• Tidak ada hasil yang ditemukan

kode etik guru 002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "kode etik guru 002"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

GURU SEBAGAI PROFESI MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

Dibimbing oleh : Dr. Karwanto

Nama Kelompok :

1. Lukito Agung W 138324002 lukito_agung@yahoo.co.id 2. Diah ayu R 138324010 tiekasaja@gmail.com 3. Agustin Bayu Sugiardi 138324022 bayu.sibayek@yahoo.co.id 4. Elfira Dwi Candra 138324052 farida.elfira@gmail.com 5. Ahmad Susilo Jatmiko 138324076 jadmikosusilo@yahoo.co.id

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA S1 PENDIDIKAN TATA NIAGA

(2)

ABSTRAK

Guru merupakan sebuah profesi yang di mana untuk mencapai atau menjadi guru yang profesional kita harus memahami apa saja dasar dasar untuk menjadi seorang guru, banyak pada saat sekarang suatu kalangan belum mengetahui apa itu makna seorang guru sehingga mengartikan guru adalah seseorang yang tugasnya mengajar saja.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Guru sebagai Profesi.

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah psikologi pendidikan, terima kasih juga atas dukungan yang di berikan oleh pihak pihak sehingga makalah ini dapat di selesaikan.

Kepada segenap pembimbing yang telah memberikan arahan, dukungan serta kesabaran dalam memberikan bimbingan kepada penulis, rasanya tiada kata yang pantas diucapkan selain terima kasih yang tak terhingga.

Tiada gading yang tak retak andaipun retak jadikanlah sebagai ukiran, begitupun dengan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu melalui kata pengantar ini penulis sangat terbuka menerima kritik serta saran yang membangun sehingga secara bertahap penulis dapat memperbaikinya.

Namun demikian kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk semua pihak baik untuk referensi maupun untuk panduan untuk memahami tentang profesi sebagai guru sehingga kita bisa menerapkan setiap bagian bagian dari profesi guru

Surabaya, Maret 2014

(4)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG...1

1.2 RUMUSAN MASALAH...1

BAB II PEMBAHASAN 2.1 MAKNA GURU...2

2.2 TANGGUNG JAWAB GURU...2

2.3 TUGAS GURU...3

2.4 PERAN GURU...4 2.5 KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU... 2.6 KODE ETIK GURU... BAB III PENUTUP

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Definisi yang kita kenal sehari-hari adalah bahwa guru merupakan orang yang harus di gugu dan di tiru, dalam arti orang yang memiliki charisma atau wibawa hingga perlu untuk ditiru dan diteladani. Mengutip pendapat Laurence D. Hazkew dan Jonathan C. Mc Lendon dalam bukunya This is teaching (hlm. 10) :”Teacher is professional person who conducts classes.” (Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas). Sedangkan menurut Jean D. Grambs dan C. Morris Mc Clare dalam Foundation of teaching, An introduction to modern education, hlm. 141 :”teacher are those persons who consciously direct the experiences and behavior of an individuals so that education takes places.” (Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah laku dari seseorang individu hingga dapat terjadi pendidikan).

Jadi, guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran serta mampu menata dan mengelola kelas agar peserta didik dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

Guru sebagai tenaga professional yang bergerak dalam bidang pendidikan, harus benar-benar mampu nenunjukan kemampuan serta keakhliannya, dengan membuktikan prestasi yang dapat di capai tentunya oleh peserta didik, mengingat guru yang piawai adalah guru yang mampu mencetak sumber daya manusia, dengan kualitas ilmu pengetahuan yang di kuasai oleh peserta didik dapat dibawa sebagai pembelajaran manakala peserta didik melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

1.2 Rumusan Masalah

(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Guru

Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Serta guru menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Dengan kepercayaan masyarakat, guru mengemban tugas dan tanggung jawab yang berat. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah tetapi di luar sekolah.

Menurut Ameetmbun guru adalah orang yang berwewenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid baik secara individual maupun secara kelompok atau klasikal baik di sekolah maupun di luar sekolah sebagai tenaga pendidik dikuatkan oleh UU SPN No. 20 Taun 2003 pasal 37 ayat 2 yang berbunyi : “ Pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pebelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi “. Selanjutnya dalam ayat 3 berbunyi : “ Pendidik yang mengajar dalam satuan pendidikan dasar dan menengah disebut guru dan pendidik yang mengajar di satuan pendidikan tinggi disebut dosen “.

