• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan company profile Panti sosial Bina Netra Wyata Guna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan company profile Panti sosial Bina Netra Wyata Guna"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hendra Ciptawan

Jenis Kelamin : Pria

Tempat / Tgl Lahir : Saribudolok / 25 Agustus 1986

Agama : Islam

Website : www.ciptawan.com

Email : ciptawan@gmail.com

Pendidikan: SDN 1 Saribudolok SLTPN 2 Silimakuta SMAIT Miftahul Khoir Ilmu Tanah Unpad 2006

(2)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN COMPANY PROFILE

PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA

DK 38315/Tugas Ahir Semester II 2012-2013

Oleh:

Hendra Ciptawan 51908252

Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah. Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya hingga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini bisa diselesaikan tanpa kendala yang berarti.

Tugas Akhir yang penulis kerjakan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam penyampaian informasi mengenai sarana & prasarana PSBN Wyata Guna kepada orangtua yang memiliki anak penyandang tunanetra. Dengan informasi yang disampaikan melalui media audio visual, diharapkan apresiasi masyarakat terhadap para penyandang tunanetra bisa lebih meningkat.

Terimakasih penulis ucapkan kepada R. Chaerul Kismono, S.Sos. selaku Kasie Rehabilitasi Sosial yang telah memberi izin melakukan penelitian di PSBN Wyata Guna. Terimakasih juga kepada Warino, S.Pd. yang mendampingi penulis selama kunjungan langsung ke lapangan. Bantuan teknis dan informasi yang beliau berikan sangat berarti dalam rancangan company profile yang ada dalam laporan ini.

Penulis mengucapkan terimakasih juga kepada pembimbing TA, Taufan Hidayatullah, M.Ds yang meluangkan waktu berharganya demi membimbing penulis dalam menyusun laporan dengan baik dan benar. Penulis telah dibimbing melalui proses asistensi dari mulai penulisan sampai proses pembuatan karya.

(4)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN... i

SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR... iii

KATA PENGANTAR... iv

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 3

1.3 Rumusan Masalah... 3

1.4 Batasan Masalah... 4

1.5 Tujuan Perancangan... 4

BAB II PELAYANAN PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA.... 5

2.1 Definisi Tunanetra... 5

2.2 Penyebab Tunanetra... 5

2.3 Klasifikasi Tunanetra... 7

2.4 Kondisi Psikis Tunanetra... 9

2.5 Pengertian Company Profile... 10

2.6 Pengertian Multimedia... 12

2.7 Profil PSBN Wyata Guna... 14

2.7.1 Sejarah Berdiri... 14

2.7.2 Struktur Organisasi... 16

2.7.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi... 16

2.7.4 Visi dan Misi... 17

2.7.5 Sarana dan Prasarana... 18

2.8 Konsep Pelayanan Panti Sosial... 22

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL... 24

(5)

3.1.1 Pendekatan Komunikasi... 24

3.1.1.1 Target Audiens... 24

3.1.1.2 Pesan Utama (Materi Pesan)... 25

3.1.1.3 Tujuan Komunikasi... 25

3.1.1.4 Cara Penyampaian... 25

3.1.2 Strategi Kreatif... 26

3.1.2.1 Pendekatan Verbal... 26

3.1.2.2 Pendekatan Visual... 26

3.1.3 Strategi Media... 27

3.1.4 Strategi Distribusi... 27

3.2 Konsep Visual... 28

3.2.1 Format Desain... 28

3.2.2 Tata Letak (Layout)... 28

3.2.3 Storyboard... 29

3.2.4 Infotainment Map... 29

3.2.5 Tipografi... 31

3.2.6 Studi Ikon... 32

3.2.7 Navigasi... 34

3.2.8 Warna... 34

BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA... 36

4.1 Rancangan Audio Visual... 36

4.1.1 Shoting Video... 36

4.1.1.1 Peralatan Shoting... 36

4.1.1.2 Lokasi Shoting... 36

4.1.2 Editing Video... 37

4.1.3 Konversi Format Video... 37

4.2 Perancangan Interface... 38

4.2.1 Sketsa... 38

4.2.2 Proses Digitalisasi... 38

4.2.3 Menerapkan Interaktivitas... 39

4.3 Teknis Media... 40

(6)

4.3.2 Media Pendukung... 49

4.3.2.1 Infotainment Map... 49

4.3.2.1 X-Banner... 50

4.3.2.2 T-Shirt... 51

4.3.2.3 Kalender 2014... 52

4.3.2.4 Merchandise... 53

DAFTAR PUSTAKA... 54

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Agnew, Kellerman & Meyer. 1996. Multimedia in the Classrom. America: Allyn & Bacon.

Chapman,D., Management and Efficiency in Education: Goals and

Strategies. Vol. 2, 2002, Asian Development Bank,

Comparative Education Research Centre, The University of

Hong Kong.

Constantinescu, A. I. (2007). Using technology to assist in vocabulary

acquisition and reading comprehension. The Internet TESL Journal, Vol. XIII, No. 2, February 2007.

Departemen Sosial RI., (2010). Panduan Orientasi dan Mobilitas, Panti Sosial Penyandang Cacat Netra. Direktorat Bina Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Jakarta.

Em Griffin. (2003). A First Look at Communication Theory, McGraw-Hill. Hackbarth, S. (1996). The educational technology handbook: A

comprehensive Guide. Englewood Cliffs: Educational Technology Publication, Inc.

Hadi, Purwaka. (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.

Kingsley, Mary. (1999). The Effect of Visual Loss, dalam Visual Impairment (editor: Mason & McCall). GBR: David Fulton, Publisher.

Kirk. Samuel A., (1992), Educating Exceptional Children (Second Edition), Boston: Houghton Mifflin Company.

Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V. Andi.

Lowendfeld, B. (1973). The Visually Handicapped Child in School. New York: The John Day Company.

