• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Uni Eropa Melalui Program IPA (Instrumen Pre-Accession Assistance) Dalam Membangun Perekonomian Kosovo (2008-2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Uni Eropa Melalui Program IPA (Instrumen Pre-Accession Assistance) Dalam Membangun Perekonomian Kosovo (2008-2012)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

The Role of The European Union Through the IPA (Instrumen Pre-Accession Assistance) program in Building The Economy of Kosovo

(2008-2012)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh sidang Sarjana Strata-1 (S-1) Pada Program Studi Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia

MIRANTI PURNAMASARI

44306004

PROGRAM STUDI ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

vii

ABSTRACT ………. ii

KATA PENGANTAR ……… iii

DAFTAR ISI ………. vii

DAFTAR TABEL ……….. x

DAFTAR GAMBAR ………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xii

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….... 1

1.2 Perumusan Masalah ……….. 11

1.2.1 Rumusan Masalah Mayor ……… 11

1.2.2 Rumusan Masalah Minor ……… 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ……….. 11

1.3.1 Maksud Penelitian ……….. 1.3.2 Tujuan Penelitian ……… 11 12 1.4 Kegunaan Penelitian ………. 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ……… 13

2.1 Tinjauan Pustaka ……….. 13

2.2 Kerangka Pemikiran ……… 17

2.2.1 Hubungan Internasional ……….. 17

2.2.2 Organisasi Internasional ………. 19

2.2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Organisasi Internasional ………... 19

2.2.2.2 International Governmental Organization ……….. 22

2.2.2.3 Peranan Organisasi Internasional ……… 23

(3)

viii

BAB III OBJEK KAJIAN DAN METODE PENELITIAN ……….. 35

3.1 Objek Penelitian ……… 35

3.1.1 Uni Eropa ……… 35

3.1.1.1 Sejarah Pembentukan Uni Eropa ………. 38

3.1.1.2 Keanggotaan Uni Eropa ……… 46

3.1.1.3 Lembaga-Lembaga Uni Eropa ……… 49

3.1.2 Instrumen Pre-Accession Assistance (IPA) ………... 53

3.1.2.1 Pengelolaan dan Manjemen IPA ………. 56

3.1.3 Kosovo ………. 57

3.1.3.1 Sejarah Kosovo ……… 57

3.1.3.2 Perekonomian Kosovo ……… 62

3.2 Metode Penelitian ………. 67

3.2.1 Desain Penelitian ………. 67

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data ……….. 67

3.2.2.1 Studi Pustaka ……….. 67

3.2.3 Teknis Analisa Data ……… 68

3.2.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 68

3.2.4.1 Lokasi Penelitian ………. 68

3.2.4.2 Waktu Penelitian ………. 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 70

4.1 Latar Belakang Uni Eropa Membantu Kosovo melalui program IPA (Instrument Pre-Accession Assistance)……… 70

4.2 Program bantuan IPA yang diberikan Uni Eropa kepada Kosovo dan Hasil yang Diperoleh ………. 74

4.2.1 Bantuan Transisi dan Pembangunan Institusi ………. 76

(4)

ix

4.2.2 Cross Border Cooperation (CBC) ……… 84

4.2.2.1 CBC Kosovo –Albania ……… 88

4.2.2.2 CBC Kosovo –The Former Yugoslav Republic Macedonia ……… 90

4.3 Keadaan Ekonomi Kosovo Setelah Bantuan IPA ……… 91

4.4 Prospek Perekonomian Kosovo (Under UNSCR 1244/99) di Masa Mendatang …. 96 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….. 99

5.1 KESIMPULAN ……….. 99

5.2 SARAN ………. 102

DAFTAR PUSTAKA ……… 104

LAMPIRAN –LAMPIRAN ………. 108

(5)

104

Suherman, Ade Maman. 2003. Organisasi Internasional dan Intergrasi Ekonomi

Regional Dalam Perspektf Hukum dann Globalisasi. Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Plano, Jack. C dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin.

Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Winardi. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi. Bandung: Tarsito.

Fetini, Hatanpaa, etc. 2005. Kosovo Gearing Policies Toward Growth and

Develoment. United State: IMF Multimedia Services Division.

Winardi, 1998. Pengantar Ilmu Ekonomi, Edisi IV. Tarsito. Bandung.

Djojohadikusumo Soemitro, 1995. Ekonomi Pembangunan, PT. Pembangunan. Jakarta.

DeLong, J. Bradford. 2002. Macroeconomics. New York : McGraw

Nuraeni, Deasy and Arfin. 2010. Regionalisme: dalam Studi Hubungan

Internasional. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Rudy, T. May. 1996. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Bina Cipta

Perwita, A.A. Banyu dan Yani, Yanyan Mochamad. 2005. Pengantar ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

B. PUBLIKASI

(6)

The World Bank. 2009. Private Sector and Development. IMF Country Report No. 12/100

Commission of the European Communities. 2005. European Future for Kosovo. European Commission. 2012. A Feasibility Study for a Stabilisation and

Association Agreement between the European Union and Kosovo

Commission of the European Communities. Annual programmes & Project fiches

C. JURNAL DAN KARYA ILMIAH

Bashkim Mustafa. 2001. Criteria for Allocation of Grants from the central Budget

for the Municipalities in Kosovo melalui

www.scientificpapers.org/economics/criteria-for-allocation-of-grants-from-the-central-budget-for-the-municipalities-in-kosovo/ [26 April 2014] Brillian Budi Nurani. 2013. Peran Uni Eropa dalam Menyelesaikan Krisis

Keuangan di Siprus melalui

http://prezi.com/vyppjzlm0nst/peran-uni-eropa-dalam-menyelesaikan-krisis-keuangan-di-sipru/ [1 Juli 2014] Rosi Dwi Fitri Aprilia. 2012. Peran UNMIK Dalam Pemulihan Negara Kosovo

Pasca Konflik Etnis Serbia dan Albania melalui

http://loopythecuitotter.blogspot.com/2012/12/peran-unmik-dalam-pemulihan-negara.html [1 Juli 2014]

D. WEBSITE

Uni Eropa. Melalui http://europa.eu/abc/12lesson/index_en.htm [14/01/2014] Perluasan Uni Eropa. Melalui

http://en.wikipedia.org/wiki/Enlargement_of_the_European_Union.html [27/12/2013]

http://ec.europa.eu/enlargement/the-policy/conditions-for-enlargement/index_en.htm [27/06/2014]

(7)

Dewan Uni Eropa. Melalui

http://www.consilium.europa.eu/policies.aspx?lang=en [05/01/14]

Stabilisation and Association Process (SAP). Melalui

http://ec.europa.eu/enlargement/policy/glossary/terms/sap_en.htm [13/07/14]

Instrument for Pre-Accessstion Assistance (IPA). Melalui

http://europa.eu/legislation_summaries/agriculture/enlargement/e50020_e n.htm [13/01/2014]

http://www.2007-2013.eu/by_scope_ipa.php [09/03/2014]

http://ec.europa.eu/enlargement/instruments/overview/index_en.htm [13/07/14]

http://ec.europa.eu/regional_policy/thefunds/ipa/works_en.cfm diakses pada 13 Juli 2014

Kosovo. Melalui http://id.wikipedia.org/wiki/Kosovo [13/02/2014]

Ekonomi Kosovo. Melalui http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_Kosovo [17/02/2014]

Enlargement Potential Candidate. Melalui

http://ec.europa.eu/enlargement/potential-candidates/kosovo/financial-assistance/index_en.htm [23/02/2014]

Pembangunan Ekonomi. Melalui

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi.html [20/12/2013] Penerimaan Kosovo ke UE. Melalui

http://en.wikipedia.org/wiki/Accession_of_Kosovo_to_the_European_Uni on [5/6/2014]

Dasar Hukum IPA. Melalui

http://ec.europa.eu/regional_policy/thefunds/ipa/framework_en.cfm [15/06/2014]

Pengakuan kemerdekaan Kosovo. Melalui

http://dunia.news.viva.co.id/news/read/234981-22-7-2010--pbb-sahkan-kemerdekaan-kosovo [13/11/2011]

(8)

http://en.wikipedia.org/wiki/International_recognition_of_Kosovo [25/05/2014]

Program-program IPA untuk Kosovo. Melalui

(9)

iii

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul “Peranan Uni Eropa Melalui Program IPA (Instrumen

Pre-Accession Assistance) Dalam Membangun Perekonomian Kosovo

(2008-2012”. Adapun maksud dan tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Hubungan Internasional dari

Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti menyadari banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini,

dikarenakan keterbatasan kemampuan maupun pengalaman peneliti. Terwujudnya

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan semangat berbagai

pihak yang sangat besar artinya. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan

hati, perkenankan peneliti menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya

kepada:

1. Yth. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Yth. Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Phd, Ketua Program Studi Ilmu

Hubungan Internasional yang telah memberikan banyak ilmu pengetahuan

selama perkuliahan serta terima kasih atas segala masukan dan kritik saat

(10)

iv

masukan, saran, arahan serta motivasi kepada saya selama proses penulisan

skripsi ini, sehingga membuat skripsi ini menjadi lebih baik. Juga untuk

semua ilmu yang saya dapat dari ibu semasa perkuliahan hingga sekarang.