(7)

Pengakuan kedudukan guru sebagai pendidik professional merupakan bagian dari keseluruhan upaya pembaharuan dalam system pendidikan nasional yang pelaksanaannya memperhatikan berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain, tentang kepegawaian, ketenagakerjaan, keuangan, dan pemerintahan daerah. 2.2 Tanggung Jawab Guru

Tanggung jawab seorang guru adalah mencerdaskan kehidupan anak didik. Pribadi yang susila yang cakap adalah yang diharapkan ada pada diri setiap anak didik.

Guru dengan penuh dedikasi dan loyalitas berusaha membimbing dan membina anak didik agar di masa mendatang menjadi orang yang berguna bagi nusa dan bangsa. Besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir di tengah-tengah anak didiknya.

Memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik adalah suatu perbuatan yang mudah, tetapi untuk membentuk jiwa dan watak anak didik itulah yang sukar, sebab anak didik yang dihadapi adalah makhluk yang memiliki otak dan potensi yang perlu dipengaruhi dengan sejumah norma hidup sesuai ideologi falsafah dan bahkan agama.

Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma itu kepada anak didik gar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana perbuatan bermoral dan amoral.

2.3 Tugas Guru

Secara garis besar, tugas guru yaitu menjadi pengelola dalam proses pembelajaran dan tugas-tugas lain yang tidak secara langsung berhubungan dengan proses pembelajaran, tetapi akan menunjang keberhasilannya menjadi guru yang andal dan dapat di teladani.

Menurut Uzer (1990) terdapat tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam bidang profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas dalam bidang kemasyarakatan.

Tugas dalam profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup. Mengajar berarti meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan-ketrampilan pada siswa.

Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mampu menarik simpati sehingga ia menjadi idola para siswanya dan dapat memotivasi para anak didik dalam belajar.

(8)

memperolah ilmu pengetahuan. Hal ini berarti bahwa guru berkewajiban mencerdaskan bangsa menuju pembentukan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila.

Keberadaan guru merupakan faktor condisio sine quannom yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, terlebih-lebih pada era kontemporer ini.

Bagan Tugas Guru

TUGAS GURU

PROFESI

MENDIDIK

MENGAJAR

Meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup

Meneruskan dan mengembangkan ilmu pengetahuan & teknologi

MELATIH

Mengembangkan keterampilan dan penerapannya

KEMANUSIAAN

Menjadi orang tua kedua

Auto-pengertian: -homoludens -homopuber -homosapiens

Transformasi diri

Autoidentifikasi

KEMASYARAKATA N

Mendidik dan mengajar

masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia yang bermoral Pancasila

(9)

2.4 Peran Guru

A. Peran Guru dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mmampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Dimana guru sebgi pendidikan akan menghasilkan nilai-nilai kehidupan yang diyakini baik di masyarakat, guru sebagai pembelajar akan menghasilkan pengetahuan, guru sebagai pelatih akan menghasilkan kemahiran, dan guru sebagai pembimbing akan menghasilkan penemuan jati diri bagi peserta didik.

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Adam & Decey dalam Basic Principles of Student Teaching. Peranan yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Guru Sebagai Demonstrator

Melalui peranannya sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar, guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya serta mengembangkannya. Guru hendaknya mampu dan terampil dalam merumuskan TPK, memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia pun harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami, serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru mampu memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan.

b. Guru Sebagai Pengelola Kelas

(10)

agar mencapai hasil yang baik, khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk memperoleh hasil yang baik.

Tanggung jawab lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari kea rah self directed behavior, menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi kebergantungannya pada guru sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.

c. Guru Sebagai Mediator dan Fasilitator

Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku social yang baik, mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif dengan siswa.

Sebagai fasilitator guru hendaknyamampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar-mengajar, baik yangberupa narasumber, buku teks, majalah, ataupun surat kabar.

d. Guru Sebagai Evaluator

Proses belajar-mengajar, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini di maksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat. Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar.

Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan efektivitas, dan efisiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya.