(8)

Mustafa Matsum, Pokok Bahasan Penataan Pendidikan Luar Biasa Bagi Anak Tunanetra. Jakarta: Proyek Pembinaan SLB Departemen Pendidikan Komunikasi dan Kebudayaan, (1980/1981).

Philips, R. (1997). A practical guide for educational applications. London: Kogan Page limited.

Sunanto, J. (2005). Jakarta: Depdiknas Dikti. Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan.

Sunaryo Soenarto. (2005). Pengembangan Multimedia Pembelajaran

Interaktif. Makalah disampaikan pada pelatihan Model Pembelajaran KBK, DPN P3AI.

Tan Seng Chee & Angela F. L. Wong. 2003. Teaching and Learning with Technology. Singapore: Prentice Hall.

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Mata merupakan salah satu panca indera penting yang

dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Dengan mata, manusia dapat

melihat warna-warni kehidupan. Mata memiliki peran vital dalam proses

komunikasi dan pembentuk kepercayaan.

Akan tetapi, anugerah pemberian Tuhan tersebut tidak dimiliki oleh

tunanetra. Seperti yang diketahui, penyandang tunanetra memiliki

keterbatasan dalam hal penglihatan. Sebagai ganti mata, penyandang

tunanetra diberikan anugerah khusus yaitu kepekaan pada indera

pendengaran. Tidak jarang indera pendengaran tersebut diaplikasikan

dalam bidang musik sehingga dapat dikatakan musik merupakan berkat

khusus yang diberikan oleh Tuhan kepada tunanetra. Musik digunakan

sebagai media yang dipakai tunanetra untuk menyatakan perasaan yang

dialami oleh mereka baik itu sedih, marah, berduka, senang, mencintai

seseorang, mengungkapkan ucapan terima kasih atas kebesaran Tuhan,

dan lain-lain.

Tidak hanya peka secara audio/suara, penyandang tunanetra juga

dianugerahi kepekaan perasaan. Walau belum pernah melihat bagaimana

bentuk muka orang yang diajak berbicara, tunanetra bisa merasakan

kenyamanan berkomunikasi dengan orang yang diajak bicara. Kepekaan

yang dimiliki tunanetra tersebut menjadi sarana untuk dapat menjalin

komunikasi yang lebih dengan sesama manusia. Berangkat dari kepekaan

yang dimiliki, tunanetra mengalami proses komunikasi yang unik karena

di tengah keterbatasan fisik, mereka masih dapat berkomunikasi antara

sesama tunanetra maupun dengan manusia yang memiliki penglihatan

(10)

Masyarakat pada umumnya menganggap jika orang yang

menyandang tunanetra tidak memiliki potensi dan kemandirian yang

kehadirannya hanya menjadi beban keluarga dan masyarakat. Karena

sering dianggap remeh, akhirnya kreativitas tunanetra seakan diragukan

oleh pandangan masyarakat yang keliru. Menyadari hal itu, dibutuhkan

sebuah komunitas khusus untuk tunanetra.

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna adalah unit pelaksana teknis di

bidang rehabilitasi sosial yang bertugas memberikan bimbingan,

pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang tunanetra agar

mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.

Selama ini PSBN Wyata Guna dikenal masyarakat dalam

menghasilkan lulusan pemijat yang handal. Banyak lulusan Wyata Guna

yang membuka praktik pijat sebagai mata pencaharian setelah lulus. PSBN

Wyata Guna juga telah menghasilkan beberapa lulusan yang berprofesi

sebagai musisi, penyiar, pengrajin dan penceramah agama.

Wyata Guna telah berdiri sejak tahun 1901 dengan nama Panti

Rehabilitasi Penderita Cacat Netra dan berubah nama menjadi menjadi

Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna sejak tahun 1994. PSBN Wyata Guna

memiliki fasilitas lengkap untuk merehabilitasi tunanetra, namun sebagian

besar orangtua yang memiliki anak tunanetra belum mengetahuinya.

PSBN Wyata Guna telah memiliki media informasi yang dapat

diakses melalui website wyataguna.depsos.go.id. Website tersebut berisi

sekilas informasi mengenai sejarah pendirian, struktur organisasi,

kedudukan & fungsi, visi & misi, sarana & prasarana beserta

kegiatan-kegiatan rutin pembinaan. Informasi yang ada di dalam website disajikan

dengan tulisan yang ringkas, khususnya pada bagian sarana & prasarana.

Oleh karena itu perlu dirancang sebuah media yang representatif dengan

(11)

agar lebih mudah dimengerti oleh orang tua yang memiliki anak tunanetra.

Dengan begitu, para orangtua akan mengetahui lebih detail mengenai

fasilitas yang diberikan Wyata Guna kepada calon anak asuh.

I.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,

maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

• PSBN Wyata Guna memiliki fasilitas lengkap untuk merehabilitasi

tunanetra, namun sebagian besar orangtua yang memiliki anak

tunanetra belum mengetahuinya.

• Meskipun PSBN Wyata Guna telah memiliki website resmi, namun

informasi mengenai sarana dan prasarana dalam merehabilitasi

tunanetra belum dijabarkan secara rinci.

I.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka

rumusan masalahnya adalah:

• Bagaimana merancang media yang efektif dalam menginformasikan

(12)

I.4 Batasan Masalah

Wyata Guna tidak sendirian dalam melaksanakan perannya dalam

menangani rehabilitasi tunanetra. Di Jln.Pajajaran No.52 Bandung, dengan

sarana dan prasarana yang dibiayai oleh Kementrian Sosial RI, Wyata

Guna melakukan segala aktivitasnya. Di sebelah bangunan Wyata Guna,

terdapat gedung Mitra Netra Jawa Barat dan SLB-A Bandung. Secara

fungsi ketiganya memiliki perannya masing-masing dan memiliki

keterikatan satu sama lain. Dalam perancangan company profile Wyata

Guna, maka akan dibuat pembatasan masalah hanya pada Wyata Guna

saja.

