DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Hendra Ciptawan
Jenis Kelamin : Pria
Tempat / Tgl Lahir : Saribudolok / 25 Agustus 1986
Agama : Islam
Website : www.ciptawan.com
Email : ciptawan@gmail.com
Pendidikan: SDN 1 Saribudolok SLTPN 2 Silimakuta SMAIT Miftahul Khoir Ilmu Tanah Unpad 2006
Laporan Pengantar Tugas Akhir
PERANCANGAN COMPANY PROFILE
PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA
DK 38315/Tugas Ahir Semester II 2012-2013
Oleh:
Hendra Ciptawan 51908252
Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Penulis mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan taufik dan hidayah-Nya hingga Laporan Pengantar Tugas Akhir ini bisa diselesaikan tanpa kendala yang berarti.
Tugas Akhir yang penulis kerjakan ini mudah-mudahan dapat bermanfaat dalam penyampaian informasi mengenai sarana & prasarana PSBN Wyata Guna kepada orangtua yang memiliki anak penyandang tunanetra. Dengan informasi yang disampaikan melalui media audio visual, diharapkan apresiasi masyarakat terhadap para penyandang tunanetra bisa lebih meningkat.
Terimakasih penulis ucapkan kepada R. Chaerul Kismono, S.Sos. selaku Kasie Rehabilitasi Sosial yang telah memberi izin melakukan penelitian di PSBN Wyata Guna. Terimakasih juga kepada Warino, S.Pd. yang mendampingi penulis selama kunjungan langsung ke lapangan. Bantuan teknis dan informasi yang beliau berikan sangat berarti dalam rancangan company profile yang ada dalam laporan ini.
Penulis mengucapkan terimakasih juga kepada pembimbing TA, Taufan Hidayatullah, M.Ds yang meluangkan waktu berharganya demi membimbing penulis dalam menyusun laporan dengan baik dan benar. Penulis telah dibimbing melalui proses asistensi dari mulai penulisan sampai proses pembuatan karya.
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN... i
SURAT KETERANGAN PENYERAHAN HAK EKSKLUSIF... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR... iii
KATA PENGANTAR... iv
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Identifikasi Masalah... 3
1.3 Rumusan Masalah... 3
1.4 Batasan Masalah... 4
1.5 Tujuan Perancangan... 4
BAB II PELAYANAN PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA.... 5
2.1 Definisi Tunanetra... 5
2.2 Penyebab Tunanetra... 5
2.3 Klasifikasi Tunanetra... 7
2.4 Kondisi Psikis Tunanetra... 9
2.5 Pengertian Company Profile... 10
2.6 Pengertian Multimedia... 12
2.7 Profil PSBN Wyata Guna... 14
2.7.1 Sejarah Berdiri... 14
2.7.2 Struktur Organisasi... 16
2.7.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi... 16
2.7.4 Visi dan Misi... 17
2.7.5 Sarana dan Prasarana... 18
2.8 Konsep Pelayanan Panti Sosial... 22
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL... 24
3.1.1 Pendekatan Komunikasi... 24
3.1.1.1 Target Audiens... 24
3.1.1.2 Pesan Utama (Materi Pesan)... 25
3.1.1.3 Tujuan Komunikasi... 25
3.1.1.4 Cara Penyampaian... 25
3.1.2 Strategi Kreatif... 26
3.1.2.1 Pendekatan Verbal... 26
3.1.2.2 Pendekatan Visual... 26
3.1.3 Strategi Media... 27
3.1.4 Strategi Distribusi... 27
3.2 Konsep Visual... 28
3.2.1 Format Desain... 28
3.2.2 Tata Letak (Layout)... 28
3.2.3 Storyboard... 29
3.2.4 Infotainment Map... 29
3.2.5 Tipografi... 31
3.2.6 Studi Ikon... 32
3.2.7 Navigasi... 34
3.2.8 Warna... 34
BAB IV TEKNIS PRODUKSI MEDIA... 36
4.1 Rancangan Audio Visual... 36
4.1.1 Shoting Video... 36
4.1.1.1 Peralatan Shoting... 36
4.1.1.2 Lokasi Shoting... 36
4.1.2 Editing Video... 37
4.1.3 Konversi Format Video... 37
4.2 Perancangan Interface... 38
4.2.1 Sketsa... 38
4.2.2 Proses Digitalisasi... 38
4.2.3 Menerapkan Interaktivitas... 39
4.3 Teknis Media... 40
4.3.2 Media Pendukung... 49
4.3.2.1 Infotainment Map... 49
4.3.2.1 X-Banner... 50
4.3.2.2 T-Shirt... 51
4.3.2.3 Kalender 2014... 52
4.3.2.4 Merchandise... 53
DAFTAR PUSTAKA... 54
DAFTAR PUSTAKA
Agnew, Kellerman & Meyer. 1996. Multimedia in the Classrom. America: Allyn & Bacon.
Chapman,D., Management and Efficiency in Education: Goals and
Strategies. Vol. 2, 2002, Asian Development Bank,
Comparative Education Research Centre, The University of
Hong Kong.
Constantinescu, A. I. (2007). Using technology to assist in vocabulary
acquisition and reading comprehension. The Internet TESL Journal, Vol. XIII, No. 2, February 2007.
Departemen Sosial RI., (2010). Panduan Orientasi dan Mobilitas, Panti Sosial Penyandang Cacat Netra. Direktorat Bina Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Penyandang Cacat, Direktorat Jenderal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial, Jakarta.
Em Griffin. (2003). A First Look at Communication Theory, McGraw-Hill. Hackbarth, S. (1996). The educational technology handbook: A
comprehensive Guide. Englewood Cliffs: Educational Technology Publication, Inc.
Hadi, Purwaka. (2005). Kemandirian Tunanetra. Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti.
Kingsley, Mary. (1999). The Effect of Visual Loss, dalam Visual Impairment (editor: Mason & McCall). GBR: David Fulton, Publisher.
Kirk. Samuel A., (1992), Educating Exceptional Children (Second Edition), Boston: Houghton Mifflin Company.
Kusrianto, Adi. (2007). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: C.V. Andi.
