• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Studi Pada Pengguna Smartphone Xiaomi di Yogyakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN (Studi Pada Pengguna Smartphone Xiaomi di Yogyakarta)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

THE INFLUENCE ANALYSIS DIMENSIONS OF BRAND EQUITY ON CONSUMER BUYING INTENTION

(A Study on Xiaomi Smartphone Users in Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

NOVIAN SURYO UTOMO 20120410349

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

THE INFLUENCE ANALYSIS DIMENSIONS OF BRAND EQUITY ON CONSUMER BUYING INTENTION

(A Study on Xiaomi Smartphone Users in Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

NOVIAN SURYO UTOMO 20120410349

FAKULTAS EKONOMI

(3)
(4)

iii

Jihadnya Itu Adalah Untuk Dirinya Sendiri

”.

(QS Al-ankabut 29:6)

Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, jika suatu

kaum tidak mau merubahnya”

.

(Qs Ar Ra’du : 11)

“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai

dengan kesanggupannya”.

(Qs Ar Ra’du :

11)

“Kita berdoa kalau kesusahan dan

membutuhkan sesuatu,

mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan

saat rezeki melimpah

.”

(Kahlil Gibran)

“Banyak cara bersyukur yang dapat dilakukan, beribadah

secara istiqomah merupakan bentuk syukur kita kepada

allah.”

(Gus Sholah)

Perbuatan-perbuatan

salah adalah biasa bagi manusia,

tetapi perbuatan

pura-pura

itulah sebenarnya yang

menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan.”

(Johan Wolfgang Goethe)

(5)

iv

henti serta memberikanku kekuatan dan membekaliku dengan ilmu

yang luas, atas kehendak-Nya lah skripsi ini dapat terselesaikan.

Dengan segala rasa hormat, skripsi sederhana ini kupersembahkan

untuk:

1.

Bunda dan bapak selaku orang tua saya yang selalu

memberikan

do’a,

dorongan keyakinan dan juga dukungan

semangat yang tiada henti sehingga penyusunan skripsi ini

mampu diselesaikan dengan baik.

2.

Keluarga besar yang senantiasa memberikan do’a demi

kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

3.

Dosen-dosen ku tercinta dan juga dosen pembimbing yang

tiada lelah selalu memberikan arahan, masukan, dan

bimbingan kepadaku selama proses penyelesaian skripsi ini.

4.

Teman-teman di Yogyakarta yang sudah saya anggap seperti

saudara sendiri dari semester awal sampai akhir Billy Andrian,

Ana Mentaldi, Nurohman (Ozil), Andriyawandi serta

teman-teman manajemen angkatan 2012 maupun teman-teman-teman-teman dari

fakultas lainnya, terimakasih sudah mau menjadi teman yang

baik untuk saya dan terimakasih juga atas dukungan serta

motivasinya.

5.

Seluruh teman-teman lainnya, yang tidak bisa saya sebutkan

(6)

v

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN MOTTO... ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN... ... vii

INTISARI ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penellitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 10

1. Ekuitas Merek ... 10

2. Kesadaran Merek. ... 12

3. Asosiasi Merek ... 14

4. Persepsi Kualitas ... 16

5. Loyalitas Merek ... 17

6. Minat Beli ... 19

B. Penelitian Terdahulu ... 20

C. Hipotesis ... 23

(7)

vi

D. Teknik Pengumpulan Data ... 31

E. Defenisi Operasional dan Variabel Penelitian ... 32

F. Uji Kualitas Instrumen ... 35

1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas... 36

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 37

1. Analisis Regresi Linear Berganda ... 37

2. Goodness of Fit ... 38

3. Uji Parsial (Uji t) ... 38

4. Koefisiensi Determinasi (R2) ... 39

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 40

B. Hasil Pengumpulan Data dan Profil Responden ... 44

C. Hasil Uji Kualitas Instrumen ... 44

1. Uji Validitas ... 46

2. Uji Reliabilitas... 49

D. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 50

E. Pembahasan ... 53

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

C. Keterbatasan Penelitian ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60

(8)

vii

Tabel 1.1 Daftar Top Penjualan Smartphone Terbaik 2015 ... 5

Tabel 3.1 Instrumen Skala Likert ... 32

Tabel 3.2 Definisi Operasional ... 34

Tabel 4.1 Deskripsi Responden ... 45

Tabel 4.2 Uji Validitas ... 47

Tabel 4.3 Uji Reliabilitas ... 49

(9)

viii

(10)
(11)
(12)

consumer buying intention at Xiaomi smartphone users.

The population in this study were Xiaomi smartphone in Yogyakarta. By using purposive sampling method, the number of sample in this study were 96 respondents in Surabaya. The technique of data analysis was multiple linear regression.

It showed that brand awareness, brand association and brand loyalty have significant and positive effect on Consumer Buying Intention Xiaomi smartphone. Partially, brand awareness affected the consumer buying intention at Xiaomi smartphone in Yogyakarta., brand association affected the consumer buying intention Xiaomi smartphone in Yogyakarta, perceived quality affected the consumer buying intention Xiaomi smartphone in Yogyakarta and brand loyalty affected the consumer buying intention at Xiaomi smartphone in Yogyakarta.

(13)

1 A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan dunia di era globalisasi saat ini, kebutuhan

akan komunikasi menjadi hal yang sangat penting bagi setiap kalangan

masyarakat terutama para kaum remaja. Kini handphone tidak hanya

dipergunakan untuk membuat panggilan dan membuat Short Message

Services (SMS) saja, tetapi juga menjadi gaya hidup masyarakat

kebanyakan pada saat ini. Masyarakat seakan tidak bisa lepas dari

handphone dan menggunakannya secara terus menerus dalam aktifitas

kesehariannya. Karena saat ini, handphone dengan fitur dan spesifikasi

yang bagus dan canggih dapat membuat masyarakat merasa bangga jika

menggunakannya (Saraswati, 2015).

Kebutuhan tersebut berdampak pada meningkatnya jumlah

permintaan serta berbagai jenis alat komunikasi yang mengakibatkan

semakin banyaknya persaingan dalam dunia bisnis di bidang

telekomunikasi. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya produsen

produk-produk alat komunikasi ponsel pintar atau yang dinamakan

smartphone, yang menawarkan berbagai jenis produk baru dengan inovasi

(14)

produk-produk yang dihasilkan bertujuan memberikan kemudahan bagi para

penggunanya dalam melakukan komunikasi (Akbar, 2013).

Semakin meningkatnya pengguna smartphone membuat

perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam bidang telekomunikasi

bersaing untuk menarik perhatian konsumen untuk membeli produk

mereka dan untuk menjadi penguasa pasar tidak sedikit vendor yang

mengeluarkan banyak berbagai jenis smartphone dalam 1 tahunnya,

sehingga membuat konsumen memiliki banyak pilihan sesuai dengan

kebutuhannya (Saraswati, 2015).

Xiaomi, merupakan salah satu vendor smartphone buatan produsen

China yang sedang naik daun. Xiaomi berdiri pada tahun 2010 namun baru

masuk dipasaran smartphone Indonesia pada tahun 2014. Persaingan pasar

smartphone di tanah air semakin ramai dengan bersinarnya nama vendor

baru Xiaomi yang jajaran produknya mengguncang pasaran. Ponsel

Xiaomi yang beredar di pasaran cukup spesial dengan desain yang

menarik serta spesifikasi yang bagus namun dengan harga yang

terjangkau.

Harga yang murah menjadi ciri khas dari ponsel buatan Xiaomi,

perusahaan teknologi tersebut memang menjadikan pasar low entry sampai

mid entry sebagai target pemasarannya dan strategi tersebut sangat

berhasil mengantarkan Xiaomi sebagai salah satu vendor yang

diperhitungkan di dunia. Handphone dengan ukuran dimensi 137 x 69 mm

(15)

standar dalam kelas smartphone Android. Spesifikasi produk xiaomi yang

pertama yaitu Redmi 1s menjadikan Xiaomi ini masuk dalam kelas

premium, desain yang stylish dan elegan ini menjadikan smartphone

tersebut menjadi terlihat berkelas. Smartphone kelas premium ini hanya

dibandrol dengan harga 1,5 juta, harga ini terbilang murah jika

dibandingkan dengan smartphone yang setipe dengannya dan ini yang

membuat Xiaomi cepat melejit namanya dibandingkan dengan

vendor-vendor pendatang baru di Indonesia lainnya (Saraswati, 2015). Ada

beberapa strategi yang dilakukan Xiaomi untuk tetap bertahan di pasar

smartphone Android yaitu dengan:

1. Mengurangi Biaya Marketing

Xiaomi tidak membuat iklan di banyak tempat seperti yang

biasa dilakukan para pesaingnya. Mereka justru lebih memilih

untuk menjual produk mereka lewat layanan E-Commerce yang

lebih praktis dan tanpa biaya. Selain itu, mereka juga

menumbuhkan kesadaran konsumen tentang produk-produk

mereka di jejaring sosial. Hal ini terbukti sukses, karena

potensi pembeli Xiaomi memang para tech-savvy (penggila

teknologi) (Xiaomi indonesia, 2016).

2. Membuat Produk Dengan Jumlah Terbatas

Xiaomi tidak pernah membuat produk dengan jumlah yang

terlalu banyak. Karena itulah setiap mereka meluncurkan

(16)

menunggu beberapa hari untuk kemudian mendapatkan produk

Xiaomi yang kita inginkan. Strategi ini terbukti sukses

mengurangi kerugian akibat adanya produk yang tidak terjual.

Selain itu, hal ini juga menumbuhkan stigma kalau produk

Xiaomi adalah barang langka yang begitu berharga dan

konsumen pun malah semakin penasaran untuk bisa

mendapatkannya (Xiaomi indonesia, 2016).

3. Menambah Pemasukan

Xiaomi tidak hanya menjual smartphone untuk menambah

pemasukannya, namun mereka pun juga mengembangkan

bisnis penjualan aplikasi khusus untuk smartphone mereka dan

merchandise resmi di toko online mereka (Xiaomi indonesia,

2016).

International Data Corporation (IDC) Worldwide memberikan

laporan bahwa pada tahun 2015 Xiaomi masuk dalam 5 besar penjualan

smartphone terbaik. Menurut IDC Worldwide, Quarterly Mobile Phone

Tracker, vendor mengirimkan total dari 1.432.900.000 unit selama tahun

2015, mengakibatkan pertumbuhan 10,1% jika dibandingkan dengan

1.301.700.000 unit yang telah dikapalkan tahun 2014. Berikut adalah

(17)

Tabel 1.1 Daftar Top 5 Penjualan Smartphone Terbaik 2015

No

Top Five Smartphone Vendors, Shipments, Market Share and Year-Over-Year

Growth, Calendar Year 2015 Preliminary Data (Units in Millions)

Vendor

2015

Shipment

Volumes

2015

Market

Share

2014

Shipment

Volumes

2014

Market

Share

Year-Over-Year

Growth

1 Samsung 324.8 22.7% 318.2 24.4% 2.1%

2 Apple 231.5 16.2% 192.7 14.8% 20.2%

3 Huawei 106.6 7.4% 73.8 5.7% 44.3%

4 Lenovo 74.0 5.2% 59.4 4.6% 24.5%

5 Xiaomi 70.8 4.9% 57.7 4.4% 22.8%

Others 625.2 43.6% 599.9 46.1% 4.2%

Total 1,432.9 100.0% 1,301.7 100.0% 10.1%

Sumber: The Future IDC Analyze market share smartphone 2016.

Perjuangan Xiaomi ke tangga kesuksesan tidaklah mudah di

tahun-tahun pertama. Dua tahun-tahun sejak pendiriannya, perusahaan Tiongkok

tersebut berhasil memasarkan 5,7 juta smartphone. Kemudian mereka

tidak berpuas diri dan terus menggenjot penjualan hingga mencapai 18,7

juta di tahun 2013. Tidak berhenti di situ, ada 57,7 juta smartphone baru

yang berhasil terjual di tahun 2014, lalu 70,8 juta di tahun 2015. Market

share xiaomi pada tahun 2015 sebesar 4,9%, hal ini menunjukkan bahwa

terdapat peningkatan market share sebesar 22,8% jika dibandingkan

(18)

membuatnya berhak masuk kejajaran lima pabrikan smartphone terbesar

di dunia (The Future IDC Analyze, Market share smartphone, 2016).

Berdasarkan tabel dan penjelasan diatas menunjukan bahwa

penjualan smartphone Xiaomi mengalami peningkatan karena minat beli

konsumen produk smartphone Xiaomi dari tahun ke tahun semakin

meningkat. Sehingga sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa "Brand

equity con affect customer's confidence in the purchase decision” (Aaker,

1991). Kesadaran merek mempengaruhi rasa percaya diri pelanggan

dengan mengurangi tingkat resiko yang dirasakan atas suatu merek yang

diputuskan untuk dibeli. Semakin kecil tingkat perceived risk suatu merek,

maka semakin besar keyakinan pelanggan terhadap suatu merek tersebut.

Kesadaran kualitas menunjukkan keunikan tertentu suatu merek

dibandingkan dengan merek produk pesaing. Dengan keunikan inilah

pelanggan memilliki alasan pembelian (reason to buy) dan membuatnya

yakin serta percaya diri. (Aaker, 1991 dalam Chalim Ainun, 2011)

menyatakan bahwa asosiasi merek dapat mempengaruhi minat beli melalui

penciptaan kredibilitas merek yang baik di benak pelanggan. Merek

dengan kredibilitas yang baik menciptakan kepercayaan yang besar atas

merek tersebut. Asosiasi merek juga dapat mempengaruhi rasa percaya diri

pelanggan melalui penciptaan benefit association yang positif di benak

pelanggan.

Semakin kuat ekuitas merek suatu produk, semakin kuat daya

(19)

Menurut Rangkuti (2004) dalam Chalim Ainun (2011) apabila para

konsumen beranggapan bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari

merek pesaing, citra merek tersebut akan melekat secara terus-menerus

sehingga dapat membentuk kesetiaan terhadap merek tertentu yang pada

akhirnya akan menciptakan minat beli.

Yogyakarta yang mayoritas dihuni oleh para pelajar merupakan

target yang tepat untuk Xiaomi memasarkan produknya, hal ini

dikarenakan sesuai dengan target marketing dan strategi Xiaomi yaitu

mengedepankan desain yang menarik serta spesifikasi yang bagus namun

dengan harga yang dapat dijangkau oleh para pelanggan.

Dari fenomena di atas peneliti ingin mengetahui bagaimana

penilaian konsumen terhadap perkembangan produk smartphone Xiaomi

yang diukur dari ekuitas mereknya. Ekuitas merek adalah seperangkat aset

dan liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan

simbolnya, yang menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh

suatu barang dan jasa kepada perusahaan atau pelanggan. Menurut Aaker

(1991) ekuitas merek diukur melalui empat dimensi yaitu brand

awareness, brand association, perceived quality dan brand loyalty.

Ditinjau dari pemaparan tentang latar belakang perkembangan

teknologi telekomunikasi dewasa ini khususnya produk smartphone serta

data pendukung, menggambarkan bahwa pertumbuhan penjualan

smartphone sangat pesat. Banyaknya pilihan merek yang tersedia

(20)

semakin ketat. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “PENGARUH DIMENSI EKUITAS MEREK

TERHADAP MINAT BELI PRODUK SMARTPHONE XIAOMI DI

YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

Pokok masalah yang ingin dianalisa dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah kesadaran merek mempengaruhi minat beli konsumen

smartphone Xiaomi ?

2. Apakah asosiasi merek mempengaruhi minat beli konsumen

smartphone Xiaomi ?

3. Apakah persepsi kualitas mempengaruhi minat beli konsumen

smartphone Xiaomi ?

4. Apakah loyalitas merek mempengaruhi minat beli konsumen

smartphone Xiaomi ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bahwa kesadaran merek memiliki pengaruh terhadap

minat beli konsumen smartphone Xiaomi di Yogyakarta.

2. Mengetahui bahwa asosiasi merek memiliki pengaruh terhadap minat

beli konsumen smartphone Xiaomi di Yogyakarta.

