2010-2014)
THE INFLUENCE OF INSTITUTIONAL OWNERSHIP, DEBT, PROFITABILITY, FIRM SIZE AND CASH POSITION
TO DIVIDEND POLICY
(Study on Manufacture Companies Listed in Indonesia Stock Exchange During the Period 2010-2014)
Oleh
LAILI SOFIA RAHMAN 20120410332
FAKULTAS EKONOMI
v
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya
kepada Tuhanmulah engkau berharap”
(QS. Al-Insyirah: 6-7)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”
(QS. Ar-Ra’d: 11)
“Sesuatu yang belum dikerjakan seringkali tampak mustahil, kita baru yakin
jika kita telah berhasil melakukannya dengan baik” (Evelyn Underhill)
“Jadilah seperti karang dilautan yang kuat dihantam ombak dan kerjakanlah
hal yang bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain, karena hidup
hanyalah sekali. Ingat hanya kepada Allah apapun dan di manapun kita
berada kepada Dia-lah tempat meminta dan memohon”
“Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Dan (salat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”
vi
“Untuk memahami hati dan pikiran seseorang, jangan lihat apa yang sudah
dia capai, tetapi lihat pada apa yang dia cita-citakan” (Kahlil Gibran)
“Jadilah diri sendiri dan janganlah menjadi orang lain walaupun orang tersebut nampak lebih baik dari kita”
“Keindahan adalah sesuatu yang menarik jiwamu. Keindahan adalah cinta yang tidak memberi namun menerima”
(Kahlil Gibran)
“Belajarlah dari kesalahan masa lalu, bekerja keras untuk masa kini, dan berharap hasil yang terbaik pada masa depan”
“If opportunity doesn’t come to you, then creat it and do your best at any moment that you have”
vii
mempersembahkan karya sedehana ini kepada:
1. Allah SWT yang selalu memberikan kesabaran, kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.
2. Bapak Tugiman, S.Pd dan Ibu Sugirah, orang tua saya yang senantiasa
memberikan dukungan, bimbingan., doa, dan pengorbanan yang tak
terhingga hingga saya bisa menyelesaikan penelitian ini.
3. Kakak dan adikku Mas Zain, Mbak Putri, Dek Nisa dan keponakanku
Dek Zuhdan yang selalu memberi doa, dukungan dan semangat hingga
saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Arni Surwanti, M.Si selaku dosen pembimbing yang dengan
penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama
proses penyelesaian skripsi ini.
5. Sodara-sodaraku dan seluruh Keluarga Besarku, Mbah Putri, Mbah
Kakung dan semua sodara sepupuku yang selalu memberikan dukungan
dan doa hingga saya bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.
6. Ramadyan Endra K, teman dekat sekaligus sahabat dari SMA hingga
Kuliah yang selalu sabar menemani saat di kampus maupun di luar
kampus, yang selalu mengalah disaat aku lagi marah, yang selalu
memberikan dukungan, semangat sekaligus doa kepada saya setiap
viii
bagi kita disetiap harinya, yang bisa memberikan rasa persaudaraan
hingga bisa seperti keluarga kedua bagi saya. Semoga kedepannya “We
can get a lot of success on our future and don’t forget to focus on your
skription and keep fighting gaess!!!! Semoga kita yang belum gelar
sarjana bisa segera gelar sarjana di tahun ini *Amiin
8. Sahabat-sahabatku “Keluarga KP”, Om Galih, Bang Yud, Fahad, Putri, Mega dan Fella. Temen Kampus dari semester satu sampai semester
akhir yang selalu memberikan rasa kebersamaan saat dikampus, yang
selalu memberikan doa, dukungan dan semangat kepada saya, yang
membantu saya dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini. Pokoknya
Thank you so much gaess!! Semoga tahun ini bisa wisuda semua dan
kedepannya kita bisa sukses bersama *Amiin
9. Sahabat-sahabatku “Keluarga Mejikuhibiniu”, Euis, Meli, Baiq, dan Apip yang selalu memberikan dukungan, semangat dan doa hingga saya
bisa menyelesaikan skripsi penelitian ini.
10. Teman-teman KKN UMY 2015 kelompok 199 yang sama-sama berjuang menyelesaikan pengabdian pada masyarakat, yang selalu
mengutamakan kekompakan demi berjalannya kegiatan-kegiatan kkn.
ix
penelitian ini.
12. Seluruh keluarga Kelas Manajemen I angkatan 2012 yang sudah memberikan dukungan dan semangat kepada saya, yang sudah menjadi
teman terbaik sekaligus keluarga bagi saya selama di bangku
perkuliahan. Terima kasih untuk kalian yang sudah memberikan rasa
kebersamaan selama dibangku perkuliahan.
13. Seluruh keluarga IMM FE UMY dan BEM FE UMY yang sudah memberikan kesempatan kepada saya untuk bisa bergabung dalam suatu
organisasi. Terimakasih banyak karena telah memberikan pengalaman
x
Position terhadap Kebijakan Dividen. Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010 sampai 2014. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling
sehingga didapatkan 74 sampel pada 25 perusahaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; kepemilikan institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen, ukuran perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, dan
cash position berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
xi
this research are manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange period 2010 to 2014. This study using purposive sampling and obtained 74 sample in 25 companies.
The result of this study indicate that; institutional ownership has positive and significant influence to dividend policy, debt has negative and significant influence to dividend policy, profitability has insignificant influence to dividend policy, firm size has negative and significant influence to dividend policy and cash position has positive and significant influence to dividend policy.
xii
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan,
karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh
Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas, Ukuran
Perusahaan, dan Cash Positionterhadap Kebijakan Dividen”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan
dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam menentukan kebijakan
dividen dan masukan bagi calon investor maupun investor dalam menentukan
investasinya pada perusahaan sesuai dengan kebijakan dividen yang
diinginkannya, serta memberikan ide pengembangan bagi penelitian
selanjutnya.
Penyelesaiian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada :
1. Bapak Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah memberikan
xiii
3. Ibu Dr. Arni Surwanti, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh
kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses
penyelesaian skripsi ini.
4. Seluruh Dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta khususnya Dosen
Fakultas Ekonomi jurusan Manajemen yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuannya kepada penulis selama dibangku perkuliahan.
5. Bapak Tugiman, S.Pd dan Ibu Sugirah selaku orangtua dari penulis serta
saudara-saudaraku yang senantiasa memberikan dukungan, semangat,
perhatian dan mendoakan penulis hingga dapat menyelesaikan studi.
6. Sahabat-sahabatku dan semua pihak yang telah memberikan dukungan,
bantuan, kemudahan, dan semangat dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Sebagai kata akhir, kebenaran selalu milik Allah SWT sementara
kesalahan selalu dari hambaNya, penulis menyadari masih banyak kekurangan
dalam skripsi ini. Oleh karena itu, kritik, saran dan pengembangan penelitian
selanjutnya sangat diperlukan untuk kedalaman karya tulis dengan topik ini.
