• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN CASH POSITION TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN CASH POSITION TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014)"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

2010-2014)

THE INFLUENCE OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DEBT, PROFITABILITY, FIRM SIZE AND CASH POSITION

TO DIVIDEND POLICY

(Study on Manufacture Companies Listed in Indonesia Stock Exchange During the Period 2010-2014)

Oleh

LAILI SOFIA RAHMAN 20120410332

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)

v

bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari

suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya

kepada Tuhanmulah engkau berharap”

(QS. Al-Insyirah: 6-7)

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”

(QS. Ar-Ra’d: 11)

“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin

jika kita telah berhasil melakukannya dengan baik” (Evelyn Underhill)

“Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah

hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup

hanyalah sekali. Ingat hanya kepada Allah apapun dan di manapun kita

berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon”

“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”

(6)

vi

“Untuk memahami hati dan pikiran seseorang, jangan lihat apa yang sudah

dia capai, tetapi lihat pada apa yang dia cita-citakan” (Kahlil Gibran)

“Jadilah diri sendiri dan janganlah menjadi orang lain walaupun orang tersebut nampak lebih baik dari kita”

“Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima”

(Kahlil Gibran)

“Belajarlah dari kesalahan masa lalu, bekerja keras untuk masa kini, dan berharap hasil yang terbaik pada masa depan”

“If opportunity doesn’t come to you, then creat it and do your best at any moment that you have”

(7)

vii

mempersembahkan karya sedehana ini kepada:

1. Allah SWT yang selalu memberikan kesabaran, kemudahan dan

kelancaran dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

2. Bapak Tugiman, S.Pd dan Ibu Sugirah, orang tua saya yang senantiasa

memberikan dukungan, bimbingan., doa, dan pengorbanan yang tak

terhingga hingga saya bisa menyelesaikan penelitian ini.

3. Kakak dan adikku Mas Zain, Mbak Putri, Dek Nisa dan keponakanku

Dek Zuhdan yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat hingga

saya bisa menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Arni Surwanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan

penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama

proses penyelesaian skripsi ini.

5. Sodara-sodaraku dan seluruh Keluarga Besarku, Mbah Putri, Mbah

Kakung dan semua sodara sepupuku yang selalu memberikan dukungan

dan doa hingga saya bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.

6. Ramadyan Endra K, teman dekat sekaligus sahabat dari SMA hingga

Kuliah yang selalu sabar menemani saat di kampus maupun di luar

kampus, yang selalu mengalah disaat aku lagi marah, yang selalu

memberikan dukungan, semangat sekaligus doa kepada saya setiap

(8)

viii

bagi kita disetiap harinya, yang bisa memberikan rasa persaudaraan

hingga bisa seperti keluarga kedua bagi saya. Semoga kedepannya “We

can get a lot of success on our future and don’t forget to focus on your

skription and keep fighting gaess!!!! Semoga kita yang belum gelar

sarjana bisa segera gelar sarjana di tahun ini *Amiin

8. Sahabat-sahabatku “Keluarga KP”, Om Galih, Bang Yud, Fahad, Putri, Mega dan Fella. Temen Kampus dari semester satu sampai semester

akhir yang selalu memberikan rasa kebersamaan saat dikampus, yang

selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya, yang

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. Pokoknya

Thank you so much gaess!! Semoga tahun ini bisa wisuda semua dan

kedepannya kita bisa sukses bersama *Amiin

9. Sahabat-sahabatku “Keluarga Mejikuhibiniu”, Euis, Meli, Baiq, dan Apip yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa hingga saya

bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.

10. Teman-teman KKN UMY 2015 kelompok 199 yang sama-sama berjuang menyelesaikan pengabdian pada masyarakat, yang selalu

mengutamakan kekompakan demi berjalannya kegiatan-kegiatan kkn.

(9)

ix

penelitian ini.

12. Seluruh keluarga Kelas Manajemen I angkatan 2012 yang sudah memberikan dukungan dan semangat kepada saya, yang sudah menjadi

teman terbaik sekaligus keluarga bagi saya selama di bangku

perkuliahan. Terima kasih untuk kalian yang sudah memberikan rasa

kebersamaan selama dibangku perkuliahan.

13. Seluruh keluarga IMM FE UMY dan BEM FE UMY yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa bergabung dalam suatu

organisasi. Terimakasih banyak karena telah memberikan pengalaman

(10)

x

Position terhadap Kebijakan Dividen. Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2014. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling

sehingga didapatkan 74 sampel pada 25 perusahaan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, dan

cash position berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

(11)

xi

this research are manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange period 2010 to 2014. This study using purposive sampling and obtained 74 sample in 25 companies.

The result of this study indicate that; institutional ownership has positive and significant influence to dividend policy, debt has negative and significant influence to dividend policy, profitability has insignificant influence to dividend policy, firm size has negative and significant influence to dividend policy and cash position has positive and significant influence to dividend policy.

(12)

xii

Assalamu’alaikum wr.wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,

karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaan, dan Cash Positionterhadap Kebijakan Dividen”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan

dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan

dividen dan masukan bagi calon investor maupun investor dalam menentukan

investasinya pada perusahaan sesuai dengan kebijakan dividen yang

diinginkannya, serta memberikan ide pengembangan bagi penelitian

selanjutnya.

Penyelesaiian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan

berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :

1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan

(13)

xiii

3. Ibu Dr. Arni Surwanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh

kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses

penyelesaian skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya Dosen

Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuannya kepada penulis selama dibangku perkuliahan.

5. Bapak Tugiman, S.Pd dan Ibu Sugirah selaku orangtua dari penulis serta

saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,

perhatian dan mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

6. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang telah memberikan dukungan,

bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Sebagai kata akhir, kebenaran selalu milik Allah SWT sementara

kesalahan selalu dari hambaNya, penulis menyadari masih banyak kekurangan

dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian

selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.