3. Mengetahui bahwa persepsi kualitas memiliki pengaruh terhadap minat

(21)

4. Mengetahui bahwa loyalitas merek memiliki pengaruh terhadap minat

beli konsumen smartphone Xiaomi di Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan dalam bidang pemasaran, terutama sebagai acuan

untuk studi ilmiah tentang bagaimana pengaruh dimensi ekuitas

merek terhadap minat beli konsumen. Selain itu juga untuk

memberikan informasi, bahan referensi, dan bahan bacaan yang

dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya.

2. Manfaat Praktis

Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan

masukan kepada Xiaomi agar dapat menggunakan strategi yang

baik lagi dan meningkatkan kualitas pada produknya saat ini

maupun produk yang akan datang sehingga dapat menimbulkan

(22)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Ekuitas Merek

Pengertian ekuitas merek menurut (Aaker, 1996 dalam Agusli dan

Kunto, 2013) bahwa ekuitas merek menciptakan nilai, baik pada

perusahaan maupun pada konsumen. Pernyataan ini telah didukung

oleh beberapa penelitian, diantaranya yang dilakukan oleh Smith et al

(2007) dalam Agusli dan Kunto (2013) yang menyatakan bahwa

ekuitas merek dapat menjadi pertimbangan perusahaan dalam

melakukan merger atau akuisisi. Penelitian lain menyebutkan bahwa

ekuitas merek mempengaruhi respon pada stock market Lane et al

(1995) dalam Agusli dan Kunto (2013). Ekuitas merek dapat menjaga

harga premium dari suatu produk (Keller, 2003 dalam Agusli dan

Kunto, 2013). Selain itu, ekuitas merek juga dapat mempengaruhi

kelangsungan hidup sebuah merek (Rangaswamy et al, 1993 dan Yoo

et al, 2000 dalam Agusli dan Kunto, 2013). Aset atau liabilitas yang

mendasari ekuitas merek harus dihubungkan dengan nama atau simbol

dari merek, jika nama merek atau simbol diubah, beberapa atau

keseluruhan dari aset atau liabilitas dapat dipengaruhi bahkan hilang,

(23)

Menurut (Aaker, 1996 dalam Agusli dan Kunto, 2013) aset dan

liabilitas dapat dikelompokkan dalam lima kategori, yaitu:

a. Kesadaran merek.

b. Asosiasi merek.

c. Persepsi kualitas.

d. Loyalitas merek.

Aset-aset hak milik yang lain, mewakili aset seperti paten, dan

saluran distribusi.

Keempat variabel ekuitas merek diluar aset-aset merek yang lain

dikenal sebagai variabel utama dari ekuitas merek.

Ekuitas merek adalah seperangkat asset dan liabilitas merek yang

terkait dengan suatu merek, nama, simbol yang mampu menambah

atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah produk atau jasa

baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. (Durianto, 2001 dalam

Runtuwene, 2015).

Ekuitas merek memberikan nilai sehingga nilai total produk yang

dinilai semata-mata secara objektif. Salah satu pertimbangan yang

dapat dikemukakan adalah reputasi tinggi merek yang baik tentunya

tidak terjadi begitu saja melainkan dibangun melalui proses yang

memakan waktu lama (Aker, 1996 dalam Runtuwene, 2015).

Ekuitas merek sebagai nilai tambah yang diberikan kepada produk

dan jasa. Nilai ini bisa dicerminkan dalam bentuk cara seorang

(24)

harga, pangsa pasar dan profitabilitas yang dimiliki perusahaan (Kotler

dan Keller, 2007 dalam Hanggadhika, 2010).

2. Kesadaran Merek

Kesadaran merek menurut Aaker (1996) dalam Agusli dan Kunto

(2013) awareness refers to the strength of the brand’s presence in the consumer’s mind. Kesadaran tertuju pada kuatnya kehadiran merek di

pikiran konsumen. Meningkatkan kesadaran adalah salah satu cara

dalam mengembangkan pangsa pasar dari suatu merek.

Menurut Aaker (1996) dalam Agusli dan Kunto (2013) kesadaran

merek adalah kesanggupan calon pembeli untuk mengenali atau

mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan bagaimana dari

kategori merek tertentu. Peran kesadaran merek dalam keseluruhan

ekuitas merek tergantung dari sejauh mana tingkatan kesadaran yang

dicapai oleh suatu merek.

Kesadaran merek berada pada rentang antara perasaan yang tidak

pasti terhadap pengenalan suatu merek sampai dengan perasaan yakin

bahwa produk tersebut merupakan satu-satunya dalam kelas produk

yang bersangkutan.

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) dalam Runtuwene (2015)

kesadaran merek adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk

mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan

bagian dari kategori merek tertentu. Kesadaran merek berada pada

(25)

merek sampai dengan perasaaan yakin bahwa produk tersebut

merupakan satu-satunya dalam kelas produk yang bersangkutan.

Sedangkan menurut Shimp (2003) dalam Runtuwene (2015) kesadaran

merek merupakan kemampuan sebuah merek untuk muncul dalam

benak konsumen ketika mereka sedang memikirkan kategori produk

tertentu dan seberapa mudahnya nama tersebut dimunculkan.

Kesadaran merek adalah dimensi dasar dalam ekuitas merek dan

berdasarkan cara pandang konsumen, sebuah merek tidak memiliki

ekuitas hingga konsumen menyadari keberadaan merek tersebut.

Aaker (1996) dalam Runtuwene (2015) menyatakan bahwa ada 4

tingkatan kesadaran merek, mulai dari kesadaran merek tingkat

terendah sampai tingkat tertinggi sebagai berikut:

a. Tidak menyadari merek, yaitu tingkat dimana calon konsumen

tidak menyadari kehadiran suatu merek.

b. Pengenalan merek, yaitu tingkat dimana ingatan konsumen

terhadap suatu merek akan muncul apabila konsumen diberi

bantuan agar dapat kembali mengingat merek tersebut.

c. Pengingatan kembali terhadap merek, yaitu tingkat dimana

konsumen dapat mengingat kembali suatu merek tanpa diberikan

bantuan apapun.

d. Puncak pikiran, yaitu tingkat dimana suatu merek menjadi merek

(26)

benak konsumen. Dalam tingkatan ini merek tersebut telah

menjadi merek utama yang ada di pikiran konsumen.

3. Asosiasi Merek

Asosiasi merek adalah segala kesan yang muncul di benak

seseorang yang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek.

Menurut Durianto (2004) dalam Runtuwene (2015) Diferensiasi

terhadap fisik produk, pelayanan, personal, saluran, maupun citra

tersebut akan tercermin dalam satu elemen ekuitas merek produk

perusahaan, yaitu asosiasi merek. Selanjutnya, brand image yang

terbentuk dari asosiasi-asosiasi produk yang membentuk jalinan ini

dapat dimanfaatkan dalam strategi penentuan posisi. Asosiasi merek

secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra

tertentu dikaitkan kepada suatu merek, sama halnya ketika kita berpikir

tentang orang lain (Shimp, 2003 dalam Runtuwene, 2015).

Berbagai asosiasi merek yang saling berhubungan akan

menimbulkan suatu rangsangan yang disebut dengan brand image.

Semakin banyak asosiasi yang saling berhubungan, maka akan

semakin kuat citra mereknya. Selain itu, asosiasi merek dapat

membangkitkan berbagai atribut produk atau manfaat bagi konsumen

yang pada akhirnya akan memberikan alasan spesifik bagi konsumen

untuk membeli dan menggunakan merek tersebut (Durianto, 2004

(27)

Asosiasi merek menurut Aaker (2001) adalah segala sesuatu yang

berkaitan secara langsung maupun tidak dengan ingatan konsumen

terhadap suatu merek. Asosiasi merek itu tidak hanya eksis, namun

juga memiliki suatu tingkat kekuatan.