Yogyakarta, 18 Agustus 2016
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………..… i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING……….…. ii
HALAMAN PENGESAHAN……….…... iii
HALAMAN PERNYATAAN……….……... iv
HALAMAN MOTTO………..…………... v
HALAMAN PERSEMBAHAN………..……….. vii
INTISARI……….…….. x
ABSTRAK..……….……….………... xi
KATA PENGANTAR………... xii
DAFTAR ISI………... xiv
DAFTAR TABEL………... xvi
DAFTAR GAMBAR……….….. xvii
DAFTAR LAMPIRAN... xviii
BAB I PENDAHULUAN………...………...……….….. 1
A.Latar Belakang Penelitian………...…..………..…… 1
B.Batasan Masalah Penelitian...……… 8
C.Rumusan Masalah……….……….. 8
D.Tujuan Penelitian……….………...… 9
E. Manfaat Penelitian……… ………...…….. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………..……….…. 11
A.Landasan Teori………..…... 11
xv
C.Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen.…... 23
D.Hubungan Antar Variabel dan Penurunan Hipotesis…….…... 29
E. Model Penelitian……….……….……….… 41
BAB III METODE PENELITIAN……….…..…….. 42
A.Obyek Penelitian……….……….……. 42
B. Jenis dan Sumber Data……….………….… 42
C.Teknik Pengambilan Sampel………....… 42
D.Metode Pengumpulan Data……… …….……. 44
E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel………...……. 45
F. Tenik Analisis Data dan Uji Hipotesis……….……… 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 57
A.Statistik Deskriptif……… 57
B.Hasil Uji Asumsi Klasik………... 59
C.Hasil Analisis Regresi Linier Berganda……….….. 68
D.Hasil Penelitian (Uji Hipotesa)………..….……….. 71
E. Pembahasan (Interpretasi)………..……….…. 76
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..………... 88
A.Kesimpulan…….………..… 88
B. Saran………..……... 89 C.Keterbatasan Penelitian………..…………...…..…. 91
DAFTAR PUSTAKA
xvi
DAFTAR TABEL
3.1 Data Pemilihan Sampel Penelitian………..………. 44
4.1 Hasil Analisis Statistik Deskriptif………..…….…. 57
4.2 Hasil Uji Normalitas……… 60
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas………....……... 62
4.4 Tabel Nilai Durbin-Watson.……….………....… 63
4.5 Hasil Uji Autokorelasi ke-1 dengan Durbin Watson………... 63
4.6 Hasil Uji Autokorelasi ke-2 dengan Durbin Watson………... 65
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ke-1………... 67
4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ke-2………... 67
4.9 Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda………..………..….… 69
4.10 Ringkasan Hasil Uji Nilai t……… 71
4.11 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis………...………. 74
4.12 Hasil Uji Nilai F………...…….. 74
xvii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Model Penelitian……….……... 41
4.1 Grafik Histogram……….……….... 61
4.2 Normal Probability Plot………....………... 61
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Sampel Perusahaan
Lampiran 2. Data Outlier
Lampiran 3. Daftar Sampel Perusahaan Yang Diolah
Lampiran 4. Tabulasi Data Variabel Penelitian
Lampiran 5. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Lampiran 6. Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Lampiran 7. Hasil Uji Normalitas
Lampiran 8. Hasil Uji Multikolinearitas
Lampiran 9.Hasil Uji Autokorelasi
Lampiran 10. Data Transformasi Dalam Uji Autokorelasi
Lampiran 11. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 12. Data Outlier Dalam Uji Heteroskedastisitas
Lampiran 13. Hasil Uji Parsial (Uji-t)
Lampiran 14. Hasil Uji Simultan (Uji-F)
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Penelitian
Salah satu daya tarik berinvestasi bagi investor dalam pasar primer maupun
pasar sekunder adalah dividen. Dividen merupakan salah satu faktor yang akan
menarik minat para investor untuk menanamkan modalnya dalam perusahaan
karena bagi para investor dividen merupakan return (tingkat pengembalian) atas
saham yang dimilikinya dalam perusahaan tersebut dengan jangka waktu tertentu.
Kebijakan dividen pada dasarnya adalah salah satu keputusan yang penting
bagi perusahaan. Kebijakan ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menentukan berapa besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen dan
berapa laba yang akan diinvestasikan kembali ke perusahaan dalam bentuk laba
ditahan. Besar kecilnya laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham
tergantung pada besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan serta kebijakan
dividen yang diterapkan pada perusahaan itu sendiri, karena semakin kecil laba
yang ditahan maka semakin besar keuntungan yang akan dibagikan kepada
pemegang saham. Oleh karena itu, perusahaan harus mampu mengoptimalkan
kebijakan yang diambil karena kebijakan dividen yang optimal akan
menyeimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan perusahaan dimasa yang
Dalam membagikan dividen tentunya dapat terjadi suatu masalah
kebijakan dividen yang disebut dengan konflik keagenan (Putri dan Nasir, 2006).
Konflik keagenan dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara
pemilik dan manajer perusahaan mengenai laba yang diperoleh perusahaan.
Pemilik memiliki tujuan untuk mensejahterakan kemakmuran para pemegang
saham sedangkan manajer cenderung memiliki tujuan untuk kemakmuran dirinya
sendiri sehingga akan mempengaruhi dividen yang akan dibagikan. Konfik
keagenan juga dapat pula terjadi karena adanya perbedaan antara manajer dengan
pemegang hutang (debtholder), dimana manajer menginginkan laba ditahan untuk
diinvestasikan kembali di perusahaan, sedangkan debtholder menginginkan laba
ditahan untuk membayar hutang perusahaan karena dikhawatirkan apabila laba
diinvestasikan kembali di perusahaan hasilnya akan tidak sesuai dengan yang
diharapkan sehingga hutang perusahaan tidak dapat terbayar. Perbedaan
kepentingan itulah maka timbul konflik yang disebut sebagai agency conflict.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemegang saham untuk
meminimalisir kekhawatiran atas dana yang berada di bawah kendali manajemen.
Salah satu cara yang paling sering digunakan adalah melalui struktur kepemilikan
yaitu meningkatkan kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional
merupakan salah satu mekanisme monitoring eksternal yang mampu mengawasi
dan mendisiplinkan manajer agar selalu berusaha memaksimumkan kesejahteraan
lembaga seperi: perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi dan kepemilikan
saham oleh institusi lainnya yang akan mendorong tingkat pengawasan yang lebih
optimal. Semakin tinggi tingkat persentase kepemilikan saham oleh pihak institusi
akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar oleh pihak investor institusi
kepada manajer, sehingga dapat menekan perilaku opportunistic manajer dan dari
pengawasan tersebut dimungkinkan kepada manajer untuk tidak menggunakaan
dana internal untuk pengeluaran yang tidak perlu sehingga dana internal lebih
dapat dioptimalkan.
