• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Jenis Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Jenis Kemasan dan Suhu Ruang Simpan terhadap Viabilitas Benih Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH JENIS KEMASAN SIMPAN DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SORGUM

(Sorghum bicolor [L.] Moench)

Oleh

IMMAS NURISMA

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Pengembangan sorgum secara luas membutuhkan ketersediaan benih sorgum yang bermutu. Masalah dalam penyediaan benih bermutu yaitu penurunan viabilitas benih setelah masa

(2)

Immas Nurisma Penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai Januari 2014 di

Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini disusun menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 ulangan. Rancangan perlakuan yang diterapkan adalah faktorial (4x3) dengan faktor pertama adalah jenis kemasan dan faktor kedua adalah suhu ruang simpan. Homogenitas ragam antar perlakuan diuji dengan uji Bartlett. Pemisahan nilai tengah dilakukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) perbedaan jenis kemasan mengakibatkan perbedaan viabilitas benih sorgum. Jenis kemasan kaleng

menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan lainnya; (2) perbedaan suhu ruang penyimpanan mengakibatkan perbedaan viabilitas benih sorgum. Suhu ruang simpan kulkas menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu lainnya; (3) Kemasan kaleng yang disimpan pada suhu kulkas (4°C) memiliki kemampuan lebih baik dibanding kemasan lainnya pada suhu kamar (32°C) maupun AC (22°C), dalam mempertahankan viabilitas benih sorgum.

(3)

PENGARUH JENIS KEMASAN DAN SUHU RUANG SIMPAN TERHADAP VIABILITAS BENIH SORGUM

(Sorghum bicolor [L.] Moench) (Skripsi)

Oleh

IMMAS NURISMA

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh kemasan simpan (K)

dan suhu ruang simpan (T) dari variabel yang diamati... 22

2. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap daya berkecambah (DB) benih sorgum... 24

3. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap bobot kering kecambah normal (BKKN) benih sorgum.... 25

4. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap kecepatan tumbuh benih (KCT) benih sorgum... 26

5. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap daya hantar listrik (DHL) benih sorgum... 27

6. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap kadar air (KA) benih sorgum... 28

7. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap potensi tumbuh maksimum (PTM) benih sorgum... 29

8. Pengaruh interaksi kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap indeks vigor (IV) benih sorgum... 30

9. Hasil pengamatan daya berkecambah benih sorgum... 43

10. Analisis ragam peubah daya berkecmabah benih sorgum... 43

11. Hasil pengamatan potensi tumbuh maksimum benih sorgum... 44

(7)

vi

13. Hasil pengamatan indeks vigor (IV) benih sorgum... 45

14. Analisis ragam peubah indeks vigor benih sorgum... 45

15. Hasil pengamatan kecepatan tumbuh benih sorgum... 46

16. Analisis ragam peubah kecepatan tumbuh benih sorgum... 46

17. Hasil pengamatan bobot kering kecambah normal benih sorgum.... 47

18. Analisis ragam bobot kering kecambah normal benih sorgum... 47

19. Hasil pengamatan kadar air benih sorgum ... 48

20. Analisis ragam peubah kadar air benih sorgum... 48

21. Hasil pengamatan daya hantar listrik benih sorgum... 49

22. Analisis ragam peubah daya hantar listrik benih sorgum... 49

23. Deskripsi Varietas Numbu... 50

24. Hasil pengamatan suhu ruang simpan kamar... 51

25. Hasil pengamatan suhu ruang simpan AC... 51

(8)

DAFTAR ISI

3.4 Pelaksanaan Penelitian ……….. 19

3.4.1 Persiapan Benih ... ………. 19

3.4.2 Pengemasan ...………... 19

3.4.3 Penyimpanan ……… 19

(9)

iv Halaman

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN …………..……….. 22

4.1 Hasil Penelitian ...……… 22

4.1.1 Rekapitulasi analisis ragam …………...………… 22

4.1.2 Pengaruh kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas benih sorgum …..………...…… 23

4.2 Pembahasan ……….. 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 38

5.1 Kesimpulan ………... 38

5.2 Saran ………. 39

PUSTAKA ACUAN ....………... 40

(10)

Orang lain bisa, kenapa kita tidak bisa?