Yogyakarta, 18 Agustus 2016

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………..… i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….…. ii

HALAMAN PENGESAHAN……….…... iii

HALAMAN PERNYATAAN……….……... iv

HALAMAN MOTTO………..…………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN………..……….. vii

INTISARI……….…….. x

ABSTRAK..……….……….………... xi

KATA PENGANTAR………... xii

DAFTAR ISI………... xiv

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR GAMBAR……….….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN………...………...……….….. 1

A.Latar Belakang Penelitian………...…..………..…… 1

B.Batasan Masalah Penelitian...……… 8

C.Rumusan Masalah……….……….. 8

D.Tujuan Penelitian……….………...… 9

E. Manfaat Penelitian……… ………...…….. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………..……….…. 11

A.Landasan Teori………..…... 11

(15)

xv

C.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen.…... 23

D.Hubungan Antar Variabel dan Penurunan Hipotesis…….…... 29

E. Model Penelitian……….……….……….… 41

BAB III METODE PENELITIAN……….…..…….. 42

A.Obyek Penelitian……….……….……. 42

B. Jenis dan Sumber Data……….………….… 42

C.Teknik Pengambilan Sampel………....… 42

D.Metode Pengumpulan Data……… …….……. 44

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………...……. 45

F. Tenik Analisis Data dan Uji Hipotesis……….……… 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 57

A.Statistik Deskriptif……… 57

B.Hasil Uji Asumsi Klasik………... 59

C.Hasil Analisis Regresi Linier Berganda……….….. 68

D.Hasil Penelitian (Uji Hipotesa)………..….……….. 71

E. Pembahasan (Interpretasi)………..……….…. 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..………... 88

A.Kesimpulan…….………..… 88

B. Saran………..……... 89 C.Keterbatasan Penelitian………..…………...…..…. 91

DAFTAR PUSTAKA

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

3.1 Data Pemilihan Sampel Penelitian………..………. 44

4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif………..…….…. 57

4.2 Hasil Uji Normalitas……… 60

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas………....……... 62

4.4 Tabel Nilai Durbin-Watson.……….………....… 63

4.5 Hasil Uji Autokorelasi ke-1 dengan Durbin Watson………... 63

4.6 Hasil Uji Autokorelasi ke-2 dengan Durbin Watson………... 65

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ke-1………... 67

4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ke-2………... 67

4.9 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda………..………..….… 69

4.10 Ringkasan Hasil Uji Nilai t……… 71

4.11 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis………...………. 74

4.12 Hasil Uji Nilai F………...…….. 74

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

2.1 Model Penelitian……….……... 41

4.1 Grafik Histogram……….……….... 61

4.2 Normal Probability Plot………....………... 61

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan

Lampiran 2. Data Outlier

Lampiran 3. Daftar Sampel Perusahaan Yang Diolah

Lampiran 4. Tabulasi Data Variabel Penelitian

Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Deskriptif

Lampiran 6. Hasil Uji Regresi Linier Berganda

Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas

Lampiran 8. Hasil Uji Multikolinearitas

Lampiran 9.Hasil Uji Autokorelasi

Lampiran 10. Data Transformasi Dalam Uji Autokorelasi

Lampiran 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 12. Data Outlier Dalam Uji Heteroskedastisitas

Lampiran 13. Hasil Uji Parsial (Uji-t)

Lampiran 14. Hasil Uji Simultan (Uji-F)

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun

pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan

menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan

karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas

saham yang dimilikinya dalam perusahaan tersebut dengan jangka waktu tertentu.

Kebijakan dividen pada dasarnya adalah salah satu keputusan yang penting

bagi perusahaan. Kebijakan ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk

menentukan berapa besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan

berapa laba yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba

ditahan. Besar kecilnya laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham

tergantung pada besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan serta kebijakan

dividen yang diterapkan pada perusahaan itu sendiri, karena semakin kecil laba

yang ditahan maka semakin besar keuntungan yang akan dibagikan kepada

pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengoptimalkan

kebijakan yang diambil karena kebijakan dividen yang optimal akan

menyeimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang

(20)

Dalam membagikan dividen tentunya dapat terjadi suatu masalah

kebijakan dividen yang disebut dengan konflik keagenan (Putri dan Nasir, 2006).

Konflik keagenan dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara

pemilik dan manajer perusahaan mengenai laba yang diperoleh perusahaan.

Pemilik memiliki tujuan untuk mensejahterakan kemakmuran para pemegang

saham sedangkan manajer cenderung memiliki tujuan untuk kemakmuran dirinya

sendiri sehingga akan mempengaruhi dividen yang akan dibagikan. Konfik

keagenan juga dapat pula terjadi karena adanya perbedaan antara manajer dengan

pemegang hutang (debtholder), dimana manajer menginginkan laba ditahan untuk

diinvestasikan kembali di perusahaan, sedangkan debtholder menginginkan laba

ditahan untuk membayar hutang perusahaan karena dikhawatirkan apabila laba

diinvestasikan kembali di perusahaan hasilnya akan tidak sesuai dengan yang

diharapkan sehingga hutang perusahaan tidak dapat terbayar. Perbedaan

kepentingan itulah maka timbul konflik yang disebut sebagai agency conflict.

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemegang saham untuk

meminimalisir kekhawatiran atas dana yang berada di bawah kendali manajemen.

Salah satu cara yang paling sering digunakan adalah melalui struktur kepemilikan

yaitu meningkatkan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional

merupakan salah satu mekanisme monitoring eksternal yang mampu mengawasi

dan mendisiplinkan manajer agar selalu berusaha memaksimumkan kesejahteraan

(21)

lembaga seperi: perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan

saham oleh institusi lainnya yang akan mendorong tingkat pengawasan yang lebih

optimal. Semakin tinggi tingkat persentase kepemilikan saham oleh pihak institusi

akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusi

kepada manajer, sehingga dapat menekan perilaku opportunistic manajer dan dari

pengawasan tersebut dimungkinkan kepada manajer untuk tidak menggunakaan

dana internal untuk pengeluaran yang tidak perlu sehingga dana internal lebih

dapat dioptimalkan.

