• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA."

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA

Oleh:

Elisa NIM 409111025

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

(4)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

MATEMATIK SISWA KELAS XI SMA

ELISA (409111025)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan aturan sinus dan kosinus di kelas XI IPA SMA Swasta Tamansiswa Kisaran tahun ajaran 2015/2016.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Swasta Tamansiswa Kisaran yang berjumlah 18 orang dan objek dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada pokok bahasan aturan sinus dan kosinus dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes dan observasi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dibagi atas 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 3 pertemuan. Sebelum memberikan tindakan, siswa diberikan tes awal dan di setiap akhir siklus diberikan tes berpikir kritis. Dari hasil analisis data diperoleh peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa pada pokok bahasan aturan sinus dan kosinus di kelas XI IPA mulai dari tes awal sampai tes berpikir kritis. Banyak siswa yang mencapai keberhasilan dari tes awal tidak ada. Kemudian di siklus I diperoleh 7 siswa yang mencapai keberhasilan belajar (38,89 %) dari 18 orang siswa. Pada siklus II terjadi peningkatan sebesar 50,00 % atau menjadi 88,89 %. Diperoleh 16 siswa dari 18 orang siswa mencapai keberhasilan belajar. Tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam kategori yang diharapkan yaitu sedang dan tinggi. Dari hasil observasi siklus I dan II diperoleh bahwa pembelajaran dalam kategori baik. Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian maka pembelajaran ini dikatakan berhasil.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas XI SMA”

(6)

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyusunan skripsi ini, namun kemungkinan masih banyak kekurangan dalam skripsi ini baik dari segi isi, maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca. Penulis berharap kiranya skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun pembaca dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di masa yang akan datang.

Medan, Januari 2016 Penulis,

Elisa

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar ix

Daftar Lampiran x

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1.Latar Belakang Masalah 1

1.2.Identifikasi Masalah 6

1.3.Batasan Masalah 7

1.4.Rumusan Masalah 7

1.5.Tujuan Penelitian 7

1.6.Manfaat Penelitian 7

1.7.Definisi Operasional 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

2.1. Kerangka Teoritis 9

2.1.1. Hakekat Belajar Mengajar 9

2.1.2. Pembelajaran Matematika 11

2.1.3. Model Pembelajaran Berbasiskan Masalah 14 2.1.4. Teori Belajar Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah 20 2.1.5. Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah 22

2.1.6. Kemampuan Berpikir Kritis 27

2.1.7. Hubungan Kemampuan Berpikir Kritis dan

Model Pembelajaran Berbasis Masalah 36

2.1.8. Materi Pelajaran 36

2.1.8.1. Teorema Pythagoras 36

2.1.8.2. Perbandingan-Perbandingan Trigonometri

dalam Segitiga Siku-Siku 37

2.1.8.3. Aturan Sinus dan Aturan Kosinus 37 2.1.8.4. Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa

pada Subpokok Bahasan Aturan Sinus dan Kosinus 38 2.1.8.5. Implementasi Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Trigonometri 39

2.2. Kerangka Konseptual 42

2.3. Penelitian Yang Relevan 44

(8)

BAB III METODE PENELITIAN 46

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 46

3.2. Subjek dan Objek Penelitian 46

3.2.1. Subjek Penelitian 46

3.2.2. Objek Penelitian 46

3.3. Jenis Penelitian 46

3.4. Prosedur Penelitian 48

3.5. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 54

3.6. Analisis Data 56

BAB 1V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 60

4.1. Hasil Penelitian Siklus I 60

4.1.1. Permasalahan I 60

4.1.2. Alternatif Pemecahan I 61

4.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 61

4.1.4. Observasi I 63

4.1.5. Analisis Data Siklus I 64

4.1.5.1. Hasil Tes I 64

4.1.5.2. Hasil Observasi I 65

4.1.6. Refleksi I 66

4.2. Hasil Penelitian Siklus II 67

4.2.1. Permasalahan II 67

4.2.2. Alternatif Pemecahan II 68

4.2.3. Pelaksanaan Tindakan II 69

4.2.4. Analisis Data Siklus II 71

4.2.4.1. Hasil Tes II 71

4.2.4.2. Hasil Observasi II 72

4.2.. Refleksi II 73

4.3. Temuan Penelitian 74

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian 75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 78