Kita harus bisa (Usman Basri)

Ilmu itu bagaikan nur, cahaya. Cahaya tidak bisa datang dan tidak ada

di tempat yang gelap. Karena itu bersihkan hati dan kepalamu, supaya

(11)
(12)
(13)
(14)

Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya tulis ini sebagai ungkapan cinta kasih dan baktiku kepada:

Ayah dan Mami, Bunda ku tercinta yang selalu memberikan motivasi dan dukungan serta doa yang terus dipanjatkan yang tiada ternilai.

Adikku tersayang Innaka Nurisma atas kesetiaan berbagi suka maupun duka.

Serta untuk Almamaterku Tercinta Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

(15)

SANWACANA

Puji syukur Penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku Pembimbing Utama atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua dan selaku Pembimbing Akademik atas kesediaan memberikan bimbingan, saran, nasehat, dan kritik selama penulis menjadi mahasiswa dan penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Eko Pramono, M.S., selaku Penguji Utama atas koreksi dan saran yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

5. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.

(16)

7. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin, M.S., atas saran yang telah diberikan selama penelitian di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman.

8. Keluargaku tercinta, Ayah Drs.Usman Basri, Mami Dra. Iriantje, Bunda Elly, Adikku tersayang Innaka Nurisma, terkasih Andhi Maryno Lazuardhy, S.P., Ummi Haji, Uncu Yanti, Ami Tarmizi, dan Datuk, atas dukungan, doa, perhatian dan kasih sayang yang besar yang telah diberikan kepada penulis. 9. Rekan penelitianku Adila Utamako, S.P., terima kasih telah berjuang bersama

dari awal penelitian sampai wisuda.

10.Sahabat-sahabatku, Mutoharoh, S.P., Insyia Syahila, S.TP., dan Fina Destria Rahmawati, S.P., yang telah membantu penulis selama penelitian berlangsung. 11.Seluruh rekan-rekan laboratorium benih, Dwi, Henny, Aulia, Windi, Desis,

Kia, Lidya, Debby, Dekun, serta teman lainnya atas kebersamaan selama ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, November 2014 Penulis,

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang, Bandar Lampung pada tanggal 16 Agustus 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari Bapak Drs. Usman Basri dan Ibu Dra. Iriantje. Penulis menempuh pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) Persit Kartika Jaya II-6 Bandar Lampung diselesaikan tahun 1998, Sekolah Dasar (SD) Persit Kartika Jaya II-5 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 9 Bandar Lampung diselesaikan tahun 2010.

(18)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia, menyebabkan kebutuhan konsumsi pangan berupa beras juga ikut meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya untuk mencegah terjadinya krisis pangan dengan

mengembangkan jenis tanaman yang mampu mecukupi kebutuhan pangan. Salah satu tanaman yang dijadikan sebagai sumber pangan alternatif adalah tanaman sorgum.

Tanaman sorgum merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dan paling mudah diusahakan. Tanaman sorgum merupakan tanaman serealia yang potensial untuk dijadikan komoditas agroindustri. Tanaman sorgum kaya akan manfaat yang tinggi, yaitu dapat menjadi makanan pengganti beras sebagai sumber pangan, memiliki karbohidrat yang tinggi, serta kaya akan protein dan dapat dikembangkan menjadi bahan baku energi (Hermawan, 2013).

(19)

2 sebagai bahan pangan, pakan ternak, dan bahan industri. Pengembangan sorgum sebagai beras dapat meningkatkan ketahanan pangan sekaligus mengantisipasi kerawanan pangan (Sennang dan Nurfaida, 2012).

Pengembangan sorgum secara luas membutuhkan ketersediaan benih sorgum yang bermutu. Masalah dalam penyediaan benih bermutu yaitu viabilitas benih yang menurun setelah masa penyimpanan. Sampai saat ini usaha-usaha untuk mempertahankan mutu benih sorgum, masih sangat jarang dilakukan, antara lain mengenai penyimpanan benih. Menurut Justice dan Bass (2002), tujuan utama penyimpanan benih tanaman bernilai ekonomis ialah untuk mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya.

