• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELAYANAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MEMILIH SMA ADIGUNA DI BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PELAYANAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MEMILIH SMA ADIGUNA DI BANDAR LAMPUNG"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh

ANGGRIAWAN NUGRAHA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

Pada

Jurusan Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

PENGARUH PELAYANAN JASA TERHADAP KEPUTUSAN SISWA MEMILIH SMA ADIGUNA DI BANDAR LAMPUNG

Skripsi

Oleh

Anggriawan Nugraha

Kualitas manusia merupakan modal dasar dan sekaligus muara keberhasilan dari upaya meningkatkan daya guna manusia melalui jasa pendidikan, yang sangat diperlukan untuk menghadapi masa depan dunia global yang penuh tantangan. Pengelolaan jasa lembaga pendidikan dewasa ini dituntut untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi para siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya tidak terkecuali SMA Adiguna di Bandar Lampung.

(3)

Lampung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pelayanan jasa terhadap keputusan Siswa memilih SMA Adiguna di Bandar Lampung.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket yang disebarkan kepada 70 siswa SMA Adiguna.

Berdasarkan hasil pembahasan dengan regresi berganda Secara statistik keputusan siswa memutuskan untuk memilih SMA Adiguna di Bandar Lampung sebagai tempat sekolah dipengaruhi secara bersama-sama oleh variabel bebas Reliability (X1), Responsiviness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4) dan Tangibles (X5). Secara keseluruhan variabel bebas pelayanan mempengaruhi keputusan Siswa memilih SMA Adiguna di Kota Bandarlampung dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien determinasi R2 = 0,585 atau 58,50 % seluruh variabel bebas pelayanan mempengaruhi keputusan Siswa memilih SMA Adiguna di Kota Bandar lampung dan sisanya sebesar 41,50 % dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak diidentifikasi atau di teliti dalam penelitian ini.

(4)
(5)
(6)
(7)

DAFTAR ISI

3.4 Variabel Operasional Penelitian ... 33

3.5 Prosedur Pengumpulan Data ... 34

3.6 Uji Instrumen Penelitian ... 36

3.7 Alat Analisis Data ... 38

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 42

4.1.1 Uji Validitas ... 42

(8)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 68 5.2 Saran ... 69

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jumlah Perkembangan Siswa SMA Adiguna Berdasarkan Kelas dan

Tahun Ajaran dari Tahun Ajaran 2009/2010 – 2012/2013 ... 6

2. Perhitungan Besarnya Sampel ... 31

3. Besarnya Sampel Masing-Masung Strata ... 32

4. Operasional variabel Penelitian ... 33

5. Kreteria Validitas pada Analisis Faktor ... 37

6. Validitas Kualitas Pelayanan ... 42

7. Validitas Keputusan ... 42

8. Realiabilitas Kualitas Pelayanan dan Keputusan Memilih SMA Adiguna di Bandar Lampung ... 44

9. Dimensi Reliabilitas ... 45

10.Dimensi Responsiveness ... 46

11.Dimensi Assurance ... 47

12.Dimensi Emphaty ... 48

13.Dimensi Tangibles ... 50

14.Dimensi Keputusan Memilih Siswa SMA Adiguna Di Bandar Lampung 51 15.Hasil Uji F ... 54

16.Hasil Uji Parsial ... 56

(10)

18.Rata-rata Hasil Tabulasi Variabel Responsiviness ... 59

19.Rata-rata Hasil Tabulasi Variabel Assurance ... 60

20.Rata-rata Hasil Tabulasi Variabel Emphaty ... 62

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyediaan sarana jasa pendidikan mulai dari tingkat dasar, tingkat menengah dan

tingkat perguruan tinggi merupakan komponen penting dalam pembangunan suatu

bangsa. Hal ini disebabkan melalui jasa pendidikan, akan dapat dihasilkan sumber

daya manusia yang berkualitas sebagai generasi penerus bangsa.

Berkaitan dengan penyediaan jasa pendidikan tersebut dalam Undang Undang RI

Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propernas) Tahun

2000-2004 pada bab VII dijelaskan bahwa pada awal abab XXI ini, dunia

pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar.

Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

untuk dapat mempertahankan hasil-hasil pembangunan pendidikan yang telah

dicapai.

Kedua, untuk mengantisipasi era global, dunia pendidikan dituntut untuk

mempersiapkan sumber daya manusia yang kompeten agar mampu bersaing dalam

pasar kerja global.

Ketiga, sejalan dengan diberlakukannya otonomi daerah, perlu dilakukan

perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional sehingga dapat

(13)

keberagaman kebutuhan/keadaan daerah dan peserta didik, serta mendorong

peningkatan partisipasi masyarakat.

Disamping itu, pada saat ini pendidikan nasional juga masih dihadapkan pada

beberapa permasalahan yang menonjol yaitu (1) masih rendahnya pemerataan

memperoleh pendidikan; (2) masih rendahnya kualitas dan relevansi pendidikan;

dan (3) masih lemahnya manajemen pendidikan, disamping belum terwujudnya

kemandirian dan keunggulan ilmu pengentahuan dan teknologi di kalangan

akademisi. Ketimpangan pendidikan juga terjadi antar wilayah geografis yaitu

antara perkotaan dan perdesaan, serta antara Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan

Kawasan Barat Indonesia (KBI), dan antar tingkat pendapatan penduduk ataupun

antar gender.

Salah satu alat ukur untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam kegiatan jasa

pendidikan antara lain dapat dilihat besar kecilnya minat masyarakat (jumlah calon

siswa/siswa) untuk memanfaatkan jasa pendidikan yang ditawarkannya. Semakin

banyak jumlah siswanya terlebih lagi apabila dibarengi dengan adanya peningkatan

jumlah siswa yang berprestasi dalam berbagai aktivitas kegiatan, termasuk yang

dapat diterima pada berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta, maka

hal ini mengindikasikan keberhasilan dalam bisnis jasa pendidikan tersebut.

Sehubungan dengan itu menurut Buchari Alma (2003 : 113) untuk meningkatkan

keberhasilan sebuah lembaga (lembaga pendidikan) dalam jangka panjang, maka

lembaga tersebut harus mampu menciptakan layanan yang memuaskan (need and

(14)

Sejalan dengan pendapat di atas, maka salah satu syarat untuk menciptakan layanan

yang memuaskan bagi para pelanggannya atau konsumen (dalam hal ini warga

masyarakat) adalah proses pelayanan yang maksimal. Proses pelayanan ini sangat

menentukan karena terjadi di luar pandangan konsumen. Konsumen tidak

mengetahui bagaimana proses yang terjadi yang penting jasa yang ia terima harus

memuaskan. Proses ini terjadi berkat dukungan karyawan dan tim manajemen

yang mengatur semua proses agar berjalan dengan lancar. Dengan proses

dimaksudkan oleh Zeithami and Bitner: Process is the actual procedures,

mechanism and flow of activities by which the service is delivered – the service

delivery and operating systems (Zeithaml and Bitner, 2000 : 20).

Dalam hal ini perlu diperhatikan dan ditingkatkan proses yang terjadi dalam

penyaluran jasa dari produsen sampai konsumen. Pada lembaga pendidikan tentu

ini menyangkut produk utamanya ialah proses belajar mengajar, dari guru ke siswa,

serta kualitas jasa pembelajaran yang diberikan oleh guru cukup bermutu ditinjau

dari sudut penilaian siswa. Sebenarnya para siswa cukup mampu menilai

penampilan dan penguasaan bahan dari para gurunya. Jika dianalogikan dengan

usaha bisnis maka pelanggan jasa akan mempersepsikan sistem penyerahan jasa

sebagai bagian dari jasa itu sendiri. Oleh karena itu manajemen dari lembaga

pendidikan harus memperhatikan kualitas guru, yang sangat menunjang

keberhasilan pemasaran dan kepuasan terhadap siswa.

Proses tersebut tercakup berbagai komponen jadual, tugas, mekanisme, rutinitas,

keterlibatan karyawan, keterlibatan konsumen, orang tua dan sebagainya.