Dalam mengawasi dan memonitor perilaku manager, pemegang saham
harus bersedia mengeluarkan kos pengawasan yang disebut agency cost. Untuk
mengurangi agency cost dapat dilakukan dengan kepemilikan institusional.
Sehingga keberadaan kepemilikan institusional dianggap mampu menjadi
mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh
manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan yang
strategis perusahaan (Jensen, M.C. dan Meckling, 1976).
Pengawasan intensif yang dilakukan investor institusional menyebabkan
manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan investor. Pihak investor
institusional mempunyai keinginan untuk mendapatkan profit dari perusahaan
dalam bentuk dividen. Dividen juga dapat sebagai sarana pengawasan oleh pihak
investor institutional. Pembagian dividen dapat mencerminkan kinerja perusahaan.
menjalankan perusahaan secara efektif dan efisien sehingga diharapkan mampu
mencapai profit yang tinggi.
Kebijakan dividen juga dipengaruhi oleh kebijakan hutang perusahaan.
Kebijakan hutang (leverage) merupakan kemampuan perusahaan dalam
membayar utang jangka panjangnya, yang dalam penelitian ini diukur
menggunakan debt to total assets ratio (DAR). Debt to total assets ratio (DAR)
adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas
perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk
membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut. suatu perusahaan
dikatakan solvabel jika perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang
cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total
hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin
tinggi rasio ini berarti semakin tinggi risiko perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban jangka panjangnya dan semakin tinggi juga beban bunga hutang yang
harus ditanggung perusahaan. Tingginya risiko tersebut mengakibatkan
pembayaran dividen yang akan dibayarkan kepada investor akan semakin rendah.
Sehingga, rasio ini dapat mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh
hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala kurang baik
bagi perusahaan (Sartono, 2001).
Penggunaan sumber dana eksternal berupa utang tentunya akan membawa
Hal tersebut mengakibatkan perusahaan akan mempertimbangkan hal tersebut
sebagai kebijakan yang dapat mepengaruhi besar kecilnya dividen yang akan
dibagikan perusahaan kepada para investor. Tentunya secara logika bahwa
perusahaan yang banyak bergantung pada sumber dana eksternal seperti hutang
akan membayarkan dividen kepada pemegang saham yang lebih kecil
dibandingkan dengan perusahan yang tidak memiliki hutang.
Profitabilitas juga dapat mempengaruhi dalam kebijakan dividen.
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam
hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri (Sartono, 2000).
Investor di pasar modal sangat memperhatikan kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan, menunjang, dan meningkatkan profit karena profitabilitas
perusahaan merupakan salah satu cara yang digunakan sebagai penilaian secara
tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat atas aktifitas investasi
yang dilakukan. Jumlah dividen yang dibagikan perusahaan kepada para
pemegang saham bergantung pada keuntungan yang diperoleh perusahaan saat ini
dan dividen pada tahun sebelumnya. Apabila laba yang diperoleh perusahaan
semakin besar maka akan besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan
dividen kepada para pemegang saham.
Selain profitabilitas faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen
adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan cermin dari besar
perusahaan atau total penjualan (Sunyoto, 2006). Pada penelitian ini ukuran
perusahaan didasarkan pada total asset perusahaan. Ukuran untuk menentukan
ukuran perusahaan adalah log natural dari total assets. Ukuran perusahaan yang
besar tentunya akan memiliki akses yang mudah dalam menuju pasar modal,
sehingga dapat mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap sumber dana
internal. Oleh karena itu perusahaan yang memiliki asset yang banyak akan
membagikan dividen yang tinggi. Begitu juga sebaliknya perusahaan yang
memiliki ukuran perusahaan yang kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk
memiliki akses menuju pasar modal, sehingga perusahaan yang memiliki asset
sedikit cenderung akan membagikan dividen yang rendah karena laba yang di
peroleh perusahaan dialokasikan pada laba ditahan untuk menambah asset
perusahaan tersebut.
Cash Position atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk
menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang
saham. Cash Position ini berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
mendanai operasional perusahaan dan memenuhi kewajiban jangka pendeknya
(Munawir, 2002). Perusahaan yang memiliki cash position yang baik tentunya
akan memungkinkan pembayaran dividen yang baik pula. Oleh karena itu dividen
merupakan cash outflow, artinya dividen merupakan kas keluar dimana dividen
kepemilikan kas yang baik dan besar. Sehingga semakin kuatnya posisi kas atau
likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen
(Riyanto, 2001).
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Sisca Christianty Dewi (2008). Adapun pengembangan yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) Penelitian sebelumnya menggunakan
lima variabel independen yaitu kepemilikan managerial, kepemilikan institusional,
kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividen. Sedangkan dalam penelitian ini penulis menggunakan lima variabel
independen yang terdiri dari Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang,
Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, dan Cash Position terhadap Kebijakan Dividen.
(2) Periode pengambilan data dalam penelitian sebelumnya adalah tahun 2002
sampai dengan 2005, sedangkan dalam penelitian ini menggunakan data dengan
cakupan periode lebih lama dan terkini yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2014.
(3) Objek penelitian sebelumnya menggunakan laporan keuangan seluruh
perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, sedangkan penelitian
ini menggunakan laporan keuangan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka diputuskan untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kepemilikan Institusional,
Terhadap Kebijakan Dividen (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2014)”.
B. Batasan Masalah Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah dan tidak keluar batas dari apa yang
akan dibahas sesuai dengan judul, ada beberapa batasan masalah penelitian yang
akan peneliti lakukan:
1. Data diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perusahaan Manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Periode pengamatan yang digunakan dalam penelitian ini selama lima tahun
yaitu dari tahun 2010 sampai dengan 2014.
4. Variabel dependen pada penelitian ini adalah kebijakan dividen, sedangkan
variabel independennya terdiri dari kepemilikan institusional, kebijakan
hutang, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan cash position.
C. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan kepemilikan institusional terhadap
kebijakan dividen?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan kebijakan hutang terhadap kebijakan
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan profitabilitas terhadap kebijakan
dividen?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividen?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan cash position terhadap kebijakan
dividen?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kepemilikan institusional terhadap
kebijakan dividen.
2. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh kebijakan hutang terhadap
kebijakan dividen.
3. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan
dividen.
4. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen.
5. Untuk menguji dan menganalisa pengaruh cash position terhadap kebijakan
dividen.
E. Manfaat Penelitian
Hal penting dari sebuah penelitian adalah kemanfaatan yang dapat
dilaksanakan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
berkepentingan diantaranya sebagai berikut :
1. Bidang Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang berguna
untuk perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang manajemen
keuangan serta menjadi referensi untuk mengembangkan atau memperbaharui
literatur-literatur yang telah terpapar di masa lalu mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen.
