LAMPIRAN A
GAMBAR SPESIMEN
GAMBAR SPESIMEN 100% resin : 0% Serat
GAMBAR SPESIMEN 80% resin : 20% Serat
GAMBAR SPESIMEN HASIL PENGUJIAN
GAMBAR SPESIMEN 100% resin : 0% Serat
GAMBAR SPESIMEN 80% resin : 20% Serat
LAMPIRAN B
HITUNGAN
1kgf=9,807N.
Sampel A1100% resin : 0% Serat adalah :
Fmaks = 146,948 x 9,807N
= 1441,119036 N
σmaks = �����
��
=
1441,119036
84
=
17,156179 Mpaε = ΔL
���100% =
3,33562
83 � 100% = 4,0188%
E=σmaks ε =
17,156179
0,0418 = 426,89805 ���
Sampel A2100% resin : 0% Serat adalah :
Fmaks =154,573 x 9,807 N
= 1515,89741 N
σmaks = �����
��
=
1515,89741
84,12
=
18,02065 Mpaε = ΔL
���100% =
3,42970
82 � 100% = 4,18256%
E=σmaks ε =
18,02065
0,04182 = 490,90985 ���
Sampel A3100% resin : 0% Serat adalah :
Fmaks = 161,586x 9,807N
= 1584,673902 N
σmaks = ������� =1584 ,673902
79,32 = 19,97823 Mpa
ε = ΔL
���100% =
3,57132
E=σmaks ε =
19,97823
0,0420115 = 475,49687 ���
Sampel B1 90% resin : 10% Serat adalah :
Fmaks = 116,713 x 9,807 N
= 1144,604391 N
σmaks = �����
��
=
1144,604391
81
=
14,13091 Mpaε = ΔL
���100% =
4,38815
86 � 100% = 5,1025%
E=σmaks ε =
14,13091
0,051025 = 276,94091 ���
Sampel B2 90% resin : 10% Serat adalah :
Fmaks = 106,009 x 9,807N
= 1039,63026 N
σmaks = �������
=
1039,6302688,92
=
11,69174 Mpaε = ΔL
���100% =
3,63945
85 � 100% = 4,2817 %
E=σmaks ε =
11,69174
0,042817 = 57,907 ���
Sampel B390% resin : 10% Serat adalah :
Fmaks = 102,474 x 9,807 N
= 1004,96251 N
σmaks = �������
=
1004,9625190,84
=
11,06299 Mpaε = ΔL
���100% =
3,71873
85 � 100% = 4,374%
E=σmaks ε =
11,06299
Sampel C180% resin : 20% Serat adalah :
Fmaks = 44,361 x 9,807N
= 435,04832N
σmaks = �������
=
435,0483283,59
=
5,20454 Mpaε = ΔL
���100% =
4,38608
85 � 100% = 5,16009%
E=σmaks ε =
5,20454
0,0516 = 100,8631 ���
Sampel C280% resin : 20% Serat adalah :
Fmaks = 87,401 x 9,807 N
= 857,141607 N
σmaks = �������
=
857,14160784,5
=
10,14368 Mpaε = ΔL
���100% =
4,05658
85 � 100% = 4,772 %
E=σmaks ε =
10,14368
0,0477 = 1210,7414 ���
Sampel C380% resin : 20% Serat adalah :
Fmaks =73,597 x 9,807N
= 721,765779 N
σmaks = �������
=
721,76577972,24
=
9,99122 Mpaε = ΔL
���100% =
4,35928
90 � 100% =4,84364 %
E=σmaks ε =
9,99122
Sampel D1 70% resin : 30% Serat adalah :
Fmaks = 10,572 x 9,807N
= 103,6796 N
σmaks = �����
��
=
103,6796
79,56
=
1,3031Mpaε = ΔL
���100% =
3,94791
87 � 100% = 4,537%
E=σmaks ε =
1,3031
0,04537 = 28,7229 ���
Sampel D2 70% resin : 30% Serat adalah :
Fmaks = 12,287 x 9,807N
= 120,4986 N
σmaks = �����
��
=
120,4986
82,94
=
1,4528Mpaε = ΔL
���100% =
4,66591
87 � 100% = 5,363%
E=σmaks ε =
1,4528
0,05363 = 12,9229 ���
Sampel D3 70% resin : 30% Serat adalah :
Fmaks = 9,24 x 9,807N
= 90,61668 N
σmaks = �����
��
=
90,61668
81,12
=
1,11706 Mpaε = ΔL
���100% =
7,3475
85 � 100% = 8,644%
E=σmaks ε =
1,11706
DAFTAR PUSTAKA
Gu H., “Tensile Behaviours of the Coir Fibre and Related Compsites after NaOH
treatment”, Materials and Design, doi : 10.1016 / j.matdes.2009.01.035,
2009.
Joshi S.V., Drzal L.T., Mohanty A.K. Arora S, “Are natural fiber composites
environmentally superior to glass fiber reinforced composites?”,
Composites: Part A Vol. 35, 2004, pp. 371-376.
Rajaak F., 1999, Pengaruh Kandungan Fraksi Volume Terhadap Kekuatan Tarik
Komposit Serat Rami Polyester, Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
ASTM, 1998. “Annual Book of ASTM Standar”, Section 4, Vol. 04.06, ASTM,
West Conshohocken.
Gibson, 1994.Principle Of Composite Material Mechanics. New York : McGraw
Hill,Inc.
Vlack,L,H, 2004 Edisi keenam. Elemen-elemen Ilmu Dan rekayasa
Material.Erlangga. Jakarta.
Santafe Jr.H.P.G, Lopes F.P.D., Costa L.L., Monteiro S.N., Mechanical
Properties of Tensile Tested Coir Fiber Reinforced Polyester Composite,
Revista Materia Vol. 15 N.2, 2010, pp.113-11, 2010
Brahmakumar, M., Pavithran, C., and Pillai, R.M., Coconut fiber reinforced
polyethylene composites such as effect of natural waxy surface layer of
the fiber on fiber or matrix interfacial bonding and strength of
composites, Elsevier, Composite Science and Technology,65 pp.
563-569, 2005.
http://www.kemahasiswaan.its.ac.id.pdf : 15 Juni 2016
Schawardz M.M., 1984, Composite Material Handbook Mc Graw-will, Singapura.
Bakri, “Penentuan sifat mekanis serat sabut kelapa”, Jurnal Mekanikal Vol.1,
Shackeltord, 1992, “Introduction to Materials Science for Engineer,” Third
Edition, Macmillan Publishing Company, New York.
Satyanarayana, K. G., dkk, Structure Property Studies of Fibres From Various
Parts of The Coconut Tree. Journal of Material Science 17, India, 1982
Jamasri, Diharjo, K, Handiko, G. W., Studi Perlakuan Alkali Terhadap Sifat Tarik
Komposit Limbah Serat Sawit – Polyester, Prosiding SNTTM IV,
Universitas Udayana, Bali, 2005
Surdia, 1992, Pengetahuan Bahan Teknik, FT, Pradnaya Paramita, Jakarta.
Diharjo, K., dan Triyono, T., 2003, Buku Pegangan Kuliah Material Teknik,
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Sirait, D. H. (2010, September 22). Material Komposit Berbasis Polimer
Menggunakan Serat Alami. Diakses 25 Februari 2013 dari
Suardana, N P G, Dwidiani Ni Made, Analisa Kekuatan Tarik dan Lentur
Komposit Polyester Serat Tapis Kelapa Orientasi Acak dengan Variasi
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan waktu
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dapat dilihat dengan terperinci pada
Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Waktu Lokasi dan Aktifitas Penelitian
No. Waktu Kegiatan Lokasi Penelitian
1. Maret Pengolahan Serat Lab. Foundry
T.Mesin USU
2. April Pembuatan Spesimen Lab. Foundry
T.Mesin USU
3. Mei Pengujian kekerasan Lab. Material
T.Mesin UNIMED
4. Mei Pengujian Tarik Lab. T.Kimia USU
5 Juni Pengolahan data uji
kekerasan dan tarik
Lab. Metalurgi
T.Mesin USU
Waktu penelitian direncanakan selama enam bulan dimulai pada bulan
Maret 2016 sampai Agustus 2016.
3.2 Metode pembuatan spesimen 3.2.1 Persiapan Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan spesimen adalah seperti
ditunjukkan pada Tabel 3.2. Alat dan bahan inidigunakan mulai dari proses
pembuatan serat sampai pada proses pembuatan spesimen uji. Bahan yang
dengan harga yang relatif murah. Untuk bahan baku serat sabut kelapa diperoleh
sisa-sisa pengunaan kelapa dari pasar.
