ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
(Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)
ANALYSIS OF POTENTIAL AND LEADING ECONOMIC SECTORS IN REGIONAL DEVELOPMENT POLICY
(Case Study in Kubu Raya Region Period 2011-2015) SKRIPSI
Oleh:
Gusti Andre Kharisma Putra 20130430348
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH
(Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)
ANALYSIS OF POTENTIAL AND LEADING ECONOMIC SECTORS IN REGIONAL DEVELOPMENT POLICY
(Case Study in Kubu Raya Region Period 2011-2015) SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh:
Gusti Andre Kharisma Putra 20130430348
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini,
Nama : Gusti Andre Kharisma Putra
Nomor Mahasiswa : 20130430348
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS
SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM
PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat karya lainnya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis dan diterbitkan dari orang lain kecuali yang diacu dalam skripsi ini dan dituliskan dalam Daftar Pustaka. Apabila terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain maka saya bersedia menanggung sanksi yang telah ditetapkan.
Yogyakarta, 20 Maret 2017
Materai, 6.000,-
Motto
“Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi „Ala Diini'”
(HR.Tirmidzi 3522)
“Hasbiyallahu laillaaha illa huwa alaihi tawakkaltu wahuwa rabbul arsyil aziim”
(Q.S. AT-Taubah: 129)
“Allah lebih excited kepada hambaNya yang beristighfar, jadi kalau mau buat Allah tersenyum, Istighfar.. “Allah senyum
yah?”
(Ustadz Hanan Attaki)
“Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, satu hati menangis dan satu lagi hati yang bersabar”
(Khalil Gibran)
„Istiqomah ya nak..‟
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku
Papa Gusti Tajuddin dan Mama Yani
Seluruh Saudara dan Keluarga Besar
Semua Teman-Teman Seperjuangan dan Sahabat Sepanjang
Hidup
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
INTISARI ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
UCAPAN TERIMAKASIH ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Batasan Masalah ... 10
C. Rumusan Masalah ... 10
D. Tujuan Penelitian... 11
E. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
A. Landasan Teori ... 13
1. Pembangunan Ekonomi ... 13
3. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 19
4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ... 20
a. Teori Klasik ... 20
b. Teori Neo-Klasik ... 22
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern ... 24
d. Teori Pertumbuhan Modern Kuznet ... 26
e. Teori Pertumbuhan Mantap Harrod-Domar ... 28
5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 28
B. Penelitian Terdahulu ... 30
BAB III METODE PENELITIAN ... 37
A. Objek Penelitian ... 37
1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 42
2. Analisis Shift Share ... 46
B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kabupaten Kubu Raya ... 54
1. Kependudukan... 55
2. Angkatan Kerja ... 58
1. Pendidikan ... 60
2. Kesehatan ... 62
D. Kondisi Perekonomian Kabupaten Kubu Raya ... 65
1. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 65
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68
A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 68
B. Analisis Shift Share ... 71
C. Analisis Location Quotient ... 102
D. Analisis Overlay ... 105
E. Analisis Klassen Typology ... 108
F. Pembahasan ... 111
BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 114
A. Simpulan ... 117
B. Saran ... 120
C. Keterbatasan Penelitian ... 121
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
2.1. Penelitian Terdahulu ... 31
3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 53
4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 56
4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kubu Raya Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, 2015 ... 57
4.3. Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 58
4.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Umur 7-12 Tahun, 13-15 Tahun,16-18 Tahun (%) di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2015 ... 60
4.5. Jumlah Sekolah di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2015 (Satuan Unit)... 61
5.1. Hasil Perhitungan MRP Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015... 69
5.2. Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 77
5.3. Hasil Perhitungan Location Quotient Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 103
5.4. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 .... 106
DAFTAR GAMBAR
1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat Tahun 2010-2015
(Persen) ... 4
1.2. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya Tahun
2011-2015 (Persen) ... 6
1.3. Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat
Tahun 2015 (Juta Rp) ... 7
2.1. Kerangka Pemikiran ... 36
4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya
(km2), 2015 ... 55 4.2. Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Kubu Raya
Tahun 2015 ... 62
4.3. Perbandingan PERS dan CI Kabupaten Kubu Raya Tahun
2014-2015 (persen) ... 64
4.4. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kubu
Raya Tahun 2011-2015 (Triliun) ... 66
4.5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kubu Raya dan
INTISARI
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kabupaten Kubu Raya. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Kubu Raya dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat 2010 dengan menggunakan periode tahun 2011-2015, dengan menggunakan pendekatan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Shift Share, Location Location (LQ), analisis Overlay, dan analisis Klassen Typology. Hasil penelitian analisis MRP menunjukkan sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, dan sektor Real Estate merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Hasil penelitian analisis Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor Industri Pengolahan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama pada tingkat provinsi. Hasil penelitian analisis LQ menunjukkan tiga sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan. Hasil penelitian analisis Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan, sektor pengadan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan. Hasil Penelitian Klassen Typology
sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju.
ABSTRACT
This study aims to analyze the primary sectors in Kubu Raya Region. The analysis is conducted by comparing the gross domestic regional product based on 2010 constant price in Kubu Raya region and the gross domestic regional product in West Borneo Province based on 2010 constant price with period from 2011-2015. This study uses the analysis of growth ratio model (GRM), shift share, location quotient, overlay, and Klassen Typology. The GRM result shows that the Electricity and Gas sector, Construction sector, Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles, Transportation and Storage sector, Accomodation and Food Service Activities sector, Information and Communication sector, and Real Estate sector are the most dominant sectors in Kubu Raya Region or West Borneo Province. The Shift Share analysis shows that the Manufacturing because it has the highest contribution for GDRP in West Borneo and has rapid economy than the same sector in region. The result of LQ shows three sectors that have basis sector which are Manufacturing, Electricity and Gas, Transportation and Storage. The Overlay analysis which has growth and high contribution are Manufacturing, Electricity and Gas, and Transportation and Storage. The result of Klassen Typology, Manufacturing, Electricity and Gas, Transportation and Storage are the advanced sectors in that regional.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pembangunan yang kian marak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah pada
era reformasi ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk
mensejahterakan dan mengangkat kualitas hidup masyarakat agar menjadi lebih baik.
Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya
negara Indonesia sendiri lebih mengacu pada pembangunan ekonomi. Tentunya pada
proses pembangunan ekonomi ini memiliki positif dan negatif, maka dari itu
diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur untuk menilai apakah pembangunan
yang dilakukan dapat dikatakan berhasil (Novrilasari, 2008).
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting pada suatu
wilayah yang sedang berproses pada pembangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi
yang tinggi menggambarkan bahwa pembangunan yang dilakukan dapat dikatakan
berhasil. Kondisi ekonomi pada suatu wilayah dapat dilihat melalui data Produk
Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut. Dalam hal ini cakupan dari hasil
pertumbuhan suatu sektor perekonomian juga berdampak tidak hanya pada wilayah
tersebut, melainkan wilayah lainnya yang memiliki hubungan ekonomi dengan
Dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah harus di
sesuaikan dengan kondisi dan fakta yang ada mengenai daerah tersebut. Perencanaan
pembangunan yang baik dibutuhkan suatu perencanaan yang teliti dalam
menggunakan sumber-sumber daya serta sektor-sektor yang berperan dalam proses
perencanaan pembangunan tersebut (Basuki, 2009). Pemekaran wilayah merupakan
salah satu perwujudan dari kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia
yang diatur dalam perundang-undangan yaitu UU No.22 Tahun 1999, yang
menyatakan bahwa sistem pemerintahan tidak lagi dikendalikan penuh oleh
Pemerintahan Pusat, melainkan adanya pemberlakuan asas desentalisasi yaitu
penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah/Otonom
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, yang kemudian direvisi menjadi
UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang direvisi menjadi UU No. 33
Tahun 2004 dan kembali di revisi terakhir untuk sampai saat ini menjadi UU No. 23
Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Pembangunan daerah sepenuhnya di serahkan kepada pemerintah untuk
melakukan kegiatan ekonomi di daerahnya yang dijadikannya undang-undang
tersebut sebagai landasan untuk membangun daerahnya sendiri secara mandiri dengan
memanfaatkan sumber-sumber daya alam dan potensi lainnya yang dimiliki daerah.
Perwujudan dari kebijakan pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah dalam
pemerintah daerah menjadi dua pemerintah baru atau lebih dalam rangka menjadikan
pemerintah daerah yang efektif yang dapat meningkatkan pelayanan publik, dan
mendekatkan pemimpin daerah menjadi lebih dekat dengan masyarakatnya (Firman,
2009).
Otonomi daerah tersebut merupakan kebijakan yang berasal dari keinginan
daerah untuk melakukan pemekaran yang kemudian diatur pada Peraturan Pemerintah
No.129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran,
penghapusan dan penggabungan daerah.Maka dari itu, otomatis peran pemerintah
daerah sebagai pihak yang berkewajiban dalam pembangunan ekonomi semakin
besar.
Provinsi Kalimantan Barat dilihat dari sisi sektor lapangan usaha sebagian
masyarakat masih didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan.
Sektor yang dapat dikatakan sebagai penyumbang terbesar pada tahun 2015 selain
dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan adalah dari sektor Industri
Pengolahan, dilanjutkan oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, sektor
Konstruksi dan sektor Administrasi Pemerintahan dan seterusnya sektor lainnya yang
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016
GAMBAR 1.1
Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat 2010-2015 (Persen)
Pada Gambar 1.1 diatas dapat dilihat grafik laju pertumbuhan Provinsi
Kalimantan Barat dari tahun 2010-2015. Dari tahun 2010-2013 laju pertumbuhan
ekonomi Kalimantan Barat cenderung meningkat, dapat dilihat dari angka
pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dalam persen sebesar 5.47 kemudian pada
tahun 2011 meningkat menjadi 5.98 persen, dan kemudian seterusnya pada tahun
2012 sebesar 5.81 persen dan 6.05 persen pada tahun 2013. Pada dua tahun terakhir
ini pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat mengalami penurunan cukup tajam yang
pada grafik tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5.03 persen pada tahun
2014 dan 4.81 persen pada tahun 2015.Seluruh sektor lapangan usaha ekonomi pada
Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 11.19 persen, dan pertumbuhan ekonomi
terendah terdapat pada sektor usaha Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 0.60
persen.
Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten yang berada diantara
14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat.Kabupaten Kubu Raya
merupakan kabupaten baru yang berdiri dari tahun 2007 peresmiannya yang mana
merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Pontianak.Kabupaten Kubu
Raya memiliki luas daerah 6.985,24 km2dengan jumlah penduduk 545.405 ribu jiwa
pada tahun 2015. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh
Kabupaten Kubu Raya, diikuti Kota Singkawang dan Kabupaten Sekadau
masing-masing sebesar 6.21 persen, 6.18 persen, dan 5.75 persen. Ini mengartikan bahwa
pertumbuhan dari ketiga Kabupaten/Kota tersebut relatif lebih cepat dibandingkan
dengan pertumbuhan dari Kalimantan Barat. Ini ditandai dengan angka pertumbuhan
ekonomi pada tiga Kabupaten/Kota tersebut yang melampaui pertumbuhan
Kalimantan Barat yang hanya mencapai 5,06 persen.
Indikator untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah
salah satunya adalah PDRB atas dasar harga konstan.Skala pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2011-2015 dapat dikatakan cukup stabil dilihat
dari grafik 1.1 dalam angka persenan Kabupaten Kubu Raya terdapat pada jumlah 6
persen keatas.Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2015
sedikit mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada
Kubu Raya pada tahun 2014 mencapai 6.4 persen. Pada tahun 2015 tercatat hanya ada
4 sektor yang mengalami kenaikan, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan,
sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Jasa Perusahaan, dan sektor Administrasi
Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016
GAMBAR 1.2
Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 (Persen)
Dilihat dari Gambar 1.2 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya
selama periode 2011-2015, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Kabupaten Kubu
Raya mencapai laju pertumbuhan tertingginya yaitu sebesar 6.6 persen dan yang
paling rendah adalah tahun 2015 yaitu sebesar 6.2 persen. Melambatnya laju
pertumbuhan pada tahun 2015 dikarenakan penurunan yang cukup signifikan terjadi
6.5 6.6 6.5
6.4
6.2
4.5 5 5.5 6 6.5 7
2011 2012 2013 2014 2015
Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kubu Raya
pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Namun melambatnya laju pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Kubu Raya tahun 2015 pada keenam belas sektor lapangan usaha
mengalami pertumbuhan yang positif terkecuali sektor Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor
lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 9.8 persen dan pertumbuhan
ekonomi paling rendah terjadi pada sektor lapangan usaha Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016
GAMBAR 1.3
Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat Tahun 2015 (Juta Rp)
Gambar 1.3 menunjukkan masing-masing besaran kontribusi dilihat dari
PDRB ADHK Tahun 2015 di tiap Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat terhadap
Provinsi Kalimantan Barat memiliki kontribusi dengan PDRB terbesar yaitu
20,796,723.5 juta rupiah, dan yang terendah adalah Kabupaten Kayong Utara dengan
PDRB sebesar 2,061,792.6 juta rupiah. Kabupatan Kubu Raya sendiri berada di
peringkat kedua setelah Kota Pontianak yaitu dengan besaran PDRB mencapai
14,486,722.0
Pemilihan Kabupaten Kubu Raya sebagai objek penelitian bagi penulis adalah
karena Kabupaten Kubu Raya merupakan wilayah baru yang mengalami pemekaran
di Provinsi Kalimantan Barat dan wilayah Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah
yang mempunyai potensi sebagai daerah yang dapat berkembang besar melalui
sektor-sektor unggulannya. Maka dari itu melalui kebijakan otonomi daerah ini
diharapkan akan tercapainya pembangunan yang efektif dan berkelanjutan sebagai
pemicu pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.