Benih yang disimpan dengan baik diharapkan mampu mempertahankan viabilitas tetap tinggi pada akhir masa penyimpanan. Masalah dalam penyimpanan benih adalah penurunan viabilitas benih sejalan dengan waktu. Semakin lama benih disimpan, viabilitas benih akan semakin menurun. Hal ini terjadi pada benih sorgum, mengingat kandungan protein yang tinggi dalam benih sorgum.

Penyimpanan benih adalah usaha pengawetan benih yang berdaya hidup, semenjak pengumpulan hingga di lapangan sampai dengan saat akan digunakan kembali sebagai bahan tanam. Maksud penyimpanan benih adalah agar benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau pada musim yang berlainan dalam tahun yang sama, atau untuk tujuan pelestarian benih dari suatu jenis tanaman. Faktor yang mempengaruhi penyimpanan benih yaitu kemasan simpan dan suhu ruang simpan. Jenis kemasan yang berbeda akan memberikan

(20)

3

Penggunaan kemasan sangat berperan dalam usaha mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan (Copeland dan McDonald, 2001). Justice dan Bass (2002), mengemukakan bahwa penggunaan wadah dan cara simpan benih sangat

tergantung pada jenis, jumlah benih, teknik pengepakan, lama penyimpanan, suhu ruang simpan dan kelembaban ruang simpan. Untuk penyimpanan benih,

efektivitas suatu kemasan ditentukan oleh kemampuannya mempertahankan kadar air benih dan viabilitas benih selama penyimpanan. Untuk itu perlu pencegahan

peningkatan kadar air selama penyimpanan, yaitu dengan teknik penyimpanan dengan bahan kemasan yang baik dan suhu yang optimum.

Untuk memperoleh benih yang berkualitas, selain jenis kemasan simpan, faktor suhu ruang simpan pada saat penyimpanan juga merupakan faktor yang penting.

(21)

4 Penelitian ini dilakukan untuk menjawab masalah yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh jenis kemasan simpan terhadap viabilitas benih sorgum?

2. Apakah terdapat pengaruh suhu ruang simpan terhadap viabilitas benih sorgum?

3. Apakah terdapat kombinasi antara jenis kemasan simpan dan suhu ruang simpan terhadap viabilitas benih sorgum?

1.2Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian dirumuskan sebagai berikut :

1. Mengetahui pengaruh jenis kemasan simpan terhadap viabilitas benih sorgum.

2. Mengetahui pengaruh suhu ruang penyimpanan terhadap viabilitas benih sorgum.

3. Mengetahui pengaruh kombinasi antara jenis kemasan simpan dan suhu ruang penyimpanan terhadap viabilitas benih sorgum.

1.3 Kerangka Pemikiran

(22)

5 viabilitas awal tinggi akan memiliki daya simpan lebih baik dibandingkan dengan benih yang mempunyai viabilitas awal rendah (Widajati et.al., 2013).

Salah satu proses produksi benih yaitu penyimpanan untuk mempertahankan mutu benih sampai benih siap tanam. Teknik penyimpanan yang baik dapat

mempertahankan mutu benih dalam jangka panjang. Teknik penyimpanan yang baik dapat memperlambat kemunduran benih. Sutopo (2010) mengemukakan adapun tujuan penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan sepanjang mungkin, sehingga benih dapat ditanam pada musim yang sama dilain tahun atau musim yang berlainan pada tahun yang sama.

Selama penyimpanan benih dipengaruhi oleh faktor internal dari benih itu sendiri, seperti sifat genetiknya dan juga kadar air, karena dalam satu lot benih yang berasal dari satu varietas memiliki perbedaan umur benih. Sedangkan faktor eksternal yang memengaruhi daya simpan benih, yaitu suhu ruang simpan dan kemasan simpan (Widajati et.al., 2013).

(23)

6 Selain jenis kemasan, suhu juga berpengaruh dalam penyimpanan benih.

Berdasarkan hukum Harrington, suhu ruang penyimpanan benih sangat

berpengaruh dalam laju deteriorasi atau kemunduran benih. Semakin rendah suhu ruang penyimpanan, semakin lambat laju deteriorasi sehingga benih lebih lama disimpan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang penyimpanan, maka semakin cepat laju deteriorasi, sehingga lama penyimpanan benih lebih pendek (Widajati et.al., 2013). Hal tersebut disebabkan suhu ruangan dapat memacu laju respirasi

yang menyebabkan laju respirasi meningkat. Selain itu terjadi pula proses perombakan cadangan makanan sehingga menyebabkan benih mengalami kekurangan zat makanan yang dibutuhkan untuk perkecambahan benih (Kuswanto, 2003).