Dalam mengawasi dan memonitor perilaku manager, pemegang saham

harus bersedia mengeluarkan kos pengawasan yang disebut agency cost. Untuk

mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan kepemilikan institusional.

Sehingga keberadaan kepemilikan institusional dianggap mampu menjadi

mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh

manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang

strategis perusahaan (Jensen, M.C. dan Meckling, 1976).

Pengawasan intensif yang dilakukan investor institusional menyebabkan

manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan investor. Pihak investor

institusional mempunyai keinginan untuk mendapatkan profit dari perusahaan

dalam bentuk dividen. Dividen juga dapat sebagai sarana pengawasan oleh pihak

investor institutional. Pembagian dividen dapat mencerminkan kinerja perusahaan.

(22)

menjalankan perusahaan secara efektif dan efisien sehingga diharapkan mampu

mencapai profit yang tinggi.

Kebijakan dividen juga dipengaruhi oleh kebijakan hutang perusahaan.

Kebijakan hutang (leverage) merupakan kemampuan perusahaan dalam

membayar utang jangka panjangnya, yang dalam penelitian ini diukur

menggunakan debt to total assets ratio (DAR). Debt to total assets ratio (DAR)

adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas

perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk

membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. suatu perusahaan

dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang

cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total

hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin

tinggi rasio ini berarti semakin tinggi risiko perusahaan untuk menyelesaikan

kewajiban jangka panjangnya dan semakin tinggi juga beban bunga hutang yang

harus ditanggung perusahaan. Tingginya risiko tersebut mengakibatkan

pembayaran dividen yang akan dibayarkan kepada investor akan semakin rendah.

Sehingga, rasio ini dapat mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh

hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala kurang baik

bagi perusahaan (Sartono, 2001).

Penggunaan sumber dana eksternal berupa utang tentunya akan membawa

(23)

Hal tersebut mengakibatkan perusahaan akan mempertimbangkan hal tersebut

sebagai kebijakan yang dapat mepengaruhi besar kecilnya dividen yang akan

dibagikan perusahaan kepada para investor. Tentunya secara logika bahwa

perusahaan yang banyak bergantung pada sumber dana eksternal seperti hutang

akan membayarkan dividen kepada pemegang saham yang lebih kecil

dibandingkan dengan perusahan yang tidak memiliki hutang.

Profitabilitas juga dapat mempengaruhi dalam kebijakan dividen.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2000).

Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit karena profitabilitas

perusahaan merupakan salah satu cara yang digunakan sebagai penilaian secara

tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat atas aktifitas investasi

yang dilakukan. Jumlah dividen yang dibagikan perusahaan kepada para

pemegang saham bergantung pada keuntungan yang diperoleh perusahaan saat ini

dan dividen pada tahun sebelumnya. Apabila laba yang diperoleh perusahaan

semakin besar maka akan besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan

dividen kepada para pemegang saham.

Selain profitabilitas faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen

adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan cermin dari besar

(24)

perusahaan atau total penjualan (Sunyoto, 2006). Pada penelitian ini ukuran

perusahaan didasarkan pada total asset perusahaan. Ukuran untuk menentukan

ukuran perusahaan adalah log natural dari total assets. Ukuran perusahaan yang

besar tentunya akan memiliki akses yang mudah dalam menuju pasar modal,

sehingga dapat mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana

internal. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki asset yang banyak akan

membagikan dividen yang tinggi. Begitu juga sebaliknya perusahaan yang

memiliki ukuran perusahaan yang kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk

memiliki akses menuju pasar modal, sehingga perusahaan yang memiliki asset

sedikit cenderung akan membagikan dividen yang rendah karena laba yang di

peroleh perusahaan dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah asset

perusahaan tersebut.

Cash Position atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor

penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk

menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang

saham. Cash Position ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

mendanai operasional perusahaan dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya

(Munawir, 2002). Perusahaan yang memiliki cash position yang baik tentunya

akan memungkinkan pembayaran dividen yang baik pula. Oleh karena itu dividen

merupakan cash outflow, artinya dividen merupakan kas keluar dimana dividen

(25)

kepemilikan kas yang baik dan besar. Sehingga semakin kuatnya posisi kas atau

likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen

(Riyanto, 2001).

Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Sisca Christianty Dewi (2008). Adapun pengembangan yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) Penelitian sebelumnya menggunakan

lima variabel independen yaitu kepemilikan managerial, kepemilikan institusional,

kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan lima variabel

independen yang terdiri dari Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,

Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Cash Position terhadap Kebijakan Dividen.

(2) Periode pengambilan data dalam penelitian sebelumnya adalah tahun 2002

sampai dengan 2005, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan data dengan

cakupan periode lebih lama dan terkini yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2014.

(3) Objek penelitian sebelumnya menggunakan laporan keuangan seluruh

perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan penelitian

ini menggunakan laporan keuangan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diputuskan untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Institusional,

(26)

Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)”.

B. Batasan Masalah Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar batas dari apa yang

akan dibahas sesuai dengan judul, ada beberapa batasan masalah penelitian yang

akan peneliti lakukan:

1. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini selama lima tahun

yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2014.

4. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kebijakan dividen, sedangkan

variabel independennya terdiri dari kepemilikan institusional, kebijakan

hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan cash position.

C. Rumusan Masalah Penelitian

1. Apakah ada pengaruh yang signifikan kepemilikan institusional terhadap

kebijakan dividen?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan kebijakan hutang terhadap kebijakan

(27)

3. Apakah ada pengaruh yang signifikan profitabilitas terhadap kebijakan

dividen?