2. Bidang Praktis
a. Bagi investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan investasi sehingga mendapatkan hasil yang diharapkan. Peneliti
juga berharap para investor nantinya dapat memberikan informasi dalam
menilai aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan secara teoritis. Maka dari itu,
investor mampu mengawasi perusahaan agar tidak terjadi permasalahan
keagenan.
b. Bagi emiten, hasil temuan ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam
pembuatan keputusan terhadap dividend payout ratio agar dapat
memaksimumkan nilai perusahaan. Bagi para akademisi hasil studi ini
diharapkan dapat memberikan masukan terhadap isu tentang faktor-faktor yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti
lain yang menyatakan hutang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu
perusahaan sebagai proporsi dari sejumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Sedangkan
kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa
besar bagian dari pendapatan perusahaan yang akan dibagikan kepada para pemegang
saham dan yang akan diinvestasikan kembali (reinvestment) atau ditahan (retained) di
dalam perusahaan. Dari pengertian tersebut, kebijakan dividen didasarkan pada rentang
pertimbangan antara kepentingan pemegang saham disatu sisi dan kepentingan
perusahaan disisi yang lain (Ang, 1997).
Weston dan Brigham (1990) menyatakan, kebijakan dividen yang optimal
pada suatu perusahaan adalah kebijakan yang menciptakan keseimbangan diantara
dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa mendatang sehingga memaksimumkan harga
saham. Kebijakan dividen menyangkut keputusan untuk membagikan laba atau
menahannya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali di dalam perusahaan.
Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen yaitu peluang investasi yang
saham untuk pendapatan saat ini jika dibanding pendapatan masa mendatang. Menurut
Martin et., al. (1997), kebijakan dividen (Dividend policy) perusahaan meliputi dua
karakteristik. Pertama, rasio pembayaran dividen menunjukkan jumlah dividen yang
dibayarkan relatif terhadap pendapatan perusahaan atau pendapatan tiap lembar.
Komponen kedua adalah stabilitas dividen sepanjang waktu.
Adapun berbagai teori yang dapat dijadikan landasan mengenai kebijakan
dividen, antara lain:
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Agency Theory adalah teori yang menjelaskan agency relationship dan
masalah-masalah yang ditimbulkannya (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Sari, 2010).
Agency relationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama
bertindak sebagai prinsipal/pemberi amanat dan pihak kedua disebut dengan agen yang
bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan
pihak ketiga. Pada agency theory yang disebut prinsipal adalah pemegang saham dan
yang disebut dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Pihak
prinsipal memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas nama
prinsipal dan diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi prinsipalnya (Hartono
dan Atahau, 2007 dalam Sari, 2010).
Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajemen dan kepentingan
konflik diantara keduanya. Hal tersebut terjadi karena manager cenderung berusaha
mengutamakan kepentingan pribadi dari pada kepentingan para pemegang sahamnya.
Sehingga, pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer karena hal
tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga akan menurunkan keuntungan
yang diterima (dividen). Pemegang saham menginginkan agar biaya tersebut dibiayai
oleh hutang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa hutang mengandung
risiko yang tinggi.
Konflik antara manajer dan pemegang saham dapat dikurangi dengan suatu
mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang
terkait tersebut. Adanya kepemilikan institusional akan mampu mengawasi dan
mendisiplinkan manajer agar selalu berusaha memaksimumkan kesejahteraan pemegang
saham. Dengan demikian keberadaan kepemilikan institusional maupun manajerial
dapat menyebabkan pembayaran dividen tinggi karena semua pihak lebih
mengutamakan kepentingan dan kesejahteraan pemegang saham. Namun, dengan
munculnya mekanisme pengawasan ini menyebabkan timbulnya suatu biaya yang
disebut dengan biaya agensi (agency cost). Biaya-biaya keagenan tersebut, yaitu: (1)
Monitoring cost merupakan biaya yang timbul karena adanya pengawasan atau
monitoring terhadap tindakan manajer agar tidak melakukan tindakan yang
menyimpang, biaya tersebut ditanggung oleh pihak pemilik (pemegang saham), (2)
menjamin bahwa dirinya akan bertindak untuk kepentingan pemilik (pemegang saham)
dan tidak akan mengambil tindakan yang merugikan para pemegang saham, dan (3)
Residual loss merupakan biaya yang ditanggung oleh perushaan karena adanya
perbedaan kepentingan dan tindakan antara keputusan yang diambil oleh manajer
dengan pemegang saham yang seharusnya memberikan manfaat maksimal bagi
pemegang sham dalam hubungan keagenan.
2. Teori Kebijakan Dividen
Ada beberapa macam teori tentang kebijakan dividen. Berikut ini adalah teori
tentang kebijakan dividen dalam Bringham dan Houston (2001) :
a. Teori Dividen Tidak Relevan (Dividend irrelevance theory)
Dividend irrelevance theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh baik terhadap harga saham maupun
terhadap biaya modal perusahaan. Teori ini mengikuti pendapat Modigliani dan Miller
(M-M) yang menyatakan bahwa nilai suatu perusahaan ditentukan pada kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba, bukan pada bagaimana laba tersebut dibagi menjadi
dividen dan laba ditahan. Dengan demikian kebijakan dividen merupakan suatu yang
tidak relevan untuk dipersoalkan.
b. Bird in the hand–Theory
Bird in the hand–Theory dinyatakan oleh Gordon dan Lintner yang
ini dikarenakan investor jauh lebih menghargai pendapatan yang diharapkan dari dividen
dibandingkan dengan pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal karena
komponen hasil dividen risikonya lebih kecil dari komponen keuntungan modal sendiri
(capital gain). Para investor kurang yakin terhadap penerimaan keuntungan modal
(capital gain) yang akan dihasilkan dibandingkan dengan seandainya mereka menerima
dividen, karena dividen merupakan faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
sedangkan capital gain merupakan faktor yang dikendalikan oleh pasar melalui
mekanisme penentuan harga.
c. Teori perbedaan pajak (Tax Preference Theory)
Teori ini menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan
dividen dan capital gain, para investor lebih menyukai capital gain karena dapat
menunda pembayaran pajak. Jika capital gain dikenakan pajak dengan relatif lebih
rendah dari pada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi
akan direspon positif oleh investor. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak
yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain akan
berkurang. Namun demikian pajak atas capital gain masih lebih baik dibandingkan
dengan pajak atas dividen karena pajak atas capital gain baru dibayar setelah saham
dijual, sementara pajak atas dividen harus dibayar setiap tahun setelah pembayaran
dividen. Selain itu periode investasi juga mempengaruhi pendapatan investor. Jika
antara pajak atas capital gain dan pajak atas dividen. Jadi investor akan meminta tingkat
keuntungan setelah pajak yang lebih tinggi terhadap saham yang memiliki dividen yield
yang tinggi dari pada saham dengan dividend yield yang rendah.
Terdapat dua teori lainnya yang dapat membantu dalam memahami kebijakan
dividen, antara lain:
1) Isu Informasi Dividen atau Teori Signaling (Signaling Theory)
Ada kecenderungan harga saham akan naik jika ada pengumuman kenaikan
dividen, dan harga saham akan turun jika ada pengumuman penurunan dividen. Hal ini
dibantah oleh teori isu informasi dari dividen atau teori signal yang menjelaskan bahwa
dividen tidak menyebabkan kenaikan atau penurunan harga saham, tetapi disebabkan
oleh prospek perusahaan.
Menurut teori signaling, dividen dipakai sebagai signal oleh perusahaan. Jika
perusahaan merasa bahwa prospek dimasa mendatang baik (pendapatan meningkat dan
diperkirakan dividen yang meningkat dapat dibayarkan), maka perusahaan akan
meningkatkan dividen. Pasar akan merespon positif pengumuman kenaikan dividen
tersebut. Namun jika perusahaan merasa prospek di masa mendatang menurun,
perusahaan akan menurunkan pembayaran dividennya. Pasar akan merespon negatif
terhadap pengumuman tersebut. Sehingga berdasarkan teori tersebut, dividen
mempunyai kandungan informasi, yaitu prospek perusahaan di masa mendatang
2) Efek Klien (Clientele effect)
Clientele effect merupakan kecenderungan perusahaan untuk menarik jenis
investor yang menyukai kebijakan dividennya. Menurut argumen ini dividen seharusnya
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan segmen investor tertentu. Sebagai contoh,
kelompok investor dengan tingkat pajak yang tinggi akan menghindari dividen, karena
dividen mempunyai tingkat pajak yang tinggi dibandingkan dengan capital gain.
Sebaliknya, kelompok investor dengan pajak yang rendah akan menyukai dividen.
Kebijakan dividen merupakan laba bersih setelah pajak yang akan dibagikan
kepada pemegang saham dan berapa besar bagian laba bersih yang akan digunakan untuk
membiayai investasi perusahaan. Apabila perusahaan memilih membagikan laba yang
diperolehnya dalam bentuk dividen, maka akan mengurangi retained earnings dan
selanjutnya mengurangi total sumber dana internal. Sebaliknya, jika perusahaan memilih
untuk menahan laba yang diperolehnya maka kemampuan pembentukan dana internal
akan semakin besar.
3) Kebijakan Pembagian Dividen
Perusahaan harus menentukan berapa besarnya keuntungan atau laba yang
harus ditahan dalam upaya reinvestasi dan berapa yang harus dibagikan kepada
pemegang saham dalam bentuk dividen. Keputusan yang sekiranya dilematis ini
dananya sekaligus demi upaya pertumbuhan perusahaan. Menurut Riyanto (2001) ada
empat alternatif pembayaran dividen :
a. Kebijakan Dividen yang Stabil
Kebijakan dividen yang stabil artinya jika ada perubahan laba (naik atau
turun), dividen yang dibayarkan tidak serta merta berubah (naik atau turun) sesuai
perubahan laba tersebut. Bisa juga diartikan jumlah dividen per lembar yang dibayarkan
setiap tahunnya relatif sama atau tetap selama jangka waktu tertentu meskipun
pendapatan per lembar saham per tahunnya mengalami fluktuasi.
b. Kebijakan dividen dengan penempatan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra
tertentu.
Kebijakan ini menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham
setiap tahunnya dalam keadaan keuangan yang lebih baik, perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal. Sebaliknya, jika keadaan
perusahaan memburuk maka yang dibayarkan hanya dividen minimal saja.
c. Kebijakan dividen dengan penetapan Dividend Payout Ratio yang konstan.
Kebijakan ini menetapkan dividend payout ratio yang konstan. Berarti bahwa
jumlah dividen per lembar saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi
sesuai dengan perkembangan keuntungan netto yang diperoleh setiap tahunnya.
Kebijakan ini menetapkan besaran dividen setiap tahunnya disesuaikan
dengan posisi finansial dan kebijakan finansial dari pengaruh yang bersangkutan. Bisa
diartikan, kebijakan ini tidak kaku dan mampu menyesuaikan sesuai kondisi perusahaan.
4) Prosedur Pembayaran Dividen
Di dalam pembayaran dividen, emiten akan selalu mengumumkan secara
resmi jadwal pelaksanaan pembayaran dividen. Pengertian emiten itu sendiri adalah
perusahaan yang mengeluarkan/menerbitkan saham atau biasanya juga disebut pihak
yang melakukan penawaran umum, yang selanjutnya saham tersebut akan
diperjualbelikan melalui bursa efek (pasar sekunder).
Menurut Hanafi (2004) dalam pembayaran dividen terdapat beberapa tahapan
atau prosedur yaitu sebagai berikut :
a. Declaration Date
Declaration Date adalah tanggal keputusan untuk membagikan dividen pada
RUPS, atau tanggal pada saat direksi perusahaan mengumumkan rencana pembayaran
dividen.
b. Date of record
Date of record merupakan tanggal keputusan bahwa para pemegang saham
pada tanggal tertentu dinyatakan berhak untuk menerima dividen, atau hari terakhir
untuk mendaftarkan diri sebagai pemegang saham agar berhak menerima dividen yang
c. Ex-devidend
Ex-devidend adalah tanggal pada saat mana hak atas dividen periode berjalan
dilepaskan dari sahamnya yaitu lima hari sebelum date of record. Pada tanggal ini atau
sesudahnya pembeli tidak berhak untuk memperoleh deviden yang akan dibagikan.
d. Payment date
Payment date merupakan tanggal kapan dividen tersebut akan dibayarkan,
dan bagaimana cara pembayarannya.
B. Penelitian Terdahulu
Dengan demikian hasil penelitian ini akan mengacu pada hasil penelitian yang
pernah dilakukan sebelumnya.
1. Nuringsih (2005) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh kepemilikan manajerial,
kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen”.
Dari hasil penelitiannya bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kebijakan dividen, kebijakan hutang dan profitabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sedangkan ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen.
2. Hartadi (2006) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh cash position,
profitabilitas, pertumbuhan, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan terhadap
kebijakan dividen”. Dari hasil penelitiannya bahwa cash position berpengaruh
kebijakan hutang dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap
kebijakan dividen.