Peningkatan kadar air, akan memacu laju respirasi benih dan hal ini akan meningkatkan proses perombakan cadangan makanan (proses katabolisme). Adapun hasil perombakan tersebut adalah tenaga yang berupa panas. Karena benih merupakan perambat panas yang rendah, maka panas ini akan

diakumulasikan sel hingga menyebabkan peningkatan suhu. Peningkatan suhu akan memacu laju respirasi menjadi lebih cepat yang akhirnya akan berdampak pada kualitas benih (Kuswanto, 2003).

(24)

7 juga melaporkan bahwa penyimpanan benih caisim pada suhu ruang simpan AC dan kulkas dapat menjaga kadar air benih karena kadar air berkisar pada 5-6%.

Penyimpanan benih pada ruang terbuka akan mengakibatkan benih cepat mengalami kemunduran atau daya simpannya menjadi singkat akibat fluktuasi suhu dan kelembaban. Hal ini karena ruang simpan terbuka berhubungan

langsung dengan lingkungan. Oleh karena itu, benih yang disimpan dalam ruang terbuka perlu dikemas dengan bahan kemasan yang tepat agar viabilitas dan vigor benih dapat dipertahankan. Agar dapat mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan harus dilakukan pengaturan suhu ruang simpan dan juga pemilihan jenis kemasan benih secara tepat.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:

1. Perbedaan jenis kemasan akan menyebabkan perbedaan viabilitas benih sorgum.

2. Perbedaan suhu ruang penyimpanan akan menyebabkan perbedaan viabilitas benih sorgum.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sorgum

Menurut Suprapto dan Mudjisihono (1987), sorgum (Sorgum bicolor (L.) Moench) merupakan tanaman yang termasuk di dalam famili Graminae bersama dengan padi, jagung, tebu, gandum, dan lain-lain. Hermawan (2013)

mengemukakan tanaman sorgum dapat berproduksi walaupun dibudidayakan di lahan kurang subur, air yang terbatas dan masukan yang rendah. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0 - 800 m di atas permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada suhu optimum berkisar antara 23° - 30°C dengan kelembaban relatif 20 - 40%, curah hujan 375 – 425 mm/th, dan pH tanah yang baik untuk pertumbuhannya adalah 5,0 - 7,5.

(26)

9

Gambar 1. Tanaman sorgum

Menurut Suprapto dan Mudjisihono (1987), berikut data botani tanaman sorgum: Sorghum atau Sorghum bicolor (L.), termasuk dalam:

Kelas : Monocotyledon Keluarga : Gramineae Suku : Sorghum

(27)

10 Pada biji sorgum terdapat lapisan testa dan aleuron yang melapisi antara kulit biji dan daging biji. Bagian kulit biji dilapisi lapisan testa, dan bagian daging biji dilapisi lapisan aleuron, daging biji mengikat erat jaringan kulit biji dengan lapisan semen. Kulit luar 8%, lembaga 10%, dan daging biji 82% merupakan komposisi bagian biji sorgum (Hermawan, 2013).

Gambar 2. Biji sorgum

(28)

11

Gambar 3. Malai sorgum

Sebagian besar karbohidrat yang terdapat di dalam biji sorgum adalah pati. Endosperma dari tipe sorgum biasa mengandung 23 - 30% amilosa, sedangkan varietas waxy mengandung amilosa kurang dari 5%. Tepung sorgum mempunyai suhu gelatinisasi 68° - 78°C, sedangkan tepung jagung tergelatinisasi pada suhu 62° - 68°C. Hal ini menyatakan bahwa tepung sorgum merupakan bahan baku yang serbaguna karena tidak mudah menggumpal (tergelat inisasi) pada saat mengalami pemanasan (Suprapto dan Mudjisihono, 1987).

(29)

12 3,94%; karbohidrat 84,58%. Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah sebagai nasi cukup enak (Hermawan, 2013).