5.1. Kesimpulan 78

5.2. Saran 78

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasiskan Masalah 23 Tabel 2.2 Indikator-indikator dari Kemampuan Berpikir Kritis 30 Tabel 3.1 Kisi-kisi Observasi Aktivitas Guru dalam Pembelajaran 52 Tabel 3.2 Pedoman Kisi-kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis 55 Tabel 4.1 Deskripsi tingkat kemampuan berpikir kritis

matematik siswa pada tes I 65

Tabel 4.2 Deskripsi kelemahan-kelemahan pada siklus I 66 Tabel 4.3 Deskripsi tingkat kemampuan berpikir kritis

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Pemecahan Masalah 36

Gambar 3.1 Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas 47 Gambar 4.1 Deskripsi jumlah siswa yang mencapai tingkat kemampuan

berpikir kritis sesuai kategori pada tes I 64 Gambar 4.2 Deskripsi jumlah siswa yang mencapai tingkat kemampuan

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I Siklus I 82 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I Siklus II 90 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) I Siklus III 94 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II Siklus I 97 Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II Siklus II 105 Lampiran 6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) II Siklus III 110

Lampiran 7 Lembar Aktivitas Siswa I 113

Lampiran 8 Lembar Aktivitas Siswa II 120 Lampiran 9 Tes Awal (Tes Diagnostik) 126 Lampiran 10 Tes Kemampuan Berpikir Kritis I 127 Lampiran 11 Tes Kemampuan Berpikir Kritis II 129 Lampiran 12 Alternatif Jawaban Tes Awal 131 Lampiran 13 Alternatif Jawaban Tes Berpikir Kritis I 133 Lampiran 14 Alternatif Jawaban Tes Berpikir Kritis II 140 Lampiran 15 Pedoman Penskoran Jawaban Tes 146 Lampiran 16 Lembar Validitas Soal Tes Awal 147 Lampiran 17 Lembar Validitas Soal Tes I 148 Lampiran 18 Lembar Validitas Soal Tes II 149 Lampiran 19 Lembar Dokumentasi Penelitian 150

Lampiran 20 Lembar Observasi Guru-1 153

Lampiran 21 Lembar Observasi Guru-2 155

Lampiran 22 Lembar Observasi Siswa-1 157 Lampiran 23 Lembar Observasi Siswa-2 159

(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, ilmu pengetahuan, teknologi dan sains terus menerus semakin berkembang. Perkembangan yang sangat pesat terutama terjadi dalam bidang telekomunikasi dan informasi. Untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif dan berdaya saing kuat diperlukan sumber daya manusia yang kreatif dan kritis serta mempunyai tingkat imajinasi yang tinggi. Oleh karenanya, pendidikan sebagai salah satu elemen dalam pembangunan bangsa dan negara berperan penting untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas, kritis, kreatif dan imajinatif.

Pendidikan merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena melalui usaha pendidikan diharapkan tujuan pendidikan akan dapat tercapai. Untuk menghadapi tantangan perkembangan teknologi informasi tersebut diperlukan sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi secara global, sehingga diperlukan keterampilan yang tinggi, pemikiran yang kritis, sistematis, logis, kreatif dan kemauan kerja yang efektif.

Sumber daya manusia yang kritis tidak mungkin tumbuh secara alami melainkan harus melalui suatu proses yang dilakukan secara sistematis, konsisten, profesional dan berkesinambungan. Salah satu diantaranya dengan melatih kemampuan berpikir kritis mereka dalam setiap kegiatan pembelajaran di sekolah. Salah satu mata pelajaran yang berperan penting bagi siswa untuk mengasah dan mengembangkan keterampilan berpikir kritisnya adalah mata pelajaran Matematika.