3. Dewi (2008) dengan penelitian yang berjudul “analisis pengaruh kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, dan ukuran
perusahaan terhadap kebijakan dividen” yang mengemukakan bahwa pengaruh
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan ukuran
perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
4. Bukhori (2008) dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh kepemilikan
institusional, kesempatan bertumbuh, kebijakan hutang, profit, dan tingkat risiko
terhadap kebijakan dividen”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan
institusional berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen,
kesempatan bertumbuh berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan
dividen, profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
Sedangkan kebijakan hutang dan tingkat risiko berpengaruh negatif dan tidak
signifikan atau tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
5. Mulyono (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “pengaruh debt to equity ratio,
insider ownership, size dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen”.
pengaruh positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan investment opportunity
set memiliki hubungan yang negatif terhadap dividend payout ratio.
6. Arimawati (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “analisis pengaruh cash
position, return on equity, debt to equity ratio, company’s growth dan collateralizable
assets terhadap dividend payout ratio”. Yang mengemukakan bahwa cash position,
return on equity, collateralizableassets memiliki pengaruh positif terhadap dividend
payout ratio sedangkan debt to equity ratio, company’s growth memiliki hubungan
yang negatif terhadap dividend payout ratio.
7. Difah (2011) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh, profitabilitas, cash ratio,
pertumbuhan, ukuran perusahaan dan dividen tahun lalu terhadap dividend payout
ratio”. Dari hasil penelitiannya bahwa cash ratio, pertumbuhan dan ukuran
perusahaan berpengaruh signifikan positif terhadap dividend payout ratio, sedangkan
profitabilitas dan dividen tahun lalu tidak berpengaruh signifikan terhadap dividend
payout ratio.
8. Arifin (2012) dengan penelitian yang berjudul “pengaruh agency cost terhadap
dividend payout ratio”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa institusional ownership,
collateralizable assets dan debt to total assets memiliki pengaruh positif terhadap
dividend payout ratio sedangkan insider ownership dan firm size berpengaruh negatif
9. Ningsih (2013) melakukan penelitian dengan judul “analisis pengaruh kepemilikan
manajerial, kebijakan hutang, ROA dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan
dividen”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, variabel kebijakan
hutang dan ROA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen,
sedangkan variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan
terhadap kebijakan dividen.
10. Lopolusi (2013) melakukan penelitian dengan judul “analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi kebijakan dividen sektor manufaktur yang terdaftar di bursa efek
indonesia periode 2007-2011”. Dari hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel
profitabilitas, likuiditas, hutang, pertumbuhan dan free cash flow berpengaruh negatif
dan tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Sedangkan variabel ukuran
perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
C. Faktor–faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen
Berbagai macam faktor dapat mempengaruhi perusahaan dalam menetapkan
kebijakan dividen. Faktor-faktor yang mempengaruhi dividen seperti pajak, inflasi,
biaya transaksi dan preferensi pribadi membuat pertanyaan tentang bernilai atau
tidaknya dividen menjadi tidak mutlak. Ada situasi dimana dividen tinggi disukai dan
skenario lain dimana tidak adanya atau rendahnya dividen yang disukai. Dampak dari
pentingnya dividen. Masing-masing berguna untuk menjawab pertanyaan tentang nilai
dividen dalam situasi tertentu. Penelitian ini akan memfokuskan pada faktor-faktor yang
paling berpengaruh pada penetapan kebijakan dividen yang antara lain adalah:
1. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham
pada akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank, perusahaan
investasi atau institusi lain (Rahmawati, 2011). Dalam agency theory, aktifitas
pemonitoran oleh pihak luar sangat diperlukan. Salah satu pemonitoran dari luar
perusahaan adalah investor institusional, semakin banyak jumlah pemonitor maka
kemungkinan terjadinya konflik akan semakin rendah, hal ini berarti akan menurunkan
biaya keagenan, sedangkan cara untuk mereduksi biaya keagenan adalah dengan
pembayaran dividen kepada pemegang saham. Adanya pemegang saham saham seperti
kepemilikan institusional memiliki arti penting dalam memonitor manajemen. Adanya
kepemilikan institusional juga dapat mendorong peningkatan pengawasan yang lebih
optimal. Mekanisme monitoring tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran
pemegang saham dan dapat menghindari perilaku oportunistik yang dilakukan oleh
pihak manajemen (manajer).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa keberadaan investor
institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap
dalam pengambilan yang strategis perusahaan. Kepemilikan saham oleh pihak institusi
akan berdampak pada peningkatan dividen sehingga kepemilikan institusi yang
meningkat akan meningkatkan dividen payout ratio. Adanya jumlah persentase saham
yang dimiliki oleh pihak manajemen dan institusi yang tidak seimbang, maka akan
menimbulkan konflik keagenan. Semakin tingginya tingkat kepemilikan saham oleh
pihak institusi maka tingkat pengawasan terhadap manajer akan meningkat, karena
dengan adanya kepemilikan tersebut diharapkan manajer tidak akan menggunaan dana
perusahaan untuk tindakan ataupun keperluan yang tidak penting sehingga dana internal
menjadi lebih optimal. Maka perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan saham
oleh pihak institusional yang besar juga akan membayar dividen dalam jumlah yang
besar, sedangkan pada persentase kepemilikan saham oleh institusional yang kecil akan
cenderung membayar dividen yang rendah.
2. Kebijakan Hutang
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk
melakukan pembiayaan melalui hutang. Pada umumnya semakin besar suatu
perusahaan, semakin besar pula penggunaan hutang dalam membiayai kekurangan
pendanaan dalam operasional perusahaannya. Brigham dan Houston (2011) menjelaskan
bahwa penggunaan hutang untuk membiayai operasional perusahaan ini harus dengan
kehati-hatian, karena apabila penggunaan hutang terlalu besar maka akan berdampak
juga menjelaskan bahwa dengan penggunaan dana dengan hutang dapat membatasi
manajer perusahaan tersebut, karena seorang manajer yang menyimpang dari tujuan
perusahaan pada umumnya memanfaatkan kelebihan dana pada arus kas perusahaan
tersebut. Sehingga dengan pendanaan melalui hutang arus kas perusahaan dapat
berkurang dan manajer perusahaan tidak akan melakukan hal menyimpang yang hanya
memperkaya diri sendiri.
Brealey et., al. (2007) dalam Istiana W (2015) menjelakan mengenai M-M
yang berpendapat bahwa perusahaan yang tidak memiliki hutang akan membayarkan
semua laba operasinya sebagai dividen ke pemegang saham. Karena rasio pembayaran
dividen juga dipengaruhi oleh arus kas perusahaan, sehingga apabila suatu perusahaan
memiliki hutang, maka hutang tersebut akan mengurangi arus kas perusahaan dan
mempengaruhi rasio pembayaran dividen. Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan
dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang.
Apabila perusahaan memiliki tingkat hutang yang tinggi maka perusahaan
berusaha untuk mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan
membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga pemegang saham akan
merelakan dividennya untuk membiayai investasinya (Dewi, 2008).
Akmalia dan Hindasah (2010) dalam Istiana (2015) menjelaskan bahwa
besar pula kewajibannya. Pada gilirannya peningkatan hutang akan mempengaruhi
tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang
akan diterima karena kewajiban membayar bunga dan hutang tersebut diprioritaskan
daripada membayar dividen. Apabila beban hutang dan bunga semakin tinggi maka
kemampuan perusahaan membayar dividen semakin rendah.
3. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan
(profitabilitas) pada tingkat penjualan, total asset maupun modal saham tertentu (Hanafi,
2008). Setiap perusahaan yang didirikan tentu diorientasikan untuk mendapatkan laba
dengan tidak mengorbankan kepentingan pelanggan untuk mendapatkan kepuasan.
Perolehan laba merupakan ukuran keberhasilan kinerja finansial perusahaan. Laba tahun
berjalan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembayaran dividen saat ini
selain dividen tahun sebelumnya. Perusahaan penghasil profit mampu membayar
dividen sekaligus menyimpan dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai
investasinya dengan syarat profit yang dihasilkannya cenderung stabil (Ardian, 2014
dalam Istiana, 2015).
Berdasarkan definisi-definisi diatas bahwa profitabilitas adalah sesuatu yang
diperoleh oleh perusahaan diatas biaya-biaya yang telah dikeluarkan, yang dapat
diartikan selisih antara pendapatan perusahaan dengan biaya-biaya yang harus
memperhatikan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan, menunjang, dan
meningkatkan profit. Profitability dapat diukur beberapa hal yang berbeda, namun dalam
dimensi yang saling terkait. Pertama, terdapat hubungan antara profit dengan sales
sehingga terjadi residual return bagi perusahaan per rupiah penjualan. Pengukuran yang
lainnya adalah return on investment (ROI) atau disebut juga return on asset (ROA), yang
berkaitan dengan profit dan investasi atau aset yang digunakan untuk menghasilkannya.
Return on sales dapat berupa rasio gross margin, operating margin, profit margin.
Return on investment dapat berupa rasio return on asset, dan return on equity.
4. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan di tingkat
industri (Hardinugroho dan Chabachib, 2012 dalam Istiana, 2015). Suatu perusahaan
besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal,
sementara perusahaan yang baru dan masih kecil akan mengalami banyak kesulitan
untuk memiliki akses ke pasar modal. Kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti
untuk fleksibilitas dan kemampuannya untuk memperoleh dana yang lebih besar,
sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran dividen yang lebih tinggi
daripada perusahaan kecil.
Tujuan pembayaran dividen yang tinggi ini untuk menjaga reputasi
akan membagikan dividen yang rendah dikarenakan profit dialokasikan pada laba
ditahan yang digunakan untuk menambah asset (Aulia, 2011 dalam Istiana, 2015).
Dewi (2008) menjelaskan bahwa perusahaan yang besar akan cenderung
membagikan dividen yang tinggi untuk menjaga reputasi dikalangan investor, sedangkan
ukuran perusahaan yang kecil akan mengalokasikan laba ke laba yang ditahan untuk
menambah asset perusahaan sehingga cenderung membagikan dividen yang rendah.
5. Cash Position
Umumnya, pihak manajemen cenderung menahan kas untuk melunasi
kewajiban dan melakukan investasi. Apabila kondisinya seperti ini, jumlah dividen yang
akan dibayarkan menjadi relatif kecil. Sementara itu, di pihak pemegang saham tentu
saja menginginkan jumlah dividen kas yang tinggi sebagai hasil dari modal yang mereka
investasikan.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting
yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya
dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Semakin tinggi posisi kas
menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi (membayar) kewajiban
pendeknya (Sunarto dan Kartika, 2003). Oleh karena dividen merupakan cash outflow,
artinya dividen merupakan kas keluar dimana dividen dapat dibagikan kepada pemegang
semakin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar
kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001).
Cash position merupakan rasio kas akhir tahun dengan earnings after tax.
Bagi perusahaan yang memiliki cash position yang semakin kuat akan semakin besar
kemampuannya untuk membayar dividen. Faktor ini merupakan faktor internal yang
dapat dikendalikan oleh manajemen sehingga pengaruhnya dapat dirasakan secara
langsung bagi kebijakan dividen (Sudarsi, 2002).
D. Hubungan Antar Variabel Dan Penurunan Hipotesis
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kebijakan Dividen
Kepemilikan institusional adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak
institusi pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Dewi, 2008). Kepemilikan
institusional memiliki kemampuan lebih dari investor individu, khususnya pemegang
saham institusional dengan kapasitas besar atau diatas 5%. Menurut agency teory,
tingkat saham institusional yang tinggi akan menghasilkan upaya-upaya pengawasan
yang lebih intensif sehingga dapat membatasi perilaku opportunistic manager. Perilaku
oportunistik adalah perilaku yang sering dilakukan oleh manajer untuk memanfaatkan
segala kesempatan untuk mencapai tujuan pribadi. Pengawasan terhadap manajer dapat
menurunkan konflik keagenan yang dapat terjadi.
Pengawasan intensif yang dilakukan investor institusional menyebabkan
pengawasan dimungkinkan kepada manajer untuk tidak menggunakan dana perusahaan
pada hal-hal yang memang tidak perlu yang dapat merugikan para investor sehingga
dana internal perusahaan menjadi lebih optimal. Karena pada dasarnya, salah satu alasan
pihak investor institusional menanamkan sahamnya pada suatu perusahaan adalah
karena pihak institusi mempunyai keinginan untuk mendapatkan profit dari perusahaan
dalam bentuk dividen. Dan dividen dapat dijadikan sebagai sarana pengawasan oleh
pihak investor institutional. Pembagian dividen dapat mencerminkan kinerja perusahaan.
Jika dividen yang dibagi tinggi maka perusahaan tersebut mampu menjalankan
perusahaan secara efektif dan efisien sehingga diharapkan mampu mencapai profit yang
tinggi. Oleh karena itu, semakin besar kepemilikan saham perusahaan oleh investor
institusional maka kebijakan dividen semakin tinggi.
Arifin (2012) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Ketika institusional
ownership pada perusahaan meningkat maka dividen pada perusahaan tersebut juga akan
meningkat dan hasil signifikan pada institusional ownership menjelaskan bahwa terdapat
pengaruh yang besar antara insitusional ownership dengan kebijakan dividen.
Thanatawee, Yordying (2013) juga menyebutkan bahwa kepemiilikan
institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividend payout ratio (DPR).
Artinya jika kepemilikan institusional mengalami peningkatan, maka dividend payout
kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak luar. Semakin tinggi tingkat kepemilikan
institusional akan menimbulkan usaha pengawasan yang lebih besar oleh pihak
institusional sehingga dapat mengurangi masalah keagenan. Dengan adanya
pengurangan terhadap masalah keagenan maka perusahaan akan bisa membagikan
dividen yang lebih besar.