4. Bapak H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si., selaku Dosen Wali. Saya ucapkan

terima kasih kepada Pak Budi untuk semua ilmu yang saya dapat dari Bapak

semasa perkuliahan hingga sekarang, dan terima kasih atas segala bantuan

yang diberikan selama masa perkuliahan, serta saat perwalian.

5. Ibu Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si., selaku Dosen Prodi Ilmu Hubungan

Internasional. Terima kasih untuk segala ilmu dan pengetahuan yang telah

Ibu ajarkan kepada saya semasa perkuliahan, juga untuk segala masukan

serta kritik yang sangat membangun untuk penulisan skripsi ini.

6. Ibu Sylvia Octa Putri, S.IP., selaku Dosen Prodi Ilmu Hubungan

Internasional. Terima kasih untuk segala ilmu dan pengetaguan, serta

motivasi selama perkuliahan.

7. Teteh Dwi Endah Susanti, S.E., selaku Sekertariat Ilmu Hubungan

Internasional. Makasih Teh buat bantuannya baik dalam hal administrasi

maupun hal-hal lainnya yang berhubungan dengan kegiatan perkuliahan.

8. Seluruh Dosen Luar Biasa Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

(11)

v

telah memberikan bantuan dalam pemberian bahan-bahan yang diperlukan

dalam penyusunan Skripsi.

10.EUROPE Direct contact center, dan ELARG-INFO team yang telah

membantu peneliti dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam

penyusunan skripsi.

11.Ibu Arni Sukarsah, dan Ayah Uson Karsono, selaku orangtua. Mira ucapkan

terimakasih yang teramat sangat atas doa yang tidak pernah putus

dipanjatkan, kasih sayang yang tak terhingga, didikan, nasehat,

kepercayaan, motivasi, dan dukungan sampai dengan saat ini. Terima kasih

telah menjadi orang tua yang sangat luar biasa. Serta untuk adik-adikku

tercinta, Agung Lesmana dan M. Sajida Prayoga untuk bantuan dan

semangat yang kalian berikan.

12.Terima kasih untuk keluarga besar di Garut, terima kasih banyak atas

dukungannya.

13.Teman-teman seperjuangan di Program Studi HI, serta teman-teman (tidak)

senasib tapi seperjuangan lainnya di HI 2006. Nadhea Lady, Intan Sarah

Augusta, Derliana, Amir Mubarak, Edoardo Mote, Ciptani Sita Permana,

Hario Rizki, Anggie Chintamy, Triya W Sakti, Adi Rusdinsyah, Imannuel

Keintjem, Tri Farida, Riesta Gema, Aditya N Saputra, Susi Pesta, Taufik

(12)

vi

atas segala bantuan, masukan dan semangatnya sampai sekarang, dan selalu

bisa menjadi tempat bertanya.

14.Terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu

atas bantuannya untuk menyelesaikan skripsi ini. Kalian semua selalu ada

dalam doa terima kasih terdalamku.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu peneliti

terbuka untuk menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan

di masa mendatang.

Bandung, Juli 2014

Penulis

(13)

113 DATA PRIBADI

Nama : Miranti Purnamasari

Nama Panggilan : Mira

Tempat dan Tanggal Lahir : 17 November 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Telepon : 085624883170

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Uson Karsono

Pekerjaan : Wiraswasta

Nama Ibu : Arni Sukarsah

Pekerjaan : PNS

Alamat Orang Tua : Mekarsari Timur No. 56, Bekasi

Motto : Never give up, keep trying

(14)

114 Indonesia, Bandung

2 2006-2004 SMA Negeri 1 Malangbong Bersertifikat

3 2004-2003 SMA Negeri 9 Bekasi -

4 2003-2000 SMP Negeri 1 Tambun Bersertifikat

5 2000-1994 SD Negeri Mekarsari 04 Tambun Bersertifikat

PENGALAMAN ORGANISASI

No Tahun Uraian Keterangan

1 2006-2007 Anggota, bagian Mading -

PELATIHAN DAN SEMINAR

NO TAHUN URAIAN KETERANGAN

1 2006 Peserta, “OLIMPUS”, Gedung Sasana Budaya

GANESA dan Gedung C-TRA AREA Bersertifikat

2 2007 Peserta, Seminar, “Peningkatan Kualitas Perempuan

dalam Era Globalisasi”, Auditorium UNIKOM Bersertifikat

3 2007 Peserta, Pelatihan, “Table Manner Course”, Hotel The

Jayakarta, Bandung Bersertifikat

4 2008 Panitia, Seminar, “UE dan Isu-Isu Global”, Auditorium

UNIKOM Bersertifikat

5 2008

Peserta, “Comparative Study of International Relation

Science Department of UNIKOM”, Kedutaan Palestina,

Jakarta

Bersertifikat

6 2009

Peserta, Seminar, “The Future of United States of

America –Indonesia Relationship”, Auditorium

UNIKOM

Bersertifikat

7 2009 Panitia, “MAKRAB jurusan HI”, Alam Sejuk, Bandung Bersertifikat

8 2009

Peserta, Seminar, “Membentuk Kader-Kader Pemimpin bangsa yang Berkualitas, Kompeten, Bertanggungjawab,

Penuh Dedikasi”, Auditorium UNIKOM Bersertifikat

9 2010 Peserta, Pelatihan, “Table Manner Bertaraf Internasional”, Hotel Golden Flower, Bandung Bersertifikat

10 2010 Peserta, Simulasi, “13

th ASEAN Summit Meeting on

(15)

115 2 Operasionalisasi Multimedia Design

Bandung, Agustus 2014 Hormat saya

(16)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

untuk mendorong terbentuknya integrasi Eropa. Pada saat itu, Eropa mengalami

depresi ekonomi akibat perang. Selain kalah perang, negara-negara di Eropa juga harus

membayar biaya perang yang dikeluarkan negara-negara pemenang perang. Sehingga

hampir semua birokrasi pemerintahan dan infrastrukturnya tidak dapat dijalankan

dengan benar. Akibatnya terjadi keterpurukan ekonomi, kelaparan serta kekurangan

lapangan kerja juga menyebabkan angka kriminalitas semakin meninggi. Kekacauan

di Eropa pasca perang mengundang perhatian lebih dari masing-masing pemimpin

negara yang kemudian bersepakat untuk secara perlahan memperbaiki keadaan

ekonomi Eropa yang nantinya akan sedikit demi sedikit membangkitkan Eropa secara

keseluruhan.

Negara-negara di Eropa pada awalnya membentuk The European Coal and Steel

Community atau masyarakat Eropa untuk batu bara dan baja yang juga dikenal sebagai

Montanuinion pada tahun 1951. Adapun enam negara sebagai pendirinya adalah

Belgia, Jerman, Perancis, Italia, Luxemburg, dan Belanda. ECSC merupakan sebuah

(17)

Eropa selama Perang Dingin dan menciptakan fondasi bagi perkembangan modern Uni

Eropa. ECSC merupakan organisasi pertama yang didasarkan pada prinsip-prinsip

supranasionalis. ECSC kemudian berkembang menjadi European Economic

Community pada tahun 1957. Keenam negara yang tergabung dalam ECSC

memperluas kerja sama ekonomi mereka bukan hanya di bidang batu bara dan baja

tetapi juga segala aspek ekonomi. Pada tahun 1973, dimana pada saat itu EEC telah

berganti nama menjadi European Community (EC), Inggris, Denmark, dan Irlandia

bergabung dengan EC, hal ini menyebabkan komunitas regional ini berkembang.

Mereka tidak hanya bekerja sama dalam bidang ekonomi tetapi juga mulai merambah

bidang politik dan pertahanan keamanan

(http://europa.eu/about-eu/eu-history/1945-1959/index_en.htm diakses pada 20 Agustus 2014).

Untuk mempermudah proses perdagangan dan menguatkan integrasi Eropa maka

tahun 1985 ditandatanganilah perjanjian Schengen yang kemudian diikuti dengan

Single European Act pada tahun 1986. Kedua hal ini menghadirkan semangat baru

bagi terintegrasinya Eropa. Akhirnya, pada tahun 1992, terbentuklah traktat Maastrict

(Treaty of European Union (TEU)) yang melahirkan Uni Eropa yang berdiri diatas tiga

pilar utama, yaitu:

1. Komunitas Eropa (European Communities)

2. Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Bersama (Common Foreign and Security

Policy (CFSP), dan

(18)

Ketiga pilar inilah yang menjadi landasan kebijakan utama yang dikeluarkan dan

diterapkan secara menyeluruh pada setiap negara anggota. Kebijakan utama memang

terlihat sebagai kebijakan yang dirancang untuk internal Uni Eropa. Namun,

internalitas kebijakan-kebijakan Uni Eropa tidak terlepas nantinya dengan kebijakan

eksternal Uni Eropa sebagai organisasi kerjasama internasional. Dapat dikatakan di

dalam kesatuan wilayah Uni Eropa, batas negara tidak lagi terlalu diperhatikan, namun

bukan berarti masing-masing negara dapat mengambil wilayah negara lain. Justru

kesatuan ini dinilai dapat meminimalisasi konflik wilayah yang bisa saja terjadi ketika

mereka bukan bagian dari satu kesatuan Uni Eropa

(http://europa.eu/abc/12lesson/index_en.htm diakses pada 14 Januari 2014).

