang digunakan dalam ilmu ekonomi adalah metode pemecahan masalah.

4. Metode pemecahan masalah cocok untuk digunakan dalam analisi ekonomi sebab objek dalam ilmu ekonomi adalah permasalahan dasar ekonomi.

5. Inti dari ilmu ekonomi adalah memilih alternatif yang terbaik. Apabila sumber ekonomi keberadaanya melimpah, maka ilmu ekonomi tidak diperlukan bagi kehidupan manusia. Demikian juga kalau penggunaan sumber ekonomi sudah tertentu (tidak digunakan ecara alternatif), ilmu ekonomi juga tidak diperlukan lagi.

6. Lahirnya ilmu ekonomi karena adanya kelangkaan sumber pemuasan kebutuhan manusia.

(44)

8. Tujuan Pembelajaran Ekonomi

Mata pelajaran ekonomi bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memenuhi sejumlah konsep ekonomi yang berkaitan dengan peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari-hari. Terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara.

b. Menampilkan sikap ingin tahu dan terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi. c. Membentuk sikap bijak, rasional, dan bertanggung jawab

dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan ilmu

ekonomi, manajemen, dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat dan negara.

d. Membuat keputusan yang bertanggung jawab mengenai nilai- nilai sosial ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. (Permen 22 Tahun 2006 Standar Isi/Standar Kompetensi Dasar SM).

Ditinjau dari pihak guru materi pembelajaran itu harus diajarkan atau disampaikan dalam kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari pihak siswa bahan ajar itu harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dinilai dengan

menggunakan instrumen penilaian yang disusun berdasarkan indikator pencapaian belajar. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran ekonomi bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan, sehingga siswa harus diajarkan untuk berekonomi dengan mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi yang terjadi secara nyata maka pembelajaran ekonomi perlu menggunakan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif sesuai dengan apa yang

(45)

Adanya pembelajaran ekonomi pada siswa, khususnya di Sekolah Menengah Atas (SMA) dapat berusaha menemukan alternatif pemecahkan masalah ekonomi apabila dihadapkan pada problema dalam kehidupan sehari-hari.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan digunakan sebagai pembanding atau acuan dalam melakukan kajian penelitian. Hasil penelitian yang dijadikan pembanding atau acuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Tabel 3. Penelitian yang Relevan

No Penulis Judul Skripsi Kesimpulan

1 and Explaining (SFE) terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran TIK di SMAN 1 Mertoyudan Tahun ajaran

2011/2012

Keaktifan Penerapan Model Pembelajaran

Student Facilitator and Explaining (SFE) Terhadap Aktivitas dan Prestasi Belajar Peserta Didik Kelas XI semester 2 SMAN 2 Temanggung Ajaran 2011/2012

Terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah penelitian.Rata-rata awal (58,44) rata rata akhir (67,8) pada kelas kontrol. Rata-rata awal (59,03) rata-rata akhir (75,97) pada kelas eksperimen.

Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa.

Penegtahuan awal siswa peserta didik dengan harga P= 0,005

(p<0,50) ada hubungan positif dan tidak

signifikan antar prestasi belajar siswa dengan pengetahuan awal peserta didik dengan harga r2= 0,173 dan p =

0,001 (P≤0,050).

(46)

3 and Expalining (SFE) Terhadap

Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa MTs. Manaratul Islam Jakarta 2010/2011

Pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS terhadap kemampuan membaca dan

kemampuan berbicara, pada siswa kelas VIII SMP Kristen YPKPM Ambon Tahun Ajaran 2012-2013.

Studi Perbandingan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament (TGT) dan Tipe Two Stay pada mata pelajaran IPS sub mata pelajaran ekonomi untuk meningktakan hasil belajar siswa kelas VIII SMP

Rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan metode SFE sebesar 66,5 sedangkan rata-rata kemampuan komunikasi matematika siswa yang diajarkan dengan metode konvensional sebesar 59,13.

Pengaruh model TSTS dalam pemahaman tentang materi membaca dan tanggapan sisiwa terhadap materi dalam kemampuan berbicara siswa diperoleh kemampuan dalam membaca kemudian menjawab pertanyaan di peroleh rata-rata untuk kelar eksperimen 88,33 dan kelas kontrol memeroleh nilai rata-rata 84,10 dalam katagori baik sekali.

Siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dan sedang memperoleh hasil belajar yang tinggi menggunakan model pembelajaran TGT, siswa yang memiliki kemamampuan awal rendah memperoleh hasil belajar yang tinggi menggunakan model pembelajaran TSTS

SFE dapat

(47)

7 Neneng Mida Nurhatayi (2013)

Negeri 17 Malang.

Pengaruh penerapan model Cooperative learning tipe TSTS terhadap prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi di SMAN 11 Garut

tuntas 8 siswa (18,2%). Sedangkan pada siklus 2 siswa yang tuntas sebanyak 41 siswa (18,2%) yang belum tuntas 3 siswa (6,9%).

Pada eksperimen 1 diperoleh nilai t hitung =2,137 > t tabel = 1,999 Pada ekperimen 2 T hitung = 2,203 > t tabel = 1,999 Kedua hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antar kelas yang menerapkan model kooperatif

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran merupakan suatu strategi pembelajaran dimana dalam pembelajaran itu mengajak peserta didik untuk belajar lebih aktif. Ketika peserta didik belajar lebih aktif, berarti mereka mendominasi aktivitas

pelajaran. Mereka secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari.

(48)

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFE dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

2. Ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah pada kelas kontrol dan eksperimen.

Perencanaan

Proses

(Pre Test) (Pre Test)

Ada perbedaan hasil belajar ekonomi menggunakan model Student Facilitator and Explaining dan Two Stay Two stray

(Posttest) (Posttest)

Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray/ X 2

(49)

3. Hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFE lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

4. Hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal sedang yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFE lebih tinggi dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

5. Hasil belajar ekonomi pada siswa yang memiliki kemampuan awal rendah yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFE lebih rendah dibandingkan yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

6. Ada interaksi antara model pembelajaran kooperatif dengan kemampuan awal siswa pada mata pelajaran ekonomi.

(50)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen dengan pendekatan komparatif. Penelitian eksperimen, yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat (Sugiyono, 2011: 7). Analisis komparatif dilakukan dengan cara membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain, dan hasil penelitian satu dengan penelitian lain. Melalui analisis komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang lain, atau mereduksi bila dipandang terlalu luas (Sugiyono, 2013:93).

Pendekatan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang

(51)

dan memanipulasi semua variabel yang relevan secara penuh. Bentuk penelitian ini banyak digunakan dibidang ilmu pendidikan atau penelitian lain dengan subjek yang diteliti adalah manusia (Sukardi, 2003: 16).

1. Desain Eksperimen

Desain penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial. Menurut Sugiyono (2013: 113) desain faktorial

merupakan modifikasi dari desain true experimental, yaitu dengan memerhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang

memengaruhi perlakuan (variable independent) terhadap hasil (variable dependent). Desain faktorial memiliki tingkat kerumitan yang berbeda-beda. Desain faktorial dalam penelitian ini adalah 2 kali 3 (2x3). Desain tersebut divisualisasikan sebagai berikut.

Model Pembelajaran

Penelitian ini akan membandingkan keefektifan dua model pembelajaran yaitu Student Facilitator and Explaining (SFAE) dan Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar ekonomi di kelas X7 dan X2 dengan

(52)

awal siswa.

Peneliti membagi sampel setiap kelas menjadi tiga berdasarkan hasil tes kemampuan awal, yaitu siswa dengan kemampuan awal tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan hal tersebut, desain penelitian faktorial 2x3 ini

memerlukan enam kelompok subjek. Penggunaan desain penelitian ini juga bertujuan agar peneliti dapat melakukan analisis ada atau tidak ada interaksi di antara perlakuan-perlakuan yang diberikan.

2. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. a. Melakukan observasi pendahuluan ke sekolah untuk mengetahui jumlah kelas yang menjadi populasi kemudian digunakan sebagai sampel dalam penelitian. Selain itu, untuk mengetahui bahwa setiap kelas dalam populasi merupakan kelas-kelas yang mempunyai kemampuan relatif sama.

b. Menetapkan sampel penelitian yang dilakukan dengan teknik cluster random sampling.

c. Memberikan tes kemampuan awal pada semua subjek berkenaan dengan variabel dependen. Tes ini berguna untuk mengetahui kesetaraan dua kelompok mengenai kemampuan awal siswa. d. Memberikan perlakuan berbeda antara kelas eksperimen dan kelas

(53)

model pembelajaran kooperatif tipe TSTS. Awal pembelajaran guru menyampaikan kompeetensi yang akan dicapai, guru

mendemonstarsikan atau menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran. Guru membentuk kelompok kecil bagi siswa, siswa dapat bekerja dalam kelompok, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui bagan atau peta konsep, lalu guru menyimpulkan ide atau pendapat siswa.

e. Guru menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TSTS pada kelas kontrol, guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sekaligus memotivasi peserta didik untuk belajar. Guru menyampaikan informasi sebagai apersepsi dan penjelasan mengenai materi atau soal yang akan dibahas. Langkah selanjutnya, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari empat orang, masing-masing kelompok terdapat anak yang mempunyai kemampuan awal tinggi,sedang dan rendah. Guru membagikan materi pelajaran dan soal untuk didiskusikan bersama teman sekelompoknya, kemudian mereka berdiskusi dan saling mengutarakan pendapat di antara anggota kelompok tersebut dalam membahas materi

(54)

kelompok lainnya. Setelah diskusi selesai mereka kembali kepada kelompok masing-masing dan memberikan hasil temuan mereka dari kelompok lain dan mendiskusikannya kembali. Langkah yang

terakhir, bersama guru mereka akan melakukan evaluasi atas apa yang telah mereka diskusikan bersama.

f. Lama pertemuan pada kelas eksperimen maupun kelas pembanding yaitu menggunakan waktu dua jam pelajaran atau 3 x 45 menit selama 8 kali pertemuan.

g. Melakukan tes akhir/post test pada kedua kelompok subjek untuk mengetahui tingkat kondisi subjek yang berkenaan dengan variabel dependen.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 6 Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7 kelas sebanyak 196 siswa.

2. Sampel

(55)

X1, X2, X3, X4, X5, X6, X7. Hasil teknik cluster random sampling diperoleh kelas X2 dan X7 sebagai sampel, kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil undian diperoleh kelas X7 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatf tipe SFAE, dan kelas X2 sebagai kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TSTS.

Kelas X2 dan X7 merupakan kelas yang mempunyai rata-rata

kemampuan akademis yang relatif sama karena dalam pendistribusian siswa tidak dikelompokkan ke dalam kelas unggulan, atau tidak ada perbedaan antar kelas yang satu dengan kelas yang lain. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 siswa yang tersebar ke dalam dua kelas yaitu kelas X7 sebanyak 25 siswa yang merupakan kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE, dan X 2 sebanyak 35 siswa yang merupakan kelas pembanding yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

C. Variabel Penelitian

(56)

pembelajaran kooperatif tipe SFAE sebagai kelas eksperimen (X7) yang dilambangkan X1 dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS sebagai kelas kontrol (X2) yang dilambangkan dengan X2.

Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah hasil belajar ekonomi. Hasil belajar yang diperoleh melalui model pembelajaran kooperatif tipe SFAE sebagai Y1 sedangkan melalui model tipe TSTS sebagai Y2. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan awal siswa dalam mata pelajaran ekonomi. Kemampuan awal diduga mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara model pembelajaran kooperatif dengan hasil belajar ekonomi yaitu melalui model pembelajaran kooperatif tipe SFAE dan TSTS.