Semenjak pemekaran sampai sekarang dapat dilihat langsung oleh penulis,
daerah Kabupaten Kubu Raya mengalami pembangunan yang cukup signifikan
dengan banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan oleh baik pemerintahan
daerah maupun pihak swasta yang melakukan investasi di wilayah Kabupaten Kubu
Raya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya yang
terus meningkat dari tahun ke tahun. Ditinjau dari indikator pertumbuhan ekonomi
yaitu PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya dalam periode 2011-2015 mengalami
Penelitian sebelumnya menemukan dengan data PDRB atas dasar harga
konstan 2010 melalui sektor ekonomi dengan menggunakan ketiga alat analisis yaitu
Klassen Typology, Location Quotient, dan Shift Share ditemukan bahwa sektor
ekonomi yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh Utara adalah sektor
pertanian (Fachrurrazy, 2009). Dalam penelitian serupa lainnya menemukan bahwa
dengan analisis Klassen Typology sektor yang merupakan sektor yang maju dan
tumbuh cepat pada Kabupaten Kuantan Singingi adalah sektor pertambangan dan
penggalian dan Location Quotient menemukan sektor yang merupakan sektor basis
adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan (Novrilasari, 2008).
Penelitian ini mengacu pada penelitian (Basuki dan Gayatri, 2009) yang
menggunakan data kuantitatif yaitu PDRB atas dasar harga konstan dengan alat
alternatif yang sama. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada data PDRB
ADHK dengan tahun dasar 2010, dengan studi wilayah berbeda dan periode tahun
berbeda. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis terdorong
untuk menganalisis dan mengkaji lebih lanjut tentang sektor-sektor ekonomi yang
terdapat pada Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan judul
“Analisis Sektor Ekonomi Potensial dan Unggulan dalam Penentuan Kebijakan
B. Batasan Masalah
Mengingat pembangunan ekonomi daerah yang begitu luas, maka dari itu
peneliti disini bermaksud untuk membatasi pengkajian dan pembahasan masalah pada
sektor-sektor ekonomi yang terdapat pada wilayah Kabupaten Kubu Raya dengan
data tahunan melalui pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) periode
2011-2015.
C. Rumusan Masalah
Berdasar pada uraian diatas maka penelitian ini memiliki perumusan masalah,
yaitu sebagai berikut :
1. Sektor ekonomi apa saja yang potensial dan memiliki pertumbuhan yang
dominan dan yang berperan sebagai sektor basis dan non basis?
2. Bagaimana perkembangan pergeseran perekonomian dilihat dari
perkembangan sektor-sektor ekonomi?
3. Sektor apa saja yang merupakan sektor unggulan dan memiliki kontribusi
besar terhadap pembentukan PDRB dan pembangunan?
4. Bagaimana pola struktur atau klasifikasi pertumbuhan masing-masing
sektor ekonomi dan sektor apa saja yang dapat menjadi acuan untuk masa
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang berpotensi dan memiliki
pertumbuhan yang dominan dan yang berperan sebagai sektor basis dan
non basis.
2. Untuk mengetahui perkembangan pergeseran perekonomian dilihat dari
perkembangan sektor-sektor ekonomi.
3. Untuk mengetahui sektorapa saja yang merupakan sektor unggulan dan
memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan PDRB dan
pembangunan.
4. Untuk mengetahui bagaimana pola struktur atau klasifikasi pertumbuhan
masing-masing sektor ekonomi dan sektor apa saja yang dapat menjadi
E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan
kontribusi sebagai berikut :
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dalam hal ruang lingkup penelitian khususnya
pembangunan perekonomian sehingga dapat membandingkan dan
menggunakan teori yang telah diterima pada bangku perkuliahan dan
praktek langsung di lapangan.
2. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi
perekonomian Kabupaten Kubu Raya.
3. Bagi Pemerintah Daerah
Memberikan informasi dan analisa tentang kondisi perekonomian
Kabupaten Kubu Raya yang mana diharapkan agar di gunakan sebagai
bahan acuan dalam penentuan kebijakan pemerintah daerah dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yaitu pemerintah bersama
masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan
membentuk suatu kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta untuk menciptakan
sebuah lapangan pekerjaan dan memacu perkembangan kegiatan ekonomi sehingga
taraf hidup masyarakat pada Negara tersebut dapat meningkat. Peningkatan tersebut
dapat dilihat dari naik atau turun atau tinggi rendahnya tingkat pendapatan riil
perkapita yang indikatornya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dalam satu tahun
tertentu.
(Irawan dan Suparmoko, 1992) berpendapat bahwa tujuan dari pembangunan
ekonomi selain dari meningkatkan pendapatan nasional riil namun juga untuk
meningkatkan produktivitas. Maka dari itu masyarakat di tuntut sebagai sumber daya
manusia agar dapat terus bergerak dan dapat memanfaatkan sumber daya alam dan
memacu perekonomian negara agar terus berkembang dan menambah dan menaikkan
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berindikasi terhadap
naiknya pendapatan riil perkapita yang terjadi pada suatu negara dalam jangka
panjang dengan diikuti dengan pembenahan sistem kelembagaan yang ada pada
negara tersebut(Arsyad, 1999). Pengertian lain dari pembangunan ekonomi adalah
perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) pada masyarakat dan diikuti oleh
modernisasi pada struktur yang pada umunya adalah tradisional (Sukirno, 1981).
Pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) dapat digunakan sebagai alat
atau indikator untuk melihat laju pembangunan ekonomi (Mariska, 2015). Siklus
yang terjadi adalah selama ada kegiatan ekonomi di masyarakat, terjadi pula
pertambahan penduduk. Maka dari itu kegiatan ekonomi masyarakat ini di
peruntukkan agar kesejahteraan masyarakat tersebut meningkat. Ketika tingkat
pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu daerah lebih rendah dari
jumlah pertambahan penduduk pada wilayah tersebut maka dapat diartikan
pendapatan perkapita tidak mengalami kenaikan atau bahkan cenderung menurun.
Dari fakta tersebut dapat diartikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) belum dapat
atau tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi.Istilah pembangunan ekonomi
menurut para ekonom sebagai (Arsyad, 1999) :
1. Pembangunan ekonomi sebagai peningkatan perkapita penduduk yaitu
tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu tahun
2. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjadi pada suatu
negara diikuti oleh perbaikan dan pembaruan struktur ekonominya.
Menurut (Sukirno, 1996) pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha
untuk menambah pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi
potensial menjadi ekonomi riil dengan melakukan penanaman modal, penggunaan
teknologi, penambahan pengetahuan, penigkatan keterampilan, penambahan
kemampuan berorganisasi dan manajemen.
Todaro dalam (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi
yang berhasil dapat dilhat dari 3 nilai pokok, yaitu:
1. Kemampuan masyarakat yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan
pokoknya
2. Meningkatkan harga diri masyarakat sebagai manusia
3. Kemampuan masyarakat yang meningkat dalam memilih yang merupakan
hak asasi manusia
Pengertian dari pembangunan ekonomi bukan hanya menaikkan Produk
Domestik Regional Bruto (PDB) tiap tahunnya saja namun pembangunan ekonomi
ini dapat diartikan sebagai negara yang berupaya dalam artian melakukan
kegiatan-kegiatan yang berimplikasi kepada perkembangan kegiatan-kegiatan ekonomi dan taraf hidup
2. Pertumbuhan Ekonomi
Para ekonom mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan atau
kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa melihat apakah kenaikan tersebut
lebih besar ataukah lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk
atau apakah struktur ekonomi mengalami perubahan atau tidak (Arsyad, 1999).
Definisi tersebut selaras dengan pendapat (Irawan dan Suparmoko, 1992) dalam
bukunya bahwa indikator dari pertumbuhan ekonomi adalah Produk DomestikBruto
(PDB) perkapita.Semakin tinggi tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) maka
semakin makmur negara tersebut.
Menurut Prof. Kuznets dalam (Suryana, 2000) pertumbuhan ekonomi sebagai
kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang
terus menigkatkan kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh berdasarkan dengan
kemajuan teknologi, institusional dan ideologis yang diperlukannya. Dalam definisi
pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat tiga komponen penting, yaitu:
1. Pertumbuhan ekonomi suatu negara terlihat dari meningkatnya persediaan
barang secara terus menerus. Peningkatan output terus menerus
merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan untuk
menyediakan berbagai macam barang merupakan tanda dari
2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang
dapat menentukan derajat kemampuan pertumbuhan dalam penyediaan
berbagai macam barang kepada penduduk.
3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien diperlukan dengan adanya
penyesuaian terhadap kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan dengan tepat.
Modernisasi teknologi haruslah diikuti dengan pembaharuan sosial pula.
Prof. Kuznets dalam (Jhingan M. , 1990) mengatakan dalam bukunya Modern
Economic Growth, 1966 definisi dari pertumbuhan ekonomi adalah sebagai kenaikan
terus-menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, seringkali diikuti oleh
kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural.
Menurut (Basuki dan Prawoto, 2014) faktor-faktor penentu pertumbuhan
ekonomi yaitu :
1. Sumber-sumber Alam
Faktor ini meliputi luas tanah, sumber mineral tambang, iklim dan
lain-lain.Sumber daya alam yang sedikit merupakan kendala yang serius yang
dimiliki oleh negara-negara yang sedang berkembang.Bahkan kendala
sumber daya alam ini dinilai lebih serius dibandingkan dengan sedikitnya
2. Sumber-sumber Tenaga Kerja
Masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang di
bidang sumber daya manusia adalah jumlah penduduknya yang terlalu
banyak, daya gunanya yang rendah dan kualitas dari penduduk masih
rendah.
3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah
Kelemahan dari negara-negara sedang berkembang yang belum mampu
untuk mengadakan investasi yang memadai dalam rangka menaikkan
kualitas sumber daya manusia yang berupa pengeluaran untuk memelihara
kesehatan, pendidikan, dan latihan ketenagakerjaan untuk penduduk.
4. Akumulasi Kapital
Usaha-usaha dalam proses mendorong laju pertumbuhan ekonomi
dipusatkan kepada akumulasi kapital. Maka dari itu akumulasi kapital
sering dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan
ekonomi.Hal tersebut dikarenakan negara-negara sedang berkembang
hamper semua mengalami kelangkaan barang-barang kapital dan
penambahan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting
3. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses langkah nyata untuk
mewujudkan kebijakan pemerintah yaitu asas desentralisasi yang melimpahkan tugas
dan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus
daerahnya masing-masing dengan tujuan untuk pembangunan ekonomi secara merata
dan menggunakan sumber-sumber daya yang ada semaksimal mungkin dengan
harapan untuk menambah pendapatan nasional. Menurut pendapat dari (Arsyad,
1999) pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan atau proses dari
pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber-sumber daya yang
ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah
daerah untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan memicu kegiatan
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) pada wilayah tersebut.
Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai penyediaan lapangan
pekerjaan untuk penduduk di suatu wilayah agar sumber daya manusia yaitu
penduduk dapat mengolah sumber-sumber daya yang ada sehingga menjadi produktif
dan pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Secara nasional
pembangunan memiliki arti peningkatan terus menerus pada Produk Domestik Bruto
(PDB) suatu negara. Dengan kata lain pembangunan daerah memiliki arti
peningkatan secara terus menerus terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
yang di fokuskan kepada wilayah tersebut mengenai Provinsi, Kabupaten dan Kota.
pendapata perkapita dari penduduk setempat dan meningkatkan daya tarik daerahnya
sehingga para investor tertarik untuk menanamkan modal pada daerah tersebut dan
memicu pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan perekonomiannya (Kuncoro, 2000)
4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah
Dalam pembahasan dari pertumbuhan dan pembangunan daerah tersebut,
masing-masing memiliki teori yang di kemukakan oleh para ekonom yang teori
tersebut digunakan hingga sekarang yang diuraikan sebagai berikut :
a. Teori Klasik
Para ahli ekonomi klasik sudah sejak lama mengemukakan pendapatnya
melalui teori pembangunan (teori pertumbuhan) dalam menjawab beberapa masalah
yang terjadi dalam perekonomian. Adam Smith, sebagai salah satu ahli ekonomi
klasik mengemukakan bahwa jika pembangunan sudah terjadi maka prosesnya terjadi
secara terus menerus dan kumulatif. Kenaikan pendapatan nasional yang bermula
dengan modal awal dan terjadinya kemungkinan-kemungkinan pasar, pembagian
kerja dan spesialisasi akan terjadi yang membuat produktivitas dan pendapatan
nasional meningkat. Spesialisasi dan perluasan pasar sebagai perangsang bagi para
pengusaha, pengembangan teknologi dan melakukan inovasi dan mejadikan
pembangunan berkelanjutan.
Ricardo dan Malthus dalam (Suryana, 2000) melalui pendapat mereka yang
proses pembangunan dalam jangka panjang akan mencapai suatu keadaan dimana
perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali. Pendapat tersebut berdasar kepada
hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing return).
Menurut David Ricardo, peranan dari teknologi dan akumulasi modal dapat
meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan menghambat bekerjanya the law of
diminishing return. Singkatnya pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo adalah
proses dari tarik menariknya law of diminishing return dengan keamajuan teknologi.
Robert Malthus sendiri melihat kepada pembangunan ekonomi yang dapat
dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Produksi dan distribusi
merupakan dua unsur utama kesejahteraan yang dapat dicapai dalam jangka pendek.
Kemudian faktor-faktor yang menentukan pembangunan ekonomi tergantung pada
tenaga kerja, modal, dan organisasi. Menurut Malthus peningkatan kesejahteraan
haruslah dibarengi dengan penanaman modal secara terus menerus. Dalam
pembangunan ekonomi sangat diperlukan pembangunan berimbang antara sektor
pertanian, dan industri dan perlunya untuk meningkatkan permintaan efektif.
Salah satu ahli ekonomi klasik, Stuart Mill mengemukakan teorinya dengan
menekankan faktor-faktor seperti tabungan, tingkat laba, kemajuan teknologi,
distribusi yang adil, perluasan perdagangan luar negeri, perubahan kelembagaan dan
lain-lain (Suryana, 2000). Menurut Mill laju akumulasi modal tergantung pada
jumlah dana yang dapat menghasilkan tabungan atau besarnya sisa hasil usaha,
pembangunan ekonomi bergantung kepada perbaikan dalam tingkat pengetahuan
masyarakat dan perbaikan yang berupa beberapa usaha untuk menghapus penghambat
pembangunan.
b. Teori Neo-Klasik
Menurut Yoseph Schumpeter dalam (Suryana, 2000), salah satu ahli ekonomi
Neo-klasik pembangunan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus.
Faktor terpenting dari pembangunan adalah entrepreneur. Schumpeter berpendapat
bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh golongan masyarakat yang
mengorganisasi barang-barang yang diperlukan masyarakat. Golongan masyarakat
tersebut yang membuat inovasi dan melakukan pembaharuan. Pembaharuan tersebut
terjadi dalam bentuk barang baru, cara produksi baru, daerah pasaran yang baru,
bahan baku baru, dan organisasi baru.
Teori pertumbuhan Neo-klasik adalah teori yang melandaskan kepada
pandangan-pandangan klasik. Neo-klasik memiliki pendapat tentang perkembangan
ekonomi sebagai berikut ;
a. Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam
pembangunan ekonomi.
b. Perkembangan merupakan proses yang gradual.
d. Adanya pemikiran yang optimis terhadap perkembangan.
e. Aspek internasional merupakan faktor bagi perkembangan.
Tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat
tabungan. Investasi yang kemudian meningkat akan menambah jumlah tingginya
tingkat tabungan. Apabila tingkat permintaan investasi menurun yang bearri hasrat
menabung turun maka pada tingkat perkembangan inilah akumulasi modal berakhir,
perekonomian tidak mengalami perkembangan.
Proses perkembangan ekonomi menurut teori Marshall adalah hasil hubungan
harmonis antara faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ekonomi timbul
dari adanya kenaikan skala produksi sebagai akibat dari adanya efisiensi (hasil dari
adanya spesialisasi, mesin baru, pasar yang lebih luas, dan manajemen yang lebih
baik). Sedangkan faktor eksternal ekonomi timbul dari adanya perkembangan
industry yang saling ketergantungan dan komplementer dari berbagai sektor produksi
dalam perekonomian. Neo-klasik yakin dengan kemajuan teknologi dan perbaikan
kualitas buruh cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi sehingga
permintaan masyarakat cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi dan
c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern
1. Teori Pertumbuhan Rostow
Rostow dalam (Suryana, 2000) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai
suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan
politik, struktur sosial, nilai sosial dan struktur kegiatan ekonominya. Rostow
mengemukakan dalam bukunya “The Stages of Economics” (1960) yaitu tahap-tahap
dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh suatu negara pada umunya
yang dibagi dalam 5 tahapan yaitu :
a. The Traditional Society (Masyarakat Tradisional)
Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang mempunyai cara berfikir,
berproduksi dan teknologi primitif dan tradisional. Jika ciri-ciri penting masyarakat
tersebut menyebabkan pertumbuhan selalu berlaku, yaitu pertumbuhan ekonomi
sering terjadi, maka ini boleh dianggap sebagai berada pada kondisi dimana akan leps
landas.
b. Precondition for take-off (Persyaratan Tinggal Landas)
Persyaratan tinggal landas merupakan suatu masa transisi dimana masyarakat
mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pada
pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang secara terus menerus.
c. Take off (Tinggal Landas)
Tinggal Landas merupakan suatu masa dimana terjadinya perubahan yang
drastis dalam masyarakat.Kemajuan yang sangat cepat dalam bentuk inovasi dan
terciptanya pasar baru. Analisis lainnya, Rostow mengartikan tinggal landas adalah
revolusi industri yang berkaitan langsung dengan perubahan radikal dalam metode
produksi dan dalam waktu yang relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang
menentukan. Penanaman modal merupakan prasyarat untuk tinggal landas, karena
penanaman modal yang meningkat dapat menyebabkan perekonomian berkembang
melebihi jumlah pertambahan penduduk. Munculnya kerangka budaya merupakan
prasyarat terakhir untuk tinggal landas yang dapat mendiring ekspansi pada sektor
modern. Hal ini memerlukan kemampuan perekonomian untuk menggalakkan
tabungan untuk meningkatkan produksi barang-barang pabrik dan kemampuan untuk
menciptakan ekonomi eksternal.