Uni Eropa sebagai kesatuan ekonomi dinilai sebagai negara dengan pencapaian

GDP yang lumayan tinggi. Akan tetapi, kemakmuran negara-negara anggotanya yang

tidak sama menjadi sandungan ketika kebijakan akan dikeluarkan. Kebijakan untuk

pencapaian ekonomi setiap negara didasarkan oleh keadaan ekonomi negara tersebut.

Di Uni Eropa terdapat negara maju dan negara berkembang yang memiliki kepentingan

ekonomi dan keadaan ekonomi yang jelas berbeda, sehingga penentuan kebijakan

ekonomi akan mengalami ketimpangan dalam pengaplikasiannya. Salah satu tujuan

pendirian Uni Eropa adalah menjadikan Eropa sebagai kekuatan ekonomi yang

diperhitungkan dalam perdagangan global saat ini. Negara-negara anggota baru Uni

Eropa yang cenderung di bawah rata-rata diharapkan mampu berkembang dengan baik

karena dibantu oleh negara-negara Uni Eropa lainnya yang merupakan satu kesatuan

(19)

Sebagai satu-satunya organisasi regional, Uni Eropa semenjak pendiriannya telah

melakukan banyak penambahan anggota atau dalam kata lain telah melakukan

perluasan keanggotaan atau enlargement. Kebijakan enlargemen ini bertujuan untuk

memperluas wilayah Uni Eropa sehingga dengan otomatis akan terjalin kerja sama

yang lebih luas. Selain itu melalui enlargement, Uni Eropa bertujuan untuk

membangun integrasi yang lebih mendalam dengan membawa nilai-nilai perdamaian

dan kebebasan, demokrasi, keadilan dan hukum, serta toleransi dan solidaritas. Saat ini

Uni Eropa telah memiliki 28 negara anggota, dengan masuknya Kroasia pada 2013, hal

ini juga menyebakan bertambah luasnya pasar tunggal yang mampu meningkatkan

kesejahteraan, kemampuan berkompetisi, dan pengaruh Uni Eropa dibandingkan

dengan sebelumnya, yaitu EEC yang hanya beranggotakan enam negara.

Setiap negara Eropa yang menghormati prinsip-prinsip kebebasan, demokrasi,

menghormati hak asasi manusia dan kebebasan dasar, dan aturan hukum dapat

mengajukan permohonan untuk menjadi anggota, sesuai dengan artikel 2 dan 49 dari

The Treaty on European Union. Setelah mengajukan diri untuk menjadi kandidat

anggota baru Uni Eropa, negara tersebut akan melalui suatu proses yang panjang dan

ketat. Aplikasi permohonan untuk bergabung dengan Uni Eropa diserahkan kepada

European Council, kemudian The European Commission akan memberikan pendapat

resmi mengenai negara tersebut. Setelah mendapat pendapat dari The European

Commission, European Council akan memutuskan apakah negara tersebut diterima

menjadi negara potensial kandidat anggota Uni Eropa atau tidak. Setelah disetujui,

(20)

Eropa dapat dimulai

(http://ec.europa.eu/enlargement/the-policy/conditions-for-enlargement/index_en.htm, diakses pada 27 Juni 2014)

Selain itu, setiap negara yang ingin bergabung dengan Uni Eropa juga harus dapat

memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa yang disebut

Copenhagen Criteria. Kriteria inilah yang secara resmi dikeluarkan oleh Uni Eropa

dan wajib dipenuhi oleh setiap negara yang hendak menjadi anggota. Kriteria ini terdiri

dari tiga yaitu:

1. Politik: merupakan negara demokrasi, berdasarkan hukum, menghargai HAM

dan hak-hak kaum minoritas.

2. Ekonomi: memiliki perekonomian yang baik dan memiliki kapasitas untuk

bersaing dengan negara Uni Eropa lainnya.

3. Memenuhi acquis communautaire.

Apabila kriteria-kriteria diatas dapat terpenuhi, maka negara tersebut dapat

menjadi negara kandidat untuk bergabung dengan negara anggota. Tetapi walaupun

sebuah negara telah menjadi negara kandidat, hal ini bukan berarti perundingan formal

telah dibuka, untuk memulai sebuah negosiasi atau perundingan, negara tersebut harus

mendapat persetujuan dari semua anggota Uni Eropa. Dalam penerimaan anggota baru

terdapat dua kategori, yaitu negara kandidat, dan negara potensial kandidat.

Kriteria untuk negara kandidat dan negara potensial sama seperti yang telah

disebutkan dalam Copenhagen Criteria, namun perbedaan keduanya terletak pada

(21)

merupakan negara yang telah atau hampir memenuhi Copenhagen Criteria, sehingga

dapat memasuki tahap pembukaan perundingan untuk selanjutnya dapat menjadi

negara kandidat resmi, selain itu negara-negara anggota menyetujui kandidat-kandidat

tersebut walaupun persetujuan tersebut terkadang diikuti oleh berbagai syarat yang

diajukan negara anggota. Sedangkan untuk negara potensial merupakan negara-negara

yang masih mendapat ketidaksetujuan dari sebagian negara-negara anggota Uni Eropa.

Selain itu, negara potensial kandidat merupakan negara-negara yang diberikan prospek

oleh Uni Eropa dalam hal keanggotaan dan akan diangkat menjadi kandidat apabila

negara-negara tersebut telah siap. Negara-negara yang termasuk dalam potensial

kandidat berasal dari negara Balkan Barat.

Wilayah Balkan tidak luput dari perhatian Uni Eropa dalam hal enlargement.

Sejak awal tahun 1990-an, Eropa telah menjadikan wilayah Balkan sebagai wilayah

perluasan selanjutnya. Dari negara di wilayah Balkan, terdapat dua negara yang

sekarang menjadi anggota Uni Eropa, negara tersebut adalah Yunani, dan Kroasia.

Untuk wilayah Balkan, Hubungan Uni Eropa dengan negara-negara Balkan Barat

berlangsung dalam kerangka khusus yang dikenal sebagai proses stabilisasi dan

asosiasi (SAP) yang memiliki tujuan untuk mensstabilisasi negara secara politik dan

mendorong transisi mereka ke ekonomi pasar, mempromosikan kerjasama regional,

dan akhirnya keanggotaan Uni Eropa. Proses ini diharapkan dapat membantu

negara-negara tersebut dalam membangun kapasitas mereka untuk mengadopsi dan

(22)

(http://ec.europa.eu/enlargement/policy/steps-towards-joining/index_en.htm diakses

pada 20 Agustus 2014).

Salah satu negara potensial yang dipertimbangkan oleh Uni Eropa adalah Kosovo

(under UNSCR 1244/99). Uni Eropa sejak tahun 1999 telah membantu Kosovo (under

UNSCR 1244/99), terutama pada saat itu adalah untuk membantu Kosovo (under

UNSCR 1244/99) menyelesaikan permasalahannya yaitu mencari jalan damai bagi

perselisihan yang terjadi dengan Serbia, selain itu juga Uni Eropa mencoba untuk

meningkatkan perekonomian negara Kosovo (under UNSCR 1244/99) itu sendiri

terlepas dari konfliknya dengan Serbia. Kosovo (under UNSCR 1244/99) juga menurut

Uni Eropa memiliki “European Perspective” yang jelas, selain itu juga sejalan dengan perspektif Eropa di daerah Balkan Barat. Karena hal itulah UE tetap berkomitmen

menjalankan perannya sebagai aktor utama dalam memastikan stabilitas Kosovo

(under UNSCR 1244/99) dalam berbagai bidang. Selain itu pemilihan Kosovo (under

UNSCR 1244/99) menjadi negara potensial kandidat juga merupakan salah satu upaya

Uni Eropa untuk menggandeng wilayah Balkan Barat agar bergabung dengan UE

sehingga keinginan UE untuk bisa mengintegrasikan seluruh wilayah Eropa menjadi

satu kesatuan dapat terlaksana (http://en.wikipedia.org/wiki/Accession_of_ Kosovo

_to_the_European_Union diakses pada 5 Juni 2014).

Selain hal-hal diatas, apabila Uni Eropa berhasil mengajak Kosovo (under

UNSCR 1244/99) menjadi anggota Uni Eropa, maka Kosovo (under UNSCR 1244/99)

(23)

ekonomi yang berkelanjutan yang nantinya akan membawa European Perspective

yang lebih baik, dan dapat memfasilitasi stabilisasi untuk seluruh wilayah Balkan

Barat. Hal ini juga merupakan sebuah kontribusi yang bermanfaat mengenai kebijakan

Uni Eropa terhadap negara-negara Balkan Barat. Karena hal-hal itulah Uni Eropa tetap

menjadikan Kosovo (under UNSCR 1244/99) sebagai negara potensial kandidat

walaupun terdapat lima negara anggota (Siprus, Yunani, Rumania, Slovakia, Spanyol)

yang masih tidak menyetujui kedaulatan Kosovo (under UNSCR 1244/99).

