• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS DEKONSTRUKSI MAKNA KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM TEKS BERITA Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Korupsi Angelina Sondakh di Jawa Pos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TESIS DEKONSTRUKSI MAKNA KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM TEKS BERITA Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Korupsi Angelina Sondakh di Jawa Pos"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

DEKONSTRUKSI MAKNA KEDUDUKAN PEREMPUAN

DALAM TEKS BERITA

Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Korupsi Angelina Sondakh di Jawa Pos

PENYUSUN:

WINDA HARDYANTI

NIM.201020270211026

PROGRAM STUDI MAGISTER SOSIOLOGI DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

DEKONSTRUKSI MAKNA KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM TEKS

BERITA

Analisis Wacana Kritis Teks Berita Korupsi Tokoh Perempuan di Media Mainstream

Yang diajukan oleh:

Winda Hardyanti NIM 201020270211026

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr.Vina Salviana DS,M.Si Muslimin Machmud, PhD

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana Magister Sosiologi

(3)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Tesis ini dipersembahkan untuk almamater tercinta, Universitas Muhammadiyah Malang My Beloved Husband, My Sisters, My Parents and My Parents in Law

(4)

iii SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Winda Hardyanti NIM : 201020270211026 Program Studi : Magister Sosiologi

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa: 1. Tesis dengan judul

Dekonstruksi Makna Kedudukan Perempuan Dalam Teks Berita Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Korupsi Angelina Sondakh di Jawa Pos Adalah hasil karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian ataupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

2. Apabila ternyata di dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur PLAGIASI, saya bersedia TESIS ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTI NON EKSKLUSIF

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Malang, 31 Juli 2013 Yang menyatakan

(5)

v KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT karena berkat limpahan cinta dan kasih sayangNya, tesis yang berjudul “Dekonstruksi Makna Kedudukan Perempuan Dalam Teks Berita Analisis Wacana Kritis Teks Berita Kasus Korupsi Angelina Sondakh di Jawa Pos” dapat diselesaikan dengan baik.

Banyak hal, tantangan, maupun dukungan yang menghiasi proses penyelesaian tesis ini. Proses dalam penyelesaian tesis ini telah memberi banyak pelajaran dan pengalaman berarti bagi peneliti, khususnya selama menempuh pendidikan di kampus Pascasarjana UMM. Untuk itu peneliti wajib untuk mengucapkan terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Yth Rektor Universitas Muhammadiyah Malang

2. Yth Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

3. Wakil Direktur 1 Pascasarjana, Prof. Syamsul Arifin, atas inspirasi tak bertepi, ilmu dan dukungan sehingga peneliti mendapatkan kesempatan untuk bisa study singkat di University of Oslo, Norwegia

6. Pembimbing Pendamping, Dr.Muslimin Machmud, M.Si. Terimakasih banyak atas bimbingan dan nasehat-nasehatnya.

7. Dra. Frida Kusumastuti, M.Si, penguji sekaligus guru bagi peneliti. Terimakasih, Bu 

8. Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, Nurudin,S.Sos, M.Si. Terimakasih sudah mengijinkan peneliti untuk menyelesaikan study sambil mengajar. Untuk motivasi dan semangat yang luar biasa, semoga menjadi amal jariyah yang bermanfaat. 9. Drs Farid Rusman, M.Si, senior, guru dan kolega yang berjasa memberikan

(6)

vi 10.My beloved husband, Mokhammad Rifai, atas segala motivasi, dukungan dan

doa-doa tak bertepi.

11.My parents, my parents in law, and our family, atas doa dan semangatnya agar peneliti bisa segera menyelesaikan study ini

12.Kawan-kawan seperjuangan, angkatan 2010 akhir Magister Sosiologi UMM. Mas Arif, makasih support motivasi dan juga printernya. Mas Jadid, Pak Djafar, Mbak Hesti, Pak Malik, Mas Yusuf, Mas Yahya, Pak Sugeng, dan Mas Rudy, terimakasih atas persahabatannya yang tulus. Juga untuk senior, pak Salahudin yang sudah memberi dukungan dan motivasi.

13.Segenap pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan dan cinta melalui doa-doa yang insya Allah mustajabah. Semoga kiranya Allah membalas amal baik Bapak/Ibu/saudara sekalian. Aamiin.

Tak ada gading yang tak retak, begitu pula dengan penelitian ini. Saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi sempurnanya karya penelitian. Terimakasih.