(11)

Dalam hubungannya dengan kegitan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut:

a. Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan pendidikan.

b. Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota suatu masyarakat.

c. Orang yang ahli dalam mata pelajaran.

d. Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin.

e. Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, guru bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan mampu melaksanakan kegiatan administrasi.

f. Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak di tangan guru. g. Penerjemah kepada masyarakat, guru berperan untuk menyampaikan segala

perkembangan kemajuan dunia. C. Peran Guru Sebagai Pribadi

Dilihat dari segi dirinya (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut:

a. Petugas social, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat.

b. Pelajar dan ilmuan, yaitu senantiasa terus menerus menuntut ilmu pengetahuan. c. Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. d. Pencari teladan, yaitu yang senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa. e. Pencari keamanan, yaitu senantiasa mencarikan rasa aman bagi siswa.

D. Peran Guru Secara Psikologis

Peran guru secara psikologis, guru dipandang sebagai berikut:

a. Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dlam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.

b. Seniman dalam hubungan antar manusia (artist in human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.

(12)

d. Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan.

e. Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggung jawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa (Dr. Moh. Surya, Dr. Rochman Natawidjaja,1994:6-7).

2.5 Kompetensi Profesionalime Guru A. Pengertian

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi berarti kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal.

Descriptive of qualitive natur teacher behavior appears to be entirely meaningful (Broke and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kulitatif dari perilaku guru yang tampak sangat berarti.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa suatu pekerjaan yang bersifat professional memerlukan beberapa bidang ilmu secara sengaja harus dipelajari dan kemudian diaplikasikan bagi kepentingan umum. Pekerjaan yang bersifat professional

adalah pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh pekerjaan yang lain (Dr. Nana Sudjana, 1988).

Orang yang memiliki kemampuan kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya dengan maksimal. Profeional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya, (Agus F. Tamyong, 1987).

Kompetensi guru adalah salah satu factor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi oleh faktor latar belakang pendidikan pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Status kompetensi yang professional harus dicapai dalam kelompok profesi bersangkutan dan dibina melalui penguatan landasan profesi, misalnya pembinaan tenaga kependidikan yang sesuai, pengembangan infrastruktur, pelatihan jabatan (in service training) yang memadai, efisien dalam sistem perencanan, serta pmbinaan administrasi dan pembinaan kepegawaian.

B. Persyaratan Profesi

(13)

a. Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu pegetahuan yang mendalam

b. Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya

c. Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai

d. Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatn dari pekerjaan yang dilaksanakannya

e. Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan (Drs. Moh Ali, 1985).

Atas dasar persyaratan tersebut,professional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu. Guru wajib memiliki Kualifikasi Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dann rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

C. Jenis-Jenis Kompetensi

Dalam pasal 28, PP 19 2005, dijelaskan bahwa

a. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk tujuan pendidikan nasional.

b. Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

c. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi:

(14)

iii. Kompetensi professional, dan iv. Kompetensi social

d. Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) PP 74 tahun 2008 tentang guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi social, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi guru sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat holistik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kompetensi kepribadian adalah sikap kepribadian yang mantab sehingga mampu menjaadi sumber intensifikasi bagi subjek. Dalam hal ini berarti memiliki kepribadian yang pantas diteladani, mampu melaksanakan kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karsa, Tut Wuri Handayani”.

Kompetensi profeional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas dari subject matter (bidang studi) yang akan diajarkan serta penguasaan metodologi dalam arti memiliki konsep teoretis mampu memilih metode dalam proses belajar mengajar.

Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/ wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

2.6 Kode Etik Guru

(15)

artinya tata susila (etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu pekerjaan. Jadi “kode etik guru” diartikan sebagai “aturan tata susila keguruan”.Menurut Westby Gibson, kode etik (guru) dikatakan sebagai suatu stetmen formal yang merupakan norma (aturan tata susila) dalam mengatur tingkah laku guru.

Karena itu, guru sebagai tenaga professional perlu memiliki “kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan amoral berarti guru telah melanggar “kode etik etik”.Sebab kode etik guru ini sebagai salah satu cirri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.

Rumusan Kode Etik Guru dituangkan dalam kebijakan sebagai berikut: PEMBUKAAN

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab.