Langkah pertama yang diambil oleh Uni Eropa ketika berada di Kosovo (under

UNSCR 1244/99) adalah dengan membuka kantor sekretariat Uni Eropa di Pristina

yang merupakan ibukota Kosovo (under UNSCR 1244/99). Tujuan dari pembukaan

sekretariat ini adalah untuk mengiringi perubahan-perubahan yang akan dilakukan oleh

Kosovo (under UNSCR 1244/99) berdasarkan penerapan dari rekomendasi kemitraan

Eropa dan juga berperan untuk membantu Kosovo (under UNSCR 1244/99) dalam

masalah keuangan yang dihadapinya. Sebagai negara potensial kandidat, Kosovo

(under UNSCR 1244/99) berhak mendapatkan bantuan dana yang diberikan oleh Uni

Eropa yang dikhususkan bagi negara-negara kandidat, dan negara potensial kandidat,

yaitu pemberian dana bantuan melalui program IPA yang dicanangkan mulai dari tahun

2007 dan berakhir pada tahun 2013

(www.euintheus.org/ehat-we-do/policy-areas/european-enlargement-neighbourhood/ potential-candidate-countries diakses

pada 21 Agustus 2014).

Program IPA (Instrumen Pre-Accession Assistance) yaitu sebuah program yang

(24)

kandidat dan negara-negara potensial yang akan bergabung dengan Uni Eropa. Fokus

utama dari program IPA ini adalah memperkuat institusi demokrasi, melindungi HAM

dan kebebasan, dan menghormati hak-hak kaum minoritas, kerjasama regional yang

melewati batas negara, perubahan ekonomi dan administratif, pembangunan ekonomi

dan sosial, serta rekonsiliasi dan rekonstruksi

(http://www.2007-2013.eu/by_scope_ipa.php diakses pada 9 Maret 2014). Bantuan yang diberikan

melalui program ini merupakan bantuan dana yang diberikan dalam jumlah tertentu

yang akan dialokasikan kepada beberapa sektor-sektor agar dapat menjadi lebih baik,

sehingga negara-negara tersebut dapat memenuhi kriteria-kriteria yang diberikan oleh

Uni Eropa untuk bergabung menjadi negara anggota. Sektor-sektor tersebut adalah

kriteria politik, ekonomi, stardar Eropa dan kegiatan pendukung. Komisi Eropa adalah

badan yang diberikan tanggung jawab atas manajemen IPA.

Semenjak kemerdekaanya pada tahun 2008, keadaan Kosovo (under UNSCR

1244/99) terpuruk dengan harcurnya sistem infrastruktur, perekonomian yang semakin

memburuk yang diakibatkan oleh semakin banyaknya pengangguran, berkurangnya

lapangan pekerjaan yang diakibatkan hancurnya sebagian fasilitas-fasilitas umum,

serta kantor-kantor sebagai akibat dari perang yang terjadi. Karena itulah pembangunan

kembali berbagai infrastruktur di negara ini sangat diperlukan, hal ini dapat terlaksana

dengan adanya bantuan-bantuan yang diberikan untuk memulihkan keadaan negara

seperti semula.

Program bantuan IPA yang diberikan oleh Uni Eropa telah membantu Kosovo

(25)

Pasca kemerdekaan sampai dengan tahun 2012, bantuan dana yang diberikan melalui

program IPA kedalam berbagai sektor telah membantu Kosovo (under UNSCR

1244/99) dalam membangun kembali berbagai fasilitas-fasilitas yang telah hancur,

serta dalam memperbaiki fasilitas-fasilitas yang telah ada sehingga menjadi lebih baik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul:

“Peranan Uni Eropa Melalui Program IPA (Instrumen Pre-Accession Assistance) Dalam Membangun Perekonomian Kosovo (2008-2012)”.

Ketertarikan penulis untuk mengambil penelitian ini juga didasarkan atas

beberapa mata kuliah yang penulis ambil dari Program Studi Ilmu Hubungan

Internasional, diantaranya adalah:

1. Organisasi dan Administrasi Internasional, yang mempelajari tentang

organisasi internasional sebagai sebuah actor dalam hubungan internasional

yang memiliki landasan-landasan hukum yang sah sehingga dapat melakukan

kegiatan kerjasama ataupun kegiatan lain dengan organisasi lain atau dengan

sebuah negara. Hal ini membantu penulis untuk mengetahui struktur

organisasi dari Uni Eropa serta fungsi dari bagian-bagian yang ada di

organisasi ini.

2. Hubungan Internasional di Eropa, yang dapat membantu penulis dalam

memahami masalah-masalah apa saja yang terjadi di kawasan ini serta

(26)

yang sudah terjadi maupun yang masih terjadi sampai saat ini.

1.2Perumusan Masalah

1.2.1Rumusan Masalah Mayor

Bagaimana perkembangan perekonomian Kosovo (under UNSCR 1244/99)

setelah bantuan yang diberikan oleh Uni Eropa melalui program IPA?

1.2.2 Rumusan Masalah Minor:

1. Apa yang melatarbelakangi UE dalam membantu Kosovo (under UNSCR

1244/99)?

2. Bagaimanakah hasil dari bantuan-bantuan melalui program IPA terhadap

perekonomian Kosovo (under UNSCR 1244/99)?

3. Bagaimanakah keadaan perekonomian Kosovo (under UNSCR 1244/99) setelah

mendapat bantuan dari UE melalui IPA?

4. Bagaimanakah prospek perekonomian Kosovo (under UNSCR 1244/99) di masa

yang akan datang?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dilakukan penelitian ini adalah menganalisa sejauh mana bantuan yang

diberikan oleh Uni Eropa dapat membantu pengembangan ekonomi negara Kosovo

(27)

1.3.2Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian Kosovo (under UNSCR

1244/99) pasca kemerdekaan

2. Untuk mengetahui sejauh mana peranan dan bantuan yang diberikan Uni

Eropa melalui program IPA dalam membantu membangun perekonomian

Kosovo (under UNSCR 1244/99) menjadi lebih baik

3. Untuk mengetahui bagaimana kondisi perekonomian Kosovo (under UNSCR

1244/99) setelah mendapat bantuan dari Uni Eropa melalui program IPA

1.4 Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Praktis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran

bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Hubungan

Internasional.

b. Kegunaan Teoritis

Melalui penelitian ini diharapkan dapat membantu menambah pengetahuan dan

wawasan bagi para peneliti mengenai peranan organisasi internasional serta

pentingnya perekonomian terhadap keberlangsungan suatu negara, seperti

peranan Uni Eropa dalam membantu perekonomian Kosovo (under UNSCR

(28)

13 2.1 Tinjauan Pustaka

Dalam sebuah jurnal ilmiah yang berasal dari Journal of Knowledge

Management, Economics and Information Technology vol 5 pada hal 1-21 yang

ditulis oleh Bashkim Mustafa dengan judul “Criteria for Allocation of Grants from

the Central Budget for the Municipalities in Kosovo” pada tahun 2011, meneliti mengenai pengalokasian dana yang diberikan oleh UNMIK terhadap Kosovo.

Pemberian dana ini disalurkan melalui program “treasury system” yang merupakan sebuah sistem yang sama dengan sistem yang digunakan oleh organisasi anggaran

pemerintah pusat. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa walaupun

telah melalui banyak tantangan yang harus dilewati dikarenakan perubahan status

negaranya, Kosovo telah memberikan kemajuan yang berarti dalam infrastruktur

resmi dalam pengalokasian dana dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

Kosovo telah berkelanjutan membuat perubahan dalam pengalokasian dana, yang

disesuaikan dengan perubahan keadaan negaranya, walaupun terdapat banyak

masalah dan juga kurangnya data yang akurat mengenai sensus kependudukan

(www.scientificpapers.org/economics/criteria-for-allocation-of-grants-from-the-central-budget-for-the-municipalities-in-kosovo/ diakses 26 April 2014).

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang harus dimasukkan

(29)

ekonomi dari tiap daerah, tingkat kerusakan akibat perang, serta pembentukan dana

tambahan untuk kota berkembang. Apabila kriteria-kriteria diatas dapat

dimasukkan dalam pertimbangan ketika akan menyalurkan dana yang diberikan

kepada pemerindah daerah, maka pengalokasian dana-dana untuk memajukan

daerah tersebut akan lebih efektif dan lebih merata di berbagai bidang, sehingga

ketidakpuasan akan lebih berkurang bila dibandingkan dengan pengalokasian dana

yang tidak merata. Pengalokasian dana-dana ini seperti dalam bidang pendidikan

dan kesehatan, terutama dalam bidang pendidikan, yang akan dijadikan standar

pendidikan masyarakat Kosovo, yang mempunyai misi untuk bergabung dengan

UE

Hal ini sama seperti pemberian bantuan yang diberikan oleh UE melalui IPA

(Instrumen Pre-Accession Assistance) yang dialokasikan ke berbagai bidang

perekonomian Kosovo yang diharapkan dapat mampu menigkatkan pertumbuhan

dan perkembangan ekonomi negara Kososo (under UNSCR 1244/99) di saat ini dan

masa yang akan datang. Pengalokasian dana ini juga diharapkan dapat dibagikan

secara merata di semua bidang-bidang perekonomian, sehingga hasil yang

diharapkan dapat tercapai dengan sempurna.

Dalam penelitian ilmiah yang dilakukan oleh Brillian Budi Nurani pada

tahun 2003 yang berjudul Peran Uni Eropa dalam Menyelesaikan Krisis Keuangan

di Siprus, penulis merujuk penelitian ini karena penelitian ini merupakan salah satu

dari sedikit kajian yang membahas bagaimana peran Uni Eropa sebagai organisasi

kawasan dalam membantu permasalahan yang terjadi pada negara di kawasan

(30)

organisasi kawasan membantu Siprus agar keluar dari krisis yang terjadi sebagai

dampak dari Domino Effect krisis Yunani.

Budi Nurani selaku penulis menjelaskan bahwa krisis yang terjadi di Siprus

sebagai Domino Effect dari krisis Yunani yang menyebabkan tertahannya investasi

keuangan Siprus dan ketidaksanggupan Yunani untuk mengembalikannya sesuai

dengan tanggal jatuh temponya. Selain itu, juga mengakibatkan terhambatnya

kegiatan perekonomian Siprus dan terancam tertutupnya bank-bank di Siprus.

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Siprus namun masih tidak berhasil,

karena itulah Siprus meminta bantuan dari Uni Eropa sebagai organisasi regional

untuk membantu menyelesaikan permasalahan di negaranya. Uni Eropa yang

merupakan satu-satunya organisasi regional di Eropa berkewajiban membantu

negara yang kesulitan di kawasan Eropa, bantuan yang di berikan oleh Uni Eropa

kepada Siprus berupa bantuan bailout sebesar 9 miliar Euro yang disertai dengan

paket program penyesuaian ekonomi yang akan membahas tentang tantangan fiscal

dan structural keuangan jangka pendek dan jangka menengah yang dihadapi oleh

Siprus.

Berdasarkan penelitian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Uni Eropa

sebagai organisasi kawasan di Eropa benar-benar menjalankan perannya sebagai

satu-satunya organisasi regional dengan berupaya semampunya dalam membantu

setiap permasalahan yang terjadi di wilayah Eropa. Hal ini juga termasuk bantuan

yang diberikan kepada Kosovo yang merupakan salah satu negara termiskin di

Eropa yang memiliki tingkat kemiskinan yang tinggi, serta rendahnya lapangan

(31)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Rosi Dwi Fitri Aprilia dari

Universitas Negeri Malang pada tahun 2012 yang berjudul Peran UNMIK Dalam

Pemulihan negara Kosovo Pasca Konflik Etnis Serbia dan Albania, dalam

penelitian tersebut Aprilia menyimpulkan bahwa PBB sebagai sebuah organisasi

penjaga pendamaian dunia yang berkewajiban untuk melakukan tindakan-tindakan

yang dianggap perlu untuk menjaga dunia agar dapat tertib, aman dan damai perlu

mengambil tindakan dalam konflik yang terjadi di Kosovo sehingga masalah tidak

berlarut-larut. Peranan PBB dalam hal ini, yaitu dengan membentuk suatu

organisasi yang disebut UNMIK (United Nations Interim Administration for

Kosovo), yaitu badan khusus yang ditugaskan untuk membentuk pemerintahan

administrasi di Kosovo pasca lengsernya Milosevic. Tugas UNMIK meliputi

pembangunan kembali sarana dan prasarana yang ada di Kosovo antara lain sarana

kesehatan, pendidikan, perbankan, keuangan, pos dan telekomunikasi, hukum, dan

ketertiban masyarakat. Pasca konflik yang terjadi di Kosovo, negara ini banyak

mengalami kehancuran di berbagai bidang.

PBB mempunyai agenda perdamaian yang disebut dengan An Agenda for

Peace (Agenda untuk Perdamaian) yang dijadikan dasar UNMIK untuk bertugas di

Kosovo meliputi Diplomasi Preventif, Peacemaking, Peacekeeping, dan

Peacebuilding. Melalui dasar-dasar inilah UNMIK mulai melakukan

perbaikan-baikan dalam sector ekonomi dengan membangun kembali sarana kesehatan dan

pendidikan yang rusak pada saat konflik, secara bertahap UNMIK juga mendorong

pertumbuhan ekonomi dengan cara memberikan bantuan kepada masyarakat yag

(32)

bidang ekonomi menjadi prioritas utama UNMIK dikarenakan pembangunan di

bidang ini dapat membantu pembangunan di bidang-bidang lainnya.

Melalui penelitian diatas, penulis melihat pentingnya peranan suatu

organisasi internasional dalam pembangunan ekonomi suatu negara terutama pasca

konflik yang terjadi, sama seperti Uni Eropa yang telah berada di Kosovo ketika

negara ini masih berkonflik dengan Serbia hingga saat ini Kosovo telah merdeka,

Uni Eropa tetap memberikan bantuan agar Kosovo tetap dapat memulihkan

perekonomian pasca perang, serta dapat melanjutkan pembangunan ekonomi

menjadi lebih maju dan lebih stabil di masa yang akan datang.

2.2. Kerangka Pemikiran

2.2.1. Hubungan Internasional

Hubungan internasional merupakan suatu hubungan yang dilakukan oleh

bangsa-bangsa atau negara-negara, atau merupakan suatu hubungan yang bersifat

global yang meliputi semua hubungan yang terjadi yang melewati dan melampaui

suatu batas-batas kenegaraan. Menurut Johari, hubungan internasional pada

dasarnya merupakan suatu studi mengenai interaksi antar aktor, baik negara

maupun aktor non-negara, yang berlangsung di dalam sistem internasional dan

hubungan yang dijalin dapat berbentuk hubungan ekonomi, sosial budaya, maupun

politik, yang memiliki konsekuensi-konsekuensi penting bagi aktor-aktor lainnya

(33)

Pada dasarnya hubungan internasional terjadi karena keinginan

negara-negara untuk mengadakan kerjasama dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,

serta untuk mencapai tujuan negaranya, suatu negara tidak akan bisa memenuhi

kebutuhan hidupnya sendiri, ia akan membutuhkan bantuan dari negara lain agar

dapat terus bertahan. Oleh karena itu, dalam pemenuhan kebutuhan serta

pencapaian tujuan yang diinginkan, maka suatu negara akan mengadakan suatu

hubungan internasional dengan negara lain. Hubungan internasional menjadi

penting bagi suatu negara, karena tidak ada negara yang dapat berdiri sendiri tanpa

ada bantuan dari negara lain. Melalui hubungan internasional yang terjalin inilah,

pencapaian tujuan negara akan lebih mudah dilakukan dan akan lebih cepat

terlaksana.

Perwita dan Yani dalam buku Pengantar Ilmu Hubungan Internasional,

menyatakan bahwa:

"Studi tentang Hubungan Internasional banyak diartikan sebagai suatu studi tentang interaksi antar aktor yang melewati batas-batas negara. Terjadinya Hubungan Internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya saling ketergantungan dan bertambah kompleksnya kehidupan manusia dalam masyarakat internasional sehingga interdependensi tidak memungkinkan adanya suatu negara yang menutup diri terhadap dunia luar.” (Perwita & Yani, 2005: 3-4).

Suatu hubungan inernasional tercipta dengan adanya interaksi antar

beberapa aktor yang berpartisipasi dalam politik internasional, yang meliputi

negara-negara, organisasi internasional, organisasi non pemerintah, kesatuan

sub-nasional seperti birokrasi dan pemerintah domestik serta individu-individu. Negara

merupakan aktor penting yang berperan dalam terciptanya suatu hubungan

(34)

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Akan tetapi sekarang ini, dalam melakukan

suatu hubungan internasional tidak hanya terbatas bagi negara saja, tetapi hal ini

juga dapat dilakukan oleh organisasi-organisasi yang ada di negara tersebut, bahkan

juga dapat dilakukan oleh individu secara langsung untuk memenuhi kebutuhan

masing-masing.

Tujuan utama dari studi hubungan internasional seperti yang disampaikan oleh Mas’oed adalah:

Tujuan utama dari studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional, yaitu perilaku aktor, negara maupun non negara, didalam arena transaksi internasional, dimana perilaku tersebut bisa berwujud perang, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi internasional dan sebagainya (Mas’oed, 1994: 31-32).

Berdasarkan tujuan diatas, studi hubungan internasional mempelajari setiap

perilaku yang dilakukan oleh para aktor internasional ketika melakukan hubungan

dengan aktor-aktor internasional lainnya, proses pembelajaran perilaku ini tidak

hanya terbatas pada kerjasama yang dilakukan, tetapi juga mencakup perselisihan

yang berakibat terjadinya perang antar negara, serta mempelajari bagaimana sebuah

interaksi yang dilakukan oleh para aktor internasional akan mengahsilkan sebuah

aliansi dengan aktor lain yang memiliki kepentingan yang sama.