I.5 Tujuan Perancangan

Perancangan company profile Wyata Guna ini ditujukan khusus

untuk orangtua yang memiliki anak penyandang tunanetra. Dengan adanya

media informasi tersebut, maka pihak keluarga akan lebih mengetahui

(13)

BAB III

PELAYANAN PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA

II.1 Definisi Tunanetra

Kata tunanetra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti

berkekurangan atau tidak memiliki penglihatan (Matsum, 1980/1981,

hal.1). Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

adalah tidak dapat melihat (KBBI, 1989, hal.971) dan menurut literatur

berbahasa Inggris visually handicapped atau visual impaired. Pada

umumnya orang mengira bahwa tunanetra identik dengan buta, padahal

tidaklah demikian karena tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam

beberapa kategori. Tunanetra mempunyai cacat mata yang berakibat

terganggu penglihatannya, baik karena bawaan sejak lahir ataupun akibat

lain yang menurut kedokteran sulit untuk disembuhkan.

II.2 Penyebab Tunanetra

Tunanetra adalah termasuk kategori cacat indra yang disebabkan

oleh beberapa faktor yaitu:

a) Faktor Endogeen (dari dalam)

Adalah faktor yang sangat dekat hubungannya dengan masalah

keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.

Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor ini terdapat pada anak yang

lahir dari hasil perkawinan orang yang mempunyai hubungan sedarah

karena kekurangan unsur variabel jenis darah tertentu.

Anak tunanetra yang lahir sebagai akibat proses pertumbuhan

dalam kandungan dapat disebabkan oleh gangguan yang diderita oleh sang

(14)

(penyakit TBC), sehingga merusak sel-sel darah tertentu selam

pertumbuhan janin dalam kandungan. Anak tunanetra yang lahir karena

faktor endogeen (faktor keturunan) ini memperlihatkan cirri-ciri bola mata

yang normal, tetapi tidak dapat menerima persepsi cahaya. Kadang-kadang

bola matanya seperti tertutup oleh selaput putih atau selaput keruh.

b) Faktor Exogeen (dari luar)

Umumnya disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan, misalnya:

1. Xerophthalmia, yaitu suatu penyakit karena kekurangan vitamin A.

penyakit ini terdiri dari atas stadium buta senja, stadium xerosis (selaput

putih kiri kanan dan selaput bening kelihatan kering) dan stadium

keratomalacia (selaput bening menjadi lunak, keruh dan hancur).

2. Trachoma, dengan gejala bintik-bintik pada selaput putih kemudian

perubahan pada selaput bening dan pada sistem stadium, terakhir pada

selaput putih menjadi keras, sakit dan terluka.

3. Cataract Glaucoma, dan lain-lain penyakit yang dapat menyebabkan

ketunanetraan. Faktor exogeen lainnya ialah kecelakaan langsung / tidak

langsung mengenai bola mata, misalnya kecelakaan karena kemasukan

kotoran, barang keras, benda tajam atau kemasukan cairan yang

berbahaya.

(15)

II.3 Klasifikasi Tunanetra

Menurut Lowenfeld (1955, hal.219), klasifikasi tunanetra yang

didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu:

 Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak

memiliki pengalaman penglihatan. Bola mata yang hitam berwarna

keruh.

 Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki

kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah

terlupakan.

 Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah

memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang

mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.

 Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan

segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.

 Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti

latihan-latihan penyesuaian diri.

 Tunanetra akibat bawaan lahir.

Klasifikasi tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu:

 Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang

memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat

mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan

pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.

 Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang

kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan

kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu

membaca tulisan yang bercetak tebal.

 Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak

(16)

Menurut Kirk (1955, hal.214), klasifikasi tunanetra adalah:

 Orang yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai

dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di

depan wajahnya.

 Orang yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia

tidak dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.

 Orang yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang

memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat

membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran.

 Orang yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang

memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia

tidak dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang

lebih kecil.

 Orang yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan

20

/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk

melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak

(17)

II.4 Kondisi Psikis Tunanetra

a) Mental (Intelektual)

Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda

jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada

pada batas atas sampai batas bawah. Ada anak yang sangat pintar, cukup

pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni

memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka

juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa

benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.

b) Sosial

Hubungan sosial primer yang terjadi adalah hubungan dengan ibu,

ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang

kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima

kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara

keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima

perlakuan orang lain terhadap dirinya.

Kendala emosi yang sering muncul pada individu tunanetra adalah

perasaan khawatir dan cemas, sebagai akibat dari ketidakmampuan atau

keterbatasan dalam memprediksikan dan mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di lingkungannya. Biasanya tunanetra tumbuh

dan berkembang dari reaksi lingkungan terhadap dirinya yang ternyata

diperlakukan secara berbeda karena kecacatannya.

Berpengaruh Terhadap:

 Aktifitas belajar & bekerja

 Kegiatan Sehari-hari

 Kognitif (akibat kurangnya pengalaman visual)

 Emosi (rasa cemas, mudah tersinggung)

 Sosial (sikap masyarakat melakukan penolakan, acuh, penghinan)

Keterbatasan Tunanetra

 Gerak (mobilitas)

 Perkembangan konsepsi

(18)

II.5 Pengertian Company Profile

Company Profile merupakan penjelasan mengenai perusahaan

termasuk produknya secara verbal maupun grafik yang mengangkat

corporate value serta keunggulan perusahaan dibandingkan pesaing.

Corporate value atau nilai-nilai perusahaan tercemin dalam beberapa hal

berikut:

1. Sejarah berdirinya usaha

Sejarah berdirinya usaha menggambarkan kepada pihak-pihak lain yang

berhubungan dengan perusahaan ataupun kosumen mengenai dasar atau

landasan usaha ini berdiri apakah cukup kuat secara pengalaman dan

keutuhan individu yang terlibat didalamnya.

