• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIBA DAN BUNGA BANK PERSPEKTIF NEO-MODERNIS (STUDI KRITIK PEMIKIRAN FAZLURRAHMAN DAN ABDULLAH SAEED) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "RIBA DAN BUNGA BANK PERSPEKTIF NEO-MODERNIS (STUDI KRITIK PEMIKIRAN FAZLURRAHMAN DAN ABDULLAH SAEED) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam"

Copied!
154
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh: Nur Kholis Majid

20130730308

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MUAMALAT

(2)

I SKRIPSI

Oleh: Nur Kholis Majid

20130730308

FAKULTAS AGAMA ISLAM PRODI MU’AMALAT

(3)
(4)
(5)
(6)

V

Barangsiapa yang menuntut ilmu dengan

maksud untuk membanggakan diri di

hadapan ulama atau untuk mendebat

orang-orang bodoh, atau agar dengan ilmunya

tersebut semua manusia memberikan

perhatian kepadanya, maka dia di

(7)

VI

lindungan-Nya serta istiqomah menjalankan amal sholeh, Amin. Puja dan puji

syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang melimpahkan rahmat,

hidayah, inayah,dan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan

laporan ini dengan sesuai dengan waktu yang ditetapkan.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Islam (S.E.I) Strata Satu pada Prodi Muamalat Fakultas

Agama Islam (FAI) di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dan

bimbingan serta motiasi dari berbagai pihak.Maka pada kesempatan kali ini ,rasa

hormat dan terima kasih kami sampaikan kepada :

1. Prof.Dr. Bambang Cipto, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah

Yogyakarta (UMY)

2. Dr. Mahli ZainuddinTago, M.Si, selaku Dekan Fakultas Agama Islam

(FAI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

3. Syarief As’ad,S.E.I,M.S.I, selaku Ketua Prodi Ekonomi Perbankan Islam

(EPI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY)

4. Drs. Muhsin Hariyanto,M.Ag, selaku Dosen Pembimbing Skripsi

(8)

VII

7. Kedua orang tua dan saudara saudara tercinta yang telah sabar dan ikhlas

memberikan dorongan spritual dan material yang sangat berguna bagi

penulis

8. Seluruh tetangga RT:07 Rw:03 Desa Sidokumpul – Paciran – Lamongan

yang selalu memberikan semangat dalam proses penulisan skripsi ini serta

mendukung penuh pekerjaan RT

9. Sahabat sahabat keluarga besar EPI terutama EPI B angkatan 2013 yang

telah menemani dan membantu menuangkan ide serta fikiran untuk

kesempurnaan penulisaan skripsi ini

10. Sahabat sahabat terdekat Arizal, S.I.P. Dan sekeluarganya. Satria Utama,

MSI dan sekeluarganya. Muhammad Rizal, S.Kom dan sekeluarganya.

Yang telah meluangkan waktunya untuk bertukar pikiran dan wejangan

baik masalah akademik maupun non akademik.

11. Dan pihak –pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis

Penyusunan skripsi yang disusun dan diselesaikan dengan usaha yang

maksimal namun tentu masih banyak kekurangan yang terdapat disana sini .oleh

karena itu, saran,maupun komentar yang ditunjukan semata mata untuk perbaikan

(9)

VIII Halaman PengesahanIII

Halaman Pernyataan KeaslianIV

Motto V

Kata Pengantar VI

Daftar isi VIII

Abstrak XI

Transliterasi XII

BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...8

C. Tujuan Penelitian...8

D. Kegunaan Penelitian...8

1. Kegunaan Teoritis...8

2. Kegunaan Praktis...8

BAB II: Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori A. Tinjauan Pustaka...9

B. Kerangka Teori...13

1. Definisi Riba dan Pembagiannya...13

2. Penafsiran Riba Pada Masa Modern...14

(10)

IX

A. Jenis Penelitian...29

B. Sifat Penelitian...29

C. Pengumpulan Data ...30

D. Analisis Data...31

E. Hipotesis...31

BAB IV: Pembahasan A. Biografi Fazlur Rahman...33

B. Biografi Abdullah Saeed...39

C. Riba dan Bunga Bank, PerspektifNeo-Modernis...43

1. Riba dalam Al-Qur’an, Perspektif Fazlur Rahman...43

2. Riba dalam Al-Qur’an, Perspektif Abdullah Saeed...49

3. Riba dalam Sunnah, Perspektif Fazlur Rahman...53

4. Riba dalam Sunnah,Perspektif Abdullah Saeed...62

5. Peranan Bunga Bank Pada Masa Saat ini Perspektif Neo Modernis...64

a. Fazlur Rahman...64

b. Abdullah Saeed...65

D. Analisis Kritik Argumentasi Neo-Modernis...70

1. Kritik Riba dalam Wacana Al-Qur’an, Perspektif Fazlur Rahman...70

2. Kritik Riba dalam Wacana Al-Qur’an, Perspektif Abdullah Saeed...72

(11)

X

E. Tinjauan dari segi Maqāsid al-Syari’ah...94

BAB V: Penutup

A. Kesimpulan... 99

B. Saran-saran...101

C. Rekomendasi...103

Daftar Pustaka

(12)

XI

tentang riba dan bunga bank dan menganalisanya dengan maqāsid al-Syari’ah. Baik dari sudut pandang al-Qur’an, Sunnah, dan fungsi bunga bank di era modern ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitan kepustakaan (library research) yang sifatnya menerangkan dengan pendekatan kualitatif (explanatoryqualitative), adapun pengumpulan datanya berupa dokumendasi serta menganalisa dengan metode deduktif dengan dukungan hipotesis yang ada.

Setelah diteliti dapat disimpulkan, bahwa keduanya sebagai Neo-Modernis menyatakan bahwa riba dan bunga adalah dua hal yang berbeda. Riba adalah pelipatgandaan serta penggandaan secara berlebihan sehingga tidak semua bunga bank yang tidak mempunyai sifat penggandaan tersebut tidak identik dan tidak dinyatakan sebagai riba. Larangan riba lebih tepat karena faktor ketidakadilan (ẓulm) atau adanya eksploitasi pada pihak lemah. Dan setelah dianalisa argumen keduanya, argumen-argumen itu tepat dengan maqāsid al-Syari’ah.Walaupun demikian penulis tetap memberikan kritik terhadap keduanya seperti yang tertera dalam pembahasan skripsi.

(13)

XII

Berdasarkan SKB Menteri Agama dan Menteri P&K RI no. 158/1987 dan No.

0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

I. Konsonan Tunggal

NO ARAB LATIN

1 ا tidak di lambangkan

2 ب b

3 ت T

4 ث ṡ

5 ج J

6 ح ḥ

7 خ kh

8 د d

9 ذ ż

10 ر r

11 ز z

12 س s

(14)

XIII

15 ض ḍ

16 ط ṭ

17 ظ ẓ

18 ع ‘

19 غ g

20 ف f

21 ق q

22 ك k

23 ل l

24 م m

25 ن n

26 و w

27 ه h

28 ء '

(15)

XIV Contoh:

ّ◌

=

ﱞﺮِﺳ

sirrun

III. Vokal pendek

Fathah ditulis a, kasrah ditulis i, dan dammah ditulis u

Contoh:

َ◌

=a

َﺐَﺘَﻛ

kataba

ِ◌

= i

َﻞِﺌُﺳ

su'ila

ُ◌

= u

ُﺐَﻫْﺬَﻳ

yażhabu

IV. Vokal Panjang

A panjang ditulis ā, I panjang ditulis ī, dan U panjang ditulis ū,

masing-masing dengan tanda hubung (-) di atasnya.

Contoh:

(16)

XV

ْوُا

= ū

ُلْﻮُﻘَـﻳ

yaqūlu

V. Vokal Rangkap

Fathah + yā' tanpa dua titik yang dimatikan ditulis ai, ditulis dan fathah +

wāwu mati ditulis au

Contoh:

َﻒْﻴَﻛ

ditulis kaifa

َلْﻮَﺣ

ditulis ḥaula

VI. Diftong

Vokal-Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu kata Dipisahkan dengan apostrof ( ′ )

Contoh:

(17)

XVI

Contoh:

ُْﱘِﺮَﻜﻟا

ditulis al- karīm

2. Bila diikuti huruf syamsiyyah, huruf 1 diganti dengan huruf syamsiyyah yang

mengikutinya.

Contoh:

ُﺔﱠﻨﱡﺴﻟا

ditulis as-sunnah

VIII.Tā marbūtah di akhir kata

1. Bila dimatikan ditulis h, kecuali untuk kata-kata Arab yang sudah terserap

menjadi bahasa Indonesia, seperti shalat, zakat, dan sebagainya.