2.2.2 Organisasi Internasional

2.2.2.1 Definisi dan Klasifikasi Organisasi Internasional

Berbagai pengertian mengenai organisasi internasional dikemukakan untuk

(35)

komunitas internasional sehingga dapat diakui sebagai salah satu aktor

internasional. Salah satunya adalah yang diungkapkan oleh T. May Rudi, yaitu

organisasi internasional merupakan pola kerjasama yang melintasi batas-batas

negara, dengan didasari pada struktur organisasi yang lingkupnya jelas serta

melaksanakan fungsi secara berkesinambungan dan melembaga guna

mengusahakan tercapainya tujuan-tujuan yang disepakati bersama, baik antara

pemerintah dengan pemerintah maupun sesame kelompok non pemerintah pada

negara yang berbeda (May Rudi, 1993: 3).

Organisasi internasional akan mempengaruhi kebijakan luar negeri

anggotanya melalui partisipasi mereka dalam organisasi tersebut. Keberadaan

organisasi internasional ini serta kebutuhan partisipasi dianggap sebagai magnet

yang menarik kearah perubahan dalam perilaku politik luar negeri dan proses

pembuatan keputusan dari negara-negara anggotanya. Salah satu alasan

terbentuknya organisasi internasional juga dikarenakan adanya kepentingan dan

kebutuhan setiap negara, serta adanya keinginan untuk bekerjasama secara

internasional yang memberikan manfaat dengan tidak melanggar kedaulatan dan

kekuasaan negara anggota.

Organisasi internasional biasanya terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu

Intergovernmental Organizations (IGOs) yang merupakan institusi yang

anggotanya adalah wakil delegasi resmi pemerintah negara-negara, serta

International NonGovernmental Organizations (INGOs) yang merupakan institusi

yang anggotanya terdiri dari anggota-anggota yang bukan perwakilan dari negara

(36)

individu dari suatu negara, serta International Organization Hybrid merupakan

suatu institusi yang anggotanya terdiri dari gabungan wakil-wakil pemerintah dan

non-pemerintah.

Dalam perkembangannya pengklasifikasian ini belum mencangkup aspek

penting lain yang terdapat dalam organisasi internasional. Karena itu

pengklasifikasian organisasi internasional ini kemudian dikembangkan kembali

oleh Frederic S. Pearson dan J. Martin Rochester kedalam tiga tipe, yaitu:

1. Keanggotaan

Berdasarkan keanggotaannya organisasi internasional dibagi dua tipe, yaitu: a. Inter Governmental Organizations (IGOs) merupakan bentuk organisasi internasional yang anggotanya dari pemerintahan nasional dan dibentuk melalui perjanjian antar negara.

b. Non Governmental Organizations (NGOs), organisasi ini beranggotakan individu-individu atau kelompok-kelompok privat yang berasal dari berbagai negara.

Beberapa organisasi internasional tidak seratus persen masuk dalam kategori IGO maupun NGO, contohnya seperti International Labour Organization (ILO) yang tidak hanya beranggotakan agen dari pemerintah saja tetapi juga beranggotakan persatuan-persatuan buruh dan kelompok-kelompok pekerja.

2. Letak Geografi

Berdasarkan letak wilayah suatu negara, organisasi internasional dapat dibedakan kedalam dua bentuk yaitu regional dan global. IGOs dan NGOs dapat berbentuk organisasi internasional regional bila anggota-anggotanya berasal dari kawasan tertentu, seperti Assosiation South East Asian Nation merupakan bentuk dari IGOs yang beranggotakan negara-negara Asia Tenggara saja. Sedangkan organisasi internasional yang dikatakan global bila anggota-anggotanya bebas dari seluruh negara dan ruang kerjanya tidak sebatas hanya suatu kawasan tertentu seperti halnya organisasi regional. Contoh dari organisasi yang bersifat global adalah International Civil Aviation Organization (ICAO) yang merupakan organisasi Penerbangan Sipil Internasional.

3. Fungsi

(37)

organizations, contohnya WHO dan FAO (Pearson dan Rochester, 1984: 319-324).

2.2.2.2 International Governmental Organizations (IGOs)

Organisasi antar pemerintah atau IGO merupakan salah satu bentuk dari

Organisasi Internasional yang terbentuk dari dua negara atau lebih. Di dalam

organisasi-organisasi ini, kepentingan dan kebijakan dari para anggota negara

diajukan oleh perwakilan dari negara-negara yang bersangkutan, keanggotaan di

IGOs ini bersifat penuh, legal sukarela dan terbuka bagi semua negara. Otoritas para

pembuat keputusan diberikan pada perwakilan pemerintah yang bergabung dalam

IGO (Willets dalam Baylis dan Smith, 2001: 376). Salah satu bentuk dari organisasi

internasional adalah IGO, dimana keanggotaan dalam organisasi ini merupakan

negara secara individual, dimana negara berperan dalam segala pengambilan

keputusan.

Menurut Coloumbis dan Wolfe, IGOs berdasarkan keanggotaan dan

tujuannya diklasifikasikan atas empat kategori, yaitu:

1. Organisasi yang keanggotaan dan tujuannya juga umum, organisasi ini ruang lingkupnya global dan melakukan berbagai fungsi, seperti keamanan, kerjasama sosial-ekonomi, dan lain-lain. Contohnya seperti PBB.

2. Organisasi yang keanggotaannya umum dan tujuannya terbatas dikenal juga dengan nama organisasi fungsional karena organisasi ini dikhususkan pada suatu fungsi yang spesifik. Contohnya seperti badan-badan PBB untuk kesehatan dunia (WHO).

3. Organisasi yang keanggotaannya terbatas dan tujuannya umum, merupakan organisasi regional yang fungsi dan tanggung jawab politik, sosial ekonomi dan keamanannya berskala luas. Contohnya seperti Organisasi Persatuan Afrika (OAU).

(38)

militer/pertahanan. Contoh organisasi sosial-ekonomi adalah Asosiasi Perdagangan Bebas Amerika Latin (LAFTA), sedangkan untuk contoh organisasi militer/pertahanan adalah aliansi yang pembentukannya berhubungan dengan militer, seperti pada perang dingin yaitu Pakta Warsawa dan NATO.

Berdasarkan kategori yang telah disebutkan diatas, Uni Eropa merupakan

salah satu IGOs yang dapat dikategorikan kedalam organisasi yang keanggotaannya

terbatas dan tujuannya umum. Anggota Uni Eropa harus negara-negara yang berada

di kawasan Eropa, terdapat persyaratan-persyaratan tertentu bila ingin menjadi

anggota Uni Eropa, selain itu Uni Eropa juga memiliki badan-badan khusus yang

menangani berbagai kajian masalah dan memiliki ruang lingkup yang luas seperti

kerjasama sosial ekonomi, perlindungan hak asasi manusia, serta keamanan.

2.2.2.3 Peranan Organisasi Internasional

Peranan dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi oleh

struktur-struktur tertentu, yang bergantung pada posisi atau kedudukan struktur-struktur serta

harapan lingkungan sekitar terhadap struktur tersebut. Peranan juga dapat

dipengaruhi oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari si pemeran dalam hal

ini individu maupun organisasi. Menurut Mas’oed, teori peranan merupakan

perilaku yang diharapkan akan dilakukan oleh suatu entitas yang menduduki suatu

posisi. Ini adalah perilaku yang dilekatkan pada posisi tersebut, diharapkan

berperilaku sesuai dengan sifat posisi tersebut.

Semua organisasi internasional memiliki struktur organisasi untuk

mencapai tujuannya. Apabila struktur-struktur tersebut telah menjalankan

(39)

demikian, peranan dapat dianggap sebagai fungsi baru dalam rangka pengejaran

tujuan-tujuan kemasyarakatan.

Konsep peranan dalam organisasi internasional baik intergovernmental

organizations (IGOs) maupun International NonGovernmental Organizations

(INGOs) menurut Clive Archer memiliki tiga peranan yang dapat dibedakan

menjadi tiga, yaitu:

1. Sebagai instrument, dalam artian organisasi internasional merupakan suatu alat bagi negara-negara untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu serta untuk memaksimalkan tujuan sesuai dengan kebijakan luar negerinya.

2. Sebagai arena atau forum, dimana tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pembahasan suatu masalah yang terjadi. Dalam hal ini, organisasi internasional menyediakan sebuah tempat pertemuan diantara anggota-anggotanya untuk berdiskusi maupun berargumen dalam mengungkapkan pandangannya mengenai suatu permasalahan. 3. Sebagai aktor. Dimana peran ini menunjukkan organisasi internasional

sebagai sebuah badan independen yang melaksanakan kebijakan-kebijakan yang telah disepakati bersama sebelumnya. Organisasi internasional sebagai sebuah aktor harus dapat bertindak secara independen tanpa dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu (Archer, 1983: 130-147).

Dalam hubungan internasional, negara merupakan aktor utama, dan

non-negara merupakan aktor sampingan, namun dalam hal ini organisasi internasional

bisa dikatakan merupakan sebuah sarana bagi negara untuk menyebarkan

kepentingan atau interest ke negara lain. Selain itu organisasi internasional juga

memiliki peran untuk membina perdamaian internasional dan juga menyelesaikan

sengketa maupun konflik yang terjadi baik bersifat regional maupun internasional.

Hal ini dikarenakan sebagian besar negara-negar yang berkonflik akan meminta

(40)

menyelesaikan konflik atau permasalahan yang sedang terjadi di negara tersebut,

baik itu masalah regional maupun masalah dengan negara lain.

2.2.2.4 Fungsi Organisasi Internasional

Organisasi internasional selain memiliki peranan tertentu dalam

organisasinya juga memiliki berbagai fungsi yang berguna agar organisasi

internasional tersebut tidak menyimpang dari tujuannya semula yang telah

disepakati bersama. Dalam melihat fungsi yang dijalankan oleh organisasi

internasional, Hass membagi fungsi organisasi internasional kedalam dua bagian

yaitu fungsi input dan output. Fungsi input yang dijalankan oleh organisasi

internasional pada dasarnya berhubungan dengan lembaga-lembaga pemerintah

dari system politik domestik negara-negara anggotanya. Fungsi input tersebut

antara lain:

1. Artikulasi, organisasi internasional merupakan tempat dimana aspirasi atau

keinginan dari negara-negara anggotanya disampaikan.

2. Agregasi, merupakan penyatuan dari berbagai macam aspirasi untuk

membentuk suatu sikap terpadu yang dijadikan sebagai acuan tindakan

organisasi internasional tersebut.

3. Sosialisasi, organisasi internasional mempunyai tugas sebagai agen uuntuk

mensosiialisasikan keputusan-keputusan yang telah disepakati kepada individu

atau kelompok dalam negara-negara anggotanya.

4. Rektuitmen, merupakan proses pencarian anggota baru dalam organisasi

(41)

5. Transaksi, berhubungan erat dengan komunikasi yang dilakukan antarnegara

anggota organisasi internasional tersebut.

Sementara itu, fungsi output menurut Haas merupakan fungsi-fungsi yang

berhubungan dengan peratura-peraturan dari suatu organisasi internasional, fungsi

output ini meliputi:

1. Rule Making, organisasi internasional memiliki fungsi sebagai pembuat peraturan-peraturan melalui prosedur dan mekanisme tertentu yang dimilikinya.

2. Rule Application, ketika peraturan ditetapkan, maka organisasi internasional tersebut juga harus menjadi pelaksana dari peraturan-peraturan tersebut.

3. Rule Supervision, organisasi internasional melalui badan khususnya bertugas untuk mengawasi sejauh mana pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan dan dijalankan (Haas dalam Rosenau, 1969: 133-134)

2.2.3 Bantuan Luar Negeri

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering

digunakan dalam hubungan luar negeri, secara umum bantuan luar negeri dapat

diartikan sebagai transfer sumber daya dari suatu pemerintah ke pemerintah yang

lain, baik itu berbentuk barang ataupun dana.

Menurut Sukirno dalam Perwita dan Yani, bahwa bantuan luar negeri pada

umumnya tidak ditujukan hanya untuk kepentingan jangka pendek, melainkan

untuk prinsip-prinsip kemanusiaan dan pembangunan ekonomi jangka panjang.

Setidaknya terdapat dua syarat aliran modal luar negeri yang merupakan bantuan

luar negeri :

1. Aliran modal dari luar negeri tersebut bukan didorong untuk mencari

(42)

2. Aliran modal dari luar negeri tersebut diberikan kepada negara penerima

atau dipinjamkan dengan syarat yang lebih ringan daripada yang berlaku

dalam pasar internasional.

Menurut Michael Todaro dalam buku Yanuar Ikbar, bantuan luar negeri

adalah bantuan yang meliputi semua pinjaman konsesional (suku bunga dan jangka

pembayaran kembali modal yang dipinjamkan secara lunak dibandingkan dengan

syarat-syarat yang berlaku bagi pinjaman komersial) dan bantuan pemerintah dalam

bentuk uang atau barang, mengalihkan sumber-sumber dari negara kaya ke negara

dunia ketiga dengan tujuan untuk pembangunan atau pemerataan pendapatan.

Bantuan luar negeri dapat dipilah menjadi bantuan berupa pemberian (hibah),

bantuan pinjaman dan bantuan berupa penanaman modal (investasi) asing (Ikbar,

1995: 207).

Saat ini masalah-masalah pembangunan dan kerjasama ekonomi menjadi

agenda utama dalam politik internasional. Teknik pemberian bantuan dapat

dilakukan secara bilateral maupun multilateral. Dengan kata lain, pemberian

bantuan luar negeri dapat dilakukan antar pemerintah (government to government),

melalui suatu organisasi internasional ataupun melalui lembaga keuangan

internasional seperti IMF dan World Bank. Ada empat motivasi dari negara para

pemberi bantuan atau negara donor dalam memberikan bantuan, diantaranya :

1. Motif kemanusiaan yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan di negara-negara dunia ketiga melalui dukungan kerjasama ekonomi 2. Motif politik yang memusatkan tujuan untuk meningkatkan image

(43)

3. Motif keamanan nasional, yang mendasarkan pada asumsi bahwa bantuan luar negeri dapat menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang akan mendorong stabilitas politik dan akan memberikan keuntungan pada kepentingan negara donor. Dengan kata lain, motif keamanan memiliki sisi ekonomi

4. Motif yang berkaitan dengan kepentingan nasional negara donor (Rix Alan dalam Perwita&Yani, 2005: 84).

Berdasarkan keempat motivasi diatas, dapat dilihat bahwa pada hakekatnya

bantuan luar negeri (foreign aid) merupakan bantuan yang diberikan kepada suatu

negara oleh pemerintahan negara lain ataupun lembaga internasional baik berupa

bantuan ekonomi, sosial dan militer yang diberikan secara bilateral maupun

multilateral, yang tujuannya antara lain untuk mendukung persekutuan,

membangun ekonomi, meraih dukungan ideologis, memperoleh bahan baku

strategis, kemanusiaan, serta menyelamatkan kehidupan bangsa dari bahaya

keruntuhan ekonomi ataupun bencana alam.

Bantuan luar negeri merupakan salah satu instrumen kebijakan yang sering

dan telah digunakan dalam hubungan luar negeri selama berabad-abad pada masa

lampau, instrumen ini tidak hanya digunakan untuk permasalahan politik jangka

pendek melainkan untuk prinsip-prinsip kemanusiaan atau pembangunan ekonomi

jangka panjang. Dalam jangka panjang, bantuan luar negeri dimaksudkan untuk

membantu menjamin beberapa tujuan politik negara donor yang tidak dapat dicapai

hanya melalui diplomasi, propaganda atau kebijakan publik.

Salah satu bentuk bantuan luar negeri yang diberikan yaitu berupa bantuan

ekonomi. Bantuan ekonomi merupakan pemberian bantuan dalam bentuk fisik san

keuangan kepada negara-negara yang sedang berkembang sebagai sarana untuk

(44)

dengan pemerintah, maupun dari sebuah organisasi internasional kepada

pemerintah. Seperti contohnya adalah World Bank, IMF, ataupun badan Uni Eropa

yang membentuk program khusus untuk pemberian bantuan ekonomi bagi negara

anggota maupun negara bukan anggota.

2.2.4 Ekonomi Politik Internasional

Pada masa sekarang setiap negara saling bergantung dan membutuhkan

kerjasama antara satu dengan yang lainnya dalam pemenuhan kebutuhan serta

memperoleh kepentingan nasional. Ketika membahas mengenai kerjasama, maka

tidak hanya unsur ekonomi sajayang berperan didalamnya, tetapi juga unsur politik

seperti kekuasaan. Begitu juga dengan hubungan internasional pada masa kini

dimana tidak hanya berbicara mengenai penyelesaian

masalah-masalah dunia yang hanya berkaitan dengan konflik dan kesiagaan militer saja,

namun juga telah melibatkan dimensi ekonomi dalam proses pelaksanaan hubungan

antar aktor internasional. Pada saat ini pula, politik dunia tidak bisa di pahami lagi

hanya sebatas melalui satu perpekstif saja, studi hubungan internasional tidak

cukup bila hanya membahas soal politik tanpa mempelajari

ekonomi. Maka dari itu, dikarenakan keterkaitan antara ekonomi (kesejahteraan)

dan politik (kekuasaan) inilah sehingga dikenaldalam hubungan internasional

sebagai ekonomi politik internasional.

Studi tentang ekonomi politik internasional merupakan studi yang termasuk

baru muncul dibandingkan dengan studi lainnya. Gilpin dalam bukunya yang

(45)

internasional merupakan dinamika interaksi global antara pengejaran kekuasaan

(politik) dan pengejaran kekayaan (ekonomi), yang terdapat hubungan timbal balik

diantara keduanya. Dalam hal ini pengertiannya dapat dikatakan bahwa ketika suatu

negara dapat memainkan poltiknya secara benar, maka perekonomian pun akan

dapat dikuasai. Ekonomi politik internasional sendiri secara sederhana dapat

diartikan menjadi dua kata yaitu state (negara) dan market (pasar). Ketika negara

berusaha secara maksimal mengendalikan pasar untuk kepentingannya maka telah

terjadi hubungan antara politik dan ekonomi.

Sedangkan menurut DR. Mohtar Mas’oed dalam bukunya Ekonomi Politik

Internasional, ekonomi politik internasional didefinisikan sebagai studi tentang

saling hubungan antara ekonomi dan politik dalam arena internasional. Ketika

sebuah negara melakukan suatu hubungan dengan negara lain ataupun dengan

sebuah organisasi internasional, hubungan itu tidak lagi semata-mata hanya atas

dasar kepentingan politik ataupun kepentingan ekonomi saja, melainkan adanya

keterkaitan tujuan politik serta ekonomi dalam hubungan tersebut.

Menurut Spero terdapat empat cara faktor politik mempengaruhi ekonomi,

yaitu:

1. Struktur dan operasi sistem ekonomi internasional dipengaruhi oleh struktur dan operasi politik internasional

2. Kepedulian-kepedulian politik selalu mempengaruhi kebijakan ekonomi. 3. Kebijakan-kebijakan ekonomi dituntun oleh kebijakan politik

4. Hubungan dalam ekonomi internasional adalah hubungan politik interaksi ekonomi internasional dimana aktor negara dan non-negraa mengatur kerjasama untuk mencapai suatu tujuan (Spero, 1985: 10).

Melalui faktor-faktor di atas, dapat dilihat bahwa factor politik suatu negara

(46)

ekonomi yang akan diambil oleh negara tersebut. Hal ini dikarenakan keadaan

politik suatu negara akan berpengaruh dalam perekonomian negara, apabila kondisi

politik negara tidak stabil, maka hal ini akan membuat keputusan yang diambil oleh

negara mengenai perekonomian tidak akan berjalan dengan sempurna. Karena

untuk mencapai perekonomian yang maju dan stabil, maka keadaan politik negara

tersebut pun harus dalam keadaan stabil, sehingga diharapkan tidak akan

mengganggu perkembangan ekonomi negara tersebut.

Konsep-konsep dan teori yang dipandang paling banyak diperbincangkan

dalam ekonomi politik internasional pada bentang kontemporer yakni politik

ekonomi, keterbelakangan, ketergantungan, saling ketergantungan, rejim

internasional, pembangunan ekonomi, ekonomi kesejahteraan, dan teori ekonomi

politik kontemporer lainnya.

Secara Umum Ekonomi Politik Internasional merupakan studi yang

memperlajari keerhubungan antara ekonomi internasional dengan politik

internasional yang muncul akibat berkembanganya masalah-masalah yang terjadi

dalam sistem internasional. Sehingga secara empirik, tingkat saling ketergantungan

dalam masyarakat internasional yang semakin tinggi sebagai akibat proses

transnasionalisme dalam ekonomi yang melewati batas negara seperti peningkatan

perdagangan, proses globalisasi dan terciptanya kelompok ekonomi regional telah

menjadikan suatu kondisi dimana tidak ada lagi suatu kebijakan ekonomi politik

(47)

Konfigurasi pendekatan ekonomi politik internasional adalah tidak tunggal

(monodisiplin), artinya bahwa implementasi alat-alat analisisnya dapat dilihat pada

sejumlah teori dan konsep-konsep yang mendasari substansi ekonomi politik,

seperti interdepedensi, depedensi, keterbelakangan, pertumbuhan, perkembangan,

pembangunan ekonomi sosial, sistem-sistem ekonomi dan termasuk juga persoalan

power politics, realisme dan idealisme, linier dan strukturalis internasional,

globalisasi, atau regionalisme, dan lain-lain (Ikbar, 2002:21).

2.2.4.1 Konsep Perekonomian

Kajian mengenai ekonomi kurang mendapat perhatian pada saat perang,

seorang presiden Perancis Charles de Gaulle mengistilahkan persoalan ekonomi

dengan quarter master’s stuffatau politik tingkat rendah. Secara sederhana pernyataan ini menunjukan mengenai perhatian akan persoalan ekonomi sebagai

persoalan yang hanya perlu dilihat sekedarnya saja, sementara yang lebih penting adalah

politik tingkat tinggi yang berkaitan dengan isu besar, seperti perang dan damai.

Namun seiring berjalannya waktu, serta juga diiringi oleh perubahan zaman, maka

konsep perekonomian pun tidak dapat terpisahkan dari politik. Ketika sebuah

negara ingin melakukan hubungan politik dengan negara lain, maka negara tersebut

tidak hanya semata-mata memiliki kepentingan politik dengan negara itu, tetapi

juga akan memiliki kepentingan ekonomi.

Ilmu Ekonomi (Economics) merupakan sebuah istilah yang digunakan

untuk menunjukkan setiap tindakan atas proses yang bersangkut paut dengan

(48)

manusia dan secara lebih spesifik, istilah ekonomi digunakan untuk menerangkan

produksi barang-barang dan jasa yang dihasilkan dengan pengetahuan teknis yang

berlaku. Menurut economic dictionary “Sloan and Zurcher”, economic adalah keseluruhan pengetahuan yang mempercoalkan penciptaan dan penggunaan barang

atau jasa untuk pemenuhan kebutuhan manusia, dalam ilmu ekonomi biasanya

dimaksudkan persoalan-persoalan sebagai berikut: apply economics, consumer

economics, macro and micro economics, international economics, institutional

economics.

Berdasarkan tingkat pertumbuhan ekonomi, negara-negara dibagi menjadi

beberapa kategori, seperti negara dunia kesatu (Negara-negara dengan

pertumbuhan ekonomi maju), negara dunia kedua (negara-negara dengan

pertumbuhan ekonomi lumayan maju), dan negara dunia ketiga (negara-negara

dengan pertumbuhan ekonomi sangat rendah). Sering terjadinya ketimpangan

pertumbuhan pada negara dunia kesatu dan ketiga pada dasarnya disebabkan oleh

persoalan ekonomi politik sebagai kegagalan perencanaan dalam tata dunia yang

berkepanjangan dan pendekatan yang tidak alami. Tidak meratanya pembagian

kekayaan di sebagian besar negara dunia ketiga dan melebihi tidak meratanya

pembagian kekayaan yang maksimal sebagian besar di negara dunia ketiga

menyebabkan rakyatnya hidup di garis kemiskinan. Menurut Robert Gilpin isu-isu

yang ada ini, dibagi menjadi tiga unsur inti, yaitu:

 Penyebab dan hal-hal yang mempengaruhi kebagkitan rasa

 Hubungan antara perubahan ekonomi dan perubahan politik

(49)

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa terdapat hubungan

antara ekonomi dan politik suatu negara. Hal ini dikarenakan ketika terjadi

perubahan politik di sebuah negara, maka hal itu juga akan berdampak pada

keputusan ekonomi yang akan diambil oleh negara tersebut. Begitu juga sebaliknya,

ketika perekonomian suatu negara berubah, maka keadaan politik di negara tersebut

juga akan berubah.

(50)

35 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

3.1.1 Uni Eropa

Berakhirnya Pera

Gambar

Gambar 3.1 Peta Uni Eropa
Tabel 3.1
Gambar 3.2
Gambar 3.3 International recognition of Kosovo
+5

Referensi

Dokumen terkait

Palvelutarpeen arviointia on tehty Lapin maakunnan ja kuntien väestötasolla. Palvelutar- peen arvioinnissa on myös kartoitettu nykyisen palvelujärjestelmän tilanne, minkä yhteydes-

Dilihat pada tataran model, menurut Masykuri Abdillah, ada beberapa model penyelenggaraan pesantren, yaitu: (1) Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan formal

(2003), penggunaan tehnik AFLP untuk mempelajari keragaman genetik pada jahe mengindikasikan bahwa dari 22 aksesi plasma nutfah jahe yang digunakan yang terdiri dari

Penelitian ini bertujuan untuk membangun perangkat lunak pengoreksi error pada DNA sequence dengan mengubah cara pembentukan spectrum pada metode spetral alignment,

No Daftar Resiko Nilai Risi- ko Ting- kat Risiko Dampak Mitigasi 5 Surplus wakaf yang diterima tidak disalurkan dengan benar (terlambat, tidak sesuai, salah sasaran,

Diana  Karitas  dan  Fransiska,  2017.  Panas  dan  Perpindahannya  Jakarta:  Penerbit  Pusat  Perbukuan  Balitbang  Kementerian  Pendidikan  dan  Kebudayaan 

Menurut (Harahap, 2009) rasio keuangan adalah “ angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan

mengetahui berapa banyak barang yang sudah di retur. Sering terjadi kesalahan perhitungan penjualan dan pembelian, akibatnya laporan pembelian dan penjualan tidak