BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Dewasa ini Indonesia akan menghadapi ASEAN Free Trade Area atau
(AFTA) yang akan aktif pada tahun 20151. Masyarakat dikawasan ASEAN
khususnya di Indonesia mau tidak mau akan menghadapi situasi baru dalam dunia
bisnis internasional. Organisasi AFTA ini memberikan kemudahan tersendiri bagi
anggotanya untuk melakukan kegiatan perdagangan di kawasan ASEAN.
Dengan masuknya pelaku bisnis internasional ke Indonesia secara bebas akan
berimplikasi menimbulkan berbagai hubungan hukum baru misalnya mengenai
perjanjian atau kontrak kerja antara subjek hukum perdata internasional dengan
para pelaku usaha yang ada di Indonesia. Hubugan relasi atau kontrak kerja
tersebut dapat menyebabkan sebuah perbedaan-perbedaan tersendiri diantara para
pelaku usaha (para pihak). Tidak jarang perbedaan tersebut bermuara pada sebuah
sengketa yang terjadi diantara para pihak. Keegoisan serta keinginan untuk
mempertahankan argumen masing-masing menjadi salah satu penyebab terjadinya
sengketa diantara para pihak2. Tidak jarang sengketa yang timbul diantara para
pihak tersebut menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi pihak-pihak yang
terkait dalam sebuah perjanjian bisnis nasional maupun internasional.
Adanya persengketaan yang disebabkan oleh para pihak tersebut mau tidak
mau harus diselesaikan secara cepat dan prosedur yang sederhana. Hal tersebut
1
himamanuni, Tantangan dan Keuntungan AFTA 2015 Untuk Indonesia,
http://himamanuni.wordpress.com/2014, diakses tanggal 15 September 2014.
dimaksudkan agar para pelaku usaha terhindar dari kerugian yang lebih besar
akibat dari lamanya penyelesaian sengketa yang timbul diantara mereka.
Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bahwa satu-satunya lembaga resmi
yang merupakan pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia yang pada saat ini
masih dipercaya sebagai lembaga pemeriksa dan pemutus perkara, baik perkara
pidana maupun perkara perdata termasuk di bidang perdagangan adalah Badan
Peradilan Umum. Dalam hal ini adalah Pengadilan Negeri. Yang dimana
Pengadilan tersebut dalam memeriksa dan memutus suatu perkara harus
berdasarkan asas peradilan cepat sederhana dan biaya ringan.
Banyaknya perkara yang masuk ke Badan Peradilan Umum menyebabkan
Pengadilan kesulitan dalam menyelesaikan perkara sesuai dengan batas waktu
yang telah di tentukan oleh Mahkamah Agung. Adanya upaya hukum banding,
kasasi serta peninjauan kembali mengakibatkan waktu penyelesaian setiap
perkara menjadi terlalu lama, sehingga menyebabkan asas peradilan cepat
sederhana dan biaya ringan tidak dapat terlaksana.
Keadaan Peradilan di Indonesia yang belum mencerminkan asas peradilan
cepat, sederhana dan biaya ringan mengakibatkan para pelaku usaha yang sedang
bersengketa dominan memilih penyelesaian sengketa melalui jalan non litigasi
atau penyelesaian sengketa diluar Pengadilan. Para pihak yang bersengketa dapat
memilih penyelesaian sengketa melalui perjanjian-perjanjian seperti negosiasi,
mediasi, konsultasi maupun arbitrasi dan lain sebagainya3.
3
Pasal 58 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan
Kehakiman telah menjelaskan bahwa upaya penyelesaian sengketa perdata dapat
dilakukan diluar Pengadilan Negeri yaitu melalui arbitrase atau alternetif
penyelesaian sengketa. Dari sinilah dapat diketahui bahwa penyelesaian sengketa
melalui arbitrase telah dikehendaki oleh Pemerintah Indonesia. Regulasi yang
kongkrit telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Arbitrase berasal dari kata (Latin) yang berarti kekuasaan untuk menyelesaikan
sesuatu menurut kebijaksanaan. Definisi secara terminologi tentang arbitrase
dikemukakan berbeda-beda oleh para sarjana saat ini. Perbedaan terminologi
tersebut sebenarnya memiliki inti yang sama yaitu penyelesaian sengketa diluar
Pengadilan yang diputus oleh Arbiter.