2. Visi dan misi usaha

Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh usaha kita dalam

jangka panjang atau dengan kata lain perusahaan dalam periode tertentu

ingin menjadi perusahan yang seperti apa? (What to Be?) Misi

merupakan cara-cara yang digunakan usaha dalam mencapai visi usaha

(How to Be?). Misi dapat berupa pernyataan kalimat atau kata yang

mengingatkan pelaku usaha untuk bekerja sesuai Misi dalam mencapai

tujuan perusahaan.

3. Struktur organisasi

Struktur organisasi berisi susunan/hirarki tanggung jawab pekerjaan

dalam perusahaan berikut nama individu pada masing-masing

pekerjaan. Kegunaan struktur organisasi dalam company profile adalah

agar konsumen atau pihak- pihak lain yang bekerjasama dengan

perusahaan dapat mengetahui person in charge yang langsung

(19)

4. Kinerja perusahaan

Kinerja perusahan terdahulu dapat dibedakan atas:

 Pengalaman pekerjaan terdahulu

Pengalaman perusahan dalam menanggani pekerjaan terdahulu dapat

dilakukan secara verbal/tulisan ataupun visual/grafik dengan

menampilkan dokumentasi foto/video hasil pekerjaan tersebut.

 Laporan keuangan perusahaan

Laporan keuangan perusahaan diperlukan bergantung kepada

kebutuhan akan company profile tersebut. Apabila company profile

dibutuhkan dari segi keuangan seperti untuk investasi/saham atau

kerjasama dengan lembaga keuangan maka laporan keuangan

perusahaan diperlukan sebagai data penting dalam pertimbangan

kerjasama tersebut. Sedangkan apabila company profile tidak

dibutuhkan dalam segi keuangan atau company profile dibutuhkan

oleh klien/konsumen yang membutuhkan produk/servis perusahaan

maka laporan keuangan tidak dibutuhkan.

Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dapat mengidentifikasikan

dirinya dengan para pesaing/kompetitor untuk kemudian menentukan dari

faktor-faktor manakah perusahaan memiliki keunggulan (competitive

advantage) dibandingkan pesaing. Setelah perusahaan berhasil

(20)

II.6 Pengertian Multimedia

Definisi multimedia terbagi menjadi dua yaitu definisi sebelum

tahun 1980-an dan definisi sesudah tahun 1980-an. Sebelum tahun 1980-an

atau pada era 60-an, menurut Barker & Tucker, 1990 (Sunaryo Soenarto,

2005, hal.116), multimedia diartikan sebagai kumpulan dari berbagai

peralatan media berbeda yang digunakan untuk presentasi. Dalam

pengertian ini multimedia diartikan sebagai ragam media yang digunakan

untuk penyajian materi pelajaran, misalnya penggunaan wall chart atau

grafik yang dibuat di atas kertas karton yang ditempelkan di dinding. Tan

Seng Chee & Angela F. L. Wong (2003, hal.217) menyatakan bahwa

multimedia secara tradisional merujuk kepada penggunaan beberapa

media, sedangkan multimedia pada zaman sekarang merujuk kepada

penggunaan gabungan beberapa media dalam penyajian pembelajaran

melalui komputer.

Setelah tahun 1980-an, multimedia didefinisikan sebagai

penyampaian informasi secara interaktif dan terintegrasi yang mencakup

teks, gambar, suara, video atau animasi (Hackbarth, 1996; Philips, 1997;

Chapman & Chapman, 2004). Hackbarth (1996, hal.229) menekankan

bahwa hypermedia dan hypertext termasuk multimedia interaktif berbasis

komputer.

Definisi setelah tahun 1980-an tersebut di atas lebih menekankan

pada multimedia sebagai sistem komunikasi interaktif berbasis komputer

yang mampu menciptakan, menyimpan, menyajikan, dan mengakses

kembali informasi teks, grafik, suara, dan video atau animasi. Sejalan

dengan hal tersebut, Agnew, Kellerman & Meyer (1996, hal.8)

menyatakan bahwa istilah multimedia lebih terfokus pada interaktivitas

antara media dengan pemakai media. Constantinescu (2007, hal.2)

menyatakan bahwa “Multimedia refers to computer-based systems that use

(21)

and interactivity”. Maksudnya adalah bahwa multimedia merujuk kepada

sistem berbasis komputer yang menggunakan berbagai jenis isi seperti

teks, audio, video, grafik, animasi, dan interaktivitas.

Chapman & Chapman (2004, hal.8) menyatakan bahwa bentuk

multimedia sebagai alat penyampai pesan dibedakan menjadi dua yaitu

online delivery dan offline delivery. Online delivery adalah multimedia

yang menggunakan suatu jaringan untuk menyampaikan informasi dari

satu komputer atau server machine yang menjadi pusat penyimpan data ke

jaringan lain baik jaringan lokal dalam suatu organisasi maupun jaringan

internet. Offline delivery adalah multimedia yang disimpan dengan

menggunakan suatu alat penyimpan atau kemasan yang dapat dipindahkan.

Alat penyimpan tersebut harus mampu menyimpan data yang besar sesuai

(22)

II.7 Profil PSBN Wyata Guna Bandung

II.7.1 Sejarah Berdiri

Yayasan Perbaikan Nasib Orang Buta (Rumah Buta) didirikan 6 Agustus

1901 oleh Dr.Ch.A.Westhoff seorang doktor ahli mata Belanda. Dalam

perkembangannya, pengelolaan Rumah Buta dikelola swasta.

Gambar II.1 Patung Dr.Ch.A.Westhoff

sumber: dokumentasi pribadi

Berdasarkan SK Mensos No. 41/HUK/KEP/XI/79 tanggal 1 November

1979 Wyata Guna merupakan Unit Pelaksana Teknis Kanwil Departemen Sosial

(23)

(PRPCN) dan berdasarkan SK Dirjen BINREHSOS No. 01/KEP/BRS/IV/1994

maka PRPCN dirubah menjadi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna.

Gambar II.2 Logo PSBN Wyata Guna

sumber: wyataguna.mensos.go.id

Pada tahun 1999 PSBN Wyata Guna berdasarkan SK No.01/HUK/1999

merupakan UPT di lingkungan Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN),

selanjutnya pada tahun 2000 berada di Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan

Sosial.

Pada tahun 2001 berdasarkan SK Menteri Sosial RI No. 06/HUK/2001

tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial RI, PSBN Wyata Guna

sebagai UPT di bawah Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen

Sosial RI.

Tahun 2003 berdasarkan Kepmensos Nomor 59/HUK/2003 tanggal 23 Juli

2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja PSBN Wyata Guna sebagai UPT di

(24)

II.7.2 Struktur Organisasi

II.7.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi

a. Kedudukan

PSBN Wyata Guna adalah unit pelaksana teknis di bidang

Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial di lingkungan Departemen Sosial,

berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen

Pelayanan Sosial Departemen Sosial.

b. Tugas

PSBN Wyata Guna mempunyai tugas memberikan bimbingan,

pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif,

promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik,

(25)

dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar

pelayanan, pemberian informasi dan rujukan.

c. Fungsi

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut diatas, PSBN Wyata Guna

mempunyai fungsi – fungsi teknis sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan.

2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosis sosial dan

perawatan.

3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan

mental, sosial, fisik dan keterampilan.

4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.

5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi

6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan

rehabilitasi sosial.

7. Pelaksanaan urusan tata usaha.

II.7.4 Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi pusat rehabilitasi sosial dalam mewujudkan kemandirian dan

perlindungan tunanetra.

b. Misi

1. Meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial sesuai kebutuhan.

2. Meningkatkan perencanaan program rehabilitasi sosial sesuai dengan

ketentuan perundang-undangan.

3. Mengoptimalkan pengelolaan administrasi yang transparan dan

(26)

II.7.5 Sarana dan Prasarana

Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan faktor yang ikut

menentukan keberhasilan pelaksanaan pelayanan sosial bagi tunanetra,

antara lain:

a. Gedung Kantor

b. Gedung Perpustakaan

c. Gedung Auditorium

d. Gedung Poliklinik

e. Gedung Pendidikan dan Keterampilan

f. Gedung Ruang Makan

g. Ruang Data

h. Gedung Panti Pijat Shiatsu

i. Gedung Panti Massage

j. Gedung Asrama (15 bangunan berdaya tampung 250 orang)

(27)

Gambar II.3 Gedung Wyata Guna

sumber: dokumentasi pribadi

Gambar II.4 Lab Komputer Bicara

(28)

Gambar II.5 Buku di Perpustakaan Braille

sumber: dokumentasi pribadi

Gambar II.6 Mesin Ketik Perkins

(29)

Gambar II.7 Papan Tulis Braille

sumber: dokumentasi pribadi

Gambar II.8 Reglet

(30)

II.8 Konsep Pelayanan Panti Sosial

Menurut Anthony H Pascal (M.R. Siahaan, 2004, hal.6), tujuan

pelayanan panti sosial antara lain:

1. Memberikan perlindungan kepada orang yang mengalami kehilangan

kemampuan. Pelayanan sosial dilaksanakan untuk melindungi orang

yang tidak memiliki kemampuan lagi disebabkan oleh kondisi tertentu.

Pelayanan sosial dalam hal ini diarahkan pada peningkatan kompetensi

orang, sehingga ia mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.

2. Menyediakan pilihan-pilihan kepada penerima pelayanan. Setiap orang

memiliki potensi diri dan masalah yang berbeda-beda, sehingga

memerlukan perlakuan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu,

berbagai bentuk dan jenis pelayanan sosial perlu disediakan, dan setiap

orang dapat memilih bentuk dan jenis pelayanan tertentu sesuai dengan

potensi dan masalah yang dihadapinya.

3. Mengembangkan keberfungsian sosial. Setiap orang yang mengalami

masalah sosial, ia berada dalam kondisi tidak berfungsi sosial. Kondisi

ini ditandai dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sosial

dasar dan mengalami hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.

Pelayanan sosial diberikan untuk membantu orang agar mereka dapat

memenuhi kebutuhan sosial dasar dan mampu melaksanakan peran

sosialnya secara memadai.

4. Meningkatkan keadilan untuk memperoleh kesempatan. Pelayanan

sosial tidak dapat diberikan kepada kelompok orang tertentu saja, tetapi

bersifat universal karena berkaitan dengan hak asasi manusia. Oleh

karena itu, pelayanan sosial diarahkan pada upaya menciptakan keadilan

bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai kesempatan sesuai

(31)

5. Memelihara terpenuhinya kebutuhan minimal. Kebutuhan minimal

seringkali diberi pengertian dengan kebutuhan yang berkaitan dengan

kelangsungan hidup setiap orang. Dan seringkali kebutuhan minimal ini

diarahkan pada pengertian kebutuhan dasar yang meliputi makan,

pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Padahal untuk kelangsungan

hidup, setiap orang (sebagai makhluk sosial) juga memerlukan

kebutuhan sosial (hidup dalam kelompok) dan psikologis (rasa aman,

perlindungan, cinta kasih, dan lain-lain). Pelayanan sosial diarahkan

pada terpenuhinya kebutuhan minimal ini, baik bersifat fisik-organis,

(32)

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

-Status Ekonomi : Menengah dan atas

-Pendidikan : Tamatan SMA, D3 dan S1

-Pekerjaan : Universal

-Agama : Agama yang diakui di Indonesia.

B. Geografis

-Seluruh wilayah Indonesia

C.Psikografis

-Kebiasaan : Mencari jalan terbaik untuk anak

-Minat : Bersosialisasi dengan warga

-Karakter : Bertanggung jawab

-Gaya Hidup : Menjunjung tinggi nilai agama

(33)

III.1.1.2 Pesan Utama (Materi Pesan)

Pesan utama yang diusung dalam rancangan company

profile ini adalah bahwasanya PSBN Wyata Guna memiliki

fasilitas, sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung

rehabilitasi tunanetra.

