• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

(Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)

ANALYSIS OF POTENTIAL AND LEADING ECONOMIC SECTORS IN REGIONAL DEVELOPMENT POLICY

(Case Study in Kubu Raya Region Period 2011-2015) SKRIPSI

Oleh:

Gusti Andre Kharisma Putra 20130430348

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

(2)

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

(Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)

ANALYSIS OF POTENTIAL AND LEADING ECONOMIC SECTORS IN REGIONAL DEVELOPMENT POLICY

(Case Study in Kubu Raya Region Period 2011-2015) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Gusti Andre Kharisma Putra 20130430348

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Gusti Andre Kharisma Putra

Nomor Mahasiswa : 20130430348

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM

PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat karya lainnya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis dan diterbitkan dari orang lain kecuali yang diacu dalam skripsi ini dan dituliskan dalam Daftar Pustaka. Apabila terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain maka saya bersedia menanggung sanksi yang telah ditetapkan.

Yogyakarta, 20 Maret 2017

Materai, 6.000,-

(4)

Motto

Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi „Ala Diini'”

(HR.Tirmidzi 3522)

Hasbiyallahu laillaaha illa huwa alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul arsyil aziim”

(Q.S. AT-Taubah: 129)

Allah lebih excited kepada hambaNya yang beristighfar, jadi kalau mau buat Allah tersenyum, Istighfar.. “Allah senyum

yah?”

(Ustadz Hanan Attaki)

“Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, satu hati menangis dan satu lagi hati yang bersabar”

(Khalil Gibran)

Istiqomah ya nak..‟

(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku

Papa Gusti Tajuddin dan Mama Yani

Seluruh Saudara dan Keluarga Besar

Semua Teman-Teman Seperjuangan dan Sahabat Sepanjang

Hidup

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMAKASIH ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Pembangunan Ekonomi ... 13

(7)

3. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 19

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ... 20

a. Teori Klasik ... 20

b. Teori Neo-Klasik ... 22

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern ... 24

d. Teori Pertumbuhan Modern Kuznet ... 26

e. Teori Pertumbuhan Mantap Harrod-Domar ... 28

5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Objek Penelitian ... 37

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 42

2. Analisis Shift Share ... 46

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kabupaten Kubu Raya ... 54

1. Kependudukan... 55

2. Angkatan Kerja ... 58

(8)

1. Pendidikan ... 60

2. Kesehatan ... 62

D. Kondisi Perekonomian Kabupaten Kubu Raya ... 65

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 65

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 68

B. Analisis Shift Share ... 71

C. Analisis Location Quotient ... 102

D. Analisis Overlay ... 105

E. Analisis Klassen Typology ... 108

F. Pembahasan ... 111

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 114

A. Simpulan ... 117

B. Saran ... 120

C. Keterbatasan Penelitian ... 121

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

2.1. Penelitian Terdahulu ... 31

3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 53

4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 56

4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kubu Raya Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, 2015 ... 57

4.3. Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 58

4.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Umur 7-12 Tahun, 13-15 Tahun,16-18 Tahun (%) di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2015 ... 60

4.5. Jumlah Sekolah di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2015 (Satuan Unit)... 61

5.1. Hasil Perhitungan MRP Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015... 69

5.2. Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 77

5.3. Hasil Perhitungan Location Quotient Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 103

5.4. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 .... 106

(10)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat Tahun 2010-2015

(Persen) ... 4

1.2. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya Tahun

2011-2015 (Persen) ... 6

1.3. Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat

Tahun 2015 (Juta Rp) ... 7

2.1. Kerangka Pemikiran ... 36

4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya

(km2), 2015 ... 55 4.2. Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Kubu Raya

Tahun 2015 ... 62

4.3. Perbandingan PERS dan CI Kabupaten Kubu Raya Tahun

2014-2015 (persen) ... 64

4.4. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kubu

Raya Tahun 2011-2015 (Triliun) ... 66

4.5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kubu Raya dan

(11)
(12)
(13)
(14)

INTISARI

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kabupaten Kubu Raya. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Kubu Raya dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat 2010 dengan menggunakan periode tahun 2011-2015, dengan menggunakan pendekatan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Shift Share, Location Location (LQ), analisis Overlay, dan analisis Klassen Typology. Hasil penelitian analisis MRP menunjukkan sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, dan sektor Real Estate merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Hasil penelitian analisis Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor Industri Pengolahan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama pada tingkat provinsi. Hasil penelitian analisis LQ menunjukkan tiga sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan. Hasil penelitian analisis Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan, sektor pengadan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan. Hasil Penelitian Klassen Typology

sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju.

(15)

ABSTRACT

This study aims to analyze the primary sectors in Kubu Raya Region. The analysis is conducted by comparing the gross domestic regional product based on 2010 constant price in Kubu Raya region and the gross domestic regional product in West Borneo Province based on 2010 constant price with period from 2011-2015. This study uses the analysis of growth ratio model (GRM), shift share, location quotient, overlay, and Klassen Typology. The GRM result shows that the Electricity and Gas sector, Construction sector, Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles, Transportation and Storage sector, Accomodation and Food Service Activities sector, Information and Communication sector, and Real Estate sector are the most dominant sectors in Kubu Raya Region or West Borneo Province. The Shift Share analysis shows that the Manufacturing because it has the highest contribution for GDRP in West Borneo and has rapid economy than the same sector in region. The result of LQ shows three sectors that have basis sector which are Manufacturing, Electricity and Gas, Transportation and Storage. The Overlay analysis which has growth and high contribution are Manufacturing, Electricity and Gas, and Transportation and Storage. The result of Klassen Typology, Manufacturing, Electricity and Gas, Transportation and Storage are the advanced sectors in that regional.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan yang kian marak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah pada

era reformasi ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk

mensejahterakan dan mengangkat kualitas hidup masyarakat agar menjadi lebih baik.

Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya

negara Indonesia sendiri lebih mengacu pada pembangunan ekonomi. Tentunya pada

proses pembangunan ekonomi ini memiliki positif dan negatif, maka dari itu

diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur untuk menilai apakah pembangunan

yang dilakukan dapat dikatakan berhasil (Novrilasari, 2008).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting pada suatu

wilayah yang sedang berproses pada pembangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi

yang tinggi menggambarkan bahwa pembangunan yang dilakukan dapat dikatakan

berhasil. Kondisi ekonomi pada suatu wilayah dapat dilihat melalui data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut. Dalam hal ini cakupan dari hasil

pertumbuhan suatu sektor perekonomian juga berdampak tidak hanya pada wilayah

tersebut, melainkan wilayah lainnya yang memiliki hubungan ekonomi dengan

(17)

Dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah harus di

sesuaikan dengan kondisi dan fakta yang ada mengenai daerah tersebut. Perencanaan

pembangunan yang baik dibutuhkan suatu perencanaan yang teliti dalam

menggunakan sumber-sumber daya serta sektor-sektor yang berperan dalam proses

perencanaan pembangunan tersebut (Basuki, 2009). Pemekaran wilayah merupakan

salah satu perwujudan dari kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia

yang diatur dalam perundang-undangan yaitu UU No.22 Tahun 1999, yang

menyatakan bahwa sistem pemerintahan tidak lagi dikendalikan penuh oleh

Pemerintahan Pusat, melainkan adanya pemberlakuan asas desentalisasi yaitu

penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah/Otonom

sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, yang kemudian direvisi menjadi

UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan

antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang direvisi menjadi UU No. 33

Tahun 2004 dan kembali di revisi terakhir untuk sampai saat ini menjadi UU No. 23

Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Pembangunan daerah sepenuhnya di serahkan kepada pemerintah untuk

melakukan kegiatan ekonomi di daerahnya yang dijadikannya undang-undang

tersebut sebagai landasan untuk membangun daerahnya sendiri secara mandiri dengan

memanfaatkan sumber-sumber daya alam dan potensi lainnya yang dimiliki daerah.

Perwujudan dari kebijakan pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah dalam

(18)

pemerintah daerah menjadi dua pemerintah baru atau lebih dalam rangka menjadikan

pemerintah daerah yang efektif yang dapat meningkatkan pelayanan publik, dan

mendekatkan pemimpin daerah menjadi lebih dekat dengan masyarakatnya (Firman,

2009).

Otonomi daerah tersebut merupakan kebijakan yang berasal dari keinginan

daerah untuk melakukan pemekaran yang kemudian diatur pada Peraturan Pemerintah

No.129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran,

penghapusan dan penggabungan daerah.Maka dari itu, otomatis peran pemerintah

daerah sebagai pihak yang berkewajiban dalam pembangunan ekonomi semakin

besar.

Provinsi Kalimantan Barat dilihat dari sisi sektor lapangan usaha sebagian

masyarakat masih didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.

Sektor yang dapat dikatakan sebagai penyumbang terbesar pada tahun 2015 selain

dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan adalah dari sektor Industri

Pengolahan, dilanjutkan oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, sektor

Konstruksi dan sektor Administrasi Pemerintahan dan seterusnya sektor lainnya yang

(19)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016

GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat 2010-2015 (Persen)

Pada Gambar 1.1 diatas dapat dilihat grafik laju pertumbuhan Provinsi

Kalimantan Barat dari tahun 2010-2015. Dari tahun 2010-2013 laju pertumbuhan

ekonomi Kalimantan Barat cenderung meningkat, dapat dilihat dari angka

pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dalam persen sebesar 5.47 kemudian pada

tahun 2011 meningkat menjadi 5.98 persen, dan kemudian seterusnya pada tahun

2012 sebesar 5.81 persen dan 6.05 persen pada tahun 2013. Pada dua tahun terakhir

ini pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat mengalami penurunan cukup tajam yang

pada grafik tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5.03 persen pada tahun

2014 dan 4.81 persen pada tahun 2015.Seluruh sektor lapangan usaha ekonomi pada

(20)

Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 11.19 persen, dan pertumbuhan ekonomi

terendah terdapat pada sektor usaha Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 0.60

persen.

Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten yang berada diantara

14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat.Kabupaten Kubu Raya

merupakan kabupaten baru yang berdiri dari tahun 2007 peresmiannya yang mana

merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Pontianak.Kabupaten Kubu

Raya memiliki luas daerah 6.985,24 km2dengan jumlah penduduk 545.405 ribu jiwa

pada tahun 2015. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh

Kabupaten Kubu Raya, diikuti Kota Singkawang dan Kabupaten Sekadau

masing-masing sebesar 6.21 persen, 6.18 persen, dan 5.75 persen. Ini mengartikan bahwa

pertumbuhan dari ketiga Kabupaten/Kota tersebut relatif lebih cepat dibandingkan

dengan pertumbuhan dari Kalimantan Barat. Ini ditandai dengan angka pertumbuhan

ekonomi pada tiga Kabupaten/Kota tersebut yang melampaui pertumbuhan

Kalimantan Barat yang hanya mencapai 5,06 persen.

Indikator untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah

salah satunya adalah PDRB atas dasar harga konstan.Skala pertumbuhan ekonomi

Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2011-2015 dapat dikatakan cukup stabil dilihat

dari grafik 1.1 dalam angka persenan Kabupaten Kubu Raya terdapat pada jumlah 6

persen keatas.Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2015

sedikit mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada

(21)

Kubu Raya pada tahun 2014 mencapai 6.4 persen. Pada tahun 2015 tercatat hanya ada

4 sektor yang mengalami kenaikan, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,

sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Jasa Perusahaan, dan sektor Administrasi

Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016

GAMBAR 1.2

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 (Persen)

Dilihat dari Gambar 1.2 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya

selama periode 2011-2015, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Kabupaten Kubu

Raya mencapai laju pertumbuhan tertingginya yaitu sebesar 6.6 persen dan yang

paling rendah adalah tahun 2015 yaitu sebesar 6.2 persen. Melambatnya laju

pertumbuhan pada tahun 2015 dikarenakan penurunan yang cukup signifikan terjadi

6.5 6.6 6.5

6.4

6.2

4.5 5 5.5 6 6.5 7

2011 2012 2013 2014 2015

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kubu Raya

(22)

pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Namun melambatnya laju pertumbuhan

ekonomi Kabupaten Kubu Raya tahun 2015 pada keenam belas sektor lapangan usaha

mengalami pertumbuhan yang positif terkecuali sektor Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor

lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 9.8 persen dan pertumbuhan

ekonomi paling rendah terjadi pada sektor lapangan usaha Pengadaan Air,

Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016

GAMBAR 1.3

Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat Tahun 2015 (Juta Rp)

Gambar 1.3 menunjukkan masing-masing besaran kontribusi dilihat dari

PDRB ADHK Tahun 2015 di tiap Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat terhadap

(23)

Provinsi Kalimantan Barat memiliki kontribusi dengan PDRB terbesar yaitu

20,796,723.5 juta rupiah, dan yang terendah adalah Kabupaten Kayong Utara dengan

PDRB sebesar 2,061,792.6 juta rupiah. Kabupatan Kubu Raya sendiri berada di

peringkat kedua setelah Kota Pontianak yaitu dengan besaran PDRB mencapai

14,486,722.0

Pemilihan Kabupaten Kubu Raya sebagai objek penelitian bagi penulis adalah

karena Kabupaten Kubu Raya merupakan wilayah baru yang mengalami pemekaran

di Provinsi Kalimantan Barat dan wilayah Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah

yang mempunyai potensi sebagai daerah yang dapat berkembang besar melalui

sektor-sektor unggulannya. Maka dari itu melalui kebijakan otonomi daerah ini

diharapkan akan tercapainya pembangunan yang efektif dan berkelanjutan sebagai

pemicu pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.