Ditambahkan oleh Susanto (2004) dalam Agusli dan Kunto (2013)

hal-hal lain yang penting dalam asosiasi merek adalah asosiasi yang

menunjukkan fakta bahwa produk dapat digunakan untuk

mengekspresikan asosiasi-asosiasi yang memerlukan aplikasi produk

tersebut, toko yang menjual produk atau wiraniaganya. Keterkaitan

pada suatu merek akan lebih kuat apabila dilandasi pada banyaknya

pengalaman atau penampakan untuk mengkomunikasikannya.

Berbagai asosiasi yang diingat konsumen dapat dirangkai sehingga

membentuk citra tentang merek atau brand image di dalam benak

konsumen. Secara sederhana, pengertian brand image adalah

sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk di benak konsumen.

Konsumen yang terbiasa menggunakan merek tertentu cenderung

memiliki konsistensi terhadap brand image atau hal ini disebut juga

dengan kepribadian merek.

Selanjutnya apabila para konsumen beranggapan bahwa merek

tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut

akan melekat secara terus menerus sehingga dapat membentuk

kesetiaan terhadap merek tertentu, yang disebut dengan loyalitas

(28)

4. Persepsi Kualitas

Persepsi kualitas adalah salah satu kunci dimensi ekuitas merek.

Menurut Susanto dan Wijanarko (2004) dalam Runtuwene (2015)

persepsi kualitas dapat didefinisikan sebagai persepsi pelanggan

terhadap keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

berkenaan dengan maksud yang diharapkan. Persepsi pelanggan

merupakan penilaian, yang tentunya tidak selalu sama antara

pelanggan satu dengan lainnya.

Menurut Aaker (1996) dalam Agusli dan Kunto (2013) persepsi

kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap keseluruhan kualitas atau

keunggulan suatu produk atau jasa layanan berkaitan dengan maksud

yang diharapkan.

Terdapat beberapa keuntungan dari persepsi kualitas. Keuntungan

pertama, alasan untuk membeli. Persepsi kualitas dari sebuah merek

memberikan alasan yang penting untuk membeli, hal ini

mempengaruhi merek-merek mana yang harus dipertimbangkan,

selanjutnya mempengaruhi merek apa yang akan dipilih. Keuntungan

kedua, diferensiasi artinya suatu karakteristik penting dari merek

adalah posisinya dalam dimensi persepsi kualitas. Keuntungan ketiga

adalah harga optimum, keuntungan ketiga ini memberikan

pilihan-pilihan di dalam menetapkan harga optimum (premium price). Harga

yang ditetapkan merepresentasikan gap antara kualitas dan manfaat

(29)

Monroe (1996) dalam Agusli dan Kunto (2013). Keuntungan keempat

adalah meningkatkan minat para distributor, pengecer serta berbagai

saluran distribusi lainnya, karena hal itu sangat membantu perluasan

distribusi. Perceived quality dengan cara mengenalkan berbagai

perluasan merek tertentu akan masuk ke dalam kategori produk baru.

Dimensi kualitas jasa menurut Zeithaml dan Bitner (2006) dalam

Agusli dan Kunto (2013) terbagi menjadi 5 aspek, antara lain:

a. Reliability – kemampuan menampilkan pelayanan yang diandalkan dan akurat.

b. Responsiveness – kesediaan membantu dan menyediakan layanan yang cepat.

c. Assurance – pengetahuan dan kemampuan karyawan untuk menumbuhkan keyakinan konsumen terhadap pelayanan

penyedia jasa.

d. Emphaty – menunjukkan perhatian perusahaan terhadap setiap konsumennya.

e. Tangibles– tampilan dari fasilitas fisik, peralatan, personil atau karyawan.

5. Loyalitas Merek

Loyalitas merek adalah ukuran kesetiaan konsumen terhadap suatu

merek. Loyalitas merek merupakan inti dari ekuitas merek yang

menjadi gagasan sentral dalam pemasaran, karena hal ini merupakan

(30)

meningkat, maka kerapuhan kelompok pelanggan dari serangan

pesaing dapat dikurangi. Hal ini merupakan suatu indikator dari

ekuitas merek yang berkaitan dengan perolehan laba di masa yang

akan datang karena loyalitas merek secara langsung dapat diartikan

sebagai penjualan di masa depan.

Loyalitas merek sudah lama menjadi gagasan inti dalam pemasaran

dan merupakan ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah

merek. Loyalitas merek merupakan satu indikator dari ekuitas merek

yang nyata terkait dengan laba masa depan, karena secara langsung

dihubungkan dengan tingkat penjualan di masa depan (Susanto dan

Wijanarko, 2004 dalam Runtuwene, 2015).

Loyalitas merek merupakan suatu ukuran keterkaitan pelanggan

kepada sebuah merek. Ukuran ini mampu memberikan gambaran

tentang mungkin tidaknya seorang pelanggan beralih ke merek lain,

terutama jika pada merek tersebut didapati terjadinya perubahan baik

menyangkut harga ataupun atribut lain (Durianto, 2004 dalam

Runtuwene, 2015).

Konsumen yang memiliki loyalitas kuat terhadap suatu merek akan

tetap melanjutkan pembelian produk tersebut, meskipun saat ini

banyak bermunculan berbagai merek di pasar yang menawarkan

karakteristik produk yang lebih unggul serta dapat memberikan

jaminan peningkatan perolehan laba perusahaan di masa yang akan

(31)

merekomendasikan untuk menggunakan merek tersebut kepada orang

lain yang pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan perusahaan

(Durianto, 2004 dalam Runtuwene, 2015).

6. Minat Beli

Menurut ensiklopedia Britania Ready Reference (2004) dalam

Agusli dan Kunto (2013), kata minat berasal dari bahasa Inggris

artinya interest yang memiliki makna perasaan yang muncul

bersamaan atau menyebabkan suatu perhatian khusus pada suatu objek

atau kelompok objek, dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang

memunculkan sebuah perhatian.

Minat timbul karena pengalaman individu yang memuaskan dan

jika minat telah terbentuk pada diri individu, maka akan cenderung

untuk menetap sepanjang obyek yang menimbulkan minat yang

obyektif bagi individu (Mouly, 2007 dalam Agusli dan Kunto, 2013).

Dari beberapa pengertian atau definisi diatas, minat merupakan

suatu kekuatan yang bersifat intirinsik yang mampu mendorong,

mempengaruhi atau menyebabkan seorang individu dapat tertarik

perhatiannya pada sesuatu di luar dirinya secara sadar. Minat juga

dipandang sebagai suatu respon yang disadari dan mempunyai arah

pada suatu obyek atau situasi tertentu yang menimbulkan rasa tertarik

dan individu lebih fokus perhatiannya pada obyek atau situasi tersebut

(32)

kesediaan individu untuk berinteraksi dengan obyek atau situasi yang

menimbulkan rasa senang pada dirinya.

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Analisis dimensi ekuitas merek terhadap minat beli konsumen” ini mengacu pada beberapa penelitian sebagai

berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Agusli dan Kunto (2013) dengan

judul “Analisa pengaruh dimensi ekuitas merek terhadap

minat beli konsumen Midtown Hotel Surabaya”. Penelitian

tersebut menggunakan model penelitian uji regresi linear

berganda. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa:

a. Variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh terhadap

minat beli konsumen.

b. Variabel asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap minat beli

konsumen.

c. Variabel persepsi kualitas mempunyai pengaruh terhadap

minat beli konsumen.

d. Variabel loyalitas merek mempunyai pengaruh terhadap minat

beli konsumen.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sari Dkk (2015) dengan judul

Pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli (Survei pada

(33)

Penelitian tersebut menggunakan model penelitian uji regresi

linier berganda. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa :

a. Variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh terhadap

minat beli konsumen.

b. Variabel asosiasi merek mempunyai pengaruh terhadap minat

beli konsumen.

c. Variabel persepsi kualitas mempunyai pengaruh terhadap

minat beli konsumen.

d. Variabel loyalitas merek mempunyai pengaruh terhadap minat

beli konsumen.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Runtuwene (2015) dengan judul

“Analisis pengaruh faktor-faktor ekuitas merek terhadap

minat beli konsumen produk sepeda motor Yamaha Mio-J di kota Tomohon”. Penelitian tersebut menggunakan model penelitian uji regresi linear berganda. Hasil penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa:

a. Variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh signifikan

terhadap minat beli konsumen.

b. Variabel asosiasi merek mempunyai pengaruh signifikan

terhadap minat beli konsumen.

c. Variabel persepsi kualitas mempunyai pengaruh signifikan

(34)

d. Variabel loyalitas merek mempunyai pengaruh signifikan

terhadap minat beli konsumen.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sudomo (2013) dengan judul

“Pengaruh ekuitas merek terhadap minat beli, studi kasus

konsumen Pepsodent di Kabupaten Bantul”. Penelitian tersebut

menggunakan model penelitian uji regresi linier berganda. Hasil

penelitian tersebut menyimpulkan bahwa:

a. Variabel kesadaran merek mempunyai pengaruh signifikan

terhadap minat beli.

b. Variabel asosiasi merek tidak berpengaruh terhadap minat beli.

c. Variabel persepsi kualitas tidak berpengaruh terhadap minat

beli.

d. Variabel loyalitas merek mempunyai pengaruh signifikan

terhadap minat beli.

