• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2008"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

Badan Pemeriksa Keuangan

Republik Indonesia

2008

Petunjuk Teknis

(2)

KEDUDUKAN JUKNIS PENGADAAN BARANG/JASA

PEMERINTAH

UUD 1945

Peraturan Per-UU-an Pemeriksaan Keuangan Negara

SPKN PMP Kode Etik 100 Pemeriksaan Keuangan 300

Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu

101.000

Pemeriksaan LKPP dan LKKL

102.000 Pemeriksaan LKPD

100.003

Penetapan Batas Materialitas Pemeriksaan Keuangan

100.004

Penentuan Metode Uji Petik Pemeriksaan Keuangan

100.002 Pemahaman dan Penilaian

Risiko Pemeriksaan 100.001

Pemahaman dan Penilaian SPI Pemeriksaan Keuangan

200.001 Penentuan Area Kunci

302.001 Pemeriksaan Kepatuhan Pengelolaan Limbah RSUP/

RSUD 302.002 Pemeriksaan Kepatuhan Pengendalian Pencemaran Udara 201.000

Pemeriksaan Kinerja Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan

(RHL)

303.000 Pemeriksaan Pengadaan

Barang dan Jasa

304.000 Pemeriksaan Subsidi Listrik 203.000

Pemeriksaan Kinerja Pengelolaan dan Pengendalian Limbah Industri

202.000 Pemeriksaan Kinerja

Pengelolaan Hutan

306.000

Pemeriksaan PNBP dan PAD Pertambangan

305.000

Pemeriksaan Subsidi Pangan 200.002 Penentuan Kriteria Pedoman Umum Pedoman Umum Juklak Juklak Juknis Juknis 103.000 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Bank Indonesia

301.000 Pemeriksaan Investigatif

400

Sistem Peyakinan Mutu

500

Penatalaksanaan Kertas Kerja Pemeriksaan

400 .00 1 R eviu Pem eriksaan

600

Pemeriksaan Berperspektif Lingkungan Hidup 200

Pemeriksaan Kinerja

(3)

DAFTAR ISI

Halaman Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia Nomor …./K/…./..../….

DAFTAR ISI... i

DAFTAR LAMPIRAN... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A.

Latar Belakang... 1

B.

Maksud dan Tujuan... 1

C.

Lingkup Pembahasan Juknis... 2

D.

Dasar Hukum Penyusunan Juknis... 2

E.

Sistematika Penulisan... 2

BAB II GAMBARAN UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH... 3

A.

Pengertian Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 3

B.

Dasar Hukum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 10

C.

Etika dan Prinsip Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 10

D.

Proses Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 11

E.

Permasalahan dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 15

BAB III PETUNJUK PEMERIKSAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH 17

A.

Petunjuk Umum... 17

B.

Petunjuk Perencanaan Pemeriksaaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 18

C.

Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 21

D.

Petunjuk Pelaporan Hasil Pemeriksaaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 23

BAB IV PENGENDALIAN DAN PENJAMINAN MUTU... 26

A.

Dasar Pengendalian dan Penjaminan Mutu... 26

B.

Pengertian Pengendalian dan Penjaminan Mutu... 26

C.

Proses Pengendalian dan Penjaminan Mutu... 28

D.

Pendokumentasian Pengendalian dan Penjaminan Mutu... 29

BAB V PEMANTAUAN TINDAK LANJUT LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN... 29

A.

Tindak Lanjut Laporan Hasil Pemeriksaan... 29

B.

Pemberitahuan Tertulis tentang Kewajiban Tindak Lanjut... 29

C.

Reviu atas Jawaban/Keterangan Manajemen Entitas... 30

D.

Pelaporan atas Pemantauan Tindak Lanjut... 30
(4)

BAB VI PENUTUP... 31

A.

Pemberlakuan Petunjuk Teknis Pemeriksaaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 31

B.

Pemutakhiran Petunjuk Teknis Pemeriksaaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 31

C.

Pemantauan Petunjuk Teknis Pemeriksaaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah... 31

REFERENSI

Daftar Singkatan Dan Akronim Daftar Istilah (Glosarium) Lampiran

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran III.1

: Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan

Lampiran III.2

: Pemahaman Entitas

Lampiran III.3

: Identifikasi Resiko

Lampiran III.4

: Pengujian Ketaatan SPI

Lampiran III.5

: Penetapan Kriteria Pemeriksaan

Lampiran III.6

: Titik Kritis dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lampiran III.7

: Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan

Lampiran III.8

: Pengujian Terinci Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Lampiran IV.1

:

Review Sheet

Lampiran IV.2

: Laporan Perkembangan Pelaksanaan Pemeriksaan

Lampiran IV.3

: Lembar Kendali Penyelesaian Laporan (LKPL)

Lampiran IV.4

:

Checklist

Penjaminan Mutu Pemeriksaan

(6)
(7)

BAB I

(8)
(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

01 Berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara, salah satu lingkup pemeriksaan BPK adalah melaksanakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dengan prosedur eksaminasi seperti pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah.

Latar belakang pemeriksaan barang/jasa pemerintah

02 Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan aset (manajemen aset) yang dilakukan untuk menyediakan kebutuhan barang dan jasa guna menunjang kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan tugas pemerintahan di tingkat pusat dan daerah termasuk Badan Usaha Milik Negara/Daerah dan Badan Hukum Milik Negara, dengan menggunakan APBN dan APBD khususnya anggaran yang menjadi beban keuangan negara/daerah.

03 Pemeriksaan terhadap kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan oleh BPK dalam kaitannya dengan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK-RI, pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah rawan terhadap tindak pidana korupsi, kolusi, dan nepotisme yang menimbulkan indikasi kerugian negara yang cukup signifikan.

04 Hal tersebut diatas menjadi tuntutan bagi BPK selaku pemeriksa keuangan negara untuk mewaspadai segala bentuk perbuatan yang merugikan negara. Terkait dengan itu, perlu diuji apakah peraturan dan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah sudah dipatuhi sehingga pengadaan barang/jasa pemerintah terlaksana secara ekonomis dan efisien.

05 Pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah yang dilakukan sampai saat ini masih menggunakan Pedoman Umum Pemeriksaan atas Barang dan Jasa yang ditetapkan dengan SK Sekjen BPK RI No. 63/SK/VIII-VIII.3/4/2001 tanggal 19 April 2001. Sesuai dengan situasi yang berkembang, pedoman tersebut sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku saat ini. Sehingga dipandang perlu untuk menyempurnakan pedoman tersebut sesuai dengan perubahan peraturan perundangan-undangan yang berlaku dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.

B. Maksud dan Tujuan

06 Maksud penyusunan petunjuk teknis pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah ini adalah untuk memberikan pedoman yang mutakhir bagi pemeriksa dalam penyusunan program pemeriksaan dan pelaksanaan pemeriksaan di lapangan sehingga terdapat kesamaan tindakan dan diperoleh mutu pemeriksaan yang tinggi.

Tujuan penyusunan petunjuk teknis tersebut adalah untuk:

1.

Menyamakan pemahaman atas pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah;

2.

Memberikan pedoman kepada pemeriksa dalam melakukan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan;

3.

Mengefektifkan pelaksanaan pemeriksaan agar mencapai hasil

Juknis ini bermaksud memberikan pedoman bagi pemeriksa.

(10)

pemeriksaan yang optimal sesuai dengan standar pemeriksaan.

C. Lingkup Pembahasan Juknis

07 Petunjuk teknis pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah ini digunakan dalam rangka pemeriksaan atas:

1.

Pengadaan barang/jasa pemerintah dengan lingkup kebijakan dan kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah yang menggunakan sumber dana APBN dan APBD.

2.

Pengadaan barang/jasa pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) yang sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah dari pemberi pinjaman/hibah bersangkutan.

3.

Pengadaan barang/jasa pemerintah untuk investasi di lingkup BI, BHMN, BUMN, BUMD yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada APBN/APBD.

Lingkup Pembahasan Juknis

D. Dasar Hukum Penyusunan Juknis

08 Dasar hukum penyusunan juknis ini adalah:

1.

Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);

2.

Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654);

3.

Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);

4. Surat Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 31/SK/I-VIII.3/8/2006 tanggal 31 Agustus 2006 tentang Tata Cara Pembentukan Peraturan, Keputusan, dan Naskah Dinas Pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

5.

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 39/K/I-VIII.3/7/2007 tanggal 13 Juli 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelaksana Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia;

6.

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan.

Dasar Hukum Penyusunan Juknis

E. Sistematika Penulisan

09 Petunjuk teknis ini disusun menurut sistematika sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan

Sistematika penulisan

Bab II : Gambaran Umum Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Bab III : Petunjuk Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Bab IV Bab V Bab VI : : :

Pengendalian dan Penjaminan Mutu

Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Penutup

(11)

Referensi

Lampiran-Lampiran

(12)

BAB II

(13)

BAB II

GAMBARAN UMUM

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

A. Pengertian Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah

01 Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan barang milik negara/daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2006 yang merupakan dasar pelaksanaan pengelolaan barang milik negara/daerah. Ruang lingkup pengelolaan barang milik negara/daerah meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan barang milik negara/daerah terdiri dari perencanaan kebutuhan dan penganggaran,

pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan dan pemeliharaan,

penilaian, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.

Pengadaan barang/jasa pemerintah bagian dari pengelolaan barang milik Negara/Daerah

02 Pengadaan barang/jasa pemerintah adalah kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan APBN/APBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang/jasa.

Definisi pengadaan barang/jasa pemerintah

03 Pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi beberapa jenis pengadaan, yaitu: barang, jasa pemborongan, jasa konsultansi dan jasa lainnya yang pengertiannya sebagai berikut:

1. Barang adalah benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi/peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pejabat pembuat komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

2. Jasa Pemborongan adalah layanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi atau wujud fisik lainnya yang perencanaan teknis dan spesifikasinya ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran dan proses serta pelaksanaannya diawasi oleh Pejabat Pembuat Komitmen.

3.

Jasa Konsultansi adalah layanan jasa keahlian profesional dalam berbagai bidang meliputi jasa perencanaan konstruksi, jasa pengawasan konstruksi, dan jasa pelayanan profesi lainnya, dalam rangka mencapai sasaran tertentu yang keluarannya berbentuk piranti lunak yang disusun secara sistematis berdasarkan kerangka acuan kerja yang ditetapkan Pejabat Pembuat Komitmen sesuai penugasan Kuasa Pengguna Anggaran.

4.

Jasa lainnya, adalah segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain jasa konsultansi, jasa pemborongan, dan pemasokan barang.

Jenis pengadaan barang/jasa pemerintah

04 Pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah adalah :

1. Pengguna Anggaran (PA)

Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah;

2. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)

Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Anggaran untuk menggunakan anggaran Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah;

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

(14)

pemilik pekerjaan, yang bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang/jasa;

4. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

Di pemerintah daerah, pejabat Pengguna Anggaran atau Kuasa Pengguna anggaran dapat menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan. PPTK adalah pejabat pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

5. Panitia Pengadaan

Panitia pengadaan adalah tim yang diangkat oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMD, untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa.

6. Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit)

Unit Layanan Pengadaan (Procurement Unit) adalah satu unit yang terdiri dari pegawai-pegawai yang telah memiliki sertifikat keahlian pengadaan barang/jasa pemerintah, yang dibentuk oleh Pengguna Anggaran/Gubernur/Bupati/Walikota/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMD yang bertugas secara khusus untuk melaksanakan pemilihan penyedia barang/jasa di lingkungan Departemen/Lembaga/Sekretariat Lembaga Tinggi Negara/Pemerintah Daerah/Komisi/BI/BHMN/BUMN/BUMD.

7. Pejabat Pengadaan

Pejabat Pengadaan adalah 1 (satu) orang yang diangkat Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran/Dewan Gubernur BI/Pimpinan BHMN/Direksi BUMN/Direksi BUMD untuk melaksanakan pengadaan barang/jasa dengan nilai sampai dengan Rp 50.000.000 (Lima puluh juta rupiah);

8. Penyedia Barang/Jasa

Penyedia barang/jasa adalah badan usaha/orang perseorangan yang kegiatan usahanya menyediakan barang/layanan jasa.

05 Beberapa pengertian mengenai cara pelaksanaan berdasarkan jenis pengadaan barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya dan jasa konsultansi, adalah sebagai berikut:

1.

Pengadaan barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya

Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui pelelangan umum, dimana pemilihan penyedia barang/jasa ini dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi.

Selain metoda pelelangan umum, pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dapat juga dilakukan sebagai berikut:

a.

Pelelangan Terbatas

Dalam hal jumlah penyedia barang/jasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia barang/jasa yang mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barang/jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi;

b.

Pemilihan langsung

Dalam hal metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan metoda pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan dengan membandingkan

(15)

sebanyak-banyaknya penawaran, sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran dari penyedia barang/jasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis maupun biaya serta harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet;

c.

Penunjukan langsung

Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barang/jasa dapat dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 (satu) penyedia barang/jasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Kriteria penunjukan langsung dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus yang ditentukan dalam Keputusan Presiden (Keppres)

No. 80 Tahun 2003 telah mengalami perubahan beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Presiden (Perpres) No. 95 Tahun 2007 (sampai dengan 20 Oktober 2008).

2.

Pengadaan jasa konsultansi

Pemilihan penyedia jasa konsultansi pada prinsipnya harus dilakukan melalui seleksi umum. Seleksi umum merupakan metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek (short-list) pesertanya dipilih melalui proses prakualifikasi yang diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi. Selain metoda seleksi umum, pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat juga dilakukan sebagai berikut:

a.

Seleksi terbatas

Merupakan metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang kompleks dan diyakini jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan pekerjaan tersebut jumlahnya terbatas, dan diumumkan secara luas sekurang-kurangnya di satu surat kabar nasional dan/atau satu surat kabar provinsi dengan mencantumkan penyedia jasa yang mampu guna memberikan kesempatan kepada penyedia jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi;

b.

Seleksi langsung

Dalam hal metoda seleksi umum atau seleksi terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya seleksi, maka pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan seleksi langsung, yaitu: metoda pemilihan penyedia jasa konsultansi yang daftar pendek pesertanya ditentukan melalui proses prakualifikasi terhadap penyedia jasa konsultansi yang dipilih langsung dan diumumkan sekurang-kurangnya di papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan diupayakan diumumkan di website pengadaan nasional;

c.

Penunjukan langsung

Dalam keadaan tertentu dan khusus, pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dilakukan dengan menunjuk satu penyedia jasa konsultansi yang memenuhi kualifikasi dan dilakukan negosiasi baik dari segi teknis maupun biaya sehingga diperoleh biaya yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan.

Kriteria penunjukan langsung dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan khusus yang ditentukan dalam Keppres No. 80 Tahun 2003

telah mengalami perubahan beberapa kali, terakhir dengan Perpres No 95 Tahun 2007 (sampai dengan 20 Oktober 2008).

Pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi

06 Keadaan tertentu dan keadaan khusus antara lain penanganan darurat untuk pertahanan negara, keamanan dan keselamatan masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya tidak dapat ditunda/harus dilakukan segera, termasuk penanganan darurat akibat bencana alam serta tindakan darurat untuk pencegahan bencana

(16)

dan/atau kerusakan infrastruktur yang apabila tidak segera dilaksanakan dipastikan dapat membahayakan keselamatan masyarakat.

Penanganan darurat bukan dalam bentuk bangunan/konstruksi yang permanen, akan tetapi dalam bentuk bangunan/konstruksi sementara, yang dicontohkan sebagai berikut:

1. Penyediaan karung pasir yang digunakan sebagai tanggul pencegah banjir; 2. Pembangunan jembatan kayu yang digunakan sebagai pengganti jembatan

permanen yang rusak akibat banjir;

07 Dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dan jasa konsultansi dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda penyampaian dokumen penawaran berdasarkan jenis barang/jasa yang akan diadakan meliputi:

1.

Metoda Satu Sampul

Penyampaian dokumen penawaran yang terdiri dari persyaratan administrasi, teknis dan penawaran harga yang dimasukkan dalam 1 (satu) sampul tertutup kepada panitia/pejabat pengadaan.

Metoda ini lebih tepat digunakan untuk pekerjaan pengadaan barang/jasa pemerintah lainnya yang bersifat sederhana dan spesifikasi teknisnya jelas atau pengadaan dengan standar harga yang telah ditetapkan pemerintah atau pengadaan barang/jasa yang spesifikasi teknis atau volumenya dapat dinyatakan secara jelas dalam dokumen pengadaan.

2.

Metoda Dua Sampul

Penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, selanjutnya sampul I dan sampul II dimasukkan ke dalam I (satu) sampul (sampul tertutup) dan disampaikan kepada panitia/pejabat pengadaan.

Metoda ini untuk pengadaan yang memerlukan evaluasi teknis yang lebih mendalam terhadap penawaran yang disampaikan oleh para penyedia barang/jasa dan lebih tepat digunakan untuk pengadaan peralatan dan mesin yang tidak sederhana.

3.

Metoda Dua tahap

Penyampaian dokumen penawaran yang persyaratan administrasi dan teknis dimasukkan dalam sampul tertutup I, sedangkan harga penawaran dimasukkan dalam sampul tertutup II, yang penyampaianya dilakukan dalam 2 (dua) tahap secara terpisah dan dalam waktu yang berbeda.

Metoda ini digunakan untuk pengadaan barang/jasa yang menggunakan teknologi tinggi, kompleks dan resiko tinggi dan/atau yang mengutamakan tercapainya kriteria kinerja tertentu dari keseluruhan sistem termasuk pertimbangan kemudahan atau efisiensi pengoperasian dan pemeliharaan peralatannya dan/atau yang mempunyai alternatif penggunaan sistem dan desain penerapan teknologi yang berbeda serta yang memerlukan penyesuaian kriteria teknis untuk menyetarakan spesifikasi teknis di antara penawar sesuai yang disyaratkan pada dokumen pengadaan.

Metoda penyampaian dokumen penawaran penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dan jasa konsultansi

08 Metoda evaluasi penawaran dalam pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya dapat dipilih salah 1 (satu) dari 3 (tiga) metoda evaluasi penawaran yang meliputi :

1. Sistem Gugur

Evaluasi penilaian penawaran dengan cara memeriksa dan membandingkan dokumen penawaran terhadap pemenuhan persyaratan yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dengan urutan proses evaluasi dimulai dari penilaian persyaratan administrasi, persyaratan teknis dan kewajaran harga, terhadap penyedia barang/jasa yang tidak lulus penilaian pada setiap tahapan dinyatakan gugur.

Metoda ini digunakan pada hampir seluruh pengadaan barang/jasa

(17)

pemerintah pemborongan/jasa lainnya. 2. Sistem Nilai

Evaluasi penawaran dengan cara memberikan nilai angka tertentu pada setiap unsur yang dinilai berdasarkan kriteria dan nilai yang telah ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, kemudian membandingkan jumlah nilai dari setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.

Metoda ini digunakan untuk pengadaan barang/jasa pemerintah pemborongan/jasa lainnya yang memperhitungkan keunggulan teknis sepadan dengan harganya, mengingat penawaran sangat dipengaruhi dengan kualitas teknisnya.

3. Sistem Penilaian Biaya Selama Umur Ekonomis

Evaluasi penilaian penawaran dengan cara memberikan nilai pada unsur-unsur teknis dan harga yang dinilai menurut umur ekonomis barang yang ditawarkan berdasarkan kriteria dan nilai yang ditetapkan dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, kemudian nilai unsur tersebut dikonversi ke dalam satuan mata uang tertentu, dan dibandingkan dengan jumlah nilai setiap penawaran peserta dengan penawaran peserta lainnya.

Metoda ini digunakan untuk pengadaan barang/peralatan yang memperhitungkan umur ekonomis, harga, biaya operasi dan pemeliharaan, dalam jangka waktu operasi tertentu.

09 Dalam pemilihan penyedia jasa konsultansi dapat dipilih salah 1 (satu) dari 5 (lima) metoda evaluasi penawaran berdasarkan jenis jasa konsultansi yang akan diadakan dan harus dicantumkan dalam dokumen seleksi yaitu:

1. Metoda Evaluasi Kualitas

Evaluasi penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya. Metoda ini digunakan untuk pengadaan jasa konsultansi yang kompleks dan menggunakan teknologi yang tinggi.

2. Metoda Evaluasi Kualitas dan Biaya

Evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan nilai kombinasi terbaik dari penawaran teknis dan biaya terkoreksi dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

Metoda ini digunakan untuk pekerjaan yang lingkup, keluaran, waktu penugasan, dan hal-hal lain dapat diperkirakan dengan baik dalam Kerangka Acuan Kerja (KAK), serta besarnya biaya dapat ditentukan dengan tepat. 3. Metoda Evaluasi Pagu Anggaran

Evaluasi pengadaan jasa konsultansi berdasarkan kualitas penawaran teknis terbaik dari peserta yang penawaran biaya terkoreksinya lebih kecil atau sama dengan pagu anggaran, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya.

Metoda ini digunakan untuk pekerjaan sederhana dan dapat didefinisikan dan diperinci dengan tepat, meliputi: waktu penugasan, kebutuhan tenaga ahli dan input lainnya serta anggarannya tidak melampaui pagu tertentu. 4. Metoda Evaluasi Biaya Terendah

Evaluasi pengadaan barang/jasa pemerintah konsultansi berdasarkan penawaran biaya terkoreksinya terendah dari konsultan yang nilai penawaran teknisnya di atas ambang batas persyaratan teknis yang telah ditentukan, dilanjutkan dengan klarifikasi dan negosiasi teknis serta biaya. Metoda ini digunakan untuk pekerjaan yang bersifat sederhana dan standar. 5. Metoda Evaluasi Penunjukan Langsung

Evaluasi terhadap hanya satu penawaran jasa konsultansi berdasarkan kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar setelah dilakukan klarifikasi dan negosiasi teknis dan biaya.

Metoda ini digunakan untuk evaluasi hanya satu penawaran berdasarkan

(18)

kualitas teknis yang dapat dipertanggungjawabkan dan biaya yang wajar. 10 Pengadaan secara swakelola adalah pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan,

dikerjakan, dan diawasi sendiri. Swakelola dapat dilaksanakan oleh PPK/PA/KPA, instansi pemerintah lain, atau kelompok masyarakat/Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM) penerima hibah.

Pekerjaan yang dapat dilaksanakan dengan swakelola adalah:

1.

Pekerjaan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan teknis sumber daya manusia instansi pemerintah yang bersangkutan dan sesuai dengan fungsi dan tugas pokok PPK; dan/atau;

2.

Pekerjaan yang operasi dan pemeliharaannya memerlukan partisipasi masyarakat setempat; dan/atau;

3.

Pekerjaan tersebut dilihat dari segi besaran, sifat, lokasi atau pembiayaannya tidak diminati oleh penyedia barang/jasa; dan/atau

4. Pekerjaan yang secara rinci/detail tidak dapat dihitung/ditentukan terlebih dahulu, sehingga apabila dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa akan menanggung resiko yang besar;dan/atau

5. Penyelenggaraan diklat, kursus, penataran, seminar, lokakarya atau penyuluhan; dan/atau

6.

Pekerjaan untuk proyek percontohan (pilot project) yang bersifat khusus untuk pengembangan teknologi/metoda kerja yang belum dapat dilaksanakan oleh penyedia barang /jasa;dan/atau

7.

Pekerjaan khusus yang bersifat pemrosesan data, perumusan kebijakan pemerintah, pengujian di laboratorium, pengembangan sistem dan penelitian oleh perguruan tinggi/lembaga ilmiah pemerintah;

8.