Guru Indonesia selalu tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru Indonesia memiliki kehandalan yang tinggi sebagai sumber daya utama untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Guru Indonesia adalah insan yang layak ditiru dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, khususnya oleh peserta didik, yang dalam melaksankan tugas berpegang teguh pada prinsip “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tut wuri handayani”. Dalam usaha mewujudkan prinsip-prinsip tersebut guru

Indonesia ketika menjalankan tugas-tugas profesionalnya dituntut memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

(16)

peranan guru dan profesinya, agar bangsa dan negara dapat tumbuh sejajar dengan dengan bangsa lain di negara maju, baik pada masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kondisi seperti itu bisa mengisyaratkan bahwa guru dan profesinya merupakan komponen kehidupan yang dibutuhkan oleh bangsa dan negara ini sepanjang zaman. Hanya dengan pelaksanaan tugas guru secara profesional hal itu dapat diwujudkan eksitensi bangsa dan negara yang bermakna, terhormat dan dihormati dalam pergaulan antar bangsa-bangsa di dunia ini.

Peranan guru semakin penting dalam era global. Hanya melalui bimbingan guru yang profesional, setiap siswa dapat menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, kompetitif dan produktif sebagai aset nasional dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan berat sekarang dan dimasa datang.

Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia menyadari sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa.

BAGIAN SATU

Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pasal 1

(1) Kode Etik Guru Indonesia adalah norma dan asas yang disepakati dan diterima oleh guru-guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi sebagai pendidik, anggota masyarakat, dan warga negara.

(2) Pedoman sikap dan perilaku sebagaimana yang dimaksud pasa ayat (1) pasal ini adalah nilai-nilai moral yang membedakan perilaku guru yang baik dan buruk, yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama menunaikan tugas-tugas profesionalnya untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik, serta pergaulan sehari-hari di dalam dan di luar sekolah.

Pasal 2

(1) Kode Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-undang.

(17)

BAGIAN DUA

Sumpah/Janji Guru Indonesia Pasal 3

(1) Setiap guru mengucapkan sumpah/janji guru Indonesia sebagai wujud pemahaman penerimaan, penghormatan, dan kesediaan untuk mematuhi nilai-nilai moral yang termuat di dalam Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman bersikap dan berperilaku, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. (2) Sumpah/janji guru Indonesia diucapkan di hadapan pengurus organisasi profesi

guru dan pejabat yang berwenang di wilayah kerja masing-masing.

(3) Setiap pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dihadiri oleh penyelenggara satuan pendidikan.

Pasal 4

(1) Naskah sumpah/janji guru Indonesia dilampirkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Pengambilan sumpah/janji guru Indonesia dapat dilaksanakan secara perorangan atau kelompok sebelum melaksanakan tugas.

BAGIAN TIGA

Nilai-nilai Dasar dan Nilai-nilai Operasional Pasal 5

Kode Etik Guru Indonesia bersumber dari: (1) Nilai-nilai agama dan Pancasila.

(2) Nilai-nilai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

(18)

Pasal 6 (1) Hubungan Guru dengan Peserta Didik:

a. Guru berprilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran

b. Guru membimbing peserta didik untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan hak-hak dan kewajibannya sebagai individu, warga sekolah, dan anggota masyarakat.

c. Guru mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individual dan masing-masingnya berhak atas layanan pembelajaran.

d. Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakannya untuk kepentingan proses kependidikan.

e. Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasana sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik.

f. Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindak kekerasan fisik yang di luar batas kaidah pendidikan.

g. Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

h. Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan kepribadiannya, termasuk kemampuannya untuk berkarya

i. Guru menjunjung tinggi harga diri, integritas, dan tidak sekali-kali merendahkan martabat peserta didiknya

j. Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil. k. Guru berperilaku taat asas kepada hukum dan menjunjung tinggi kebutuhan dan

hak-hak peserta didiknya.