d. The Drive to Maturity
Merupakan suatu masa dimana pada masyarakat tersebut secara efektif dalam
menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan
sumber daya alam.Ciri penting yang ada pada tahap ini adalah (1) Teknologi yang
e. The Age of High Mess Consumption
Merupakan suatu kondisi dimana pada suatu masyarakat tersebut lebih
memperhatikan kepada masalah konsumsi dan kesejahteraan, sehingga masalah
produksi dikesampingkan.Masyarakat akan bersaing untuk mendapatkan sumber daya
yang ada, dengan cara seperti (1) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara
tersebut keluar negeri yang berakibat cenderung kepada penaklukan dari negara lain.
(2) Menciptakan walfare state, yaitu suatu kemakmuran yang lebih merata kepada
penduduknya yang dilakukan dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan
melalui sistem pajaknya. (3) Kebutuhan pokok tidak menjadi masalah lagi bagi
masyarakat, namun konsumsi terhadap barang-barang mewah dan tahan lama lebih
tinggi.
d. Teori Pertumbuhan Modern Kuznet
Menurut Profesor Kuznet, 1871 (Jhingan, 2000) pertumbuhan ekonomi
merupakan kemampuan jangka panjang suatu negara dalam menyediakan berbagai
jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Dalam pengertian
yang disampaikan Kuznet tentang pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat 3
komponen penting, yaitu :
1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya persediaan
merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi, hal tersebut merupakan tanda
kematangan ekonomi.
2. Faktor yang menentukan derajat kemampuan pertumbuhan dalam
menyediakan barang-barang ekonomi pada penduduk adalah teknologi yang
maju.
3. Penggunaan teknologi yang luas dan efisien membutuhkan penyesuaian pada
bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dapat
dimanfaatkan dengan baik.
Enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang dimanivestasikan dalam proses
pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju. Enam ciri karakteristik itu adalah,
dua variabel kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produksi nasional
dan pertumbuhan penduduk, dua berhubungan dengan peralihan struktur dan dua
lainnya berhubungan dengan penyebaran internasional.
Dua variabel ekonomi yang bersamaan ;
1. Tingginya tingkat produk perkapitadan laju pertumbuhan penduduk.
2. Tingginya peningkatan produktivitas terutama produktivitas tenaga
kerja.
Dua struktural variabel transformasi :
3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi.
Dua variabel penyebaran internasional :
5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk
pergi keseluruh dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku.
6. Arus barang, modal, dan orang antar bangsa meningkat.
Keenam karakteristik ekonomi modern tersebut saling memperkuat dan
berhubungan. Tingginya tingkat produktivitas perkapita merupakan hasil dari
meningkatnya tingkat tenaga kerja yang cepat. Tingginya tingkat pendapatan
perkapita menyebabkan tingginya tingkat konsumsi perkapita, dengan demikian
memberikan insentif untuk mengubah struktur produksi. Teknologi yang maju sangat
diperlukan fungsinya adalah untuk mencapai tingkat output dan mencapai perubahan
struktural.
e. Teori Pertumbuhan Mantap Harrod-Domar
Harrod Domar ahli ekonomi yang mengembangkan teori dari Keynes yang
menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan suatu pertumbuhan
ekonomi. Menurutnya pada tiap usaha ekonomi harus menyelamatkan bagian tertentu
dari pendapatan nasional yaitu dengan menambah stok modal yang akan digunakan
dalam investasi baru. Harrod Domar mengatakan bahwa ada hubungan ekonomi
antara besarnya stok modal (K) dengan jumlah produksi nasional (Y). Sebagai contoh
$300 unit modal yang diperlukan untuk menghasilkan $1 unit pendapatan, maka COR
5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah
Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dapat dianggap sebagai
perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya milik publik yang
terdapat pada daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam
menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab
(Arsyad, 1999). Terdapat 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi
daerah, yaitu :
Pertama, perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional yang mana
daerah tersebut merupakan bagiannya, keterkaitan mendasar antara keduanya, dan
konsekuensi dari akhir dari interaksi tersebut.
Kedua, sesuatu yang terlihat baik untuk nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya, yang baik bagi daerahnya belum tentu baik bagi nasional.
Ketiga, perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah seperti administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya pada tingkat daerah
berbeda dengan yang tersedia di tingkat pusat.
Dalam penelitian (Basuki dan Gayatri, 2009) tujuan dari perencanaan menurut
Hatta adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, direncanakan
tujuan dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro perencanaan memiliki
dalam jangka waktu tertentu dengan dasar nilai yang dimiliki masyarakat. Kedua,
pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien untuk mencapai tujuan
tertentu. Dalam hal tersebut, diperlukan kriteria khusus untuk penentuan tujuan yang
meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut yang
sebelumnya harus dipilih terlebih dahulu.
Perencanaan ekonomi terdiri atas sederet fungsi dari kewenangan masyarakat
dalam mengoptimalisasi sumber-sumber daya ekonomi dalam penggunaannya guna
untuk mencapai sebuah tatanan ekonomi yang jauh lebih baik. Yang artinya,
perencanaan ekonomi adalah suatu pengarahan dan pengaturan atas kegiatan ekonomi
melalui tindakan yang terkoordinasi secara sisetamtis oleh badan perencanaan pusat
dalam tujuan dan periode tertentu. Urgensi dari adanya perencanaan pembangunan
ekonomi daerah ini adalah agar alokasi dari sumber-sumber daya ekonomi yang
dimiliki oleh negara dapat lebih efisien dan efektif dan terhindar dari pemborosan,
pertumbuhan ekonomi mantap dan selalu berkesinambungan, serta terjadinya
perekonomian yang stabil.