(15)

People melaksanakan proses. People harus memiliki lima sifat dominan yaitu:

realibility (kemampuan memberikan jasa sesuai dengan yang dijanjikan dan

akurat), responsiveness (kemampuan memberikan jasa layanan yang cepat, dan

tanggap atas keluhan yang disampaikan secara resmi ataupun berupa

keluhan-keluhan), assurance (memberi keyakinan dan kepercayaan kepada

siswa/mahasiswa), empaty (ada kepedulian dan konsen terhadap siswa/mahasiswa

sebagai konsumen) dan tangible (penampilan fasilitas fisik, peralatan dan berbagai

media pengajaran yang cukup berperan dalam proses belajar mengajar).

Berkaitan dengan masalah kepuasan siswa yang dapat dianalogikan sebagai

konsumen, menurut Philip Kotler (2010: 36) merupakan perasaan senang atau

kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja

produk dan harapan-harapannya, sehingga kepuasan dan ketidakpuasan konsumen

akan mempengaruhi perilaku selanjutnya.

Memperhatikan permasalahan tersebut, maka khusus untuk program pendidikan

menengah yang mencakup Sekolah Menengah Umum (SMA), Sekolah Menengah

Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah (MA) ditujukan untuk:

(1) Memperluas jangkauan dan daya tampung SMA, SMK dan MA bagi seluruh

masyarakat.

(2) Meningkatkan kesamaan kesempatan untuk memperoleh pendidikan bagi

kelompok yang kurang beruntung, termasuk yang tinggal di daerah terpecil

dan perkotaan kumuh, daerah bermasalah dan masyarakat miskin, dan anak

(16)

(3) Meningkatkan kualitas pendidikan menengah sebagai landasan bagi peserta

didik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi

dan kebutuhan dunia kerja.

(4) Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya pendidikan yang tersedia.

(5) Meningkatkan keadilan dalam pembiayaan dengan dana publik.

(6) Meningkatkan efektivitas pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

setempat.

(7) Meningkatkan kinerja personel dan lembaga pendidikan.

(8) Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mendukung program pendidikan.

(9) Meningkatkan trasnparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan pendidikan.

Dalam rangka merealisasikan berbagai tujuan program pendidikan menengah di

atas, pemerintah selama ini memang senantiasa berusaha untuk mendirikan

lembaga pendidikan sampai ke seluruh daerah guna memenuhi pelayanan jasa

pendidikan bagi seluruh warga masyarakat. Namun demikian, karena

tanggungjawab dalam pendidikan tidak hanya pada Pemerintah, maka pihak swasta

(masyarakat) juga diharapkan pihak swasta untuk mengambil bagian yang lebih

banyak dalam penyediaan jasa pendidikan tersebut dengan cara mendirikan

lembaga pendidikan swasta.

Keberadaan lembaga pendidikan swasta ini pun saat ini makin banyak didirikan

dan masing-masing saling menawarkan kelebihannya dalam memberikan

pelayanan kepada para siswanya, baik yang berkaitan dengan administratif

keuangan maupun administratif akademis (pelayanan pendidikan dan pengajaran).

(17)

berhasil dalam menarik para calon siswa dan mendidik para siswanya antara lain

adalah SMA Adiguna di Bandar Lampung.

SMA Adiguna sampai saat ini masih tetap sangat diminati para calon siswa,

sehingga setiap tahunnya tidak pernah mengalami kekurangan jumlah siswa.

Begitu pula dengan para lulusannya, sebagian besar telah mampu mengikuti ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi bahkan tidak sedikit yang langsung dapat

diterima pada berbagai perguruan tinggi negeri di Indonesia baik melalui program

PKAB maupun program UMPTN. Untuk membuktikan tentang perkembangan

siswa tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1 Jumlah Perkembangan Siswa SMA Adiguna Berdasarkan Kelas dan Tahun Ajaran dari Tahun Ajaran 2009/2010 – 2012/2013

No Kelas Jumlah Siswa Berdasarkan Tahun Ajaran

2009/2010 2010/2011 2011/2012 2012/2013

1 I 131 130 132 138

2 II 138 142 150 155

3 III 172 193 178 182

Jumlah 441 465 460 475

Sumber: SMA Adiguna Bandar Lampung, 2013

Berdasarkan data pada tabel di atas terlihat bahwa perkembangan jumlah siswa di

lokasi ini relatif stabil. Artinya setiap tahun ajaran, jumlah siswa baru yang

terdaftar selalu memenuhi target yang diinginkan yaitu dapat menjaring siswa

sebanyak 8 kelas. Begitu pula dengan minat dan loyalitas para tenaga pengajarnya

menurut hasil wawancara selama pra-riset diperoleh keterangan tergolong sangat

(18)

ingin pindah ketempat lain, atau tidak bersemangat dalam melaksanakan tugas dan

kewajibannya. Disamping itu selama ini dewan guru merasa sudah mendapatkan

haknya sebagaimana yang diharapkan, sesuai dengan standar gaji yang sudah

disepakati bersama antara pihak yayasan dengan para dewan guru atau staf

pengelola lembaga pendidikan lainnya.

Standar gaji tersebut antara lain meliputi uang mengajar, uang transport, tunjangan

jabatan dan lain-lain yang dianggap telah mampu memberikan kesejahteraan bagi

mereka. Adapun jumlah tenaga pengajar seluruhnya adalah 38 orang (telah

berpendidikan Sarjana dan Pascasarjana bahkan satu orang diantaranya telah

berpendidikan Doktor (S3), dan dibantu oleh sebanyak 12 orang tenaga karyawan

(Karyawan Tata Usaha dan Cleaning Service).

Stabilnya jumlah siswa dan tingkat loyalitas yang tinggi dari para guru dan

karyawan pada SMA Adiguna Bandar Lampung tersebut, mengiindikasikan adanya

sesuatu yang menarik bagi para siswa atau pun para guru dan karyawan yang

menyebabkan merasa senang dan tenang untuk belajar maupun bekerja. Sesuatu

yang menarik tersebut, tentu tidak lepas dari aspek pelayanan yang diberikan, baik

yang bersifat internal maupun eksternal

Kondisi di atas, tentu saja menunjukkan bahwa sistem pelayanan (management

system) yang diterapkan di SMA Adiguna sudah relatif mapan dan terencana

dengan baik. Dengan dasar itulah, maka peneliti merasa tertarik untuk

menganalisis secara mendalam tentang sistem pelayanan yang diterapkan di SMA

Adiguna Bandar Lampung dalam mengembangkan bisnis jasa pendidikan baik

(19)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka permasalahan yang diajukan

dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah lokasi sekolah berpengaruh terhadap keputusan siswa memilih

SMA Adiguuna di Bandar Lampung.

2. Apakah jumlah guru berpengaruh terhadap keputusan siswa memilih SMA

Adiguna di Bandar Lampung

3. Apakah terdapat pengaruh pelayanan jasa terhadap keputusanSiswa

memilih SMA Adiguna di Bandar Lampung.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui lokasi sekolah berpengaruh terhadap keputusan siswa

memilih SMA Adiguna di Bandar Lampung.

2. Mengetahui jumlah guru berpengaruh terhadap keputusan siswa memilih

SMA Adiguna di Bandar Lampung

3. Mengetahui pengaruh pelayanan jasa terhadap keputusan Siswa memilih

SMA Adiguna di Bandar Lampung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan tidak saja bermanfaat bagi penulis secara pribadi, tetapi

(20)

1. Para pengelola Yayasan Pendidikan SMA Adiguna Bandar Lampung,

penelitian ini untuk mengevaluasi dan meningkatkan system pelayanan dan

bauran pemasaran, guna menarik minat calon siswa sebanyak-banyaknya

maupun pelayanan pendidikan para siswa

2. .Penelitian ini juga bermanfaat bagi para pengelola yayasan pendidikan

tersebut untuk mengevaluasi kembali internal management strategy yang

selama ini dilakukan, guna meningkatkan ketertiban, kenyamanan dan

kesejahteraan, para guru dan karyawan yang selama ini bekerja pada

yayasan pendidikan tersebut.

3. Peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian dengan objek

studi yang sama.

1.5 Kerangka Pemikiran

Kualitas manusia merupakan modal dasar dan sekaligus muara keberhasilan dari

upaya meningkatkan daya guna manusia melalui jasa pendidikan, yang sangat

diperlukan untuk menghadapi masa depan dunia global yang penuh tantangan.