Contoh:

ﺔَﻋﺎََﲨ

ditulis jamā’ah

2. Bila dihidupkan ditulis t,

Contoh:

(18)

XVII Penulisan huruf besar disesuaikan dengan EYD

X. Kata dalam Rangkaian Frasa atau Kalimat

1. Ditulis kata per kata, atau

2. Ditulis menurut bunyi atau pengucapannya dalam rangkaian tersebut.

Contoh:

(19)
(20)

tentang riba dan bunga bank dan menganalisanya dengan maqāsid al-Syari’ah. Baik dari sudut pandang al-Qur’an, Sunnah, dan fungsi bunga bank di era modern ini. Penelitian ini merupakan jenis penelitan kepustakaan (library research) yang sifatnya menerangkan dengan pendekatan kualitatif (explanatory qualitative), adapun pengumpulan datanya berupa dokumendasi serta menganalisa dengan metode deduktif dengan dukungan hipotesis yang ada.

Setelah diteliti dapat disimpulkan, bahwa keduanya sebagai Neo-Modernis menyatakan bahwa riba dan bunga adalah dua hal yang berbeda. Riba adalah pelipatgandaan serta penggandaan secara berlebihan sehingga tidak semua bunga bank yang tidak mempunyai sifat penggandaan tersebut tidak identik dan tidak dinyatakan sebagai riba. Larangan riba lebih tepat karena faktor ketidakadilan (ẓulm) atau adanya eksploitasi pada pihak lemah. Dan setelah dianalisa argumen keduanya, argumen-argumen itu tepat dengan maqāsid al-Syari’ah. Walaupun demikian penulis tetap memberikan kritik terhadap keduanya seperti yang tertera dalam pembahasan skripsi.

Kata kunci: Riba, Bunga Bank, Fazlur Rahman, Abdullah Saeed, dan maqāsid al-

(21)

and interest of the bank and analysing it with maqāsid al-Shari'ah. Both from the

point of view of the Qur’an, the Sunnah, and the function of bank interst in this

modern era. This is type of research study libarary (libarary research) which is explained with qualitative approaches (qualitative explanatory), as for the collection of data in the form of decumentation and analyze with deductive methods with the support of the hypothesis that there is.

After being examined, it ca be concluded that both as a Neo-Modernist declare that usury and interst are two different things. Usury is multiplying as well as doabling is execessive so that not all bank interst that does not have the nature of such doubling is not identical and not not stated as usury. The prohibition of riba is more appropriate due to injustice (ẓulm) or the existence of exploitation of the weak. And once analyzed both arguments that exactly with maqāsid al-Shari'ah. Nevertheless the author still provide criticism against both of them as noted in the discussion of the thesis.

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama Rahmatan Lil Alamīn, artinya: Islam merupakan

Rahmat bagi seluruh alam. Untuk itu Islam memberikan rambu-rambu

kepada umatnya agar senantiasa mematuhi perintah Allah dan menjauhi

larangan-Nya.

Di antara larangan Allah yang tertera dalam Al-Qur’an adalah

melarang memakan dengan cara yang batil, berupa riba. Riba merupakan

penyakit masyarakat dari zaman dahulu hingga sekarang, dikarenakan

sifatnya yang selalu merugikan orang lain dan menindas golongan yang

lemah, perbutan riba ini dikecam oleh banyak pihak, bahkan Allah pun

mengajak perang kepada orang yang melakukan perbuatan ini.

Allah berfirman:































“Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu, kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS Al-Baqarah, 2: 279)

Dan di dalam hadits juga ada ancaman bagi pelaku riba. Misalnya

(23)

،َِّﺮﻟا ُﻞِﻛآ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠا ُلﻮُﺳَر َﻦَﻌَﻟ َلﺎَﻗ ٍﺮِﺑﺎَﺟ ْﻦَﻋ

،ُﻪَﻠِﻛْﺆُﻣَو

،ُﻪَﺒِﺗﺎَﻛَو

،ِﻪْﻳَﺪِﻫﺎَﺷ

َلﺎَﻗَو

:

ٌءاَﻮَﺳ ْﻢُﻫ

)

ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور

(

“Dari sahabat Jabir Radhiya Allah ‘anhu Rasulullah shallallahu 'alaihi

wasallam mengutuk orang yang memakan harta riba (rentenir), yang memberikan/membayar riba (nasabah), penulis (sekertaris) traansaksi riba dan dua orang saksi akad riba. Dan Beliau juga bersabda: mereka semuanya sama” (HR Muslim, No: 2995)

Dan dosa riba sangat berbesar sebagai mana dalam hadits

ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠا ُلﻮُﺳَر َلﺎَﻗ َلﺎَﻗ َةَﺮْـﻳَﺮُﻫ ِﰊَأ ْﻦَﻋ

َﺢِﻜْﻨَـﻳ ْنَأ ﺎَﻫُﺮَﺴْﻳَأ ًﻮُﺣ َنﻮُﻌْـﺒَﺳ َِّﺮﻟا َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠا

ُﻪﱠﻣُأ ُﻞُﺟﱠﺮﻟا

)

ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑا ﻩاور

(

Dari Abu Hurairah ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Riba itu mempunyai tujuh puluh tingkatan, yang paling ringan adalah seperti seseorang yang berzina dengan ibunya."(HR Ibnu Majah, No: 2265)

Namun kita hidup yang di zaman modern mengenal satu bunga,

yang mana bunga ini diperkenalkan dalam dunia perbankan, yaitu bunga

bank. Kalaulah umat Islam mengenal adanya riba dan umat pun

mengetahui akan hukumnya, tetapi yang jadi persoalan adalah Apakah

Bunga Bank termasuk dalam Riba? Di sinilah letak masalahnya, berbagai

pandangan dan polemik telah terjadi atas masalah yang melahirkan antara

pro dan kontra ini. Ada yang mengatakan halal, ada yang mengatakan

haram, ada juga yang mengatakan mutasyabihat.

Di satu pihak, bunga bank terperangkap dalam kriteria riba, tetapi

disisi lain, bank mempunyai fungsi sosial yang besar bahkan, dapat

(24)

Ketika orang Islam mulai melakukan dengan kontak dengan bank,

ia sudah berada pada tahap perbankan dengan pola modern. Karenanya,

benar bahwa kegiatan perbankan tersebut sebagai persoalan yang baru

dalam kajian keIslaman. Ia tidak pernah dibicarakan dalam buku buku

Fiqh ketika buku buku itu membicarakan Fiqh Muamalah. Ia juga tidak di

bicarakan dalam kitab kitab tafsir lama.1

Maka muncul kajian kajian fiqh modern di bidang mualamah yang

terkait dengan masalah-masalah perbankan dan transaksi-transaksi

keuangan modern sebagai contoh akad Sharaf digunakan untuk money

changer, salam digunakan untuk pertanian dan lain sebagainya.

Bagaimanapun, di masa lampau, riba dengan segala sifat dan

dampaknya sudah dipahami, kendati dalam pengertiannya yang sederhana.

Artinya, berbagai kegiatan ekonomi sudah dapat dikategorikan sebagai

riba atau tidak. Perkembangan ekonomilah kelihatannya yang membentuk

persepsi tertentu dalam masyarakat menyangkut penilian terhadap

kegiatan ekonomi, sehingga kegiatan ekonomi tertentu yang dewasa ini

dipandang baik bahkan dibutuhkan, dipandang terkutuk berdasarkan

pandangan masa lampau karena perbedaan persepsi. Oleh karenanya,

kajian ulang tentang karakter riba yang terkandung dalam Al-Qur’an perlu

1 Muhammad Zuhri. 1997, Riba Dalam al-Qur’an dan Masalah Perbankan, (Jakarta: PT Raja

(25)

dilakukan, dengan memperhatikan kondisi ekonomi di masa Rasul dan

konteks pelarangan riba.2

Bila kita kembangkan pemikiran kebelakang sebenarnya hal ini

adalah masalah perbedaan pandangan dalam hal penafsiran, apakah

pemahan ayat riba dalam kontek sekarang menjadi sama sebagaimana

ketika ayat riba turun dalam menanggapi fenomena sosial yang berupa

praktek riba. Dalam menafsirkan ayat ada setengah-setengah, ada yang

memutlakkan dan sebagainya. Dan dalam hal ini penyebab terjadinya

perbedaan dalam memaknai riba dalam ayat ayat tersebut, walaupun dalam

sebuah penafsiran itu berbeda adalah wajar.

Mengenai hal (Riba dan Bunga) ini ada dua golongan saling

berbeda pendapat dan pandangannya, yaitu: Neo Revivalis dan Neo

Modernis.3

Bagi Neo Revivalis, Pandangan kaum Neo-Revivalisme tentang

riba dan bunga bank Pandangan kaum Neo-Revivalis merupakan

pandangan yang dominan dalam perdebatan mutakhir tentang riba seperti

Mawdudi dan Sayyid Qutb yang pemahamannya secara tekstualis dan

lebih mengedepankan aspek legal formal dari ayat rība yang ada dalam

al-Qur’an, bunga bank merupakan tambahan yang dipersyarakatkan (ziyādah

al-masyrūthah) menurut pandangan ini, karena al-Qur’an telah

2Ibid., hal. 7

3Menurut Fazlur Rahman ada 4 kategori pembaruan; (i) Revivalisme Pra- Modernis (ii)

ModernismeKlasik (iii) Neo-Revivalisme (iv) dan Neo-Modernisme. Lihat Amal, Taufik Adnan.

(26)

menyatakan bahwa hanya uang pokok yang diambil, maka tidak ada

pilihan kecuali menafsirkan riba sesuai dengan pernyataan itu. Oleh karena

itu keberadaan ketidak-adilan atau sebaliknya di dalam sebuah transaksi di

dalam sebuah transaksi pinjaman yang tidak relevan. apa pun keadaannya,

pemberi pinjaman tidak mempunyai hak untuk menerima tambahan atas

dan melebihi uang pokok. Meskipun sejumlah Neo-Revivalis terkemuka

seperti Maududi dan Sayyid Quthb telah membahas, dalam batas-batas

tertentu, masalah ketidak-adilan dalam riba, menerpa pada umumnya

menahan diri untuk menyatakan bahwa sesungguhnya ketidak-adilanlah

yang menjadi alasan ’illat’ pengharaman. Menurut Maududi, “pendapat

bahwa ẓulm (ketidak-adilan) adalah alasan mengapa bunga pada pinjaman

tidak diperbolehkan dan karenanya transaksi-transaksi bunga semacam ini

selama tidak mengandung kezaliman adalah boleh, masih perlu

dibuktikan”

Sedangkan bagi Neo Modernis, seperti Fazlur Rahman (1964), Said

Najjar (1989) dan Abd al Mun’im al-Namir (1989), yang pemahamannya

secara kontekstualis dan lebih mengedepankan moralitas dalam

memahami rība sesuai dengan stetemen Al-Qur’an “lā tazlimūna wa lā

tuzlamūn” (kamu tidak menganiaya dan tidak pula kamu teraniaya). Para

pemikir modernis juga mendasarkan pandangan mereka dengan

pandangan ulama klasik, diantaranya Razi, Ibnu Qayyim, dan Ibnu

Taimiyyah. bunga bank merupakan suatu kezaliman (ẓulm). Dengan

(27)

kasus si debitur adalah orang melarat yang tidak memiliki pilihan selain

menunggak pembayaran hutang. Alasan inilah, menurut kaum Modernis,

yang membuat pengharaman riba secara berlanjut dalam lingkungan

sosial-ekonomi yang berubah.

Dan juga masalah bunga bank adalah perkara yang memerlukan

adanya ijtihād artinya dalam memecahkan masalahkan tersebut

memerlukan peranan akal pikiran para ulama fiqh melalui metode ijtihād

Sebagai masalah ijtihādiah dapat dimungkinkan muncul perbedaan

perbedaan dari para cendikiawan muslim dan ulama tergantung dari sudut

pandang masing masing yang menghalalkan, namun tidak sedit pula yang

mengharamkan dengan alasan bunga bank dianggap sebagai perkara

ribawi. Harus diingatkan kembali bahwa problem utama yang mendorong

kenyataan abadi yang harus dihadapi oleh Islam bahwa nash Al-Qur’an

dan As-Sunnah terbatas secara kuantitatif, padahal peradaban (peristiwa

hukum) selalu berkembang4

Untuk itu penyusun menfokuskan diri kajian riba dan bunga bank

kepada kaum Neo Modernis dengan mewakilkan 2 tokoh yaitu: Fazlur

Rahman dan Abdullah Saeed

Fazlur Rahman adalah tokoh Neo Modernis kawakan yang sangat

berpengaruh di dunia Islam maupun Barat, pengetahuan yang luas dan

keilmuan yang sangat mumpuni serta kemampuan dalam menganilisa

4Yudian Wahyudi, 2007, Usul Fikih Versus Hermenutika (Yogyakarta: Pesantren Nawasea

(28)

suatu persoalan, menjadikan dia menjadi sosok panutan generasi setelah

dia. namun terlepas dari itu semua, ide-ide Fazlur Rahaman cenderung

kontroversial bahkan bisa di bilang “nakal” termasuk ide kontroversialnya

adalah Rība dan Bunga Bank, sehingga ia mendapat aksi kecaman yang

sangat keras dari kalangan Neo Revivalis dan Tradisionalis di negerinya

Pakistan.

Demikian juga Abdullah Saeed, yang merupakan Rahmanian

(pengikut pemikiran Fazlur Rahman) merupakan seorang akedemis, yang

ulet menganalisa isu-isu kontemporer saat ini. Saeed yang saat ini tingal di

Australia sangat intens dengan persoalan persoalan dan problematika yang

dihadapi oleh umat Islam seperti Terorisme, Hijab, Gender, HAM, Dan

lain-lain. Termasuk isu yang dibahas olehnya adalah masalah Bunga Bank,

melalui buku yang berjudul “Bank Islam dan Bunga”, Saeed mencoba

mengkritik larangan Rība dari kalangan Neo Revivalis dan mencoba

menginterpretasikan secara kontemporer.

Berangkat dari sinilah Penyusun mencoba menelaah sekaligus

memberikan kritik terhadap pendapat mereka berdua, kendati keduanya

mempunyai asumsi dan kerangka pemikiran yang sama. Dimana Fazlur

Rahman merupakan tokoh Neo Modernis di masa lampau dan Abdullah

(29)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pandangan Fazlur Rahman dan Abdullah Saeed terhadap Riba

dan Bunga Bank?

2. Apakah perbedaan pandangan antara Fazlur Rahman dan Abdullah

Saeed terhadap Riba dan Bunga Bank ?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pandangan Fazlur Rahman dan Abdullah Saeed

terhadap Riba dan Bunga Bank

2. Menelaah pandangan antara Fazlur Rahman dan Abdullah Saeed

terhadap Riba dan Bunga Bank

D.Kegunaan Penelitian

Manfaat dari penelitian terbagi menjadi dua aspek, yakni kegunaan

secara teoritis dan kegunaan secara praktis

1. Kegunaan teoritis

Memberikan kritik pemikiran pada keduanya (Fazlur Rahman dan

Abdullah Saeed) dalam tema Rība dan Bunga Bank .

2. Kegunaan praktis

Menambah khazanah keilmuan tentang riba dan bunga bank dan

memberikan kontribusi pemikiran Islam di kalangan akademisi

terutama untuk mata kuliah Pendekatan Dalam Studi Islam (PDSI) dan

(30)

BAB II

TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

A. Tinjuan Pustaka

Tinjauan pustaka dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar

kontribusi keilmuan tugas akhir ini dan berapa banyak orang lain yang

sudah mengkaji pembahasan ini. Untuk itu penulis melakukan telaah

pustaka dari beberapa kajian yang relevan baik berupa hasil penelitian,

buku-buku, jurnal ilmiah dan lain-lain yang sejenis dangan Tugas Akhir

ini. Berikut beberapa kajian penelitian yang relevan dengan judul

penelitian yang penulis ambil.

Penelitian yang ditulis oleh Wartoyo, Dosen Fakultas Ekonomi pada

Informatic and Business Institute (IBI) Darma Jaya Bandar Lampung yang

berjudul: ’’Bunga Bank: Abdullah Saeed Vs Yusuf Qaradhawi (Sebuah

Dialetika Pemikiran antara Kaum Modernis dengan Neo-Revivalis)”

dalam Jurnal La- Riba Volume IV. No.1. Juli. 2010: 117-131, yang

menyatakan bahwa dari seluruh pandangan dan argumentasi-argumentasi,

masih ada beberapa persamaan dan perbedaan di antara salah satu

persamaannya adalah Dalam membahas mengenai riba dan pemahaman

mereka akan riba, keduanya sama-sama berangkat dari dasar pemahaman

nash, baik itu dari nash-nash al-Qur’an maupun sunnah, adapun salah satu

(31)

sebenarnya yang terkandung dalam al-Qur’an dan sunnah dalam

pelarangan riba. Abdullah Saeed lebih cenderung memandang aspek

penekanan moral, sedangkan Yusuf Al-Qaradhāwi lebih melihat dari

aspek formalnya, atau apa yang ada dalam zahir ayat.

Penelitian yang ditulis Khoirul Hadi, alumni Fakultas Hukum Islam

Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga, yang berjudul: “Riba dan Bunga Bank

Dalam Pandangan Abdullah Saeed”, dalam jurnal Rasail. Vol.1. No 2.

2014: 207-228. Yang menyatakan bahwa Abdullah Saeed memberikan

penekanan bahwa al-Qur’an itu turun untuk memberikan dan

menyelesaikan masalah masalah yang berkaitan dengan ekonomi sosial

masyarkat, yaitu dengan berusaha melindungi masyarakat dari upaya

eksploitasi yang dilakukan terhadap masyarakat yang berada pada lapisan

lemah, al-Qur’an mengutuk praktik riba, yang esensinya adalah

menambah tanggungan debitur dalam melunasi hutang – hutangnya.