4. Apakah ada pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen?

5. Apakah ada pengaruh yang signifikan cash position terhadap kebijakan

dividen?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kepemilikan institusional terhadap

kebijakan dividen.

2. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kebijakan hutang terhadap

kebijakan dividen.

3. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan

dividen.

4. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap

kebijakan dividen.

5. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh cash position terhadap kebijakan

dividen.

E. Manfaat Penelitian

Hal penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat

(28)

dilaksanakan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan diantaranya sebagai berikut :

1. Bidang Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna

untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang manajemen

keuangan serta menjadi referensi untuk mengembangkan atau memperbaharui

literatur-literatur yang telah terpapar di masa lalu mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen.

2. Bidang Praktis

a. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk

menentukan investasi sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Peneliti

juga berharap para investor nantinya dapat memberikan informasi dalam

menilai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan secara teoritis. Maka dari itu,

investor mampu mengawasi perusahaan agar tidak terjadi permasalahan

keagenan.

b. Bagi emiten, hasil temuan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam

pembuatan keputusan terhadap dividend payout ratio agar dapat

memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi para akademisi hasil studi ini

diharapkan dapat memberikan masukan terhadap isu tentang faktor-faktor yang

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti

lain yang menyatakan hutang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu

perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Sedangkan

kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa

besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang

saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di

dalam perusahaan. Dari pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada rentang

pertimbangan antara kepentingan pemegang saham disatu sisi dan kepentingan

perusahaan disisi yang lain (Ang, 1997).

Weston dan Brigham (1990) menyatakan, kebijakan dividen yang optimal

pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara

dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga

saham. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau

menahannya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu peluang investasi yang

(30)

saham untuk pendapatan saat ini jika dibanding pendapatan masa mendatang. Menurut

Martin et., al. (1997), kebijakan dividen (Dividend policy) perusahaan meliputi dua

karakteristik. Pertama, rasio pembayaran dividen menunjukkan jumlah dividen yang

dibayarkan relatif terhadap pendapatan perusahaan atau pendapatan tiap lembar.

Komponen kedua adalah stabilitas dividen sepanjang waktu.

Adapun berbagai teori yang dapat dijadikan landasan mengenai kebijakan

dividen, antara lain:

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan

masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Sari, 2010).

Agency relationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama

bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut dengan agen yang

bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan

pihak ketiga. Pada agency theory yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan

yang disebut dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Pihak

prinsipal memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas nama

prinsipal dan diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Hartono

dan Atahau, 2007 dalam Sari, 2010).

Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan

(31)

konflik diantara keduanya. Hal tersebut terjadi karena manager cenderung berusaha

mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan para pemegang sahamnya.

Sehingga, pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal

tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan

yang diterima (dividen). Pemegang saham menginginkan agar biaya tersebut dibiayai

oleh hutang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa hutang mengandung

risiko yang tinggi.

Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan suatu

mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang

terkait tersebut. Adanya kepemilikan institusional akan mampu mengawasi dan

mendisiplinkan manajer agar selalu berusaha memaksimumkan kesejahteraan pemegang

saham. Dengan demikian keberadaan kepemilikan institusional maupun manajerial

dapat menyebabkan pembayaran dividen tinggi karena semua pihak lebih

mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan pemegang saham. Namun, dengan

munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu biaya yang

disebut dengan biaya agensi (agency cost). Biaya-biaya keagenan tersebut, yaitu: (1)

Monitoring cost merupakan biaya yang timbul karena adanya pengawasan atau

monitoring terhadap tindakan manajer agar tidak melakukan tindakan yang

menyimpang, biaya tersebut ditanggung oleh pihak pemilik (pemegang saham), (2)

(32)

menjamin bahwa dirinya akan bertindak untuk kepentingan pemilik (pemegang saham)

dan tidak akan mengambil tindakan yang merugikan para pemegang saham, dan (3)

Residual loss merupakan biaya yang ditanggung oleh perushaan karena adanya

perbedaan kepentingan dan tindakan antara keputusan yang diambil oleh manajer

dengan pemegang saham yang seharusnya memberikan manfaat maksimal bagi

pemegang sham dalam hubungan keagenan.

2. Teori Kebijakan Dividen

Ada beberapa macam teori tentang kebijakan dividen. Berikut ini adalah teori

tentang kebijakan dividen dalam Bringham dan Houston (2001) :

a. Teori Dividen Tidak Relevan (Dividend irrelevance theory)

Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa

kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap harga saham maupun

terhadap biaya modal perusahaan. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller

(M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan ditentukan pada kemampuan

perusahaan dalam memperoleh laba, bukan pada bagaimana laba tersebut dibagi menjadi

dividen dan laba ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan suatu yang

tidak relevan untuk dipersoalkan.

b. Bird in the hand–Theory

Bird in the hand–Theory dinyatakan oleh Gordon dan Lintner yang

(33)

ini dikarenakan investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen

dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena

komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal sendiri

(capital gain). Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal

(capital gain) yang akan dihasilkan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima

dividen, karena dividen merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan

sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui

mekanisme penentuan harga.

c. Teori perbedaan pajak (Tax Preference Theory)

Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan

dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat

menunda pembayaran pajak. Jika capital gain dikenakan pajak dengan relatif lebih

rendah dari pada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi

akan direspon positif oleh investor. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak

yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain akan

berkurang. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan

dengan pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham

dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran

dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika

(34)

antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat

keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield

yang tinggi dari pada saham dengan dividend yield yang rendah.

Terdapat dua teori lainnya yang dapat membantu dalam memahami kebijakan

dividen, antara lain:

1) Isu Informasi Dividen atau Teori Signaling (Signaling Theory)

Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan

dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Hal ini

dibantah oleh teori isu informasi dari dividen atau teori signal yang menjelaskan bahwa

dividen tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi disebabkan

oleh prospek perusahaan.