Dalam ekonomi global dunia makin transparan dan dalam era teknologi informasi

kemampuan antisipasi, kemampuan untuk bersaing, kemampuan untuk menguasai

science dan teknologi merupakan saran utama untuk maju dan berhasil,

kesemuanya ini ditentukan oleh kualitas manusia. Tidaklah berlebihan kalau

dikatakan bahwa kemampuan untuk mengendalikan globalisasi dan kemampuan

menguasai dunia saat ini ditentukan oleh kualitas manusia, bukan oleh power dan

(21)

pendidikan sangat penting keberadaannya sebagai sumber investasi pengetahuan

bagi bangsa dan negara untuk masa akan datang.

Pengelolaan jasa lembaga pendidikan dewasa ini dituntut untuk memberikan

pelayanan yang terbaik bagi para siswa khususnya dan masyarakat pada umumnya

tidak terkecuali SMA Adiguna di Bandar Lampung yang telah berdiri sejak tahun

1989/1990 berdasarkan Kepmen Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor:

1055/I/12/BI/U/1989 dengan Akreditasi A. Ini berarti para siswa baik secara

sendiri maupun melalui orang tuanya akan memilih lembaga pendidikan yang dapat

menyediakan beberapa layanan untuk ditawarkan sebagai portfolio pelayanan jasa

sebagai asset termasuk dalam hal ini SMA Adiguna di Bandar Lampung.

Kuantitas guru SMA Adiguna terpenuhinya dan tercukupinya jumlah guru sesuai

dengan bidang mata pelajaran yang diasuh dan guru yang berkualitas maksudnya

adalah kemampuan guru untuk dapat memberikan materi pelajaran yang terbaik

kepada para siswa sesuai dengan pengetahuan guru yang bersangkutan dan siswa

dapat menerima apa yang disampaikan oleh guru tersebut.

Kuantitas dan kualitas fasilitas sekolah maksudnya adalah segala fasilitas yang

dapat disediakan oleh sekolah baik dari segi jumlah maupun kualitas untuk

memenuhi kegiatan proses belajar mengajar seperti tersedianya laboratorium, ruang

belajar, sehingga para siswa tertarik untuk memutuskan sekolah karena kunatitas

dan kualitas fasilitas sekolah yang dapat disediakan.

Kuantitas dan kualitas karyawan merupakan kegiatan layanan yang diberikan oleh

(22)

Portfolio jasa layanan yang disediakan tersebut tentunya merupakan pilihan bagi

siswa untuk memilih SMA Adiguna sebagai tempat belajar. Apabila portfolio yang

dapat disediakan seperti kuantitas dan kualitas guru, kuantitas dan kualitas fasilitas,

kuantitas dan kualitas karyawan SMA Adiguna di Bandar Lampung memberikan

kepuasan kepada para siswa, maka diharapkan para siswa akan memiliki atau

mencapai kualitas yang terbaik. Ini sudah tentu memerlukan proses waktu untuk

mencapai kualitas yang terbaik dan ini tercermin dari jenjang kelas siswa yaitu

kelas satu akan berbeda kualitasnya dengan kualitas siswa kelas dua dan tiga dan

seterusnya.

Berdasarkan pengalaman dari siswa tersebut, sebagai ukuran kualitas siswa, maka

akan membuat daya tarik bagi calon siswa untuk memilih SMA Adiguna di Bandar

Lampung sebagai tempat memperoleh ilmu pengetahuan.

Sejalan dengan dengan uraian tersebut di atas, berdasarkan hasil pra riset yang

penulis lakukan di SMA Adiguna Bandar Lampung juga diketahui bahwa secara

umum terdapat empat faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan konsumen atau

siswa dalam memperoleh pelayanan jasa pendidikan yaitu:

1. Kualitas guru

2. Kualitas fasilitas sarana dan prasarana

3. Kualitas layanan pimpinan dan karyawan

Berbagai faktor tersebut dapat menimbulkan penyebaran informasi dari mulut ke

(23)

tempat belajar. Secara skematis kerangka pikir tersebut dapat digambarkan pada

halaman berikut.

Gambar 1 Skema Kerangka Pikir Keputusan Siswa

KUALITAS LAYANAN:

X1 = Reabilitas

X2 = Responsivitas

KEPUTUSAN SISWA (Ps)

X3 =Assurance

X4 = Empati

X5 = Tangibe

1.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat pengaruh kualitas

pelayanan jasa terhadap keputusanSiswa memilih SMA Adiguna di Bandar

(24)

II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pentingnya Pemasaran dan Konsep pemasaran

Umumnya setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapatkan

keuntungan yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila perusahaan

tidak memandang rendah kegiatan pemasaran, karena pemasaran merupakan salah

satu kegiatan yang memegang peranan penting dalam suatu perusahaan. Oleh

karena itu jika perusahaan menginginkan agar usaha dapat berjalan lancar dan

konsumen berpandangan baik terhadap perusahaan, maka kegiatan pemasaran

perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

Pengertian pemasaran pada mulannya difokuskan kepada barang, kepada

lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran, dan terakhir pada

fungsi-fungsi yang dilaksanakan dalam transaksi-transaksi pemasaran. Menurut Kotler

(2010: 7) definisi pemasaran adalah sebagai berikut.

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan managerial dimana mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan serta mempertukarkan produk yang bermanfaat satu sama lainnya

Menurut Paul D.Converse yang diterjemahkan oleh Winardi (2001: 6)

(25)

Pemasaran mencakup kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan

tindakan-tindakan menciptakan guna atau manfaat karena tempat, waktu, dan kepemilikan.

Sedangkan menurut William J. Stanton (2009: 8) memberikan definisi pemasaran

sebagai berikut.

Pemasaran adalah suatu system totalitas dari kegiatan bisnis yang

dirancang untuk merencanakan produk, menentukan harga,

mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun kepada konsumen potensial

Memperhatikan dari beberapa pengertian definisi pemasaran tersebut, bahwa

pemasaran adalah pelaksanaan kegiatan perusahaan yang mengarahkan atau

mengendalikan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen atau

pembeli.

Definisi konsep pemasaran menurut William J. Stanton (2009 : 181) adalah

sebagai berikut.

Konsep pemasaran adalah suatu falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsep merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Konsep pemasaran berpendapat bahwa kunci untuk mencapai tujuan-tujuan

organisasi terdiri dari penentuan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran dan

penyerahan produk yang memuaskan secara lebih efektif dan lebih efisien

dibandingkan dengan para pesaing.

Berdasarkan definisi di atas, dapat diterangkan bahwa konsep pemasaran ternyata

mempunyai arti yang sangat penting dalam berbisnis. Hal ini dikarenakan konsep

(26)

diperhatikan, sebab kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial

bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Ada tiga unsur pokok yang terkandung dalam konsep pemasaran, yaitu :

1. Orientasi Konsumen

Dalam usahanya memperhatikan konsumen, perusahan harus melakukan

hal-hal berikut.

a. Menentukan kebutuhan pokok konsumen yang akan dilayani.

b. Menentukan kelompok konsumen yang akan dijadikan sasaran penjualan,

karena perusahaan tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan seluruh

kelompok konsumen

c. Menentukan produk dan program pemasarannya, artinya untuk memenuhi

kebutuhan yang berbeda-beda kelompok konsumen yang dipilih sebagai

sasaran, perusahaan dapat menghasilkan barang atau jasa dengan tipe yang

berlainan dan di pasarkan dengan program pemasaran yang berlainan pula.

d. Mengadakan penelitian terhadap konsumen untuk mengatur, menilai dan

menafsirkan keinginan, sikap, serta perilaku konsumen.

e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, misalnya strategi

yang menitikberatkan pada mutu, harga yang murah atau model yang

menarik.

2. Penyusunan kegiatan Pemasaran secara Integral

Penyusunan ini meliputi koordinasi setiap personal dan setiap bagian dalam

(27)

kepada konsumen yang menjadi sasaran perusahaan sehingga dapat merealisir

tujuan perusahaan.

3. Kepuasan Konsumen

Perusahaan harus mendapatkan keuntungan dengan cara memberi kepuasan

yang menjadi sasaran perusahaan agar dapat merealisir tujuan perusahaan.

Akan tetapi, dengan adanya perkembangan di dalam masyarakat dan

teknologi, maka konsep pemasaran mengalami perkembangan. Dengan konsep

baru inilah perusahaan akan memberikan kepuasan kepada para konsumen.

Konsep pemasaran tersebut akan lebih baik jika ditunjang pula oleh adanya

penelitian pasar, sehingga akan dapat diperoleh informasi dari kebutuhan dan

keinginan konsumen terhadap barang dan jasa yang dipertukarkan.

Esensi konsep pemasaran adalah kepuasan konsumen. Usaha perusahan untuk

mengetahui kepusan konsumen terhadap produk suatu perusahaan adalah

dengan penelitian pasar atau marketing research. Dalam penelitian pasar,

dalam rangka memenuhi kepuasan konsumen, perusahaan perlu mengetahui

seberapa besar penawaran produk yang harus dilakukan. Selain itu, melalui

penelitian pasar akan memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk

membuat produk jenis yang baru, mengubah produk, melengkapi produk yang

sudah ada sehingga dapat memaksimalkan kepuasan konsumen.

2.2 Pemasaran Jasa :

Pemasaran jasa tidak sama dengan pemasaran produk (barang) hal ini disebabkan

(28)

Adapun perbedaan tersebut dijelaskan sebagai berikut (Freddy Rangkuti 2002 :

19) :

a. Pemasaran jasa lebih bersifat intangible dan immaterial karena produknya

tidak kasat mata dan tidak dapat diraba.

b. Produksi jasa dilakukan saat konsumen berhadapan dengan petugas sehingga

pengawasan kualitasnya dilakukan dengan segera, hal ini lebih sulit

dilaksanakan daripada pengawasan pada produk fisik.

c. Interaksi antara konsumen dan petugas adalah penting untuk dapat

mewujudkan produk yang dibentuk.

Tujuan manajemen jasa pelayanan adalah untuk mencapai tingkat kualitas

pelayanan tertentu, karena erat kaitannya dengan pelanggan, tingkat ini

dihubungkan dengan tingkat kepuasan pelanggan.

Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam menejemen jasa pelayanan

(Freddy Rangkuti 2002:20) :

a. Merumuskan suatu strategi pelayanan

Strategi pelayanan dimulai dengan merumuskan suatu tingkat keunggulan

yang dijanjikan kepada pelanggan. Perumusan strategi pelayanan ini pada

dasarnya dilakukan dengan merumuskan apa bidang usaha perusahaan, siapa

pelanggan perusahaan dan apa yang bernilai bagi pelanggan.

(29)

Strategi yang telah dirumuskan dikomunikasikan kepada pelanggan, hal ini

membantu pelanggan agar tidak salah menafsirkan tingkat kepentingan yang

akan diperolehnya. Pelanggan perlu mengetahui dengan jelas macam dan

tingkat pelayanan yang akan diperolehnya.

c. Menetapkan suatu standar kualitas secara jelas

Walaupun penetapan suatu standar kualitas pelayanan dalam bidang jasa

pelayanan tidak mudah, hal ini perlu diusahakan agar setiap orang

mengetahui dengan jelas tingkat kualitas yang harus dicapai.

d. Menerapkan pelayanan yang efektif

Menghadapi pelanggan tidaklah cukup hanya dengan senyuman dan sikap

yang ramah, tetapi perlu lebih dari itu, yaitu suatu sistem yang terdiri dari

metode dan prosedur untuk memenuhi kebutuhan pelanggan secara tepat.

e. Karyawan yang berorientasi pada kualitas pelayanan

Setiap karyawan yang terlibat dalam jasa pelayanan harus mengetahui dengan

jelas standar kualitas pelayanan itu sendiri. Karena itu perusahaan harus

memperhatikan pemilihan karyawan yang tepat dan melakukan pengawasan

secara terus menerus bagaimana pelayanan tersebut disampaikan.

f. Survei tentang kepuasan dan kebutuhan pelanggan

Pihak yang menentukan kualitas jasa pelayanan adalah pelanggan. Karena itu,

perusahaan perlu mengetahui sampai sejauh mana tingkat kepuasan

(30)

Informasi dan jumlah pelanggan yang merasa puas dapat diketahui melalui

survei secara periodik dan sistematis.

2.3 Pemasaran Jasa Pendidikan

2.3.1 Jasa Pendidikan dan Kualitas Manusia

Laju perkembangan suatu rumah tangga perusahaan dalam rangka pembangunan

bangsa ditentukan oleh kemampuan investasi, mutu produksi, efisiensi, dan

efektivitas manajemen, kemampuan bersaing dalam pemasaran, mutu pelayanan,

dan profesionalisme. Semua ini berfokus sentral pada masalah sumber daya

manusia yang dibentuk melalui jasa pendidikan. Mc Lelland dalam Alma (2003:

42) telah mengadakan studi panjang di Jepang dan beberapa negara lainnya dan

hasilnya menunjukan bahwa kunci kemajuan suatu pembangunan ekonomi

termasuk perusahaan, adalah N-Ach= Need for Achievment, dorongan untuk

berprestasi. Sebagai contoh Korea dan Jepang, keberhasilan dalam pembangunan

ekonominya terletak pada keuletan, kesungguhan, kecermatan, ketekunan,

kemampuan dalam memahami persoalan dan dalam mencari pemecahan yang

tepat terhadap permasalahan yang dihadapi. Semua sifat-sifat ini dapat terbentuk

dalam proses pendidikan yang harus dilatih oleh guru-dosen setiap hari. Sehingga

bila tamat sekolah maka alumni ini akan menjadi manusia yang berkualitas, watak

baik, jujur, disiplin, bertanggung jawab, dan sebagainya. Kualitas manusia Jepang

dan Korea ini adalah typical bagi kedua bangsa itu dan sukar ditemui oleh bangsa

lain. Demikian pula bangsa Cina memiliki mentalitas survival dan mandiri begitu

besar, hingga mereka mampu bersaing dalam bidang ekonomi seperti telah

(31)

etnis di Indonesiapun memiliki mentalitas yang sama, namun belum diteliti secara

mendalam sampai dimana kemampuan potensial etnis tersebut dalam bidang

ekonomi ini. Misalnya bagaimana mentalitas daya juang, motivasi dari suku

Batak, Minang, Jawa, Madura, Bugis, dan sebagainya.

Kualitas manusia merupakan modal dasar dan sekaligus muara keberhasilan dari

upaya meningkatkan daya guna manusia melalui jasa pendidikan, yang sangat

diperlukan untuk menghadapi masa depan dunia global yang penuh tantangan.

Dalam ekonomi global dunia makin transparan dan dalam era teknologi informasi

kemampuan antisipasi, kemampuan untuk bersaing, kemampuan untuk menguasai

science dan teknologi merupakan saran utama untuk maju dan berhasil,

kesemuanya ini ditentukan oleh kualitas manusia. Tidaklah berlebihan kalau

dikatakan bahwa kemampuan untuk mengendalikan globalisasi dan kemampuan

menguasai dunia saat ini ditentukan oleh kualitas manusia, bukan oleh power dan

bukan oleh persenjataan mutakhir. Amerika Serikat merupakan negara super

power, dianggap tidak etis, melanggar kedaulatan negara lain, dan mendapat

tantangan dari berbagai negara agar tidak menggunakan cara-cara kekerasan

dalam melawan Irak. Amerika Serikat kalah oleh Jepang dalam supremasi

marketing internasional. Jepang unggul dalam Sumber Daya Manusia (SDM)

industri dan marketing. Irak ditakuti karena dikhawatirkan ahli-ahli nuklir dan

biologinya mengembangkan persenjataan pembunuh massal. Semua ini berlatar

belakang pada dunia pendidikan yang berhasil membentuk watak inteligensi

(32)

Hasil studi berbagai negara maju dan negara berkembang menunjukkan bahwa

tingkat kemajuan pembangunan suatu bangsa amat erat kaitannya dengan tingkat

pendidikan bangsa itu. Tingkat pertumbuhan ekonomi suatu bangsa juga dapat

dilihat dari tingkat kemajuan pendidikan bangsa tersebut. Makin tinggi tingkat

pendidikan bangsa itu, maka makin tinggi pula tingkat kemakmuran mereka.

Inilah yang dilakukan oleh Jepang setelah kalah perang 60 tahun yang lalu.

Seihiro Inoue dalam Alma (2003: 48) menulis; Tanah air kami sama sekali hancur

termasuk pelabuhan dan pabrik ketika mengakui kekalahan dari pihak sekutu,

kami juga mengakui “kesempitan” kebudayaan diri kami.

Cita-cita negara Jepang juga terasa hilang. Oleh karena itu, kami harus membuat

cita-cita baru. Cita-cita kami yang baru ialah kami harus mengembangkan

perekonomian lagi dan dalam masa depan mau menjadi bangsa terhormat di

dunia. Waktu suasana sangat tidak menguntungkan, perekonomian hancur, semua

orang di kota adalah tuna karya dan tuna wisma. Orang setiap hari harus mencari

makan untuk anak-anaknya. Sebagian besar anak-anak bekerja, tidak sekolah,

anak-anak gadis melakukan pekerjaan yang tidak sepatutnya. Amerika menjajah

Jepang selama delapan tahun dan ini merupakan penjajahan paling sukses dalam

sejarah didunia. Sampai sekarang orang Jepang masih ingat terhadap kebaikan dan

bantuan Amerika ketika menjajah Jepang.

Mengapa kami orang Jepang, bisa mengembangkan perekonomian seperti

sekarang ini, kuncinya ialah kami masih masih memiliki kejayaan berupa

pendidikan yang baik; dan persatuan bangsa Jepang yang kuat. Tidak seorangpun

(33)

matematika. Semua orang tua mengakui pentingnya pendidikan sehingga mereka

menahan diri untuk makan berlebihan karena ingin membelanjai sekolah anaknya.

Pada tahun 1955, hanya 10 tahun setelah kalah perang, tingkat pendidikan

menengah Jepang menjadi paling tinggi di seluruh dunia. Akibatnya

mempekerjakan karyawan yang pandai dan terlatih. Selain itu hampir semua

orang Jepang adalah pencinta tanah air, mereka bangga bisa membayar pajak yang

tinggi, karena yakin bahwa pungutan pajak itu digunakan maksimal untuk

kepentingan bangsa Jepang.

Mereka rajin bekerja untuk tanah air, mereka sangat setia kepada atasannya,

menghargai perusahaan dan lembaga dimana ia bekerja lebih dari cinta kepada

anak isteri. Hasil pekerjaan itu ialah Yen Jepang, tidak lari keluar negeri Jepang

dan rakyat Jepang menikmati kemakmuran yang luar biasa. Namun demikian pada

perkembangan akhir dari kemajuan Jepang, banyak terjadi akses, yang

menimbulkan pemikiran baru bagi dunia pendidikan.

Semula Jepang sangat mengagungkan kemajuan perekonomian dan materi di atas

segala-galanya dan lupa kehidupan hari nanti. Sekarang masyarakat Jepang ingin

mencari cita-cita baru dalam kehidupannya, karena rupanya kebahagian itu tidak

hanya dapat mengandalkan kemajuan ekonomi, materi semata, tetapi harus pula

mengembangkan nilai-nilai yang lebih hakiki melalui penanaman nilai-nilai

religius. Sekarang masyarakat Jepang mencari agama yang dapat memberi

(34)

2.3.2 Pengertian Pemasaran Jasa Pendidikan

Orang awam yang belum banyak mengetahui tentang pemasaran, merasa kaget

dengan istilah pemasaran dalam bidang pendidikan. Dikira bahwa lembaga

pendidikan itu akan dikomersialkan. Adalah tidak sama dan sebangun antara

pemasaran dengan komersial, walaupun kedua istilah itu akrab digunakan dalam

bidang bisnis. Kegiatan bisnis dapat dilakukan pada dua sektor yaitu sektor yang

mencari laba dan sektor yang tidak mencari laba. Demikian pula pemasaran, ada

pemasaran yang profit organization dan ada pemasaran non profit organazation

Alma (2003 : 55).

Penggunaan istilah pemasaran pada saat ini sudah sangat berkembang di segala

sektor kegiatan. Seperti diketahui bahwa lembaga pendidikan adalah sebuah

kegiatan yang melayani konsumen, berupa murid, siswa, mahasiswa dan juga

masyarakat umum yang dikenal sebagai stakeholder. Lembaga pendidikan pada

hakekatnya bertujuan memberi layanan. Pihak yang dilayani ingin memperoleh

kepuasan dari layanan tersebut, karena sudah membayar cukup mahal kepada

lembaga pendidikan. masyarakat membayar melalui pajak dan berbagai pungutan

untuk masuk lembaga pendidikan Pemerintah. Membayar uang SPP, iuran

bangunan dan sebagainya. Jadi pihak konsumen berhak memperoleh layanan yang

memuaskan seleranya, (Nasution 2008: 135).

Layanan ini menurut Irawan (2002: 28) dapat dilihat dalam berbagi bidang, mulai

layanan dalam bentuk fisik bangunan, sampai layanan berbagai fasilitas dan guru

yang bermutu. Konsumen akan menuntut dan menggugat layanan yang kurang

memuaskan. Mereka akan memperhatikan keadaan bangunan ruang belajar, atap

(35)

roboh sewaktu-waktu, kebersihan halaman, kebersihan kelas tersedianya WC,

kamar mandi yang bersih dan airnya lancar. Kemudian tersedia keamanan sekitar,

lampu penerangan. Kemudian tersedia berbagai fasiltas, papan tulis, kapur,spidol,

dan fasilitas berupa teknologi pendidikan, serta guru yang disiplin, berwibawa,

menguasiai materi pelajaran, mau menambah pengetahuannya, mampu membeli

dan membaca surat kabar, memiliki televisi dan rajin mendengar informasi

mutakhir dan sebagainya. Semuanya akan bermuara kepada sasaran memuaskan

konsumen. Inilah tujuan hakiki dari marketing lembaga pendidikan.

Marketing jasa pendidikan menurut Alma (2003: 78) adalah lembaga pendidikan

memberi layanan atau menyampaikan jasa pendidikan kepada konsumen dengan

cara yang memuaskan.

2.4 Gejala Promosi pada Lembaga Pendidikan

Fenomena penggunaan promosi sebagai bagian dari strategi marketing di lembaga

pendidikan pada dekade terkahir ini, makin meningkat walaupun dalam tingkat

permulaan, sebagai mana yang lazim digunakan dalam dunia bisnis. Gejala ini

terlihat pada kegiatan pemasangan spanduk di sekolah atau di jalan raya, iklan di

surat kabar, iklan di radio menempel pengumuman di tempat ramai, pengiriman

brosur ke alamat calon mahasiswa/siswa dan sebagainya. Disamping itu ada

pihak-pihak yang kurang senang dengan praktek marketing yang dilancarkan oleh

lembaga pendidikan seperti tercermin dalam artikel-artikel di surat kabar yang

berjudul „tak sedikit PTS yang promosinya keterlaluan‟, “PTS gencar berpromosi,

kita jangan terpancing” dan banyak lagi artikel yang bernada sama yang kurang

(36)

dan kontra terhadap penggunaan promosi marketing di lembaga pendidikan.

Mengapa demikian ? Hal ini disebabkan karena masih ada keraguan, belum ada

keseragaman pandangan apakah strategi marketing yang biasanya digunakan di

dalam dunia bisnis itu, layak ditransfer ke lembaga pendidikan. Kemudian

kurangnya pengetahuan, ketidakjelasan tentang konsep marketing yang mana

dianut, apakah marketing yang berorientasi ke produk, berorientasi ke penjulan

dengan teknik promosi besar-besaran, atau konsep marketing yang beroreantasi

kepada kepuasan.

Pada saat penerimaan mahasiswa/siswa baru, tiap tahun muncil iklan-iklan

perguruan tinggi swasta/sekolah di surat kabar, di radio, selebaran cetak, brosur

dan spanduk di pinggir jalan dan di kampus. Semua itu bertujuan untuk menarik

perhatian calon mahasiswa/siswa. Hal ini baru merupakan gejala marketing dalam

tingkat permulaan. Kegiatan marketing bukan hanya itu jika hal demikian saja

dianggap kegiatan marketing, maka suatu kehancuran akan melanda perguruan

tinggi kita, dan sangat tidak disenangi oleh para akademisi, seperti dinyatakan

oleh Litten (1999: 76) “marketing does not have to mean voluminous advertising

budgets or gaudy display, as so often academician seem to fear “. Juga Smith

(2000: 38) menyatakan secara tegas :

The aggressive, “hard sell” stle of marketing is most associated with

business, and has been looked upon by educators. Education has typically

taken the soft sell approach which follows the “why should we have to sell

a worthwhile service “idea.

Artinya, cara penjualan secara agresip yang menekankan pada promosi,

(37)

digunakan dalam dunia pendidikan. Tipe yang cocok untuk pendidikan adalah

cara penjualan lunak, yang diikuti dengan menjual layanan.

Secara jelas dinyatakannya bahwa dimaksud dengan kegiatan marketing pada

perguruan tinggi bukan memaksakan penjualan dengan membujuk konsumen

secara gencar melalui reklame atau berseru berulang-ulang, memang jika

ditelusuri asal kata reklame ialah RE = berulang dan Clame = berseru, jadi artinya

berseru berulang-ulang. Model kegiatan marketing seperti ini hanya cocok untuk

kegiatan bisnis yang mengejar laba, dan tidak pantas sepenuhnya ditransfer ke

kegiatan marketing perguruan tinggi.

John R. Sielber, presiden Boston Univercity menyatakan :

in another sense, marketing ethics deal with avoiding the dubiosly legitimized dishonities of some commercial advertising and we shold hope that institutions are supplied with the qualities of intellect and character as well (Alma,2003: 142).

Dengan kata lain etika marketing sangat menghindari karakter yang tidak baik dan

mengharapkan lembaga pendidikan menawarkan mutu layanan intelektual dan

pembentukan watak secara menyeluruh. Kemudian dalam bagian lain dia

menekankan bahwa sebuah perguruan tinggi harus menjaga nama baik dan

menekankan pada mutu layanan yang harus diberikan kepada mahasiswa sesuai

dengan nama sebagai pendidikan tinggi.

(38)

Jadi, Silber sangat menekankan betapa berbedanya sistem perguruan tinggi, yang

tidak boleh disamakan dengan pendidikan lanjutan SMA. Pendidikan lanjutan

SMA disini dimaksudkan dapat berbentuk kursus, ataupun pendidikan diploma.

Perguruan tinggi bukan merupakan kursus, akan tetapi perguruan tinggi sipatnya

lebih kompleks, yang dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, yang hasil

pendidikannya mengacu jauh kedepan, membina kehidupan warganegara,

generasi penerus ilmuan dikemudian hari.

Konsep tentang penggunaan marketing pada perguruan tinggi ini sudah

dikemukakan oleh Abrraham Flexner pada tahun 1932 dalam Alma (2003: 154)

sebagai berikut :

American universities…go into the market place and do a thriving business with the mob. They advertise their shoddy wares in newspaper and periodicals..many of the actifities carried on by numerous universities are little short of dishonest, but the business goes on because it pays—for that and no other reason.

Sudah lebih dari setengah abad yang lalu (70 tahun) di Amerika sudah dibicarakan

marketing perguruan tinggi, pada hal perguruan tinggi mereka belum menghadapi

masa-masa sulit mencari calon mahasiswa pada waktu itu perguruan tonggi sudah

melancarkan sebagian kegiatan marketing dengan segala bentuk kekurangan mutu

dan kelemahan layanan. Namun, mereka maju terus berkat bantuan iklan dan tidak

ada pilihan lain. sekarang ini praktek strategi marketing sudah berkembang

demikian pesatnya, sejalan dengan penggunaan marketing bidang oragnisasi

(39)

Penggunaan fungsi marketing yang masih muda ini sangat berkembang sejak

perang dunia ke dua mengikuti pemakaian teori dan strategi bisnis di dalam dunia

pendididkan.

Univercities have for several years eagerly applied other business theories and techniques, for example, finance systems, accounting, organizational behavior and management science. The exstence of program planning, budget system (PPBS), management Information system (MIS), management by objective (MBO) and the program evolution review techniques (PERT) on univercities on univercities campuses is wellknown (James Balcburn, 1999: 43)

Akhir-akhir ini, para ahli pendidikan dan ahli marketing antara lain George

Broker menyatakan “ most well managed organitation today, whether profit or

non profit recognize the inportence of inpluementing formal marketing programs

“ (Broker , 1995: 72)

Dalam masa-masa sulit sekarang ini, melalui marketing, perguruan tinggi di

Amerika mengarahkan pemasarannya ke negara lain, yang berarti sudah

memasuki pemasaran international. Kegiatan marketing ini sangat membantu

mengatasi kesulitan mencari calon mahasiswa. “international students represent a

vaible resource which with intergrated marketing methods, can offset the

declining domestic studentas population

Kekurangan mahasiswa perguruan tinggi Amerika sekarang diatasi dengan cara

antara lain “importing iranians, venezuelans, and kuwaits and looking wisfully at

mainland china”

Kenyataannya sekarang ini, di Amerika banyak mahasiswa berasal dari segala

(40)

Barzilia, dari Eropa, dari negara-negara Jepang, Korea, Taiwan dan India serta

dari dari seluruh negara Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Perguruan tinggi di Indonesiapun dapat memainkan peranan penting di

lingkungan Asia Tenggara dengan menarik calon mahasiswa dari Malaysia,

Pilipina, Brunei Darussalam, Muangthai dan negara-negara lainnya, dengan

menggunakan konsep marketing secara terarah. Banyaknya jumlah mahasiswa,

memperkuat posisi dan nama baik sebuah perguruan tinggi, karena akan banyak

sumber dana masuk, dan mengeluarkan banyak alumni yang akan membawa efek

kebaikan ganda.

Pada beberapa dekade yang lalu banyak mahasiswa dari Malaysia masuk

perguruan tinggi Indonesia. Tapi sekarang mulai terbalik, orang Indonesia pergi

belajar ke Malaysia. Malaysia mengalami kemajuan pesat dalam pengembangan

perguruan tinggi, sejalan dengan kemajuan ekonomiannya.

Adanya ledakan lulusan SLTA dan meningkatnya hasrat melanjutkan studi ke

perguruan tinggi, sangat mendorong tumbuh dan berkembangnya lembaga

perguruan tinggi, yang disponsori berbagai organisasi dan atau yayasan seperti :

 Lembaga Keagamaan

 Kelompok etnik

 Kelompok Politik

 Pemerintah daerah

 Kelompok purnairawan

 Kelompok keluarga

(41)

III METODE PENELITIAN

3.1 Objek dan Ruang Lingkup Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah para siswa SMA Adiguna di Bandar Lampung.

Adapun ruang lingkup kajiannya meliputi dua aspek baik yang bersifat internal

yaitu berupa pelayanan yang secara langsung diterima oleh para siswa maupun

layanan eksternal yaitu berupa informasi yang diterima oleh siswa berupa layanan

yang diberikan oleh pihak yayasan sebagai sponsor dalam kegiatan proses belajar

di SMA Adiguna Bandar Lampung.

3.2 Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 475 siswa yaitu terdiri siswa SMA

Adiguna di Bandar Lampung kelas satu, kelas dua dan kelas tiga pada tahun

ajaran 2012/2013 dengan rincian seperti terlihat pada Tabel 3. Namun demikian

dalam penelitian ini tidak semua unit sampel yang menjadi populasi akan diteliti,

akan tetapi hanya diambil beberapa unit sampel yang dipilih secara random atau

acak kelas tiga tidak dipilih sebagai sampel karena kemungkinan pada saat

penelitian telah lulus, sehingga populasinya sebanyak 293 siswa. Oleh karena itu,

penelitian akan dilakukan pada sebagian populasi (sampel).

Prosedur pengambilan sampel yaitu sebelumnya dengan membuat kerangka

(42)

1. Daftar nama dan nomor urut populasi dari kelas satu sampai kelas tiga.

2. Selanjutnya dengan menggunakan tabel random dipilih tiga angka

terdepan secara vertikal (tabel random terdiri dari lima angka), maka yang

digunakan tiga angka sampai sejumlah sampel yang ditentukan.

Ukuran penentuan unit sampel dilakukan dengan mengutip perumusan dari dari

Moh. Nasir, (2010: 353) dengan rumus yaitu sebagai berikut.

N ∑ (Ni. Pi) (1 – Pi)

Pi = % ukuran populasi masing-masing

Dimana : D = B2 = 0,11 = 0,003 4 4

Besarnya Bound of Error (B) adalah 0,11. Dengan demikian besarnya sampel

dapat dihitung seperti terlihat pada tabel sebagai berikut.

Tabel 2 Perhitungan Besarnya Sampel Untuk

Stratified Random Sampling

(43)

* = M. Nasir, (2010: 352)

293 (107,52) 315.03,36

n = = = 70,12

(293)2 (0,003) + 107,52 449,27

dibulatkan menjadi 70

Selanjutnya penentuan sampel digunakan teknik sampel berimbang dengan

besarnya strata dengan rumus:

Ni fi =

N

ni = fi . n

Dengan demikian besarnya sampel untuk masing-masing strata seperti terlihat

pada tabel berikut.

Tabel 3 Besarnya Sampel untuk Masing-Masing Strata

Kelas Ni (Ni : N) x n

Supaya sampel sebesar 70 dapat dipilih secara random (acak), maka populasi yang

ada dibuat dalam suatu daftar nomor urut dan nama siswa, selanjutnya melalui

bantuan tabel random akan dipilih sebanyak 70 responden atau sampel

(44)

3.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini pada dasarnya meliputi dua hal yaitu sumber

data primer dan sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara

menggali secara langsung dari siswa sebagai responden baik dengan wawancara

maupun kuesioner. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak SMA

Adiguna seperti data jumlah siswa, ruang kelas, fasilitas sekolah.

3.4 Definisi Operasional Variabel

Tabel 4. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Variabel Indikator Skala

Pengukuran

si Reliabilitas X1

(ketepatan) a. Prosedur pelayanan cepat Interval b. Penanganan urusan administrasi

(45)

Empathy X4

(peduli) a. Memberikan perhatian khusus kepada siswa

Interval b. Kegiatan belajar mengajar yang

terawasi dengan baik

Tangible X5 (tampilan fasilitas)

a. Fasilitas ruang belajar Interval b. Kenyamanan, kebersihan dan

Keputusan siswa memilih SMA Adiguna maksudnya adalah segala informasi

yang diperoleh siswa tentang SMA Adiguna yaitu berupa informasi Alumni yang

diterima di PTN, banyaknya Ekschool, fasilitas sekolah dan dewan guru yang

berkualitas.

3.5 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Prosedur pengumpulan dan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan

dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Untuk mengumpulkan data primer dilakukan dengan cara studi langsung

dilapangan melalui metode kuesioner dan wawancara terhadap para

responden yang menjadi sumber informasi dalam penelitian ini. Metode

kuesioner dilakukan dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada para

informan atau responden yang dianggap layak, dan diharapkan dapat

mengembalikan daftar pertanyaan tersebut lengkap dengan jawabanya secara

(46)

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang

pengetahuan dan keterlibatan para informan atau responden yang berkaitan

dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Sedangkan metode

wawancara dilakukan dengan cara tanya jawab secara langsung antara

peneliti dengan informan yang dianggap layak atau relevan dengan penelitian

ini. Metode ini digunakan secara terbuka dan mendalam untuk memberikan

kesempatan kepada informan untuk menjawab pertanyaan secara bebas. Hal

ini dimaksudkan untuk mendapatkan penjelasan yang lebih mendalam tentang

realitas yang sesungguhnya dari informan.

2. Untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan dengan cara membaca,

menelaah dan mengutip bahan-bahan pustaka seperti buku-buku, hasil-hasil

penelitian, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen dan sumber

informasi lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam

penelitian ini.

3. Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, maka pengolahan data

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu memeriksa kembali data yang telah diperoleh dari lapangan

guna menghindari terjadinya kesalahan atau kekeliruan responden dalam

menjawab pertanyaan, sehingga dapat meningkatkan validitas data yang

diperlukan.

b. Koding, yaitu usaha mengklasifikaskan jawaban-jawaban responden

(47)

memberi tanda pada masing-masing jawaban tersebut. Hal ini

dimaksudkan agar lebih memudahkan dalam proses pengolahan data.

c. Tabulating, yaitu menyusun semua data yang diperoleh dalam bentuk

tabel-tabel tertentu dengan tujuan untuk menyederhanakan data sehingga

dapat lebih mudah dipahami.

d. Interpretasi data, yaitu usaha memberikan penafsiran secara luas terhadap

semua data yang diperoleh dari lapangan.

3.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

a. Uji Validitas

Validitas alat ukur menunjukkan tentang sifat suatu alat ukur dalam pengertian

apakah suatu alat ukur cukup akurat, stabil atau konsisten dalam mengukur apa

yang ingin diukur dalam suatu kegiatan penelitian. Uji validitas, di lain pihak juga

mempersoalkan apakah pada suatu kegiatan pengukuran dalam sebuah penelitian

benar-benar mengukur apa yang seharusnya ingin diukur dalam penelitian tersebut

(Nasir, 2010: 174).

Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner.

Kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu untuk mengungkapkan sesuatu

yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2006:40).

Uji validitas instrument dilakukan dengan menguji validitas konstruk melalui

penggunaan analisis faktor. Validitas konstruk menunjukan seberapa valid hasil

yang diperoleh dari penggunaan suatu pengukur atau indikator sesuai dengan

(48)

Penggunaan analisis faktor dilakukan, pertama-tama melihat nilai KMO-MSA

(Kaiser-Mayer-Olkin Measure of Sampling Adequasi), dan nilai signifikansi

Barlett.s Test of Sphericity kurang dari 0,05, untuk menilai atau menguji bahwa

alat ukur yang digunakan memadai. Nilai MSA menurut Sarwono (2006:208)

bahwa angka MSA adalah 0-1 dengan ketentuan:

 Jika MSA = 1 maka variabel tersebut dapat diprediksi tanpa kesalahan.

 Jika MSA ≥ 0,5 maka variabel tersebut masih dapat diprediksi dan

dianalisis lebih lanjut.

 Jika MSA < 0,5 maka variabel tersebut tidak dapat diprediksi dan dianalisi

lebih lanjut sehingga harus dibuang.

Langkah analisis faktor berikutnya, adalah melihat faktor loading dari

masing-masing item pertanyaan atau indikator. Validitas instrument dinilai berdasarkan

kriteria nilai faktor loading item minimal 0,4 (Hair et al, 1998:648) dan Comrey

dalam Jogiyanto (2007:124) menyatakan bahwa suatu indikator atau item

membentuk suatu konstruk dengan valid dan benar, maka indikator atau item

tersebut harus memuat skor yang tinggi atau nilai faktor loading memberikan nilai

besar. Beberapa kriteria alat ukur dikatakan valid menurut Comery, yaitu:

Table 5 Kriteria Validitas pada Analisis Faktor

No Nilai Faktor Loading Kriteria

(49)

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas untuk mengetahui apakah instrumen memiliki indeks

kepercayaan yang baik jika diujikan berulang. Uji reliabilitas dalam

penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach, untuk mengetahui

tingkat reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian jika dari hasil

uji reliabilitas instrumen dari keempat variabel penelitian jika dari hasil uji

reliabilitas memberikan nilai alpha > 0,6 (Gozali, 2001).

3.7 Teknik Analisis Data

Moh. Nazir (2010:54) mengartikan analisis data sebagai kegiatan

mengelompokkan, membuat ukuran, memanipulasi serta mengangkat data

sehingga mudah dibaca. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah analisis data kuantitatif dan kualitatif.

3.7.1 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yang digunakan adalah melalui analisis regresi berganda.

Menurut Rusdin (2004: 115) pada regresi ganda, setiap variabel bebas memiliki

pengaruh langsung terhadap variabel terikat. Apakah variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat tidak hanya secara langsung tetapi juga tidak

langsung melalui satu atau lebih variabel antara (intervening). Untuk itu model

analisis regresi berganda dalam penelitian ini adalah:

Ps =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + et

(50)

Ps = Keputusan Siswa

a = Konstanta

X1 = Reliabilitas

X2 = Responsivitas

X3 = Assurance

X4 = Empati

X5 = Tangibe

et = Error term

b1, b2, b3, b4, b5, = Koefesien Regresi

Pengkuran variabel dilakukan dengan skala interval dan pilihan-pilihan jawaban

diberi nilai mulai dari 0 sampai dengan 100.

Jika responden menjawab (a) skala interval 81 – 100.

Jika responden menjawab (b) skala interval 61 - 80

Jika responden menjawab (c) Skala interval 41 - 60

Jika responden menjawab (d) Skala interval 21 - 40

Jika responden menjawab (e) Skala interval 0 - 20

3.7.2 Analisis Kualitatif.

Analisis kualitatif menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini (2002:53),

digunakan untuk menjelaskan, mendeskripsikan, serta menafsirkan hasil

penelitian dengan susunan kata dan kalimat sebagai jawaban atas permasalahan

(51)

Menurut Miles dan Habermas (2002:327) analisis data kualitatif menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data “kasar” yang muncul

Kriteria Validitas pada Analisis Faktor dari catatan-catatan tertulis di

lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga bisa ditarik

kesimpulan dan diverifikasi. Cara yang dipakai dalam reduksi data bisa

melalui seleksi yang ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat,

menggolongkannya ke dalam suatu pola yang lebih luas dan sebagainya.

2. Display data (penyajian data), yaitu sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

perlakuan lebih jauh seperti menganalisis. Penyajian data yang lebih baik

merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Untuk

melihat gambaran keseluruhan dari penelitian ini akan dibuat deskripsi hasil

penelitian yang merupakan hasil dari wawancara mendalam yang dilakukan

oleh peneliti terhadap sampel-sampel terpilih. Selain itu juga digunakan

berbagai tabel untuk lebih mempermudah melihat hal-hal penting yang perlu

dianalisis lebih jauh oleh peneliti.

3. Menarik kesimpulan atau verifikasi data, dalam hal ini peneliti berusaha

mencarai arti, pola, tema, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, penjelasan

alur sebab akibat dan sebagainya. Kesimpulan diverifikasi selama penelitian

(52)

kekokohan dan kecocokannya yang merupakan validitasnya, sehingga akan

diperoleh kesimpulan yang jelas kebenaran dan kegunaannya.

Disamping langkah-langkah di atas, menurut Suharsimi Arikunto (2008:132)

dalam analisis data kualitatif juga perlu dilakukan uji validasi data. Validasi

adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrumen data

berdasarkan keabsahan data yang diperoleh di lapangan. Ada beberapa kriteria

keabsahan data pada penelitian yang dilakukan, antara lain:

1. Derajat Kepercayaan (Credibility Data)

Penetapan derajat kepercayaan berfungsi: (1) melakukan penyelidikan

sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan dapat dicapai; (2)

Mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

membuktikan oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Ketergantungan (Depndability Data)

Ketergantungan dalam hal ini, seseorang mungkin melukiskan

pengalamannya dengan suatu cara tertentu dan demikian pula halnya orang

lain. Boleh jadi sama-sama mengakui kebenaran cerita dirinya menurut

penafsiran mereka sendiri.

3. Kepastian (Conformability Data)

Kepastian berasal dari objektivitas yaitu berasal dari pengalaman banyak

orang. Dengan kata lain objektivitas sesuatu hal sangat tergantung pada

(53)

V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan sebelumnya tentang keputusan siswa memilih SMA

Adiguna di Bandar Lampung, maka dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1 Terdapat pengaruh kualitas pelayanan jasa terhadap keputusan siswa memilih

SMA Adiguna di Bandar Lampung didasarkan pada Rata-rata 81,12 %

siswa SMA Adiguna di Bandar Lampung sangat setuju dan hanya 4,4 %

sangat tidak setuju menyatakan pegawai dan guru dan guru dalam

memberikan pelayanan karena variabel reliability. Rata-rata 71,11 % siswa

SMA Adiguna di Bandar Lampung sangat setuju dan 10 % menyatakan

sangat tidak setuju pegawai dan guru dalam memberikan pelayanan karena

variabel responsiveness. Rata-rata 66,66 % siswa SMA Adiguna di Bandar

Lampung sangat setuju dan hanya 5,56 % menyatakan sangat tidak setuju

pegawai dan guru dalam memberikan pelayanan karena variabel Assurance.

Rata-rata 77,77 % siswa SMA Adiguna di Bandar Lampung sangat setuju

dan hanya 1,11 % menyatakan sangat tidak setuju pegawai dan guru dalam

memberikan pelayanan karena variabel emphaty. Rata-rata 87,78 % siswa

SMA Adiguna di Bandar Lampung sangat setuju dan hanya 5,56 %

menyatakan sangat tidak setuju pegawai dan guru dalam memberikan

(54)

5.1.2 Secara statistik kekeputusan siswa memutuskan untuk memilih SMA

Adiguna di Bandar Lampung sebagai tempat sekolah dipengaruhi secara

bersama-sama oleh variabel bebas Reliability (X1), Responsiviness (X2),

Assurance (X3), Emphaty (X4) dan Tangibles (X5). Secara keseluruhan

variabel bebas pelayanan mempengaruhi kekeputusan Siswa memilih SMA

Adiguna di Kota Bandarlampung dapat ditunjukkan oleh nilai koefisien

determinasi R2 = 0,585 atau 58,50 % seluruh variabel bebas pelayanan

mempengaruhi kekeputusan Siswa memilih SMA Adiguna di Kota

Bandarlampung dan sisanya sebesar 41,50 % dipengaruhi oleh faktor-faktor

lain yang tidak diidentifikasi atau di teliti dalam penelitian ini.

5.1.3. Secara statistik beradasarkan hasil uji-t., ternyata nilai Sig-hitung untuk

seluruh variabel bebas tersebut di bawah nilai signifikansi (alpha) dalam

penelitian ini yaitu 5% (0,05) dan derajat kebebasan sebesar 64. Ini berarti

secara statistik ternyata bahwa masing-masing variabel bebas Reliability

(X1), Responsiviness (X2), Assurance (X3), Emphaty (X4) dan Tangibles (X5)

berpengaruh terhadap kekeputusan Siswa memilih SMA Adiguna di Kota

Bandarlampung sebagai variabel terikat (Y).

5.2 Saran

5.2.1 Dewan guru harus mempertahankan bahkan lebih mendorong siswa untuk

berprestasi baik dalam bidang ekstrakulikuler, mengikuti kegiatan yang ada

di Propinsi Lampung maupun tingkat Nasional (Lomba PMR, Basket,

(55)

SPMB), agar dapat menarik para siswa yang ingin sekolah di SMA

Adiguna di Bandar Lampung.

5.2.2 Yayasan harus selalu memperhatikan tingkat kesejahteraan dewan guru,

penyediaan fasilitas proses belajar mengajar yang baik ruang kelas maupun

sarana ruang laboratorium (bahasa dan komputer), agar kualitas yang

dihasilkan oleh SMA Adiguna di Bandar Lapung dapat bersaing dengan

SMA-SMA yang ada di Propinsi Lampung. Yayasan juga harus mendukung

sepenuhnya program beasiswa yang diberikan oleh SMA Adiguna di

Bandar Lampung.

5.2.3 Diharapkan dalam jangka pendek pihak Yayasan tidak menaikkan biaya

pendidikan, mengingat hasil penelitian menunjukkan 61,43 % responden

menyatakan biaya pendidikan di SMA Adiguna relatif lebih murah

dibandingkan SMA Swasta lainnya dan 60,00 % responden memutuskan

Gambar

Tabel 1  Jumlah Perkembangan Siswa SMA Adiguna Berdasarkan Kelas dan Tahun Ajaran  dari Tahun Ajaran 2009/2010 – 2012/2013
Gambar 1    Skema Kerangka Pikir Keputusan Siswa
Tabel 2  Perhitungan Besarnya Sampel Untuk
Tabel  3  Besarnya Sampel untuk Masing-Masing Strata
+3

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH METODE MENGAJAR DAN MOTOR ABILITY TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN LAY-UP SHOOT BOLABASKET.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dan produktivitas terminal. c) Munculnya kesadaran staf operasional untuk bersinergi dengan staf perencanaan dan pengendalian guna mencapai sasaran mutu yang sesuai dengan

Pada penelitian ini diperoleh hubungan faktor- faktor internal mencakup pengetahuan, sikap, motivasi dan pelatihan, faktor eksternal mencakup supervisi dan ketersediaan

Pada Tabel 3 ditunjukkan SNR dan kapasitas kanal dari sistem dengan masing-masing kombinasi channel coding , teknik modulasi, dan skema MIMO saat pengguna bergerak dengan

• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali yang dikenai PPh pasal 4 ayat (2).. • Imbalan jasa teknik, manajemen, konstruksi, konsultan, katering dan

Maka dalam hal ini penulis melakukan sebuah penelitian, dengan meneliti guru dan murid dalam proses belajar-mengajar yang dilakukan di sekolah Chandra Kusuma School,

Sistem lampu merupakan bagian utama dan komponen terpenting dari kontruksi rangkaian lampu LED pemikat ikan, oleh karena itu banyak pertimbangan yang harus

Kedua, bagi Peneliti lain yNG tertarik untuk meneliti tentang penggunaan strategi relaksasi untuk mengurangi kecemasan komunikasi interpersonal siswa, perlu adanya penambahan