Matematika memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan SDM yang handal karena dapat melatih seseorang berpikir logis, kritis, bertanggung jawab dan berkepribadian baik. Seperti yang diungkapkan bahwa:

(13)

dan bertanggung jawab. Untuk itu siswa perlu memiliki kemampuan memperoleh, memilih dan mengelolah informasi untuk bertahan pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran kritis, logis dan kreatif dan kemampuan bekerjasama yang efektif (Sihombing, 2012:71).

Berdasarkan kutipan tersebut, dengan belajar matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan kemampuan aktifitas kreatif dan pemecahan masalah. Kemampuan berpikir kritis dan kreatif mampu membuat manusia menjadi lebih fleksibel secara mental, terbuka dan mudah menyesuaikan dengan berbagai situasi dan permasalahan serta dapat mengembangkan diri mereka dalam membuat keputusan, penilaian dan penyelesaian masalah.

Mulyana (2008) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis matematik adalah kemampuan berpikir yang ditandai dengan kemampuan mengidentifikasi asumsi yang diberikan, kemampuan merumuskan pokok-pokok permasalahan, kemampuan menentukan akibat dari suatu ketentuan yang diambil, kemampuan mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda, kemampuan mengungkap data/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah, dan kemampuan mengevaluasi argumen yang relevan dalam penyelesaian suatu masalah (Hidayat, 2012:3).

Kenyataan di lapangan menurut Crockcroft, Mathematics is a difficult both teach and learn atau matematika merupakan pelajaran yang sulit untuk diajarkan dan dipelajari. Kesulitan ini terjadi karena matematika merupakan pelajaran yang berstruktur vertikal dimana terdapat suatu runtutan untuk mempelajari materi matematika. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rohaeti yang mengatakan bahwa para siswa cenderung hanya menghapalkan sejumlah rumus, perhitungan dan langkah-langkah penyelesaian soal yang telah dikerjakan guru atau yang ada dalam buku teks. Hal ini menyebabkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa tidak berkembang secara optimal (Hidayat, 2012:1).

(14)

belum optimal, sehingga berakibat pada perolehan hasil belajar siswa yang tidak maksimal pula.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Karno S.Pd., salah satu guru matematika kelas XI dan XII di SMA Swasta Tamansiswa Kisaran menyatakan bahwa siswa mereka belum mampu mencapai kemampuan berpikir kritis, logis, dan kreatif dalam pembelajaran matematika terutama dalam menyelesaikan soal matematika.

Untuk kelas XI, dari 3 kelas yang ada ( 1 kelas XI IPS dan 2 kelas XI IPA) siswa hanya mampu menyelesaikan soal apabila model penyelesaiannya sama persis dengan contoh yang sudah ada. Siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang dimodifikasi (kombinasi antar materi), berkaitan dengan soal cerita. Menurut mereka, kesulitan ini disebabkan diantaranya kecenderungan siswa hanya menerima informasi yang ada, kurang aktif ( respon ) ketika proses belajar mengajar berlangsung, kurang mempersiapkan diri, kurang konsentrasi, enggan untuk bertanya, kurang dalam mengkritisi soal maupun mengeksplorasi diri dalam memecahkan masalah matematika.

Sejalan dengan pendapat mereka, dari hasil observasi yang dilakukan terhadap siswa, beberapa siswa memaparkan bahwa mereka sulit menyelesaikan soal-soal dalam matematika, kurang aktif saat proses belajar mengajar berlangsung, malu dan malas untuk bertanya padahal mereka belum mengerti. Siswa beranggapan bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami dan membosankan. Hal ini juga diperkuat dengan hasil tes yang dilakukan peneliti terhadap siswa kelas XI IPA dimana tidak ada seorang siswa pun mencapai nilai yang diharapkan (KKM ≥ 73) padahal soal tes yang diberikan adalah soal dengan materi yang telah mereka pelajari sebelumnya di kelas X. Tes ini diberikan dengan tujuan agar peneliti dapat mengetahui sejauh apa tingkat kemampuan berpikir kritis matematik siswa di sekolah tersebut.