B. Penelitian Terdahulu
Pada bagian penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya dan yang menjadi pertimbangan dan acuan bagi penulis dalam
penyusunan skripsi ini. Penelitian terdahulu dapat dilihat melalui Tabel 2.1 dibawah
TABEL 2.1
Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan atau sangat dominan karena menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan
PDRB dan pembangunan di
kabupaten OKI. Sektor industri pengolahan menunjukkan sektor yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Artinya, sektor ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan untuk menjadi sektor yang dominan. Sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa- jasa menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Hal ini sangat memungkinkan sektor tersebut merupakan sektor yang mengalami penurunan yang salah satunya disebabkan oleh kurang tersedianya lapangan kerja. Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih;
sektor pengangkutan dan
komunikasi serta keungan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan
Hasil analisis Klassen Typology
Penentuan Sektor pertanian dan sektor pengangkutan
dan komunikasi. Hasil LQ analisis Shift Share menunjukan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif , yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.
Hasil analisis persektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh bahwa sektor unggulan ditiap kabupaten berbeda, yaitu Wonogiri (pengangkutan dan komunikasi), Karanganyar (industry pengolahan), Boyolali (keuangan, real estate, dan jasa perusahaan), Sragen(pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan), dan Klaten (konstruksi). Sektor ekonomi unggulan di setiap kabupaten bervariasi tergantung ketersediaan sumberdaya dan
keunggulan komparatif.
Berdasarakan pola dan struktur ekonominya, kabupaten karanganyar termasuk daerah maju dan berkembang pesat tetapi Wonogiri termasuk daerah terbelakang. Hasil penelitian juga menunjukkan disparitas pendapatan antar daerah
masing-masing kabupaten
terkategori rendah (0,25) dan
Berdasarakan Klassen Typology pola pertumbuhan sektor ekonomi yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh cepat adalah kuadran III yaitu sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat. Hal ini karena tidak
ada sektor yang mampu
menunjukkan laju pertumbuhannya yang melebihi kontribusi dan laju pertumbuhan di Provinsi Riau.
Klassen Typology juga menjelaskan bahwa masih banyak sektor ekonomi yang berada pada dalam kuadran IV yaitu sektor yang relative tertinggal. Dari analisis LQ
dilihat dari hasil metode skalogram Kecamatan Kuantan Tengah masih berada pada peringkat pertama, Kecamatan Hulu Kuantan masih tetap peringkat terakhir.
Hasil penelitian MRP menunjukkan sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali. Hasil penelitian Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB provinsi Bali dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat Provinsi. Hasil penelitian LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dst., Hasil analisis
Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan. Hasil penelitian Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang
dilakukan sekarang berada pada objek penelitian pada wilayah Provinsi Kalimantan
Barat khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang terdapat di daerah Kabupaten
Kubu Raya. Dengan alat analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio
Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ), analisis
Overlay, analisis Klassen Typology. Dengan sumber data yang di peroleh dari BPS
Provinsi Kalimantan Barat dan BPS Kabupaten Kubu Raya dengan periode tahun
2011-2015. Kontribusi yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah dengan hasil
berupa analisis yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kubu Raya
dalam rangka menyusun dan merencanakan pembangunan ekonomi di daerah
Kabupaten Kubu Raya dengan menggunakan sektor-sektor ekonomi yang dapat
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan
satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi
Kalimantan Barat memiliki sejumlah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari Kabupaten
Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak,
Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas
Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten
Kubu Raya, Kota Pontianak, Kota Singkawang. Pemilihan Kabupaten Kubu Raya
sebagai obyek penelitian karena peneliti melihat Kabupaten Kubu Raya sebagai salah
satu daerah yang memiliki potensi untuk memajukan pertumbuhan ekonomi baik dari
skala regional maupun nasional.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder adalah data yang terdapat pada buku-buku, jurnal, dan lainnya yang
berkaitan dengan penelitian ini atau melalui sumber-sumber lainnya yang diterbitkan
oleh lembaga yang berkompeten berupa data PDRB Kabupaten Kubu Raya dan
C. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari berbagai
macam sumber yang diperoleh melalui data sekunder yang diperoleh dari BPS
Kabupaten Kubu Raya, BPS Provinsi Kalimantan Barat, dan dari sumber lainnya
seperti wawancara langsung dari pihak terkait internet dan studi kepustakaan. Dengan
menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kubu Raya
berdasarkan harga konstan 2010 dari tahun 2011-2015. Data yang digunakan yaitu
sebanyak tujuh belas sektor lapangan usaha yang terdapat dalam data PDRB tersebut
dengan cara mebandingkan dengan PDRB di tingkat Provinsi Kalimantan Barat
berdasakan harga konstan 2010 dengan periode 2011-2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data
dokumentasi. Teknik pengumpulan data dokumentasi merupakan salah satu cara dari
teknik pengumpulan data mengenai segala sesuatu informasi yang berkaitan dengan
penelitian. Teknik dokumentasi sendiri dilakukan dengan melihat kembali data
tertulis yang merupakan angka maupun keterangan. Dalam penelitian ini, teknik
dokumentasi digunakan untuk mengambil data PDRB Kabupaten Kubu Raya dengan
data terbaru berdasarkan atas dasar harga konstan, kondisi umum Kabupaten Kubu
Raya serta gambaran umum wilayah yang dijadikan sebagai obyek penelitian yang
Kalimantan Barat, BAPPEDA Kabupaten Kubu Raya. Selain dari laporan-laporan
tertulis dari pemerintah tersebut, penulis juga menggali berbagai data dan referensi
dari sumber pustaka dan internet.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Potensi Ekonomi
Kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha terhadap pendapat di
masing-masing daerah kabupaten dan kota. Kontribusi tersebut biasanya
dihitung melalui jumlah PDRB yang dihasilkan.
2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi
perekonomian pada suatu wilayah. PDRB dapat dilihat dari dua jenis PDRB
itu sendiri, yaitu PDRB atas dasar berlaku dan PDRB atas dasar harga
konstan. PDRB di definisikan sebagai nilai tambah terakumulasi yang
dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang terdapat pada suatu wilayah dalam
periode waktu tertentu. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) yang
digunakan pada penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan 2010
menurut lapangan usaha dan menggunakan periode waktu 2011-2015.
3. Sektor-sektor Ekonomi
Sektor ekonomi pada setiap Kabupaten/Kota terdapat tujuh belas sektor.
- Pertanian, Kehutanan dan Perikanan
- Pertambangan dan Penggalian
- Industri Pengolahan
- Pengadaan Listrik dan Gas
- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
- Konstruksi
- Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
- Transportasi dan Pergudangan
- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
- Informasi dan Komunikasi
- Jasa Keuangan dan Asuransi
- Real Estat
- Jasa Perusahaan
- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
- Jasa Pendidikan
- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
- Jasa Lainnya
4. Sektor Basis dan Non Basis
Sektor basis merupakan sektor yang mampu mengekspor barang-barang dan
jasa-jasa keluar dari perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan
sektor yang sama namun pada lingkup yang lebih luas. Dapat disebut sebagai
yang tidak dapat mengekspor barang-barang dan jasa-jasa keluar dalam artian
sektor basis hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri.