Semenjak pemekaran sampai sekarang dapat dilihat langsung oleh penulis,

daerah Kabupaten Kubu Raya mengalami pembangunan yang cukup signifikan

dengan banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan oleh baik pemerintahan

daerah maupun pihak swasta yang melakukan investasi di wilayah Kabupaten Kubu

Raya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya yang

terus meningkat dari tahun ke tahun. Ditinjau dari indikator pertumbuhan ekonomi

yaitu PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya dalam periode 2011-2015 mengalami

(24)

Penelitian sebelumnya menemukan dengan data PDRB atas dasar harga

konstan 2010 melalui sektor ekonomi dengan menggunakan ketiga alat analisis yaitu

Klassen Typology, Location Quotient, dan Shift Share ditemukan bahwa sektor

ekonomi yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh Utara adalah sektor

pertanian (Fachrurrazy, 2009). Dalam penelitian serupa lainnya menemukan bahwa

dengan analisis Klassen Typology sektor yang merupakan sektor yang maju dan

tumbuh cepat pada Kabupaten Kuantan Singingi adalah sektor pertambangan dan

penggalian dan Location Quotient menemukan sektor yang merupakan sektor basis

adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan (Novrilasari, 2008).

Penelitian ini mengacu pada penelitian (Basuki dan Gayatri, 2009) yang

menggunakan data kuantitatif yaitu PDRB atas dasar harga konstan dengan alat

alternatif yang sama. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada data PDRB

ADHK dengan tahun dasar 2010, dengan studi wilayah berbeda dan periode tahun

berbeda. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis terdorong

untuk menganalisis dan mengkaji lebih lanjut tentang sektor-sektor ekonomi yang

terdapat pada Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan judul

“Analisis Sektor Ekonomi Potensial dan Unggulan dalam Penentuan Kebijakan

(25)

B. Batasan Masalah

Mengingat pembangunan ekonomi daerah yang begitu luas, maka dari itu

peneliti disini bermaksud untuk membatasi pengkajian dan pembahasan masalah pada

sektor-sektor ekonomi yang terdapat pada wilayah Kabupaten Kubu Raya dengan

data tahunan melalui pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) periode

2011-2015.

C. Rumusan Masalah

Berdasar pada uraian diatas maka penelitian ini memiliki perumusan masalah,

yaitu sebagai berikut :

1. Sektor ekonomi apa saja yang potensial dan memiliki pertumbuhan yang

dominan dan yang berperan sebagai sektor basis dan non basis?

2. Bagaimana perkembangan pergeseran perekonomian dilihat dari

perkembangan sektor-sektor ekonomi?

3. Sektor apa saja yang merupakan sektor unggulan dan memiliki kontribusi

besar terhadap pembentukan PDRB dan pembangunan?

4. Bagaimana pola struktur atau klasifikasi pertumbuhan masing-masing

sektor ekonomi dan sektor apa saja yang dapat menjadi acuan untuk masa

(26)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang berpotensi dan memiliki

pertumbuhan yang dominan dan yang berperan sebagai sektor basis dan

non basis.

2. Untuk mengetahui perkembangan pergeseran perekonomian dilihat dari

perkembangan sektor-sektor ekonomi.

3. Untuk mengetahui sektorapa saja yang merupakan sektor unggulan dan

memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan PDRB dan

pembangunan.

4. Untuk mengetahui bagaimana pola struktur atau klasifikasi pertumbuhan

masing-masing sektor ekonomi dan sektor apa saja yang dapat menjadi

(27)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

kontribusi sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam hal ruang lingkup penelitian khususnya

pembangunan perekonomian sehingga dapat membandingkan dan

menggunakan teori yang telah diterima pada bangku perkuliahan dan

praktek langsung di lapangan.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi

perekonomian Kabupaten Kubu Raya.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Memberikan informasi dan analisa tentang kondisi perekonomian

Kabupaten Kubu Raya yang mana diharapkan agar di gunakan sebagai

bahan acuan dalam penentuan kebijakan pemerintah daerah dalam

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yaitu pemerintah bersama

masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan

membentuk suatu kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta untuk menciptakan

sebuah lapangan pekerjaan dan memacu perkembangan kegiatan ekonomi sehingga

taraf hidup masyarakat pada Negara tersebut dapat meningkat. Peningkatan tersebut

dapat dilihat dari naik atau turun atau tinggi rendahnya tingkat pendapatan riil

perkapita yang indikatornya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dalam satu tahun

tertentu.

(Irawan dan Suparmoko, 1992) berpendapat bahwa tujuan dari pembangunan

ekonomi selain dari meningkatkan pendapatan nasional riil namun juga untuk

meningkatkan produktivitas. Maka dari itu masyarakat di tuntut sebagai sumber daya

manusia agar dapat terus bergerak dan dapat memanfaatkan sumber daya alam dan

memacu perekonomian negara agar terus berkembang dan menambah dan menaikkan

(29)

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berindikasi terhadap

naiknya pendapatan riil perkapita yang terjadi pada suatu negara dalam jangka

panjang dengan diikuti dengan pembenahan sistem kelembagaan yang ada pada

negara tersebut(Arsyad, 1999). Pengertian lain dari pembangunan ekonomi adalah

perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) pada masyarakat dan diikuti oleh

modernisasi pada struktur yang pada umunya adalah tradisional (Sukirno, 1981).

Pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) dapat digunakan sebagai alat

atau indikator untuk melihat laju pembangunan ekonomi (Mariska, 2015). Siklus

yang terjadi adalah selama ada kegiatan ekonomi di masyarakat, terjadi pula

pertambahan penduduk. Maka dari itu kegiatan ekonomi masyarakat ini di

peruntukkan agar kesejahteraan masyarakat tersebut meningkat. Ketika tingkat

pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu daerah lebih rendah dari

jumlah pertambahan penduduk pada wilayah tersebut maka dapat diartikan

pendapatan perkapita tidak mengalami kenaikan atau bahkan cenderung menurun.