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Agusli

dan Kunto (2013), karena penelitian ini juga akan menguji dan

menganalisis pengaruh dimensi ekuitas merek terhadap minat beli

konsumen.

Pada penelitian ini sama-sama menggunakan analisis regresi beganda,

sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah

obyek dan subyek penelitian yang digunakan. Obyek dari penelitian

sebelumnya adalah Midtown Hotel Surabaya dengan subyeknya konsumen

(35)

adalah produk smartphone Xiaomi dan subyeknya adalah pengguna

pengguna smartphone Xiaomi di wilayah Yogyakarta.

Selain mengacu pada Penelitian Agusli dan Kunto (2013), peneliti

juga mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu diatas.

C. Hipotesis

Menurut Arikunto (2013) hipotesis merupakan suatu jawaban yang

bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. Adapun hipotesis

dalam penelitian ini akan diuraikan sebagai berikut:

1. Pengaruh kesadaran merek terhadap minat beli konsumen

Hubungan kesadaran merek dengan minat beli ditegaskan

oleh Durianto (2004) dalam Runtuwene (2015) yang menyatakan

bahwa kesadaran merek menggambarkan keberadaan merek di

dalam pikiran konsumen, yang dapat menjadi penentu dalam

beberapa kategori dan biasanya dalam brand equity. Kesadaran

juga mempengaruhi tingkah laku karena kesadaran merek

merupakan key of brand asset atau kunci pembuka untuk masuk

dalam elemen lainya. Peran brand awarenes dalam keseluruhan

ekuitas merek tergantung dan sejauh mana tingkat kesadaran yang

dicapai oleh suatu merek.

Kesadaran merek artinya adalah kesanggupan seorang

calon pembeli untuk mengenali atau mengingat kembali bahwa

suatu merek merupakan bagian dan kategori produk-produk

(36)

terhadap merek dapat digunakan oleh perusahaan sebagai sarana

untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai

suatu merek kepada konsumen. Peran kesadaran merek dalam

membantu merek dapat dipahami dengan mengkaji bagaimana

kesadaran merek menciptakan suatu nilai.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Agusli

dan Kunto (2013) menunjukan bahwa variabel kesadaran merek

merupakan variabel yang berpengaruh secara parsial terhadap

minat beli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi

tingkat kesadaran merek maka akan memberikan pengaruh

signifikan terhadap minat beli konsumen.

Mengacu pada teori dan penelitian sebelumnya, maka

dalam penelitian ini diusulkan hipotesis sebagai berikut:

H1 : Kesadaran merek memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap minat beli konsumen smartphone Xiaomi.

2. Pengaruh asosiasi merek terhadap minat beli konsumen

Durianto (2004) dalam Runtuwene (2015) asosiasi merek

adalah sebuah identitas yang menjadi penentu diferensiasi dan

akan menjadi faktor penentu yang penting jika merek yang kita

miliki mirip dalam hal atribut dengan merek lain. Sementara itu

pada umumnya keterkaitan pada suatu merek akan lebih kuat

apabila dilandasi pada banyak pengalaman atau penampakan

(37)

(2015). Sedangkan menurut Knapp (2001) dalam Runtuwene

(2015) Asosiasi merek dapat sangat membantu para konsumen

dalam memproses informasi tentang suatu merek.

Berdasarakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Runtuwene (2015). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa

asosiasi merek mempunyai pengaruh terhadap minat beli.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat asosiasi

merek maka akan memberikan pengaruh signifikan terhadap minat

beli konsumen.

H2 : Asosiasi merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

minat beli konsumen smartphone Xiaomi.

3. Pengaruh persepsi kualitas terhadap minat beli konsumen

Knapp (2001) dalam Runtuwene (2015) dimana disebutkan

bahwa persepsi merupakan persepsi konsumen terhadap

keseluruhan kualitas atau keunggulan suatu produk atau jasa

layanan berkenaan dengan maksud yang diharapkan konsumen.

Persepsi terhadap kualitas keseluruhan dari suatu produk atau jasa

tersebut dapat menentukan nilai dari produk atau jasa tersebut dan

berpengaruh langsung kepada minat beli dan loyalitas konsumen

terhadap suatu merek. Perceived quality tidak dapat ditetapkan

secara objektif, karena akan melibatkan hal-hal apa saja yang

(38)

yang satu dengan lainnya memiliki kepentingan yang relatif

berbeda terhadap suatu produk atau jasa.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sari

(2015) menunjukan bahwa persepsi kualitas merupakan variabel

yang berpengaruh secara parsial terhadap minat beli. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat persepsi kualitas

maka akan memberikan pengaruh signifikan terhadap minat beli

konsumen.

H3 : Persepsi kualitas memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap minat beli konsumen.

4. Pengaruh loyalitas merek terhadap minat beli konsumen

Hubungan loyalitas merek terhadap minat beli konsumen

ditegaskan oleh Kartajaya (2002) dalam Runtuwene (2015) yang

menunjukan bahwa loyalitas merek adalah loyalitas yang

diberikan oleh pelanggan kepada merek. Loyalitas merek ini

menjadi ukuran seberapa besar kemungkinan pelanggan akan

pindah ke merek lain. Konsumen yang loyal pada umumnya akan

melanjutkan pembelian merek tersebut walaupun dihadapkan pada

banyak alternatif merek produk pesaing yang menawarkan

karakteristik produk yang lebih unggul dipandang dari berbagai

sudut atributnya. Selain itu, konsumen yang loyal juga akan

sukarela merekomendasikan untuk menggunakan merek tersebut

(39)

keuntungan perusahaan. Penggerak terbaik dari penjualan

berulang adalah para konsumen yang puas. Merek tertentu

membantu konsumen untuk mengenali produk-produk yang akan

dibelinya kembali dan menghindari pembelian produk yang tidak

mereka inginkan. Loyalitas merek (brand loyalty), adalah

cerminan tingkat keterikatan konsumen.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sudomo

(2013) yang menyatakan bahwa adanya pengaruh antara loyalitas

merek terhadap minat beli. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

semakin tinggi tingkat loyalitas merek maka akan memberikan

pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen.

H4 : Loyalitas merek memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

minat beli konsumen.