Dapat disebut sektor non basis apabila besarnya LQ<1.
5. Sektor Unggulan
Merupakan sektor yang memiliki peranan menonjol atau relatif lebih besar
terhadap perekonomian wilayah dibandingkan dengan sektor lainnya.
6. Keunggulan Kompetitif
Adalah suatu sektor yang memiliki keunggulan kompetitif jika laju
pertumbuhan sektor tersebut pada tingkat kabupaten/kota lebih tinggi dari
pada tingkat laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi yaitu
apabila (rij – rin) > 0.
7. Spesialisasi
Suatu sektor yang memiliki spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih besar
F. Metode Analisis Data
1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Alat analisis ini merupakan alat analisis yang digunakan dalam
mendeskripsikan kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasar kepada
kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik itu secara eksternal maupun
internal (Yusuf, 1999).
Model analisis MRP ini diturunkan dari persamaan awal komponen utama
dalam analisis Shift and Share yaitu Different Shift dan Proportionality Shift. Secara
matematis Differential Shift dan Proportional Shift dapat di tuliskan sebagai berikut:
Differential Shift
[
]
Proportional Shift
[ ]
Dari persamaan diatas dapat diperoleh rumus-rumus dari perhitungan berikut:
Keterangan :
ij : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah studi pada periode waktu t
IR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi
R : Perubahan PDRB di wilayah referensi
Eij : Pendapatan kegiatan i di wilayah studi
EIR : Pendapatan kegiatan i di wilayah referensi
ER : PDRB di wilayah referensi
t+n : tahun antara dua periode
Pendekatan analisis MRP ini dibagi menjadi dua rasio, yaitu: (1) rasio
pertumbuhan wilayah referensi (RPR) dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs).
a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)
Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi atau yang di tuliskan (RPR) adalah
perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi
dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB wilayah referensi.
RPR
Keterangan :
iR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi
ER : Perubahan PDRB di wilayah referensi
ER(t) : PDRB pada awal penelitian wilayah referensi
Jika nilai RPR > 1 dikatakan positif (+), artinya menunjukkan bahwa
pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih besar daripada
pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.
Jika nilai RPR < 1 dikatakan negatif (-), artinya menunjukkan bahwa
pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih kecil daripada
pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)
Rasio Pertumbuhan Wilayah atau yang dituliskan (RPs) adalah perbandingan
antara laju pertumbuhan kegiatan i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan
kegiatan i di wilayah referensi.
RPs =
Keterangan :
Eij : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah studi
Eij(t) : Pendapatan kegiatan i awal periode penelitian di wilayah studi
EiR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi
Jika nilai RPs > 1 dikatakan positif (+), artinya menunjukkan bahwa
pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih besar dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.
Jika nilai RPs < 1 dikatakan negatif (-), artinya menunjukkan bahwa
pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.
Hasil dari analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ini diklasifikasikan
sebagai berikut:
Klasifikasi 1, yaitu nilai RPR(+) dan RPs(+) dapat diartikan bahwa kegiatan tersebut
terdapat pada tingkat provinsi mengenai pertumbuhan yang menonjol, demikian pula
dengan tingkat kabupaten termasuk pertumbuhan yang menonjol. Kegiatan ini
selanjutnya disebut dominan pertumbuhan.
Klasifikasi 2, yaitu nilai RPR (+) dan RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat
provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol sedangkan pada tingkat kabupaten
masih belum menonjol.
Klasifikasi 3, yaitu nilai RPR (-) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat
provinsi mempunyai pertumbuhan yang tidak menonjol sedangkan pada tingkat
Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat
provinsi dan pada tingkat kabupaten pula mempunyai pertumbuhan yang rendah
dalam artian tidak menonjol.
2. Analisis Shift Share
Analisis Shift Share merupakan teknik atau alat analisis yang berguna untuk
menganalisis pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah atau wilayah sebagai
perubahan suatu indikator ekonomi dalam pertumbuhan perekonomian di wilayah
tersebut dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dari analisis Shift Share adalah untuk
menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan
dengan perekonomian pada tingkat regional (provinsi) atau nasional.
Analisis Shift Share memberi data tentang kinerja perekonomian ke dalam
tiga bidang yang saling berkaitan (Arsyad, 1999) :
1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan
pengerjaan agregat secara sektoral dibanding dengan perubahan pada sektor
yang sama di perekonomian yang dijadikan sebagai patokan.
2. Pergeseran proporsional mengukur perubahan secara relatif, peningkatan atau
penurunan, pada daerah dibanding dengan perekonomian yang lebih besar
yang dijadikan patokan.
3. Pergeseran differensial membantu dalam menentukan seberapa jauh daya
Teknik analisis Shift Share ini membandingkan laju pertumbuhan
perekonomian nasional serta sektor-sektornya dan mengamati
penyimpangan-penyimpangan dari berbagai perbandingan yang dilakukan. Jika penyimpangan-penyimpangan yang
di dapatkan adalah positif, berarti suatu sektor dalam daerah tersebut memiliki
keunggulan kompetitif. Pengaruh pertumbuhan nasional disebut juga dengan
proportional shift atau bauran komposisi, dan pengaruh keunggulan kompetitif
dinamakan differential shift atau regional share (Soepono, 1993).
Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis shift share adalah
sebagai berikut:
Dij = Nij + Mij + Cij………(7)
Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:
Dij = E*ij –Eij………..(8)
Nij = Eij .rn………...(9)
Mij = Eij (rin –rn)………..(10)
Cij = Eij (rij – rn)………(11)
Dalam artian, rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan
laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing-masing didefinisikan sebagai
rij =
rin =
rn =
Keterangan :
Eij : Pendapatan sektor i di wilayah j (kabupaten)
Ein : Pendapatan sektor i di wilayah n (provinsi)
En : Pendapatan wilayah n
E*ij : Pendapatan tahun terakhir
rij : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah j (kabupaten)
rin : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah n (provinsi)
rn : Laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)
Sehingga didapat persamaan Shift Share untuk sektor i di wilayah j
(Soepono, 1993) sebagai berikut:
Dij = Eij.rn + Eij (rin-rn) + Eij (rij-rin)………....(15)