Menurut R.Subekti arbitrase adalah penyelesaian masalah atau pemutusan
sengketa oleh seorang Arbiter atau beberapa Arbiter yang berdasarkan persetujuan
bahwa mereka akan tunduk atau akan mentaati keputusan yang diberikan oleh
Arbiter atau para Arbiter yang mereka pilih atau mereka tunjuk 4
Arbitrase sebagai sarana penyelesaian sengketa dikalangan para pelaku bisnis
nasional maupun internasional pada akhir-akhir ini dianggap sebagai sarana
penyelesaian sengketa yang sangat efektif. Hal tersebut diakibatkan karena
arbitrase memiliki beberapa kelebihan-kelebihan tersendiri dibandingkan dengan
4R.Subekti, 1987, Arbitrase Perdagangan, Bina Cipta, Bandung, hal. 1.
penyelesaian sengketa melelui Lembaga Pengadilan. Menurut Huala Adolf
kelebihan penyelesaian sengketa melalui jalur arbitrase adalah sebagai berikut5 :
1. Berperkara melalui arbitrase tidak begitu formal dan fleksibel.
2. Dalam arbitrase, para pihak yang bersengketa diberi kesempatan
untuk memilih Arbiter yang mereka anggap dapat memenuhi
harapan mereka baik dari segi keahlian maupun dari segi
pengetahuan pada suatu bidang tertentu dan.
3. Faktor kerahasiaan proses berperkara dan putusan yang
dikeluarkan merupakan alasan utama forum yang diminati.
Dari kelebihan-kelebihan arbitrase yang diungkap diatas bukan berarti bahwa
arbitrase tidak memiliki kelemahan atau kekurangan dalam menyelesaikan suatu
sengketa. Ada beberapa faktor yang menyatakan bahwa arbitrase memiliki
kelemahan atau kekurangan diantaranya adalah6 :
1. Tidak mudah untuk mempertemukan kehendak para pihak yang
bersengketa untuk membawa sengketa mereka pada forum arbitrase.
harus terdapat kesepakatan antara para pihak yang bersengketa. Dalam
menentukan kesepakatan tersebut sering terjadi konflik kepentingan
mengenai pilihan hukum pilihan forum yang berlaku atas perjanjian
tersebut.
2. Dalam hal pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional
masih menjadi persoalan yang rumit. Hal tersebut dikarenakan
5 Huala Adolf, 2008, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Cetakan ke II, Rafika Aditama, Bandung, hal 14.
masing-masing negara memiliki ketentuan yang berbeda dalam hal
pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase internasional.
3. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak memakan biaya sedikit.
Hal tersebut dikarenakan biaya arbiter yang ditunjuk dapat memakan
biaya yang cukup banyak mengingat para pihak dapat memilih arbiter
yang menurut mereka ahli dibidangnya masing- masing.
4. Arbitrase dapat pula berlangsung lama dan membawa biaya yang
tinggi terutama dalam hal arbitrase dilakukan diluar negeri.
Dalam dunia bisnis internasional keberadan arbitrase internasional tidak
terlepas dari konvensi-konvensi internasional yang diselenggarakan oleh Liga
Bangsa Bangsa (LBB). Keberadaan LBB tersebut telah memberikan sumbangan
berupa wadah serta langkah kerja sama antar negara dalam bidang hukum privat.
Salah satu produk dari LBB yang sangat penting adalah terbentuknya dua
konvensi inernasional dalam bidang arbitrase internasional. Konvensi tersebut
adalah The Protocol on Arbitration Clauses (Protokol tentang Klausula Arbitrase)
dan The Convention on The Execution of Foreign Arbitral Awards (Konvensi
tentang Eksekusi Putusan Arbitrase Asing) yang ditandatangani di Jenewa pada
tanggal 26 September 1927 yang terkenal dengan Konvensi Jenewa 19277.