D. Definisi Konseptual dan Operasional Variabel

1. Hasil belajar

a. Definisi Konseptual

Hamalik (2001: 155) menyatakan bahwa hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

(57)

Hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa di dalam menguasai pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam simbol angka dan diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar memiliki tiga aspek yang tidak dapat dipisahkan yaitu kognitif hasil kemampuan siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Afektif atau intelektual meliputi hasil sikap, minat, emosi, nilai hidup, dan apresiasi siswa. Psikomotorik kemampuan yang menyangkut kegiatan otot dan fisik siswa dalam kegiatan didalam kelas.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining (SFAE)

a. Definisi konseptual

Huda (2014: 228) gagasan dasar dari strategi pembelajaran model SFAE ini adalah bagaimana guru mampu menyajikan materi di depan siswa lalu memberikan mereka kesempatan untuk

menjelaskan kepada teman-temannya.

b. Definisi Operasional

(58)

depan kelas. Sebelum di terapkan model pembelajaran SFAE siswa terlebih dahulu diberikan pre test sebagai nilai kemampuan awal, begitu pula setelah penerapan model pembelajaran SFAE sisiwa akan diberikan post test.

3. Model pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS)

a. Definisi Konseptual

Model pembelajaran tipe Two Stay Two Stray adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.

b. Definisi Operasional

(59)

sebelum penerapan model pembelajaran TSTS dan setelah penerapan model pembelajaran akan di berikan post test.

4. Kemampuan Awal

a. Definisi Konseptual

Menurut Gafur dalam Rismawati (2012: 31) kemampuan awal siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan termasuk latar belakang karakteristik yang dimiliki siswa pada saat akan mengikuti suatu program pengajaran. Menurut Dirjen dikti (2010 : 8-9) terdapat tiga kriteria hasil kemampuan awal yaitu tinggi, sedang dan rendah.

b. Definisi Operasional

(60)

Variabel Indikator Skala Pengukuran

Hasil Belajar Ekonomi

Student Facilitator and Expalining (SFAE) terjadi di dalam kelas

Hasil tes formatif mata pelajaran

Hasil ujian formatif

Diskusi Kelompok

Hasil ujian formatif.

Interval

Rasio

(61)

Variabel Indikator Skala Pengukuran Kemampuan Awal Hasil tes

kemampuan awal siswa

Interval

E. Teknik pengumpulan Data

Beberapa teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi

Teknik observasi dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan langsung tentang kegiatan proses belajar dan pembelajaran di SMA N 6 Bandar Lampung.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan jumlah siswa dan gambaran umum mengenai profil sekolah.

3. Teknik Tes

(62)

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes. Instrumen tes diberikan pada awal sebelum eksperimen (pre test)yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa, dan tes setelah eksperimen dilakukan (post test) yang bertujuan untuk mengukur hasil belajar ekonomi. Sebelum tes akhir diberikan kepada siswa maka terlebih dahulu diadakan uji coba tes atau instrumen untuk mengetahui validitas soal, reliabilitas soal, tingkat kesukaran soal, dan daya beda soal.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur, suatu instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel untuk

mengukur tingkat validitas soal yang diteliti secara tepat. Untuk mengukur validitas soal menggunakan rumus korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut.

 

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y;

(63)

Kriteria pengujian jika harga rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 0,05 maka alat tersebut valid, begitu pula sebaliknya jika harga rhitung < rtabel maka alat ukur tersebut tidak valid (Arikunto, 2010: 79).

Hasil perhitungan uji coba soal tes kemampuan awal terdapat 5 soal

yang tidak valid dari 30 soal yaitu soal 8, 10, 12, 13, 16. Soal yang

tidak valid, tidak digunakan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas

Suatu tes dapat dikatakan reliabel yang tinggi jika tes tersebut dapat memberi hasil yang tetap dalam jangka waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan rumus KR-21 untuk menguji tingkat reliabel, yaitu.

Keterangan.