Penyimpanan biji sorgum dilakukan segera diwadahi dalam karung, tiap karung sebaiknya berkapasitas 25-50 kg, kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan yang kering dan berventilasi baik. Penyimpanan sederhana ditingkat petani adalah dengan cara menggantungkan malai sorgum di atas perapian dapur. Cara ini berfungsi ganda, yaitu melanjutkan proses pengeringan dan asap api berfungsi sebagai pengendalian hama selama penyimpanan. Namun jumlah biji yang disimpan dengan cara ini sangat terbatas (Hermawan, 2013).

Penyimpanan perlu dilakukan untuk mempertahankan mutu benih dan menekan laju kemunduran benih. Tujuan utama penyimpanan benih tanaman ialah untuk menunda perkecambahan atau mengawetkan cadangan bahan tanam dari satu musim ke musim berikutnya (Justice dan Bass, 2002).

Perkecambahan benih sorgum di laboratorium sebesar 90%, dapat memberikan kemungkinan 50% daya kecambah di lapangan. Akar yang keluar pada

perkecambahan kemudian digantikan oleh akar-akar samping yang muncul dari buku terbawah pada batang, kecambah muncul dari dalam tanah kira-kira 7 hari (Hermawan, 2013).

2.2 Viabilitas Benih

(30)

13 menunjukkan bahwa benih hidup. Penilaian viabilitas benih dapat dilakukan melalui: (1) pendekatan secara fisiologis yaitu penilaian terhadap fenomena pertumbuhan, (2) pendekatan biokimiawi yaitu penilaian terhadap aktivitas metabolisme benih misalnya, kemampuan enzim-enzim untuk mengkatalisir reaksi metabolisme perkecambahan, respirasi, sintesis ATP, dan sebagainya, dan (3) pendekatan fisiologis dideteksi melalui kondisi kromosom, membran sel, mitokondria, dan sebagainya, (4) pendekatan matematis merupakan suatu konsep dimana hasil pengamatan dari suatu tolak ukur viabilitas benih dijabarkan ke dalam suatu rumusan matematika yang dapat digunakan untuk menduga viabilitas secara cepat (Widajati et.al., 2008).

Viabilitas benih adalah daya hidup benih. Bila kita menanam benih dengan memberikan semua faktor yang dibutuhkan untuk berkecambah, tetapi benih itu tidak berkecambah, mungkin disebabkan benih dorman atau benih kehilangan viabilitasnya. Dalam proses produksi benih, viabilitas benih diupayakan mulai dari lapang produksi hingga di pemasaran. Benih diperlakukan berbeda dengan biji karena benih harus dipertahankan viabilitasnya jangan sampai menurun. Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih pada saat benih diproduksi di lapang ialah: (1) mutu sumber benihnya, (2) ketersediaan air, (3) ketersediaan hara, (4) lahan produksi benih bersih dari OPT, (5) suhu yang optimum di lapang, serta, (6) cahaya yang cukup. Faktor lingkungan yang mendukung akan

(31)

14 Sutopo (2010) mengemukakan bahwa penyimpanan merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam rangkaian kegiatan teknologi benih. Tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan yang sepanjang mungkin. Menurut Copeland and McDonald (2001), faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor dari dalam (sifat genetik, daya berkecambah dan vigor), dan faktor dari luar (kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang penyimpanan).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih dalam penyimpanan, salah satunya yaitu suhu dan kelembaban. Suhu dan kelembaban adalah faktor utama pada penyimpanan benih. Suhu ruang simpan berperan dalam mempertahankan viabilitas benih selama penyimpanan, yang dipengaruhi oleh kadar air benih, suhu dan kelembaban nisbi ruangan (Widajati et.al., 2013). Menurut Sutopo (2010) bahwa suhu yang terlalu tinggi pada saat penyimpanan dapat membahayakan dan mengakibatkan kerusakan benih. Karena akan memperbesar terjadinya

penguapan zat cair dalam benih, hingga benih akan kehilangan daya imbibisi dan kemampuan untuk berkecambah.

Berdasarkan hukum Harrington, suhu ruang penyimpanan benih sangat

berpengaruh terhadap laju deteriorasi. Semakin rendah suhu ruang penyimpanan semakin lambat laju deteriorasi sehingga benih dapat lebih lama disimpan. Sebaliknya, semakin tinggi suhu ruang penyimpanan semakin cepat laju

(32)

15 viabilitas benih. Benih bersifat higroskopis (mudah menyerap air) dan selalu berusaha mencapai kondisi keseimbangan dengan lingkungannya. Sehingga apabila ruangan tempat penyimpanan benih mempunyai kadar air yang lebih tinggi dari pada kadar air benih, maka benih akan menyerap air dari udara sehingga kadar air benih juga meningkat (Copeland dan McDonald, 2001). Sedangkan menurut Kuswanto (2003), kadar air benih sangat dipengaruhi oleh kondisi kelembaban ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih yang higroskopis, padahal kadar air benih sangat mempengaruhi laju deteriorasi benih.

Kadar air yang tinggi dalam benih dengan kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan penguapan air dari dalam benih dan mempertinggi kelembaban udara di sekitar benih. Sebaliknya bila kandungan air dalam benih rendah sedangkan kelembaban udara di sekitar benih tinggi akan mengakibatkan terjadinya penyerapan air oleh benih dan penurunan kelembaban udara sekitar benih sampai tercapai tekanan yang seimbang (Sutopo, 2010). Copeland dan McDonald (2001) mengemukakan bahwa kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (irreversible) akibat perubahan fisiologis dan biokimia yang berakibat

menurunnya viabilitas benih.

2.3 Kemasan Simpan

(33)

16 perubahan kadar air selama dalam penyimpanan sebelum akhirnya mencapai keseimbangan. Oleh karena itu, haruslah dipilih bahan pengemas yang cocok dengan kebutuhan. Tidak semua benih yang disimpan perlu dikemas dengan bahan pengemas yang kedap air, namun tergantung dari tujuan pengemas dan penyimpanan benih, karena bahan pengemas yang kedap air lebih mahal dan ini akan mempengaruhi harga jual benih (Widajati et.al., 2013).

Tujuan utama pengemas benih yaitu melindungi benih dari kerusakan fisik maupun fisiologis. Pemilihannya didasari pertimbangan tujuan penyimpanan, jumlah benih yang disimpan dan kondisi ruang simpan maupun lamanya benih berada dalam penyimpanan. Kuswanto (2003) menyatakan bahwa perlu diperhatikan juga faktor kesesuaian kemasan simpan dengan tipe benih, biaya, pengaruh kelembaban terhadap benih serta kadar air pada saat disimpan.

Prinsip dasar pengemasan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas dan vigor benih, dan salah satu tolok ukurnya adalah kadar air benih. Menurut Barton dalam Justice dan Bass (2002), kadar air merupakan faktor yang paling

mempengaruhi kemunduran benih. Lebih lanjut dikatakan bahwa kemunduran benih meningkat sejalan dengan meningkatnya kadar air benih.

(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung dari bulan Oktober 2013 sampai bulan Januari 2014.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih sorgum varietas Numbu (dipanen pada tanggal 14 September 2013 dari Kebun Percobaan Natar), kertas merang (substrat pengecambahan).

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari kemasan simpan (plastik yang berukuran ½ kg transparan kedap udara, toples plastik transparan, kantong kain terigu, dan kaleng), label, karet, sprayer, pinset, germinator, conductivity meter, kulkas, timbangan digital, moisture tester, oven, gunting, dan alat tulis.

3.3 Metode Penelitian

(35)

18 kaleng (K4). Faktor kedua adalah kondisi ruang simpan (T) yaitu kondisi simpan kamar (32°C) (T1), kondisi simpan AC (22°C) (T2), kondisi simpan kulkas (4°C) (T3).

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dan masing-masing perlakuan terdiri dari 4 ulangan, sehingga diperoleh 48 satuan percobaan. Tiap satuan percobaan berisi 100 gr benih sorgum.

Susunan perlakuan yang diterapkan pada penelitian ini adalah : 1) K1T1 : Kemasan Toples Plastik + Kondisi Simpan Kamar

(36)

19 3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan Benih

Benih sorgum didapat dari Kebun Percobaan Natar yang sebelumnya telah diberi perlakuan bahan organik. Benih diambil dari lot benih yang sama. Lalu diukur kadar air awal benih sebelum pengeringan yaitu rata-rata sebesar 20,2%. Benih yang didapat dikeringkan dengan cara penjemuran di bawah sinar matahari selama 36 jam, lalu dirontokkan, kemudian diukur kembali kadar air benih tersebut yaitu rata-rata sebesar 12,9% .

3.4.2 Pengemasan

Benih yang telah didapat, dikemas dalam 4 jenis kemasan simpan, yaitu toples plastik, kain terigu, plastik, dan kaleng. Setiap kemasan berisi 100 gr benih sorgum.

3.4.3 Penyimpanan

Penyimpanan benih sorgum yang telah dikemas, disimpan di ruang penyimpanan yang berbeda yaitu suhu ruang simpan kamar, suhu ruang simpan AC, dan suhu ruang simpan kulkas. Penyimpanan benih dilakukan selama 4 bulan.

3.5 Pengamatan

Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali, variabel yang diamati adalah sebagai berikut :

1. Persentase Daya Berkecambah (DB)

(37)

20 tiap kemasan dan ruang simpan untuk diuji daya berkecambahnya dan diamati pada hari ke-4 dan ke-10 (ISTA, 2010). Pengujian daya berkecambah diukur dengan menggunakan Uji Kertas Digulung didirikan dalam Plastik (UKDdP). Pengecambahan benih dilakukan pada alat pengecambahan (germinator) tipe IPB 73-2A/B. Kertas merang dilembabkan sebanyak 2 lembar untuk lapisan atas dan 2 lembar untuk lapisan bawah. Dua lembar kertas merang yang sudah lembab lapisan bawah ditanami benih sebanyak 50 butir, lalu ditutup dua lembar kertas merang yang dilembabkan. Gulung kertas merang menggunakan selembar plastik, lalu diberi label sesuai dengan perlakuannya dan diletakkan dalam keadaan berdiri di dalam alat pengecambah benih.

Persentase daya berkecambah dihitung dengan menggunakan rumus :

2. Kecepatan Tumbuh Benih (KCT)

Kecepatan tumbuh harian adalah persentase kecambah yang tumbuh normal setiap hari (%/hari). Kecepatan tumbuh dihitung dengan rumus berikut :

3. Bobot Kering Kecambah Normal (BKKN)

BKKN = Σ kecambah normal pada hari ke- 10 dihitung dengan cara menimbang

(38)

21 4. Daya Hantar Listrik (DHL)

Uji DHL dilakukan dengan mengukur elektrolit yang bocor dari jaringan pada benih yang terlarut ke dalam air rendaman benih sebanyak 15 ml air aquadest selama 24 jam dengan menggunakan alat conductivity meter dengan benih sebanyak 5 g dan setiap perlakuan diuji dengan 3 ulangan. Perbedaan nilai daya hantar listrik antar ulangan memiliki 5 µS.cm-1 g-1 lebih tinggi atau rendah, maka pengukuran harus diulangi (Widajati et.a.l, 2013). Perhitungan daya hantar listrik per gram benih menggunakan rumus sebagai berikut :

Daya Hantar Listrik (µS.cm-1 g-1)

5. Potensi Tumbuh Maksimum (PTM)

Potensi tumbuh maksimum adalah persentase semua benih yang hidup atau menunjukkan gejala hidup, baik menghasilkan kecambah normal maupun abnormal.

6. Kadar Air

Kadar air benih diukur secara tidak langsung yaitu dengan menggunakan moisture meter. Pengukuran menggunakan benih sebanyak 20 butir benih sorgum. Pada

moisture meter akan langsung menunjukkan persen kadar air pada benih tersebut.

7. Indeks Vigor

Indeks vigor atau first count merupakan salah satu tolok ukur viabilitas benih yang berdasarkan pada ISTA.

(39)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perbedaan jenis kemasan mengakibatkan perbedaan viabilitas benih sorgum.

Jenis kemasan kaleng menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan kain terigu, plastik, dan toples plastik. Hal ini ditunjukkan pada variabel pengamatan DB, BKKN, KCT, DHL, KA, PTM, dan IV. 2. Perbedaan suhu ruang penyimpanan mengakibatkan perbedaan viabilitas

benih sorgum. Suhu ruang simpan kulkas menghasilkan viabilitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan suhu kamar dan AC. Hal ini ditunjukkan pada variabel pengamatan DB, BKKN, KCT, DHL, KA, PTM, dan IV.

3. Kemasan kaleng yang disimpan pada suhu kulkas (4°C) memiliki

(40)

39 5.2 Saran

(41)

PUSTAKA ACUAN

Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2013. Pengembangan Sentra Produksi Sorgum. Direktorat Jendral Produksi Tanaman Pangan.

Copeland, L.O. and M.B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science and Technology Fourth Edition. Kluwer Academic Publishers

Hermawan, R. 2013. Usaha Budidaya Sorgum Si Jago Lahan Kekeringan. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.

Idaryani, Suriany, dan A. Wahab. 2012. Pengaruh jenis kemasan dan periode simpan terhadap viabilitas benih beberapa varietas padi. Jurnal Agrisistem 8 (2): 87-97.

Indartono. 2011. Pengkajian suhu ruang penyimpanan dan teknik pengemasan terhadap kualitas benih kedelai. Jurnal Gema Teknologi 16 (3): 158-163.

ISTA, 2010. International Rules for Seed Testing. ISTA. Switzerland.

Justice and Bass. 2002. Prinsip dan Praktek Penyimpanan Benih (Terjemahan R. Roesli). Raja Grafindo Persada. Jakarta. 446 hlm.

Kuswanto, H. 2003. Teknologi Pemrosesan, Pengemasan, dan Penyimpanan Benih. Kanisius. Yogyakarta.

Mudjisihono,R. dan H.S. Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Penebar Swadaya. Jakarta

Purwanti, S. 2004. Kajian suhu ruang simpan terhadap kualitas benih kedelai hitam dan kedelai kuning. Jurnal Ilmu Pertanian 11 (1): 22-31.

(42)

41 Risasmoko, A. 2006. Pengaruh Kadar Air Awal, Wadah, dan Periode Simpan

terhadap Viabilitas Benih Suren. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Robi’in. 2007. Perbedaan bahan kemasan dan periode simpan dan pengaruhnya terhadap kadar air benih jagung dalam ruang simpan terbuka. Buletin Teknik Pertanian 12 (1): 7-9

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia Widiasarana. Jakarta.

Sennang, N. R. dan Nurfaida. 2012. Budidaya Sorghum. Masagena Press. Makassar.

Sutopo, L. 2010. Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Tatipata, A. 2008. Pengaruh kadar air awal, kemasan, dan lama simpan terhadap protein membran dalam mitokondria benih kedelai. Buletin Agronomi 36 (1): 8-16.

Widajati, E., E.R. Palupi, E. Murniati, T.K. Suharsi, A. Qadir, dan M.R.

Suhartanto. 2008. Diktat Kuliah dan Penuntun Praktikum Dasar Ilmu dan Teknologi Benih. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. 131 hlm.

Gambar

Gambar 1. Tanaman sorgum
Gambar 2. Biji sorgum
Gambar 3.  Malai sorgum

Referensi

Dokumen terkait

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh langsung dari obyek penelitian melalui wawancara, pengisian daftar pertanyaan (kuesioner)

Diduga terdapat sensitifitas yang berbeda pada setiap wanita sehingga perubahan hormon yang terjadi pada saat kehamilan dan pasca  persalinan menyebabkan terjadinya

Gambar 5 menujukkan bahwa pada kecepatan putaran 15000 rpm dan gerak makan 0,005 mm/rev, menggunakan diameter pahat 2 mm menghasilkan nilai kekasaran permukaan

Infokom | Pedoman Sistem Informasi Akademik Bagi Mahasiswa 13 Apabila Anda ingin mencetak tinggal klik pada menu Cetak dan tinggal print seperti pada Gambar 9..

Berdasarkan hasil penilaian kinerja keterampilan pemecahan masalah, hasil tes keterampilan pemecahan masalah dan hasil tes belajar yang ditunjukkan siklus I ada

Pengukuran aktivitas penangkapan radikal bebas dilakukan dengan menggunakan metode DPPH terhadap ekstrak etanol daun dan kulit batang G.. mangostana L., DPPH (1,1

Setelah diberi penjelasan sebelumnya, guru mengulang lagi pertanyaan : “bagaimana pipa yang semakin sempit dapat menaikkan air semakin tinggi?” Siswa menjawab,

penelitian ini, reduksi data yang dilakukan peneliti adalah mencari dan menentukan data yang sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu unsur-unsur yang terdapat dalam