Pada masa setelah Perang Dunia Ke II perkembangan dunia bisnis
internasional mulai berkembang pesat. Hal tersebut berimplikasi ternahap
Konvensi Jenewa 1927 yang dianggap sudah terlalu banyak kekurangan atau
bahkan kegagalan. Sehingga timbul kesadaran masyarakat internasional untuk
mengubah dan memperbaiki ketentuan internasional tersebut8. Berdasarkan
inisiatif dan usulan The International Chamber of Commerce (ICC) kepada PBB
maka pada tanggal 10 Juni 1958 disahkan The Recognition and Enforsement of
Foreign Arbitral Award (Konvensi New York 1958) yaitu Konvensi tentang
Pengakuan dan Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing.
Pada masa selanjutnya yaitu tahun 1965 dibentuk Convention on the
Stettement of Investment Dispute Between States and Nationals of Other State
(ICSID). Atau sering disebut konvensi Bank Dunia yang di tandatangani di
Wasington DC pada tanggal 18 Maret 19659. Dari sinilah bisa kita lihat bahwa
konvensi-konvensi arbitrase internasional dapat dijadikan dasar sebagai
pembentukan norma hukum arbitrase di seluruh dunia. tetapi sangat disayangkan
bahwa Indonesia hanya meratifikasi beberapa konvensi-konvensi arbitrase
internasional tersebut.
Indonesia baru meratifikasi Convention on The Recognition and Enforsement
of Foreign Arbitral Award (Konvensi New York 1958 ) pada tahun 1981. Melalui
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981. Selanjutnya dikeluarkanlah
Keputusan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing. Menurut PERMA ini keputusan arbitrase
internasional ialah putusan yang dijatuhkan oleh suatu lembaga arbitrase atau
arbiter perorangan diluar wilayah hukum Indonesia, atau putusan suatu lembaga
arbitrase atau arbiter perorangan yang menurut hukum Republik Indonesia
8 Ibid., hal 28.
dianggap sebagai suatu putusan arbitrase asing yang berkekuatan hukum tetap
sesuai dengan KEPPRES Nomor 34 Tahun 1981.
Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelasaian Sengketa, telah dijelaskan mengenai putusan arbitrase
internasional. Putusan arbitrase internasional adalah putusan yang dijatuhkan oleh
suatu lembaga arbitrase atau arbiter perorangan di luar wilayah hukum Republik
Indonesia, atau putusan suatu lembaga arbitrese atau arbiter perorangan yang
menurut ketentuan hukum Republik Indonesia dianggap sebagai suatu putusan
arbitrase internasional. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelasaian Sengketa ini hanya mengatur tentang pengakuan
putusan arbitrase internasional tidak mengatur secara spesifik terkait hal-hal lain
seperti pembatalan putusan arbitrase internasional.
Pasal 53 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelasaian Sengketa telah menjelaskan bahwa terhadap putusan
arbitrase bersifat final and binding, tetapi di dalam Pasal 70 Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelasaian Sengketa
memberikan kesempatan kepada para pihak untuk melakukkan pembatalan
putusan arbitrase. Untuk peraturan mengenai pembatalan putusan arbitrase
internasional secara spesifik belum ada dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun
1999. Sehingga sering menimbulkan permasalahan-permasalahan tersendiri
apabila para pihak ingin melakukan pembatalan putusan arbitrase internasional di
Dalam hal ini selanjutnya peneliti akan membahas terkait dengan kasus
pembatalan putusan arbitrase internasional antara PT. Sumber Subur Mas
Melawan Tranpac Capital Pte.Ltd dan Tranpac Industrial Holdings Limitid. Kasus
tersebut berawal dari tersendatnya PT.Sumber Subur Mas dalam melakukan
pembayar kepada Transpac sebesar US$12.296.000. Kesulitan pembayaran
tersebut diakibatkan karena adanya krisis ekonomi yang menimpa Indonesia pada
Tahun 1998. Dikarenakan krisis tersebut PT.Sumber Subur Mas meminta
keringanan kepada Transpac dengan mengadakan kesepakatan ulang untuk
menyelesaikan utang tersebut. Kesepakatan tersebut dituangkan dalam Akta
Perjanjian Penyelesaian Utang pada tanggal 16 Oktober 2000.
Setelah adanya perjanjian tersebut PT.Sumber Subur Mas membayar secara
bertahap sebesar Rp 2.000.000.000,00 dan menyerahkan dua bidang tanah dan
bangunan, serta membayar lagi sebesar Rp 8.700.000.000,00 kepada Transpac
Capital.