Tabel 3.2 Peralatan Dan Bahan Yang Digunakan
No. Nama Alat Jenis Jumlah Satuan Keterangan
1. Besi Pengaduk Besi 1 Buah
2. Cetakan 2 Buah
3 Plat Besi 2 Buah
4 Ragum/Penjepit 2 Buah
5. Timbangan digital 1 Unit
6. Spatula/Sendok
plastik
1 Unit
7. Cawan tuang Kup
plasitk
20 Buah
8. Sarung Tangan
Karet
20 Pasang
9
10
Mesin Penghalus
Wax
1
1
Unit
Kaleng
Bahan
1. Serat Sabut Kelapa - Gr
157 EX
4. Katalis - Gr
5 NaOH - Ml
6 Air Bersih - Ml
3.2.1.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan spesimen adalah
sebagai berikut :
1. Besi pengaduk
alat pengaduk ini terbuat dari bahan besi karbon dan berfungsi untuk
mengaduk campuran .
2. Cetakan
Pengujian Tarik mengikuti standar ASTM E8 M-09.Cetakan ini
berfungsi untuk membentuk spesimen.Cetakan dapat dilihat pada
gambar 3.2.
3. Plat besi
Plat besi berfungi sebagi alas dan tutup cetakan yang sudah dituangkan
campuran spesimen.
4. Ragum/Penjepit
Ragum/penjepit berfungsi untuk menjepit spesimen yang sudah dituang
kedalam cetakan.Ragum/penjepit dapat dilihat pada gambar 3.4.
5. Timbangan digital
Timbangan digital digunakan untuk menghitung berat bahan penyusun
yang akan digunakan sebagai campuran pembuat serat sabut kelapa.
Kapasitas Timbangan yang digunakan 500gr.
6. Spatula/sendok plastik
Spatula/sendok plastik berfungsi sebagai alat bantu untuk menuang
campuran serat kelapa kedalam cetakan. Gambar spatula/sendok plastik
dapat dilihat pada gambar 3.6
7. Cawan tuang
Cawan tuang berfungsi sebagai tempat pengadukan material uji
sebelum dituang kedalam cetakan.Cawan ini terbuat dari plastik dan
bernilai ekonomis tinggi.Setelah digunakan untuk membuat spesimen,
cawan tidak digunakan lagi demi menghindari terjadinya reaksi
campuran spesimen lama dengan spesimen baru.Gambar cawan tuang
dapat dilihat pada gambar 3.7.
8. Sarung tangan karet
Sarung tangan karet berfungsi sebagai pelindung tangan.Sarung tangan
karet yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Mesin penghalus serat digunakan untuk menghaluskan serat TKKS
yang masih berukuran besar menjadi berukuran kecil, yaitu diantara 1 –
5 mm. Gambar mesin penghalus serat dapat dilihat pada gambar 3.9.
Gambar 3.2 Mesin Penghalus
Spesifikasi mesin penghalus serat dapat dilihat pada tabel 3.3.
Tabel 3.3 Spesifikasi Mesin Penghalus
No. Spesifikasi Satuan Besaran
1. Alat Pengaduk Induksi
2. Daya Keluaran HP/kW 1/0,75
3 Frekuensi Hz 50
4 Voltage V 220
6. Putaran Mesin Rpm 1450
7. Suhu Operasi ℃ 60
10. Wax
Wax berfungsi sebagai bahan pelapis antara cetakan dengan campuran
dari bahan – bahan pembuatan komposit dimana juga untuk
mempermudah mengeluarkan spesimen uji dari cetakan.
3.2.1.2 Bahan
Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan spesimen material
komposit adalah sebagai berikut:
1. Sabut Kelapa
Sabut kelapa merupakan bahan yang mengandung lignoselulosa yang
dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif bahan baku Sabut kelapa,
kulit kelapa yang terdiri dari serat yang terdapat diantara kulit dalam yang
keras (batok), tersusun kira-kira 35 % dari berat total buah kelapa yang
dewasa. Untuk varitas kelapa yang berbeda tentunya presentase di atas
Gambar 3.3 Sabut Kelapa
2. Polyester Resin Tak Jenuh
Resin yang digunakandalampenelitianinimenggunakanUnsatured
Polyester Resin BQTN 157-EX ataupoliester resin takjenuh.
sepertidiperlihatkanpadagambar 3.12.
Gambar 3.4Unsaturated Polyester BQTN-157.
3. Katalis
Katalis merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mempercepat
reaksi polimerisasi struktur komposit pada kondisi suhu kamar dan
tekanan atmosfir. Jenis katalis yang digunakan adalah metil etil keton
peroksida (MEKP).Katalis ini biasanya digunakan dengan persentase yang
sangat sedikit dibandingkan dengan berat total komposisi yang akan
Gambar 3.5 Katalis MEKP
4. NaOH
Serat yang dibutuhkandalampembuatanspesimeniniadalahserat
TKKS.Sebelumterjadipencampurandenganbahan yang lain,
seratiniharusdirendamdenganNaOH,
dikeringkandandihaluskanuntukmendapatkanhasil yang terbaik.
Sebagaimanadalamreaksikimia: Fibre - OH + NaOHFibre – O - Na +
H2O. Serat yang direndamdalamlarutan 5%
dengannatriumhidroksidaselama 48
jam.Seratdisapudenganbeberapasetetesasamasetatuntukmenetralkan alkali
residu.Serattersebutdicucidengan air bersih dandikeringkan
3.3 Proses Pembuatan Serat Sabut Kelapa
Proses persiapan serat sabut kelapa dikerjakan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Pembersihan serat sabut kelapa dengan menggunakan air bersih untuk
menghilangkan kotoran besar yang menempel, seperti pasir, tanah, dll.
2. serat sabut kelapa direndam dalam larutan NaOH 1M 1% selama lebih
kurang satu hari untuk mengikat asam lemak yang masih tersisa pada
permukaannya.
3. serat sabut kelapa dicuci dengan air bersih dan dicacah menjadi
bagian-bagian kecil dengan ukuran 10 – 20 cm.
4. serat sabut kelapa dikeringkan selama lebih kurang satu hari pada suhu 50
s.d. 70℃. Tujuan proses ini ialah untuk menurunkan kadar air yang
terkandung, sehingga kondisi serat sabut kelapa cukup kering untuk
diolah menjadi serat.
5. Pemotongan serat sabut kelapa menjadi ukuran kecil dengan
menggunakan mesin penghalus serat
3.4 Proses pembuatan spesimen
1. PenimbanganKomposisiBahanPembentukSpesimen
Sebelum menuju kearah pembuata spesimen, bahan baku ditimbang
terlebih dahuluuntuk mendapatkan komposisi yang diinginkan. Dalam hal
ini, penulis menggunakan 100 gram polimer, yaitu campuran resin
poliester, serat Eichornia crassipes dan katalis. Alat yang digunakan adalah
neraca analitik .
Komposisi formula tersebut adalah :
1. 0 % serat sabut kelapa + 100% Polyester Resin BQTN 157
3. 20 % serat sabut kelapa + 80% Polyester Resin BQTN 157
4. 30 % serat sabut kelapa + 70% Polyester Resin BQTN 157
Gambar 3.7 Penimbangan Serat
2. Proses Pembuatan Cetakan
Pemberianlapisanpemisah( Pelumas Wax ) padacetakan.
Oleskanlapisanpemisahpadabagiandalamcetakan agar tidakterjadiikatan
yang kuatataulengketantarapermukaancetakandanproduk yang dibentuk.
Hal inibertujuanuntukmempermudah proses pembongkaran.
3. Proses pencampuran polyester resin takjenuhdenganSerat
Campurkanterlebihdahulu polyester resin danseratsabut kelapa
kemudianadukhinggamerata. Proses pencampuran antara Polyester resin
dengan serat sabut kelapa diaduk selama ± 20 menit mengunakan bor yang
sudah di modifikasi menjadi alat mixer.
4. Pencapuran Katalis
Campurankan katalis kedalam campuran polyester resi dan serat sabut
dicampur dengan katalis diaduk kembali agar katalis tercampur secara
merata di dalam campuran.
5. Penuangan ke dalam cetakan
Polyester resin dan serat sabut kelapa yang sudah dicampur kemudian
dituang kedalam cetakan kemudian diberi press mengunakan
ragum/penjepit sampai campuran serat sabut kelapa mengeras.
Gambar 3.8 Spesimen Sebelum Pengujian
3.5 Proses Pengujian
3.5.1 PengujianKekerasan (Hardness Test)
Percobaan uji kekerasan (Hardness Test) yang akan dilakukan adalah
percobaan kekerasan dengan cara mekanis statis (bukan mekanis dinamis) dan itu
meliputi cara-cara Rockwell, Brinell dan Vickers. Ketiga cara tersebut diatas
berdasarkan pada cara penekanannya (indentation) suatu benda yang tidak
sehingga terjadi suatu bekas penekanan (lekukan) yang kemudian dijadikan dasar
untuk penilaian kekerasannya. Penekanan dilakukan sampai lekukan yang bersifat
tetap. Logam yang diuji akan lebih keras bila bekas yang terjadi lebih kecil.
Alat yang dipergunakan untuk melakukan uji kekerasan suatu logam yang
dilakukandenganmenggunakanujikekerasan Rockwell digunakanalat yang
bernama Rockwell Hardness Test.
Gambar 3.9 Alat Uji Rockwell Hardness
Berikut ini adalah prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian
kekerasan dengan metode Rockwell :
1. Spesimen dibersihkan permukaannya
2. Setelah bersih, spesimen diletakkan pada landasan uji dan bola indentor yang
digunakan adalah bola dengan diameter 10 mm.
3. Spesimen dinaikkan hingga menyentuh bola indentor, kemudian katup
hidrolik dikunci.
4. Tekan tombol Start pada mesin hingga skala pada panel menunjukkan angka
15 kg kemudian ditahan selama 15 detik.
5. Setelah 15 detik katup hidrolik dibuka untuk mengembalikan beban ke posisi
semula (0 kg).
6. Pengamatan diameter indentasi dilakukan dengan menggunakan teropong
7. Pengambilan data kekerasan diulang sebanyak 3 kali untuk masing-masing
spesimen dan diambil data rata-ratanya.
Gambar 3.10 Proses Pengujian Kekerasan Pada Spesimen
3.5.2 Pengujian Tarik (Tensile test)
Padapenelitianinimesinujitarik yang digunakanadalahGotech testing
machine AI-7000 LA30.Mesininibekerjasecarakomputerisasisehingga data yang
dimasukkandanhasilpengujiannyadapatdibacapada monitor komputer.
Gambar 3.11MesinUjiTarikGotech
KeteranganGambar:
1. Pencekamatas
2. Pencekambawah
4. Komputer
SpesifikasimesinujitarikGotech testing machine model AI-7000 LA30:
• Kapasitas : 20kN
• Stroke (termasukgrips) : 1100 mm
• Kecepatantarik : 0,0001-1000������
• Unit : kgf, lbf, N, kN, kPa, Mpa
• Motor : AC Servo Motor
Berikutiniadalahprosedurpercobaan yang
dilakukanpadapengujiantarikdenganmenggunakanmesinujitarikGotech testing
machine model AI-7000 LA30:
1. SpesimendibentuksesuaiukuranmenurutstandarASTM.
2. Power dihidupkan (tombolmerah) di putarsearahjarum jam
hinggalampuindikatormenyala.
3. Sampel yang telahdibentuksesuaistandartdiberikantandabatasanpada grip
sebelumdimasukkanke unit penjepit
4. Setelahmasukke unit penjepit, input data ukuranspesimenke program
komputer (U60) dandilakukanpengujian.
5. Setelahsampelputus, segeramengambilsampeltersebutdari unit penjepit,
klik OK pada program.
6. Untuksampelselanjutnya, ulangiprosedurnomor 4.
3.6 Kerangka Kegiatan
Kegiatan penelitian dimulai dengan mempelajari segala literatur yang
berkaitan dengan kompositseperti mengenai, komposit, polimer, dan proses
pembuatan komposit.Selanjutnya kegitan penelitian dilanjutkan dengan persiapan
serat sabut kelapa siap dipakai. Selanjutnya kegiatan penelitian mempersiapkan
segala alat dan bahan yang diperlukan selama penelitian. Kegiatan penelitian
berlanjut dengan proses pembuatan komposit. Setelah proses pembuatan komposit
mendapatkan hasil yang baik, maka dilanjutkan dengan pengujian spesimen.
Pengujian yang dilakukan adalah pengujian keras dan tarik. Dari hasil pengujian
sehingga diperoleh hasil yang menjawab tujuan dari penelitian. Kemudian dapat
disimpulkan hal-hal dari penelitian.
Gambar 3.12 Diagram alirpenelitian Mulai
Studi literatur
Mempersiapkan serat sabut kelapa
Alat dan Bahan
Pembuatan Spesimen
Pengujian Tarik dan kekerasan
Hasil dan Pembahasan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pendahuluan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat mekanis dari material
komposit yang divariasikan dengan komposisi serat sabut kelapa dengan matriks
resin dengan jenis BQTN 157. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian tarik
(tensile strenght), pengujian kekerasan (hardness). Dan pada bab IV ini akan di
bahas hasil dari pengujian yang di lakukan
4.2 Hasil Pengujian
Hasil pengujian pada penelitian ini meliputi hasil pengujian dari sifat
mekanisnya seperti pengujian tarik, dan pengujian kekerasan.
4.2.1 Hasil Uji Tarik
Berikut ini adalah hasil pengujian dan tabel hasil pengujian untuk tegangan,
regangan dan modulus elastisitas dari hasil uji kekuatan tarik:
Tegangan (σ)
Tegangan pada uji tarik merupakan berat beban (P) dibagi dengan luas
penampang (A) pada sepesimen. Maka hasil perhitungan tegangan pada untuk
setiap spesimennya sama. Dapat dihitung dengan persamaan berikut:
σ =
��……….. (1)Dimana : σ = Tegangan (N/mm2)
A = Luas penampang (mm2)
P = Beban pada Maksimal (N)
Regangan (
ε
)Regangan pada uji tarik merupakan perpanjangan (ΔL) dibagi dengan
perhitungan tegangan pada untuk setiap spesimennya sama. Dapat dihitung
dengan persamaan berikut:
ε
=
∆���
×100%……….. (2)
Dimana:
ε
= Regangan (%)ΔL = Perpanjangan (mm)
Lf = Panjang Akhir (mm)
L0 = Panjang Awal (mm)
Modulus elastis (E)
Modulus elastisitas pada uji tarik merupakan tegangan (σ) dibagi dengan regangan (ε) pada sepesimen. Maka hasil perhitungan tegangan pada untuk setiap
spesimennya sama. Dapat dihitung dengan persamaan berikut:
E=
σε……….. (3)
Dimana: E = Modulus Elastisitas (N/mm2) σ = Tegangan (N/mm2)
ε = Regangan (%)
Tabel 4.1 Data hasil uji tarik/mulur spesimen
%
Serat Sampel Tebal (mm) Lebar (mm) Luas(Ao) (mm²) Gaya pada saat putus (kg.f) Panjang spesimen (L0) (mm) Pertambahan panjang (ΔL) (mm) 0 %
A1 7 12 84 146,948 83 3,33562
A3 6,61 12 79,32 161,586 85 3,57132
10 %
B1 6,75 12 81 116,713 86 4,38815
B2 6,84 13 88,92 106,009 85 3,63945
B3 7,57 12 90,84 102,474 85 3,71873
20 %
C1 6,43 13 83,59 44,361 85 4,38608
C2 6,5 13 84,5 87,401 85 4,05658
C3 6,02 12 72,24 73,597 90 4,35928
30 %
D1 6,12 13 79,56 10,572 87 3,94791
D2 6,38 13 82,94 12,287 87 4,66591
D3 6,24 13 81,12 10,24 85 7,34755
Dari hasil pengujian tabel 4.1 diperoleh beban tarik maksimum pada
campuran serat 0% dengan resin 100% sebesar 161,586 kgf, sedangkan beban
tarik minimum pada campuran serat 30% dengan resin 70% sebesar 9,24 kgf.
Perhitungan
Berdasarkan tabel di atas, maka kekuatan tarik, kemuluran dan modulus elastis
spesimen dapat dicari berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
1kgf=9,807N.
Luas penampang awal (Ao) 0% serat : 100% Resin ( Sampel A1 ) adalah :
Ao = 7mm x 12mm
= 84mm²
Fmaks = 146,948 x 9,807N
Maka kekuatan tarik maks σ(stress) spesimen adalah :
σmaks = �����
��
=
1441 ,119036
84
= 17,156179Mpa
Regangan ε merupakan perbandingan antara pertmabhan panjang dengan panjang
mula-mula Lo dimana panjang mula-mula spesimen 83mm dan pertambahan
panjang spesimen 3,33562mm maka di peroleh :
ε = ΔL
���100% = 3,33562
83 � 100% = 4,0188%
Modulus elastis (E) merupakan konstanta dari perbandingan lurus antara tegangan
dan regangan. Besarnya modulus ini sama dengan angka kemiringan dari kurva
tegangan – regangan yang berupa garis lurus pada bagian yang dekat ke titik 0.
E=σmaks
ε =
17,156179
0,04188 = 426,89805
Untuk spesimen selanjutnya dapat diperoleh dengan menggunakan rumus
yang sama seperti di atas, dan hasilnya terdapat pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Hasil Hitungan/Olah Data
% W Serat
Sampel Kekuatan
Tarik (Mpa) Elongasi (%) Modulus Elastisitas (Mpa) 0%
A1 17,15617 4,1088 426,89805
A2 18,02065 4,1825 430,9085
A3 19,97823 4,2015 475,49687
Dari hasil perhitungan uji tarik yang telah dilakukan, maka diperoleh 4
sampel yang memiliki kondisi optimum, yaitu :
1. Sampel A3 dengankomposisi 0% serat : 100% Resin
2. Sampel B1 dengankomposisi 10% serat : 90% Resin
3. Sampel C2 dengankomposisi 20% serat : 80% Resin
4. Sampel D2 dengankomposisi 30% serat :70% resin
Berikut adalah kurva stress vs strain dari spesimen pada kondisi optimum:
1. Sampel A3 dengan komposisi 0% serat : 100% Resin
10% B2 11,69174 4,2817 273,06303
B3 11,06299 4,374 252,92615
20%
C1 5,20454 5,61 100,8631
C2 10,14368 4,772 210,7414
C3 9,99122 4,843 206,3022
30%
D1 1,30316 4,537 28,72294
D2 1,45284 5,363 27,09006
Gambar 4.1 Kurva stress vs strainsampel A3 dengan komposisi 0%serat :
100% resin.
Penjelasan Gambar :
Gambar merupakan gambar dari kurva hasil pengujian tarik kondisi
optimum pada komposisi 0%serat : 100% resinsampel A3 yang sudah
dilakukanpengujian. Dimulai dari titik nol yang merupakan awal dari penarikan
spesimen, pergerakan garis menuju keatas menunjukkan kenaikan tarik yang
diberikan pada spesimen hingga putus, sedangkan pergerakan garis menuju
kekanan menunjukkan kenaikan nilai regangan.garis bergerak perlahan dari titik
nol menuju titik kekuatan tarik maksimal. Sampai dititik maksimalyang
merupakan titik puncak dan diketahui sebesar 19,97823MPayang kemudian garis
pada kurva turun secara vertikal kebawah yang artinya spesimen yang diuji putus
dengan regangan sebesar 4,2015%.
Gambar 4.2 Kurva stress vs strain sampel B1 dengan komposisi 10%serat
:90% resin.
Penjelasan Gambar :
Gambar merupakan gambar dari kurva hasil pengujian tarik kondisi
optimum pada komposisi 10%serat : 90% resinsampel B1 yang sudah
dilakukanpengujian. Dimulai dari titik nol yang merupakan awal dari penarikan
spesimen, pergerakan garis menuju keatas menunjukkan kenaikan tarik yang
diberikan pada spesimen hingga putus, sedangkan pergerakan garis menuju
kekanan menunjukkan kenaikan nilai regangan.garis bergerak perlahan dari titik
nol menuju titik kekuatan tarik maksimal. Sampai dititik maksimalyang
merupakan titik puncak dan diketahui sebesar 14,13091MPayang kemudian garis
pada kurva turun secara vertikal kebawah yang artinya spesimen yang diuji putus
3. Sampel C2 dengan komposisi 20% serat : 80% Resin
Gambar 4.3 Kurva stress vs strainsampel C2 dengan komposisi 20%serat :
80% resin.
Penjelasan Gambar :
Gambar merupakan gambar dari kurva hasil pengujian tarik kondisi
optimum pada komposisi 20%serat : 80% resinsampel C2 yang sudah
dilakukanpengujian. Dimulai dari titik nol yang merupakan awal dari penarikan
spesimen, pergerakan garis menuju keatas menunjukkan kenaikan tarik yang
diberikan pada spesimen hingga putus, sedangkan pergerakan garis menuju
kekanan menunjukkan kenaikan nilai regangan.garis bergerak perlahan dari titik
nol menuju titik kekuatan tarik maksimal.Sampai dititik maksimalyang
merupakan titik puncak dan diketahui sebesar 10,14368MPayang kemudian garis
pada kurva turun secara vertikal kebawah yang artinya spesimen yang diuji putus
4. Sampel D2 dengan komposisi 30% serat :70% resin
Gambar 4.4 Kurva stress vs strain sampel D2 dengan komposisi 30%serat
:70% resin.
Penjelasan Gambar :
Gambar merupakan gambar dari kurva hasil pengujian tarik kondisi
optimum pada komposisi 30%serat : 70% resinsampel D2 yang sudah
dilakukanpengujian. Dimulai dari titik nol yang merupakan awal dari penarikan
spesimen, pergerakan garis menuju keatas menunjukkan kenaikan tarik yang
diberikan pada spesimen hingga putus, sedangkan pergerakan garis menuju
kekanan menunjukkan kenaikan nilai regangan.garis bergerak perlahan dari titik
nol menuju titik kekuatan tarik maksimal.Sampai dititik maksimalyang
merupakan titik puncak dan diketahui sebesar 1,45284MPayang kemudian garis
pada kurva turun secara vertikal kebawah yang artinya spesimen yang diuji putus
dengan regangan sebesar 5,363%.
4.2.2 Hasil Uji Kekerasan
Kekerasan merupakan ukuran ketahanan beban terhadap deformasi
Depormasi yang terjadi merupakan kombinasi perilaku elastis dan plastis, akan
tetapi kekerasan umumnya hanya berkaitan dengan sifat plastis dan hanya
sebagian kecil bergantung pada sifat elastis. Pengujian kekerasan dalam penelitian
ini dilakukan agar dapat di ketahui pengaruh pencampuran serat serat sabut kelapa
terhadap Polyester Resin BQTN 157
Penghitungan nilai kekerasan dari benda uji yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan skala Rockwell dengan nilai
RHN(Rockwell Hardness Number) disesuaikan dengan tabel kekerasan.
[image:35.595.107.516.336.755.2]Tabel nilai RHN material komposit dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3 tabel nilai RHN
Spesimen Sampel Rockwell Hardness
Number (RHN)
Nilai Rata-rata
Spesimen A (100%
resin) A1 A2 A3 78,77 77,51 76,61 77,63
Spesimen B (90%
resin) B1 B2 B3 13,65 11,94 13,44 13,01
Spesimen C (80%
resin) C1 C2 C3 10,97 10,53 10,93 10,81
Spesimen D (70%
resin)
D1
D2
9,03
D3 9,77
Pada tabel 4.3 diperoleh nilai hasil uji kekerasan maksimum pada spesimen
A (100% resin) nilai RHN 78,77 sedangkan nilai hasil uji tarik minimum pada
[image:36.595.106.518.112.164.2]spesimen D (70% resin) nilai RHN 8,36.
Grafik nilai RHN rata-rata material komposit dengan persen serat
pembentuk material komposit dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 4.5 grafik nilai RHN
4.3 DISKUSI HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian didapat 2 jenis material yang berbeda, yaitu material
resin murni dan material komposit serat sabut kelapa.
5.1 Spesimen Material Resin Murni 0
10 20 30 40 50 60 70 80 90
100% 90% 80% 70%
Jumlah persen serat
[image:36.595.141.540.328.553.2]Material resin murni yang dimaksud pada penelitian ini adalah spesimen A,
dimana bahan penyusunya hanya campuran polyester resin dan katalis. Secara
[image:37.595.260.394.195.338.2]fisis resin murni ini keras dan trasnparan plastis.
Gambar 5.1 Spesimen resin murni sebelum pengujian
Gambar 5.2 Spesimen resin murni setelah pengujian
Pada pengujian tarik dan dapat gaya paling maksimal pada spesimen resin
murni ini. Dan pada pengujian kekerasan spesimen resin murni memiliki angka
kekerasan yang sangat jauh dibandingkan dengan spesimen yang dicampur serat
sabut kelapa.
5.2 Spesimen Material Komposit Serat Sabut Kelapa
Material komposit serat sabut kelapa yang dimaksud pada penelitian ini
adalah spesimen B,C dan D dimana bahan penyusun dari material ini terdiri dari
[image:37.595.244.404.352.521.2]Spesimen komposit serat sabut kelapa tidak transparan seperti spesimen resin
murni.
(1) (2) (3)
Gambar 5.2 (1) Spesimen B bahan penyusun 10% serat:90% resin, (2)
Spesimen C bahan penyusun 20%serat:80% resin, (3) Spesimen D bahan
penyusun 30%serat:70% resin
Pada spesimen campuran serat sabut kelapa didapat sifat yang berbeda
dengan spesimen resin murni. Adapun spesimen yang sifat kekuatan dan regangan
paling baik dapat kita lihat pada Tabel 4.2 Hasil Hitungan/Olah Data dimana nilai
kekuatan tarik paling baik terdapat pada spesimen B sebesar 14,13091 Mpa dan
[image:38.595.152.502.155.331.2]BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian, pengujian dan analisis terhadap spesimen
campuran Serat Sabut Kelapa, maka dapat disimpulkan:
1. Dihasilkan spesimen baru antara campuran Polyster Resin dan serat sabut
kelapa
2. Penambahan serat sabut kelapa (fraksi berat) menurunkan kekuatan tarik
dan kekerasan komposit serat sabut kelapa.
3. Dari hasil perhitungan uji tarik pencampuranPolyester Resindan Serat
sabut kelapadiperoleh 4 sampel yang memiliki kondisi optimal, yaitu
sampel A3, sampel B1, sampel C2 dan sampel D2
4. Dari hasil kekuatan tarik didapat variabel komposisi paling baik pada
spesimen B1 (10% serat) yaitu 14,13091 Mpa. Regangan yang paling baik
pada spesimen D3 (30% serat) yaitu 8,086%
5. Dari hasil perhitungan uji kekerasan campuranPolyester Resindan Serat
sabut kelapa, diperoleh 4 nilai rata-rata sampel: sampel A 77,63 sampel B
13,01 sampel C 10,81 sampel D 9,053
6. Sifat mekanik pada material komposit menggunakan pengisi serat sabut
kelapa dan polyester resin menghasilkan nilai optimum kekuatan tarik
sebesar 14,13091 Mpa pada komposisi 10% serat : 90% resin, dan nilai
RHN(Rockwell Hardness Number) sebesar 13,01 pada komposisi 10%
serat : 90% resin.
5.2. Saran
1. Pada waktu melakukan cetak spesimen komposit sering terjadi void, hal
demikian maka diusahakan semaksimal mungkin jangan terjadi adanya
void.
2. Untuk meningkatkan interaksi antara polyester resin dengan serat sabut
kelapa, perlu penambahan senyawa pengikat agar karakteristik bahan
campuran yang dihasilkan dapat lebih meningkat
3. Perlu adanya variasi baru guna menjawab tantangan masa depan untuk
memanfaatkan limbah industri, sehingga mengurangi pencemaran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Umum Tanaman Kelapa Hibrida
Kelapa (Cocos nucifera) merupakan salah satu anggota tanaman palma yang
paling dikenal dan banyak tersebar di daerah tropis. Tinggi pohon kelapa dapat
mencapai 10 - 14 meter lebih, daunnya berpelepah dengan panjang dapat
mencapai 3 - 4 meter lebih dengan sirip-sirip lidi yang menopang tiap
helaian.Tanaman ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat
pesisir.Tanaman ini diperkirakan berasal dari pesisir Samudera Hindia di sisi
Asia, namun kini telah menyebar luas di seluruh pantai tropika dunia.
[image:41.595.255.395.417.661.2]
Gambar 2.1 Pokok Kelapa Hibrida
Kelapa Hibrida yang merupakan persilangan antara kelapa dalam dan
tepat untuk mendapatkan pemanenan buah kelapa yang jauh lebih banyak dan
berkualitas. Dengan buahnya yang lebat, Kelapa Hibrida ini ternyata mampu
untuk menghasilkan buah setelah 4-5 tahun setelah masa tanam. serta pohonnya
yang tidak terlalu tinggi menjadi kelebihan jenis kelapa hibrida ini, dengan pohon
yang rendah tentunya lebih memperkecil resiko dan mempermudah dari
pemanenan buah kelapa ini.
Bibit Kelapa Hibrida yang masih kecil rentan terhadap hama penyakit.
Diantaranya yaitu Cendana Phytophthora yang dapat menyebabkan busuk
tanaman.Namun hama tersebut bisa kita kendalikan dengan fungisida Alliete yang
di injeksikan melalui akar. Perawatan bibit kelapa hibrida ini meliputi
Penyiraman, pemupukan dan pengendalian gulma tanaman. pemupukan kelapa
hibrida ini, idealnya di lakukan dua kali dalam setahun. Pemupukan sebaiknya di
lakukan pada awal dan akhir musim hujan. Jika pemeliharaan dan perawatan
tanaman kelapa hibrida baik, tentunya juga hasilnya akan membuat anda puas.
Berikut merupakan beberapa keunggulan yang di miliki oleh pohon kelapa
hibrida :
1. Lebih cepat berbuah, dalam jangka waktu 3-4 tahun sudah dapat dipanen
buahnya.
2. Produktivitas sekitar 140 butir/ pohon/ tahun
3. Produksi kopra tinggi sekitar 6-7 ton per Hektar setiap tahunnya pada
umur tanaman 10 tahun.
4. Daging tebal, keras dan kandungan minyaknya tinggi.
5. Produktivitas tandan buah, sekitar 12 tandan dan berisi sekitar 10-20 butir
buah kelapa. sedangkan daging buah mempunyai ketebalan sekitar 1,5 c
2.2Komposit
2.2.1 Defenisi Komposit
Material komposit adalah material yang terbuat dari dua bahan atau lebih
yang tetap terpisah dan menghasilkan sebuah material baru yang memiliki
“to compose” yang berarti menyusun atau menggabung. Jadi secara sederhana
bahan komposit berarti bahan gabungan dari dua atau lebih bahan yang berlainan.
Kata komposit dalam pengertian bahan komposit berarti terdiri dari dua atau lebih
bahan yang berbeda yang di gabung secara makroskopis. Pada umumnya bentuk
dasar suatu bahan komposit adalah tunggal di mana merupakan susunan dari
paling tidak terdapat dua unsur yang bekerja sama untuk menghasilkan sifat-sifat
bahan yang berbeda terhadap sifat-sifat unsur bahan penyusunnya.
[image:43.595.156.528.281.317.2]+
Gambar 2.2Fasa-fasa pembentuk komposit
Keterangan gambar :
1. Matriks berfungsi sebagai penyokong, pengikat fasa, pelindung
permukaan filler, dan media transfer tegangan.
2. Penguat/ serat merupakan unsur penguat kepada matriks.
3. Komposit merupakan gabungan dua atau lebih bahan yang terpisah.
2.2.2 Klasifikasi Material Komposit
Sesuai dengan definisinya, maka bahan material komposit terdiri dari unsur-unsur
penyusun.Komponen ini dapat berupa unsur organik, anorganik ataupun metalik
dalam bentuk serat, serpihan, partikel dan lapisan.
Gambar 2.3 Komposit Dengan Unsur-Unsur Penyusun Yang Berbeda-Beda
(Gibson, 1994).
Jika ditinjau dari unsur pokok penyusun suatu bahan komposit, maka
komposit dapat dibedakan atas beberapa bagian antara lain :
a. Komposit Serat (Fibrous Composites Material)
Komposit serat, yaitu komposit yang terdiri dari serat dan matriks (bahan
dasar) yang diproduksi secara fabrikasi, misalnya serat ditambahkan resin
sebagai bahan perekat.
Gambar 2.4 Komposit Serat (Gibson, 1994)
Komposit serat merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina
atau lapisan yang menggunakan penguat berupa serat (fiber).Fiber yang
digunakan bisa berupa glass fiber, carbon fibers, armid fibers (poly 17
aramide), dan sebagainya.Fiber ini bisa disusun secara acak (chopped strand
[image:44.595.195.456.507.566.2]lebih kompleks seperti anyaman. Berdasarkan penempatannya terdapat
bebarapa jenis serat pada komposit, yaitu :
1. Continous Fibre Composite
Tipe ini mempunyai susunan serat panjang dan lurus, membentuk lamina
diantara matriksnya.Tipe ini mempunyai kelemahan pemisahan antar
[image:45.595.266.356.235.328.2]lapisan.
Gambar 2.5 Continous Fiber Composite (Gibson, 1994)
2. Woven Fibre Composite (Bi-Rectional)
Komposit jenis ini tidak mudah dipengaruhi pemisahan antar lapisan
karena susunan seratnya mengikat antar lapisan.Susunan seratnya
memanjang yang tidak begitu lurus mengakibatkan kekuatan dan kekakuan
melemah.
3. Discountinous Fibre Composite
Discontinous fibre composite adalah tipe serat pendek. Komposit yang
diperkuat oleh serat pendek pada umumya menggunakan resin sebagai
matriksnya. Dalam pembuatan komposit serat pendek ini dipotong-potong
pendek 20-100 mm panjangnya.
4. Hybrid fiber composite
Hybrid fiber composite merupakan komposit gabungan antara tipe serat
lurus dengan serat acak.Tipe ini digunakan supaya dapat menganti
kekurangan sifat dari kedua tipe dan dapat menggabungkan
kelebihannya.
Merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang
digabung menjadi satu dan setiap lapisannya memiliki karakteristik sifat
sendiri.
Gambar 2.6Laminated Composites (Gibson, 1994)
Komposit yang terdiri dari lapisan serat dan matriks, yaitu lapisan yang
diperkuat oleh resin sebagai contoh plywood, laminate glass yang sering
digunakan bahan bangunan dan kelengkapannya. Pada umumnya manipulasi
makroskopis yang dilakukan terhadap ketahanan korosi, kuat dan tahan
terhadap temperatur.Komposit ini terdiri dari bermacam-macam lapisan
material dalam satu matriks. Bentuk nyata dari komposit lamina adalah :
1) Bimetal
Adalah lapis dari dua buah logam yang mempunyai koefisien
ekspansi termal yang berbeda. Bimetal akan melangkung dengan
seiring berubahnya suhu sesuai dengan perancangan, sehingga jenis
ini sangat cocok dengan alat ukur suhu.
2) Pelapisan Logam
Adalah pelapisan yang dilakukan antara logam yang satu dengan
yang lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan sifat terbaik dari
keduanya.
3) Kaca Yang Dilapisi
Konsep ini sama dengan pelapisan logam, kaca yang dilapisi akan
lebih tahan terhadap cuaca.
4) Komposit Lapis Serat
Dalam hal ini lapisan dibentuk dari komposit serat dan disusun
dalam berbagai orientasi serat.Komposit jemis ini biasa dipakai pada
c. Komposit Partikel (Particulate Composites Materials)
Merupakan jenis komposit yang menggunakan pertikel atau serbuk
sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata dalam matriksnya.
Komposit ini biasanya mempunyai bahan penguat yang dimensinya kurang
lebih sama, seperti bulat serpih, balok, serat bentuk-bentuk lainnya yang
memiliki sumbu hampir sama yang disebut partikel, dan bisa terbuat dari satu
atau lebih material yang dibenamkan dalam suatu matriks dengan material
yang berbeda. Partikelnya bisa logam atau non logam seperti halnya
matriks.Selain itu adapula polimer yang mengandung partikel yang hanya
dimaksudkan untuk memperbesar volume material dan bukan untuk
[image:47.595.206.431.360.423.2]kepentingan sebagai bahan penguat.
Gambar 2.7 Komposit Partikel (Gibson, 1994)
Pada umumnya komposit dibagi dalam tiga kelompok adalah :
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix composite – PMC) bahan
ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan yang biasa
disebut dengan Polimer Berpenguat Serat (FRP – Fiber Reinforced
Polymers or Plastis), bahan ini menggunakan suatu polimer berdasar
resin sebagai matriknya, seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) yang
digunakan sebagai penguatnya.
2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composite – MMC) ditemukan
berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu
logam seperti alumnium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat
seperti silikon karbida.
3. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composite – CMC)
menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat
pendek, atau serabut-serabut (Whiskers) dimana terbuat dari silikon
[image:48.595.134.507.199.312.2]karbida.
Gambar 2.8 diagram komposit berdasarkan bahan penyusunnya
d. Flake Composite (Komposit serpihan)
terdiri atas serpihan - serpihan yang saling menahan dengan mengikat
permukaan atau dimasukkan ke dalam matriks. Pengertian dari serpihan
adalah partikel kecil yang telah ditentukan sebelumnya yang dihasilkan
dalam peralatan yang khusus dengan orientasi serat sejajar
permukaannya.Sifat - sifat khusus yang dapat diperoleh dari serpihan adalah
bentuknya besar dan datar sehingga dapat disusun dengan rapat untuk
menghasilkan suatu bahan penguat yang tinggi untuk luas penampang
lintang tertentu.Pada umumnya serpihan - serpihan saling tumpang tindih
pada suatu komposit sehingga dapat membentuk lintasan fluida ataupun uap
yang dapat mengurangi kerusakan mekanis karena penetrasi atau
perembesan.
2.2.3 Faktor yang Mempengaruhi Sifat-Sifat Mekanik Komposit
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi performa komposit, baik dari
faktor serat penyusunnya, maupun faktor matriksnya, yaitu:
Serat panjang lebih kuat dibandingkan dengan serat pendek.Oleh karena
itu panjang dan diameter sangat berpengaruh pada kekuatan maupun
modulus komposit.Serat panjang (continous fibre) lebih efisien dalam
peletakannya daripada serat pendek.Bentuk serat tidak mempengaruhi,
yang mempengaruhi adalah diameter seratnya. Semakin kecil diameter
serat, maka akan menghasilkan kekuatan komposit yang tinggi.
2. Faktor Matriks
Matriks sangat berpengaruh dalam mempengaruhi performa komposit.
Tergantung dari matriks jenis apa yang dipakainya, dan untuk tujuan apa
dalam pemakaian matriks tersebut.
3. Katalis
Katalis digunakan untuk membantu proses pengeringan (curring) pada
bahan matriks suatu komposit. Penggunaan katalis yang berlebihan akan
semakin mempercepat proses laju pengeringan, tetapi akan menyebabkan
bahan komposit yang dihasilkan semakin getas.
2.2.4 Keuntungan Komposit
Bahan komposit mempunyai beberapa kelebihan berbanding dengan
bahankonvensional seperti logam.Kelebihan tersebut pada umumnya dapat
dilihatdari beberapa sudut yang penting seperti sifat-sifat mekanikal dan fisikal,
biaya.Beberapa keuntungan komposit dibawah ini :
• Gabungan matriks dan serat dapat menghasilkan komposit yangmempunyai
kekuatan dan kekakuan yang lebih tinggi dari bahankonvensional.
• Bahan komposit mempunyai density yang jauh lebih rendah dibanding
dengan bahan konvensional. Ini memberikan implikasiyang penting dalam
konteks penggunaannya karena kompositmempunyai kekuatan dan
kekakuan spesifik yang lebih tinggi daribahan konvensional. Implikasi
kedua ialah produk komposit yangdihasilkan akan mempunyai kerut yang
dalam industripembuatan seperti automobile dan penerbangan. Ini
karenaberhubungan dengan penghematan bahan bakar.
• Bahan komposit juga mempunyai kelebihan dari segi versatility(berdaya
guna) yaitu produk yang mempunyai gabungan sifat-sifatyang menarik yang
dapat dihasilkan dengan mengubah sesuai jenismatriks dan serat yang
digunakan. Contoh dengan menggabungkanlebih dari satu serat dengan
matriks untuk menghasilkan komposithibrid.
• Komposit memiliki sifat mekanik yang lebih bagus dari logam;kekakuan
jenis (modulus Young/density) dan kekuatan jenisnyalebih tinggi dari
logam.
• Dibanding dengan material konvensional keunggulan kompositantara lain
yaitu memiliki kekuatan yang dapat diatur (tailorability),tahanan lelah
(fatigue resistance) yang baik, tahan korosi, danmemiliki kekuatan jenis
(rasio kekuatan terhadap berat jenis) yangtinggi.
• Manfaat utama dari penggunaan komposit adalah mendapatkan kombinasi
sifat kekuatan serta kekakuan tinggi dan berat jenis yangringan. Dengan
memilih kombinasi material serat dan matriks yang tepat, kita dapat
membuat suatu material komposit dengan sifat yang tepat sama dengan
kebutuhan sifat untuk suatu struktur tertentu dan tujuan tertentu pula
2.3 Matriks
Menurut Gibson (1994), bahwa matrik dalam strukturkomposit dapat
berasal dari bahan polimer, logam, maupunkeramik.Syarat pokok matrik yang
digunakan dalam kompositadalah matrik harus bisa meneruskan beban, sehinga
seratharus bisa melekat pada matrik dan kompatibel antara seratdan matrik.
Umumnya matrik dipilih yang mempunyai ketahanan panas yang tinggi (Triyono
& Diharjo, 2000).Matrik yang digunakan dalam komposit adalah harusmampu
meneruskan beban sehingga serat harus bisa melekatpada matrik dan kompatibel
antara serat dan matrik artinyatidak ada reaksi yang mengganggu. Menurut
Diharjo (1999)pada bahan komposit matrik mempunyai kegunaan yaitusebagai
• Matrik memegang dan mempertahankan serat pada posisinya.
• Pada saat pembebanan, merubah bentuk dan mendistribusikan
tegangan ke unsur utamanya yaitu serat.
• Memberikan sifat tertentu, misalnya ductility, toughness dan
electrical insulation
Menurut Diharjo (1999), bahan matrik yang sering digunakan dalam
komposit antara lain :
a. Polimer.
Polimer merupakan bahan matrik yang paling seringdigunakan.
Adapun jenis polimer yaitu:
• Thermoset, adalah plastik atau resin yang tidak bisa berubah
karena panas (tidak bisa di daur ulang). Misalnya :epoxy,
polyester, phenotic.
• Termoplastik, adalah plastik atau resin yang dapat dilunakkan terus menerus dengan pemanasan atau dikeraskan dengan
pendinginan dan bisa berubah karena panas (bisa didaur
ulang). Misalnya :Polyamid, nylon, polysurface, polyether.
b. Keramik.
Pembuatan komposit dengan bahan keramik yaitu Keramik
dituangkan pada serat yang telah diatur orientasinya dan keramik
merupakan matrik yang tahan pada temperatur tinggi.Misalnya
:SiC dan SiN yang sampai tahan pada temperatur 1650 C.
c. Karet.
Karet adalah polimer bersistem cross linked yangmempunyai
kondisi semi kristalin dibawah temperatur kamar.
d. Matrik logam
Matrik cair dialirkan kesekeliling sistem fiber, yang telahdiatur
e. Matrik karbon.
Fiber yang direkatkan dengan karbon sehingga terjadikarbonisasi.
Pemilihan matrik harus didasarkan pada kemampuan regangan saat
patah yang lebih besar dibandingkan denganfiller. Selain itu juga perlunya
diperhatikan berat jenis,viskositas, kemampuan membasahi filler, tekanan
dan suhu curring, penyusutan dan voids.
Voids (kekosongan) yang terjadi pada matrik sangatlah berbahaya,
karena pada bagian tersebut fiber tidak didukung oleh matriks, sedangkan
fiber selalu akan mentransfer tegangan ke matriks. Hal seperti ini menjadi
penyebab munculnya crack, sehingga komposit akan gagal lebih awal.
Kekuatan komposit terkait dengan void adalah berbanding terbalik yaitu
semakin banyak void maka komposit semakin rapuh dan apabila sedikit
void komposit semakin kuat.
Dalam pembuatan sebuah komposit, matriks berfungsi sebagai
pengikat bahan penguat, dan juga sebagai pelindung partikel dari kerusakan
oleh faktor lingkungan.Beberapa bahan matriks dapat memberikan sifat-sifat
yang diperlukan sebagai keliatan dan ketangguhan. Pada penelitian ini
matrik yang digunakan adalah polimer termoset dengan jenis resin
polyester.
Matriks polyester paling banyak digunakan terutama untuk aplikasi
konstruksi ringan, selain itu harganya murah, resin ini mempunyai
karakteristik yang khas yaitu dapat diwarnai, transparan, dapat dibuat kaku
dan fleksibel, tahan air, tahan cuaca dan bahan kimia. Polyester dapat
digunakanpada suhu kerja mencapai 79°C atau lebih tergantung partikel
resin dan keperluannya (Schward, 1984). Keuntungan lain matriks polyester
adalah mudah dikombinasikan dengan serat dan dapat digunakan untuk
2.4 Serat
Serat atau fiber dalam bahan komposit berperansebagai bagian utamayang
menahan beban, sehinggabesar kecilnya kekuatan bahan komposit sangat
tergantungdari kekuatan serat pembentuknya. Semakin kecil bahan(diameter serat
mendekati ukuran kristal) maka semakinkuat bahantersebut, karena minimnya
cacat pada material(Triyono,& Diharjo k, 2000).Selain itu serat (fiber) juga
merupakan unsur yangterpenting, karena seratlah nantinya yang akan
menentukansifat mekanik komposit tersebut seperti kekakuan, keuletan,kekuatan
dsb. Fungsi utama dari serat adalah:
• Sebagai pembawa beban. Dalam struktur komposit 70% - 90%
beban dibawa oleh serat.
• Memberikan sifat kekakuan, kekuatan, stabilitas panas dan sifat-sifat lain dalam komposit.
• Memberikan insulasi kelistrikan (konduktivitas) pada komposit,
tetapi ini tergantung dari serat yang digunakan.
2.5 Material komposit serat sabut kelapa
Material komposit serat sabut kelapa terdiri dari serat sabut kelapa yang
sudah mendapat perlakuan alkali ( NaOH ) dan polyester resin tak jenuh.
Sementara untuk mempercepat proses polymerisasi digunakan katalis jenis
MEKP.
2.5.1Polyester Resin Tak Jenuh
Polyester resin tak jenuh merupakan polimer kondensat yang
terbentukberdasarkan reaksi antara polyol yang merupakan organik gabungan
dengan alkohol multiple atau gugus fungsi hidroksi, dan polycarboxylic, yang
mengandung ikatanganda.Tipikal jenis polyol yang digunakan adalah glycol,
asam phthalic dan asam maleic.Polyester resin tak jenuh adalah jenis polimer
thermoset yang memilikistruktur rantai karbon yang panjang. Matrik yang
berjenis ini memiliki sifat dapat mengeras pada suhu kamar dengan
penambahan katalis tanpa pemberian tekanan ketika proses pembentukan.
(Schwarts, 1983).
Desain struktur dilakukan dengan cara pemilihan matriks dan penguat,
hal ini dilakukan untuk memastikan kemampuan material sesuai dengan produk
yang akan dihasilkan. Dalam desain struktur ini jenis matriks yang akan
digunakan adalahPolyester resin tak jenuh diperkuat dengan serat sabut kelapa.
Matriks initergolong jenis polimer thermoset yang memiliki sifat dapat
mengeras pada suhu kamar dengan penambahan katalis tanpa pemberian
tekanan ketika proses pembentukannya. Struktur material yang dihasilkan
berbentuk crosslink dengan keunggulan daya tahan yang lebih baik terhadap
jenis pembebanan statik dan impak.Hal tersebut disebabkan oleh molekul yang
dimiliki bahan dalam bentuk rantai molekul raksasa, atom-atom karbon yang
saling mengikat satu dengan lainnya mengakibatkan struktur molekulnya
menghasilkan efek peredaman yang cukup baik terhadap beban yang diberikan.
(Agus Pramono, 2008).
Data karakteristik mekanik material polyester resin tak jenuh seperti terlihat
[image:54.595.148.494.584.738.2]pada tabel.
Tabel 2.1. Karakteristik mekanik polyester resin tak jenuh.
Sifat Mekanik Satuan Besaran
Berat jenis (ρ) kg/mm3 1,215.10-6
Modulus Elastisitas N/mm2 2941.8
Kekuatan Tarik (σT) N/mm2 54
Elongasi % 1,6
Sumber: PT. Justus Kimia Raya, 2007
Umumnya material ini digunakan dalam proses pembentukan dengan cara
penuangan antara lain perbaikan body kenderaan bermotor, pengisi kayu dan
sebagai material perekat. Material ini memiliki sifat perekat yang baik, dan dapat
digunakan untuk memperbaiki dan mengikat secara bersama beberapa jenis
material yang berbeda.Material ini memiliki umur pakai yang panjang, kestabilan
terhadap sinar Ultraviolet (UV), dan daya tahan yang baik terhadap serapan air.
Kekuatan material ini diperoleh ketika dicetak kedalam bentuk komposit, dimana
material-material penguat, seperti serat kaca, karbon dan lain-lain, akan
meningkatkan sifat mekanik material tersebut sementara ketika dalam keadaan
tunggal material ini bersifat rapuh dan kaku. (Hull, 1992)
2.5.2 Katalis
Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi dengan maksud
memperbesar laju reaksi.Katalis terkadang ikut terlibat dalam reaksi, tetapi tidak
mengalami perubahan kimiawi yang permanen. Dengan kata lain, pada akhir
reaksi katalis akan dijumpai kembali dalam bentuk dan jumlah yang sama seperti
sebelum reaksi. Katalis dapat bekerja dengan membentuk senyawa antara atau
mengabsorpsi zat yang direaksikan.
Katalis dapat digunakan dalam pengaktifan reaksi yang akan mempercepat
laju reaksi dengan menurunkan energi aktifasi. Jika energi pengaktifan reaksi
tinggi, maka untuk temperatur normal, hanya akan terjadi sebagian kecil
menurunkan energi pengaktifan dengan menghindari tahap penentu laju yang
lambat dari reaksi yang tidak dapat di katalisa. Dengan menurunnya energi
aktifasi maka pada temperatur yang sama didapatkan laju reaksi yang tidak dapat
di katalisa. Fungsi utama dari katalis ini adalah menyediakan reaksi alternatif
dalam suatu reaksi kimia.
Pada temperatur tetap, fungsi katalis dalam reaksi kimia adalah sebagai
berikut:
1. Katalis dapat digunakan dalam pengaktifan reaksi yang akan
mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi aktifasi
2. Katalis menyediakan reaksi alternatif dalam suatu reaksi kimia.
3. Katalis mempercepat tercapainya keadaan kesetimbangan reaksi.
4. Katalis mempercepat reaksi maju dan reaksi balik sama besar.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan
reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap
pereaksi.Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivitas yang
lebih rendah.Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya
reaksi.
2.5.3 Perlakuan Alkali ( NaOH )
NaOH atau sering disebut alkali digunakan untuk menghilangkan kotoran
atau lignin pada serat dengan sifat alami serat adalah Hyrophilic, yaitu suka
terhadap air.berbeda dengan polimer yang hydrophilic. Pengaruh perlakuan alkali
terhadap sifat permukaan serat alam selulosa telah diteliti dimana kandungan
optimum air mampu direduksi sehingga sifat alami hyrophilic serat dapat
memberikan ikatan interfacial dengan matrik secara optimal (Bismarck dkk
2002).
NaOH merupakan larutan basa yang tergolong mudah larut dalam air dan
arrhenius basa adalah zat yang dalam air menghasilkan ion OH negatif dan ion
positif. Larutan basa memiliki rasa pahit, dan jika mengenai tangan terasa licin
(seperti sabun).Sifat licin terhadap kulit itu disebut sifat kaustik basa.Salah satu
indikator yang digunakan untuk menunjukkkankebasaan adalah lakmus merah.
Bila lakmus merahdimasukkan ke dalam larutan basa maka berubah menjadi biru
2.5.4 Serat sabut kelapa hibrida
Serat sabut kelapa adalah serat alami alternatif dalam pembuatan komposit,
yang pemanfaatannya terus dikembangkan agar dihasilkan komposit yang lebih
sempurna dikemudian hari.Serat kelapa ini mulai dilirik penggunannya karena
selain mudah didapat, murah, dapat mengurangi polusi lingkungan
(biodegradability) sehingga komposit ini mampu mengatasi permasalahan
lingkungan yang mungkin timbul dari banyaknya serat kelapa yang tidak
[image:57.595.209.450.447.627.2]dimanfaatkan, serta tidak membahayakan kesehatan.
Gambar 2.9 Serat Sabut Kelapa
Pengembangan serat kelapa sebagai material komposit ini sangat
Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) banyak terdapat di daerah beriklim
tropis.Pohon kelapa diperkirakan dapat ditemukan di lebih dari 80
negara.Indonesia merupakan negara agraris yang menempati posisi ketiga setelah
Pilipina dan India, sebagai penghasil kelapa terbesar di dunia. Pohon ini
merupakan tanaman yang sangat produktif, dimana dari daun hingga akarnya
dapat diolah menjadi produk teknologi maupun bahan bangunan atau keperluan
sehari-hari sehingga pohon kelapa dijuluki sebagai TheTree of Life (pohon
kehidupan) dan A Heavenly Tree (pohon surga)
Sifat mekanis serat sabut kelapa sudah banyak dipublikasikan. Kondisi fisik
permukaan dan penampang serat sabut kelapa dapat dilihat pada Gambar 1
dimana penampang dari serat sabut kelapa tidak berbentuk bulat tapi berbentuk
oval.
(a)
Gambar 2.10 Analisis SEM serat sabut kelapa (a) permukaan serat (b)
penampang serat ( Bakri, 2009)
Sifat mekanis telah dievaluasi sebagai fungsi dari perlakuan diameter serat,
dimensi panjang dan strain rate (Kulkurani, dkk ,1998). Kemudian, Silva dkk,
1999 telah menguji sifat mekanis dan termal dari serat kelapa yang dipengaruhi
oleh perlakuan alkali.Tomczak dkk (2008) juga telah meneliti bahwa semakin
besar diameter serat sabut kelapa, kekuatan dan modulus Young semakin kecil
(turun). Lebih lanjut, sifat mikromekanik deformasi serat sabut kelapa dengan
menggunakan Raman spectroscopytelah didapatkan oleh Bakri dkk,(2010). Bakri
(2010) telah menentukan sifat mekanis serat sabut kelapa dengan meninjau dari
dimensi panjang spesimen.Beberapa sifat mekanis serat alam yang dibandingkan
dengan salah satu serat konvensional (serat gelas) yang biasa digunakan dalam
material adalah seperti pada Tabel 1. Serat sabut kelapa memiliki kekuatan tarik
dan modulus yang lebih rendah dibanding dengan serat lainnya, namun
[image:59.595.118.506.464.722.2]elongasinya yang paling tinggi mencapai 30%
Tabel 2.2 Sifat mekanis beberapa serat alam (Taj dkk, 2007)
Serat Densitas (g/cm3) Kekuatan Tarik (MPa) Elongasi (%) Modulus Elastis (MPa)
Rami - 400-938 3.6-3.8 61.4-128
Sisal 1.5 511 -635 2.0-2.5 9.4-22.0
Sabut
Kelapa
1.2 175 30 4.0-6.0
Flax 1.5 345-1035 2.7-3.2 27.6
2.6 Aplikasi komposit serat kelapa
Komposit serat alam telah diaplikasikan diberbagai bidang industri seperti
automotif, alat-alat olahraga dan sebagainya. Produsen mobil Daimler-Bens telah
memanfaatkan serat alam seperti flax, sisal, serat kelapa, kapas, dan hemp pada 10
tahun terakhir sebagai penguat bahan komposit untuk interior kendaraan Daimler
Chrysler (dalam upholstery, panel pintu). Yuhazri dkk (2007) telah memanfaatkan
serat sabut kelapa untuk memperkuat epoxi resin dalam membuat helm, namun
belum dalam skala industri. Beberapa produk yang mungkin dapat dibuat dari
komposit serat sabut kelapa menurut laporan dari Industrial Technology Institute,
Colombo Sri Lanka dan the Delft University of Technology, Netherlands tahun
2003 adalah badan perahu nelayan, sandaran kursi, kursi stadion dan penutup bak
sampah. Potensi produk ini dapat dikembangkan pula di Sulawesi Tengah
mengingat daerah ini merupakan penghasil kelapa.
2.7 Teknik pembuatan material komposit
Pembuatan material komposit pada umumnya tidak melibatkan penggunaan
suhu dan tekanan yang tinggi.Hal ini disebabkan material ini mudah menjadi
lembut atau melebur. Proses
Pencampuran ini dilakukan pada saat matriks dalam keadaan cair. Ada
beberapa metode pembuatan material komposit diantaranya adalah:
1. Metode penuangan secara langsung
2. Metode pemampatan atau tekan
3. Metode pemberian tekanan dan panas
Pada metode penuangan secara langsung dilakukan dengan cara
melekatkan atau menyentuhkan material-material penyusun pada cetakan terbuka
dan dengan perlahan - lahan diratakan dengan menggunakan roda perata atau
pada metode pemampatan atau dengan menggunakan tekanan ini menggunakan
prinsip ekstrusi dengan pemberian tekanan pada material bakunya yang dialirkan
kedalam cetakan tertutup. Metode ini umumnya berupa injeksi, mampatan atau
semprotan.Material yang cocok untuk jenis ini adalah penguat partikel. Metode
selanjutnya adalah metode pemberian panas dan tekanan, dimana metode ini
menggunakan tekanan dengan pemberian panas awal yang bertujuan untuk
memudahkan material komposit mengisi pada bagian-bagian yang sulit terjangkau
atau ukuran yang sangat kecil
2.8 Teori pengujian 2.8.1 Uji tarik
Pengujian Tarik mengikuti standar ASTM E8 M-09 , dengan ukuran
[image:61.595.175.486.423.502.2]diperlihatkan pada gambar 2.11
Gambar 2.11 Spesimen uji tarik standar ASTM E8 M-09
Prosespengujiantarikbertujuanuntukmengetahuikekuatantarik
bendauji.Pengujiantarikuntukkualitas
kekuatantarikdimaksudkanuntukmengetahuiberapanilaikekuatannya.Pembebana
ntarikadalah pembebananyangdiberikanpadabendadenganmemberikangayatarik
berlawananarahpadasalahsatuujungbenda.
Penarikangayaterhadapbebanakanmengakibatkanterjadinya
perubahanBentuk(deformasi)bahantersebut.Prosesterjadinyadeformasi
mengakibatkanmelemahnyagayaelektromagnetiksetiapatomlogamhingga
[image:62.595.247.377.180.284.2]terlepasikatantersebutolehpenarikangayamaksimum.
Gambar 2.12 Grafik hubungan strain-tensile test dari beberapa komposit
Sumber:
Sebelum pengujian tarik dilakukan, kita melakukan uji keras pada
spesimen yang akan diuji. Uji ini perlu dilakukan untuk mengetahui nilai
kekerasan spesimen sebelum diberi beban tarik. Selain itu, kita dapat
memperkirakan nilai kekuatan tarik suatu material dari nilai kekerasannya.. Hal
ini dapat diketahui karena umumnya harga kekerasan berbanding lurus dengan
harga kekuatan material. Kekerasan suatu material didefinisikan sebagai
ketahanan material untuk didefomasi plastis secara lokal.Sedangkan kekuatan
tarik didefinisikan sebagai ketahanan material dideformasi plastis pada satu
kesatuan material. Dari pengertian ini, kekuatan dan kekerasan sama-sama
diartikan dengan kemampuan material untuk dideformasi plastis. Oleh karena itu
kita dapat menarik kesimpulan bahwa kekerasan suatu material berbanding lurus
dengan kekuatan tariknya. Berdasarkan data yang didapat akan terlihat adanya
peningkatan kekerasan akibat strain hardening.
Pada patahan spesimen uji tarik, terdapat dua macam jenis patahan yaitu
patah getas dan patah ulet.Patah getas memiliki ciri pada patahannya tidak
terdapat cup dan cone.Pada patah getas, tidak terjadi adanya necking sehingga
spesimen langsung patah jika diberi beban diatas σu nya.Selain itu, patahannya
membentuk sudut 900 terhadap sumbu normal spesimen.Patah getas terjadi karena
disebabkan karena adanya tegangan geser.Sudut patahan membentuk sudut 450
terhadap sumbu normal spesimen.Patahan seperti ini diakibatkan oleh tegangan
geser yang maksimum.Dimana beban tarik yang bekerjalah yang berperan dalam
menimbulkan tegangan ini.
Apabila tegangan yang diberikan terhadap spesimen melebihi batas
luluhnya, maka pergerakan dislokasi ini akan mencapai permukaan. Pergerakan
dislokasi hingga mencapai permukaan inilah yang dinamakan deformasi plastis.
Deformasi plastis inilah yang menyebabkan pertambahan panjang pada spesimen
bersifat tetap. Apabila besarnya tegangan yang diberikan terhadap spesimen
mencapai titik Ultimate, maka spesimen mulai mengalami pengecilan setempat
pada bagian tengahnya. Pengecilan setempat inilah yang dikenal dengan
fenomena necking.Fenomena ini terjadi karena deformasi plastis yang terjadi
pada material tidak lagi homogen.
Ketika material ditarik dengan beban tarik yang besarnya melebihi batas
luluhnya, maka material tersebut akan mengalami pertambahan panjang sifatnya
tetap. Pertambahan panjang material ini apabila dibagi dengan panjang awal
menghasilkan perpanjangan atau elongation yang disimbolkan dengan e. Atau
secara matematis dapat ditulis:
�= �
� ...(2.1)
� =∆��
0�100%
...(2.2)
Dimana: � = Tegangan (MPa)
P = Gaya (Kgf)
A = Luas Penampang (cm2)
� = Regangan
Pada saat beban tarik dikenakan pada spesimen melebihi batas luluhnya,
maka perpanjangan yang terjadi pada material adalah perpanjangan totalnya.
Besarnya perpanjangan total merupakam hasil penjumlahan antara perpanjangan
plastis dengan perpanjangan elastis. Apabila beban t