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan; n = banyak item;

Mt = mean atau rerata skor total;

St2= varians total. (Arikunto, 2010: 103) Tabel 5. Tingkatan Besarnya Reliabilitas

No. Rentang Korelasi Tingkatan

1 2 3 4 5

Antara 0,800 sampai 1,000 Antara 0,600 sampai 0,799 Antara 0,400 sampai 0,599 Antara 0,200 sampai 0,399 Antara 0,000 sampai 1,999

(64)

memiliki reliabilitas yang cukup.

3. Taraf Kesukaran

Menguji taraf kesukaran soal tes yang digunakan dalam penelitian ini digunakan rumus.

Keterangan.

P = indeks kesukaran;

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar; JS = jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes.

(Arikunto, 2010: 208)

Menurut Arikunto (2010: 210) klasifikasi kesukaran. a. Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal yang sukar; b. Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal yang sedang; c. Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal yang mudah.

(65)

dilihat pada lampiran.

4. Daya Pembeda (Indeks Diskriminasi)

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang

berkemampuan rendah. Untuk mencari daya pembeda soal digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan.

D = daya beda soal; J = jumlah peserta tes;

JA = banyaknya peserta kelompok atas; JB = banyaknya peserta kelompok bawah;

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itubenar PA = proporsi kelompok atas yang menjawab benar;

PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar. (Arikunto, 2010: 213-214)

Klasifikasi daya pembeda menurut Arikunto (2010: 2018) yaitu. D = 0,00 – 0,20 : jelek (poor);

D = 0,20 – 0,40 : cukup (satisfy); D = 0,40 – 0,70 : baik (good);

D = 0,80 – 1,00 : baik sekali (excellent);

(66)

tergolong cukup baik (nomor 2, 6, 7, 17, 20, 22, dan 35) 12 soal

tergolong baik (nomor 1,3, 4, 5, 9, 11, 14, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30,

40), 2 soal tergolong sangat baik yaitu nomor 19 dan 36 .

Hasil uji coba soal tes hasil belajar dari 20 soal terdapat 7 soal yang

tergolong cukup baik (nomor 1, 2, 7,10, 16, 18, dan 25), 7 soal tergolong

baik (nomor 5, 13, 14, 17, 26, 27, dan 30), 6 soal tergolong baik sekali

(nomor, 3, 6, 8, 9, 12, 28). Hasil perhitungan daya beda soal dapat dilihat

pada lampiran.

G. Uji Persyaratan Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas menggunakan uji Liliefors. Berdasarkan sampel yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau sebaliknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut.

Lo = F (Zi) – S (Zi)

Keterangan.

Lo = harga mutlak terbesar; F (Zi) = peluang angka baku; S (Zi) = proporsi angka baku.

Kriteria pengujiannya adalah jika Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikansi 0,05, maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula

(67)

Uji homogenitas menggunakan rumus uji F sebagai berikut.

(Sudjana, 2005: 250)

Dalam hal ini berlaku ketentuan bahwa bila harga Fhitung ≤ Ftabel, maka data sampel akan homogen, dengan taraf signifikansi 0,05 dan dk (n1 – 1; n2 – 1).

H. Teknik Analisis Data

1. Analisis Varians Dua Jalan

(68)

pelajaran ekonomi.

Tabel 6. Rumus Unsur Tabel Persiapan Anava Dua Jalan

SumberVariasi Jumlah Kuadrat Db MK Fo P

MKAB = mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabel B; MKd = mean kuadrat dalam;

FA = harga F0 untuk variabel A; FB = harga F0 untuk variabel B;

FAB = harga F0 untuk interaksi antara variabel A dengan variabel B.

(69)

Terdapat beberapa rumus t-test yang digunakan untuk pengujian hipotesis komparatif dua sampel independen yaitu sebagai berikut.

(Separated Varians)

1 = rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran koopertaif tipe SFAE; 2 = rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan

menggunakan pembelajaran koopertaif tipe TSTS; = varians total kelompok 1;

= varians total kelompok 1; n1 = banyaknya sampel kelompok 1; n2 = banyaknya sampel kelompok 2.