(19)

m. Guru membuat usaha-usaha yang rasional untuk melindungi peserta didiknya dari kondisi-kondisi yang menghambat proses belajar, menimbulkan gangguan kesehatan, dan keamanan.

n. Guru tidak membuka rahasia pribadi peserta didiknya untuk alasan-alasan yang tidak ada kaitannya dengan kepentingan pendidikan, hukum, kesehatan, dan kemanusiaan.

o. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesionalnya kepada peserta didik dengan cara-cara yang melanggar norma sosial, kebudayaan, moral, dan agama.

p. Guru tidak menggunakan hubungan dan tindakan profesional dengan peserta didiknya untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

(2) Hubungan Guru dengan Orangtua/Wali Murid:

a. Guru berusaha membina hubungan kerjasama yang efektif dan efisien dengan orangtua/wali siswa dalam melaksanakan proses pendidikan.

b. Guru memberikan informasi kepada orangtua/wali secara jujur dan objektif mengenai perkembangan peserta didik.

c. Guru merahasiakan informasi setiap peserta didik kepada orang lain yang bukan orangtua/walinya.

d. Guru memotivasi orangtua/wali siswa untuk beradaptasi dan berpartisipasi dalam memajukan dan meningkatkan kualitas pendidikan.

e. Guru bekomunikasi secara baik dengan orangtua/wali siswa mengenai kondisi dan kemajuan peserta didik dan proses kependidikan pada umumnya.

f. Guru menjunjung tinggi hak orangtua/wali siswa untuk berkonsultasi denganya berkaitan dengan kesejahteraan, kemajuan, dan cita-cita anak atau anak-anak akan pendidikan.

g. Guru tidak melakukan hubungan dan tindakan profesional dengan orangtua/wali siswa untuk memperoleh keuntungan-keuntungan pribadi.

(3) Hubungan Guru dengan Masyarakat :

a. Guru menjalin komunikasi dan kerjasama yang harmonis, efektif, dan efisien dengan masyarakat untuk memajukan dan mengembangkan pendidikan.

b. Guru mengakomodasikan aspirasi masyarakat dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran.

(20)

d. Guru bekerjasama secara arif dengan masyarakat untuk meningkatkan prestise dan martabat profesinya

e. Guru melakukan semua usaha untuk secara bersama-sama dengan masyarakat berperan aktif dalam pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan peserta didiknya.

f. Guru mememberikan pandangan profesional, menjunjung tinggi nilai-nilai agama, hukum, moral, dan kemanusiaan dalam berhubungan dengan masyarakat.

g. Guru tidak membocorkan rahasia sejawat dan peserta didiknya kepada masyarakat.

h. Guru tidak menampilkan diri secara ekslusif dalam kehidupan bermasyarakat. (4) Hubungan Guru dengan Sekolah:

a. Guru memelihara dan meningkatkan kinerja, prestasi, dan reputasi sekolah.

b. Guru memotivasi diri dan rekan sejawat secara aktif dan kreatif dalam melaksanakan proses pendidikan.

c. Guru menciptakan suasana sekolah yang kondusif.

d. Guru menciptakan suasana kekeluargaan di didalam dan luar sekolah. e. Guru menghormati rekan sejawat.

f. Guru saling membimbing antarsesama rekan sejawat.

g. Guru menjunjung tinggi martabat profesionalisme dan hubungan kesejawatan dengan standar dan kearifan profesional.

h. Guru dengan berbagai cara harus membantu rekan-rekan juniornya untuk tumbuh secara profesional dan memilih jenis pelatihan yang relevan dengan tuntutan profesionalitasnya.

i. Guru menerima otoritas kolega seniornya untuk mengekspresikan pendapat-pendapat profesional berkaitan dengan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran. j. Guru membasiskan-diri pada nilai-nilai agama, moral, dan kemanusiaan dalam

setiap tindakan profesional dengan sejawat.

k. Guru memiliki beban moral untuk bersama-sama dengan sejawat meningkatkan keefektifan pribadi sebagai guru dalam menjalankan tugas-tugas profesional pendidikan dan pembelajaran.

(21)

m. Guru tidak mengeluarkan pernyataan-keliru berkaitan dengan kualifikasi dan kompetensi sejawat atau calon sejawat.

n. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan marabat pribadi dan profesional sejawatnya.

o. Guru tidak mengoreksi tindakan-tindakan profesional sejawatnya atas dasar pendapat siswa atau masyarakat yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

p. Guru tidak membuka rahasia pribadi sejawat kecuali untuk pertimbangan-pertimbangan yang dapat dilegalkan secara hukum.

q. Guru tidak menciptakan kondisi atau bertindak yang langsung atau tidak langsung akan memunculkan konflik dengan sejawat.