Menurut Abdullah Saeed riba sebenarnya dilarang bukan hanya dalam

penambahan semata akan tetapi lebih kepada eksploitasi, ketidak-adilan,

serta kezaliman yang dilakukan oleh debitur. Argumentasi Abdullah Saeed

adalah riba pada masa jahiliyah dengan riba atau bunga bank konteks

modern ini sudah berbeda. Riba pada masa jahiliyah memang amoral.

sebagaimana yang dijelaskan di atas. Selain itu dengan menggunakan

pendekatan hikmah dan diketahui pandangan yang lain lebih kontestual

(32)

Skripsi yang ditulis Sya’baniyah Rumsida, mahasiswa Fakultas Agama

Islam (FAI) UMS Surakarta (2016), yang berjudul: “Bunga Bank Dalam

Perspekrif Fazlur Rahman dan Wahbah Az-Zuhahī”, yang menyatakan

Bahwa riba dan bunga menurut Fazlur Rahman merupakan sesuatu yang

berbeda, karena riba merupakan sesuatu yang diharamkan oleh nash

al-Qur’an dan hadits, sedangkan bunga diperbolehkan adalah tidak berisi

pemerasan dan kezaliman bagi masyarakat. bunga bank sendiri termasuk

dari bagian ekonomi modern yang kedudukannya sama penting dengan

mekanisme harga sedangkan menurut Wahbah Az-Zuhalī adalah riba dan

bunga merupakan sesuatu yang tak terpisahkan atau suatu kesatuan,

karena memakan bunga ribā bagi krediturtermasuk kategori haram liżatihi

sehingga bersifat tidak legal di dalam hukum, sedangkan melakukan

pinjaman dengan adanya bunga yang dipersyaratkan merupakan kategori

haram lighairihi. Pinjaman tersebut diharamkan karena akan

menjerumuskan ke dalam ribā yang sesungguhnya.

Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya

adalah

1. Menggabungkan antara 2 (dua) pemikir yang berbeda tapi memiliki

kesamaan dalam kerangka pemikiran, yang mana kedua pemikir ini yang

berkaitan antara satu dan yang lainnya, penelitian ini akan membahas dua

pemikir tentang masalah riba dan bunga bank dengan fokus mengalisa dari

(33)

2. Memadukan Argumentasi antara 2 (dua) pemikir yang sama dari kalangan

Neo Modenis serta menguraikan masalah masalah dengan membatasi

topik Riba dan Bunga yang ada dalam wacana saat ini yang sedang

berkembang.

3. Menganalisis Argumentasi antara 2 pemikir dengan meninjau, dalam

(34)

B. Kerangka Teori

1. Definisi Riba dan Pembagiannya

Riba ditinjau dari bahasa Arab, riba bermaknakan: tambahan, tumbuh,

dan menjadi tinggi. Adapun dalam pemahaman syari’ah, maka para ulama

berbeda beda dalam ungkapannya dalam mendefinisikannya tetapi maksud dan

maknanya tidak jauh berbeda, diantara definisi yang cukup mewakili, menurut

Asy-Sarbani yang dikutip oleh Arifin Badri adalah “ suatu akad / transaksi atas

barang tertentu yang ketika akad berlangsung, tidak mengetahui kesamaannya

menurut ukuran syari’ah atau dengan menunda penyerahan keduanya barang yang

akan menjadi objek akad atau salah satunya”.1

Ada juga yang mendefinisikannya dengan penambahan pada komoditas /

barang dagang tertentu.2

Para ulama menyebutkan bahwa riba secara umum dibagi menjadi (2) macam:

a. Riba Nasi’ah / Penundaaan ( Riba Jahiliyyah)

Yaitu penambahan yang terjadi akibat pembaran yang tertunda pada akad

tukar menukar dua barang yang tergolong ke dalam riba, baik satu jenis maupun

berlainan jenis dengan menunda penyerahan salah satu barang yang ditukarkan

atau kedua-duanya.

1Arifin Badri, 2012, Riba dan Tinjuan kritis Perbankan Syari’ah (Bogor: Darul Ilmi Publising), hal. 2.

(35)

b. Riba Fadl (Riba Penambahan)/Riba Perniagaan

Riba jenis ini dapat terjadi pada akad perniagaan, sebagaimana yang dapat

terjadi pada akad utang - piutang. Dari Ubadah bin Shamit Radhiya Allah ‘anhu

meriwayatkan Nabi Shallahu Ala’hi Wa Sallam bersabda:

ِﻊْﻴَـﺑ ْﻦَﻋ ﻰَﻬْـﻨَـﻳ َﻢﱠﻠَﺳَو ِﻪْﻴَﻠَﻋ ُﱠا ﻰﱠﻠَﺻ ِﱠا َلﻮُﺳَر ُﺖْﻌَِﲰ

ِّﺮُـﺒْﻟِ ِّﺮُـﺒْﻟاَو ِﺔﱠﻀِﻔْﻟِ ِﺔﱠﻀِﻔْﻟاَو ِﺐَﻫﱠﺬﻟِ ِﺐَﻫﱠﺬﻟا

ًءاَﻮَﺳ ﱠﻻِإ ِﺢْﻠِﻤْﻟِ ِﺢْﻠِﻤْﻟاَو ِﺮْﻤﱠﺘﻟِ ِﺮْﻤﱠﺘﻟاَو ِﲑِﻌﱠﺸﻟِ ِﲑِﻌﱠﺸﻟاَو

ٍءاَﻮَﺴِﺑ

ﺎًﻨْـﻴَﻋ

ْﺪَﻘَـﻓ َداَدْزا ْوَأ َداَز ْﻦَﻤَﻓ ٍْﲔَﻌِﺑ

َﰉْرَأ

).

ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور

(

“Aku mendengar dari Rasullah Shallahu Ala’hi Wa Sallam melarang jual beli emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jewawut dengan jewawut, kurma dengan kurma, garam dengan garam kecuali jika dengan takaran yang sama dan tunai, barang siapa melebihkan, maka dia telah melakukan praktek riba."(HR Muslim, No: 2969)

Para ulama telah menyepakati bahwa keenam komoditas tersebut dalam

hadits di atas komoditas riba, riba atau berlaku pada hukum riba perniagaan (Riba

Fadhl). Sehingga tidak boleh diperjual belikan dengan cara barter melainkan

ketentuan ketentuan pada hadits di atas.3

2. Penafsiran Riba Pada Masa Modern

Para sarjana muslim modern berbeda pandangan tentang apakah larangan

riba sebagaimana yang diterangkan dalam Al-Qur’an teraplikasikan dalam bunga

bank modern. perbedaan ini tampaknya terfokus pada salah satu permaslahan

sentral, yaitu: pertama, larangan riba dipahami dengan menekankan pada aspek

rasional, melalui pemahaman ini, unsur ketidak-adilan menjadi isu sentral atas

(36)

pelarangannya, kedua, larangan riba dipahami berdasarkan legal formal

sebagaimana ang dikonseptualisasikan dalam hukum Islam (fiqh). Para modernis

cenderung berpijak pada pandangan yang pertama, sedangkan para neo revivalis

condong pada pandangan yang terakhir. penting untuk dicatat, bahwa yang

dimaksud disini dengan pandangan neo Revivalis adalah penafsiran tradisional

yang menekankan bahwa setiap bunga adalah riba.4

Neo Modernis seperti Fazlur Rahman (1964), Said Najjar (1989) dan Abd

al Mun’im al-Namir (1989). Menekankan perhatiannya pada aspek moral sebagai

bentuk pelarangan riba dan mengesampingkan aspek legal moral dari larangan

riba sebagaimana yang dijelaskan dalam hukum Islam. Argumentasi mereka

adalah sebab dilarangnya riba karena menimbulkan ketidak-adilan, sebagaimana

yang dalam al-Qur’an ungkapkan “ lā tazlimūna wa lā tuzlamūn” (kamu tidak

menganiaya dan tidak pula kamu teraniaya). para modernis juga mendasarkan

pandangan mereka dengan pandangan ulama klasik, diantaranya Razi, Ibn

Qayyim, dan Ibn Taimiyyah. Razi dalam menjelaskan di antara sebab sebab

larangan riba menyatakan bahwa pemberi pinjaman (leader) akan semakin kaya

raya, sedangkan peminjam dana akan semakin miskin. Oleh karenanya ia tidak,

membolehkan transaksi yang mengandung unsur riba termasuk membuka jalan

bagi pihak kaya melakukan pemerasan terhadap pihak miskin atas sejumlah uang

yang kelebihan tangguhan. Menurut Ibnu Qayyim, seorang ulama bermazhab

Hambali mengatakan bahwa larangan riba pada masa pra-Islam, dia mengatakan

bahwa dalam banyak kasus para peminjam (debitur) adalah kalangan miskin yang

(37)

tidak punya pilihan lagi kecuali menangguhkan pembayaran hutangnya.

Berdasarkan alasan ini, menurut para modernis larangan riba secara moral

menopang dalam perubahan sosial- ekonomi masyarakat.5

Menurut salah seorang mufassir modern, secara kasatnya dapat dikatakan,

kekejian riba (dalam arti di mana istilah ini digunakan dalam al-Qur’an dan

banyak ucapaan Nabi) terkait dengan keuntungan keuntungan yang diperoleh

melalui pinjaman-pinjaman berbunga yang mengandung eksploitasi terhadap

pihak secara ekonomi lemah oleh kekuatan dan kelicikan. Melalui pertimbangan

macam transaksi pembiayaan bagaimankah yang dilarang? Yang termasuk dalam

kategori riba adalah yang tujuan akhirnya amoral, yang secara langsung

berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang mendasari saling keterikatan

antara peminjam dan pemberi.6

Berdasarkan penjelasan di atas, tampaknya penyebab dilarangannya riba

karena lebih mengandung unsur eksploitasi terhadap kaum fakir miskin, dari pada

bunganya. Eksploitasi ini dilakukan melalui bentuk pinjaman yang berusaha

mengambil keuntungan dari nilai pinjaman yang mengakibatkan kesengsaran

kelompok lain. Para modernis dalam menanggapi berbagai bentuk bunga (interest)

yang dipraktikkan dalam sistem perbankan konvensional berusaha membedakan

pandangannya antara membolehkan bunga bank secara sah menurut ketentuan

5 Ibid.

(38)

hukum menolaknya, penolakan terhadap bunga bank berdasarkan pada

pemahaman dari unsur ketidak-adilan.7

3. Teori Bunga Bank

Teori teoripun dibuat oleh ekomom barat untuk melegalkan riba (usury)

dikarenakan pada awal abad pertengahaan gereja Katolik begitu gencarnya

melarang pratik riba (usury) dalam komunitas masyarakat di Eropa. Akan tetapi

seiring karena kemajuan perdagangan di Eropa dan menguatnya pengaruhnya

undang undang Romawi yang melegalkan interest (yang pada asalnya katanya,

berati: ganti rugi keterlambatan pelunasan hutang, maknanya lebih sempit dari

pada riba) dan melemahnya pegaruh gereja maka ekonom Eropa menggunakan

kata interest (yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan : bunga )

sebagai ganti dari kata usury yang diharamkan oleh gereja , namun dalam

terminologi ekonomi makna dua kata ini tidaklah beda .8

Untuk melegalkan riba para ekonom tersebut berpacu membuat teori

teori pendukungnya :9

a. Teori Agio, yaitu : uang yang saat ini lebih bernilai dari pada uang

yang ada dimasa mendatang dari 2 sisi :

7 Abdullah Saeed, Bank ., hal. 75.

8 Erwandi Tarmizi, 2012, Harta Haram muamalat kontemporer, (Bogor: BMI Publising), hal. 340.

(39)

1) Manusia secara naluriyah lebih mengedepankan uang ada

saat ini

2) Uang mengalami inflasi tiap harinya , maka bunga

dianggap sebagai penutup inflasi yang terjadi pada uang

kreditur. oleh karena itu,kreditur berhak menarik bunga

berdasarka rasio inflasi sebagai pengganti rugi dari

turunnya nilai uang yang dipinjamkan .

Tanggapan : teori ini dapat ditanggapi sebagai berikut:

a) Sebanarnya, penyebab utama terjadinya infalsi adalah

bunga, karena pihak produsen selalu memasukan bunga

yang harus di bayar kepada kreditur kedalam suatu biaya

produksi yang tentu mempengaruhi harga jual suatu barang.

setiap kali rasio bunga naik maka harga jual suatu barang

pasti naik .maka tidak mungkin masalah inflasi diselesaikan

dengan cara menghitung bunga yang merupakan sebab

utama terjadinya inflasi

b) Uang pinjaman yang diberikan oleh kreditur jika tetap

berada ditangannya juga pasti terkena inflasi. Jadi penyebab

infalasi bukan karena uang berada ditangan debitur.karena

kenyataannya inflasi berakibat kesemua orang.

c) Terkadang yang yang terjadi adalah sebaliknya dimana

daya beli sebuah mata uang menguat. namun tidak

(40)

mendapat bunga dari uang dia pinjamkan sebagai ganti

deflasi. padahal seharusnya keuntungan berimbang dengan

kerugian

b. Teori Heek, yaitu: waktu memiliki nilai sebagaimana nilai yang

dimiliki sebuah barang, maka bunga yang diberikan oleh debitur

adalah sebagai imbalan nilai waktu yang dipinjamkan

Tanggapan: tidak dapat dibenarkan bahwa waktu memiliki nilai

sebagaimana nilai yang dimiliki oleh jasa dan barang.buktinya

seseorang yang tidak bisa dimiliki jasa dan barang akan tetapi

memiliki waktu yang sangat panjang ( pengganguran ), apakah

waktu tersebut memiliki nilai yang harus diberi imbalan? tentu

tidak, akan tetapi yang memiliki nilai yaitu waktu yang berkaitan

dengan jasa dan barang

c. Teori Adam Smith ,yaitu: rasio laba (profit) umumnya lebih tinggi

dari pada bunga (interest), maka bunga adalah sebagai ganti rugi untuk

kreditur atas sebagian laba yang tertunda karena uangnya dipakai

debitur, sedangkan sebagian laba lagi untuk debitur. dengan demikian,

kedua belah pihak sama sama mendapatkan laba 10

Tanggapan : riba tidak mungkin merupakan hubungan saling

menguntukan antara peminjam dan pemberi pinjaman. riba pada

hakekatnya merupakan kezaliman terhadap pihak peminjam.

(41)

Karena pemberi pinjaman hanya mau menerima pinjaman sebagian

laba bila pihak peminjam menderita kerugian. andai dia mau

menerima sebagian kerugian,baru dapat dikatan hubungan itu

saling menguntungkan yang dalam fiqh muamalah disebut

Mudharabah.

d. Teori Risiko, yaitu: bunga yang diberikan oleh peminjaman

merupakan ganti rugi dari berbagai risiko yang dihadapi oleh pemberi

pinjaman, seperti risiko peminjaman tidak dapat dilunasi hutangnya.

Tanggapan: Islam mengakui adanya risiko yang dihadapi oleh

pemberi pinjaman. Akan tetapi risiko tersebt tidaklah memiliki

nilai yang harus diberi imbalan dengan uang, karena bukan

merupakan solusi untuk mencegah risiko, yang dapat mencegah

risiko adalah rahn (gadai) yang dititipkan oleh peminjam kepada

pemberi pinjaman.bila terjadi risiko tidak mempunyai peminjam

yang mengembalikan hutang, maka barang tesebut boleh dijual

untuk menutupi hutangnya, dan bisa dari penjualan barang tersebut

dikembalikan kepada pihak peminjam.

e. Teori Marshall, yaitu: bunga sebagai imbalan waktu tunggu dan tidak

mampunya kreditu ( pemberi pinjaman ) menggunakan uangnya untuk

memenuhi kebutuhan sesaat.

Tanggapan: inilah yang membedakan akad transaksi pinjam

meminjam dalam Islam dengan teori ekonomi kapitalisme, karena

(42)

sesaatnya untuk menggunakan uang tersebut tertunda, dia

mengharapkan pahala dari sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan

membantu orang yang dalam kesusahan.

4. Maqāshid Syar’iah

Maqāshid Syar’iah secara etimologis dijelaskan bahwa istilah tersebut

terdiri dari dua unsur maqāsid dan syari’ah dengan berbagai variasinya .unsur

pertama merupakan bentuk jamak (plural) dari kata maqsid yang merupakan isim

makan (kata benda yang menunjukan tempat) dari kata kerja qashada (fi’il madhi)

yang berati bermaksud dan menuju seseuatu. jadi, maqosid adalah tempat tempat

atau objek yang menjadi sasaran suatu tindakan.

Sedangkan secara terminologis Wahbah Zuhaily menyebutkan Maqāshid

Syar’iah adalah sejumlah makna atau sasaran yang hendak dicapai oleh syara’

dalam semua atau sebagian besar kasus hukumnya. Atau ia adalah tujuan dari

syari’at, atau rahasia di balik pencanangan tiap-tiap hukum oleh Syar’i (pemegang

otoritas syari’at, Allah dan Rasul-Nya). 11

Dalam usaha mewujudkan kemaslahatan kemaslahatan, ulama usuliyyin

membagi maqasid syari’ah dalam tiga tingkatan, yaitu maqāsid dharuriyyah,

maqāsid hajiyyah, dan maqāsid tahsiniyyah.