Setelah pembayaran tersebut PT.Sumber Subur Mas melakukan kelalaian
kembali dalam pembayaran lanjutan utangnya. Karena adanya kelalaian tersebut
maka Transpac membawa permasalahan ini ke Singape International Arbitration
Center (SIAC) yang berkedudukan di Singapura.
Akta perjanjian antara PT.Sumber Subur Mas dengan Transpac pada tanggal
16 Oktober 2000 menyebutkan bahwa apabila terjadi kelalaian lagi maka akan
kembali ke perjanjian awal. Dalam perjanjian awal disebutkan apabila terjadi
Putusan dari SIAC memerintahkan kepada PT.Sumber Subur Mas untuk
melakukan pemembayaran sebesar US$12.2000.000. dan bunga sebesar 8% per
tahun mulai dari pembayaran terakhir yang dilakukan oleh PT.Sumber Subur Mas
pada bulan Juni 2002 sampai dengan pelunasan pembayaran. Serta membayar
biyaya perkara di arbitrasi sebesar US$302.801 dan US$18.000.
PT.Sumber Subur Mas menilai bahwa putusan SIAC tersebut bertentangan
dengan Akta Perjanjian Penyelesaian Utang yang dibuat pada tanggal 16 Oktober
2000. Salah satu poin dalam akta perjanjian tersebut menyebutkan, apabila terjadi
sengketa diselesaikan menurut hukum yang berlaku di Indonesia dan tidak lain
dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
Dengan dasar tersebut pada tanggal 2 Desember 2013 PT.Sumber Subur Mas
mengajukan permohonan pembatalan putusan arbitrase internasional ke
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Tetapi Pengadilan berpendapat
bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak memiliki kewenangan dalam
memeriksa perkara tersebut.
Berdasarkan diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
analisis kasus tersebut. Sehingga dalam hal ini peneliti menggunakan judul
”ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT
B. Rumusan Permasalahan
1. Apakah Pengadilan Negeri Jakarta Pusat memiliki kewenangan
absolut maupun kewenangan relatif dalam membatalkan Putusan
Arbitrase Internasional Antara PT.Sumber Subur Mas melawan
Transpac Capital Pte.Ltd dan Transpac Industrial Holdings
limited?
2. Bagaimana pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat
dalam memutuskan perkara antara PT.Sumber Subur Mas melawan
Transpac Capital Pte,Ltd dan Transpac Industrial Holdings
Limited?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kewenangan absolut dan kewengan relatif
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam Pembatalan putusan
Arbitrase Internasional Antara PT.Sumber Subur Mas melawan
Transpac Capital Pte.Ltd dan Transpac Industrial Holdings
Limited.
2. Untuk mengetahui pertimbangan hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat dalam memutuskan perkara antara PT.Sumber Subur Mas
melawan Transpac Capital Pte.Ltd dan Transpac Industrial
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi para
pihak, antara lain :
1. Manfaat teoritis
Penilitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan sumbangan
pemikiran dalam ilmu Pengetahuan Hukum Bisnis pada umumnya serta
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
pengembangan studi, teori-teori serta menambah pengetahuan Hukum
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa pada khususnya.
2. Manfaat Praktik
a. Bagi peneliti sendiri
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti dan
mengembangkan cakrawala berfikir peneliti dalam bidang arbitrase
dan alternatif penyelesaian sengketa serta penelitian ini diharapkan
dapat dijadikan syarat untuk memperoleh gelar sarjana hukum strata
satu.
b. Bagi masyarakat pencari keadilan
Penelitian ini diharapakan dapat berguna bagi seluruh masyarakat dan
dapat dijadikan referensi bagi masyarakat pencari keadilan yang
melakukan perjanjian dengan klasula penyelesaian sengketa melalui
arbitrase .
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dalam
penyempurnaan peraturan perundang-undangan terkait arbitrase dan
alternatif penyelesaian sengketa khususnya dalam bidang pembatalan
putusan arbitrase internasional bagi Dewan Perwakilan Rakyat
Republik Indonesia serta penelitian ini diharapkan dapat berguana
bagi para Advokat dan Hakim yang sedang menangani kasus
pembatalan arbitrase internasional.
E. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian hukum ini, peneliti menggunakan metode
pendekatan yuridis normatif yaitu suatu metode pendekatan yang menggunakan
metode penelitian hukum kepustakaan10. Dalam hal ini penulis mengambil kasus
Pembatalan Putusan Arbitrase Internasional yang diajukan oleh PT.Sumber Subur
Mas di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.
E.I. Jenis Bahan Hukum
Dalam menulis skripsi ini penulis menggunakan beberapa bahan hukum yaitu:
1. Bahan Hukum Primer .
Bahan hukum primer ialah bahan hukum yang diperoleh dari Putusan
Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor :
494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST.
2. Bahan Hukum Skunder
Bahan hukum skunder ialah bahan hukum yang berupa :
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa, Konfensi New York Tahun 1956 serta peraturan
hukum yang erat dengan pembatalan putusan arbitrase internasional, buku
jurnal hasil penelitian dan hasil kegiatan ilmiah yang relefan sehingga
mendukung bagi bahan hukum primer.
3. Bahan Hukum Tersier
Bahan hukum tersier ialah bahan hukum yang berupa kamus dan
eksikopedia serta hasil wawancara dari ahli hukum internasional.
E.II. Teknik Pengumpulan Bahan
Teknik yang dipergunakan untuk melakukan pengumpulan bahan, peneliti
menggunakan teknik Studi pustaka (library research) dan pencarian bahan hukum
melalui browsing internet yang terkait dengan kumpulan subjek dan obyek
penyelesaian sengketa melalui arbitrase internasional.
F. Rencana Sistematika Penulisan
Untuk memberikan gambaran terhadap isi skripsi yang dibuat oleh peneliti,
maka secara garis besar sistematika skripsi terdiri dari beberapa bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab ini menyajikan dan menerangkan mengenai garis-garis besar
permasalahan dari skipsi ini, harapanya akan mengetahui tentang
permasalahan yang telah terjadi terkait pembatalan arbitrase internasional,
permasalahan, manfaat penelitian, kegunaan,metode penulisan, sistematika
penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan disajikan tentang kajian teoritis (pustaka) sebagai
sumber didalam berfikir serta menganalisis permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini sehingga mendapatkan analisis hukum yang tepat
terhadap tema penelitian.
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan tentang data yang telah dikumpulkan sebagai
hasil yang telah dicapai dari suatu penelitian untuk dijadikan sumber utama
dalam mengkaji dan melakukan pembahasan.
Dalam pembahasan penulisan skripsi ini akan menjawab permasalahan
yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya dengan memaparkan data
hasil penelitian dan menganalisa permasalahan yang penulis angkat.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini, berisikan tentang kesimpulan dari seluruh uraian yang telah
dilakukan pada bab-bab sebelumnya serta memberikan saran tentang
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NOMOR: 494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST. TENTANG PENOLAKAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ANTARA PT.SUMBER SUBUR MAS MELAWAN TRANSPAC CAPITAL Pte. Ltd
dan TRANSPAC INDUSTRIAL HOLDINGS LIMITED
PENULISAN HUKUM
Oleh:
DENI BUSTANUL ARIF 201110110311187
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
PENULISAN HUKUM
ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT NOMOR: 494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST. TENTANG PENOLAKAN PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ANTARA PT.SUMBER SUBUR MAS MELAWAN TRANSPAC CAPITAL Pte. Ltd
dan TRANSPAC INDUSTRIAL HOLDINGS LIMITED
Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan dalam Bidang Ilmu Hukum
Oleh:
DENI BUSTANUL ARIF 201110110311187
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT,
karena berkat rahmat dan hidayahnya peneliti dapat menyelesaikan Penelitian
Hukum atau Skripsi ini sesuai dengan harapan peneliti. Skripsi ini diajukan guna
memenuhi persyaratan kelulusan sarjana strata satu Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penelitian hukum ini peneliti memberikkan
judul ANALISIS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA PUSAT
NOMOR: 494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST. TENTANG PENOLAKAN
PEMBATALAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL ANTARA
PT.SUMBER SUBUR MAS MELAWAN TRANSPAC CAPITAL,Pte.Ltd. dan
TRANSPAC INDUSTRIAL HOLDINGS LIMITID.