Selain itu, Pujiati (2015) juga menjelaskan bahwa kepemilikan institusional
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Semakin tingginya
tingkat kepemilikan saham oleh pihak institusi menyebabkan tingkat pengawasan
terhadap manajer akan semakin meningkat, karena dengan adanya kepemilikan tersebut
diharapkan manajer tidak akan menggunaan dana perusahaan untuk tindakan ataupun
keperluan yang tidak penting. Maka perusahaan yang memiliki persentase kepemilikan
saham oleh pihak institusional yang besar juga akan membayar dividen dalam jumlah
yang besar, sedangkan pada persentase kepemilikan saham oleh institusional yang kecil
akan cenderung membayar dividen yang rendah.
Penelitian Arifin (2012) didukung oleh penelitian Thanatawee, Yordying
(2013) dan Pujiati (2015) yang menyebutkan bahwa kepemilikan institusional
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi
kepemilikan institusional maka semakin besar perusahaan akan memberikan dividennya.
H1 : Kepemilikan Institusional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
2. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen.
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil perusahaan untuk
melakukan pembiayaan melalui hutang. Pada umumnya semakin besar suatu
perusahaan, semakin besar pula penggunaan hutang untuk membiayai kekurangan
pendanaan dalam kegiatan operasionalnya. Semakin besar hutang maka semakin besar
pula beban tetap berupa bunga dan cicilan hutang yang ditanggung suatu perusahaan.
Penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang
mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang,
sebaliknya apabila pada tingkat hutang yang rendah perusahaan akan membagikan
dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan untuk mensejahterakan
pemegang saham.
Jensen et., al. (1992) dalam Ismiyanti dan Hanafi (2003) menyatakan bahwa
kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Karena penggunaan
hutang yang terlalu tinggi akan menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian
besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya,
pada tingkat hutang yang rendah perusahaan membagikan dividen yang tinggi sehingga
Penelitian Jensen et., al. (1992) didukung oleh Megginson (1997) serta Chen
dan Stainer (1999) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang mempengaruhi kebijakan
dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha
mengurangi Agency Cost Of Debt dengan mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang
dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga
pemegang saham akan merelakan dividennya untuk membiayai investasinya.
Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Ismiyanti dan Hanafi (2003),
peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan tingkat konflik antar manager dan
pemilik sehingga pemilik tidak terlalu menuntut pembayaran dividen yang tinggi. Selain
itu kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, karena
tingkat penggunaan hutang yang relatif besar maka perusahaan akan membayar dividen
yang tidak terlalu tinggi. Tindakan ini dilakukan untuk memperhatikan kepentingan
kreditur dan pemegang saham (Nuringsih, 2005).
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H2 : Kebijakan hutang berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen.
3. Pengaruh profitabilitas terhadap Kebijakan Dividen.
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu cara yang digunakan sebagai
penilaian secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat atas aktivitas
yang mempunyai profitabilitas tinggi akan menarik minat para investor untuk
berinvestasi pada perusahaan tersebut dengan harapan akan mendapatkan keuntungan
yang tinggi pula. Karena pembagian keuntungan kepada para pemegang saham sebagai
dividen diambil dari tingkat keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan.
Perusahaan penghasil profit mampu membayar dividen sekaligus menyimpan
dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai investasinya dengan syarat profit
yang dihasilkannya cenderung stabil (Atmaja, 2008). Selain itu menurut penelitian
Jensen et., al. (1992) serta Chen dan Stainer (1999) yang menyatakan bahwa
profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena semakin tinggi laba
makan akan semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan maka diharapkan
perusahaan akan membayar dividen yang tinggi.
Pernyataan penelitian Jensen et., al. (1992) didukung oleh Sudarsi (2002)
yang menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan makan semakin besar
membayar dividennya. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan maka
akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membagikan keuntungan
kepada para pemegang saham dengan memberikan pembayaran dividen. Oleh karena itu
profitabilitas berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini juga sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Inanga (2011) yang menyatakan bahwa
profitability berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio untuk mengurangi
Berdasarkan uraian tersebut, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :
H3 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. 4. Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen.
Ukuran perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan di tingkat
industri (Hardinugroho dan Chabachib, 2012 dalam Istiana, 2015). Besar kecilnya
perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat dipertimbangkan investor dalam
melakukan investasi.
Menurut Lloyd et., al. (1985) dalam Georgiana (2012) menyatakan bahwa
perusahaan-perusahaan besar yang memiliki keuangan yang baik dan matang (financial
maturity) akan memiliki akses yang lebih mudah ke pasar modal, sehingga dapat
mengurangi ketergantungan mereka pada dana internal, dengan demikian mereka dapat
menawarkan dividen yang lebih tinggi. Sehingga dapat disimpulkan perusahaan besar
yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal. Karena
kemudahan akses ke pasar modal, maka investor akan lebih mudah mengakses
perusahaan dan mudah percaya untuk melakukan investasi pada perusahaan tersebut.
Sehingga perusahaan besar akan lebih mudah untuk mendapatkan sumber modal.
Perusahaan besar dengan akses pasar yang lebih baik diharapkan dapat membayar
dividen yang tinggi kepada pemegang sahamnya.
Proses pengawasan pada perusahaan harus tetap dilakukan untuk mengawasi
para pemegang saham karena seringkali terjadi konflik keagenan diantara dua pihak ini
yang disebabkan oleh perbedaan kepentingan. Dengan adanya konflik keagenan dapat
berpengaruh pada agency cost perusahaan. Menurut Lloyd et., al. (1985) dalam Utami
dan Inanga (2011) menganggap bahwa ukuran perusahaan merupakan variabel penjelas
yang penting, perusahaan besar lebih menyukai untuk meningkatkan pembayaran
dividen untuk mengurangi agency cost. Karena perusahaan besar dengan kepemilikan
yang tersebar luas akan memiliki kontrol yang tinggi, hal tersebut dapat meningkatkan
agency cost. Sehingga antara ukuran perusahaan dan pembayaran dividen memiliki
hubungan positif. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Taleb (2012)
menyatakan bahwa hubungan antara ukuran perusahaan dengan pembayaran dividen
menunjukkan hasil yang positif.
Namun hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulyono
(2009) dan Lopolusi (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Artinya semakin besar suatu
perusahaan maka dividen yang dibagikan akan semakin kecil, dan sebaliknya semakin
kecil ukuran suatu perusahaan maka semakin besar dividen yang akan dibagikan kepada
investor. Hal ini disebabkan karena perusahaan yang besar lebih cenderung menahan
labanya dan dipergunakan untuk mendanai biaya operasionalnya maupun
menginvestasikan kembali net income yang dimilikinya untuk mengembangkan