Hormat kami, Peneliti

(7)

ix

A. Media Dalam Konstruksi Sosial : Media Dikonstruksi 16 Oleh Budaya Patriarki B. Dekonstruksi Derrida 21 C. Muted Group Theory 27 D. Critical Discourse Analysis 31 E. Penelitian Terdahulu 33 BAB III METODE PENELITIAN 37 A. Paradigma, Pendekatan dan Jenis Penelitian 37 B. Teknik Pengumpulan Data 41

C. Lingkup Kajian Penelitian 44

D. Teknik Analisis Data 45 E. Langkah Penelitian 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 47

(8)

x

4.2 Proses Dekonstruksi Teks Berita Korupsi 53

4.2.1 Teks Berita 1 54

4.2.2 Teks Berita 2 66

4.2.3 Teks Berita 3 75

4.2.4 Teks Berita 4 87

4.2.5 Teks Berita 5 98

4.3 Matriks Bentuk Dekonstruksi 105

4.4 Analisis Level Meso 106

4.5 Analisis Level Makro 111

4.6 Dominasi Kepentingan yang Tersembunyi dalam Teks Berita 120 4.7 Relasi Kuasa dalam Teks Berita Korupsi 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 128 DAFTAR PUSTAKA

(9)

xii DAFTAR GAMBAR

Gb 1 Langkah Penelitian 46

(10)

xi DAFTAR TABEL

(11)

xiii DAFTAR LAMPIRAN

(12)

DAFTAR PUSTAKA Al-Fayyadl, Muhammad. 2006. Derrida. Yogyakarta: LkiS

Arindawati,Weni.2010.Identitas dan Politik Representasi Media: Pemberitaan Buruh Migran Perempuan. Tesis. Jogja: UGM

Barker, Chris. 2001.Cultural Studies: Theory and Practice. London: Sage Publication Bhasin,Kamla.2001. Memahami Gender. Jakarta: Teplok Press.

Budianta, Melani. 2002. Pendekatan Feminisme terhadap Wacana dalam Analisis Wacana. Yogyakarta: Kamal.

Burton, Graeme.1999.Media dan Budaya Populer. Yogyakarta:Jalasutra

Burton, Graeme. 2008. Yang Tersembunyi di Balik Media. Yogyakarta: Jalasutra. Creswell, J. W. 2003. Qualitative Inquiry and Research Design. Sage

Publications,Inc: California

Derrida,J.1978. Writing and Difference, Translated, with an Introduction and Additional Notes by Alan Bass. Chicago: The University of Chicago Press.

Endraswara,S.2003.Metode Penelitian Sastra :Epistemologi,Model,Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:FBS UNY

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. Fakih, M. 2001. Runtuhnya Teori Pembangunan dan Globalisasi. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar

Foucault, Michael.ed Colin Gordon dalam Kazuo Shimogki.1994.Kiri Islam: Antara Modernisme dan Postmodernisme Telaah Kritis atas Pemikiran Hasan Hanafi.. Yogyakarta:LKIS

Hamid, Farid. Teori Komunikasi Modul 14. kk.mercubuana.ac.id/.../94022-14-874065773559

Hamad,Ibnu.2007. Mediator.Jurnal.Vol 8 No 2. Bandung:Unisba

(13)

Huyssen,Andreas. 1986. After The Great Divide :Modernism, Mass Culture, Postmodernism. Bloomington: Indiana University Pers

Idi Subandy Ibrahim and Hanif Suranto.1998.Wanita dan media: Konstruksi ideologi gender dalam ruang publik Orde Baru (Women and media: Ideological construction of gender in the New Order’s public sphere). Bandung: Remaja Rosdakarya

Kramarae, C. (1981). Women and men speaking: Frameworks for analysis. Rowley, MA: Newbury House.

____________(1974). Folk-Linguistics: Wishy-washy mommy talk. Psychology Today, 82-85.

Lan,May.2002. Pers, Negara dan Perempuan: Refleksi atas Praktek Jurnalisme Gender Pada Masa Orde Baru.Jogjakarta: Kalika, Yayasan adikarya IKAPI dan Ford Fondation

McQuail, Dennis.1987. Communication Theory: An Introduction. London: Sage. Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Norris,C.2003.Membongkar Teori Dekonstruksi Jacques Derrida.Yogyakarta;Ar-Ruzz Media

Piliang,Y.A.2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studies Atas Matinya Makna. Bandung:Jalasutra.

Ritzer, George.2003. Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana Ritzer,G & Goodman,D.J.2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta:Kencana. Setianto, Yearry Panji. 2008. Muted Group Theory Cheris Kramarae.

http://yearrypanji.wordpress.com/2008/05/12/muted-group-theory-cheris-kramarae.

Severin, Werner J. & Tankard, James W., Jr. 2001. Communication Theories. New York: Longman

Shimogaki Kazuo.1994. Kiri Islam; Antara Moderisme dan Postmodernisme, Telaah Kritis atas Pemikiran Hasan Hanafi.Yogyakarta: LKiS

Sumber Internet:

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/232087-putri-solo--ada-yang-emosi-kami-tenangkan

(14)

www.kk.mercubuana.com

www.metrotvnews.com

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Eksistensi perempuan acapkali ditempatkan sebagai modal yang menandai perkembangan politik media di Indonesia. Representasi perempuan menjadi komoditi utama reproduksi kekuasaan yang dikembangkan oleh industri media di Indonesia. Eksistensi perempuan adalah bentuk strategi perusahaan media untuk mendongkrak keuntungan, sehingga kemudian muncul narasi-narasi yang merupakan bentukan konstruksi realitas. Padahal kini, perempuan tak lagi menghuni dunia privat, namun juga sudah berani melepaskan traditional bounding dengan memasuki bidang publik. Ketika memasuki ranah publik inilah eksistensi perempuan direpresentasikan dalam bentuk yang bermacam-macam membentuk sebuah konstruksi realitas.

Pemikiran yang dipahami selama ini, konstruksi media atas diri perempuan di sisi ekonomi, memang mampu membentuk economic capital, namun di sisi lain media justru semakin mengukuhkan diri sebagi representasi laki-laki. Tanpa disadari sebenarnya media juga telah memperkuat struktur patriarkal. Melalui narasi-narasi yang disusun media, ikatan tradisional perempuan dengan ranah privat, dengan segala atribut yang melekat pada sisi „kewanitaannya‟ semakin dipertegas dan menguatkan penegasan orientasi pembedaan ikatan tradisional dengan laki-laki. Alhasil ada sejumlah narasi di media yang justru tidak membuat eksistensi perempuan menjadi kuat karena „keberaniannya‟ namun justru semakin melemah.

(16)

2 Fenomena faktual yang terjadi pada sebagian teks berita korupsi di media massa di Indonesia juga memperlihatkan adanya penguatan terhadap makna perempuan yang dikonstruksikan oleh media. Perempuan dalam kasus korupsi seringkali mendapat ekspos berlebihan dari sisi fisik, dari sisi personal maupun sisi pribadi lain yang kadangkala tidak relevan dengan pemberitaan yang sedang dimuat. Misalnya saja konstruksi media terhadap sosok Malinda Dee. Seperti yang dimuat oleh detik.com konstruksi media detik.com terhadap sosok Malinda Dee bukan terletak pada esensi kasusnya namun pada esensi ukuran tubuhnya.

Malinda Dee bukan tidak mau memakai baju tahanan seperti rekan-rekannya saat menghuni bui. Masalahnya, ukuran baju tahanan untuk Malinda sulit dicari.Terpidana kasus penggelapan dan pencucian uang nasabah Citibank akhirnya memakai baju tahanan dengan kancing yang sengaja dibuka."Aduh, enggak ada yang pas," kata Kabareskrim Komjen Pol Ito Sumardi dengan gerak tangan menunjuk dada dengan mimik serius saat ditemui wartawan di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (5/4/2011). Wartawan menanyakan secara serius mengapa Malinda tidak mengenakan baju tahanan saat diperiksa. Ito yang awalnya diduga wartawan menjawab pertanyaan itu sekenanya, malah menegaskan, "Ini serius."Bahkan, Ito meminta agar wartawan membuktikan sendiri kebenarannya. "Kalau tak percaya cek aja. Tapi wartawannya yang cewek aja ya," ujar Ito.1

Selain Malinda Dee, juga ada pemberitaan kasus Ayin yang bias gender. Esensi berita yang dimuat adalah bagaimana sosok seorang Ayin yang tetap berdandan, tetap segar dan eye catching di dalam penjara.

Terpidana kasus suap jaksa Urip Tri Gunawan, Artalyta Suryani alias Ayin, selalu berdandan segar nan eye catching saat ditahan di Rutan Pondok Bambu. Namun Ayin selalu menutupi wajahnya dari sorotan kamera.Pantauan detikcom saat mengikuti sidak Dirjen Pemasyarakatan Depkum HAM Untung Sugiyono di Rutan Pondok Bambu, Jakarta Timur, Senin (11/1/2009), Ayin selalu tampak menutupi wajahnya dari sorotan kamera media massa. Mengenakan kemeja warna biru dan celana jeans, Ayin tampil dengan rambut bercat cokelat gelap tergerai di bawah bahu. Saat itu Untung Sugiyono mengumpulkan para napi yang sel dan ruangannya pada Minggu malam diinspeksi mendadak oleh Satgas Antimafia Hukum. Ayin datang tergopoh-gopoh menuju bangku panjang yang disiapkan di lapangan Rutan Pondok Bambu, sambil memegang gelas kaca bertelinga berisi susu. Ayin menutupi mukanya...

1

(17)

3 Selama ini Ayin memang selalu tampil segar dengan dandanan wajah nan modis. Tak ayal, meski menjadi pesakitan, dia tetap merawat kecantikannya. Dia menyimpan alat-alat kosmetik di meja rias dan kamar mandi di sel 3 x 6 meter di Blok Anggrek 1 A. Saat disidak di Rutan oleh Satgas Antimafia, Ayin kedapatan sedang menjalani perawatan kulit di kamarnya yang nyaman itu. Namun hari itu Ayin tampaknya kurang pede menunjukkan wajah terawatnya.2

Bentuk representasi perempuan yang menguatkan struktur patriarkal tidak hanya terdapat di media massa (media mainstream) namun juga di media-media pembelajaran. Ketika kita membaca buku, buku apapun itu, entah buku pelajaran jaman sekolah dulu atau mengamati kultur budaya di masyarakat tak jarang kita akan menemui sejumlah teks bias gender. Label terhadap perempuan sebagai kelas kedua telah mengakar kuat sejak dahulu. Misalnya adalah kalimat, Pak Jalil mempunyai seorang istri dan dua orang anak. Istrinya bernama Markonah, dipanggil bu Jalil. Perempuan dalam teks atau sebutan tersebut bisa dikatakan telah kehilangan nama asli setelah menikah. Belum lagi penyebutan kepala keluarga di dalam rumah, pada umumnya yang disebut kepala keluarga adalah Bapak. Jika Bapak meninggal maka ibulah yang kemudian menjadi kepala keluarga. Dari teks tersebut sebenarnya dapat kita pahami bahwa semua jenis kelamin pada dasarnya bisa menjadi kepala keluarga.

Bias gender dalam teks sering kita temui di sejumlah media. Tak jarang penyebutan-penyebutan tersebut adalah sebuah tindakan bias gender yang memberikan labelling atau stereotype yang merugikan bagi perempuan. Tulisan kalimat bahwa “untuk menambah

penghasilan keluarga maka Bu Tuti membuka warung di rumahnya” adalah contoh lain dari teks

bias gender yang melabeli perempuan sebagai pencari nafkah tambahan. Belum lagi kalimat di buku-buku pelajaran sekolah dasar yang menuliskan bahwa “ayah pergi ke kantor sedangkan ibu memasak di dapur” adalah contoh nyata betapa ada pengklasifikasian tugas-tugas perempuan pada ranah domestik yang sangat bias gender.

2

(18)

4 “Racun” bias gender ini bisa dikatakan sudah mengkontaminasi pemikiran manusia sejak

usia dini. Bahkan sejak usia bayi, ketika mereka mulai dipisahkan secara warna, laki-laki menggunakan baju warna biru dan perempuan identik dengan warna pink adalah sebuah perwujudan dari tindakan bias gender yang kemudian dilanjutkan dalam teks-teks yang dibaca oleh anak-anak tersebut.

Makna yang mereka pahami adalah ayah harus bekerja di kantor sedangkan ibu memasak di dapur menjadi salah satu alat legitimasi bagi laki-laki, di masa dewasanya untuk menolak mengerjakan pekerjaan-pekerjaan domestik ketika mereka tumbuh dari anak-anak dan kemudian menjadi manusia dewasa. Persepsi atau pendapat individu yang muncul ketika membaca teks-teks bias gender secara lambat laun berhasil membentuk sebuah opini publik di masyarakat terutama jika menyangkut persoalan-persoalan domestik. Maka tak heran jika kemudian wanita dikontruksikan dalam sebuah pandangan yang terkadang tidak menguntungkan. Di Indonesia, teks-teks yang melemahkan eksistensi perempuan juga menjadi salah satu fenomena yang menarik diamati. Sejumlah berita tersebut juga menjadi headline besar sebuah surat kabar pada tanggal 7 Juli 2011. Sebagai peneliti yang juga perempuan, penulisan dan pemilihan kata-kata dalam teks berita tersebut cukup menohok. Berita dibawah ini peneliti kutip langsung dari www.metrotvnews.com, sebuah portal berita online milik televisi swasta nasional. Berikut petikan beritanya:

(19)

5 yang melakukan interupsi, mereka sekaligus ditugasi untuk mengapit para interuptor di kiri dan kanannya.3

Belum lagi berita yang peneliti nukilkan dari kompasiana.com, menurut saya kalimat yang terdapat dalam tulisan tersebut sangat bias gender.

“………Untuk diketahui, Pemerintah Kota Solo agaknya sudah siap betul untuk turut mengantisipasi kegagalan kongres sebelumnya. Cara yang unik akan ditempuh: “mengerahkan pasukan puteri Solo”. Para puteri Solo terpilih yang tentunya cantik-cantik akan dipajang di arena kongres. Kehadiran mereka, menurut Walikota Joko Widodo, diharapkan akan memberikan suasana sejuk saat para peserta kongres bersidang. Dengan suasana yang kondusif ini, diharapkan kongres tidak akan mengalami kegagalan untuk kali kedua…….”

Kalimat-kalimat atau teks yang mengandung makna bias gender seperti itu memberi sebuah asumsi bahwa perempuan telah dikristalkan menjadi makhluk ”penghibur”, pemanis suasana,

dan sejumlah peran yang tidak terlalu terhormat. Mungkin ini sedikit emosional, tetapi kita perlu diskusikan seberapa dahsyatnya konstruksi pesan yang dihasilkan oleh media dapat mempengaruhi publik pembacanya. Tak terkecuali mempengaruhi opini publik pembacanya.

Berbagai tanggapan dari pembaca tulisan di website tersebut beraneka macam. Salah satu pembaca (laki-laki) berkomentar bahwa ide yang dilontarkan oleh walikota Solo untuk memajang wanita-wanita cantik dalam kongres PSSI adalah sebuah kreativitas. Sikap pribadi pembaca yang mengomentari bahwa tindakan itu adalah kreativitas tentu berkaitan dengan pengalamannya dalam memandang konsep harga diri wanita. Bisa jadi, pengalamannya juga dibentuk oleh sikap orang-orang dalam kelompoknya yang telah menjadi sebuah opini publik bahwa melakukan labelisasi terhadap wanita sebagai pemanis dan penghibur adalah sebuah tindakan wajar dan sah.

3

(20)

6 Ketimpangan posisi perempuan ini pun seolah-olah juga disetujui oleh perempuan sebagai objek. Dalam pemberitaan di viva news.com, para putri itu pun setuju atau mungkin pasrah ketika realita sosial menempatkan pada posisi ”penghibur”.

Di sela-sela acara kirab, salah satu putri Solo, Meita Fernando, mengaku baru pertama kali dilibatkan dalam kongres. Namun wanita berpostur 175 cm ini mengaku tidak takut dengan kemungkinan meningkatnya tensi sidang nanti."Kami positive thinking saja Mas. Kalau memang ada yang emosional, kami akan mencoba menenangkan," kata Meita yang sehari-hari berprofesi sebagai model sebuah agensi tersebut."Kalau ada yang emosi saya paling hanya bilang "Sabar Pak. Kita ada di kota Solo. Di sini budayanya halus pak," ujar Meita menjelaskan sedikit aksi yang akan dilakukannya bila ada peserta emosional.Putri Solo lainnya, Safira RA juga tidak khawatir meski baru pertama mengikuti kongres. Mahasiswi sebuah perguruan tinggi di Solo ini juga tidak punya cara khusus dalam menenangkan peserta yang emosi."Mengalir saja Mas. Kami akan berusaha membantu kelancaran sidang. Kalau suasana memang panas, kami akan berusaha menenangkannya,"ujar Safira.

Melihat fenomena yang terjadi tersebut, peneliti kemudian mengamati bahwa ketika perempuan masuk ke ranah politik dan terjerat kasus korupsi, lagi-lagi media juga melakukan eksploitasi terhadap sisi tubuh, sisi feminitas diri perempuan, daripada sisi empowering yang dilakukan perempuan ketika menghadapi kasus korupsi tersebut. Kalimat-kalimat ”Tokoh X Menangis Saat Pledoi”, ” Tokoh X Histeris Saat Hakim Membacakan Putusan” pun dijadikan pilihan bahasa

yang menempati posisi headline di sebuah surat kabar mainstream.

(21)

7 Kritik feminis terhadap pemberitaan di media pernah mengungkapkan bahwa bahasa yang bias laki-laki atau mendominasikan kedudukan laki-laki akan mempengaruhi hubungan antara laki-laki dan perempuan. Kritik feminis juga memaparkan bahwa dominasi laki-laki telah membatasi komunikasi bagi perempuan. Kamla Bhasin, salah satu tokoh feminis mengatakan bahwa pemberitaan apapun itu masih berupa „cerita laki-laki yang menggambarkan perempuan dan laki-laki berusaha menggambarkan dunia dengan cara pandang mereka‟4.

Representasi perempuan dalam ranah media tak terlepas dari fungsi media yang memiliki fungsi untuk menyalurkan informasi. Dennis McQuail mengatakan peran besar dan peluang media adalah untuk mengatur sebuah konstruksi wacana (McQuail, 1987). Konstruksi wacana yang dibentuk oleh media ini merupakan sebuah kebijakan media. Kebijakan media sangat berkaitan dengan dan selalu berubah untuk menghasilkan suatu wacana (discourse) dalam menggunakan bahasa (language).

Namun sebenarnya di Indonesia ini sudah cukup banyak media yang menyediakan rubrik khusus untuk perempuan. Salah satu contohnya adalah Jawa Pos. Sebagai sebuah media mainstream, Jawa Pos sejak tahun 2011 telah membuat empat halaman full rubrik For Her. Tak hanya rubrik, corporate culture Jawa Pos juga mengalami perubahan. Mulai dari seragam karyawan yang diubah menjadi warna pink, kantor redaksi yang dicat dengan warna pink dan kebijakan remunerasi yang mewajibkan karyawan laki-laki untuk mengikuti pelatihan terkait perempuan jika ingin naik gaji.

Fenomena tersebut menjadi menarik ketika semangat empowering terhadap perempuan tersebut dikaitkan dengan bagaimana cara Jawa Pos mengkonstruksi berita-beritanya, khususnya berita yang berkaitan dengan perempuan. Tidak lagi perempuan sebagai korban kejahatan, dalam

4

(22)

8 penelitian ini yang akan diteliti adalah berita-berita terkait kasus yang melibatkan perempuan sebagai pelaku kejahatan atau koruptor.

Angelina Sondakh adalah salah satu anggota legislatif yang terjerat kasus korupsi Hambalang. Angie, sapaan Angelina Sondakh, adalah divonis bersalah melakukan suap dan dituntut 12 tahun penjara karena menerima suap sebesar Rp 12,58 miliar serta US$ 2,35 juta. Dia juga diduga terlibat makelar anggaran di Kemenpora. Di Jawa Pos, kasusnya mulai memanas sejak September 2011 dan akhirnay divonis bersalah pada akhir 2012. Sebagai seorang mantan Putri Indonesia yang dikenal smart, sekaligus kader dari Partai Demokrat yang memiliki jargon “Katakan Tidak Pada Korupsi”, fenomena Angie yang terjerat kasus korupsi menjadi satu ironi yang menarik untuk diteliti.

Alasan pemilihan Angelina Sondakh, salah satu koruptor sebagai fokus kajian karena selain Angelina Sondakh adalah kader Partai Demokrat, partai yang sedang berkuasa saat ini, posisi Angelina Sondakh sebagai artis juga menjadi daya tarik bagi media. Media tertarik untuk mengeksposnya lebih banyak karena ia memiliki point of interest yang lebih tinggi dari koruptor-koruptor perempuan yang lainnya. Selain itu posisi Dahlan Iskan, sebagai owner Jawa Pos, saat ini berada dalam tim kabinet SBY dan mendapatkan jabatan strategis sebagai menteri BUMN. Posisi Dahlan Iskan sebagai orang dekat SBY menjadi daya tarik tersendiri untuk mengungkap sejauh mana relasi kekuasaan yang muncul dalam teks-teks yang dimuat oleh Jawa Pos.

(23)

9 identitas tersebut telah mereduksi struktur komunikasi hubungan sosial dan budaya atas dominasi laki-laki (patriarkal)

“Layaknya pemberitaan kekerasan yang cenderung memberikan kesan bias, namun persoalan identitas terkadang juga ambivalen. Penyebutan identitas korban maupun pelaku diwarnai beragam sudut pandang media atas subjek perempuan buruh migran. Representasi perempuan yang penuh siksaan kurang mendapatkan posisi yang setara dalam pemberitaan di banyak media massa. Di satu sisi identitas „korban‟ sebagai perempuan masih dilabelkan tidak berdaya, lemah, dan pasrah. Sedangkan sisi lain, identitas „pelaku‟ yang juga berjenis kelamin perempuan justru dilabelkan sebagai memiliki „kuasa‟ atas tubuh korban yang dalam konteks ini buruh migran perempuan adalah seorang Pembantu Rumah Tangga (PRT). Kontinuitas wacana identitas tersebut telah mereduksi struktur komunikasi hubungan sosial dan budaya atas dominasi laki-laki (patriarkal).” 5

Hasil penelitian Ezi Hendry dalam skripsinya yang berjudul Wacana Marjinalisasi Perempuan Dalam Media Studi Analisis Wacana Berita Calon Legislatif tahun 2009 di Harian Jawa Pos menyebutkan bahwa berita-berita tentang caleg perempuan tahun 2009 yang dimuat di harian Jawa Pos kurun waktu 1 Maret-30 April 2009 terdapat kecenderungan perempuan dimarjinalisasikan dalam ranah politik. Artinya, kehadiran perempuan dalam berita „diciptakan‟

agar tidak terlibat jauh dalam ruang politik. Hal ini dilihat dari banyaknya berita yang memposisikan perempuan sebagai objek ketimbang subjek. Ketika sebagai objek, perempuan tidak diberikan ruang untuk berpendapat dan berargumen karena wartawan memilih berita dari perpektif laki-laki. Selanjutnya, marjinalisasi terjadi ketika perempuan ditiadakan (pasivasi) dalam berita. Dalam hal ini strategi yang digunakan berupa penghilangan dan penyamaran posisi perempuan dalam berita. Terakhir praktek marjinalisasi ketika dalam berita terjadi pengingkaran (negasi) terhadap kehadiran dengan tema-tema perempuan6.

5

Weni Arindawati (2010), Identitas dan Politik Representasi Perempuan: Pemberitaan Buruh Migran Perempuan, Tesis S2 Prodi Kajian Budaya dan Media tidak dipublikasikan,Sekolah Pascasarjana UGM.

6

(24)

10 May Lan juga menulis bahwa pada masa Orde Baru media masih mendudukkan posisi perempuan asimetris dengan posisi laki-laki, khususnya dalam empat hal yaitu yang pertama tentang materi berita dalam surat kabar dan media massa masih menampilkan perempuan sebagai sosok yang dieskploitasi. Kedua, perempuan digambarkan sebagai sosok yang tertindas, terbelakang, dan tidak punya kekuatan berupa otoritas dalam dirinya. Selain itu pemberitaan tentang perempuan masih cenderung monumental, artinya hanya kuat ketika perayaan hari-hari „perempuan‟ seperti Hari Kartini atau Hari Ibu. Keempat adalah masih minimnya pemberitaan

terkait pemberdayaan perempuan7

Jika dikaitkan dengan penelitian sebelumnya yang hasilnya menunjukkan bahwa konstruksi pemberitaan perempuan di koran, tak terkecuali Jawa Pos, masih sangat bias gender. Penelitian ini berupaya untuk melihat apakah ada dekonstruksi teks berita ketika perempuan menjadi pelaku kejahatan yang dimuat di koran mainstream yakni Jawa Pos. Terlebih ini dikaitkan dengan momentum perubahan corporate culture Jawa Pos sejak tahun 2010-an yang mengindikasikan ada upaya untuk menunjukkan kepedulian terhadap perempuan

Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk membongkar teks, menganalisis bentuk dekonstruksi yang merupakan cara-cara pengurangan terhadap suatu intensitas konstruksi (gagasan, bangunan, dan susunan yang sudah baku bahkan universal). Konstruksi yang baku dalam penelitian terkait pemberitaan perempuan di media, berdasarkan hasil exploratory research yang dilakukan oleh peneliti banyak yang menunjukkan simpulan bahwa perempuan selalu ditempatkan dalam labeling yang negatif, tertindas, terhina, kelas kedua, dan sebagainya. Sehingga diharapkan dari penelitian ini akan muncul sebuah kontribusi

7

(25)

11 khususnya terkait adakah perubahan pola pikir redaksi dalam membuat teks berita khususnya berita yang melibatkan perempuan.

Dekonstruksi ini tidak bermakna negatif karena tetap bertujuan mengkonstruksi, dekonstruksi adalah cara membaca teks sebagai strategi. Sebab teks tidak sekedar tulisan, semua pernyataan kultural dalam teks serta keseluruhan rangkaian pernyataan adalah teks yang dengan sendirinya mengandung nilai, ideologi, kebenaran, tujuan dan prasyarat yang sudah melekat. Dekonstruksi ini juga tidak sedang mencari makna tunggal dari representasi yang ada. Karena makna itu bersifat tak terbatas. Pembongkaran makna (mendekonstruksi makna) sebuah teks ini tepat jika menggunakan metode Critical Discourse Analysis karena CDA juga tidak berkehendak untuk melahirkan jawaban yang penuh kepastian, CDA mempunyai agenda yang seiring dengan upaya dekonstruksi, yaitu untuk mengoreksi bias yang terjadi akibat politisasi, melibatkan pengungkapan kekuasan, dominasi, ketidaksetaraan yang direproduksi oleh teks. CDA bersifat intepretatif dan eksplanatif dan tidak harus diarahkan pada makna yang tunggal.

Penelitian ini menarik diteliti karena selain menawarkan satu sudut pandang lain untuk membongkar teks selain dengan semiotik atau analisis framing, penelitian ini juga belum pernah dilakukan di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang sehingga memiliki originalitas yang cukup tinggi dari sisi ide maupun angle yang diteliti. Berdasarkan exploratory research, penelitian tentang pemberitaan korupsi yang melibatkan tokoh perempuan merupakan

salah satu fenomena yang relatif baru karena pemberitaan kasus korupsi yang melibatkan perempuan baru booming sekitar tahun 2011 lalu. Hasil dari penelitian ini diharapkan bisa memberikan satu wacana baru secara kritis demi memperkaya diferensiasi penelitian yang menggunakan analisis teks media terutama terkait analisis wacana kritis.

(26)

12 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah. Sebagai salah satu bentuk kajuan kritis, maka penelitian ini bermaksud untuk merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk dekonstruksi terhadap makna kedudukan perempuan yang terdapat pada pemberitaan-pemberitaan korupsi di Jawa Pos yang melibatkan Angelina Sondakh? 2. Bagaimanakah dominasi kepentingan yang tersembunyi dalam teks-teks tersebut?

3. Bagaimana relasi kuasa yang terdapat dalam teks-teks tersebut? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membongkar teks-teks berita korupsi yang melibatkan tokoh perempuan. Namun secara lebih rinci penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui bentuk dekonstruksi makna kedudukan perempuan yang terdapat pada pemberitaan-pemberitaan korupsi di Jawa Pos yang melibatkan Angelina Sondakh

2. Mengetahui dominasi kepentingan yang tersembunyi dalam teks-teks tersebut 3. Mengetahui relasi kuasa yang terdapat dalam teks-teks tersebut

D. Manfaat Penelitian

Secara akademik penelitian ini mampu memberikan tambahan pengetahuan baru terkait kajian media dan feminisme yang menggunakan paradigma kritis. Media adalah konstruksi realitas yang dibangun di atas keberagaman kepentingan. Dengan dekonstruksi teks akan menghasilkan sebuah wacana kritis mengenai perempuan dan posisinya di ranah media masa kini.

(27)

Referensi

Dokumen terkait

Alkaloid contents (sparteine accounted for more than 80%) of four subspecies of Chamaecytisus proliferus (tagasaste) were higher in spring cuts than in autumn cuts, and they were (g

Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan pada penulis, semoga menjadi ilmu yang

Untuk menjawab permasalahan yang muncul tersebut mengenai bagaimana sebuah alat penampil informasi selain dapat menampilkan informasi dapat memiliki kesan artistik

Pada paper ini dideskripsikan perancangan kompas digital yang dilengkapi output suara, sehingga para penyandang tuna netra pun dapat menggunakannya. Kompas digital pada penelitian

Age, working during sickness, using handphone while driving, work duration, fatigue, smoking behavior and reaction time are related statistically. While experience

Skripsi ini berjudul “ PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI TUKAR (US$/Rp) DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP PERGERAKAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BEI ”9. diajukan

Hal ini berbeda dengan pelaksanaan diskusi rutin yang dilakukan oleh Lakpesdam PCNU kota Tasikmalaya, dimana hanya ada satu orang narasumber, dan juga tidak terdapat

Bila tidak melakukan pengukuran asupan dan haluaran cairan akan mengakibatkan edema, hipertensi, edema paru, gagal jantung, dan distensi vena jugularis, kecuali