III.1.1.3 Tujuan Komunikasi

Dengan materi pesan yang telah dirancang sedemikian

rupa dengan menyoroti interaksi pengurus panti terhadap klien

tunanetra, maka akan didapat suatu nuansa pembelajaran yang

dapat dimengerti oleh orang awam, khususnya target audience

utama. Dengan begitu, diharapkan wawasan target audience

terhadap PSBN Wyata Guna semakin bertambah.

III.1.1.4 Cara Penyampaian

Penyampaian informasi dilakukan dengan metode

wawancara yang direkam dalam bentuk audio visual.

Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak yang

berwenang, baik itu guru komputer bicara, pengurus

perpustakaan braille, guru pengajar, pengurus panti, dsb.

Wawancara tersebut juga akan dijadikan sebagai narasi dan

video aktivitas tunanetra ditampilkan sebagai unsur visual

(34)

III.1.2 Strategi Kreatif

Untuk memperlancar proses tujuan komunikasi, maka disusun

strategi untuk mencapai target sasaran melalui beberapa tahapan-tahapan

strategis, yakni:

1. Membuat sebuah peta interaktif PSBN Wyata Guna.

2. Mengisi peta interaktif dengan konten utama berupa media audio visual.

III.1.2.1 Pendekatan Verbal

Penyampaian komunikasi dalam company profile ini

menggunakan bahasa nasional Indonesia. Bahasa baku

ditekankan pada narasi dengan pihak panti asuhan, sedangkan

bahasa tidak baku digunakan oleh tunanetra dalam berinteraksi

dengan sesama tunanetra di panti asuhan.

III.1.2.2 Pendekatan Visual

Tampilan visual dalam company profile ini lebih

menitikberatkan pada narasi yang kemudian diimbangi juga

oleh elemen visual berupa kegiatan tunanetra yang ada di

PSBN Wyata Guna. Teknik pengambilan gambar dilakukan

dengan multiple angle, sehingga tidak terlihat monoton.

Kebanyakan adegan direkam secara natural dan dialog

disampaikan dengan mengambil tema-tema yang penting saja

(35)

III.1.3 Strategi Media

Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara memperkuat

penekanan makna pada media utama dengan bantuan dari media

pendukung.

Media Utama

Media utama merupakan company profile PSBN Wyata Guna.

Media Pendukung

Media pendukung merupakan media tambahan bagi media utama agar

menjadi rangsangan komunikan dalam memahami pentingnya rehabilitasi

tunanetra.

Pemilihan Media Pendukung

Adapun media pendukung yang dipilih untuk company profile PSBN

Wyata Guna adalah infotainment map, X-banner, T-Shirt, kalender, pin,

gantungan kunci dan juga stiker. Media tersebut sangat membantu dalam

mendukung ide pokok yang diusung oleh media utama.

III.1.4 Strategi Distribusi

Media utama yang dikemas dalam bentuk audio visual ini akan

disertakan bersama dengan formulir pendaftaran calon anak asuh. Dengan

begitu, orangtua yang mendaftarkan anaknya ke PSBN Wyata Guna nanti

(36)

III.2 Konsep Visual

III.2.1 Format Desain

Media audio visual akan dijadikan sebagai konten utama dalam

sebuah infotainment map yang dibuat hanya pada satu halaman sehingga

setiap kali di klik pada area tertentu, maka akan muncul video yang sesuai

dengan lokasi yang diklik oleh target audience.

Format desain yang dirancang, berukuran 1024 x 768 pixel. Ukuran

tersebut adalah untuk stage utama agar tampil bagus di monitor yang

memiliki aspect ratio 4:3. Namun, dalam pemilihan background, haruslah

diberi ruang lebih agar ketika media ini disaksikan di monitor yang

memiliki aspect ratio 16:9 bisa tampil fullscreen dan tidak menampilkan

pillar box hitam di bagian kiri dan kanan. Resolusi background dirancang

berukuran 1365 x 768 pixel.

III.2.2 Tata Letak (Layout)

Desain tata letak dibuat simetris dengan membagi dua bidang.

Bidang tengah digunakan sebagai point of interest dengan menempatkan

infotainment map yang dapat dinavigasikan. Konten audio visual

diletakkan di bagian tengah frame. Logo PSBN Wyata Guna diletakkan di

pojok kiri atas dan navigasi diletakkan di pojok kanan atas. Area bagian

bawah didominasi oleh 4 kotak panel informasi yang nantinya akan berisi

(37)

Gambar III.1 Tata Letak

Karya Pribadi

III.2.3 Storyboard

Untuk membuat tayangan audio visual yang menarik, telah

dirancang 10 storyboard yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan

untuk dapat menghasilkan karya sinematis yang tertata dengan baik. Sketsa

storyboard dapat dilihat di lampiran.

III.2.4 Infotainment Map

Dengan adanya infotainment map dalam perancangan company

profile ini dimaksudkan untuk memandu target audience dalam

mengeksplorasi konten video sesuai dengan keinginan mereka. Seandainya

seorang target audience mengklik gambar bangunan mesjid, maka akan

tampil video pengajian penyandang tunanetra di masjid ummi maktum.

Seandainya mengklik bangunan kantin, maka akan tampil video

(38)

bangunan perpustakaan, maka akan tampil video mengenai kegiatan

penyandang tunanetra yang sedang membaca buku di perpustakaan.

Seandainya mengklik bangunan gedung data, maka akan tampil video

kegiatan tunanetra yang sedang belajar komputer bicara. Begitu seterusnya.