Lowendfeld, B. (1973). The Visually Handicapped Child in School. New York: The John Day Company.
Mustafa Matsum, Pokok Bahasan Penataan Pendidikan Luar Biasa Bagi Anak Tunanetra. Jakarta: Proyek Pembinaan SLB Departemen Pendidikan Komunikasi dan Kebudayaan, (1980/1981).
Philips, R. (1997). A practical guide for educational applications. London: Kogan Page limited.
Sunanto, J. (2005). Jakarta: Depdiknas Dikti. Mengembangkan Potensi Anak Berkelainan Penglihatan.
Sunaryo Soenarto. (2005). Pengembangan Multimedia Pembelajaran
Interaktif. Makalah disampaikan pada pelatihan Model Pembelajaran KBK, DPN P3AI.
Tan Seng Chee & Angela F. L. Wong. 2003. Teaching and Learning with Technology. Singapore: Prentice Hall.
Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka,
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Mata merupakan salah satu panca indera penting yang
dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Dengan mata, manusia dapat
melihat warna-warni kehidupan. Mata memiliki peran vital dalam proses
komunikasi dan pembentuk kepercayaan.
Akan tetapi, anugerah pemberian Tuhan tersebut tidak dimiliki oleh
tunanetra. Seperti yang diketahui, penyandang tunanetra memiliki
keterbatasan dalam hal penglihatan. Sebagai ganti mata, penyandang
tunanetra diberikan anugerah khusus yaitu kepekaan pada indera
pendengaran. Tidak jarang indera pendengaran tersebut diaplikasikan
dalam bidang musik sehingga dapat dikatakan musik merupakan berkat
khusus yang diberikan oleh Tuhan kepada tunanetra. Musik digunakan
sebagai media yang dipakai tunanetra untuk menyatakan perasaan yang
dialami oleh mereka baik itu sedih, marah, berduka, senang, mencintai
seseorang, mengungkapkan ucapan terima kasih atas kebesaran Tuhan,
dan lain-lain.
Tidak hanya peka secara audio/suara, penyandang tunanetra juga
dianugerahi kepekaan perasaan. Walau belum pernah melihat bagaimana
bentuk muka orang yang diajak berbicara, tunanetra bisa merasakan
kenyamanan berkomunikasi dengan orang yang diajak bicara. Kepekaan
yang dimiliki tunanetra tersebut menjadi sarana untuk dapat menjalin
komunikasi yang lebih dengan sesama manusia. Berangkat dari kepekaan
yang dimiliki, tunanetra mengalami proses komunikasi yang unik karena
di tengah keterbatasan fisik, mereka masih dapat berkomunikasi antara
sesama tunanetra maupun dengan manusia yang memiliki penglihatan
Masyarakat pada umumnya menganggap jika orang yang
menyandang tunanetra tidak memiliki potensi dan kemandirian yang
kehadirannya hanya menjadi beban keluarga dan masyarakat. Karena
sering dianggap remeh, akhirnya kreativitas tunanetra seakan diragukan
oleh pandangan masyarakat yang keliru. Menyadari hal itu, dibutuhkan
sebuah komunitas khusus untuk tunanetra.
Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna adalah unit pelaksana teknis di
bidang rehabilitasi sosial yang bertugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi para penyandang tunanetra agar
mampu mandiri dan berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
Selama ini PSBN Wyata Guna dikenal masyarakat dalam
menghasilkan lulusan pemijat yang handal. Banyak lulusan Wyata Guna
yang membuka praktik pijat sebagai mata pencaharian setelah lulus. PSBN
Wyata Guna juga telah menghasilkan beberapa lulusan yang berprofesi
sebagai musisi, penyiar, pengrajin dan penceramah agama.
Wyata Guna telah berdiri sejak tahun 1901 dengan nama Panti
Rehabilitasi Penderita Cacat Netra dan berubah nama menjadi menjadi
Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna sejak tahun 1994. PSBN Wyata Guna
memiliki fasilitas lengkap untuk merehabilitasi tunanetra, namun sebagian
besar orangtua yang memiliki anak tunanetra belum mengetahuinya.
PSBN Wyata Guna telah memiliki media informasi yang dapat
diakses melalui website wyataguna.depsos.go.id. Website tersebut berisi
sekilas informasi mengenai sejarah pendirian, struktur organisasi,
kedudukan & fungsi, visi & misi, sarana & prasarana beserta
kegiatan-kegiatan rutin pembinaan. Informasi yang ada di dalam website disajikan
dengan tulisan yang ringkas, khususnya pada bagian sarana & prasarana.
Oleh karena itu perlu dirancang sebuah media yang representatif dengan
agar lebih mudah dimengerti oleh orang tua yang memiliki anak tunanetra.
Dengan begitu, para orangtua akan mengetahui lebih detail mengenai
fasilitas yang diberikan Wyata Guna kepada calon anak asuh.
I.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas,
maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
• PSBN Wyata Guna memiliki fasilitas lengkap untuk merehabilitasi
tunanetra, namun sebagian besar orangtua yang memiliki anak
tunanetra belum mengetahuinya.
• Meskipun PSBN Wyata Guna telah memiliki website resmi, namun
informasi mengenai sarana dan prasarana dalam merehabilitasi
tunanetra belum dijabarkan secara rinci.
I.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka
rumusan masalahnya adalah:
• Bagaimana merancang media yang efektif dalam menginformasikan
I.4 Batasan Masalah
Wyata Guna tidak sendirian dalam melaksanakan perannya dalam
menangani rehabilitasi tunanetra. Di Jln.Pajajaran No.52 Bandung, dengan
sarana dan prasarana yang dibiayai oleh Kementrian Sosial RI, Wyata
Guna melakukan segala aktivitasnya. Di sebelah bangunan Wyata Guna,
terdapat gedung Mitra Netra Jawa Barat dan SLB-A Bandung. Secara
fungsi ketiganya memiliki perannya masing-masing dan memiliki
keterikatan satu sama lain. Dalam perancangan company profile Wyata
Guna, maka akan dibuat pembatasan masalah hanya pada Wyata Guna
saja.