(15)

“Budi akan memanjat tembok yang tingginya 10 meter dengan menggunakan sebuah tangga. Tangga tersebut ia sandarkan pada tembok, dimana besar sudut yang dibentuk antara tangga dengan lantai 600. Tentukanlah:

a. Panjang tangga

b. Jarak antara ujung tangga pada lantai terhadap tembok.”

Kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal tersebut yaitu kesalahan penafsiran yang dilakukan siswa, siswa kurang mampu menerjemahkan bahasa sehari-hari ke dalam bahasa matematika, salah satunya dalam menentukan letak sudut dari soal cerita. Selain itu, siswa kurang memahami konsep dasar. Terlihat pada saat mengerjakan soal siswa membolak-balik buku catatannya dan tidak mengetahui konsep/rumus/aturan mana yang harus digunakan dalam menyelesaikan soal tersebut.

Pembelajaran yang pada umumnya dilaksanakan oleh guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan aspek aplikasi, analisis, sintesis, dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang dilakukan. Guru selama ini lebih banyak memberi ceramah dan latihan mengerjakan soal-soal dengan cepat tanpa memahami konsep secara mendalam. Hal ini menyebabkan siswa kurang terlatih untuk mengembangkan daya nalarnya dalam memecahkan permasalahan dan mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari dalam kehidupan nyata sehingga kemampuan berpikir kritis siswa kurang dapat berkembang dengan baik.

(16)

Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa di samping meningkatkan hasil belajarnya, diperlukan suatu upaya nyata salah satu diantaranya adalah memperbaiki proses pembelajaran yang terjadi di kelas melalui penggunaan model pembelajaran yang berbeda dari sebelumnya. Penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkannya akan membuat guru dapat berkomunikasi baik dengan siswanya, membuka wawasan berpikir yang beragam dari seluruh siswa, sehingga siswa dapat mempelajari seluruh konsep dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dan kritis, adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah.

Menurut Arends (1997), pengajaran berbasis masalah merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang autentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian dan kepercayaan diri (Trianto, 2009:92). Proses pembelajaran yang mengikutsertakan siswa secara aktif secara individu maupun kelompok, akan lebih bermakna karena dalam proses pembelajaran siswa mempunyai lebih banyak pengalaman. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah, termasuk didalamnya apa dan bagaimana belajar. Seperti yang dikemukakan sebagai berikut bahwa:

(17)

Peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Prinsip pembelajaran berbasis masalah terdiri dari menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan secara inkuiri.

Dengan model pembelajaran berbasis masalah ini, siswa akan lebih kritis. Kemampuan berpikir kritis siswa sangat diperlukan, hal tersebut dirasa perlu karena banyak sekali permasalahan dalam matematika yang bervariasi dan juga untuk menyelesaikan permasalahan matematika dikehidupan sehari-hari sehingga memerlukan penyelesaian dengan cara yang berbeda -beda. Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa, khususnya kelas XI IPA SMA Tamansiswa Kisaran.

Maka dari latar belakang masalah inilah peneliti berkeinginan untuk melaksanakan penelitian dengan judul : “Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas XI SMA”.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka diindentifikasi beberapa masalah sebagai berikut :

1. Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika terutama untuk soal matematika yang dikombinasikan dengan berbagai formula maupun yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.

2. Orientasi pengajaran matematika yang kurang pada expert thinking yang mencakup kemampuan analitis, pemecahan masalah dan keingintahuan

(18)

1.3Batasan Masalah

Dari berbagai masalah yang teridentifikasi, peneliti membatasi penelitian ini pada peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pokok bahasan aturan sinus dan kosinus di kelas XI IPA SMA Swasta Tamansiswa Kisaran T.A. 2015/2016.

1.4Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, agar penelitian lebih spesifik kepada hal yang diinginkan peneliti, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa dengan penerapan model pembelajaran berbasiskan masalah pada subpokok bahasan aturan sinus dan aturan kosinus di kelas XI IPA SMA Swasta Tamansiswa Kisaran?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematik siswa dengan penerapan model pembelajaran berbasiskan masalah pada pokok bahasan aturan sinus dan kosinus di kelas XI IPA SMA Swasta Tamansiswa Kisaran.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Bagi guru, agar mendapatkan pengalaman untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan profesi guru dalam mengajar sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih efektif, efisien, kreatif dan inovatif.

2. Bagi siswa, agar lebih termotivasi untuk membangun pengetahuannya secara kritis, logis dan kreatif.

(19)

4. Bagi peneliti lain, sebagai bahan masukan bagi penelitian yang sejenis untuk dikembangkan atau menemukan informasi-informasi baru.

1.7 Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematik Siswa Kelas XI SMA.

1. Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari suatu materi pelajaran dimana peserta didik akan menyusun pengetahuan dengan cara membangun penalaran dari semua pengetahuan yang sudah dimilikinya dan dari semua yang diperoleh sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan sesama individu. 2. Kemampuan berpikir kritis matematik adalah kemampuan siswa untuk mengidentifikasi suatu permasalahan; merumuskan pokok-pokok permasalahan; menganalisis/mendeteksi adanya bias berdasarkan pada sudut pandang yang berbeda; mengungkap konsep, teorema atau definisi yang digunakan untuk memecahkan permasalahan; serta mengevaluasi argumen yang relevan dalam menyelesaikan suatu masalah khususnya yang berhubungan dengan matematika.

(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5. 1. Kesimpulan

Berdasarkan data hasil pelaksanaan penelitian, kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas XI SMA dengan pengelompokan siswa yang terdiri dari 3-4 orang secara heterogen dan memperbanyak kegiatan tanya jawab pada tahap diskusi khususnya pada materi trigonometri. Hal ini dilihat dari pertambahan jumlah siswa yang mencapai keberhasilan belajar dan peningkatan nilai rata-rata pada setiap siklusnya.

2. Terjadi peningkatan kemampuan berpikir kritis matemátika siswa kelas XI SMA Swasta Tamansiswa Kisaran tahun ajaran 2015/2016 semester Ganjil dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Dari hasil tes awal ke siklus I jumlah siswa yang mencapai keberhasilan belajar sebanyak 7 orang (38,88%) dan dari hasil siklus I ke siklus II jumlah siswa yang mencapai keberhasilan belajar sebanyak 16 orang (88,89%). Kemampuan berpikir kritis siswa berada pada kategori sedang dan tinggi, dan telah mencapai indikator keberhasilan belajar sehingga penerapan model pembelajaran ini dikatakan berhasil.

5. 2. Saran

(21)

pelajaran yang banyak berkaitan dengan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:

 Alokasi waktu, sebaiknya menggunakan waktu yang lebih (jam pertemuan lebih banyak) agar pembelajaran lebih efektif dan baik sehingga siswa mampu mengembangkan kemampuan berpikir untuk menjadi pembelajar yang mandiri, mengeluarkan ide-ide secara terbuka dengan memperbanyak memberi pertanyaan-pertanyaan dan berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

 Pembentukan kelompok diskusi, sebaiknya dibagi secara heterogen agar terjadi interaksi antarsiswa yang berkemampuan rendah, sedang maupun tinggi. Hal ini bertujuan agar tidak ada kelompok yang hanya diam/pasif, menunggu jawaban kelompok lain dan tidak mampu menanggapi atau memberi argumen atas permasalahan yang dibahas.  Soal tes yang diujikan, sebaiknya disesuaikan bentuk dan tingkat

kesukaran soal dengan kemampuan penalaran rata-rata siswa agar siswa mampu menyelesaikannya secara benar/tepat sehingga indikator pembelajaran berhasil dicapai.

2. Kepada siswa SMA Swasta Tamansiswa Kisaran disarankan lebih aktif dalam menemukan sendiri konsep matematika yang berkaitan dengan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari dan berani untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami kepada guru untuk menemukan konsep itu. Hal ini dapat mengembangkan kemampuan berpikir khususnya berpikir kritis matematik. 3. Bagi peneliti lanjutan yang ingin melakukan penelitian sejenis disarankan

memperhatikan kelemahan-kelemahan yang ada pada peneliti sehingga penelitian yang dilakukan semakin lebih baik.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A. 2007. Artikel:Memahami Berpikir Kritis. http://re-searchengines.com/1007arief3.html. (diakses 10 April 2015)