D. Model Penelitian

Model penelitian menggambarkan hubungan antar

variabel-variabel penelitian dan bentuk hipotesa yang dirumuskan. Pada penelitan

(40)

H1

H2

H3

[image:40.595.130.493.107.431.2]

H4

Gambar 2.1 Model Penelitian

Kesadaran Merek (X1)

Asosiasi Merek (X2)

Loyalitas Merek (X4) Persepsi Kualitas

(X3)

(41)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek/Objek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah pengguna smartphone Xiaomi di

wilayah Yogyakarta, sedangkan objek dalam penelitian ini adalah

smartphone Xiaomi.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer,

data primer merupakan data yang dikumpulkan untuk penelitian yang

diperoleh langsung dari responden dimana dalam penelitian ini adalah

semua orang yang pernah menggunakan smartphone Xiaomi di wilayah

Yogyakarta.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah semua orang yang pernah

menggunakan smartphone Xiaomi. Karena jumlahnya tidak diketahui

secara pasti maka digunakan teknik penghitungan sampel untuk populasi

tidak terhingga sebagai berikut (Widiyanto, 2008 dalam Agusli dan Kunto,

(42)

Keterangan:

n = Jumlah sampel

Z = Tingkat keyakinan yang dibutuhkan dalam penentuan sampel

yaitu menggunakan 90% atau 1,96

Moe = Margin of error atau tingkat kesalahan maksimal yang masih

bisa ditoleransi atau moe sebesar 10% atau 0,1

Berdasarkan hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel

yang baik dari populasi minimal sebesar 96 orang. Metode

pengambilan sampel yang digunakan disini adalah non-probability

sampling dan teknik yang digunakan adalah convinience-purposive

sampling. Teknik ini dipilih karena penulis mengambil beberapa

orang yang mudah ditemui (convenience) dan memenuhi kriteria

tertentu (purposive) untuk dijadikan responden (Singarimbun dan

Effendi, 1995, 1996 dalam Agusli dan Kunto, 2013). Dalam penelitian

(43)

bagi setiap pengguna smartphone Xiaomi di wilayah Yogyakarta

untuk dijadikan sampel karena sampel tidak diketahui jumlahnya.

Cara penarikan sampel menggunakan purposive sampling, teknik

ini dipilih karena peneliti menggunakan pertimbangan sendiri dalam

memilih sampel yang dianggap dapat memberikan informasi pada

peneliti terkait variabel penelitian. Sampel dalam penelitian ini

memiliki syarat dan karakteristik sebagai berikut:

1. Berusia minimal 17 tahun, karena peneliti memerlukan

jawaban yang akurat terkait pertanyaan atau pernyataan yang

diberikan.

2. Sudah pernah menggunakan produk smartphone Xiaomi

minimal 3 bulan, karena peneliti memerlukan responden yang

berpengalaman terkait produk smartphone Xiaomi.

D. Teknik Pegumpulan Data

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan pengukuran

data menggunakan skala likert.

1. Kuesioner yaitu sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh infomasi dari responden (Arikunto, 2013).

Dalam penelitian ini kuesioner disebarkan kepada pengguna

smartphone Xiaomi.

2. Skala Likert merupakan skala yang digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang

(44)

Janti, 2014). Cara pengukuran adalah dengan menghadapkan

seorang respoden dengan sebuah pertanyaan atau pernyataan

dan kemudian diminta untuk memberi jawaban dari lima

pilihan jawaban, dimana nilai jawaban masing-masing

memiliki nilai jawaban yang berbeda. Dalam penelitian ini

digunakan pernyataan tertutup dengan rentang skala penilaian

[image:44.595.231.491.354.519.2]

sebagai berikut:

Tabel 3.1 Instrumen Skala Likert

No. Jawaban Skor

1. Sangat Setuju (SS) 5

2. Setuju (S) 4

3. Netral (N) 3

4. Tidak Setuju (TS) 2

5. Sangat Tidak Setuju (STS) 1

E. Definisi Operasional dan Variabel Penelitian

Variabel adalah sebagai atribut seseorang atau subyek yang

mempunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981 dalam

Putra, 2011). Variabel penelitian terdiri atas dua macam yaitu: variabel

terikat (dependent variable) atau variabel yang tergantung pada

(45)

variabel yang tidak bergantung pada variabel lainnya.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel tidak terikat/bebas (Independent variable)

Variabel independen yang dilambangkan dengan

(X) adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen,

baik yang pengaruhnya positif maupun yang pengaruhnya

negatif. Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

Kesadaran merek (X1), asosiasi merek (X2), persepsi

kualitas (X3), loyalitas merek (X4).

2. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel dependen adalah variabel yang menjadi

pusat perhatian utama peneliti. Hakekat sebuah masalah

mudah terlihat dengan mengenali berbagai variabel

dependen yang digunakan dalam sebuah model. Dalam

penelitian ini yang menjadi variabel dependen adalah:

Minat beli (Y).

Dalam rangka menghindari luasnya tinjauan atas

variabel-variabel penelitian yang saling berhubungan maka

perlu diberikan definisi operasional penelitian atas variabel

yang digunakan lebih lanjut. Definisi operasional dalam

(46)
[image:46.595.97.527.142.754.2]

Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian

No Variabel Definisi Operasional Indikator

1 Kesadaran merek (X1) Kesadaran merek yaitu kemampuan konsumen untuk mengenali atau mengingat bahwa sebuah merek merupakan anggota dari kategori produk tertentu (Sugiono, 2012).

1. Posisi merek dalam ingatan konsumen. 2. Proses dan periode

pengenalan. 3. Peran yang sangat

penting.

4. Lama mengenal merek.

Sumber: Pangarayan Ade (2013)

2 Asosiasi merek (X2) Assosiasi merek adalah segala sesuatu yang terkait dengan memori sebuah merek. Brand association berkaitan erat dengan brand image, yang didefinisikan sebagai serangkaian asosiasi merek dengan makna tertentu dan akan semakin kuat seiring dengan bertambahnya pengalaman konsumsi atau dengan merek spesifik (Sugiono, 2012).

1. Kemudahan

pengoperasian. 2. Keterjangkauan

harga. 3. Gaya hidup. 4. Dapat bersaing

dengan produk lain. Sumber: Pangarayan Ade (2013)

3 Persepsi kualitas (X3) Persepsi kualitas merupakan penelitian konsumen terhadap keunggulan atau superioritas produk secara keseluruhan. Oleh sebab itu, perceived quality didasarkan pada evaluasi subyektif konsumen terhadap kualitas produk (Sugiono, 2012).

1. Mutu dan kualitas. 2. Desain yang unik. 3. Keamanan dan

kenyamanan. 4. Ketahanan dan

keawetan. Sumber: Pangarayan Ade (2013)

4 Loyalitas merek (X4) Loyalitas merek merupakan ukuran dari kesetian konsumen terhadap suatu merek.

Loyalitas merek merupakan inti dari brand equity yang mejadi gagasan sentral dalam pemasaran. Karena hal ini merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek (Sugiono, 2012).

1. Kesukaan terhadap merek.

2. Faktor kebiasaan. 3. Pertimbangan

merek.

(47)

No Variabel Definisi Operasional Indikator

5 Minat beli (Y) Minat beli adalah seberapa

besar kemungkinan konsumen membeli suatu merek atau seberapa besar kemungkinan konsumen untuk berpindah dari satu merek ke merek lainnya (Keller, 1998).

1. Minat eksploratif

(mencari informasi) 2. Minat referensial

(merekomendasi ke orang lain)

3. Minat transaksional

(tindakan pembelian) 4. Minat preferensial

(menjadikan yang utama).

Sumber: Artaji (2014)

F. Uji Kualitas Instrumen

Instrumen penelitian mempunyai kedudukan tertinggi didalam

penelitian, karena data merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan

berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis, oleh karena itu, benar atau

tidaknya data sangat menentukan bermutu tidaknya hasil penelitian.

Sedangkan benar tidaknya data, tergantung dari baik tidaknya instrumen

pengumpulan data (Arikunto, 2013).

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu

valid dan reliabel sehingga uji kualitas instrumen penelitian ini

menggunakan uji validitas dan reliabilitas dengan menggunakan program

software SPSS (Statistical Package for Social Science). Berikut uraian

mengenai uji validitas dan reliabilitas:

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan

(48)

Menurut Nugroho (2011) dalam penelitian yang menggunakan

instrumen berupa kuesioner, uji validitas digunakan untuk melihat

seberapa besar kemampuan pertanyaan dapat mengetahui jawaban

responden. Semakin tinggi tingkat validitas suatu alat ukur,

semakin tepat pula alat ukur tersebut mengukur.

Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan nilai

pengukuran dengan total nilai. Jika dari hasil uji, item petanyaan

diperoleh nilai korelasi antara skor butir dengan skor total

signifikan pada tingkat 0,05 (5%), maka hasil tersebut signifikan

dan alat ukur tersebut dapat dikatakan valid (Nugroho, 2011).

2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas instrumen digunakan untuk

menunjukkan seberapa besar suatu intrumen tersebut dapat

dipercaya dan digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabilitas

instrumen yang semakin tinggi menunjukkan hasil ukur yang

didapatkan semakin terpercaya (reliable). Semakin reliabel suatu

instrumen, maka instrumen tersebut mendapatkan hasil yang sama,

bila digunakan beberapa kali mengukur pada objek yang sama

(Nugroho, 2011).

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur kehandalan

kuesioner apakah jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah

konsisten atau stabil dari waktu kewaktu. Teknik ini dilakukan

(49)

Apabila nilai Cronbach Alpha yang dihasilkan adalah > 0,60 ,

maka alat ukur yang digunakan pada penelitian ini dianggap

reliabel atau dapat dipercaya (Nugroho, 2011).

G. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Pada penelitian ini dilakukan analisa data dan pengujian hipotesis

diantaranya:

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

pengaruh ekuitas merek dari sebuah instansi yang dilihat dari 4

dimensi, yaitu kesadaran merek, asosiasi merek, persepsi

kualitas, loyalitas merek terhadap minat beli konsumen.

(Arcana 1996, dalam Agusli dan Kunto, 2013). Regresi linear

berganda digunakan untuk mengetahui besarnya variabel bebas

(X) terhadap variabel terikat (Y). Rumus Regresi Linear

Berganda adalah:

Y = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4

Keterangan:

Y = Minat beli (Dependen)

X1 = Kesadaran merek (Independen)

X2 = Asosiasi merek (Independen)

X3 = Persepsi kualitas (Independen)

(50)

b1 = Koefisien regresi X1

b2 = Koefisien regresi X2

b3 = Koefisien regresi X3

b4 = Koefisien regresi X4

2. Goodness of Fit

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai

aktual dapat dinilai dengan goodness of fitnya. Secara statistik

setidaknya ini dapat diukur dari nilai koefisien determinasi

(R2), nilai statistik F dan nilai statistik t. Perhitungan statistik

disebut signifikan secara statistik apabila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah kritis (daerah di mana Ho ditolak),

sebaliknya disebut tidak signifikan bila nilai uji statistiknya

berada dalam daerah di mana Ho diterima (Ghozali, 2005

dalam Rahmawati, 2013).

3. Pengujian Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji hubungan antara

masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat secara parsial

atau per variabel (Nugroho, 2011) apakah variabel kesadaran

merek, asosiasi merek, persepsi kualitas dan loyalitas merek

berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Langkah-langkah

dalam uji hipotesis parsial adalah sebagai berikut

(51)

a. Menentukan Hipotesis

H0: Tidak ada pengaruh yang signifikan antara

variabel independen (Kesadaran merek, asosiasi

merek, persepsi kualitas, loyalitas merek) terhadap

variabel dependen (Minat beli).

Ha: Terdapat pengaruh yang signifikan antara

variabel independen (Kesadaran merek, asosiasi

merek, persepsi kualitas, loyalitas merek) terhadap

variabel dependen (Minat beli).

b. Menentukan tingkat signifikasi yaitu < α (0,05) maka terdapat pengaruh yang positif dan signifikan

antara variabel independen dan dependen.

4. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar

kemampuan model dalam menerangkan atau menjelaskan

variasi yang terjadi dalam variabel dependen. Nilai koefisien

determinasi adalah nol sampai dengan satu. Nilai R2 yang kecil

yang berarti kemampuan variabel-variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabe-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

(52)

40 A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Xiaomi adalah perusahaan elektronik swasta milik pribadi dari

Tiongkok yang berkantor pusat di Beijing yang berdedikasi untuk

menciptakan pengalaman pengguna dari segala aspek. Didirikan pada

tahun 2010, perusahaan ini dengan cepat telah menjadi salah satu

perusahaan teknologi terkemuka di Tiongkok. Xiaomi merupakan

distributor telepon cerdas yang masuk jajaran penjualan terbesar di dunia

yang merancang, mengembangkan dan menjual telepon cerdas, aplikasi

seluler, dan elektronik konsumen. Sejak merilis telepon cerdas pertamanya

di bulan Agustus 2011, Xiaomi telah memperoleh pangsa pasar di

Tiongkok. Pendiri serta CEO Xiaomi adalah Lei Jun, yang merupakan

orang terkaya ke-23 di Tiongkok. Perusahaan ini kini bernilai lebih dari 10

miliar USD dan memiliki lebih dari 5000 karyawan yang berasal dari

Tiongkok, Malaysia, Singapura, India, Filipina dan Indonesia (Wikipedia,

2015).

Harga yang murah menjadi ciri khas dari ponsel buatan Xiaomi,

perusahaan teknologi tersebut memang menjadikan pasar low entry sampai

mid entry sebagai target pemasarannya dan strategi tersebut sangat

(53)

diperhitungkan di dunia. Handphone dengan ukuran dimensi 137 x 69 mm

dan ketebalan 9,9 mm serta dengan berat mencapai 158 gram ini tergolong

standar dalam kelas smartphone Android. Spesifikasi Xiaomi Redmi 1s

yang berkelas menjadikan Xiaomi ini masuk dalam kelas premium, desain

yang stylish dan elegan ini menjadikan smartphone tersebut menjadi

terlihat berkelas. Smartphone kelas premium ini hanya dibandrol dengan

harga Rp.1.499.000, harga ini terbilang murah jika dibandingkan dengan

smartphone yang setipe dengannya dan ini yang membuat Xiaomi cepat

melejit namanya dibandingkan dengan vendor-vendor pendatang baru di

Indonesia lainnya.

International Data Corporation (IDC) Worldwide memberikan

laporan bahwa pada tahun 2015 Xiaomi masuk dalam 5 besar penjualan

smartphone terbaik. Menurut IDC Worldwide, Quarterly Mobile Phone

Tracker, vendor mengirimkan total dari 1.432.900.000 unit selama tahun

2015, mengakibatkan pertumbuhan 10,1% jika dibandingkan dengan

1.301.700.000 unit yang telah dikapalkan tahun 2014.

Pada tanggal 16 Agustus 2010, Xiaomi resmi meluncurkan

firmware berbasis Android pertamanya, MIUI. Telepon cerdas pertama

diumumkan pada Agustus 2011 bernama Mi 1. Mi 1 menggunakan

firmware MIUI berbasis Android yang menyerupai TouchWiz dari

Samsung dan iOS dari Apple (Wikipedia, 2015).

Pada bulan Agustus 2012, Xiaomi mengumumkan telepon

(54)

Pro APQ8064 dari Qualcomm, 1.5 GHz quad-core Krait chip, RAM 2GB,

dan GPU Adreno 320. Xiaomi kemudian mengatakan pada tanggal 24

September 2013 bahwa Mi 2 telah terjual lebih dari 10 juta dalam waktu

11 bulan. Mi 2 telah dijual oleh vendor ponsel nirkabel bernama MobiCity

di Amerika Serikat, Eropa, Britania Raya, Australia, dan Selandia Baru

(Wikipedia, 2015).

Pada tanggal 5 September 2013, CEO Xiaomi Lei Jun secara resmi

mengumumkan rencana peluncuran televisi cerdas berukuran 47 inci

berkemampuan 3D berbasis Andorid, yang akan dirakit oleh pabrik

televisi Wistron Corporation di Taiwan milik Sony (Wikipedia, 2015).

Pada September 2013, Xiaomi mengumumkan telepon cerdas Mi

3, yang didukung oleh Snapdragon 800 (MSM8974AB) dan chipset Tegra

4 dari NVIDIA (Wikipedia, 2015).

Pada tanggal 25 September, Xiaomi mengumumkan rencana untuk

membuka toko ritel di Beijing. Pada bulan Oktober 2013, Xiaomi

dilaporkan sebagai merek telepon cerdas paling banyak digunakan ke-5 di

Tiongkok. Pada tahun 2013, Xiaomi telah berhasil menjual 18,7 juta

telepon cerdas, dan pada pertengahan tahun 2014 sebanyak 26,1 juta

telepon cerdas (Wikipedia, 2015).

Pada tahun 2014, Xiaomi mengumumkan akan memperluas

pemasarannya ke luar Tiongkok. Xiaomi memulai debut internasionalnya

ke Singapura. Markas internasional juga akan dibangun di ibukota negara,

(55)

produk di wilayah tersebut di masa yang akan datang. Redmi dan Mi 3

adalah telepon cerdas yang pertama kali dijual di Singapura

masing-masing pada tanggal 21 Februari dan 7 Maret. Pada 7 Maret, Mi 3 habis

terjual dalam waktu 2 menit di Singapura. Setelah Singapura, Xiaomi juga

masuk ke Malaysia, Filipina, dan India. Kemudian, pada bulan-bulan

berikutnya Xiaomi juga masuk ke Indonesia, dan akan melakukan

ekspansi ke Thailand, Rusia, Turki, Brasil, dan Meksiko (Wikipedia,

2015).

Pada tanggal 17 Maret 2014, phablet Redmi Note (dikenal juga

sebagai Hongmi Note) diumumkan oleh CEO Xiaomi Lei Jun dengan fitur

layar HD 5,5 inci berteknologi layar OGS dan memiliki prosesor octa-core

dari MediaTek. Ada dua varian dari Redmi Note, satu dengan RAM 1GB

dan penyimpanan internal 8GB dan yang satu lagi dengan RAM 2GB dan

penyimpanan internal 16GB (Wikipedia, 2015).

Pada bulan April 2014, Xiaomi membeli domain baru dengan nama

Mi.com dengan harga 3,6 juta dolar AS, atau sekitar 44,5 miliar rupiah.

Mi.com menjadi nama domain termahal yang pernah dibeli di Tiongkok,

seperti yang dikatakan oleh seorang eksekutif senior Xiaomi.

Pada bulan Desember 2014, Xiaomi menyelesaikan putaran terbaru

dari pembiayaan ekuitas yang dipimpin oleh dana teknologi berbasis di

Hong Kong All-Stars Investment Limited, dana yang dikelola oleh mantan

analis Morgan Stanley Richard Ji meningkatkan lebih dari 1 dolar miliar

(56)

satu perusahaan teknologi swasta yang paling berharga di dunia

(Wikipedia, 2015).

B. Hasil Pengumpulan Data dan Profil Responden

Kuesioner dibagikan kepada pengguna smartphone Xiaomi di

Yogyakarta. Kuesioner dibagikan atau disebarkan sebanyak 96 kuesioner.

Pengisian kuesioner dilakukan saat itu juga dan dilakukan pengecekan

kelengkapannya sehingga terkumpul seluruhnya dan layak untuk dianalisis

karena telah diisi secara lengkap.

Responden diklasifikasikan berdasarkan karakteristik jenis

kelamin, usia, pendidikan, pekerjaan, lama menggunakan smartphone

Xiaomi, berapa kali membeli produk. Deskripsi responden dalam

(57)
[image:57.595.113.511.137.446.2]

Tabel 4.1. Deskripsi Responden

Dasar Klasifikasi Sub Klasifikasi Jumlah Presentase (%)

Jenis Kelamin Laki – laki Perempuan

63 33

65,50 34,40

Usia < 26 Tahun

26 - 30 Tahun > 30 Tahun

85 9 2 88,50 09,40 02,10

Pendidikan SMP

SMA / SMK D1,D2,D3,D4 S1/S2 0 22 5 69 0 22,90 05,20 71,90

Pekerjaan Wiraswasta

Pelajar Pegawai Swasta Pegawai Negeri Lainya 6 49 12 3 26 06,30 51,00 12,50 03,10 27,10 Lama Penggunaan

1 - 3 Bulan

3 Bulan - 1 Tahun > 1 Tahun

11 67 18 11,50 69,80 18,80

Pembelian 1 Kali

2 Kali 3 Kali > 3 Kali

79 14 2 1 82,30 14,60 02,10 01,00

Sumber: Lampiran 2 (deskripsi responden)

Pada Tabel 4.1 menunjukan bahwa jenis kelamin responden

sebagian besar adalah Laki-laki, yaitu dengan presentase sebesar 65,5%.

Presentase terbesar usia responden adalah < 26 tahun, yaitu sebesar 88,5%.

Presentase terbesar pendidikan responden adalah S1/S2, yaitu sebesar

71,9%. Presentase pekerjaan responden adalah pelajar, yaitu sebesar 51%.

Sebagian besar lama responden dalam penggunaan produk smartphone

Xiaomi adalah 3 bulan - 1 tahun, yaitu sebesar 69,8%. Sebagian besar

responden melakukan pembelian produk smartphone Xiaomi 1 kali, yaitu

(58)

C. Uji Kualitas Instrumen 1. Uji Validitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan teknik

Product Moment yaitu dengan cara menghitung korelasi antar skor

masing-masingbutir pertanyaan dengan total skor. Item pertanyaan

dinyatakan valid apabila dari hasil uji diperoleh nilai korelasi

antara skor butir dengan skor total signifikan pada tingkat 0,05

(5%). Uji validitas dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan

[image:58.595.140.493.392.694.2]

total 96 responden.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Sampel Kecil (n=30)

No Sampel Variabel Butir R Sig Keterangan

1 Sampel Kecil (n=30) Kesadaran Merek 1 2 3 4 0,791 0,675 0,808 0,742 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Asosiasi Merek 5 6 7 8 0,738 0,818 0,805 0,652 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Persepsi Kualitas 9 10 11 12 0,673 0,682 0,818 0,848 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Loyalitas Merek 13 14 15 16 0,963 0,783 0,797 0,963 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid

Minat Beli 17

18 19 20 0,649 0,818 0,841 0,860 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid

(59)
[image:59.595.134.489.134.642.2]

Tabel 4.3 Hasil Uji Validitas Sampel Besar (n=96)

No Sampel Variabel Butir R Sig Keterangan

1 Besar

(n=96) Kesadaran merek 1 2 3 4 0,738 0,678 0,733 0,676 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Asosisasi merek 5 6 7 8 0,735 0,829 0,753 0,753 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Persepsi kualitas 9 10 11 12 0,659 0,700 0,771 0,759 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Loyalitas merek 13 14 15 16 0,465 0,791 0,691 0,788 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid

Minat beli 17

18 19 20 0,625 0,782 0,847 0,809 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid

Sumber: Lampiran 2 (uji validitas sampel besar)

Tabel 4.2 pada sampel kecil dan Tabel 4.3 pada sampel

besar menunjukkan nilai signifikansi yang diperoleh pada

(60)

persepsi kualitas, loyalitas merek dan minat beli < 0,05. Hal ini

berarti seluruh butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian

ini valid.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan teknik

Cronbach’s Alpha, suatu instrumen dikatakan reliabel atau andal

apabila nilai koefisien Cronbach’s Alpha sama dengan atau lebih

[image:60.595.194.520.360.482.2]

besar dari 0,60.

Tabel 4.4 Hasil Uji Reliabilitas Sampel Kecil (n=30)

No Sampel Variabel Cronbach’s

Alpha

Keterangan

1 Sampel

Kecil (n=30) Kesadaran merek Asosiasi merek Persepsi kual

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Top 5 Penjualan Smartphone Terbaik 2015
Gambar 2.1 Model Penelitian
Tabel 3.1 Instrumen Skala Likert
Tabel 3.2 Definisi Operasional Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

“ pelaku usaha dilarang melakukan pemasokan barang atau jasa dengan cara melakukan jual rugi atau menetapkan harga yang sangat rendah dengan maksud untuk

[r]

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris apakah rasio

Menurut Ibu Amelia Friska Debrina,SH , selaku kasir gereja, praktiknya Gereja Protestan Indonesia bagian Barat Jemaat “MARANATHA” dalam pengelolaan laporan keuangan

Kusnanto, S.Kp., M.Kes selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga Surabaya sekaligus selaku pembimbing I yang telah memberikan saran dan masukan yang

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa praktik pengelolaan keuangan desa yang dimulai dari prosedur perencaanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

Hasil pengamatan sementara peneliti, pada bulan Agustus dan September tahun 2008 diperoleh bahwa masyarakat kelurahan Sidiangkat ketika mengalami sakit mereka menggunakan