Dari fakta tersebut dapat diartikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) belum dapat

atau tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi.Istilah pembangunan ekonomi

menurut para ekonom sebagai (Arsyad, 1999) :

1. Pembangunan ekonomi sebagai peningkatan perkapita penduduk yaitu

tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu tahun

(30)

2. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjadi pada suatu

negara diikuti oleh perbaikan dan pembaruan struktur ekonominya.

Menurut (Sukirno, 1996) pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha

untuk menambah pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi

potensial menjadi ekonomi riil dengan melakukan penanaman modal, penggunaan

teknologi, penambahan pengetahuan, penigkatan keterampilan, penambahan

kemampuan berorganisasi dan manajemen.

Todaro dalam (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi

yang berhasil dapat dilhat dari 3 nilai pokok, yaitu:

1. Kemampuan masyarakat yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya

2. Meningkatkan harga diri masyarakat sebagai manusia

3. Kemampuan masyarakat yang meningkat dalam memilih yang merupakan

hak asasi manusia

Pengertian dari pembangunan ekonomi bukan hanya menaikkan Produk

Domestik Regional Bruto (PDB) tiap tahunnya saja namun pembangunan ekonomi

ini dapat diartikan sebagai negara yang berupaya dalam artian melakukan

kegiatan-kegiatan yang berimplikasi kepada perkembangan kegiatan-kegiatan ekonomi dan taraf hidup

(31)

2. Pertumbuhan Ekonomi

Para ekonom mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan atau

kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa melihat apakah kenaikan tersebut

lebih besar ataukah lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk

atau apakah struktur ekonomi mengalami perubahan atau tidak (Arsyad, 1999).

Definisi tersebut selaras dengan pendapat (Irawan dan Suparmoko, 1992) dalam

bukunya bahwa indikator dari pertumbuhan ekonomi adalah Produk DomestikBruto

(PDB) perkapita.Semakin tinggi tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) maka

semakin makmur negara tersebut.

Menurut Prof. Kuznets dalam (Suryana, 2000) pertumbuhan ekonomi sebagai

kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang

terus menigkatkan kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh berdasarkan dengan

kemajuan teknologi, institusional dan ideologis yang diperlukannya. Dalam definisi

pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat tiga komponen penting, yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi suatu negara terlihat dari meningkatnya persediaan

barang secara terus menerus. Peningkatan output terus menerus

merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan untuk

menyediakan berbagai macam barang merupakan tanda dari

(32)

2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang

dapat menentukan derajat kemampuan pertumbuhan dalam penyediaan

berbagai macam barang kepada penduduk.

3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien diperlukan dengan adanya

penyesuaian terhadap kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang

dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan dengan tepat.

Modernisasi teknologi haruslah diikuti dengan pembaharuan sosial pula.

Prof. Kuznets dalam (Jhingan M. , 1990) mengatakan dalam bukunya Modern

Economic Growth, 1966 definisi dari pertumbuhan ekonomi adalah sebagai kenaikan

terus-menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, seringkali diikuti oleh

kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural.

Menurut (Basuki dan Prawoto, 2014) faktor-faktor penentu pertumbuhan

ekonomi yaitu :

1. Sumber-sumber Alam

Faktor ini meliputi luas tanah, sumber mineral tambang, iklim dan

lain-lain.Sumber daya alam yang sedikit merupakan kendala yang serius yang

dimiliki oleh negara-negara yang sedang berkembang.Bahkan kendala

sumber daya alam ini dinilai lebih serius dibandingkan dengan sedikitnya

(33)

2. Sumber-sumber Tenaga Kerja

Masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang di

bidang sumber daya manusia adalah jumlah penduduknya yang terlalu

banyak, daya gunanya yang rendah dan kualitas dari penduduk masih

rendah.

3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah

Kelemahan dari negara-negara sedang berkembang yang belum mampu

untuk mengadakan investasi yang memadai dalam rangka menaikkan

kualitas sumber daya manusia yang berupa pengeluaran untuk memelihara

kesehatan, pendidikan, dan latihan ketenagakerjaan untuk penduduk.

4. Akumulasi Kapital

Usaha-usaha dalam proses mendorong laju pertumbuhan ekonomi

dipusatkan kepada akumulasi kapital. Maka dari itu akumulasi kapital

sering dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan

ekonomi.Hal tersebut dikarenakan negara-negara sedang berkembang

hamper semua mengalami kelangkaan barang-barang kapital dan

penambahan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting

(34)

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses langkah nyata untuk

mewujudkan kebijakan pemerintah yaitu asas desentralisasi yang melimpahkan tugas

dan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus

daerahnya masing-masing dengan tujuan untuk pembangunan ekonomi secara merata

dan menggunakan sumber-sumber daya yang ada semaksimal mungkin dengan

harapan untuk menambah pendapatan nasional. Menurut pendapat dari (Arsyad,

1999) pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan atau proses dari

pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber-sumber daya yang

ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah

daerah untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan memicu kegiatan

ekonomi (pertumbuhan ekonomi) pada wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai penyediaan lapangan

pekerjaan untuk penduduk di suatu wilayah agar sumber daya manusia yaitu

penduduk dapat mengolah sumber-sumber daya yang ada sehingga menjadi produktif

dan pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Secara nasional

pembangunan memiliki arti peningkatan terus menerus pada Produk Domestik Bruto

(PDB) suatu negara. Dengan kata lain pembangunan daerah memiliki arti

peningkatan secara terus menerus terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

yang di fokuskan kepada wilayah tersebut mengenai Provinsi, Kabupaten dan Kota.

(35)

pendapata perkapita dari penduduk setempat dan meningkatkan daya tarik daerahnya

sehingga para investor tertarik untuk menanamkan modal pada daerah tersebut dan

memicu pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan perekonomiannya (Kuncoro, 2000)

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Dalam pembahasan dari pertumbuhan dan pembangunan daerah tersebut,

masing-masing memiliki teori yang di kemukakan oleh para ekonom yang teori

tersebut digunakan hingga sekarang yang diuraikan sebagai berikut :

a. Teori Klasik

Para ahli ekonomi klasik sudah sejak lama mengemukakan pendapatnya

melalui teori pembangunan (teori pertumbuhan) dalam menjawab beberapa masalah

yang terjadi dalam perekonomian. Adam Smith, sebagai salah satu ahli ekonomi

klasik mengemukakan bahwa jika pembangunan sudah terjadi maka prosesnya terjadi

secara terus menerus dan kumulatif. Kenaikan pendapatan nasional yang bermula

dengan modal awal dan terjadinya kemungkinan-kemungkinan pasar, pembagian

kerja dan spesialisasi akan terjadi yang membuat produktivitas dan pendapatan

nasional meningkat. Spesialisasi dan perluasan pasar sebagai perangsang bagi para

pengusaha, pengembangan teknologi dan melakukan inovasi dan mejadikan

pembangunan berkelanjutan.