Menurut teori signaling, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan. Jika

perusahaan merasa bahwa prospek dimasa mendatang baik (pendapatan meningkat dan

diperkirakan dividen yang meningkat dapat dibayarkan), maka perusahaan akan

meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen

tersebut. Namun jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang menurun,

perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif

terhadap pengumuman tersebut. Sehingga berdasarkan teori tersebut, dividen

mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang

(35)

2) Efek Klien (Clientele effect)

Clientele effect merupakan kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis

investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut argumen ini dividen seharusnya

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Sebagai contoh,

kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena

dividen mempunyai tingkat pajak yang tinggi dibandingkan dengan capital gain.

Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai dividen.

Kebijakan dividen merupakan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan

kepada pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk

membiayai investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih membagikan laba yang

diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan

selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih

untuk menahan laba yang diperolehnya maka kemampuan pembentukan dana internal

akan semakin besar.

3) Kebijakan Pembagian Dividen

Perusahaan harus menentukan berapa besarnya keuntungan atau laba yang

harus ditahan dalam upaya reinvestasi dan berapa yang harus dibagikan kepada

pemegang saham dalam bentuk dividen. Keputusan yang sekiranya dilematis ini

(36)

dananya sekaligus demi upaya pertumbuhan perusahaan. Menurut Riyanto (2001) ada

empat alternatif pembayaran dividen :

a. Kebijakan Dividen yang Stabil

Kebijakan dividen yang stabil artinya jika ada perubahan laba (naik atau

turun), dividen yang dibayarkan tidak serta merta berubah (naik atau turun) sesuai

perubahan laba tersebut. Bisa juga diartikan jumlah dividen per lembar yang dibayarkan

setiap tahunnya relatif sama atau tetap selama jangka waktu tertentu meskipun

pendapatan per lembar saham per tahunnya mengalami fluktuasi.

b. Kebijakan dividen dengan penempatan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra

tertentu.

Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham

setiap tahunnya dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan

membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal. Sebaliknya, jika keadaan

perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya dividen minimal saja.

c. Kebijakan dividen dengan penetapan Dividend Payout Ratio yang konstan.

Kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan. Berarti bahwa

jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi

sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.

(37)

Kebijakan ini menetapkan besaran dividen setiap tahunnya disesuaikan

dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari pengaruh yang bersangkutan. Bisa

diartikan, kebijakan ini tidak kaku dan mampu menyesuaikan sesuai kondisi perusahaan.

4) Prosedur Pembayaran Dividen

Di dalam pembayaran dividen, emiten akan selalu mengumumkan secara

resmi jadwal pelaksanaan pembayaran dividen. Pengertian emiten itu sendiri adalah

perusahaan yang mengeluarkan/menerbitkan saham atau biasanya juga disebut pihak

yang melakukan penawaran umum, yang selanjutnya saham tersebut akan

diperjualbelikan melalui bursa efek (pasar sekunder).

Menurut Hanafi (2004) dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan

atau prosedur yaitu sebagai berikut :

a. Declaration Date

Declaration Date adalah tanggal keputusan untuk membagikan dividen pada

RUPS, atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembayaran

dividen.

b. Date of record

Date of record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham

pada tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima dividen, atau hari terakhir

untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang

(38)

c. Ex-devidend

Ex-devidend adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen periode berjalan

dilepaskan dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau

sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh deviden yang akan dibagikan.

d. Payment date

Payment date merupakan tanggal kapan dividen tersebut akan dibayarkan,

dan bagaimana cara pembayarannya.

B. Penelitian Terdahulu

Dengan demikian hasil penelitian ini akan mengacu pada hasil penelitian yang

pernah dilakukan sebelumnya.

1. Nuringsih (2005) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh kepemilikan manajerial,

kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen”.

Dari hasil penelitiannya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.

2. Hartadi (2006) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh cash position,

profitabilitas, pertumbuhan, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap

kebijakan dividen”. Dari hasil penelitiannya bahwa cash position berpengaruh

(39)

kebijakan hutang dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kebijakan dividen.

3. Dewi (2008) dengan penelitian yang berjudul “analisis pengaruh kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran

perusahaan terhadap kebijakan dividen” yang mengemukakan bahwa pengaruh

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan ukuran

perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

4. Bukhori (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh kepemilikan

institusional, kesempatan bertumbuh, kebijakan hutang, profit, dan tingkat risiko

terhadap kebijakan dividen”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan

institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen,

kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan

dividen, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

Sedangkan kebijakan hutang dan tingkat risiko berpengaruh negatif dan tidak

signifikan atau tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.

5. Mulyono (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh debt to equity ratio,

insider ownership, size dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen”.

(40)

pengaruh positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan investment opportunity

set memiliki hubungan yang negatif terhadap dividend payout ratio.

6. Arimawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis pengaruh cash

position, return on equity, debt to equity ratio, company’s growth dan collateralizable

assets terhadap dividend payout ratio”. Yang mengemukakan bahwa cash position,

return on equity, collateralizableassets memiliki pengaruh positif terhadap dividend

payout ratio sedangkan debt to equity ratio, company’s growth memiliki hubungan

yang negatif terhadap dividend payout ratio.

7. Difah (2011) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh, profitabilitas, cash ratio,

pertumbuhan, ukuran perusahaan dan dividen tahun lalu terhadap dividend payout

ratio”. Dari hasil penelitiannya bahwa cash ratio, pertumbuhan dan ukuran

perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan

profitabilitas dan dividen tahun lalu tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend

payout ratio.