Gambar III.2 Sketsa Rancangan Map Wyata Guna Bandung (tampak atas)

Karya Pribadi

Gambar III.3 Sketsa Rancangan Map Wyata Guna Bandung (tampak perspektif)

(39)

III.2.5 Tipografi

Jenis huruf yang dipakai pada rancangan desain ada 2 jenis, yaitu:

OCR A Std untuk headline dan Verdana untuk body text.

OCR A Std memiliki karakter huruf yang kaku namun masih tetap

menarik karena ujung-ujungnya membentuk bulatan. Huruf ini

memperkuat kesan bahwa PSBN Wyata Guna merupakan Unit Pelaksana

Sosial (UPT) yang berada di bawah Kementrian Sosial RI, dimana segala

kebijakan dan aturan dibuat secara formal, ketat dan kaku.

Verdana biasa digunakan pada tampilan display karena memiliki

readibilitas (tingkat keterbacaan) yang tinggi. Verdana masih jelas terbaca

pada ukuran 8pt, dimana huruf-huruf lain sudah mulai terlihat samar.

(40)

a b c d e f g h i j k

l m n

o p q r s t u v w x y

z

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0

, . / ; ‘ [ ] < > : {

} | @

# $ % ^ & * ( ) _ + -

\ =

(41)

Ikon dirancang dengan menggunakan sistem grid dengan prinsip

keseimbangan. Keseimbangan formal (simetris) dipakai untuk menata letak

elemen-elemen grafis ikon agar terkesan rapi dan formal.

Gambar III.4 Sketsa Ikon

Karya Pribadi

Ikon yang digunakan dalam menu interaktif mewakili atribut dari

(42)

dimunculkan dalam bentuk ikon. Desain yang digunakan terinspirasi dari

hasil temuan yang ada di lapangan.

Gambar III.5 Inspirasi Perancangan Ikon

Karya Pribadi

(43)

Dalam perancangan sistem navigasi, mesti diperhatikan tingkat

kesulitan menjelajahi konten. Oleh karena itu, dipilihlah sistem navigasi

yang amat sederhana agar pengguna tidak mengalami kesulitan dalam

menavigasikan menu yang ada. Didahului oleh sebuah intro kemudian

langsung masuk ke menu. Didalam menu, pengguna langsung dapat

mengakses semua konten yang ada.

Gambar III.6 Sistem Navigasi

Karya Pribadi

III.2.8 Warna

Kusrianto (2007, hal.47) menyatakan bahwa secara visual, warna

memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihat.

Warna Respons psikologis yang mampu ditimbulkan

Orange Energi, keseimbangan, kehangatan

Putih Kemurnian, suci, bersih

Kuning Optimis, harapan, filosofi

Cokelat Dapat dipercaya, nyaman, bertahan

Abu-abu Intelek, futuristik

Hitam Kekuatan, keanggunan

Pallet warna yang dipilih pada desain ikon dan bangunan

menggunakan warna-warna harmonis agar lebih teduh di mata seperti

(44)

Sementara pallet warna yang digunakan pada panel informasi adalah

warna kontras agar body text bisa terbaca dengan baik.

Gambar III.7 Pallet Warna Desain

(45)

BAB IV

TEKNIS PRODUKSI MEDIA

IV.1 Rancangan Audio Visual

Konten audio visual adalah komponen inti dalam rancangan

company profile PSBN Wyata Guna. Dalam penggarapannya dibutuhkan

beberapa langkah sebagai berikut:

IV.1.1 Shoting Video

Shoting video dilakukan sesuai dengan storyboard yang telah

dirancang dan kemudian disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya di

lapangan.

IV.1.1.1 Peralatan Shoting

Kamera yang digunakan dalam pengambilan video

adalah DSLR Canon 650D. Lensa yang dipakai adalah

Bandung. Lokasi shoting meliputi gedung asrama, mesjid,

ruang makan, gedung komputer bicara, gedung musik,

gedung percetakan, perpustakaan, gedung pijat (massage &

(46)

IV.1.2 Editing Video

Pada tahap editing, data video ditransfer dari kamera ke

dalam komputer kemudian di import ke timeline Final Cut Pro.

Beberapa adegan disusun sebagai multi layer untuk memberi

kesan dramatis dalam scene video yang akan dihasilkan.

Gambar IV.1 Mengedit Scene di Final Cut Pro 7

Screenshot komputer

IV.1.3 Konversi Format Video

Video yang telah selesai diedit menghasilkan resolusi Full

HD 1920 x 1080 pixel dengan bitrate rata-rata di atas 40 Mbit/s.

File video seperti itu kurang cocok untuk dijadikan sebagai konten

dalam rancangan Company Profile yang akan dibuat dalam media

beresolusi 1024 x 768 pixel. Oleh karena itu, ukuran video harus

(47)

IV.2 Perancangan Interface

IV.2.1 Sketsa

Proses pembuatan sketsa adalah tahap awal dimana rancangan

desain interface masih berbentuk coretan pensil di atas kertas. Pada tahap

ini, harus didapatkan konsep desain yang matang sebelum berlanjut ke

proses digital.

IV.2.2 Proses Digitalisasi

Sketsa yang sudah matang secara konsep kemudian dipindai

kemudian dilakukan proses tracing dengan Adobe Illustrator. Dengan

aplikasi ini akan dihasilkan sebuah gambar berbasis vektor, dimana

resolusinya tidak akan turun meskipun diperbesar beberapa kali.

Gambar IV.2 Tracing Garis di Illustrator

(48)

IV.2.3 Menerapkan Interaktivitas

Karya ilustrasi berupa infotainment map yang telah dibuat di

Illustrator kemudian di import ke dalam flash. Map itu berfungsi sebagai

alat navigasi yang akan digunakan user nantinya. Ukuran stage dibuat

dengan ukuran 1024 x 768 pixel. Actionscript yang digunakan adalah versi

2.0 karena lebih memudahkan dalam pengetikan kode dan versi 2.0 juga

memiliki kompabilitas yang jauh lebih baik dibandingkan versi 3.0.