(5) Hubungan Guru dengan Profesi:

a. Guru menjunjung tinggi jabatan guru sebagai sebuah profesi.

b. Guru berusaha mengembangkan dan memajukan disiplin ilmu pendidikan dan mata pelajaran yang diajarkan.

c. Guru terus menerus meningkatkan kompetensinya.

d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas profesional dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang akan merendahkan martabat profesionalnya.

g. Guru tidak menerima janji, pemberian, dan pujian yang dapat mempengaruhi keputusan atau tindakan-tindakan profesionalnya.

h. Guru tidak mengeluarkan pendapat dengan maksud menghindari tugas-tugas dan tanggungjawab yang muncul akibat kebijakan baru di bidang pendidikan dan pembelajaran.

(22)

a. Guru menjadi anggota organisasi profesi guru dan berperan serta secara aktif dalam melaksanakan program-program organisasi bagi kepentingan kependidikan. b. Guru memantapkan dan memajukan organisasi profesi guru yang memberikan

manfaat bagi kepentingan kependidikan.

c. Guru aktif mengembangkan organisasi profesi guru agar menjadi pusat informasi dan komunikasi pendidikan untuk kepentingan guru dan masyarakat.

d. Guru menunjung tinggi tindakan dan pertimbangan pribadi dalam menjalankan tugas-tugas organisasi profesi dan bertanggungjawab atas konsekuensinya.

e. Guru menerima tugas-tugas organisasi profesi sebagai suatu bentuk tanggungjawab, inisiatif individual, dan integritas dalam tindakan-tindakan profesional lainnya.

f. Guru tidak melakukan tindakan dan mengeluarkan pendapat yang dapat merendahkan martabat dan eksistensi organisasi profesinya.

g. Guru tidak mengeluarkan pendapat dan bersaksi palsu untuk memperoleh keuntungan pribadi dari organisasi profesinya.

h. Guru tidak menyatakan keluar dari keanggotaan sebagai organisasi profesi tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(7) Guru dengan Pemerintah

a. Guru memiliki komitmen kuat untuk melaksanakan program pembangunan bidang pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam UUD 1945, UU tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang tentang Guru dan Dosen, dan ketentuan perundang-undangan lainnya.

b. Guru membantu program pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan yang berbudaya.

c. Guru berusaha menciptakan, memelihara dan meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

d. Guru tidak menghindari kewajiban yang dibebankan oleh pemerintah atau satuan pendidikan untuk kemajuan pendidikan dan pembelajaran.

e. Guru tidak melakukan tindakan pribadi atau kedinasan yang berakibat pada kerugian negara.

(23)

Pelaksanaan, Pelanggaran, dan Sanksi Pasal 7

(1) Guru dan organisasi profesi guru bertanggungjawab atas pelaksanaan Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Guru dan organisasi guru berkewajiban mensosialisasikan Kode Etik Guru Indonesia kepada rekan sejawat, penyelenggara pendidikan, masyarakat, dan pemerintah.

Pasal 8

(1) Pelanggaran adalah perilaku menyimpang dan atau tidak melaksanakana Kode Etik Guru Indonesia dan ketentuan perundangan yang berlaku yang berkaitan dengan profesi guru.

(2) Guru yang melanggar Kode Etik Guru Indonesia dikenai sanksi sesuai denganketentuan peraturan yang berlaku.

(3) Jenis pelanggaran meliputi pelanggaran ringan, sedang, dan berat. Pasal 9

(1) Pemberian rekomendasi sanksi terhadap guru yang melakukan pelanggaran terhdap Kode Etik Guru Indonesia menjadi wewenang Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

(2) Pemberian sanksi oleh Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus objektif, tidak diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar organisasi profesi serta peraturan perundang-undangan. (3) Rekomendasi Dewan Kehormatan Guru Indonesia sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib dilaksanakan oleh organisasi profesi guru.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan upaya pembinaan kepada guru yang melakukan pelanggaran dan untuk menjaga harkat dan martabat profesi guru.

(5) Siapapun yang mengetahui telah terjadi pelanggaran Kode Etik Guru Indonesia wajib melapor kepada Dewan Kehormatan Guru Indonesia, organisasi profesi guru, atau pejabat yang berwenang.

