• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Gaya Dan Pembuatan Badan Pesawat Tanpa Awak Dari Bahan Material Komposit Yang Diperkuat Polyester Dan Serat Rock Wool Dengan Metode Hand Lay Up

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Gaya Dan Pembuatan Badan Pesawat Tanpa Awak Dari Bahan Material Komposit Yang Diperkuat Polyester Dan Serat Rock Wool Dengan Metode Hand Lay Up"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala berkat,

rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa diberikan kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk dapat lulus menjadi Sarjana

Teknik di Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera

Utara. Adapun judul dari skripsi ini adalah “Analisis Gaya Dan Pembuatan

Badan Pesawat Tanpa Awak Dari Bahan Material Komposit Yang Diperkuat Polyester Dan Serat Rock Wool Dengan Metode Hand Lay Up”.

Selama penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

menyampaikan banyak terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, (Alm) Musa dan Naisah yang telah banyak

memberikan segala dukungan tak terhingga moril dan materil. Kepada

bapak dan mamak, skripsi ini kudedikasikan.

2. Bapak Dr.Ing.Ir. Ikhwansyah Isranuri sebagai ketua Departemen Teknik

Mesin FT-USU dan selaku dosen pembimbing yang telah banyak

meluangkan waktunya membimbing penulis hingga skripsi ini dapat

diselesaikan dengan baik.

3. Bapak Dr. Ir. M. Sabri, MT dan Bapak Ir. Tugiman, MT selaku dosen

pembanding I dan II yang telah memberi masukan dan saran dalam

penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Ir. A. Halim Nasution, M.Sc dan Bapak Ir. Syahrul Abda, M.Sc

selaku dosen penguji I dan II yang telah memberi masukan dan saran

dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Ir. Syahril Gultom, MT selaku sekretaris Departemen Teknik

Mesin, Fakultas Teknik USU.

6. Bapak/Ibu Staff Pengajar dan Pegawai di Departemen Teknik Mesin,

(8)

7. Teman Satu Tim (T.Muhammad Rinaldi Aulia, Fauzi Kharisma Putra,

Rahmad Hidayat, Andi Yongko) yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk bergabung dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

8. Teman-teman seperjuangan Teknik Mesin khususnya (Zulvia Chara Nosa

Ginting, Tri Septian Marsah, Zuhdi Mahendra, Ary Santony, Andri

Setiawan) yang banyak memberi motivasi serta teman-teman angkatan

2009 yang sangat penulis sayangi.

9. Abangda Fadly A. Kurniawan, ST dan Ade Irwan, ST yang telah

membantu penulis dalam penyelesaian tugas sarjana ini.

10.Vivi Lisnawati, SE yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk

menyelesaikan tugas sarjana ini.

11.Abang (Serma Junaidi, Juniar, Gusnadi, Maitato S.Pd) dan keluarga besar

penulis yang banyak memberi dukungan kepada penulis untuk

menyelesaikan kuliah dan hingga tugas sarjana ini selesai.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat digunakan

sebagai pengembangan ilmu yang didapat selama dibangku kuliah. Apabila

terdapat kesalahan dalam penyusunan serta bahasa yang tidak tepat dalam skripsi

ini sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan penulis mengharapkan masukan

dan kritikan yang bersifat membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Akhir

kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

seluruh kalangan yang membacanya.

Medan, 24 April 2014

Penulis,

(9)

ABSTRAK

Badan pesawat adalah komponen utama dari sebuah pesawat terbang. Badan pesawat ini sendiri merupakan tempat melekatnya bagian-bagian pesawat seperti wing, elevator maupun roda pendaratan. Panjang badan pesawat tanpa awak ini adalah 2027 mm. Penelitian ini dilakukan untuk membuat dan menganalisis badan pesawat tanpa awak dengan menggunakan bahan komposit campuran resin polyester dengan serat rock wool. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai titik berat secara teoritis pada badan pesawat tanpa awak serta mendapatkan nilai tegangan regangan yang terjadi pada badan pesawat tanpa awak melalui simulasi dengan menggunakan software Ansys 14.0. Material komposit didefinisikan sebagai penggabungan serat dan resin. Serat yang dipakai pada penelitian ini adalah serat rock wool yang bermanfaat memiliki daya konduksi termal yang rendah, tidak berjamur, tidak mudah terbakar dan kedap suara. Sedangkan manfaat utama dari penggunaan material komposit adalah mendapatkan kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan. Pada metodologi penelitian terdapat langkah-langkah proses pembuatan badan pesawat tanpa awak. Melalui penelitian ini pada proses pembuatan badan pesawat tanpa awak dikatakan berhasil dan diperoleh letak titik berat pada badan pesawat yang dihitung secara teoritis didapat pada koordinat x= 897,37, y= 77,77. Regangan maksimum yang terjadi sebesar 0.00014584 mm/mm dan regangan minimum yang terjadi sebesar 3.2414 x 10-8 mm/mm. Tegangan maksimum sebesar 4.5635 MPa dan tegangan minimum yang terjadi sebesar 0.00045862 Mpa melalui hasil simulasi dengan software Ansys 14.0 Workbench.

(10)

ABSTRACT

The fuselage is the main component of an aircraft. The fuselage itself is a place for the attachment of aircraft parts such as wings, elevators, and landing gear. Drone body length is 2027 mm. This study was conducted to create and analyze drone body using a mixture of polyester resin composite materials with rock wool fibers. This study aimed to explore the value of gravity by using theoretically the drone body and get the value of stress strain that occurs in the body drone through simulation using Ansys 14.0 software. Composite materials is defined as the incorporation of fiber and resin. The fiber used in this study is a useful rock wool fiber has a low thermal conductivity, no moldy, non-flammable and soundproofing. While the main benefit of the use of composite materials is the combination of high stiffness and strength properties and light density. In the research methodology are the steps of making the drone body. Through the research on the process of making the drone agency is successful and obtained the location of the center of gravity on the fuselage theoretically obtained at coordinates x= 897,37, y= 77,77. The maximum strain occurs at 0.00014584 mm/mm and minimum strain occurs at 3.2414 x 10-8 mm/mm. The maximum stress of 4.5635 MPa and the minimum voltage occurs at 0.00045862 MPa through the simulation results with the software Ansys 14.0 Workbench .

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR NOTASI... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Batasan Masalah ... 3

1.5 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

(12)

2.4 Metode Hand Lay Up ... 17

2.5 Desain Struktur Pada Pesawat Tanpa Awak (UAV) ... 19

2.5.1 Badan Pesawat (fuselage) ... 19

2.5.2 Assembling Pesawat Tanpa Awak ... 23

2.6 Analisis Kekuatan Bahan Komposit ... 24

2.6.1 Teori Tegangan Untuk Komposit ... 24

2.6.2 Teori Regangan Normal Maksimum ... 26

2.6.3 Teori Tegangan Geser Maksimum ... 27

2.6.4 Teori Pusat Gravitasi dan Pusat Massa ... 27

2.6.5 Titik Berat, Pusat Massa dan Centeroid ... 29

2.6.6 Simulasi Numerik dengan Ansys 14.0 ... 32

2.6.7 Metode Meshing ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

3.2 Diagram Alir Penelitian ... 37

3.3 Bahan dan Alat Penelitian ... 38

3.3.1 Bahan Penelitian ... 38

3.3.2 Alat Penelitian ... 40

3.4 Prosedur Pembuatan Badan Pesawat (fuselage) ... 42

3.4.1 Proses Pembuatan Mal ... 42

3.4.2 Persiapan Bahan dan Alat ... 43

3.4.3 Proses Pembuatan Badan Pesawat ... 44

3.4.4 Proses Pinishing ... 48

3.5 Simulasi Numerik ... 51

3.5.1 Tampilan Pembuka Ansys 14.0 ... 51

3.5.2 Mendefinisikan Sistem Analisa ... 52

3.5.3 Mendefinisikan Material Properties ... 53

3.5.4 Tampilan Gambar Fuselage ... 53

3.5.5 Proses Meshing ... 54

3.5.6 Proses Static Structural ... 55

(13)

3.6 Diagram Alir Simulasi ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 58

4.1 Menentukan Titik Berat Badan Pesawat Secara Teoritis ... 58

4.3 Simulasi Numerik ... 66

4.3.1 Simulasi Hasil Total Deformation ... 66

4.3.2 Simulasi Hasil Total Equivalent Elastic Strain ... 67

4.3.3 Simulasi Hasil Equivalent Stress ... 68

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………...69

5.1 Kesimpulan………...69

5.2 Saran………...69

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Material komposit ... 6

Gambar 2.2 Jenis komposit serat ... 10

Gambar 2.3 Komposit lapis ... 10

Gambar 2.4 Komposit partikel ... 10

Gambar 2.5 Proses hand lay up ... 18

Gambar 2.6 Tipe dan koefisien badan pesawat ... 20

Gambar 2.7 Badan pesawat tanpa awak ... 21

Gambar 2.8 Pandangan depan badan pesawat tanpa awak ... 21

Gambar 2.9 Pandangan samping badan pesawat tanpa awak ... 22

Gambar 2.10 Pandangan belakang badan pesawat tanpa awak ... 22

Gambar 2.11 Gambar teknik badan pesawat tanpa awak ... 23

Gambar 2.12 Assembling pesawat tanpa awak ... 24

Gambar 2.13 Elemen tegangan tiga dimensi ... 24

Gambar 2.14 Lingkaran Mohr untuk beban triaksial ... 25

Gambar 2.15 Komponen-komponen regangan xy dalam bidang xy ... 26

Gambar 2.16 Menentukan titik partikel tetap dalam suatu ruang... 28

Gambar 2.17 Menentukan pusat massa tubuh ... 30

Gambar 2.18 Lokasi pusat massa ... 31

Gambar 2.19 Daerah pusat massa ... 32

Gambar 2.20 Garis pusat massa ... 32

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 37

Gambar 3.2 Serat rock wool jenis Roxul ... 38

Gambar 3.3 Resin polyester tipe 157 ... 38

Gambar 3.4 Katalis jenis MEKPO ... 39

Gambar 3.5 Wax ... 39

Gambar 3.6 Dempul plastik... 40

Gambar 3.7 Dempul plastik hardener ... 40

Gambar 3.8 Mesin gerinda tangan ... 41

(15)

Gambar 3.10 Sekrap dempul ... 42

Gambar 3.11 Kuas cat ... 42

Gambar 3.12 Proses pembuatan mal ... 43

Gambar 3.13 Tampilan gambar mal badan pesawat ... 44

Gambar 3.14 Tampilan gambar pemolesan wax ... 44

Gambar 3.15 Tampilan penuangan resin polyester ... 45

Gambar 3.16 Tampilan penuangan katalis kedalam resin ... 45

Gambar 3.17 Tampilan proses metode hand lay up ... 46

Gambar 3.18 Tampilan pelapisan serat rock wool... 46

Gambar 3.19 Tampilan badan pesawat setelah diresin ... 47

Gambar 3.20 Tampilan proses pendempulan ... 47

Gambar 3.21 Tampilan hasil permukaan dempul ... 48

Gambar 3.22 Tampilan hasil permukaan setelah dihaluskan ... 48

Gambar 3.23 Tampilan hasil permukaan setelah dihaluskan merata... 49

Gambar 3.24 Tampilan hasil permukaan setelah dipolishing ... 49

Gambar 3.25 Tampilan hasil proses pengecatan tahap pertama... 50

Gambar 3.26 Tampilan hasil proses pengecatan tahap kedua ... 50

Gambar 3.27 Tampilan hasil permukaan pemodelan ... 50

Gambar 3.28 Tampilan hasil finishing ... 51

Gambar 3.29 Tampilan awal Ansys 14.0 ... 51

Gambar 3.30 Tampilan sistem analisa ... 52

Gambar 3.31 Tampilan Engineering Data ... 52

Gambar 3.32 Tampilan material properties ... 53

Gambar 3.33 Tampilan pembuatan dari Solidworks ... 54

Gambar 3.34 Tampilan gambar fuselage hasil meshing ... 55

Gambar 3.35 Tampilan gambar fuselage hasil fixed support ... 55

Gambar 3.36 Tampilan gambar fuselage hasil yang dikenai beban ... 56

Gambar 3.37 Tampilan proses solution ... 56

Gambar 3.38 Diagram Alir Simulasi ... 57

Gambar 4.1 Gambar teknik fuselage ... 58

(16)

Gambar 4.3 Koordinat titik pusat pada masing-masing bagian ... 59

Gambar 4.4 Bidang 1 segitiga siku-siku ... 59

Gambar 4.5 Bidang 2 segitiga sama sisi ... 59

Gambar 4.6 Bidang 3 persegi panjang ... 60

Gambar 4.7 Bidang 4 persegi panjang ... 60

Gambar 4.8 Bidang 5 segitiga siku-siku ... 61

Gambar 4.9 Bidang 6 segitiga siku-siku ... 61

Gambar 4.10 Bidang 7 segitiga siku-siku ... 62

Gambar 4.11 Bidang 8 persegi panjang ... 62

Gambar 4.12 Bidang 9 segitiga siku-siku ... 62

Gambar 4.13 Bidang 10 setengah lingkaran ... 63

Gambar 4.14 Bidang 11 segitiga siku-siku ... 63

Gambar 4.15 Bidang 12 persegi panjang ... 64

Gambar 4.16 Distribusi Total Deformation ... 66

Gambar 4.17 Distribusi Equivalent Elastic Strain ... 67

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel ukuran dan jenis rock wool ... 14

Tabel 2.2 Spesifikasi resin polyester ... 16

Tabel 2.3 Spesifikasi data khusus hasil design ... 19

(18)

DAFTAR NOTASI

Simbol Keterangan Satuan

σ Tegangan MPa

A Luas penampang mm2

F Gaya Newton

ε Regangan

ΔL Perpanjangan mm

A1 Luas benda pertama mm

l1 Panjang benda cm

L0 Panjang mula-mula mm

ρ Densitas g/cm3

σy Tegangan mulur MPa

σu Tegangan tarik MPa

σf Tegangan patah MPa

E Modulus Elastisitas Gpa

(19)

ABSTRAK

Badan pesawat adalah komponen utama dari sebuah pesawat terbang. Badan pesawat ini sendiri merupakan tempat melekatnya bagian-bagian pesawat seperti wing, elevator maupun roda pendaratan. Panjang badan pesawat tanpa awak ini adalah 2027 mm. Penelitian ini dilakukan untuk membuat dan menganalisis badan pesawat tanpa awak dengan menggunakan bahan komposit campuran resin polyester dengan serat rock wool. Penelitian ini bertujuan untuk mencari nilai titik berat secara teoritis pada badan pesawat tanpa awak serta mendapatkan nilai tegangan regangan yang terjadi pada badan pesawat tanpa awak melalui simulasi dengan menggunakan software Ansys 14.0. Material komposit didefinisikan sebagai penggabungan serat dan resin. Serat yang dipakai pada penelitian ini adalah serat rock wool yang bermanfaat memiliki daya konduksi termal yang rendah, tidak berjamur, tidak mudah terbakar dan kedap suara. Sedangkan manfaat utama dari penggunaan material komposit adalah mendapatkan kombinasi sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan. Pada metodologi penelitian terdapat langkah-langkah proses pembuatan badan pesawat tanpa awak. Melalui penelitian ini pada proses pembuatan badan pesawat tanpa awak dikatakan berhasil dan diperoleh letak titik berat pada badan pesawat yang dihitung secara teoritis didapat pada koordinat x= 897,37, y= 77,77. Regangan maksimum yang terjadi sebesar 0.00014584 mm/mm dan regangan minimum yang terjadi sebesar 3.2414 x 10-8 mm/mm. Tegangan maksimum sebesar 4.5635 MPa dan tegangan minimum yang terjadi sebesar 0.00045862 Mpa melalui hasil simulasi dengan software Ansys 14.0 Workbench.

(20)

ABSTRACT

The fuselage is the main component of an aircraft. The fuselage itself is a place for the attachment of aircraft parts such as wings, elevators, and landing gear. Drone body length is 2027 mm. This study was conducted to create and analyze drone body using a mixture of polyester resin composite materials with rock wool fibers. This study aimed to explore the value of gravity by using theoretically the drone body and get the value of stress strain that occurs in the body drone through simulation using Ansys 14.0 software. Composite materials is defined as the incorporation of fiber and resin. The fiber used in this study is a useful rock wool fiber has a low thermal conductivity, no moldy, non-flammable and soundproofing. While the main benefit of the use of composite materials is the combination of high stiffness and strength properties and light density. In the research methodology are the steps of making the drone body. Through the research on the process of making the drone agency is successful and obtained the location of the center of gravity on the fuselage theoretically obtained at coordinates x= 897,37, y= 77,77. The maximum strain occurs at 0.00014584 mm/mm and minimum strain occurs at 3.2414 x 10-8 mm/mm. The maximum stress of 4.5635 MPa and the minimum voltage occurs at 0.00045862 MPa through the simulation results with the software Ansys 14.0 Workbench .

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesawat tanpa awak UAV (Unmanned Aerial Vehicle) merupakan jenis

pesawat terbang yang dikendalikan alat sistem kendali jarak jauh lewat

gelombang radio. UAV merupakan sistem tanpa awak (Unmanned System) yaitu

sistem berbasis elektro mekanik yang dapat melakukan misi-misi terprogram

dengan karakteristik sebuah mesin terbang yang berfungsi dengan kendali jarak

jauh oleh

aerodinamika untuk mengangkat dirinya sendiri, bisa digunakan kembali dan

mampu membawa muatan baik senjata maupun muatan lainnya.

Penggunaan terbesar dari pesawat tanpa awak ini adalah dibidang

militer.

dengan pesawat tanpa awak UAV (Unmanned Aerial Vehicle) karena rudal tidak

bisa digunakan kembali dan rudal adalah senjata itu sendiri. Pesawat tanpa awak

UAV (Unmanned Aerial Vehicle) memiliki bentuk, ukuran, konfigurasi dan karakter yang bervariasi. Sejarah pesawat tanpa awak adalah

tanpa awak yang digunakan sebagai sasaran tembak. Perkembangan kontrol

otomatis membuat pesawat sasaran tembak yang sederhana mampu berubah

menjadi pesawat tanpa awak yang kompleks dan rumit.

Kontrol pesawat tanpa awak ada dua variasi utama, variasi pertama yaitu

dikontrol melalui pengendali jarak jauh dan variasi kedua adalah pesawat yang

terbang secara mandiri berdasarkan program yang dimasukan kedalam pesawat

sebelum terbang.

Tidak seperti pesawat pada umumnya yang memiliki pilot dan kru pesawat

untuk mengontrol dan mengawasi secara langsung kondisi pesawat, pada pesawat

tanpa awak kondisi pesawat tidak dapat dikontrol secara langsung karena memang

(22)

sistem autopilot dengan mengacu pada parameter-parameter yang telah ditentukan

oleh pengguna sebelum terbang.

Saat ini, pesawat tanpa awak mampu melakukan misi pengintaian dan

penyerangan. Walaupun banyak laporan mengatakan bahwa banyak serangan

pesawat tanpa awak yang berhasil, tetapi pesawat tanpa awak mempunyai reputasi

untuk menyerang secara berlebihan atau menyerang target yang salah.

UAV (Unmanned Aerial Vehicle) sendiri mampu membawa kamera, sensor, alat komunikasi dan beberapa peralatan lain. Pesawat-pesawat semacam

ini berkembang luas di kalangan militer. Pesawat tanpa awak juga semakin

banyak digunakan untuk keperluan

keamanan non militer atau pemeriksaan

sering melakukan tugas yang dianggap terlalu kotor dan terlalu berbahaya untuk

pesawat berawak.

Penelitian ini dilakukan untuk membuat dan menganalisis badan pesawat

(fuselage) tanpa awak (UAV) dengan menggunakan bahan material komposit.

Bahan komposit yang akan diteliti adalah campuran resin polyester dengan serat

rock wool. Melalui penelitian ini diharapkan didapatkan suatu bahan komposit yang ringan dan memiliki sifat mekanik (mechanical properties) yang baik.

Dengan adanya pengembangan UAV (Unmanned Aerial Vehicle), maka

pengembangan dari sisi material ringan dan kuat untuk badan dan sayap pesawat

itu sendiri merupakan sebuah kajian teoritis yang selayaknya mendapatkan

perhatian dari para peneliti, sehingga diharapkan Pesawat UAV

(Unmanned Aerial Vehicle) generasi selanjutnya memiliki unjuk kerja yang lebih

baik karena menggunakan material yang ringan dan kuat.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan menjadi pokok bahasan dalam penelitian ini

adalah Melakukan pembuatan badan pesawat tanpa awak dan analisa sifat

mekanik sehingga dapat memperoleh bobot yang ringan dan baik pada material

(23)

metode hand lay up yang akan digunakan sebagai badan pesawat (fuselage) tanpa

awak (UAV).

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum pada penelitian ini adalah untuk membuat dan menganalisa

badan pesawat (fuselage) tanpa awak (UAV) dari material komposit dengan

metode hand lay up.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara terperinci, penelitian ini memiliki tujuan khusus yang terdiri atas

beberapa poin yaitu:

1. Melakukan proses pembuatan badan pesawat (fuselage) tanpa awak (UAV)

dari material komposit polyester dan serat rock wool dengan metode hand

lay up

2. Mendapatkan nilai titik berat pada badan pesawat (fuselage) tanpa awak

(UAV) dari material komposit polyester dan serat rock wool dengan

metode hand lay up

3. Mendapatkan nilai tegangan regangan yang terjadi pada badan pesawat

(fuselage) tanpa awak (UAV) melalui simulasi dengan software Ansys 14.0

1.4 Batasan Masalah

Dengan melihat begitu banyaknya faktor yang terdapat dalam pembuatan

badan pesawat (fuselage) tanpa awak (UAV) ini, penulis membuat batasan

masalah agar tujuan dan target penelitian dapat dicapai sesuai perencanaan.

Batasan masalah penelitian ini adalah

1. Penelitian hanya difokuskan pada badan pesawat (fuselage) tanpa

awak (UAV)

(24)

3. Penelitian difokuskan tentang analisis tegangan maksimum yang

terjadi pada badan pesawat dengan menggunakan simulasi dinamik

4. Material komposit serat rock wool dengan perbandingan antara resin

polyester dan katalis.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tugas akhir ini disajikan dalam tulisan yang terdiri dari

5 bab. Dimana pada bab pertama memberikan gambaran menyeluruh mengenai

tugas akhir yang meliputi pembahasan tentang latar belakang, perumusan dan

batasan masalah, tujuan dan sistematika penulisan.

Pada bab dua berisikan landasan teori dan studi literatur yang berkaitan

dengan pokok permasalahan serta metode pendekatan yang digunakan untuk

menganalisa persoalan.

Pada bab tiga memuat prosedur pembuatan badan pesawat (fuselage) tanpa

awak (UAV) dari material komposit dengan metode hand lay up. Berisi juga

spesifikasi dari alat dan bahan yang digunakan dan jumlah campuran yang

digunakan dalam proses pembuatan serta berisi langkah-langkah proses

pembuatan yang digunakan dalam pengamatan

Pada bab keempat berisikan tentang hasil dan pembahasan, berisi tentang

hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian dilakukan

pembahasan terhadap hasil perhitungan teoritis untuk mencari nilai titik berat

serta mencari titik berat secara teoritis dan simulasi softwere Ansys 14.0 untuk

mencari tegangan regangan.

Pada bab kelima berisikan tentang kesimpulan dan saran, berisikan jawaban

dari tujuan dari penelitian dan selanjutnya daftar pustaka serta lampiran.

(25)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komposit

Komposit adalah suatu material yang terdiri dari campuran atau kombinasi

dua atau lebih material baik secara mikro atau makro, dimana sifat material yang

tersebut berbeda bentuk dan komposisi kimia dari zat asalnya (Smith, 1996).

Komposit juga suatu perpaduan dari bahan yang dipilih berdasarkan kombinasi

sifat fisik masing-masing material penyusun untuk menghasilkan material baru

dengan sifat yang unik dibandingkan sifat material dasar sebelum dicampur dan

terjadi ikatan permukaan antara masing-masing material penyusun.

Dengan adanya perbedaan dari material penyusunnya maka komposit

antara material harus berikatan dengan kuat, sehingga perlu adanya penambahan

wetting agent. Pendapat lain mengatakan bahwa komposit adalah sebuah kombinasi material yang berfasa padat yang terdiri dari dua atau lebih material

secara skala makroskopik yang mempunyai kualitas lebih baik dari material

pembentuknya (Jacob, 1994). Dari sekian banyak jenis material pembentuk

komposit, semuanya dapat dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu matriks,

material penguat (reinforcement) dan material pengisi (filler).

Komposit dapat didefinisikan sebagai gabungan serat-serat dan resin.

Penggabungannya sangat beragam, fiber atau serat ada yang diatur memanjang

(unidirectional composites), ada yang dipotong-potong kemudian dicampur secara

acak (random fibers), ada yang dianyam silang lalu dicelupkan dalam resin

(cross-ply laminae), dan lainnya.

Manfaat utama dari penggunaan komposit adalah mendapatkan kombinasi

sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yang ringan. Dengan memilih

kombinasi material serat dan matriks yang tepat, kita dapat membuat suatu

material komposit dengan sifat yang tepat sama dengan kebutuhan sifat untuk

suatu struktur tertentu dan tujuan tertentu pula. Dibanding dengan material

(26)

dapat diatur (tailorability), tahanan lelah (fatigue resistance) yang baik, tahan

korosi, dan memiliki kekuatan jenis (rasio kekuatan terhadap berat jenis) yang

tinggi.

Lembaran komposit disebut sebagai lamina, Serat yang dipakai seperti di

industri pesawat terbang biasanya terbuat dari karbon dan gelas, sedangkan

resinnya adalah epoxy, sejenis polimer. Pada bahan material komposit dapat

dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 material komposit

Material komposit merupakan material non logam yang saat ini semakin

banyak digunakan mengingat kebutuhan material disamping memprioritaskan

sifat mekanik juga dibutuhkan sifat lain yang lebih baik misalnya ringan, tahan

korosi dan ramah lingkungan. Komposit juga memiliki sifat mekanik yang lebih

bagus dari logam, kekakuan jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnya

lebih tinggi dari logam. Beberapa lamina komposit dapat ditumpuk dengan arah

orientasi serat yang berbeda, gabungan lamina ini disebut sebagai laminat.

Selain itu sifat teknologi dari komposit merupakan salah satu sifat yang

harus di miliki oleh material komposit tersebut. Dimana sifat teknologi adalah

kemampuan material untuk dibentuk atau diproses. Proses pembuatan atau proses

produksi dari komposit tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam

menghasilkan material komposit tersebut. Banyak cara atau metoda yang di

(27)

2.1.1 Sejarah Komposit

Kata komposit (composite) merupakan kata sifat yang berarti susunan atau

gabungan. Komposit berasal dari kata kerja to compose´ yang berarti menyusun atau

menggabung. Jadi secara sederhana bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua

atau lebih bahan yang berlainan. Penggu naan material komposit telah dikenal

selama ribuan tahun pada alam sekitar kita. Pada jaman mesir kuno, jerami

digunakan pada dinding untuk meningkatkan penampilan struktur. Kayu

merupakan komposit alami yang sering digunakan selama ini. Para pekerja kuno

telah mengenal istilah komposit dengan menggunakan ter untuk mengikat

alang-alang untuk membuat kapal komposit 7000 tahun yang lalu. Perkembangan dari material

komposit tidak terbatas hanya pada material bangunan dan hal ini dapat dilihat

pada abad pertengahan. Asia tengah, busur dibuat dari otot binatang, getah kayu

dan benang sutera dengan bahan perekat sebagai pengikat.

Hasil dari komposit yang berlapis-lapis (laminated) memiliki daktilitas

dan kekerasan (hardness) dari unsur pokoknya namun kekuatan merupakan efek

sinergi dari gabungan sifat material. Beton, material yang digunakan oleh seluruh

dunia dan juga material berbasis semen lainnya juga merupakan suatu komposit.

Perilaku dan sifat dari beton dapat dimengerti dan direncanakan, diprediksi

dengan lebih baik bila dilihat sebagai komposit dan begitu pula dengan beton

bertulang.

Material komposit akan bersinergi bila memiliki sebuah sistem yang

mempersatukan material-material penunjang untuk mencapai sebuah sifat material

baru tertentu. Seperti yang dikatakan oleh Aristotle pada 350 SM “The whole is

more than just the sum of components”. Aristotle berkeyakinan bahwa skema konseptual secara keseluruhan dari alam perlu untuk dipersatukan dan tidak dapat

ditinjau dari segi komponen yang terpisah-pisah. Hal ini yang penting untuk diperhatikan

(28)

2.1.2 Karakteristik dan Aplikasi Bahan Komposit

Komposit didefinisikan sebagai dua macam atau lebih material yang

digabungkan atau dikombinasikan dalam skala makroskopis (dapat terlihat

langsung oleh mata) sehingga menjadi material baru yang lebih berguna.

Tahap pertama peringkat atas suatu bahan yang terdiri dari dua atau lebih

atom yang berbeda bolehlah dikatakan sebagai bahan komposit. Ini termasuk alloy

polimer dan keramik. Bahan-bahan yang terdiri dari unsur asal saja yang tidak

termasuk dalam peringkat ini.

Tahap kedua peringkat mikrostruktur suatu bahan yang terdiri dari dua

atau lebih struktur molekul atau fasa merupakan suatu komposit. Mengikuti

definisi ini banyak bahan yang secara tradisional dikenal sebagai komposit seperti

kebanyakan bahan logam. Contoh besi keluli yang merupakan alloy multifusi

yang terdiri dari karbon dan besi.

Tahap ketiga peringkat makrostruktur merupakan gabungan bahan yang

berbeda komposisi atau bentuk bagi mendapatkan suatu sifat atau ciri tertentu.

Dimana konstituen gabungan masih tetap dalam bentuk asal, dimana dapat

ditandai secara fisik dan melihatkan kesan antara muka antara satu sama lain. Dari

beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, bahan komposit adalah

bahan yang heterogen yang terdiri dari dari fasa tersebar dan fasa yang berterusan.

Sifat maupun Karakteristik dari komposit ditentukan oleh beberapa hal

yaitu Material yang menjadi penyusun komposit. Karakteristik komposit

ditentukan berdasarkan karakteristik material penyusun menurut Rule Ofmixture

sehingga akan berbanding secara proporsional. Bentuk dan penyusunan struktural

dari penyusun Bentuk dan cara penyusunan komposit akan mempengaruhi

karakteristik komposit. Interaksi antar penyusun Bila terjadi interaksi antar

penyusun akan meningkatkan sifat dari komposit. Bahan komposit memiliki

(29)

tinggi, tahan korosi, memiliki biaya perakitan yang lebih murah dan memiliki

densitas yang rendah.

2.1.3 Klasifikasi Komposit

Secara garis besar ada 3 macam jenis klasifikasi komposit berdasarkan

penguat yang digunakannya, yaitu :

A.Komposit Serat (fibricus composite)

Komposit serat yaitu jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina

atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa serat/fiber atau komposit

yang terdiri dari serat dan matriks (bahan dasar) yang diproduk secara fabrikasi,

misalnya serat ditambah dengan resin sebagai bahan perekat. Sebagai contoh

adalah FRP (fiber reinforce plastik) plastik diperkuat dengan serat dan banyak

digunakan. Yang sering disebut fiber glass. Fiber ini bisa disusun secara acak

maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa juga dalam bentuk yang lebih

kompleks seperti anyaman.

Fungsi utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit,

sehingga tinggi rendahnya kekuatan komposit sangat tergantung dari serat yang

digunakan, karena tegangan yang dipakai pada komposit mulanya diterima oleh

matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban

maksimum. Oleh karena itu serat harus mempunyai tegangan tarik dan modulus

elastisitas yang lebih tinggi dari pada matrik penyusun komposit. Pemilihan serat

atau penguat harus mempertimbangkan beberapa hal salah satunya harga. Hal

yang penting karena sebagai pertimbangan bila akan digunakan pada skala

produksi besar.

Jenis komposit serat terbagi menjadi 4 macam yaitu :

a. Continous fiber composite (komposit diperkuat dengan serat kontinue)

b. Woven fiber composite (komposit diperkuat dengan serat anyaman)

c. Chopped fiber composite (komposite diperkuat serat pendek/acak)

(30)

(a) (b) (c) (d)

Gambar 2.2 Jenis komposit serat (a) Continous fiber composite, (b) Woven fiber

composite, (c) Chopped fiber composite, (d) Hybrid composite

B. Komposit Lapis (laminated composite)

Komposit Lapis yaitu jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih

yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat

sendiri dari lapisan dan matriks, yaitu lapisan yang diperkuat oleh resin sebagai

contoh plywood, laminated glass yang sering digunakan sebagai bahan bangunan

dan kelengkapannya. Pada komposit lapis dapat dilihat pada gambar 2.3.

Gambar 2.3 komposit lapis

C. Komposit Partikel (particulate composite)

Komposit partikel yaitu komposit yang menggunakan partikel/serbuk

sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya. Partikel dan

matriks yaitu butiran (batu, pasir) yang diperkuat dengan semen yang kita jumpai

sebagai beton. Komposit partikel banyak dibuat untuk bahan baku industri. Proses

produksi yang mudah juga menjadi salah satu pertimbangan bila komposit akan

diproduksi massal. Pada gambar 2.4 memperlihatkan gambar komposit partikel.

matriks

partikel

(31)

2.1.4 Sifat Bahan Komposit

Sifat-sifat pada bahan komposit pada umumnya pemilihan bahan matriks

dan serat memainkan peranan penting dalam menentukan sifat-sifat mekanik dan

sifat komposit. Gabungan matriks dan serta dapat menghasilkan komposit yang

mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahan konvensional

seperti keluli. Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah

berbanding dengan bahan konvensional. Ini memberikan implikasi yang penting

dalam konteks penggunaan karena komposit akan mempunyai kekuatan dan

kekakuan spesifik yang lebih tinggi dari bahan konvensional. Implikasi kedua

ialah produk komposit yang dihasilkan akan mempunyai kerut yang lebih rendah

dari logam.

Pengurangan berat adalah satu aspek yang penting dalam industri

pembuatan seperti automobile dan angkasa lepas. Ini karena berhubungan dengan

penghematan bahan bakar. Dalam industri angkasa lepas terdapat kecendrungan

untuk menggantikan komponen yang diperbuat dari logam dengan komposit

karena telah terbukti komposit mempunyai rintangan terhadap bahan yang baik

terutamanya komposit yang menggunakan serat karbon.

Kelemahan logam yang agak terlihat jelas ialah rintangan terhadap kakisan

yang lemah terutama produk yang kebutuhan sehari-hari. Kecendrungan

komponen logam untuk mengalami kakisan menyebabkan biaya pembuatan yang

tinggi. Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility (berdaya

guna) yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifat yang menarik yang

dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenis matriks dan serat yang digunakan.

Contoh dengan menggabungkan lebih dari satu serat dengan matriks untuk

menghasilkan komposit hibrid.

2.2 Serat

Serat (fiber) adalah suatu jenis

(32)

paling sering dijumpai adalah serat pada

ilmu

Manusia menggunakan serat dalam banyak hal untuk membuat tali, kain, atau

sintetis (serat buatan manusia). Serat sintetis dapat

jumlah yang besar. Adapun jenis-jenis dari serat alami yaitu:

a. Serat kaca

b. Serat bambu

c. Serat rock wool

2.2.1 Serat Rock Wool

Rock wool adalah suatu bahan insulation jenis isolasi termal dan akustik. Terbuat dari bahan tambang fiber ringan dengan inti berupa batu alam yang

dipadukan dengan damar panas. Namun, sifat dari rock wool dapat secara

substansial diubah dengan menyesuaikan kandungan mineral. Pada awal 1960-an

ditemukan bahwa setelah beberapa modifikasi proses rock wool manufaktur akan

mendukung dan dibawah praktik penanganan yang tepat, meningkatkan

pertumbuhan tanaman. Hal ini diproduksi khusus hortikultura Rock wool adalah

yang terutama dijual sebagai substrat hidroponik. (Mulai sekarang istilah "Rock

wool" khusus akan mengacu pada kelas produk hortikultura).

2.2.2 Proses Manufaktur Pada Serat Rock Wool

mencair menjadi serat. Segera setelah berputar, pengikat ditambahkan ke serat dan

mereka dikompresi dan sembuh dalam lempengan besar. Dengan menyesuaikan

jumlah tekanan, kepadatan media disesuaikan. Lembaran besar dapat dipotong

menjadi lembaran kecil dan blok propagasi untuk penanganan mudah. Serat

berputar juga dibentuk menjadi butiran (berbondong-bondong) produk yang dapat

(33)

Semua rock wool tidak sama. Yang terbaik yang dihasilkan dari murni

batuan basaltik . Para rock wool dihasilkan dari diabas memiliki keseimbangan

mineral yang inert dan tidak reaktif. Beberapa rock wool yang dihasilkan dari

terak yang tersisa dari operasi peleburan. Ini rock wool mengandung proporsi

yang tinggi dari logam dan mungkin agak reaktif dengan larutan nutrisi. Rock

wool berkualitas tinggi harus memiliki diameter seragam serat, pemerataan pengikat dan rendahnya proporsi shot (pelet mineral yang belum dipintal menjadi

serat

Kualitas yang paling penting kelas rock wool tinggi harus miliki adalah

pembasahan seragam. Rock wool harus basah dengan mudah tetapi tidak tetap

direndam air. Drainase yang baik adalah penting.

Karakteristik membasahi rock wool bervariasi. Serat rock wool secara

alami hidrofobik (mereka menolak air) karena kehadiran minyak mineral. Dalam

rock wool kualitas tertinggi minyak mineral dikeluarkan selama proses manufaktur dan agen pembasahan mineral yang tergabung dalam mencair. Bentuk

hortikultura kelas rock wool alami menarik air dan membasahi dengan mudah.

Sementara ini adalah proses kualitas tertinggi kualitas yang sebenarnya dari rock

wool akan tergantung pada perawatan yang diambil di bidang manufaktur.

2.2.3 Manfaat dan Ukuran Jenis Rock Wool

Fungsi umum dari rock wool adalah untuk memberikan isolasi di rumah tinggal atau bangunan komersial. Rock wool juga dapat melindungi pipa, kapal, rumah mobile dan peralatan memasak domestik. Meskipun paling umum dikenal untuk menyediakan isolasi di rumah, orang juga menggunakan rock wool sebagai media tumbuh hortikultura. Adapun manfaat lainnya yaitu :

1. Memiliki daya konduksi termal yang rendah

2. Cocok untuk aneka kebutuhan industri

3. Dapat digunakan pada suhu 100 °C sampai 820 °C

4. Tidak berkarat/berjamur

(34)

6. Tidak mudah terbakar

Rock wool menyediakan berbagai keuntungan, termasuk tahan api dan kedap suara. Karena serat yang tidak mudah terbakar dan memiliki titik leleh yang

ekstrim lebih dari 2.150 °F, isolasi rock wool bertindak sebagai penghalang api.

Karakteristik tahan apinya dapat menunda penyebaran api, yang bisa

menambahkan menit berharga untuk melarikan diri saat kebakaran. Rock wool

juga menolak air, anti membusuk dan jamur, termasuk berbagai jenis

pertumbuhan bakteri. Karena menolak air, rock wool tidak akan melemah atau

kendur. Isi dari rock wool padat, sehingga mengurangi aliran udara dan transmisi

gelombang suara.

Pada rock wool juga terdapat ukuran dan jenis dapat di lihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 ukuran dan jenis rock wool

Type Plain Blanket Wire Mesh Rigid Board Pipe

Thermal Conductivity: W/m.K (kcal/m.h.°C)

100 °C 0.043

Sumber : Indonetwork.co.id/tradeoffers/Kebutuhan_Industri/ukuran bentuk rock wool.html

2.3 Resin

Resin adalah material yang non metalik dan untuk membentuknya dapat

dicetak, dicor, dan dapat digunakan sebagai isolasi. Resin merupakan zat organik

(35)

dimana bahan mineralnya adalah Coal (Batu Bara), Ptroleum dan Bahan-bahan

tanaman.

2.3.1 Klasifikasi Dari Resin

Secara umum resin diklasifikasikan menjadi 2 bagian :

1. Thermoplastik

Thermoplastik adalah plastik yang dapat dilunakkan berulang kali dengan

menggunakan panas. Thermoplastik juga merupakan polimer yang akan menjadi

keras apabila didinginkan. Thermoplastik meleleh pada suhu tertentu, melekat

mengikuti perubahan suhu dan mempunyai sifat dapat balik kepada sifat aslinya,

yaitu kembali mengeras bila didinginkan.

Bahan termoplastik yang lazim dipergunakan sebagai matrik komposit

adalah sebagai berikut :

a. Acetal

b. Acryronitrile Butadiene Styrene (ABS)

c. Nylon

d. Polyenthyene (PE)

e. Polypropylene (PP)

f. Polyethylene Terephthalate (PET)

2. Thermoset

Thermoset tidak dapat mengikuti perubahan suhu. Bila sekali pengerasan

telah terjadi, maka bahan tidak dapat dilunakkan kembali. Pemanasan yang tinggi

tidak akan melunakkan Thermoset melainkan akan membentuk arang dan terurai

karena sifatnya yang demikian sering digunakan sebagai tutup ketel, seperti

jenis-jenis melamin. Plastik jenis-jenis Thermoset tidak begitu menarik dalam proses daur

ulang karena sulit penanganannya juga volumenya jauh lebih sedikir (sekitar

(36)

Polimer thermoset biasanya memiliki daya tahan terhadap temperature

pencetakannya lebih tinggi dari pada thermoplastik. Bahan termoset yang lazim

dipergunakan sebagai matrik komposit adalah sebagai berikut :

a. Polyester b. Vinyl Resin

c. Epoxy

d. Phenolic

e. Polyurethane

2.3.2 Resin Polyester

Resin polyester berupa resin cair dengan viskositas yang relatif rendah,

mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis tanpa menghasilkan gas

sewaktu pengesetan seperti banyak resin thermoset lainnya. Resin ini banyak

dijual ditoko-toko kimia sehingga memungkinkan untuk mudah didapat, juga

rasio harganya yang rendah dapat dipertimbangkan dalam pemilihan bahan

material komposit. Resin polyester dapat didefinisikan sebagai suatu

molekul-molekul zat yang mengandung lebih dari satu digolongkan kedalam polyester

yang termasuk proses internal, proses terminal atau pada suatu siklus struktur

yang mampu diubah bentuk aplikasi thermoset. Istilah-istilah ini digunakan untuk

mengindikasikan resin berada diantara golongan thermoset resin cair dengan

viskositas relatif rendah, mengeras pada suhu kamar dengan penggunaan katalis

tanpa menghasilkan gas sewaktu pengesetan yaitu tidak perlu diberi tekanan pada

saat pencetakan. Pada resin polyester terdapat spesifikasi dapat dilihat pada tabel

(37)

Tabel 2.2 spesifikasi resin polyester

Item Satuan Nilai Tipikal Catatan

Berat jenis

Sumber : Tata Surdia, pengetahuan bahan teknik, Jakarta : Pradnya paramita, 2000.

2.3.3 Sifat-Sifat Resin Polyester

Penyerapan energi plastik yang diperkuat dengan serat kimia (uji benturan,

pelentukan, dan tarik) Investigasi atas persyaratan praktis untuk mengukur

penyerapan energi dari bahan-bahan gabungan (komposit), dan pengembangan

metode yang cocok untuk melaksanakan pengukuran tersebut. Sejumlah metode

uji dinamis untuk mengukur penyerapan energi dari berbagai lapisan, termasuk uji

benturan pelentukan, uji benturan berulang-ulang, uji benturan tarikan, dan uji

tumbukan pembengkokan. Didiskusikan pula ujian benturan pada lempengan

berlapis. Penekanan khusus ditempatkan pada studi pada berbagai komposit yang

diperkuat dengan sebuah serat kimia. Tak dapat dipungkiri bahwa ada hubungan

antara penyerapan energi statis yang semu dari berbagai serat dan penyerapan

energi dinamisnya komposit. Komposit berpolyester komersial dan serat

poliamida memiliki penyerapan energi yang tertinggi, dimana piranti pengujian

(38)

1. Didalam sifat termalnya, resin polyester memiliki suhu deformasi termal

lebih rendah dari pada resin termoset lainnya.

2. Matriks tersebut dapat menghasilkan keserasian matriks penguat dengan

mengontrol faktor jenis dan jumlah komponen, katalis, waktu dan suhu.

3. Memiliki sifat listirik yang cukup baik diantara resin termoset lainnya.

4. Mengenai ketahanan kimia, kuat terhadap asam tetapi lemah terhadap

alkali dan bahan ini mudah mengembang dalam pelarut yang melarutkan

polimer stiren.

5. Kemampuan terhadap cuaca sangat baik, tahan terhadap kelembapan dan

sinar Ultra Violet bila dibiarkan diluar.

2.4 Metode Hand Lay Up

Metode Hand lay up yang disebut juga dengan way lay up merupakan

sebuah metode pembuatan komposit yaitu dengan mengisiskan resin kedalam

cetakan dengan tangan keserat didalam suatu wadah. Dalam metode ini serat bisa

disusun, dianyam, atau diikat. Biasanya untuk meratakan permukaan dari resin

digunakan roller atau kuas. Perataan atau penekanan ini dilakukan agar antara

resin dan serat benar-benar menyatu dengan baik.

Hand lay up adalah metode yang paling sederhana dan merupakan proses dengan metode terbuka dari proses fabrikasi komposit. Adapun proses dari

pembuatan dengan metoda ini adalah dengan cara menuangkan resin dengan

tangan kedalam serat berbentuk anyaman, rajuan atau kain, kemudian memberi

takanan sekaligus meratakannya menggunakan rol atau kuas. Proses tersebut

dilakukan berulang-ulang hingga ketebalan yang diinginkan tercapai. Pada proses

ini resin langsung berkontak dengan udara dan biasanya proses pencetakan

dilakukan pada temperatur kamar.

Proses manufaktur bahan komposit dengan metrode hand lay up

merupakan metode yang paling sederhana diantara metode-metode manufaktur

(39)

diaplikasikan yaitu cairan resin dioleskan diatas sebuah cetakan dan kemudian

serat layer pertama diletakkan diatasnya, kemudian dengan menggunakan

roller/kuas resin kembali diratakan. Langkah ini dilakukan terus menerus hingga didapatkan ketebalan spesimen yang diinginkan. Pada proses metode hand lay up

dapat dilihat pada gambar 2.5.

Gambar 2.5 proses hand lay up

Kelebihan penggunaan metode proses hand lay up ini adalah :

1. Mudah dilakukan

2. Cocok di gunakan untuk komponen yang besar

3. Volumenya rendah

2.5 Desain Struktur pada Pesawat Tanpa Awak

Dalam perancangan pesawat tanpa awak ini, material yang digunakan

adalah material komposit yang diperkuat dengan polyester dan serat rock wool

dengan metode hand lay up, dengan tebal 5 mm. Proses pembuatan dilakukan

dengan menggunakan metode hand lay up, dimana proses metode hand lay up

menggunakan roller/kuas resin dengan meratakan campuran resin dan serat rock

wool ditambah dengan sedikit cairan katalis sebagai pengerasnya. Adanya spesifikasi data khusus hasil design. Pada desain stuktur pada pesawat tanpa awak

(40)

Tabel 2.3 spesifikasi data khusus hasil desain

No Spesifikasi Karakteristik

1 Aifoil NACA 2412

2 Jenis Wing Straight Wing

3 Panjang Fuselage 2027 mm

4 Lebar 202 mm

5 Motor penggerak Motor elektrik

6 Putaran Propeler 3000 rpm

7 Jumlah Blade 2 buah

8 Diameter Propeler 300 mm

9 Material Bahan Komposit

10 Berat body 10000 gr

Adapun komponen-komponen pesawat tanpa awak adalah badan pesawat,

sayap pesawat, glider, ekor pesawat dan landing gear. Pada pembahasan ini hanya

membahas badan pesawat (fuselage) pada pesawat tanpa awak dengan melihat

detail proses metode hand lay up, melakukan simulasi untuk mencari nilai

tegangan regangan dan menghitung titik berat pada badan pesawat tanpa awak.

2.5.1 Badan Pesawat ( Fuselage )

Fuselage merupakan salah satu struktur utama pesawat yang terhubung dengan sayap, ekor, dan landing gear. Struktur fuselage berfungsi mentransfer

beban dari struktur sayap, ekor, dan landing gear. Struktur fuselage ini harus

mampu menahan beban seperti berikut tanpa mengalami kegagalan struktur

maupun masalah fatigue:

a. Beban dari ekor akibat trim, maneuvering, turbulence, dan gust,

b. Beban landing gear akibat impact saat mendarat, beban saat taxi, dan

ground maneuvering,

(41)

Struktur fuselage harus dibuat cukup kaku dan kuat untuk menahan segala

pembebanan yang akan terjadi selama pesawat ini beroperasi. Hal ini berfungsi

untuk menghindari terjadinya defleksi dan vibrasi pada saat operasionalnya. Akan

tetapi, struktur fuselage ini harus dibuat tetap seringan mungkin.

Dalam merancang badan pesawat ini, aerodinamis badan pesawat adalah

hal yang paling penting. Tipe dan koefisien badan pesawat dapat dilihat pada

gambar 2.6 sebagai acuan. Badan pesawat yang digunakan adalah tipe 8 dengan

koefisien drag (Cd)0,458, dimana Cd yang akan digunakan untuk menghitung

gaya hambat yang dialami pesawat tanpa awak. Pada badan pesawat terdapat tipe

dan koefisien badan pesawat dapat dilihat pada gambar 2.6.

Sumber : lennon Andy ,2006. Aircraft Design

Gambar 2.6 tipe dan koefisien badan pesawat

Berikut adalah gambar badan pesawat tanpa awak dapat dilihat pada gambar 2.7.

(42)

Gambar 2.7 Badan pesawat tanpa awak

Berikut adalah gambar teknik tiap pandangan badan pesawat tanpa awak :

a. Pandangan depan badan pesawat tanpa awak dapat dilihat pada gambar 2.8.

(43)

b. Pandangan samping badan pesawat tanpa awak dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 Pandangan Samping badan pesawat tanpa awak

c. Pandangan belakang badan pesawat tanpa awak dapat dilihat pada gambar

(44)

Gambar 2.10 Pandangan belakang badan pesawat tanpa awak

d. Gambar teknik badan pesawat tanpa awak dapat dilihat pada gambar 2.11.

Gambar 2.11 Gambar teknik badan pesawat tanpa awak

2.5.2 Assembling Pesawat Tanpa Awak

Assembling merupakan bagian utuh dari suatu benda, dimana dalam hal

ini adalah pesawat (fuselage) tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle). Berikut

adalah gambar assembling dari pesawat yang dilengkapi dengan pandangan tiap

sisi dari pesawat (fuselage) tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle). Berikut

(45)

Gambar 2.12 Assembling pesawat tanpa awak

2.6 Analisis Kekuatan Bahan Komposit 2.6.1 Teori Tegangan untuk Komposit

Intensitas gaya (gaya persatuan luas) disebut tegangan (stress). Dengan

menganggap bahwa tegangan terdistribusi secara merata pada seluruh bidang

batang penghubung. Gambar 2.13 memperlihatkan suatu elemen tegangan

berdimensi tiga, atau tegangan triaksial (triaxial stress), dimana menunjukkan tiga

tegangan normal σx, σy dan σz, semuanya positif; dan enam tegangan geser τxy, τxz, τyx, τyz, τzx, τzy, juga semuanya positif.

(46)

Elemen tersebut berada dalam kesetimbangan statis, sehingga tegangan

normal yang arahnya keluar, adalah tegangan tarik yang dinyatakan positif.

Orientasi elemen tegangan terjadi dalam ruang dimana semua komponen tegangan

geser berharga nol. Bila elemen mempunyai orientasi khusus seperti ini, maka

garis normal terhadap setiap permukaan merupakan arah utamanya. Tegangan

normal yang terjadi merupakan tegangan utama atau tegangan prinsipal (principal

stress) yaitu σ1, σ2, σ3.

Dengan prinsip kesetimbangan gaya pada masing-masing arah utama,

maka diperoleh persamaan pangkat tiga, yaitu:

σ3-(σx + σy +σz) σ2+(σx σy + σx σz + σy σz - τ2xy - τ2yz - τ2zx ) σ - (σx σy σz + 2τxzx - σ x2yz - σ y2zx - σ z2xy) = 0 (2.1)

Gambar 2.14 memperlihatkan diagram lingkaran Mohr untuk kasus beban

triaksial yang terjadi untuk kondisi σ1 > σ2 > σ3. Berdasarkan teori ini tegangan geser maksimum adalah:

Regangan yang terjadi memenuhi persamaan:

(2.3)

Dimana :

L = Panjang awal sebelum pembebanan.

(47)

Gambar 2.14 lingkaran mohr untuk kasus beban triaksial

Pertambahan panjang persatuan disebut regangan (ε), ditunjukan oleh karena regangan normal (ε) adalah perbandingan antara dua ukuran

panjang, merupakan besaran yang berdimensi (dimenssion less quantity) tidak memilki satuan. Dalam pembahasan regangan pada sebuah titik, yang penting diperhatikan adalah pergeseran (displacement) relatif dari titik-titik yang berdekatan. Pertambahan panjang yang terjadi pada suatu elemen diilustrasikan pada Gambar 2.15.

Gambar 2.15 komponen-komponen regangan xy dalam bidang xy

Pada bidang xy dapat terjadi ketiga komponen regangan, yaitu: regangan

normal εx dalam arah x, regangan normal εy dalam arah y, dan regangan geser

γxy. Sebuah elemen bahan yang hanya dikenai regangan-regangan ini dikatakan

berada dalam regangan bidang (plane strain).

Dari sini diperoleh bahwa elemen yang mengalami regangan bidang tidak

memiliki regangan normal εz dan regangan geser γxz dan γyz berturut-turut dalam

bidang xz dan yz. Jadi, regangan bidang didefinisikan dengan rumus sebagai

berikut:

εz = 0 xz = 0 yz = 0 (2.4) Regangan-regangan yang sisa (εx, εy, dan γxy) dapat memiliki harga

(48)

2.6.2 Teori Regangan Normal Maksimum

Teori regangan maksimum disebut juga dengan teori Saint Venant

aplikasinya hanya digunakan dalam selang elastis pada tegangan. Teori ini

menyatakan keluluhan akan terjadi ketika regangan terbesar dari tegangan utama

menjadi sama dengan regangan yang berhubungan dengan kekuatan luluh. Jika

diasumsikan kekuatan luluh dalam tarikan dan tekanan adalah sama, maka

regangan pada tegangan dapat disamakan dengan regangan yang berhubungan

dengan kekuatan luluh. Kondisi luluh dapat dirumuskan sebagai berikut:

(2.5)

Jika salah satu dari tiga tegangan-tegangan utama adalah nol dan dua

tegangan yang bekerja adalah Aσ dan Bσ maka untuk tegangan beraksial kriteria luluh dapat dituliskan sebagai berikut.

(2.6)

2.6.3 Teori Tegangan Geser Maksimum

Teori ini mengatakan bahwa kegagalan yang dimulai ketika

tegangan geser maksimum pada setiap elemen menjadi sama dengan tegangan geser dalam uji tarik spesimen tersebut mulai luluh. Jika ditentukan tegangan-tegangan utama seperti, σ1> σ2 > σ3 maka dari teori tegangan geser maksimum menduga senantiasa keluluhan akan terjadi

pada persamaan.

(49)

2.6.4 Teori Pusat Gravitasi Dan Pusat Massa Untuk Sistem Partikel

Pusat gravitasi (g) adalah titik pusat yang menempatkan berat yang

dihasilkan dari suatu sistem partikel. Untuk menunjukkan bagaimana menentukan

titik ini dengan mempertimbangkan sistem n partikel tetap dalam suatu wilayah

ruang seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16. Bobot partikel terdiri dari sistem

kekuatan paralel yang dapat diganti dengan (setara) berat resultan tunggal

memiliki titik didefinisikan g dari aplikasi. Untuk menemukan koordinat x, y, z

dari g, kita harus melihat prinsip yang diuraikan.

Gambar 2.16 menentukan titik partikel tetap dalam suatu ruang

Hal ini membutuhkan bahwa berat yang dihasilkan sama dengan berat total semua

partikel n dapat dirumuskan sebagai berikut:

(2.8)

Jumlah momen bobot semua partikel tentang sumbu x, sumbu y, dan

sumbu z, kemudian sama dengan saat berat resultan tentang sumbu ini. Dengan

demikian, untuk menentukan koordinat g. kita dapat menyimpulkan jumlah

momen sumbu y. hasil ini dapat dilihat pada rumus.

(50)

Demikian juga, untuk menjumlahkan momen terhadap sumbu x, kita dapat

memperoleh koordinat y.

(2.10)

Meskipun bobot tidak menghasilkan sejenak tentang sumbu z, kita dapat

memperoleh sumbu z pada koordinat g dengan membayangkan sistem koordinat.

Dengan partikel tetap di dalamnya, seperti yang diputar 90º tentang x (atau sumbu

y), Gambar 2.16 Menjumlahkan momen terhadap sumbu x, kita memiliki rumus.

(2.11)

Kita bisa menggeneralisasi formula ini, dan menulis semua secara simbolis dalam

bentuk rumus berikut.

(2.12)

x, y, z mewakili koordinat pusat gravitasi g dari sistem partikel. x, y, z mewakili koordinat dari setiap partikel dalam sistem.

W adalah jumlah yang dihasilkan dari bobot semua partikel dalam sistem.

Persamaan-persamaan ini mudah diingat jika diingat bahwa mereka hanya

mewakili keseimbangan antara jumlah dari momen bobot masing-masing partikel

dari sistem dan saat berat yang dihasilkan untuk sistem.

Untuk mempelajari masalah pusat massa tentang gerak materi di bawah

pengaruh kekuatan, dinamika, perlu untuk menemukan titik yang disebut pusat

massa. Asalkan percepatan gravitasi g untuk setiap partikel adalah konstan, maka

(51)

(2.13)

Sebagai perbandingan, saat itu lokasi pusat gravitasi bertepatan dengan

pusat massa. Ingat, bagaimanapun bahwa partikel memiliki "berat" hanya ketika

di bawah pengaruh daya tarik gravitasi, sedangkan pusat massa tidak bergantung

pada gravitasi. Sebagai contoh, itu akan menjadi tidak berarti untuk menentukan

pusat gravitasi dari suatu sistem partikel yang mewakili planet tata surya kita,

sementara pusat massa dari sistem ini adalah penting.

2.6.5 Titik Berat, Pusat Massa dan Centeroid Untuk Tubuh

Pusat gravitasi tubuh kaku terdiri dari jumlah tak terbatas partikel, dan jadi

jika prinsip-prinsip yang digunakan untuk menentukan Persamaan 2.16 diterapkan

pada sistem partikel menyusun tubuh kaku, menjadi perlu untuk menggunakan

integrasi dari pada penjumlahan istilah diskrit. Mengingat partikel

sewenang-wenang yang terletak di (x, y, z) dan memiliki berat dW. Gambar 2.17, dihasilkan

persamaan.

(2.14)

Dalam rangka menerapkan persamaan ini dengan benar, berat differensial

dW harus dinyatakan dalam volume yang terkait dV nya. Jika y mewakili berat tertentu dari tubuh. Diukur sebagai berat per satuan volume, maka dW = γ dV dan karena itu.

(2.15)

(52)

Pusat massa. Kepadatan p, atau massa per satuan volume. berkaitan

dengan γ dengan persamaan γ = pg. di mana g adalah percepatan gravitasi. Mengganti hubungan ini ke persamaan 2.15 dan membatalkan g baik dari

pembilang dan penyebut menghasilkan persamaan yang sama (dengan p

menggantikan γ) yang dapat digunakan untuk menentukan pusat massa tubuh.

Gambar 2.17 menentukan pusat massa tubuh

Centroid (C) adalah titik yang mendefinisikan pusat geometris dari suatu

objek. Lokasinya dapat ditentukan dari rumus yang sama dengan yang digunakan

untuk menentukan pusat gravitasi tubuh atau pusat massa. Secara khusus, jika

bahan menyusun tubuh seragam atau homogen, kepadatan atau berat tertentu akan

konstan di seluruh tubuh, dan karena istilah ini akan faktor dari integral dan

membatalkan baik dari pembilang dan penyebut dari Persamaan 2.15. Rumus

yang dihasilkan menentukan pusat massa tubuh karena mereka adalah independen

dari berat tubuh dan bukan hanya bergantung pada geometri tubuh. Tiga

(53)

Gambar 2.18 lokasi pusat massa

Jika suatu benda dibagi menjadi elemen Volume dV. Gambar 2.18 lokasi

pusat massa C (x, y, z) untuk volume objek dapat ditentukan dengan menghitung

"momen" dari unsur-unsur tentang masing-masing sumbu koordinat. Rumus yang

dihasilkan.

(2.16)

Dengan cara yang sama, pusat massa untuk daerah permukaan suatu benda,

seperti plale atau shell, Gambar 2.19, dapat ditemukan dengan membagi wilayah

tersebut menjadi elemen differensial dA dan menghitung "momen" elemen daerah

ini tentang masing-masing sumbu koordinat, yaitu.

(2.17)

Gambar 2.19 daerah pusat massa

Jika geometri objek, seperti batang tipis atau kawat, mengambil bentuk

garis, Gambar 2.19. yang momen seimbang elemen differensial dL tentang

(54)

(2.18)

Gambar 2.20 garis pusat massa

2.6.6 Simulasi Numerik dengan Ansys 14.0

Untuk menyelesaikan permasalahan numerik digunakan alat bantu

software Ansys. Program Ansys ini dikembangkan di Amerika Serikat oleh National Aeronautics and Space Administration (NASA). Perangkat Schwendler Corporation adalah program analisa elemen hingga untuk analisa tegangan (stress), getaran (vibration), dan perpindahan panas (heat transfer) dari struktur

dan komponen mekanika. Dengan Ansys, kita dapat mengimport geometri CAD

(Computer Aided Design) atau dengan membuat geometri sendiri dengan Ansys.

Metode elemen hingga merupakan metode yang digunakan oleh para

engineer untuk menyelesaikan permasalahan teknik dan problem matematis yang dihadapinya. Adapun permasalahan teknik dan masalah matematis yang dapat

diselesaikan dengan menggunakan metode elemen hingga dapat dibagi dalam dua

kelompok, yaitu masalah analisa struktur dan non struktur. Permasalahan dalam

bidang stuktur meliputi analisa tegangan, buckling, dan analisa getaran.

Sedangkan dalam bidang non struktur meliputi masalah perpindahan panas,

mekanika fluida, dan distribusi potensial listrik dan magnet.

Dalam persoalan-persoalan yang menyangkut geometri yang rumit, seperti

persoalan pembebanan terhadap struktur yang komplek, pada umumnya sulit

(55)

matematika memerlukan besaran atau harga yang harus diketahui pada setiap titik

pada struktur yang dikaji.

Penyelesaian analisis dari suatu persamaan differensial suatu geometri

yang komplek, pembebanan yang rumit, tidaklah mudah diperoleh. Formulasi dari

metode elemen hingga dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan ini.

Metode ini akan mengadakan pendekatan terhadap harga-harga yang tidak

diketahui setiap titik secara diskrit. Mulai dengan pemodelan dari suatu benda

dengan membagi-bagi dalam bagian yang kecil yang secara keseluruhan masih

mempunyai sifat yang sama dengan benda yang utuh sebelum terbagi dalam

bagian yang kecil (diskrisasi).

Analisa tegangan dapat memecahkan beberapa kasus banyak

menggunakan pendekatan prosedur dua dimensi. Prosedur dua dimensi digunakan

karena praktis lebih mendekati, dan modelnya lebih sederhana. Pada kasus yang

sebenarnya analisa tiga dimensi yang banyak digunakan karena analisa tegangan

tiga dimensi mendekati masalah yang sebenarnya.

2.6.7 Metode Meshing (Ansys Meshing)

Meshing merupakan bagian integral dari proses simulasi rekayasa dibantu komputer. Mesh mempengaruhi akurasi, dan kecepatan konvergensi dari solusi.

Selain itu, waktu yang dibutuhkan untuk membuat dan mesh model sering porsi

yang signifikan dari waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil dari solusi.

Dari mudah, meshing otomatis ke mesh sangat dibuat, Ansys menyediakan solusi

akhir. Setelah desain terbaik ditemukan, meshing teknologi dari Ansys

menyediakan fleksibilitas untuk menghasilkan jerat yang berkisar dalam

kompleksitas dari hex murni untuk hibrida yang sangat rinci, pengguna dapat

menempatkan mesh yang tepat di tempat yang tepat dan memastikan bahwa

simulasi akurat akan memvalidasi model fisik.

Elemen bentuk meshing yaitu:

(56)

2. Berbentuk segi tiga

3. Berbentuk segi enam

4. Tetrahedral

Adapun jenis penggunaan dari metode meshing yaitu:

1. Automatic Metode Meshing,

Jika Anda memilih metode kontrol otomatis, tubuh akan menyapu jika

memungkinkan. Jika tidak, Tetrahedrons (patch Penurut) digunakan. Global

option Elemen Midside Nodes memungkinkan Anda untuk mengontrol apakah

jerat harus dibuat dengan node midside (unsur kuadrat / urutan kedua) atau tanpa

node midside (elemen linier / urutan pertama). Mengurangi jumlah node midside

mengurangi jumlah derajat kebebasan. Pilihan untuk global opsi Elemen Midside

Nodes meliputi Program Controlled, Turun, dan Kept.

Opsi Turun menghapus node midside pada semua elemen. Contoh di bawah ini

merupakan untuk benda padat.

Disimpan opsi mempertahankan node midside pada elemen dibuat dalam bagian

(57)

2. Tetrahedrod / Hybrid Meshing Method, dimana semua jala tetrahedral dibuat. Pengaturan algoritma ditampilkan memungkinkan untuk memilih bagaimana

mesh tetrahedral dibuat berdasarkan pilihan

3. Hex dominan Meshing Method, dimana hex jala dominan bebas dibuat. Pilihan

ini direkomendasikan bagi tubuh yang tidak dapat menyapu.

4. Sapu Meshing Metode, mesh menyapu dipaksa pada "sweepable" tubuh

(termasuk sumbu-sweepable tubuh, yang tidak ditampilkan saat menggunakan

acara tubuh sweepable fitur). Mesher akan gagal jika mesh menyapu tidak

dapat dihasilkan pada tubuh dengan kontrol metode sapuan.

5. Multizona Meshing Metode, berdasarkan pendekatan. Secara otomatis

menghasilkan mesh hexahedral murni di mana mungkin dan kemudian mengisi

lebih sulit untuk menangkap daerah dengan jala terstruktur. Metode jala

multizona dan metode Sweep jala beroperasi sama. Namun, multizona

memiliki kemampuan yang membuatnya lebih cocok untuk kelas masalah yang

(58)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Pelaksanaan pembuatan badan pesawat tanpa awak (UAV) ini dilakukan di

Rumah Industri bengkel di Jln. Irian Barat. Selanjutnya untuk mencari nilai titik

berat dilakukan cara perhitungan secara teoritis serta mencari nilai tegangan

regangan yang terjadi pada badan pesawat tanpa awak di lakukan simulasi dengan

menggunakan software Ansys 14.0 yang dikerjakan di Lab. Studio Gambar Mesin,

Magister Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Penelitian

ini berlangsung selama ± 5 bulan. Pada lokasi dan aktifitas penelitian dapat dilihat

pada tabel 3.1.

Tabel 3.1 lokasi dan aktifitas penelitian

No Kegiatan Lokasi

1.

2.

3.

Pembuatan badan pesawat tanpa

awak (Unmanned Aerial Vehicle)

Mencari nilai titik berat pada

Prototype fuselage Pesawat Tanpa Awak (Unmanned Aerial Vehicle)

dengan perhitungan teoritis

Membuat simulasi badan pesawat

tanpa awak dengan software Ansys

14.0

Rumah Industri bengkel di Jln.

Irian Barat pasar 7 percut

seituan

Lab. Noise/Vibration Control

in Engineering, Magister Teknik Mesin, FT. USU

Lab. Studio Gambar Mesin,

Magister Teknik Mesin, FT.

Gambar

Tabel 2.1 ukuran dan jenis rock wool
Tabel 2.2 spesifikasi resin polyester
Gambar 2.5 proses hand lay up
Tabel 2.3 spesifikasi data khusus hasil desain
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian Serat Sabut Kelapa Hibrida Dengan Polyester resin BQTN 157 Sebagai Matriks Material

A nalisis Variasi Panjang Serat dan Fraksi Volume terhadap Sifat Mekanik Material Komposit Polyester yang Diperkuat Serat Daun Lidah Mertua7. Riyan Efendi,

komposit yang tersusun dari resin polyester dengan serat gelas jenis e- glass menjadiesensi dasar pada penelitian ini2. TINJAUAN

Komposit dibuat dengan memanfaatkan serat sabut kelapa dan matriks resin Unsaturated- Polyester resin BQTN 157, campuran 1 % hardener jenis MEKPO (Methyl Ethyl Ketone Peroxide)

Komposit dibuat dengan memanfaatkan serat sabut kelapa dan matriks resin Unsaturated- Polyester resin BQTN 157, campuran 1 % hardener jenis MEKPO (Methyl Ethyl Ketone Peroxide)

Proses pembuatan dengan bahan material komposit yang di perkuat dengan resin polyester dan serat rock wool dengan metode hand lay up yang akan digunakan sebagai

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Almarhum Hasan Basri dan Ibunda Asmaniar, kakak-kakak tersayang (Suhermanto, Suherdi, Nora Delvi, dan Asrianto) atas doa, kasih sayang,

Resin Unsaturated Polyester (UP) Resin Unsaturated Polyester (UP) dalam komposit ini digunakan sebagai matrik yang bertugas untuk melindungi dan mengikat serat agar