Perancangan menu utama menggunakan elemen visual yang

disusun rapi mulai dari infotainment map, alat bantu navigasi peta, panel

informasi sampai konten untuk video.

(49)

IV.3 Teknis Media

1. Produksi

Proses produksi merupakan proses pengerjaan dengan

berbagai aplikasi pendukung, seperti: Final Cut Pro untuk editing

video, Soundtrack Pro untuk editing audio, Adobe Photoshop

untuk editing gambar bitmap, Adobe Illustrator untuk membuat

peta dalam bentuk vektor, Adobe Flash untuk menerapkan

interaktivitas.

Tahap produksi di komputer adalah sebagai berikut:

 Editing video sesuai dengan storyboard  Editing audio sesuai narasi

 Perancangan map berbasis vektor

 Proses perancangan visual pada halaman intro  Proses perancangan visual pada menu utama  Proses perancangan panel informasi

(50)

2. Pasca Produksi

Setelah proses produksi selesai, maka langkah selanjutnya

adalah menggandakan file menu & script autorun ke dalam

beberapa DVD single layer berkapasitas 4,7GB. Disc dikemas

dengan rancangan cover yang terbuat dari bahan mika.

Gambar IV.4 Disc Company Profile (tampak depan)

Karya Pribadi

Gambar IV.5 Disc Company Profile (tampak belakang)

(51)

IV.3.1 Media Utama

Gambar IV.6 Interface Intro

Karya Pribadi

(52)

Gambar IV.8 Interface Panel Informasi

Karya Pribadi

Gambar IV.9 Interface Kantor Dinas

(53)

Gambar IV.10 Interface Gedung Asrama

Karya Pribadi

Gambar IV.11 Interface Gedung Mesjid

(54)

Gambar IV.12 Interface Perpustakaan Braille

Karya Pribadi

Gambar IV.13 Interface Percetakan Braille

(55)

Gambar IV.14 Interface Gedung Poliklinik

Karya Pribadi

Gambar IV.15 Interface Ruang Makan

(56)

Gambar IV.16 Interface Lab Komputer Bicara

Karya Pribadi

Gambar IV.17 Interface Gedung Musik

(57)

Gambar IV.18 Interface Gedung Pijat

Karya Pribadi

Gambar IV.19 Interface Lapangan Olahraga

(58)

IV.3.2 Media Pendukung

Rancangan media pendukung terdiri atas infotainment map,

x-banner, t-shirt, kalender 2014 yang hanya dicetak sekali. Media

pendukung yang dicetak dalam jumlah banyak adalah merchandise yang

terdiri dari pin, gantungan kunci dan stiker.

IV.3.2.1 Infotainment Map

Infotainment map berukuran A0 berfungsi sebagai

penanda lokasi bangunan di PSBN Wyata Guna. Map ini

ditempelkan di dinding kantor dinas.

Gambar IV.20 Infotainment Map

Karya Pribadi

Ukuran : 1600mm x 600mm

Bahan : Jerman 230gr

(59)

IV.3.2.2 X-Banner

X-Banner merupakan media promosi dalam

peluncuran media utama yang menarik perhatian target

audience. Media ini ditempatkan di samping pintu masuk

PSBN Wyata Guna.

Gambar IV.21 X Banner

Karya Pribadi

Ukuran : 1600mm x 600mm

Bahan : Jerman 230gr

(60)

IV.3.2.2 T-Shirt

T-Shirt adalah media promosi yang dipakai khusus

oleh staff yang membagikan Disc Company Profile.

Gambar IV.22 T Shirt

Karya Pribadi

Diameter Grafis : 195mm

Bahan : Katun

Warna : Putih

(61)

IV.3.2.3 Kalender 2014

Kalender 2014 dipajang di meja pendaftaran anak

asuh. Bentuknya dibuat enam sisi (hexagonal) sesuai suku

kata dari tagline Wyata Guna.

Gambar IV.23 Kalender 2014

Karya Pribadi

Bahan : Artpaper Tebal 230g

Ukuran : A3

(62)

IV.3.2.4 Merchandise

Pin, gantungan kunci dan stiker adalah merchandise

yang turut diikutsertakan bersama media utama karena

ukurannya yang kecil.

Gambar IV.24 Merchandise

Karya Pribadi

Diameter Grafis : 45mm

Gambar

Gambar III.1 Tata Letak
Gambar III.3 Sketsa Rancangan Map Wyata Guna Bandung (tampak perspektif)
Gambar III.4 Sketsa Ikon
Gambar III.5  Inspirasi Perancangan Ikon
+7

Referensi

Dokumen terkait

“ Hubungan Hygiene Pedagang Dan Sanitasi Dengan Keberadaan Escherichia Coli Pada Kol Sebagai Menu Lalapan Ayam Penyet Pada Penjual Ayam Penyet Di Kecamatan Medan

(1) IUI menengah dan IUI besar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dan huruf c diberikan kepada Industri menengah dan Industri besar yang

Gerak-gerik apa saja yang dilakukan pada saat pelaksanaan upacara karia.. Apakah ada gerak-gerik yang diwajibkan atau dilarang pada saat upacara karia

(2) Proses berpikir kreatif siswa yang mempunyai intelegensi di atas rata-rata dalam memecahkan masalah pythagoras, siswa yang mempunyai intelegensi di atas

Berdasarkan permasalahan pokok pada penelitian yaitu tentang bagaimana pengembangan kurikulum mata pelajaran muatan lokal Bahasa Inggris di SDN IV Cilegon dilaksanakan dan sesuai

Akibat dari serangan hama ini pemerintah masih merekomendasikan penggunaan bahan fumigan metil bromida sebagai salah satu bentuk perlakuan untuk buah pinang yang akan diekspor

Mengingat pentingnya acara tersebut maka kehadiran saudara sangat diharapkan sesuai jadwal yang telah ditetapkan dengan membawa serta dokumen kualifikasi asli atau

[r]