Arikunto, S. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Chandra, A. 2010. Artikel: Permasalahan Matematika. http://agus.blogchandra.com/permasalahan-matematika/ (diakses 3 Mei 2015)

Defantri. 2009. Paradigma Pembelajaran Konstruktivisme.

http://defantri.blogspot.com/2009/05/pembelajaran-matematika-di-sekolah.html. (diakses 3 Mei 2015)

Fisher, A. 2009. Bepikir Kritis: Sebuah Pengantar. Jakarta: Penerbit Erlangga. Forum Penelitian. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based

Learning dalam Pembelajaran Matematika dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X di MTs NW Loyok Tahun Pembelajaran 2008/2009. www.forumpenelitian.blogspot.com. (diakses 10 April 2015)

Hasugian, T. 2009. Penerapan Pendekatan Kontekstual Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMA.,Skripsi. FMIPA. Unimed. Medan

Hidayat, W. 2012. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa melalui pembelajaran kooperatif Think-Talk-Write (TTW), Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Lumbantoruan, R. 2010. Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP., Skripsi. Medan: UNIMED

Rhem, J. 2007. Problem Based Learning. www.ntlf.com/html/pi/9812/pbl_1.htm - 18k-11/05/2007. (diakses 10 April 2015)

Richards, A. 2003. Learning To Teach: Edisi Ketujuh. Pustaka Pelajar. Jakarta

Rofi’uddin, A. 2005. Model Pendidikan Berpikir Kritis Kreatif Untuk Siswa Sekolah Dasar. http://www.infodiknas.com/model-pendidikan-berpikir-kritis-kreatif-untuk-siswa-sekolah-dasar.html. (diakses 5 Mei 2015)

(23)

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Beorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Sihombing, W.L. 2012. Telaah Kurikulum Matematika Sekolah. Medan: UNIMED.

Simanjuntak, A.O. 2011. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis di Kelas X SMA Methodist 8 Medan, Skripsi. Medan: UNIMED.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyarti, H. 2005. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa Smp Negeri I Tambakromo Kabupaten Pati Melalui Pembelajaran Matematika Berbasiskan Masalah. http://digilib.unnes.ac.id/ gsdl/ collect /skripsi.1/import/766.pdf. (diakses 5 Mei 2015)

Suprapto, J. 2008. Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. http://supraptojielwongsolo. wordpress.com/2008 (diakses 7 Juni 2015)

Tim PLPG. 2008. Metodologi Pembelajaran. Medan: Tim Istruktur PLPG Unimed.

Gambar

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasiskan Masalah
Gambar 2.1 Skema Pemecahan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

Regan Indonesia merupakan industri yang baru berdiri, maka dimungkinkan adanya beberapa aspek proses produksi yang belum berjalan atau belum sesuai dengan rencana

Penelitian yang dilakukan Hasdillah (2017) hasil Uji F (simultan) menunjukkan yaitu variabel LDR, NPL, NIM dan CAR berpengaruh signifikan terhadap ROA dan hasil uji t

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya bunyi alarm ketika motion sensor mendeteksi kendaraan ketika mendekati pintu akses masuk atau keluar dan gerakan palang pintu

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah pada pengaruh kultur keluarga terhadap hubungan antara status sosial ekonomi orangtua dengan penentuan kualitas jasa pemondokan..

Berdasarkan analisis data dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan penggunaan Metode Bermain Peran Terhadap Kemampuan Berbicara

Oleh karena itu, untuk mengetahui hasil analisis kekuatan konstruksi pelat berpenegar pada setiap variasi profil penegar, penulis melakukan penelitian dengan judul “

2). Traktor harus diperiksa sebelum dioperasikan agar dengan adanya pemeriksaan ini kondisi traktor dapat diketahui sejak dini, sehingga penanganannya tidak terlalu sulit.. Pada

jumlah harta benda yang diperoleh dari setiap TPK. Sifat fleksibelitas pidana PUP yang demikian menyebabkan dapat saja jumlah atau besaran pidana PUP