Ricardo dan Malthus dalam (Suryana, 2000) melalui pendapat mereka yang

(36)

proses pembangunan dalam jangka panjang akan mencapai suatu keadaan dimana

perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali. Pendapat tersebut berdasar kepada

hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing return).

Menurut David Ricardo, peranan dari teknologi dan akumulasi modal dapat

meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan menghambat bekerjanya the law of

diminishing return. Singkatnya pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo adalah

proses dari tarik menariknya law of diminishing return dengan keamajuan teknologi.

Robert Malthus sendiri melihat kepada pembangunan ekonomi yang dapat

dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Produksi dan distribusi

merupakan dua unsur utama kesejahteraan yang dapat dicapai dalam jangka pendek.

Kemudian faktor-faktor yang menentukan pembangunan ekonomi tergantung pada

tenaga kerja, modal, dan organisasi. Menurut Malthus peningkatan kesejahteraan

haruslah dibarengi dengan penanaman modal secara terus menerus. Dalam

pembangunan ekonomi sangat diperlukan pembangunan berimbang antara sektor

pertanian, dan industri dan perlunya untuk meningkatkan permintaan efektif.

Salah satu ahli ekonomi klasik, Stuart Mill mengemukakan teorinya dengan

menekankan faktor-faktor seperti tabungan, tingkat laba, kemajuan teknologi,

distribusi yang adil, perluasan perdagangan luar negeri, perubahan kelembagaan dan

lain-lain (Suryana, 2000). Menurut Mill laju akumulasi modal tergantung pada

jumlah dana yang dapat menghasilkan tabungan atau besarnya sisa hasil usaha,

(37)

pembangunan ekonomi bergantung kepada perbaikan dalam tingkat pengetahuan

masyarakat dan perbaikan yang berupa beberapa usaha untuk menghapus penghambat

pembangunan.

b. Teori Neo-Klasik

Menurut Yoseph Schumpeter dalam (Suryana, 2000), salah satu ahli ekonomi

Neo-klasik pembangunan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus.

Faktor terpenting dari pembangunan adalah entrepreneur. Schumpeter berpendapat

bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh golongan masyarakat yang

mengorganisasi barang-barang yang diperlukan masyarakat. Golongan masyarakat

tersebut yang membuat inovasi dan melakukan pembaharuan. Pembaharuan tersebut

terjadi dalam bentuk barang baru, cara produksi baru, daerah pasaran yang baru,

bahan baku baru, dan organisasi baru.

Teori pertumbuhan Neo-klasik adalah teori yang melandaskan kepada

pandangan-pandangan klasik. Neo-klasik memiliki pendapat tentang perkembangan

ekonomi sebagai berikut ;

a. Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam

pembangunan ekonomi.

b. Perkembangan merupakan proses yang gradual.

(38)

d. Adanya pemikiran yang optimis terhadap perkembangan.

e. Aspek internasional merupakan faktor bagi perkembangan.

Tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat

tabungan. Investasi yang kemudian meningkat akan menambah jumlah tingginya

tingkat tabungan. Apabila tingkat permintaan investasi menurun yang bearri hasrat

menabung turun maka pada tingkat perkembangan inilah akumulasi modal berakhir,

perekonomian tidak mengalami perkembangan.

Proses perkembangan ekonomi menurut teori Marshall adalah hasil hubungan

harmonis antara faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ekonomi timbul

dari adanya kenaikan skala produksi sebagai akibat dari adanya efisiensi (hasil dari

adanya spesialisasi, mesin baru, pasar yang lebih luas, dan manajemen yang lebih

baik). Sedangkan faktor eksternal ekonomi timbul dari adanya perkembangan

industry yang saling ketergantungan dan komplementer dari berbagai sektor produksi

dalam perekonomian. Neo-klasik yakin dengan kemajuan teknologi dan perbaikan

kualitas buruh cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi sehingga

permintaan masyarakat cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi dan

(39)

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern

1. Teori Pertumbuhan Rostow

Rostow dalam (Suryana, 2000) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan

politik, struktur sosial, nilai sosial dan struktur kegiatan ekonominya. Rostow

mengemukakan dalam bukunya “The Stages of Economics” (1960) yaitu tahap-tahap

dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh suatu negara pada umunya

yang dibagi dalam 5 tahapan yaitu :

a. The Traditional Society (Masyarakat Tradisional)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang mempunyai cara berfikir,

berproduksi dan teknologi primitif dan tradisional. Jika ciri-ciri penting masyarakat

tersebut menyebabkan pertumbuhan selalu berlaku, yaitu pertumbuhan ekonomi

sering terjadi, maka ini boleh dianggap sebagai berada pada kondisi dimana akan leps

landas.

b. Precondition for take-off (Persyaratan Tinggal Landas)

Persyaratan tinggal landas merupakan suatu masa transisi dimana masyarakat

mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pada

pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang secara terus menerus.

(40)

c. Take off (Tinggal Landas)

Tinggal Landas merupakan suatu masa dimana terjadinya perubahan yang

drastis dalam masyarakat.Kemajuan yang sangat cepat dalam bentuk inovasi dan

terciptanya pasar baru. Analisis lainnya, Rostow mengartikan tinggal landas adalah

revolusi industri yang berkaitan langsung dengan perubahan radikal dalam metode

produksi dan dalam waktu yang relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang

menentukan. Penanaman modal merupakan prasyarat untuk tinggal landas, karena

penanaman modal yang meningkat dapat menyebabkan perekonomian berkembang

melebihi jumlah pertambahan penduduk. Munculnya kerangka budaya merupakan

prasyarat terakhir untuk tinggal landas yang dapat mendiring ekspansi pada sektor

modern. Hal ini memerlukan kemampuan perekonomian untuk menggalakkan

tabungan untuk meningkatkan produksi barang-barang pabrik dan kemampuan untuk

menciptakan ekonomi eksternal.

d. The Drive to Maturity

Merupakan suatu masa dimana pada masyarakat tersebut secara efektif dalam

menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan

sumber daya alam.Ciri penting yang ada pada tahap ini adalah (1) Teknologi yang

(41)

e. The Age of High Mess Consumption

Merupakan suatu kondisi dimana pada suatu masyarakat tersebut lebih

memperhatikan kepada masalah konsumsi dan kesejahteraan, sehingga masalah

produksi dikesampingkan.Masyarakat akan bersaing untuk mendapatkan sumber daya

yang ada, dengan cara seperti (1) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara

tersebut keluar negeri yang berakibat cenderung kepada penaklukan dari negara lain.

(2) Menciptakan walfare state, yaitu suatu kemakmuran yang lebih merata kepada

penduduknya yang dilakukan dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan

melalui sistem pajaknya. (3) Kebutuhan pokok tidak menjadi masalah lagi bagi

masyarakat, namun konsumsi terhadap barang-barang mewah dan tahan lama lebih

tinggi.

d. Teori Pertumbuhan Modern Kuznet

Menurut Profesor Kuznet, 1871 (Jhingan, 2000) pertumbuhan ekonomi

merupakan kemampuan jangka panjang suatu negara dalam menyediakan berbagai

jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Dalam pengertian

yang disampaikan Kuznet tentang pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat 3

komponen penting, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya persediaan

(42)

merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi, hal tersebut merupakan tanda

kematangan ekonomi.

2. Faktor yang menentukan derajat kemampuan pertumbuhan dalam

menyediakan barang-barang ekonomi pada penduduk adalah teknologi yang

maju.

3. Penggunaan teknologi yang luas dan efisien membutuhkan penyesuaian pada

bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dapat

dimanfaatkan dengan baik.

Enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang dimanivestasikan dalam proses

pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju. Enam ciri karakteristik itu adalah,

dua variabel kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produksi nasional

dan pertumbuhan penduduk, dua berhubungan dengan peralihan struktur dan dua

lainnya berhubungan dengan penyebaran internasional.

 Dua variabel ekonomi yang bersamaan ;

1. Tingginya tingkat produk perkapitadan laju pertumbuhan penduduk.

2. Tingginya peningkatan produktivitas terutama produktivitas tenaga

kerja.

 Dua struktural variabel transformasi :

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.

(43)

 Dua variabel penyebaran internasional :

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk

pergi keseluruh dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku.

6. Arus barang, modal, dan orang antar bangsa meningkat.

Keenam karakteristik ekonomi modern tersebut saling memperkuat dan

berhubungan. Tingginya tingkat produktivitas perkapita merupakan hasil dari

meningkatnya tingkat tenaga kerja yang cepat. Tingginya tingkat pendapatan

perkapita menyebabkan tingginya tingkat konsumsi perkapita, dengan demikian

memberikan insentif untuk mengubah struktur produksi. Teknologi yang maju sangat

diperlukan fungsinya adalah untuk mencapai tingkat output dan mencapai perubahan

struktural.

e. Teori Pertumbuhan Mantap Harrod-Domar

Harrod Domar ahli ekonomi yang mengembangkan teori dari Keynes yang

menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan suatu pertumbuhan

ekonomi. Menurutnya pada tiap usaha ekonomi harus menyelamatkan bagian tertentu

dari pendapatan nasional yaitu dengan menambah stok modal yang akan digunakan

dalam investasi baru. Harrod Domar mengatakan bahwa ada hubungan ekonomi

antara besarnya stok modal (K) dengan jumlah produksi nasional (Y). Sebagai contoh

$300 unit modal yang diperlukan untuk menghasilkan $1 unit pendapatan, maka COR

(44)

5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dapat dianggap sebagai

perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya milik publik yang

terdapat pada daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam

menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab

(Arsyad, 1999). Terdapat 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi

daerah, yaitu :

Pertama, perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional yang mana

daerah tersebut merupakan bagiannya, keterkaitan mendasar antara keduanya, dan

konsekuensi dari akhir dari interaksi tersebut.

Kedua, sesuatu yang terlihat baik untuk nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya, yang baik bagi daerahnya belum tentu baik bagi nasional.

Ketiga, perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah seperti administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya pada tingkat daerah

berbeda dengan yang tersedia di tingkat pusat.

Dalam penelitian (Basuki dan Gayatri, 2009) tujuan dari perencanaan menurut

Hatta adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, direncanakan

tujuan dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro perencanaan memiliki

(45)

dalam jangka waktu tertentu dengan dasar nilai yang dimiliki masyarakat. Kedua,

pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien untuk mencapai tujuan

tertentu. Dalam hal tersebut, diperlukan kriteria khusus untuk penentuan tujuan yang

meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut yang

sebelumnya harus dipilih terlebih dahulu.

Perencanaan ekonomi terdiri atas sederet fungsi dari kewenangan masyarakat

dalam mengoptimalisasi sumber-sumber daya ekonomi dalam penggunaannya guna

untuk mencapai sebuah tatanan ekonomi yang jauh lebih baik. Yang artinya,

perencanaan ekonomi adalah suatu pengarahan dan pengaturan atas kegiatan ekonomi

melalui tindakan yang terkoordinasi secara sisetamtis oleh badan perencanaan pusat

dalam tujuan dan periode tertentu. Urgensi dari adanya perencanaan pembangunan

ekonomi daerah ini adalah agar alokasi dari sumber-sumber daya ekonomi yang

dimiliki oleh negara dapat lebih efisien dan efektif dan terhindar dari pemborosan,

pertumbuhan ekonomi mantap dan selalu berkesinambungan, serta terjadinya

perekonomian yang stabil.

B. Penelitian Terdahulu

Pada bagian penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian yang pernah

dilakukan sebelumnya dan yang menjadi pertimbangan dan acuan bagi penulis dalam

penyusunan skripsi ini. Penelitian terdahulu dapat dilihat melalui Tabel 2.1 dibawah

(46)

TABEL 2.1

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan atau sangat dominan karena menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan

PDRB dan pembangunan di

kabupaten OKI. Sektor industri pengolahan menunjukkan sektor yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Artinya, sektor ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan untuk menjadi sektor yang dominan. Sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa- jasa menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Hal ini sangat memungkinkan sektor tersebut merupakan sektor yang mengalami penurunan yang salah satunya disebabkan oleh kurang tersedianya lapangan kerja. Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih;

sektor pengangkutan dan

komunikasi serta keungan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan

Hasil analisis Klassen Typology

(47)

Penentuan Sektor pertanian dan sektor pengangkutan

dan komunikasi. Hasil LQ analisis Shift Share menunjukan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif , yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.