Penyelesaian penelitian hukum ini merupakan ikhtiar dari rangkaian proses yang
harus peneliti tempuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
Oleh karena itu, kesuksesan yang telah diraih tak lepas dari dorongan dan bantuan
dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan trimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dan Ibu Peneliti yang senantiasa memberikan doa dan
dukungan dalam proses perkuliahan selama menjadi Mahasiswa
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Prof.Dr.Muhadjir Effendy ,M.Ap. selaku Rektor Universitas
3. Dr.Sulardi,S.H.,M.Si. Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
4. Dr.Tongat,S.H.M.Hum. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang
5. Ibu Fifik Wiryani,S.H.,M.Si.,M.Hum. Selaku Pembantu Dekan II
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
6. Bapak Shofian Arief,S.H.M.Kn. Selaku Pembantu Dekan III
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
7. Ibu Komariah,S.H.,M.Si,M.Hum. Selaku dosen pembimbing 1
dalam melakukan penelitian ini.
8. Ibu Herwastuti,S.H.,M.Si. Selaku dosen Pembimbing 2 dalam
melakukan penelitian ini.
9. Bapak Nu’man Ainuh, S.H.M.Hum. Selaku Kepala Bidang
Program Study Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang.
10.Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah
Malang.
11.Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
13.Kawan-Kawan senasib dan seperjuangan Wedy Daris Redi,
M.Erlangga Saputra, Nailul Rahman Abdillah, Handrean
Herlambang, Kerina Hapsari Kusuma Wardani, Dini Fadiah
Nadillah dan seluruh mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang.
14.Instuktur Laboratorium Hukum Ririn Novianti,S.H. M. Lutfi, S.H.
Kasful Kulub,S.H. Edi,S.H. dan seluruh tenaga pengajar di Laborat
Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.
15.Seluruh anggota Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Hukum
Korkom UMM cabang Malang
Peneliti menyedari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
ditemukan kekurangan dan kesalahan Oleh karena itu kritik dan saran dari
pembaca sangat peneliti harapkan guna penyempurnaan penelitian hukum ini.
Billahi Taufiq Wal Hidayah Wassalamualaikum Wr.wb.
Malang, 9 Februari 2015
Peneliti
DAFTAR ISI
Lembar Cover/Sampul Dalam ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ... iv
Ungkapan Pribadi / Moto ... v
Abstraksi ... vi
Abstact ... vii
Kata Pengantar ... ix
Daftar Isi ... xii
Daftar Lampiran ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 11
E. Metode Penelitian ... 12
F. Rencana Sistematika Penulisan ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Arbitrase 1. Pengertian Arbitrase ... 15
2. Syarat Subjektif dan Objektif Perjanjian Arbitrase ... 16
3. Klasula dalam Perjanjian Arbitrase ... 17
4. Jenis-Jenis Arbitrase ... 19
5. Pengertian Putusan Arbitrase Internasional ... 21
B. Tinjauan Umum Tentang Kewenangan Absolut dan Relatif Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam Pembatalan Putusan Arbitrase 1. Lex Arbitreri dalam Perjanjian Arbitrase ... 22
2. Pembatalan putusan Arbitrase ... 23
4. Pembatalan Putusan Arbitrase Ditinjau Dari Konvensi New York 1958 ... 27 C. Tinjauan Umum Subjek Hukum Perdata Internasional dalam Menentukan
Kewenangan Arbitrase Internasional
1. Status Personal Badan Hukum Perdata ... 29 2. Pilihan Forum ... 31 3. Pilihan Hukum ... 33 D. Tinjauan Umum Tentang Pertimbangan Hakim
1. Pengertian Putusan ... 37 2. Pertimbangan Hakim ... 37 3. Implikasi Putusan ... 42
BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Kasus Posisi
1. Pokok sengketa ... 45 2. Posita Penggugat dalam Gugatan Tertanggal 1 Desember 2011
Yang Diajukan Kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat ... 50 3. Petitum PenggugatGugatan Tertanggal 1 Desember 2011 Yang
Diajukan Kepada Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pusat... 51 4. Pertimbangan HakimPengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:
494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST yang memutus Sengketa Antara PT.Sumber Subur melawan Transpac Capital Pte.Ltd. dan
Transpac Industrial Holdings Limited... 52 5. Putusan Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:
494/PDT.ARB/2011/PN.JKT.PST yang memutus Sengketa Antara PT.Sumber Subur melawan Transpac Capital Pte.Ltd. dan
Transpac Industrial Holdings Limited... 62
B. Analisis Kewenangan Absolut Maupun Kewenangan Relatif Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Dalam Perkara Nomor: 494/ PDT.ARB/ 2011/ PN. JKT. PST. Tentang Pembatalan Putusan Arbitrase.