(6) Setiap pelanggar dapat melakukan pembelaan diri dengan/atau tanpa bantuan organisasi profesi guru dan/atau penasihat hukum sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan dihadapan Dewan Kehormatan Guru Indonesia.

(24)

Pasal 1

Tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia wajib mematuhi Kode Etik Guru Indonesia dan peraturan perundang-undangan.

Bagian Enam Penutup Pasal 11

(1) Setiap guru harus secara sungguh-sungguh menghayati, mengamalkan, serta menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia.

(2) Guru yang belum menjadi anggota organisasi profesi guru harus memilih organisasi profesi guru yang pembentukannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(3) Dewan Kehormatan Guru Indonesia menetapkan sanksi kepada guru yang telah secara nyata melanggar Kode Etik Guru Indonesia.

BAB III PENUTUP 3.1 Simpulan

(25)

diantaranya adalah sebagai demonstrator, pengelola kelas, mediator dan fasilitator, dan guru sebagai evaluator. Dalam hal ini guru harus mampu menciptakan hubungan baik dengan peserta didik baik secara formal maupun informal. Dalam melaksanakan pokok tugas kewajibannya sebagai guru dan sebagai tenaga professional guru memiliki kode etik. Yang merupakan pedoman tingkah laku yang harus dijalankan oleh guru dalam berinteraksi dengan peserta didik, teman sejawat, serta masyarakat sekitar. Kode etik guru adalah merupakan kunci bagi tingkah laku guru agar tidak melakukan tindak penyelewengan, pada prinsipnya kode etik guru adalah bertujuan untuk membantu mensukseskan pekerjaan guru demi kepentingan peserta didik.

3.2 Saran

Guru merupakan suatu profesi yang di mana dalam melakukankan atau menerapkannya perlu memperhatikan beberapa acuan atau dasar untuk menjalankan apa yang ada dalam profesi guru tersebut.

Perlu juga adanya pemahaman dan praktek yang sesuai dengan dasar prosedur tersebut sehingga tidak akan terjadi kesalahan dalam melakukan prosedur sebagai guru.

Daftar Pustaka

https://www.facebook.com/permalink.php?

id=136518356497108&story_fbid=155242647958012, 16 februari 2014, 13:20 am

http://www.sarjanaku.com/2011/01/makalah-profesi-guru.html, 16 februari 2014, 13.40 am

http://www.slideshare.net/guruonline/kode-etik-guru-indonesia-14842172, 16 februari 2014, 14:00 am

http://enewsletterdisdik.blogspot.com/http://enewsletterdisdik.blogspot.com/ Page 1, 16 februari 2014, 14:30 am

http://afiefcb.blogspot.in/2013/01/kode-etik-guru.html, 16 februari 2014, 15:10 am

Uno, Hamzah. Profesi Kependidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008

(26)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Implementing Agency : Directorate General of Human Settlements, Ministry of Public Worksa. To provide Wastewater Treatment Facility;

Setelah dilakukan penelitian terhadap variabel kepuasan pelanggan pada Alpha hotel Pekanbaru dapat diketahui bahwa skor berada pada kategori scukup setuju, artinya kepuasan

Direktur Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur, Kepala Bagian Prodi Keperawatan Rumah Sakit Jiwa Menur Provinsi Jawa Timur atas ijin yang diberikan kepada

Dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ditemukan cukup bukti untuk ketiga variabel yang diuji, yaitu Pemasaran Melalui Media Social , Kesadaran Merek, dan Electronic

Pengujian di daerah persawahan pada desa Klirong, Klaten menunjukkan bahwa turbin ini dapat berputar minimal dengan kecepatan 1,7 m/s dan menghasilkan 0,8 V.. Sehingga

Their refusal to treat guests as anything other than honoured visitors means that they spend time, money and energy developing a hotel where you feel comfortable and at home.. This

Hasil penelitian Farook dkk (2012), menunjukan bahwa proporsi pembiayaan non investasi berpengaruh secara positif terhadap profit distribution management penelitian ini

12 Radiografer pelaksana D.III Radiologi/ Radiodiagnostik dan Radioterapi II/c 1 1 Loka Rehabilitasi BNN Batam. 13 Asisten Apoteker pelaksana D.III Farmasi II/c 1 1