Hasil analisis persektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh bahwa sektor unggulan ditiap kabupaten berbeda, yaitu Wonogiri (pengangkutan dan komunikasi), Karanganyar (industry pengolahan), Boyolali (keuangan, real estate, dan jasa perusahaan), Sragen(pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan), dan Klaten (konstruksi). Sektor ekonomi unggulan di setiap kabupaten bervariasi tergantung ketersediaan sumberdaya dan

keunggulan komparatif.

Berdasarakan pola dan struktur ekonominya, kabupaten karanganyar termasuk daerah maju dan berkembang pesat tetapi Wonogiri termasuk daerah terbelakang. Hasil penelitian juga menunjukkan disparitas pendapatan antar daerah

masing-masing kabupaten

(48)

terkategori rendah (0,25) dan

Berdasarakan Klassen Typology pola pertumbuhan sektor ekonomi yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh cepat adalah kuadran III yaitu sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat. Hal ini karena tidak

ada sektor yang mampu

menunjukkan laju pertumbuhannya yang melebihi kontribusi dan laju pertumbuhan di Provinsi Riau.

Klassen Typology juga menjelaskan bahwa masih banyak sektor ekonomi yang berada pada dalam kuadran IV yaitu sektor yang relative tertinggal. Dari analisis LQ

(49)

dilihat dari hasil metode skalogram Kecamatan Kuantan Tengah masih berada pada peringkat pertama, Kecamatan Hulu Kuantan masih tetap peringkat terakhir.

Hasil penelitian MRP menunjukkan sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali. Hasil penelitian Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB provinsi Bali dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat Provinsi. Hasil penelitian LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dst., Hasil analisis

Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan. Hasil penelitian Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.

(50)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang

dilakukan sekarang berada pada objek penelitian pada wilayah Provinsi Kalimantan

Barat khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang terdapat di daerah Kabupaten

Kubu Raya. Dengan alat analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio

Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ), analisis

Overlay, analisis Klassen Typology. Dengan sumber data yang di peroleh dari BPS

Provinsi Kalimantan Barat dan BPS Kabupaten Kubu Raya dengan periode tahun

2011-2015. Kontribusi yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah dengan hasil

berupa analisis yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kubu Raya

dalam rangka menyusun dan merencanakan pembangunan ekonomi di daerah

Kabupaten Kubu Raya dengan menggunakan sektor-sektor ekonomi yang dapat

(51)
(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan

satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi

Kalimantan Barat memiliki sejumlah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari Kabupaten

Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak,

Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas

Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten

Kubu Raya, Kota Pontianak, Kota Singkawang. Pemilihan Kabupaten Kubu Raya

sebagai obyek penelitian karena peneliti melihat Kabupaten Kubu Raya sebagai salah

satu daerah yang memiliki potensi untuk memajukan pertumbuhan ekonomi baik dari

skala regional maupun nasional.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder adalah data yang terdapat pada buku-buku, jurnal, dan lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini atau melalui sumber-sumber lainnya yang diterbitkan

oleh lembaga yang berkompeten berupa data PDRB Kabupaten Kubu Raya dan

(53)

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari berbagai

macam sumber yang diperoleh melalui data sekunder yang diperoleh dari BPS

Kabupaten Kubu Raya, BPS Provinsi Kalimantan Barat, dan dari sumber lainnya

seperti wawancara langsung dari pihak terkait internet dan studi kepustakaan. Dengan

menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kubu Raya

berdasarkan harga konstan 2010 dari tahun 2011-2015. Data yang digunakan yaitu

sebanyak tujuh belas sektor lapangan usaha yang terdapat dalam data PDRB tersebut

dengan cara mebandingkan dengan PDRB di tingkat Provinsi Kalimantan Barat

berdasakan harga konstan 2010 dengan periode 2011-2015.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data

dokumentasi. Teknik pengumpulan data dokumentasi merupakan salah satu cara dari

teknik pengumpulan data mengenai segala sesuatu informasi yang berkaitan dengan

penelitian. Teknik dokumentasi sendiri dilakukan dengan melihat kembali data

tertulis yang merupakan angka maupun keterangan. Dalam penelitian ini, teknik

dokumentasi digunakan untuk mengambil data PDRB Kabupaten Kubu Raya dengan

data terbaru berdasarkan atas dasar harga konstan, kondisi umum Kabupaten Kubu

Raya serta gambaran umum wilayah yang dijadikan sebagai obyek penelitian yang

(54)

Kalimantan Barat, BAPPEDA Kabupaten Kubu Raya. Selain dari laporan-laporan

tertulis dari pemerintah tersebut, penulis juga menggali berbagai data dan referensi

dari sumber pustaka dan internet.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Potensi Ekonomi

Kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha terhadap pendapat di

masing-masing daerah kabupaten dan kota. Kontribusi tersebut biasanya

dihitung melalui jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi

perekonomian pada suatu wilayah. PDRB dapat dilihat dari dua jenis PDRB

itu sendiri, yaitu PDRB atas dasar berlaku dan PDRB atas dasar harga

konstan. PDRB di definisikan sebagai nilai tambah terakumulasi yang

dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang terdapat pada suatu wilayah dalam

periode waktu tertentu. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) yang

digunakan pada penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan 2010

menurut lapangan usaha dan menggunakan periode waktu 2011-2015.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Sektor ekonomi pada setiap Kabupaten/Kota terdapat tujuh belas sektor.

(55)

- Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

- Pertambangan dan Penggalian

- Industri Pengolahan

- Pengadaan Listrik dan Gas

- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

- Konstruksi

- Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

- Transportasi dan Pergudangan

- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

- Informasi dan Komunikasi

- Jasa Keuangan dan Asuransi

- Real Estat

- Jasa Perusahaan

- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

- Jasa Pendidikan

- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

- Jasa Lainnya

4. Sektor Basis dan Non Basis

Sektor basis merupakan sektor yang mampu mengekspor barang-barang dan

jasa-jasa keluar dari perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan

sektor yang sama namun pada lingkup yang lebih luas. Dapat disebut sebagai

(56)

yang tidak dapat mengekspor barang-barang dan jasa-jasa keluar dalam artian

sektor basis hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri.

Dapat disebut sektor non basis apabila besarnya LQ<1.

5. Sektor Unggulan

Merupakan sektor yang memiliki peranan menonjol atau relatif lebih besar

terhadap perekonomian wilayah dibandingkan dengan sektor lainnya.

6. Keunggulan Kompetitif

Adalah suatu sektor yang memiliki keunggulan kompetitif jika laju

pertumbuhan sektor tersebut pada tingkat kabupaten/kota lebih tinggi dari

pada tingkat laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi yaitu

apabila (rij – rin) > 0.

7. Spesialisasi

Suatu sektor yang memiliki spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih besar

(57)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Alat analisis ini merupakan alat analisis yang digunakan dalam

mendeskripsikan kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasar kepada

kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik itu secara eksternal maupun

internal (Yusuf, 1999).

Model analisis MRP ini diturunkan dari persamaan awal komponen utama

dalam analisis Shift and Share yaitu Different Shift dan Proportionality Shift. Secara

matematis Differential Shift dan Proportional Shift dapat di tuliskan sebagai berikut:

Differential Shift

[

]

Proportional Shift

[ ]

Dari persamaan diatas dapat diperoleh rumus-rumus dari perhitungan berikut:

(58)

Keterangan :

ij : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah studi pada periode waktu t

IR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

R : Perubahan PDRB di wilayah referensi

Eij : Pendapatan kegiatan i di wilayah studi

EIR : Pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

ER : PDRB di wilayah referensi

t+n : tahun antara dua periode

Pendekatan analisis MRP ini dibagi menjadi dua rasio, yaitu: (1) rasio

pertumbuhan wilayah referensi (RPR) dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs).

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi atau yang di tuliskan (RPR) adalah

perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB wilayah referensi.

RPR

Keterangan :

iR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

(59)

ER : Perubahan PDRB di wilayah referensi

ER(t) : PDRB pada awal penelitian wilayah referensi

Jika nilai RPR > 1 dikatakan positif (+), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih besar daripada

pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.

Jika nilai RPR < 1 dikatakan negatif (-), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih kecil daripada

pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Rasio Pertumbuhan Wilayah atau yang dituliskan (RPs) adalah perbandingan

antara laju pertumbuhan kegiatan i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan

kegiatan i di wilayah referensi.

RPs =

Keterangan :

Eij : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah studi

Eij(t) : Pendapatan kegiatan i awal periode penelitian di wilayah studi

EiR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

(60)

Jika nilai RPs > 1 dikatakan positif (+), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih besar dibandingkan dengan

pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

Jika nilai RPs < 1 dikatakan negatif (-), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan

pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

Hasil dari analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ini diklasifikasikan

sebagai berikut:

Klasifikasi 1, yaitu nilai RPR(+) dan RPs(+) dapat diartikan bahwa kegiatan tersebut

terdapat pada tingkat provinsi mengenai pertumbuhan yang menonjol, demikian pula

dengan tingkat kabupaten termasuk pertumbuhan yang menonjol. Kegiatan ini

selanjutnya disebut dominan pertumbuhan.

Klasifikasi 2, yaitu nilai RPR (+) dan RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat

provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol sedangkan pada tingkat kabupaten

masih belum menonjol.

Klasifikasi 3, yaitu nilai RPR (-) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat

provinsi mempunyai pertumbuhan yang tidak menonjol sedangkan pada tingkat

(61)

Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat

provinsi dan pada tingkat kabupaten pula mempunyai pertumbuhan yang rendah

dalam artian tidak menonjol.

2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik atau alat analisis yang berguna untuk

menganalisis pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah atau wilayah sebagai

perubahan suatu indikator ekonomi dalam pertumbuhan perekonomian di wilayah

tersebut dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dari analisis Shift Share adalah untuk

menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan

dengan perekonomian pada tingkat regional (provinsi) atau nasional.

Analisis Shift Share memberi data tentang kinerja perekonomian ke dalam

tiga bidang yang saling berkaitan (Arsyad, 1999) :

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan

pengerjaan agregat secara sektoral dibanding dengan perubahan pada sektor

yang sama di perekonomian yang dijadikan sebagai patokan.

2. Pergeseran proporsional mengukur perubahan secara relatif, peningkatan atau

penurunan, pada daerah dibanding dengan perekonomian yang lebih besar

yang dijadikan patokan.

3. Pergeseran differensial membantu dalam menentukan seberapa jauh daya

(62)

Teknik analisis Shift Share ini membandingkan laju pertumbuhan

perekonomian nasional serta sektor-sektornya dan mengamati

penyimpangan-penyimpangan dari berbagai perbandingan yang dilakukan. Jika penyimpangan-penyimpangan yang

di dapatkan adalah positif, berarti suatu sektor dalam daerah tersebut memiliki

keunggulan kompetitif. Pengaruh pertumbuhan nasional disebut juga dengan

proportional shift atau bauran komposisi, dan pengaruh keunggulan kompetitif

dinamakan differential shift atau regional share (Soepono, 1993).

Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis shift share adalah

sebagai berikut:

Dij = Nij + Mij + Cij………(7)

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

Dij = E*ij –Eij………..(8)

Nij = Eij .rn………...(9)

Mij = Eij (rin –rn)………..(10)

Cij = Eij (rij – rn)………(11)

Dalam artian, rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan

laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing-masing didefinisikan sebagai

(63)

rij =

rin =

rn =

Keterangan :

Eij : Pendapatan sektor i di wilayah j (kabupaten)

Ein : Pendapatan sektor i di wilayah n (provinsi)

En : Pendapatan wilayah n

E*ij : Pendapatan tahun terakhir

rij : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah j (kabupaten)

rin : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah n (provinsi)

rn : Laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)

Sehingga didapat persamaan Shift Share untuk sektor i di wilayah j

(Soepono, 1993) sebagai berikut:

Dij = Eij.rn + Eij (rin-rn) + Eij (rij-rin)………....(15)

Gambar

GAMBAR 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat
GAMBAR 1.2
GAMBAR 1.3 Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat
TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

pesat adalah sektor pertanian, sektor listrik, sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa. Sektor potensial tapi masih bisa berkembang adalah sektor industri. Sektor maju tapi

 Struktur perekonomian Jakarta triwulan III-2015 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor

Pertumbuhan positif terjadi hampir di semua lapangan usaha, kecuali Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan SepedaH. Motor

Sedangkan sisanya disumbangkan oleh lapangan usaha perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 0,71 persen; lapangan usaha administrasi

Meskipun memiliki perkembangan yang fluktuatif, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor memiliki rata-rata nilai LQ selama lima tahun

Sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor mempunyai nilai rata-rata SLQ kurang dari 1 yaitu nilai rata-rata SLQ 0,7510 dan nilai rata-rata DLQ kurang dari 1

Pada Tahun 2015 sumbangan terbesar sektor tersier dari sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor dengan 12.52, sementara sumbangan terbesar sektor primer