C. Analisis Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Jakata Pusat Nomor: 494 /PDT. ARB/2011/PN.JKT.PST. Yang Mengadili Sengketa Antara PT.Sumber Subur melawan Transpac Capital Pte.Ltd. dan Transpac Industrial Holdings Limited ... 70
BAB IV PENUTUP
1. Kesimpulan ... 87 2. Saran ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Tugas
2. Kartu Kendali Bimbingan Tugas Akhir
3. Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat Nomor:
DAFTAR PUSTAKA
Cicut Sutriasno, 2011, Pelaksanaan Putusan Arbitrase dalam Sengketa Bisnis,
Jakarta, Yayasan Pustaka Obor.
Fran Hendra Winarta, 2013, Hukum Penyelesaian Sengketa Arbitrase Nasional
Indonesia dan Internasional, Jakarta, Sinar Grafika.
Gunawa Widjaya dan Ahmad Yani, 2000, Hukum Arbitrase, , Jakarta, Raja
Grafindo Persada.
Huala Aldoft, 1991, Arbitrase Komersial Internasional, Jakarta,Rajawali Pers.
..., 2008, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, Cetakan ke II,
Bandung, Rafika Aditama.
Komariah, 2010, Hukum Perdata,Cet ke 4, Malang, UMM Press,.
Mahkamah Agung Republik Indonesia, 2007, Pedoman Teknis Administrasi dan
Teknis Pradilan Umum dan Perdata Khusus Mahkamah Agung Republik
Indonesia, Jakarta, Mahkamah Agung.
Munir Fuady, 2000, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis,
Bandung, PT.Citra Aditia Bakti.
M. Yahya Harahap, 2003, Arbitrase, Jakarta,Sinar Grafika.
M.Yahya Harahap, 2008,Hukum Acara Perdata, Jakarta, Sinar Grafika.
R.Subekti, 1987, Arbitrase Perdagangan, Bandung, Bina Cipta.
Sarwono, 2011, Hukum Acara Perdata Teori dan Praktek ,Jakarta, Sinar Grafika.
Soerjono Soekanto, 2006, Pengantar Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Sudargo Gautama, 2001, Undang-Undang Arbitrase Baru 1999, Bandung
PT.Citra Aditia Bakti.
..., 2005, Indonesia dan Konvensi-Konvensi Hukum Perdata
Internasional, Bandung , PT.Alumni,.
..., 2004, Hukum Perdata Internasional Indonesia Jilid III bagian
I, Buku ke tujuh, Bandung, Alumni.
..., 1987, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, jilid
III, bagian 2,buku ke 8, Bandung, Alumni.
..., 1972, Hukum Perdata Internasional Indonesia, Jilid II, bagian
1 buku ke 2,Cet 2, Bandung, Alumni.
Sudikno Mertokusumo, 2002, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta,
Liberty.
Tinneke Lauise Tuegeh Longdrong, 1985, Asas Ketertiban Umum dan Konvensi
New York 1958, Bandung, Aditya Bakti,.
Tin Zuraida, 2006, Prinsip Eksekusi Putusan Arbitrase Internasional di
Indonesia, Surabaya,Airlangga.
Hikmawanto Juana, 2002, Pembatalan Putusan Arbitrase internasional oleh
Pengadilan Nasional, Jurnal Hukum Bisnis, Vol, 21.
Himamanuni, Tantangan dan Keuntungan AFTA 2015 Untuk Indonesia,
http://himamanuni.wordpress.com /2014, diakses tanggal 15 September 2014
Muhammad Arifin, Arbitrase Penyelesaian Sengketa Non Litigasi, http://
Rewiuw, Putusan Pengadilan Dalam Hukum Acara Perdata, http: //rewiuw. Blog
sport. com /2011, diakses 20 Desember 2014.
Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981 Tentang Pengakuan Konvensi New
York 1958.
Konvensi New York 1958
Surat Keputusan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 Tentang Tata Cara
Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok