Seminar Nasional Pendidikan IPA-Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 28 September 2016
ANALISIS IMPLEMENTASI PERKULIAHAN VERTEBRATA BERBASIS LEARNING OBJECT DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FITK
UIN JAKARTA
Baiq Hana Susanti1, Fransisca S.2, Riandi3 1
Pasca Sarjana Pendidikan IPA, Univeristas Pendidikan Indonesia Email koresponden: baiq.hana@uinjkt.ac.id
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil implementasi program perkuliahan Vertebrata berbasis learning object. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 25 mahasiswa program studi pendidikan yang mengambil mata kuliah Vertebrata. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa, sedangkan angket digunakan untuk menjaring data respons. Hasil penilaian proses menunjukkan bahwa nilai proses tertinggi dari keenam konsep yang dinilai adalah tes formatif. Lebih dari 70% mahasiswa menyatakan bahwa materi yang diberikan mempunyai tingkat kesulitan yang sudah sesuai, jelas dan mudah dipahami, menarik ketika disajikan dengan menggunakan LO, dan sesuai dengan perkembangan kurikulum, serta desain media tersebut mempermudah dalam mendapatkan bagian-bagian dari isi materi. Kemudian lebih dari 60% menyatakan bahwa komposisi warna LO sudah menarik, ukuran tampilan media LO dan teks yang disajikan sudah seimbang, kualitas teks dan warna LO sudah baik dan sesuai dengan kebutuhan materi. 75% mahasiswa menyatakan bahwa Aplikasi LO mudah untuk digunakan. Selain itu, lebih dari 50% mahasiswa menyatakan bahwa gambar, animasi, video, dan audio yang ditampilkan sudah cukup baik. Respon selanjutnya,85% mahasiswa setuju bahwa komponen-komponen dari sistem perkuliahan sudah baik, terbarukan, mudah, dan mereka sangat puas dengan sistem perkuliahan dengan learning object. Selain itu 90% mahasiswa ingin menggunakan sistem yang sama pada perkuliahan lainnya. Sedangkan hasil belajar siswa menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan LO berhasil meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa terhadap mata kuliah vertebrata.
Kata Kunci: learning object;e-learning; pendidikan biologi; vertebrata
Abstract
The purpose of this research is to find out the result of implementation for the lecture based learning object. Method used in this research is a quantitative descriptive.The study is done to 25 education of biology students at a course of studies Vertebrate.A test used to know student learning outcomes while questionnaire was used to getresponse. The assessment results of the process show that the highest process of the six the concept of assessed was a test formative. More than 70 % students stated that the material given have the level of difficulty which are in accordance, clear and understandable, interesting when served with use LO, based on the development of curriculum,the media has already been repaired and display media LO ease in get parts of the contents of the matter. Then more than 60 percent of them states that the composition of color lo had yanked and the size of a display LO media and the text presented has been balanced,the quality of the text and color lo are good and in accordance with kebutuhun matter.75 % students said that the application of the lo easily for use. More than 50 % of students said that the image, animation, video, and audio has been good enough.This next responsesinclude student opinion against components, a novelty, ease, and satisfaction with components learning objects. Above 85 % students agree that the components of system lecture is good , renewable , easy , and they was satisfied with lecture system with learning object.In addition, 90 % students want to use the same system in other lecture.While students learning outcome shows that lecture using learning object improve students understanding of the concept of vertebrates.
PENDAHULUAN
Penguasaan TIK merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki oleh masyarakat yang ingin memenangkan persaingan di kompetisi global. Kondisi tersebut menuntut sumber daya manusia yang memiliki keunggulan komperatif dan kompetitif. Manusia global adalah manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha
Esa, mampu bersaing, menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta memiliki jati diri. Salah satu wahana yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang unggul adalah melalui pendidikan.
Oleh karena itu, Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta sebagai salah satu
perguruan tinggi negeri juga tidak mau ketinggalan dalam memanfaatkan perkembangan TIK dalam menunjang dan meningkatkan kualitas proses belajar, administrasi, dan
berbagai aktivitas penunjang lainnya.
Pembenahan infrastruktur, pengembangan
aplikasi untuk mendukung proses belajar mengajar maupun untuk administrasi, serta pengembangan konten loka dilakukan secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta dalam analisis SWOT nya menyebutkan bahwa salah satu kelemahan institusinya adalah
pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) untuk bidang akademik yang belum optimal. Hal ini disebabkan masih terbatasnya kompetensi penggunaan TIK di kalangan sivitas akademikanya. Sehingga salah satu prioritas kebijakan pada tahun 2015-2016 adalah mengusahakan adanya peningkatan penggunaan TIK dalam pembelajaran, dengan cara (1). Meningkatkan kompetensi mengajar
dosen dan belajar mahasiswa dengan
menyediakan layanan teaching skills bagi dosen
dan learning skills bagi mahasiswa (UIN Jakarta, 2015)
Salah satu Fakultas di lingkungan
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta
yang diharapkan dapat menjadi leader dalam
pemanfaatan TIK adalah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Fakultas ini adalah salah satu LPTK yang bertugas untuk mencetak calon
guru, sehingga mau tidak mau harus
mempersiapkan mahasiswanya menjadi calon-calon guru yang kreatif, yang dapat meng-upgradedirinya sehingga dapat melakukan inovasi-inovasi dalam proses pembelajaran (Wahid, 2005).
Dalam menyikapi perkembangan dan kemajuan TIK, LPTK harus mampu mencetak guru sebagai tenaga professional. Hal ini disebakan tuntutan guru di era globalisasi
semakin berat. Ketrampilan guru dalam
menggunakan TIK sebagai sumber belajar dan kemampuan guru dalam mengembangkan bahan
ajar berbasis TIK harus dilatih dan
dikembangkan sejak para guru masih dalam masa pendidikan di LPTK. Salah satu caranya memperkenalkan mereka kepada pembelajaran yang memiliki multi akses atau multi sumber, yang tidak hanya memanfaatkan sumber belajar konvensional tapi juga yang berbasis TIK. Hal ini menjadi tanggung jawab pihak LPTK untuk
memberi pendidikan kepada calon guru
bagaimana untuk menerima TIK dan mampu menggunakan TIK dalam proses pembelajaran.
Pengembangan program perkuliahan yang
paling mutakhir adalah e- learningyaitu salah
satu model pembelajaran dengan menggunakan media teknologi komunikasi dan informasi
khususnya internet. E-learning merupakan
istilah populer dalam pembelajaran online
berbasis internet dan intranet. Teknologi
e-learning ini merupakan sebuah teknologi yang
dijembatani oleh teknologi internet,
membutuhkan sebuah media untuk dapat
menampilkan materi-materi khusus dan
fasilitas komunikasi untuk dapat saling bertukar informasi antara peserta dengan pengajar (Purbo, 2002).
Pengertian tentang e-learning saat ini
sebagian besar mengacu pada pembelajaran yang menggunakan teknologi internet. Seperti pengertian dari Rosenberg (2001dalam Purbo
(2002), yang menekankan bahwa e-learning
merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang
dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini senada dengan Campbell (2002), yang intinya menggunakan media
internet dalam pendidikan sebagai hakikat
e-learning. Bahkan Purbo (2002) menjelaskan
bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik
dalam e-learning digunakan sebagai istilah
untuk segala teknologi yang digunakan untuk
mendukung usaha-usaha pengajaran lewat
teknologi internet.
MenurutPurbo (2002), e-learning telah
menjadi trend pembelajaran abad 21. Bidang ini
merupakan peluang tersendiri bagi para
pengajar. Dari sisi kawasan pengembangan,
pengajar dapat berperan sebagai pengembang
e-learningcontent atau lebih dikenal sebagai learning object (baik yang bersifat text-based
maupun multimedia-based). Dari sisi
pengelolaan, pengajar berperan dalam mengelola e-learning baik dalam institusi sekolah maupun
perusahaan. New Media Consortium (NMC)
sebagai bagian dari pemrakarsa learning object
mendefinisikan learning object sebagai setiap
kumpulan materi yang terstruktur secara berarti dan terikat ke dalam suatu tujuan pembelajaran. Materi-materi tersebut dapat berupa dokumen, gambar, simulasi, video, audio, dan sebagainya
Berdasarkan definisi yang diadaptasi dari
Wisconsin Online Resource Center, Wiley
(2000) menyatakan bahwa learning object
memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
(1). Learning object adalah cara baru berpikir
tentang isi pembelajaran. Biasanya isi
pembelajaran terdiri dari bagian-bagian yang menghabiskan waktu beberapa jam, tetapi learning object adalah bagian yang lebih kecil dari belajar, biasanya berkisar dua hingga lima
belas menit, (2). Learning object bersifat bebas;
setiap learning object dapat digunakan secara
bebas untuk tujuan yang berbeda, (3). Dapat
dikelompokkan; setiap learning object dapat
dikelompokkan ke dalam bagian-bagian isi yang lebih besar, termasuk struktur pembelajaran
tradisional, (4). Dapat di tandai (tag) dengan
metadata; setiap learning object memiliki
informasi deskriptif yang memudahkan ketika dicari kembali.
Potensi teknologi ini sangat menarik untuk di coba dan di manfaatkan dalam perkuliahan. Salah satu program studi yang berminat untuk
mengembangkan learning object ini adalah
Program Studi Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Berdasarkan hasil pengamatan beberapa tahun di program studi ini beberapa matakuliah
seperti: Zoologi Vertebrata, Zoologi
Avertebrata, Fisiologi Hewan dan Fisiologi Perkembangan merupakan mata kuliah yang sulit di pahami mahasiswa. Kesulitan para mahasiswa ini dapat dilihat dari hasil ujian mahasiswa yang umumnya selalu lebih rendah dibandingkan mata kuliah lain (Anonim, 2015).
Umumnya permasalahan ini disebabkaan karena (1). Penggunaan model pembelajaran yang di dominasi ceramah dan diskusi kurang tepat,sehingga menimbulkan kejenuhan pada mahasiswa, (2). Bahan ajar yang digunakan belum sesuai kebutuhan;(3) Daya dukung
pengembangan kreativfitas terkait dengan
anatomi, struktur dan fungsi serta ekologi dari hewan hewan vertebrata. Sebagian materi tersebut secara nyata memang dapat di indra dan diamati langsung oleh mahasiswa, tetapi sebagian materi bersifat abstrak dan tidak dapat di amati langsung oleh mahasiswa.
Khusus di program studi Pendidikan Biologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hal ini disebabkan pula oleh sarana dan prasana perkuliahan yang kurang memadai, seperti jumlah lokal untuk perkuliahan yang tersedia saat ini dirasa kurang, karena hanya berjumlah 5 kelas, yang dimanfaatkan untuk perkuliahan juga oleh 2 (dua ) program studi lain. Jumlah laboratorium yang saat ini hanya berjumlah 2 ruang menyebabkan penggunaan ruang yang sangat tinggi, sehingga praktikum tidak berjalan maksimal.
Oleh karena itulah, maka perlu adanya
ujicoba sistem perkuliahan yang dapat
meminimalir penggunaan ruang kuliah (
e-learning), memanfaatkan teknologi informasi terkini (multi media), dapat diakses oleh mahasiswa kapan dan dimana saja, serta dapat melatih mahasiswa menggunakan berbagai
sumber belajar yang tersedia secara online di
internet.
Salah satu matakuliah yang sudah
mengembangkan system e-learning berbasis learning object adalah mata kuliah vertebrata yang diberikan pada semester lima program
studi pendidikan biologi. Learning object yang
dikembangkan merupakan program perkuliahan terpadu yang memiliki tahapan-tahapan belajar yang terkontrol, menggunakan multimedia interaktif antara lain audio, video, dan aplikasi lain yang memiliki standar dari SCORM. Learning object ini digunakan dalam
perkuliahan Vertebrata, yang merupakan
perkuliahan dengan beban sebanyak 3 SKS yang terdiri dari 2 SKS tatap muka di kelas dan 1 SKS
praktikum di laboratorium. Learning object
dipergunakan pada saat tatap muka di kelas, sedangkan untuk praktikum Vertebrata akan dilakukan di laboratorium setelah perkuliahan.
Selanjutnya Learning object ini akan
diintegrasikan dengan menggunakan learning
management system (LMS) Modular Object Oriented Dynamic Learning Environment (Moodle) untuk menciptakan dan mengelola tautan antar objek pembelajaran. Learning object selengkapnya dapatr dapat dilihat pada domain moodle.hanasusanti.com.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dibuat satu rumusan masalah yaitu
“Bagaimanakah analisis terhadap implementasi
perkuliahan vertebrata berbasis Learning
Object? Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengembangan khazanah
ilmu pengetahuan khususnya perkuliahan
Vertebrata dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi, dan memberikan informasi
tentang analisis mengenai implementasi
perkuliahan Vertebrata yang berbasis learning
object.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan disebuah
LPTK di Jakarta, yang memiliki program studi Pendidikan Biologi pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan Biologi yang pada saat implementasi perkuliahan ini mengambil mata kuliah Vertebrata berjumlah 25 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif kuantitatif, yaitu suatu penelitian yang bertujuan menjelaskan fenomena yang ada
dengan menggunakan angka-angka untuk
mencandarkan karakteristik individu atau
kelompok (Syamsudin & Damiyanti, 2011). Penelitian ini menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak. Tujuan dalam penelitian ini
mahasiswa terhadap implementasi perkuliahan
Vertebrata berbasis Learning Object dan juga
hasil belajar mahasiswa.
Gambar 1 Grafik rata-rata penilaian proses mahasiswa
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk tes dan non tes. Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar mahasiswa. Instrumen yang digunakan dalam tres ini berupa pilihan ganda dengan lima pilihan
jawaban. Sedangkan instrument non tes
diberikan dalam bentuk angket dan penilaian produk. Angket digunakan untuk melihat respon atau tanggapan mahasiswa terhadap learning object, dan respon terhadap perkuliahan. Semua angket yang diberikan berupa angket tertutup. Angket tertutup yaitu angket yang alternatif jawabannya sudah diberikan oleh peneliti, sehingga responden tidak memiliki keleluasaan untuk menyampaikan jawaban yang diberikan
kepadanya. Sedangkan penilaian produk
digunakan untuk menilai hasil hasil diskusi dan tugas mandiri yang dihasilkan mahasiswa selama perkuliahan berlangsung
PEMBAHASAN
Hasil yang didapatkan dalam penerapan ini berupa penilaian proses selama perkulihan
berlangsung, respon mahasiswa terhadap
learning object sebelum dan sesudah perkuliahan, dan hasil belajar mahasiswa.
1. Penilaian Proses
Proses yang dilakukan mahasiswa dalam perkuliahan tidak terlepas dari penilaian. Proses dalam hal ini terkait dengan bagaimana mahasiswa melakukan tugas-tugas perkuliahan
secara online dalam learning object seperti
diskusi, tes formatif, dan tugas mandiri. Nilai proses yang diambil adalah berdasarkan data
yang tercantum didalam sistem learning object
terkait ketiga aspek tersebut.Secara keseluruhan, pernilaian proses dapat dilihat pada Gambar 1.
Bagian nilai proses tertinggi dari keenam konsep yang dinilai didapatkan oleh tes formatif dengan nilai rata-rata diatas 90. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman konsep mahasiswa terhadap materi vertebrata sudah sangat baik. Sedangkan nilai tes tugas mandiri dan forum diskusi mendapat rata-rata diatas 75 yang berarti bahwa kemampuan mahasiswa
untuk berdiskusi dan membuat laporan
penelitian (praktikum) sudah baik.
2. Respon Mahasiswa terhadap Learning Object
Gambar 1.2 Grafik Respons Mahasiswa Terhadap Aspek Materi pada Learning Object Sebelum diterapkan
Gambar 1.3 Grafik Respons Mahasiswa Terhadap Aspek Materi pada Learning Object Setelah diterapkan
Aspek materi yang disajikan pada learning
object terdiri dari beberapa komponen yaitu
kesulitan, kejelasan, kemenarikan dan
keterkinian. Berdasarkan hasil pengamatan (Gambar 3.6) sebelum diterapkan, 76.97% mahasiswa menyatakan bahwa materi yang
disajikan pada learning object tersebut tidak
terlalu sulit atau tidak terlalu mudah. Tidak berbeda jauh dengan respon sebelum penerapan, 75 % mahasiswa juga sepakat bahwa materi
yang disajikan pada learning object tersebut
tidak terlalu sulit atau tidak terlalu mudah setelah diterapkan. Hal ini mengindikasikan bahwa materi yang diberikan memiliki tingkat kesulitan yang sudah sesuai dengan apa yang diharapkan.
Selain itu, hampir sama dengan komponen kesulitan materi, komponen- komponen lain seperti kejelasan, kemenarikan, dan keterkinian materi juga mendapatkan respon positif diatas
70%. Komponen kejelasan materi sebelum diterapkan membuat 100 % mahasiswa sepakat
bahwa materi yang diberikan dalam learning
object sudah sangat jelas dan sangat mudah
dipahami. Akan tetapi, setelah melalui
perkuliahan dengan learning object, dari 100% mahasiswa turun menjadi 71%. Hal ini dapat disebabkan karena sebelum perkuliahan, tidak
keseleruhan materi learning object yang diuji
coba. Kemudian untuk komponen kemenarikan
dan keterkinian materi, masing-masing
mendapatkan respons sebesar 72.73% dan 86.36% sebelum diterapkan. Tidak jauh berbeda,
sekitar 80% dan 79% mahasiswa juga
memberikan respon positif terhadap aspek
kemenarikan dan keterkinian, Hal ini
menunjukkan bahwa materi yang disajikan
menggunakan learning object menarik dan
Gambar 1.4 Grafik Respons Mahasiswa Terhadap Aspek Desain Media pada Learning Object sebelum diterapkan
Gambar 1.5 Grafik Respons Mahasiswa Terhadap Aspek Desain Media pada Learning Object sebelum diterapkan.
Aspek selanjutnya adalah aspek desain media. Aspek desain media terdiri dari empat
komponen yaitu tampilan media untuk
mengakses bagian-bagian isi materi, kemarikan
komposisi learning object, keseimbangan
ukuran tampilan media learning object dan teks
yang disajikan, serta kesederhanaan. Bedasarkan hasil pengamatan sebelum learning object
dipakai diperkuliahan 77,27% mahasiswa
menyatakan bahwa tampilan learning object
mempermudah dalam mendapatkan bagian-bagian dari isi materi. Sementara itu 94.45% mahasiswa menyatakan bahwa desain media
yang ditampilkan dalam learning object sudah
rapih. Kemudian, masing-masing 68.19%
mahasiswa menyatakan bahwa komposisi warna
tampilan learning object sudah seimbang dan
ukuran tampilan media learning object dan teks
yang disajikan sudah seimbang. Data hasil pengamatan mengenai aspek desain media dapat dilihat pada Gambar 4.25. Sedangkan setelah penerapan semua aspek desain media mendapat respons positif diatas 70% (Gambar 3.9).
Aspek selanjutnya yang diamati adalah aspek implementasi. Pada aspek ini hanya terdapat satu komponen yaitu kemudahan
penggunaan. Berdasarkan hasil penelitian
sebelum diterapkan, 77.28% mahasiwa
menyatakan bahwa learning object mudah untuk
digunakan. Tidak jauh berbeda, sekitar 74%
menyatkan hal yang demikian setelah learning
object diterapkan dalam perkuliahan vertebrata.
Aspek terakhir yang diamati dalam penelitian ini adalah aspek kualitas teknis yang
Gambar 1.5 Grafik Respon Mahasiswa Terhadap Aspek Kualitas Teknis pada Learning Object
Gambar 1.6 Grafik Respon Mahasiswa Terhadap Aspek Kualitas Teknis pada Learning Object setelah Perkuliahan
terdapat beberapa komponen yaitu gambar, teks, warna, animasi, audio, dan video. Hasil penelitian mengenai aspek kualitas teknis sebelum diterapkan dapat dilihat pada Gambar 3.10, dan Gambar 3.11 untuk aspek kualitas teknis setelah penerapan.
Berdasarkan data pada Gambar 3.10 , diatas 60% mahasiswa menyatakan bahwa kualitas Teks dan warna yang ditampilkan pada learning object sudah baik, sedangkan sisanya menyatakan bahwa kualitas teks dan warna tersebut sudah cukup baik. Kemudian, diatas 25% mahasiwa menyatatakan bahwa kualitas teknik untuk gambar, animasi, audio dan video sudah baik. Sementara sisanya diatas 50%
menyatakan bahwa kualitasnya sudah cukup baik. Respons terendah untuk kualitas yang baik, terjadi pada komponen video. Oleh sebab itu, komponen ini mendapat perbaikan, sama halnya dengan komponen lainnya yang juga butuh perbaikan seperti komponen gambar, animasi, dan audio.
Hasil pengamatan yang didapatkan dari setiap respon terhadap pengembangan dan
implementasi learning object menginformasikan
bahwa setiap aspek mendapatkan respons antara baik dan cukup baik. Hal ini mengindikasikan bahwa pengembangan program pengajaran
vertebrata berbasis learning object dengan
Gambar 1.7Grafik Pendapat Mahasiswa terhadap Komponen Perkuliahan dengan Learning Object
3. Respon Mahasiswa terhadap Sistem Perkuliahan Vertebrata berbasis Learning Object
Respon atau tanggapan mahasiswa
terhadap perkuliahan, menjadi salah satu aspek yang diamati dalam penelitian ini. Penjaringan tanggapan/ respons ini dilakukan setelah
rangkaian perkuliahan vertebrata berbasis
learning object selesai dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana
tanggapan/ respons mahasiswa terhadap
perkuliahan vertebrata dengan menggunakan learning object. Tanggapan ini meliputi
pendapat mahasiswa terhadap komponen,
kebaruan, kemudahan, dan kepuasan terhadap
komponen learning object. Selain itu juga
dijaring tanggapan mengenai respons mahasiswa terhadap dosen dan minat menggunakan learning object dalam mata kuliah lain.
Berdasarkan Grafik pada Gambar 1.7, didapatkan bahwa mahasiswa memberikan respons yang sangat positif terhadap perkuliahan
dengan learning object. Dari semua komponen
respons, yaitu materi, bahan ajar, tampilan, tugas online, suasana kuliah, cara mengajar dosen, dan forum diskusi, semuanya mendapatkan respon sangat baik dan baik diatas 80%. Hal ini
mengindikasikan bahwa semua komponen learning object sudah berjalan dan digunakan dengan sangat baik. Selanjutnya pada grafik pada Gambar 1.7, di sajikan data respons
keterbaruan mengenai learning object.
Berdasarkan grafik pada Gambar 1.7, mahasiswa sepakat menyatakan bahwa semua
komponen learning object merupakan hal baru
bagi mereka. Dari semua aspek respon, diatas 80% mahasiswa menyatakan bahwa format pembelajaran, tampilan LO, suasana kuliah, cara mengajar dosen, cara pemberian tugas, cara disuksi dan forum diskusi merupakan hal yang baru, dan baru ada pada perkuliahan vertebrata
berbasis learning object ini. Hal ini
mengindikasikan bahwa perkuliahan dengan learning object membuat suatu terobosan baru dalam dunia perkuliahan berbasis learning object.
Selain pendapat tentang komponen dan keterbaruan mengenai perkuliahan vertebrata
berbasis learning object, selanjutnya akan
didapaparkan mengenai kemudahan penggunaan learning object. Dari data hasil pengamatan, didapatkan bahwa diatas 80% siswa menyatakan bahwa mereka mudah dalam menggunakan learning object. Seluruh keriteria respons, 28%
22%
48%
24% 22% 28%
seperti kemudahan dalam mengakses materi bahan ajar, materi tugas online, tampilan LO,
mendownload bahan ajar, dan memahami cara mengajar dosen
Gambar 1.8 Grafik Respons Mahasiswa terhadap Kemudahan dalam Penggunaan Komponen Perkuliaan
Vertebarata berbasis Learning Object
Gambar 1.9 Grafik Persentase Kepuasan Mahasiswa terhadap Perkuliahan Vertebrata berbasis Learning Object
mendapatkan respon positif yaitu sangat mudah dan mudah dengan persentase masing-maisng diatas 80%. Akan tetapi, pada kriteria materi bahan ajar, sekitar 5 % mahasiswa masih merasa sulit untuk mengaksesnya.
Secara lebih lengkap, respons mahasiswa dapat dilihat pada grafik dalam Gambar 1.8
Kriteria respons selanjutnya yang diamati adalah tentang kepuasan mahasiswa terhadap learning object. Berikut adalah grafik persentase kepuasan mahasiswa.
Berdasarkan data yang disajikan dalam Gambar 1.9, diatas 80% mahasiswa merasa sangat puas dan puas dengan semua kriteria
resposn kepuasan learning object ini. Mereka
umumnya sangat puas dan puas dengan materi
24% 26% 38% 54% 24% 52% 66% 54% 38% 70% 18%
6% 8% 8% 6%
4% 2%
0% 0% 0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Materi Bahan Ajar Materi Tugas Online
Tampilan LO Download Bahan Ajar Cara Mengajar Dosen Per sen tase Kriteria Respons Sangat Mudah Mudah Cukup Kurang Sangat Kurang 30% 28% 50%
24% 26% 26% 22%
66% 68%
42%
62% 62% 64% 62%
4% 4% 8%
14% 12% 12% 16%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% Materi Perkuliahan
perkuliahan, bahan ajar, dan tampilan LO. Akan tetapi, diatas 10% mahasiswa masih cukup puas
dengan tugas online, suasana perkuliahan, cara
mengajar dosen, dan forum diskusi. Dengan
demikian, secara umum mahasiswa sudah puas
terhadap perkuliaan vertebrata dengan
menggunakan learning object. Kemudian,
Gambar 1.10 Grafik Respons Mahasiswa terhadap Peran Dosen dalam PerkuliahanVertebrata berbasis Learning Object.
Gambar 1.11 Diagram Persentase minta Mahasiswa Menggunakan LO dalam Mata KuliahLain
respons yang dijaring berkaitan dengan
bagaimana peran dosen dalam perkuliahan berbasis lerning object.
Respon mahasiswa terhadap peran dosen disajikan dalam Gambar 1.10.
Data pada Gambar 1.10, menggambarkan bahwa peran dosen dalam perkuliahan vertebrata ini sudah sangat baik. Dari sembilan kriteria respons, seluruhnya dinyatakan sangat baik dan baik oleh mahasiswa. Hal ini dibuktikan dengan persentase respons dengan nilai diatas 85%. Persentase tersebut menunjukkan bahwa dosen 0%
10% 20% 30% 40% 50% 60% 70%
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Sangat Kurang
Sangat Ingin, 90% Ingin, 10%
sukses dalam memulai perkuliahan, menjelaskan, membimbimbing, memberikan kesempatan bertanya dan diskusi, memberikan
umpan balik tugas, diskusi, dan pertanyaan, serta mengakhiri perkuliahan dengan baik.
Tabel 4.17 Hasil Belajar Mahasiswa
No. Nama
UTS UAS Rata-Rata
1 A 88 80 84
2 B 87 80 83.5
3 C 81 90 85.5
4 D 88 80 84
5 E 88 80 84
6 F 89 90 89.5
7 G 88 90 89
8 H 83 85 84
9 I 87 85 86
10 J 87 85 86
11 K 88 80 84
12 L 87 85 86
13 M 45 0 22.5
14 N 87 80 83.5
15 O 88 85 86.5
16 P 88 80 84
17 Q 88 90 89
18 R 88 83 85.5
19 S 87 83 85
20 T 82 80 81
21 U 60 40 50
22 V 88 80 84
23 W 88 80 84
24 X 87 85 86
25 Y 88 80 84
Respons terakhir adalah mengenai minat
mahasiswa menggunakan learning object dalam
perkuliahan lain. Dari keseluruhan mahasiswa, 90% menyatakan sangat ingin menggunakan learning object kembali didalam perkuliahan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa learning object yang disusun berhasil menarik minat dan
ketertarikan mahasiswa dalam menjalani
perkuliaha lain selain perkuliahan vertebrata.
Minat mahasiswa tersebut, secara umum digambarkan pada diagram dalam Gambar 4.38.
4. Hasil Belajar Mahasiswa
konsep mahasiswa terhadap perkuliahan
vertebrata dengan menggunakan learning object.
Berdasarkan data yang disajikan dalam Tabel 1.1, 96% mahasiswa mendapatkan nilai hasil belajar diatas 80. Hal ini mengindikasikan,
bahwa perkuliahan dengan menggunakan
learning object berhasil meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa terhadap mata kuliah vertebrata.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat disimpulan beberapa hal yaitu:
a. Perkuliahan vertebrata dapat dikemas dan
disajikan menggunakan learning object
sehingga proses perkuliahan menjadi lebih menarik.
b. Penilaian proses pada perkuliahan vertebrata
sudah sangat baik, dengan nilai rata-rata diatas 90.
c. Respon mahasiswa terhadap learning object
menunjukkan bahwa learning object yang digunakan sesudah dan sebelum perkuliahan sudah baik, baik dari segi kualitas teknis, kesesuaian materi, kejelasan, kemenarikan,
kemudahan, dan keterbaruan learning
object.
d. Respon mahasiswa terhadap perkuliahan
masuk dalam kategori baik, termasuk
didalamnya adalah aspek pendapat
mahasiswa terhadap komponen, kebaruan,
kemudahan, dan kepuasan terhadap
komponen learning object. Selain itu
tanggapan mahasiswa terhadap cara
mengajar dosen juga sudah mneunjukkan respon yang positif.
e. Hasil belajar siswa mencakup nilai UTS dan
UAS menunjukkan, 96% mahasiswa
mendapatkan nilai hasil belajar diatas 80.
Hal ini mengindikasikan, bahwa
perkuliahan dengan menggunakan learning
object berhasil meningkatkan pemahaman konsep mahasiswa terhadap mata kuliah vertebrata.
SARAN
Penelitian ini diharapkan akan
memberikan gambaran tentang sistem
perkuliahan lainnya dengan memanfaatkan E-Learning berbasis learning object. Selain itu,
diharapkan pula agar sistem E-learning
digunakan untuk matakuliah lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2015. Laporan hasil Evaluasi perkuliahan Zoologi Vertebrata tahun Ajaran 2014/2015. Laporan hasil Evaluasi
Dosen. Jurusan Pendidikan IPA FITK
UIN syarif Hidayatullah Jakarta. Tidak dipublikasikan.
Borg and Gall (1983), Educational Reseach, An
Introduction. New York and London, Longman Inc.
Gay, L.R. (1991). Educational Evaluation and
Measurement: Competencies for Analysis and Application. Second edition. New York: Macmillan Publishing Compan.
Purbo,W.O. (2002). Teknologi E-Learning.
Jakarta: Elex Media Computindo.
Rosita dan Pribadi,T. (2005). Prospek
Komputer sebagai Media Pembelajaran Interaktif dalam Sistem Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia. Universitas
Terbuka (online)
tersedia:http://www.teknologipembelajara n.net.(23 September 2011).
Sukardjo dan Lis Permana Sari. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan Kimia. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Sukmadinata, N. S, (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke 7. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. 2015. Rencana Strategis
2015-2016 . UIN Jakarta (online) tersedia
http//www.uinjkt.ac .id (5 Februari 2016).
Wahid, F. (2005). Peran Teknologi Informasi
dalam Modernisasi Pendidikan Bangsa. Disampaikan dalam Simposium Nasional Peduli Pendidikan yang Diselenggarakan
oleh pendidikan @yahoogroups.com di UII Yogyakarta.
Widowati, H., dan Dasrieni Pratiwi. 2015. Peninjauan Instrumen Penilaian Otentik Mahasiswa dalam perkuliahan sebagai Upaya Penyiapan Generasi Unggul yang Berdaya Saing. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi tahun 2015. Program Studi pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadaiyah Malang. Tidak diterbitkan.
Wiley, D.A. (2000). Learning Object Design