Pekerjaan yang bersifat rahasia bagi instansi PPK yang bersangkutan.

Swakelola

11 Keppres No.80 Tahun 2003 mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah juga berlaku untuk pengadaan barang/jasa pemerintah yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari PHLN sepanjang sesuai atau tidak bertentangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barang/jasa pemerintah dari pemberi pinjaman/hibah. Beberapa Guidelines for Procurement dari beberapa lembaga pemberi pinjaman/hibah dapat di akses pada alamat berikut:

1.

www.adb.org/documents/guidelines ;

2.

www.jbic.or.id\id\pdf\procurement_guidelines ; 3. Web.worldbank.org;

4.

www.ifad.org . 5. .... Pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai pinjaman/hibah

12 Untuk meningkatkan transparansi dan percepatan, pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilakukan dengan pengadaan elektronik (e-procurement). E-procurement adalah pengadaan barang/jasa pemerintah yang menggunakan sarana elektronik (internet, Electronic Data Interchange dan e-mail) yang tujuannya adalah memudahkan sourcing, proses pengadaan,dan pembayaran; komunikasi on-line antara pembeli dan penyedia barang/jasa; mengurangi biaya proses dan administrasi pengadaan; menghemat biaya dan mempercepat proses. E-procurement merupakan salah satu bentuk transaksi elektronik dan merupakan perbuatan hukum sehingga dokumen elektronik dan atau hasil cetakannya dapat dijadikan sebagai alat bukti hukum yang sah.

Secara nasional, terdapat Lembaga Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) yang menyediakan pelayanan pengadaan secara elektronik, akan tetapi e-procurement masih dalam tahap pengembangan aplikasi, meski demikian langkah-langkah yang diterapkan dalam pelaksanaan e–procurement tetap mengacu kepada Keppres 80 tahun 2003 dan perubahannya.

Sebagai salah satu bentuk perlindungan keamanan dalam penggunaan aplikasi,

(19)
(20)

13 Bentuk perikatan antara PPK/PA/KPA dengan penyedia barang/jasa menurut Keppres Nomor 80 Tahun 2003 dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Berdasarkan bentuk imbalan, sebagai berikut:

a. Kontrak lumpsum

Kontrak lumpsum adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, dengan jumlah harga yang pasti dan tetap, dan semua resiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan sepenuhnya ditanggung oleh penyedia barang/jasa.

Sistem ini lebih tepat digunakan untuk pembelian barang dengan contoh yang jelas, atau untuk jenis pekerjaan borongan yang perhitungan volumenya untuk masing-masing unsur/jenis pekerjaan sudah dapat diketahui dengan pasti berdasarkan gambar rencana dan spesifikasi teknisnya;

b. Kontrak harga satuan (unit price)

Kontrak harga satuan (unit price)adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu, berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu, yang volume pekerjaannya masih bersifat perkiraan sementara, sedangkan pembayarannya didasarkan pada hasil pengukuran bersama atas volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan oleh penyedia barang/jasa;

c. Kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan

Kontrak gabungan lumpsum dan harga satuan adalah kontrak yang merupakan gabungan lumpsum dan harga satuan dalam satu pekerjaan yang diperjanjikan.;

d. Kontrak terima jadi (turn key)

Kontrak terima jadi (turn key) adalah kontrak pengadaan barang/jasa pemerintah pemborong atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam batas waktu tertentu dengan jumlah harga pasti dan tetap sampai seluruh bangunan/konstruksi, peralatan dan jaringan utama maupun penunjangnya dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan kriteria kinerja yang telah ditetapkan.

Sistem ini lebih tepat digunakan untuk membeli suatu barang atau industri jadi yang hanya diperlukan sekali saja, dan tidak mengutamakan kepentingan untuk alih teknologi selanjutnya;

e. Kontrak Persentase

Kontrak Persentase adalah kontrak pelaksanaan jasa konsultansi dibidang konstruksi atau pekerjaan pemborong tertentu, dimana konsultan yang bersangkutan menerima imbalan jasa berdasarkan persentase tertentu dari nilai pekerjaan fisik konstruksi/pemborongan tersebut;

2. Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan, sebagai berikut: a. Kontrak Tahun Tunggal

Kontrak Tahun Tunggal adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa 1 (satu) tahun anggaran;

b. Kontrak Tahun Jamak

Kontrak Tahun Jamak adalah kontrak pelaksanaan pekerjaan yang mengikat dana anggaran untuk masa lebih dari 1 (satu) tahun anggaran yang dilakukan atas persetujuan oleh Menteri Keuangan untuk pengadaan yang dibiayai APBN, Gubernur untuk pengadaan yang dibiayai APBD Propinsi, Bupati/Walikota untuk pengadaan yang dibiayai APBD Kabupaten/Kota, Kepala Badan Pelaksana Rehabilitasi dan Rekonstruksi Wilayah dan Kehidupan Masyarakat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Kepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara untuk pengadaan yang dibiayai APBN dalam rangka kegiatan rehabilitasi dan

Bentuk perikatan dalam kontrak pengadaan barang/jasa Berdasarkan bentuk imbalan Berdasarkan jangka waktu pelaksanaan

(21)

B . Dasar Hukum Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah

14 Pengadaan barang/jasa pemerintah diatur dalam beberapa peraturan perundang-undangan dan atau ketentuan sebagai berikut:

1. Undang-Undang 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2.

Keppres 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan barang/ jasa pemerintah beserta perubahannya yaitu:

a. Keppres No.61 Tahun 2004; b. Pepres No. 32 Tahun 2005; c. Perpres No.70 Tahun 2005; d. Perpres No. 8 Tahun 2006; e. Perpres No.79 Tahun 2006; f. Perpres No. 85 Tahun 2006; g. Perpres No. 95 Tahun 2007.

3.

Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar Negeri (NPPHLN) dan kredit ekspor atau kerja sama perdagangan.

4.

SE Bersama BAPPENAS dan Departemen Keuangan No. 1203/D.II/03/200 SE-38/A/2000

tanggal …. tentang Petunjuk Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk jasa konsultansi

5.

Aturan perundang-undangan yang berlaku pada departemen terkait.

Dasar hukum pengadaan barang/jasa pemerintah

C . Etika dan Prinsip Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah

15 Dalam melaksanakan pengadaan barang/jasa pemerintah ada etika yang harus

dipatuhi oleh pelaksana yang mengadakan pengadaan barang/jasa pemerintah, etika tersebut adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang/jasa;

2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang/jasa pemerintah yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat;

4. Menerima dan bertanggugjawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak;

5.

Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah (conflict of interest);

6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang/jasa pemerintah;

7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk kepentingan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan negara;

8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah atau imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Etika pengadaan barang/jasa pemerintah

16 Pengadaan barang/jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip yang dipraktikkan secara internasional yaitu prinsip efisien, efektif, terbuka dan

(22)

bersaing, transparan, adil/tidak diskriminasi dan akuntabel. pemerintah

Pengertian masing-masing prinsip tersebut, sebagai berikut: 1. Efisien

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;

2. Efektif

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus sesuai dengan dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan yang ditetapkan;

3. Terbuka dan bersaing

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan, dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara para penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan; 4. Transparan

Semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa pemerintah, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, serta penetapan calon penyedia barang/jasa yang berminat maupun masyarakat luas pada umumnya;

5. Adil/tidak diskriminatif

Memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan/atau alasan apapun;

6. Akuntabel

Pengadaan barang/jasa pemerintah harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip dan ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa pemerintah.

D . Proses Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah

17 Proses Pengadaan adalah rangkaian kegiatan untuk mencapai kesepakatan harga dan kesepakatan lainnya dalam rangka memperoleh layanan jasa konsultansi, layanan jasa pemborongan/barang/jasa lainnya. Kesepakatan-kesepakatan tersebut, dituangkan ke dalam dokumen perjanjian yang lazimnya disebut kontrak.

Definisi proses pengadaan barang/jasa pemerintah

18 Secara umum proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dilihat dalam bagan alur pada gambar berikut :

(23)

TAHAP PROSES PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

1.D o ku men p en g ad aa n d isiap kan o l eh Pan i tia d an d i sah kan o leh PPK 1.Pem b u atan /

p en yu su n an H PS o leh p an i ti a p erso n el yg mem ah ami d an d isah ka n o leh PPK 2.Su d ah h aru s

d i p er h i tu n g kan p en g g u n aa n p r o d u ksi d alam n eg eri

PERSIAPAN

1. M eto d e Pem i l ih an Pen ye d i a B aran g/ Ja sa 2. M eto d e

Pen yam p ai an d o ku men p en awar an 3.M eto d e eva lu asi

p en awar an 4.Jen is K o n trak 1. Pan itia

Pen g ad aa n d ian g kat o l eh PA/ K PA 2. U n su r Pan i tia: -Perso n i l yan g

p ah am tatac ar a p en g ad aan -Su b stan si p eker j aa n -B id an g l ai n yan g

d i p erl u kan 1 . M er en ca n aka n

Pemak etan Peke rj aa n

4. Pel ak sa n a Pen g ad aa n 3. B iaya Pen g ad aa n 2. M er en can ak an

Jad wal Pel ak sa n aan Pek er jaan

5. M en g u mu mka n p ak et p en g ad aa n

PELAKSANAAN

2.Pen g u mu man p en g ad aa n d i su r at kab ar p ro p i n si d an atau su rat ka b ar n as io n al 3.M en g h ap u ska n

seg men tasi

5 .Masa pemeliharaan boleh melampaui tahun anggaran

4 .Untuk kontrak yang pelaksanaan pekerjaannya melampaui akhir th anggaran perlu izin

multiyear dari Menkeu cq. DJ Anggaran

3.Jangka waktu pelaksanaan tidak boleh melampaui th anggaran

2. Kontrak > Rp 50 milyar perlu pertimbangan ahli hukum kontrak

1.Dokumen kontrak harus berbahasa Indonesia

1. Pen an d atan g an an ko n tr ak 2. Pel ak sa n aan

K o n trak B aran g/ Jas a M eren can aka n

Pen g ad aa n

M emb en tu k Pan i ti a

M en etap kan Sistem Pen g ad aa n

M en yu su n Jad w al

Pen g ad aan M en yu su n H PS/ OE

M en yu su n D o ku men Pen g ad aa n

M elaks an aka n

Pen g ad aa n M en yu su n K o n trak

M el ak sa n aka n K o n trak 1.Pem buatan jadw al

dise suaika n dengan w ak tu yg diperluka n & m em perhatika n alokas i waktu yang diperluka n untuk tiap tahapan prose s pengadaan 2. Jadw al pengadaa n

m ulai dari pengum uman s /d penunjukan penye dia barang / jasa

2. Nilai jaminan penawaran

ditetapkan Panitia(1- 3%)

4.Memperluas kompetisi 3.Dokumen Lelang /

RKS

1. Pakta I n teg r i tas

19

Dari bagan alur tersebut, proses pengadaan barang/jasa pemerintah dapat dijabarkan secara rinci berikut ini:

1.Tahap persiapan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi kegiatan:

a. Perencanaan Pengadaan barang/jasa pemerintah

Perencanaan pengadaan barang /jasa pemerintah merupakan tahap awal kegiatan yang peranannya sangat strategik dan menentukan. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan secara detail mengenai hal sebagai berikut:

1) Merencanakan Pemaketan Pekerjaan

2) Merencanakan Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan 3) Biaya Pengadaan

4) Pelaksana Pengadaan

5) Mengumumkan Paket-Paket Pengadaan

b.

Pembentukan Panitia Pengadaan atau Penunjukan Pejabat Pengadaan Panitia pengadaan/pejabat pengadaan merupakan unsur pelaksana pengadaan yang personilnya harus memahami tatacara pengadaan, substansi pekerjaan dan bidang lain yang diperlukan. Panitia pengadaan/pejabat pengadaan diangkat oleh PA/KPA.

c.

Penetapan sistem pengadaan yang dilaksanakan penyedia barang/jasa dengan mempertimbangkan jenis, sifat, dan nilai barang/jasa serta kondisi lokasi, kepentingan masyarakat dan jumlah penyedia barang/jasa yang ada, panitia/pejabat pengadaan bersama dengan PPK terlebih dahulu harus menetapkan sistem pengadaan yang meliputi sebagai berikut: 1) Metode pemilihan penyedia barang/jasa

2) Metode penyampaian dokumen penawaran 3) Metode evaluasi penawaran

4) Jenis Kontrak

d. Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan

Penyusunan jadwal pelaksanaan pengadaan disesuaikan dengan waktu yg diperlukan & memperhatikan alokasi waktu yang diperlukan untuk tiap tahapan proses pengadaan. Jadwal pengadaan mulai dari pengumuman s/d penunjukan penyedia barang/jasa.

e. Penyusunan Harga Perhitungan Sendiri (HPS)

Penyusunan HPS oleh panitia/ personel yg memahami dan disahkan oleh PPK dan harus diperhitungkan penggunaan produksi dalam negeri

(24)

f. Penyusunan Dokumen Pengadaan barang/jasa pemerintah

Dokumen pengadaan disiapkan oleh Panitia dan di sahkan oleh PPK. Nilai jaminan penawaran ditetapkan Panitia (1% - 3%).

Dokumen pengadaan untuk penyedia barang/jasa meliputi undangan, petunjuk/instruksi kepada peserta lelang, syarat umum kontrak, syarat khusus kontrak, daftar kuantitas dan harga, spesifikasi teknis dan gambar, bentuk penawaran, bentuk kontrak, bentuk surat jaminan penawaran, bentuk surat jaminan pelaksanaan dan bentuk surat jaminan uang muka. Dokumen pengadaan untuk jasa konsultansi terdiri dari:

1) Dokumen pemilihan penyedia jasa yang meliputi : a) Surat Undangan;

b) KAK yang sudah disetujui PPK; c) Rencana kerja dan syarat; d) Konsep kontrak;

2) Dokumen prakualifikasi yang berupa formulir isian yang memuat data administrasi keuangan, personil dan pengalaman kerja.

20 2. Tahap pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi kegiatan:

a. Pemilihan penyedia barang/jasa

Pemilihan penyedia barang/jasa pemborongan/jasa lainnya pada prinsipnya dilakukan melalui Pelelangan Umum. Selain pelelangan umum, pemilihan penyedia barang/jasa pemerintah dapat juga dilakukan melalui Pelelangan Terbatas, Pemilihan Langsung dan Penunjukan Langsung, dengan rincian tahapan sebagai berikut:

1) Pelelangan Umum

a) Pengumuman dan Pendaftaran Peserta;

Panitia/Pejabat pengadaan harus mengumumkan secara luas melalui media cetak, papan pengumuman resmi dan bila memungkinkan melalui media elektronik.

b) Pasca Kualifikasi dan Prakualifikasi;

Penilaian kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan usaha peserta lelang dilakukan dengan Pasca Kualifikasi, untuk pekerjaan yang kompleks dapat dilakukan dengan Prakualifiaksi. c) Penyusunan Daftar Peserta Lelang, Penyampaian Undangan dan

Pengambilan Dokumen Pemilihan Penyedia Barang/Jasa;

Daftar peserta lelang yang disahkan oleh PPK harus diundang untuk mengambil dokumen pemilihan penyedia barang/jasa dan hanya penyedia barang/jasa yang diundang sebagai peserta lelang yang diperkenankan memasukkan penawaran.

d) Penjelasan Lelang;

Penjelasan lelang dihadiri oleh para penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam daftar peserta lelang. Bila diperlukan panitia/pejabat pengadaan dapat memberikan penjelasan dengan melakukan peninjauan lapangan. Berita Acara Penjelasan (BAP) harus ditandatangani oleh panitia/pejabat pengadaan dan minimal 1 (satu) wakil peserta yang hadir.

e) Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Lelang;

Metoda penyampaian dokumen penawaran yang akan digunakan harus dijelaskan pada waktu penjelasan. Pada akhir batas waktu penyampaian dokumen penawaran, panitia/pejabat pengadaan menolak dokumen penawaran yang terlambat dan/atau tambahan dokumen penawaran yang masuk. Saat pembukaan, panitia harus meminta kesediaan sekurang-kurangnya 2 (dua) wakil dari peserta lelang yang hadir sebagai saksi.

f) Evaluasi Penawaran;

Evaluasi dilakukan terhadap semua penawaran masuk yang meliputi evaluasi administrasi, teknis dan harga.

g) Pembuktian Kualifikasi;

(25)

Pada penyedia barang/jasa yang diusulkan sebagai pemenang dan pemenang cadangan dilakukan verifikasi data dan informasi dengan meminta asli dokumen yang sah dan bila diperlukan dilakukan konfirmasi dengan pihak terkait.

h) Pembuatan Berita Acara Hasil Lelang;

Panita/Pejabat Pengadaan membuat kesimpulan dari hasil evaluasi administrasi, teknis dan harga dalam Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP). BAHP memuat hasil pelaksanaan pelelangan dan bersifat rahasia sampai penandatanganan kontrak.

i) Penetapan Pemenang Lelang;

Panitia/Pejabat Pengadaan membuat dan menyampaiakan laporan kepada PPK untuk menetapkan pemenang. Laporan disertai usulan calon pemenang lelang yang menguntungkan bagi negara.

j) Pengumuman Pemenang Lelang;

Pemenang lelang diumumkan dan diberitahukan oleh panitia/pejabat pengadaan pada peserta selambat-lambatnya 2 (dua) hari kerja setelah diterima surat penetapan penyedia barang/jasa dari pejabat berwenang.

k) Sanggahan Peserta Lelang dan Pengaduan Masyarakat;

Keberatan atas penetapan pemenang lelang diberi kesempatan mengajukan sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah pengumuman pemenang lelang. Sanggahan disampaikan kepada pejabat yang menetapkan pemenang lelang disertai bukti penyimpangan dan untuk yang disampaikan bukan pada pejabat berwenang yang menetapkan pemenang dianggap sebagai pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti. Panitia/pejabat pengadaan wajib menyampaikan bahan-bahan yang berkaitan dengan sanggahan kepada pejabat berwenang dan memberikan jawaban sanggahan.

l) Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

Pejabat Pembuat Komitmen mengeluarkan Surat Penunjukan Penyedia Barang/Jasa (SPPBJ) sebagai pelaksana pekerjaan yang dilelangkan.

m) Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang;

Pelelangan dapat dinyatakan gagal dengan beberapa kondisi diantaranya penawaran yang masuk kurang dari 3 (tiga) atau pelelangan tidak sesuai dengan ketentuan. Dalam hal pelelangan dinyatakan gagal, PPK memerintahkan pelelangan ulang dengan beberapa prosedur.

n) Penandatanganan Kontrak.

Setelah SPPBJ terbit, PPK menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan.

2) Pelelangan Terbatas

Pada prinsipnya sama dengan pelelangan umum kecuali dalam pengumuman dicantumkan kriteria peserta dan nama penyedia barang/jasa yang diundang.

3) Pemilihan Langsung

a) Penetapan Calon Peserta;

Panitia/pejabat pengadaan wajib melakukan prakualifikasi dan harus diumumkan.

b) Undangan, Permintaan Penawaran dan Evaluasi;

(26)

c)

Penetapan Pemenang;

Berdasarkan usulan dari panitia/pejabat pengadaan, pejabat yang berwenang menetapkan pemenang pemilihan langsung.

d) Sanggahan dan Pengaduan;

Mekanisme dan prosedur sanggarahan dan pengaduan mengikuti ketentuan seperti yang ditetapkan pada proses pelelangan.

e) Penunjukan Pemenang;

PPK menerbitkan surat penunjukan penyedia barang/jasa untuk melaksanakan pekerjaan

f) Penandatanganan Kontrak.

PPK menyiapkan dan menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan.

4) Penunjukan Langsung a) Penilaian Kualifikasi;

Panitia/pejabat pengadaan melakukan prakualifikasi terhadap penyedia barang/jasa yang akan ditunjuk untuk pekerjaan kompleks.

b) Permintaan Penawaran dan Negosiasi Harga;

Panitia /pejabat pengadaan mengundang penyedia barang/jasa untuk mengajukan penawaran secara tertulis dan melakukan evaluasi, klarifikasi, negosiasi teknis dan harga, serta membuat berita acara hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi.

c)

Penetapan Penunjukan Langsung;

Panitia/pejabat pengadaan mengusulkan hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi kepada pejabat yang berwenang untuk ditetapkan. d) Penunjukan Penyedia Barang/Jasa;

Berdasarkan surat penetapan, panitia/pejabat pengadaan mengumumkan di papan pengumuman resmi dan PPK menerbitkan SPPBJ pada penyedia barang/jasa yang ditunjuk. e) Pengaduan;

Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila dalam proses penunjukan langsung dipandang tidak transparan, tidak adil dan terdapat indikasi KKN.

f) Penandatanganan Kontrak.

Penandatanganan kontrak mengikuti ketentuan sebagaimana diatur dalam proses pelelangan.

b. Penyusunan dan penandatanganan kontrak

Kegiatan terakhir pada proses pelelangan adalah penandatanganan kontrak pekerjaan, yang meliputi nilai pekerjaan, hak dan kewajiban kedua belah pihak, serta waktu pelaksanaan pekerjaan yang ditentukan secara pasti. Penandatanganan kontrak selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diterbitkan surat keputusan penetapan penyedia barang/jasa.

c. Pelaksanaan kontrak/penyerahan barang/jasa

(27)

E . Permasalahan Dalam Pengadaan Barang /Jasa Pemerintah

21 Pada umumnya permasalahan dalam pelaksanaan proses pengadaan barang/jasa pemerintah pemerintah disebabkan karena KKN.

Pengadaan barang/jasa Pemerintah di sektor publik yang menimbulkan kerugian keuangan negara dapat disebabkan oleh 10 bentuk KKN, yaitu:

1.

Pemberian suap/sogok (Bribery)

Merupakan pemberian dalam bentuk uang, barang, fasilitas dan janji untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu perbuatan yang akan berakibat menguntungkan terhadap diri sendiri atau pihak lain, yang berhubungan dengan jabatan yang dipegangnya pada saat itu.

2.

Penggelapan (Embezzlement)

Merupakan perbuatan mengambil tanpa hak oleh seorang yang telah mendapat kewenangan dari pejabat publik maupun swasta untuk mengawasi dan bertanggungjawab penuh terhadap barang milik negara.

3.

Pemalsuan (Fraud)

Suatu tindakan atau perilaku mengelabui orang lain atau organisasi untuk keuntungan dan kepentingan dirinya sendiri maupun orang lain.

4.

Pemerasan (Extortion)

Memaksa seseorang untuk membayar atau memberikan sejumlah uang atau barang, atau bentuk lain, sebagai ganti dari seorang pejabat publik untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu. Perbuatan tersebut dapat diikuti dengan ancaman fisik ataupun kekerasan.

5.

Penyalahgunaan Jabatan atau Wewenang (Abuse of Discretion)

Mempergunakan kewenangan yang dimiliki untuk melakukan tindakan yang memihak atau pilih kasih kepada kelompok atau perorangan, sementara bersikap diskriminatif terhadap kelompok atau perorangan lainnya.

6.

Pertentangan Kepentingan/Memiliki Usaha Sendiri (Internal Trading) Melakukan transaksi publik dengan menggunakan perusahaan milik pribadi atau keluarga, dengan cara mempergunakan kesempatan dan jabatan yang dimilikinya untuk memenangkan kontrak pemerintah.

7.

Pilih kasih (Favouritism)

Memberikan pelayanan yang berbeda berdasarkan alasan hubungan keluarga, afiliasi partai politik, suku, agama dan golongan, yang bukan kepada alasan obyektif seperti kemampuan, kualitas, rendahnya harga, dan profesionalisme kerja.

8.

Menerima komisi (Commission)

Pejabat publik menerima sesuatu yang bernilai dalam bentuk uang, saham, fasilitas, barang, dan lain-lain sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan atau hubungan bisnis dengan pemerintah.

9.

Nepotisme (Nepotism)

Berupa tindakan untuk mendahulukan sanak keluarga, kawan dekat, anggota partai politik yang sepaham, dalam penunjukan atau pengangkatan staf, panitia pelelangan, atau pemilihan pemenang lelang.

10.

Kontribusi atau sumbangan ilegal (Illegal Contribution)

Hal ini terjadi apabila partai politik atau pemerintah yang sedang berkuasa menerima sejumlah dana sebagai suatu kontribusi dari hasil yang dibebankan kepada kontrak pemerintah.

(28)
(29)
(30)
(31)

BAB III

PETUNJUK PEMERIKSAAN

PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

A. Petunjuk Umum

01 Dasar Hukum Pemeriksaan

Pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan pemeriksaan dengan tujuan tertentu dengan prosedur eksaminasi yang mengacu kepada: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4286);

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 4355);

3. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4400);

4.

Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 4654);

5. Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1 Tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 4707);

6.

Keputusan Badan Pemeriksa Keuangan Nomor 1/K/I-XIII.2/2/2008 tanggal 19 Februari 2008 tentang Panduan Manajemen Pemeriksaan.

Petunjuk umum pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa

pemerintah

02 Standar Pemeriksaan

Standar pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah adalah Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) yang ditetapkan oleh Badan Badan

Pemeriksa Keuangan yang mengatur Standar Umum, Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dan Standar Pelaporan.

Standar pemeriksaan adalah standar yang ditetapkan BPK

03 Panduan Manajemen Pemeriksaan

Panduan Manajemen Pemeriksaan (PMP) atas Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah adalah PMP yang ditetapkan oleh Badan Pemeriksa Keuangan yang mengatur Perencanaan Pemeriksaan, Pelaksanaan Pemeriksaankerjaan, Pelaporan Hasil Pemeriksaan, Pemantauan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan dan Evaluasi Pemeriksaan.

Panduan Manajemen Pemeriksaan yang ditetapkan BPK

04 Metodologi Pemeriksaan

Metodologi yang digunakan dalam pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara ringkas meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan hasil pemeriksaan yang meliputi 11 langkah. Di dalam proses pemeriksaan tersebut, ukuran atau kriteria yang digunakan adalah standar pemeriksaan, PMP serta tujuan dan harapan penugasan. Di dalam proses tersebut, supervisi serta pengendalian dan penjaminan mutu pemeriksaan dilakukan sepanjang proses tersebut. Secara ringkas, metodologi pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah sebagai berikut:

(32)

DOKUMENTASI KOMUNIKASI

SUPERVISI-KENDALI DAN KEYAKINAN MUTU Ukuran Kinerja Pemeriksaan

- Standar Pemeriksaan - Panduan Manajemen Pemeriksaan

- Tujuan dan Harapan Penugasan

1. Pemahaman Tujuan dan

Harapan Penugasan

3. Penilaian Risiko dan SPI 2. Pemahaman Entitas 4. Penetapan Kriteria Pemeriksaan

5. Penyusunan P2 dan PKP

6. Pengumpulan dan Analisis bukti

7. Penyusunan Temuan Pemeriksaan 8. Penyampaian Temuan Pemeriksaan kepada Entitas 9. Penyusunan Konsep LHP 11. Penyusunan dan Penyampaian LHP PERENCANAAN PELAPORAN 10. Perolehan Tanggapan dan Tindakan perbaikan yang direncanakan PELAKSANAAN 05

6 Lingkup PemeriksaanLingkup pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah meliputi (1) Perencanaan dan prosesPersiapan pengadaan barang/jasa pemerintah (2)

Perencanaan dan prosesPelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintahtanah

(3) Sistem Pengendalian Iintern pengadaan barang/jasa dan tanah.(4)

Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan

prosedur pengadaan barang/jasa pemerintah.(4) Pengendalian intern pengadaan barang/jasa dan tanah.

Lingkup Pemeriksaan

06

7 Waktu PemeriksaanPemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah dilaksanakan sesuai dengan

Rencana Kerja Pemeriksaan (RKP) dengan mengacu pada PMP dan harapan penugasan. Jangka waktu tersebut meliputi pemeriksaan lapangan sampai dengan penyampaian pelaporan hasil pemeriksaan kepada entitas, DPR/DPD

dan /DPRDPemerintah.

Waktu Pemeriksaan

B. Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

07

08

Perencanaan pemeriksaan terdiri atas 5 (lima) langkah yaitu: 1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan, 2. Pemahaman Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa (entitas), 3. Penilaian Risiko dan SPI, 4. Penetapan Kriteria Pemeriksaan, dan 5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan

1. Pemahaman Tujuan Pemeriksaan dan Harapan Penugasan

Tujuan pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah adalah untuk meyakinkan bahwa pengadaan tersebut telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan menilai apakah:

a.

Apakah penyusunan rencana kebutuhan barang/jasa didasarkan pada

1. Pemahaman Tujuan dan

Harapan Penugasan

3. Penilaian Risiko dan SPI 2. Pemahaman

(33)

kebutuhan riil entitas dengan mempertimbangkan program-program yang ingin dicapai;

b.

Apakah penyusunan anggaran telah mempertimbangkan rencana kebutuhan barang yang telah disusun;

c. Apakah proses pengadaan barang/jasa telah sesuai dengan pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah;

d. Apakah penyedia telah memenuhi kewajibannya untuk menyerahkan barang/jasa kepada pemerintah sesuai dengan kontrak/perjanjian, baik dari aspek kualitas, kuantitas, dan waktu penyerahan;

e. Apakah barang/jasa hasil pengadaan telah dimanfaatkan pemerintah sesuai dengan tujuan pengadaannya.

4. Penetapan Kriteria Pemeriksaan

5. Penyusunan P2 dan PKP

Dalam rangka pencapaian tujuan, penugasan atas pemeriksaan dengan tujuan tertentu memiliki harapan-harapan dari pemberi tugas. Pemeriksa harus memperoleh harapan-harapan penugasan secara tertulis dari pemberi tugas melalui suatu komunikasi yang intensif. Hal ini untuk menghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh pemeriksa. Harapan dari pemberi tugas tersebut harus didokumentasikan. Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan program pemeriksaan dan penentuan kebutuhan pemeriksa.

Format pemahaman tujuan dan harapan penugasan dapat dilihat pada lampiran III.1.

09 2. Pemahaman atas kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah (entitas)

Pemahaman kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah yang diperiksa dapat dilakukan dengan perolehan data dan informasi dari laporan hasil pemeriksaan sebelumnya, Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa sebelumnya dan database entitas pemeriksaan mengenai (1) tujuan entitas/program/kegiatan, (2) aktivitas utama entitas/program/kegiatan, (3) sistem akuntansi entitas, (4) prosedur pelaksanaan dan pengawasan aktivitas, (5) sumber daya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas, dan (6) hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan berkaitan dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pemeriksa harus memperoleh informasi tindak lanjut yang telah dilakukan berkaitan dengan temuan dan rekomendasi yang signifikan dari entitas yang diperiksa atas pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, pemeriksaan dengan tujuan tertentu atau studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan berkaitan dengan hal yang diperiksa. Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan: (1) periode pemeriksaan sebelumnya yang harus diperhitungkan, (2) lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk memahami tindak lanjut temuan signifikan, dan (3) pengaruh periode dan lingkup pekerjaan tersebut terhadap penilaian risiko dan prosedur pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaan.

Pemahaman pemeriksa atas entitas harus didokumentasikan dalam KKP. Contoh dokumentasi pemahaman pemeriksa atas entitas dapat dilihat pada Lampiran III.2.

10

3.

Penilaian Resiko dan SPI

Penilaian risiko dan SPI untuk menentukan area-area yang berisiko tinggi yang akan dijadikan fokus pemeriksaan. Langkah-langkah dalam penilaian risiko adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas serta dampak risiko tersebut terhadap pencapaian tujuan entitas. Langkah ini di dokumentasikan dalam kertas kerja yang dapat dilihat pada lampiran III.3;

(34)

c. Memastikan apakah entitas telah memiliki sistem pengendalian yang memadai untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risiko yang tersebut. Jika entitas diketahui memiliki sistem pengendalian yang lemah, maka pemeriksa dapat: (1) menghentikan pengujian SPI dan membuat simpulan atas SPI atau (2) melakukan pengujian substantif dengan memperluas lingkup pemeriksaan dan pengumpulan bukti. Langkah ini di dokumentasikan dalam kertas kerja yang dapat dilihat pada lampiran III.4.;

d. Menentukan fokus pemeriksaan yang memiliki potensi risiko tinggi untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut setelah mempertimbangkan point a,b,c tersebut di atas yang berpengaruh terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah. Untuk menentukan area kunci, pemeriksa melakukan penilaian (pemahaman dan pengujian) SPI terhadap potensi risiko dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah secara uji petik berdasarkan tingkat risiko.

Penilaian sistem pengendalian intern dilakukan berdasarkan pemahaman atas sistem pengendalian intern yang dapat membantu pemeriksa untuk (1) Mengidentifikasi unsur-unsur pengendalian (pencegahan, penanggulangan, dan pemulihan); (2) Mengidentifikasi dampak penting; (3) Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi risiko terjadinya dampak penting; (4) Mendesain pengujian sistem pengendalian intern, dan (5) Mendesain prosedur pengujian terinci.

Langkah-langkah penilaian SPI

a. Reviu dokumen baik dokumen eksternal maupun dokumen internal untuk memastikan bahwa SPI yang dirancang sudah memadai.

Dokumen eksternal mencakup antara lain surat atau memorandum yang diterima oleh entitas, faktur (invoice) dari penyedia barang/jasa, leasing, kontrak, laporan pemeriksaan internal dan eksternal, serta konfirmasi pihak ketiga. Dokumen internal bersumber dari dalam organisasi entitas, mencakup antara lain catatan akuntansi, fotokopi surat keluar, deskripsi tugas, rencana, anggaran, laporan dan memorandum internal, rangkuman kinerja, dan prosedur dan kebijakan internal;

b. Diskusi dengan pimpinan/manajemen entitas dan/atau komite audit entitas;

c. Diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan membaca laporan pemeriksaan intern;

d. Observasi Fisik, yaitu mengamati dan mencatat berbagai situasi dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah;

e. Pengujian Pengendalian, yaitu melakukan pengujian terhadap pengendalian dengan memastikan apakah pengendalian telah dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

Langkah dalam penilaian risiko dan penilaian SPI dapat dilakukan melalui pemeriksaan pendahuluan.

Pemeriksa melakukan penentuan materialitas dan penentuan uji petik dengan mengacu pada juknis terkait.

Berdasarkan langkah-langkah dalam penilaian risiko dan SPI, pemeriksa mengetahui area-area berisiko yang akan dijadikan sebagai fokus pemeriksaan.

Seluruh langkah didokumentasikan dalam formulir penilaian risiko dan SPI. Formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran III.3.

11

4.

Penetapan Kriteria Pemeriksaan
(35)

mengenai sifat pemeriksaan dan alat komunikasi dengan entitas yang diperiksa, juga sebagai penghubung antara tujuan pemeriksaan dengan program pemeriksaan, dasar penyusunan prosedur pemeriksaan, pengumpulan data dan temuan pemeriksaan.

Langkah penentuan kriteria pemeriksaan yang ada dalam pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menentukan jenis dan sumber penentuan kriteria seperti dasar hukum yang berlaku, tujuan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dikerjakan, dll;

b. Menentukan teknik pengembangan kriteria.

Seluruh langkah dalam penetapan kriteria didokumentasikan dalam formulir penetapan kriteria. Formulir tersebut dapat dilihat pada lampiran III.5. 12 5. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja

Perorangan (PKP)

Berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas, program pemeriksaan disusun untuk mempermudah dan memperlancar pemeriksa dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan, sedangkan PKP disusun untuk pembagian tugas anggota tim agar lebih fokus dan alokasi tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan tugas pemeriksaan jelas.

Program pemeriksaan mengungkapkan antara lain

a.

Dasar Hukum Pemeriksaan, b. Standar Pemeriksaan, c. Tujuan Pemeriksaan, d. Entitas yang Diperiksa, e. Lingkup Pemeriksaan,

f. Hasil Pemahaman Sistem Pengendalian Intern, g. Sasaran Pemeriksaan,

h. Kriteria Pemeriksaan, i. Alasan Pemeriksaan,

j.

Metoda Pemeriksaan, k. Petunjuk Pemeriksaan, l. Jangka Waktu Pemeriksaan,

m. Susunan Tim dan Rincian Biaya Pemeriksaan, n. Kerangka Laporan Hasil Pemeriksaan,

o. Waktu Penyampaian dan Distribusi Laporan Hasil Pemeriksaan.

Tahapan pada proses pengadaan barang/jasa pemerintah indikasi penyimpangan yang perlu diperhatikan dalam menyusun program pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah, dapat dilihat pada lampiran III.6.

(36)

C. Petunjuk Pelaksanaan Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

13 Pelaksanaan pemeriksaan atas pengadaan barang/jasa pemerintah pemerintah meliputi 3 (tiga) langkah, yaitu: (1) Pengumpulan dan Analisis Bukti, (2) Penyusunan Temuan Pemeriksaan, dan (3) Penyampaian Temuan Pemeriksaan Kepada Entitas yang Diperiksa. Dalam tahap ini, temuan pemeriksaan belum merupakan laporan pemeriksaan melainkan berupa kumpulan permasalahan yang ditemukan selama pelaksanaan pemeriksaan. Permasalahan ini akan dianalisa untuk memperoleh simpulan yang memadai atas asersi yang diuji. 14

1.

Pengumpulan dan Analisis Bukti

Pengumpulan dan analisis bukti dilakukan guna mengetahui kesesuaian suatu program, kegiatan, atau hal lain yang dilakukan oleh entitas yang

Gambar

Gambaran Jelas Struktur Organisasi Entitas
Gambar-gambar kerja lengkap dan jelas;
gambar/spesifikasi/instruksi  sesuai  tata  cara  pengaturan
Gambar kerja;
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pelabuhan Umum Krueng Geukeuh-Lhokseumawe General cargo, cement bulk, container IDLSW-. 0003 Perta Arun Gas Blang Lancang - Pertamina

• Meskipun alur cerita yang Anda buat sangat linier, usahakan untuk memberikan pilihan bagi player bagaimana dia dapat menyelesaikan sebuah level atau misi.. • Tapi ingat untuk

Para Pihak sepakat bahwa ruang lingkup pekerjaan pemeriksaan, perawatan, penggantian suku cadang/ sparepart dan/atau perbaikan lainnya atas Kendaraan WASKITA yang akan

Minyak ikan yang telah dipisahkan dari adsorben disimpan pada suatu wadah yang dibungkus alumunium foil, lalu disimpan pada suhu ±4 °C hingga dilakukan analisis kualitas

Desain ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi pengetahuan gizi ibu, kebiasaan jajan, dan status gizi pada siswa-siswi kelas 4-6 dari populasi siswa sekolah dasar dalam

perbuatan serta kebiasaan seseorang baik dari segi jasmani, mental, rohani maupun emosi, yang ditata dalam suatu cara yang khas dengan mendapat pengaruh dari luar. Pola

Kebimbangan terhadap azab Allah yang diberikan kepada umat Nabi Lut AS seharusnya menjadi ikhtibar dan panduan kepada golongan transgender dan ia membuktikan

Untuk mengetahui reaksi pasar atas pengumuman laba perusahaan yang melakukan income smoothing dengan melihat perubahan harga saham atau return pada periode pengumuman