• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediakom Edisi 26 Oktober 2010 - [MAJALAH]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mediakom Edisi 26 Oktober 2010 - [MAJALAH]"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Jiwa-jiwa

Yang Terpanggil

Etalase

SuSunan REDaKSI

Penanggung Jawab

drg. Tritarayati,SH

Redaktur

Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS Drs. Sumardi

Editor/Penyunting

Dra. Hikmandari A., M.Ed drg. Anitasari SM. Prawito, SKM, MM

Busroni S.IP Mety Setyowati, SKM Aji Muhawarman, ST

Desain Grafis dan Fotografer

Resty Kiantini, SKM, M.Kes Dewi Indah Sari, SE, MM

Sri Wahyuni, S.Sos, MM Giri Inayah, S.Sos.

R. Yanti Ruchiati Wayang Mas Jendra, S.Sn

Sekretariat

Agus Tarsono Waspodo Purwanto

Hambali Yan Zefrial

Alamat Redaksi

Pusat Komunikasi Publik Gedung Kementerian Kesehatan RI

Blok A, Ruang 107

Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9 Jakarta 12950

Telepon

021-5201590; 021-52907416-9

Fax

021- 5223002; 021-52960661

Email

info@depkes.go.id kontak@depkes.go.id

Call Center

021-500567, 021-30413700

Media

kom

S

elalu ada kepiluan, duka dan lara. Terasa perih, merintih lirih dan sedih. Mereka terasing, keluargapun pusing tujuh keliling. Mecari solusi atas derita mendampingi orang dengan masalah kejiwaan (ODMK). Terus berjuang dengan berbagai cara, demi kesembuhannya. Ia memerlukan orang lain tempat mengadu dan menyelesaikan masalah yang menjeratnya.

Kondisi ini menyebabkan tampilnya jiwa-jiwa yang terpanggil untuk mendampingi ODMK. Dia hadir bukan karena popularitas, harta dan tahta, tapi pengabdian yang tulus untuk sesama. Sigap mendatangi rumah demi rumah, mendata keluarga dan berinteraksi memberi solusi. Bagimana hasilnya? Tak terduga, ternyata banyak ditemukan anggota keluarga yang potensial menjadi ODMK.

Diantara mereka yang tulus dalam pengabdian itu bernama Septia Herlin Artati, kader kesehatan jiwa dari Puskesmas Sindang Barang, Provinsi Banten. Ia kader yang tangguh, tak mudah berkeluh kesah menghadapi sulitnya medan dan celaan orang yang mencela. Ia mengakui, sedikit sekali orang yang bersedia menjadi kader kesehatan jiwa. Tapi, Ia tetap berkarya demi menolong sesama. Dia berdo’a “Semoga diberi kekuatan tetap berada pada kelompok yang sedikit”. Inilah sebagian kecil kisah mengharukan dalam Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Se Dunia ke 17, yang jatuh pada tanggal 10-10-10. Untuk itu Mediakom mengangkat “Indonesia Bebas Pasung 2014” menjadi bahasan utama.

Selanjutnya, Mediakom juga mengetengahkan kegiatan Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTS) Se Dunia ke 3, yang jatuh pada tanggal 15-10-10 dan bulan kampanye imunisiasi penyakit campak dan polio. Tak ketinggalan, beberapa rubrik ringan yang menyajikan informasi kesehatan, info sehat, siapa dia, potret dan lentera yang menyuguhkan “teman sejati” dan “membangun integritas”. Selamat menikmati. n

Redaksi

drg. Tritarayati, SH

Redaksi menerima naskah dari pembaca:

(4)

Cover: Peringatan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia

Foto: Rifani S.

Daftar Isi

3

Etalase

4

Daftar Isi

6

Surat Pembaca

7

Info Sehat

Tips Menurunkan Berat Badan

Menyibak Lebih Jauh Khasiat apel

4 Jenis Olahraga untuk Jantung Lebih Kuat dan Sehat

10 Ragam

Dokter Dapat Sanksi Jika Tidak Menulis Resep Obat Generik

Jamkesmas Mempercepat Reformasi Bidang Kesehatan

16 Kolom

Jamkesmas Dipuji dan Diuji

17 Media utama

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps) Dapat Turunkan Insiden Diare

Jalan Sehat Peringati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia

Dukamu Kepiluanku

Peta Jalan Menuju Indonesia Bebas Pasung

Bali Bebas Pasung 2014

28 Peristiwa

Menkes Kunjungi Pengungsi Bencana alam Letusan Gunung Sinabung

Kementerian Kesehatan RI Raih Juara umum anugerah Media Humas Tahun 2010

Selayang Pandang Praktek Keperawatan di Primary Health Care Post Gwangju, Korea Selatan

8

10

17

20

24

(5)

33 Stop Press

Kemenkes Dukung Pendirian Rumah Sakit Pelita Rakyat

Laksa dan Oasis

Studi Banding Program Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat

Kampanye Campak dan Polio untuk Cegah Kematian

42

Potret

Irwandi Yusuf

Desty ariani

45 nasional

Menuju Indonesia Bebas Malaria

130 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan Peroleh Penghargaan

Kesiapan Pelayanan Kesehatan Ibadah Haji Tahun 1431 H/2010 M

Calon Jemaah Haji Divaksin Halal

52 Daerah

Pelayanan Kesehatan arus Mudik di Bakauheni Bandar Lampung

Suka - Duka Mudik di Dermaga Bakauheni

Mendidik arus Mudik

56 Siapa Dia

Deswita Maharani

Marcelino Lefrandt

Sarah Sechan

Tika Panggabean

58 Lentera

Teman Sejati

Mengembangkan Integritas

Daftar Isi

35

38

42

42

(6)

Surat Pembaca

Jamkesmas Dan

Jamkesda ?

Sesorang miskin tidak terdaftar pada Jamkesmas dan Jamkesda. Sementara orang tersebut memerlukan rujukan perawatan dan tindakan ke rumah sakit, dulu ada SKTM ( surat keterangan tidak mampu). Sekarang bagaimana ?

http://mail.ovi.com Jawab:

Jamkesmas merupakan program pemerintah bidang kesehatan untuk membantu warga tidak mampu atau miskin. Peserta Jamkesmas di tetapkan berdasarkan kuota Kabupaten / Kota yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati / Wali Kota dan MOU. Dalam MOU ada klausul yang menjelaskan, apabila masih ada warga miskin yang belum tertampung pada program Jamkesmas maka menjadi tanggung jawab pemda setempat.

Untuk mengurus Jamkesda (Jaminan kesehatan daerah ) masyarakat dapat mengurus surat keterangan tidak mampu dari RT/RW setempat, puskesmas, kelurahan, kecamatan kemudian mengurus ke Dinas Kesehatan setempat, sebab

masing-masing daerah mempunyai kebijakan dan aturan yang berbeda-beda.

Buku Referensi.

Saya Gladys Yolanda, mahasiswa fakultas keperawatan tk.VI.

Sekarang sedang menyusun skripsi mengenai prilaku ibu-ibu terhadap pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Oleh karena itu saya mohon bantuannya, untuk memperoleh informasi mengenai kanker payudara dan SADARI, serta referensi buku yang berhubungan dengan instrument penelitian.

Atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih,

Hormat kami

Gladys Yolanda

qreipixy@yahoo.com

Jawab:

Sdr. Gladys Yolanda, terima kasih atas pertanyaannya. Untuk memperoleh informasi mengenai kanker payudara dan SADARI, serta referensi buku yang berhubungan dengan instrument penelitian, Saudara dapat menghubungi

Perpustakaan Kementerian Kesehatan, Jl. HR. Rasuna Said Blok X-5 Kav No. 4-9 Jakarta Selatan telp. (021) 5201500 eks. 1004

Rentra Kemenkes

2010-2014

Mohon dikirimkan informasi rencana strategi 2010-2014, saya sangat memerlukan data tersebut. Terima kasih atas bantuannya.

Hormat kami,

SISWANI SARIYO

mas.siswani@gmail.com

Jawab:

Saudara Siswani Sariyo, terima kasih atas pertanyaannya. Informasi Mengenai Rencana Strategi

Kementerian Kesehatan 2010 - 2014 dapat Saudara download di Web Kemenkes : www.depkes.go.id .

Silakan klik Downloads, di bagian Downloads pilih kategori Pedoman. Semoga bermanfaat.

(7)

Info Sehat

sedang makan keluar. Sekali-kali teh manis untuk pelega masih tidak apa.

3. Makan paling akhir 2-3 jam sebelum tidur.

Karena lemak mulai ditumpuk saat anda tidur. Jika anda makan sebelum tidur maka akan menjadi sasaran empuk untuk penumpukan lemak. Jika anda lapar, lebih baik minum saja susu non fat atau semacamnya.

4. Tidak lagi gorengan, ganti dengan yang bakar atau rebus Tetapi hati-hati, biasanya ayam bakar diolesi minyak. Paling baik, katakan dulu pada koki agar jangan pakai minyak.

5. Latihan kardio (jogging, lari, berenang, lompat tali, treadmill) Jenis ini akan membuat

anda membakar lemak yang menumpuk. Lakukan dengan rutin setiap hari.

6. Pagi hari yang indah untuk berlatih.

Berlatih pada pagi hari akan lebih efektif, karena perut anda sudah kosong dan tentunya pembakaran yang utama akan mengambil dari lemak anda.

7. Berjalan kaki yang sehat. Usahakan anda bisa berjalan kaki jika jaraknya tidak terlalu jauh. Ataupun ketika ada pilihan antara eskalator atau tangga, pilih tangga! Anda tetap bisa berjalan kaki meski sedang menaiki eskalator.

8. Istirahatlah secukupnya.

Usahakan waktu istirahat anda 8 jam sehari.

9. Nikmati hidup anda.

Atur semua diet dan latihan anda agar menyenangkan sehingga nanti tidak menjadi diet yoyo (berat kadang turun kadang naik). Kalau anda menikmati gaya hidup sehat anda yang baru, tentu anda tidak sampai bosan. n

gi/berbagai sumber

WWW

.BREAKTHR

OUGHEMPO

WERMENT

.C

OM / C

ORBIS.C

OM

Tips

Menurunkan

Berat Badan

"S

usahnya menurunkan berat badan!”, begitu komentar yang biasa kita dengar. Jangan putus asa dulu. Kalau tahu caranya, anda pasti bisa. Ada beberapa tips yang mudah dan bagus untuk dijalankan. Selamat mencoba

1. Kurangi karbohidrat (nasi, roti, dll) dan hindari lemak (gorengan, santan).

Meski demikian jangan hilangkan karbohidrat dari porsi makan anda karena karbohidrat tetap dibutuhkan tubuh, hanya tidak terlalu banyak.

2. Hindari gula dalam minuman anda!

(8)

Info Sehat

A

n apple a day keeps the

doctor away. Pepatah

lama itu lahir bukan tanpa arti. Tahukah Anda, ada sekitar 7.000 jenis apel di dunia ini dengan khasiat yang beraneka ragam. Meski kandungan gizi setiap jenis apel berbeda-beda namun sejauh ini ilmuwan mengetahui kandungan kalium atau potassium buah ini mampu mencegah stroke, mengurangi kadar gula dan kolesterol darah.

Kebanyakan orang mengonsumsi apel secara langsung begitu saja. Ada juga yang suka mengolahnya menjadi jus, sirup atau perasa tambahan. Ada juga yang mengolah apel menjadi cuka. Cuka apel merupakan sumber serat terlarut paling baik, yang tak mengandung kolesterol,lemak, dan natrium. Kandungan pektin efektif menekan kolesterol jahat penyumbat pembuluh darah (LDL) dan

meningkatkan kadar kolesterol baik

(HDL), sehingga mengurangi risiko terserang penyakit jantung.

Sebagai sumber serat yang baik, apel merupakan camilan yang sangat baik untuk orang yang sedang menurunkan berat badan, sehingga mencegah rasa lapar datang lebih cepat.

Untuk kaum perempuan, kandungan boron dalam apel terbukti membantu wanita mempertahankan kadar hormon estrogen saat menopause. Mempertahankan estrogen berarti mengurangi gangguan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan hormon

dikala menopause, misalnya semburan panas, nyeri, depresi, penyakit jantung, osteoporosis.

Apel juga melindungi tubuh dari virus flu dan bermanfaat mencegah

kerusakan gigi periodontal. Selain dapat dimakan langsung atau dijus, sari apel juga dapat dibuat cuka. Sifatnya yang antiseptic, mampu membunuh

bakteri-bakteri dalam saluran pencernaan, memperbaiki metabolisme tubuh, memperlancar aliran darah untuk mengatasi toxeemia alias keracunan dalam peredaran darah dan mencegah obesitas serta meningkatkan daya tahan tubuh.n

gi/berbagai sumber

MANY

W

ALLP

APERS.C

OM

Menyibak Lebih Jauh

Khasiat apel

JAMESANDTHEGIANT

C

ORN.C

(9)

Info Sehat

1. Jalan cepat

Tubuh manusia dilahirkan untuk berjalan. Jalan cepat adalah cara alami untuk meningkatkan kebugaran tubuh, terutama jantung. Selain itu, jalan cepat bekerja lebih baik untuk orang dengan gemuk atau overweight. Hal ini karena jalan cepat dapat membantu mengurangi lemak otot di area dekat sendi.

4 Jenis Olahraga untuk

Jantung Lebih Kuat dan Sehat

O

lahraga sederhana yang dilakukan secara signifikan dapat mengurangi risiko penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.

Latihan kardiovaskular adalah bentuk kegiatan yang meningkatkan pernapasan dan denyut jantung. Olahraga ini pada dasarnya menantang jantung untuk bekerja lebih keras dan menjadi lebih kuat.

Olahraga kardiovaskular akan memperbaiki cara tubuh menggunakan oksigen. Ini akan membuat jantung lebih kuat dan lebih efisien dalam memompa darah ke tubuh.

Seperti dilansir dari Sheknow, 4 olahraga kardiovaskular terbaik untuk meningkatkan kesehatan jantung yaitu:

2. Lari

Meski lebih menantang ketimbang jalan, lari adalah aktivitas fisik jantung sehat yang mudah untuk dilakukan. Selain itu, lari juga merupakan salah satu cara terbaik unutk membakar kalori. Dengan begitu, ketika anda sedang berusaha menurunkan berat badan, ada bonus lain yaitu kesehatan jantung.

3. Berenang

Kolam renang bisa jadi merupakan tempat terbaik untuk bermalas-malasan sambil mengapung, tapi air di kolam renang bisa menjadi tantangan kebugaran tubuh. Berenang atau olahraga air lain tidak hanya akan

meningkatkan denyut jantung dan meningkatkan kesehatan jantung, air memberikan resistensi multi-arah yang akan meningkatkan kekuatan otot dan suara.

4. Bersepeda

Aktivitas kardiovaskular lain yang mudah adalah bersepeda. Dengan bersepeda, Anda bisa jalan-jalan keliling komplek rumah atau taman sambil meningkatkan kesehatan jantung, membangun kekuatan dan mengencangkan tubuh. ngi/detikhealth

WWW

.THEEPOCHTIMES.C

OM

WWW

.W

A

TERSIDEINFO

.C

OM

AL

T.C

O

XNE

W

SWEB

.C

OM

JAEL12.WORDPRESS.C

(10)

Ragam

O

bat merupakan komponen terbesar dalam pembiayaan kesehatan yaitu mencapai hingga 70 persen. Namun, selama ini pasien selalu dalam posisi menerima saja apa yang diresepkan dokter. Pasien terpaksa tidak mempunyai pilihan karena memang sebagian besar masyarakat tidak mengerti jenis obat generik atau bermerek.

Untuk melindungi rakyat, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan sejak 1989 telah

meluncurkan program obat generik. Tujuannya memudahkan akses masyarakat terhadap obat yang mutunya terjamin dengan harga yang terjangkau. Menkes saat itu, mengeluarkan surat keputusan nomor 085/Menkes/SK/I/89 tentang

kewajiban menuliskan resep dan/ atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah.

Ternyata penggunaan obat generik belum seperti yang diharapkan. Konsumen kesehatan atau pasien masih saja sangat tergantung pada dokter. Untuk mengatasi hal ini, Menteri Kesehatan dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, mengeluarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.02.02/

Menkes/068/I/2010 tanggal 14 Januari 2010 yang menginstruksikan semua fasilitas kesehatan

pemerintah wajib menuliskan resep dan atau menggunakan obat generik.

Permenkes tersebut, mewajibkan dokter yang mencakup dokter umum, dokter gigi, dokter spesialis,

dan dokter gigi spesialis yang bertugas di fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah wajib menulis resep obat generik bagi semua pasien sesuai indikasi medis. Dokter dapat menulis resep untuk diambil di apotek atau di luar fasilitas pelayanan kesehatan jika obat generik tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan.

Di samping itu, jika obat generik yang dimaksud belum tersedia, dokter di rumah sakit, puskesmas dan unit pelaksana teknis lainnya dapat menyetujui pergantian resep obat generik dengan obat generik bermerek dagang. Begitupun dengan apoteker, apoteker diperbolehkan mengganti obat merek dagang atau obat paten dengan obat generik yang sama komponen aktifnya atau obat merek

Dokter Dapat Sanksi

Jika Tidak Menulis

(11)

Ragam

dagang lain atas persetujuan dokter dan atau pasien.

Bagi pengelola instalasi farmasi rumah sakit, diwajibkan mengelola obat di rumah sakit secara efektif dan efisien serta membuat prosedur perencanaan, pengadaan,

penyimpanan, pendistribusian dan pemantauan obat yang digunakan fasilitas pelayanan kesehatan.

Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/ kota, juga diwajibkan membuat perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyediaan, pengelolaan dan pendistribusian obat kepada puskesmas dan pelayanan kesehatan lain.

Sanksi administratif

Untuk pembinaan dan pengawasan, menurut peraturan itu, pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota dapat memberi peringatan lisan atau tertulis kepada dokter, tenaga kefarmasian dan pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah yang

Masyarakat perlu mengetahui mengapa menggunakan obat generik?

Sebenarnya, obat hanya dibedakan menjadi dua yaitu obat paten dan obat generik. Obat paten adalah obat yang baru ditemukan berdasarkan riset dan memiliki masa paten tergantung jenis obatnya. Menurut UU No.14/2001 masa berlaku paten di Indonesia adalah 20 tahun.

Selama 20 tahun itu, perusahaan farmasi tersebut memiliki hak eksklusif untuk memproduksi dan memasarkan. Perusahaan lain tidak boleh memproduksi dan memasarkan obat serupa jika tidak memiliki perjanjian dengan pemilik paten. Setelah obat paten habis masa patennya, kemudian disebut obat generik yaitu obat dengan nama zat berkhasiatnya.

Obat generik di Indonesia dikenal dengan nama zat berkhasiat/aktif dan obat generik bermerek, yaitu yang diberi nama dagang atau nama dari industrinya. Obat generik yang bermerek maupun tidak bermerek tidak ada bedanya kandungan zat berkhasiatnya.

Obat generik umumnya disebut generik saja, sedangkan obat generik bermerek sering dipahami sebagai obat paten. Padahal ini adalah anggapan yang salah, apalagi pengertian obat paten seringkali diterjemahkan sebagai obat yang sangat manjur sehingga dapat menyesatkan.

Kenapa harga obat generik lebih murah?

Harga obat generik lebih murah karena dijual dalam kemasan yang sederhana dan tidak ada biaya untuk promosi. Penyebab harga obat mahal antara lain adanya biaya promosi yang bisa mencapai 20-30 persen. Sehingga akan mempengaruhi harga obat secara signifikan. Harga obat generik dikendalikan dan dipantau oleh pemerintah, dalam hal ini oleh

Kementerian Kesehatan.

Apakah obat generik mutunya terjamin?

Obat generik terjamin mutu, khasiat, keamanan, dan harganya terjangkau karena obat generik diproduksi oleh perusahaan farmasi yang telah menerapkan cara pembuatan obat yang baik (CPOB) dengan standar yang ditetapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM).

Dimana memperoleh obat generik?

Obat generik dapat diperoleh di Puskesmas, instalasi farmasi rumah sakit, apotek dan sarana kesehatan lainnya.

Bagaimana cara memperolehnya?

Obat generik dapat diperoleh dengan resep dari dokter dan dibeli di apotek/ instalasi farmasi rumah sakit, dan toko obat berizin.

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Pusat Tanggap dan Respon Cepat Kementerian Kesehatan

(12)

Ragam

melakukan pelanggaran terhadap ketentuan dalam Peraturan Menteri ini.

Peringatan lisan atau tertulis diberikan paling banyak tiga kali dan apabila peringatan tidak dipatuhi, pemerintah akan menjatuhkan sanksi administratif kepegawaian kepada yang bersangkutan. Pelaksanaan peraturan tersebut juga terus dipantau secara berjenjang dan diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01/MENKES/ 159/I/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

“Sebagai bagian dari pembinaan, maka pelanggaran terhadap kewajiban peresepan dapat dikenakan sanksi administratif sesuai ketentuan yang berlaku,” jelas Menkes.

Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Dra. Sri Indrawaty, Apt. menjelaskan, sejak Permenkes tersebut diterapkan pada bulan Januari 2010, tingkat peresepan obat generik di rumah sakit yang rata-rata

65 persen terus meningkat meski belum signifikan.

“Hingga bulan April 2010, rata-rata penggunaan obat generik menjadi 68 persen. Hal itu didasari pada hasil monitoring cepat penggunaan obat generik di 44 Rumah Sakit Propinsi dan Kabupaten/Kota di 33 Propinsi. Diharapkan, penggunaannya dapat meningkat menjadi 80-90 persen di tahun 2014,” jelasnya.

Untuk pembinaan dan pengawasan penggunaannya dituangkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.03.01/ MENKES/ 159/I/2010 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penggunaan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah.

Tak hanya sampai disitu, guna memastikan obat generik dapat digunakan oleh semua kalangan, pemerintah juga terus memantau dan mengendalikan harga obat generik melalui Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) RI yang telah beberapa kali direvisi. Terakhir diatur dalam Kepmenkes Nomor HK.03.01/Menkes/146/I/2010, yang

berisi penetapan harga dari 453 item obat generik.

Dalam regulasi tersebut, Pabrik Obat dan/atau Pedagang Besar Farmasi (PBF) dalam menyalurkan Obat Generik kepada Pemerintah, Rumah Sakit, Apotek dan Sarana Pelayanan Kesehatan lainnya harus menggunakan Harga Netto Apotek (HNA) plus Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebagai harga patokan tertinggi.

Dalam rangka menjamin ketersediaan dan pemerataan obat generik, pabrik obat dan/atau PBF dapat menambahkan biaya distribusi maksimum sebesar 5 persen untuk Regional II, 10 persen untuk Regional III dan 20 persen untuk Regional IV. Mengingat bahwa lebih dari 98 persen industri farmasi berada di Pulau Jawa dan hanya beberapa yang ada di Sumatera (Palembang dan Medan).

“Jadi, mulai sekarang jangan segan untuk meminta resep obat generik pada dokter jika terkena penyakit. Dengan harga yang lebih terjangkau anda bisa menghemat dan penyakit pun bisa tertangani dengan baik,” saran Menkes.n

(13)

Ragam

K

ementerian Kesehatan pada tahun 2005, telah berinisiasi melaksanakan program Askeskin yang kemudian diubah namanya menjadi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) karena yang dijamin tidak hanya masyarakat miskin tetapi juga masyarakat yang masuk kategori tidak mampu. Program Jamkesmas merupakan langkah awal menuju jaminan kesehatan semesta, sebagai kewajiban negara sesuai amanat UUD 1945 pasal 28-H dan pasal 34 ayat (1) dan (2) dan bentuk implementasi UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Bahkan Jamkesmas diyakini mampu mempercepat reformasi di bidang kesehatan.

Peserta Jamkesmas berjumlah 76,4 juta jiwa, tersebar di seluruh Indonesia yang meliputi lebih kurang 34% dari total penduduk. Peserta Jamkesmas secara makro didasari atas data BPS yang kemudian dibagi pagu kab/kota. Berdasarkan pagu kabupten/kota tersebut pemerintah kab/kota menetapkan siapa yang menjadi peserta Jamkesmas (nama dan alamat lengkap), yang kemudian dikompilasi menjadi data Nasional. Kemudian diterbitkan kartu bagi setiap peserta, dengan demikian peserta Jamkesmas bukan mendaftarkan diri menjadi peserta, tetapi ditetapkan oleh bupati/walikota dengan identitas peserta ditentukan berdasarkan kepemelikan kartu Jamkesmas.

Sesuai kebijakan Menteri Kesehatan, apabila masih ada masyarakat miskin dan tidak mampu tetapi

tidak masuk dalam penetapan bupati/walikota maka pembiayaanya menjadi tanggug jawab pemerintahan prov/kab/kota. Berdasarkan kebijakan ini, kemudian menjadi pemacu berkembangnya Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda), bahkan banyak daerah yang justru mengembangkan jaminan kesehatan tidak hanya untuk penduduk miskin dan tidak mampu tetapi dikembangkan untuk seluruh penduduk di daerahnya, sehingga di beberapa daerah telah mencapai jaminan kesehatan untuk seluruh penduduknya (NAD, Sumsel dan Bali). Sedangkan di daerah lainnya seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sulsel, Sumatera Barat, dan NTB sedang uji coba untuk mendorong jaminan seluruh penduduk di wilayahnya.

Perkembangan yang menggembirakan ini telah sesuai dengan roadmap yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan dalam rangka pencapaian universal coverage

bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2014. Untuk menyelesaikan masalah portabilitas, masalah kesamaan hak tentang manfaat, pengelolaan keuangan yang harus nirlaba dan dana amanah, akuntabel dan transparan, pada saatnya Jamkesmas dan Jamkesda ini akan disatukan (dilebur) menjadi Jaminan kesehatan yang bersifat nasional dengan tetap mengedepankan peran pemerintahan prov/kab/kota dengan tetap mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang SJSN.

Selain data yang telah terkumpul secara Nasional,

(14)

Ragam

bagi gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar yang tidak mempunyai identitas dan tidak memiliki kartu Jamkesmas, tetap dapat mengakses pelayanan kesehatan melalui program Jamkesmas dengan mengajukan bukti bahwa yang bersangkutan miskin atau tidak mampu dan disyahkan oleh dinas sosial setempat.

Pada tahun 2010 kepesertaan Jamkesmas diperluas yang meliputi masyarakat miskin penghuni panti sosial, masyarakat miskin penghuni Lembaga Pemasyarakatan/Rumah Tahanan dan masyarakat miskin korban bencana yang diatur tersendiri atas kerja sama Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian Hukum dan HAM dan Kementerian Dalam Negeri.

Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan (PPJK), Usman Sumantri mengatakan bahwa program Jamkesmas bagi Kementerian Kesehatan tidak hanya

persoalan masyarakat terjamin kesehatannya, tetapi merupakan kendaraan untuk mempercepat reformasi subsistem pelayanan kesehatan yang selaras dengan subsistem pembiayaan kesehatan, subsitem farmasi, subsistem

pengembangan SDM kesehatan dan subsistem manajamen kesehatan secara keseluruhan.

Percepatan reformasi dalam bidang kesehatan melalui Sistem Jaminan Kesehatan sebagaimana dimaksud akan mendorong penerapan penggunaan standar pelayanan medik yang berlaku secara Nasional, (sebagai instrumen mutu pelayanan kesehatan

yang terukur), mempercepat penatalaksanaan sistem rujukan yang baik dengan pelayanan kesehatan dasar sebagai gate keeper, mendorong pemanfaatan obat generik sehingga dapat menekan

medical cost, mendorong perbaikan

terhadap manajemen kesehatan untuk melakukan kendali mutu dan

kendali biaya (cost containment), mendorong fasilitas kesehatan untuk menata manajemen pelayanan seperti perbaikan medical record, penataan pasien, monitoring,

utilisazation review, dan tata laksana

manajamen obat, sehingga fasilitas kesehatan akan lebih transparan dan akuntabel, mendorong dilakukan standarisasi alat dan menekan standarisasi harga sehingga dapat menekan biaya kesehatan dengan tetap mempertimbangkan win-win solution antar para pihak. Kedepan, melalui Jaminan Kesehatan ini akan didorong untuk peningkatan penggunaan alat dan bahan kesehatan produksi dalam negeri sehingga bangsa Indonesia tidak tergantung kepada impor alat dan bahan kesehatan.

Pendanaan pemerintah dalam program Jamkesmas medapatkan perhatian khusus karena merupakan program prioritas yang langsung dapat dinikmati oleh masyarakat peserta Jamkesmas. Sejak

digulirkankanya program ini tahun 2005 anggarannya mengalami peningkatan dari 3,6 Triliun menjadi 5,1 Triliun pada tahun 2010 dengan premi rata-rata Rp 5.000,- sd Rp 6.200,- per orang/bulan. Manfaat yang diberikan kepada peserta bersifat komprehensif yang diukur berdasarkan indikasi medis dengan hampir seluruh penyakit termasuk

(15)

Ragam

yang bersifat katastropik dijamin

dalam program Jamkesmas. Menurut Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, kedepan semua penduduk tidak terkecuali, kaya, miskin, tidak mampu, seharusnya wajib masuk dalam sistem Jaminan kesehatan ini, sehingga pada saat mengalami musibah sakit tidak dipusingkan karena tidak adanya biaya kesehatan. Tentu ada kewajiban pemerintah untuk membayar iuran bagi fakir miskin dan tidak mampu, tetapi bagi yang mampu dituntut membayar iuran sebagai bentuk kontribusi peserta dan tentu harus sharing

dengan majikan atau pemberi kerja bagi yang mempunyai gaji.

Fasilitas pemberi pelayanan kesehatan bagi peserta Jamkesmas disediakan di semua fasilitas kesehatan pemerintah/TNI/Polri maupun fasilitas kesehatan swasta yang bersedia bekerjasama dalam program Jamkesmas. Lebih dari 30% dari 1.002 fasilitas kesehatan rujukan swasta, yang telah bekerja sama dengan program ini

Pengiriman dana pelayanan kesehatan dasar bagi peserta Jamkesmas di Puskesmas dan jaringannya, langsung dikirim melalui Kantor Pos ke Rekening Puskesmas. Dana tersebut dikirim berdasarkan formula perhitungan dan dimanfaatkan oleh Puskesmas berdasarkan Plan Of Action (POA) yang disetujui Kepala Dinas

Kesehatan Kab/Kota yang kemudian hasil pelaksannaan kegiatan kerjanya diverifikasi oleh Tim Pengelola Kabupaten/Kota.

Dana pelayanan untuk pelayanan kesehaan rujukan langsung

ditransfer ke rekening RS/Balai dari Kantor Kas Negara yang kemudian dimanfaatkan oleh peserta dan dipertanggung oleh RS/Balai dengan menggunakan INA-DRG (Indonesia Diagnosis Related Groups)

Menkes mengatakan, untuk tahun 2011 akan ada perubahan data Jamkesmas yang mengacu kepada data PPLS dari Badan Pusat

Statistik (BPS) 2008.

Lebih lanjut Menkes dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH, mengatakan program Jamkesmas dapat mempercepat reformasi di bidang kesehatan serta mendorong rumah sakit lebih sadar biaya dan sadar kendali mutu pelayanan. Hal tersebut dapat terjadi karena rumah sakit yang melayani Jamkesmas diharuskan menerapkan tarif sistem paket INA-DRG.

Diungkapkan pula, setiap tahunnya penggunaan kartu Jamkesmas pada pelayanan kesehatan terus meningkat. Untuk pelayanan rujukan tahun 2008, telah melayani rawat jalan sebanyak 2,68 juta peserta Jamkesmas, rawat inap 951,4 ribu peserta dan pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebanyak 415,9 ribu peserta. Sedangkan tahun 2009, untuk pelayanan rujukan meningkat dengan melayani rawat jalan sebanyak 4,4 juta peserta, dan rawat inap 1,1 juta peserta.

Rata-rata kunjungan berdasarkan kelompok umur, terbanyak usia 15-64 tahun.”Data ini belum termasuk pelayanan peserta pada Puskesmas yang mencapai ratusan juta peserta. Ini membuktikan bahwa program Jamkesmas benar-benar telah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat,” ujarnya..

Lebih lanjut dikatakan, pada tahun 2011 pemerintah berencana akan membuat usulan jaminan persalinan bagi seluruh penduduk yang belum memiliki jaminan keshatan. Hal ini menjadi sangat penting untuk mempercepat penurunan kematian ibu melahirkan dan bayi sehingga diharapkan mendorong pencapaian MDG’s tahun 2015. Disamping itu melalui program ini akan mendorong akses mayarakat terhadap pelayanan keluarga berencana.

Menurut Menkes, negara juga akan menanggung biaya pemeriksaan ibu dan bayinya pasca melahirkan sebanyak dua kali. Begitupun saat persalinan, obat dan

alat kesehatan juga ditanggung oleh pemerintah. Ditambahkan pula, program jaminan persalinan ini dilakukan guna menekan angka kematian ibu melahirkan hingga mencapai batas yang ditetapkan dalam Millenium Development Goals

(MDG’s). Saat ini, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 228 per 100.000 kelahiran hidup. Dalam MDGs ditargetkan, angka tersebut pada 2015 turun menjadi 103 per 100.000 kelahiran hidup.

“Dengan adanya biaya persalinan ini, ke depan tidak boleh ada

lagi bayi yang ditahan di tempat pelayanan kesehatan karena alasan biaya. Program ini tidak hanya bisa dinikmati oleh peserta Jamkesmas, tapi juga masyarakat lainnya yang belum memiliki Jaminan kesehatan dan mau dilayani di Puskesmas, Klinik Swasta, Rumah Bersalin, Klinik bersalin, Bidan praktek, dokter praktek swasta dan rujukan ke Rumah Sakit dengan sarana pelayanan kelas tiga.

(16)

Kolom

Jamkesmas Dipuji dan Diuji

Oleh: Prawito

J

aminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) program lawas Kementerian Kesehatan yang di puji sekaligus di uji. Di puji karena pro rakyat. Masyarakat miskin merasakan langsung manfaatnya. Tapi, Jamkesmas juga masih banyak kendala dan hambatan yang harus dituntaskan. Mulai dari kepesertaan, pendanaan, pengorganisasian sampai pelayanan kesehatan di unit-unit pelayanan. Disinilah ujiannya. Mampukah melewati masa-masa sulit yang penuh jebakan dan tantangan, sehingga lulus ujian?

Tak dipungkiri, Jamkesmas mendapat banyak dukungan berbagai pihak. Mulai dari wakil rakyat, birokrat, konglomerat sampai rakyat melarat. Bahkan ketika hanya ada isu entah siapa yang meniupkan, yakni Jamkesmas akan dihilangkan, mereka ramai-ramai berteriak melakukan penolakan. Itu bukti terhadap dukungan program Jamkesmas secara nyata dan luar biasa.

Memang, Jamkesmas dari sisi kepesertaan telah menjamin 19,1 juta rumah tangga miskin atau 76,4 juta jiwa dengan rata-rata 4 jiwa per keluarga. Cakupan kepesertaan juga telah diperluas kepada seluruh gelandangan, pengemis, anak terlantar dan anak jalanan.

Selanjutnya, melalui program 100 hari bidang kesehatan ditetapkan perluasan penjaminan kepesertaan telah Jamkesmas meliputi masyarakat miskin korban bencana, penguni panti asuhan, panti jompo, penghuni Lapas dan Rutan. Pada tahun 2014, diharapkan seluruh penduduk akan masuk dalam jaminan kesehatan.

Mekanisme pelayanan kepesertaan sangat mudah. Masyarakat miskin mendapat kartu Jamkesmas dari pemerintah, anak gelandangan dan pengemis cukup dengan menggunakan surat rekomendasi dari Dinas Sosial setempat. Sedangkan penghuni Lapas dan Rutan cukup mendapat rekomendasi dari kepala Lapas dan Rutan.

Sejarah Jamkesmas, memang sudah cukup tua dan

panjang. Berulang kali evolusi menyesuaikan dengan kondisi untuk memperbaiki diri, termasuk melakukan penyesuaian penggunaan nama. Awalnya bernama Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat (JPKM), kemudian Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin (Askeskin), dan saat ini Jamkesmas. Berikutnya?, mungkin akan menyesuaikan lagi sesuai kebutuhan zaman, sebagai bagian upaya penyempurnaan.

Ujian Jamkesmas masih akan terus mengalir, seiring dengan proses pendewasaan usianya. Masih ada pasien Jamkesmas yang belum terlayani secara baik, masih ada masyarakat miskin yang belum masuk jaminan kesehatan apapun, masih perlu peningkatan verifikasi yang transparan dan akuntabel, ketersediaan pendanaan, kecukupan SDM, serta berbagai kendala dilapangan lainnya yang akan silih berganti menghampiri.

Semua ujian di atas, harus menjadi tanggung jawab bersama para pihak terkait, baik pemerintah pusat maupun daerah. Mulai dari Dinas Kesehatan Provinsi, Kabupaten/Kota, Pemda, Rumah Sakit dan Puskesmas. Tak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan saja.

Pertanyaannya, apakah semua pihak menyadari ujian itu, kemudian saling bersinergi dan bekerja sama mencari solusi terbaik bagi pelayanan kesehatan masyarakat di negeri ini? Ataukah mereka saling

menyalahkan dan mau menang sendiri? Ataukah mereka masa bodoh, merasa bukan tanggung jawabnya? Semua itu akan kembali kepada tingkat kedewasaan para pihak terkait menyikapi kepentingan bersama ini.

(17)

Media Utama

Media

utama

P

enyakit diare masih merupakan masalah global dan banyak berjangkit di negara-negara berkembang dengan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk, tidak cukup pasokan air bersih, kemiskinan, dan pendidikan yang rendah. Insiden diare bervariasi di setiap daerah di setiap wilayah, musim, dan masa-masa endemik seperti kejadian luar biasa kolera. Umumnya insiden tertinggi terjadi pada dua tahun pertama usia anak yang menurun seiring dengan meningkatnya usia.

Demikian sambutan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P (K), MARS, DTM&H yang dibacakan Direktur Pengendalian Penyakit Menular langsung (P2ML) Dr.

HM. Subuh, MPPM pada Seminar memperingati Hari Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia ke 3 Tahun 2010, 7 Oktober 2010, di Jakarta. Turut hadir dalam seminar sebagai narasumber Kepala Pusat Promosi Kesehatan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Perwakilan WHO untuk Indonesia Dr. Khanchit Limpakarnjanarat, Direktur Penyehatan Lingkungan drh. Wilfried Hasiholan Purba, MM, M.Kes, pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi dan sebagai moderator public figure dan pemerhati perkembangan anak dr. Lula Kamal. Peserta seminar adalah kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar yang berjumlah sekitar 100 orang.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 (Riskesdas, 2007), menemukan 34% kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 16% kejadian

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun

(18)

Media Utama

diare pada anak umur 1–4 tahun. Walaupun perilaku CTPS sudah dipahami masyarakat secara luas, namun praktiknya masih belum banyak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan perlunya perhatian khusus secara berkesinambungan terhadap upaya pencegahan penyebaran penyakit tersebut terutama anak-anak. Kajian ilmiah yang dilakukan oleh Curtis and Cairncross (2003) menyarankan bahwa perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) khususnya setelah kontak dengan feses (setelah ke jamban dan membantu anak ke jamban), dapat menurunkan insiden diare hingga 42 – 47%.

Selain menurunkan insiden diare, kata Dirjen P2PL, perilaku CTPS juga dapat menurunkan transmisi ISPA hingga lebih dari 30%, bahkan pada kondisi lingkungan dengan kontaminasi feses yang sangat tinggi serta sanitasi yang buruk (penelitian Rabie dan Curtis 2005). Bahkan UNICEF menemukan perilaku CTPS dapat juga menurunkan 50% insiden Avian Influenza.

Menurut Prof. Tjandra, semakin banyak anak yang melakukan CTPS, akan memberikan kontribusi signifikan terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) untuk menurunkan 2/3 kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang. Secara sinergis, perilaku ini juga diharapkan membantu mencegah penyebaran virus H1N1 di Indonesia.

Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2008 menyerukan perlunya

peningkatan praktik higiene sanitasi di seluruh dunia. Untuk itu sejak tahun 2008, “Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia” (HCTPS) ditetapkan pelaksanaannya secara global pada tanggal 15 Oktober setiap tahun, tambah Prof. Tjandra.

Berkaitan dengan kegiatan CTPS, Kementerian Kesehatan telah

menerbitkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) No. 852/Menkes/ SK/IX/2008, yang menetapkan CTPS sebagai salah satu pilar strategi yang penting untuk dilaksanakan di Indonesia. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan CTPS di Indonesia dapat berkesinambungan.

Menurut Kak Seto, anak sebagai bagian anggota keluarga, patut diakui sebagai agen perubahan yang potensial. Mereka memiliki kemampuan untuk berpartisipasi dalam membudayakan perilaku

hidup bersih sehari-hari. Pada dasarnya anak adalah dunia yang polos, cenderung berperilaku alami. Dengan mengembangkan pola perilaku hidup bersih dalam perilaku mereka, memungkinkan mereka tampil sebagai ‘model’ bagi lingkungan sekitar dalam menerapkan perilaku positif.

(19)

Media Utama

Peserta Rakerkesnas

kediamannya.

Diakhir sambutan, Prof. Tjandra menyampaikan bahwa seminar ini diadakan bertujuan untuk meningkatkan dukungan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta dan Masyarakat terhadap program CTPS, meningkatkan kemitraan, meningkatkan kuantitas dan kualitas informasi tentang perilaku hidup sehat dengan CTPS di seluruh kalangan, memicu dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya CTPS dan menjadikan Anak sekolah (SD) sebagai Agent of Change.n

Pra, Echi tangan, sehingga terbebas dari

penyakit”, kata Kak Seto. Kak Seto menambahkan, penayangan sinetron maupun film kartun, dapat menjadi sarana untuk membudayakan CPTS pada anak-anak, karena hal tersebut mampu

menjadi daya tarik yang luar biasa bagi anak-anak. Sebagai contoh, dalam sinetron “ Si Entong” yang ditayangkan TPI, mengisahkan Entong sebagai penyuluh cilik, mengajak masyarakat untuk mencuci tangan di pos kesehatan di

(20)

Media Utama

Jalan Sehat

Peringati Hari

Kesehatan Jiwa Sedunia

S

eseorang dengan penyakit fisik terutama kronis seperti hipertensi, diabetes, kanker, penyakit pada saluran nafas, nyeri kronis, dan epilepsi diduga juga menderita secara kejiwaan. Penyakit ini, umumnya memerlukan pengobatan dalam jangka waktu panjang, menyebabkan penurunan daya tahan seseorang dan putus asa karena menghadapi ketidakpastian kesembuhannya. Penderita penyakit ini seringkali juga mengalami putus obat yang berakibat kekambuhan, perburukan, dan akhirnya

menurunkan kualitas hidup, bahkan mempercepat kematian.

Hal itu disampaikan oleh Menteri Kesehatan dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dalam acara Jalan Sehat Memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia di Lapangan Monas Barat Daya, Minggu, 10

Oktober 2010.

Tema peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia ini adalah “Kesehatan jiwa dan penyakit kronis: kebutuhan layanan berkesinambungan dan

terintegrasi.” Dengantujuan untuk

mengurangi gangguan kesehatan jiwa, memperluas pelayanan yang memadai, dan meningkatkan upaya perbaikan kesehatan jiwa secara optimal bagi penduduk dunia.

Menurut Menkes, masalah kejiwaan yang terkait MDGs adalah masalah kesehatan ibu. Ibu hamil sering mengalami perubahan emosi yang diikuti pula dengan perubahan tingkah laku. Ciri-ciri yang

ditimbulkan adalah sang ibu menjadi sensitif, kurang memperhatikan keadaan diri sendiri, dan enggan untuk memeriksakan kesehatan dan kehamilannya. Atau ada keadaan lain sehingga ibu menjadi cemas terhadap persalinannya kelak yang

membuat ibu menjadi sulit tidur, gelisah, dan tidak dapat menjaga kebutuhan makan. Padahal, keadaan ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, sehingga kualitas anak tidak seperti yang diharapkan.

Ditambahkan, penderita penyakit kronis dan lain sebagainya serta ibu hamil, tidak hanya memerlukan obat untuk pengobatan penyakit yang dideritanya, namun juga membutuhkan perhatian dan kasih sayang dalam perawatan serta sangat mungkin juga memerlukan terapi kejiwaan yang lebih

spesifik ataupun obat-obat untuk memperbaiki emosi dan perasaan yang negatif, kata Menkes

(21)

Media Utama

tiap 100.000 penduduk dengan kecenderungan terjadi pada usia muda. Untuk mengatasi masalah ini, Kementerian Kesehatan akan mengembangkan layanan konsultasi melalui telepon (hot-line service)

dengan nomor 021-500454 yang sudah bisa dimanfaatkan sejak peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tanggal 10 Oktober 2010.

Dalam rangkaian peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia, Kementerian Kesehatan juga

melakukan berbagai kegiatan seperti seminar dengan mengundang tenaga kesehatan maupun masyarakat luas yang bertujuan untuk menyebarkan informasi dan meningkatkan pengertian tentang kesehatan jiwa. Pada bagian lain peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia juga diisi dengan pameran lukisan dan foto karya penyandang masalah kejiwaan. Manfaat

dari kegiatan ini adalah untuk menyadarkan masyarakat bahwa orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) bila ditangani dengan baik dan diberi kesempatan akan mampu hidup normal dan produktif di tengah masyarakat.

Menkes berharap peringatan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, dapat digunakan untuk melakukan introspeksi dan melihat permasalahan kesehatan jiwa mendasar di Indonesia. Diantaranya masih banyaknya ODMK yang dipasung atau yang terbengkalai serta yang menggelandang di jalan-jalan.

Meski pemasungan dan pengabaian ODMK adalah melanggar HAM, namun menghilangkan kondisi ini bukanlah hal yang mudah. “Kita

harus mengevaluasi diri untuk memperbaiki keadaan ini. Salah satu hal penting yang harus dijalankan adalah kerjasama antar lintas sektor. Masalah pasung tidak dapat diselesaikan oleh Kementerian Kesehatan saja. Untuk masalah ini beberapa waktu yang lalu Kementerian Kesehatan telah membuat kesepakatan antar kementerian dalam penanganan Pasung di Indonesia”, ujar Menkes. n

Pra, Yuli

(22)

Media Utama

Dukamu Kepiluanku

R

oni, bukan nama

sebenarnya. Anak semata wayang dari orang tua yang sangat menyayangi dan banyak harta. Tinggal di Pujorahayu, Belitang OKU Timur Sumatera Selatan. Sayang selepas SMA, gagal melanjutkan kuliah pada salah satu fakultas di Universitas Lampung Tanjung Karang. Ia gagal bukan karena bodoh, malas atau drop out, tapi karena sakit jiwa yang tak kunjung sembuh, walau pengobatan telah puluhan tahun dilakukan, kasihan…!

Kini, Roni hanya tinggal bersama ibunya Atik (samaran) yang sudah mulai lemah, menderita berbagai penyakit komplikasi. Roni dan ibunya sama-sama sakit. Keduanya memerlukan orang lain untuk membantunya. Syukurlah, mereka dikaruniai harta yang berkecukupan, sehingga berbagai kebutuhan dapat dipenuhi, tanpa hambatan yang berarti.

Roni, teman akrab sewaktu kecil. Selalu bersama dalam suka dan duka. Bersama satu sekolah, mulai dari SD, SMP dan SMA, bahkan bersama dalam bermain bola kaki, bola voli dan kasti. Ceria, bersorak dan bertepuk tangan menyambut cemesan bola voli yang menukik atau tendangan gol ke gawang lawan. Tak mengira, bila kemudian hari Ia menjadi merana, kemana-mana sendiri, sebatang kara, tak ada teman dan handai tolan yang menemaninya. Ia asik sendiri dengan dunianya.

Kepiluan itu bermula tahun 1985, ketika Roni berniat meneruskan kuliah di Universitas Sriwijaya(Unsri) Palembang. Mendengar saya akan mendaftar ke Universitas Lampung (Unila), Tanjung Karang. Ia pun urung ke Unsri, kemudian ikut ke Unila. Orang tuanya juga menyetujui, sebab di Unila juga banyak saudara yang telah kuliah lebih dahulu.

Berangkat menuju Tanjung

Karang dengan semangat 45. Menumpang bus angkutan lawas berbekal beberapa lembar kain ganti untuk 15 hari. Sampai di Tanjung Karang, kami numpang nginap di kamar kos saudara yang cukup besar berpenghuni 7 orang. Sambutan dari saudara sangat antusias, karena akan tambah saudara baru yang sedang menuntut ilmu di Tanjung Karang.

Malam kedua, sekitar pukul 21.00 melihat gejala aneh pada Roni. Ia menyebar seluruh uang saku di tempat tidur. Hatiku bertanya-tanya, apakah mau pamer uang ? Tak berkomentar, hanya mengamati dari jauh. Tapi, setengah jam kemudian, tampak Ia sedang menutupkan kedua belah tangan dan menempelkan di dada, seperti menyembah. Tak lama kemudian keluar kos dan mengembara ke jalan raya. Akhirnya, keesokan hari diantar pulang ke kampung.

(23)

Media Utama

kampung, kemudian berkunjung kerumahnya dengan membawa 4 anak laki-laki yang sehat dan ceria. Terlihat di wajah Atik, tatapan sedih dan rasa kehilangan yang sangat mendalam. Salah satu kepiluan anggota masyarakat yang anggotanya menderita gangguan kesehatan jiwa.

Kini, banyak anggota masyarakat yang bernasib sama, sedih dan pilu karena ada anggota keluarga yang mengalami hidup dengan gangguan kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2007 jumlah pasien dengan gangguan jiwa berat adalah 4,6 per seribu penduduk. Sehingga diperkirakan jumlah pasien pada kelompok usia 15-64 tahun adalah 650.000-700.000 orang. Dari kepustakaan diketahui pula bahwa dengan pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/ pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan yang kuat dari orang lingkungannya, 15% tidak menunjukkan perbaikan yang berarti yang biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10% sama sekali tidak menunjukkan perbaikan.

Tidak diperoleh data nasional jumlah orang yang dipasung. Jika diperkirakan setiap kecamatan mempunyai 2 hingga 5 orang. Jika jumlah kecamatan 5.263 (2005) maka diperhitungkan jumlah orang yang dipasung 10.000 - 26.000 orang . Berbagai alasan mengenai mengapa mereka dipasung. Sebagian

masyarakat memasung anggota keluarganya untuk melindungi dari kecelakaan. Seorang kader di suatu daerah memberikan kesaksian bahwa adiknya dipasung karena kecenderungan melemparkan dirinya ke dalam api. Ibu yang lain meminta warga memasung putranya karena tidak mampu menjaga. Putranya sering bepergian tanpa

tujuan dan setelah beberapa hari diantar pulang oleh petugas.

Hindari pemasungan

Anggapan sebagian orang bahwa pasung dan penelantaran hanya terjadi di pedesaan, karena mereka menganut logika bahwa pemasungan terjadi karena akses yang sulit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Tetapi pada kenyataannya warga di kota besar juga melakukan pemasungan meskipun dengan cara yang berbeda. Jika di pedesaan penderita dipasung pada halaman belakang rumah jauh maupun dekat, sehingga warga desa yang lain dapat melihat atau menonton jika mereka berteriak atau karena tingkah lakunya, tidak demikian halnya diperkotaan. Pasien dikurung didalam kamar untuk

menutupi rasa malu bagi keluarga. Untuk menghindari pemasungan dan penelantaran, pemerintah sejak zaman Belanda telah berusaha mengurangi dengan menerapkan kebijakan yang humanis. Belanda mengikuti gerakan moral Eropa dan Amerika abad ke 20. Penderita gangguan jiwa yang disel dalam penjara (asilum) dibebaskan dan dirawat dengan perhatian.

Sedangkan di Indonesia dengan cara membangun rumah sakit jiwa berkapasitas besar untuk menampung penderita yang menggelandang dan dipasung. Rumah sakit dilengkapi dengan berhektar-hektar lahan untuk dikelola sebagai sarana rehabilitasi dan sumber kehidupan bagi rumah sakit.

Sayang, setelah penderita pulih, tidak diikuti dengan perawatan lanjutan dan berobat jalan. Hal ini terjadi karena keterbatasan ekonomi dan pengetahuan. Sehingga baru beberapa minggu atau bulan di rumah pasien diantarkan kembali ke rumah sakit.

Namun, karena berbagai keterbatasan pengetahuan, jarak yang jauh, atau tidak mempunyai harapan, pasien dipasung atau ditelantarkan menggelandang. Bahkan terjadi juga keluarga dan masyarakat yang trauma dengan tingkah laku penderita, kemudian menolak pasien kembali. Mereka mengajukan permintaan tertulis kepada pemerintah setempat/ pihak keamanan yang disertai ancaman bahwa mereka tidak akan bertanggung jawab jika terjadi sesuatu pada kehidupan pasien. Ini bentuk kepiluan lain atas keterbatasan pengetahuan dan ekonomi. Semoga dengan semangat “ Indonesia Bebas Pasung 2014”, dapat secara bertahap mengurangi kepiluan itu. npra

Berdasarkan hasil

Riset Kesehatan

Dasar 2007

jumlah pasien

dengan gangguan

jiwa berat adalah

4,6 per seribu

(24)

Media Utama

Peta Jalan Menuju

Indonesia Bebas Pasung

U

ntuk mewujudkan Indonesia Bebas Pasung tahun 2014, perlu disusun rencana penatalaksanaan dalam bentuk Road Map. Road Map merupakan perencanaan yang memuat langkah-langkah strategis dan operasional yang dilakukan secara bertahap sesuai dukungan berbagai pihak. Sedangkan tujuan menyusun Road Map Indonesia Bebas Pasung 2014 adalah

terindentifikasinya strategi program intervensi yang mencerminkan kesepakatan, komitmen, kerjasama, koordinasi dan integrasi lintas program dan lintas sektor. Serta menyusun tahapan pelaksanaan

program Indonesia Bebas Pasung 2014 beserta indikator kinerjanya. Road Map akan memuat peran pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan Indonesia Bebas Pasung tahun 2014. Selain itu juga mengetengahkan sarana pelayanan kesehatan jiwa, mekanisme pelayanan, sumber daya dan langkah-langkah pengembangannya.

Upaya kesehatan jiwa tidak terlepas dari VISI dan Misi Kementerian Kesehatan 2010-2014. Misi Kementerian Kesehatan adalah melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan

berkeadilan. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumberdaya kesehatan. Memberdayakan masyarakat, termasuk swasta dalam pembangunan kesehatan, dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.

Membebaskan anggota masyarakat Warga Negara Indonesia dari pemasungan dan penelantaran merupakan amanat UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Melalui Pengobatan yang adekuat, baik dosis maupun jenis obat, terbukti dibanyak negara memberikan harapan akan pemulihan sehingga pasien dapat kembali produktif.

Untuk mengimplematasikan UU

(25)

Media Utama

tersebut telah menyusun program kesehatan jiwa masyarakat dengan mengembangkan kebijakan program kesehatan jiwa di Provinsi, Kabupaten/Kota, meningkatkan peran serta lintas sektor dalam upaya kesehatan jiwa, meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kesehatan jiwa, dan membebaskan pasung dan mencegah terjadinya pemasungan kembali.

Dari kepustakaan diketahui, pengobatan yang efektif, 50% pasien akan sembuh/pulih, 25% akan sembuh tetapi membutuhkan dukungan kuat dari lingkungannya, 15% tidak menunjukkan

perbaikan yang berarti, biasanya membutuhkan perawatan di rumah sakit, sedangkan 10% sama sekali tidak menunjukkan perbaikan. Dua puluh lima persen penderita gangguan jiwa berat membutuhkan ruang rawat jangka panjang dan tempat mondok di masyarakat yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Kendala

Untuk mewujudkan Indonesia Bebas Pasung, masih terdapat kendala, yaitu terbatasnya jumlah dan jenis tenaga kesehatan jiwa. Sementara tenaga psikiater tersebar tidak merata, sebagian besar bekerja di Pulau Jawa, terutama di Jakarta. Kemampuan dokter dalam mendiagnosis dan pemberian terapi masih perlu ditingkatkan.

Disisi lain, pemanfaatan fasilitas kesehatan masih rendah. Sekitar 28% pasien yang berkunjung ke puskesmas menunjukkan gejala gangguan jiwa, namun 80% tidak terdiagnose dengan baik. Waktu rawat inap di RSJ masih panjang. Di satu pihak rasio tempat tidur dengan penduduk belum mencukupi tetapi angka pemanfaatan RSJ belum maksimal. RSJ beralih fungsi menjadi rumah sakit yang melayani pasien umum.

Untuk menghadapi berbagai kendala, perlu program pelayanan

kesehatan jiwa masyarakat, rujukan layanan kesehatan jiwa, serta pengembangan, langkah, tahapan dan kerja sama lintas sektor.

Pelayanan Kesehatan Jiwa Masyarakat

Upaya untuk melayani kesehatan jiwa masyarakat harus dilakukan oleh, untuk dan dari masyarakat. Upaya pelayanan kesehatan kesehatan jiwa, Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) akan menjadi garda terdepan. Peranan kader kesehatan yang merupakan bagian dari masyarakat dapat secara cepat dan tepat memantau kejadian sehari-hari di masyarakat, termasuk anggota masyarakat yang dipasung dan/atau terlantar. Kader segera menghubungi segera petugas kesehatan, atau mengantarkannya ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit.

Diharapan keluarga dan

masyarakat sekitar yang merasakan langsung perilaku penderita, mampu memahami tingkah laku pasien yang sekoyong-koyong berubah. Mengenali trauma oleh kenangan masa lalu membekas.

Disamping itu juga mengetahui tindakan pemasungan dapat dibenarkan karena mereka tidak mempunyai pilihan lain. Upaya menyelamatkan ini akan menjadi lebih baik jika dilanjutkan dengan upaya pengobatan.

Pengetahuan masyarakat tentang upaya pengobatan tidak mudah diterima, sebab konsep gangguan jiwa lebih dipahami sebagai non medis. Kebimbangan masyarakat terhadap gangguan kesehatan jiwa karena sepintas perilakunya sama dengan warga lainnya, kecuali adanya keyakinan yang salah akan suatu pandangan atau paham (waham), atau ada persepsi yang keliru (halusinasi)

Layanan rujukan kesehatan jiwa

Di era reformasi program puskesmas berkurang menjadi 6

program dasar. Pada 18 program pokok puskesmas upaya kesehatan jiwa merupakan salah satu dari program pokok tersebut. Namun pelayanan kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya kesehatan lain, seperti pengobatan, kesehatan ibu dan anak.

Untuk mendukung pelayanan kesehatan jiwa, telah disusun Program Kesehatan Jiwa Dasar yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan petugas Puskesmas dan RSU dalam memberikan pelayanan kesehatan jiwa, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan psikiatri dan meningkatkan pelayanan kegawatdaruratan psikiatri di RS Kabupaten/Kota dengan menyediakan 10 tempat tidur.

Untuk pelayanan rujukan kesehatan jiwa, saat ini terdapat 48 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dengan kapasitas 7.771 tempat tidur, yang terdiri dari 27 RSJ dikelola pemerintah daerah (4.800-an tempat tidur), 16 RSJ Swasta (590 tempat tidur) dan satu Rumah Sakit Ketergantungan Obat (RSKO) dikelola Kemenkes (2.326 tempat tidur). Sedangkan Rasio total tempat tidur per 10.000 penduduk adalah 0,4.

Disamping itu, Rumah Sakit Umum kelas A dan B juga

memberikan pelayanan kesehatan jiwa. Beberapa RSU kelas C, rumah sakit yang dimiliki oleh TNI dan Polri juga menyediakan pelayanan kesehatan jiwa. Sementara provinsi yang belum mempunyai RSJ yaitu Banten, Gorontalo, Maluku Utara, Kepulauan Riau, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Barat, Irian Jaya Barat, dan Kalimantan Tengah.

(26)

Media Utama

pelayanan psikogeriatrik dan meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam memberikan pelayanan psikiatri forensik. Disamping itu juga meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam menerapkan model keperawatan profesional, memberi pelayanan rehabilitasi psikososial dan meningkatkan ketrampilan petugas RSJ dalam TPKJM(Tim Pembina, Pengarah dan Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat)

Pengembangan, Langkah dan Tahapan

Menuju Indonesia Bebas Pasung memerlukan pengembangan, langkah dan pentahapan. Pada level pemerintah pusat bertanggung jawab membuat pedoman dan petunjuk teknis membebaskan pasung. Berkoordinasi dengan kementerian terkait karena masalah pasung bukan menjadi domain kesehatan semata tetapi sudah memasuki wilayah hak asasi manusia. Sangat berkepentingan

pemerintahan setempat (kecamatan, kabupaten/kota, provinsi,

Kementerian Dalam Negeri), pihak keamanan, dinas sosial, agama, dan lain-lainnya. Bahkan swasta, lembaga swadaya masyarakat, pers, menjadi mitra kerja yang potensial.

Pada level pemerintah daerah, Provinsi, Kabupaten dan Kota menerapkan aturan pelaksanaan tentang bebas pasung, meningkatkan kemampuan petugas kesehatan di pelayanan dasar dan rujukan dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan jiwa. Meningkatkan kemampuan petugas puskesmas dalam promosi, pencegahan, deteksi dini dan pengobatan pasien dengan gangguan jiwa terutama pasien yang dipasung dan terlantar.

Pada level masyarakat

mendorong kesadaran akan adanya gangguan jiwa di antara mereka, sehingga pasien cepat mendapat pertolongan, membawa berobat atau mendorong keluarga untuk

mau mendukung pengobatan. Pengobatan gangguan jiwa memerlukan waktu yang mungkin seumur hidup sehingga sering terjadi pasien dan keluarganya tidak melanjutkan pengobatan.

Kerjasama Lintas Sektor

(27)

Media Utama

Bali Bebas Pasung 2014

S

ecara nasional provinsi Bali, mempunyai gangguan jiwa tahun 2007 sebanyak 11,6%, sedangkan gangguan jiwa ansietas dan depresi sebanyak 9,8%. Kasus penyakit dengan gangguan jiwa berat sebanyak 0,46%. Tingkat kasus yang paling tinggi yaitu kasus bunuh diri, yang menurut data tahun 2008 mencapai kurang lebih 180 orang, dan pada tahun 2009 tercatat kurang lebih 190 orang.

Diperkirakan 2 sampai 5 penderita pasung per Kecamatan, berarti terdapat 114 sampai 285 penderita. Tahun 2008 dan 2009 telah menangani 24 kasus pasung dan tahun 2010 , hingga bulan September menangani 17 kasus.

Hal ini disampaikan Direktur Rumah Sakit Jiwa Bali, dr. Made Sugiharta Yasa, SpKJ(K) pada acara Seminar yang diselenggarakan Direktorat Kesehatan Jiwa Dirjen Bina Kesmas Kemenkes, 8 Oktober 2010 di Jakarta.

Menurut Direktur Rumah Sakit Jiwa Bali, permasalahan banyaknya kasus pasung mendorong

Pemerintah mengeluarkan kebijakan program Bali Bebas Pasung tahun 2014. Untuk mendukung program tersebut, RS. Jiwa Provinsi Bali telah melakukan pemetaan kasus

gangguan jiwa di 3 Kabupaten Bali, pelayanan kesehatan jiwa masyarakat di 7 Kabupaten, penjemputan pasien pasung di seluruh Bali, home visit, dropping pasien jiwa, pelayanan dan promosi kesehatan jiwa, dan Pelayanan Kesehatan Jiwa terintegrasi baik di Puskemas maupun di Rumah Sakit Umum.

Dr. Made mengatakan Program Pelayanan Kesehatan Jiwa juga melibatkan masyarakat, lebih mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kurtif dan rehabilitative (paradigma sehat) dan melibatkan masyarakat serta kerjasama lintas program dan lintas sector.

Direktur menambahkan tingkat kesehatan jiwa terdiri dari pertama, masalah gangguan jiwa yang memiliki ciri perubahan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderita pada individu (distress)

dan hambatan dalam peran sosial

(disability), kedua, penderita dengan

masalah psikososial yang memiliki ciri pada psikis akibat terjadi perubahan sosial, misalnya anak-anak jalanan, tindakan kekerasan sosial, pengungsi, dan usila terisolir.

Ketiga, penderita dengan masalah

perkembangan manusia yang

harmonis dan peningkatan kualitas hidup yang memiliki dampak penyakit menahun yaitu disabilitas. Cara penanganan penderita dengan memelihara lingkungan pemukiman tetap sehat dan pemindahan tempat tinggal.

Saat ini, Provinsi Bali memiliki 7 program prioritas pembangunan, yaitu peningkatan penanggulangan kemiskinan dan pengangguran, peningkatan aksesibilitas dan kualitas pendidikan, membebaskan biaya pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin, peningkatan pembangunan pertanian, industri kecil, pariwisata, UMKM dan koperasi serta pemasaran produk dan investasi dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat.

Disamping itu melakukan pelestarian dan pengembangan kebudayaan daerah melalui otonomi khusus, peningkatan pembangunan infrastruktur, pengelolaan

lingkungan hidup dan penataan ruang, peningkatan kinerja aparatur dalam pelayanan publik, dalam menciptakan clean government dan

good governance, dan peningkatan

(28)

Peristiwa

M

enteri Kesehatan dr.Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH, tanggal 2 September 2010 mengunjungi pengungsi akibat bencana alam letusan Gunung Sinabung, Medan, Sumatera Utara. Bersama rombongan Menkes diterima Kadinkes Kab. Kabanjahe, dr. Diana Ginting, M.Kes didampingi Direktur RSUD, dr. Tomas Tarigan Silangit mengunjungi pasien rawat inap di RSUD Adam Malik Kabanjahe.

Pada kesempatan tersebut, Menkes menyerahkan bantuan untuk masyarakat secara simbolis yang diterima Kepala Dinas Kesehatan Kabanjahe, dr. Diana Ginting, M.Kes.

Menkes meminta kepada seluruh tenaga kesehatan di daerah tetap bekerja dengan gigih, penuh pengorbanan dan sabar melayani pengungsi atas ujian berupa bencana gunung meletus. Tidak boleh kendor, apalagi berhenti dan putus asa dari memberi layanan kesehatan kepada masyarakat. Insya Allah pengorbanan yang diberikan akan memberi kelapangan dan harapan kepada para pasien dan pengungsi.

Menurut Menkes, pemerintah pusat akan terus memantau perkembangan kasus Sinabung dan

Menkes Kunjungi

Pengungsi Bencana alam

Letusan Gunung Sinabung

memberikan bantuan pemerintah daerah untuk tetap memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat, sampai masalah kesehatan yang menimpa masyarakat yang terkait kasus Sinabung betul-betul tuntas.

Menkes mengingatkan agar petugas kesehatan bersama masyarakat memperhatikan kualitas

lingkungan, khususnya tempat pengungsian, agar tetap dijaga kesehatannya. Sehingga pengungsi yang sudah rentan tidak terkena penyakit akibat buruknya kondisi lingkungan.

(29)

Peristiwa

kepada kesehatan anak-anak dan balita. Untuk Bayi dianjurkan tetap diberi makan ASI, jangan ditambah makan lain, dikhawatirkan dapat menyebabkan diare.

Menkes mengawali kunjungan kerja menemui pasien yang menjalani rawat inap di RSUD Adam Malik Kabanjahe. Menkes menyempatkan berdialog dengan pasien. Saat berdialog, ada pasien yang antusias menjelaskan kronologi kejadian letusan gunung Sinabung. Menkes mengakhiri

kunjungan di ruang rawat anak. Setelah memberi penjelasan kepada media, Menkes melanjutkan kunjungan ke tempat penampngan pengungsi.

(30)

Peristiwa

K

ementerian Kesehatan berhasil meraih juara umum Anugerah Media Humas Tahun 2010, dengan mendapat 2 gelar juara I sekaligus yaitu juara I untuk kategori Profil Lembaga Audio Visual dan website.

Sejak mengikuti kompetisi ini

Kementerian Kesehatan RI selalu mendapatkan penghargaan.

Dimulai pada tahun 2008 Kementerian Kesehatan memperoleh penghargaan Juara I Profil Kelembagaan Audio Visual produksi Pusat Komunikasi Publik dan Juara Harapan untuk kategori leaflet produksi Subdit. Kanker. Pada tahun 2009 Kementerian Kesehatan memperoleh Juara I untuk kategori laporan tahunan lembaga dan Juara Harapan untuk majalah Mediakom yang keduanya

diproduksi oleh Pusat Komunikasi Publik. Pada tahun 2010 ini Kementerian Kesehatan memperoleh juara I untuk katagori Profil Lembaga Audio Visual Produksi Pusat Komunikasi Publik dan Juara I website

www.promosikesehatan.com produksi Pusat Promosi Kesehatan.

Dengan meraih penghargaan juara I untuk 2 kategori sekaligus menjadikan Kementerian Kesehatan sebagai juara umum Anugerah Media Humas Tahun 2010 untuk tingkat Kementerian/Lembaga Negara. Kementerian Kesehatan sejajar dengan PT. BNI (Persero) sebagai Juara Umum kategori BUMN, Kota Surabaya juara umum kategori Pemerintah Daerah dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember sebagai juara umum kategori Perguruan Tinggi Negeri.

Anugerah Media Humas (AMH) merupakan apresiasi pada hasil karya humas penghargaan untuk media yang diproduksi oleh instansi yang bergerak dalam bidang

kehumasan. Tujuan kegiatan ini adalah untuk memberikan semangat atau motivasi yang tinggi bagi setiap praktisi kehumasan agar dapat menghasilkan karya menciptakan media komunikasi yang tepat sasaran, efisien dan efektif. Ada 6 kategori produk yang dilombakan yaitu profil lembaga cetak, profil audio visual, laporan tahunan cetak, penerbitan internal, merchandise

utama dan website. Anugerah Media Humas dilaksanakan setiap tahun dan biasanya bersamaan dengan penyelenggaraan Forum Badan Koordinasi Humas (Bakohumas) Tahunan. Untuk tahun ini Forum Bakohumas Tahunan dilaksanakan di Provinsi Nusa Tenggara Barat Mataram tanggal 28 s/d 29 Juli 2010.

Selamat untuk Kementerian Kesehatan RI.

Walaupun setiap tahun memperoleh penghargaan dan tahun ini mendapat penghargaan tertinggi sebagai juara umum Anugerah Media Humas bukan berarti perjuangan kita berhenti sampai disini, kita harus tetap berkreasi memproduksi media-media yang bagus, indah dan menarik. Untuk semua unit yang berada di Kementerian Kesehatan diharapkan agar berlomba-lomba untuk memproduksi media yang berkualitas karena media Kementerian Kesehatan yang diikutkan dalam lomba merupakan media yang diproduksi oleh unit di Kementerian Kesehatan, karena itu penghargaan Juara Umum Kementerian Kesehatan merupakan penghargaan semua unit di lingkungan Kementerian Kesehatan RI.

Mari berkreasi untuk merebut kembali juara umum Anugerah Media Humas di tahun depan. n

rbs

Kementerian

Kesehatan RI

Raih Juara umum

anugerah

Media Humas

(31)

Peristiwa

Selayang Pandang

Praktek Keperawatan

di Primary Health Care Post

Gwangju, Korea Selatan

P

erjalanan kali ini dimulai di pagi hari dengan menempuh waktu sekitar 2 jam dari kota Seoul dengan menggunakan kereta bawah tanah dan dilanjutkan dengan menggunakan bus. Tujuan kunjungan kali ini adalah Primary

Health Care Post (PHCP) di Gwangju, salah desa di Korea

Selatan. Tentunya ada sesuatu yang menarik di PHCP di Gwangju sehingga kami sengaja menempuh jarak yang cukup jauh untuk berkunjung ke tempat ini.

Gwangju merupakan desa kecil dengan jumlah penduduk kurang lebih lima ratus orang. Letaknya yang agak jauh dari daerah perkotaan menyebabkan masyarakat mengalami kesulitan dalam mengakses pelayanan kesehatan yang lebih banyak terdapat di daerah perkotaan. PHCP merupakan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat pedesaan akan sulitnya mendapatkan pelayanan kesehatan. Adanya PHCP sangat bermanfaat bagi warga setempat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dan mencapai status kesehatan yang optimal.

PHCP didirikan untuk memberikan pelayanan

kesehatan di daerah pedesaan dengan jumlah penduduk 500 hingga 5.000 orang. PHCP bertujuan untuk

mendorong masyarakat terlibat dan berperan aktif

dalam meningkatkan derajat kesehatan mereka dan mendukung manajemen sarana pelayanan kesehatan di pedesaan. Fungsi utama PHCP adalah sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat setempat, meningkatan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana, menangani masalah kesehatan, meneliti informasi kesehatan penduduk, dan merencanakan serta melaksanakan kegiatan kesehatan.

Sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat, kegiatan yang dilaksanakan antara lain menganalisis kondisi air, mengontrol kesehatan masyarakat setempat, melaksanakan pendidikan dalam penanganan agrichemical, manajemen nutrisi terhadap penduduk setempat serta melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga dengan ekonomi lemah yang memiliki anak-anak.

Selain itu, PHCP berperan penting dalam penanganan kesehatan ibu dan anak serta keluarga berencana. Kegiatan yang dilaksanakan adalah manajemen ibu hamil resiko tinggi, perawatan bagi ibu hamil dan janin, program keluarga berencana, dan pendidikan kesehatan akan kebutuhan gizi ibu hamil dan janin.

Lain halnya dalam penanganan masalah kesehatan yang sering timbul di daerah setempat. Berbagai kegiatan yang dilakukan meliputi pemeriksaan dan

Rita Ismail, SKp.,

MKM.,

MTD (HE)

Dosen Poltekkes Jakarta III

Hyo Jung Park, Rn,

PhD

(32)

Peristiwa

diagnostik kesehatan, pemberian resep dan pelaksanaan pengobatan, pendidikan kesehatan mengenai cara pencegahan penyakit, pemberikan vaksinasi, perawatan kondisi emergensi dan merujuk pasien yang tidak dapat ditangani. Adapun perencanaan dan

pelaksanaan kegiatan kesehatan meliputi keluarga berencana dan kegiatan yang dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setempat. Seluruh kegiatan tersebut di atas dilaksanakan oleh satu orang tenaga kesehatan.

Petugas yang bertanggung jawab untuk kegiatan PHCP adalah seorang perawat ataupun bidan. Perawat yang bertugas melakukan praktek keperawatan mandiri dan kegiatan ini hanya berlaku atau dilaksanakan di daerah wilayah pedesaan dalam rangka meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan masyarakat. Perawat yang bertugas di PHCP bekerja selama 24 jam dan bertanggung jawab dengan segala kegiatan. Untuk itu, diperlukan tenaga perawat yang memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai dalam melaksanakan tugasnya. Beberapa persyaratan dan tahap seleksi yang harus dipenuhi untuk bertugas di PHCP.

Persyaratan pertama adalah perawat haruslah Registered Nurse

(RN) dan memiliki pengalaman klinik di rumah sakit minimal tiga tahun. Jika kedua syarat tersebut terpenuhi, perawat akan mendapatkan pelatihan mengenai PHCP selama enam bulan. Pelatihan ini dilaksanakan dalam rangka mengenalkan program-program yang harus dilaksanakan di PHCP dan keterampilan yang harus perawat kuasai.

Syarat lain yang harus perawat penuhi adalah kesediaan untuk bekerja di PHCP setidaknya dua tahun. Hal ini bertujuan agar perawat dapat menyelesaikan

program program PHCP, lebih dalam mengenal dan memahami kondisi daerah di sekitar PHCP, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam

mengidentifikasi masalah kesehatan yang terdapat di masyarakat serta melaksanakan upaya pencegahan penyakit serta promosi kesehatan. Saat berkunjung kami bertemu dengan perawat yang bertanggung jawab PHCP di Gwangju. Beliau adalah perawat RN yang juga sedang mengikuti kuliah PhD di Ewha Womans University (Seoul, Korea Selatan). Berdasarkan informasi yang kami peroleh, kebanyakan penduduk yang datang berkunjung ke PHCP di Gwangju dengan penyakit kronik, misalnya hipertensi dan stroke. Sekitar 10-20 penduduk datang berkunjung setiap harinya untuk memeriksakan kesehatan maupun mengambil obat. Obat-obatan tersebut biasanya diresepkan untuk satu bulan sehingga memudahkan pasien karena hanya perlu datang satu kali sebulan untuk mengambil obat. Lain halnya untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi dengan peralatan yang tersedia dan memerlukan perawatan tambahan, klien akan dirujuk ke rumah sakit terdekat yang terletak di kota. Kegiatan lain yang dilakukan oleh perawat adalah melakukan promosi kesehatan dan kunjungan rumah.

Hal menarik lainnya adalah, fasilitas yang diberikan untuk perawat yang bertugas di PHCP Gwangju sangatlah memuaskan. Fasilitas yang disediakan tidak hanya untuk fasilitas bekerja tetapi juga fasilitas kebutuh

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

[r]

Siapkan diri anda beberapa detik Jika perlu anda berdandan dulu. Tekan

Tanjung Beringin a. Kawasan Rumbang Bulik 06. Rumah Adat Kembang Pusaka b. Rumah Adat Totak Sambung c. Kompleks Makam Tokoh Adat Kinipan -.. Beberapa Benda Menjadi Batu

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH ANGGOTA PADA BMT-UGT SIDOGIRI CABANG MALANG KOTA.. adalah hasil karya saya sendiri, bukan “duplikasi” dari karya

Kejadian 2:7, "Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya, demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup."

Trophicognosis yang teridentifikasi adalah berihan jalan napas tidak efektif yang berhubungan dengan efek pemakaian ventilator, nyeri berhubungan dengan luka post