8. Arifin (2012) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh agency cost terhadap

dividend payout ratio”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa institusional ownership,

collateralizable assets dan debt to total assets memiliki pengaruh positif terhadap

dividend payout ratio sedangkan insider ownership dan firm size berpengaruh negatif

(41)

9. Ningsih (2013) melakukan penelitian dengan judul “analisis pengaruh kepemilikan

manajerial, kebijakan hutang, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

dividen”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kebijakan

hutang dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen,

sedangkan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap kebijakan dividen.

10. Lopolusi (2013) melakukan penelitian dengan judul “analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen sektor manufaktur yang terdaftar di bursa efek

indonesia periode 2007-2011”. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel

profitabilitas, likuiditas, hutang, pertumbuhan dan free cash flow berpengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel ukuran

perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

C. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan

kebijakan dividen. Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen seperti pajak, inflasi,

biaya transaksi dan preferensi pribadi membuat pertanyaan tentang bernilai atau

tidaknya dividen menjadi tidak mutlak. Ada situasi dimana dividen tinggi disukai dan

skenario lain dimana tidak adanya atau rendahnya dividen yang disukai. Dampak dari

(42)

pentingnya dividen. Masing-masing berguna untuk menjawab pertanyaan tentang nilai

dividen dalam situasi tertentu. Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor yang

paling berpengaruh pada penetapan kebijakan dividen yang antara lain adalah:

1. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham

pada akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank, perusahaan

investasi atau institusi lain (Rahmawati, 2011). Dalam agency theory, aktifitas

pemonitoran oleh pihak luar sangat diperlukan. Salah satu pemonitoran dari luar

perusahaan adalah investor institusional, semakin banyak jumlah pemonitor maka

kemungkinan terjadinya konflik akan semakin rendah, hal ini berarti akan menurunkan

biaya keagenan, sedangkan cara untuk mereduksi biaya keagenan adalah dengan

pembayaran dividen kepada pemegang saham. Adanya pemegang saham saham seperti

kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya

kepemilikan institusional juga dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih

optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran

pemegang saham dan dapat menghindari perilaku oportunistik yang dilakukan oleh

pihak manajemen (manajer).

Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa keberadaan investor

institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap

(43)

dalam pengambilan yang strategis perusahaan. Kepemilikan saham oleh pihak institusi

akan berdampak pada peningkatan dividen sehingga kepemilikan institusi yang

meningkat akan meningkatkan dividen payout ratio. Adanya jumlah persentase saham

yang dimiliki oleh pihak manajemen dan institusi yang tidak seimbang, maka akan

menimbulkan konflik keagenan. Semakin tingginya tingkat kepemilikan saham oleh

pihak institusi maka tingkat pengawasan terhadap manajer akan meningkat, karena

dengan adanya kepemilikan tersebut diharapkan manajer tidak akan menggunaan dana

perusahaan untuk tindakan ataupun keperluan yang tidak penting sehingga dana internal

menjadi lebih optimal. Maka perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan saham

oleh pihak institusional yang besar juga akan membayar dividen dalam jumlah yang

besar, sedangkan pada persentase kepemilikan saham oleh institusional yang kecil akan

cenderung membayar dividen yang rendah.

2. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk

melakukan pembiayaan melalui hutang. Pada umumnya semakin besar suatu

perusahaan, semakin besar pula penggunaan hutang dalam membiayai kekurangan

pendanaan dalam operasional perusahaannya. Brigham dan Houston (2011) menjelaskan

bahwa penggunaan hutang untuk membiayai operasional perusahaan ini harus dengan

kehati-hatian, karena apabila penggunaan hutang terlalu besar maka akan berdampak

(44)

juga menjelaskan bahwa dengan penggunaan dana dengan hutang dapat membatasi

manajer perusahaan tersebut, karena seorang manajer yang menyimpang dari tujuan

perusahaan pada umumnya memanfaatkan kelebihan dana pada arus kas perusahaan

tersebut. Sehingga dengan pendanaan melalui hutang arus kas perusahaan dapat

berkurang dan manajer perusahaan tidak akan melakukan hal menyimpang yang hanya

memperkaya diri sendiri.

Brealey et., al. (2007) dalam Istiana W (2015) menjelakan mengenai M-M

yang berpendapat bahwa perusahaan yang tidak memiliki hutang akan membayarkan

semua laba operasinya sebagai dividen ke pemegang saham. Karena rasio pembayaran

dividen juga dipengaruhi oleh arus kas perusahaan, sehingga apabila suatu perusahaan

memiliki hutang, maka hutang tersebut akan mengurangi arus kas perusahaan dan

mempengaruhi rasio pembayaran dividen. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan

menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan

dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang.

Apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi maka perusahaan

berusaha untuk mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan

membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan

merelakan dividennya untuk membiayai investasinya (Dewi, 2008).

Akmalia dan Hindasah (2010) dalam Istiana (2015) menjelaskan bahwa

(45)

besar pula kewajibannya. Pada gilirannya peningkatan hutang akan mempengaruhi

tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang

akan diterima karena kewajiban membayar bunga dan hutang tersebut diprioritaskan

daripada membayar dividen. Apabila beban hutang dan bunga semakin tinggi maka

kemampuan perusahaan membayar dividen semakin rendah.

3. Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan

(profitabilitas) pada tingkat penjualan, total asset maupun modal saham tertentu (Hanafi,

2008). Setiap perusahaan yang didirikan tentu diorientasikan untuk mendapatkan laba

dengan tidak mengorbankan kepentingan pelanggan untuk mendapatkan kepuasan.

Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja finansial perusahaan. Laba tahun

berjalan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen saat ini

selain dividen tahun sebelumnya. Perusahaan penghasil profit mampu membayar

dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai

investasinya dengan syarat profit yang dihasilkannya cenderung stabil (Ardian, 2014

dalam Istiana, 2015).

Berdasarkan definisi-definisi diatas bahwa profitabilitas adalah sesuatu yang

diperoleh oleh perusahaan diatas biaya-biaya yang telah dikeluarkan, yang dapat

diartikan selisih antara pendapatan perusahaan dengan biaya-biaya yang harus

(46)

memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan

meningkatkan profit. Profitability dapat diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam

dimensi yang saling terkait. Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales

sehingga terjadi residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran yang

lainnya adalah return on investment (ROI) atau disebut juga return on asset (ROA), yang

berkaitan dengan profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya.

Return on sales dapat berupa rasio gross margin, operating margin, profit margin.

Return on investment dapat berupa rasio return on asset, dan return on equity.

4. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan di tingkat

industri (Hardinugroho dan Chabachib, 2012 dalam Istiana, 2015). Suatu perusahaan

besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal,

sementara perusahaan yang baru dan masih kecil akan mengalami banyak kesulitan

untuk memiliki akses ke pasar modal. Kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti

untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar,

sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi

daripada perusahaan kecil.

Tujuan pembayaran dividen yang tinggi ini untuk menjaga reputasi

(47)

akan membagikan dividen yang rendah dikarenakan profit dialokasikan pada laba

ditahan yang digunakan untuk menambah asset (Aulia, 2011 dalam Istiana, 2015).

Dewi (2008) menjelaskan bahwa perusahaan yang besar akan cenderung

membagikan dividen yang tinggi untuk menjaga reputasi dikalangan investor, sedangkan

ukuran perusahaan yang kecil akan mengalokasikan laba ke laba yang ditahan untuk

menambah asset perusahaan sehingga cenderung membagikan dividen yang rendah.

5. Cash Position

Umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi

kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah dividen yang

akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham tentu

saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi sebagai hasil dari modal yang mereka

investasikan.

Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting

yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya

dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Semakin tinggi posisi kas

menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban

pendeknya (Sunarto dan Kartika, 2003). Oleh karena dividen merupakan cash outflow,

artinya dividen merupakan kas keluar dimana dividen dapat dibagikan kepada pemegang

(48)

semakin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar

kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001).

Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earnings after tax.

Bagi perusahaan yang memiliki cash position yang semakin kuat akan semakin besar

kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini merupakan faktor internal yang

dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara

langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi, 2002).

D. Hubungan Antar Variabel Dan Penurunan Hipotesis

1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen

Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak

institusi pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Dewi, 2008). Kepemilikan

institusional memiliki kemampuan lebih dari investor individu, khususnya pemegang

saham institusional dengan kapasitas besar atau diatas 5%. Menurut agency teory,

tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan

yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manager. Perilaku

oportunistik adalah perilaku yang sering dilakukan oleh manajer untuk memanfaatkan

segala kesempatan untuk mencapai tujuan pribadi. Pengawasan terhadap manajer dapat

menurunkan konflik keagenan yang dapat terjadi.

Pengawasan intensif yang dilakukan investor institusional menyebabkan

(49)

pengawasan dimungkinkan kepada manajer untuk tidak menggunakan dana perusahaan

pada hal-hal yang memang tidak perlu yang dapat merugikan para investor sehingga

dana internal perusahaan menjadi lebih optimal. Karena pada dasarnya, salah satu alasan

pihak investor institusional menanamkan sahamnya pada suatu perusahaan adalah

karena pihak institusi mempunyai keinginan untuk mendapatkan profit dari perusahaan

dalam bentuk dividen. Dan dividen dapat dijadikan sebagai sarana pengawasan oleh

pihak investor institutional. Pembagian dividen dapat mencerminkan kinerja perusahaan.

Jika dividen yang dibagi tinggi maka perusahaan tersebut mampu menjalankan

perusahaan secara efektif dan efisien sehingga diharapkan mampu mencapai profit yang

tinggi. Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan saham perusahaan oleh investor

institusional maka kebijakan dividen semakin tinggi.

Arifin (2012) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Ketika institusional

ownership pada perusahaan meningkat maka dividen pada perusahaan tersebut juga akan

meningkat dan hasil signifikan pada institusional ownership menjelaskan bahwa terdapat

pengaruh yang besar antara insitusional ownership dengan kebijakan dividen.

Thanatawee, Yordying (2013) juga menyebutkan bahwa kepemiilikan

institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).

Artinya jika kepemilikan institusional mengalami peningkatan, maka dividend payout

(50)

kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar. Semakin tinggi tingkat kepemilikan

institusional akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak

institusional sehingga dapat mengurangi masalah keagenan. Dengan adanya

pengurangan terhadap masalah keagenan maka perusahaan akan bisa membagikan

dividen yang lebih besar.

Selain itu, Pujiati (2015) juga menjelaskan bahwa kepemilikan institusional

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Semakin tingginya

tingkat kepemilikan saham oleh pihak institusi menyebabkan tingkat pengawasan

terhadap manajer akan semakin meningkat, karena dengan adanya kepemilikan tersebut

diharapkan manajer tidak akan menggunaan dana perusahaan untuk tindakan ataupun

keperluan yang tidak penting. Maka perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan

saham oleh pihak institusional yang besar juga akan membayar dividen dalam jumlah

yang besar, sedangkan pada persentase kepemilikan saham oleh institusional yang kecil

akan cenderung membayar dividen yang rendah.

Penelitian Arifin (2012) didukung oleh penelitian Thanatawee, Yordying

(2013) dan Pujiati (2015) yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi

kepemilikan institusional maka semakin besar perusahaan akan memberikan dividennya.

(51)

H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

2. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen.

Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk

melakukan pembiayaan melalui hutang. Pada umumnya semakin besar suatu

perusahaan, semakin besar pula penggunaan hutang untuk membiayai kekurangan

pendanaan dalam kegiatan operasionalnya. Semakin besar hutang maka semakin besar

pula beban tetap berupa bunga dan cicilan hutang yang ditanggung suatu perusahaan.

Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang

mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang,

sebaliknya apabila pada tingkat hutang yang rendah perusahaan akan membagikan

dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan untuk mensejahterakan

pemegang saham.

Jensen et., al. (1992) dalam Ismiyanti dan Hanafi (2003) menyatakan bahwa

kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Karena penggunaan

hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian

besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya,

pada tingkat hutang yang rendah perusahaan membagikan dividen yang tinggi sehingga

(52)

Penelitian Jensen et., al. (1992) didukung oleh Megginson (1997) serta Chen

dan Stainer (1999) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan

dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha

mengurangi Agency Cost Of Debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang

dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga

pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasinya.

Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2003),

peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan tingkat konflik antar manager dan

pemilik sehingga pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen yang tinggi. Selain

itu kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, karena

tingkat penggunaan hutang yang relatif besar maka perusahaan akan membayar dividen

yang tidak terlalu tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperhatikan kepentingan

kreditur dan pemegang saham (Nuringsih, 2005).

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H2 : Kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.

3. Pengaruh profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen.

Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu cara yang digunakan sebagai

penilaian secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat atas aktivitas

(53)

yang mempunyai profitabilitas tinggi akan menarik minat para investor untuk

berinvestasi pada perusahaan tersebut dengan harapan akan mendapatkan keuntungan

yang tinggi pula. Karena pembagian keuntungan kepada para pemegang saham sebagai

dividen diambil dari tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan.

Perusahaan penghasil profit mampu membayar dividen sekaligus menyimpan

dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai investasinya dengan syarat profit

yang dihasilkannya cenderung stabil (Atmaja, 2008). Selain itu menurut penelitian

Jensen et., al. (1992) serta Chen dan Stainer (1999) yang menyatakan bahwa

profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi laba

makan akan semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan maka diharapkan

perusahaan akan membayar dividen yang tinggi.

Pernyataan penelitian Jensen et., al. (1992) didukung oleh Sudarsi (2002)

yang menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan makan semakin besar

membayar dividennya. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka

akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan keuntungan

kepada para pemegang saham dengan memberikan pembayaran dividen. Oleh karena itu

profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Inanga (2011) yang menyatakan bahwa

profitability berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio untuk mengurangi

(54)

Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H3 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 4. Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen.

Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan di tingkat

industri (Hardinugroho dan Chabachib, 2012 dalam Istiana, 2015). Besar kecilnya

perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan investor dalam

melakukan investasi.

Menurut Lloyd et., al. (1985) dalam Georgiana (2012) menyatakan bahwa

perusahaan-perusahaan besar yang memiliki keuangan yang baik dan matang (financial

maturity) akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sehingga dapat

mengurangi ketergantungan mereka pada dana internal, dengan demikian mereka dapat

menawarkan dividen yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan besar

yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal. Karena

kemudahan akses ke pasar modal, maka investor akan lebih mudah mengakses

perusahaan dan mudah percaya untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.

Sehingga perusahaan besar akan lebih mudah untuk mendapatkan sumber modal.

Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik diharapkan dapat membayar

dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya.

Proses pengawasan pada perusahaan harus tetap dilakukan untuk mengawasi

(55)

para pemegang saham karena seringkali terjadi konflik keagenan diantara dua pihak ini

yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan. Dengan adanya konflik keagenan dapat

berpengaruh pada agency cost perusahaan. Menurut Lloyd et., al. (1985) dalam Utami

dan Inanga (2011) menganggap bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel penjelas

yang penting, perusahaan besar lebih menyukai untuk meningkatkan pembayaran

dividen untuk mengurangi agency cost. Karena perusahaan besar dengan kepemilikan

yang tersebar luas akan memiliki kontrol yang tinggi, hal tersebut dapat meningkatkan

agency cost. Sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki

hubungan positif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taleb (2012)

menyatakan bahwa hubungan antara ukuran perusahaan dengan pembayaran dividen

menunjukkan hasil yang positif.

Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono

(2009) dan Lopolusi (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Artinya semakin besar suatu

perusahaan maka dividen yang dibagikan akan semakin kecil, dan sebaliknya semakin

kecil ukuran suatu perusahaan maka semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada

investor. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar lebih cenderung menahan

labanya dan dipergunakan untuk mendanai biaya operasionalnya maupun

menginvestasikan kembali net income yang dimilikinya untuk mengembangkan

Gambar

Gambar 2.1 Model Penelitian
TABEL 3.1
TABEL 4.1 Analisis Statistik Deskriptif
TABEL 4.2 Hasil Uji Normalitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tindakan penggelapan uang oleh petugas pajak, membuat masyarakat Indonesia memiliki persepsi yang negatif terhadap instansi perpajakan dan juga petugas pajak, dan

Usaha ini merupakan embrio yang mendorong mahasiswa untuk mengambil tema-tema psikologi Islam dalam penelitian skripsi, tesis maupun disertasi; (2) bidang

Dari hasil pembuatan umpan zirkonil nitrat dari bahan zirkon oksidklorid hasil proses PTAPB yang berwarna kuning ternyata tidak bisa larut sempurna dan setelah

Dikatakan jumlah nilai berita rata-rata dalam pemberitaan tentang pemilu 2014 di SKH Tribun Jogja Periode 1 Desember 2013 – 31 Januari 2014 adalah cukup lengkap, karena

In this edition the material has been re-ordered into the following twelve convenient categories : number and algebra, geometry and trigonometry, graphs, vector geometry,

Optical Add Drop Multiplexing (OADM) merupakan perangkat yang digunakan untuk menambah ( add ) dan mengurangi (drop) panjang gelombang pada suatu link komunikasi.. Untuk

Tabel 4.31 :Jawaban Responden Dengan Pertanyaan Apakah Sungguh-Sungguh Merasa Pasti, Sangat Percaya Terhadap Iklan TV Pengobatan Alternatif 86. Tabel 4.32 : Alasan Responden