(Sugiyono, 2012: 273)

Terdapat beberapa pertimbangan dalam memilih rumus t-test yaitu sebagai berikut.

a. Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yang jumlahnya sama atau tidak.

b. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak. Untuk menjawab itu perlu pengujian homogenitas varians.

Berdasarkan dua hal di atas, maka berikut ini diberikan petunjuk untuk memilih rumus t-test.

(70)

dapat digunakan rumus t-test baik separated varians maupun polled varians untuk mengetahui t-tabel maka digunakan dk yang besarnya dk = n1 + n2– 2.

2. Bila n1 tidak sama dengan n2 dan varians homogen dapat digunakan

rumus t-test dengan polled varians, dengan dk = n1 + n2– 2.

3. Bila n1 = n2 dan varians tidak homogen, maka dapat digunakan

rumus t-test baik separated varians maupun polled varians, dengan dk yang besarnya dk = n1 – 1 atau n2– 2, jadi bukan n1 n2– 2.

4. Bila n1 tidak sama dengan n2 dan varians tidak homogen, dapat

digunakan rumus t-test dengan separated varians, harga t sebagai pengganti harga t-tabel hitung dari selisih harga t-tabel dengan dk = n1 – 1 dan dk = n2– 1, dibagi dua kemudian ditambah dengan

harga t terkecil (Sugiyono, 2012: 272-273).

3. Analisis Efektifitas Model Pembelajaran

Efektifitas model pembelajaran akan sulit jika diukur dari proses

pembelajarannya karena ada banyak hal yang perlu diamati. Cara paling mungkin dilakukan adalah mengukur peningkatan seberapa jauh target tercapai dari awal sebelum perlakuan, hingga target hasil belajar diberi perlakuan. Untuk mengetahui efektifitas model pembelajaran digunakan rumus sebagai berikut.

Kriteria yang digunakan untuk menyatakan pembelajaran mana yang lebih efektif adalah sebagai berikut.

1. Apabila efektivitas > 1 maka terdapat perbedaan efektivitas dimana pembelajaran SFAE dinyatakan lebih efektf dari pada pembelajaran TSTS.

(71)

pembelajaran tipe TSTS dinyatakan lebih efektif dari pada pembelajaran tipe SFAE.

(Suhartati, 2012: 156)

4. Pengujian Hipotesis

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini ada 7, yaitu sebagai berikut. Rumusan Hipotesis 1

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

Ha : Ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE dan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipeTSTS.

Rumusan Hipotesis 2

Ho : Tidak ada perbedaan hasil belajar ekonomi siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan randah pada kelas kontrol dan eksperimen.

Gambar

Tabel
Tabel 1. Hasil Ujian Mid Semester Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif (Lanjutan)
+5

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi yang berjudul “ Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode “Two Stay Two Stray” (TSTS) Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Jatiharjo Kecamatan Jatipuro Tahun

Ada pengaruh model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) terhadap hasil belajar matematika siswa kelas X SMA N 3 Tambusai tahun ajaran 2014/2015, yaitu:

Perbedaan nilai rata-rata hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada penelitian ini membuktikan bahwa pembelajaran melalui model

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan yang signifikan prestasi belajar keterampilan menulis bahasa Jerman peserta didik kelas XI SMA Negeri 1 Seyegan Sleman

Dari hasil pengujian yang diperoleh setelah data dianalisis, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara kemampuan komunikasi matematis mahasiswa yang menggunakan

Sesuai hipotesis yang diajukan yaitu ada perbedaan hasil belajar IPA pokok bahasan sumber daya alam siswa kelas IV semester genap SD Negeri Kotagede 3 tahun ajaran

Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif struktural teknik TSTS mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi prisma dan limas.. Hal

KESIMPULAN Penerapan model kooperatif tipe SFAE efektif diterapkan dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas VII SMP Unismuh Makassar dengan mengacu pada hasil penelitian sebagai