I.5 Tujuan Perancangan
Perancangan company profile Wyata Guna ini ditujukan khusus
untuk orangtua yang memiliki anak penyandang tunanetra. Dengan adanya
media informasi tersebut, maka pihak keluarga akan lebih mengetahui
BAB III
PELAYANAN PANTI SOSIAL BINA NETRA WYATA GUNA
II.1 Definisi Tunanetra
Kata tunanetra berasal dari bahasa sansekerta yang berarti
berkekurangan atau tidak memiliki penglihatan (Matsum, 1980/1981,
hal.1). Pengertian tunanetra menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah tidak dapat melihat (KBBI, 1989, hal.971) dan menurut literatur
berbahasa Inggris visually handicapped atau visual impaired. Pada
umumnya orang mengira bahwa tunanetra identik dengan buta, padahal
tidaklah demikian karena tunanetra dapat diklasifikasikan ke dalam
beberapa kategori. Tunanetra mempunyai cacat mata yang berakibat
terganggu penglihatannya, baik karena bawaan sejak lahir ataupun akibat
lain yang menurut kedokteran sulit untuk disembuhkan.
II.2 Penyebab Tunanetra
Tunanetra adalah termasuk kategori cacat indra yang disebabkan
oleh beberapa faktor yaitu:
a) Faktor Endogeen (dari dalam)
Adalah faktor yang sangat dekat hubungannya dengan masalah
keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor ini terdapat pada anak yang
lahir dari hasil perkawinan orang yang mempunyai hubungan sedarah
karena kekurangan unsur variabel jenis darah tertentu.
Anak tunanetra yang lahir sebagai akibat proses pertumbuhan
dalam kandungan dapat disebabkan oleh gangguan yang diderita oleh sang
(penyakit TBC), sehingga merusak sel-sel darah tertentu selam
pertumbuhan janin dalam kandungan. Anak tunanetra yang lahir karena
faktor endogeen (faktor keturunan) ini memperlihatkan cirri-ciri bola mata
yang normal, tetapi tidak dapat menerima persepsi cahaya. Kadang-kadang
bola matanya seperti tertutup oleh selaput putih atau selaput keruh.
b) Faktor Exogeen (dari luar)
Umumnya disebabkan oleh penyakit dan kecelakaan, misalnya:
1. Xerophthalmia, yaitu suatu penyakit karena kekurangan vitamin A.
penyakit ini terdiri dari atas stadium buta senja, stadium xerosis (selaput
putih kiri kanan dan selaput bening kelihatan kering) dan stadium
keratomalacia (selaput bening menjadi lunak, keruh dan hancur).
2. Trachoma, dengan gejala bintik-bintik pada selaput putih kemudian
perubahan pada selaput bening dan pada sistem stadium, terakhir pada
selaput putih menjadi keras, sakit dan terluka.
3. Cataract Glaucoma, dan lain-lain penyakit yang dapat menyebabkan
ketunanetraan. Faktor exogeen lainnya ialah kecelakaan langsung / tidak
langsung mengenai bola mata, misalnya kecelakaan karena kemasukan
kotoran, barang keras, benda tajam atau kemasukan cairan yang
berbahaya.
II.3 Klasifikasi Tunanetra
Menurut Lowenfeld (1955, hal.219), klasifikasi tunanetra yang
didasarkan pada waktu terjadinya ketunanetraan, yaitu:
Tunanetra sebelum dan sejak lahir; yakni mereka yang sama sekali tidak
memiliki pengalaman penglihatan. Bola mata yang hitam berwarna
keruh.
Tunanetra setelah lahir atau pada usia kecil; mereka telah memiliki
kesan-kesan serta pengalaman visual tetapi belum kuat dan mudah
terlupakan.
Tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; mereka telah
memiliki kesan-kesan visual dan meninggalkan pengaruh yang
mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
Tunanetra pada usia dewasa; pada umumnya mereka yang dengan
segala kesadaran mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
Tunanetra dalam usia lanjut; sebagian besar sudah sulit mengikuti
latihan-latihan penyesuaian diri.
Tunanetra akibat bawaan lahir.
Klasifikasi tunanetra berdasarkan kemampuan daya penglihatan, yaitu:
Tunanetra ringan (defective vision/low vision); yakni mereka yang
memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat
mengikuti program-program pendidikan dan mampu melakukan
pekerjaan/kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
Tunanetra setengah berat (partially sighted); yakni mereka yang
kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan
kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu
membaca tulisan yang bercetak tebal.
Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak
Menurut Kirk (1955, hal.214), klasifikasi tunanetra adalah:
Orang yang buta total atau masih memiliki persepsi cahaya sampai
dengan 2/2000, ia tidak dapat melihat gerak tangan pada jarak 3 kaki di
depan wajahnya.
Orang yang buta dengan ketajaman penglihatan sampai dengan 5/200, ia
tidak dapat menghitung jari pada jarak 3 kaki di depan wajahnya.
Orang yang masih dapat diharapkan untuk berjalan sendiri, yaitu yang
memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 10/200, ia tidak dapat
membaca huruf-huruf besar seperti judul berita pada koran.
Orang yang mampu membaca huruf-huruf besar pada koran, yaitu yang
memiliki ketajaman penglihatan sampai dengan 20/200, akan tetapi ia
tidak dapat diharapkan untuk membaca huruf 14 point atau tipe yang
lebih kecil.
Orang yang memiliki penglihatan pada batas ketajaman penglihatan
20
/200 atau lebih, akan tetapi ia tidak memiliki penglihatan cukup untuk
melakukan kegiatan-kegiatan yang memerlukan penglihatan dan anak
II.4 Kondisi Psikis Tunanetra
a) Mental (Intelektual)
Intelektual atau kecerdasan anak tunanetra umumnya tidak berbeda
jauh dengan anak normal/awas. Kecenderungan IQ anak tunanetra ada
pada batas atas sampai batas bawah. Ada anak yang sangat pintar, cukup
pintar dan ada yang kurang pintar. Intelegensi mereka lengkap yakni
memiliki kemampuan dedikasi, analogi, asosiasi dan sebagainya. Mereka
juga punya emosi negatif dan positif, seperti sedih, gembira, punya rasa
benci, kecewa, gelisah, bahagia dan sebagainya.
b) Sosial
Hubungan sosial primer yang terjadi adalah hubungan dengan ibu,
ayah, dan anggota keluarga lain yang ada di lingkungan keluarga. Kadang
kala ada orang tua dan anggota keluarga yang tidak siap menerima
kehadiran anak tunanetra, sehingga muncul ketegangan, gelisah di antara
keluarga. Akibat dari keterbatasan rangsangan visual untuk menerima
perlakuan orang lain terhadap dirinya.
Kendala emosi yang sering muncul pada individu tunanetra adalah
perasaan khawatir dan cemas, sebagai akibat dari ketidakmampuan atau
keterbatasan dalam memprediksikan dan mengantisipasi
kemungkinan-kemungkinan yang terjadi di lingkungannya. Biasanya tunanetra tumbuh
dan berkembang dari reaksi lingkungan terhadap dirinya yang ternyata
diperlakukan secara berbeda karena kecacatannya.
Berpengaruh Terhadap:
Aktifitas belajar & bekerja
Kegiatan Sehari-hari
Kognitif (akibat kurangnya pengalaman visual)
Emosi (rasa cemas, mudah tersinggung)
Sosial (sikap masyarakat melakukan penolakan, acuh, penghinan)
Keterbatasan Tunanetra
Gerak (mobilitas)
Perkembangan konsepsi
II.5 Pengertian Company Profile
Company Profile merupakan penjelasan mengenai perusahaan
termasuk produknya secara verbal maupun grafik yang mengangkat
corporate value serta keunggulan perusahaan dibandingkan pesaing.
Corporate value atau nilai-nilai perusahaan tercemin dalam beberapa hal
berikut:
1. Sejarah berdirinya usaha
Sejarah berdirinya usaha menggambarkan kepada pihak-pihak lain yang
berhubungan dengan perusahaan ataupun kosumen mengenai dasar atau
landasan usaha ini berdiri apakah cukup kuat secara pengalaman dan
keutuhan individu yang terlibat didalamnya.
2. Visi dan misi usaha
Visi merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh usaha kita dalam
jangka panjang atau dengan kata lain perusahaan dalam periode tertentu
ingin menjadi perusahan yang seperti apa? (What to Be?) Misi
merupakan cara-cara yang digunakan usaha dalam mencapai visi usaha
(How to Be?). Misi dapat berupa pernyataan kalimat atau kata yang
mengingatkan pelaku usaha untuk bekerja sesuai Misi dalam mencapai
tujuan perusahaan.
3. Struktur organisasi
Struktur organisasi berisi susunan/hirarki tanggung jawab pekerjaan
dalam perusahaan berikut nama individu pada masing-masing
pekerjaan. Kegunaan struktur organisasi dalam company profile adalah
agar konsumen atau pihak- pihak lain yang bekerjasama dengan
perusahaan dapat mengetahui person in charge yang langsung
4. Kinerja perusahaan
Kinerja perusahan terdahulu dapat dibedakan atas:
Pengalaman pekerjaan terdahulu
Pengalaman perusahan dalam menanggani pekerjaan terdahulu dapat
dilakukan secara verbal/tulisan ataupun visual/grafik dengan
menampilkan dokumentasi foto/video hasil pekerjaan tersebut.
Laporan keuangan perusahaan
Laporan keuangan perusahaan diperlukan bergantung kepada
kebutuhan akan company profile tersebut. Apabila company profile
dibutuhkan dari segi keuangan seperti untuk investasi/saham atau
kerjasama dengan lembaga keuangan maka laporan keuangan
perusahaan diperlukan sebagai data penting dalam pertimbangan
kerjasama tersebut. Sedangkan apabila company profile tidak
dibutuhkan dalam segi keuangan atau company profile dibutuhkan
oleh klien/konsumen yang membutuhkan produk/servis perusahaan
maka laporan keuangan tidak dibutuhkan.
Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dapat mengidentifikasikan
dirinya dengan para pesaing/kompetitor untuk kemudian menentukan dari
faktor-faktor manakah perusahaan memiliki keunggulan (competitive
advantage) dibandingkan pesaing. Setelah perusahaan berhasil
II.6 Pengertian Multimedia
Definisi multimedia terbagi menjadi dua yaitu definisi sebelum
tahun 1980-an dan definisi sesudah tahun 1980-an. Sebelum tahun 1980-an
atau pada era 60-an, menurut Barker & Tucker, 1990 (Sunaryo Soenarto,
2005, hal.116), multimedia diartikan sebagai kumpulan dari berbagai
peralatan media berbeda yang digunakan untuk presentasi. Dalam
pengertian ini multimedia diartikan sebagai ragam media yang digunakan
untuk penyajian materi pelajaran, misalnya penggunaan wall chart atau
grafik yang dibuat di atas kertas karton yang ditempelkan di dinding. Tan
Seng Chee & Angela F. L. Wong (2003, hal.217) menyatakan bahwa
multimedia secara tradisional merujuk kepada penggunaan beberapa
media, sedangkan multimedia pada zaman sekarang merujuk kepada
penggunaan gabungan beberapa media dalam penyajian pembelajaran
melalui komputer.
Setelah tahun 1980-an, multimedia didefinisikan sebagai
penyampaian informasi secara interaktif dan terintegrasi yang mencakup
teks, gambar, suara, video atau animasi (Hackbarth, 1996; Philips, 1997;
Chapman & Chapman, 2004). Hackbarth (1996, hal.229) menekankan
bahwa hypermedia dan hypertext termasuk multimedia interaktif berbasis
komputer.
Definisi setelah tahun 1980-an tersebut di atas lebih menekankan
pada multimedia sebagai sistem komunikasi interaktif berbasis komputer
yang mampu menciptakan, menyimpan, menyajikan, dan mengakses
kembali informasi teks, grafik, suara, dan video atau animasi. Sejalan
dengan hal tersebut, Agnew, Kellerman & Meyer (1996, hal.8)
menyatakan bahwa istilah multimedia lebih terfokus pada interaktivitas
antara media dengan pemakai media. Constantinescu (2007, hal.2)
menyatakan bahwa “Multimedia refers to computer-based systems that use
and interactivity”. Maksudnya adalah bahwa multimedia merujuk kepada
sistem berbasis komputer yang menggunakan berbagai jenis isi seperti
teks, audio, video, grafik, animasi, dan interaktivitas.
Chapman & Chapman (2004, hal.8) menyatakan bahwa bentuk
multimedia sebagai alat penyampai pesan dibedakan menjadi dua yaitu
online delivery dan offline delivery. Online delivery adalah multimedia
yang menggunakan suatu jaringan untuk menyampaikan informasi dari
satu komputer atau server machine yang menjadi pusat penyimpan data ke
jaringan lain baik jaringan lokal dalam suatu organisasi maupun jaringan
internet. Offline delivery adalah multimedia yang disimpan dengan
menggunakan suatu alat penyimpan atau kemasan yang dapat dipindahkan.
Alat penyimpan tersebut harus mampu menyimpan data yang besar sesuai
II.7 Profil PSBN Wyata Guna Bandung
II.7.1 Sejarah Berdiri
Yayasan Perbaikan Nasib Orang Buta (Rumah Buta) didirikan 6 Agustus
1901 oleh Dr.Ch.A.Westhoff seorang doktor ahli mata Belanda. Dalam
perkembangannya, pengelolaan Rumah Buta dikelola swasta.
Gambar II.1 Patung Dr.Ch.A.Westhoff
sumber: dokumentasi pribadi
Berdasarkan SK Mensos No. 41/HUK/KEP/XI/79 tanggal 1 November
1979 Wyata Guna merupakan Unit Pelaksana Teknis Kanwil Departemen Sosial
(PRPCN) dan berdasarkan SK Dirjen BINREHSOS No. 01/KEP/BRS/IV/1994
maka PRPCN dirubah menjadi Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna.
Gambar II.2 Logo PSBN Wyata Guna
sumber: wyataguna.mensos.go.id
Pada tahun 1999 PSBN Wyata Guna berdasarkan SK No.01/HUK/1999
merupakan UPT di lingkungan Badan Kesejahteraan Sosial Nasional (BKSN),
selanjutnya pada tahun 2000 berada di Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan
Sosial.
Pada tahun 2001 berdasarkan SK Menteri Sosial RI No. 06/HUK/2001
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Sosial RI, PSBN Wyata Guna
sebagai UPT di bawah Dirjen Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen
Sosial RI.
Tahun 2003 berdasarkan Kepmensos Nomor 59/HUK/2003 tanggal 23 Juli
2003 tentang Organisasi dan Tata Kerja PSBN Wyata Guna sebagai UPT di
II.7.2 Struktur Organisasi
II.7.3 Kedudukan, Tugas, Fungsi
a. Kedudukan
PSBN Wyata Guna adalah unit pelaksana teknis di bidang
Rehabilitasi dan Pelayanan Sosial di lingkungan Departemen Sosial,
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen
Pelayanan Sosial Departemen Sosial.
b. Tugas
PSBN Wyata Guna mempunyai tugas memberikan bimbingan,
pelayanan dan rehabilitasi sosial yang bersifat kuratif, rehabilitatif,
promotif dalam bentuk bimbingan pengetahuan dasar pendidikan, fisik,
dalam kehidupan bermasyarakat serta pengkajian dan penyiapan standar
pelayanan, pemberian informasi dan rujukan.
c. Fungsi
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut diatas, PSBN Wyata Guna
mempunyai fungsi – fungsi teknis sebagai berikut:
1. Penyusunan rencana dan program, evaluasi dan laporan.
2. Pelaksanaan registrasi, observasi, identifikasi, diagnosis sosial dan
perawatan.
3. Pelaksanaan pelayanan dan rehabilitasi yang meliputi bimbingan
mental, sosial, fisik dan keterampilan.
4. Pelaksanaan resosialisasi, penyaluran dan bimbingan lanjut.
5. Pelaksanaan pemberian informasi dan advokasi
6. Pelaksanaan pengkajian dan penyiapan standar pelayanan dan
rehabilitasi sosial.
7. Pelaksanaan urusan tata usaha.
II.7.4 Visi dan Misi
a. Visi
Menjadi pusat rehabilitasi sosial dalam mewujudkan kemandirian dan
perlindungan tunanetra.
b. Misi
1. Meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial sesuai kebutuhan.
2. Meningkatkan perencanaan program rehabilitasi sosial sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan administrasi yang transparan dan
II.7.5 Sarana dan Prasarana
Kelengkapan sarana dan prasarana merupakan faktor yang ikut
menentukan keberhasilan pelaksanaan pelayanan sosial bagi tunanetra,
antara lain:
a. Gedung Kantor
b. Gedung Perpustakaan
c. Gedung Auditorium
d. Gedung Poliklinik
e. Gedung Pendidikan dan Keterampilan
f. Gedung Ruang Makan
g. Ruang Data
h. Gedung Panti Pijat Shiatsu
i. Gedung Panti Massage
j. Gedung Asrama (15 bangunan berdaya tampung 250 orang)
Gambar II.3 Gedung Wyata Guna
sumber: dokumentasi pribadi
Gambar II.4 Lab Komputer Bicara
Gambar II.5 Buku di Perpustakaan Braille
sumber: dokumentasi pribadi
Gambar II.6 Mesin Ketik Perkins
Gambar II.7 Papan Tulis Braille
sumber: dokumentasi pribadi
Gambar II.8 Reglet
II.8 Konsep Pelayanan Panti Sosial
Menurut Anthony H Pascal (M.R. Siahaan, 2004, hal.6), tujuan
pelayanan panti sosial antara lain:
1. Memberikan perlindungan kepada orang yang mengalami kehilangan
kemampuan. Pelayanan sosial dilaksanakan untuk melindungi orang
yang tidak memiliki kemampuan lagi disebabkan oleh kondisi tertentu.
Pelayanan sosial dalam hal ini diarahkan pada peningkatan kompetensi
orang, sehingga ia mampu mengatasi masalah yang dihadapinya.
2. Menyediakan pilihan-pilihan kepada penerima pelayanan. Setiap orang
memiliki potensi diri dan masalah yang berbeda-beda, sehingga
memerlukan perlakuan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu,
berbagai bentuk dan jenis pelayanan sosial perlu disediakan, dan setiap
orang dapat memilih bentuk dan jenis pelayanan tertentu sesuai dengan
potensi dan masalah yang dihadapinya.
3. Mengembangkan keberfungsian sosial. Setiap orang yang mengalami
masalah sosial, ia berada dalam kondisi tidak berfungsi sosial. Kondisi
ini ditandai dengan ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan sosial
dasar dan mengalami hambatan dalam melaksanakan peran sosialnya.
Pelayanan sosial diberikan untuk membantu orang agar mereka dapat
memenuhi kebutuhan sosial dasar dan mampu melaksanakan peran
sosialnya secara memadai.
4. Meningkatkan keadilan untuk memperoleh kesempatan. Pelayanan
sosial tidak dapat diberikan kepada kelompok orang tertentu saja, tetapi
bersifat universal karena berkaitan dengan hak asasi manusia. Oleh
karena itu, pelayanan sosial diarahkan pada upaya menciptakan keadilan
bagi setiap orang untuk memperoleh berbagai kesempatan sesuai
5. Memelihara terpenuhinya kebutuhan minimal. Kebutuhan minimal
seringkali diberi pengertian dengan kebutuhan yang berkaitan dengan
kelangsungan hidup setiap orang. Dan seringkali kebutuhan minimal ini
diarahkan pada pengertian kebutuhan dasar yang meliputi makan,
pakaian, tempat tinggal dan kesehatan. Padahal untuk kelangsungan
hidup, setiap orang (sebagai makhluk sosial) juga memerlukan
kebutuhan sosial (hidup dalam kelompok) dan psikologis (rasa aman,
perlindungan, cinta kasih, dan lain-lain). Pelayanan sosial diarahkan
pada terpenuhinya kebutuhan minimal ini, baik bersifat fisik-organis,
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL
III.1 Strategi Perancangan
-Status Ekonomi : Menengah dan atas
-Pendidikan : Tamatan SMA, D3 dan S1
-Pekerjaan : Universal
-Agama : Agama yang diakui di Indonesia.
B. Geografis
-Seluruh wilayah Indonesia
C.Psikografis
-Kebiasaan : Mencari jalan terbaik untuk anak
-Minat : Bersosialisasi dengan warga
-Karakter : Bertanggung jawab
-Gaya Hidup : Menjunjung tinggi nilai agama
III.1.1.2 Pesan Utama (Materi Pesan)
Pesan utama yang diusung dalam rancangan company
profile ini adalah bahwasanya PSBN Wyata Guna memiliki
fasilitas, sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung
rehabilitasi tunanetra.
III.1.1.3 Tujuan Komunikasi
Dengan materi pesan yang telah dirancang sedemikian
rupa dengan menyoroti interaksi pengurus panti terhadap klien
tunanetra, maka akan didapat suatu nuansa pembelajaran yang
dapat dimengerti oleh orang awam, khususnya target audience
utama. Dengan begitu, diharapkan wawasan target audience
terhadap PSBN Wyata Guna semakin bertambah.
III.1.1.4 Cara Penyampaian
Penyampaian informasi dilakukan dengan metode
wawancara yang direkam dalam bentuk audio visual.
Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak yang
berwenang, baik itu guru komputer bicara, pengurus
perpustakaan braille, guru pengajar, pengurus panti, dsb.
Wawancara tersebut juga akan dijadikan sebagai narasi dan
video aktivitas tunanetra ditampilkan sebagai unsur visual
III.1.2 Strategi Kreatif
Untuk memperlancar proses tujuan komunikasi, maka disusun
strategi untuk mencapai target sasaran melalui beberapa tahapan-tahapan
strategis, yakni:
1. Membuat sebuah peta interaktif PSBN Wyata Guna.
2. Mengisi peta interaktif dengan konten utama berupa media audio visual.
III.1.2.1 Pendekatan Verbal
Penyampaian komunikasi dalam company profile ini
menggunakan bahasa nasional Indonesia. Bahasa baku
ditekankan pada narasi dengan pihak panti asuhan, sedangkan
bahasa tidak baku digunakan oleh tunanetra dalam berinteraksi
dengan sesama tunanetra di panti asuhan.
III.1.2.2 Pendekatan Visual
Tampilan visual dalam company profile ini lebih
menitikberatkan pada narasi yang kemudian diimbangi juga
oleh elemen visual berupa kegiatan tunanetra yang ada di
PSBN Wyata Guna. Teknik pengambilan gambar dilakukan
dengan multiple angle, sehingga tidak terlihat monoton.
Kebanyakan adegan direkam secara natural dan dialog
disampaikan dengan mengambil tema-tema yang penting saja
III.1.3 Strategi Media
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan cara memperkuat
penekanan makna pada media utama dengan bantuan dari media
pendukung.
Media Utama
Media utama merupakan company profile PSBN Wyata Guna.
Media Pendukung
Media pendukung merupakan media tambahan bagi media utama agar
menjadi rangsangan komunikan dalam memahami pentingnya rehabilitasi
tunanetra.
Pemilihan Media Pendukung
Adapun media pendukung yang dipilih untuk company profile PSBN
Wyata Guna adalah infotainment map, X-banner, T-Shirt, kalender, pin,
gantungan kunci dan juga stiker. Media tersebut sangat membantu dalam
mendukung ide pokok yang diusung oleh media utama.
III.1.4 Strategi Distribusi
Media utama yang dikemas dalam bentuk audio visual ini akan
disertakan bersama dengan formulir pendaftaran calon anak asuh. Dengan
begitu, orangtua yang mendaftarkan anaknya ke PSBN Wyata Guna nanti
III.2 Konsep Visual
III.2.1 Format Desain
Media audio visual akan dijadikan sebagai konten utama dalam
sebuah infotainment map yang dibuat hanya pada satu halaman sehingga
setiap kali di klik pada area tertentu, maka akan muncul video yang sesuai
dengan lokasi yang diklik oleh target audience.
Format desain yang dirancang, berukuran 1024 x 768 pixel. Ukuran
tersebut adalah untuk stage utama agar tampil bagus di monitor yang
memiliki aspect ratio 4:3. Namun, dalam pemilihan background, haruslah
diberi ruang lebih agar ketika media ini disaksikan di monitor yang
memiliki aspect ratio 16:9 bisa tampil fullscreen dan tidak menampilkan
pillar box hitam di bagian kiri dan kanan. Resolusi background dirancang
berukuran 1365 x 768 pixel.
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Desain tata letak dibuat simetris dengan membagi dua bidang.
Bidang tengah digunakan sebagai point of interest dengan menempatkan
infotainment map yang dapat dinavigasikan. Konten audio visual
diletakkan di bagian tengah frame. Logo PSBN Wyata Guna diletakkan di
pojok kiri atas dan navigasi diletakkan di pojok kanan atas. Area bagian
bawah didominasi oleh 4 kotak panel informasi yang nantinya akan berisi
Gambar III.1 Tata Letak
Karya Pribadi
III.2.3 Storyboard
Untuk membuat tayangan audio visual yang menarik, telah
dirancang 10 storyboard yang diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan
untuk dapat menghasilkan karya sinematis yang tertata dengan baik. Sketsa
storyboard dapat dilihat di lampiran.
III.2.4 Infotainment Map
Dengan adanya infotainment map dalam perancangan company
profile ini dimaksudkan untuk memandu target audience dalam
mengeksplorasi konten video sesuai dengan keinginan mereka. Seandainya
seorang target audience mengklik gambar bangunan mesjid, maka akan
tampil video pengajian penyandang tunanetra di masjid ummi maktum.
Seandainya mengklik bangunan kantin, maka akan tampil video
bangunan perpustakaan, maka akan tampil video mengenai kegiatan
penyandang tunanetra yang sedang membaca buku di perpustakaan.
Seandainya mengklik bangunan gedung data, maka akan tampil video
kegiatan tunanetra yang sedang belajar komputer bicara. Begitu seterusnya.
Gambar III.2 Sketsa Rancangan Map Wyata Guna Bandung (tampak atas)
Karya Pribadi
Gambar III.3 Sketsa Rancangan Map Wyata Guna Bandung (tampak perspektif)
III.2.5 Tipografi
Jenis huruf yang dipakai pada rancangan desain ada 2 jenis, yaitu:
OCR A Std untuk headline dan Verdana untuk body text.
OCR A Std memiliki karakter huruf yang kaku namun masih tetap
menarik karena ujung-ujungnya membentuk bulatan. Huruf ini
memperkuat kesan bahwa PSBN Wyata Guna merupakan Unit Pelaksana
Sosial (UPT) yang berada di bawah Kementrian Sosial RI, dimana segala
kebijakan dan aturan dibuat secara formal, ketat dan kaku.
Verdana biasa digunakan pada tampilan display karena memiliki
readibilitas (tingkat keterbacaan) yang tinggi. Verdana masih jelas terbaca
pada ukuran 8pt, dimana huruf-huruf lain sudah mulai terlihat samar.
a b c d e f g h i j k
l m n
o p q r s t u v w x y
z
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0
, . / ; ‘ [ ] < > : {
} | @
# $ % ^ & * ( ) _ + -
\ =
Ikon dirancang dengan menggunakan sistem grid dengan prinsip
keseimbangan. Keseimbangan formal (simetris) dipakai untuk menata letak
elemen-elemen grafis ikon agar terkesan rapi dan formal.
Gambar III.4 Sketsa Ikon
Karya Pribadi
Ikon yang digunakan dalam menu interaktif mewakili atribut dari
dimunculkan dalam bentuk ikon. Desain yang digunakan terinspirasi dari
hasil temuan yang ada di lapangan.
Gambar III.5 Inspirasi Perancangan Ikon
Karya Pribadi
Dalam perancangan sistem navigasi, mesti diperhatikan tingkat
kesulitan menjelajahi konten. Oleh karena itu, dipilihlah sistem navigasi
yang amat sederhana agar pengguna tidak mengalami kesulitan dalam
menavigasikan menu yang ada. Didahului oleh sebuah intro kemudian
langsung masuk ke menu. Didalam menu, pengguna langsung dapat
mengakses semua konten yang ada.
Gambar III.6 Sistem Navigasi
Karya Pribadi
III.2.8 Warna
Kusrianto (2007, hal.47) menyatakan bahwa secara visual, warna
memiliki kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihat.
Warna Respons psikologis yang mampu ditimbulkan
Orange Energi, keseimbangan, kehangatan
Putih Kemurnian, suci, bersih
Kuning Optimis, harapan, filosofi
Cokelat Dapat dipercaya, nyaman, bertahan
Abu-abu Intelek, futuristik
Hitam Kekuatan, keanggunan
Pallet warna yang dipilih pada desain ikon dan bangunan
menggunakan warna-warna harmonis agar lebih teduh di mata seperti
Sementara pallet warna yang digunakan pada panel informasi adalah
warna kontras agar body text bisa terbaca dengan baik.
Gambar III.7 Pallet Warna Desain
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI MEDIA
IV.1 Rancangan Audio Visual
Konten audio visual adalah komponen inti dalam rancangan
company profile PSBN Wyata Guna. Dalam penggarapannya dibutuhkan
beberapa langkah sebagai berikut:
IV.1.1 Shoting Video
Shoting video dilakukan sesuai dengan storyboard yang telah
dirancang dan kemudian disesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya di
lapangan.
IV.1.1.1 Peralatan Shoting
Kamera yang digunakan dalam pengambilan video
adalah DSLR Canon 650D. Lensa yang dipakai adalah
Bandung. Lokasi shoting meliputi gedung asrama, mesjid,
ruang makan, gedung komputer bicara, gedung musik,
gedung percetakan, perpustakaan, gedung pijat (massage &
IV.1.2 Editing Video
Pada tahap editing, data video ditransfer dari kamera ke
dalam komputer kemudian di import ke timeline Final Cut Pro.
Beberapa adegan disusun sebagai multi layer untuk memberi
kesan dramatis dalam scene video yang akan dihasilkan.
Gambar IV.1 Mengedit Scene di Final Cut Pro 7
Screenshot komputer
IV.1.3 Konversi Format Video
Video yang telah selesai diedit menghasilkan resolusi Full
HD 1920 x 1080 pixel dengan bitrate rata-rata di atas 40 Mbit/s.
File video seperti itu kurang cocok untuk dijadikan sebagai konten
dalam rancangan Company Profile yang akan dibuat dalam media
beresolusi 1024 x 768 pixel. Oleh karena itu, ukuran video harus
IV.2 Perancangan Interface
IV.2.1 Sketsa
Proses pembuatan sketsa adalah tahap awal dimana rancangan
desain interface masih berbentuk coretan pensil di atas kertas. Pada tahap
ini, harus didapatkan konsep desain yang matang sebelum berlanjut ke
proses digital.
IV.2.2 Proses Digitalisasi
Sketsa yang sudah matang secara konsep kemudian dipindai
kemudian dilakukan proses tracing dengan Adobe Illustrator. Dengan
aplikasi ini akan dihasilkan sebuah gambar berbasis vektor, dimana
resolusinya tidak akan turun meskipun diperbesar beberapa kali.
Gambar IV.2 Tracing Garis di Illustrator
IV.2.3 Menerapkan Interaktivitas
Karya ilustrasi berupa infotainment map yang telah dibuat di
Illustrator kemudian di import ke dalam flash. Map itu berfungsi sebagai
alat navigasi yang akan digunakan user nantinya. Ukuran stage dibuat
dengan ukuran 1024 x 768 pixel. Actionscript yang digunakan adalah versi
2.0 karena lebih memudahkan dalam pengetikan kode dan versi 2.0 juga
memiliki kompabilitas yang jauh lebih baik dibandingkan versi 3.0.
Perancangan menu utama menggunakan elemen visual yang
disusun rapi mulai dari infotainment map, alat bantu navigasi peta, panel
informasi sampai konten untuk video.
IV.3 Teknis Media
1. Produksi
Proses produksi merupakan proses pengerjaan dengan
berbagai aplikasi pendukung, seperti: Final Cut Pro untuk editing
video, Soundtrack Pro untuk editing audio, Adobe Photoshop
untuk editing gambar bitmap, Adobe Illustrator untuk membuat
peta dalam bentuk vektor, Adobe Flash untuk menerapkan
interaktivitas.
Tahap produksi di komputer adalah sebagai berikut:
Editing video sesuai dengan storyboard Editing audio sesuai narasi
Perancangan map berbasis vektor
Proses perancangan visual pada halaman intro Proses perancangan visual pada menu utama Proses perancangan panel informasi
2. Pasca Produksi
Setelah proses produksi selesai, maka langkah selanjutnya
adalah menggandakan file menu & script autorun ke dalam
beberapa DVD single layer berkapasitas 4,7GB. Disc dikemas
dengan rancangan cover yang terbuat dari bahan mika.
Gambar IV.4 Disc Company Profile (tampak depan)
Karya Pribadi
Gambar IV.5 Disc Company Profile (tampak belakang)
IV.3.1 Media Utama
Gambar IV.6 Interface Intro
Karya Pribadi
Gambar IV.8 Interface Panel Informasi
Karya Pribadi
Gambar IV.9 Interface Kantor Dinas
Gambar IV.10 Interface Gedung Asrama
Karya Pribadi
Gambar IV.11 Interface Gedung Mesjid
Gambar IV.12 Interface Perpustakaan Braille
Karya Pribadi
Gambar IV.13 Interface Percetakan Braille
Gambar IV.14 Interface Gedung Poliklinik
Karya Pribadi
Gambar IV.15 Interface Ruang Makan
Gambar IV.16 Interface Lab Komputer Bicara
Karya Pribadi
Gambar IV.17 Interface Gedung Musik
Gambar IV.18 Interface Gedung Pijat
Karya Pribadi
Gambar IV.19 Interface Lapangan Olahraga
IV.3.2 Media Pendukung
Rancangan media pendukung terdiri atas infotainment map,
x-banner, t-shirt, kalender 2014 yang hanya dicetak sekali. Media
pendukung yang dicetak dalam jumlah banyak adalah merchandise yang
terdiri dari pin, gantungan kunci dan stiker.
IV.3.2.1 Infotainment Map
Infotainment map berukuran A0 berfungsi sebagai
penanda lokasi bangunan di PSBN Wyata Guna. Map ini
ditempelkan di dinding kantor dinas.
Gambar IV.20 Infotainment Map
Karya Pribadi
Ukuran : 1600mm x 600mm
Bahan : Jerman 230gr
IV.3.2.2 X-Banner
X-Banner merupakan media promosi dalam
peluncuran media utama yang menarik perhatian target
audience. Media ini ditempatkan di samping pintu masuk
PSBN Wyata Guna.
Gambar IV.21 X Banner
Karya Pribadi
Ukuran : 1600mm x 600mm
Bahan : Jerman 230gr
IV.3.2.2 T-Shirt
T-Shirt adalah media promosi yang dipakai khusus
oleh staff yang membagikan Disc Company Profile.
Gambar IV.22 T Shirt
Karya Pribadi
Diameter Grafis : 195mm
Bahan : Katun
Warna : Putih
IV.3.2.3 Kalender 2014
Kalender 2014 dipajang di meja pendaftaran anak
asuh. Bentuknya dibuat enam sisi (hexagonal) sesuai suku
kata dari tagline Wyata Guna.
Gambar IV.23 Kalender 2014
Karya Pribadi
Bahan : Artpaper Tebal 230g
Ukuran : A3
IV.3.2.4 Merchandise
Pin, gantungan kunci dan stiker adalah merchandise
yang turut diikutsertakan bersama media utama karena
ukurannya yang kecil.
Gambar IV.24 Merchandise
Karya Pribadi
Diameter Grafis : 45mm