Adapun maqosid dharuriyyah adalah hal – hal yang dirasa sangat penting

yaitu yang menyangkut kehidupan manusia, sesuatu yang tidak boleh tidak untuk

menegakan suatu maslahat.apabila hal ini hilang, maka rusaklah kehidupan

(43)

manusia itu. Tidak lurus jalannya kemaslahatan itu pada umumnya ada kekacuan

kekacuan dan kerusakan – kerusakan kehidupan manusia. Hal hal yang dianggap

penting bagi manusia dengan pengertian ini dikembalikan untuk

memelihara kelima perkara tersebut di atas12, yaitu:

a. Perlindungan agama (Hifzun – Din) ini merupakan tujuan pertama hukum

Islam. Sebabnya adalah karena agam merupakan pedoman hidup manusia,

dan di dalam agama Islam selain komponen-komponen akidah yang

merupakan pegangan hidup setiap Muslim serta akhlak yang merupakan

sikap hidup seorang Muslim.

Dan di lain pihak juga Islam menjaga hak dan kebebasan, dan kebebasan

yang pertama adalah kebebasan berkeyakinan dan beribadah; setiap pemeluk

agama berhak atas agama dan madzhabnya, ia tidak boleh dipaksa untuk

meninggalkannya manuju agama atau madzhab lain, juga tidak boleh ditekan

untuk berpindah keyakinannya untuk masuk Islam.

Dasar hak ini sesuai firman Allah





























“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesunguhnya telah jelas

yang benar daripada jalan yang sesat.” (QS Al-Baqarah, 2: 256).

Mengenai tafsir ayat ini, Ibnu Katsir mengungkapkan,” Janganlah kalian

memaksa seseorang untuk memasuki agama Islam. Sesungguhnya dalil dan bukti

(44)

akan hal itu sangat jelas dan gamblang, bahwa seseorang tidak boleh dipaksa

untuk masuk agama Islam.” 13

Asbabun Nuzūl ayat ini (sebagimana dikatakan para ulama ahli tafsir)

menjelaskan kepada kita suatu sisi mengagumkan agama ini (Islam). Mereka

meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang menceritakan ada seorang perempuan yang

sedikit keturunannya, dia bersumpah kepada dirinya, bahwa bila dikarunia

seorang anak, dia akan menjadikannya seorang yahudi ( hal seperti ini dilakukan

oleh wanita dari kaum ashar pada masa jahiliah), lalu ketika , mucul Bani Nadhir,

diantara mereka terdapat keturunan dari kaum ashar. Maka bapak-bapak mereka

berkata,” kami tidak akan menbiarkan anak-anak kami, memeluk agama yahudi,

lalu Allah menurunkan ayat ini.14

Atas peristiwa yang terjadi ini, Al-Qur’an tetap menolak segala bentuk

pemaksaan, karena orang yang diberi petunjuk oleh Allah, maka Dia akan

membukakan dan menerangi mata hatinya, lalu orang itu akan masuk Islam

dengan bukti dan hujjah. Barang siapa yang hatinya dibutakan, pendengaran, dan

penglihatannya ditutup oleh Allah, maka tidak ada gunanya mareka masuk Islam

dalam keadaan dipaksa.

b. Perlindungan Jiwa (Hifzun – Nafs) merupakan tujuan hukum Islam kedua,

karena menjaga Jiwa merupakan kewajiban seorang lebih lebih dia

seorang muslim untuk itu Allah dan Rasullah mengharamkan bunuh diri,

13 Ibnu Katsir, 2000, Tafsir al-Qur’an al-A’zhim. juz 3, Alih bahasa Bahrun Abu Bakar (Bandung: Penerbit Sinar Baru Algensindo), hal. 44

(45)

melukai diri sendiri, menganiayaya diri sendiri, serta menjaga Jiwa orang

orang kafir pula kecuali kafir harbi

Hak pertama dan paling utama yang diperhatikan Islam adalah hak hidup.

Maka tidak mengherankan bila jiwa manusia dalam syariat Allah sangatlah

dimuliakan, harus dipelihara, dijaga, dipertahankan, tidak menghadapkannya

dengan sumber-sumber kerusakan/ kehancuran. Allah berfirman,





















Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah adalah maha penyayang kepadamu (QS An-Nisā’, 4: 29)

c. Perlindungan Harta (Hifzun – Māl), harta adalah materi yang nampak pada

panca indera manusia, dengan harta ini pula manusia bisa mencukupi

kebutuhannya mereka sehari – hari bahkan dari itu, maka tidaklah Allah

menjadikan harta dengaan menjadiakannya sebagai perhiasan dunia























Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia. (QSAl-Kahfi, 18: 46) Cara menghasilkan harta tersebut adalah dengan cara bekerja dan mewaris, maka

seseorang tidak boleh memakan harta orang lain dengan cara yang bathil, karena

(46)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”. (QS An-Nisā’, 4: 29)

Apabila seseorang meminjamkan hartanya kepada orang lain dalam bentuk

utang, maka ia bisa memilih salah satu di antara tiga kemungkinan berikut :

1) Meminta kembali hartanya tanpa tambahan.

2) Apabila tidak bisa mendapatkannya maka dia harus bersabar dan tidak

membebaninya dengan melakukan tagihan.

3) Apabila orang yang memberikan pinjaman adalah orang kaya, dia dapat

menyedahkan pinjaman tersebut kepada peminjam yang dalam keadaan

miskin atau payah, karena nikmat harta harus menjadi motivator untuk

saling mengasihi, tidak untuk bersikap anti pati.

Untuk itu sebagai muslim maka hendaknya kita mengumpulkan harta sengan

cara cara yang di syariatkan oleh Allah dan tidak dengan cara cara yang batil

seperti

a) Mencuri

Mencuri adalah mengambil harta orang lain tanpa hak dan tanpa

sepengetahuan atau persetujuan pemiliknya.

b) Melakukan Risywah ( suap )

Risywah adalah memperdagangkan dan mengeksploitasi tugas atau

sebuah pekerjaan untuk menghasilkan harta secara batil. Perbuatan ini

adalah haram dan dilarang oleh Islam, karena hal ini termasuk perkara

(47)

c) Riba.

Riba adalah kelebihan harta tanpa imbalan atau ganti yang

disyariatkan, yang terjadi dalam sebuah transaksi (akad) dan hal

tersebut hukumnya haram.

d. Perlindungan akal (Hifzun –Aql), akal merupakan suatu anugerah yang di

berikan Allah kepada manusia, akal pula yang menjadikan perbedaan

antara manusia dengan seluruh hewan dan binatang.





























































“dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS Al-Isrā, 17: 70)

Melalui akalnya, manusia mendapatkan petunjuk menuju makrifat kepada

Tuhan dan Penciptanya. Dengan akalnya, dia menyembah dan menaati-Nya,

menetapkan kesempurnaan dan keagungan untuk-Nya, mensucikan-Nya dari

segala kekurangan dan cacat, membenarkan Para Rasul dan Para Nabi, dan

mempercayai bahwa mereka adalah perantara yang akan memindahkan

kepada manusia apa yang diperintahkan Allah kepada mereka, membawa

kabar gembira untuk mereka dengan janji, dan membawa peringatan dengan

ancaman. Maka manusia mengoperasikan akal mereka, mempelajari yang

halal dan yang haram, yang berbahaya dan bermanfaat, serta yang baik dan

(48)

Untuk itu Islam melarang umatnya dari hal hal yang bisa merusak akal

atau mengurangi akal sehat seseorang, sebagai contoh melarang minum

minuman keras, obatan obatan terlarang seperti: sabu sabu narkotika dll,tidak

kalah pentingnya adalah menjauhi hal hal yang berbau pornografi karena

setelah dilakukan penetian hal hal yang berbau pornografi menimbulkan

ketagihan memperlemah akal seseorang.

e. Perlindungan keturunan (Hifzun-Nasl) Maksud ini Islam mensyariatkan

larangan perzinaan, menuduh zina, terhadap perempuan muhsonāt, dan

menjatuhkan pidana bagi setiap orang yang melakukannya.

Agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat

diteruskan. Hal ini tercermin dalam hubungan darah yang menjadi syarat

untuk dapat saling mewarisi, dan larangan berzina, dalam firman-Nya.





























“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk” (QS Al-Isrā, 17: 32)

Hukum kekeluargaan dan kewarisan Islam adalah hukum-hukum yang

secara khusus diciptakan Allah untuk memlihara kemurnian darah dan

kemaslahatan keturunan. Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa dalam hukum

Islam ini di atur lebih rinci dan pasti dibandingkan dengan ayat-ayat hukum

lainnya. Maksudnya adalah agar pemeliharaan dan kelanjutan dapat berlangsung

(49)

Maqāshid Hajjiyyah adalah kemaslahatan yang di butuhkan manusia untuk

mempermudah urusannnya dan menghilangkan kesulitannya, dalam

pengertiannya, bila kemaslahatan ini tidak terpenuhi, aturan hidup tidak akan

hancur, akan tetapi dapat mendatangkan kesulitan.

Contoh bidang muamalah, disyari’atkan bermacam macam akad-akad dan

transaksi transaksi – transaksi untuk memenuhi kebutuhan manusia seperti macam

– macam jual beli, sewa menyewa, syirkāh, mudhārabah. dan di rukhsah akad

akad yang yang tidak memuat qiyas serta Kaedah Kaedah umum dalam akad

seperti salam ,istishnā’, muzāra’ah dan lain sebagainya.15

Maqāshid tahsiniyyat adalah kemaslahatan yang diperlukan untuk

memelihara murūah (Harga diri), dan berhias diri dengan kebiasan terpuji dan

akhlaq mulia, bila maqāsid ini tidak terpenuhi tidak akan menghancurkan aturan

hidup serta tidak akan mendatangkan kesulitan melainkan dapat dipandang jelek

oleh orang orang bijak

Contoh dalam bidang muamalah: diharamkannya gisy (curang), tadlīs

(ketidak tahuan salah satu pihak), gharar (ketidak tahuan kedua belah pihak),

israf (pemborosan), haramnya bermualamah setiap barang –barang yang najis dan

bahaya, talāqqi rukbān, dan lain sebagainya yang menunjukan jalan kebaikan

dalam bermuamalah.16

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Apabila dilihat dari proses dimana penelitian ini akan dilakukan, maka

penelitian ini termasuk jenis penelitian kepustakaan (library research), yaitu

penelitian yang menggunakan buku-buku sebagai sumber data, atau dengan kata

lain suatu kerja untuk menngetahui pengetahuan ilmiah dari suatu dokumen

tertentu atau berupa literatul yang lain yang dikemukan oleh para ilmuan. Dengan

demikian, maka jenis penelitian ini berati mencoba mengkaji ide, gagasan,

pendapat, atau konsep riba dan bunga bank menurut Fazlur Rahman dan Abdullah

Saeed dalam beberapa literatur, baik berupa buku, jurnal, makalah, maupun

tulisan- tulisan artikel lainnya yang didukung oleh pendapat dan gagasan dari para

peneliti yang lain yang ditemukan dalam literatur sebagai bahan penunjang .

B. Sifat Penelitian

Sedangkan jika dilihat dari data yang terkumpul, penelitian ini bersifat

explanatory qualitative research, Maksudnya di sini adalah untuk menguji antar

variabel yang dihipotesiskan. Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang

akan diuji kebenarannya. Hipotesis itu sendiri menggambarkan hubungan antara

(51)

berasosialisasi atau tidak dengan yang lain, atau apakah sesuatu variabel

disebabkan/dipengaruhi atau tidak oleh variabel yang lain.1

C. Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini bersifat dokumentasi,

yakni:mengumpulkan data dari literatur-literatur baik berupa buku, jurnal,

makalah, maupun bentuk tulisan-tulisan lainnya. Sumber data pada penelitian ini

penulis kelompokkan menjadi dua sumber yaitu sumber data primer dan sekuder.

Sumberdata primer dari penelitian ini adalah buku-buku dan jurnal karya Fazlur

Rahman yang membahas tentang ribā yaitu Karya Fazlur Rahman dengan

bukunya yang berjudul “Islam”, dan jurnalnya yang berjudul “Ribā and

Interest”.dan buku buku karya Abdullah Saeed yang membahas tentang bunga

bank dengan bukunya yang berjudul.

pengumpulan data di lakukan dengan metode dokumentasi terhadap data

primer dan data sekunder. data primer merupakan data keperpustakaan yang

mengulas tentang gagasan Fazlur Rahman dan Abdullah Saeed mengenai bunga

bank baik dari segi corak, karakteristik, dan landasannya. pengumpulan data ini

bisa berasal dari segi sumber primer (tulisan Fazlur Rahman maupun Abdullah

Saeed) terutama buku Riba and Interest karya Fazlur Rahman dan buku Islamic

Banking and Interest atau buku buku sekunder (tulisan penelitian lain tentang

pemikiran Fazlur Rahman dan Abdullah Saeed) Ekspolarasi dilanjutkan pada rana

pendapat mereka berdua tentang riba dan bunga dan beragam variasinya. semua

1 Sanapiah Faisal, 2003, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo

(52)

data tersebut berasal dari tulisan yang tersebar beragam buku, artikel, jurnal dan

lain sebagainya. Keseluruhan data akan direduksi dan diklarifikasi menurut jenis

dan sifatnya untuk ditemukan pola pola yang membedakan dan menyamakannya.

D. Analisis Data

Pada analisis data penyusun menggunakan metode deduktif. Metode

deduktif adalah kegiatan mengkhususkan dari penelitian terhadap beberapa kasus,

artinya membahas dari hal-hal yang umum dianalisis sampai dengan hal-hal yang

khusus.2

Tahapan yang ditempuh dalam menggunakan analisis mengunakan metode

deduktif adalah dari serpihan-serpihan pendapat Fazlur Rahman dan Abdullah

Saeed yang menyangkut hukum bunga penyusun berusaha melakukan

pengkhususan sampai pada tahapan tertentu untuk menemukan benang merah dari

permasalahan tersebut, terutama yang berkaitan dengan rujukan, landasan

pemikiran yang berkaitan dengan rujukan, landasan pemikiran dan teknik

penggalian hukum.

E. Hipotesis

Sebagai pengikut aliran Neo Modernis, Fazlur Rahman dan Abdullah

Saeed berpendapat bahwa riba dan bunga bank adalah 2 (dua) hal yang

berbeda. Sehingga tidak semua bunga bank identik dengan riba. Sedangkan

2 Suryana, 2010, Metodologi Penelitian (Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif),

(53)

pelarangan riba menurut Neo-Modernis karena mengadung unsur eksploitasi

(ẓulm), sehingga Bunga bank yang tidak mengandung unsur eksploitasi tidak

(54)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Biografi Fazlur Rahman

Fazlur Rahman (1919-1988) berasal dari keluarga ulama bermadzhab

Hanafi. Sebuah madzhab Sunni yang lebih banyak menggunakan qiyas dengan

mengandalkan peran akal. Fazlur Rahman lahir pada 21 September 1919 di distrik

Hazara, ketika India belum pecah menjadi dua negara. Daerah tersebut sekarang

terletak di sebelah Barat Laut Pakistan. Ayahnya, Maulana Shahab al-Din adalah

seorang ulama terkenal, lulusan Deoband. Keluarganya dikenal sebagai kalangan

‘alim yang tekun menjalankan ibadah agama. Ini sebagai bukti bahwa kondisi

keluarganya adalah masuk sunni dan masih memegang teguh tradisi. Ia menikah

dengan Bilqis Rahman.

Ia berhasil menghafal al-Qur’an secara tuntas 30 juz diusia 10 tahun.

Kendatipun kecenderungan keluarga masih berkutat pada bentuk masyarakat

tradisi, namun pola prilaku kekeluargaan sangat akomodatif terhadap unsur

modernitas. Ayahnya sangat menghargai pendidikan sistem modern. Sehingga

dorongan keluarganya itulah yang banyak mempengaruhi pemikiran Fazlur

Rahman di kemudian hari.

Ayahnya sangat berhasil mendidik putranya dalam lingkup keluarga.

(55)

dan kepribadian anak ketika menghadapi kehidupan nyata. Menurut Fazlur

Rahman, ada beberapa faktor yang telah membentuk karakter dan kedalamannya

dalam beragama. Salah satu di antaranya adalah pengajaran dari ibunya tentang

kejujuran, kasih sayang, serta kecintaan sepenuh hati. Hal lain adalah ayahnya

tekun mengajarkan agama kepada Fazlur Rahman di rumah dengan disiplin tinggi,

sehingga dia mampu menghadapi bermacam dan tantangan kehidupan modern.

1. Masa Perkembangan dan Pendidikan

Peradaban yang berkembang di masa itu adalah Islam sedang menghadapi

perlawanan kuat dari Barat. Tantangan dengan arus besar modernitas menuntut

Islam untuk segera memilih dan menguatkan landasan ideologisnya. Ketika itu

juga, sebagai penganut madzhab Hanafi yang memegang ra’yu (rasio), proses

adaptasi terhadap modernitas tetap dilalui dengan filterisasi yang kuat. Kondisi

Pakistan yang semacam ini turut melahirkan Fazlur Rahman sebagai sosok yang

mengenal dua kutub yang semestinya berseberangan, tradisional dan modern.

Pada usia 14 tahun atau sekitar 1933 Fazlur Rahman dibawa ke

Lahore-tempat tinggal leluhurnya, dan memasuki sekolah modern. Sekolah atau madrasah

ini didirikan oleh Muhammad Qasim Nanotawi pada 1867. Pun seperti itu, pada

malam harinya tetap mendapatkan pelajaran agama secara tradisional dari

Maulana Shahab al-Din di tempat tinggalnya. Semangat muda Rahman

mengantarkan dia mulai gemar belajar filsafat, bahasa Arab, teologi, hadits dan

(56)

ditingkatkan dengan penguasaan berbagai bahasa: Persia, Urdu, Inggris, Perancis

dan Jerman Bahasa Eropa kuno.

Pada tahun 1940, promotor neomodernisme ini menyelesaikan pendidikan

akedemiknya dengan gelar Bachelor of Art (B.A.) dalam bidang bahasa Arab pada

Punjab University Lahore. Tahun 1942 gelar Master (M.A) berhasil diperolehnya

di Universitas yang sama. Gelar akademik yang dimiliki Rahman ini dianggapnya

kurang memberikan kepuasan dalam nalar intelektual. Sebab ia menilai bahwa

gelar akademik di Pakistan hanyalah formalitas-akademik.

Tak jauh bedanya dengan studi lokal yang baginya kurang banyak

wawasan yang kritis tentang keIslaman. Untuk meraih cita-citanya dalam kajian

Islam, ia tidak melanjutkan belajar di Timur Tengah. Tetapi ia mencoba untuk

menerobos dunia Barat. Di usia 27 tahun (1946) Fazlur Rahman berangkat studi

doctoral di Universitas Oxford Inggris. Disertasi yang ia angkat adalah tentang

Ibnu Sina di bawah bimbingan Profesor S. Van den Bergh dan H.A.R. Gibb. Gelar

Ph.D (Philosophy Doctor) berhasil ia raih pada tahun 1949. Padahal sebelumnya

Fazlur Rahman telah pula menyelesaikan Ph.D nya di Lahore, India. Hal ini

diduga, dalam pandangan Fazlur Rahman mutu pendidikan tinggi Islam di India

ketika itu amat rendah.

Semenjak belajar di Inggris, Fazlur Rahman berkesempatan belajar

bahasa-bahasa Barat. Sebagaimana telah disebutkan di atas, paling tidak ia

menguasai sembilan bahasa: Latin, Yunani, Inggris, Jerman, Turki, Arab, Persia

(57)

karya-karya ilmiahnya yang fasih dengan menggunakan salah satu dari sembilan bahasa

tersebut. Diceritakan oleh Frederich Mathewson Denny dalam The Legacy of

Fazlur Rahman, bahwa ia sudah mulai belajar bahasa Jerman sebelum

meninggalkan India. Ia telah menerjemahkan buku Die Richtungen der Islamichen

Koranauslegung karya Ignaz Goldziher ke dalam bahasa Inggris yang telah

diterbitkan oleh E.J. Brill Leiden pada tahun 1920

Penguasaan bahasa-bahasa ini jelas sangat membantu upaya Fazlur

Rahman dalam memperdalam dan memperluas keilmuannya, terutama dalam

studi-studi Islam melalui penelusuran literatur-literatur keislaman yang ditulis

para orientalis dalam bahasa-bahasa mereka. Dengan pengalaman ini, seperti kita

lihat dari pandangan pandangannya dalam masalah agama, Fazlur Rahman tidak

apologistik, tetapi lebih memperlihatkan penalaran objektif. Dengan demikian,

banyak intelektual yang menjadikannya sebagai panutan dalam pemikiran Islam.

Kendatipun Fazlur Rahman banyak menimba ilmu dari para sarjana Barat,

tidak berarti dia selalu berpikiran sama dengan para sarjana tersebut. Fazlur

Rahman tetap kritis dalam menilai pandangan-pandangan yang diajukan para

orientalis. Bahkan sejauh formulasi yang dibentuk tidak memiliki argumen yang

kuat atau karena kesalapahaman mereka terhadap masalah yang sedang dianalisis.

Fazlur Rahman mengakui bahwa dalam buku “Islam” yang diterbitkannya pada

tahun 1966, di antara isinya ia berusaha mengkritik dan mengklarifikasi

kekeliruan pandangan orientalis terhadap Islam bahkan diantara orasinya ada

(58)

Fazlur Rahman mengkritik praktik atau sistem politik dan sosial yang

dikembangkan Barat yang secara moral objektif telah jauh dari kebaikan.

Sikap yang demikian adalah sebagai bukti bahwa Fazlur Rahman

mempunyai idealisme keIslaman tulen. Islam yang dipandang sebagai agama

mengakomadir segala bentuk khazanah pemikiran yang sangat luas. Kepergiannya

ke luar negeri, ibarat orang yang merasakan kegelisahan keilmuan. Ia menilai

bahwa ilmu yang ada di tanah airnya sudah selayaknya dibumbui dan ditambahi

wawasan dari luar—terutama wawasan tentang keislaman. Jadi kalau misalnya

sebagian orang menuding Barat sebagai biang keladi penuduh Islam yang negatif,

maka ia merelakan diri untuk masuk di daerah tersebut. Dari sana justru

ditemukan berbagai pengetahuan yang luas, kenapa dunia Barat melukiskan Islam

dengan cat dan kanvas yang jelek.

Setelah ia menerima gelar Doctor of Philosophy (D.Phill) dari Oxford

University, Rahman tidak langsung pulang ke Pakistan yang baru saja merdeka

beberapa tahun dan telah memisahkan diri dari India. Ia masih merasa cemas

dengan keadaan negerinya yang masih terlalu sulit menerima kehadiran putra

bangsa yang menjadi seorang sarjana keislaman hasil didikan Barat. Maka, untuk

beberapa tahun dia memilih mengabdikan diri dengan mengajar di Universitas

Durham, Inggris, dan kemudian pindah ke Universitas McGill, Montreal, Kanada.

Dari lembaga ini kemudian didirikan Institute of Islamic Studies yang dirintis oleh

(59)

2. Karya – karya Fazlur Rahman

Karya ilmiah yang pernah dilahirkan oleh Rahman berjumlah sembilan

buku-selain disertasi dan tesis-dan lebih dari 100 artikel.Karya dalam bentuk

bukunya adalah:

a. Kitab al-Najat dan Kitab al-Syifa’ (terjemahan dari Ibnu Sina), London:

Oxford University Press, 1952.

b. Avicenna’s Psychology, London: Oxford University Press, 1959.

c. Prophecy in Islam: Philosophy and Orthodoxy, London: George Allen and

Unwin, 1958.

d. Islamic Methodology in History, Karachi: Central Institute of Islamic

Research, 1965.

e. Islam, London: Weidenfeld and Nicholson, 1966.

f. Major Themes of the Qur’an, Minneapolis: Bibliotheca Islamica, 1980.

g. The Philosophy of Mulla Shadra, Albany: State University of New York,

(60)

B. Biografi Abdullah Saeed

Abdullah Saeed adalah seorang professor Studi Arab dan Islam di

Universitas Melboume, Australia. Sekarang dia menjabat sebagai Direktur Pusat

Studi Islam Kontemporer di Universitas tersebut. Saeed lahir di Maldives,

keturunan suku bangsa Arab Oman yang bemukim di pulau Maldives

(Maladewa). Pada tahun 1977, dia hijrah ke Arab Saudi untuk menuntut ilmu

disana. Di Arab Saudi, dia belajar bahasa Arab dan memasuki beberapa lembaga

pendidikan formal, diantaranya lnstitut Bahasa Arab Dasar (1977-1979) dan

Institut Bahasa Arab Menengah (1979-1982) serta Universitas lslam Saudi

Arabia di Madinah (1982-1986). Tahun berikutnya, Saeed meninggalkan Arab

Saudi untuk belajar di Australia. Di negara Kanguru ini, Saeed memperoleh

beberapa gelar akademik, bahkan sampai sekarang tetap mengajar pada salah satu

universitas terkenal dan terkemuka di dunia.

Saeed d

Referensi

Dokumen terkait

Saya selalu bergantung dengan orang lain karena saya merasa tidak memiliki kemampuan yang cukup. Saya memiliki pegangan hidup yang menjadi penuntun saya dalam menjalani

Selanjutnya, penelitian ini di fokuskan pada pembuatan scaffold berpori dan coating scaffold berpori menggunakan larutan kitosan dengan metode dip-coating sehingga di

1) Membaca pada hakikatnya adalah pengembangan keterampilan, mulai dari keterampilan memahami kata-kata, kalimat-kalimat, paragraf-paragraf dalam bacaan sampai dengan

Dana program pelayanan sosial lansia di bantul berasal dari APBN (ASLUT) dan APBD (Homecare dan Pemberdayaan Lansia). Aktor utama yang berperan dalam proses penyaluran pelayanan

35 Abdullah Saeed, Terj. Ufuqul Mubin, et al., Bank Islam dan Bunga; Studi Krisis Larangan Riba dan Interpretasi Kontemporer, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, h. 36 Abdullah

Berdasarkan analisis ketuntasan individu dan ketuntasan klasikal pada siklus 1 dan siklus 2 untuk nilai KI dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi peningkatan hasil

Berisi tentang kasus yang diambil tentang asuhan kebidanan komprehensif dengan kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas dan masa antara dengan menggunakan metode

Abstrak: Semalam Suntuk merupakan salah satu Rumah Makan yang menyediakan masakan khas padang di kota Bengkulu, dengan citarasa yang tidak diragukan lagi. Akan tetapi