• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Komunikasi Visual Masyarakat Terhadap Media Kampanye Sosial Penyelamatan Harimau Sumatera

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Komunikasi Visual Masyarakat Terhadap Media Kampanye Sosial Penyelamatan Harimau Sumatera"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERSEPSI KOMUNIKASI VISUAL MASYARAKAT TERHADAP MEDIA KAMPANYE SOSIAL PENYELAMATAN HARIMAU SUMATERA

DK 38315/Skripsi Semester II 2013-2014

Oleh:

Cassandra Dini Prasasti 51910080

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)
(3)
(4)

83 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Cassandra Dini Prasasti

Jl. Sapujagat No. 3 Kec Cibeunying Kaler. Kab. Bandung. Phone : 082120884404

Email : cassandradiniprasasti@gmail.com

DATA PRIBADI

Tempat / Tanggal Lahir : Lubuklinggau, 28 April 1992 Status : Belum Menikah

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Tinggi / Berat : 167 / 45 kg Hobi : Fashion Blogging

PENDIDIKAN FORMAL

2010 - sekarang Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Fakultas Desain dan Seni

Jurusan Desain Komunikasi Visual

2007 - 2010 SMK Yadika Lubuklinggau

2004 - 2007 SMP Negeri 2 Lubuklinggau 1998 - 2004 SD Negeri 57 Lubuklinggau

PENDIDIKAN INFORMAL

2012 Dj Arie Broadcast School

2009-2010 English Club

2008-2009 Mandarin Language School

PRESTASI

2012 Juara I Mahasiswa Berprestasi Tingkat Universitas Komputer Indonesia

Juara I Model Sophie Paris

(5)

84 2010 Juara I Try Out SMK Teknik Ikatan Keluarga Mahasiswa

Silampari Universitas Sriwijaya Sumatera Selatan

Juara I Menulis Cerpen Temu Rohis se- Kota Lubuklinggau Juara I Pemilihan Duta Pariwisata Kota Lubuklinggau 2009 Juara II Lomba Acoustic Hari Merdeka Kota Lubuklinggau

Juara I Pementasan Drama “Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan” Kota Lubuklinggau

Juara II Dan Favorit Penyiar Radio Papeja Fm Kota Lubuklinggau

Juara I Siswa Berprestasi Tingkat Kota Lubuklinggau Juara II Lomba Desain Huruf “Lubuklinggau”

Juara Dere Favorit Dalam Pemilihan Bujang Dere Kota Lubuklinggau

The Best Catwalk Dalam Pemilihan Bujang Dere Kota Lubuklinggau

2008 Terpilih Sebagai Siswa Berprestasi Se-Yadika Sumatera Selatan II

Juara II Lomba Scrabble Kota Lubuklinggau

Juara III Lomba Puisi Dalam Seminar “Menulis Itu Mudah” Juara I Lomba Busana Muslim Kota Lubuklinggau

The Best Model Dalam Parade Busana Modern

PENGALAMAN ORANISASI

2010 Panitia “1001 Senyum Untuk Indonesia” UNIKOM 2008-2009 Wakil I Osis SMK Yadika Lubuklinggau

Ketua Rohis SMK Yadika Lubuklinggau

Panitia Seminar Forum Lingkar Pena “Menulis Itu Mudah” Panitia Seminar “Be Rich By Writing”

2012 Anggota Hijabers Community Bandung

PENGALAMAN KERJA

(6)

85 Vj Lima (Linggau musik Asik) Linggau Tv

KEMAMPUAN BERBAHASA

(7)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS . ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Metode Penelitian ... 4

1.7 Teknik Perolehan Data ... 4

1.8 Kerangka Penelitian ... 6

BAB II TEORI PERSEPSI KOMUNIKASI VISUAL DAN KAMPANYE 2.1 Persepsi ... 8

2.1.1 Faktor Penentu Persepsi ... 12

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 12

2.2 Komunikasi ... 16

2.2.1 Bentuk Komunikasi ... 17

(8)

vii

2.2.3 Tujuan Komunikasi ... 19

2.2.4 Unsur Komunikasi ... 20

2.3 Visual ... 21

2.3.1 Unsur Visual ... 22

2.4 Kampanye ... 26

2.4.1 Macam-Macam Kampanye ... 27

2.4.2 Jenis Kampanye ... 27

2.4.3 Tujuan Kampanye ... 29

2.4.4 Persuasi Kampanye ... 29

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Berlangsungnya Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera Melalui Media Stensil ... 32

3.3 Asumsi Tujuan Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera ... 35

3.4 Visualisasi Media Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Profil Informan ... 37

4.2 Pembahasan Penelitian ... 40

4.3 Hasil Penelitian ... 57

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 60

(9)

viii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Visualisasi Karya Stensil Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera 2

Gambar 2.1 Proses Persepsi ... 10

Gambar 2.2 Unsur Komunikasi ... 21

Gambar 2.3 Titik ... 22

Gambar 2.4 Garis ... 23

Gambar 2.5 Bidang ... 23

Gambar 2.6 Ruang ... 24

Gambar 2.7 Warna ... 25

Gambar 2.8 Teksture ... 25

Gambar 3.1 Kampanye Hitam ... 31

Gambar 3.2 Kampanye Negatif ... 32

Gambar 3.3 Peta Jalan Tamblong Bandung ... 33

Gambar 3.4 Jalan Tamblong Bandung ... 33

Gambar 3.5 Kawasan Jalan Tamblong ... 34

Gambar 3.6 Visualisasi Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera ... 36

Gambar 4. 1 Kepala Harimau ... 43

Gambar 4. 2 Gesture Tubuh ... 46

Gambar 4.3 Sepatu Harimau ... 47

Gambar 4. 4 Sepatu Berburu ... 48

Gambar 4.5 Balon Kata Percakapan ... 50

Gambar 4. 6 Balon Kata Seruan ... 50

Gambar 4.7 Balon Kata Berpikir ... 53

(10)

ix DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kerangka Penelitian ... 7

Tabel 4.1 Tabel Informan ... 41

Tabel 4.2 Tabel Wawancara 1 ... 42

Tabel 4.3 Tabel Wawancara 2 ... 44

Tabel 4.4 Tabel Wawancara 3 ... 48

Tabel 4.5 Tabel Wawancara 4 ... 51

Tabel 4.6 Tabel Wawancara 5 ... 54

Tabel 4.7 Tabel Wawancara 6 ... 57

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A Surat Keterangan Persetujuan Publikasi ... 62

Lampiran B Transkip Wawancara ... 63

Lampiran C Dokumentasi Wawancara ... 82

(11)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU SUMBER

Antar, V. 2010. Manajemen Kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media

Alo, L. 2011.Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta. Kencana

Atkinson dan Hilgard. 1993. Introduction to Psychology, 14th Edition. Seattle. University of Washington

Bachtiar, B. 2007. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta : Kencana

Bungin, B. 2008. Analisis data penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Cangara, H. 2007. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Charles U. L. 1992. Persuasion: Reception and Responsibilitty, WDC: Cengage Learning

Davidoff, Linda L. 1981. Psikologi Suatu Pengantar, Jakarta: Erlanga

deVito J. 1997. Essentials of Human Communication, Jakarta: Profesional Book

Dewi, S. 2007. Komunikasi Bisnis, Yogyakarta: Andi Offset

Endarmoko, E. 2006. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama

(12)

Howze, R. 2008. Stencil Nation: Graffiti, Community, and Art. Inggris: Paperback

Kasali, R. 1994. Manajemen Publicrelations: Konsep Dan Aplikasinya Di. Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti

Kerlinger, F. Lee, H B. 2000. Asas-asas Penelitian. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Krench, D. 1977. Psikologi Umum dan Sosial. Jakarta: McGraw-Hill, Kogakusha, Ltd.

Lexy J. M. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Martin, S. 1977. Breaking and Entering, New York: Rand McNally

Mulyana, D. 1999. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian, Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S. 2002. Penelitian Tepat Akurat, Jakarta: Rineka Cipta

Noromi, M. 2005. How To Draw Manga: Leson Three. Tokyo. Shojo Beat

(13)

Onong U. E. 2008. Dinamika Komunikasi. Michigan. PT. Remaja Rosdakarya

Ruslan, R. 2008. Metode Penelitian Public Relation Dan Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers

Sendjaja, D. 2007. Teori Komunikasi, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

Uchjana, O. 2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, Jakarta: Remadja Karya

Wahyuni, P. 2010. Alternative Jitu Membidik Pasar, Jakarta: Elexmedia Kompitundo

Walgito, B. 1994. Psikologi Sosial, Yogyakarta: Andi Offset

Walgito, B. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Wood, J. T. 2006. Interpersonal Communication: Everyday Encounters, 7th Edition, Chapel Hill: Cengage Learning

INTERNET

Desain, S. 2010. Unsur Visual. Tersedia di: http://setiadesain.com/. Diakses 18 Agustus 2014 pukul 11.06

Heilraff. 2012. Definisi Jenis dan Perbedaan kualitatif Deskriptif. Tersedia di:

http://heilraff.blogspot.com/. Diakses 21 April 2014 Pukul 02.21

Indonesia, Expand. 2013. Berburu di Alam Bebas. Tersedia di:

(14)

Lameanda, L. Perbedaan Kualitatif dan Kuantitatif. Tersedia di:

http://lannylameanda.blogspot.com/. Diakses 17 April 2014 pukul 12:45

News, Tribunn. 2014. Harimau Sumatera. Tersedia di:

http://www.tribunnews.com/. Diakses 05 Mei 2014 pukul 22:40

Rahmatullah, T. 2012. Perbedaan Mendasar Penelitian Kualitatif Deskriptif. Tersedia di:

http://taufikrahmatullah.wordpress.com/. Diakses 10 April 2014 Pukul 05.24

Ssbelajar. 2012. Wawancara Interview. Tersedia di:

http://ssbelajar.blogspot.com/. Diakses 29 April 2014 pukul 16.15

Zakapedia. 2013. Pengertian Wawancara dan Jenis Wawancara. Tersedia di:

(15)

iii KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan rakhmat, hidayah dan karunia-Nya kepada peneliti, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini sebagaimana mestinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Shalawat dan salam tercurah limpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarganya, sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman.

Judul skripsi yang peneliti tulis adalah PERSEPSI KOMUNIKASI VISUAL

MASYARAKAT TERHADAP MEDIA KAMPANYE SOSIAL

PENYELAMATAN HARIMAU SUMATERA. Dalam mengerjakan skripsi ini, peneliti dibantu dan didukung oleh beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhir kata semoga skirpsi ini bisa diterima dengan sebaik-baiknya, untuk kesempurnaan skirpsi ini, kritik dan saran yang membangun senantiasa peneliti nantikan, terima kasih

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, 26 Agustus 2014

Peneliti

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan.

Umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, menggangkat bahu. Cara tersebut disebut dengan komunikasi nonverbal, namun dalam berkomunikasi pula terdapat proses komunikasi yang disebut sebagai komunikasi secara sekunder (Onong Uchjana 1990 : 16).

(17)

2 Gambar I.1

Visualisasi Karya Visual Stensil Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera Sumber: Peneliti 2014

Maka dalam hal ini peneliti akan memfokuskan pada masyarakat kota Bandung sebagai informan untuk mengetahui persepsi apa yang diterima oleh masyarakat kota Bandung. Dalam hal ini tidak ada batasan peneliti dalam memilih informan, karena berdasarkan media kampanye yang diteliti, komunikasi yang disampaikan oleh pembuat karya visual tersebut ditujukan kepada siapapun dan tidak ada batasan segmentasinya secara jelas.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penjabaran latar belakang di atas, maka hal-hal yang dapat diidentifikasikan sebagai permasalahan adalah sebagai berikut:

Mandatori yang tidak jelas memudarkan tujuan dari komunikasi kampanye penyelamatan Harimau Sumatera.

(18)

3 1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian identifikasi permasalahan diatas maka rumusan yang muncul ialah persepsi komunikasi visual apa yang diterima oleh masyarakat kota Bandung mengenai media kampanye penyelamatan harimau Sumatera.

1.4 Batasan Masalah

Masalah dibatasi pada persepsi komunikasi visual yang terbentuk di benak masyarakat kota Bandung mengenai media kampanye penyelamatan harimau Sumatera yang pernah ditampilkan di Jalan Tamblong Kota Bandung.

15. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui persepsi apa yang diterima oleh masyarakat kota Bandung terkait media kampanye penyelamatan harimau Sumatera. Secara teoritis penelitian ini berguna dalam pengembangan ilmu komunikasi secara umum dan studi deskriptif tentang persepsi terutama dalam hal mengenai kampanye sosial. Penelitian ini pula memberikan pengetahuan lebih dalam mengenai dunia visual yang selama ini sering hadir dimasyarakat namun masyarakat belum tentu memahami apa itu dunia visual dengan media visual.

Manfaat dalam penelitian ini adalah memberikan keilmuan baru bagi dunia desain komunikasi visual mengenai bagaimana sebuah proses komunikasi melalui karya visual mampu diterima oleh masyarakat. Penelitian ini juga memberikan wawasan baru bagi peneliti mengenai pemahaman masyarakat akan karya visual. Dalam hal ini peneliti memiliki kesempatan untuk mempraktekan berbagai teori penelitian dalam bentuk nyata dan membandingkan dengan keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan.

(19)

4 literature atau sumber tambahan dalam memperoleh informasi bagi peneliti yang akan melaksanakan penelitian pada kajian yang sama.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, metode yang akan dilakukan adalah berdasarkan metode Deddy Mulyana (2002:148) yaitu metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati. Dimana penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah sebuah penelitian dengan melakukan deskripsi atau penggambaran mengenai apa dan bagaimana subjek penelitian terjadi.

Kemudian, dibuatlah satu upaya pendekatan mendapatkan data atau informasi mengenai hal tersebut. Setelah data atau informasi didapatkan maka data akan diolah dalam bentuk laporan. Di sinilah akan diperoleh data yang lengkap. Dalam penelitian deskriptif terdapat wawancara dan analisis berupa tulisan.

Dalam penelitian mengenai karya visual penyelamatan harimau Sumatera metode penelitian yang dianggap sesuai adalah penelitian kualitatif dengan studi deskriptif. Dengan penelitian kualitatif deskriptif maka data yang dianalisis berasal dari gejala-gejala yang diamati, tidak selalu berbentuk angka atau koefisien antar variable. Dimana akan menghasilkan data berupa kata-kata tertulis atau lisan.

1.7 Teknik Perolehan Data

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa langkah untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, antara lain:

1. Studi Pustaka

(20)

5 “Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan materi data atau informasi melalui jurnal ilmiah, buku-buku referensi dan bahan-bahan publikasi yang tersedia diperpustakaan” (Ruslan, 2003:31).

Dengan hal ini, upaya penelitian yang dilakukanpun dapat menjadi baik karena tidak hanya berdasarkan pemikiran sendiri selaku peneliti melainkan pemikiran-pemikiran dan pendapat dari para ahli atau penulis lain. Sehingga bisa dibandingkan referensi yang dapat memberikan arah kepada peneliti.

Untuk menghasilkan data yang lebih maksimal peneliti juga memanfaatkan dunia maya (internet) atau lebih tepatnya lagi menelusuri data secara online dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk penelitian ini. Penulusuran data

online menurut Burhan Bungin adalah:

“Tata cara melakukan penelusuran data melalui media online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online, sehingga memungkinkan peneliti dapat memanfaatkan data informasi online yang berupa data maupun informasi teori, secepat atau semudah mungkin dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis” (Bungin, 2008:148). Untuk memperoleh data secara online ini dilakukan dengan cara penelusuran atau mengunduh data yang diperlukan dari

internet melalui website tertentu.

2. Wawancara

(21)

6 inklusi dan kriteria eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel (Notoatmodjo, 2002) yaitu : 1. Masyarakat kota Bandung

2. Masyarakat yang berada di kawasan Jalan Tamblong 3. Minimal pendidikan lulusan Sekolah Menengah Atas 4. Bersedia menjadi informan

b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan kriteria dimana subjek penelitian tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Notoatmodjo, 2002). Kriteria ekslusi penelitian ini adalah:

1. Masyarakat yang masih bersekolah menengah atas atau kurang 2. Masyarakat yang tidak bersedia menjadi informan

1.8 Kerangka Penelitian

(22)

7 Tabel I.1

Alur Kerangka Pemikiran Konseptual Sumber: Peneliti 2014

Masalah

Persepsi masyarakat yang belum tentu memahami makna kampanye Mandatori yang tidak jelas

Keganjilan visual pada kampanye

Kualitatif Deskriptif Deedy Mulyana

Wawancara

Informan yang

telah ditentukan

Studi Pustaka

Teori berdasarkan buku-buku

Temuan

Merupakan kesimpulan dari hasil wawancara dan

teori-teori yang didapat dari buku-buku.

Analisis

Melakukan evaluasi terhadap temuan yang kemudian

dihubungkan dengan teori yang ada.

Kesimpulan

(23)

8 BAB II

KOMUNIKASI PERSEPSI 2. 1 Persepsi

Pesepsi merupakan proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti.Robin mendefinisikan persepsi sebagai proses di mana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Sedangkan Notoatmodjo mendefinisikan persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi cepat dan kadang tidak kita sadari, di mana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima.

Persepsi adalah cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olah daya pikir, artinya persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang di respons melalui panca indra, daya ingat, dan jiwa. Menurut Jalaludin Rahmat, persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pengertian ini memberikan pemahaman bahwa dalam persepsi terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh individu.

Menurut Atkinson dan Hilgard, proses menghasilkan persepsi tidak terjadi secara otomatis, tetapi membutuhkan waktu dan merupakan cara kerja yang rumit yang melibatkan unsur-unsur rasio manusia. Jadi persepsi terdiri atas input, output atau stimulus, dan respons. Ciri-ciri Persepsi adalah:

1. Proses pengorganisasian berbagai pengalaman

2. Proses menghubung-hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan yang baru (pengalaman masa kini)

3. Proses pemilihan informasi 4. Proses teorisasi dan rasionalisasi

(24)

9 6. Proses interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal

7. Melakukan penyimpulan atau keputusan-keputusan, pengertian-pengertian dan yang membentuk wujud persepsi individu

Persepsi merupakan hal yang sangat penting, hendaknya kita tidak boleh salah persepsi. Penyebab salah persepsi dapat diakibatkan oleh banyak faktor, misalnya kepribadian yang pence mburu, pemarah, dan lainnya yang mengakibatkan salah persepsi. Pada prinsipnya, semua objek yang diamati merupakan wujud yang tampak, sedangkan sebelum diperoleh suatu wujud, manusia memiliki latar belakang yang telah ikut membentuk karakteristik kepribadiannya. persepsi merupkan suatu proses yang didahului oleh pengindraan. Pengindraan disini memaksudkan suatu proses menerima stimulus oleh individu melalui alat penerima yaitu alat indra. Lalu, stimulus tersebut akan segera diteruskan oleh syaraf ke otak sebagai pusat susunan saraf, dan proses selanjutnya adalah proses persepsi yang dilakukan oleh masing-masing individu, dengan hasil persepsi yang tentu akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya.

“Proses persepsi tentu merupakan suatu proses yang tidak dapat berdiri dengan sendirinya. Proses pengindraan merupakan proses yang mendahului persepsi itu sendiri. Proses pengindraan terjdi setiap saat, yaitu pada waktu individu menerima stimulus yang mengenai dirinyamelalui alat indra. Alat indra sendiri merupakan

penghubung antara individu dengan dunia luarnya” (Branca, 1994 dan Marquis,

1957) dalam Walgito (2002:65).

(25)

10 Disamping itu, menurut Maskowitz dan Orgel (1969) dalam Walgito (2002:68) persepsi itu merupakan proses yang intergrated dari individu terhadap stimulus yang diterimanya.

Maka, persesepsi merupakan suatu proses penggorganisasian, penginterpretasian terhadap suatu stimulus, yang diterima oleh organisme atau indvidu sehingga merupakan sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang intergrasi dalam diri individu. Sebagai sesuatu yang bersifat integrasi, maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri seseorang atau individu akan ikut aktif berperan dalam persepsi tersebut. Persepsi terdiri dari tiga proses: memilih, pengorgnisasian, dan interpretasi. Proses ini tumpang tindih dan berkesinambungan, sehingga mereka berbaur dan mempengaruhi satu sama lain. Mereka juga interaktif, sehingga masing-masing mempengaruhi satu sama lain. (Julia T. Wood, 2006 : 39-40). Setiap individu akan memiliki kriterianya sendiri dalam menentukan terhadap apa mereka akan menarik perhatian mereka. Masing -masing individu akan memandang dunia berkaitan dengan apa yang mereka butuhkan, apa yang dinilai, apakah sesuai dengan keyakinan dan budayanya. (Alo Liliweri, 2011 : 153)

Persepsi membantu seseorang untuk menyadari, dan mengerti tentang keadaan lingkungannya dan juga tentang keadaan diri yang bersangkutan (Davidoff, 1981:90). Menyadari hal ini, kita sadar bahwa stimulus dapat datang dari mana pun. Artinya, stimulus dapat datang dari luar diri individu, tetapi juga dapat datang dari dalam diri individu yang bersangutan. Sebagai contoh, apabila yang dipersepsikan dir inya sendiri, persepsi yang timbul disebut persepsi diri (self-perception).

Perception Selecting Organizing Interpretating Meaning

(26)

11 1. Selecting

Pada situasi tertentu orang yang sedang memusatkan pribadinya pada apa yang ia anggap penting, tidak akan peduli pada beberapa hal lain yang berada disekitar objek. Sebagai contoh, ketika kita sedang mendengarkan musik, lalu ada suara yang lebih kencang, yaitu suara seseorang yang sedang memangil kita, maka secara otomatis, kita akan mengalihkan perhatian dan pendengaran kita kepada suara dan orang tersebut. Seseorang dalam memaknai sesuatu hal dipengaruhi oleh rangsangan tertentu yang dipicu oleh beberapa unsur pemicu perhatian, seperti hal penting, relevan, dan mendalam. Secara alamiah manusia akan lebih tertarik dengan suara yang lebih keras ketimbang suara yang

kecil. Dalam menyeleksi pesan dari stimuli yang seseorang terima, tidak dilakukan secara keseluruhan. Hal ini berarti manusia, hanya akan melihat sebagian dari objek tersebut.

2. Organizing

Pengorganisasian suatu pesan yang dilakukan oleh seseorang sangat berbeda-beda. Hal yang penting dan patut diperhatikan adalah seseorang perlu memahami makna suatu pesan sebelum akhirnya melakukan pengelompokkan pada pesan-pesan yang diterima. Setelah memaknai pesan tersebut, selanjutnya pesan akan disusun berdasarkan kategori-kategori tertentu. Teori kontruktivis adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana kita dapat mengorganisasikan persepsi, yang mna situasi yang telah diorganisasikan, dan pengalaman menginterpretasikan dari percobaan struktur kognitif yang disebut schemata.

3. Interpretating

(27)

12 2.1.1 Faktor Penentu Persepsi

Hasil dari suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh kombinasi antara sifat -sifat yang ada ada pada stimulus yang dipersepsi tersebut (bottom up) dengan pengetahuan yang tersimpan di dalam ingatan seseorang yang relevan dengan stimulus itu (top-down). Berkatian dengan pemikiran tersebut, maka ada dua informasi yang dapat digunkakan untuk mempersepsikan dunia luar secara tepat, yaitu pertama informasi yang ditampilkan oleh stimulus sensori pada waktu itu dan kedua yaitu pengetahuan serta pengalaman yang relevan dimiliki dan telah terseimpan di dalam ingatan seseorang. Beberapa prinsip lain yang dapat ditambahkan berkaitan dengan persepsi antara lain, yaitu:

1. Familiaritas, objek-objek yang sudah dikenal akrab akan lebih mudah dipersepsi daripada objek-objek yang baru atau yang masih asing.

2. Ukuran, objek-objek yang ditampilkan dengan ukuran yang lebih besar akan lebih mudah dipersepsi atau dikenali daripada yang ukuran kecil.

3. Intensitas, objek-objek yang memiliki warna tajamatau mencolok akan lebih mudah dikenali daripada objek-objek yang memiliki warna tipis taus kurang tajam. 4. Gerak, objek-objek yang bergerak cenderung lebih mudah dipersespi daripada

objek-objek yang diam atau pasif.

Suatu objek akan dipersepsi secara berbeda apabila konteks objek itu berubah. Misalnya, seseorang akan tampak lebih tua ketika berkumpul dengan orang-orang yang masih muda, begitu pula sebaliknya. Contoh lain, larangan iklan akan dipandang positif oleh orang-orang yang mengerti iklan. Tetapi, akan dipandang negatif, bahkan ditolak, apabila larangan tersebut diterpakan di kalangan awam.

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

(28)

13 faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah sebagai berikut:

1. Faktor eksternal a) Kontras

Cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik warna, ukuran, bentuk atau gerakan.

Kontras warna

Jika seseorang naik gunung maka dianjurkan menggunakan jaket warna jingga. Hal ini untuk memudahkan pencarian jika tersesat di gunung. Warna jingga yang kontras dengan warna hijau disekelilingnya akan lebih cepat menarik perhatian seseorang.

Kontras ukuran

Cara ini banyak dilakukan oleh perusahaan iklan, di mana mereka akan membuat papan iklan yang besar sekali (balihoo).

Kontras Bentuk

Diantara kumpulan orang yang kurus-kurus maka kita akan cepat menjadi perhatian orang jika kita berbadan gemuk

Kontras Gerakan

Gerakan akan menarik perhatian seseorang, jika benda-benda lainnya diam.

b) Perubahan Intensitas

Suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi akan menarik perhatian seseorang.

c) Pengulangan (repetition)

(29)

14 stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian seseorang, maka akhirnya akan mendapat perhatian.

d) Sesuatu yang baru (Novelty)

Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian daripada sesuatu yang telah kita ketahui.

e) Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak

Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian seseorang. Misalnya; jika ada segerombolan orang yang berkerumun di rel kereta api, maka seseorang akan tertarik untuk melihat apa yang dilihat oleh gerombolan orang tersebut.

2. Faktor Internal

Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpratasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda.

a) Pengetahuan (Pengalaman)

pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi.

b) Harapan (Expectation)

(30)

15 c) Kebutuhan

kebutuhan akan menyebabkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang perhatian kita dan kebutuhan ini akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda. Misalnya; seseorang mendapat uang sebesar 15 juta rupiah, seseorang akan merasa banyakr sekali bila yang dibutuhkan untuk membeli telivisi, namun jika yang dibutuhkan untuk membeli rumah, uang sebesar itu akan dipersepsikan sedikit.

d) Motivasi

motivasi akan mempengaruhi persepsi seseorang. Jika seseorang ingin lulus dengan cum laude maka nilai B akan diinterpretasikan sebagai nilai yang buruk, namun jika seseorang ingin

cepat lulus maka nilai B adalah nilai yang sudah baik.

e) Emosi

emosi seseorang akan mempengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Emosi takut akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap rasa sakit. Jika seseorang merasa takut maka setelah operasi akan merasa lebih sakit dibandingkan dengan mereka yang menghadapi operasi dengan perasaan tidak takut.

f) Budaya

(31)

16 2.2 Komunikasi

Banyak definisi dari para ahli atas istilah komunikasi. Menurut Levine & Adelman (dalam Mulyana, 2012), komunikasi adalah proses berbagi makna melalui perilaku verbal dan non-verbal. Senada, Tubbs dan Moss (dalam Mulyana, 2012) menyebut komunikasi sebagai “pembuatan makna antara dua orang atau lebih”.

Secara akar kata, komunikasi muncul dari kata Latin communicare, berarti berbagi, memberi yang sama (Ember, 1977). Dalam bahasa Inggris, bukanlah kebetulan bila kata common (sama), mirip dengan communication (komunikasi) dan communist

(komunis), karena ketiganya merujuk pada kesamaan.

Everett M. Rogers, seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika, membuat definisi komunikasi sebagai “suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi terhadap satu sama lain, yang pada gilirannya akan

tiba kepada saling pengertian” (Rogers dan Kincaid dalam Dewi, 2007:3). Menurut

Deddy Mulyana sendiri, komunikasi adalah sebagai berikut:

“Communication is an exchange of significant symbols. Trough the use of these symbols, people can share ideas and information without presenting the things being

discussed before them”. (Komunikasi adalah pertukaran simbol yang signifikan. Melalui penggunaan simbol ini, orang-orang bisa berbagi ide dan informasi tanpa memunculkan benda yang sedang dibicarakan) (Mulyana 2012: 6).

(32)

17 2.2.1 Bentuk Komunikasi

Seperti halnya definisi komunikasi, pembagian bentuk komunikasi di kalangan para pakar juga berbeda satu sama lainnya. Klasifikasi itu didasarkan atas sudut pandang masing-masing pakar menurut pengalaman dan bidang studinya. Hafied Cangara membagi bentuk komunikasi menjadi 4, yakni:

1. Komunikasi dengan diri sendiri (Intrapersonal Communication) adalah proses komunikasi yang terjadi di dalam diri individu, atau dengan kata lain proses komunikasi dengan diri sendiri.

2. Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) adalah proses komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka.

3. Komunikasi Publik (Public Communication) atau biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak (audience communication). Apapun sebutannya, yang dimaksud dengan komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar.

4. Komunikasi Massa (Mass Communication) dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung di mana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis, seperti radio, televisi, surat kabar, dan film. (Cangara, 2007 : 37).

2.2.2 Proses Komunikasi

(33)

18 Komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif, sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya.

Onong Uchjana Effendy menjelaskan bahwa Proses komunikasi terbagi menjadi dua tahap, yakni secara primer dan secara sekunder.

1. Proses Komunikasi Primer

Proses Komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Bahwa bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas karena hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Apakah itu bentuk idea, informasi atau opini; baik mengenai hal yang kongkret maupun yang abstrak; bukan saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, melainkan juga pada waktu yang lalu dan masa yang akan datang.

2. Proses Komunikasi sekunder

Proses Komunikasi sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakali lambang sebagai media pertama.

(34)

19 media kedua sebagaimana diterangkan di atas jarang sekali orang menganggap bahasa sebagai media komunikasi. Hal ini disebabkan oleh bahasa sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) - yakni pikiran dan atau perasaan - yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message), yang tampak tak dapat dipisahkan. Tidak seperti media dalam bentuk surat , telelpon, radio, dan lain-lainya yang jelas tidak selalu dipergunakan. Tampaknya seolah-olah orang yang tidak mungkin berkomunikasi tanpa Bahasa, tetapi orang mungkin dapat berkomunikasi tanpa surat, atau telepon, atau televisi, dan sebagainya.

Pada umumnya memang bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi karena bahasa sebagai lambang mampu mentransmisikan pikiran, ide, pendapat, dan sebagainya, baik mengenai hal yang abstrak maupun yang konkret; tidak saja tentang hal atau peristiwa yang terjadi pada saat sekarang, tetapi juga apda waktu yang lalu atau masa mendatang. Karena itulah pula maka kebanyakan media merupakan alat atau sarana yang diciptakan untuk meneruskan pesan komunikasi dengan bahasa. Seperti telah disinggung di atas adalah media untuk menyambungkan dan menyebarkan pesan dengan menggunakan bahasa.

2. 2.3 Tujuan Komunikasi

Kegiatan atau upaya komunikasi yang dilakukan tentunya mempunyai tujuan tertentu. Tujuan yang dimaksud di sini menunjuk pada suatu hasil atau akibat yang diinginkan oleh pelaku Komunikasi. Secara umum menurut Wilbur Schram dalam Sendjaja (2007:2.18), tujuan komunikasi dapat dilihat dari dua perspektif kepentingan, yakni kepentingan sumber atau pengirim atau komunikator dan kepentingan penerima atau komunikan. Adapun kepentingan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

(35)

20 2. Tujuan komunikasi dari sudut kepentingan penerima: memahami informasi, mempelajari, menikmati dan menerima atau menolak anjuran. Sedangkan, berdasarkan pandangan Lasswell dalam Sendjaja (2007:2.19) tujuan komunikasi dapat dirinci sebagai berikut:

1. Tujuan komunikasi dipandang dari kepentingan ilmu sosial, yaitu: a. Berbagai pengetahuan umum tentang lingkungan sekitarnya. b. Sosialisasi peran, nilai, kebiasaan terhadap anggota-anggota baru.

c. Memberi hiburan kepada warga masyarakat, menciptakan bentuk-bentuk kesenian baru dan lain-lain.

d. Pencapaian consensus, mengontrol tingkah laku sosial.

2. Tujuan komunikasi dipandang dari kepentingan individual, yaitu:

a. Menguji, mempelajari dan memperoleh gambaran tentang realitas, kesempatan dan bahaya.

b. Memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk hidup bermasyarakat.

c. Menikmati hiburan, rileks, melarikan diri dari kesulitan hidup sehari-hari, dan lain-lain.

d. Menentukan keputusan atau pilihan, bertindak sesuai aturan sosial.

Dapat disimpulkan bahwa dengan tujuan-tujuan diatas pada dasarnya menyangkut pada tiga aspek komunikasi yaitu: pertama, aspek kognitif adalah menyangkut kesadaran dan pengetahuan, kedua, aspek afektif yang menyangkut sikap atau perasaan atau emosi. dan terakhir aspek konatif menyangkut perilaku atau tindakan bagi kepentingan sumber dan kepentingan penerima dalam hal ini komunikator juga komunikan.

2. 2.4 Unsur Komunikasi

(36)

21

SUMBER PESAN MEDIA PENERIMA EFEK

FEEDBACK

komponen unsur yang dicakup, yang merupakan pernyataan terjadinya komunikasi. komponen atau unsur-unsur tersebut sebagai berikut:

1. Komunikator adalah orang yang menyampaikan pesan. 2. Pesan adalah suatu pernyataan yang didukung oleh lambang.

3. Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator sebagai penyampai pesan.

4. Media menjadi sarana atau saluran yang mendukung pesan jika komunikan jauh tempatnya atau jumlahnya banyak.

5. Efek adalah dampak yang dihasilkan sebagai pengaruh dari adanya pesan yang disampaikan.

Perkembangan terakhir mengenai unsur komunikasi adalah munculnya pandangan dari Joseph de Vito, K. Sereno dan Erika Vora (1992) yang menilai faktor lingkungan merupakan unsur yang tidak kalah pentingnya dalam mendukung terjadinya proses komunikasi.

Jika unsur-unsur komunikasi yang dikemukakan di atas dilukiskan dalam gambar, kaitan antara satu unsur dengan unsur lainnya dapat dilihat seperti berikut:

2. 3 Visual

Visual berhubungan erat dengan mata atau penglihatan. Menurut beberapa ahli, visual juga merupakan salah satu bagian dari aktivitas belajar. Dimana aktivitas belajar itu

(37)

22 sendiri terdiri dari somatis yaitu belajar dengan bergerak dan berbuat, auditori yaitu belajar dengan berbicara dan mendengar, intelektual yakni belajar dengan memecahkan masalah dan merenung, dan visual adalah belajar dengan cara melihat, mengamati, dan menggambarkan. Keempat aktivitas belajat tersebut harus dikuasai supaya proses belajar dapat berlangsung secara optimal.

2.3.I Unsur Visual

Dalam website setiadi desain mengatakan bahwa unsur visual adalah sebagai berikut: Titik

Titik adalah salah satu unsur visual yang wujudnya relatif kecil, dimana dimensi memanjang dan melebarnya dianggap tak berarti. Titik cenderung ditampilkan dalam bentuk berkelompok, dengan variasi jumlah, susunan dan kepadatan tertentu.

Gambar II.3 Titik

Sumber:

http://4.bp.blogspot.com/-dGML6QE9qX0/UoyS6Ckj4JI/AAAAAAAAAYc/E12FodCiCyY/s1600/2.jpg (12 Juli 2014)

Garis

(38)

23 gelombang, zigzag, dan lainnya. Kualitas garis ditentukan oleh tiga hal, yaitu orang yang membuatnya, alat yang digunakan serta bidang dasar tempat garis digoreskan.

Gambar II.4 Garis

Sumber: http://agustiwiriia.files.wordpress.com/2010/08/images12.jpeg?w=535 (12 Juli 2014)

Bidang

Bidang merupakan unsur visual yang berdimensi panjang dan lebar. Ditinjau dari bentuknya, bidang bisa dikelompokkan menjadi dua, yaitu bidang geometri/beraturan dan bidang non-geometri alias tidak beraturan. Bidang geometri adalah bidang yang relatif mudah diukur keluasannya, sedangkan bidang non-geometri merupakan bidang yang relatif sukar diukur keluasannya. Bidang bisa dihadirkan dengan menyusun titik maupun garis dalam kepadatan tertentu, dan dapat pula dihadirkan dengan mempertemukan potongan hasil goresan satu garis atau lebih.

Gambar II.5 Bidang

(39)

24 Ruang

Ruang dapat dihadirkan dengan adanya bidang. Pembagian bidang atau jarak antar objek berunsur titik, garis, bidang, dan warna. Ruang lebih mengarah pada perwujudan tiga dimensi sehingga ruang dapat dibagi dua, yaitu ruang nyata dan semu. Keberadaan ruang sebagai salah satu unsur visual sebenarnya tidak dapat diraba tetapi dapat dimengerti.

Gambar II.6 Ruang

Sumber:http://4.bp.blogspot.com/_P5cKY0C0Pu0/S8wBnNxhkQI/AAAAAAAAAEs/89i6vF p8XGs/s320/dinding_r_tamu_2%281%29_resize.jpg (12 Juli 2014)

Warna

(40)

25

Gambar II.7 Warna

Sumber:

https://kuler.adobe.com/build2.0.0-buildNo/resource/img/kuler/color_wheel_730.png (12 Juli 2014)

Tekstur

Tekstur adalah nilai raba dari suatu permukaan. Secara fisik tekstur dibagi menjadi kasar dan halus, dengan kesan pantul : mengkilat dan kusam. Ditinjau dari efek tampilannya menjadi tekstur nyata dan tekstur. Disebut tekstur nyata bila ada kesamaan antara hasil raba dan penglihatan dan perabaan. Misalnya, bila suatu permukaan terlihat kasar dan ketika diraba juga terasa kasar. Sementara itu, pada tekstur semu terdapat perbedaan antara hasil penglihatan dan perabaan. Misalnya, bila dilihat tampak kasar, tetapi ketika diraba terasa halus. Dalam penerapannya, tekstur dapat berpengaruh terhadap unsur visual lainnya, yaitu kejelasan titik, kualitas garis, keluasan bidang dan ruang, serta intensitas warna.

Gambar II. 8 Teksture

(41)

26 2. 4 Kampanye

Menurut Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004, 7), mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku.

Ostergaard dalam Venus (2004,10), menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilah ”3A” yaitu awarness, attitude dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh yang harus dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta. Awarness dalam aspek pertama oleh Ostergaad berarti menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk dan gagasan yang disampaikan.

Merujuk pada definisi-definisi diatas, maka kita dapat melihat bahwa dalam setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya mengandung empat hal, yaitu tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, jumlah khalayak sasaran yang besar, dipusatkan dalam kurun waktu tertentu, dan melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisir.

Selain empat pokok ciri diatas, kmpanye juga memiliki cirri atau karakteristik yang lainnya, yaitu sumber yang jelas, yang menjadi penggagas, perancang, penyampai sekaligus penanggung jawab suatu produk kampanye (campaign makers), sehingga setiap individu yang menerima pesan kampanye dapat mengidentifikasi bahkan mengevaluasi kredibilitas sumber pesan tersebut setiap saat.

(42)

27 kampanye pada dasarnya mengandung kebaikan untuk publik. Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi olehprinsip persuasi, yaitu mengajak dn mendorong public untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar kesukarelaan. Dengan demikian kampanye pada prinsipnya adalah contoh tindakan persuasi secara nyata.

2.4.1 Macam-Macam Kampanye

Menurut Charles U. Larson (1992:32) bahwa macam-macam kampenye terdiri dari:

Product-Oriented Campaigns, kampanye yang berorientasi pada produk umumnya terjadi dilingkungan bisnis, istilah lain yang sering dipertukarkan dengan kapanye jenis ini adalah Commercial Campaigns atau Corporate Campaigns.

Candidate-Oriented Campaigns, kampanye yang berorientasi pada kandidat umumnya dimotivasi oleh hasrat untuk menguasai kekuasaan politik.

Ideologically or Cause Oriented Campaigns, jenis kampanye yang bertujuan pada tujuan-tujuan yang bersifat khusus dan sering kali berdimensi perubahan sosial. Menurut istilah Krotler disebut sebagai social change campaigns, yakni kampanye yang ditujukan untuk menangani masalah-masalah sosial melalui perubahan sikap dan perilaku publik yang terkait.

2.4.2 Jenis Kampanye

Masih dalam Charles U. Larson (1992:35) menjelaskan bahwa jenis kampanye terdapat:

1. Kampanye bisik adalah kampanye yang dilakukan melalui gerakan untuk melawan atau mengadakan aksi secara serentak dengan cara mengabarkan kabar angin.

(43)

28 3. Kampanye promosi adalah kegiatan kampanye yang dilaksanakan dalam rangka promosi untuk meningkatkan atau mempertahankan penjualan.

4. Kampanye sosial adalah suatu kegiatan kampanye yang mengkomunikasikan pesan-pesan yang berisi tentang masalah sosial kemasyarakatan dan bersifat non komersial. Tujuannya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan gejala-gejala sosial yang sedang terjadi.

Dalam kampanye sosial terdapat jenis kampanye negative dan kampanye hitam atau

black campaign. Berikut adalah penjelasan mengenai kampanye hitam dan kampanye negatif.

1. Kampanye Hitam

Kampanye hitam atau yang biasa dikenal sebagai black campaign adalah suatu model atau perilaku cara berkampanye yang dilakukan dengan menghina, memfitnah, mengadu domba, menghasut atau menyebarkan berita bohong yang dilakukan oleh seorang calon atau sekelompok orang atau partai politik atau pendukung seorang calon terhadap lawan atau calon lainnya. Menurut Agung Suprio, seorang pengamat politik dari Universitas Indonesia, kampanye hitam biasanya tidak memiliki dasar dan fakta, fitnah dan tidak relevan diungkapkan terkait parpol maupun tokoh.

2. Kampanye Negatif

(44)

29 2.4.3 Tujuan Kampanye

Adapun fungsi dari kampanye adalah untuk menyampaikan suatu pesan yang berisi tentang ajakan kepada masyarakat atau mempengaruhi masyarakat agar dapat mengerti maksud dan tujuan dari apa yang akan dikomunikasikan.

Segala tindakan dalam kegiatan kampanye dilandasi oleh prinsif persuasif yakni mengajak dan mendorong publik untuk menerima atau melakukan sesuatu yang dianjurkan atas dasar sukarela.

2.4.4 Persuasi Kampanye

Menurut Otto Lerbinger (1992:211) ada beberapa hal tentang persuasi, antara lain: Stimulus Respon, model persuasi sederhana dengan berdasarkan konsep persuasi. Kognitif, model yang berkaitan dengan nalar, pikiran dan rasio untuk peningkatkan pemahaman, mudah dimengerti dan logis yang bisa diterima.

Motivasi, persuasi dengan model membujuk seseorang agar mau merubah opininya atau agar kebutuhan yang diperlukan terpenuhi dengan ganjaran tertentu.

Social, menganjurkan pada pertimbangan aspek sosial dari publik atau komunikan, artinya kesan yang disampaikan itu sesuai dengan status sosial.

(45)

37 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang Persepsi Komunikasi Penduduk Kota Bandung mengenai karya visual penyelamatan harimau Sumatera. Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara ialah mengenai karya visual penyelamatan harimau Sumatera.

Hasil penelitian diperoleh dengan melakukan wawancara dengan informan. Setelah fakta dan data terkumpul, kemudian dilakukan analisi. Analisis dalam penelitian ini terfokus pada persepsi masyarakat kota Bandung yang dikaitkan dengan beberapa unsur identifikasi masalah. Agar penelitian ini berkesinambungan dengan subjek penelitian dengan melakukan wawancara kepada informan yaitu masyarakat kota Bandung secara acak. Hal ini berdasarkan karya visual penyelamatan harimau Sumatera yang menunjukkan bahwa karya tersebut untuk siapa saja yang melihat dan menyaksikan karya visual tersebut, maka dari itu tidak ada batasan dalam pemilihan informan.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif untuk melihat kondisi natural dari masyarakat kota Bandung. Pendekatan ini bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan menggambarkan realitas yang terjadi sebenarnya. Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan disadari oleh orang atau perilaku yang diamati. Pendekatannya diarahkan pada latar belakang dan individu secara utuh. Jadi tidak dilakukan proses isolasi pada objek penelitian pada variable atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai suatu keutuhan.

(46)

38 1. Pertama menyusun draft pertanyaan wawancara berdasarkan dari unsur-unsur kredibilitas yang akan ditanyakan pada narasumber atau informan.

2. Kedua, melakukan wawancara sekaligus melakukan dokumentasi dengan informan penelitian cara ini akan dilakukan oleh peneliti dengan wawancara kepada masyarakat kota Bandung.

3. Ketiga, memindahkan daftar penelitian yang berbentuk daftar dari semua pertanyaan yang diajukan kepada informan.

4. Keempat, menganalisis hasil data wawancara yang telah dilakukan.

Agar pembahasan lebih sistematis dan terarah, maka peneliti membagi kedalam tiga pembahasan, yaitu:

1. Deskripsi Identitas Informan 2. Deskripsi Hasil Penelitian 3. Pembahasan Penelitian

4.1 Deskripsi Profil Informan

Informan yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 10 informan dengan melihat apakah data sudah tersaturisasi, apabila sampel kurang dari 10 namun telah mencapai titik saturasi maka peneliti menghentikan pencarian sampel. Dengan memperhatikan kecakupan data dan disesuaikan dengan kemampuan peneliti (Moleong, 2007:74). Berikut adalah deskripsi sekilas mengenai informan:

1. Rina

Seorang mahasiswa di Universitas Swasta Bandung. Rina adalah mahasiswa prikologi tingkat 3. Kesehariannya Rina adalah seorang yang terlihat cerdas, hal ini ditunjukkan dari cara bicara Rina yang terlihat santun dan tutur kata yang tertata dengan baik.

2. Dewi

(47)

39 3. Jhoni

Adalah seorang yang memiliki usaha makanan di Jalan Tamansari Dago, kota Bandung. Bapa satu anak ini memiliki pengetahuan yang sangat luas, hal ini terlihat ketika peneliti mengajukan pertanyaan, meskipun Pa Jhoni tidak mengetahui karya visual awalnya, namun beliau mampu mengajukkan beberapa pendapat yang sangat baik dan memberikan wawasan baru bagi peneliti.

4. Nunu

Nunu adalah salah satu pegawai bank swasta di Kota Bandung. Nunu adalah seorang fresh graduate dari salah satu universitas kota Bandung. Nunu adalah seorang yang terlihat humble, hal ini terlihat ketika Nunu yang senang bercerita mengenai keluarganya. Nunu bercerita bahwa Nunu memiliki darah Padang, Sumatera Barat yakni dari Ibunya, sedangkan ayahnya adalah seorang berdarah Sunda dan Nunupun lahir ditanah kelahiran Sunda.

5. Evi

Evi merupakan perawat di salah satu rumah sakit swasta di kota Bandung. Evi merupakan seorang yang terbilang gemar berjalan-jalan dan kuliner. Disela kesibukannya sebagai perawat, Evi selalu menyempatkan dirinya untuk berkuliner atau sengaja menyisihkan waktunya untuk berjalan-jalan ke tempat wisata.

6. Ratna

Ratna merupakan seorang Ibu muda yang memiliki satu anak, bekerja menjadi guru disekolah dasar salah satu sekolah di kota Bandung dan memiliki usaha sepatu.

7. Asep

(48)

40 8. Lutfi

Lutfi merupakan mahasiswa di Institut Teknologi Nasional. Lutfi adalah salah satu pemuda Bandung yang sering melakukan mural. Karyanya dapat ditemui di sekitar stasiun Bandung.

9. Galih

Galih seorang chef muda di salah satu restaurant Jepang di kota Bandung. Galih yang masih berusia 23 tahun ini memiliki ambisi besar untuk memiliki usaha makanannya sendiri yang akan ia dirikan di kota kelahirannya, yaitu kota Bandung.

10.Icha

Seorang mahasiswi jurusan desain interior di Institut Teknologi Nasional ini mengaku cukup dekat dengan visual karena salah seorang temannya yang memiliki hobi dalam berkarya visual. Icha mengaku pernah mempelajari bagaimana karya visual itu dibuat.

Dalam wawancara dengan informan, peneliti beberapa kali mengutarakan pertannyaan yang membuat informan menjawab dengan detail, hal ini dilakukan agar jawaban yang memenuhi kebutuhan peneliti dapat tercapai.

4.2 Pembahasan Penelitian

Pada Sub Bab ini, peneliti akan mendeskripsikan, menggambarkan dan menguraikan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara. Wancara dilakukan dengan 10 orang dimana jumlah ini telah dianggap memenuhi persyaratan dalam wawancara. Berikut adalah pembahasan dari wawancara. Pertayaan yang diberikan oleh peneliti ialah:

(49)

41

Tabel 4. 1 Tabel Wawancara Sumber: Peneliti

Berikut dibawah ini adalah tabel dimana informan memberikan pertanyaan berdasarkan potongan-potongan gambar yang ada dalam karya visual penyelamatan harimau Sumatera. Dimana sebelumnya peneliti telah memisahkan beberapa bagian yang ada dalam karya visual penyelamatan harimau Sumatera menjadi potongan-potongan. Objek yang dipisahkan tersebut kemudian yang ditujukan kepada informan dengan menunjukkan satu-satu potongan yang telah disiapkan oleh peneliti. Maka bagian tersebut menjadi adalah seperti dibawah ini: No. Nama

Informan Jawaban Kesimpulan

1. Rina Mengetahui Hampir seluruh informan mengetahui akan karya visual yang mengangkat tema mengenai penyelamatan harimau Sumatera.

Dengan catatan peneliti telah

memberikan contoh dari karya-karya visual kepada informan yang telah dicetak sebelumnya.

Dapat disimpulkan bahwa karya visual menjadi sesuatu hal yang cukup diingat di mata informan yang notabenenya adalah masyarakat kota

(50)
(51)

43

Tabel 4. 2 Tabel Wawancara Sumber: Peneliti

Gambar 4.1 Gambar kepala harimau Sumber kiri:

http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/4/41/Siberischer_tiger_de_edit02.jpg (12 Mei 2014)

Sumber kanan: Dokumentasi Peneliti

Gambar yang terlihat disamping kiri adalah gambar penampakan asli dari harimau Sumatera, sementara gambar disamping kanan adalah karya visual yang berbentuk

harimau

Asep

Mempersepsikan bahwa gambar tersebut adalah

harimau

Lutfi

Mempersepsikan bahwa gambar tersebut adalah

harimau

Galih

Mempersepsikan bahwa gambar tersebut adalah

(52)

44 muka dari harimau Sumatera, dimana gambar tersebut adalah objek dari penelitian ini, dimana gambar diatas adalah yang peneliti ambil dari sumber pencarian

internet dari website resmi yang telah terpercaya. Dalam dua gambar diatas tidak terlihat perbedaan yang signifikan. Terdapat kesamaan dari kedua gambar tersebut meskipun dalam karya visual yang nampak di samping kanan tidak menggunakan warna seperti halnya harimau Sumatera.

2. Gesture dalam Media Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera

(53)

45

Tabel 4. 3 Tabel Wawancara Sumber: Peneliti

(54)

46 3. Bagian Tubuh yang Nampak Pada Karya Visual Penyelamatan Harimau Sumatera

Gambar 4.2 Gesture Tubuh

Sumber kiri: http://semarangcityheritage.files.wordpress.com/2012/08/pengemis-miskin.jpg (12 Juli 2014)

Sumber kanan: Dokumentasi Peneliti

Terlihat kesamaan dari kedua gambar diatas. Gambar disamping kiri adalah gambar seorang pengemis atau peminta-minta, sedangkan gambar disamping kanan adalah gambar dari karya visual penyelamatan harimau Sumatera. Jika dilihat dari kedua gambar tersebut terdapat kesamaan dalam gesture, dari gambar samping kiri terlihat seorang pengemis tersebut duduk bersandar di sebuah tembok, begitu pula pada gambar samping kanan terlihat sedang bersandar ditembok dengan menekuk kedua kaki keatas dan menyandarkan kedua tangan pada lutut kaki seolah sedang memohon atau meminta.

(55)

47 sehingga informan atau masyarakat tidak dapat memahami maksud dari pesan yang ada dalam karya visual penyelamatan harimau Sumatera.

Jika dilihat dari kelengkapan pakaian yang dikenakan, gambar pengemis disebelah kiri menggunakan pakaian secara lengkap dan memakai sendal sebagai alas kakinya. Jika dibandingkan dalam disamping kanan, terlihat menggunakan pakaian lengkap sama dengan gambar disamping kiri, namun dalam gambar karya visual tersebut terlihat menggunakan sepatu. Berikut adalah gambar sepatu secara lebih dekat.

Gambar 4.3 Sepatu Harimau Sumber: Dokumentasi Peneliti

(56)

48 Bahkan kaus kaki sangat penting untuk menghindari gesekan antara kulit kaki dan permukaan dalam sepatu. Jika dikaitkan dengan sepatu yang terdapat dalam visualisasi karya visual maka sepatu tersebut adalah gambaran bagi para pemburu harimau Sumatera.

(57)

49

(58)

50 Balon kata pada dasarnya memiliki tujuan yang sama. Balon kata adalah gambaran untuk merefleksikan nada dan suasana hati pembicara dialog tersebut. Dengan balon kata diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam memahami ekspresi yang berusaha ditunjukkan dalam setiap kata atau kalimat dari pembicara, meskipun pembaca tidak melihat namun pembaca seolah-olah dapat merasakan suasana hati yang ditunjukkan pembicara. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis balon kata menurut Morisaki (2005:112):

1. Balon kata percakapan

Gambar 4.5 balon kata percakapan

Sumber: upload.mangahirusima.org/commons/thumb/8/87/Fukidashi.svg/201px-Fukidashi.svg.png (15 Mei 2014)

Balon kata dengan bentuk seperti gambar diatas adalah penggambaran dari sebuah dialog yang dilakukan satu orang kepada orang lain, atau ketika terjadinya suatu percakapan.

2. Balon kata seruan

Gambar 4. 6 balon kata seruan

(59)

51 Balon kata dengan bentuk ledakan seperti gambar diatas adalah bentuk untuk menyampaikan sebuah seruan kemarahan. Biasa digambarkan untuk dialog berteriak atau menjerit karena marah untuk menunjukkan sebuah nada pembicaraan yang tinggi.

3. Balon kata berpikir

Gambar 4. 7 balon kata berpikir

Sumber: upload.mangahirusima.org/commons/thumb/8/87/Fukidashi.svg/201px-Fukidashi.svg.png (13 Mei 2014)

Balon kata jenis ini digunakan untuk menggambarkan sebuah percakapan dimana salah seorang atau dua orang sedang memikirkan sesuatu atau berguman didalam hati. Pada manga, gelembung dengan beberapa lingkaran kecil dibawahnya muncul dari kepala pembicara biasanya juga digunakan sebagai penanda dialog bisikan.

Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pesan yang disampaikan dalam sebuah karya visual tersebut sesuai dengan bentuk balon kata yang sesungguhnya digambarkan. Dengan kesesuaian tersebut maka informan atau masyarakat yang notabenenya adalah masyarakat kota Bandung memahami pesan yang disampaikan dari karya visual teresebut.

4. Keterangan Punahnya Harimau Sumatera

Objek Nama

Informan

Persepsi Kesimpulan

(60)
(61)

53

Tabel 4. 5 Tabel Wawancara Sumber: Peneliti

(62)

54 “TERAKHIR” dalam kata “RUMAH TERAKHIR” maksudnya adalah satu-satunya atau tidak adanya lagi tempat lain dimana harimau Sumatera dapat berkembang biak.

Kata “SEDANG DIHANCURKAN” dalam kalimat yang ada dalam karya visual memberikan asumsi bahwasanya saat ini habitat harimau Sumatera dalam proses penghancuran. Makna “sedang” dalam kalimat tersebut adalah “masih” atau “tengah” dijalankan (Endarmoko, 2006:562). Sayangnya, hal ini tidak dapat dipahami oleh masyarakat. memahami makna pesan, karena bahasa yang digunakan merupakan bahasa yang mudah untuk dipahami.

(63)

55 meminta

tolong

ketegasan penyampaian pesan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Bandung dapat memahami makna dari kalimat yang ada

Tabel 4. 6 Tabel Wawancara Sumber: Peneliti

Jika dilihat dari tulisan yang diteliti kali ini yaitu tulisan dengan menggunakan tanda baca seru seperti dibawah ini.

(64)

56 Pemakaian tanda baca telah diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 46 Tahun 2009, mengenai Pedoman Umum Ejaan Bahasa yang Disempurnakan. Secara ringkas kaidah penggunaan tanda seru digunakan setelah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan yang menggambarkan kesungguhan atau rasa emosi yang kuat.

Jika dikaitkan dengan tulisan yang ada dalam visual maka tulisan tersebut dibuat berdasarkan suatu rasa atau emosi yang kuat sehingga digunakannya sebuah tanda seru. Dengan tanda seru pula masyarakat memahami makna yang disampaikan dalam karya visual, sehingga pesan yang disampaikan dalam karya visual berupa tulisan dengan kata penanda dapat dipahami oleh masyarakat.

6. Keseluruhan Visualisasi Karya Visual Penyelamatan Harimau Sumatera

(65)

57 diburu

spesiesnya

sebuah karya visual ketika karya tersebut dilengkapi oleh sebuah penjelasan.

Tabel 4. 7 Tabel Wawancara Sumber: Peneliti

4.3 Hasil Penelitian

Garis besar kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

(66)

58 Sumatera. Dengan tidak adanya keterangan tulisan yang menjelaskan bahwa dalam gambar tersebut adalah “Harimau Sumatera” maka masyarakat hanya akan mempersepsikan bahwa dalam gambar tersebut hanya sebatas harimau tanpa memahami jenis harimau tersebut adalah harimau Sumatera.

2. Gesture dalam visual kampanye penyelamatan harimau Sumatera memberikan sebuah gambaran atau sosok seseorang yang meminta-meminta. Hal ini berdasarkan persepsi yang terbentuk di benak informan ketika melihat visualisasi dari kampanye penyelamatan harimau Sumatera. Dalam gambar terlihat bahwa sosok manusia ialah pengemis, padahal dalam kampanye tersebut tujuan yang ingin disampaikan ialah sosok yang tidak memiliki rumah atau tunawisma.

3. Deskripsi kata yang ada dalam balon kata yaitu “SAAT INI RUMAH TERAKHIR HARIMAU SUMARTERA SEDANG DIMUSNAHKAN” memberikan asumsi kepada masyarakat bahwa habitat harimau Sumatera sudah hampir punah atau sedang dimusnahkan. Jika dilihat dari bentuk balon kata dimana informan mempersepsikan bahwa balon kata tersebut menggambarkan sebuah teriakan, mencerminkan bahwa harimau Sumatera sedang menyampaikan dengan lantang bahwa habitatnya telah punah. Dengan kata lain, balon kata yang terdapat dalam visualisasi kampanye penyelamatan harimau Sumatera tersebut dipersepsi dengan baik oleh informan atau masyarakat. Masyarakat terlihat terbiasa dengan bentuk-bentuk yang mewakili suatu perasaan atau gambaran hati pembicara. Dalam hal ini adalah harimau Sumatera yang berteriak seolah menyampaikan sebuah pernyataan dengan emosional.

4. Tanda seru yang digunakan dalam karya visual membantu masyarakat dalam memahami sebuah makna kata. Karena fungsi dari sebuah tanda seru adalah untuk menegaskan suatu kalimat seperti kalimat “HOMELESS PLEASE HELP!” yang

(67)
(68)

30 BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3. 1 Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera

Menurut Rogers dan Storey (1987) dalam Venus (2004, 7), mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu”. Apapun ragam dan tujuannya, upaya perubahan yang dilakukan kampanye selalu terkait dengan aspek pengetahuan, sikap dan perilaku.

Ostergaard dalam Venus (2004:10), menyebut ketiga aspek tersebut dengan istilah ”3A” yaitu awarness, attitude dan action. Ketiga aspek ini bersifat saling terkait dan merupakan sasaran pengaruh yang harus dicapai secara bertahap agar satu kondisi perubahan dapat tercipta. Awarness dalam aspek pertama oleh Ostergaad berarti menggugah kesadaran, menarik perhatian dan memberi informasi tentang produk dan gagasan yang disampaikan. Beberapa macam jenis kampanye sosial, yaitu:

1. Kampanye Hitam (Black Campaign)

(69)

31 kandidat politikus atau hal lainnya. Berikut ini adalah contoh dari kampanye hitam yang terjadi di Jakarta ketika Jokowi menjabat sebagai pemimpin di Jakarta. Biasanya hal ini dilakukan oleh sekelompok orang yang pro atas kepemimpinan suatu orang dengan membuat bermacam karya visual dengan unsur negatif yang kemudian dibawa ke media publik agar masyarakat dapat melihat dan mempertimbangkan visualisasi yang ditunjukkan.

Gambar 3.1 Kampanye Hitam

Sumber:http://statik.tempo.co/data/2014/05/04/id_286622/286622_620.jpg (12 Juli 2014)

2. Kampanye Negatif (Negative Campaign)

(70)

32 Berikut ini adalah contoh dari kampanye negatif yang dilakukan seseorang hanya untuk mengarahkan kemana masyarakat akan memilih sesuatu. Bahkan untuk memberikan sebuah pilihan kepada masyarakat untuk member pertimbangan pemilihan yang menurutnya dianggap tepat.

Gambar 3.2 Kampanye Negatif Sumber:

http://2.bp.blogspot.com/- 9T6QWCYvgkY/U0ErUfOhRSI/AAAAAAAAEx0/V4sjdmWzW-o/s1600/kampanye+negatif.jpg ( 12 Juli 2014)

3. 2 Lokasi dan Waktu Kampanye Penyelamatan Harimau Sumatera

(71)

33

Gambar 4.3 Peta Jalan Tamblong Bandung Sumber: Google Maps (17 April 2013)

Dan di Jalan Tamblong ini merupakan tempat yang sangat ramai di lalu lalang oleh masyarakat Bandung karena merupakan pusat kota di Bandung. Di Jalan Tamblong sering kali menjadi sasaran para pelaku seni graffiti dalam berekspresi, tidak heran jika karya stensilpun dapat ditemui dan menjadi lokasi pilihan di Jalan Tamblong. Dimana Jalan Tamblong sebagai tempat yang tepat untuk berekspresi dan dimana masyarakat dapat melihat secara terbuka.

Gambar

Gambar 2.2 Unsur Komunikasi Sumber: Joseph de Vito (1997)
Gambar II.3 Titik
Gambar II.4 Garis
Gambar II.6 Ruang
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) KAP atau Cabang KAP yang dikenakan sanksi pembekuan izin, apabila masa pembekuan tersebut telah berakhir dan akan memberikan jasanya kembali, pemimpin atau pemimpin

Pengadilan Tingkat Banding menyusun Laporan Tahunan Tahun 2015 berdasarkan Laporan Tahunan dari masing-masing Pengadilan

• Dari 32 unit yang beroperasi dan dilakukan penjadwalan dengan ke-tiga metode penjadwalan, pada Unit Decommitment dan Modified Unit Decommitment dimungkinkan dilakukan

Produk yang akan dihasilkan dalam usaha ini adalah makanan ringan berupa dawet yang dibuat dengan memanfaatkan Jagung, yang digunakan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Jagung..

(4) Ketersediaan kolam penampung air bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan oleh kementerian yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan hasil belajar IPS antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe

Tablet hisap membutuhkan tekanan yang tinggi dan bahan pengikat yang lebih besar karena tablet ini diharapkan dapat melarut perlahan dalam mulut, maka kekerasan tablet

Hani Handoko (2001:53) mengemukakan bahwa perencanaan sumberdaya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan